• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan Nitrogen terhadap Tinggi dan Percabangan Tanaman Teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) untuk Pembentukan Bidang Petik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan Nitrogen terhadap Tinggi dan Percabangan Tanaman Teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) untuk Pembentukan Bidang Petik."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP TINGGI

DAN PERCABANGAN TANAMAN TEH (

Camelia sinensis

(L.)

O. Kuntze)

UNTUK PEMBENTUKAN BIDANG PETIK

MIFTAH ANUGRAH PAMUNGKAS

A24080107

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

The objective of this research was to investigate the effect of various dosage of Nitrogen fertilizer on high and branching of tea plant (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze). Research was conducted from February until June 2012 at Cikabayan Atas Experimental Station, IPB, Darmaga, Bogor. Experiment consists of one factor, arranged in Randomized Block Design with four replication. The treatments applied were (P0 : 60 kg N/ha; P1 : 120 kg N/ha; P2 : 180 kg N/ha; P3 : 240 kg N/ha). The results showed Nitrogen fertilizer significantly affect plant height in the third week of observation, number of leaves in the ninth until the seventeenth week of observation, the diameter of the stem in the first to the fourth week of observation and sub-branches. P2 treatment (180 kg N / ha) is the best treatment but did not different with P1 treatment. Nitrogen fertilizer did not significantly affect the number of branches, greenness of leaves and a high percentage of plants greater 70 cm.

(3)

RINGKASAN

MIFTAH ANUGRAH PAMUNGKAS. Pengaruh Pemupukan Nitrogen

terhadap Tinggi dan Percabangan Tanaman Teh (Camelia sinensis (L.) O.

Kuntze)untuk Pembentukan Bidang Petik. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan tinggi dan percabangan tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) dalam rangka pembentukan bidang petik. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan Atas IPB, Darmaga, Bogor, pada bulan Februari hingga Juni 2012.

Penelitian ini terdiri atas satu faktor dengan susunan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan yaitu dosis pupuk nitrogen yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 60 kg N/ha (P0), 120 kg N/ha (P1), 180 kg N/ha (P2), dan 240 kg N/ha (P3). Perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 16 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 8 tanaman. Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam, bila berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu kedua, jumlah daun pada minggu kedelapan hingga minggu keenam belas, diameter batang pada minggu pertama hingga minggu ketiga serta pada jumlah cabang sekunder. Pertumbuhan tinggi tanaman paling cepat terdapat pada perlakuan dosis pupuk 180 kg N/ha dengan waktu 8 minggu dapat mencapai tinggi lebih dari 70 cm. Pada perlakuan dosis pupuk 180 kg N/ha memiliki jumlah cabang primer rata-rata 7.14 dan jumlah cabang sekunder rata-rata 3.25. Pada peubah lainnya dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang primer, tingkat kehijauan daun serta persentase tinggi tanaman mencapai lebih dari 70 cm.

(4)
(5)

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP TINGGI

DAN PERCABANGAN TANAMAN TEH (

Camelia sinensis

(L.)

O. Kuntze)

UNTUK PEMBENTUKAN BIDANG PETIK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Miftah Anugrah Pamungkas

A24080107

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul :

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP

TINGGI DAN PERCABANGAN TANAMAN TEH

(

Camelia

sinensis

(L.)

O.

Kuntze)

UNTUK

PEMBENTUKAN BIDANG PETIK

Nama:

MIFTAH ANUGRAH PAMUNGKAS

NRP :

A24080107

Menyetujui, Dosen pembimbing

Dr Ir Supijatno, MSi

NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 30 Desember 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Nana Saputra dan Ibu Ade Juariah, S.Pd.

Tahun 2002 penulis lulus dari SDN Sukamandi 2, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studinya di SMPN 1 Ciasem, Subang. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Ciasem, Subang pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemupukan Nitrogen terhadap Tinggi dan Percabangan Tanaman Teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) untuk Pembentukan Bidang Petik”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Pertanian pada program sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak, Ibu, Aa, Teteh, Ua, yang telah memberikan dukungan moril, motivasi serta doa.

2. Dr Ir Supijatno, MSi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr Ir Darda Efendi, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas saran-saran persiapan penelitian yang diberikan kepada penulis.

4. Dr Ir Ade Wachjar, MS. dan Dr Ir Ani Kurniawati MS. yang telah menguji penulis pada Ujian Skripsi di IPB.

5. Rene, Rahmi, Pita, Aris, Ferin, Tira, Dwi, Agus C, Agus R, Ikhsan, Tiara, Adin, Susi, Ismail, Casey, Sindra, Andri, Tama, Nida, yang telah membantu kegiatan di lapangan, mengolah data dan penulisan skripsi.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 3

Hipotesis... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Botani Tanaman Teh... 4

Ekofisiologi Teh... 5

Pembentukan Bidang Petik... 7

Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan Pucuk... 9

Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Tanah dan Pertumbuhan Tanaman... 10

BAHAN DAN METODE... 12

Tempat dan Waktu... 12

Bahan dan Alat... 12

Metode... 12

Pelaksanaan Penelitian... 13

Pengamatan... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

Hasil... 15

Kondisi Umum... 15

Tinggi Tanaman... 20

Jumlah Daun... 21

Diameter Batang... 23

Jumlah Cabang Primer dan Jumlah Cabang Sekunder... 24

Waktu yang Dibutuhkan Tanaman Teh untuk Mencapai Tinggi 70 cm... 25

Tingkat Kehijauan Daun... 26

Pembahasan... 26

KESIMPULAN... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tinggi Tanaman Teh dengan Dosis Nitrogen yang Berbeda pada

Pengamatan Minggu kedua... 20 2. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Minggu Kedelapan hingga Minggu

Keenam Belas dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen.... 22 3. Diameter Batang dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen

pada Minggu Pertama hingga Minggu Ketiga Pengamatan... 23 4. Jumlah Cabang Primer dan Cabang Sekunder Tanaman Teh dengan

Perlakuan Perbedaan Dosis Pupuk Nitrogen... 25 5. Rataan Tingkat Kehijauan Daun serta Waktu yang Dibutuhkan untuk

Mencapai Tinggi 70 cm pada Tanaman Teh dengan Pemberian Dosis

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Pertanaman Teh Saat 1 BSP (A) dan 4 BSP (B)... 18 2. Penyakit yang Menyerang Pertanaman Teh... 18 3. Hama yang Menyerang Pertanaman Teh... 19 4. Persentase Tanaman Teh yang Telah Mencapai Tinggi 70 cm pada

Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen... 21 5. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Perlakuan Perbedaan Dosis

Pupuk Nitrogen... 23 6. Diameter Batang Tanaman Teh pada Berbagai Perlakuan Dosis

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah Petak Percobaan... 36

2. Keadaan Suhu dan Curah Hujan Selama Penelitian di Wilayah Darmaga, Bogor... 37

3. Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan Pendahuluan... 38

4. Hasil Analisis Tanah Setelah Penelitian... 39

5. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan... 40

6. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh... 40

7. Sidik Ragam Peubah Jumlah Daun Tanaman Teh... 42

8. Sidik Ragam Peubah Diameter Batang Tanaman Teh... 44

9. Sidik Ragam Peubah Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman Teh... 46

10.Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh Mencapai 70 cm... 46

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai belasan meter. Untuk keperluan perkebunan, tinggi tanaman teh dipertahankan sekitar 1.5 m sehingga bentuknya seperti tanaman perdu. Tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia. Produk olahan tanaman teh memiliki peranan besar dalam mencukupi kebutuhan minuman penyegar di Indonesia selain kopi dan cokelat. Teh merupakan sumber antioksidan yang cukup bagi tubuh bila dikonsumsi secara teratur. Wibowo dalam Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan bahwa tanaman teh di Indonesia didominasi oleh teh jenis assamica (Camelia sinensis var. assamica) yang lebih banyak memiliki zat antioksidan yang mencapai 12-14 % seperti polifenol, thianmin, katekin, derivatnya dibandingkan dengan jenis sinensis (Camelia sinensis var. sinensis).

