• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN

POLONIA

SKRIPSI

OLEH :

SHARAH DINA

090302008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN

POLONIA

SKRIPSI

SHARAH DINA

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat tuntuk dapat memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

SHARAH DINA Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Pabrik Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Dibimbing oleh ALEXANDER TERNALA BARUS dan MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Sungai Babura adalah salah satu dari tiga sungai yang terdapat di medan. Sungai Babura ini sudah mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh masyarakat sekitar seperti pembuangan sampah plastik, pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui parit-parit dan juga buangan limbah cair pabrik tahu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembuangan limbah cair pabrik tahu ke Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2013 yang dilakukan pada 3 stasiun dimana setiap stasiun dibagi menjadi 3 titik dengan jarak 100 m antar tiap stasiun. Parameter fisika-kimia yang diamati yaitu suhu, kecerahan, warna, kekeruhan, TDS,TSS, DO, BOD5. COD, nitrat, fosfat dan pH.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode storet didapatkan total skor masing-masing stasiun sebesar -28 pada stasiun 1, -22 pada stasiun 2 dan - 30 pada stasiun 3 berdasarkan hasil perhitungan skor ini didapatkan hasil bahwa tingkat pencemaran dari ke tiga stasiun masuk kedalam kategori kelas C yaitu tercemar sedang dengan ratarata skor 11 sampai dengan -30.

(4)

ABSTRACT

SHARAH DINA The Disposal Effect of The Waste Water of Tofu Factory to Water Quality Of The Babura River Medan Polonia District. Under the Supervision of ALEXANDER TERNALA BARUS and MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Babura River is one of the three river in Medan where this river is already contaminated which is caused by the society around the river such as the plastic product disposal ,disposal of household waste that flowed trough the trenches, and also the disposal of the waste water of the tofu factory. The purpose of this research is to know more regarding how far the effect of the disposal of the waste water of the tofu factory to the quality of Babura River. This research was conducted in august until september 2013 with determining 3 stations. Which every stations divided into three point for water sampling which is taken 100 m from every station. The physic and chemical parameter that is taken for observed are temperature, brightness of the water, colour, turbidity, TSS,TDS,DO, BOD, COD, Nitrate, Phosphate and pH.

Based of the result of the research using the storet methode we got thr total score of the each stations in the amount of -29 in the station 1, -22 in the station 2 and -30 in the stations 3 based on the result we can conclude that the contaminations level from the three stations is categorized as c class contaminations which is contaminated with score -11 up to -30.

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Maret 2014

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Agustus

1991 dari ayahanda H. Abdul Majid SH dan dr Hj.

Rifwani Gumulya MARS. Penulis merupakan anak

ketiga dari 5 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SD Perguruan

Al-Azhar Medan, tahun 2006 penulis lulus dari SMP

Perguruan Al-Azhar Medan dan tahun 2009 penulis

lulus dari SMAPerguruan Al-Azhar Medan dan pada tahun yang sama lulus

seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Baru (SPMPSB) pada Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, FakultasPertanian.

Penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PT. Pantai

Samudera Indonesia Tapanuli Tengah selama periode Juli sampai dengan Agustus

2012.Sebelum menyelesaikan pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan,

penulis melakukan penelitian berjudul Pengaruh Pembuangan Limbah Cair

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat

rahmat dan petunjukNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul“Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan MEDAN Polonia” yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan

yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda H.Abdul Majid SH,

Ibunda dr. Hj. Rifwani Gumulya MARS dan Nenek Hj. Nuraini Nst yang penuh

pengorbanan dalam membesarkan dan memberikan curahan kasih sayang, serta

doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Serta abang penulis dr. Alfan Bukhairi dan dr. Hafizhan

serta adik penulis Safira Dini dan Rizki Tamimi terima kasih atas doa, dukungan

moril maupun material, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ing.

Ternala Alexander Barus selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.

Maragunung Dalimunthe, MAP selaku anggota komisi pembimbing yang

disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M. Si dan

Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi

(8)

yang berharga bagi penulis. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti,M.S selaku dekan

Fakultas Pertanian. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Pertanian khususnya Program

Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Seluruh teman-teman MSP 2009 yang

selalu memberikan dukungan dan bantuannya, dan teman-teman seperjuangan

yang setia baik suka maupun duka Nina Safriyanti, Rina Sari Lubis, S.Pi., Rika

Wirani, S.Pi, Dewi Roma Widya, S.Pi, Deliana Dongoran, S.Pi, Aznia Marlina

Sima.

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang

Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Maret 2014

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan ... 21

2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air ... 22

3. Rata-rata nilai Parameter Fisika- Kimia ... 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 13

3. Lokasi Stasiun 1 ... 14

4. Lokasi Stasiun 2 ... 14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO ... 36

2. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur COD ... 37

3. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 ... 38

4. Bagan Kerja Nitrat (NO3) ... 39

5. Bagan Kerja Analisis Fosfat (PO4-3) ... 40

6. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 ... 41

7. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu ... 44

8. Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Fisika -Kimia ... 45

9. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 1 ... 46

10. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 2 ... 46

11. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 3 ... 47

12. Rencana Anggaran Penelitian ... 48

(13)

ABSTRAK

SHARAH DINA Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Pabrik Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Dibimbing oleh ALEXANDER TERNALA BARUS dan MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Sungai Babura adalah salah satu dari tiga sungai yang terdapat di medan. Sungai Babura ini sudah mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh masyarakat sekitar seperti pembuangan sampah plastik, pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui parit-parit dan juga buangan limbah cair pabrik tahu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembuangan limbah cair pabrik tahu ke Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2013 yang dilakukan pada 3 stasiun dimana setiap stasiun dibagi menjadi 3 titik dengan jarak 100 m antar tiap stasiun. Parameter fisika-kimia yang diamati yaitu suhu, kecerahan, warna, kekeruhan, TDS,TSS, DO, BOD5. COD, nitrat, fosfat dan pH.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode storet didapatkan total skor masing-masing stasiun sebesar -28 pada stasiun 1, -22 pada stasiun 2 dan - 30 pada stasiun 3 berdasarkan hasil perhitungan skor ini didapatkan hasil bahwa tingkat pencemaran dari ke tiga stasiun masuk kedalam kategori kelas C yaitu tercemar sedang dengan ratarata skor 11 sampai dengan -30.

