GAMBARAN PERBANDINGAN TINGKAT PERILAKU
TENTANG PENGOBATAN TRADISIONAL DAN
PENGOBATAN MODEREN MASYARAKAT PUTRAJAYA,
WILAYAH PERSEKUTUAN PUTRAJAYA, MALAYSIA
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH Oleh :
MAZAFIRA ELEENA BT MAZELAN 070100458
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Perbandingan Tingkat Perilaku tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen Masyarakat Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia Tahun 2010
Nama: Mazafira Eleena Bt Mazelan
NIM : 070100458
Pembimbing Penguji I
………. ………
(dr. Rina Amelia, MARS) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc)
NIP: 19760420 200312 2 002 NIP: 19700109 199702 2 001
Penguji II
……….
(dr. Hemma Yulfi, DAP&E.M.Med.Ed)
NIP: 19741019 200112 2 001
DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Prof. Gontar A. Siregar, SpPD, KGEH)
ABSTRAK
Pengobatan tradisional dan pengobatan moderen adalah sarana yang sering menjadi pilihan masyarakat untuk berobat ketika sakit. Mereka bisa memilih antara pengobatan tradisional dan pengobatan moderen bergantung kepada kesesuaian dan keselesaan diri mereka sendiri. Pengobatan tradisional juga semakin lama semakin mendapat tempat di kalangan masyarakat dan ini dapat dilihat dengan perkembangannya yang semakin pesat sekarang ini.
Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan moderen tahun 2010. Disain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 68 orang. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan September 2010. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang berjumlah 31 soalan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak tingkat pengetahuan tinggi tentang pengobatan moderen yaitu sebanyak 19 orang (27.9%) berbanding pengobatan tradisional yang hanya mempunyai sebanyak 12 orang (17.6%). Manakala bagi sikap pula, lebih ramai yang bersikap baik terhadap pengobatan tradisional yaitu sebanyak 61 orang (89.7%) berbanding pengobatan moderen yaitu sebanyak 52 orang (76.5%) sahaja. Bagi tindakan pula, lebih ramai yang mempunyai tindakan yang baik dalam pengobatan moderen yaitu sebanyak 59 orang (86.8%) berbanding pengobatan tradisional yaitu sebanyak 33 orang (48.5%) sahaja.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan agar masyarakat, peneliti dan juga petugas kesehatan lebih faham akan manfaat dan cara kerja pengobatan tradisional supaya selain menjadi alternatif dalam pengobatan, pengobatan tradisional juga bisa berkembang secara beriringan dengan pengobatan moderen agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimum kepada masyarakat.
ABSTRACT
Traditional medicine and modern medicine are types of health seeking behavior that the people always choose when they were sick. They can choose traditional medicine or modern medicine according to their own comfort and compatibility. Traditional medicine also has been much more popular within the people as they are progressing vastly nowadays.
The purpose of this study is to know and to compare the behavior of Putrajaya community about traditional medicine and modern medicine year 2010. The method of this research is descriptive design with 68 samples. The research is done starting February 2010 until September 2010. The instrument used in this research is questioners based on knowledge, attitude and action which contains 31 questions overall.
The result shows that more people have high level of knowledge about modern medicine with 19 people (27.9%) compare to traditional medicine with only 12 people (17.6%). For attitude, more people have good attitude about traditional medicine with 61 people (89.7%) compare to modern medicine with only 52 people (76.5%). And for action, more people have good action in modern medicine with 59 people (86.8%) compare to traditional medicine with only 33 people (48.5%).
From these results, it is hoped that the community, researchers and health workers understand more about the benefits and the way traditional medicine works so that in addition to being an alternative in treatments, traditional medicine can also develop in tandem with modern medicine in order to provide optimum health care to the community.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadrat Ilahi ke rana akhirnya berjaya
menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Gambaran Perbandingan
Tingkat Perilaku tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Masyarakat Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia Tahun 2010”.
Di sini, saya ingin mengucapkan perhargaan serta terima kasih kepada
beberapa pihak yang banyak membantu saya apabila dalam kesulitan sepanjang
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga akhirnya dapat menyiapkan penulisan ini
dengan baik, Insyaallah.
Mula-mula, saya ingin mengucapkan setinggi-tinggi penghargaan kepada
dosen pembimbing saya, dr. Rina Amelia, MARS yang sabar dalam membimbing
saya yang serba kekurangan sepanjang proses bimbingan untuk proposal ini. Segala
idea, cadangan, tunjuk ajar dan masukan yang beliau berikan amat saya hargai.
Selain itu, kepada teman-teman saya yang banyak memberikan bantuan dan
sokongan secara langsung atau tidak langsung dalam pembuatan proposal ini. Tidak
lupa juga, saya juga ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada keluarga saya
yang tercinta yang tidak putus memberikan sokongan dan pandangan bagi
menjayakan lagi penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyedari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih lagi serba
kekurangan dari banyak aspek, untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini lagi dan diharapkan dapat membantu
dan bermanfaat bagi para pembaca seterusnya.
Akhir kata, penulis ingin mengucapkan selagi lagi banyak terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu penulis sepanjang proses menyelesaikan Karya
Sekian, terima kasih.
Kepala Batas, 15 November 2010
DAFTAR ISI
2.2 Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen……...………. 14
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24
5.1 Hasil Penelitian... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 24
5.1.3. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional... 27
5.1.4. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen... 27
5.1.5. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional... 28
5.1.6. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen... 30
5.1.7. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional... 32
5.1.8. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen... 34
5.1.9. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 36
5.1.10. Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 37
5.1.11. Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 38
5.2. Pembahasan... 39
5.2.1. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 40
5.2.2. Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 41
5.2.3. Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 42
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
5.1 Distribusi Responden berdasarkan Agama, Bangsa, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan di Wilayah Persekutuan Putrajaya
25
5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional
27
5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Putrajaya tentang Pengobatan Moderen
28
5.4 Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap
Pengobatan Tradisional
29
5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya
tentang Pengobatan Tradisional
30
5.6 Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap
Pengobatan Moderen
31
5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya
tentang Pengobatan Moderen
32
5.8 Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap
Pengobatan Tradisional di Putrajaya
33
5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya
tentang Pengobatan Tradisional
34
5.10 Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap
Pengobatan Moderen di Putrajaya
5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya
tentang Pengobatan Moderen
36
5.12 Perbandingan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya
tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
37
5.13 Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya tentang
Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
38
5.14 Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang
Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
ABSTRAK
Pengobatan tradisional dan pengobatan moderen adalah sarana yang sering menjadi pilihan masyarakat untuk berobat ketika sakit. Mereka bisa memilih antara pengobatan tradisional dan pengobatan moderen bergantung kepada kesesuaian dan keselesaan diri mereka sendiri. Pengobatan tradisional juga semakin lama semakin mendapat tempat di kalangan masyarakat dan ini dapat dilihat dengan perkembangannya yang semakin pesat sekarang ini.
Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan moderen tahun 2010. Disain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 68 orang. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan September 2010. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang berjumlah 31 soalan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak tingkat pengetahuan tinggi tentang pengobatan moderen yaitu sebanyak 19 orang (27.9%) berbanding pengobatan tradisional yang hanya mempunyai sebanyak 12 orang (17.6%). Manakala bagi sikap pula, lebih ramai yang bersikap baik terhadap pengobatan tradisional yaitu sebanyak 61 orang (89.7%) berbanding pengobatan moderen yaitu sebanyak 52 orang (76.5%) sahaja. Bagi tindakan pula, lebih ramai yang mempunyai tindakan yang baik dalam pengobatan moderen yaitu sebanyak 59 orang (86.8%) berbanding pengobatan tradisional yaitu sebanyak 33 orang (48.5%) sahaja.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan agar masyarakat, peneliti dan juga petugas kesehatan lebih faham akan manfaat dan cara kerja pengobatan tradisional supaya selain menjadi alternatif dalam pengobatan, pengobatan tradisional juga bisa berkembang secara beriringan dengan pengobatan moderen agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimum kepada masyarakat.
ABSTRACT
Traditional medicine and modern medicine are types of health seeking behavior that the people always choose when they were sick. They can choose traditional medicine or modern medicine according to their own comfort and compatibility. Traditional medicine also has been much more popular within the people as they are progressing vastly nowadays.
The purpose of this study is to know and to compare the behavior of Putrajaya community about traditional medicine and modern medicine year 2010. The method of this research is descriptive design with 68 samples. The research is done starting February 2010 until September 2010. The instrument used in this research is questioners based on knowledge, attitude and action which contains 31 questions overall.
The result shows that more people have high level of knowledge about modern medicine with 19 people (27.9%) compare to traditional medicine with only 12 people (17.6%). For attitude, more people have good attitude about traditional medicine with 61 people (89.7%) compare to modern medicine with only 52 people (76.5%). And for action, more people have good action in modern medicine with 59 people (86.8%) compare to traditional medicine with only 33 people (48.5%).
From these results, it is hoped that the community, researchers and health workers understand more about the benefits and the way traditional medicine works so that in addition to being an alternative in treatments, traditional medicine can also develop in tandem with modern medicine in order to provide optimum health care to the community.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sudah sekian lama, pengobatan tradisional telah memberi kontribusi dalam
pelayanan kesehatan bagi masyarakat Malaysia. Bahkan, penggunaan pengobatan
tradisional ini masih digunakan sehingga kini di kalangan rakyat untuk mengobati
penyakit dan mempertahankan tahap kesehatan yang baik. Penggunaan pengobatan
tradisional ini sangat tersebar luas dan diakui serta semakin meningkat. Biodiversitas
hutan tropikal di Malaysia adalah sumber yang dipercayai untuk produk-produk
kesehatan yang natural dan pihak kerajaan sekarang ini telah mengambil langkah
untuk menggunakan kesempatan ini sepenuhnya.
Sejak kemerdekaan, sistem pelayanan kesehatan moderen di Malaysia telah
menjadi lebih kukuh dan semakin berkembang sehingga bisa dijadikan kebanggaan
rakyat Malaysia serta pada masa yang sama, pengobatan komplementari juga
meluaskan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Selain itu, World Health
Organisation (WHO) juga sadar akan kepentingan peranan pengobatan tradisional ini dalam aspek preventif, promotif dan kuratif dalam kesehatan untuk populasi yang
ramai terutamanya di negara-negara berkembang dan memberi sokongan penuh.
WHO juga menggalakkan wakil-wakil negara lain untuk turut menyokong
pengobatan tradisional dan sering melakukan evaluasi secara berkala dan membuat
rang undang-undang yang sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing
(Kementerian Kesihatan Malaysia, 2008).
Menurut WHO, satu penelitian yang telah dijalankan oleh Bannerman (1993)
menunjukkan bahwa pengobatannya tradisional di negara-negara maju semakin
berkembang dengan persentase individu yang menggunakan sekurang-kurangnya
primer. Di negara Cina pula, sebanyak 40% daripada pelayanan kesehatan
masyarakat di sana bergantung pada pengobatan tradisional (WHO, 2002).
The National Health and Morbidity Survey II yang telah dijalankan pada tahun 1996 menunjukkan bahwa kira-kira 2.3 % dari rakyat Malaysia menggunakan
pengobatan tradisional ini dan kira-kira 3.8 % menggunakan kedua-duanya sekali
yaitu pengobatan moderen dan pengobatan tradisional secara bersamaan
(Kementerian Kesihatan Malaysia, 2009). Anggaran sebanyak US$500 juta
dibelanjakan oleh kerajaan Malaysia setiap tahun untuk perkembangan pengobatan
tradisional berbanding dari US$300 juta untuk pengobatan moderen (WHO, 2002).
Data yang didapatkan dari Tradisional & Complementary Division di bawah
Kementerian Kesehatan Malaysia menunjukkan bahwa terdapatnya peningkatan
sebanyak 32.5% dari tahun 2008 ke tahun 2009 dalam kelulusan pemohonan tenaga
praktek tradisional di Malaysia. Antaranya adalah dalam bidang pengobatan Cina
sebanyak 27%, tukang urut Thai sebanyak 16%, tukang urut Melayu sebanyak 6%,
dan lain-lain ( TCM, 2009).
Jadi, berdasarkan daripada data-data di atas, jelaslah bahwa pengobatan
tradisional sepertinya semakin berkembang pesat pada masa kini. Ini dapat dilihat
daripada keutamaan kerajaan Malaysia yang semakin rancak untuk mengeksplorasi
pengobatan tradisional dan mengintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan
moderan. Oleh karena itu, peneliti rasa tertarik untuk melakukan penelitian ini
supaya dapat membandingkan tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan tentang
pengobatan tradisional dan pengobatan moderen masyarakat Putrajaya, Wilayah
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan
moderen?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan
tindakan masyarakat Putrajaya secara umum tentang pengobatan tradisional dan
pengobatan moderen.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Putrajaya tentang
pengobatan tradisional dan pengobatan moderen.
2. Untuk mengetahui sikap masyarakat Putrajaya tentang pengobatan tradisional
dan pengobatan moderen.
3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat Putrajaya tentang pengobatan
tradisional dan pengobatan moderen.
4. Untuk menggambarkan data-data karekteristik masyarakat Putrajaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:-
1. Memberikan panduan kepada Kementerian Kesihatan Malaysia dalam
2. Memberikan edukasi pada masyarakat umum supaya mereka bisa membuat
keputusan lebih baik dalam memilih cara pengobatan seperti yang tertera
dalam hak asasi pasien dalam mendapatkan rawatan yang terbaik untuk
dirinya.
3. Membantu pihak berkuasa kesihatan untuk membuat perancangan untuk
menyediakan kemudahan-kemudahan pelayanan kesehatan dan perkhidmatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengobatan Tradisional
A. Definisi
Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total
pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori,
keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda,
baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam
pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga
mental.
Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif
yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara
pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).
B. Jenis Pengobatan Tradisional
Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu
cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri daripada pijatan,
kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu
menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk
menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari
sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit
batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian
kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari
sumber mineral atau garam-garam yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar
2.1.1. Obat Herbal
A. Definisi
Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan alami
seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat
herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral atau
gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Sebanyak 150,000 daripada 250,000
spesis tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan tropika. Di
Malaysia sahaja, kira-kira 1,230 jenis spesies tumbuhan telah lama digunakan di
dalam rawatan tradisional (Dharmaraj, 1998). Kaum Melayu misalnya sering
menggunakan akar susun kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar melur
(Jasminum sambac), bunga raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (marantha
arundinacea) untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).
Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data-data
laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman-tanaman tersebut. Oleh sebab
itu, di kalangan ahli dokter moderan menganggap pengobatan alternatif ini kurang
ilmiah karena tidak didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli pengobatan
tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik di
mana jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini akan
menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya. Tujuan utama
pengobatan ini dilakukan lebih kepada penyembuhan dengan menyeimbangkan
kondisi organ-organ ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala sahaja
(Mursito, 2002)
B. Keuntungan Penggunaan Obatan Herbal
Keuntungan utama dalam menggunakan obatan herbal ini adalah biayanya
yang murah (Moh, 1998). Ini karena mudahnya dapat bahan baku ini termasuklah
bisa ditanam sendiri di halaman rumah sebagai bekalan. Kebanyakan tumbuhan ini
mudah membesar dan tidak memerlukan kos penjagaan yang tinggi jika ditanam
aman digunakan daripada obat-obatan modern yang banyak efek sampingnya. Malah
di kalangan masyarakat, obat herbal ini dianggap tidak memiliki efek samping
walaupun sebenarnya dalam setiap tumbuhan ini memiliki bahan kimia cuma dalam
dosis yang relatif kecil sehingga tidak memberikan efek yang besar pada
penggunanya (Mangan, 2003).
C. Simplisia
Obat herbal ini biasanya disediakan dalam bentuk ekstrak bahan baku dari
tanaman herbal yang ada atau nama lainnya adalah simplisia. Bahan bakunya bisa
terdiri dari sebagian dari tumbuhan tersebut seperti bagian batang, daun, akar, kulit,
serta buah, maupun seluruh bagian tumbuhan tersebut. Simplisia ini juga bisa diolah
dalam bentuk segar ataupun kering. Untuk simplisia bentuk segar, ini harus segera
digunakan selagi dalam keadaan baik dan juga dikhawatirkan akan tumbuh jamur
atau mikroba lainnya. Jika untuk penggunaan yang lama, biasanya akan digunakan
simplisia bentuk kering supaya dapat mempertahankan kandungan
metabolit-metabolit yang penting dalam mengobati pasien. Kandungan metabolit-metabolit ini terbagi
dua yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder inilah yang
memainkan peranan dalam bidang pengobatan. Beberapa contoh senyawa metabolit
yang ada dalam obat herbal ini adalah senyawa golongan alkaloida, glukosida,
politenol, flavonoida, antosian, seskuiterpen dan saponin. Jumlah metabolit sekunder
dalam satu simplisia amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan,
umur tanaman sewaktu dipanen, waktu panen serta kegiatan pasca panen. Waktu
panen sangat berhubungan dengan pembentukan metabolit sekunder, di mana yang
terbaik adalah pada saat penghasilan metabolit sekunder pada kadar maksimum.
Sebagai contoh, tanaman poko (mentha piperita) akan menghasilkan mentol tertinggi
dalam daun mudanya saat tanaman itu berbunga.
2.1.2. Pijat Tradisional
A. Definisi
Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, di mana terapis memanipulasi otot
dan jaringan lunak lain dari tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
Berbagai jenis pijat dari lembut membelai hingga teknik manual yang lebih dalam
untuk memijat otot serta jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan sebagai
terapi penyembuhan selama berabad-abad yang hampir ada dalam setiap kebudayaan
di seluruh dunia. Ini dapat membantu meringankan ketegangan otot, mengurangi
stres, dan membangkitkan rasa ketenangan. Meskipun pijat mempengaruhi tubuh
secara keseluruhan, hal itu terutama mempengaruhi aktivitas, sistem muskuloskeletal,
peredaran darah, limfatik, dan juga saraf.
B. Jenis Pijatan
Ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda-beda tekniknya. Setiap teknik unik
dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis yang paling umum diterapkan di
Amerika Serikat dan semakin berkembang di negara-negara lain meliputi:
− Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman dipiijat di atas
kulit untuk meningkatkan penyembuhan dan efek relaksasi dari pijatan
itu. Minyak essensial ini diyakini memiliki pengaruh kuat pada
suasana hati dengan merangsang dua struktur jauh di dalam otak yaitu
sistem limbik dan hipokampus yang merupakan penyimpan emosi dan
memori.
− Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada kepala dan
tulang belakang untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan
memulihkan aliran cairan serebrospinal di daerah-daerah tersebut.
− Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama digunakan untuk
meningkatkan aliran getah bening (cairan berwarna yang membantu
yang paling populer dari pijat limfatik, drainase limfatik manual
(MLD), berfokus pada pengeringan kelebihan getah bening. MLD
biasanya digunakan setelah operasi (seperti mastektomi untuk kanker
payudara) untuk mengurangi bengkak.
− Pijatan miofasial: tekanan lembut dan memposisi tubuh digunakan
untuk relaksasi dan peregangan otot-otot, fasia (jaringan ikat), dan
struktur terkait. Biasanya terapis fisik dan terapis pijat yang terlatih
menggunakan teknik ini.
− Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan, terapi polaritas
menstimulasi dan menyeimbangkan aliran energi dalam tubuh untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
− Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan jari diterapkan pada
tangan dan kaki. Refleksologis percaya bahwa daerah ini mengandung
"titik refleks," atau koneksi langsung ke organ tertentu dan struktur
pada seluruh tubuh.
− Rolfing: Tekanan diterapkan pada fasia (jaringan ikat) untuk meregangkan, memperpanjang, dan membuatnya lebih fleksibel.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyelaraskan tubuh sehingga
menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan fungsi yang lebih
baik.
− Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan terhadap titik-titik
tertentu pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan
aliran energi (dikenal sebagai qi) melalui jalur energi tubuh (disebut
meridian).
− Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet profesional dan individu
aktif lainnya, pijatan olahraga dapat meningkatkan kinerja dan
− Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan yang digunakan
untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan hasil
metabolisme dari jaringan, meregangkan ligamen dan tendon, serta
meredakan ketegangan fisik dan emosional.
− Pijatan ’Trigger Poin’: Tekanan diterapkan untuk "memicu poin"
(daerah lembut di mana otot-otot telah rusak) untuk mengurangi
kejang otot dan sakit.
− Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut yang
menggunakan teknik non-sirkulasi. Hal ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat di rumah sakit atau dalam
perawatan hospis.
− Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu-satu fokus perhatian,
sentuhan yang disengaja, dan pijatan sensitif dengan komunikasi untuk
meningkatkan kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit, atau
pasien kritis (ADAM, 2010).
