• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, 2002.Upaya Menekan Angka Kematian Ibu. Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta Aryanti, 2002. Keberadaan Dukun Bayi Sebagai Penolong Persalinan. Bandung Anggorodi, R. 2009. Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat

Indonesia.Makara Kesehatan

Afrisal, S. & Yasir, H 2013 Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun Terlatih

Dengan Cakupan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Aska Kab. Sinjai. Jurnal Kesehatan 3(02) ISSN : 2302-1721

Bungin, Burhan 2011.Penelitian Kualitatif –Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial. Surabaya : Kencana

Badan Pusat Statistik Aceh Singki. 2013. Aceh Singkil Dalam Angka. Aceh Sngkil Badan Pusat Statistik dan Kementrian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi

Kesehatan Indonesia. Jakarta

Departemen Kesehatan Ri. 2008. Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun. Jakarta. Kesehatan Ri

Husen.2011. Pelaksanaan Kemitraan BidandanDukun di Puskesmas Onembute

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.Onembute: UPTD Puskesmas

Onembute.

Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan. Medan : PT. Grasindo Monoratam.

Siagian, Matias 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang

Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan. Medan : PT. Grasindo

Monoratam.

Notoadmojo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta

Sarwono, S. 1997. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep, Beserta

(2)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penilitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang di teliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011 : 52)

Melalui penelitian deskriftif, penulis ingin menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang bagaimana sinergitas antara bidan desa dan dukun bayi dalam menekan angka kematian ibu dan bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Alasan pemilihan lokasi ini karena daerah tersebut masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dan salah satu daerah yang menerapkan kemitraan dukun dan bidan. Kabupaten Aceh Singkil tahun 2015 memperoleh penghargaan dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang rendah pada festival inovasi pelayanan public oleh PBB.

3.3 Informan

(3)

selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan utama, informan kunci.

3.3.1 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah 1 orang Bidan Desa dan 1 orang Dukun Bayi di Desa Teluk Ambun

3.3.2 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Kepala Puskesmas Kec Singkil, Kepala Seksi KIA di Dinas Aceh Singkil dan 2 orang Ibu hamil.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data akan diolah dari berbagai sumber kepustakaan, diantaranya buku-buku ilmiah, jurnal, media cetak maupun elektronik dan bahan tulisan lainya yang berkaitan dengan objek penelitian.

(4)

a. Observasi yaitu mengumpulakan data atau informasi yang dilakukan dengan pengamatan, mendengar, serta mencatat objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan melakukan Tanya jawab secara bertatap

3.5 Teknik analisis data

(5)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Aceh Singkil

4.1.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Aceh Singkil dengan ibukota Singkil adalah sebuah kabupaten yang berada di ujung selatan Provinsi Aceh di Pulau Sumatera, Indonesia. Aceh Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan dan sebagian wilayahnya berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kabupaten ini terbentuk tahun 1999 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14 Tahun 1999 tanggal 27 April 1999. Letak geografis Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2o0’2”-2o36’40” Lintang Utara dan 97o04’54”- 98o11’47” BujurTimur.

(6)

Kesebelas kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pulau Banyak, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kecamatan Singkil, Kecamatan Singkil Utara, Kecamatan Kuala Baru, Kecamatan Simpang Kanan, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan Danau Paris, Kecamatan Suro, Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Kota Baharu. Melihat dari sisi topografi, wilayah Kabupaten Aceh Singkil berada di daerah pesisir dan daerah sebelah utara merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0% – 8 %. Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8% – 30%. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Kondisi ketinggian lahan menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Singkil berada di antara ketinggian 0 m – 100 m dpl. Daerah pesisir di sebelah Selatan dan daerah di sebelah Timur berada pada ketinggian antara 0 m – 5 m dpl. Sedangkan pada daerah di sebelah utara memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 5-100 m dpl.Secara geologi, bagian utara Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah dengan fisiografi wilayah perbukitan yang didominasi oleh sistem perbukitan berupa bukit lipatan. Diantara bukit-bukit terdapat sungai dan anak-anak sungai yang bermuara ke Samudera Indonesia.

(7)

geologis, terutama pada bagian Selatan yang merupakan daerah pesisir pantai. Konsekuensinya, wilayah Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah rawan gempa dan longsor. Disamping itu, bagian utara wilayah Kabupaten merupakan daerah yang rawan erosi karena sebagian besar material pembentuk tanah terdiri dari bahan induk berupa batuan liat, batu kapur, dan pasir kuarsa.

Beberapa kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai adalah Kecamatan Singkil meliputi Kampung Pulau Sarok, Kecamatan Singkil Utara meliputi Kampung Gosong Telaga Selatan, Gosong Telaga Utara, Gosong Telaga Timur, Gosong Telaga Barat dan Ketapang Indah, Kecamatan Kuala Baru meliputi Kampung Kuala Baru Laut, Kuala Baru Sungai dan Kayu Menang, Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat. Secara hidrologis, Kabupaten Aceh Singkil memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar bersumber dari air sungai, danau, rawa-rawa dan mata air. Potensi sumberdaya air terbesar bersumber dari air sungai. Sungai Singkil (Lae Singkil) adalah sungai utama yang bermuara ke Samudera Indonesia dan merupakan pertemuan dari dua sungai yaitu Lae Cinendang dan Lae Soraya. Lae Cinendang memiliki hulu di Pakpak Barat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Lae Soraya berhulu di Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara. Di samping itu terdapat beberapa sungai lainnya yang relatif lebih kecil, diantaranya Lae Siragian danLae Silabuhan.

4.1.2 Pendidikan

(8)

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, dapat bersaing di era globalisasi dan mampu mendongkrak perekonomian berbasiskan masyarakat.

Pembangunan sarana pendidikan di bangun di setiap wilayah dan kecamatan yang terletak di Kabupaten Aceh Singkil berupa taman bermain untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta. Ketersediaan sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

(9)

4.1.3 SosialdanBudaya

Kabupaten Aceh Singkil yang kinidipimpin oleh H. Supriadi Manik SH. Sebagianbesarpenduduknyaberprofesisebagaipetani.Wilayah Kabupaten Aceh Singkilmemilikiwilayahpertnianseluas 221.415 ha, perkebunankelapasawitseluas 147.717 ha, hutanproduksiseluas 126.250 ha, perkebunankelapaseluas 43.946 ha,

danperkebunankaret18.140 ha, selebihnyamerupakanperkebunanlainnyadanwilayahlautan.

Dalam kecamatanetnisPakpaktidakadaistilahSingkil, melainkanmerekamenyebutsukuSingkilsebagaisukuBoang,

sehinggaseringsalahdiinterpretasikansebagaiPakpakBoang.Inisuatukekeliruanbagietni

sPakpak yang seringmenganggapsamadenganSukuPakpaksuakBoang. SingkiltetaplahSingkil,

SingkilsangatberbedadenganPakpak.Hanyadaribahasalahkeduaetnisini yang banyakpersamaan, di sampingnamamarga yang sebagian di dapatkanpadakeduabelahanwilayahberbatasanini. Selainitu hamper tidakdidapatipersamaan yang mencolok.

SeorangpenelitidariBelanda, W.L. Ritter menyebutkanbahwapadaawalabadke 19 bangsa Proto Malayan yang terdesakolehbangsamongolia, mengarungilautanhindia (Indonesia) menujukewilayahSingkil. SebagiandarimerekaitumemasukikearahSimpangkananteruskeDairi,

sehinggamerekamenjadiwargaDairi.Sebagiandaerahitubercampurdengansukuaslidand

(10)

BahasaSingkiladalahsebuahbahasa yang

tergolongdalamkelompokbahasa-bahasaBatak Utara bersamadenga

SampaisaatinibahasaSingkilmasihdiperselisihkankeberadaannya.Sebagian Orang etnisPakpakberpendapatbahwabahasainitermasukdalamkelompokbahasaPakpak.Nam un,

ahasa yang tersendiri.