(14)

ABSTRACT

SHARAH DINA The Disposal Effect of The Waste Water of Tofu Factory to Water Quality Of The Babura River Medan Polonia District. Under the Supervision of ALEXANDER TERNALA BARUS and MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Babura River is one of the three river in Medan where this river is already contaminated which is caused by the society around the river such as the plastic product disposal ,disposal of household waste that flowed trough the trenches, and also the disposal of the waste water of the tofu factory. The purpose of this research is to know more regarding how far the effect of the disposal of the waste water of the tofu factory to the quality of Babura River. This research was conducted in august until september 2013 with determining 3 stations. Which every stations divided into three point for water sampling which is taken 100 m from every station. The physic and chemical parameter that is taken for observed are temperature, brightness of the water, colour, turbidity, TSS,TDS,DO, BOD, COD, Nitrate, Phosphate and pH.

Based of the result of the research using the storet methode we got thr total score of the each stations in the amount of -29 in the station 1, -22 in the station 2 and -30 in the stations 3 based on the result we can conclude that the contaminations level from the three stations is categorized as c class contaminations which is contaminated with score -11 up to -30.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus

dilindungi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk

hidup yang lain (Effendi, 2003).

Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat

kepada kehidupan kepada manusia. Dari mata air sebagai awal mengalirnya air,

melintasi bagian-bagian alur sungai hingga kebagian hilir yang terjadi secara

dinamis. Kedinamisan tersebut bergantung pada musim, karakteristik alur sungai,

dan pola hidup manusia disekitarnya. Kondisi ini menyebabkan baik kuantitas

maupun kualitasnya mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan

perkembangan lingkungan sungai dan kehidupan manusia (Sukadi, 1999).

Industri tahu merupakan usaha yang didirikan dalam rangka

pengembangan kegiatan dibidang pangan yang mempunyai dampak positif dan

negatif bagi lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan kebutuhan

masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri tahu

berupa limbah buangan yang menimbulkan masalah pencemaran sehingga

merusak lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan

limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. Sebagian besar limbah cair yang

dihasilkan oleh industri pembuat tahu adalah cairan kental yang terpisah dari

gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang

(16)

tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan

mencemari sungai (Fachrurozi, 2010).

Industri tahu saat ini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu

industri rumah tangga yang tersebar luas baik di kota besar maupun

kota-kota kecil. Industri tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair dan

padat. Limbah padat dari hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Limbah

cair tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan

pencetakan tahu sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi.

Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan

tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan

biologi (Esmiralda dan Husni, 2011)

Permasalahan

Adanya aktivitas industri pabrik tahu disekitar Sungai Babura yang

melakukan pembuangan limbah cair industri tahu ke sungai tanpa diolah terlebih

dahulu yang berdampak pada perubahan kualitas air sungai Babura Kecamatan

Medan Maimun.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan permasalahan dari

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Limbah Cair Industri Tahu dapat mempengaruhi kualitas air Sungai

Babura ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh limbah cair pabrik tahu erhadap kualitas air

(17)

Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi tentang pengaruh limbah cair industri tahu kualitas

air Sungai Babura Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

b. Memberikan informasi yang berguna bagi instansi terkait tentang kondisi

perairan Sungai Babura

c. Sebagai dasar acuan mengurangi pembuangan limbah tahu ke Sungai

Babura secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu

Kerangka Pemikiran

Sungai merupakan salah satu pemasok air terbesar bagi makhluk hidup.

Salah satunya sungai dimanfaatkan manusia sebagai sumber air bersih bagi

manusia. Selain sebagai sumber air bersih bagi manusia ketersediaan sumberdaya

air mempunyai peran yang sangat mendasar untuk menunjang pengembangan

ekonomi. Kegiatan ini akan mempengaruhi kondisi fisik, kimia, dan biologi

perairan sungai. Penurunan kualitas perairan sungai dapat terjadi jika badan

perairan penerima limbah tidak mampu melaksanakan proses pemulihan diri.

Semakin banyaknya pelaku industri tahu di Indonesia dapat menyebabkan

penurunan kualitas air sungai karena banyak dari para pelaku industri membuang

limbah tahu ke sungai secara langsung tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Hal ini

dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai yang berdampak terhadap

kehidupan organisme di dalamnya dan manusia yang memanfaatkan air sungai

yang tercemar limbah cair dari pabrik tahu.

Mengingat pengaruh yang ditimbulkan limbah tahu terhadap kualitas air

sungai sangat berbahaya bagi organisme akuatik sungai dan peran sungai bagi

(18)

kehidupan sehari-hari. Secara ringkas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1.Kerangka Pemikiran Penelitian

Industri Tahu

Dampak Positf Dampak Negatif

• Memberikan asupan protein nabati bagi manusia

• Ampas tahu dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak

• Pencemaran Perairan yang diakibatkan dari pembuangan limbah cair industri tahu ke perairan

• Menyebabkan Penurunan

Kualitas air

Parameter Fisika

Parameter Kimia

Berbahaya bagi organisme akuatik dan bagi kesehatan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Air

Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air

yang terdapat di daratan (inland water) secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan

lentik (lentic water), atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau,

rawa, waduk, situ, telaga dan sebagainya dan perairan lotik (lotic water) disebut

juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan

sebagainya (Barus,2004).

Ekosistem sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona

kranal (mata air) yang umumnya terdapat di hulu. Selanjutnya aliran air dari

beberapa mata air akan membentuk aliran sungai di pegunungan yang disebut

zona rithral ditandai dengan relief aliran sungai terjal. Zona Rithral dibagi menjadi

3 yaitu, epirithral (bagian yang paling hulu), metarithral (bagian tengah dari aliran

sungai di zona rithral) dan hyporithral (bagian paling akhir dari zona rithral).

Setelah melewati zona hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona potamal,

yaitu aliran sungai pada daerah-daerah yang lebih landai dibandingkan denga zona

rithral (Barus, 2004).

Pencemaran

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)

yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki

badan air dengan berbagai cara misalnya melalui atmosfer, limbah domestik dan

(20)

Pengolahan limbah industri khususnya limbah industri kimia melibatkan

banyak unit dan proses operasi teknik kimia yang menghasilkan produk air bebas

kontaminan. Konversi limbah cair menjadi produk baru menggunakan prinsip

hukum termodinamika, reaktor pencampur dan alat industri kimia lainnya. Baku

mutu limbah cair adalan batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan untuk

dibuang ke lingkungan. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang

dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang kelingkungan dan diduga dapat

mencemari lingkungan (Suharto, 2011).

Klasifikasi Limbah Cair

Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair:

1. Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik

seperti sayur-mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas

dan kaleng.