C. Indikasi Pijatan
Pijat diyakini dapat mendukung penyembuhan, meningkatkan energi,
mengurangi waktu pemulihan cedera, meringankan rasa sakit, dan meningkatkan
relaksasi, suasana hati, dan kesejahteraan. Hal ini berguna untuk banyak masalah
muskuloskeletal, nyeri punggung, osteoarthritis, fibromyalgia, dan terkilir. Pijat juga
dapat mengurangi depresi pada orang dengan sindrom kelelahan kronis, mudah
sembelit (bila teknik ini dilakukan di daerah perut), menurunkan pembengkakan
setelah mastektomi (pengangkatan payudara), mengurangi gangguan tidur, dan
meningkatkan citra diri. Di tempat kerja, pijat telah terbukti dapat mengurangkan
stres dan meningkatkan kewaspadaan mental. Sebuah studi (Cambron, 2006)
menemukan bahwa pijat jaringan dapat mengurangi tingkat tekanan darah
diastolik sebesar 5,3 mm Hg). Studi lain menunjukkan bahwa pijat memiliki efek
menguntungkan pada rasa sakit langsung dan suasana hati di antara pasien dengan
kanker tingkat lanjut (Kutner, 2008).
Menurut studi klinis yang dilakukan (Furlan, 2008), menunjukkan bahwa pijat
mengurangi rasa sakit punggung kronis lebih efektif daripada perlakuan lainnya
(termasuk akupunktur dan perawatan medis konvensional untuk kondisi ini) dan,
dalam banyak kasus, biayanya juga kurang dari perlakuan lainnya. Ibu dan bayi yang
baru lahir juga tampak manfaat dari pijat. Ibu yang dilatih untuk memijat bayi
mereka sering merasa kurang tertekan dan memiliki ikatan emosional yang lebih baik
dengan bayi mereka. Bayi yang menerima pijatan dari ibu mereka juga cenderung
lebih sedikit menangis, dan lebih aktif, waspada, dan ramah. Bayi prematur yang
menerima terapi pijat telah menunjukkan penambahan berat badan lebih cepat
daripada bayi prematur yang tidak menerima terapi ini. Bayi yang menerima pijat
secara teratur juga mendapat tidur lebih baik, mengurangi masalah kenbung perut
atau kolik, dan memiliki kesadaran tubuh yang lebih baik serta pencernaan lebih
teratur (Beider, 2007).
Studi yang dilakukan Vennesy pada tahun 2007 yang menyentuh tentang
pengobatan secara fizikal ini menunjukkan bahwa pijat bisa menjadi pengobatan yang
efektif untuk anak-anak muda dan remaja dengan berbagai masalah kesehatan,
termasuk:
− Autism: Anak-anak autistik, yang biasanya tidak suka disentuh,
menunjukkan perilaku yang kurang autis dan lebih sosial dan
perhatian setelah menerima terapi pijat dari orang tua mereka.
− Dermatitis atopik: Anak-anak dengan masalah ini, tampaknya
berkurangan kemerahan, bersisik serta gatal-gatal dan gejala lain jika
menerima pijat. Pijat sebaiknya tidak digunakan saat kondisi kulit
− Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): Pijat dapat memperbaiki suasana hati pada anak dengan ADHD dan membantu
mereka merasa kurang gelisah dan hiperaktif.
− Bulimia: Studi menunjukkan bahwa remaja dengan gangguan makan
merasa kurang tertekan dan cemas setelah menerima terapi pijat.
− Diabetes: Pijat dapat membantu mengatur kadar gula darah dan
mengurangi kecemasan dan depresi pada anak dengan diabetes.
− Rheumatoid arthritis: Anak-anak remaja dengan rheumatoid arthritis
(JRA) telah terbukti kurang mengalami rasa sakit, kekakuan pada
waktu pagi, dan kecemasan hasil daripada terapi pijat.
D. Kontraindikasi Pijatan
Orang-orang yang mempunyai kondisi seperti gagal jantung, gagal ginjal,
infeksi pada vena superfisial atau selulitis pada bahagian kaki dan lain-lain,
pengumpalan darah pada kaki, masalah koagulasi, dan infeksi kulit yang bisa
berjangkit. Bagi pasien yang menderita kanker, perlu mendapatkan pengesahan
daripada dokter mereka karena pijatan ini bisa merusakkan tisu yang rapuh akibat
dari kemoterapi atau pengobatan radiasi. Begitu juga dengan pasien goiter, ekzema
dan lesi-lesi kulit lainnya ketika masih sedang kambuh serta pasien yang menderita
osteoporosis, demam tinggi, kurang sel darah putih, masalah mental dan yang sedang
pulih dari pembedahan harus mengelakan dari melakukan pijatan ini.
2.1.3. Akupunktur
A. Definisi
Akupunktur adalah cara pengobatan yang menggunakan cara menusuk jarum
pada titik-titik tertentu pada tubuh badan manusia dan digunakan untuk
mengembalikan serta mempertahankan kesehatan seseorang dengan menstimulasi
B. Indikasi melakukan akupunktur menurut WHO tahun 1991
i. saluran pencernaan dan lambung; untuk mengatasi pelbagai masalah
fungsional seperti masalah ekskresi asam lambung, nyeri kolik, otot
dan peradangan
ii. saluran nafas; untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan daya
tubuh
iii. mata; kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta
refraksi
iv. mulut; untuk mengatasi rasa nyeri setelah pencabutan gigi ataupun
peradangan kronis
v. saraf, otot dan tulang; yaitu masalah yang berkaitan dengan nyeri,
kelemahan, kelumpuhan serta peradangan pada sendi
Akupunktur juga dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk penyakit
yang secara konvensional belum jelas pengobatannya dan apabila pengobatan
konvensional sudah kurang bereaksi terhadap panyakit tersebut. Akupunktur juga
dapat digunakan secara beriringan dengan terapi konvensional ini dan terbukti dapat
membantu penderita yang diserang penyakit berat seperti stroke dalam rehabilitasi
mereka.
C. Kontraindikasi Pengobatan Akupunktur
Seperti yang telah diketahui, semua jenis pengobatan pasti ada
kontraindikasinya. Bagi akupunktur, kontraindikasinya adalah bagi penderita yang
dalam keadaan hamil. Selain itu, penderita yang menggunakan pacu jantung ataupun
pacemaker juga dinasihatkan untuk tidak memilih pengobatan akupunktur ini. Dan dalam kerja menusuk, seorang akupunkturis tidak bisa menusuk dekat daerah tumor
dan masyarakat yang menggunakan khidmat pengobatan akupunktur ini diharapkan
diberi pendidikan tentang risiko yang bisa dialami dan cara kerja yang benar untuk
menanggung ulangan keadaan ini.
2.2. Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Menurut Mangan (2003), cara pengobatan yang ada di kalangan masyarakat
sekarang bisa disimpulkan kepada dua tipe pengobatan yaitu pengobatan cara barat
yang bersifat konvensional dan juga dianggap moderen serta pengobatan cara timur
yang bersifat alternatif dan sering kali disebut pengobatan tradisional. Secara
umumnya, pengobatan timur bertujuan untuk meningkatkan sistem imun,
menghambat pertumbuhan penyakit, mengurangi keluhan pengguna dan memperbaiki
fungsi badan tubuh. Berbeda dengan pengobatan barat di mana sebagai contohnya
bisa membuang tumor atau kanker dengan pembedahan, membunuh sel kanker
dengan kemoterapi ataupun melakukan radioterapi untuk membunuh sel kanker yang
kebanyakannya bersifat invasif pada tubuh manusia. Paradigma yang diterapkan
dalam pengobatan barat adalah ’illness is the enemy’ dan pengobatan timur pula
dengan paradigma ’illness is not an enemy but caused unbalancing energy’
menyebabkan perbedaan cara pandang masyarakat serta cara aplikasi keduanya pada
upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Meskipun demikian, pengobatan
tradisional ini diharapkan berkembang bersama pengobatan moderen supaya bisa
saling mendukung dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada
masyarakat (Mushito, 2002).
