• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Tingkat Perilaku tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen Masyarakat Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Tingkat Perilaku tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen Masyarakat Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia Tahun 2010"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERBANDINGAN TINGKAT PERILAKU

TENTANG PENGOBATAN TRADISIONAL DAN

PENGOBATAN MODEREN MASYARAKAT PUTRAJAYA,

WILAYAH PERSEKUTUAN PUTRAJAYA, MALAYSIA

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH Oleh :

MAZAFIRA ELEENA BT MAZELAN 070100458

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Perbandingan Tingkat Perilaku tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen Masyarakat Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia Tahun 2010

Nama: Mazafira Eleena Bt Mazelan

NIM : 070100458

Pembimbing Penguji I

………. ………

(dr. Rina Amelia, MARS) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc)

NIP: 19760420 200312 2 002 NIP: 19700109 199702 2 001

Penguji II

……….

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E.M.Med.Ed)

NIP: 19741019 200112 2 001

DEKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. Gontar A. Siregar, SpPD, KGEH)

(3)

ABSTRAK

Pengobatan tradisional dan pengobatan moderen adalah sarana yang sering menjadi pilihan masyarakat untuk berobat ketika sakit. Mereka bisa memilih antara pengobatan tradisional dan pengobatan moderen bergantung kepada kesesuaian dan keselesaan diri mereka sendiri. Pengobatan tradisional juga semakin lama semakin mendapat tempat di kalangan masyarakat dan ini dapat dilihat dengan perkembangannya yang semakin pesat sekarang ini.

Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan moderen tahun 2010. Disain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 68 orang. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan September 2010. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang berjumlah 31 soalan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak tingkat pengetahuan tinggi tentang pengobatan moderen yaitu sebanyak 19 orang (27.9%) berbanding pengobatan tradisional yang hanya mempunyai sebanyak 12 orang (17.6%). Manakala bagi sikap pula, lebih ramai yang bersikap baik terhadap pengobatan tradisional yaitu sebanyak 61 orang (89.7%) berbanding pengobatan moderen yaitu sebanyak 52 orang (76.5%) sahaja. Bagi tindakan pula, lebih ramai yang mempunyai tindakan yang baik dalam pengobatan moderen yaitu sebanyak 59 orang (86.8%) berbanding pengobatan tradisional yaitu sebanyak 33 orang (48.5%) sahaja.

Dari hasil penelitian ini, diharapkan agar masyarakat, peneliti dan juga petugas kesehatan lebih faham akan manfaat dan cara kerja pengobatan tradisional supaya selain menjadi alternatif dalam pengobatan, pengobatan tradisional juga bisa berkembang secara beriringan dengan pengobatan moderen agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimum kepada masyarakat.

(4)

ABSTRACT

Traditional medicine and modern medicine are types of health seeking behavior that the people always choose when they were sick. They can choose traditional medicine or modern medicine according to their own comfort and compatibility. Traditional medicine also has been much more popular within the people as they are progressing vastly nowadays.

The purpose of this study is to know and to compare the behavior of Putrajaya community about traditional medicine and modern medicine year 2010. The method of this research is descriptive design with 68 samples. The research is done starting February 2010 until September 2010. The instrument used in this research is questioners based on knowledge, attitude and action which contains 31 questions overall.

The result shows that more people have high level of knowledge about modern medicine with 19 people (27.9%) compare to traditional medicine with only 12 people (17.6%). For attitude, more people have good attitude about traditional medicine with 61 people (89.7%) compare to modern medicine with only 52 people (76.5%). And for action, more people have good action in modern medicine with 59 people (86.8%) compare to traditional medicine with only 33 people (48.5%).

From these results, it is hoped that the community, researchers and health workers understand more about the benefits and the way traditional medicine works so that in addition to being an alternative in treatments, traditional medicine can also develop in tandem with modern medicine in order to provide optimum health care to the community.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadrat Ilahi ke rana akhirnya berjaya

menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Gambaran Perbandingan

Tingkat Perilaku tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Masyarakat Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia Tahun 2010”.

Di sini, saya ingin mengucapkan perhargaan serta terima kasih kepada

beberapa pihak yang banyak membantu saya apabila dalam kesulitan sepanjang

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga akhirnya dapat menyiapkan penulisan ini

dengan baik, Insyaallah.

Mula-mula, saya ingin mengucapkan setinggi-tinggi penghargaan kepada

dosen pembimbing saya, dr. Rina Amelia, MARS yang sabar dalam membimbing

saya yang serba kekurangan sepanjang proses bimbingan untuk proposal ini. Segala

idea, cadangan, tunjuk ajar dan masukan yang beliau berikan amat saya hargai.

