Lampiran 1 : DAFTAR ITEM PENGUNGKAPKAN CORPORATE GOVERNANCE
No Item Point Item Pengungkapan
1. Pengungkapan
tentang dewan
komisaris
1. Anggota dewan Komisaris
2. Struktur dewan Komisaris
3. Peraturan untuk organisasi dan fungsi dari dewan
komisaris dan komite
4. Fungsi dan tugas masing‐masing komisaris 5. Prosedur pemilihan dan pemberhentian dewan
Komisaris
6. Pengungkapan bahwa dewan komisaris telah
melaksanakan tugas sesuai aturan
7. Tanggung jawab dewan atas informasi yang
diungkapkan ke pasar
8. Deskripsi secara eksplisit hubungan antara
komisaris dan pemegang saham utama
9. Deskripsi secara eksplisit kondisi yang
menentukan bahwa komisaris telah indepanden
10. Kualifikasi untuk menjadi komisaris Independen
11. Pengungkapan kepada publik tentang komisaris
independen yang bekerja untuk perusahaan lain
12. Gaji dewan komisaris
2. Rapat Umum
Pemegang Saham
1. Resolusi yang diadopsi dalam RUPS terahir
2. Pemberitahuan RUPS
3. Pengungkapan informasi mengenai agenda
4. Pengungkapan informasi tentang resolusi yang
3. Struktur
kepemilikan
1. Rincian presentase pemegang saham
2. Treasury stock yang dimiliki perusahaan
4. Informasi terkait
good governance
1. Kode etik perusahaan
2. Laporan triwulanan dan laporan tahunan untuk
dua tahun terahir, beserta laporan audit eksternal
3. Publikasi laporan tahunan
4. Pernyataan bahwa perusahaan mengacu pada good
corporate governance dan diterapkan dengan baik
5. Biaya audit
6. Biaya yang dibayarkan untuk jasa non‐audit yang diberikan oleh KAP
7. Pengungkapan informasi yang dibuat untuk para
Stockholder
8. Ringkasan dari laporan yang dikeluarkan oleh
analis, bank investasi, dan lembaga rating secara
berkesinambungan
9. Pengungkapan laporan tentang corporate social
resposibility (kebijakan terhadap lingkungan dan
komitmen politik)
10. Apakah perusahaan tercatat di Bursa Efek lain,
pengungkapan hasilnya dan kondisi keuangan
berdasarkan penerapan peraturan yang berlaku di
Lampiran 2 : Daftar Nilai Total Accrual / Total Aseet Periode t-1
No. Kode Perusahaan Tahun
2012 2013 2014
1. BIPP -0,08041356 0,647874864 -0,001264683
2. BKDP -0,023592856 -0,0436339 -0,009340773
3. CTRP -0,036476306 -0,011506917 -0,019513645
4. CTRS -0,101500632 -0,043457495 0,094724301 5. DGIK 0,039894564 -0,033665731 0,057276409
6. EMDE 0,015813168 -0,046472027 -0,041510971
7. GMTD -0,393222393 0,616020451 0,06111951
8. GPRA 0,078523921 0,064801156 0,01245546
9. KIJA -0,049068816 -0,118784707 0,012484067 10. KPIG 0,036054002 0,097430235 0,040500016 11. LAMI 0,030018288 0,030431436 0,011431685 12. MTSM -0,010562214 -0,084225276 0,040798113
13. PJAA -0,16415822 -0,017897721 -0,050959552
14. PWON -0,104704332 -0,127747483 0,065052878
15. SMDM 0,033953582 -0,03030971 0,06510825
Lampiran 3: Daftar Nilai Nondiscretionary Accruals (NDA)
No. Kode Perusahaan Tahun
2012 2013 2014
1. BIPP -0,007072796 -0,270162682 -0,071623522
2. BKDP -0,003629138 -0,007840436 0,033344242
3. CTRP -0,032358409 -0,028919253 -0,062558151
4. CTRS -0,015537842 -0,016534028 0,002895399 5. DGIK -0,012284407 0,025890758 0,072365072 6. EMDE -0,016493826 0,021441271 0,022438879
7. GMTD 0,032643363 0,022332773 0,00314851
8. GPRA -0,003782816 0,0365056 -0,010647711
9. KIJA -0,125004732 -0,037322558 -0,093585976
10. KPIG -0,032272212 -0,355547083 -0,128177745 11. LAMI -0,013627276 -0,030859993 -0,016045548 12. MTSM -0,043357711 0,017939176 0,014076185 13. PJAA -0,175514696 -0,157474613 -0,155389451 14. PWON -0,007428001 0,008022344 -0,005200347
Lampiran 4 : Daftar Nilai Discretionary Accruals (DA)
( Dalam dua desimal ) No. Kode Perusahaan
DA = TAC
it/Ta
it-1-NDA
2012 2013 2014
1. BIPP -0,07 0,92 0,07
2. BKDP -0,02 -0,04 -0,04
3. CTRP 0 0,02 0,04
4. CTRS -0,09 -0,03 0,09
5. DGIK 0,05 -0,06 -0,02
6. EMDE 0,03 -0,07 -0,06
7. GMTD -0,43 0,59 0,06
8. GPRA 0,08 0,03 0,02
9. KIJA 0,08 -0,08 0,11
10. KPIG 0,07 0,45 0,17
11. LAMI 0,04 0,06 0,03
12. MTSM 0,03 -0,1 0,03
13. PJAA 0,01 0,14 0,1
14. PWON -0,1 -0,14 0,07
Lampiran 5 : Data Variabel CG, Ukuran, dan Dewan
2012 6,43 27,12 0,33
11. LAMI 2013 6,43 27,14 0,33
2014 6,43 27,17 0,33
2012 5,36 25,39 0,25
12. MTSM 2013 5,36 25,31 0,5
2014 5,36 25,25 0,5
2012 7,14 28,5 0,5
13. PJAA 2013 7,14 28,6 0,5
2014 7,14 28,7 0,5
2012 6,79 29,65 0,67
14. PWON 2013 6,79 29,86 0,67
2014 6,79 30,45 0,67
2012 5,36 28,6 0,33
15. SMDM 2013 5,36 28,71 0,33
Lampiran 6 : HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS 20.0 Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 45 -,43 ,92 ,0490 ,19566