4.1.4 Keuangan dan Ekonomi

APBD yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Qanun/Peraturan Daerah. Keuangan daerah Kabupaten Aceh Singkil dikelola sesuai dengan undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Undang-Undang No. 13 tahun 2006 yang kemudian diubah dan dilengkapi dengan ketentuanbaru yang diatur dalam Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

(11)

anggaran lain-lain pendapatan daerah yang sah. Untuk dana perimbangan (transfer) meliputi dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Sementara anggaran lain-lain yang sah meliputi hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus serta bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya. Untuk bagian belanja, bersumber dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sementara belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Realisasi belanja sanitasi SKPD Kabupaten Aceh Singkil bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan, Pertamanan dan Kebersihan, meliputi investasi yang termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi serta operasional/ pemeliharaan. Pertumbuhan rata-rata belanja sanitasi Kabuapaten Aceh Singkil dari tahun 2010 sampai dengan 2013 adalah Rp580.048.345/tahun.

Belanja sanitasi Kabupaten Aceh Singkil terbesar adalah tahun 2010, yakni sebesar Rp 6.405.197.700. Sedangkan belanja sanitasi Perkapita Kabupaten Aceh Singkil rata-rata sejak tahun 2010-2013 adalah Rp 36.223/jiwa, dengan belanja sanitasi perkapita terbesar terjadi pada tahun 2010 yakni Rp 62.484/jiwa. Data lengkap Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Singkil serta realisasi anggaran sanitasi di Kabupaten Aceh Singkil sejak tahun 2010 sampai dengan 2013.

(12)

Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari mesjid sebanyak 138 unit, mushalla 70 unit, gereja Protestan sebanyak 11 unit dan gereja Katholik sebanyak 4 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan. Fasilitas Ibadah paling banyak terdapat di Kecamatan Gunung Meriah sebanyak 41 unit (18,38%) dan Kecamatan Singkil sebanyak 37 unit (16,59%). Sedangkan fasilitas ibadah paling sedikit terdapat di Kecamatan Kuala Baru sebanyak 5 unit (2,24%) dan Kecamatan Pulau Banyak sebanyak 10 unit (4,48%).

4.2 Gambaran Umum Desa Teluk Ambun

4.2.1 Kondisi geografis

Teluk Ambun adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Desa Teluk Ambun terletak sekitar 2 KM dari ibukota Kecamatan dengan jarak tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Wilayah Desa Teluk Ambun memiliki luas 1.230.180 Ha yang memiliki ketinggian 317 meter diatas permukaan laut. Desa Teluk Ambun terbagi menjadi 3 RT,

Secara geografis Desa Teluk Ambun berbatasan langsung dengan beberapa wilayah sekitarnya, yaitu meliputi:

1. Sebelah Utara : Desa Rantau Gedang Kecamatan Singkil 2. Sebelah Selatan : Desa Kuta Simboling Kecamatan Singkil 3. Sebelah Barat : Desa Takal Pasir Kecamatan Singkil 4. Sebelah Timur : Desa Siti Ambia Kecamatan Singkil

Luas wilayah Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh memiliki luas 1.230.180 Ha.

4.2.2 Kondisi Demografis

(13)

Pada awal tahun 2015, penduduk di Desa Teluk Ambun Kecamatan SingkilKabupaten Singkil berjumlah 1.500 orang dengan 502 kepala keluarga. Dengan perician penduduk terlihat dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Teluk Ambun WNI

Jumlah Laki-Laki Perempuan

712 Orang 788 Orang 1500

Sumber: Profil Desa Teluk Ambun Tahun 2015

b. Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Teluk Ambun dapat dilihat dalam tabel 2 berikut: Tabel 2

Lembaga Pendidikan di Desa Teluk Ambun

Lembaga Pendidikan Jumlah Unit

PAUD 1

TK/RA 1

SD/MI 1

Sumber: Profile Desa Teluk Ambun Tahun 2015

c. Agama

Pada umumnya penduduk Desa Teluk Ambun menganut agama Islam dan dapat dikatakan hampir 100% masyarakatnya menganut agama Islam.dimana masyarakat Desa Teluk Ambun sangatlah religius, begitu banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan seperti membentuk majelis taklimdan pengajian-pengajian mingguan maupun pengajian bulanan yang dilakukan oleh muslimin dan muslimat di mesjid-mesjid/DKM sekitar Desa Teluk Ambun.

d. Kesehatan

(14)

Tabel 3

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Teluk Ambun

No Pustu/Posyandu RT Jumlah

1 Posyandu Melati 1 1 buah

2 Pustu Desa Teluk Ambun 2 1 buah

Sumber: Profile Desa Teluk Ambun Tahun 2015

e. Sosial Budaya

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dimasyarakat tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Tolong menolong dilakukan secara kekeluargaan dan gotong-royong berdasarkan kesadaran.

Sejak dahulu masyarakat Desa Teluk Ambun sudah memiliki tradisi dan kebiasaan tolong menolong dan tardisi tersebut tumbuh dan tertanam dalam kehidupan masyarakat. Misalnya pada musim tanam padi, kerja bakti, acara perkawinan dan membangun rumah. Masyarakat Desa Teluk Ambun selalu bekerja samadalam segala hal sehingga desa ini tenteram, aman, nyaman dan damai.

f. Mata Pencaharian

Penduduk Desa Teluk Ambun ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternakan. Selain itu juga mata pencaharian penduduk Desa Teluk Ambun adalah sebagai tukang kayu, nelayan dan buruh.

Tabel 4

Mata Pencaharian Penduduk Desa Teluk Ambun

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Buruh tani 3O

(15)

g. Pemerintahan dan Aparatur Pemerintah

Tabel 5

Perangkat Desa Teluk Ambun

No Nama Jabatan

1 Anwar Nasihin, S.Pd Kepala Desa Ciakar

2 Tohidin Sekretaris Desa

3 Jana Sujana Kaur Umum

4 Dany Muhyidin Arrasyid Kaur Pemerintahan 5 Totoy Toyibin Kaur Pembangunan

7 H. Sukandi Kaur Keuangan

8 Ipin Saripin Kepala Dusun 1

9 Muslihin Kepala Dusun 2

10 Juliawanto Kepala Dusun 3

(16)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik informan Utama dan Kunci

5.1.1 Informan Utama

Informan 1 Bidan Desa

Nama : Ratna Dewi. Amd Umur : 27 Tahun

Pendidikan :D3kebidanan Akbid Mitra Husada Medan Informan 2 Dukun Bayi

Nama : Sukiyah Umur : 57 Tahun Pendidikan : SD 5.1.2 Informan Kunci

Informan ke-3 Ibu Hamil

Nama : Sakdiah Umur : 32 Tahun Pendidikan : SD

Informan ke-4 Tokoh Masyarakat

Nama : Ust Ibrahim Simbolon Umur : 50 Tahun

Pendidikan : SMA

Informan ke-5 Kepala Desa Teluk Ambun

(17)

Pendidikan : SMA

Informan ke-6 Kepala Seksi KIA Dinas Kesehatan Aceh Singkil

Nama : Eva Wahyuni S.keb Umur : 35 Tahun

Pendidikan : S1 Kebidanan 5.2. Sumber Daya

Sumber daya dalam kemitraan bidan dan dukun adalah segala sesuatu yang mendukung proses kemitraan. Adapun sumber daya yang dimaksud mencakup daya dukung finansial untuk membiayai proses kemitraan, sarana-prasana seperti ruang bersalin yang sehat dan alat-alat kesehatan yang menunjang persalinan yang sehat dan dukungan transportasi yang mendukung rujukan.