Selain itu, kepada teman-teman saya yang banyak memberikan bantuan dan

sokongan secara langsung atau tidak langsung dalam pembuatan proposal ini. Tidak

lupa juga, saya juga ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada keluarga saya

yang tercinta yang tidak putus memberikan sokongan dan pandangan bagi

menjayakan lagi penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyedari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih lagi serba

kekurangan dari banyak aspek, untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini lagi dan diharapkan dapat membantu

dan bermanfaat bagi para pembaca seterusnya.

Akhir kata, penulis ingin mengucapkan selagi lagi banyak terima kasih kepada

semua pihak yang turut membantu penulis sepanjang proses menyelesaikan Karya

(6)

Sekian, terima kasih.

Kepala Batas, 15 November 2010

(7)

DAFTAR ISI

2.2 Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen……...………. 14

(8)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

5.1 Hasil Penelitian... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 24

5.1.3. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional... 27

5.1.4. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen... 27

5.1.5. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional... 28

5.1.6. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen... 30

5.1.7. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional... 32

5.1.8. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen... 34

5.1.9. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 36

5.1.10. Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 37

5.1.11. Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 38

5.2. Pembahasan... 39

5.2.1. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 40

5.2.2. Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 41

5.2.3. Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen... 42

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

5.1 Distribusi Responden berdasarkan Agama, Bangsa, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan di Wilayah Persekutuan Putrajaya

25

5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional

27

5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Putrajaya tentang Pengobatan Moderen

28

5.4 Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap

Pengobatan Tradisional

29

5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya

tentang Pengobatan Tradisional

30

5.6 Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap

Pengobatan Moderen

31

5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya

tentang Pengobatan Moderen

32

5.8 Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap

Pengobatan Tradisional di Putrajaya

33

5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya

tentang Pengobatan Tradisional

34

5.10 Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap

Pengobatan Moderen di Putrajaya

(10)

5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya

tentang Pengobatan Moderen

36

5.12 Perbandingan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya

tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

37

5.13 Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya tentang

Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

38

5.14 Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang

Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

(11)

ABSTRAK

Pengobatan tradisional dan pengobatan moderen adalah sarana yang sering menjadi pilihan masyarakat untuk berobat ketika sakit. Mereka bisa memilih antara pengobatan tradisional dan pengobatan moderen bergantung kepada kesesuaian dan keselesaan diri mereka sendiri. Pengobatan tradisional juga semakin lama semakin mendapat tempat di kalangan masyarakat dan ini dapat dilihat dengan perkembangannya yang semakin pesat sekarang ini.

Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan moderen tahun 2010. Disain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 68 orang. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan September 2010. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang berjumlah 31 soalan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak tingkat pengetahuan tinggi tentang pengobatan moderen yaitu sebanyak 19 orang (27.9%) berbanding pengobatan tradisional yang hanya mempunyai sebanyak 12 orang (17.6%). Manakala bagi sikap pula, lebih ramai yang bersikap baik terhadap pengobatan tradisional yaitu sebanyak 61 orang (89.7%) berbanding pengobatan moderen yaitu sebanyak 52 orang (76.5%) sahaja. Bagi tindakan pula, lebih ramai yang mempunyai tindakan yang baik dalam pengobatan moderen yaitu sebanyak 59 orang (86.8%) berbanding pengobatan tradisional yaitu sebanyak 33 orang (48.5%) sahaja.

Dari hasil penelitian ini, diharapkan agar masyarakat, peneliti dan juga petugas kesehatan lebih faham akan manfaat dan cara kerja pengobatan tradisional supaya selain menjadi alternatif dalam pengobatan, pengobatan tradisional juga bisa berkembang secara beriringan dengan pengobatan moderen agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimum kepada masyarakat.

(12)

ABSTRACT

Traditional medicine and modern medicine are types of health seeking behavior that the people always choose when they were sick. They can choose traditional medicine or modern medicine according to their own comfort and compatibility. Traditional medicine also has been much more popular within the people as they are progressing vastly nowadays.

The purpose of this study is to know and to compare the behavior of Putrajaya community about traditional medicine and modern medicine year 2010. The method of this research is descriptive design with 68 samples. The research is done starting February 2010 until September 2010. The instrument used in this research is questioners based on knowledge, attitude and action which contains 31 questions overall.

The result shows that more people have high level of knowledge about modern medicine with 19 people (27.9%) compare to traditional medicine with only 12 people (17.6%). For attitude, more people have good attitude about traditional medicine with 61 people (89.7%) compare to modern medicine with only 52 people (76.5%). And for action, more people have good action in modern medicine with 59 people (86.8%) compare to traditional medicine with only 33 people (48.5%).