CorporateGovernance 45 5,36 7,50 6,4048 ,66554
UkuranPerusahaan 45 25,25 30,45 28,2450 1,28413
DewanKomisaris 45 ,20 ,67 ,4136 ,11489
Valid N (listwise) 45
Sumber: Data sekunder diolah
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,18135350
Most Extreme Differences
Absolute ,181
Positive ,181
Negative -,167
Kolmogorov-Smirnov Z 1,216
Asymp. Sig. (2-tailed) ,104
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,375a ,141 ,078 ,18787 2,269
a. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan
b. Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz ed Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729
CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074 ,861 1,162
UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922 ,834 1,199
DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059 ,945 1,058
a. Dependent Variable: DA
Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729
CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074
UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922
DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah
Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729
CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074
UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922
DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059
a. Dependent Variable: DA
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,237 3 ,079 2,241 ,098b
Residual 1,447 41 ,035
Total 1,684 44
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan Sumber: Data sekunder diolah
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,375a ,141 ,078 ,18787
Daftar Pustaka
Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto, 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT, Volume 2.
Almilia, L. S. dan Retrinasari, I., 2007, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, Proceeding Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis, Jakarta.
Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System, Edisi 11, penerjemah: F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista. Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Jakarta.
Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi II.
Beasley, Mark S., 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between The Board of Director Composition and Financial Statement Fraud dalam Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. “Teori Akuntansi”. Jakarta: Salemba Empat.
Brealey, Myers, dan Marcus, 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Cadbury Committee, 1992. Report of the Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance dalam Tjager et.al (2003)."Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia." PT. Prenhallindo, Jakarta.
Cheung, Y., Jin, L., Rau, R., Stouraitis, A., 2005. Guanxi, Political Connections, and Expropriation: The Dark Side of State Ownership in Chinese Listed
Chtourou, S. M., Bedard, J., and Courteau, L. (2001). Corporate Governance and Earnings Management dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94
Copeland,R.M.1968.“Income Smoothing, Journal of Accounting Research” dalam Wiwik Utami, 2005, “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur)”, Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Deni Darmawati, dkk. 2005. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No.6; 65-81.
Difianti, Fanny, 2014. Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan , dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2012, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review dalam Muh. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka, (Eds.) Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Makassar ;Simposium Nasional Akuntansi X.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Falah, Mohammad Fajrul. 2010. Analisis Pengungkapan Corporate Governance Berbasis Internet oleh Perusahaan Publik di Indonesia Tahun 2010. Skripsi, Ekonomi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono Jogiyanto, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 2004-2005, BPFE, Yogyakarta.
International Federation of Accountants (IFAC). 2009. Proposed Framework for International Education Standard for Professional Accountants. Exposure Draft.
IICG. 2002. Penilaian Penerapan Prinsip GCG pada Perusahaan di Indonesia. http//www.iicg.org/asset/doc/CGPI/CGPI2002-SWA.pdf.