2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan

terlarut, konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik

sangat tinggi dalam limbah cair

3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD tinggi namun nilai BOD

rendah (Suharto,2011)

Industri Tahu

Industri Tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair,

tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

padat. Bahan utama pembuatan tahu adalah kedelai, dimana tahu adalah suatu

(21)

Limbah tahu banyak mengandung protein dan karbohidrat tinggi sehingga

pembusukan oleh mikroorganisme pembusuk sangat mudah terjadi (Witana dan

Agung, 2010).

Selama ini teknologi yang sudah ada untuk pengolahan air limbah tahu

yaitu pengolahan menggunakan metode secara kimia, dan biologi. Pada umumnya

Pengolahan secara kimia, dan biologi masih mempunyai kekurangan untuk

mengolah air limbah. Pengolahan air limbah secara kimia mengakibatkan

pencemaran baru yang berasal dari bahan kimia, selain itu bahan baku proses

pengolahan secara kimia lebih mahal, sedangkan pengolahan yang menggunakan

proses secara biologi dibutuhkan lahan yang cukup luas dan waktu yang cukup

lama untuk mendegradasi air limbah (Witana dan Agung, 2010).

Sebagian besar industri tahu mengalirkan langsung air limbahnya ke

saluran-saluran pembuangan, sungai ataupun badan air penerima lainnya tanpa

diolah terlebih dahulu, sehingga limbah cair yang dikeluarkan seringkali menjadi

masalah bagi lingkungan sekitarnya. Kondisi ini diduga akibat masih banyaknya

pengrajin tahu yang belum mengerti akan kebersihan lingkungan sehingga

pengolahan limbah masih menjadi beban yang cukup berat. Namun keberadaan

industri tahu selalu didukung baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat

karena tahu merupakan makanan yang digemari oleh hampir seluruh lapisan

masyarakat Indonesia, disamping nilai gizinya tinggi harganya pun terjangkau.

Selain itu, industri tahu merupakan industri rumah tangga yang merupakan sektor

potensial dalam upaya penyerapan tenaga kerja, terutama di daerah yang padat

(22)

Proses produksi tahu secara rinci dapat dilihat pada diagram alir proses

produksi tahu (Kaswirani, 2007) pada Lampiran 7 .

Limbah Cair Industri Tahu

Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk

limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu

berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda

padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang

disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses

awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi

tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat

yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas

tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang

dihasilkan dan selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 7 (Kaswirani,2007).

Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu

maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah

padat dan cair. Limbah padat industri tahu belum dirasakan dampaknya karena

limbah padat industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Witana dan

Agung, 2010)

Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,

pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan

pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh

industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu

yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang

(23)

pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari

lingkungan (Kaswirani,2007).

Limbah cair industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup

berat karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil

penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam air limbah

industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 - 10.000 mg/L, serta

mempunyai keasaman 4 yang rendah yakni pH 4-5. Jika ditinjau dari

Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu

memerlukan pengolahan limbah (Rossiana, 2006)

Karakteristik Limbah Cair Tahu

Secara umum karakteristik air buangan dapat digolongkan atas sifat fisika,

kimia, dan biologi. Akan tetapi, air buangan industri biasanya hanya terdiri dari

karakteristik fisika dan kimia. Menurut Eckenfelder (1989). Parameter yang

digunakan untuk menunujukkan karakter air buangan limbah adalah:

a. Parameter fisika seperti kekeruhan, suhu, zat padat dan lain-lain.

b. Parameter kimia dibedakan atas

1. Kimia Organik : kandungan organik (BOD, COD, TOC), oksigen

terlarut (DO), minyak/lemak, nitrogen total (N-total), dan lain-lain

2. Kimia anorganik : pH, Ca, Pb, Fe, Cu, sulfur dan lain-lain.

Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang perlu diketahui

antara lain:

1. Padatan tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak

(24)

dengan tingkat kekeruhan semakin tinggi kandungan bahan

tersuspensi maka air akan semakin keruh

2. Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan parameter untuk

menilai jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah

oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam

menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah cair.

Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik tinggi.

3. Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi

merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (misal

kalium dikhromat) untuk mengoksidasi seluruh material baik

organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungn

senyawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut

dalam air dapat mencapai nol sehingga tumbuhan air, ikan-ikan,

dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak

memungkinkan hidup.

4. Nitrogen Total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organik

campuran senyawa kompleks antara lain asam amino, gula amino,

dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair,

N-Total terdiri dari campuran N-Organik, N-Amonia, nitrat dan nitrit.

5. Derajat Keasaman (pH) air limbah industri tahu cenderung

asam(BPPT,1997a). Pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat

yang mudah menguap. Hal ini menyebabkan limbah cair tahu

(25)

Suhu buangan indutri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu

limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 800c sampai

1000c. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen, dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan

tegangan permukaan (Pohan, 2008)

Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengelolaan

kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang

diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam

kondisi alamiahnya. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk

hidup, zat, energi, atau komponen yang harus ada atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa

parameter yaitu parameter fisika ( suhu, kekeruhan, kepadatan, padatan terlarut,

dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan

sebagainya), parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya)

(Effendi 2003).

Pengaruh Air Buangan

Air buangan dari proes pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang

menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila

dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan

kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme yang berperan

(26)

Didaerah-daerah sekitar pemukiman, adanya sungai selain sebagai saluran

alamiah, sering digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah. Aktifitas

rumah tangga, industri maupun fasilitas umum lainnya merupakan sumber

buangan limbah, yang dilakukan secara langsung dan setelah melewati proses

pengolahan terlebih dahulu.

Pencemaran terjadi apabila air buangan yang diterima sungai memberikan

dampak terhadap penurunan kualitas air. Air sungai tercemar dapat terlihat dari

fisik airnya, yaitu semula jernih menjadi keruh atau kehitam-hitaman sering

(27)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September

2013 di Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia Medan. Pengukuran sampel

parameter air akan dilaksanakan di Lembaga Penelitian Pusat Laboratorium

Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT SDAL) Universitas Sumatera Utara.

Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Deskripsi Area Stasiun 1

Stasiun 1 terletak pada titik koordinat 3032’43.71” N dan 98039’45,01” E merupakan lokasi sebelum pembuangan limbah cair industri tahu dengan kondisi

lingkungan yang dikelilingi oleh perumahan penduduk dan stasiun ini berjarak

(28)

Gambar 4. Foto Lokasi stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 2 merupakan daerah tengah dari Sungai Babura yang berada pada

koordinat 3032’44.29” N dan 98039’44.96” E dengan kondisi lingkungan

dikelilingi oleh perumahan penduduk dan di pinggir sungai terdapat industri tahu

yang membuang limbah ke Sungai Babura. Substrat dari sungai ini berlumpur

dengan kondisi air berwarna coklat. Foto lokasi Stasiun 2 dapat dilihat pada

Gambar 5 .