From these results, it is hoped that the community, researchers and health workers understand more about the benefits and the way traditional medicine works so that in addition to being an alternative in treatments, traditional medicine can also develop in tandem with modern medicine in order to provide optimum health care to the community.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sudah sekian lama, pengobatan tradisional telah memberi kontribusi dalam

pelayanan kesehatan bagi masyarakat Malaysia. Bahkan, penggunaan pengobatan

tradisional ini masih digunakan sehingga kini di kalangan rakyat untuk mengobati

penyakit dan mempertahankan tahap kesehatan yang baik. Penggunaan pengobatan

tradisional ini sangat tersebar luas dan diakui serta semakin meningkat. Biodiversitas

hutan tropikal di Malaysia adalah sumber yang dipercayai untuk produk-produk

kesehatan yang natural dan pihak kerajaan sekarang ini telah mengambil langkah

untuk menggunakan kesempatan ini sepenuhnya.

Sejak kemerdekaan, sistem pelayanan kesehatan moderen di Malaysia telah

menjadi lebih kukuh dan semakin berkembang sehingga bisa dijadikan kebanggaan

rakyat Malaysia serta pada masa yang sama, pengobatan komplementari juga

meluaskan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Selain itu, World Health

Organisation (WHO) juga sadar akan kepentingan peranan pengobatan tradisional ini dalam aspek preventif, promotif dan kuratif dalam kesehatan untuk populasi yang

ramai terutamanya di negara-negara berkembang dan memberi sokongan penuh.

WHO juga menggalakkan wakil-wakil negara lain untuk turut menyokong

pengobatan tradisional dan sering melakukan evaluasi secara berkala dan membuat

rang undang-undang yang sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing

(Kementerian Kesihatan Malaysia, 2008).

Menurut WHO, satu penelitian yang telah dijalankan oleh Bannerman (1993)

menunjukkan bahwa pengobatannya tradisional di negara-negara maju semakin

berkembang dengan persentase individu yang menggunakan sekurang-kurangnya

(14)

primer. Di negara Cina pula, sebanyak 40% daripada pelayanan kesehatan

masyarakat di sana bergantung pada pengobatan tradisional (WHO, 2002).

The National Health and Morbidity Survey II yang telah dijalankan pada tahun 1996 menunjukkan bahwa kira-kira 2.3 % dari rakyat Malaysia menggunakan

pengobatan tradisional ini dan kira-kira 3.8 % menggunakan kedua-duanya sekali

yaitu pengobatan moderen dan pengobatan tradisional secara bersamaan

(Kementerian Kesihatan Malaysia, 2009). Anggaran sebanyak US$500 juta

dibelanjakan oleh kerajaan Malaysia setiap tahun untuk perkembangan pengobatan

tradisional berbanding dari US$300 juta untuk pengobatan moderen (WHO, 2002).

Data yang didapatkan dari Tradisional & Complementary Division di bawah

Kementerian Kesehatan Malaysia menunjukkan bahwa terdapatnya peningkatan

sebanyak 32.5% dari tahun 2008 ke tahun 2009 dalam kelulusan pemohonan tenaga

praktek tradisional di Malaysia. Antaranya adalah dalam bidang pengobatan Cina

sebanyak 27%, tukang urut Thai sebanyak 16%, tukang urut Melayu sebanyak 6%,

dan lain-lain ( TCM, 2009).

Jadi, berdasarkan daripada data-data di atas, jelaslah bahwa pengobatan

tradisional sepertinya semakin berkembang pesat pada masa kini. Ini dapat dilihat

daripada keutamaan kerajaan Malaysia yang semakin rancak untuk mengeksplorasi

pengobatan tradisional dan mengintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan

moderan. Oleh karena itu, peneliti rasa tertarik untuk melakukan penelitian ini

supaya dapat membandingkan tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan tentang

pengobatan tradisional dan pengobatan moderen masyarakat Putrajaya, Wilayah

(15)

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan

moderen?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan masyarakat Putrajaya secara umum tentang pengobatan tradisional dan

pengobatan moderen.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Putrajaya tentang

pengobatan tradisional dan pengobatan moderen.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat Putrajaya tentang pengobatan tradisional

dan pengobatan moderen.

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat Putrajaya tentang pengobatan

tradisional dan pengobatan moderen.

4. Untuk menggambarkan data-data karekteristik masyarakat Putrajaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:-

1. Memberikan panduan kepada Kementerian Kesihatan Malaysia dalam

(16)

2. Memberikan edukasi pada masyarakat umum supaya mereka bisa membuat

keputusan lebih baik dalam memilih cara pengobatan seperti yang tertera

dalam hak asasi pasien dalam mendapatkan rawatan yang terbaik untuk

dirinya.

3. Membantu pihak berkuasa kesihatan untuk membuat perancangan untuk

menyediakan kemudahan-kemudahan pelayanan kesehatan dan perkhidmatan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengobatan Tradisional

A. Definisi

Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total

pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori,

keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda,

baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam

pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga

mental.

Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif

yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara

pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).

