1
BERTARAF INTERNASIONAL
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi
oleh
Lutfia Nur Hadiyanti 4401407075
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
iv
Ir. Tyas Agung Pribadi, M. Sc. ST dan Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M. Si. Modul merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam proses pembelajaran sebagai sumber belajar. Need assessment yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kebumen menunjukkan bahwa guru di RSMABI belum mengembangkan modul yang sesuai dengan karakteristik sekolah sebagai konsekuensi Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahan ajar yang sudah digunakan dalam pembelajaran di RSMABI, menghasilkan modul materi Ekosistem berbasis SETS yang valid dan dapat diterapkan dalam pembelajaran di RSMABI, dan mengevaluasi efektivitas penerapan modul materi Ekosistem berbasis SETS.
Penelitian dilakukan dengan metode Research and Development (R&D). Keefektifan modul diuji menggunakan quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group design yang dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran. Subyek uji coba ditentukan dengan convenience purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah menggunakan buku teks, LKS, dan komputer sebagai bahan ajar, namun belum mengembangkan modul. Hasil validasi modul materi Ekosistem berbasis SETS adalah 99,14% yang memenuhi kriteria sangat layak. Tingkat keterbacaaan modul yang diuji cobakan di SMA Negeri 1 Kebumen mencapai 81,75% termasuk kriteria sangat tinggi. Berdasarkan analisis t-test, kelas eksperimen mempunyai selisih nilai pre-test dan post-test yang secara signifikan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Tingkat keterterapan modul adalah 70,48% dengan kriteria tinggi.
v
Skripsi ini adalah laporan penelitian yang mengambil judul Pengembangan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS untuk Siswa Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahan ajar yang sudah digunakan dalam pembelajaran Biologi di RSMABI, menghasilkan suatu produk berupa modul pembelajaran untuk pembelajaran di RSMABI, dan mengevaluasi efektivitas penerapan modul sebagai bahan ajar. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
2. Dekan FMIPA yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi,
3. Ketua jurusan Biologi FMIPA Unnes yang telah mendukung penelitian ini, 4. Ir. Tyas Agung Pribadi, M.Sc.ST. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi yang luar biasa pada penulis,
5. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian selama penyusunan skripsi,
6. Dr. Andreas Priyono Budi Prasetyo, M.Ed. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak ilmu dan saran yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi,
7. Seluruh dosen Biologi FMIPA Unnes yang telah memberikan dan membagikan semua ilmunya,
vi
10. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual dalam penyelesaian skripsi,
11. Mbak Sis dan Perpustakaan Jurusan Biologi Unnes yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan dalam penulisan skripsi ini,
12. Rekan-rekan mahasiswa Biologi Unnes angkatan 2007 yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung,
13. Teman-teman Putri Malusebagai motivator dan keluarga di Semarang,
14. Keluarga besar Jasmina Study Center(JSC), PPL SMP Negeri 13 Magelang tahun 2010 dan KKN Lokasi Desa Tirtomulyo, Kendal yang telah memberikan banyak inspirasi tentang kehidupan dan mewarnai skripsi ini, 15. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang terkait. Saran dan kritik sangat penulis harapkan sebagai koreksi dan penyempurnaan penelitian yang sejenis.
Semarang, Oktober 2011
vii
A. Latar belakang masalah ..………. B. Rumusan masalah……...………...
A. Tempat dan waktu penelitian………... B. Subyek penelitian……….……… C. Variabel penelitian…...………... D. Prosedur penelitian………... E. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data...………… F. Metode analisis data………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
viii
2. Hasil validasi modul materi Ekosistem berbasis SETS……… 22
3. Tingkat keterbacaan modul bagi siswa ……… 27
4. Skor aspek tingkat keterbacaan ……… 27
5. Soal yang digunakan dan hasil analisisnya ………... 28
6. Jenis data yang diambil dalam penelitian ……… 31
7. Kriteria deskriptif persentase ………….………..… 32
8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul … 32 9. Hasilneed assessmentpada siswa ……..………..…… 34
10. Hasil need assessmentpada guru ………... 35
11. Hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen ……… 35
12. Hasil analisis data dengan SPSS 16 dengan taraf signifikansi 1% ….…… 35
ix
1. Saling keterkaitan unsur SETS ……….………. 8 2. Kerangka berpikir pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS
untuk siswa Rintisan SMA Bertaraf Internasional ……… 16 3. Langkah-langkah metode Research and Development (R&D) …….……. 18 4. Desain sampul depan dan pendahuluan modul materi Ekosistem berbasis
SETS ……… 20 5. Desain contentdan evaluasi modul materi Ekosistem berbasis SETS ….. 21 6. Revisi gambar konsep pembagian zona air tawar ……….. 24 7. Revisi konsep hukum Thermodinamika ………. 24 8 Revisi SETS Cornerdalam modul materi Ekosistem berbasis SETS …… 25
9. Covermodul dan revisinya ….……… 26
x
3. Kisi-kisi soal uji coba ………. 70
4. Question of pre-test and post-test……… 73
5. Answer sheet………. 83
6. Kisi-kisi Instrumen Ketersediaan Bahan Ajar ……….. 84
7. Angket Ketersediaan bahan ajar ……… 85
8. Instrumen Penilaian Modul ………. 87
9. Kisi-kisi Angket Keterbacaan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS .. 105
10. Angket Keterbacaan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS ………… 106
11. Kisi-kisi Angket Tingkat Keterterapan Modul dalam Pembelajaran ……. 108
12. Angket Tingkat Keterterapan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS … 109 13.Skor Aspek Tingkat Keterterapan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS ……… 111
14. Analisis Validitas, Daya pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Reliabilitas Soal Ujicoba ……… 112
15. Skor Pre-TestDan Post-TestMateri Ekosistem ……… 114
16. OutputSPSS ……… 115
17. Hasil Pre-TestKelas Eksperimen ……… 116
18. Hasil Post-TestKelas Eksperimen ………. 117
19. Permendiknas RI Nomor 41 tahun 2007 ……….. 118
20. PP RI Nomor 19 tahun 2005 ……… 119
21. Dokumentasi ……… 120
22.Peta Lokasi Penelitian ……… 122
1 A. Latar belakang masalah
Modul merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran sebagai salah satu sumber materi yang akan disampaikan. Pengembangan modul yang sesuai dengan kurikulum sebagai salah satu bahan ajar merupakan konsekuensi dari Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 Pasal 20 yang dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007. Ketersediaan bahan yang sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sekolah sasaran dan tuntutan pemecahan masalah merupakan alasan lain yang mendukung perlunya keberadaan modul dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada SMA Negeri 1 Ungaran, dan SMA Negeri 1 Kebumen yang merupakan contoh Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), guru belum mengembangkan modul sendiri untuk digunakan dalam pembelajaran RSBI yang sesuai kurikulum dan karakteristik sekolah masing-masing seperti yang dimuat dalam PP no 17 tahun 2010. Guru menggunakan buku teks yang telah beredar dan masih harus menyesuaikan materi dengan indikator yang akan dicapai oleh sekolah masing-masing. Need assessmentyang diberikan kepada siswa di SMA Negeri 1 Kebumen menunjukkan bahwa pembelajaran telah menggunakan LKS dan media komputer di samping buku teks. Kendala bahasa juga masih dirasakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran Biologi dengan bahasa pengantar bahasa Inggris karena struktur materi yang seharusnya disampaikan berbeda dengan buku yang digunakan.