Luas perkebunan teh di Indonesia cenderung menurun tiap tahunnya sedangkan untuk produksi menunjukkan hasil yang fluktuatif pada tiap tahunnya. Direktorat Jenderal Perkebunan (2011) menyatakan bahwa luas perkebunan teh pada tahun 2007 mencapai 133 734 hektar dan dapat memproduksi sebesar 150 623 ton. Pada tahun 2008 luas perkebunan teh menurun menjadi 127 712 hektar tetapi hasil produksinya meningkat menjadi sebesar 153 971 ton.

Luas perkebunan teh terus menurun hingga 123 506 hektar pada tahun 2009 tetapi hasil produksinya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sekitar 156 901 ton. Pada tahun 2010 masih terdapat penurunan luas menjadi 122 898 hektar yang berkorelasi positif dengan penurunannya sehingga produksinya hanya sebesar 140 944 ton. Pada tahun 2011 terdapat luas perkebunan teh dengan angka sementara yang menunjukkan peningkatan menjadi 123 351 hektar dan produksinya yang mencapai 152 219 ton.

(14)

± 1 300 kg/ha/th, atau 60 % dari potensi produktivitas yang dimiliki yaitu 2 000 kg/ha/th. Produksi yang dihasilkan dari luasan perkebunan yang ada masih

belum dapat mencukupi kebutuhan pucuk teh sehingga masih ada sebagian kecil impor untuk pucuk teh. Rochyati (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2011 impor teh telah mencapai 20 000 ton. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi tanaman sayuran, perumahan bahkan perkebunan karet dan sawit sehingga terjadi penurunan jumlah produksi dari berkurangnya luasan lahan perkebunan. Upaya peningkatan produksi perlu dilakukan oleh para peneliti di bidang tanaman teh agar dapat menghasilkan tanaman teh yang memiliki produktivitas tinggi, memiliki kualitas yang baik serta berkelanjutan.

Salah satu cara untuk dapat meningkatkan produksi tanaman teh adalah dengan pemupukan yang tepat serta pembentukan bidang petik yang baik. Rumus atau komposisi pemupukan pada perkebunan teh dalam setahun hanya berpegang pada N-P-K. Wibowo dalam Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan bahwa rumus pemupukan N-P-K memiliki perbandingan yaitu 6-1-2 untuk Andosol, 5-1-2 untuk Latosol, dan 5-1-1 untuk Podzolik. Dosis anjuran pemupukan yang telah diberikan adalah N = 120-140 kg, P2O5 = 9-12 kg, dan K2O = 40-60 kg/ha/tahun.

Berdasarkan hasil analisis daun disarankan penggunaan cara pemupukan penyembuhan (recovery) secara bergantian agar dapat memperbaiki kualitas tanaman teh.

Terdapat berbagai cara untuk pembentukan bidang petik yang baik bagi tanaman teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) menyatakan bahwa pembentukan percabangan tanaman teh dapat dilakukan dengan cara pemenggalan (centering) dan perundukan (bending). Tujuan utama dari centering adalah untuk memacu pertumbuhan kesamping. Setelah mendapatkan cabang-cabang pada

(15)

tersebut dipetik daun pucuknya agar menginisiasi tunas baru. Jika terdapat cabang yang memiliki panjang lebih dari 70 cm maka dilakukan bending.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan tinggi dan percabangan tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze).

Hipotesis

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh

Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal dari 25 negara. Eden (1965) menyatakan bahwa tinggi tanaman teh dapat mencapai hingga belasan meter, hanya saja untuk keperluan perkebunan tinggi tanaman dipertahankan hingga 1.5 meter. Pusat Penelitian Teh dan Kina, (2006) menyatakan bahwa tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas (1) jenis sinensis (Camelia sinensis var. sinensis) serta (2) jenis assamica (Camelia sinensis var. assamica). Oleh karena sifat tanaman teh menyerbuk silang, maka terdapat pula jenis hibrida yang merupakan turunan dari hasil persilangan antara jenis sinensis dengan jenis assamica.

Secara umum tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan hanya sedikit memiliki kemampuan menembus tanah yang keras. Akar tanamannya berupa akar tunggang dan memiliki banyak cabang akar. Jika akar tunggangnya putus maka cabang akar yang akan menggantikan fungsinya sehingga tumbuh besar dan cukup dalam ke arah vertikal.

Tanaman teh memiliki daun yang berbentuk jorong atau agak bulat seperti telur yang terbalik/lanset dengan gerigi di tepinya. Selain itu, tanaman teh memiliki daun tunggal dan berbulu halus pada permukaan daun muda, sedangkan pada permukaan daun tua tidak berbulu. Daun tunggal adalah daun yang setiap tangkai daun hanya mendukung satu helaian daun. Posisi daunnya berseling pada batang dan cabang untuk tiap helainya.

Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti antara yang berasal dari ketiak daun dengan bekas ketiak daun atau ketiak daun yang daunnya telah gugur. Tunas yang tumbuh diikuti dengan pembentukan daun. Tiap tunas baru memiliki daun kuncup yang menutupi titik tumbuh serta daunnya.

(17)

Mahkota bunga teh berjumlah 5-6 helai yang memiliki putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan pada kepalanya terdapat tiga buah sirip.

Tanaman teh menghasilkan buah yang berbentuk kotak berwarna hijau kecoklatan. Dalam satu buah berisi satu sampai enam biji, rata-rata memiliki tiga biji. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya serta bijinya akan ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pada satu sisinya. Pada saat masih muda biji berwarna putih dan berubah menjadi coklat setelah tua.

Terdapat beberapa fase tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk yaitu:

1. Fase inisiasi yang dimulai pada tunas dorman saat pucuk dipetik sampai perpanjangan sel dan membutuhkan waktu selama 14-16 hari.

2. Fase peralihan antara membukanya dua daun perisai sampai daun kepel membentang, lamanya 11 hari.

3. Fase terakhir tumbuh secara linier yaitu daun-daun normal yang masing-masing setiap helai 8-9 hari.

Terdapat juga fase istirahat untuk tunas dan tidak menghasilkan daun. Fase ini ditandai dengan adanya kuncup inaktif (kuncup burung) yaitu daun yang masih muda dan baru membuka di ujung tunas. Lamanya fase istirahat berbeda-beda bergantung jenis klon tanaman teh, pengaruh iklim, tanah, maupun, serangan hama dan penyakit. Tunas-tunas tersebut akan kembali membentuk daun-daun baru secara bergantian antara fase istirahat dan fase aktif.

Ekofisiologi Teh

Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) berasal dari daerah subtropis (antara 23.5 °LU dan 23.5 °LS). Tanaman teh dapat tumbuh baik pada daerah 40º LU hingga 33º LS. Pada umumnya di Indonesia tanaman teh lebih banyak dibudidayakan di daerah pegunungan. Menurut Nazarudin dan Paimin (1993) terdapat syarat lingkungan khusus agar tanaman teh dapat tumbuh dan menghasilkan produk secara optimal karena tidak setiap daerah dapat ditanami teh untuk menghasilkan produksi yang baik. Syarat tumbuh tanaman teh meliputi ketinggian tempat, curah hujan dan temperatur, serta jenis dan kesuburan tanah.

(18)

pertanaman teh Indonesia berkisar antara 700-1 200 m dpl. Pada kisaran tersebut produksi pucuk daun teh optimal tercapai pada saat tanaman berumur tujuh tahun, sedangkan jika ketinggian permukaan lebih dari 1 200 m dpl produksi pucuk daun teh tercapai setelah sepuluh tahun karena pembentukan tunas yang lebih lambat. Hal ini akibat dari berkurangnya sebagian besar sejumlah pancaran sinar matahari yang diterima oleh tanaman.

Curah hujan rata-rata 1 400 mm per tahun baik untuk tanaman teh. Tanaman teh tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering sehingga suhu yang optimum yang diinginkan bagi pertanaman teh adalah 14-25 ºC dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Wibowo dalam Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman teh akan terhenti apabila suhu lingkungan di bawah 13 ºC dan di atas 30 ºC serta kelembaban relatif kurang dari 70 %.

Tanah yang cocok untuk pertanaman teh adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4.5-5.6. Jenis tanah seperti lempung berpasir, Latosol, Andosol, Podzolik Merah, lempung berat (heavy clay), dan tanah Vulkanis muda cocok untuk tanaman teh.

(19)

yang berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta mempunyai pertumbuhan yang cepat.

