• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Serta Tingkat Pengetahuan Penjual Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Serta Tingkat Pengetahuan Penjual Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESINER PENELITIAN

Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Serta Tingkat Pengetahuan Penjual Tentang Natrium

Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Tahun 2013

A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Usia :

3. Pendidikan :

B. Pengetahuan tentang penggunaan natrium benzoat dan siklamat

Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar. 1. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan Bahan Tambahan Makanan

(BTM)?

d. Bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat suatu produk makanan.

e. Bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk membuat makanan terasa lebih lezat dan gurih.

f. Tidak tahu.

2. Menurut saudara apa tujuan dari penggunaan BTM?

d. Untuk memperbaiki rasa dan memperpanjang daya simpan suatu makanan. e. Untuk menyembunyikan kerusakan dari bahan dasar pembuat makanan. f. Tidak tahu.

3. Menurut saudara apakah semua BTM berbahaya untuk kesehatan manusia?

a. Ya. b. Tidak.

4. Menurut saudara adakah peraturan pemerintah mengenai BTM? a. Ada. b. Tidak ada.

5. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan bahan pengawet?

a. Bahan tambahan yang digunakan untuk mengawetkan berbagai bahan pangan.

b. Bahan pembuat rasa makanan lebih enak. c. Tidak tahu.

6. Apakah saudara tahu pengawet natrium benzoat?

a. Ya. b. Tidak.

(2)

a. Dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada makanan dan dapat disimpan lebih lama.

b. Dapat mengurangi biaya produksi dan dapat menambah rasa pada makanan. c. Tidak tahu.

8. Menurut saudara apakah hanya natrium benzoat yang dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan?

a. Ya. b. Tidak.

9. Menurut saudara penggunaan natrium benzoat yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan?

a. Jika yang dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak mengganggu kesehatan.

b. Pemakaian natrium benzoat tidak dapat mengganggu kesehatan. c. Tidak tahu.

10. Apakah dampak langsung dari natrium benzoat jika penggunaannya melebihi ambang batas?

a. Mual, sakit kepala, pembakaran dan iritasi kerongkongan. b. Tidak ada efek yang terjadi.

c. Tidak tahu.

11. Apakah dampak jangka panjang dari natrium benzoat jika penggunaannya melebihi ambang batas?

a. Kerusakan otak, gangguan kepribadian, masalah pencernaan. b. Tidak ada efek yang terjadi.

c. Tidak tahu.

12. Menurut saudara berapa batas maksimum penggunaan natrium benzoat yang diizinkan dalam pembuatan selai?

a. 1 gram/kg. b. Secukupnya. c. Tidak tahu.

13. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan pemanis buatan?

a. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

b. Bahan pemanis untuk makanan dan pengganti gula. c. Tidak tahu.

14. Apakah saudara tahu pemanis buatan siklamat?

a. Ya. b. Tidak.

(3)

a. Sebagai pemanis buatan yang tingkat kemanisannya ± 30 kali dari pada gula alami.

b. Sebagai bahan pemanis untuk makanan dan pengganti gula. c. Tidak tahu

16. Menurut saudara apa saja jenis-jenis bahan pemanis buatan yang diizinkan pemerintah?

a. Sakarin, siklamat, aspartam.

b. Semua bahan pemanis buatan yang beredar dipasaran. c. Tidak tahu.

17. Menurut saudara apakah hanya siklamat yang dapat digunakan sebagai bahan pemanis?

a. Ya. b. Tidak.

18. Menurut saudara penambahan siklamat yang melebihi ambang batas dapat membahayakan kesehatan?

a. Jika yang dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak mengganggu kesehatan.

b. Pemakaian bahan pemanis buatan tidak dapat mengganggu kesehatan. c. Tidak tahu

19. Apakah dampak langsung dari siklamat jika penggunaannya melebihi ambang batas?

a. Sakit kepala, alergi, iritasi, diare. b. Tidak ada efek yang terjadi. c. Tidak tahu.

20. Apakah dampak jangka panjang dari siklamat jika penggunaannya melebihi ambang batas?

a. Kebotakan, dan kanker otak. b. Tidak ada efek yang terjadi. c. Tidak tahu.

21. Menurut saudara berapa batas maksimum penggunaan siklamat yang diizinkan dalam pembuatan selai?

a. 1 gram/kg. b. Secukupnya. c. Tidak tahu

22. Menurut saudara apakah ada peraturan pemerintah yang mewajibkan suatu produk makanan diberi label komposisi dan tanggal kadaluarsa?

(4)

Responden

( )

Lampiran 3.

Hasil Pengolahan Data

Usia Responden (Tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 19 1 6.3 6.3 6.3

20 3 18.8 18.8 25.0

24 5 31.3 31.3 56.3

26 3 18.8 18.8 75.0

32 2 12.5 12.5 87.5

33 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Usia Kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <24 Tahun 9 56.3 56.3 56.3

>24 Tahun 7 43.8 43.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sd 1 6.3 6.3 6.3

Smp 2 12.5 12.5 18.8

Sma 13 81.3 81.3 100.0

(5)

Pengertian Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang tepat 3 18.8 18.8 18.8

tepat 13 81.3 81.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Tujuan Penggunaan BTM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tepat 16 100.0 100.0 100.0

Semua BTM Berbahaya Untuk Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 16 100.0 100.0 100.0

Adakah Peraturan Pemerintah Mengenai BTM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 16 100.0 100.0 100.0

Pengertian Bahan Pengawet

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tepat 16 100.0 100.0 100.0

Pengetahuan Pengawet Natrium Benzoat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 16 100.0 100.0 100.0

Kegunaan Natrium Benzoat

Frequency Percent Valid Percent

(6)

Kegunaan Natrium Benzoat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tepat 16 100.0 100.0 100.0

Natrium Benzoat Yang Hanya Digunakan Sebagai Bahan Pengawet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 9 56.3 56.3 56.3

Ya 7 43.8 43.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Penggunaan Natrium Benzoat Yang Berlebihan Dapat Membahayakan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Tepat 4 25.0 25.0 25.0

Kurang Tepat 6 37.5 37.5 62.5

Tepat 6 37.5 37.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Dampak Langsung Natrium Benzoat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 16 100.0 100.0 100.0

Dampak Jangka Panjang Natrium Benzoat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 9 56.3 56.3 56.3

Tepat 7 43.8 43.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Batas Maksimum Penggunaan Natrium Benzoat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(7)

Tepat 8 50.0 50.0 100.0

Total 16 100.0 100.0

Pengertian Pemanis Buatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 12 75.0 75.0 75.0

Tepat 4 25.0 25.0 100.0

Total 16 100.0 100.0

Pengetahuan Pemanis Siklamat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 16 100.0 100.0 100.0

Kegunaan Siklamat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 7 43.8 43.8 43.8

Tepat 9 56.3 56.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Jenis-Jenis Bahan Pemanis Buatan Yang Diizinkan Pemerintah

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 7 43.8 43.8 43.8

Tepat 9 56.3 56.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Siklamat Yang Digunakan Sebagai Pemanis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 2 12.5 12.5 12.5

Ya 14 87.5 87.5 100.0

(8)

Penggunaan Siklamat Yang Berlebihan Dapat Membahayakan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Tepat 2 12.5 12.5 12.5

Kurang Tepat 6 37.5 37.5 50.0

Tepat 8 50.0 50.0 100.0

Total 16 100.0 100.0

Dampak Langsung Siklamat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 14 87.5 87.5 87.5

Tepat 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Dampak Jangka Panjang Siklamat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 7 43.8 43.8 43.8

Tepat 9 56.3 56.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Batas Maksimum Siklamat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Tepat 7 43.8 43.8 43.8

Tepat 9 56.3 56.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Peraturan Pemerintah Mewajibkan Produk Makanan Diberi Label Komposisi, Dan Tanggal Kadaluarsa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(9)

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 31 1 6.3 6.3 6.3

32 3 18.8 18.8 25.0

34 1 6.3 6.3 31.3

35 2 12.5 12.5 43.8

36 2 12.5 12.5 56.3

37 3 18.8 18.8 75.0

38 2 12.5 12.5 87.5

39 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Pengetahuan_kat

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Baik 12 75.0 75.0 75.0

Kurang baik 4 25.0 25.0 100.0

(10)

Lampiran 4.