Materi Ekosistem sebagai salah satu pokok bahasan Biologi kelas X SMA yang mencakup hubungan organisme dengan lingkungannya. Interaksi organisme termasuk manusia dengan lingkungan tersebut terwujud dalam kehidupan sosial dan budaya. Teknologi muncul sebagai hasil kebudayaan manusia. Beberapa penelitian telah membuktikan efektivitas pembelajaran Biologi berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengaitkan konsep sains dengan lingkungan, teknologi serta masyarakat (Andini 2006, Paramita 2007, Nani 2008, Trisnasari 2008, Puspitasari 2010, Suryani 2010). SETS merupakan salah satu pendekatan dalam pengajaran yang sangat berhubungan dengan lingkungan dan kehidupan sekitar kita. Pendekatan ini menekankan pada pengajaran sains dan perkembangan teknologi dalam hubungannya dengan lingkungan dan masyarakat setempat. Pendekatan SETS diperlukan dalam pembelajaran materi Ekosistem berdasarkan keterkaitan materi yang erat dengan lingkungan dan hasil positif penelitian sebelumnya.
Teori-teori tentang modul sebagai bahan ajar, pendekatan SETS dalam pengajaran materi Ekosistem, dan kenyataan di lapangan mendorong peneliti untuk mengembangkan dan meneliti bahan ajar modul materi Ekosistem yang disusun berdasarkan pendekatan SETS dan ditulis dalam bahasa pengantar bahasa Inggris untuk RSBI. Pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS dilakukan sesuai konsep materi Ekosistem yang termuat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas X.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Apa saja bahan ajar Biologi yang telah diterapkan dalam pembelajaran Biologi materi Ekosistem di RSMABI?
2. Bagaimana mengembangkan modul materi Ekosistem berbasis SETS untuk pembelajaran RSMABI?
3. Bagaimana efektivitas modul materi Ekosistem berbasis SETS yang dikembangkan?
C. Penegasan istilah
Dalam penelitian ini perlu dijelaskan istilah yang digunakan untuk mengetahui batasan dalam penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.
1. Modul materi Ekosistem berbasis SETS
Modul adalah buku yang ditulis, disusun, dan disajikan sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Supriyanto 2006, Depdiknas 2008b). SETS merupakan singkatan dari Science, Environment, Technology, dan Society. SETS sebagai salah satu pendekatan pembelajaran, sangat dianjurkan dalam pengajaran sains karena memberikan peluang yang lebih bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir analisis sintesis, memberi wadah kepada pendidik dan siswa untuk berkreasi dan berinovasi, serta memberikan kesempatan bagi pendidik dan siswa untuk mengaktualisasikan diri ( Binadja 2010).
SETS dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keterterapan modul materi Ekosistem berbasis SETS dalam pembelajaran.
2. Efektivitas modul materi Ekosistem berbasis SETS
Efektivitas merupakan derajat kegunaan atau keefektifan sesuatu. Sesuatu dikatakan efektif bila dapat membawa hasil (KBBI 2010). Efektivitas modul dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil belajar siswa. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif setelah seluruh kegiatan pembelajaran materi Ekosistem menggunakan modul selesai dilakukan. Hasil belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai selisih nilai pre-testdan post-testmateri Ekosistem. Modul yang dikembangkan efektif jika selisih nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol serta dibuktikan dengan uji-t.
D. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. mendeskripsikan bahan ajar yang sudah digunakan dalam pembelajaran Biologi di RSMABI,
2. menghasilkan modul materi Ekosistem berbasis SETS yang valid dan dapat diterapkan dalam pembelajaran di RSMABI,
3. mengevaluasi efektivitas penerapan modul materi Ekosistem berbasis SETS sebagai bahan ajar.
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu:
1. modul yang dihasilkan dapat memberikan alternatif bahan ajar bagi guru sehingga memudahkan kegiatan pembelajaran,
2. memberikan sumber belajar materi Ekosistem yang sistematis bagi siswa, 3. sekolah dapat mensosialisasikan penggunaan modul dan menggandakannya
5 1. Hasil penelitian pendukung
Penggunaan modul dalam pembelajaran dilaporkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, mencapai kriteria ketuntasan minimal, mampu membawa siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, membiasakan siswa untuk menemukan konsep dalam kegiatan pembelajaran mandiri dan keterampilan bahasa asing (Mak & Arthur 1997, Bestari 2009, Iramawati 2009, Narulita 2009, Sahara 2009, Radzuan 2010). Penerapan pendekatan SETS dalam pembelajaran dilaporkan dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar dan keterampilan mengelola lingkungan (Nani 2008, Khulaiyah 2010, Puspitasari 2010). Penelitian pengembangan modul berbasis SETS dalam bahasa Indonesia untuk materi pencemaran lingkungan dalam telah dilakukan dan dapat membantu pemahaman siswa (Erviana 2010). Hasil-hasil positif penelitian tersebut mendukung adanya pengaruh penerapan modul berbasis SETS terhadap aktivitas, hasil belajar, keterampilan pengelolaan lingkungan dan bahasa.
2. Modul berbasis Science, Environment, Technology dan Society sebagai bahan ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat informasi secara tertulis maupun tidak tertulis yang harus diserap siswa dan digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan (Iskandarwassid 2008, Depdiknas 2006). Sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori yaitu fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. Menurut Iskandarwassid (2008) bahan ajar yang disampaikan pada siswa harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b. Bahan ajar merupakah isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
d. Berkaitan dengan bahan sebelumnya.
e. Bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana menuju kompleks. f. Praktis.
g. Bermanfaat bagi peserta didik. h. Sesuai dengan perkembangan zaman. i. Dapat diperoleh dengan mudah. j. Menarik minat peserta didik.
k. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik.
l. Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
m. Berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya. n. Menstimulasi aktivitas pribadi siswa yang menggunakannya.
o. Menghindari konsep yang samar agar tidak membingungkan peserta didik. p. Mempunyai sudut panjang yang jelas dan tegas.
q. Membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa. r. Menghargai perbedaan pribadi pemakainya.
Bahan ajar dalam pembelajaran juga mempunyai peranan sebagai berikut. a. Mencerminkan sudut panjang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran,
serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan. b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik. c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
d. Menyajikan metode dan sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik. e. Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
f. Menyajikan bahan evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu:
a. bahan ajar cetak (printed) yang meliputi handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, gambar, dan maket,
b. bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam dan compact disk audio,
d. bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun secara sistematis, menarik, dan berisi materi tertentu untuk dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri pembacanya (Russel 1974, Supriyatno 2006). Modul yang disusun merupakan bahan ajar yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar pada RSBI sehingga ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris. Modul sebagai bahan pembelajaran menurut sub bagian direktur jenderal pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan (2010) mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Self instructional, siswamampu membelajarkan diri sendiri tidak tergantung pihak lain.
b. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu standar kompetensi atau kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul secara utuh.
c. Stand alone, modul tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, modul memiliki daya daptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, modul memenuhi kaidah bersahabat atau akrab dengan pemakainya.