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Pengobatan dalam Masyarakat
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan
individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui
dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri. Menurut
faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat
manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan
oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan
meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut
Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi
oleh 3 faktor utama, yaitu:
a) Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b) Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan
kesehatan.
c) Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang
dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering berinteraksi
dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain itu, faktor
undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan
Gambar rajah 1. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah:
Table 3.1 Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur Pengetahuan segala yang diketahui
kesehatan serta dalam
pencegahan, diagnosa,
perbaikan atau pengobatan
penyakit dan pengobatan
moderen yaitu
pengobatan cara barat yang
bersifat konvensional dan
Sikap reaksi atau tanggapan responden tentang
Tindakan perbuatan responden yang
dilakukan terhadap
pengobatan tradisional dan
jawaban
’Tidak’
3 markah
Responden Masyarakat Putrajaya yang pernah menggunakan
pelayanan kesehatan
tradisional maupun
moderen
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan desain cross-sectional, yaitu melakukan pengamatan sesaat dalam satu
waktu mengenai perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat tentang pengobatan tradisional dan moderen bagi masyarakat
Putrajaya melalui wawancara dengan kuesioner yang telah disediakan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 8 bulan dimulai bulan Februari 2010 sampai
dengan bulan September 2010 terhadap masyarakat yang menetap di Putrajaya,
Wilayah Persekutuan Putrajaya pada tahun 2010. Tempat ini dipilih karena
tersedianya departement pengobatan tradisional dan komplementari (TCM) di
Hospital Putrajaya yang baru dilancarkan oleh kerajaan Malaysia tiga tahun lepas
dengan beranggapan hospital tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan
utama di kawasan tersebut.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menetap di
Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya terutamanya yang pernah
menggunakan pelayanan kesehatan moderen dan tradisional.
4.3.2. Sampel
Sampel yang akan diteliti adalah sebahagian masyarakat Putrajaya, Wilayah
Persekutuan Putrajaya. Sampel ini akan diambil secara consecutive sampling,
yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dipilih dan dimasukkan dalam
penelitian sehingga jumlah yang diperlukan dipenuhi.
Penentuan besar sampel digunakan sebagai rumus berikut :
(Zα)²PQ
n = ---
d²
n = besar sampel minimum
Zα = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan absolut yang dapat ditolerir
(1.64)²(0,5)(0,5)
n = ---
(0,1)²
n =
Populasi bagi penduduk Putrajaya tidak bisa didapati. Oleh karena itu,
peneliti memilih untuk menggunakan rumus ini. Nilai P pula digantikan dengan
0,5 kerna tiada data proposi di populasi tersebut. Maka dari perkiraan di atas,
jumlah sampel yang didapati adalah sebanyak 68 orang. Anggota populasi yang
terkena sampel adalah masyarakat Putrajaya yang bersetuju untuk menjawab
soalan kuestioner sampai mencapai jumlah 68 anggota sampel. 68 orang
4.4.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan adalah data primer yang
diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
kepada masyarakat yang terpilih sebagai sampel yang berisi pertanyaan dan
pilihan jawaban yang telah disiapkan.
N (∑XY) – (∑X∑Y)
√
{(N∑X2 – (∑X)2 } {(N∑Y2 – (∑Y)2 }Manakala untuk uji reliabilitas pula menggunakan uji Cronbach (Cronbach
Alpha) dengan menggunakan rumus :
k
∑ Si2
1 - i=1
k-1 ST2
α = koefisien alpha
k = banyaknya butir pertanyaan
Si2 = jumlah varians butir pertanyaan ke-i
ST2 = varians total
Setelah diyakini validitas dan reliabilitasnya, kuesioner tersebut akan
diberikan kepada sampel untuk mengisi respons mereka.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pada penelitian ini, variabel faktor-faktor demografi masyarakat Putrajaya akan
dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Sedangkan, variabel pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat
tentang pengobatan tradisional dan pengobatan moderen akan dianalisa secara r =
[
]
α
==statistik deskriptif dengan mengambarkan perbandingan frekuensi tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Putrajaya ini. Analisis statistik ini
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Wilayah Persekutuan Putrajaya adalah salah satu antara tiga wilayah
persekutuan yang ada di Malaysia. Wilayah Persekutuan Putrajaya ini berbatasan
dengan Kuala Lumpur dan negeri Selangor. Putrajaya ini telah diasaskan pada 19
Oktober 1995 dan telah diangkat sebagai Wilayah Persekutuan pada 1 Februari 2001.
Putrajaya juga merupakan pusat adminstrasi kerajaan yang baru menggantikan Kuala
Lumpur kerana kepadatan pendudukan yang tepu di kawasan itu. Pada tahun 2009,
Wilayah Persekutuan Putrajaya yang luasnya sebanyak 46 km2 mempunyaipopulasi
wilayah ini adalah kira-kira 65,000 orang yang kebanyakannya adalah
pegawai-pegawai kerajaan dengan kepadatan penduduk sebanyak 1,413 jiwa/km2.
5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden
Untuk penelitian ini, responden yang terlibat adalah masyarakat yang tinggal
di Wilayah Persekutuan Putrajaya yang menggunakan perkhidmatan kesehatan yang
pelbagai tanpa mengira cara pengobatan moderen maupun pengobatan tradisional.
Karekteristik responden-responden yang seramai 68 orang ini dapat dibagi mengikut
agama, bangsa, tingkat pendidikan serta pendapatan bulanan, untuk lebih jelasnya
Tabel 5.1.
Distribusi Responden berdasarkan Agama, Bangsa, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan di Wilayah Persekutuan Putrajaya
Karekteristik Frekuensi (n) Persen (%)
Agama
Islam 38 55,9
Kristian 4 5,9
Buddha 19 27,9
Hindu 7 10,3
Jumlah 68 100
Bangsa
Melayu 37 54,4
Cina 20 29,4
India 8 11,8
Lain-lain 3 4,4
Jumlah 68 100
Tingkat Pendidikan
SPM 16 23,5
Diploma 12 17,6
Ijazah 27 39,7
Masters 7 10,3
Lain-lain 6 8,8
Pendapatan
Rendah 18 26,5
Sedang 35 51,5
Tinggi 15 22,1
Jumlah 68 100
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, didapati bahwa agama responden yang
terbanyak adalah yang beragama Islam yaitu sebanyak 38 orang (55,9%), manakala
agama responden yang paling sedikit adalah yang beragama Kristian yaitu sebanyak 4
orang (5,9%).
Apabila dibagi mengikut bangsa pula,didapati bangsa responden yang terlibat
paling ramai adalah bangsa Melayu dengan sebanyak 37 orang (54,4%) sedangkan
yang paling sedikit adalah bangsa lain-lain (Sikh, Jepun dan Iban) yaitu sebanyak 3
orang (4,4%).