Pembentukan Bidang Petik

Produksi pucuk yang tinggi merupakan tujuan utama dari budidaya tanaman teh. Berbagai upaya kultur teknik dan pengelolaan kebun telah dilakukan untuk meningkatkan produksi. Pembentukan percabangan yang ideal dengan bidang petik yang luas diperlukan agar dapat memperoleh tanaman yang produktif sehingga dapat menghasilkan pucuk daun sebanyak-banyaknya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2002) menyatakan bahwa untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan cara pembentukan bidang petik (frame). Tujuan pembentukan frame adalah merangsang munculnya cabang-cabang lateral dan selanjutnya menjaga agar cabang-cabang tersebut hidup sehat dan menjadi tempat keluarnya pucuk (Dalimoenthe dan Johan, 2008). Pembentukan bidang petik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pemangkasan dan pemenggalan (centering), perundukan (bending) serta kombinasi keduanya (centering-bending).

Pemangkasan atau pemenggalan (centering) dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) asal stek atau biji. Pelaksanaan centering sebagai berikut:

1. Setelah bibit ditanam di lapangan dan berumur kira-kira 4-6 bulan, batang utama dipotong atau dipenggal setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan minimal 5 helai daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak terdapat daun maka centering dilakukan lebih tinggi.

2. Setelah 6-9 bulan centering terdapat cabang yang tumbuh ke atas, maka cabang tersebut dipotong (de-centering) pada ketinggian 30 cm dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.

3. Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai 60-70 cm maka dilakukan pemangkasan secara selektif (selective cut cross) setinggi 45 cm. Tunas-tunas yang tumbuh setelah pemangkasan selektif ini dibiarkan tumbuh selama 3-6 bulan, kemudian dijedang (tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari bidang pangkas.

(20)

tanaman dapat menutup tanah, biaya pemeliharaan tinggi serta perakaran tanaman mengalami gangguan. Selain itu terjadi kehilangan sebagian cadangan makanan berupa karbohidrat (pati) pada batang yang dipangkas. Kesalahan dalam menentukan ketinggian tanaman untuk dipangkas merupakan hal penting karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.

Cara perundukan (bending) dilakukan dengan melengkungkan batang utama dan cabang sekunder tanpa memotong bagian-bagian tanaman tersebut. Pelengkungan batang dan cabang tersebut dapat menyebabkan terakumulasinya bahan makanan (karbohidrat) di bagian sisi atas batang sehingga akan merangsang pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending sebagai berikut:

1. Sekitar 4-6 bulan setelah bibit ditanam di lapangan, batang utama yang telah mencapai tinggi lebih dari 70 cm dilengkungkan dengan sudut 45º dengan permukaan tanah serta pucuknya dipotong. Pelengkungan dapat dilakukan dengan menggunakan tali bambu, cagak kayu atau lainnya.

2. Kira-kira setelah 6 bulan dari bending I, tunas-tunas sekunder akibat bending I telah mencapai panjang 40-50 cm dapat dilakukan bending II dengan pelengkungan menyebar ke segala arah.

3. Cabang yang tumbuh ke atas setelah bending II dilakukan cut cross pada ketinggian 30 cm sedangkan cabang lain yang belum mencapai ketinggian tersebut dibiarkan.

(21)

Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan Pucuk

Tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen daun muda atau pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatif termasuk pupuk akan dapat mempengaruhi pertumbuhan pucuk tersebut. Adisewojo dalam Rusmana dan Salim (2003) menyatakan bahwa hasil pucuk yang diperoleh bergantung pada pertumbuhan tunas tanaman teh tersebut. Klon seri Gambung memiliki sifat kecepatan pertumbuhan pucuk yang berbeda (Johan dan Sriyadi, 2005). Perbedaan kecepatan tumbuh tanaman teh tersebut yang menyebabkan adanya daur petik pada perkebunan teh. Daur petik tersebut dibedakan tiap luasan tertentu.

Pucuk daun teh memiliki komposisi kimia yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi variasi susunan kimia daun teh diantaranya adalah jenis klon tanaman teh, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun, serta banyaknya sinar matahari yang diterima tanaman. Variasi tersebut sulit diatasi, apalagi yang bersifat genetis dan alamiah. Variasi tersebut masih dapat diterima ketika komposisinya diusahakan masih berada dalam keadaan baik atau tidak berubah.

Daun pucuk pada tanaman teh memiliki senyawa nitrogen yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan bagian lain pada tanaman teh. Salim et al. (1989) menyatakan bahwa persentase kadar N pucuk daun teh pada 6 bulan pertama setelah pemberian zeolit mengalami perubahan kecuali dengan adanya penambahan zeolit 4-6 ton/ha/tahun, persentase kadar N pucuk akan tetap stabil. Rusmana dan Salim (2003) menyatakan bahwa akan berbeda persentase serapan N pucuk ketika diberikan perlakuan pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik pada pertanaman teh.

(22)

pertumbuhan pucuk. Kondisi tersebut mengakibatkan penyinaran matahari rendah sehingga proses fotosintesis yang membutuhkan sinar matahari menjadi terhambat.

Pembentukan pucuk pada tanaman teh sangat ditentukan dengan banyaknya hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan pucuk yang dikenal dengan Harvest Index (HI). Kecukupan pasokan nitrogen pada tanaman ditandai oleh aktivitas fotosintesis yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang baik dan warna tanaman yang hijau tua. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Munawar (2011) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan bagian dari klorofil yang bertanggung jawab terhadap fotosintesis.

Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

Nitrogen berperan sebagai penyusun penting klorofil, bagian integral dari protein tanaman, dan pertumbuhan vegetatif tanaman (Hall, 2007). Nitrogen menyusun sekitar 40 % - 50 % bobot kering protoplasma atau bahan hidup sel tanaman (Munawar, 2011). Oleh karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan senyawa lain bagi tanaman.

Urea (CO(NH2)2 salah satunya terbentuk dari reaksi Haber-Bosch yang

berasal dari gas hidrogen (H2) dan gas N2 atmosfer. Hasil reaksi tersebut berupa

NH3 yang dapat digunakan sebagai bahan baku dasar pembuatan urea (Munawar,

2011). Urea atau senyawa nitrogen diserap tanaman dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+). Nitrat merupakan bentuk senyawa yang paling

disukai tanaman untuk pertumbuhan, tetapi dipengaruhi oleh jenis dan faktor-faktor lingkungan. Tanaman cenderung menyerap nitrat meskipun yang diberikan adalah pupuk amonium. Laju serapan nitrat lebih tinggi dan diserap tanaman secara aktif.

(23)

kematian pada tanaman. Hardjowigeno (2007) menyatakan dalam proses reaksi pembentukan urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman apabila terdapat dalam jumlah yang banyak.

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Atas Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari hingga Juni 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman teh klon Gambung 7 sebanyak 176 bibit, pupuk Urea, serta pupuk kandang kotoran ayam. Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, ember, penggaris atau meteran, ajir, jangka sorong, alat ukur klorofil SPAD-502 Plus serta alat tulis.

Metode

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan susunan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan yaitu dosis pupuk nitrogen yang terdiri atas 4 taraf yaitu:

P0 = 60 kg N/ha. P1 = 120 kg N/ha P2 = 180 kg N/ha. P3 = 240 kg N/ha.

Empat perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 16 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 8 tanaman. Data yang diperoleh diuji dengan uji analisis ragam dan dilakukan uji lanjut DMRT pada data yang berbeda nyata dengan taraf 5 %.