Modul sebagai bahan belajar mandiri tanpa bimbingan guru dikemukakan oleh Anonim (2006) paling tidak berisi tentang petunjuk belajar (petunjuk siswa dan guru), kompetensi yang akan dicapai, content atau isi materi, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja, evaluasi, dan balikan terhadap hasil evaluasi. Modul dengan karakteristik tertentu menurut Richardson (2008) juga disusun dengan susunan tertentu pula antara lain seperti disebutkan di bawah ini.
c. Bagian yang berpusat pada satu komponen isi, setiap bagian dilengkapi pemisah.
d. Foto yang sesuai pada setiap bagian untuk menvisualisasikan sesuatu. e. Lembar mengenai fakta yang terjadi, pamflet pada setiap bagian.
f. Kaset audio bila diperlukan dan sesuai, untuk menjelaskan setiap bagian. Modul berbasis Science, Environment, Technology dan Society (SETS) merupakan bahan ajar cetak yang disusun berdasarkan karakteristik pendekatan SETS. Penyusunan modul dengan karakteristik SETS diharapkan dapat merangsang siswa untuk berpikir logis, analitis, dan sintesis dengan menghubungkan sains yang mereka pelajari dengan teknologi, lingkungan dan sosio kultural yang ada di sekitar mereka (Binadja 2002, Pedretti 2003). Modul berbasis SETS mengaitkan komponen sains dalam materi dengan komponen SETS lainnya. Keterkaitan unsur sains dalam modul dengan komponen-komponen SETS divisualisasikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Saling keterkaitan unsur SETS
Binadja (2002) mengungkapkan beberapa karakteristik yang perlu ditampilkan dalam pembelajaran Biologi berpendekatan SETS, yaitu:
a. tetap memberi pembelajaran konsep biologi yang diinginkan dalam modul, b. siswa dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan
materi dalam modul atau memanfaatkan konsep materi dalam modul ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat,
Sains Masyarakat
c. siswa diminta untuk berpikir mengenai berbagai kemungkinan akibat positif dan negatif yang terjadi dalam proses pentransferan konsep materi ke dalam bentuk teknologi,
d. siswa diminta menjelaskan keterkaitan antara materi dalam modul (unsur sains) dengan unsur-unsur lain dalam SETS,
e. siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugian menggunakan materi dalam modul yang diterapkan ke dalam bentuk teknologi,
f. siswa diajak untuk mencari jalan alternatif untuk mengatasi kerugian penerapan teknologi tersebut terhadap masyarakat dengan mencari atau menemukan teknologi yang lebih baik,
g. dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak untuk berbicara mengenai keterkaitan materi dalam modul dengan unsur yang dalam SETS melalui berbagai macam arah sesuai dengan pengetahuan awalnya.
Konsep materi dalam modul disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi yang ada saat ini dan diperoleh dari berbagai sumber seperti televisi, internet, surat kabar, majalah dan kejadian nyata yang terjadi di sekitar siswa. Pengintegrasian wawasan SETS dalam bacaan dalam hal ini adalah modul akan menjadikan produk tulisan yang lebih kaya nuansa yang mendorong kekritisan,kreativitas, dan keinovatifan pembaca (Binadja 2000).
Langkah–langkah yang ditempuh dalam pengembangan modul menurut Supriyatno (2006) meliputi empat langkah di bawah ini.
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, disusun Garis–Garis Besar Isi Modul (GBIM) yang selanjutnya dijadikan pedoman penulisan modul bahan ajar. Identifikasi aspek yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta identifikasi jenis materi bahan ajar akan membantu proses pemilihan bahan ajar yang sesuai untuk dijadikan sebagai sumber bahan ajar (Depdiknas 2006).
Faktor yang perlu diperhatikan dan dijadikan landasan dalam penyusunan modul setelah identifikasi aspek dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Siswa yang akan memanfaatkan modul yang akan disusun.
3) Materi yang akan disampaikan dalam modul. 4) Sistematika atau urutan penyajian materi pelajaran.
5) Metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. 6) Penilaian terhadap siswa yang akan dilakukan.
7) Alokasi waktu pada setiap materi pelajaran yang disajikan. 8) Cara menilai dan merevisi modul tersebut.
b. Penulisan modul
Penulisan modul adalah proses menuangkan materi yang disusun dalam GBIM. Persiapan outline penulisan yang meliputi penentuan topik bahasan yang akan disajikan serta mengatur urutan materi sesuai dengan urutan tujuan dalam modul perlu dilakukan sebelum penulisan modul.
c. Review modul
Review dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan kriteria tertentu. Hasil penilaian tersebut akan digunakan sebagai dasar perbaikan terhadap kriteria yang ditemukan kekurangannya.
d. Tahap uji coba modul
Modul diuji cobakan terhadap beberapa sampel sasaran belajar untuk mengetahui efektivitasnya. Uji coba dapat dilakukan secara terbatas namun uji coba secara empirik realistik di lapangan masih diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka penyempurnaan modul.
3. Materi Ekosistem
Ekosistem merupakan salah satu materi untuk siswa SMA kelas X pada semester genap. Materi ini merupakan standar kompetensi (SK) ke empat yaitu menganalisis hubungan antara komponen Ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan Ekosistem. Materi ini membahas komponen Ekosistem, aliran energi, daur biogeokimia, kegiatan manusia dan masalah lingkungan, pencemaran lingkungan, pelestarian lingkungan, limbah dan daur ulang. Pokok bahasan Ekosistem terangkum dalam empat kompetensi dasar (KD) dalam BSNP (2006) yang harus dimiliki oleh siswa yaitu meliputi:
a. mendeskripsikan peran komponen Ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen Ekosistem dalam kehidupan, b. menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan, c. menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang,
d. membuat produk daur ulang limbah. 4. Belajar, pembelajaran dan hasil belajar
Belajar diartikan sebagai proses rekonstruksi makna, perubahan pengetahuan atau perilaku yang permanen sebagai hasil dari pengalaman interaksi antara individu dengan lingkungannya dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain (Anni 2001, Pidarta 2007, Sardiman 2008, Woolfolk 2001). Sardiman (2008) mengungkapkan terdapat beberapa prinsip yang berkaitan dengan makna belajar, yaitu:
a. belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya, b. belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para
siswa,
c. belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari diri pembelajar,
d. dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan dan pembiasaan, e. kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam
f. belajar dapat dilakukan dengan pengajaran secara langsung, pengalaman, dan pengenalan atau peniruan,
g. belajar melalui praktik akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dibanding belajar hafalan,
h. perkembangan pengalaman anak didik akan mempengaruhi kemampuan belajar,
i. bahan pelajaran yang bermakna akan lebih mudah dan menarik untuk dipelajari,
j. informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan, serta keberhasilan siswa banyak membantu kelancaran dan gairah belajar,
k. belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga siswa dapat mengalaminya sendiri.
Staton dalam Sardiman (2008) mengemukakan beberapa faktor psikologis dapat mempengaruhi belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut yaitu a) motivasi yang tergantung dari faktor pengalaman, b) konsentrasi untuk membuat materi cenderung lebih berkesan, c) reaksi yang diwujudkan sebagai keterlibatan unsur fisik maupun mental, d) pengorganisasian stimulus, e) pemahaman yang kreatif, dan f) ulangan.
Pembelajaran merupakan proses pencocokan antara struktur kognitif seseorang dengan lingkungan fisiknya (asimilasi) dan proses modifikasi struktur kognitif (akomodasi) untuk menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dengan lingkungan (ekuilibrasi) (Piaget dalam Olson 2008). Belajar dan pembelajaran saling berkaitan satu sama lain, karena belajar merupakan sebuah sistem. Prinsip-prinsip dalam belajar dikemukakan oleh Pidarta (2007) sebagai berikut.
a. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respons yang diharapkan, beberapa kali dan berturut-turut. b. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikan agar
belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
c. Penguatan, respons yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu.
e. Tersedia materi yang lengkap untuk memancing aktivitas anak.
f. Ada upaya untuk membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
g. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
h. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.
Piaget yang mengemukakan bahwa pengalaman pendidikan selama proses belajar harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar ( Olson 2008)
Terdapat empat asumsi utama pada pendidikan konstruktivisme yang meliputi a) informasi baru yang diperoleh diubah dan diinterpretasikan berdasarkan pengetahuan sebelumnya, b) proses asimilasi dan akomodasi mengarahkan ke konstruksi baru, c) kemampuan siswa membuat hipotesis, memprediksi, memanipulasi dan mengkonstruksikan pengetahuan merupakan pembelajaran yang lebih bermakna daripada mengingat sebuah fakta, dan d) pembelajaran bermakna terjadi melalui refleksi dan dengan menghubungkan pengetahuan baru menjadi konsep pengetahuan (Muirhead dalam Brandon & Anita 2010). Peran guru dalam pendidikan berbasis konstruktuvisme adalah sebagai fasilitator dan pelatih yang mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan, menyelesaikan suatu masalah, refleksi diri, membuat peta konsep dan berdiskusi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman (Brandon & Anita 2010).