Gambar 5. Foto lokasi stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 3 ini terletak pada titik koordinat 3032’44.73” N dan

(29)

stasiun 2 karena hanya berjarak 100 m. Foto lokasi stasiun 3 dapat dilihat pada

Gambar 6 .

Gambar 6. Foto Stasiun 3

Alat dan Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah sampel air sungai Babura Kecamatan

Medan Polonia, KOH-KI, MnSO4, H2SO4, Amilum, dan Na2S2O3, es.

Alat yang digunakan adalah alat uji parameter (BOD dan COD) botol

alkohol, ember plastik, kertas label, alat tulis, kamera, gelas ukur, beaker glass,

botol winkler, turbidimeter, termometer, pHmeter, icebox dan secchi disk (keping

secchi).

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel akan dilakukan di Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Metode yang dilakukan adalah Purposive Random Sampling

sebanyak 3 (tiga) stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan disetiap stasiun. Sampel air diambil dengan menggunakan ember

yang kemudian dimasukkan kedalam botol alkohol dengan merendamkan botol

(30)

Analisis parameter fisika dapat langsung dilakukan disetiap stasiun Sedangkan

Parameter Kimia dapat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan

Lingkungan (PUSLIT SDAL) Universitas Sumatera Utara.

Pengukuran Parameter Kualitas Air

Parameter Fisika yang diukur mencakup :

1. Suhu

Suhu diukur degan menggunakan thermometer air raksa yang berskala 0 - 500c dimasukkan kedalam sampel air sedalam 10 cm selama 3 menit. Kemudian dibaca skalanya.

2. Kecerahan

Kecerahan dapat diukur dengan mengunakan keping secchi dengan cara

keping secchi dimasukkan kedalam air secara perlahan-lahan sambil

diperhatikan sampai warna putih pada dari piringan itu tidak terlihat dan dicatat

berapa kedalamannya, kemudian piringan tersebut ditarik keatas sampai warna

putih terlihat dan dicatat kedalamannya. Lalu,dari kedua kedalaman tersebut

dihitung rata-ratanya.

3. Warna

Warna dapat diamati secara visual (langsung), air sampel diambil dan

dimasukkan kedalam botol yang terang dan transparan. Botol sampel kemudian

diletakkan diatas latar belakang putih (misalnya kertas berwarna putih)

selanjutnya diamati warna dari sampel air tersebut ( merah, kemerah-merahan,

(31)

4. Kekeruhan

Kekeruhan dapat diamati dengan turbidimeter

memasangkan/menyambungkan turbidimeter dengan sumber listrik, diamkan

selama 15 menit Sebelum digunakan alat harus diset terlebih

dahulu (dikalibrasi), dimana angka yang tertera pada layar harus 0 atau dalam

keadaan netral Sampel dimasukan pada tempat pengukuran sampel yang ada

pada turbidimeter. Melakukan pengukuran dengan menyesuaikan nilai

pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera

pada layar pada turbidimeter sesuai dengan nilai standar Membaca skala

pengukuran kekeruhan. Pengukuran sampel harus dilakukan sebanyak 3 kali

dengan menekan tombol pengulangan pengukuran untuk setiap pengulangan

agar data yang diperoleh pengukuran tepat atau valid, dan hasilnya langsung

dirata-ratakan.

5. Padatan Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi atau suspended solid merupakan jumlah

padatan/partikel (mg) yang tersuspensi pada limbah cair setiap 1 liter limbah

cair yang diperiksa. Alat yang digunakan adalah spectrofometer. Ambil

sampel kurang lebih 500 ml, campurkan hingga homogen. Hidupkan

spectrofometer, piih program untuk pemeriksaan suspended solid 630 tekan

enter, sesuaikan panjang gelombang yang dikehendaki yaitu 810 nm, setelah

sesuai tekan enter. Selanjutnya masukkan cuvet blanko yang berisi 25 ml

aquades ke dalam cell holder, yang sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu

memakai tissue pada didnding cuvet. Tekan zerro, setelah menunjukkan 0

(32)

yang sebelumnya dikocok sampai merata dan dibersihkan dinding cuvet

memakai tissue kemudian tekan enter. Pada monitor akan terbaca kadar

suspended solid dalam mg/l seiap 1 liter limbah cair yang diperiksa.

Matikan spectrofotometer dengan menekan tobol off (0) dan cuci curvet

untuk pemeriksaan berikutnya.

6. Padatan Terlarut Total (TDS)

Alat yang digunakan untuk mengukur TDS dalam air adalah TDSmeter

dengan cara mencelupkan TDSmeter kedalam air yang akan diteliti selain itu

ada 2 metode yang digunakan dalam pengukuran Ada dua metode yang sering

digunakan dalam pengukuran TDS, yaitu:

A. Gravimetri

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan

hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat

yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara

pemeriksaan kimia lainnya. Hal ini dikarenakan metode gravimetri

ditentukan melalui penimbangan langsung massa zat yang dipisahkan dari

zat-zat lain.

Bagian terbesar dari gravimetri meliputi transformasi unsur atau

radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi

bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan

waktu yang cukup lama. Adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan

bila perlu digunakan faktor-faktor koreksi. Faktor paling penting dalam

(33)

B. Electrical Conductivity

Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan dengan

konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari konsentrasi

padatan terlarut dalam air menciptakan kemampuan pada air untuk

menghasilkan arus listrik yang dapat diukur menggunakan conductivity

meter. Electrical conductivity berfungsi mengukur konduktivitas listrik

bahan-bahan yang terkandung dalam air.

Semakin banyak bahan (mineral logam maupun non logam) dalam air

maka hasil pengukuran akan semakin besar. Sebaliknya, bila sangat sedikit

bahan yang terkandung dalam air maka hasilnya mendekati nol, atau

disebut air murni (Insan, 2008). Prinsip kerjanya dengan menghubungkan

2 buah probe ke larutan yang diukur, kemudian dengan rangkaian

pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output yang menujukkan besar

konduktivitas/daya hantar listrik sampel air tersebut (Endrah, 2010).

Parameter Kimia yang diukur mencakup :

1. DO (Disolved oxygen)

Dissolved oxygen (DO) diukur menggunakan metoda winkler. Sampel air

diambil dari permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol winkler

kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut. Pengukuran DO dilakukan

pada awal dan akhir penelitian. Bagan kerja pengukuran DO dapat dilihat pada

Lampiran 1.