5.2.1 Dana

Dana merupakan sumber daya yang mendukung proses kemitraan dukun dan bidan dalam menekan AKI dan AKB. Dana ini digunakan untuk membiayai proses kemitraan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Bidan Desa dan Dukun bayi mengenai dana penunjang pada program kemitraan ini.

Pernyataan dari dukun dan Bidan dapat dilihat dari wawancara berikut.

“Biasanya setiap akhir tahun ada pertemuan kemitraan tingkat puskesmas

nah baru ada dananya. Biasanya dipakai untuk membayar uang transport

dukun dan bidan”. (wawancara mendalam bidan desa)

“ada nak, setiap saya merujuk ibu hamil ke bidan, saya mendapatkan uang 50

rb. Dan saya mendapatkan uang 50 rb dari kepala desa setiap bulannya”

(wawancara mendalam dukun bayi)

(18)

kemitraan di tempat ini tidak terlepas dari adanya dukungan dana pemerintah melalui dinas kesehatan. Dinas kesehatan memberikan dana bergulir kepada puskesmas yang kemudian diberikan kepada dukun setiap merujuk persalinan. Kemudian di dukung oleh dana intensif oleh kepala desa.

Dalam pedoman pelaksanaan kemitraan antara bidan dengan dukun dijelaskan bahwa ada dana yang disiapkan oleh pemerintah yang dapat berasal dari APBD (melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas), dana Jaminan Persalinan (Jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, ataupun dana dari swadaya masyarakat desa atau swadana bidan setempat untuk mendanai program kemitraan ini. Dana tersebut digunakan untuk pendataan kesehatan ibu dan anak, pertemuan-pertemuan koordinasi, pelatihan bagi bidan dan dukun, pemberian transport bagi dukun setiap kali mengantarkan ibu hamil ke fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun setiap persalinan yang dirujuk ke bidan, pelatihan-pelatihan berkala dukun-bidan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan.

Dari aspek finansial, kemitraan antara bidan dengan dukun di lokasi ini sudah mulai mendapat perhatian, dapat dilihat adanya perhatian dari segi finansial menandakan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah kematian ibu dan bayi. Hal ini tentu menjadi salah satu langkah awal dalam pelaksanaan kemitraan dukun dan bidan selama ini dan dapat diprediksi juga bahwa kedepannya kemitraan ini dapat akan berkembang dan berhasil karena adanya dukungan dana dari pemerintah.

5.2.2 Sarana dan Prasarana

(19)

puskesmas, ruang bersalin dan alat-alat yang menunjang persalinan yang sehat, akses jalan yang baik serta dukungan sarana transportasi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap bidan yang bermitra, mereka mengatakan bahwa sarana dan prasarana penunjang kemitraan masih belum memadai.

Pernyataan dari Bidan Desa tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Alat partus dan ruang untuk bersalin. Karena apabila tidak lengkap alat dan

tidak tersedia ruangan bagaimana kami mau tolong. Kebetulan kami punya di

sini lengkap semua sehingga apabila dukun datang mengantar ibu hamil untuk

bersalin kami dapat menolong. Sebenarnya yang dibutuhkan juga mobil untuk

jemput ibu hamil karena banyak ibu hamil dan dukun selama ini mengeluh

masalah transportasi.” (Wawancara Bidan Desa)

“Kalo saya rasa sudah lengkap nak, soalnya setiap saya merujuk ibu hamil

kerumah bidan semua alat persalinan semua ada di situ, Cuma saya terkadang

terkendala transportasi untuk merujuk.”(Wawancar Dukun Bayi)

Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di lokasi penelitian sudah cukup memadai untuk menunjang pelaksanaan kemitraan ini, walaupun ada sedikit kendala, seperti belum tersedianya sarana transportasi untuk merujuk ibu hamil yang akan bersalin. Hal ini tentunya sedikit menghambat proses rujukan ibu hamil oleh para dukun. Dalam panduan kemitraan antara bidan dan dukun, transportasi juga merupakan sarana yang mendukung proses kemitraan.

(20)

kelahiran, posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih. Sedangkan sarana yang menunjang kemitraan diantaranya mobiler, alat kesehatan, buku pegangan bidan dan dukun, baju seragam dukun, peralatan P3K, media penyuluhan dan sarana transportasi (Kemendagri, 2014).

Fasilitas kesehatan yang dilengkapi oleh alat-alat persalinan yang sehat dan tenaga yang berkompeten menjadi prasyarat utama dalam menangani persalinan. Akan tetapi kelengkapan fasilitas kesehatan ini tidak menjamin peningkatan rujukan persalinan oleh dukun bila sulit diakses dan dijangkau. Tingginya proporsi pertolongan persalinan oleh dukun selama ini salah satunya karena kesulitan untuk menjangkau fasilitas kesehatan terutama karena hambatan transportasi. Puskesmas Singkil memiliki satu buah ambulans yang bisa digunakan untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Sarana transportasi lain yang sering digunakan adalah becak.

5.3 Karakteristik Partner

Karakteristik partner sangat berpengaruh terhadap sebuah proses kemitraan. Kualitas-kualitas personal seperti keterampilan dan keahlian serta persepsi manfaat merupakan elemen dari karakteristik partner yang berpengaruh terhadap sebuah proses kemitraan. Dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan karakteristik partner ke dalam dua tema besar yaitu keterampilan atau keahlian dan motivasi.

5.3.1 Keterampilan dan Keahlian

(21)

Berikut kutipan pernyataan dari dukun bayi terkait dengan keterampilan bidan desa dalam hal menolong persalinan.

“Setiap ibu membawa ibu hamil untuk bersalin, ibu selalu mengamati dan

mereka sangat ahli menolong persalinan apalagi ditunjang oleh alat yang

lengkap.” (wawancara Dukun Bayi).

“komunikasinya mereka itu bagus. Kalau ada pertemuan di puskesmas saya

selalu diajak ikut jadi pengalaman saya bertambah makanya saya senang.”

(wawancara Dukun Bayi) .

Sedangkan pernyataan dari bidan desa terkait dengan keterampilan dukun bayi, dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut.

“Keterampilan menjaga ibu hamil dari roh jahat dan memberi minum

makanya masyarakat disini sangat percaya pada mereka. Masyarakat di sini

selalu panggil dukun walaupun mereka sudah disini.” (wawancara Bidan

Desa.

“Mereka hanya kasi minum air saja untuk melancarkan proses persalinan.

Mereka tidak pernah bertindak langsung dengan pasien tetapi hanya

memberikan air saja.” (wawancara Bidan Desa).

(22)

supranatural dan yang dipegang teguh oleh kepercayaan masyarakat tradisional merupakan kualitas personal dari dukun yang sangat diperlukan dalam kemitraan ini.

Kemitraan dibangun untuk memadukan keterampilan dan keahlian serta sumber daya yang lain untuk menangani suatu permasalahan. Pemetaan keterampilan dan keahlian ini akan memudahkan dalam pembagian peran dan tugas dalam bermitra untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam konteks kemitraan dukun dan bidan, dukun memiliki keahlian dalam hal supranatural dan budaya setempat sedangkan bidan memiliki keahlian dalam menangani persalinan sehingga kedua keterampilan ini dipadukan untuk menangani masalah persalinan. Hendaknya keahlian dan keterampilan ini dipahami oleh setiap anggota mitra sesuai dengan landasan kemitraan yang menyebutkan bahwa para pihak yang bermitra harus saling memahami kemampuan masing-masing dimana bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masing-masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

5.3.2 Motivasi

(23)

dukun mengenai motivasi yang mendorong mereka untuk bekerjasama dengan bidan dalam menangani persalinan. Pernyataan dari dukun dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut.