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan pengetahuan yang diperoleh setelah mengalami proses belajar (Anni 2001, Depdiknas 2008a, Sardiman 2008). Hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Unsur penting yang dijadikan sebagai dasar penilaian adalah rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi). Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuh atau pengalaman belajarnya (Depdiknas 2008a). Suparno dalam Sardiman (2006) mengungkapkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar juga tergantung pada apa yang telah diketahui subyek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
5. Rintisan SMA Bertaraf Internasional
berkualitas dan berdaya saing internasional. Sekolah ini mempunyai karakteristik a) menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan internasional, b) menerapkan proses pembelajaran dalam bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan bahasa Inggris, c) mengadopsi buku teks yang dipakai SBI negara maju, d) menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada dalam SNP, e) pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standart kompetensi yang ditentukan dalam SNP, f) sarana prasarana memenuhi SNP, dan g) penilaian memenuhi standar nasional dan internasional (Dispendikabprob 2008, Kustulasari 2009, Kemendiknas 2010). Dasar hukum penyelenggaraan RSBI ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Visi RSBI juga dirancang agar memenuhi tiga indikator, yaitu: mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan (multiple intelegencies), dan meningkatkan daya saing global. Penjabaran visi berupa misi dirancang untuk dijadikan referensi dalam menyusun serta mengembangkan rencana program kegiatan dengan indikator pada akronim SMART yang berarti spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable), dapat dicapai (Achievable), realistik (Realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan yang jelas (Time Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, rencana, program, dan kegiatan SMA bertaraf internasional yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-driven(Depdiknas 2008c)
internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, PBM, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, pengelolaan dan kepemimpinan (Depdiknas 2008c) B. Kerangka berpikir
Kerangka berpikir pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS dalam penelitian ini dijelaskan melalui Gambar 2.
Gambar 2 Kerangka berpikir pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS untuk siswa RSMABI
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat keterterapan modul materi Ekosistem berbasis SETS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa RSMABI.
Penggunaan modul meningkatkan pengetahuan, dan pendekatan SETS meningkatkan pemahaman serta hasil belajar siswa (Nani 2008, Bestari 2009, Khulaiyah 2010)
Modul mudah dipelajari dimanapun dan kapanpun secara mandiri
SETS menunjukkan interaksi manusia dengan lingkungan seperti pada materi Ekosistem
Kegiatan SETS memberikan pengalaman lebih
Pengalaman memicu timbulnya insightsehingga belajar lebih bermakna
Belajar yang bermakna mempengaruhi hasil belajar
Pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS sebagai bahan ajar siswa
RSMABI
guru belum mengembangkan modul berbahasa Inggris untuk digunakan dalam pembelajaran RSBI,
pendekatan SETS belum digunakan dalam materi Ekosistem yang mencakup interaksi manusia dengan lingkungan
lingkungan yang merupakan bidang kajian materi Ekosistem berubah seiring dengan perkembangan zaman, sehingga diperlukan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Modul materi Ekosistem berbasis SETS efektif diterapkan dalam pembelajaran
17 A. Tempat dan waktu penelitian
Tahap identifikasi masalah dan uji coba tingkat keterbacaan modul yang dikembangkan dilakukan di SMA Negeri 1 Kebumen yang beralamat di jalan Mayjen Sutoyo nomor 7 Kebumen pada bulan April 2010 dan Mei 2011. Tahap uji coba pemakaian melalui eksperimen dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran yang beralamat di jalan Diponegoro nomor 42 Ungaran pada bulan Juni 2011. Kedua tahap tersebut dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Peta lokasi penelitian selengkapnya terdapat pada Lampiran 25.
B. Subyek penelitian
Subyek dalam uji coba keterbacaan modul adalah sepuluh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kebumen dan untuk uji pemakaian modul adalah 61 siswa kelas X SMA Negeri 1 Ungaran dengan satu kelas kontrol dan eksperimen. Isaac dan Michel dalam Sugiyono (2008) memberikan rumus untuk menentukan sampel dalam penelitian agar dapat dilakukan penggeneralisasian sebagai berikut.
s = . . .
( −1)+ . .
keterangan:
s = jumlah sampel N = Jumlah populasi
= nilai tabel chisquare dengan dk=1, taraf kesalahan bias 1%, 5% &, 10% P = proporsi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel, = = 0,5
d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d diambil 0,01
Berdasarkan rumus di atas diperoleh perhitungan sebagai berikut.
Subyek uji coba dalam penelitian ini diambil dengan metode convenience purposive sampling. Subyek uji coba ini diambil berdasarkan ketentuan surat keputusan kepala sekolah SMA Negeri 1 Kebumen dan SMA Negeri 1 Ungaran yang menentukan kelas yang dapat digunakan untuk penelitian, di samping saran guru, pertimbangan waktu dan sumber daya. Kelas kontrol dan eksperimen dalam penelitian ini diasumsikan memiliki kondisi psikologis dan kondisi sosial yang sama.
C. Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat, nilai dari orang, obyek, kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. variabel bebas: tingkat keterterapan modul materi ekosistem berbasis SETS, 2. variabel terikat: hasil belajar, yaitu selisih nilai pretest dan posttest materi
ekosistem.
D. Prosedur penelitian
Penelitian ini mengembangkan sebuah modul pembelajaran materi Ekosistem berbasis SETS dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Rancangan penelitian dapat dijelaskan dengan Gambar 3.