2. BOD5 (Biochemical oxygen demand)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metoda winkler.

(34)

diambil dari dasar perairan dimasukkan ke dalam botol winkler. Bagan kerja

pengukuran BOD5 dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. pH

Nilai pH dapat diukur dengan menggunakan pHmeter kedalam sampel air

yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca

angka yang tertera pada ph meter tersebut.

4. COD

COD dapat diukur dengan metode refluk. Bagan kerja pengukuran COD

dapat dilihat pada Lampiran 3.

5. Nutrien (N(NO3) dan P) dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer yang dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Selengkapanya

dapat dilihat nama-nama alat yang digunakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan yang diukurnalisis Data

Parameter Satuan Alat Tempat Analisis

Fisika

- Suhu ⁰C Termometer Hg In Situ

- Kecerahan Cm Keping Sechi In Situ

- Warna - Visual In Situ

- Kekeruhan NTU Turbidimeter In Situ

(35)

Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet

Secara prinsip metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas

air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna

menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air adalah dengan

menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (United Stated - Enviromental

Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam 4 kelas yaitu :

1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 → memenuhi baku mutu

2. Kelas B : baik, skor = - 1 s/d – 10 → tercemar ringan 3. Kelas C : sedang, skor = - 11 s/d – 30 → tercemar sedang

4. Kelas D : buruk, sko = ≥ - 31 →tercemar berat

Prosedur Penggunaan :

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air yang dilakukan

dengan pengulangan pengambilan sampel sebanyak 3 kali

pengulangan di setiap stasiun.

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter

air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil

pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil

pengukuran > baku mutu) maka diberi skor. Penentuan sistem nilai

untuk menentukan status mutu air dapat dilihat pada Tabel 2

(36)

Tabel 2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah

parameter Nilai

Parameter Fisika Kimia

< 10

Maksimum -1 -2 Minimum -1 -2 Rata-rata -3 -6

≥ 10

Maksimum -2 -4 Minimum -2 -4 Rata-rata -6 -12

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya

dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan sistem nilai (Canter,

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air parameter fisika kimia yang

dilakukan selama penelitian didapatkan rata-rata nilai parameter fisika-kimia

seperti pada Tabel 3:

Tabel 3. Rata-rata Nilai Parameter Fisika-Kimia

No Parameter Satuan Stasiun Baku Mutu

Stasiun 1 : Daerah sebelum pembuangan limbah cair industri tahu 3032’43.71” N dan 98039’45,01” E

Stasiun 2 : Daerah pembuangan limbah cair industri tahu 3032’44.29” N dan 98039’44.96” E

Stasiun 3 : Daerah Setelah pembuangan limbah cair industri tahu 3032’44.73” N dan 98039’44.53” E

Berdasarkan data pada tabel 3 diatas rata-rata nilai parameter fisika-kimia

(38)

stasiun 2 sebesar 27,25 ⁰C dan stasiun 3 sebesar berkisar 27,5 ⁰C sedangkan hasil

rata –rata kecerahan pada stasium 1 sebesar 23,85 cm ,stasiun 2 sebesar 25,45 cm

dan stasiun 3 sebesar 21,91cm. Dari hasil pengukuran dapat diketahui tingkat

kecerahan paling tinggi terdapat pada stasiun 2. Nilai kekeruhan pada stasiun 1 sebesar

30,52 pada stasiun 2 sebesar 31,59 dan pada stasiun 3 sebesar 34,83. Pengukuran

TDS pada stasiun 1 sebesar 293,9 pada stasiun 2 sebesar 321,1 dan pada stasiun 3

sebesar 308,6. Nilai TSS pada stasiun 1 sebesar 33,85 pada stasiun 2 sebesar

34,80 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 33,98.

Pada Tabel 3 dapat dilihat kandungan DO pada stasiun 1 sebesar 5,141

pada stasiun 2 sebesar 5,047 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 5 perbedaan

kandungan DO dari setiap stasiun tidak jauh berbeda antara stasiun 1 sampai

dengan stasiun 3. Nilai rata-rata kandungan BOD5 pada stasiun 1 sebesar 1,613

pada stasiun 2 sebesar 2,054 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 1,704. Pengukuran

parameter COD dengan rata-rata 25,11 pada stasiun 1, 26,84 pada stasiun 2 dan

25,98 pada stasiun 3. Nilai nitrat tertinggi berada pada stasiun 3 sebesar 1,797

sedangkan pada stasiun 1 sebesar 1,445 dan pada stasiun 2 sebesar 1,604.

Tingginya nilai nitrat pada stasiun 3 disebabkan karena limbah cair industri tahu

yang terdegradasi kedasar perairan yang diakibatkan oleh dari air sungai.

Kandungan fosfat pada stasiun 1 sebesar 0,248 pada stasiun 2 sebesar 0,254

sedangkan pada stasiun 3 sebesar 0,254. Rata – rata kandungan pH pada stasiun 1

sebesar 9.18 pada stasiun 2 sebesar 9.0 dan pada stasiun 3 sebesar 9,45.

Berdasarkan total skor mutu kualitas air menurut metode storet. Hasil

(39)

stasiun 1 diperoleh total skor -28 pada stasiun 2 diperoleh total skor -22 dan pada

stasiun 3 diperoleh total skor -30.

Pembahasan

Parameter Fisika

Suhu

Berdasarkan nilai rata-rata parameter fisika rata – rata nilai suhu pada

stasiun 1 27,3 pada stasiun 2 sebesar 27,25 dan pada stasiun 3 sebesar 27,5 adanya

perbedaan suhu yang tidak terlalu besar ini dikarena pada stasiun 1 yang memiliki

rata-rata suhu yang paling rendah karena pada stasiun tidak ada aktivitas

masyarakat dan pembuangan sedangkan pada stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki

rata-rata suhu yang lebih tinggi disebabkan pada stasiun 2 dan 3 terdapat aktivitas

masyarakat yang berupa pembuangan sampah plastik dan terdapat aktivitas

pembuangan limbah cair industri.

Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 100C (hanya pada kisaran suhu yang di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme

sebesar 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan

konsumsi oksigen meningkat, sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur

akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat

menyebabkan organisma air akan mengalami kesulitan melakukan respirasi

(40)

Kecerahan

Berdasarkan nilai rata-rata kecerahan yang terdapat setiap stasiun . Pada

stasiun 1 sebesar 23,85 cm, stasiun 2 sebesar 25,45 cm dan stasiun sebesar 21,91

cm. Berdasarkan nilai rata- rata tingkat kecerahan pada stasiun 2 lebih besar hal

ini disebabkan karena pada stasiun 2 terdapat aktivitas pembuangan limbah cair

industri tahu dan juga pembuangan sampah-sampah yang dilakukan oleh warga di

sekitar sungai babura, selain akibat pembuangan limbah tingkat kecerahan juga di

pengaruhi oleh keadaan cuaca

Menurut Effendi (2003) kecerahan bergantung pada warna dan kekeruhan.

Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara visual

dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan sangat di pengaruhi oleh

keadaan cuaca, waktu pegukuran, kekeruhan serta ketelitian orang yang

melakukan pengukuran.

Menurut Suparjo (2009) tinggi tingkat kecerahan dalam suatu perairan

dapat menyebabkan penetrasi dan absorbsi perairan tersebut akan berlangsung

tidak optimal sehingga produktivitas primer perairan tidak berjalan secara optimal

yang mengakibatkan perairan tidak layak untuk kehidupan organisme.

Kekeruhan

Berdasarkan rata-rata tingkat kekeruhan nilai rata-rata pada stasiun 1

sebesar 30,52 NTU, stasiun 2 sebesar 31,59 NTU dan stasiun 3sebesar 34,83 NTU

tingginya tingkat kekeruhan pada stasiun 3 disebabkan oleh pengaruh dari

(41)

terdapat pada stasiun 1 dan stasiun 2 yang terbawa oleh arus sehingga terlarut dan

tersuspensi kedasar perairan yang terdapat pada stasiun 3.

Kekeruhan pada perairan yang tergenang misalnya danau, lebih banyak

disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus.

Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan

oleh bahan-bahan tersuspensi yang lebih besar yang berupa lapisan permukaan

tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat

mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya

lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air

(Effendi, 2003).

Total Dissolved Solid (TDS)

Berdasarkan hasil pengukuran nilai rata-rata kandungan TDS yang

dilakukan selama penelitian di dapatkan hasil nilai rata-rata kandungan TDS pada

stasiun 1 sebesar 293,9 pada stasiun 2 sebesar 321,2 dan pada stasiun 3 sebesar

308,6. Tingginya kandungan TDS pada stasiun 2 diduga disebabkan oleh adanya

pengaruh bahan-bahan tersuspensi dalam perairan yang berasal dari lumpur dan

juga dari buangan limbah industri tahu.

Menurut Nurhasanah (2002) nilai TDS dalam perairan sangat dipengaruhi

oleh pelapukan batuan, limpasan tanah dan juga pengaruh antropogenik berupa

limbah domestik dan limbah industri pengaruh nilai TDS yang tinggi dapat

meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya

matahari ke air dan akhirnya berpengaruh pada fotosintesis diperairan. Air yang

(42)

menimbulkan rasa mual. Nilai kandungan TDS yng dapat di jadikan air minum

dan untuk kepentingan perikanan sebesar 500 mg/l.

Total Suspended Solid (TSS)

Berdasarkan nilai rata-rata TSS diperoleh nilai rata-rata kandungan TSS

pada stasiun 1 sebesar 33,85 stasiun 2 sebesar 34,80 dan pada stasiun 3 sebesar

33,98 tingginya rata-rata kandungan TSS dalam sungai babura dikarenakan

adanya kikisan tanah yang terbawa ke badan air. Kandungan TSS dalam perairan

Sungai Babura masih berada diambang normal hal ini didasarkan pada Baku Mutu

Menurut PP No 82 Tahun 2001 dimana ambang batas normal dari kandungan

TSS dalam perairan tidak lebih dari 50 mg/l.

Menurut Effendi (2003) padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan

tersuspensi (diameter < 1 µm ) yang tertahan pada saringan millipore dengan

diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad

renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa

badan air.

Parameter Kimia

Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan oksigen terlarut (DO) yang

diperoleh nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 5,141 mg/l, stasiun 2 sebesar 5,047

mg/l dan stasiun 3 sebesar 5 mg/l. Nilai rata-rata kandungan oksigen pada setiap

stasiun masih dapat ditolerir makhluk hidup. Nilai kandungan DO yang terendah

(43)

tumbuhan untuk menyumbangkan oksigen dalam proses fotosintesis dan juga

terdapat pengaruh dari adanya pembuangan limbah. Menurut Siagian (2009)

menyatakan bahwa rendahnya nilai oksigen terlarut menunjukkan bahwa terdapat

senyawa organik serta senyawa kimia yang masuk kedalam perairan, dimana

kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang

dilakukan oleh mikroorganisme yang dilakukan secara aerob.

Menurut Siagian (2009) biota pada perairan tropis memerlukan oksigen

terlarut minimal 5 mg/l, sedang biota beriklim sedang memerlukan oksigen

terlarut mendekati jenuh. Kandungan oksigen yang terlalu rendah akan

mengakibatkan ikan-ikan dan biota lain yang memerlukan oksigen akan mati.

Menurut PP No 82 Tahun 2001 Kandungan DO dalam perairan dengan

angka batas minimum 4 maka berdasarkan hal tersebut kandungan DO dalam

setiap stasiun masih berada pada amabang batas normal.

Biochemical Oxygen Demand (BOD5)

Nilai rata-rata kandungan BOD5 pada setiap stasiun yaitu berkisar 1,613

mg/l pada stasiun 1sebesar 2,054 mg/l pada stasiun 2 sebesar dan 1,704 mg/l

pada stasiun 3. Nilai BOD5 yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan yang

terendah terdapat pada stasiun 1 adanya perbedaan kandungan BOD5 pada setiap

stasiun disebabkan karena jumlah kandungan bahan organik yang berbeda pada

setiap stasiun, yang berhubungan dengan defisit oksigen karena oksigen tersebut

digunakan oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik sehingga

menyebabkan kandungan BOD5 pada stasiun 2 lebih tinggi hal ini disebabkan

(44)

adanya aktivitas masyarakat sedangkan pada stasiun yang kandungan BOD5

rendah disebabkan karena pada stasiun 1 tidak terlalu banyak ditemukan aktivitas

masyarakat.

Chemical Oxygen Demand (COD)

Nilai rata-rata kandungan COD (tabel 3) yang terdapat pada stasiun 1

sebesar 25,11 mg/l, stasiun 2 sebesar 26,84 mg/l, stasiun 3 sebesar 25,98 mg/l.