Model linier percobaan ini adalah: Yij = µ + τi+ βj+ εij

(i = 1,2,3,4 ; j = 1,2,3,4) Keterangan:

Yij : respon pengamatan kelompok ke-i, perlakuan pupuk nitrogen ke-j µ : nilai tengah umum

(25)

βj : pengaruh perlakuan pupuk nitrogen ke-j

εij : pengaruh galat kelompok ke-i, perlakuan pupuk nitrogen ke-j

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 2 blok lahan, masing-masing blok seluas 20 x 10 meter yang memiliki perbedaan tinggi sekitar 1 meter antar bloknya (Lampiran 1). Pengolahan tanah dilakukan pada minggu terakhir bulan Oktober 2011 dengan cara menggemburkan tanah kemudian dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 120 cm x 60 cm. Setiap lubang tanam diberi pupuk organik kotoran ayam dengan dosis 1 kg/lubang tanam. Dua minggu kemudian ditanam bibit teh pada lubang tanam yang telah diberikan pupuk kandang. Perlakuan pemupukan dilakukan pada minggu terakhir bulan Februari 2012, dengan cara menaburkan pupuk pada alur pupuk di sekeliling tanaman. Perlakuan dosis pupuk hanya dilakukan satu kali aplikasi dikarenakan pupuk yang digunakan adalah pupuk slow release yang efeknya dapat mempengaruhi tanaman beberapa waktu kemudian. Dosis pupuk Urea yang digunakan untuk perlakuan pemupukan

nitrogen yaitu P0 (60 kg N/ha) = 4.3 g per tanaman, P1 (120 kg N/ha) = 8.6 g per tanaman, P2 (180 kg N/ha) = 13 g per tanaman dan P3 (240 kg N/ha) = 17.2 g per tanaman.

Pengamatan pendahuluan dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan aplikasi pupuk yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal tanaman serta nilai peubah-peubah pengamatan. Tanaman yang telah mencapai tinggi lebih dari 70 cm ataupun cabang primer yang telah memiliki panjang lebih dari 70 cm dilakukan bending yang pada minggu selanjutnya tidak dilakukan pengamatan tinggi tanaman pada tanaman tersebut.

(26)

Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu pada 128 tanaman sampel. Pengamatan yang dilakukan meliputi:

1. Tinggi tanaman.

Tinggi tanaman diukur dengan cara membentangkan alat ukur berupa meteran yang disejajarkan dengan batang utama. Tinggi tanaman tersebut diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman yang paling tinggi. Pengukuran dilakukan pada minggu awal hingga minggu terakhir pengamatan.

2. Jumlah cabang primer dan cabang sekunder.

Jumlah cabang primer dan cabang sekunder dihitung satu per satu cabang yang muncul tiap minggu. Pengukuran dilakukan pada minggu awal hingga minggu terakhir pengamatan.

3. Jumlah daun.

Jumlah daun dihitung dengan satu per satu daun yang muncul tiap minggu. Pengukuran dilakukan pada minggu awal hingga minggu terakhir pengamatan.

4. Diameter batang yang diamati pada 10 cm dari permukaan tanah.

Diameter batang diukur dengan cara memberikan tanda pada batang utama tanaman 10 cm dari permukaan tanah, kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada minggu awal hingga minggu terakhir pengamatan.

5. Tingkat kehijauan daun.

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut lebih baik dari kebutuhan optimal tanaman teh. Dalimoenthe dan Johan (2008) menyatakan bahwa tanaman teh membutuhkan paling sedikit curah hujan 114 mm per bulan untuk tumbuh optimal. Jumlah curah hujan tersebut memiliki nilai yang sangat tinggi pada bulan pertama pengamatan sedangkan pada dua bulan terakhir pengamatan curah hujan cukup rendah. Suhu optimum untuk pertanaman teh berkisar antara 14 °C - 25 °C. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2008) jika suhu udara lebih dari suhu optimum tetapi tidak melebihi 30 °C maka tanaman masih dapat tumbuh walaupun tidak optimal, tetapi jika suhu pertanaman melebihi 30 °C maka hasil fotosintesis akan berkurang karena banyak karbohidrat yang dirombak kembali pada proses respirasi sehingga fotosintat menurun. Suhu maksimum rata-rata per bulan pada lokasi percobaan adalah 27.5 ºC dan suhu minimum rata-rata sebesar 26.1 ºC sehingga pertanaman masih dapat tumbuh dengan baik walaupun suhu udara sedikit lebih tinggi dari suhu optimum (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bogor, 2012) (Lampiran 2).

(28)

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nilai pH KCl dan H2O

menunjukkan nilai yang sama pada tiap perlakuan yaitu 4.1 dan 4.8 yang termasuk dalam kategori sangat rendah pada kriteria penilaian sifat kimia tanah, tetapi masih dalam batas toleransi tanaman untuk tumbuh dengan baik karena nilai pH yang baik untuk pertanaman teh yaitu antara 4.5 - 5.6. Nilai C-organik dan N-total terbaik terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha, secara berturut yaitu 2.95 % dan 0.25 %. Nilai C-organik dan N-total pada tiap perlakuan termasuk dalam kategori sedang pada kriteria penilaian sifat kimia tanah. Walaupun terdapat perbedaan penambahan jumlah nitrogen terhadap tanah, tetapi penambahan tersebut tidak menyebabkan peningkatkan jumlah bahan organik dan nitrogen dalam tanah. Nilai C-organik dan N-total tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu pengelolaan tanah, tekstur tanah, iklim, posisi lanskap, dan tipe vegetasi (Bot dan Benites dalam Munawar, 2011). Nilai C/N pada perlakuan 180 kg N/ha mencapai 11.80 % yang termasuk kategori sedang, padahal tanaman teh menghendaki nilai C/N yang termasuk kategori rendah karena baik untuk pertumbuhan vegetatif yaitu perlakuan 60 kg N/ha sebesar 9.09 %. Munawar (2011) menyatakan bahwa rasio C/N rendah berarti tanah banyak mengandung nitrogen dan mudah terdekomposisi, sehingga cepat memasok nitrogen pada tanaman (Lampiran 4).

Unsur Ca pada tiap perlakuan berada pada kategori yang sama yaitu sangat rendah dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan 60 kg N/ha yaitu sebesar 1.69 me/100 g. Nilai unsur Na tertinggi yaitu pada perlakuan 180 kg N/ha sebesar 0.67 me/100 g yang termasik dalam kategori sedang ketersediaannya di dalam tanah, sedangkan perlakuan lainnya berada pada kategori rendah. Unsur Mg menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan yang sama yaitu 60 kg N/ha dengan nilai sebesar 0.53 me/100 g dengan kategori rendah pada kriteria penilaian sifat kimia tanah. Kandungan Mg dalam tanah masih dalam kondisi yang sesuai karena menurut Havlin et al.dalam Munawar (2011) menyatakan bahwa pada umumnya tanah mengandung Mg berkisar 0.05 % di tanah (Lampiran 4).

(29)

pada kriteria penilaian sifat kimia tanah. Nilai KTK tertinggi terdapat pada perlakuan 120 kg N/ha yaitu sebesar 13.55 % yang termasuk dalam kategori rendah tetapi kandungan K tertinggi terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha yaitu sebesar 0.58 me/100 g yang termasuk kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan nilai KTK yang lebih tinggi efektifitas pasokan K terhadap tanaman berjalan baik sedangkan dengan tanah kandungan K yang tinggi belum tentu dapat memberikan pasokan K secara efektif pada tanah. Nilai kejenuhan basa (KB) dan kadar air tanah terbaik terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha secara berurut 25.49 % dan 22.24 %. Nilai KB pada semua perlakuan berada pada kategori sangat rendah hingga rendah pada kriteria penilaian sifat kimia tanah sehingga tanah dikategorikan kurang subur, sedangkan kadar air tanah dalam kondisi cukup (Lampiran 4).

(30)

A

B

Gambar 1. Kondisi Pertanaman Teh Saat 1 BSP (A) dan 4 BSP (B)

Gangguan hama dan penyakit tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pertanaman teh. Penyakit yang menyerang pertanaman teh pada saat percobaan diantaranya cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans (Gambar 2). Menurut Departemen Pertanian (2002) penyakit ini dapat menurunkan produksi pucuk basah hingga 50 % karena menyerang daun serta ranting yang masih muda. Pada umumnya serangan penyakit ini terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga. Selain itu pada pertanaman teh terdapat penyakit mati ujung (die back) atau juga biasa disebut tea gray blight (Gambar 2) yang disebabkan oleh jamur Pestalotia longiseta. Penyakit ini menyerang tanaman terutama melalui luka atau daun yang rusak hingga ranting serta tunas mengering dan dapat juga menyerang ranting yang masih hijau. Pencabutan tanaman atau membuang bagian tanaman yang terkena penyakit dilakukan untuk menghindarkan serangan penyakit yang lebih tinggi.