Gambar 3 Langkah-langkah metode Research and Development (R&D) (Sugiyono 2008:298)
Identifikasi potensi dan masalah
Pengumpulan data
Desain modul Validasi desain modul
Revisi desain modul Uji keterbacaan
modul Revisi modul
Revisi modul Uji coba pemakaian
modul
Produk final modul berbasis SETS
Draf 3
Draf 1
Kegiatan research pada metode Research and Development (R&D) tidak hanya dilakukan pada tahap need assessment, tetapi juga pada proses pengembangan modul yang memerlukan kegiatan pengumpulan dan analisis data yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi empiris atau uji coba (Latief 2009). Untuk mempermudah langkah-langkah pengembangan dan validasi, perlu diidentifikasi instrumen dan subyek uji coba untuk setiap langkah yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Langkah-langkah pengembangan dan validasi produk Langkah
pengembangan
Instrumen Responden uji
coba
Identifikasi potensi dan masalah
Angket ketersedian bahan ajar Wawancara
10 orang siswa 2 orang guru Desain Produk
(Draf 1)
Instrumen penilaian modul materi Ekosistem berbasis SETS
Dosen ahli bahasa ahli substansi materi, pakar SETS
Analisis dan revisi 1
Uji coba Produk (Draf 2)
Angket keterbacaan modul 10 orang siswa
Analisis dan revisi 2
Uji coba Pemakaian (Draf 3)
Tes hasil belajar,
Angket tingkat keterterapan modul bagi siswa
61 orang siswa (30 kontrol, 31 eksperimen)
Analisis dan Revisi 3
Produk final
Metode R&D diawali dengan pelaksanaan penelitian (research) dan pengembangan (development). Prosedur R&D dalam penelitian ini mengacu pada tahap R&D Sugiyono (2008) dan dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Persiapan penelitian
a. Identifikasi potensi dan masalah
Tahap ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kebumen sebagai salah satu RSBI. Peta lokasi penelitian selengkapnya pada Lampiran 25. Identifikasi diperoleh dari angket yang diberikan kepada sepuluh orang siswa untuk menganalisis bahan ajar apa saja yang telah digunakan oleh guru dan dimanfaatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran Biologi materi Ekosistem. Wawancara dilakukan kepada guru Biologi di kedua sekolah. b. Pengumpulan data
Proses selanjutnya pada meliputi analisis standar pencapaian materi Ekosistem. KD dalam silabus BSNP dikumpulkan untuk mendukung pembelajaran dengan
mendesain menyusun lainnya dan instrumen
silabus, Rencana Pelaksanaan contoh perangkat pembe c. Desain produk
Dalam tahap ini dirancang dan disesuaika dijelaskan pada Gamba
njutnya pada tahap ini adalah pengkajian materi Ekosistem analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
materi Ekosistem. Materi Ekosistem yang sesuai dengan silabus BSNP serta fenomena di sekitar yang berkaitan untuk mendukung dan memudahkan penyusunan materi. Contoh
dengan pendekatan SETS digunakan sebagai acuan menyusun modul, mengaitkan materi dengan komponen
instrumen validasi modul. Instrumen pembelajaran yang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
rangkat pembelajaran dari Binadja (2010)
tahap ini produk berupa modul materi Ekosistem berbasis disesuaikan dengan instrumen penilaian modul. Desain kan pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Desain sampul depan dan pendahuluan modul materi Ekosistem berbasis SETS
Identitas dasar pengembangan modul
Identitas materi
Gambar yang korelatif dengan materi
Ekosistem yang dan indikator dengan SK dan berkaitan juga materi. Contoh sebagai acuan dalam
komponen SETS pembelajaran yang meliputi
berdasarkan acuan
berbasis SETS . Desain modul
Gambar 5 Desain content
Evaluasi untuk mengukur keterpahaman peserta didik
Ciri khas modul Permainan agar peserta didik tidak
bosan
contentdan evaluasi modul materi Ekosistem berbasis SETS Setiap kompetensi
dasar tersaji dalam topik
Informasi yang mengejutkan terjadi
di sekitar siswa
Evaluasi untuk mengukur pahaman peserta didik
Kata kunci pada setiap topik Ciri khas modul
Permainan agar peserta didik tidak
Petunjuk kegiatan siswa yang berkarakteristik SETS
Ekosistem berbasis SETS i pada setiap topik kegiatan siswa
2. Pelaksanaan pengembangan
Produk awal berupa draf modul yang telah dibuat selanjutnya dikembangkan melalui beberapa tahap yang meliputi.
a. Validasi desain
Modul yang telah dibuat divalidasi oleh pakar. Pakar yang menilai meliputi pakar bahasa dan kegrafikan, pakar materi, dan pakar pendekatan SETS. Pakar bahasa dan kegrafikan dalam penelitian ini adalah Ir.Tyas Agung Pribadi,M.Sc.ST yang merupakan dosen jurusan Biologi Unnes. Pakar materi Ekosistem adalah Drs. F. Putut Martin HB, M.Si. yang mengampu mata kuliah Ekologi di jurusan Biologi Unnes. Pakar SETS adalah Parmin, S.Pd., M.Pd. yang merupakan dosen program studi Ilmu Pengetahuan Alam Unnes yang mendalami SETS.
Hasil validasi dari pakar materi yang meliputi aspek kelayakan isi dan penyajian, diperoleh skor validasi maksimal yaitu 44 untuk 22 aspek yang diajukan, pakar bahasa dan kegrafikan memberikan skor validasi 53 dari skor maksimal 54 untuk 27 aspek yang diajukan, dan pakar SETS memberikan skor validasi maksimal yaitu 18 untuk sembilan aspek yang diajukan. Total persentase dari instrumen validasi adalah 99,14% dan memenuhi kriteria sangat layak dari tabel kriteria kelayakan modul. Hasil validasi ini menunjukkan bahwa komponen-komponen dari masing-masing aspek yang diharapkan telah terpenuhi, kecuali pada aspek kegrafikan. Hasil validasi secara garis besar ditunjukkan dengan Tabel 2.
Tabel 2 Hasil validasi modul materi Ekosistem berbasis SETS
No Aspek yang dinilai Skor
validasi
Skor maksimum
Persentase
A Aspek kelayakan isi 14 14 100
B Aspek kelayakan penyajian 30 30 100
C Aspek kelayakan bahasa 10 10 100
D Aspek kegrafikan 43 44 97,73
E Aspek SETS 18 18 100
Total skor validasi 115 116 99,14
Kriteria Sangat Layak
b. Revisi desain
Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dari pakar. Kekurangan produk diketahui dari hasil validasi dan saran-saran dari para pakar ketika proses validasi. Modul disempurnakan berdasarkan hasil validasi agar dihasilkan prototipemodul yang baik.
Penyesuaian materi dengan kompetensi dasar yang meliputi mendeskripsikan peran komponen Ekosistem dalam aliran energi dan siklus biogeokimia serta pemanfaatan komponen Ekosistem dalam kehidupan dilakukan dengan mengembangkan pembahasan tipe-tipe Ekosistem. Penambahan contoh rantai makanan dan siklus materi dalam masing-masing Ekosistem dilakukan untuk memberikan gambaran umum bagi siswa pada materi yang akan dibahas lebih rinci pada topik selanjutnya. Rantai makanan pada masing-masing Ekosistem yang sulit disajikan dalam bentuk gambar, diuraikan langsung dalam pembahasan Ekosistem tersebut. Uraian selengkapnya ada pada modul materi Ekosistem berbasis SETS halaman 4 sampai dengan 12.
Fenomena khusus yang terjadi pada Ekosistem juga ditambahkan dalam materi untuk memperkuat ciri Ekosistem tersebut. Penyusun menambahkan contoh perbedaan adaptasi pada ikan air laut dan ikan air tawar. Ikan air laut akan meminum banyak air dan mengeluarkan urin yang pekat sebagai kompensasi air yang cenderung keluar dari tubuhnya karena cairan tubuh bersifat hipotonik terhadap air laut sebagai habitatnya. Ekosistem air tawar yang mengalir (lotik) juga diberikan ciri khusus berupa air terjun dengan gambar yang nyata dan kontekstual yaitu foto Curug Sewu yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Jenis-jenis zat pencemar beracun dan Undang-undang Republik Perlindungan dan Pengelolaa dimunculkannya baku
pencemar jika telah melampaui lingkungan.
Ada beberapa gambar
pada gambar yang kurang jelas dan
Sebelum revisi
Gambar 6 Revisi gambar konsep Gambar 6 menunjukkan materi Ekosistem berbasis pakar materi. Revisi gambar dengan penambahan
masing-masing zona.
Koreksi juga dilakukan sub materi aliran energi hukum pertama Termodinami dari pakar materi ditentukan Perbaikan konsep hukum
Sebelum re
Gambar 7 Revisi konsep hukum First law of thermodynamics conservation law)
The internal energy system is constant.
jenis zat pencemar yang pada mulanya dibagi menjadi beracun dan tidak beracun direvisi dengan menggunakan
Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penjelasan ditambah dengan kannya baku mutu pencemar dimana suatu benda dianggap
telah melampaui baku mutunya dan mengganggu kesei
eberapa gambar yang dilengkapi dan diperbaiki. Revisi dilakukan gambar yang kurang jelas dan tidak representatif seperti pada Gambar
Setelah revisi Revisi gambar konsep pembagian zona air tawar.
menunjukkan perbandingan gambar yang pada desa Ekosistem berbasis SETS halaman 3 dengan gambar hasil revisi
Revisi gambar pembagian zona Ekosistem air tawar dilakukan penambahan garis skala kedalaman untuk memperjelas
masing zona.
ga dilakukan pada hukum Termodinamika yang dibahas aliran energi dan siklus biogeokimia. Terdapat beberapa pertama Termodinamika. Akan tetapi berdasarkan diskusi dan
materi ditentukan pernyataan yang tepat untuk hukum an konsep hukum Termodinamika terdapat pada Gambar 7.