Irsyad, Muhammad, 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Jensen dan Meckling. (1976). Theory of The Firm: “Managerial Behaviour: Agency
Cost and Ownership Structure” dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94
Kieso, Donald E, Weygandy, Jerry J. dan Warsield, Terry D. (2007). Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.
KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.
M.L.T, Ruth Rogate, 2012. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan. OECD (Economic Co-Operation and Development). (2004). Principles of Corporate
Governance dalam M.L.T, Ruth Rogate, 2012. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Panjaitan, Thiodara, 2012. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition dalam Sulistiawan dkk., 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.
Shleifer, A. and R.W. Vishny. (1997). “A Survey of Corporate Governance.” Journal of Finance dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011.
“Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94
Siagian, Fretty, 2011. Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Siburian, Susy Sartika, 2014. Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Siregar, S.V., Utama, S. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management)
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kedua, cetakan kedua belas, CV. Alfabeta, Bandung.
Simposium Nasional Akuntansi (VIII) Solo.
Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Sutrisno. 2002. Studi Manajemen Laba (Earnings Management) Evaluasi Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan dan Motivasinya‖. KOMPAK. No, 5 Mei, hal 158—179.
Suwito dan Herawaty. 2005. ”Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII Solo. September.
Stice, James D. et al. (2007). Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat.
Syakfianto, Andy, 2015. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tambunan Heny Syarah, 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
The Indonesian Institute for Corporate Governance. (2000). Peranan Dewan
Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jakarta: Prentice Hall.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka, 2007. “ Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada
Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur), Simposium nasional Akuntansi X Unhas Makassar.
Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. (1990), “Positive Accounting Theory: A Ten YearPerspective” dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94
www.idx.com
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Menurut Sugiyono
(2007:30) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan
sebab akibat antaravariabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen (variabel yang dipengaruhi)”.
3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik. Data penelitian ini merupakan pooling data. Menurut
Jogiyanto (2004:54) “panel data atau pooling data adalah gabungan dari data
yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang
melibatkan urutan waktu (time series)”.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Sugiyono (2008:193) “sumber sekunder adalah sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder dalam penelitian
berupa laporan keuangan perusahaan property dan real estate yang tercatat di
Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan website masing- masing perusahaan
dengan periodesasi data tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115).
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di bidang Real Estate
dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Teknik pengambilan sampel yaitu
menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel bertujuan
(purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat
berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu
(Jogiyanto, 2004:79).
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan kiteria-kriteria tertentu, yaitu:
1. Perusahaan Real Estate dan Property yang telah terdaftar di Bursa Efek
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir 31 Desember selama periode 2012-2014.
3. Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang memiliki website perusahaan yang masih aktif sampai
tahun 2014
Berdasarkan karateristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh
sampel penelitian sebanyak 15 perusahaan. Adapun sampel penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang menjadi sampel
11 CTRS PT Ciputra Surya Tbk √
18 GMTD PT.Gowa Makassar Tourism Development, Tbk
22 JIHD PT Jakarta International Hotel & Development Tbk
√
24 JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk √
33 MTSM PT Metro Realty Tbk √
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:
a. Studi Pustaka
Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan
yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan
b. Studi Dokumenter
Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan
masing-masing perusahaan property dan real estate yang diperoleh dari
Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website
masing-masing perusahaan.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat (nilai dari orang, objek atau
kegiatan) yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 3).
3.5.1 Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2008:59) ”variabel dependen (terikat) merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Dechow et al. (dalam Ujiyantho
dan Pramuka, 2007: 11) menyebutkan bahwa penggunaan discretionary
accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model karena model ini dianggap lebih baik di antara model
lain untuk mengukur manajemen laba.
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS
sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary
accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait- 1
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit / Ait-1 – NDAit
Keterangan:
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error
3.5.2 Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2007: 4), variabel independen merupakan “variabel yang
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Berikut
merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini:
A. Corporate Governance
Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah
pengungkapan Corporate Governance (CG) melalui laporan keuangan
perusahaan. Tingkat pengungkapan CG pada perusahaan property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 diukur melalui
indeks pengungkapan yang dilihat dari website masing-masing perusahaan.
Indeks pengungkapan tersebut diambil dari penelitian Gandia (dalam Falah,
2010: 13).
Item-item tersebut telah disesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Sehingga terdapat item-item yang dihapus karena tidak dapat
diterapkan dengan ketentuan yang ada di Indonesia. Item yang harus
diungkapkan terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu pengungkapan tentang dewan
komisaris, rapat umum pemegang saham, struktur kepemilikan, dan informasi
lain tentang corporate governance yang dibagi lagi menjadi 28 item. Jika
perusahaan mengungkapkan maka diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak 0 (nol)
(Falah, 2010: 12).