[image:30.595.96.505.54.756.2]
(31)

Hama yang menyerang pertanaman teh diantaranya adalah sejenis kutu putih Viburni pseudococcus (Gambar 3) berkoloni untuk menyerang daun dengan cara menyedot cairan pada daun. Selain itu terdapat ulat penggulung daun atau Homona coffearia. Menurut Departemen Pertanian (2002) cara yang dilakukan hama tersebut adalah dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan sutra atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan dengan yang lain. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) atau short roller of tea dengan cara menggulung pucuk memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung. Hama yang menyerang pertanaman diatasi dengan langsung membuang daun yang terdapat koloni hama atau dengan secara teknis diambil satu-persatu. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan dari kehilangan data akibat serangan hama.

Viburni pseudococcus Cydia leucostoma

[image:31.595.99.501.56.814.2]

Homona coffearia

(32)

Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu kedua, jumlah daun pada minggu delapan hingga minggu keenam belas, diameter batang pada minggu pertama hingga minggu ketiga serta pada pengukuran jumlah cabang sekunder. Pada peubah lainnya menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk memberikan pengaruh yang tidak nyata pada pertanaman teh (Lampiran 5).

Tinggi Tanaman

Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata pada pengamatan tinggi tanaman di minggu kedua (Lampiran 6). Pada minggu kedua tersebut terlihat bahwa perlakuan 180 kg N/ha memiliki tinggi tanaman yang lebih baik bila dibandingkan dengan semua perlakuan. Berdasarkan data pada Tabel 1, perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg N/ha dan 120 kg N/ ha tetapi tidak berbeda dengan perlakuan 240 kg N/ha.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Teh dengan Dosis Nitrogen yang Berbeda pada Pengamatan Minggu Kedua.

Perlakuan (kg N/ha) Tinggi Tanaman (cm)

60 52.1 b

120 50.4 b

180 58.9 a

240 53.2 ab

Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

(33)
[image:33.595.110.505.203.434.2]

Pertanaman teh pada perlakuan 180 kg N/ha mencapai tinggi lebih dari 70 cm lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Padahal pada minggu kedua dan ketiga, perlakuan 240 kg N/ha memiliki persentase tanaman yang mencapai tinggi lebih dari 70 cm yang lebih baik daripada perlakuan 180 kg N/ha. Diawali pada minggu keempat, persentase perlakuan 180 kg N/ha selalu tertinggi hingga akhir pengamatan dan persentase akhirnya mencapai 90.62 %.

Gambar 4. Persentase Tanaman Teh yang Telah Mencapai Tinggi 70 cm pada Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen

Jumlah Daun

Hubungan jumlah daun pada suatu tanaman dapat mempengaruhi besaran energi yang dapat dihasilkan oleh tanaman tersebut. Pemberian pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman teh pada minggu kedelapan hingga minggu terakhir pengamatan, sesuai dengan hasil uji analisis ragam pada Lampiran 7. Pada minggu kedelapan hingga minggu keenam belas terlihat bahwa perlakuan 180 kg N/ha memiliki jumlah daun lebih banyak apabila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Berdasarkan data pada Tabel 2, perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg N/ha tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 120 kg N/ha. Perlakuan 240 kg N/ha tidak berbeda nyata dengan perlakuan 180 kg N/ha hanya pada minggu ketiga belas, lainnya berbeda nyata.

90.62 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P er se nt as e ( % )

Minggu Pengamatan ke-

(34)

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Minggu Kedelapan hingga Minggu Keenam Belas dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen.

Minggu Jumlah daun

60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha ··· (helai) ···

Minggu ke-8 56.1 b 62.4 ab 69.7 a 59.0 b

Minggu ke-9 59.1 b 66.3 ab 75.7 a 64.2 b

Minggu ke-10 63.1 b 71.5 ab 82.4 a 68.3 b

Minggu ke-11 65.8 b 75.9 ab 86.4 a 71.8 b

Minggu ke-12 68.1 b 78.5 ab 89.1 a 75.1 b

Minggu ke-13 74.2 b 86.6 ab 95.7 a 83.7 bc

Minggu ke-14 78.4 b 90.5 ab 98.7 a 89.5 a

Minggu ke-15 88.1 b 100.0 ab 107.8 a 97.5 ab

Minggu ke-16 92.0 b 104.5 ab 108.8 a 100.2 ab

Ket: Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

[image:34.595.89.517.66.823.2]
(35)
[image:35.595.115.510.72.336.2]

Gambar 5. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Perlakuan Perbedaan Dosis Pupuk Nitrogen

Diameter Batang

Setelah melakukan uji analisis ragam, dihasilkan bahwa pengaruh pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata pada diameter batang di minggu pertama hingga minggu ketiga pengamatan (Lampiran 8). Pada minggu pertama hingga ketiga tersebut terlihat bahwa perlakuan 180 kg N/ha memiliki diamater batang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Berdasarkan Tabel 3 dari minggu pertama hingga ketiga pengamatan, perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg N/ha dan 240 kg N/ha tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 120 kg N/ha di minggu kedua.

Tabel 3. Diameter Batang dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen pada Minggu Pertama hingga Minggu Ketiga Pengamatan

Minggu Diameter batang

60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha ···cm···

Minggu ke-1 0.43 b 0.45 b 0.49 a 0.46 b

Minggu ke-2 0.44 b 0.46 ab 0.49 a 0.45 b

Minggu ke-3 0.45 b 0.45 b 0.49 a 0.44 b

Ket: Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% 55.3 71.4 57.1 82.4 25 50 75 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ju m lah Dau n T an am an T eh (h elai)

Minggu Pengamatan ke-

[image:35.595.108.513.79.696.2]
(36)

Pola perkembangan diameter batang pada tanaman teh selama masa percobaan disajikan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat bahwa diameter batang perlakuan 180 kg N/ha memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan lain dari minggu awal hingga minggu terakhir pengamatan, padahal pada minggu keempat nilainya hampir sama dengan perlakuan 120 kg N/ha. Pada minggu keempat tersebut perlakuan 180 kg N/ha memiliki nilai diameter 0.50 cm sedangkan perlakuan 120 kg N/ha dengan nilai diameter 0.49 cm. Tetapi pengamatan pada minggu-minggu selanjutnya hingga akhir pengamatan nilai diameter perlakuan 180 kg N/ha memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada pertumbuhan diameter perlakuan 120 kg N/ha sehingga nilai diameternya berada dibawah nilai diameter perlakuan 180 kg N/ha. Pada pengamatan terakhir diameter batang, perlakuan 180 kg N/ha memiliki nilai diameter yang paling baik dengan rata-rata 0.88 cm pada tiap tanaman.

Gambar 6. Diameter Batang Tanaman Teh pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen

Jumlah Cabang Primer dan Jumlah Cabang Sekunder

Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk nitrogen dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata pada jumlah cabang sekunder sedangkan pada jumlah cabang primer tidak berpengaruh nyata (Lampiran 9). Walaupun jumlah cabang primer tidak berbeda nyata antar perlakuan tetapi perlakuan 180 kg N/ha menunjukkan hasil yang baik dengan

0.49 0.5 0.88 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Diam eter B atan g T an am an T eh (cm )

Minggu Pengamatan ke-

(37)

memiliki rata-rata jumlah cabang paling baik diantara perlakuan lainnya. Berdasarkan Tabel 4, nilai rata-rata jumlah cabang primer pada perlakuan 180 kg N/ha adalah 7.14 cabang, jumlah tersebut lebih tinggi dari perlakuan lainnya yang memiliki nilai rata-rata jumlah cabang pada kisaran 6 cabang per tanaman. Jumlah cabang sekunder pada perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg N/ha tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 120 kg N/ha dan 240 kg N/ha. Jumlah cabang sekunder terbaik terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha yaitu 3.25 buah cabang sekunder sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan 60 kg N/ha sebesar 1.42 buah cabang sekunder. Jumlah cabang sekunder tersebut sebagian didapatkan dari pengamatan tanaman awal dan sebagian lain didapatkan dari hasil perlakuan bending.