Contoh Perhitungan Kadar Natrium Benzoat Pada Selai Roti

0,0576 gr/kg bahan

(11)

Lampiran 5.

Perhitungan Batas Penggunaan Konsumsi Maksimum Bahan Tambahan Makanan

1. Bahan Pengawet Natrium Benzoat

1) Untuk orang dewasa (berat badan standard 50 kg)

Asupan harian natrium benzoat : 5 mg/kg × 50 = 250 mg

2) Untuk anak-anak

Asupan harian natrium benzoat :

2. Bahan Pemanis Siklamat

1) Untuk orang dewasa( berat badan standard 50 kg)

Asupan harian siklamat : 11 mg/kg × 50 = 550 mg

2) Untuk anak-anak

(12)

Lampiran 6.

Contoh Perhitungan Jumlah Maksimum Selai Roti Yang Aman Dikonsumsi Setiap Hari Dengan Berdasarkan Kandungan Bahan Tambahan Makanan

yang Sesuai Dengan Batas ADI Maksimum

Rumus :

X1 = 1 kg/ 1000 gr selai roti

X2 = n kg sampel

Y1 = jumlah kadar BTM dalam 1 kg/1 L sampel

Y2 = batas penggunaan maksimum BTM

1. Bahan Pengawet Natrium Benzoat

(13)

Lampiran 7.

Dokumentasi Penelitian

(14)

Gambar 2 dan 3. Tempat penjualan selai tidak bermerek di Pasar Petisah Kota Medan

Gambar 4. Penyaringan sampel

(15)

Gambar 6. Mengukur pH sampel untuk natrium benzoat.

(16)

Lampiran 8.

Komposisi Selai Roti Bermerek

1. Sampel 1

Komposisi: gula,buah stroberi, pengatur keasaman asam sitrat, gliukosa, pengawet

(natrium benzoat), pewarna (Ponceau 4R CI.16255).

2. Sampel 2

Komposisi: gula,buah stroberi, pengental (pektin), pengatur keasaman (asam

sitrat), pengawet natrium benzoat), pewarna makanan (Ponceau 4R CI.16255).

3. Sampel 3

Komposisi: Air, gula, pektin, glukosa, ekstrak buah nenas, pengawet, pewarna

4. Sampel 4

Komposisi: gula, nanas, glukosa, pengatur keasaman asam sitrat, pengawet

(17)

Lampiran 9.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan

No NAMA BAHAN

TAMBAHAN MAKANAN JENIS/BAHAN MAKANAN BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN Bahasa indonesia Bahasa inggris

1. Pemanis Buatan (artificial sweetener)

Siklamat (garam natrium dan garam kalsium) Cyclamate (sodium salt and calcium salt) Makan berkalori rendah:

1. Permen karet

dosis ini dihitung sebagai asam siklamat) 500mg/kg,

2.Permen 1 g/kg,

3.Saus 3 g/kg,

4.Es krim dan sejenisnya

2 g/kg,

5.Es lilin 3 g/kg,

6.Jem dan jeli 2 g/kg, 7.Minuman ringan 3 g/kg, 8.Minuman

yoghurt

3 g/kg,

9.Minuman ringan fermentasi

500 mg/kg

2. Pengawet (preservative)

Natrium benzoat

Sodium benzoat

1. Acar ketimun dalam botol

1 g/kg, tunggal atau campuran dengan Asam Benzoat atau natrium benzoat, atau dengan Kalium Sorbat 2. Jem dan jeli 1 g/kg, tunggal atau

campuran dengan Asam Sorbat dan garam kaliumnya, atau dengan ester dari asam para hidroksibenzoat

3. Kecap 600 mg/kg,

4. Minuman ringan

600 mg/kg,

5. Saus tomat 1 g/kg,

6. Makanan lainnya

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Anonim. 2009. Pemanis Buatan. http://hnz11.wordpress.com/2009/05/27/siklamat/. (13 September 2013).

Baliwati, Y.F., A. Khomsan dan C.M. Dwiriani, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Buckle, KA., R.A. Edward, G.H. Fleet dan M Wootoon, 1987. Ilmu Pangan.

Terjemahan Hary Purnomo dan Adiyono. UI Press, Jakarta.

Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara. Bandung.

Candra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Desrosier, N.W., 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjemahan M. Muljoharjo. UI-Press. Jakarta.

Huff, Ethan.A. 2012. USDA To Mask Sodium Benzoate Preservative With New Anti-Microbial label To Trick Consumers.

http://www.naturalnews.com/035972_USDA_sodium_benzoate_labeling.html (27 Agustus 2013).

Indriasari, L. 2009. Si Manis yang Perlu Diwaspadai. www.depkes.go.id. (15 Juni 2013.

Indarwati, R. 2008. Siklamat. http://riniindarwati.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. (10 januari 2014).

Irianto,K. K, Waluyo. 2004. Gizi Dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya. Bandung.

Margono, T., D. Suryati dan S. Hartinah, 2007. Selai dan jelly buah. http://www.ristek.go.id. (6 Juli 2013).

Menkes RI. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988

Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

(20)

Nurjannah. 2012. Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan

Iklan Pangan. Sekretaris Negara. Jakarta.

Qanytah., Budi,SC., Ambarsari,I. 2011. Teknologi Pengolahan Dodol dan Selai

Strawberry. http://jateng.litbang.deptan.go.id/ind/imagesPublikasiRekomendasi Teknologi/stroberi.pdf. Jawa Tengah.

Saparinto,C dan D,Hidayati. 2006. Bahan TambahanPangan. Kanisius. Yogyakarta.

Seto, S. 2001. Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi, Industri dan Perdagangan. IPB. Bogor. Siagian, A. 2002. Pelabelan Pangan.Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/369

6/1/fkm-albiner4.pdf. (27 Agustus 2013).

Sigi. 2011. Awas Cemilan Berpewarna Tekstil. http:news.liputan6.com/awas-cemilan-berpewarna-tekstil.htm. (15 Desember 2012).

Supradono, F. 2011. Mengenal Pemanis Buatan.http://kesehatan.kompasiana.com/ma

kanan/2011/08/10/mengenalpemanis-buatan/ (13 September 2013).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Sekretaris Negara. Jakarta.

Wibbertmann, A., Kielhorn, J., dan Koennecker, G. 2000. Bencoic Acid And Sodium

Benzoate. http://www.who.int/ipcs/publications/cicad/cicad26_rev_1.pdf.

Geneva

Winarno, F.G., 1991. Ilmu Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

., dan B.S.L. jennie, 1974. Dasar Pengawetan Pangan, Sanitasi dan

Peracunan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian IPB-Press, Bogor.

., dan Titi, S.R., 1994. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan.