Berdasarkan penelitian Gandia (dalam Falah,2010: 13), pengukuran
CGI x ∑ ��� �� x10
Dimana:
CGI : indeks pengungkapan GCG perusahaan j
nj : jumlah item untuk perusahaan j
nj : 28 item
Xij : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
B. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva dari perusahaan
sampel tahun 2012-2014. Alasan penggunan total aktiva dalam penelitian ini
karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding
kapitalisasi pasar (Almilia dan Retrinasari, 2007: 23). Ukuran perusahaan
selanjutnya ditulis dengan “ukuran” yang diukur dengan logaritma natural
dari total aktiva perusahaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran perusahaan = Ln Total Asset C. Dewan Komisaris
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi
good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate
governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut :
Dewan Komisaris = Jumlah anggota komisaris independen
3.6 Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.2
Skala Pengukuran Variabel
Jenis
Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
perusahaan (outside director) dan komisaris dari dalam perusahaan (inside director).
3.7 Metode Analisis Data
Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis
untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian
ini. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
analisis statistik yang mengunakan regresi linier berganda dan menggunakan
program Statistical Package for Social Sciense (SPSS). Metode dan teknik
analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2007: 29), analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau menggambaran atas objek yang
diteliti melalui data sampel tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum. Analisis statistik deskriptif meliputi range ,
rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, dan jumlah
3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik
Peneliti menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk
menentukan apakah distribusi data normal, sebelum melakukan pengujian
hipotesis. Pengujian tersebut meliputi :
a. Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk
mengatahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi
normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat grafik histrogram yang
membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Menurut Ghozali (2006:110), ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisi grafik dan analisis statistik.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan
melihat histogram, hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah
sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
2) Analisis Statistik
Untuk mendeteksi normalitas data dapat pula dilakukan melalui
analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S test). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:
Ho : data terdistribusi secara normal (sig. > 0,05)
Ha : data tidak terdistribusi normal (sig. < 0,05)
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test)
adalah sebagai berikut :
a) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik, maka Ho
ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
b) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik, maka
Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006: 95).
Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan uji
Durbin-Watson (DW test). Uji autokorelasi dengan Durbin-Durbin-Watson (DW test) hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel
independen. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu:
Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ( DW-Test)
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi poitif Tidak ada keputusan dl < d < du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4 - du < d < 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 – du
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Menurut Erlina (2011:108), ”jika Varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoroskedstisitas,
heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai
prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scarrteplot dengan dasar analisis:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(Ghozali,2006:105).
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk meneliti apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi
korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk melihat
ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai
tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum
yang dipakai untuk menunjukkan adanaya multikolinieritas adalah nilai
tolerance <0,01 atau sama dengan VIF >10 (Ghozali,2006: 91).
e. Analisis Regresi
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ є
Dimana:
Y = Manajemen Laba
α = Konstanta
β 1 β,2, β 3 = Koefisisen regresi dari variable independen
X1 = Good Corporate Governance
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Dewan Komisaris
є = Error
3.7.3 Pengujian Hipotesis
3.7.3.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis
yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho = tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Ha = semua variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel
dengan ketentuan sebagai berikut:
jika t-hitung < t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak;
3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik ”F” atau uji signifikan simultan digunakan untuk
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2006 : 84). Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen yaitu current ratio, debt to total asset, net profit
margin, price earning ratio dan total asset turn over terhadap variabel
dependen yaitu dividend per share secara simultan (bersama – sama).
Ho : β1 = β2 = β3= 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005 : 84) adalah:
1) apabila nilai Fhitung > 4 dengan tingkat kepercayaan 5% dan Fhitung >
Ftabel , maka Ha diterima (Ho ditolak),
2) apabila nilai Fhitung < 4 dengan tingkat kepercayaan 5% dan Fhitung <
Ftabel , maka Ho diterima (Ha ditolak).
3.7.3.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinansi
adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat
terbatas (Ghozali, 2006: 48). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti
variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas
atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data dimulai
dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel 2010, selanjutnya dilakukan
pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan software SPSS versi 20.0. prosedur dimulai dengan memasukkan
semua variabel independen dan variabel dependen ke program SPSS tersebut dan
menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang telah
ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 15
perusahaan real estate dan property yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel.