“selain ibu lihat para bidan sudah sangat ahli dalam proses persalinan juga

ibu di beri dana intensif jika membawa ibu hamil, sekarang setiap ibu hamil

harus bersalin di bidan. Makanya saya setiap ada ibu hamil yang akan

bersalin saya selalu antar ke tempat bidan. Dulu sejak tahun 1990an saya juga

sering diajak oleh menteri sales untuk ikut menolong persalinan di rumah.

Mulai tahun 2012 saya diimbau oleh bidan untuk selalu mengantar ibu hamil

yang ingin bersalin ke pustu.” (wawancara Dukun Bayi)

“Saya juga berpikir setiap ibu hamil tidak sama ada yang pada saat

melahirkan bermasalah ada juga yang lancar-lancar saja. Kalau saya

bekerjasama untung saya tidak perlu susah payah bila ada yang mengalami

kesulitan saat melahirkan.” (wawancara Dukun Bayi)

Pada pihak lain, para bidan mengatakan bahwa mereka bekerjasama dengan dukun karena kepercayaan masyarakat yang masih sangat tinggi terhadap dukun. Berikut pernyataan para bidan mengenai alasan mereka melakukan kerjasama dengan dukun:

“Begini karena dukun sangat dekat dengan mereka. Selama ini mereka lebih

sering periksa hamil ke dukun. Masyarakat lebih dekat dengan dukun daripada

petugas sehingga kami mengajak dukun bekerjasama nanti dari dukun ibu

hamil diantarkan pada kami.” (wawancara Bidan Desa)

(24)

mempermudah mereka dalam menangani persalinan berkat pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh bidan. Dengan kata lain, dukun yakin dengan keahlian bidan dalam menangani persalinan. dukun memandang pendidikan dan keterampilan bidan sebagai motivasi yang mendorong mereka untuk bekerjasama dengan bidan. Kemudian juga di dorong oleh adanya dana yang diberikan kepada dukun ketika mengantarkan ibu hamil ke bidan.

Sementara itu pada bagian lain, bidan di lokasi penelitian juga melihat adanya kualitas personal yang dimiliki para dukun di lokasi penelitian.Berdasarkan data yang telah disajikan, dapat diterangkan bahwa kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap dukun dan keberadaan dukun yang dekat dengan masyarakat, akhirnya mendorong bidan untuk bekerjasama dengan dukun. Dalam pedoman kemitraan dukun dan bidan, dijelaskan mengenai karakter bidan yaitu pengetahuan, keterampilan, muda dan miskin pengalaman, sedangkan karakter dukun adalah holistik, terpercaya, diterima oleh masyarakat dan ada di mana-mana. Dengan demikian kemitraan antara bidan dan dukun sebenarnya dibangun di atas kualitas-kualitas personal ini.

5.4 Relasi Antar Partner

(25)

5.4.1 Kepercayaan

Berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun yang bermitra di lokasi penelitian, dukun mengatakan bahwa sejauh ini relasi mereka dengan bidan tidak mengalami persoalan. Buktinya mereka selalu mengantar pasien untuk ditangani oleh bidan.

Pernyataan dukun terlihat pada kutipan wawancara berikut:

“ibu percaya nak, karen setiap ibu mengantar ibu hamil dan melihat bidan

melakukan persalinan, ibu perhatikan, makanya ibuk yakin dan percaya.”

(wawancara Dukun Bayi)

Pengakuan yang sama juga diberikan oleh bidan mengenai relasi mereka dengan dukun sejauh ini. Pernyataan mereka dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“kakak percaya dek, soalnya dukun yang bermitra dengan kakak, selalu

membawa ibu hamil pada kakak.” (wawancara Bidan Desa)

5.4.2 Penghargaan

Relasi yang terjalin baik antara bidan dengan dukun ini juga terlihat dari rasa saling menghargai di antara mereka. Para dukun menghargai bidan sebagai orang yang mempunyai kompetensi formal dalam menolong persalinan, dan sebaliknya para bidan menghargai para dukun yang sudah berpengalaman dalam menolong persalinan.

Pernyataan pada dukun dan bidan terlihat dalam kutipan wawancara berikut:

“Saya sangat menghargai mereka Nak. Bentuk penghargaan saya kalau ada

ibu hamil saya selalu antar ke pustu itu saja bentuk penghargaan saya. tau kan

kami yang di kampung ini tidak punya apa-apa untuk kasih mereka.”

(26)

“Iya kami menghargai mereka. Bentuk penghargaannya bila ada kegiatan

tingkat puskesmas kami selalu undang mereka untuk hadir dan mereka

mendapatkan uang transport. Dan setiap perujukan pasti kakak kasih uang.”

(wawancara Bidan Desa)

5.4.3 Konflik

Relasi yang terjalin baik antara bidan dengan dukun ini terlihat dalam jawaban mereka bahwa sejauh ini mereka hampir tidak pernah mengalami konflik. Berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun, mereka mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada konflik yang terjadi antara mereka dengan bidan, kerena mereka sudah saling memahami peran dan kompetensi masing-masing.

Berikut adalah pernyataan dukun terkait dengan relasi mereka dengan bidan :

“Tidak pernah ada masalah selama ini dengan bidan. Mereka semua baik -

baik. kalau ada yang mau dirujuk saya sering diminta ikut juga oleh bidan.

Bidan di pustu itu orangnya baik-baik.” (wawancara Dukun Bayi)

“Tidak pernah ada masalah karena saya selalu menuruti apa yang mereka

inginkan.” (waancara Dukun Bayi)

Pernyataan yang sama juga diberikan oleh bidan terkait dengan relasi mereka dengan dukun sejauh ini. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa sejauh ini antara mereka dengan para dukun tidak pernah terjadi konflik yang menyebabkan buruknya relasi antara mereka. Berikut adalah pernyataan dari para bidan mengenai relasi mereka dengan para dukun :

“Tidak ada, sejauh ini tidak ada masalah semuanya baik.” (wawancara Bidan

(27)

“Tidak pernah ada masalah. Kalau yang kerjasama dengan kami semuanya

baik-baik saja karena mereka tiap ada yang akan bersalin mereka selalu antar

ke kami.” (wawancara Bidan Desa)

Berdasarkan pemaparan wawancara tersebut, kecenderungan dukun dan bidan di lokasi penelitian mengakui bahwa sejauh ini relasi antara mereka terjalin dengan baik. Buktinya bahwa dukun selalu bersedia untuk merujuk ibu hamil kepada bidan bukan karena terpaksa tetapi karena mereka merasa dihargai dan diterima baik oleh bidan. Bukti dari relasi yang baik ini juga terlihat dari data penelitian di atas bahwa sejauh ini antara bidan dan dukun di lokasi penelitian tidak pernah terjadi konflik yang menyebabkan ada pihak yang merasa tidak dihargai keberadaanya dalam kemitraan ini. Relasi yang baik ini juga terlihat dari adanya komitmen dari kedua belah pihak untuk saling menghargai antara kedua belah pihak.

Dalam pedoman kemitraan dukun dan bidan, dijelaskan beberapa landasan yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra, salah satu diantaranya adalah saling menghargai. Saling mengahargai antara dukun dan bidan sangat penting. Dukun bayi telah ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu kebidanan. Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah.

5.5 Karakteristik Kemitraan

Karakteristik kemitraan bersinggungan erat dengan aspek-aspek organisasi dalam suatu kemitraan. Dengan demikian, karakteristik kemitraan berarti mencakup manajemen pembagian peran, komunikasi, pengambilan keputusan, koordinasi dan komitmen sebagai anggota sebuah organisasi.