Sebelum revisi Setelah revisi
Revisi konsep hukum Termodinamika of thermodynamics (energy
rnal energy of an isolated
First law of ther Energy can not be c destroyed
dibagi menjadi zat menggunakan dasar 2009 tentang ditambah dengan dianggap sebagai mengganggu keseimbangan
Revisi dilakukan seperti pada Gambar 6.
Setelah revisi
pada desain modul hasil revisi dari tawar dilakukan las cakupan yang dibahas pada beberapa versi diskusi dan saran hukum tersebut.
Setelah revisi 0 m
200
Konsep hukum Termodinam diciptakan atau dimusnahkan dalam suatu sistem terisolasi
materi Ekosistem berbasis SETS pada halaman 2 Bagian SETS
analisis artikel mengenai lingkungan siswa yaitu dengan kegiatan yang menunjukkan hubungan Science, Environment, ditunjukkan untuk menggali dan observasi lingkungan unsur Sains yang dipelajari secara lebih jelas dilakukan masing unsur SETS dengan Revisi bagian SETS Cor
sebelum revisi Gambar 8 Revisi SETS
(halaman 26) Hasil validasi dari mengacu pada high thinking
Termodinamika I mengungkapkan bahwa energi tidak dimusnahkan bukan hanya menunjukkan kekonstanan sistem terisolasi yang konstan. Revisi ini terlihat dalam stem berbasis SETS pada halaman 20.
SETS Corner yang semula berupa kegiatan observasi mengenai salah satu permasalahan yang cukup ja
yaitu analisis terhadap kasus Lumpur Lapindo n yang bisa dilakukan di lingkungan sekitar siswa dan hubungan keterkaitan masing-masing unsur dalam SETS Environment, Technology dan Society. Unsur Science
untuk menggali teori yang didapatkan dari aktivitas telaah lingkungan sekitar. Unsur Environment masih berkaitan yang dipelajari dalam materi Ekosistem. Pengorganisasian
jelas dilakukan dengan pembentukan kelompok pada
SETS dengan petunjuk yang spesifik untuk setiap kelompok. SETS Cornerdalam modul ditunjukkan dengan Gambar
sebelum revisi Setelah revisi
Revisi SETS Cornerdalam modul materi Ekosistem berbasis SETS validasi dari pakar SETS diperoleh saran agar penyusunan
high thinking order. Evaluasi dalam modul juga harus
energi tidak dapat kekonstanan energi terlihat dalam modul
observasi dan cukup jauh dari Lapindo, diganti siswa dan lebih dalam SETS yaitu Science langsung aktivitas telaah pustaka berkaitan dengan Pengorganisasian kelas kelompok pada
masing-setiap kelompok. tunjukkan dengan Gambar 8.
Setelah revisi dalam modul materi Ekosistem berbasis SETS
masing-masing unsur dalam
berbasis SETS bebas dikembangkan Penyeimbangan soal
komponen SETS masuk pada SETS Relationship dikhawatirkan akan membatasi
semula tidak dicantumkan juga ditambahkan pada da Pakar bahasa menilai
Kalimat dalam modul dengan pakar. Hasil validasi tata bahasa, dan struktur berdasarkan saran dari semula kurang sistematis “pemisahan antar paragraf
masih sulit untuk dibedakan karena sistematika penulisannya yang kurang Revisi dilakukan dengan
dibedakan dan lebih jelas.
Cover modul sebelum direvisi
Gambar 9 Cover modul dan revisinya
Cover modul diubah menggunakan lagu seba digunakan dan dibuang
unsur dalam SETS dengan proporsi yang seimbang. Bahan bebas dikembangkan sesuai dengan kemampuan pengembang.
soal-soal latihan evaluasi dilakukan agar masing SETS masuk dalam evaluasi. Pemberian tanda positif dan
Relationship dianggap tidak begitu diperlukan an membatasi argumentasi siswa. Sumber rujukan SETS yan semula tidak dicantumkan juga ditambahkan pada daftar pustaka modul.
bahasa menilai aspek penggunaan bahasa dan aspek kegrafi modul Ekosistem berbasis SETS ini telah dikonsultasikan Hasil validasi sekaligus mengevaluasi ketepatan pilihan dan struktur bahasa Inggris yang baik dan benar. saran dari pakar dilakukan terhadap penulisan sub topik
sistematis. Penilaian skor satu diberikan terhadap antar paragraf jelas” yang berarti antar paragaraf dalam untuk dibedakan karena sistematika penulisannya yang kurang ba dilakukan dengan penataan paragraf sehingga lebih mudah
dan lebih jelas.
Cover modul sebelum direvisi Cover modul setelah direvisi Cover modul dan revisinya
modul diubah seiring dengan perubahan konsep yang lagu sebagai penguatan, tetapi pada akhirnya lagu tersebut
dibuang karena tidak sesuai dengan konsep SETS seimbang. Bahan ajar kemampuan pengembang. masing-masing positif dan negatif diperlukan karena rujukan SETS yang ftar pustaka modul.
aspek kegrafikan. dikonsultasikan ketepatan pilihan kata, benar. Revisi sub topik yang terhadap pernyataan paragaraf dalam modul isannya yang kurang baik. lebih mudah untuk
elah direvisi
menuntut high thinking order dan mengutamakan pengalaman siswa dalam pembelajaran. Sampul depan direvisi dengan komponen dominan warna putih polos yang sama ditambahkan backgroundgambar agar terlihat lebih menarik. c. Uji keterbacaan modul
Uji keterbacaan modul dilakukan pada 10 siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kebumen. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa karakteristik siswa di SMA Negeri 1 Kebumen cenderung ingin tahu sendiri dan lebih antusias jika diberi kebebasan belajar, sehingga cocok digunakan dalam pembelajaran modul. Dalam tahap ini responden diberi kesempatan untuk membaca modul materi Ekosistem selama beberapa hari. Setelah itu responden diminta untuk mengisi angket tingkat keterbacaan yang telah disusun berdasarkan kriteria keterbacaan menurut Muslich (2010).