Tabel 4. Jumlah Cabang Primer dan Cabang Sekunder Tanaman Teh dengan Perlakuan Perbedaan Dosis Pupuk Nitrogen

Perlakuan (kg N/ha)

Jumlah

Cabang Primer Cabang Sekunder

60 6.23 1.42 b

120 6.48 2.42 ab

180 7.14 3.25 a

240 6.66 1.97 ab

Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

Waktu yang Dibutuhkan Tanaman Teh untuk Mencapai Tinggi 70 cm

(38)

Tingkat Kehijauan Daun

Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk nitrogen yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada tingkat kehijauan daun (Lampiran 11). Pengukuran tingkat kehijauan daun secara destruktif berkorelasi positif dengan kadar nitrogen daun. Berdasarkan Tabel 5, perlakuan pupuk 180 kg N/ha memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 38.0 satuan unit sedangkan untuk perlakuan 240 kg N/ha rata-rata jumlah, 120 kg N/ha dan 60 kg N/ha secara berurut adalah 35.8 satuan unit, 34.7 satuan unit, dan 33.7 satuan unit.

Tabel 5. Rataan Tingkat Kehijauan Daun serta Waktu yang Dibutuhkan untuk Mencapai Tinggi 70 cm pada Tanaman Teh dengan Pemberian Dosis Pupuk yang Berbeda

Perlakuan (kg N/ha)

Tingkat Kehijauan Daun

(satuan unit)

Lama Waktu Tanaman Mencapai Tinggi 70 cm (minggu)

60 33.7 10.3

120 34.7 10.2

180 38.0 8.4

240 35.8 9.4

Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

Pembahasan

Aplikasi pupuk organik beberapa minggu sebelum pindah tanam dapat membantu penyediaan hara yang teratur dan seimbang dari tanah untuk tanaman. Hasil penelitian Hanafiah dalam Hanafiah (2005) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada tanah dapat memperbaiki sifat kimiawi tanah. Penggunaan pupuk organik juga dapat mempengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam, merangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan meningkatkan daya tanah mengikat air (Hanafiah, 2005).

(39)

mempercepat penutupan perdu sehingga masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dipersingkat. Pembentukan bidang petik dilakukan pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) yang didominasi pertumbuhan vegetatifnya sehingga kecukupan nitrogen dalam tanah perlu diperhatikan.

Rachmiati (1988) menyebutkan bahwa nitrogen merupakan hara utama untuk pertumbuhan dan produksi tanaman teh, karena bagian yang dipanen adalah pucuk (tunas muda) yang merupakan bagian vegetatif tanaman. Syarief dalam Rachmiati et al. (2004) menambahkan bahwa pupuk nitrogen diperlukan tanaman untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar.

Pembentukan bidang petik (frame) adalah perlakuan kultur teknis terhadap tanaman teh yang belum menghasilkan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas, agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak dalam waktu relatif cepat. Pemilihan bending untuk pembentukan frame pada percobaan ini agar bentuk perdu terancang lebih awal, frame lebih rendah, cepat menutup tanah, tidak ada pembuangan bagian tanaman, dan produksi awal akan lebih tinggi dibandingkan dengan centering.

Mata tunas pada batang yang lebih tua memiliki sifat dormansi yang lebih kuat sehingga pertumbuhan mata tunas yang baru akan menjadi lebih lambat. Selain itu tanaman teh akan memasuki periode pangkas pada tiga tahun berikutnya agar terus pada fase vegetatif, akan lebih baik jika bidang petik (frame) telah terbentuk sebelum periode pangkas tersebut.

(40)

setelah perlakuan, sedangkan perlakuan lainnya baru dapat dilakukan bending pada 10 minggu setelah perlakuan. Pertambahan tinggi tanaman tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersedian nitrogen dalam tanah (Rusmana dan Salim, 2003), yang menyatakan bahwa peranan unsur nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Ketersediaan nitrogen pada penelitian ini terdapat pada kategori sedang walaupun penambahan dosisnya berbeda tiap perlakuan sehingga pertumbuhannya berbeda pada minggu kedua pengamatan.

Jumlah daun pada suatu tanaman sangat berperan penting bagi perkembangan tanaman karena daun sebagai media terjadinya proses fotosintesis yang menghasilkan energi bagi tanaman untuk tumbuh. Pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata pada jumlah daun pada minggu kedelapan hingga minggu

keenam belas. Hasil menunjukkan bahwa jumlah daun pada perlakuan 180 kg N/ha memiliki jumlah daun paling banyak dibandingkan dengan perlakuan

lain, tetapi perlakuan 120 kg N/ha memiliki pertambahan jumlah daun yang lebih baik. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa perlakuan 120 kg N/ha lebih efektif untuk pertambahan jumlah daun tanaman teh. Menurut Hanafiah (2005) penggunaan pupuk nitrogen berperan menonjol terhadap bagian vegetatif tanaman (dedaunan dan pucuk). Penggunaan dosis yang tepat akan lebih mengoptimalkan hasil pucuk dari tanaman teh.

Pada dua bulan terakhir pengamatan curah hujan sangat rendah sehingga kadar air tanah berkurang (Hall, 2007), menyatakan bahwa tanaman membutuhkan dosis pupuk nitrogen yang tepat bagi kecepatan tanaman untuk tumbuh, khususnya pada saat cuaca panas atau ketika tanah menunjukkan kekeringan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman membutuhkan nitrogen pada saat tanah kekurangan air, walaupun ketersediaan nitrogen dalam tanah tinggi tetapi tanaman belum membutuhkan maka tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

(41)

pada minggu tersebut perlakuan 180 kg N/ha memang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Diameter batang pada perlakuan 180 kg N/ha meningkat lebih cepat tiap minggunya sedangkan perlakuan lain peningkatannya stagnan. Hal tersebut didukung dengan ketersediaan air pada bulan pertama pengamatan dengan curah hujan yang cukup tinggi. Menurut Hanafiah (2005) air yang diserap tanaman selain sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada hampir seluruh proses metabolismenya. Metabolisme nitrogen dalam tanaman merupakan faktor utama untuk pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun tanaman sehingga terdapat pengaruhnya pada pertambahan diameter batang tanaman teh tersebut.

Pada penghitungan jumlah cabang primer dan sekunder, dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata pada jumlah cabang sekunder sedangkan pada jumlah cabang primer tidak berpengaruh nyata. Hasil yang berbeda antara jumlah cabang primer dan cabang sekunder ini sangat berkaitan dengan genetik dari tanaman tersebut. Klon tanaman teh yang berbeda memungkinkan dapat mempengaruhi perbedaan antara jumlah cabang primer dan sekunder sehingga berbeda nyata hanya pada cabang sekunder. Lina et al. (2009) menemukan bahwa pemupukan nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anak daun sedangkan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Tiap tanaman memiliki genetik yang berbeda untuk pertambahan jumlah cabang primer dan cabang sekunder, sehingga masih sangat sulit untuk mengetahuinya.

(42)

menentukan pencapaian serapan hara yang optimal bagi produksi tanaman yang tinggi.

(43)

KESIMPULAN

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Dalam Rusmana, N. dan A.A. Salim. 2003. Pengaruh kombinasi pupuk daun puder dan takaran pupuk N, P, K yang berbeda terhadap hasil pucuk tanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) seedling, TRI 2025 dan GMB 4. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 9 (1-2): 28-39

Barchia, M.F. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Asam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 260 hal

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Curah Hujan Bogor. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Bogor. Bot, A. dan J. Benites. 2005. The Importance of Soil Organic Matter, Key to Drought-Resistant Soil and Sustained Food Production. FAO Soils Bulletin. 80p. Dalam Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 259 hal.

Dalimoenthe, S.L. dan M.E. Johan. 2008. Teknologi Percepatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) pada Tanaman Teh. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Tahun 2008. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung.

Darmawijaya, M. I. 1977. Pemupukan di kebun teh. Warta Balai Penelitian Teh dan Kina. BPTK Gambung. Bandung. 3(4):291-310

Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Crop Estate Statistics of Indonesia). Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.

Eden, T. 1965. Tea. 2nd Ed. Longmans Green and Co. Ltd. London. 201 p.

Hall, R. E. 2007. Soil Essential. Managing your farms primary asset. Landlinks Press. Collingwood. 182p.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L.Nelson, W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizer. An introduction to nutrient management. New Jersey. Pearson Prentice Hall. Dalam Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 259 hal.