(28)

membantu persalinan, komunikasi antara bidan dengan dukun yang terjadi dalam pertemuan yang sudah terjadwal dengan baik, mekanisme koordinasi dalam merujuk pasien dan sejauh mana keduanya berkomitmen untuk kepentingan kemitraan tersebut.

5.5.1 Pembagian Peran

Dalam konteks kemitraan dukun dan bidan, manajemen pembagian peran merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan kemitraan. Masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun yang bermitra mereka mengatakan bahwa peran atau tugas mereka dalam kemitraan ini adalah mengantar pasien ke pustu dan membantu bidan dalam menolong persalinan seperti memijit, memberikan air untuk diminum oleh ibu yang hendak bersalin.

Berikut pernyataan dari dukun:

“Kalau ada yang melahirkan ibu antar ke pustu. Sampai di sana saya bantu

pijat-pijat dengan bantu memberikan minum bila dibutuhkan ibu hamil

sedangkan yang menolong persalinan sampai selesai bidan. Nanti setelah

selesai saya bantu bersih/lap ibu bersalin. Itu saja yang saya kerjakan.”

(wawancara Dukun Bayi)

“Kalau di rumah sakit saya tidak ikut campur tetapi kalau di pustu di sini saya

biasanya memberikan minum untuk mengusir setan. Saya juga biasanya bantu

pijat dan pegang-pegang perut ibu hamil.” (wawancara Dukun Bayi)

(29)

”Kami biasanya yang menolong persalinan sedangkan dukun bantu

memberikan minum, pegang-pegang perut ibu hamil dan kadang kami minta

mereka untuk menyiapkan susu untuk ibu hamil.” (wawancara Bidan Desa)

Prinsipnya dalam sebuah kemitraan, pembagian peran harus juga mempertimbangkan kompetensi masing-masing partner dan setiap partner harus menjalankan peran sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berkaitan dengan pembagian peran antara bidan dengan dukun yang bermitra di lokasi penelitian, mereka berpendapat bahwa pembagian peran yang mereka sudah jalankan selama ini sudah sesuai dengan kompetensi mereka masing-masing.

Pernyataan dukun terkait dengan pembagian peran mereka selama ini, dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Sudah sesuai Nak, karena mereka sekolah khusus untuk menolong persalinan

sedangkan saya hanya berdasarkan pengalaman saja. Tidak ada dokumen

tertulis paling saya bantu pijit dan kasi minum bila dibutuhkan.” (wawancara

Dukun Bayi)

Sedangkan persepsi para bidan terkait dengan pembagian peran dengan dukun dalam kemitraan yang telah berjalan selama ini, dapat dilihat pada pernyataan mereka sebagai berikut:

“Sudah karena petugas kesehatan punya tanggung jawab untuk menolong

persalinan. Kami tidak punya dokumen tertulis paling kami jalankan seperti

biasa saja selama ini.” (wawancara Bidan Desa)

(30)

hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan budaya setempat. Sedangkan bidan bereperan dalam aspek teknis kesehatan. Selanjutnya dukun dan bidan yang bermitra umumnya tidak menyatakan keberatan terkait dengan pembagian peran ini. Hal ini tampak dari pengakuan dukun yang cenderung mengatakan bahwa selama ini tugas mereka hanyalah merujuk ibu hamil, sedangkan yang dominan berperan dalam menangani persalinan adalah bidan. Para dukun juga memberikan pengakuan bahwa pembagian peran yang terjadi selama ini, sudah sangat mendukung kemitraan. Para bidan juga memberikan pengakuan yang serupa berkaitan dengan pembagian peran ini.

(31)

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara dukun dan bidan dalam pertolongan persalinan, perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan) yaitu mekanisme rujukan kasus persalinan dan pembagian biaya persalinan. Pembagian peran atau tugas dukun dan bidan dalam persalinan sudah jelas walaupun tidak ada dokumen tertulis. Masing-masing pihak diharapkan dalam melaksanakan perannya dengan baik sehingga persalinan dapat ditangani dan kematian ibu dan bayi akibat persalinan dapat ditekan.

5.5.2 Komunikasi

Komunikasi antara partner adalah hal yang sangat penting di dalam sebuah kemitraan. Dalam konteks kemitraan antara bidan dan dukun, komunikasi antara keduanya adalah sesuatu hal yang perlu untuk kepentingan kemitraan. Sebagai sebuah organisasi, maka komunikasi antara bidan dengan dukun diupayakan agar terjadwal dengan baik seperti pertemuan bulanan atau juga tahunan.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan dukun dan bidan yang bermitra, mereka tidak pernah mengadakan pertemuan di tingkat desa/kelurahan tetapi untuk tingkat kecamatan pernah dilaksanakan beberapa kali.

Berikut adalah pernyataan para dukun:

“Kalau dengan bidan tidak pernah ada pertemuan. Paling dulu dokter dari

puskesmas datang dan kami kumpul di aula membahas masalah persalinan di

rumah.” (wawancara Dukun Bayi)

“Bila ada pertemuan saya biasanya pergi dengan bidan. Di puskesmas kami

diberi pengarahan mengenai persalinan. Setiap ibu hamil harus bersalin di

(32)

perdarahan berbahaya. Biasanya kalau ada pertemuan begitu saya dapat uang

transport nak.” (wawancara Dukun Bayi)

Pernyataan bidan dapat dilihat para kutipan wawancara berikut:

“Kalau pertemuan rutin tingkat desa tidak ada. Pertemuan biasanya untuk

tingkat puskesmas dilakukan setiap akhir bulan dan tahun untuk membahas hal

apa saja yang dilakukan dukun dan bidan.”(wawancara Bidan Desa)

komunikasi yang dimaksudkan dalam konteks kemitraan ini adalah frekuensi pertemuan yang dilakukan oleh para bidan dengan dukun di tingkat desa, kecamatan ataupun juga kabupaten.

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa menurut para dukun selama ini mereka kurang bahkan tidak pernah melakukan petemuan dengan para dukun di tingkat desa. Para dukun hanya melakukan petemuan dengan bidan dan dokter di tingkat puskesmas. Dalam pertemuan ini, para dukun selalu diingatkan akan pentingnya penanganan persalinan oleh tenaga profesional kesehatan yaitu bidan. Pengakuan yang sama juga diutarakan oleh para bidan yaitu bahwa selama ini tidak pernah diadakan pertemuan rutin tingkat desa tetapi hanya diadakan pertemuan tingkat puskesmas pada akhir tahun yang membahas tentang kerjasama antara dukun dan bidan selama tahun itu.

(33)

lapangan, maka dapat secara langsung dilakukan langkah-langkah penanganan yang cepat dan tepat.

5.5.3 Koordinasi

Kemitraan sebagai suatu organisasi tentunya menuntut fungsi koordinasi yang jelas antara pimpinan dengan bawahan atau antara sesama bawahan terkait dengan pelaksanaan tugas. Dalam konteks kemitraan antara bidan dan dukun, bidan tentunya harus senantiasa berkoordinasi dengan dukun dalam hal merujuk pasien misalnya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan bidan dukun, sebagian besar dari mereka menjawab bahwa selama ini bidan yang berinisiatif untuk menghubungi dukun dan posyandu adalah kesempatan yang sering kali digunakan oleh bidan untuk berkoordinasi dengan dukun.