B. Jenis Pengobatan Tradisional

Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu

cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri daripada pijatan,

kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu

menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari

sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit

batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian

kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari

sumber mineral atau garam-garam yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar

(18)

2.1.1. Obat Herbal

A. Definisi

Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan alami

seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat

herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral atau

gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Sebanyak 150,000 daripada 250,000

spesis tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan tropika. Di

Malaysia sahaja, kira-kira 1,230 jenis spesies tumbuhan telah lama digunakan di

dalam rawatan tradisional (Dharmaraj, 1998). Kaum Melayu misalnya sering

menggunakan akar susun kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar melur

(Jasminum sambac), bunga raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (marantha

arundinacea) untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).

Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data-data

laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman-tanaman tersebut. Oleh sebab

itu, di kalangan ahli dokter moderan menganggap pengobatan alternatif ini kurang

ilmiah karena tidak didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli pengobatan

tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik di

mana jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini akan

menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya. Tujuan utama

pengobatan ini dilakukan lebih kepada penyembuhan dengan menyeimbangkan

kondisi organ-organ ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala sahaja

(Mursito, 2002)

B. Keuntungan Penggunaan Obatan Herbal

Keuntungan utama dalam menggunakan obatan herbal ini adalah biayanya

yang murah (Moh, 1998). Ini karena mudahnya dapat bahan baku ini termasuklah

bisa ditanam sendiri di halaman rumah sebagai bekalan. Kebanyakan tumbuhan ini

mudah membesar dan tidak memerlukan kos penjagaan yang tinggi jika ditanam

(19)

aman digunakan daripada obat-obatan modern yang banyak efek sampingnya. Malah

di kalangan masyarakat, obat herbal ini dianggap tidak memiliki efek samping

walaupun sebenarnya dalam setiap tumbuhan ini memiliki bahan kimia cuma dalam

dosis yang relatif kecil sehingga tidak memberikan efek yang besar pada

penggunanya (Mangan, 2003).

C. Simplisia

Obat herbal ini biasanya disediakan dalam bentuk ekstrak bahan baku dari

tanaman herbal yang ada atau nama lainnya adalah simplisia. Bahan bakunya bisa

terdiri dari sebagian dari tumbuhan tersebut seperti bagian batang, daun, akar, kulit,

serta buah, maupun seluruh bagian tumbuhan tersebut. Simplisia ini juga bisa diolah

dalam bentuk segar ataupun kering. Untuk simplisia bentuk segar, ini harus segera

digunakan selagi dalam keadaan baik dan juga dikhawatirkan akan tumbuh jamur

atau mikroba lainnya. Jika untuk penggunaan yang lama, biasanya akan digunakan

simplisia bentuk kering supaya dapat mempertahankan kandungan

metabolit-metabolit yang penting dalam mengobati pasien. Kandungan metabolit-metabolit ini terbagi

dua yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder inilah yang

memainkan peranan dalam bidang pengobatan. Beberapa contoh senyawa metabolit

yang ada dalam obat herbal ini adalah senyawa golongan alkaloida, glukosida,

politenol, flavonoida, antosian, seskuiterpen dan saponin. Jumlah metabolit sekunder

dalam satu simplisia amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan,

umur tanaman sewaktu dipanen, waktu panen serta kegiatan pasca panen. Waktu

panen sangat berhubungan dengan pembentukan metabolit sekunder, di mana yang

terbaik adalah pada saat penghasilan metabolit sekunder pada kadar maksimum.

Sebagai contoh, tanaman poko (mentha piperita) akan menghasilkan mentol tertinggi

dalam daun mudanya saat tanaman itu berbunga.

(20)

2.1.2. Pijat Tradisional

A. Definisi

Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, di mana terapis memanipulasi otot

dan jaringan lunak lain dari tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

Berbagai jenis pijat dari lembut membelai hingga teknik manual yang lebih dalam

untuk memijat otot serta jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan sebagai

terapi penyembuhan selama berabad-abad yang hampir ada dalam setiap kebudayaan

di seluruh dunia. Ini dapat membantu meringankan ketegangan otot, mengurangi

stres, dan membangkitkan rasa ketenangan. Meskipun pijat mempengaruhi tubuh

secara keseluruhan, hal itu terutama mempengaruhi aktivitas, sistem muskuloskeletal,

peredaran darah, limfatik, dan juga saraf.

B. Jenis Pijatan

Ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda-beda tekniknya. Setiap teknik unik

dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis yang paling umum diterapkan di

Amerika Serikat dan semakin berkembang di negara-negara lain meliputi:

− Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman dipiijat di atas

kulit untuk meningkatkan penyembuhan dan efek relaksasi dari pijatan

itu. Minyak essensial ini diyakini memiliki pengaruh kuat pada

suasana hati dengan merangsang dua struktur jauh di dalam otak yaitu

sistem limbik dan hipokampus yang merupakan penyimpan emosi dan

memori.

− Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada kepala dan

tulang belakang untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan

memulihkan aliran cairan serebrospinal di daerah-daerah tersebut.

− Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama digunakan untuk

meningkatkan aliran getah bening (cairan berwarna yang membantu

(21)

yang paling populer dari pijat limfatik, drainase limfatik manual

(MLD), berfokus pada pengeringan kelebihan getah bening. MLD

biasanya digunakan setelah operasi (seperti mastektomi untuk kanker

payudara) untuk mengurangi bengkak.

− Pijatan miofasial: tekanan lembut dan memposisi tubuh digunakan

untuk relaksasi dan peregangan otot-otot, fasia (jaringan ikat), dan

struktur terkait. Biasanya terapis fisik dan terapis pijat yang terlatih

menggunakan teknik ini.

− Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan, terapi polaritas

menstimulasi dan menyeimbangkan aliran energi dalam tubuh untuk

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

− Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan jari diterapkan pada

tangan dan kaki. Refleksologis percaya bahwa daerah ini mengandung

"titik refleks," atau koneksi langsung ke organ tertentu dan struktur

pada seluruh tubuh.

Rolfing: Tekanan diterapkan pada fasia (jaringan ikat) untuk meregangkan, memperpanjang, dan membuatnya lebih fleksibel.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyelaraskan tubuh sehingga

menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan fungsi yang lebih

baik.

− Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan terhadap titik-titik

tertentu pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan

aliran energi (dikenal sebagai qi) melalui jalur energi tubuh (disebut

meridian).

− Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet profesional dan individu

aktif lainnya, pijatan olahraga dapat meningkatkan kinerja dan

(22)

− Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan yang digunakan

untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan hasil

metabolisme dari jaringan, meregangkan ligamen dan tendon, serta

meredakan ketegangan fisik dan emosional.

Pijatan ’Trigger Poin’: Tekanan diterapkan untuk "memicu poin"

(daerah lembut di mana otot-otot telah rusak) untuk mengurangi

kejang otot dan sakit.

− Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut yang

menggunakan teknik non-sirkulasi. Hal ini dirancang untuk

memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat di rumah sakit atau dalam

perawatan hospis.

− Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu-satu fokus perhatian,

sentuhan yang disengaja, dan pijatan sensitif dengan komunikasi untuk

meningkatkan kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit, atau

pasien kritis (ADAM, 2010).

C. Indikasi Pijatan

Pijat diyakini dapat mendukung penyembuhan, meningkatkan energi,

mengurangi waktu pemulihan cedera, meringankan rasa sakit, dan meningkatkan

relaksasi, suasana hati, dan kesejahteraan. Hal ini berguna untuk banyak masalah

muskuloskeletal, nyeri punggung, osteoarthritis, fibromyalgia, dan terkilir. Pijat juga

dapat mengurangi depresi pada orang dengan sindrom kelelahan kronis, mudah

sembelit (bila teknik ini dilakukan di daerah perut), menurunkan pembengkakan

setelah mastektomi (pengangkatan payudara), mengurangi gangguan tidur, dan

meningkatkan citra diri. Di tempat kerja, pijat telah terbukti dapat mengurangkan

stres dan meningkatkan kewaspadaan mental. Sebuah studi (Cambron, 2006)

menemukan bahwa pijat jaringan dapat mengurangi tingkat tekanan darah

(23)

diastolik sebesar 5,3 mm Hg). Studi lain menunjukkan bahwa pijat memiliki efek

menguntungkan pada rasa sakit langsung dan suasana hati di antara pasien dengan

kanker tingkat lanjut (Kutner, 2008).

Menurut studi klinis yang dilakukan (Furlan, 2008), menunjukkan bahwa pijat

mengurangi rasa sakit punggung kronis lebih efektif daripada perlakuan lainnya

(termasuk akupunktur dan perawatan medis konvensional untuk kondisi ini) dan,

dalam banyak kasus, biayanya juga kurang dari perlakuan lainnya. Ibu dan bayi yang

baru lahir juga tampak manfaat dari pijat. Ibu yang dilatih untuk memijat bayi

mereka sering merasa kurang tertekan dan memiliki ikatan emosional yang lebih baik

dengan bayi mereka. Bayi yang menerima pijatan dari ibu mereka juga cenderung

lebih sedikit menangis, dan lebih aktif, waspada, dan ramah. Bayi prematur yang

menerima terapi pijat telah menunjukkan penambahan berat badan lebih cepat

daripada bayi prematur yang tidak menerima terapi ini. Bayi yang menerima pijat

secara teratur juga mendapat tidur lebih baik, mengurangi masalah kenbung perut

atau kolik, dan memiliki kesadaran tubuh yang lebih baik serta pencernaan lebih

teratur (Beider, 2007).

Studi yang dilakukan Vennesy pada tahun 2007 yang menyentuh tentang

pengobatan secara fizikal ini menunjukkan bahwa pijat bisa menjadi pengobatan yang

efektif untuk anak-anak muda dan remaja dengan berbagai masalah kesehatan,

termasuk:

− Autism: Anak-anak autistik, yang biasanya tidak suka disentuh,

menunjukkan perilaku yang kurang autis dan lebih sosial dan

perhatian setelah menerima terapi pijat dari orang tua mereka.