Pustaka Harapan, Jakarta.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang

bersifat deskriptif yaitu menganalisis kandungan natrium benzoat dan siklamat pada

selai roti yang bermerek dan tidak bermerek serta mengetahui tingkat pengetahuan

penjual selai roti terhadap penggunaan natrium benzoat dan siklamat di Pasar Petisah

Kota Medan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel adalah Pasar Tradisional Petisah Kota Medan,

yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah bahwa pasar tersebut

merupakan pasar yang besar, berada di pusat kota, banyak dikunjungi oleh

masyarakat dan merupakan tempat dimana para penjual banyak menjual berbagai

produk makanan. Selanjutnya, sampel dibawa ke Laboratorium Kimia Analitik

Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA

USU) untuk diperiksa.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November

(22)

3.3. Objek dan Sampel Penelitian 3.3.1. Objek

Objek penelitian ini adalah selai roti stoberi dan nenas yang bermerek dan

tidak bermerek yang dijual di Pasar Petisah Kota Medan. Selai-selai roti tersebut akan

dibawa ke laboratorium kesehatan medan untuk dilakukan pemeriksaan.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu dari peneliti yang sebelumnya

telah melakukan studi pendahuluan. Adapun yang menjadi sampel penelitian adalah

selai stroberi dan nanas bermerek dan tidak bermerek yang dijual di Pasar Petisah

Kota Medan. Alasan pengambilan sampel tersebut merupakan selai yang sering dibeli

untuk berjualan maupun untuk digunakan sendiri. Sampel yang diteliti adalah

sebanyak 8 sampel yang terdiri dari 4 sampel selai roti yang bermerek dan 4 sampel

selai roti tidak bermerek yang berasal dari 2 toko dan dari produsen yang berbeda. 2

selai roti stroberi yang bermerek dan 2 selai roti stroberi yang tidak bermerek, 2 selai

roti nenas yang bermerek dan 2 selai roti nenas yang tidak bermerek. Pertimbangan

dalam pengambilan sampel bahwa lokasi sering dikunjungi pembeli. Responden

dalam penelitian ini adalah penjual selai roti yang berjumlah 16 orang yang terdiri

dari 8 toko, 2 orang penjual termasuk pemilik toko yang menjual selai roti di Pasar

(23)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Jenis data ini

merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data tersebut

berupa hasil pemeriksaan laboratorium selai roti yang bermerek dan tidak bermerek

terhadap zat pengawet natrium benzoat dan pemanis buatan siklamat. Serta berupa

hasil jawaban dari pertanyaan atau kuesioner yang diajukan kepada penjual selai roti

di Pasar Petisah Kota Medan.

3.5. Defenisi Operasional

1. Selai roti bermerek adalah selai roti yang menyertai nama atau identitas terhadap

produk, memiliki label kadaluwarsa dan disertai izin beredarnya makanan pada

kemasan.

2. Selai roti tidak bermerek adalah selai roti yang tidak menyertai nama atau

identitas terhadap produk, tidak memiliki label kadaluwarsa dan tidak disertai

izin beredarnya makanan pada kemasan.

3. Pengawet natrium benzoat yaitu bahan pengawet yang digunakan untuk

mengawetkan selai berupa kristal putih yang dapat ditambahkan langsung

kedalam makanan atau dilarutkan terlebih dahulu di dalam air atau pelarut

lainnya.

4. Pemanis siklamat adalah pemanis buatan yang intensitas kemanisannya ± 30 kali

kemanisan sukrosa.

5. Pemeriksaan laboratorium melalui Uji kualitatif yaitu pemeriksaan untuk

(24)

6. Pemeriksaan laboratorium melalui Uji kuantitatif yaitu pemeriksaan untuk

mengukur kadar natrium benzoat dan siklamat pada selai roti.

7. Ada/ tidak ada adalah suatu kondisi dimana ada/ tidak ada kandungan natrium

benzoat dan siklamat pada selai roti bemerek dan tidak bermerek.

8. Memenuhi syarat/tidak memenuhi syarat adalah suatu kondisi dimana kadar

natrium benzoat dan siklamat yang dipergunakan sesuai dengan/ tidak sesuai

dengan peraturan yang berlaku yaitu Permenkes RI No.

722/Menkes/Per/IX/1988.

9. Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 adalah peraturan pemerintah yang

mengatur tentang bahan tambahan makanan yang diizinkan/ tidak diizinkan

penggunaannya pada makanan.

10. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam hal pemahaman tentang

penggunaan bahan pengawet natrium benzoat dan bahan pemanis buatan

siklamat.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Cara Pengujian Kadar Pengawet Natrium Benzoat Selai Strawberry dan

Nanas

1. Peralatan

a. Buret

b. Beaker Glass

(25)

d. Bola Aspirator

e. Corong Pisah

f. Corong Kecil

g. Gelas Ukur

h. Erlemeyer

i. Pipet Volume

j. Pipet Tetes

k. Statif

l. Kertas saring Whatman

m. Kertas pH indikator

n. Penangas air

2. Bahan

a. Selai Strawberry dan nanas

b. Aquadest

c. NaOH 10%

d. NaCl

e. HCl

f. Dietil eter

g. NH4OH

h. NH3

(26)

3. Cara Kerja

a. Uji Kualitatif

1) Sebanyak 50 gr sampel dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml,

ditambahkan dengan 10 ml NaOH 10% sampai alkalis.

2) Kemudian dilarutkan dengan larutan NaCl jenuh sampai garis batas dan

dihomogenkan. Dibiarkan selama 2 jam sambil dikocok sesekali.

3) Lalu disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pemisah

sebanyak 50 ml. diasamkan filtratnya dengan HCl (1:3) pH 2,5-4,

kemudian diekstrak dengan 10-15 ml dietil eter.

4) Lapisan eter dipisahkan kedalam gelas erlenmeyer dan diuapkan

pelarutnya diatas penangas air.

5) Selanjutnya residu ditambahkan beberapa tetes larutan NH4OH sampai

alakalis dan diuapkan kelebihan NH3 dan diuji dengan larutan FeCl3 5%.

6) Terbentuk endapan kecoklatan menunjukkan adanya benzoat dalam

sampel.

b. Uji Kuantitatif

1) Masukkan 50 gr sampel kedalam erlemeyer

2) Tambahkan 50 ml air suling lalu kocok hingga homogen

3) Tambahkan H

2SO4 4N hingga suasana asam, cek dengan indikator

universal

(27)

(bagian atas ) dan dikumpulkan.

5) Diulangi penyaringan 2 kali selama 15 menit, masing-masing

menggunakan 15 ml eter.

6) Dikumpulkan sari eter kedalam erlemeyer dan cuci dengan aquadest

selama 10 menit, sari eter dikumpulkan dalam labu erlemeyer.

7) Sari eter diuapkan di water bath pada suhu 60o celcius

8) Kedalam sisa sari eter tambahkan 15 ml etanol dan 20 ml aquadest,

kocok hingga larut sempurna

9) Tambahkan 2-3 tetes indikator fenoptalin.

10) Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N titik akhir titrasi ditandai dengan

terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah

jambu muda.

11) Catat volum pentiter.

12) Lakukan titrasi blanko.

Keterangan:

V1 : Volume titrasi untuk sampel

V2 : Volume titrasi untuk blanko

N : Normalitas NaOH yang dipakai

BM : Berat molekul asam Benzoat (144,11)

(28)

Pembuatan Blanko:

1) Ambil 20 ml aquadest tambahkan 15 ml etanol masukkan kedalam

erlenmeyer

2) Tambahkan indikator fenolptalein 2-3 tetes

3) Titrasi dengan Natrium hidroksida 0,1 N sampai terbentuk warna merah

jambu muda.

3.6.2. Cara Pengujian Kadar Pemanis Buatan Siklamat Selai Strawberry, dan Nanas

1. Peralatan

a. Timbangan analitik

b. Gelas ukur

c. Labu erlenmeyer

d. Corong pisah

e. Kertas saring Whatman

f. Hotplate (Penangas air)

g. Spektrofotometer UV

2. Bahan

a. Larutan Asam Klorida (HCl 10%)

b. Larutan Barium Klorida (BaCl2 10%)

c. Larutan Nitrit (NaNO2 10%)

d. Sodium siklamat

(29)

f. Na-hipoklorit

g. Etil asetat

3. Cara Kerja

a. Uji Kualitatif

1) Ditimbang sebanyak 100 ml sampel pada labu erlenmeyer.

2) Ditambahkan aquades sampai tanda, disaring dengan kertas whatman

berukuran 15cm ×15cm.

3) Kemudian ditambahkan 10 ml larutan HCL 10%, ditambahkan 10 ml larutan

BaCl2 10%, dibiarkan 30 menit.

4) Disaring menggunakan kertas whatman, ditambahkan 10 ml NaNO2 10%

dilkukan diruang asam. Dipanaskan diatas penangas air pada suhu sekitar

125-1300.