Pernyataan dari para bidan mengenai fungsi koordinasi dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Koordinasinya lewat posyandu dan bila bertemu secara tidak sengaja di

jalan. Bila ada posyandu saya terkadang ikut akan tetapi bila tidak ibu

hamilnya sendiri yang melaporkan. Biasanya juga saat posyandu bidan

langsung menanyakan pada ibu hamil mengenai (wawancara Dukun Bayi)

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bidan dalam kutipan wawancara berikut:

“Koordinasinya melalui posyandu karena terkadang kami mengundang

mereka untuk datang dan juga apabila secara tidak sengaja bertemu di jalan

biasanya kami tanya mungkin ada lagi ibu yang hamil. Kadang mereka yang

tanya “ibu bagaiman dengan ibu A apa dia sudah pergi periksa ke ibu” karena

(34)

Selanjutnya para dukun dan bidan mengatakan bahwa fungsi koordinasi yang telah dijalankan selama ini sudah cukup membantu proses kemitraan antara kedua belah pihak. Misalnya para dukun mengatakan bahwa posyandu merupakan kesempatan yang tepat di mana semua ibu hamil bisa terdata dengan baik oleh bidan, dan dukun menganjurkan para bidan untuk mengikuti posyandu.

Pernyataan para dukun terkait dengan fungsi koordinasi yang telah mereka jalankan selama ini dalam hubungannya dengan kemitraan, dapat dilihat para kutipan wawancara berikut:

“Sudah lumayan cukup nak, karena ada posyandu juga jadi semua ibu hamil

bisa terdata oleh bidan. Memang selama ini semua ibu hamil yang datang

untuk pijit ke rumah selalu saya suruh untuk ikut posyandu.” (wawancara

Dukun Bayi)

Para bidan juga melontarkan pengakuan yang sama mengenai fungsi koordinasi yang telah dijalankan selama ini. Bidan menambahkan bahwa fungsi koordinasi selama ini juga didukung oleh para dukun yang aktif.

Berikut adalah pernyataan dari pada bidan:

“Sudah dek, kan bidan sudah punya wilayah binaan masing-masing. Jadi

bidan yang koordinasi wilayah binaannya dia. Dia yang bertanggung jawab

penuh untuk wilayah binaannya.” (wawancara Bidan Desa)

(35)

koordinasi antara dukun dan bidan yang bermitra di lokasi penelitian hanya bersifat momental bahkan insidental atau belum ada jadwal yang terprogram dengan jelas.

Hingga saat ini, para dukun dan bidan merasa bahwa fungsi koordinasi yang berjalan selama ini sudah cukup mendukung kemitraan. Seorang bidan misalnya mengatakan bahwa posyandu merupakan kesempatan yang baik untuk mendata semua ibu hamil. Tentunya kemungkinan kendala yang dialami adalah mendata ibu hamil yang tidak datang posyandu.

Dalam hal ini koordinasi yang tertata rapi dan teratur antara bidan dengan dukun bisa mengatasi persoalan ini. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun merupakan langkah untuk optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing. Koordinasi didefinisikan sebagai proses penyatuan tujuan-tujuan dalam suatu kerjasama organisasi dan merupakan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam suatu kerjasama organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinasi dibutuhkan sekali dalam suatu kerjasama sebab tanpa koordinasi akan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan kerjasama dalam itu sendiri. Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan mencapai tujuan yang diharapkan, beban tiap anggota mitra menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi sangat dibutuhkan terutama pada pekerjaan lebih yang insidentil dan tidak rutin serta pekerjaan yang tidak direncanakan terlebih dahulu, juga bagi kerjasama yang menerapkan tujuan tinggi. Oleh karena itu, fungsi koordinasi yang dilakukan oleh pihak yang bermitra merupakan suatu keharusan.

5.5.4 Pengambilan Keputusan

(36)

konflik jika tidak diorganisir dengan baik. Dengan demikian, pengambilan keputusan harus tertuang dalam kesepakatan tertulis. Dalam konteks kemitraan bidan dan dukun, pengambilan keputusan terjadi ketika menangani persalinan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun dan bidan yang bermitra, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa yang berperan besar dalam mengambil keptusan ketika menangani persalinan adalah para bidan. Sedangkan para dukun umumnya mengikuti apa yang diinstruksikan oleh para bidan.

Pernyataan para dukun mengenai pengambilan keputusan dalam manangani persalinan, dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Yang ambil keputusan adalah bidan. Saya sebagai dukun hanya mengikuti

saja. Jika mereka bilang harus rujuk ya rujuk saya hanya menemai saat

merujuk saja.” (wawancara Dukun Bayi).

“Untuk ibu hamil yang bersalin di bidan mereka yang mengambil keputusan.

Tetapi kalau saya yang tolong sendiri kalau ada kesulitan maka saya yang

mengambil keputusan untuk merujuk ke puskesmas.” (wawancara Dukun

Bayi).

Sedangkan pernyataan dari para bidan dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Selama ini tidak ada. Paling kami bidan saja yang mengambil keputusan

untuk semua partus. Dukun tinggal ikut saja apa yang kami putuskan.”

(wawancara Bidan Desa)

“Bidan yang ambil keputusan pokoknya dukun benar-benar damping. Mau

ambil tindakan apa semua bidan dan tidak dokumen tertulisnya. Kalau sudah

di fasilitas tu bidan punya tanggung jawab sudah.” (wawancara Dukun Bayi)

(37)

keputusan ketika menangani persalinan. Para dukun mengatakan bahwa mereka tinggal mengikuti apa yang diperintahkan oleh bidan dalam menolong persalinan. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh para bidan, yaitu bahwa merekalah yang memegang kendali untuk mengambil keputusan ketika menangani persalinan.

Dalam hal ini dukun merupakan penolong bidan ketika menangani persalinan. Berkaitan dengan wewenang mengambil keputusan yang telah berjalan selama ini, dukun cenderung mengatakan bahwa itu sudah tepat, karena penanganan persalinan merupakan tugas pokok dari para bidan, sedangkan para dukun hanya bertugas untuk mendamping ibu hamil. Hal yang sama juga disampaikan oleh bidan.

Hingga saat ini, tidak ada dokumen tertulis yang berisi tentang wewenang mengambil keputusan dalam kemitraan antara bidan dan dukun di lokasi penelitian. Tidak terlibatnya dukun dalam proses pengambilan keputusan tentu berpotensi terjadinya konflik pribadi bagi para dukun karena pada dasarnya setiap orang yang terlibat dalam suatu kemitraan pasti menginginkan agar dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

(38)

mereka. Faktor lain juga karena dukun tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prinsip-prinsip kemitraan.

5.5.5 Komitmen

Komitmen anggota adalah suatu hal yang sangat penting dalam membangun hidup berorganisasi. Dalam konteks kemitraan antara bidan dengan dukun, komitmen dari bidan dan dukun dalam bermitra merupakan suatu syarat utama agar kemitraan ini terus berjalan dengan baik. Berdasarkan wawancara peneliti dengan para dukun dan bidan yang bermitra, umumnya mereka mengatakan berkomitmen penuh untuk terus menjalankan kemtiraan ini. Para dukun mengatakan bahwa untuk mereka kemitraan ini semata untuk membantu ibu hamil dalam hal bersalin. Komitmen yang sama juga ditunjukan oleh para bidan. Pernyataan para dukun dan bidan terkait dengan komitmen mereka dalam menjalankan kemitraan ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Iya nak, karena ibu yakin dengan program ini pertolongan persalinan ibu

hamil akan lebih baik kedepannya(wawancara dukun bayi)

Begitu juga pernyataan bidan desa mengenai komitmen dalam pelaksanaan program ini ;

“iya dek, kakak yakin selagi tidak ada yang di rugikan, lagian efek dari

program ini sudah mulai terasa, baik itu terhadap ibu hamil, masyarakat

umumnya prbaikan kesehatan nasional.” (wawancara Bidan Desa)