Periode penelitian adalah tahun 2012,2013, dan 2014. Sehingga total sampel adalah
45 perusahaan.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Real Estate dan Property
No Nama Perusahaan Kode Tanggal
Berdiri
2 PT Bukit Darmo Property Tbk BKDP 12 Juli 1989 31 Okt 2001
3 PT Ciputra Property Tbk CTRP 15 Juni 1993 07 Nov 2007
4 PT Ciputra Surya Tbk CTRS 26 Juni 1989 2006
5 PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk DGIK 1982 02 Agus 2001
6 PT Megapolitan Development Tbk EMDE 1979 12 Jan 2011
7 PT.Gowa Makassar Tourism
Development, Tbk
GMTD 25 April 1997 19 Juli 2004
8 PT Perdana Gapuraprima, Tbk GPRA 1987 31 Des 2003
9 PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 1989 1994
10 PT Global Land Development Tbk KPIG 11 Juni 1990 2000
11 PT Lamicitra Nusantara Tbk LAMI 1998 2001
12 PT Metro Supermarket Realty Tbk MTSM 07 Feb 1980 30 Nov 1991
13 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PJAA 1966 2004
14 PT Pakuwon Jati Tbk PWON 1982 1989
15 PT Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM Sept 1989 24 April 1993
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum,
nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi dari
Variabel dalam penelitian ini meliputi Corporate Governance (CG), ukuran
perusahaan, dan dewan komisaris sebagai variabel independen serta
Manajemen laba sebagai variabel dependen. Hasil olah data deskriptif dapat
dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 45 -,43 ,92 ,0490 ,19566
CorporateGovernance 45 5,36 7,50 6,4048 ,66554 UkuranPerusahaan 45 25,25 30,45 28,2450 1,28413
DewanKomisaris 45 ,20 ,67 ,4136 ,11489
Valid N (listwise) 45 Sumber: Data sekunder diolah
1. Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai minimum -0.43 dan
maksimum 0.92 dengan rata-rata 0.0490 dan standar deviasi 0.19566.
2. Variabel Corporate Governance (CorporateGovernance) memiliki
nilai minimum 5.36 dan maksimum 7.50, dengan rata-rata sebesar
6.4048 dan standar deviasi 0.66554.
3. Variabel ukuran perusahaan (UkuranPerusahaan) memiliki nilai
minimum 25.25 dan maksimum 30.45, dengan rata-rata sebesar
4. Variabel Dewan Komisaris (DewanKomisaris) memiliki nilai
minimum 0.20 dan maksimum 0.67, dengan rata-rata sebesar 0.4136
dan standar deviasi 0.11489.
Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai
menyimpang dari nilai yang diharapkan (dalam hal ini variabel DA, CG,
Ukuran, dan Dewan). Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin
besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan (Gujarati,
1995).
.4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui
normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik dan
analisis statistik.
Analisis grafik dapat dilihat dengan melihat grafik histogram
ataupun dengan melihat grafik Normal Probability Plot. Uji
normalitas yang pertama dengan melihat grafik histogram
HISTOGRAM
Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber: Data sekunder diolah
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekati
normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya
dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat membingungkan
khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang
digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat Normal
yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat Normal Probability Plot
dapat dillihat pada gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2
Normal Probability Plot (Data Asli) Sumber: Data sekunder diolah
Gambar 4.2 merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan
penyebaran titik-titik data di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal. Hal ini berarti data pada variabel yang digunakan
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini juga
menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(K-S). dengan pedoman sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) > 0,05, maka data berdistribusi
normal.
2. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
Berikut adalah hasil pengujian menggunakan analisis Kolmogorov
Smirnov.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,18135350
Most Extreme Differences
Absolute ,181
Positive ,181
Negative -,167
Kolmogorov-Smirnov Z 1,216
Asymp. Sig. (2-tailed) ,104
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada tabel 4.3,
besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 1,216 dan signifikansinya
pada 0,104 yaitu lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa data berdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi
yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mengetahui adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian
terhadap nilai uji Durbin-Watson (Uji DW). Hasil uji autokorelasi
dengan Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,375a ,141 ,078 ,18787 2,269
a. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan
b. Dependent Variable: DA
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai DW
adalah 2,269. Nilai dL dan dU dilihat dari tabel Durbin-Watson pada
signifikansi 0,05, jumlah sampel (N) 45 dengan jumlah variabel bebas
(K) 3. Diperoleh dL= 1,201 dan dU= 1,474. Dapat dihitung nilai
4-dU= 2,526 dan 4-dL= 2,526. Nilai DW sebesar 2,269 lebih besar dari
batas atas (du) 1,474 dan kurang dari 4 – 1,474 (4 – du) sehingga
dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson terletak pada daerah dU <
DW < 4-dU (1,474 < 2,269 < 2,526), maka tidak terjadi autokorelasi.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda
disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot,
dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139)
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot
di tunjukkan pada gambar 4.3 dibawah ini:
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder diolah
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
4.2.2.4 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model
regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi
kolerasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai Variance Inflation Factor ( VIF ) dan nilai Tolerance,
apabila nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0.1 maka terjadi
multikolinearitas dan apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0.1
maka tidak terjadi multikolineraritas. Hasil uji mutikolinearitas dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz ed Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729
CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074 ,861 1,162
UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922 ,834 1,199
DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059 ,945 1,058
a. Dependent Variable: DA
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel
independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,861, 0,834,
0,945 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana
variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,162,
1,199, 1,058. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi tidak terjadi multikolinearitas antar variabel
independen.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi berganda pengaruh Corporate Governance
(CG), ukuran perusahaan, dan dewan komisaris terhadap manajemen laba
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729
CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074
UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922
DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059
a. Dependent Variable: DA
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau
lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi
dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients yang
dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a)
dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen.
Berdasarkan tabel 4.6 di atas maka model regresi yang digunakan adalah
sebagai berikut;
DA = -0.219 + 0.084 CG - 0.002 UkuranPerusahaan – 0.491 DewanKomisaris Dari persamaan regresi tersebut diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut:
a) Konstanta sebesar -0.219 menyatakan bahwa jika nilai CG, Ukuran, dan
Dewan adalah nol maka DA yang terjadi adalah sebesar -0.219.
b) Koefisien regresi CG sebesar 0.084 menyatakan bahwa setiap penambahan
CG sebesar 1% maka akan meningkatkan DA sebesar 8.4%.
c) Koefisien regresi UkuranPerusahaan sebesar -0.002 menyatakan bahwa setiap
penambahan Ukuran sebesar 1% maka akan menurunkan DA sebesar 0.2%.
d) Koefisien regresi Dewan sebesar -0.491 menyatakan bahwa setiap
penambahan Dewan sebesar 1% maka akan menurunkan DA sebesar 49.1%.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
4.2.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap
variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
5%, jika nilai sig. > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. < 0,05
artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai
t-tabel. Dimana jika t-hitung < t-tabel pada α = 5% artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sebaliknya jika t-hitung < t-tabel pada α = 5% artinya ada pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil
uji t dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7
Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729
CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074
UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922
DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah
a) Nilai T tabel diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel dengan
b) T hitung variabel CG yang diperoleh sebesar 1.835. Nilai T hitung < T
tabel (1.835 < 2.019541) artinya H1 ditolak.kesimpulan ini diperkuat
dengan nilai signifikansi 0.074 > 0.05 yang berarti pengungkapan CG
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA).
c) T hitung variabel UkuranPerusahaan yang diperoleh sebesar -0.099.
Nilai T hitung < T tabel (-0.099 < 2.019541) artinya H2
ditolak.kesimpulan ini diperkuat dengan nilai signifikansi 0.922 >
0.05 yang berarti UkuranPerusahaan tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap manjemen laba (DA).
d) T hitung variabel DewanKomisaris yang diperoleh sebesar - 1.939.
Nilai T hitung < T tabel (-1.939 < 2.019541) artinya H3
ditolak.kesimpulan ini diperkuat dengan nilai signifikansi 0.059 >
0.05 yang berarti DewanKomisaris tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap manjemen laba (DA).
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (CG, UkuranPerusahaan, dan DewanKomisaris) secara simultan
(bersama – sama) terhadap variabel dependen (DA). Hasil uji F
Tabel 4.8 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,237 3 ,079 2,241 ,098b
Residual 1,447 41 ,035
Total 1,684 44
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan Sumber: Data sekunder diolah
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika F hitung < F tabel untuk a =5% atau probalilitas
>0.05.
H5 diterima jika F hitung > F tabel untuk a= 5% atau probabalitas
<0.05.
Dari Hasil uji F pada tabel 4.10 di atas maka diperoleh analisis
sebagai berikut:
a) Nilai F tabel diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel dengan
rumus FINV (0.05,3,41) yaitu 2.832747.
b) F hitung yang diperoleh sebesar 2.241. Nilai F hitung > F tabel (2.241
< 2.832747) artinya H4 ditolak yakni Corporate Governace (X1),
Ukuran Perusahaan (X2), dan Dewan komisaris (X3) secara simultan
c) Kesimpulan ini diperkuat dengan melihat nilai signifikansi 0.098 >
0.05 yang menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Governace
(X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Dewan komisaris (X3) secara
simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba
(Y).