(45)

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 p.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 288 hal. Johan, M.E. dan B. Sriyadi. 2005. Pemetikan klon teh seri Gambung pada siklus

panjang menggunakan gunting. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 8 (3):72-78

Lina, S.B, M. Okazaki, D. S. Kimura, Y. Yano, K. Yonebayashi, M. Igura, M. A. Quevedo and A. B. Loreto. 2009. Nitrogen uptake by sago palm (Metroxylon sagu Rottb.) in the early growth stages. Soil Science and Plant Nutrition. 55: 123-144.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 259 hal.

Nazarudin, F. B. Paimin. 1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta. 199 p.

Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2002. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Edisi Kedua. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 120 p.

__________________________. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi Ketiga. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 183 p. Rachmiati, Y. 1998. Pokok-pokok Pemupukan pada Tanaman Teh. Kursus

Mandor Tanaman Teh. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus

Yogyakarta. Yogyakarta. 8 hal. Dalam Wachjar, A., Supijatno dan D. Rubiana. 2006. Pengaruh beberapa jenis pupuk hayati tehadap

pertumbuhan dua klon tanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) belum menghasilkan. Buletin Agronomi (34) (3) 160-164.

Rochayati. 2011. Lahan berkurang, produksi teh terancam. http://www.bisnis.com/articles/ lahan-berkurang-produksi-teh-terancam. [2 Oktober 2012]

Rusmana, N. dan A.A. Salim. 2003. Pengaruh kombinasi pupuk daun puder dan takaran pupuk N, P, K yang berbeda terhadap hasil pucuk tanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) seedling, TRI 2025 dan GMB 4. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 9 (1-2): 28-39

Salim. A. A., Z. S. Wibowo dan Y. Rachmiati. 1989. Pengaruh takaran zeolit pada pemupukan N terhadap efisiensi serapan N pupuk, hara daun dan hasil pucuk pada tanaman teh. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 1 (2-3): 76-80

(46)

Staf Pusat Penelitian Tanah. 1993. Kriteria penilaian sifat-sifat tanah. Dalam Hardjowigeno. S, dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sultoni. 2010. Butuh Rp 1.5 triliun untuk dongkrak produksi teh nasional.

http://bisnis-jabar.com/index.php/2011/11/butuh-rp15-triliun-untuk-dongkrak-produksi-teh-nasional/ [28 November 2011]

Syarief, S. 1993. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung. Pustaka Buana. Dalam Racmiati, Y., A.A. Salim dan S. Wibowo. 2004. Pengaruh berbagai takaran pupuk majemuk NPK dan kompos limbah kulit kina terhadap pH, KTK, C-Organik, dan pertumbuhan tanaman kina muda di inceptisol. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 9 (1-2): 21-27

Wibowo, Z.R. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan teh, p. 293-340. Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

(47)
(48)

U1

U2

U3

U4

Lampiran 1. Denah Petak Percobaan

Keterangan: U1 : Ulangan 1 U2 : Ulangan 2

U3 : Ulangan 3 U4 : Ulangan 4

P0 : 60 kg N/ha P1 : 120 kg N/ha

P2 : 180 kg N/ha P3 : 240 kg N/ha

: Tanaman Contoh : Tanaman Pinggir

P0 P1 P2 P3 P2

P3

P0 P1

P2 P3 P0 P1 P3

(49)

Lampiran 2. Keadaan Suhu dan Curah Hujan Selama Penelitian di Wilayah Darmaga, Bogor

Bulan

Temperatur rata-rata

(ºC)

Curah Hujan (mm/bulan)

Hari Hujan (hari)

Februari 27.2 548.9 25

Maret 27.3 136 21

April 27.5 390 25

Mei 26.1 195 18

Juni 26.2 94 15

Rataan 26.9 272.8 21

(50)

Lampiran 3. Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan Pendahuluan

Tinggi Tanaman

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01

Jumlah Daun

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01 Diameter Batang

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01 Jumlah Cabang Primer

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01

Jumlah Cabang Sekunder

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01

Sumber Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%) Ulangan 3 41.9014000 13.9671333 0.81tn 0.5173 8.5 Perlakuan 3 134.3507500 44.7835833 2.61 0.1155

Galat 9 154.2596500 17.1399611

Umum 15 330.5118000

Sumber Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%) Ulangan 3 97.25567500 32.41855833 2.21tn 0.1560 13.1 Perlakuan 3 60.69102500 20.23034167 1.38 0.3101

Galat 9 131.8184750 14.6464972

Umum 15 289.7651750

Sumber Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%) Ulangan 3 0.00406875 0.00135625 4.60** 0.0325 4.1 Perlakuan 3 0.00481875 0.00160625 5.44 0.0207

Galat 9 0.00265625 0.00029514

Umum 15 0.01154375

Sumber

Keragaman db JK KT

F-Hitung Pr>F KK (%) Ulangan 3 1.99175000 0.66391667 0.90tn 0.4771 26.2 Perlakuan 3 2.27485000 0.75828333 1.03 0.4242

Galat 9 6.61990000 0.73554444

Umum 15 10.88650000

Sumber Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%) Ulangan 3 0.09786875 0.03262292 0.39tn 0.7650 126.5 Perlakuan 3 0.03411875 0.01137292 0.13 0.9367

Galat 9 0.75830625 0.08425625

(51)

Lampiran 4. Hasil Analisis Tanah Setelah Penelitian

Keterangan: SR: Sangat Rendah R: Rendah S:Sedang T: Tinggi ST: Sangat Tinggi

Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

No. Lapang

pH 1:1 Walkley &

Black Kjeldhal C/N

Rasio

N NH4Oac pH 7.0 KB Kadar

Air

H2O KCl

C-Org N-Total Ca Mg K Na KTK

...(%)... ...(me/100g)... ...(%)...

(52)

Lampiran 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan

Peubah Perlakuan kk (%)

Tinggi Tanaman minggu ke-2 * 6.84

Jumlah Daun Minggu ke-8 * 8.92

Jumlah Daun Minggu ke-9 * 9.34

Jumlah Daun Minggu ke-10 * 9.95

Jumlah Daun Minggu ke-11 * 10.33

Jumlah Daun Minggu ke-12 * 10.26

Jumlah Daun Minggu ke-13 ** 7.54

Jumlah Daun Minggu ke-14 ** 6.93

Jumlah Daun Minggu ke-15 * 6.82

Jumlah Daun Minggu ke-16 * 5.62

Jumlah Cabang tn 12.76

Jumlah Anak Cabang * 34.64

Diameter Batang Minggu ke-1 ** 3.63

Diameter Batang Minggu ke-2 * 4.69

Diameter Batang Minggu ke-3 * 4.30

Tingkat Kehijauan Daun tn 9.24

Lama Waktu Tanaman Mencapai Tinggi 70 cm tn 16.14 Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01

Lampiran 6. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01 Sumber

Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%) Minggu ke-1

Ulangan 3 39.3266250 13.1088750 0.73 0.5576 8.3 Perlakuan 3 124.7188250 41.5729417 2.33tn 0.1430 Galat 9 160.7855250 17.8650583

Umum 15 324.8309750

Minggu ke-2

ulangan 3 80.3199687 26.7733229 1.99 0.1868 6.8 perlakuan 3 162.6601687 54.2200562 4.02* 0.0454 Galat 9 121.3686563 13.4854063

Umum 15 364.3487937

Minggu ke-3

ulangan 3 120.6538687 40.2179562 2.50 0.1259 7.1 perlakuan 3 156.6089688 52.2029896 3.24 tn 0.0745 Galat 9 144.9940563 16.1104507

Umum 15 422.2568938

Minggu ke-4

ulangan 3 95.1969500 31.7323167 1.78 0.2206 7.1 perlakuan 3 110.1512500 36.7170833 2.06 tn 0.1759 Galat 9 160.3555000 17.8172778

(53)

Lampiran 6 (Lanjutan)

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01 Sumber

Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%)

Minggu ke-5

Ulangan 3 146.9282187 48.9760729 3.51 0.0626 5.9 Perlakuan 3 111.3803187 37.1267729 2.66 tn 0.1118 Galat 9 125.7367563 13.9707507