5) Hasil yang didapat sekitar 20-30 menit setelah dipanaskan adalah endapan

putih berarti sampel mengandung siklamat.

b. Uji Kuantitatif

1) Masukkan 5 gr sampel dalam beaker gelas, kocok dengan 45 ml aquadest,

kemudian didiamkan.

2) Tambahkan 5 ml HCl lalu titrasi dengan NaNO2 0,1 M.

Perhitungan: 1 ml 0,1 M NaNO2 = 0,02012 gr Na Siklamat.

(30)

Pengetahuan responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan –

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 22

buah dengan total nilai maksimal adalah 44. Adapun ketentuan pemberian skor

adalah sebagai berikut:

1. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 1, 2, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18,

19, 20, 21 yaitu:

a. Jawaban a diberi skor = 2

b. Jawaban b diberi skor = 1

c. Jawaban c diberi skor = 0

2. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 3, 8, 17 yaitu:

a. Jawaban a diberi skor = 0

b. Jawaban b diberi skor = 2

3. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 4, 6, 14, 22 yaitu:

c. Jawaban a diberi skor = 2

d. Jawaban b diberi skor = 0

Berdasarkan total nilai yang diperoleh, selanjutnya tingkat pengetahuan

responden dikategorikan berdasarkan skala likert sebagai berikut:

1. Baik : Bila total nilai yang diperoleh respo de

(31)

2. Kurang baik : Bila total ilai ya g diperoleh respo de 75%

(dengan rentang 1-32).

3.7 Analisis Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif yaitu menyajikan hasil penelitian dari

pemeriksaan laboratorium yang disertai dengan tabel, narasi dan pembahasan

dengan mengacu pada Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan

Tambahan Pangan, serta gambaran pengetahuan penjual selai roti terhadap

(32)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Natrium Benzoat Pada Selai Roti 4.1.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti

Pemeriksaan bahan pengawet natrium benzoat pada 8 sampel selai roti

bermerek dan tidak bermerek. Sampel tersebut dibawa ke Laboratorium FMIPA USU

untuk dilakukan pemeriksaan kualitatif yaitu untuk mengidentifikasi zat pengawet

natrium benzoat pada selai roti dengan menggunakan metode presipitimetri. Hasil

pemeriksaan kualitatif pada selai roti bermerek dan tidak bermerek dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Nama Sampel Hasil Identifikasi Pengawet Natrium Benzoat

1. Sampel 1 Positif

2. Sampel 2 Positif

3. Sampel 5 Negatif

4. Sampel 6 Positif

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 4 sampel selai roti bermerek

terdapat 3 sampel selai menggunakan pengawet natrium benzoat. Kemudian 3 sampel

[image:32.612.139.497.406.496.2]
(33)

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti Tidak Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Nama Sampel Hasil Identifikasi Pengawet Natrium Benzoat

1. Sampel 3 Positif

2. Sampel 4 Positif

3. Sampel 7 Positif

4. Sampel 8 Negatif

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 4 sampel selai roti tidak

bermerek terdapat 3 sampel mengandung pengawet natrium benzoat dalam selai roti.

Kemudian 3 sampel tersebut dianalisa secara kuantitatif untuk mengukur kadar

natrium benzoat.

4.1.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti

Pada hasil pemeriksaan kualitatif selai roti bermerek dan tidak bermerek

terdapat sampel positif mengandung natrium benzoat sehingga dilanjutkan dengan

pemeriksaan kuantitatif dengan menggunakan metode titrimetri. Hasil pemeriksaan

kuantitatif pengawet natrium benzoat pada selai roti bermerek dan tidak bermerek

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013. No Nama

Sampel

Kadar Natrium Benzoat (g/kg)

Batas Penggunaan Maksimum (g/kg)

Memenuhi Syarat/Tidak Memenuhi Syarat

1. Sampel 1 0,0576

1 g/kg

Memenuhi syarat

2. Sampel 2 0,0518 Memenuhi syarat

3. Sampel 5 - Memenuhi syarat

[image:33.612.113.531.567.674.2]
(34)

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kandungan natrium benzoat dibawah 1

g/kg berat bahan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP.

Kandungan tertinggi natrium benzoat pada sampel selai roti bermerek pada sampel 6

yaitu 0,1384 gr/kg dan kandungan terendah pada sampel 2 yaitu 0,0518 gr/kg.

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti Tidak Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Nama Sampel

Kadar Natrium Benzoat (g/kg)

Batas Penggunaan Maksimum (g/kg)

Memenuhi Syarat/Tidak Memenuhi Syarat

1. Sampel 3 0,2741

1 g/kg

Memenuhi syarat

2. Sampel 4 0,1857 Memenuhi syarat

3. Sampel 7 0,2876 Memenuhi syarat

4. Sampel 8 - Memenuhi syarat

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan kandungan natrium benzoat dibawah 1

g/kg berat bahan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP.

Kandungan tertinggi natrium benzoat pada sampel selai roti tidak bermerek pada

sampel 7 yaitu 0,2876 gr/kg dan kandungan terendah pada sampel 4 yaitu 0,1857

gr/kg.

4.1.3. Perhitungan Jumlah Selai Roti yang Dapat Dikonsumsi Setiap Hari Berdasarkan Kandungan Natrium Benzoat Dalam Selai Roti

Jumlah selai roti yang dapat dikonsumsi setiap hari berdasarkan kandungan

natrium benzoat dapat diketahui dengan menggunakan ADI (Acceptable Daily Intake)

maksimum yang diterima dan dicerna tanpa mengalami gangguan kesehatan sebesar

5 mg/kg berat badan. Di Indonesia berat badaan standar untuk orang dewasa 50 kg

[image:34.612.107.532.249.358.2]
(35)

yang dapat dikonsumsi orang dewasa dibagi 2,5. Hasil perhitungan jumlah

maksimum selai roti yang dapat dikonsumsi berdasarkan kandungan natrium benzoat

[image:35.612.113.574.218.452.2]

pada berbagai merek selai roti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Jumlah Maksimum Selai Roti Yang Masih Aman Dikonsumsi Setiap Hari Berdasarkan Kandungan Natrium Benzoat Sesuai Dengan Batas ADI

No Nama Sampel

Kandungan Natrium Benzoat

Dalam 1 kg Selai Roti

Jumlah Maksimum Selai Roti Yang Dapat Dikonsumsi Setiap Hari Menggunakan Berat Badan

Standart 50 Kg Orang Dewasa

ADI Natrium Benzoat

gr mg Dewasa

(kg)

Anak-anak

(kg) ADI Na Benzoat Pada

orang dewasa 5 mg/kg berat badan dan pada anak-anak perhitungan

ADI pada dewasa dibagi 2,5 dengan BB

standart 50 kg

1. Sampel 1 0,0576 57,6 4,34 1,73

2. Sampel 2 0,0518 51,8 4,82 1,93

3. Sampel 3 0,1383 138,3 1,80 0,72

4. Sampel 4 0,2741 274,1 0,91 0,36

5. Sampel 6 0,1857 185,7 1,34 0,53

6. Sampel 7 0,2876 287,6 0,86 0,34

Pada tabel 4.5 jumlah maksimum selai roti yang masih relatif aman

dikonsumsi setiap hari paling banyak adalah pada sampel 2 yaitu 4,82 kg pada orang

dewasa dan pada anak-anak 1,93 kg. Dan yang paling sedikit dapat dikonsumsi

adalah pada sampel 7 yaitu 0,86 kg pada orang dewasa dan pada anak-anak 0,34 kg.

4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Siklamat Pada Selai Roti 4.2.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Siklamat Pada Selai Roti

Pemeriksaan bahan pemanis buatan siklamat pada 8 sampel selai roti

(36)

untuk dilakukan pemeriksaan kualitatif yaitu untuk mengidentifikasi pemanis buatan

siklamat pada selai roti dengan metode presipitimetri. Hasil pemeriksaan kualitatif

pada selai roti bermerek dan tidak bermerek dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Siklamat Pada Selai Roti Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Nama Sampel Hasil Identifikasi Pemanis Buatan Siklamat

1. Sampel 1 Negatif

2. Sampel 2 Positif

3. Sampel 5 Positif

4. Sampel 6 Positif

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 4 sampel selai roti bermerek

terdapat 3 sampel selai menggunakan pemanis buatan siklamat. Kemudian 3 sampel

[image:36.612.139.501.211.302.2]

tersebut dianalisa secara kuantitatif untuk mengukur kadar siklamat.

Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti Tidak Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Nama Sampel Hasil Identifikasi Pemanis Buatan Siklamat

1. Sampel 3 Positif

2. Sampel 4 Positif

3. Sampel 7 Positif

4. Sampel 8 Negatif

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari 4 sampel selai roti bermerek

terdapat 3 sampel selai menggunakan pemanis buatan siklamat. Kemudian 3 sampel

[image:36.612.136.503.456.548.2]
(37)

4.2.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Siklamat Pada Selai Roti

Pada hasil pemeriksaan kualitatif selai roti bermerek dan tidak bermerek

terdapat sampel positif mengandung siklamat sehingga dilanjutkan dengan

pemeriksaan kuantitatif dengan menggunakan metode titrimetri. Hasil pemeriksaan

kuantitatif pemanis buatan siklamat pada selai roti bermerek dan tidak bermerek

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Siklamat Pada Selai Roti Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Nama Sampel Kadar Siklamat (gr/kg) Batas Penggunaan Maksimum (gr/kg) Memenuhi Syarat/Tidak Memenuhi Syarat

1. Sampel 1 -

2 gr/kg

Memenuhi syarat

2. Sampel 2 0,1048 Memenuhi syarat

3. Sampel 5 0,0004 Memenuhi syarat

4. Sampel 6 0,0657 Memenuhi syarat

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan kandungan siklamat dibawah 2 g/kg

berat bahan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP.

Kandungan tertinggi siklamat pada sampel selai roti bermerek pada sampel 2 yaitu

0,1048 gr/kg dan kandungan terendah pada sampel 5 yaitu 0,0004 gr/kg.

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Siklamat Pada Selai Roti Tidak Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah 2013.

No Nama Sampel Kadar Siklamat (gr/kg) Batas Penggunaan Maksimum (gr/kg) Memenuhi Syarat/Tidak Memenuhi Syarat

1. Sampel 3 0,0012

2 g/kg

Memenuhi syarat

2. Sampel 4 0,0148 Memenuhi syarat

3. Sampel 7 0,0784 Memenuhi syarat

[image:37.612.119.522.293.400.2] [image:37.612.120.526.579.687.2]
(38)

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan kandungan siklamat dibawah 2 g/kg

berat bahan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP.

Kandungan tertinggi siklamat pada sampel selai roti tidak bermerek pada sampel 7

yaitu 0,0784 gr/kg dan kandungan terendah pada sampel 3 yaitu 0,0012 gr/kg.

4.2.3. Perhitungan Jumlah Selai Roti yang Dapat Dikonsumsi Setiap Hari Berdasarkan Kadar Kandungan Siklamat Dalam Selai Roti

Jumlah selai roti yang dapat dikonsumsi setiap hari berdasarkan kandungan

siklamat dapat diketahui dengan menggunakan ADI (Acceptable Daily Intake)

maksimum yang diterima dan dicerna tanpa mengalami gangguan kesehatan sebesar

11 mg/kg berat badan. Di Indonesia berat badan standar untuk orang dewasa 50 kg

dan untuk anak-anak jumlah siklamat yang dapat dikonsumsi adalah jumlah yang

dapat dikonsumsi orang dewasa dibagi 2,5. Hasil perhitungan jumlah maksimum selai

roti yang dapat dikonsumsi berdasarkan kandungan natrium benzoat pada berbagai

merek selai roti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Jumlah Maksimum Selai Roti Yang Masih Aman Dikonsumsi Setiap Hari Berdasarkan Kandungan Siklamat Yang Sesuai Dengan Batas ADI

No Nama Sampel

Kandungan Siklamat Dalam 1 kg

Selai Roti

Jumlah Maksimum Selai Roti Yang Dapat Dikonsumsi

Setiap Hari Menggunakan Berat Badan Standart 50 Kg

Orang Dewasa

ADI Siklamat

gr mg Dewasa

(kg)

Anak-anak

(kg) ADI Siklamat Pada orang dewasa 11 mg/kg berat badan dan pada anak-anak

perhitungan ADI pada dewasa dibagi

2,5 dengan BB standart 50 kg 1. Sampel 2 0,1048 104,8 5,24 2,1

2. Sampel 3 0,0004 0,4 1375 550

3. Sampel 4 0,0657 65,7 8,3 3,3

4. Sampel 5 0,0012 1,2 458,3 183,3

5. Sampel 6 0,0148 14,8 37,1 14,8

[image:38.612.109.573.504.703.2]
(39)

Pada tabel 4.10 jumlah maksimum selai roti yang paling banyak dapat

dikonsumsi setiap hari dari 6 sampel adalah pada sampel 5 yaitu 458,3 kg pada

orang dewasa dan pada anak-anak 183,3 kg. jumlah maksimum selai roti yang paling

sedikit dikonsumsi adalah pada sampel 2 yaitu 5,24 kg pada orang dewasa dan pada

anak-anak 2,1 kg.

4.3. Karakteristik Responden di Pasar Petisah Kota Medan

Karakteristik responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain umur dan

tingkat pendidikan.

Tabel 4.11. Distribusi Karakteristik Responden di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013

No Karakteristik Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Umur

< 24 tahun 9 56,3

> 24 tahun 7 43,7

Total 16 100

2. Pendidikan

Tamat sd 1 6,3

Tamat smp 2 12,5

Tamat sma 13 81,2

Total 16 100

Berdasarkan tabel 4.11. dapat diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur,

terdapat 56,3% responden berumur kurang dari 24 tahun dan 43,7% responden

berumur lebih dari 24 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat 6,3 responden

dengan tingkat pendidikan tamat sd, 12,5 % responden dengan tingkat pendidikan

[image:39.612.138.502.331.477.2]
(40)

4.4. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden yaitu kemampuan responden dalam hal pemahaman

terhadap penggunaan natrium benzoat dan siklamat yang dijual di pasar petisah Kota

[image:40.612.106.529.206.667.2]

Medan. Distribusi pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.12. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Natrium Benzoat Dan Siklamat Yang Dijual Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No

Pengetahuan Responden Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Pengertian Bahan Tambahan Makanan (BTM)

a. Bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat suatu produk makanan. b. Bahan yang ditambahkan kedalam makanan

untuk membuat makanan terasa lebih lezat dan gurih.

c. Tidak tahu.

13 3 0 81,3 18,7 0

2. Tujuan penggunaan BTM

a. Untuk memperbaiki rasa dan memperpanjang daya simpan suatu makanan.

b. Untuk menyembunyikan kerusakan dari bahan dasar pembuat makanan.

c. Tidak tahu.

16 0 0 100 0 0

3. Semua BTM berbahaya untuk kesehatan manusia a. Ia b. Tidak 16 0 100 0 4. Adakah peraturan pemerintah mengenai BTM

a. Ada b. Tidak ada

16 0

100 0 5. Pengertian bahan pengawet

a. Bahan tambahan yang digunakan untuk mengawetkan berbagai bahan pangan.

b. Bahan pembuat rasa makanan lebih enak. c. Tidak tahu.

16 0 0 100 0 0 6. Pengetahuan pengawet natrium benzoat

(41)
[image:41.612.105.527.128.704.2]

Tabel 4.12. Lanjutan ...

No Pengetahuan Responden Jumlah

(orang)

Persentase (%)

7. Kegunaan natrium benzoat

a. Dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada makanan dan dapat disimpan lebih lama.

b. Dapat mengurangi biaya produksi dan dapat menambah rasa pada makanan.

c. Tidak tahu.

16 0 0 100 0 0

8. Natrium benzoat yang hanya digunakan sebagai bahan pengawet a. Ya b. Tidak 7 9 43,7 56,3 9. Penggunaan natrium benzoat yang berlebihan dapat

membahayakan kesehatan

a. Jika yang dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak mengganggu kesehatan.

b. Pemakaian natrium benzoat tidak dapat mengganggu kesehatan.

c. Tidak tahu.