Kandungan COD yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan yang terendah

terdapat pada stasiun 1. Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa COD

merupakan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan

organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang

sukar didegrasi menjadi CO2 dan H20. Berdasarkan kemampuan oksidasi,

penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan

bahan organik. Baik yang dapat di dekomposisi secara organik maupun yang

tidak.

Tingginya kadar COD pada stasiun 2 menyebabkan perairan memerlukan

kadar oksigen untuk proses oksidasi kimia yang menyebabkan terjadinya

penurunan kandungan oksigen. Menurut PP No 82 Tahun 2001 kandungan COD

dalam setiap stasiun sudah melewati batas baku dimana batas baku mutu COD

menurut PP No 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 25 mg/l sehingga Sungai Babura

dapat dikatakan tercemar.

Nitrat

(45)

stasiun 3 sebesar 1,579. Tingginya kandungan nitrat pada stasiun 2 karena

terdapat aktivitas pembuangan limbah cair tahu. Sedangkan rendahnya kandungan

nitrat pada stasiun 1 disebabkan karena lokasinya berada jauh dengan tMenurut

mpat pembuangan limbah

Siagian (2009) konsentrasi nitrat akan semakin bertambah bila berada

dekat dengan titik pembuangan dan akan semakin berkurang jika berada jauh dari

titik pembuangan yang disebabkan aktivitas mikroorganisme.

Fosfat

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan fosfat pada stasiun 1sebesar 0,248,

stasiun 2 sebesar 0,269 dan stasiun 3 sebesar 0,254 dimana kandungan fosfat

yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,269 dan kandungan fosfat

yang terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,248.

Tingginya kadar fosfat pada stasiun 2 disebabkan oleh masuknya

limbah-limbah ke badan air sehingga meningkatkan kadar kandungan fosfat pada badan

air. Menurut Alaerts (1987) dalam Siagian (2009) menyatakan bahwa terjadinya

penambahan kandungan fosfat dalam badan perairan dipengaruhi oleh adanya

masukan limbah-limbah industri, pertanian, dan aktivitas masyarakat. Fosfor

terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terinfiltrasi kedalam air

tanah dan akhirnya masuk kedalam perairan terbuka. Selain itu fosfor juga dapat

berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah hujan yang masuk kedalam

perairan. Dengan demikian peningkatan unsur fosfor dalam perairan dapat

mengakibatkan peningkatan populasi alga secara massal sehingga dapat

(46)

pH

Berdasarkan nilai rata-rata pH pada stasiun 1 sebesar 9,18 stasiun 2

sebesar 9 dan stasiun 3 sebesar 9,45. Nilai pH pada ke 3 stasiun tidak memiliki

perbedaan yang terlalu besar namun berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 nilai

rata-rata pH dalam suatu perairan berkisar 6-9 hal ini menunjukkan bahwa kandungan

pH pada stasiun 1 dan 3 sudah melewati batas normal.

Menurut Barus (2004) nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air

pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat

sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup

organisme karena akan memyebabkan terjadinyan gangguan metabolisme dan

respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas

berbagai senyawa logam terutama ion aluminium yang bersifat toksik. Jika

kandungan senyawa logam semakin tinggi tentunya akan mengancam

kelangsungan hidup organisma. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan

keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air. Kenaikan pH diatas netral

akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi

organisma dalam air.

Menurut Effendi (2003) pH juga mempengaruhi toksisitas senyawa kimia.

Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang

memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik (innocuos). Namun, pada

suasana alkalis (pH tinggi) lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi

(unionized) dan bersifat toksik. Amonia yang tidak terionisasi ini lebih mudah

(47)

Penilaian Mutu Kualitas dengan Metode Storet

Berdasarkan skor mutu kualitas air dengan metode Storet didapatkan hasil

nilai skor pada stasiun 1 dengan skor -28 pada stasiun 2 dengan skor -22 dan pada

stasiun 3 dengan skor -30 maka dapat ditentukan bahwa stasiun 1-3 termasuk

kedalam kategori tercemar sedang dengan kelas c hal ini sesuai dengan indikator

metode storet yang menyatakan tercemar sedang dengan rata-rata skor -11s/d -30.

Dari ketiga stasiun diatas terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu

yaitu COD, fosfat dan pH. Tingginya total skor pada stasiun 3 dikarenakan pada

stasiun 3 merupakan daerah setelah pembuangan limbah cair tahu yang dimana

terdapat aktivitas masyarakat seperti pembuangan sampah-sampah dan juga

pembuangan limbah rumah tangga melalui parit yang mengalir pada stasiun 3

serta pengaruh cuaca sehingga mempengaruhi parameter fisika-kimia pada saat

pengambilan sampel.

Berdasarkan hasil pengukuran skor dengan metode storet dapat dilihat

bahwa pengaruh pembuangan dari limbah cair industri tahu tidak terlalu

signifikan. Hal ini dikarenakan pada aliran Sungai Babura pada stasiun 1 s/d

stasiun 3 sudah mengalami pencemaran yang ditandai dengan nilai skor dari

metode storet yang menyatakan bahwa ketiga stasiun yang sudah tercemar

sedang. Dan juga disebabkan pada stasiun 1 dan 3 sudah mengalami pencemaran

yang berasal dari pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui

parit-parit ke Sungai Babura dan pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian status mutu air dengan metode storet total

skor stasiun 1 adalah -28, stasiun 2 adalah -22 dan stasiun adalah -30.Hal

ini berarti nilai yang diperoleh dari ketiga stasiun termasuk kedalam

kelas c yaitu tercemar sedang.

2. Berdasarkan hasil total skor dengan metode storet diperoleh hasil bahwa

pengaruh dari pembuangan limbah cair industri tahu tidak terlihat hal ini

diduga karena aliran dari sungai babura sudah mengalami pencemaran

dari faktor lain seperti pembuangan limbah rumah tangga dan

pembuangan sampah oleh masyarakat disekitar sungai babura.

Saran

1. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarak agar tidak membuang limbah

dan sampah saluran atau langsung ke Sungai Babura untuk menjaga

kebersihan dan kualitas air dari Sungai Babura

2. Diharapkan untuk para peneliti yang melakukan penelitian dengan

metode storet ini untuk memperhatikan keadaan cuaca karena apabila

pengukuran parameter fisika – kimia ini dilakukan pada saat kondisi

cuaca yang tidak baik dikhawatirkan data yang diperoleh akan kurang

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Kasus Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press.Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Kanisius, Yogyakarta.