Umum 15 384.0452938

Minggu ke-6

Ulangan 3 138.4095688 46.1365229 2.96 0.0901 6.0 Perlakuan 3 104.3693188 34.7897729 2.23 tn 0.1537 Galat 9 140.2469062 15.5829896

Umum 15 383.0257938

Minggu ke-7

ulangan 3 116.0772500 38.6924167 1.88 0.2033 7.4 perlakuan 3 18.2692500 6.0897500 0.30 tn 0.8275 Galat 9 185.1622000 20.5735778

Umum 15 319.5087000

Minggu ke-8

ulangan 3 227.9730188 75.9910063 8.63 0.0052 4.7 perlakuan 3 71.5602188 23.8534063 2.71 tn 0.1078

Galat 9 79.2750562 8.8083396

Umum 15 378.8082938

Minggu ke-9

ulangan 3 59.72187500 19.90729167 0.63 0.6147 9.2 perlakuan 3 94.36342500 31.45447500 0.99 tn 0.4391 Galat 9 285.0748750 31.6749861

Umum 15 439.1601750

Minggu ke-10

Ulangan 3 76.1258188 25.3752729 1.08 0.4043 7.9 Perlakuan 3 147.8952688 49.2984229 2.11 tn 0.1698 Galat 9 210.7611562 23.4179062

Umum 15 434.7822438

Minggu ke-11

Ulangan 3 19.4942188 6.4980729 0.23 0.8712 8.8 Perlakuan 3 204.5084188 68.1694729 2.44 tn 0.1309 Galat 9 251.0855562 27.8983951

Umum 15 475.0881938

Minggu ke-12

Ulangan 3 22.4132187 7.4710729 0.29 0.8336 8.3 Perlakuan 3 141.8204687 47.2734896 1.82 tn 0.2141 Galat 9 234.0912063 26.0101340

(54)

Lampiran 6 (Lanjutan) Sumber

Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%)

Minggu ke-13

Ulangan 3 18.9016188 6.3005396 0.26 0.8514 7.9 Perlakuan 3 123.4589188 41.1529729 1.71 tn 0.2344

Galat 9 216.8229062 24.0914340

Umum 15 359.1834438

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01

Lampiran 7. Sidik Ragam Peubah Jumlah Daun Tanaman Teh Sumber

Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%)

Minggu ke-1

Perlakuan 3 60.69102500 20.23034167 1.38tn 0.3101 13.1 Ulangan 3 97.25567500 32.41855833 2.21 0.1560

Galat 9 131.8184750 14.64649720

Umum 16 289.7651750

Minggu ke-2

Perlakuan 3 132.1350188 44.0450063 3.10tn 0.0818 12.5 Ulangan 3 43.9165188 14.6388396 1.03 0.4243

Galat 9 127.8340062 14.2037785

Umum 16 303.8855438

Minggu ke-3

Perlakuan 3 184.5391688 61.5130563 2.88tn 0.0957 11.5 Ulangan 3 332.7499188 110.9166396 5.18 0.0236

Galat 9 192.5438062 21.3937562

Umum 16 709.8328938

Minggu ke-4

Perlakuan 3 179.0910500 59.6970167 3.62tn 0.0581 9.2 Ulangan 3 427.9891500 142.6630500 8.66 0.0051

Galat 9 148.3067000 16.4785222

Umum 16 755.3869000

Minggu ke-5

Perlakuan 3 137.5853500 45.8617833 2.90tn 0.0938 7.9 Ulangan 3 553.7636500 184.5878833 11.68 0.0019

Galat 9 142.1898000 15.7988667

Umum 16 833.5388000

Minggu ke-6

Perlakuan 3 117.7398188 39.2466063 1.40tn 0.3037 9.8 Ulangan 3 485.4152188 161.8050729 5.79 0.0174

Galat 9 251.4025062 27.9336118

Umum 16 854.5575438

(55)

Lampiran 7 (Lanjutan) Sumber

Keragaman

db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%)

Minggu ke-7

Perlakuan 3 231.8550750 77.2850250 2.22tn 0.1553 10.2 Ulangan 3 584.1262250 194.7087417 5.59 0.0192

Galat 9 313.386475 34.8207190

Umum 16 1129.367775

Minggu ke-8

Perlakuan 3 414.8443187 138.2814396 4.54* 0.0335 8.9 Ulangan 3 586.8878187 195.6292729 6.43 0.0129

Galat 9 274.008706 30.4454120

Umum 16 1275.740844

Minggu ke-9

Perlakuan 3 581.0601000 193.6867000 5.03* 0.0256 9.3 Ulangan 3 476.5034000 158.8344667 4.13 0.0426

Galat 9 346.271400 38.474600

Umum 16 1403.834900

Minggu ke-10

Perlakuan 3 792.3672500 264.1224167 5.23* 0.0230 9.9 Ulangan 3 383.2265000 127.7421667 2.53 0.1226

Galat 9 454.098050 50.455339

Umum 16 1629.691800

Minggu ke-11

Perlakuan 3 903.7354687 301.2451562 5.01* 0.0259 10.3 Ulangan 3 447.0533187 149.0177729 2.48 0.1274

Galat 9 540.8841560 60.0982400

Umum 16 1891.672944

Minggu ke-12

Perlakuan 3 914.9148187 304.9716062 4.79* 0.0292 10.2 Ulangan 3 594.0230687 198.0076896 3.11 0.0813

Galat 9 572.990906 63.665656

Umum 16 2081.928794

Minggu ke-13

Perlakuan 3 944.8573500 314.9524500 7.65* 0.0076 7.5 Ulangan 3 854.6363500 284.8787833 6.92 0.0103

Galat 9 370.308100 41.145344

Umum 16 2169.801800

Minggu ke-14

Perlakuan 3 830.822325 276.940775 11.70** 0.0090 6.9 Ulangan 3 1345.130325 448.376775 7.23 0.0018

Galat 9 344.800325 38.311147

Umum 16 2520.752975

(56)

Lampiran 7 (Lanjutan) Sumber

Keragaman

Db JK KT

F-Hitung

Pr>F KK (%)

Minggu ke-15

Perlakuan 3 792.669800 264.223267 5.86* 0.0168 6.8 Ulangan 3 1825.135800 608.378600 13.50 0.0011

Galat 9 405.487300 45.054144

Umum 16 3023.292900

Minggu ke-16

Perlakuan 3 617.864119 205.954706 6.33* 0.0134 5.6 Ulangan 3 1687.033969 562.344656 17.29 0.0004

Galat 9 292.660956 32.517884

Umum 16 2597.559044

Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01

Lampiran 8. Sidik Ragam Peubah Diameter Batang Tanaman Teh

Ket: tn = tidak nyat

Gambar

Gambar 2. Penyakit yang Menyerang Pertanaman Teh
Gambar 3. Hama yang Menyerang Pertanaman Teh
Gambar 4.  Persentase Tanaman Teh yang Telah Mencapai Tinggi 70 cm pada
Tabel 2.  Jumlah Daun Tanaman Teh pada Minggu Kedelapan hingga
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum dalam kasus tindak pidana perkelahian massa yang terjadi di Kabupaten Tana Torajapada 15

Visi misi pasangan dokter H Mundjirin ES SpOG-Ir H Warnadi MM yaitu ingin mewujudkan Kabupaten Semarang yang mandiri, tertib, dan sejahtera (MATRA). Namun diantara

Hal tersebut dapat dirancang melalui selubung bangunan yang memiliki peneduh, pengaturan luasan rasio bukaan jendela terhadap dinding, pemilihan material dengan melihat

Apabila seorang wanita balig berakal menikahkan dirinya sendiri dengan seseorang yang tidak sekufu(sebanding) dengannya atau dalam perkawinan itu terdapat unsur

Program yang digunakan dalam implementasi website Sistem Informasi Pembagian Ruang Kelas Siswa Baru Menggunakan Metode K-Means Clustering ialah browser Mozilla

Berkenaan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan adik-adik untuk memberikan jawaban atas pernyataan yang terdapat dalam angket ini sesuai dengan kondisi adik-adik dalam

Oleh karena itu, proses pendidikan nilai-nilai kecakapan hidup punggawa dan sawi yang terdapat pada masyarakat nelayan etnis Bugis terdiri dari dua pola, yaitu pola partisipasi