4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat
sejauhmana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan
variabel dependen. Apabila angka koefisien determinasi semakin
mendekati 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen adalah semakin kuat, yang berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan nilai
koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah
terbatas (Ghozali, 2006: 48). Besarnya nilai koefisien determinasi
dapat dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,375a ,141 ,078 ,18787
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.9 diatas menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) dan
koefisien determinasi (R square). Nilai R menunjukkan tingkat
hubungan antar variabel-variabel independen dengan variabel
dependen. Dari hasil olahan data diperoleh nilai koefisien korelasi
sebesar 0.375 atau sama dengan 37.5% artinya hubungan antara
variabel CG,Ukuran dan Dewan terhadap variabel DA tidak kuat.
Definisi korelasi ini tidak kuat didasarkan pada nilai R yang berada di
bawah 0.5 atau 50%.
Koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan seberapa
besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0.141 atau 14.1% yang
berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi
variabel dependen sangat terbatas.
Pada tabel diatas juga ditunjukkan nilai Adjusted R Square.
Dari hasil perhitungan, nilai adjusted R square sebesar 0.078 atau
7.8%. Artinya 7.8% variabel DA dipengaruhi oleh ketiga variabel
bebas yaitu CG, Ukuran dan Dewan. Sedangkan sisanya 92.2%
4.3 Interpretasi Hasil
1. Pengaruh secara simultan
F hitung yang diperoleh sebesar 2.241. Nilai F hitung > F tabel (2.241
< 2.832747) dan nilai signifikansi sebesar 0,098 lebih besar dari 0,05. Oleh
karena itu dapat diambil kesimpulan yakni Corporate Governace, Ukuran
Perusahaan, dan Dewan komisaris secara simultan tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
2. Pengaruh secara parsial
a) Pengaruh pengungkapan CG terhadap manajemen laba
Hasil pengujian pengaruh pengungkapan CG terhadap
manajemen laba dalam penelitian ini menyatakan bahwa
pengungkapan CG tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
dengan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,074 dan lebih besar
dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa pengungkapan CG melalui
website perusahaan belum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
manajemen laba. Sebab website perusahaan belum digunakan secara
maksimal dalam mengungkapkan informasi terkait CG.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015).
Selain itu penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Fanny Difianti (2014).
Hasil pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan nilai
signifikansi 0,922 dan lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan belum tentu dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya manajemen laba, karena perusahaan besar
lebih banyak memiliki aset dan memungkinkan banyak aset yang
tidak dikelola dengan baik sehingga kemungkinan kesalahan dalam
mengungkapan total aset dalam perusahaan tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andy Syakfianto
(2015) dan Fretty Siagian (2011) bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
c) Pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba
Hasil pengujian pengaruh proporsi komisaris independen
terhadap manajemen laba dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa
proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba dengan nilai signifikansi 0,059 dan lebih besar dari
0,05. Hal ini membuktikan bahwa dengan atau tanpa adanya komisaris
independen dalam suatu perusahaan dan dengan semakin banyaknya
jumlah komisaris independen dalam suatu perusahaan, tidak mampu
mengurangi tindakan manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
penambahan anggota dewan komisaris independen, diduga hanya
untuk memenuhi ketentuan formal. Kuatnya kendali pendiri
perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan
komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya
menjadi tanggung jawab dewan komisaris menjadi tidak efektif.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fretty Siagian (2011) yang menyatakan komisaris independen
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015)
serta Fanny Difianti (2014) bahwa komisaris independen tidak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis yang peneliti lakukan dengan
menggunakan alat bantu program SPSS Statistic 20.0, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Dalam pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t antara
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat adalah sebagai berikut :
a) Corporate Governace
Pengungkapan CG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba (DA). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Indah Hasyati (2015) dan Fanny Difianti (2014).
b) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba (DA). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andy Syakfianto (2015)
dan Fretty Siagian (2011).
c) Dewan komisaris
Dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
manjemen laba (DA). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015) dan Fanny Difianti (2014).
2. Dalam pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji F,
Dewan komisaris (X3) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba (Y). Kesimpulan ini diperkuat dengan melihat nilai
signifikansi 0.098 > 0.05 yang menunjukkan bahwa Corporate Governace (X1),
Ukuran Perusahaan (X2), dan Dewan komisaris (X3) secara simultan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (Y).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu corporate
governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris padahal masih banyak
variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi manajemen laba.