(39)

kepentingan ibu hamil. Pengakuan yang sama juga diutarakan oleh para bidan yaitu bahwa mereka mementingkan keselamatan ibu hamil. Komitmen ini juga diperkuat dengan tersedianya layanan BPJS yang memungkinkan semua ibu hamil mendapatkan pelayanan secara gratis. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini para dukun dan bidan yang bermitra di lokasi penelitian, berkomitmen untuk tetap melanjutkan kerjasama ini demi keselamatan ibu hamil. Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa suatu kemitraan dalam program kesehatan akan mencapi tujuan apabila pihak yang bermitra mampu meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama Komitmen adalah suatu kesediaan dan pengorbanan baik dari waktu, pikiran, tenaga dan sebagainya dari masing-masing pihak yang bermitra terhadap pemecahan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama. Dukun dan bidan yang bermitra di lokasi penelitian telah mampu meningkatkan komitmen bersama dengan bersedia mengorbankan waktu dan tenaga mereka untuk menangani persalinan. Dengan adanya komitmen dari kedua belah pihak ini diharapkan dapat meningkatkan proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

5.6 Lingkungan Eksternal

Pengaruh lingkungan eksternal dalam kemitraan antara bidan dan dukun dalam penelitian ini mencakup dukungan dari keluarga ibu hamil, dukungan tokoh masyarakat serta dukungan pemerintah mengenai kemitraan ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan informan sebagai berikut :

(40)

“yang saya tau bahwa dukun tidak boleh lagi melakukan persalinan, dan harus

merujuk kebidan desa, saya dulunya pernah melakukan persalinan sama

dukun, l.” (wawancara Dukun Bayi)

Berikut pernyataan tokoh masyarakat mengenai pandanganya terhadap program kemitraan bidan dan dukun:

“Setuju karena itu sangat membantu.kalau terjadi perdarahan kan petugas

kesehatan yang lebih cocok untuk menolong. Tapi kalau saat mendesak

misalnya tidak ada kendaraan atau bersalin di kebun pada saat malam hari

dukun bisalah untuk membantu. Saya mendukung kerjasama ini sehingga

kematian ibu bersalin bisa berkurang. Yang penting saling menghargai dan

menjaga perasaan satu sama lain serta tidak saling menjatuhan.” (wawancara

Tokoh Masyarakat)

Berikut pernyataan kepala desa mengenai pandanganya terhadap program kemitraan bidan dan dukun:

“Kemitraan ini berjalan dengan baik di desa ini,, setiap bulannya kami dari

pemerintahan desa memberikan dana intensif pada dukun yang telah kami beri

Sknya.

Berikut pernyataan kepala seksi KIA mengenai pandanganya terhadap program kemitraan bidan dan dukun

“program ini di canangkan sejak tahun 2012, dan lokasi awal yaitu 2 desa,

nah sekarang di kecamatan singkil sudah tambah 7 desa lagi, pada tahun 2015

program ini masuk nominasi pada festival UNPSA”

“program ini berjalan dengan baik, kami sebagai koordinator kabupaten

(41)

“alokasi jelas ada, selain dari dana APBK dan BOK juga dikuatkan oleh

regulasi bupati, bahwa masing2 kepala desa memberikan dana intensif pada

dukun yang bermitra”

(42)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan di bawah ini.Gambaran Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil sudah mulai berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek di bawah ini :

6.1.1 Sumber Daya

1. Ada alokasi dana khusus untuk membiayai pelaksanaan kemitraan dukun dan bidan.

2. Sarana dan prasarana penunjang kemitraan sudah cukup memadai walaupun ada beberapa sarana yang belum terpenuhi namun tidak terlalu berpengaruh terhadap hambatan dari kemitraan bidan dan dukun.

6.1.2 Karakteristik Partner

1. Dukun dan bidan memiliki keahlian dan keterampilan masing-masing yang mendukung pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun dalam menekan angka kematian ibu dan bayi di lokasi penelitian.

(43)

6.1.3 Relasi Antar Partner

Relasi antara dukun dan bidan di lokasi penelitian sudah terjalin dengan baik tampak dari saling mempercayai dan menghargai di antara sesama dukun dan bidan serta tidak pernah terjadi konflik yang menyebabkan ada pihak yang merasa tidak dihargai keberadaannya.

6.1.4 Karakteristik Kemitraan

1. Pembagian peran dalam kemitraan sudah jelas, dimana dukun berperan dalam aspek non medis seperti memijat, memberi minum dan mendampingi ibu selama proses persalinan, sedangkan bidan berperan dalam aspek medis yaitu menolong persalinan dan tindakan medis lainnya.

2. pertemuan rutin antara dukun dengan bidan tidak dilakukan di tingkat desa. Pertemuan hanya dilakukan sebulan sekali di tingkat puskesmas,

3. Pengambilan keputusan dalam kemitraan dukun dan bidan di lokasi penelitian dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan dukun hanya mengikuti.

4. Koordinasi yang dilakukan dalam kemitraan selama ini hanya bersifat momental bahkan insidental untuk setiap ibu hamil.

5. Dukun dan bidan yang bermitra berkomitmen penuh untuk mengutamakan kepentingan ibu hamil.

6.1.5 LingkunganEksternal

(44)

6.2 Saran

1.Bagi Bidan Perlu menjaga keharmonisan hubungan dengan dukun dengan cara melakukan kunjungan rumah, melakukan pendekatan pada dukun yang tidak mau bermitra dengan cara mengangkat mereka menjadi kader posyandu serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai persalinan di fasilitas kesehatan.

2. Bagi Dukun perlu meningkatkan kerjasama dengan selalu merujuk persalinan ke fasilitas kesehatan dan bagi dukun yang belum bermitra agar segera bermitra dengan bidan sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi.

3. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

a. Perlu mengadakan pelatihan bagi dukun untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat menunjang pelaksanaan kemitraan. b. Perlu meningkatkan frekuensi pertemuan dukun dan bidan untuk

menyamakan persepsi dan mengevaluasi kemitraan yang telah terjalin. Pertemuan ini diharapkan melibatkan semua dukun dan bidan.

c. Menyediakan transportasi untuk merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan. d. Perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu hamil

tentang persalinan di fasilitas kesehatan.

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemitraan

Menurut Robert Davies, adalah Suatu kerjasama formal antara inividu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang di buat, saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang di peroleh. (Notoatmodjo,2003)

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi maka setiap pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada kesamaan perhatian, saling mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur serta kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain (Notoatmodjo, 2012).

2.1.1 Elemen-Elemen Kemitraan

(46)

1. Sumber Daya

Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama dalam membangun sebuah kemitraan.Sumber daya ini meliputi dukungan finansial (uang/dana), organisasi, informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan sarana prasarana seperti komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya.

2. Karakteristik Partner

Partner merupakan sumber daya utama dalam membangun sebuah kemitraan.Karakteristik partner mencakup keterampilan dan keahlian dari pihak yang bermitra serta Motivasi mengenai keuntungan dan kerugian dari kemitraan yang diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam sebuah kemitraan, terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak manfaat dari kemitraan yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif, umumnya didorong oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan mereka atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan.

3. Relasi antara partner

Relasi antara partner meliputi kepercayaan, penghargaan, dan konflik.

a. Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah kerjasama yang baik. Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus menaruh kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh bertanggungjawab dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain kepercayaan,

(47)

c. Konflik juga menjadi hal yang penting dalam bermitra.Konflik bisa saja memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat bisa merangsang pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila sebuah konflik tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah antara partner.Perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi konflik ketika ada pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat siapa yang dianggap benar dan siapa yang paling berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan.

4. Karakteristik Kemitraan

Kepemimpinan, manajemen pembagian peran, komunikasi yang efektif, komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan karakteristik kemitraan yang sangat mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan yang sinergis.

a. Kepemimpinan.

Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam membangun relasi untuk memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner, menciptakan kondisi yang dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu mengolah konflik antara partner.

b. Komunikasi.

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin kemitraan. Tanpa komunikasi yang memadai, kolaborasi yang efektif tidak akan mungkin terjadi. Kualitas komunikasi memberikan kontribusi bagi keberhasilan kemitraan.

c. Manajemen pembagian tugas

(48)

Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai dengan kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat memanfaatkan secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan waktu yang ada.

5. Lingkungan eksternal

Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari pemerintah, dan karakteristik dari masyarakat setempat.

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah kemitraan membutuhkan banyak elemen sebagai daya dukung, sehingga bisa berjalan efektif dalam mengupayakan kepentingan konstituen. Elemen-elemen tersebut antara lain adalah sumber daya, karakter pihak yang bermitra, relasi antara partner, karakteristik kemitraan dan lingkungan sekitar.

2.2 Bidan dan Dukun Bayi

2.2.1 Pengertian Bidan desa

Bidan berarti “bersama wanita” atau dalam bahasa Prancis berarti “wanita bijaksana”. Secara tradisional bidan adalah wanita desa yang belajar dengan cara mengikuti proses persalinan keluarga atau tetangganya. Keterampilan dan pengetahuannya diturunkan dari generasi ke generasi.Bidan adalah individu yangsudah menempuh pendidikan di bidang kebidanan dan telah diakui di negara tempat tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011).

(49)

2.2.2 PengertianDukun Bayi

Dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati di tengah masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantun persalinan.Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui pelatihan (Depkes, 2008).

Peran mereka mencakup pembantu kelahiran, memandikan, memijit-mijit, membantu dalam urusan rumah tangga dan persiapan perawatan setelah melahirkan. 2.3 Kemitraan Bidan desa dan Dukun Bayi

2.3.1 Pengertian kemitraan bidan desa dan dukun bayi

Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (Depkes,2008).

2.3.2Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun

Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan luaran program. 1. Input

Input meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan. 2. Proses

(50)

dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.

3. Program

Output Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan oleh dukun, meningkatnya cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat.

2.3.3 Prinsip Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi

Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan:

1. Kesetaraan

Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan, pengalaman,keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya.

2. Keterbukaan

Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang masih harus diuji kebenarananya.Antara bidan dan dukun bayi harus dibuat suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih mampu.

(51)

Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.

2.3.4 Landasan Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi

Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut tujuh saling, yaitu:

1. Saling Memahami Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil.Dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan ibu secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih.

2. Saling Memahami Kemampuan Masing-masing

Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masing-masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.

3. Saling Menghubungi

Optimalisasi kemitraan antara bidan dan dukun bayi perlu terus ditingkatkan dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing.

4. Saling Mendekati

(52)

juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas. Demikian pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi.

5. Saling Bersedia

Membantu dan dibantu pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih relatif muda, terutama di daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan kepercayaan dari masyarakat dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi dengan pengalaman yang cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak memiliki keterampilan medis. Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi persoalan komplikasi kehamilan ibu serta penanganannya secara medis. Hal tersebut perlu saling disadari dengan cara sifat bersedia membantu dan dibantu. 6. Saling Mendorong dan Mendukung

Bidan perlu terus mendorong dan mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi perlu mendukung proses persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan.

7. Saling Menghargai

Saling menghargai antara bidan dan dukun bayi sangat penting. Dukun bayi telah ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu kebidanan.Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah.

2.3.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun

Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja pihak di desa/kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan.Berikut para pihak tersebut serta perannya.

(53)

a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan dukun bayi.

b. Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan, akademisi, perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD (khususnya Komisi yang membidangi kesehatan).

c. Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut di atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini.

2. Tingkat Kecamatan

Pada skala kecamatan akan didampingi oleh camat, kepala puskesmas, PKK tingkat kecamatan, dan kelompok kerja operasional (Pokjanal) desa siaga tingkat kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan. 3. Tingkat Desa/Kelurahan

Pada skala desa/kelurahan, maka kepala desa/lurah bersama dengan kelompok PKK, pengurus desa siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan secara berkala di tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan dan dukun bayi. 2.3.6 Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Pelaksanaan Kemitraan

(54)

2.3.6.1. Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Masa Kehamilan

1.Peran Bidan

a. Melakukan pemeriksaan ibu hamil (keadaan umum, menentukan taksiran partus, menentukan keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan)

b. Melakukan tindakan pada ibu hamil (pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemberian pengobatan atau tindakan apabila ada komplikasi)

c. Melakukan penyuluhan dan konseling d. Melakukan kunjungan rumah

e. Melakukan rujukan apabila diperlukan f. Melakukan pencatatan

g. Membuat laporan 2. Peran dukun

a. Memberikan motivasi ibu hamil untuk periksa ke bidan b. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke bidan c. Membantu bidan pada masa pemeriksaan ibu hamil d. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga e. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang KB

f. Melakukan ritual yang berhubungan dengan adat dan keagamaan g. Melakukan motivasi pada saat rujukan diperlukan

h. Melaporkan ke bidan apabila ada ibu hamil baru

2.3.6.2 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan

1. Peran Bidan

(55)

b. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf c. Melakukan asuhan persalinan

d. Melaksanakan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera dari 1 jam e. Injeksi vit K1 dan salep mata antibiotik pada bayi baru lahir

f. Melakukan perawatan bayi baru lahir

g. Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi h. Melakukan rujukan bila diperlukan

i. Melakukan pancatatan persalinan j. Membuat laporan

2. Peran Dukun Bayi

a. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan

b. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau memanggil bidan

c. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti air bersih dan kain bersih

d. Mendampingi ibu saat bersalin

e. Membantu bidan pada saat proses persalinan f. Melakukan ritual (jika ada atau perlu)

g. Membantu bidan dalam merawat bayi baru lahir

h. Membantu bidan dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam i. Memotivasi rujukan bila diperlukan

j. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan. 2.3.6.3 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas

1. Peran Bidan

(56)

b. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga (tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif, parawatan tali pusat, KB setelah melahirkan) c. Melakukan rujukan apabila diperlukan

d. Melakukan pencatatan e. Membuat laporan

2. Peran Dukun Bayi

a. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang (tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, perawatan tali pusat dan perawatan payudara) b. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan

c. Melakukan ritual agama (jika ada atau perlu) d. Memotivasi rujukan bila diperlukan

e. Melaporkan ke bidan apabila ada calon akseptor KB

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan dan dukun) yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun.

2.3.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5 Perangkat Desa Teluk Ambun

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa iklan ini menggambarkan Jokowi sebagai calon pemimpin yang rendah hati, peduli dengan sesama yang terlihat dari berbagai

lingkungan terdekatnya baik, si anak tetap akan menjadi pribadi yang kuat atau

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai: (1) sumber informasi pengaruh penggunaan lahan (hutan produksi) terhadap nilai koefisien aliran pada Daerah Aliran

Kajian ini bertujuan untuk memahami peran gender dari aspek akses dan keterlibatan laki-Iaki dan perempuan dalam penanganan pasca bencana, dan dari aspek kebijakan

Pada hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kinerja Pajak Hotel di Kota Palu sudah ekonomis, karena hasil perhitungan ekonomis untuk tahun 2013-2016

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kadar air dan aktivitas antioksidan pada setiap bahan baku, sedangkan pada penelitian utama bertujuan untuk

Peserta pada Seminar Nasional Bahasa dan Sastra dengan tema “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmiah dan Bahasa Persatuan” Kerjasama dengan Pascasarjana Universitas

Apabila persembahan Bapak, Ibu, Saudara/i, tidak / belum tercantum dalam Warta Jemaat atau tidak sesuai dengan jumlah pemberian, kami mohon segera menghubungi