Husin, A. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dan Reaktor Fixed-Bed. Tesis. Universitas Sumatera Utara. http://reporsitory.usu.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Husni,H. Esmiralda, M.T,. 2011. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Mas Studi Kasus Limbah Cair Industri Tahu”SUPER”. Padang. Jurnal. Universitas Andalas

Kaswirani, F. 2007. Kajian Teknis Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu, Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali. Tesis. Universitas Diponegoro.

M.Fachrurozi, Utami, L.B. 1978. Pengaruh Biomassa Pistia Stratiotes L. Terhadap Penurunan Kadar BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu Di Dusun Klero Sleman, Yogyakarta. Jurnal KES MAS UAD Vol. 4(1). Jakarta.

Nurhasanah, N. 2002. Kualitas Air Di Saluran Tarum Barat yang Melintasi Daerah Bekasi, Selama Periode 1998-2000. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. http://reporsitory.ipb.ac.id (diakses 09 Desember 2013).

Peraturan Pemerintah No. 82.Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Pohan, N. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Proses Biofilter Aerobik. Tesis. Universitas Sumatera Utara. http://reporsitory.usu.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Rahayu, S. dan Tontowi. 2009. “Penelitian Kualitas Air Bengawan Solo Pada Saat Musim Kemarau”. Jurnal Sumber Daya Air, 5. 127-136.

Rossiana, N. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair Tahu Sumedang Terhadap Daphnia Carinata . Karya Ilmiah:Univ. Padjajaran. Bandung.

Sani, E.Y. 2006.Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob Bersekat dan Aerob.Tesis. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

(50)

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Siagian, C, 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suin, N. 2002.MetodaEkologi. PenerbitUniversitasAndalas, Padang.

Suharto, 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta

Suparjo. M. N. 2009. Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang. Jurnal Saintek Perikanan Vol 4 No.2 .38-45 Semarang

Sukadi, 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya terhadap BOD dan DO. Makalah. ITB

Tambaru, R. 2008. Dinamika Komunitas Fitoplankton dalam Kaitannya dengan Produktivitas Perairan di Perairan Pesisir Maros Sulawesi Selatan. Sekolah Pascasarjana ITB. Tesis. ITB. Bandung. http://reporsitory.ipb.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Tarigan, M. S. Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid ) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara.Jurnal Makara, Sains Vol.7 No. 3. Jakarta

(51)

Lampiran 1. Bagan kerja Metode Winkler untuk mengukur kelarutan oksigen (DO) ( Suin, 2002 )

Sampel Air

1 ml MnSO4

1 ml KOH-KI

dikocok

didiamkan

Sampel Dengan Endapan Putih Coklat

1 ml H2SO4

dikocok

didiamkan

Larutan Sampel Berwarna Coklat

Diambil sebanyak 100 ml

Ditetesi Na2S2O3 0,0125 N

Larutan Sampel Berwarna Kuning Pucat

Ditambahkan 5 tetes amilum

Larutan Sampel Berwarna Biru

Sampel Bening

Ditetesi Na2S2O3 0,0125 N

dihitung volume Na2S2O3 0,0125

N yang terpakai (= nilai DO akhir)

(52)

Lampiran 2. Bagan kerja Metode Winkler untuk mengukur BOD5 (Suin, 2002)

Keterangan :

-Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan nilai DO

-Nilai BOD = Nilai DO awal - Nilai DO akhir

Sampel Air

Sampel Air Sampel Air

Diinkubasi selama 5 hari pada temperatur 200C

Dihitung nilai DO akhir

Dihitung nilai DO

awal

(53)

Lampiran 3. Bagan Kerja Pengukuran COD dengan Metode Refluks (Suin, 2002)

Dimasukkan kedalam erlenmeyer

Dimasukkan 5ml K2Cr2O7 Dimasukkan 2 batu didih

Direfluks selama 45 menit

Dibiarkan sampai dingin dan dilepasdan dilepas dari rangkaian

Ditambahkan 30 ml akuades

Diteteskan indikator feroin

Dititrasi dengan Ferro Amonium Sulfat 0,025 N

Dicatat volume peniternya 10 ml sampel air

(54)

Lampiran 4. Bagan Kerja Kandungan Nitrat (NO3) (Michael, 1984 ;Suin, 2002)

1 ml Nacl (dengan pipet volum

5 ml H2SO4 75 %

4 tetesBrucineSulfatSulfanic Acid

` Dipanaskanselama 25 menit

Didinginkan

Diukurdenganspektrofometer di ukurdengan x=412 nm

5ml sampel air

LARUTAN

LARUTAN

(55)

Lampiran 5.Bagan Kerja Analisis Fospat (PO4-3) (Michael, 1984 ;Suin, 2002)

1 ml AmstrongReagen 1 ml Ascorbic Acid

Dibiarkanselama 20 menit Diukurdenganspektrofotometerpa da X= 880nm

5ml sampel air

LARUTAN

(56)

Lampiran 6. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pencemaran Lingkungan

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fisika Temperatur °C Deviasi

(57)
(58)

Mg/L Fecal Coliform Jml/100

ml Total Coliform Jml/100

(59)

Lampiran 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu (Kaswirani, 2007)

Pengupasan Kulit Kulit Kedelai

Perendaman 30

(60)
(61)

Lampiran 9. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 1 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku

Lampiran 10. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 2 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

(62)

2 BOD5 Mg/l 3 2,172 1,923 2,054 0

Lampiran 11. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 3 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

Gambar

Gambar 1.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 4. Foto Lokasi stasiun 1
Gambar 6 .
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas industri di Kecamatan Kebakkramat yang menghasilkan limbah cair pada umumnya mengalirkan air limbahnya ke aliran sungai, yang kemudian menyebabkan

Aktivitas industri di Kecamatan Kebakkramat yang menghasilkan limbah cair pada umumnya mengalirkan air limbahnya ke aliran sungai, yang kemudian menyebabkan penurunan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembuangan limbah cair industri pabrik tahu di Kelurahan Pakunden terhadap sifat fisis dan indeks pencemaran

Pencemaran ini disebabkan oleh kandungan bahan organik dan anorganik yang berasal dari limbah cair industri tahu yang dibuang ke perairan tanpa melalui

Efektifitas Dan Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pengolahan Serta Aspek Terhadap Kesehatan Masyarakat..

Berapa anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan terhadap keberadaan limbah cair industri tahu ...1. Keluhan terhadap adanya industri tahu

Menginformasikan kepada masyarakat Desa Jeding Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah cair tahu ke sungai,

KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI KEDUNG JUMBLENG SEBAGAI TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN KRAJAN, MOJOSONGO, SURAKARTA Tesis Primadi Gayuh