6 6 4 37,5 37,5 25,0

10. Dampak langsung natrium benzoat

a. Mual, sakit kepala, pembakaran dan iritasi kerongkongan.

b. Tidak ada efek yang terjadi. c. Tidak tahu.

0 16 0 0 100 0 11. Dampak jangka panjang natrium benzoat

a. Kerusakan otak, gangguan kepribadian, masalah pencernaan.

b. Tidak ada efek yang terjadi. c. Tidak tahu.

7 9 0 43,7 56,3 0

12. Batas maksimum penggunaan natrium benzoat

a. 1 gram/kg. b. Secukupnya.

c. Tidak tahu

8 8 0 50 50 0 13. Pengertian pemanis buatan

a. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. b. Bahan pemanis untuk makanan dan pengganti

(42)

c. Tidak tahu.

[image:42.612.106.524.82.696.2]

14. Pengetahuan pemanis siklamat a. Ya b. Tidak 16 0 100 0

Tabel 4.12. Lanjutan ...

No Pengetahuan Responden Jumlah

(orang)

Persentase (%)

15. Kegunaan siklamat

a. Sebagai pemanis buatan yang tingkat kemanisannya ± 30 kali dari pada gula alami. b. Sebagai bahan pemanis untuk makanan dan

pengganti gula. c. Tidak tahu

9 7 0 56,3 43,7 0

16. Jenis-jenis bahan pemanis buatan yang diizinkan pemerintah

a. Sakarin, siklamat, aspartam.

b. Semua bahan pemanis buatan yang beredar dipasaran.

c. Tidak tahu.

9 7 0 56,3 43,7 0

17. Siklamat yang digunakan sebagai pemanis a. Ya b. Tidak 14 2 87,5 12,5 18. Penggunaan siklamat yang berlebihan dapat

membahayakan kesehatan

a. Jika yang dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak mengganggu kesehatan.

b. Pemakaian bahan pemanis buatan tidak dapat mengganggu kesehatan.

c. Tidak tahu

8 6 2 50,0 37,5 12,5

19. Dampak langsung siklamat

a. Sakit kepala, alergi, iritasi, diare. b. Tidak ada efek yang terjadi. c. Tidak tahu.

2 14 0 12,5 87,5 0

20. Dampak jangka panjang siklamat

a. Kebotakan, dan kanker otak. b. Tidak ada efek yang terjadi. c. Tidak tahu.

9 7 0 56,3 43,7 0 21. Batas maksimum siklamat

a. 1 gram/kg. b. Secukupnya. c. Tidak tahu

(43)

22. Peraturan pemerintah mewajibkan produk makanan diberi label komposisi, dan tanggal kadaluarsa

a. Ya b. Tidak

16 0

100 0

Berdasarkan tabel 4.12 pengetahuan responden mengenai BTM sebagian

besar menjawab dengan baik, hal ini dapat dilihat dari salah satu pertanyaan seperti

pengertian BTM 81,3% responden menjawab dengan tepat. Pengetahuan responden

tentang natrium benzoat dan siklamat sebagian besar menjawab dengan baik, hal ini

dapat dilihat dari salah satu pertanyaan seperti mengenai kegunaan natrium benzoat

100% responden menjawab tepat. Sedangkan pengetahuan responden tentang

siklamat dapat dilihat dari salah satu pertanyaan seperti mengenai kegunaan siklamat

56,3% responden menjawab dengan tepat.

Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Pengetahuan Penjual Selai Roti Terhadap Penggunaan Natrium Benzoat Dan Siklamat Yang Dijual Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013.

No Pengetahuan Responden

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1. Baik 12 75,0

2. Kurang baik 4 25,0

Total 16 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan yang kurang baik terhadap penggunaan natrium benzoat dan siklamat di

selai roti sebanyak 4orang (25,0%), responden yang memiliki pengetahuan yang baik

terhadap penggunaan natrium benzoat dan siklamat di selai roti sebanyak 12 orang

[image:43.612.141.494.443.539.2]
(44)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Natrium Benzoat

5.1.1. Hasil Uji Kualitatif

Hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium FMIPA USU secara

kualitatif diketahui bahwa dari 4 sampel selai roti bermerek terdapat 3 sampel yang

mengandung natrium benzoat dan dari 4 sampel selai roti yang tidak bermerek

terdapat 3 sampel yang mengandung natrium benzoat. Pemeriksaan kualitatif natrium

benzoat pada selai roti dalam penelitian ini menggunakan metode presipitimetri

(pengendapan). Selai roti yang mengandung natrium benzoat dibuktikan dengan

adanya endapan coklat saat uji kualitatif.

Penelitian secara kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya

natrium benzoat yang terdapat pada selai roti bermerek dan tidak bermerek dengan

menggunakan metode pengendapan. Penggunaan natrium benzoat pada selai roti

sebagai bahan pengawet memiliki batas maksimum yaitu 1 g/kg sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988

tentang Bahan Tambahan Makanan. Tujuan pemberian batas maksimum natrium

benzoat pada selai roti adalah karena penggunaannya tidak selalu aman terutama jika

digunakan dalam jumlah berlebihan.

Pada kemasan selai roti bermerek tertera komposisi dan tertulis bahan

pengawet natrium benzoat yang digunakan. Selai roti yang memenuhi syarat

kesehatan adalah selai roti yang memiliki izin Depkes, komposisi bahan/ bahan

(45)

oleh konsumen. Pemeriksaan kualitatif natrium benzoat pada selai roti dalam

penelitian ini menggunakan metode presipitimetri (pengendapan).

Pengkonsumsian natrium benzoat pada kadar 0,1 persen dalam bahan

pangan dapat menimbulkan rasa pedas atau rasa sengak (Desroiser,2008). Natrium

benzoat jika dalam penggunaannya tidak melebihi dosis yang diperbolehkan maka

tidak akan menimbulkan dampak buruk tehadap tubuh. Akan tetapi pengkonsumsian

natrium benzoat secara berlebihan dapat menyebabkan mual, sakit kepala, iritasi

tenggorokan. Natrium benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke aliran

darah, di serap oleh lambung dan dapat mengiritasi lambung juga merusak hati

(WHO, 2000).

5.1.2. Hasil Uji Kuantitatif

Penelitian secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kadar dari natrium

benzoat yang terdapat pada selai roti. Metode yang digunakan dalam pengujian ini

adalah metode titrimetri (titrasi). Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan natrium

benzoat yang telah dilakukan pada 8 sampel selai roti, diperoleh natrium benzoat

yang kadarnya tidak melebihi batas maksimum sesuai dengan PerMenKes RI

No722/Menkes/Per/IX/1988 tentang BTP yaitu 1 g/kg untuk selai roti. Penggunaan

natrium benzoat pada selai roti yang bermerek dan tidak bermerek seluruhnya masih

dibawah batas maksimum yang diperbolehkan dan memenuhi syarat untuk

dikonsumsi.

Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa kadar dari natrium benzoat yang

digunakan pada selai roti tidak bermerek lebih tinggi dibandingkan dengan selai roti

(46)

lebih lama untuk disimpan sehingga dapat menekan biaya produksi dan disesuaikan

dengan harga jualnya. Selai roti tidak bermerek meskipun harga jualnya lebih murah

tetapi banyak diminati juga oleh konsumen.

Informasi mengenai batas maksimum penggunaan harian atau ADI penting

diketahui oleh para produsen makanan dan konsumen. Selai roti yang dapat

dikonsumsi berdasarkan nilai ADI maksimum adalah yang kandungan natrium

benzoatnya maksimum 5 mg/kg berat badan. Pada batas ini dapat diterima tubuh dan

dicerna setiap hari seumur hidup tanpa mengalami resiko kesehatan. Anak-anak lebih

peka dan mempunyai daya tahan yang lebih rendah terhadap BTP dibandingkan

dengan orang dewasa untuk berat badan standard.