Persentase rata-rata dari angket ini adalah 81,75% dan memenuhi kriteria keterbacaan sangat tinggi. Hasil angket keterbacaan modul bagi siswa ditunjukkan dengan Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Tingkat keterbacaan modul bagi siswa
Tabel 4 Skor aspek angket tingkat keterbacaan
Pernyataan Responden Skor
item
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 35 87,50
2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 34 85,00
3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 36 90,00
4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 38 95,00
5 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 32 80,00
6 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 31 77,50
7 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 27 67,50
8 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 28 70,00
No Kode Siswa Tingkat keterbacaan (%)
Kriteria
1 BC-01 90,00 sangat tinggi
2 BC-02 98,75 sangat tinggi
3 BC-03 75,00 tinggi
4 BC-04 77,50 tinggi
5 BC-05 76,25 tinggi
6 BC-06 75,00 tinggi
7 BC-07 78,75 tinggi
8 BC-08 78,75 tinggi
9 BC-09 83,75 sangat tinggi
10 BC-10 83,75 sangat tinggi
Tabel 4 Skor aspek angket tingkat keterbacaan (lanjutan)
Pernyataan Responden Skor
item
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 32 80,00
10 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 33 82,50
11 3 4 2 3 3 2 2 4 3 3 29 72,50
12 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 33 82,50
13 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 80,00
14 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 32 80,00
15 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 34 85,00
16 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 34 85,00
17 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 80,00
18 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 34 85,00
19 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 34 85,00
20 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 34 85,00
Jumlah skor 72 79 60 62 61 60 63 63 67 67
*Pernyataan aspek selengkapnya terdapat pada Lampiran 10
Dalam tahap ini juga dilakukan uji coba instrumen berupa soal evaluasi materi Ekosistem yang dilakukan terhadap kelas XII IPA 1. Uji coba soal dilakukan untuk menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan analisis validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Analisis data hasil uji coba soal dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Hasil uji coba soal memberikan kesimpulan bahwa dari 40 soal yang diuji cobakan terdapat 30 soal yang valid dan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Hasil analisis soal dapat dilihat pada Tabel 5 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Tabel 5 Soal yang digunakan dan hasil analisisnya Analisis Kriteria Soal nomor
Validitas Valid 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
Daya pembeda baik sekali 1, 8
Baik 4, 7, 11, 14, 15, 17, 20, 22, 23, 31,
33, 34, 35
Cukup 5, 6, 9, 12, 18, 24, 27, 28, 29, 30,
32, 37, 38, 39
Tingkat kesukaran
Mudah 4, 9, 11, 18, 22, 29, 33, 38
Sedang 1, 5, 6, 12, 14, 15, 20, 22, 23, 27,
30,31, 36, 37, 39
d. Revisi produk
Pada tahap ini modul keterbacaan modul di diberikan. Bagian modul sebelum modul diterapkan mengukur pemahaman
direvisi berdasarkan hasil uji coba soal. Revisi terhadap modul
saran yang diberikan butir. Analisis skor tiap ke-enam berupa pernyataa sapaan, kalimat tanya, ini dilakukan dengan seru. Persentase aspek mengungkapkan bahwa Hasil ini juga sejalan gambar yang disajikan disebabkan karena permainan pembaca. Kritik dan
digunakan untuk merevisi yang semula diberi efek sehingga pada tahap dihilangkan dengan tetap seperti terlihat pada Gambar
sebelum direvisi
Gambar 10 Efek gambar sebelum da
tahap ini modul direvisi dengan mempertimbangkan hasil di SMA Negeri 1 Kebumen dan kritik serta saran Bagian modul yang dirasa kurang dapat dipahami diperbaiki
diterapkan ke pembelajaran sesungguhnya. Alat evaluasi pemahaman siswa setelah pembelajaran materi Ekosistem berdasarkan hasil uji coba soal.
terhadap modul dilakukan berdasarkan penilaian item, kritik diberikan oleh responden. Jumlah seluruh pernyataan adalah
skor tiap aspek menunjukkan skor aspek terendah adalah berupa pernyataan yang menunjukkan adanya penggunaan
tanya, perintah, dan seru dalam modul. Revisi terhadap dengan perubahan beberapa kalimat menjadi kalimat tanya Persentase aspek tertinggi terdapat pada aspek ke-empat mengungkapkan bahwa tampilan modul menarik dan memudahkan pembacaan.
sejalan dengan aspek ke-tiga yang mengungkapkan disajikan dalam modul juga menarik. Kedua aspek karena permainan warna-warna yang terang sehingga
itik dan saran responden yang diberikan terhadap untuk merevisi modul agar lebih mudah untuk dipahami.
diberi efek bayangan dianggap terlalu membingungkan tahap revisi ini efek bayangan pada beberapa dengan tetap memperhatikan aspek keindahan dan terlihat pada Gambar 10.
sebelum direvisi setelah direvisi
Efek gambar sebelum dan sesudah direvisi
mempertimbangkan hasil tahap uji serta saran yang dipahami diperbaiki Alat evaluasi untuk Ekosistem juga
, kritik dan pernyataan adalah 20 terendah adalah aspek penggunaan kata Revisi terhadap aspek kalimat tanya dan empat yang k dan memudahkan pembacaan. mengungkapkan bahwa aspek ini lebih sehingga menarik terhadap modul dipahami. Gambar membingungkan pembaca beberapa gambar dan kejelasan
e. Uji coba pemakaian modul
Uji coba pemakaian produk dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran. Peta lokasi penelitian selengkapnya terdapat pada Lampiran 25 Pada tahap ini modul Ekosistem berbasis SETS diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar sesungguhnya. Pengujian efektivitas modul dilakukan dengan menggunakan quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group design(Sugiyono 2008) yang ditunjukkan sebagai berikut.
E : O1 X O2
K : O3 O4
Keterangan:
E = kelas eksperimen (perlakuan pengajaran modul materi Ekosistem berbasis SETS)
K = kelas kontrol X = perlakuan
O1=O3= pemberian pre-test O2=O4= pemberian post-test
Pengaruh perlakuan diukur dengan cara menghitung selisih nilaipost-test dengan nilai pre-test pada masing-masing kelas. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelas eksperimen berjumlah satu kelas dengan jumlah siswa 31 orang, dan satu kelas kontrol dengan jumlah siswa 30 orang. Pre-test diberikan sebelum kegiatan pembelajaran materi Ekosistem diberikan. Post-test diberikan setelah kegiatan pembelajaran materi Ekosistem. Peningkatan nilai post-test dari nilai pre-test masing-masing kelas diukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran materi Ekosistem. Data selisih nilai post-test – pre-test kedua kelas tersebut kemudian dibandingkan dan diuji statistik dengan t-test menggunakan aplikasi SPSS 16 sebagai dasar pengambilan keputusan.
f. Revisi produk
dilaksanakan tanpa adanya pengontrolan secara langsung oleh guru. Selain itu perlu dorongan yang lebih dari guru kepada siswa sehingga siswa benar-benar mau melaksanakan kegiatan dalam SETS Corner sehingga mereka mendapatkan pengalaman dan mengalami pembelajaran yang bermakna.
g. Produk final
Produk final merupakan produk hasil penyempurnaan dari uji coba pemakaian dan revisi produk. Penelitian ini menghasilkan modul materi Ekosistem berbasis SETS yang telah divalidasi dan diuji efektivitasnya dalam pembelajaran sesungguhnya sehingga dapat digunakan sebagai bahan ajar yang dapat diandalkan.
E. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data
Data diperoleh dari instrumen penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Data hasil penelitian disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Jenis data yang diambil dalam penelitian No Data yang
dikumpulkan
Jenis data Instrumen Teknik analisis
1 Jenis bahan ajar
yang sudah digunakan
Nominal Angket
ketersediaan bahan ajar
Deskriptif kualitatif
2 Validitas modul Interval Instrumen
penilaian modul
materi Ekosistem berbasis SETS
Deskriptif persentase
3 Keterbacaan
modul
Interval Angket
keterbacaan
Deskriptif persentase
4 Keterterapan
modul
Interval Angket tingkat
keterterapan modul bagi siswa
Deskriptif persentase
5 Efektivitas modul Rasio Tes objektif t-test
F. Metode analisis data
2. Data dari instrumen penilaian pakar terhadap modul materi Ekosistem berbasis SETS dihitung dengan Rumus Analisis Deskriptif Persentase ( Ali 1992).
% = x 100%
Keterangan :
% = skor yang diharapkan n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum
Persentase data dari instrumen penilaian pakar terhadap modul materi Ekosistem berbasis SETS kemudian dikonversikan menggunakan Tabel 7 (Ali 1992, Sudjana 2009)
Tabel 7 Kriteria deskriptif persentase
Interval Kriteria
≤ 43, 75% Kurang
43,75% < % ≤ 62, 50% Sedang
62,50% < % ≤ 81,25% Layak
81,25% < % ≤ 100% Sangat Layak
3. Data mengenai tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul dalam pembelajaran dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.