− Dermatitis atopik: Anak-anak dengan masalah ini, tampaknya

berkurangan kemerahan, bersisik serta gatal-gatal dan gejala lain jika

menerima pijat. Pijat sebaiknya tidak digunakan saat kondisi kulit

(24)

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): Pijat dapat memperbaiki suasana hati pada anak dengan ADHD dan membantu

mereka merasa kurang gelisah dan hiperaktif.

− Bulimia: Studi menunjukkan bahwa remaja dengan gangguan makan

merasa kurang tertekan dan cemas setelah menerima terapi pijat.

− Diabetes: Pijat dapat membantu mengatur kadar gula darah dan

mengurangi kecemasan dan depresi pada anak dengan diabetes.

− Rheumatoid arthritis: Anak-anak remaja dengan rheumatoid arthritis

(JRA) telah terbukti kurang mengalami rasa sakit, kekakuan pada

waktu pagi, dan kecemasan hasil daripada terapi pijat.

D. Kontraindikasi Pijatan

Orang-orang yang mempunyai kondisi seperti gagal jantung, gagal ginjal,

infeksi pada vena superfisial atau selulitis pada bahagian kaki dan lain-lain,

pengumpalan darah pada kaki, masalah koagulasi, dan infeksi kulit yang bisa

berjangkit. Bagi pasien yang menderita kanker, perlu mendapatkan pengesahan

daripada dokter mereka karena pijatan ini bisa merusakkan tisu yang rapuh akibat

dari kemoterapi atau pengobatan radiasi. Begitu juga dengan pasien goiter, ekzema

dan lesi-lesi kulit lainnya ketika masih sedang kambuh serta pasien yang menderita

osteoporosis, demam tinggi, kurang sel darah putih, masalah mental dan yang sedang

pulih dari pembedahan harus mengelakan dari melakukan pijatan ini.

2.1.3. Akupunktur

A. Definisi

Akupunktur adalah cara pengobatan yang menggunakan cara menusuk jarum

pada titik-titik tertentu pada tubuh badan manusia dan digunakan untuk

mengembalikan serta mempertahankan kesehatan seseorang dengan menstimulasi

(25)

B. Indikasi melakukan akupunktur menurut WHO tahun 1991

i. saluran pencernaan dan lambung; untuk mengatasi pelbagai masalah

fungsional seperti masalah ekskresi asam lambung, nyeri kolik, otot

dan peradangan

ii. saluran nafas; untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan daya

tubuh

iii. mata; kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta

refraksi

iv. mulut; untuk mengatasi rasa nyeri setelah pencabutan gigi ataupun

peradangan kronis

v. saraf, otot dan tulang; yaitu masalah yang berkaitan dengan nyeri,

kelemahan, kelumpuhan serta peradangan pada sendi

Akupunktur juga dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk penyakit

yang secara konvensional belum jelas pengobatannya dan apabila pengobatan

konvensional sudah kurang bereaksi terhadap panyakit tersebut. Akupunktur juga

dapat digunakan secara beriringan dengan terapi konvensional ini dan terbukti dapat

membantu penderita yang diserang penyakit berat seperti stroke dalam rehabilitasi

mereka.

C. Kontraindikasi Pengobatan Akupunktur

Seperti yang telah diketahui, semua jenis pengobatan pasti ada

kontraindikasinya. Bagi akupunktur, kontraindikasinya adalah bagi penderita yang

dalam keadaan hamil. Selain itu, penderita yang menggunakan pacu jantung ataupun

pacemaker juga dinasihatkan untuk tidak memilih pengobatan akupunktur ini. Dan dalam kerja menusuk, seorang akupunkturis tidak bisa menusuk dekat daerah tumor

(26)

dan masyarakat yang menggunakan khidmat pengobatan akupunktur ini diharapkan

diberi pendidikan tentang risiko yang bisa dialami dan cara kerja yang benar untuk

menanggung ulangan keadaan ini.

2.2. Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Menurut Mangan (2003), cara pengobatan yang ada di kalangan masyarakat

sekarang bisa disimpulkan kepada dua tipe pengobatan yaitu pengobatan cara barat

yang bersifat konvensional dan juga dianggap moderen serta pengobatan cara timur

yang bersifat alternatif dan sering kali disebut pengobatan tradisional. Secara

umumnya, pengobatan timur bertujuan untuk meningkatkan sistem imun,

menghambat pertumbuhan penyakit, mengurangi keluhan pengguna dan memperbaiki

fungsi badan tubuh. Berbeda dengan pengobatan barat di mana sebagai contohnya

bisa membuang tumor atau kanker dengan pembedahan, membunuh sel kanker

dengan kemoterapi ataupun melakukan radioterapi untuk membunuh sel kanker yang

kebanyakannya bersifat invasif pada tubuh manusia. Paradigma yang diterapkan

dalam pengobatan barat adalah ’illness is the enemy’ dan pengobatan timur pula

dengan paradigma ’illness is not an enemy but caused unbalancing energy’

menyebabkan perbedaan cara pandang masyarakat serta cara aplikasi keduanya pada

upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Meskipun demikian, pengobatan

tradisional ini diharapkan berkembang bersama pengobatan moderen supaya bisa

saling mendukung dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada

masyarakat (Mushito, 2002).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Pengobatan dalam Masyarakat

Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan

individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui

dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri. Menurut

(27)

faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat

manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan

oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan

meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut

Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi

oleh 3 faktor utama, yaitu:

a) Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b) Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan

kesehatan.

c) Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang

dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering berinteraksi

dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain itu, faktor

undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan

(28)

Gambar rajah 1. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Table 3.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Pengetahuan segala yang diketahui

(30)

kesehatan serta dalam

pencegahan, diagnosa,

perbaikan atau pengobatan

penyakit dan pengobatan

moderen yaitu

pengobatan cara barat yang

bersifat konvensional dan

Sikap reaksi atau tanggapan responden tentang

Tindakan perbuatan responden yang

dilakukan terhadap

pengobatan tradisional dan

(31)

jawaban

’Tidak’ 

3 markah

Responden Masyarakat Putrajaya yang pernah menggunakan

pelayanan kesehatan

tradisional maupun

moderen

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan desain cross-sectional, yaitu melakukan pengamatan sesaat dalam satu

waktu mengenai perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat tentang pengobatan tradisional dan moderen bagi masyarakat

Putrajaya melalui wawancara dengan kuesioner yang telah disediakan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama 8 bulan dimulai bulan Februari 2010 sampai

dengan bulan September 2010 terhadap masyarakat yang menetap di Putrajaya,

Wilayah Persekutuan Putrajaya pada tahun 2010. Tempat ini dipilih karena

tersedianya departement pengobatan tradisional dan komplementari (TCM) di

Hospital Putrajaya yang baru dilancarkan oleh kerajaan Malaysia tiga tahun lepas

dengan beranggapan hospital tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan

utama di kawasan tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menetap di

Putrajaya, Wilayah Persekutuan Putrajaya terutamanya yang pernah

menggunakan pelayanan kesehatan moderen dan tradisional.

4.3.2. Sampel

Sampel yang akan diteliti adalah sebahagian masyarakat Putrajaya, Wilayah

Persekutuan Putrajaya. Sampel ini akan diambil secara consecutive sampling,

(33)

yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dipilih dan dimasukkan dalam

penelitian sehingga jumlah yang diperlukan dipenuhi.

Penentuan besar sampel digunakan sebagai rumus berikut :

(Zα)²PQ

n = ---

n = besar sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan absolut yang dapat ditolerir

(1.64)²(0,5)(0,5)

n = ---

(0,1)²

n =

Populasi bagi penduduk Putrajaya tidak bisa didapati. Oleh karena itu,

peneliti memilih untuk menggunakan rumus ini. Nilai P pula digantikan dengan

0,5 kerna tiada data proposi di populasi tersebut. Maka dari perkiraan di atas,

jumlah sampel yang didapati adalah sebanyak 68 orang. Anggota populasi yang

terkena sampel adalah masyarakat Putrajaya yang bersetuju untuk menjawab

soalan kuestioner sampai mencapai jumlah 68 anggota sampel. 68 orang

4.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan adalah data primer yang

diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

kepada masyarakat yang terpilih sebagai sampel yang berisi pertanyaan dan

pilihan jawaban yang telah disiapkan.

(34)

N (∑XY) – (∑X∑Y)

{(N∑X2 – (∑X)2 } {(N∑Y2 – (∑Y)2 }

Manakala untuk uji reliabilitas pula menggunakan uji Cronbach (Cronbach

Alpha) dengan menggunakan rumus :

k

∑ Si2

1 - i=1

k-1 ST2

α = koefisien alpha

k = banyaknya butir pertanyaan

Si2 = jumlah varians butir pertanyaan ke-i

ST2 = varians total

Setelah diyakini validitas dan reliabilitasnya, kuesioner tersebut akan

diberikan kepada sampel untuk mengisi respons mereka.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini, variabel faktor-faktor demografi masyarakat Putrajaya akan

dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi. Sedangkan, variabel pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat

tentang pengobatan tradisional dan pengobatan moderen akan dianalisa secara r =

[

]

α

==

(35)

statistik deskriptif dengan mengambarkan perbandingan frekuensi tingkat

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Putrajaya ini. Analisis statistik ini

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Wilayah Persekutuan Putrajaya adalah salah satu antara tiga wilayah

persekutuan yang ada di Malaysia. Wilayah Persekutuan Putrajaya ini berbatasan

dengan Kuala Lumpur dan negeri Selangor. Putrajaya ini telah diasaskan pada 19

Oktober 1995 dan telah diangkat sebagai Wilayah Persekutuan pada 1 Februari 2001.