Jumlah maksimum selai roti yang masih relatif aman dikonsumsi setiap

harinya paling banyak adalah pada sampel 2 yaitu 4,34 kg untuk orang dewasa dan

1,73 kg untuk anak-anak. Jumlah maksimum selai roti yang masih aman dikonsumsi

setiap harinya paling sedikit adalah sampel 7 yaitu 0,91 kg untuk orang dewasa dan

0,34 kg untuk anak-anak.

Hasil analisis sampel selai roti yang dilakukan untuk mengetahui jumlah selai

roti yang dapat dikonsumsi dari 8 sampel yang diperiksa, dengan kandungan natrium

benzoat dalam selai roti yang sesuai dengan batas ADI maksimum menggunakan

berat badan standard 50 kg untuk orang dewasa. Diketahui dari 3 sampel selai roti

bermerek terdapat 2 sampel yang dapat dikonsumsi diatas 4 kg setiap harinya dan 1

sampel diatas 1 kg. Dari 3 sampel selai roti tidak bermerek terdapat 1 sampel yang

(47)

5.2. Siklamat

5.1.2. Hasil Uji Kualitatif

Hasil pemeriksaan diketahui bahwa dari 4 sampel selai roti bermerek

terdapat 3 sampel yang mengandung siklamat dan dari 4 sampel selai roti tidak

bermerek terdapat 3 sampel selai mengandung siklamat. Pemeriksaan kualitatif

siklamat pada selai roti dalam penelitian ini menggunakan metode presipitimetri

(pengendapan). Selai roti yang mengandung siklamat dibuktikan dengan adanya

endapan putih pada sampel yang diuji.

Pemanis buatan yang termasuk dalam BTP adalah pemanis pengganti gula

(sukrosa), yaitu senyawa yang memberikan persepsi manis, tetapi tidak memberikan

nilai gizi (non-nutritive sweeteners) (Saparinto, 2006). Pemanis buatan pada selai roti

didasar pada alasan ekonomis karena tingginya harga gula pasir dibandingkan dengan

harga pemanis buatan, sementara rasa pemanis buatan jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan gula pasir. Penggunaan pemanis buatan siklamat memiliki tingkat kemanisan

30 kali lebih manis dari pada sukrosa. Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang

lebih tinggi dan rasanya enak tetapi tidak menimbulkan rasa pahit.

Pemanis buatan siklamat memunculkan banyak gangguan bagi kesehatan,

diantaranya dampak jangka pendek seperti sakit kepala, iritasi, asma, hipertensi,

diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual. Sedangkan dampak jangka

panjang seperti kebotakan, dan kanker otak (Indriasari, 2009). Meskipun pemanis

buatan dinyatakan aman untuk dikonsumsi, tetapi bila penggunaanya tidak sesuai

(48)

5.2.2. Hasil Uji Kuantitatif

Penelitian secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kadar dari pemanis

siklamat yang terdapat pada selai roti. Metode yang digunakan dalam pengujian ini

adalah metode titrimetri (titrasi). Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan siklamat

yang telah dilakukan pada 8 sampel selai roti, diperoleh siklamat yang kadarnya

tidak melebihi batas maksimum sesuai dengan PerMenKes RI No722/Menkes/Per/IX/

1988 tentang BTP yaitu 2 g/kg untuk selai roti. Penggunaan pemanis buatan siklamat

pada selai roti yang bermerek dan tidak bermerek seluruhnya masih dibawah batas

maksimum yang diperbolehkan dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

Tujuan pemberian batas maksimum penggunaan pemanis buatan siklamat

pada selai roti adalah karena penggunaannya tidak selalu aman terutama apabila tidak

sesuai dengan peruntukkannya ataupun melebihi ambang batas.

Selai roti yang dapat dikonsumsi berdasarkan nilai ADI maksimum adalah

yang kandungan siklamat maksimum 11 mg/kg berat badan. Berdasarkan hasil

perhitungan ADI, jumlah maksimum selai roti yang masih relatif aman dikonsumsi

setiap harinya paling banyak adalah pada sampel 3 yaitu 1375 kg untuk orang dewasa

dan 550 kg untuk anak-anak. Jumlah maksimum selai roti yang masih aman

dikonsumsi setiap harinya paling sedikit adalah sampel 2 yaitu 5,24 kg untuk orang

dewasa dan 2,1 kg untuk anak-anak.

Hasil analisis sampel selai roti yang dilakukan untuk mengetahui jumlah selai

roti yang dapat dikonsumsi dari 8 sampel yang diperiksa, dengan kandungan siklamat

dalam selai roti yang sesuai dengan batas ADI maksimum menggunakan berat badan

(49)

dikonsumsi diatas 5 kg setiap harinya dan dari 3 sampel selai roti tidak bermerek

dapat dikonsumsi diatas 7 kg setiap harinya.

Selai roti bermerek dan tidak bermerek yang dianalisa memiliki kadar

siklamat berbeda-beda dan bervariasi dalam produk yang terpisah walaupun dengan

rasa yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh keinginan dan bagaimana produsen

mendapatkan rasa yang mereka inginkan.

5.3. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Natrium Benzoat Dan Siklamat Pada Selai Roti

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang

dilakukan oleh peneliti dengan 16 orang penjual yang berjualan selai di pasar petisah

diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai natrium benzoat dan siklamat

sudah baik. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 12 orang (75,0%)

dan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (25,0%).

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang BTM

sudah baik, sebagian besar responden menjawab dengan benar. Pengetahuan

responden tentang natrium benzoat dan siklamat pada makanan sebagian besar

responden sudah mengetahui pengertian natrium benzoat dan siklamat serta

kegunaannya. Pengetahuan responden yang masih kurang baik dapat dilihat dari

pertanyaan mengenai dampak langsung dan dampak jangka panjang yang dapat

ditimbulkan jika mengkonsumsi natrium benzoat dan siklamat dalam jumlah yang

melebihi batas maksimum.

Batas maksimum natrium benzoat dan siklamat yang digunakan untuk

(50)

berapa banyak yang akan digunakan untuk setiap 1 kg berat makanan. Responden

mengatakan mereka mengetahui informasi tentang BTM seperti natrium benzoat dan

siklamat dari pengalaman berdagang, teman di tempat kerja, pembeli, dan media

elektronik.

Dampak yang ditimbulkan jika mengkonsumsi natrium benzoat dan siklamat

secara berlebihan responden tidak mengetahuinya karena kurangnya informasi yang

mereka baca dari media cetak ataupun media informasi lainnya. Banyak pembeli

lebih memilih bahan makanan seperti selai roti dan bahan makanan lainnya yang

tidak memiliki merek dagang atau yang berasal dari industri rumahan, karena

harganya lebih murah dibandingkan dengan yang memiliki merek.

Berdasarkan Notoadmodjo (2003), dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan hasil penginderaan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba, yang memberikan informasi tertentu kepada seseorang dan

menjadi pengetahuannya. Penginderaan tersebut dapat bersumber dari pengalaman

yang ada, baik berupa pengalaman belajar, bekerja serta aktivitas dan interaksi lain

dalam kehidupan sehari-hari.

Green menyebutkan dalam Notoadmodjo (2003) menyebutkan bahwa

pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Notoadmodjo (2003) juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang akan

lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada jenis dan kadar natrium benzoat dan

siklamat terhadap 4 sampel selai roti bermerek dan 4 sampel selai tidak bermerek

serta tingkat pengetahuan penjual di Pasar Petisah Kota Medan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Hasil pemeriksaan dari 4 selai roti bermerek terdapat 3 selai roti yang

menggunakan natrium benzoat dan siklamat. Pada 4 selai roti tidak bermerek

terdapat 3 sampel selai roti yang menggunakan natrium benzoat dan siklamat.