% = x 100%
Keterangan:
% = skor yang diharapkan n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum item
Persentase data dari angket keterbacaan dan angket keterterapan modul dalam pembelajaran bagi siswa dikonversikan dengan Tabel 8 (Ali 1992, Sudjana 2009).
Tabel 8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul
Interval Kriteria
25% < % ≤ 43, 75% Rendah
43, 75% < % ≤ 62, 50% Sedang
62,50% < % ≤ 81,25% Tinggi
4. Data hasil belajar berupa selisih nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kontrol diuji normalitas distribusi datanya menggunakan aplikasi SPSS 16 sebelum dilakukan analisis parametrik. Hipotesis yang diuji pada uji normalitas ini adalah.
H0= Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, H1= sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
Selanjutnya menurut Sudjana (2002) dianalisis dengan menggunakan rumus t-test untuk menguji adanya perbedaan antara kelas kontrol dan eksperimen.
x
: selisih rata-rata kelompok kelas eksperimen2
x
: selisih rata-rata kelompok kelas kontrol2 1
s : varian data pada kelompok kelas eksperimen
2 2
s : varian data pada kelompok kelas kontrol
2
s : varian gabungan 1
n
: banyaknya subyek pada kelompok kelas eksperimen2
n
: banyaknya subyek pada kelompok kelas kontrolKebenaran perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diketahui berdasarkan hasil uji-t antara data selisih nilai post-test dan pre-test kelas kontrol dan eksperimen menggunakan aplikasi SPSS 16. Hipotesis pada uji-t ini adalah.
H0= Selisih nilai post-test dan pre test kelas eksperimen ≤ kelas kontrol, H1= selisih nilai post-test dan pre-test kelas eksperimen > kelas kontrol.
Selanjutnya dilihat nilai signifikansi pada tabel outputSPSS. H0
34 A. Hasil penelitian
1. Potensi dan masalah serta ketersediaan bahan ajar materi Ekosistem
Ketersediaan bahan ajar materi Ekosistem diobservasi pada sepuluh siswa di SMA Negeri 1 Kebumen dan guru Biologi di SMA Negeri 1 Kebumen serta SMA Negeri 1 Ungaran sebagai upaya need assessment. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap ini diketahui bahwa guru belum membuat modul pembelajaran untuk materi Ekosistem. Bahan ajar yang telah digunakan meliputi buku teks, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan komputer yang digunakan ketika terhubung dengan koneksi internet. Hasil need asessmentditunjukkan oleh Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9 Hasilneed assessmentpada siswa
No Pertanyaan Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Bahan ajar yang digunakan pada materi Ekosistem
a. Handout - - -
-b. Buku Teks √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
c. Modul - - -
-d. Lembar Kerja Siswa (LKS) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
e. Brosur - - -
-f. Leaflet - - -
-g. Wallchart/ Charta - - -
-h. Video - - -
-i. Komputer √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
h. Lainnya - - -
-2 Penggunaan modul materi ekosistem - - - -3 Intensitas membaca kembali modul di luar kegiatan
pembelajaran dalam sehari
- - -
-4 Modul yang digunakan mudah untuk dipahami tanpa penjelasan lebih lanjut
- - -
-5 Penemuan permasalahan yang diungkapkan dalam modul
- - -
-6 Subjek yang aktif dalam pembelajaran menggunakan modul
- - -
-7 Hal menarik yang ada pada modul - - - -8 Dasar penyusunan modul - - - -9 Jangkauan permasalahan atau fenomena yang disajikan
dalam modul
- - -
Tabel 10 Hasil need assessmentpada guru
No Pertanyaan Responden
1 2
1 Penyusunan modul materi Ekosistem belum belum
2 Bahasa pengantar dalam pembelajaran bilingual bahasa Indonesia
3 Tingkat kesulitan pembelajaran dalam
bahasa Inggris
sulit sulit
4 Pentingnya keberadaan modul
berbahasa Inggris di RSMABI
penting penting
5 Penggunaan pendekatan SETS belum pernah belum pernah
* Need assessment dilakukan melalui wawancara dengan guru. Responden 1 adalah Reni Purnomosari, S.Pd. selaku guru Biologi SMA Negeri 1 Kebumen dan responden 2 adalah Nani Hartati, S.Pd. selaku guru Biologi SMA Negeri 1 Ungaran, keduanya mengampu kelas X.
2. Hasil tes materi Ekosistem
Tes materi Ekosistem meliputi pre-test dan post-test. Pada penelitian ini terdapat satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Hasil pre-testdan post-test materi Ekosistem pada masing-masing kelas ditunjukkan dengan Tabel 11.
Tabel 11 Hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen
Kelas kontrol Kelas Eksperimen
Pre-test Post-test Peningkatan Pre-test Post-test Peningkatan
Rata-rata 43,89 64,22 20,33 40,75 76,22 35,48
Nilai tertinggi 56,67 76,67 20,00 60 86,67 26,67
Nilai terendah 33,33 53,33 20,00 26,67 63,33 36,66
*Tabel selengkapnya ada pada lampiran 15
Signifikansi normalitas ditunjukkan melalui uji Kolmogorof-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,056 pada derajat kepercayaan 0,01. Hasil ini menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada taraf signifikansi 0,01. Hasil analisis data secara umum ditunjukkan dengan Tabel 12.
Tabel 12 Hasil analisis data dengan SPSS 16 dengan taraf signifikansi 1%
Pengujian Model Signifikansi Keterangan
Normalitas data Kolmogorov-Smirnov 0,056
Homogenitas Levene’s Test 0,817 fhitung= 0,054
Uji-t Independent samples Test 0,000 thitung = 6,110 ttabel = 2,39
Output t-test dengan hasil signifikansi 0,000 dan hasil thitung yang lebih besar dari ttabel pada derajat kepercayaan 0,01 memberikan keputusan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil signifikansi dan nilai thitung ini memberikan kesimpulan bahwa selisih nilai post-testdan pre-test kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.
3. Hasil angket tingkat keterterapan modul bagi siswa
Angket tingkat keterterapan terdiri dari 20 aitem yang meliputi beberapa manfaat modul yang dapat didapat oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan konstruk keterterapan. Informasi yang yang diperoleh dari angket ini adalah siswa tertarik dengan modul materi Ekosistem berbasis SETS yang disusun karena gambar-gambar yang disajikan representatif dengan materi serta kosakata baru dalam bahasa Inggris yang banyak mereka temukan di dalamnya. Modul berbasis SETS yang telah disusun juga diharapkan digunakan untuk materi lainnya dan dikembangkan secara lebih luas. Tingkat keterterapan modul materi bagi masing-masing siswa ditunjukkan dengan Tabel 13.
Tabel 13 Tingkat keterterapan modul materi Ekosistem berbasis SETS bagi siswa No Kode Siswa Tingkat keterterapan (%) Kriteria
1 E-01 52,50 sedang
2 E-02 67,50 tinggi
3 E-03 76,25 tinggi
4 E-04 76,25 tinggi
5 E-05 60,00 sedang
6 E-06 80,00 tinggi
7 E-07 62,50 sedang
8 E-08 76,25 tinggi
9 E-09 76,25 tinggi
10 E-10 76,25 tinggi
11 E-11 75,00 tinggi
12 E-12 76,25 tinggi
13 E-13 72,50 tinggi
14 E-14 75,00 tinggi
15 E-15 72,50 tinggi
16 E-16 75,00 tinggi
17 E-17 47,50 sedang
18 E-18 76,25 tinggi
19 E-19 65,00 tinggi
20 E-20 83,75 tinggi
21 E-21 66,25 tinggi
22 E-22 67,50 tinggi
23 E-23 62,50 sedang
24 E-24 75,00 tinggi