2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga tahun pengamatan yaitu dari tahun
2012 – 2014.
3. Objek penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan sektor property dan real
estate saja sehingga data bersifat homogen dan kurang dapat digeneralisasi.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini, maka
adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai
1. Dalam menilai pengungkapan CG, diharapkan mengikutsertakan beberapa
orang peneliti agar indeks yang diperoleh per perusahaan menjadi lebih
objektif.
2. Proporsi dewan komisaris independen diharapkan dapat ditingkatkan
sehingga pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan dapat berjalan lebih
efektif.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memasukan variabel-variabel
independen seperti:kepemilikan manajerial dan komite audit atau variabel
lainnya.
4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengganti atau menambah objek
penelitian selain perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
5. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat ukur manajemen
laba yang lain, yang lebih relevan untuk memprediksi faktor-faktor yang
mempengaruhi dilakukannya tindakan manajemen laba.
6. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah rentang waktu periode
pengamatan sehingga diharapkan bisa memberikan data yang lebih valid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Teori agensi awalnya di diperkenalkan oleh
Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Hubungan keagenan timbul karena
adanya kontrak antara pemegang saham (principal) dan menajemen
perusahaan (agent) yang merupakan pengelola perusahaan, dalam kontrak
tersebut pemilik memberikan wewenang kepada manajemen untuk
menjalankan operasi perusahaan termasuk dalam pengambilan keputusan.
Akan tetapi, tidak ada jaminan bahwa manajemen perusahaan mengutamakan
kepentingan pemilik perusahaan, (Brealey et al., 2008: 7).
Menurut Anthony dan Govindorajan (2005: 269), “salah satu elemen
kunci dari teori agensi adalah prinsipal dan agen memiliki preferensi atau
tujuan yang berbeda”. Jensen dan Meckling dalam Jao (2011: 44),
menyatakan bahwa jika kedua kelompok (agent dan principal) tersebut
adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat
alasan yang kuat untuk agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk
Eisenhardt dalam Ujiyantho (2011: 5), menggunakan asumsi sifat
dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori keagenan, yaitu:
a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) dimana, pada dasarnya manusia tidak berkorban untuk orang lain.
b. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality).
c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Jensen dan Meckling dalam Jao (2011: 45), mengidentifikasi biaya
keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. The monitoring expenditures by principal adalah biaya pengawasan yang harus dikeluarkan oleh pemilik.
b. The bonding expenditures by agent adalah biaya yang harus dikeluarkan akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal (pemilik) kepada agen.
c. The residual loss adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran principal karena perbedaan keputusan antara principal dan agent.
Teori keagenan mengasumsikan agen menerima kepuasan tidak hanya
dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang telihat dalam
hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang
menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi
mereka di perusahaan tersebut. Teori keagenan berkaitan dengan usaha-usaha
untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan.
Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara
manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Asimetri
informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses
perusahaan. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Asimetri informasi antara agent dan principal dapat memicu manajer
untuk melakukan disfuctional behavior. Adanya kesenjangan informasi
antara manajer dan pemilik perusahaan maka manajemen mempunyai
kesempatan untuk memaksimalkan kepentingan mereka yang salah satunya
dengan melakukan manajemen laba.
2.1.2 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan campur tangan manajemen dalam proses
penyusunan laporan keuangan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak
eksternal dengan tujuan tertentu. Manajemen laba dapat mengurangi
kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak mencerminkan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya. Para pemakai laporan keuangan
dimungkinkan akan mengambil keputusan yang salah dikarenakan mereka
memperoleh informasi keuangan yang salah.
Scott (1997) dalam Sulistiawan dkk. (2011 : 40) merangkum pola
umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:
2) Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis.
3) Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.
4) Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba.
Ada beberapa teori mengenai motivasi manajemen laba. Watts dan
Zimmerman (dalam Belkaoui, 2006: 189), mengemukakan 3 faktor yang
terkait dengan perilaku manajer dalam pemilihan kebijakan akuntansi. Tiga
faktor ini disebut dengan tiga hipotesis teori akuntansi positif.
1) Bonus Plan Hypothesis (Hipotesis Rencana Bonus)
Hipotesis ini membicarakan tentang hubungan pemilihan metode akuntansi dengan rencana bonus manajer. Manajer perusahaan dengan adanya rencana bonus kemungkinan besar memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Rencana bonus yang berdasarkan laba dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2) Debt Covenant Hypothesis (Hipotesis Ekuitas Utang)