2. Kadar natrium benzoat dari 3 sampel selai roti bermerek yang dianalisis yaitu

0,0576 gr/kg, 0,0518 gr/kg dan 0,1383 gr/kg. Sedangkan 3 sampel selai roti tidak

bermerek yaitu 0,2741 gr/kg, 0,1857 gr/kg, dan 0,2876 gr/kg. Kadar siklamat dari

3 sampel selai roti bermerek yaitu 0,1048 gr/kg , 0,0004 gr/kg , dan 0,0657 gr/kg.

Sedangkan 3 sampel selai roti tidak bermerek yaitu 0,0012 gr/kg, 0,0148 gr/kg,

dan 0,0784 gr/kg.

3. Kadar natrium benzoat dan siklamat dari seluruh selai roti bermerek dan tidak

bermerek sudah memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi karena kadarnya

masih berada dibawah batas penggunaan maksimum sebesar 1 g/kg untuk natrium

benzoat dan 2 g/kg untuk siklamat sesuai dengan Permenkes RI Nomor

(52)

4. Tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan bahan pengawet natrium

benzoat dan bahan pemanis siklamat terhadap selai roti dikategorikan baik

sebanyak 12 orang (75,0%) dan kategori kurang baik sebanyak 4 orang (25,0%).

6.2. Saran

1. Kepada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) agar mengadakan

pemantauan dan pengawasan terhadap pemakaian bahan pengawet natrium

benzoat dan bahan pemanis siklamat pada selai roti bermerek dan tidak bermerek

yang beredar di Kota Medan serta bekerja sama dengan Dinas kesehatan untuk

memberikan penyuluhan tentang dampak penggunaan natrium benzoat dan

siklamat pada produsen makanan.

2. Kepada produsen selai roti agar tidak menggunakan bahan pengawet natrium

benzoat dan bahan pemanis buatan siklamat yang terlalu banyak pada pembuatan

selai roti bermerek dan tidak bermerek.

3. Kepada penjual bahan makanan agar lebih memahami tentang pengawet dan

pemanis buatan sehingga dapat menjual makanan yang aman untuk konsumen.

4. Kepada konsumen agar lebih selektif dalam memilih makanan yang akan

dikonsumsi dan lebih memperhatikan komposisi, izin, tanggal kadaluwarsa pada

kemasan sebelum membeli.

5. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu refensi untuk penelitian

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) 2.1.1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan atau sering disebut bahan tambahan makanan (BTM)

adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat

ataupun bentuk pangan atau produk makanan, baik yang memiliki nilai gizi atau tidak

(Yuliarti,2007).

Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) dalam Saparinto dan

Hidayati, bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan

kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses

pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk

memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa

simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan

tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang

dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Pemakaian Bahan

Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara,

pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

(Dirjen POM).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/

IX/88 dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

(54)

mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam

makanan untuk maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,

perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan

untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan

tersebut.

2.1.2. Tujuan Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (BTP) digunakan untuk mendapatkan pengaruh

tertentu, misalnya untuk memperbaiki tekstur, rasa, penampilan dan memperpanjang

daya simpan. Namun, penggunaan bahan tambahan pangan dapat merugikan

kesehatan. Penyalahgunaan bahan pengawet yang berlebihan merupakan kecerobohan

yang sebenarnya dapat dihindarkan. Pemakaian BTP yang aman merupakan

pertimbangan yang penting. Jumlah BTP yang diizinkan untuk digunakan dalam

makanan harus merupakan kebutuhan minimum untuk mendapatkan pengaruh yang

dikehendaki (Baliwati et al, 2004).

Menurut Cahyadi (2008), tujuan penggunaan BTP adalah dapat

meningkatkan atau mempertahankan daya simpan, meningkatkan kualitas pangan,

membuat makanan menjadi lebih baik dan menarik. Pada umumnya bahan

tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu sebagai berikut.

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan,

dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu

dapat mempertahakan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai

(55)

2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang

tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak

sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama

produksi, pengolahan, pengemasan. Contoh residu pestisida, antibiotic, dan

hidrokarbon aromatik polisiklis.

Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih

stabil, dan lebih murah, tetapi ada pula kelemahannya yaitu sering terjadi

ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi

kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang

terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Bahan tambahan pangan yang

digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam

pengolahan.

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau

yang tidak memenuhi persyaratan.

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan

cara produksi yang baik untuk pangan.

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

2.1.3. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

(56)

Bahan tambahan pangan dikelompokkan berdasarkan tujuan penggunaannya di

dalam pangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

722/Menkes/Per/IX/88, BTP yang diizinkan untuk digunakan pada makanan

diantaranya sebagai berikut :

a. Antioksidan (Antioxidant)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat

oksidasi.

Contoh: Asam askorbat, Asam eritorbat, Askorbil palmitat, Askorbil stearat,

Butil hidroksianisol, Butil hidrokinon tersier, Butil hidroksiltoluen.

b. Antikempal (Anticaking Agent)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya

makanan yang berupa serbuk.

Contoh : Aluminium silikat, Kalsium aluminium silikat, Magnesium karbonat,

Trikalsium fosfat, Natrium alumino silikat.

c. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan,

dan mempertahankan derajat keasaman makanan.

Contoh : Aluminium amonium sulfat, Amonium hidroksida, Amonium

karbonat, Asam asetat glasial, Asam fosfat, Asam sitrat.

(57)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada

makanan, yang tidak atau hampir tidak memiliki nilai gizi.

Contoh : Sakarin, siklamat, Aspartam.

e. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses

pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu

pemanggangan.

Contoh : Asam askorbat, Aseton peroksida, Azodikarbonamida.

f. Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier, Stabilizer, and Thickener)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau

memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.

Contoh : Agar, Asam alginat, Asetil dipati gliserol, Dikalium fosfat.

g. Pengawet (Preservative)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat

proses fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan

yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Contoh : Natrium benzoat, Asam sorbet, Nitrat, Nitrit, Sulfit.

h. Pengeras (Firming Agent)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah

(58)

Contoh : Aluminium amonium sulfat, Kalsium glukonat, Aluminium sulfat,

Kalsium klorida.

i. Pewarna (Colour)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau

memberikan warna pada makanan.

Contoh : Amaran, Biru berlian, Eritrosin, Hijau FCF, Tartrazine, Kuning FCF.

j. Penyedap Rasa Dan Aroma, Penguat Rasa (Flour, Flavour Enhancer)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau

mempertegas rasa atau aroma.

Contoh : Benzaldehid dari minyak pahit almond, Sinamat aldehid dari minyak

cassia, Eugenol dari cengkeh, Sitrat dari buah limau.

k. Sikuestran (Sequestrant)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada

dalam makanan.

Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri masih ada beberapa

BTP yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya :

a. Enzim, yaitu enzim yang berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroba yang

dapat mengur

Gambar

Gambar 1. Delapan sampel selai roti bermerek dan tidak bermerek.
Gambar 4. Penyaringan sampel
Gambar 6. Mengukur pH sampel untuk natrium benzoat.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Selai Roti  Bermerek Yang Beredar Di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gerak Mengintai merupakan gerak maknawi (gesture) dan termasuk gerak berpindah tempat (locomotion) yang memiliki makna dimulainya pemujaan pedang yang berada di

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH SUHU

Prosiding Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora 2011 153 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi mengajar guru dengan

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan sistem olah tanah pada 1 bulan setelah tanam berpengaruh terhadap respirasi tanah tetapi tidak pada 2 dan 3 bulan setelah

Rele arus lebih tertentu adalah jenis rele arus lebih dimana jangka waktu rele mulai pick- up sampai selesainya kerja rele dapat diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak

a) Perasaan: selalu merasa terganggu dan tidak tenteram. Ia juga merasa gelisah, tetapi tidak tentu yang digelisahkan dan tidak dapat pula menghilangkan; merasa

dan rahmat Allah dapat diselsaikan skri psi yang berjudul “ Penegakan Hukum Oleh Penyidik Terhadap Pelaku Tindak Pidana dalam Perkara Asusila Anak Sebagai Pelaku

Untuk menganalisis pengaruh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turnover terhadap earning per share pada perusahaan property dan