Responden juga dibagi mengikut tingkat pendidikan yang dicapai oleh
mereka. Tingkat pendidikan ini terbagi kepada lima tingkat pendidikan, SPM
(lepasan SMA), Diploma, Ijazah, Masters dan lain-lain. Responden yang paling
ramai adalah responden yang berpendidikan lepasan Ijazah yaitu sebanyak 27 orang
(39,7%) manakala responden yang paling sedikit adalah responden yang
berpendidikan lain-lain (tidak bersekolah dan lepasan SMP) yaitu sebanyak 6 orang
(8,8%).
Menurut Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa sebahagian besar responden ini
berpendapatan sedang dengan jumlah sebanyak 35 orang (51,5%) dan golongan
pendapatan responden yang paling sedikit adalah golongan yang berpendapatan tinggi
5.1.3. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional
Pengetahuan masyarakat Putrajaya ini telah dinilai melalui 10 pertanyaan
yang ada dalam kuestioner yang diedarkan yang mencakup defenisi pengobatan
tradisional dan pengobatan moderen, sumber pengetahuan mengenai pengobatan
tradisional, jenis-jenis pengobatan tradisional dan pengobatan moderen, penggunaan
pengobatan tradisional dan pengobatan moderen, dan lain-lain.
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Rendah 24 35,3
Sedang 32 47,1
Tinggi 12 17,6
Jumlah 68 100
Berdasarkan yang dapat dilihat dari tabel dan rajah di atas didapati bahwa
golongan tingkat pengetahuan yang paling ramai bagi pengobatan tradisional adalah
golongan tingkat pengetahuan sedang yaitu kira-kira 32 orang(47,1%) manakala yang
lebih sedikit adalah golongan yang bertingkat pengetahuan tinggi yaitu kira-kira 12
orang (17,6%).
5.1.4. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen
Untuk tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan moderen, dapat
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Moderen
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Rendah 15 22,1
Sedang 34 50,0
Tinggi 19 27,9
Jumlah 68 100
Bagi pengobatan moderen pula, didapati bahwa masyarakat Putrajaya lebih
ramai memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu kira-kira 34 orang (50%) dan yang
paling sedikit adalah golongan bertingkat pengetahuan rendah yaitu kira-kira 15
orang (22,1%).
5.1.5. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional
Sikap masyarakat Putrajaya ini telah dinilai dengan menggunakan 11
pertanyaan yang terdapat dalam instrumen diberikan. Pertanyaan yang telah dicakup
dalam kuestioner tersebut adalah sikap masyarakat mengenai preferensi masyarakat
terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan moderen dari semua aspek seperti
aspek perkhidmatan, komunikasi, efektif, kepercayaan, keterdapatan,
Tabel 5.4.
Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional
Sikap Setuju Tidak
Setuju
No Item (n) (%) (n) (%)
1 Mengambil pengobatan tradisional sudah mencukupi untuk kembali sehat tanpa mengambil obat moderen.
16 23,5 52 76,5
2 Pengobatan tradisional lebih murah daripada pengobatan moderen.
44 64,7 24 35,3
3 Anda rasa lebih mudah berkomunikasi dengan pengamal tradisional berbanding dengan doktor.
24 35,3 44 64,7
4 Pengobatan tradisional lebih efektif berbanding pengobatan moderen.
19 27,9 49 72,1
5 Pengobatan tradisional lebih mudah didapatkan berbanding dengan pengobatan moderen.
31 45,6 37 54,4
6 Pengobatan tradisional tidak memberikan efek samping pada pengguna.
35 51,5 33 48,5
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Putrajaya
tidak bersetuju dengan pernyataan yang dengan mengambil pengobatan tradisional
sudah mencukupi untuk kembali sihat tanpa mengambil obat moderen yaitu dengan
responden seramai 52 orang (76,5%). Akan tetapi masyarakat Putrajaya juga
kebanyakannya bersetuju bahwa pengobatan tradisional lebih murah daripada
pengobatan moderen degan responden seramai 44 orang (64,7%).
Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita simpulkan
sikap responden terhadap pengobatan tradisional pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Sedang 7 10,3
Baik 61 89,7
Jumlah 68 100
Bagi sikap masyarakat Putrajaya, diamati bahwa hampir kesemua responden
mempunyai sikap yang baik terhadap pengobatan tradisional yaitu seramai 61 orang
(89,7%) manakala yang mempunyai sikap sedang hanyalah seramai 7 orang (10,3%).
5.1.6. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen
Sikap masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan moderen juga telah diuji
dalam kuestioner yang telah diedarkan kepada responden dengan soalan-soalan
seperti yang terpapar di Tabel 5.6. Antara soalan-soalan yang ditanyakan adalah
sikap masyarakat tentang efektivitas, keterdapatan, kepercayaan, keprofessionalism
Tabel 5.6.
Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen
Sikap Setuju Tidak
Setuju
No Item (n) (%) (n) (%)
7 Pengobatan moderen lebih efektif berbanding pengobatan tradisional.
35 51,5 33 48,5
8 Pengobatan moderen lebih mudah didapati berbanding pengobatan tradisional.
37 54,4 31 45,6
9 Doktor lebih dipercayai berbanding pengamal tradisional.
47 69,1 21 30,9
10 Doktor bersikap lebih professional berbanding pengamal tradisional.
50 73,5 18 26,5
11 Pengobatan moderen menyembuhkan seluruh tubuh berbanding pengobatan tradisional.
23 33,8 45 66,2
Berdasarkan pembahagian mengikut item soal, diketahui bahwa mayoritas
masyarakat Putrajaya ini yaitu kira-kira 50 orang (73,5%) bersetuju dengan
pernyataan dokter bersikap lebih professional berbanding pengamal tradisional
manakala kira-kira 45 orang daripada 68 orang responden (66,2%) pula memilih tidak
setuju dengan kenyataan pengobatan moderen bisa menyembuh seluruh tubuh
berbanding pengobatan tradisional.
Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita simpulkan
sikap responden terhadap pengobatan moderen seperti yang ditunjukkan pada tabel
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Moderen
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Sedang 16 23,5
Baik 52 76,5
Jumlah 68 100
Dari tabel 5.7 di atas ini, dapat diperhatikan bahwa sebahagian besar
masyarakat Putrajaya ini memiliki sikap yang baik terhadap pengobatan moderen
secara keseluruhannya yaitu kira-kira 52 orang (76,5%). Hanya sebahagian kecil
yaitu seramai 16 orang (23,5%) sahaja yang memiliki sikap yang sedang dalam
pengobatan moderen ini.
5.1.7. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional
Tindakan masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional ini telah
diukur dengan menggunakan soalan-soalan yang juga disertakan dalam kuestioner
yang diedarkan kepada responden yang terlibat. Ini adalah untuk melihat tindakan
masyarakat dalam pemilihan atau pencarian pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
mereka (health seeking behaviour) dengan memilih antara pengobatan tradisional
atau moderen. Dalam soalan-soalan yang diajukan mengenai pengobatan tradisional,
ada ditanyakan tentang preferensi dan juga amalan-amalan yang biasa dilakukan
Tabel 5.8.
Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap Pengobatan Tradisional di Putrajaya
Tindakan Ya Tidak
No Item (n) (%) (n) (%)
1 Adakah apabila anda merasa sakit, anda terus berjumpa pengamal tradisional atau mengambil obat herba tanpa berjumpa dengan doktor dahulu?
16 23,5 52 76,5
2 Adakah anda mengamalkan pengobatan tradisional seperti jamu, mengurut, akupuntur sebagai perawatan jangka masa yang panjang?
25 36,8 43 63,2
3 Adakah anda sekurang-kurangnya berjumpa dengan pengamal tradisional sebulan sekali?
11 16,2 57 83,8
4 Adakah anda mengamalkan pengobatan tradisional mengikut arahan dan aturan yang benar?
24 35,3 44 64,7
5 Adakah anda ada menanam pokok herba di rumah bagi tujuan pengobatan?
25 36,8 43 63,2
Menurut Tabel 5.8 di atas, mayoritas responden tidak mengamalkan berjumpa
dengan pengamal tradisional sebulan sekali atau tidak mengalami ketergantungan
terhadap pengobatan tradisional yaitu seramai 57 orang (83,8%). Terdapat dua
tindakan yang sering dilakukan oleh responden yaitu dengan mengamalkan
pengobatan tradisional seperti mengambil jamu, pijat, dan juga akupuntur sebagai
perawatan jangka masa panjang dan juga menanam pokok herba di rumah untuk
tujuan pengobatan tradisional yaitu dengan responden seramai 25 orang (36,8%).
Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita
simpulkan tindakan responden terhadap pengobatan tradisional pada tabel di bawah
Tabel 5.9.
Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Sedang 35 51,5
Baik 33 48,5
Jumlah 68 100
Melalui data distribusi frekuensi yang terpapar di atas,dapat dilihat bahwa
frekuensi antara sikap sedang dan juga baik adalah hampir sama. Responden yang
memiliki sikap yang baik terhadap pengobatan tradisional adalah seramai 33 orang
(48,5%) manakala responden yang memiliki sikap yang sedang terhadap pengobatan
tradisional adalah seramai 35 orang (51,5%) dengan perbedaan antara duanya
hanyalah 2 orang (2,9%) sahaja.
5.1.8. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen
Kuestioner yang diedarkan untuk turut menguji tindakan masyarakat
Putrajaya ini terhadap pengobatan moderen dengan 5 soalan yang berkaitan dengan
preferensi, ketergantungan, kepatuhan serta pendirian terhadap pengobatan moderen
Tabel 5.10.
Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap Pengobatan Moderen di Putrajaya
Tindakan Ya Tidak
No Item (n) (%) (n) (%)
6 Adakah apabila anda rasa sakit, anda langsung berjumpa dengan doktor ataupun membeli obat di apotik tanpa merujuk ke pengamal tradisional dahulu?
49 72,1 19 27,9
7 Adakah anda berjumpa dengan doktor sekurang-kurangnya sebulan sekali?
20 29,4 48 70,6
8 Adakah anda mengambil sebarang obat atas arahan doktor untuk jangka masa panjang?
34 50,0 34 50,0
9 Adakah anda mengambil obatan yang diresepkan oleh doktor mengikut arahan dan aturan yang benar?
55 80,9 13 19,1
10 Jika keluarga anda melarang anda untuk melakukan satu tindakan pengobatan moden contohnya pembedahan, adakah anda akan cuba menyakinkan mereka dan meneruskannya?
43 63,2 25 36,8
Daripada 68 orang responden yang menjawab kuestioner ini, kira-kira 55
orang responden yaitu sebanyak 80,9% menunjukan kepatuhan yang baik dengan
mengambil obat yang telah diresepkan oleh dokter mengikut arahan dan aturan yang
benar. Akan tetapi kira-kira 48 orang responden yaitu sebanyak 70,6% memilih
jawaban tidak bagi pernyataan berjumpa dokter sekurang-kurangnya sebulan sekali
lalu menunjukkan bahwa responden-responden ini tidak mengalami ketergantungan
terhadap pelayanan kesehatan moden ini.
Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita
Tabel 5.11.
Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Moderen
Sikap Frekuensi (n) Persen (%)
Sedang 9 13,2
Baik 59 86,8
Jumlah 68 100
Seperti yang dapat dilihat dalam tabel di atas, mayoritas masyarakat
Putrajaya mempunyai tindakan yang baik terhadap pengobatan moderen dengan
bilangan seramai 59 orang (86,8%) manakala hanya sebilangan kecil daripada
masyarakat Putrajaya yaitu kira-kira seramai 9 orang (13,2%) yang bertindakan
sedang terhadap pengobatan moderen.
5.1.9. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Setelah diketahui tingkat pengetahuan responden tentang pengobatan
tradisional dan moderen, maka dilakukan perbandingan diantaranya, manakah yang
lebih tinggi tingkat pengetahuan responden tentang kedua pengobatan tersebut, untuk
Tabel 5.12.
Perbandingan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Pengetahuan Tradisional Moderen
Jumlah Persen (%)
Jumlah Persen (%)
Rendah 24 35,3 15 22,1
Sedang 32 47,1 34 50,0
Tinggi 12 17,6 19 27,9
Jumlah 68 100,0 68 100,0
Apabila dibandingkan tingkat pengetahuan masyarakat bagi kedua-dua jenis
pengobatan, didapati masyarakat lebih berpengetahuan tinggi tentang pengobatan
moderen yaitu kira-kira 19 orang (27,9%) berbanding pengobatan tradisional yang
hanya mempunyai 12 orang (17,6%) sahaja. Golongan yang paling ramai bagi
kedua-dua jenis pengobatan ini adalah sama yaitu golongan tingkat pengetahuan
sedang, 32 orang (47,1%) bagi pengobatan tradisional dan 34 orang (50%) bagi
pengobatan moderen. Didapati juga apabila dibandingkan, tingkat pengetahuan
pengobatan tradisional dan pengobatan moderen ini tidak begitu berbeda secara
signifikan terutamanya bagi kategori tingkat pengetahuan sedang.
5.1.10.Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Setelah diketahui sikap responden tentang pengobatan tradisional dan
moderen, maka dilakukan perbandingan diantaranya, manakah yang lebih tinggi
tingkat sikap responden tentang kedua pengobatan tersebut, untuk lebih jelasnya
Tabel 5.13.
Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional
dan Pengobatan Moderen
Sikap Tradisional Moden
Jumlah Persen(%) Jumlah Persen(%)
Sedang 7 10,3 16 23,5
Baik 61 89,7 52 76,5
Jumlah 68 100,0 68 100,0
Apabila dibandingkan sikap masyarakat Putrajaya antara kedua-dua jenis
pengobatan ini, didapati bahwa masyarakat Putrajaya ini lebih bersikap baik pada
pengobatan tradisional yaitu sebanyak 61 orang (89,7%) manakala bagi pengobatan
moderen pula hanyalah 52 orang (76,5%) sahaja dengan perbedaan seramai 9 orang
(13,2%).
5.1.11.Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Setelah diketahui tindakan responden tentang pengobatan tradisional dan
moderen, maka dilakukan perbandingan diantaranya, manakah yang lebih tinggi
tingkat sikap responden tentang kedua pengobatan tersebut, untuk lebih jelasnya
Tabel 5.14.
Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Tindakan Tradisional Moderen
Jumlah Persen(%) Jumlah Persen(%)
Sedang 35 51,5 9 13,2
Baik 33 48,5 59 86,8
Jumlah 68 100,0 68 100,0
Setelah dilakukan perbandingan antara dua jenis pengobatan ini, didapati
bahwa sebahagian besar masyarakat Putrajaya ini mempunyai tindakan yang baik
terhadap pengobatan moderen yaitu dengan jumlah seramai 59 orang (86,8%)
berbanding dengan pengobatan tradisional yaitu dengan jumlah seramai 33 orang
(48,5%) dengan perbedaan jumlah hampir separuh daripada yang bertindakan baik
dalam pengobatan moderen.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat Putrajaya,
Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia tahun 2010, diperoleh data-data daripada
jawapan-jawapan responden pada kuestioner yang telah diuji validitasnya dengan
menggunakan SPSS 17 dan validitas isi yang kemudiannya telah diedarkan kepada 68
orang responden keseluruhannya. Data tersebut dijadikan titik tolak dalam
5.2.1. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Berdasarkan dari Tabel 5.12 yang menunjukkan perbandingan tingkat
pengetahuan masyarakat Putrajaya antara pengobatan tradisional dan pengobatan
moderen, dapat diamati bahwa masyarakat lebih berpengetahuan baik tentang
pengobatan moderen dengan jumlah seramai 19 orang (27,9%) berbanding
pengobatan tradisional dengan jumlah seramai 12 orang (17,6%) dengan perbedaan 7
orang (10,3%). Walaubagaimanapun, di sini juga dapat dilihat bahwa lebih ramai
lagi masyarakat yang masih berpengetahuan sedang serta kurang bagi kedua-dua jenis
pengobatan ini terutamanya bagi pengobatan tradisional dengan jumlah yang
berpengetahuan kurang seramai 24 orang (35,3%).
Masyarakat Putrajaya ini berkemungkinan lebih berpengetahuan baik tentang
pengobatan moderen berbanding pengobatan tradisional karena terdapatnya fasilitas
pelayanan kesehatan pusat di kawasan tersebut yaitu Hospital Putrajaya dan juga
terdapat banyak praktek-praktek yang dibuka di sekitar Putrajaya. Dengan ini,
mereka lebih terdedah dengan informasi-informasi daripada petugas kesehatan itu
secara langsung. Selain itu, dengan penggunaan teknologi internet juga dapat
meningkatkan lagi pengetahuan masyarakat tentang pengobatan moderen ini karena
dengan mudahnya dapat mengakses maklumat dengan hanya menaip sahaja. Begitu
juga dengan faktor kurangnya pendedahan mengenai pengobatan tradisional
memandangkan sumber informasinya kebanyakannya bergantung kepada turunan ahli
keluarga, saudara mara dan juga teman-teman sahaja.
Seperti yang dipetik dari jurnal yang ditulis oleh L. Carpentier (1993), menurut
beliau dua faktor yang berhubung erat dengan pemilihan antara pengobatan
tradisional dan pengobatan moderen adalah pendapatan seseorang dan juga tingkat
pendidikan atau pengetahuan seseorang. Oleh itu, tingginya tingkat pengetahuan
Akan tetapi, bilangan orang yang masih berpengetahuan rendah dan sedang ini
masih ramai dan melebihi yang berpengetahuan tinggi. Keadaan ini bagi peneliti
agak merisaukan karena masyarakat perlu mendapatkan informasi-informasi yang
penting tentang cara pengobatan yang sesuai dengan penyakit masing-masing serta
cara pencegahannya.
5.2.2.Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Bagi sikap masyarakat Putrajaya pula, pada tabel 5.13 , dapat diketahui bahwa
mayoritas responden mempunyai sikap yang baik terhadap pengobatan tradisional
dengan jumlah seramai 61 orang (89,7%) berbanding pengobatan moderen dengan
jumlah seramai 52 orang (76,5%) .
Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pemikiran, keyakinan dan
emosi akan memegang peranan yang penting. Setelah seseorang mengetahui objek
atau stimulus, proses selanjutnya adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus
atau objek tersebut (Notoatmodjo, 2003). Oleh itu, sikap masyarakat Putrajaya yang
baik terhadap pengobatan tradisional ini dipengaruhi pengetahuan, pemikiran,
keyakinan dan emosi. Berkemungkinan sikap yang baik ini disebabkan oleh
pengobatan tradisional ini diturunkan secara turun- temurun dan diyakini hasil
pengobatannya walaupun tiada ujian saintifik. Selain itu, kira-kira 44 orang
responden (64,7%) juga mengaku bahwa pengobatan tradisional ini lebih murah
berbanding pengobatan moderen. Berkemungkinan juga dengan perkembangan
pengobatan tradisional yang semakin pesat ini, masyarakat mulai sadar tentang
pengobatan tradisional akan tetapi, masih kurang pendedahan pengetahuan dan juga
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan tradisional di kawasan Putrajaya tersebut.
Namun, menurut Jamaludin (2004), sistem pengobatan tradisional kurang
pengobatan moderen itu sendiri termasuk beberapa pandangan oleh penulis pro-
pengobatan moderen dan iklan-iklan yang disebarkan melalui risalah dan juga dalam
media-media cetak elektronik yang memburuk-burukkan pengobatan tradisional.
5.2.3.Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Pada tabel 5.14 diperoleh bahwa mayoritas masyarakat Putrajaya ini memiliki
tindakan baik dalam pengobatan moderen yaitu seramai 59 orang (86,8%) berbanding
dengan pengobatan tradisional yaitu seramai 33 orang (48,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Putrajaya ini lebih cenderung
memilih pengobatan moderen sebagai pelayanan kesehatan utama berbanding dengan
pengobatan tradisional. Mereka juga lebih patuh dengan arahan dokter seperti yang
dapat dilihat dalam tabel 5.10 di mana sebanyak 55 orang (80,9%) mengambil obat
yang telah diresepkan oleh dokter mengikut arahan dan aturan yang benar walaupun
kira-kira 48 orang responden (70,6%) memilih jawaban tidak bagi pernyataan
berjumpa dokter sekurang-kurangnya sebulan sekali lalu menunjukkan bahwa
responden-responden ini tidak mengalami ketergantungan terhadap pelayanan
kesehatan moderen ini.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh masyarakat Putrajaya ini merupakan
kawasan Bandar maka lebih banyak tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan moden
serta dapat diakses dengan mudah. Seperti yang dapat dibanding dengan satu
penelitian yang telah dijalankan di kawasan perdesaan Afrika Selatan yang meneliti
health seeking behaviour masyarakat di sana bagi malaria, dapat dibuktikan bahwa terdapat prevalensi dan kebergantungan yang tinggi dalam mengunakan pengobatan
tradisional berbanding pengobatan moderen karena kurang akses dan tersedianya
fasilitas pelayanan pengobatan moderen di sana. Selain itu, dengan menggunakan
pengobatan moderen, rata-rata masyarakat beranggapan akan menyembuhkan
penyakit dalam masa yang singkat. Sebagai contohnya, apabila mengambil obat