Putrajaya juga merupakan pusat adminstrasi kerajaan yang baru menggantikan Kuala

Lumpur kerana kepadatan pendudukan yang tepu di kawasan itu. Pada tahun 2009,

Wilayah Persekutuan Putrajaya yang luasnya sebanyak 46 km2 mempunyaipopulasi

wilayah ini adalah kira-kira 65,000 orang yang kebanyakannya adalah

pegawai-pegawai kerajaan dengan kepadatan penduduk sebanyak 1,413 jiwa/km2.

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden

Untuk penelitian ini, responden yang terlibat adalah masyarakat yang tinggal

di Wilayah Persekutuan Putrajaya yang menggunakan perkhidmatan kesehatan yang

pelbagai tanpa mengira cara pengobatan moderen maupun pengobatan tradisional.

Karekteristik responden-responden yang seramai 68 orang ini dapat dibagi mengikut

agama, bangsa, tingkat pendidikan serta pendapatan bulanan, untuk lebih jelasnya

(37)

Tabel 5.1.

Distribusi Responden berdasarkan Agama, Bangsa, Tingkat Pendidikan dan Pendapatan di Wilayah Persekutuan Putrajaya

Karekteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Agama

Islam 38 55,9

Kristian 4 5,9

Buddha 19 27,9

Hindu 7 10,3

Jumlah 68 100

Bangsa

Melayu 37 54,4

Cina 20 29,4

India 8 11,8

Lain-lain 3 4,4

Jumlah 68 100

Tingkat Pendidikan

SPM 16 23,5

Diploma 12 17,6

Ijazah 27 39,7

Masters 7 10,3

Lain-lain 6 8,8

(38)

Pendapatan

Rendah 18 26,5

Sedang 35 51,5

Tinggi 15 22,1

Jumlah 68 100

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, didapati bahwa agama responden yang

terbanyak adalah yang beragama Islam yaitu sebanyak 38 orang (55,9%), manakala

agama responden yang paling sedikit adalah yang beragama Kristian yaitu sebanyak 4

orang (5,9%).

Apabila dibagi mengikut bangsa pula,didapati bangsa responden yang terlibat

paling ramai adalah bangsa Melayu dengan sebanyak 37 orang (54,4%) sedangkan

yang paling sedikit adalah bangsa lain-lain (Sikh, Jepun dan Iban) yaitu sebanyak 3

orang (4,4%).

Responden juga dibagi mengikut tingkat pendidikan yang dicapai oleh

mereka. Tingkat pendidikan ini terbagi kepada lima tingkat pendidikan, SPM

(lepasan SMA), Diploma, Ijazah, Masters dan lain-lain. Responden yang paling

ramai adalah responden yang berpendidikan lepasan Ijazah yaitu sebanyak 27 orang

(39,7%) manakala responden yang paling sedikit adalah responden yang

berpendidikan lain-lain (tidak bersekolah dan lepasan SMP) yaitu sebanyak 6 orang

(8,8%).

Menurut Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa sebahagian besar responden ini

berpendapatan sedang dengan jumlah sebanyak 35 orang (51,5%) dan golongan

pendapatan responden yang paling sedikit adalah golongan yang berpendapatan tinggi

(39)

5.1.3. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional

Pengetahuan masyarakat Putrajaya ini telah dinilai melalui 10 pertanyaan

yang ada dalam kuestioner yang diedarkan yang mencakup defenisi pengobatan

tradisional dan pengobatan moderen, sumber pengetahuan mengenai pengobatan

tradisional, jenis-jenis pengobatan tradisional dan pengobatan moderen, penggunaan

pengobatan tradisional dan pengobatan moderen, dan lain-lain.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Rendah 24 35,3

Sedang 32 47,1

Tinggi 12 17,6

Jumlah 68 100

Berdasarkan yang dapat dilihat dari tabel dan rajah di atas didapati bahwa

golongan tingkat pengetahuan yang paling ramai bagi pengobatan tradisional adalah

golongan tingkat pengetahuan sedang yaitu kira-kira 32 orang(47,1%) manakala yang

lebih sedikit adalah golongan yang bertingkat pengetahuan tinggi yaitu kira-kira 12

orang (17,6%).

5.1.4. Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen

Untuk tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan moderen, dapat

(40)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Moderen

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Rendah 15 22,1

Sedang 34 50,0

Tinggi 19 27,9

Jumlah 68 100

Bagi pengobatan moderen pula, didapati bahwa masyarakat Putrajaya lebih

ramai memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu kira-kira 34 orang (50%) dan yang

paling sedikit adalah golongan bertingkat pengetahuan rendah yaitu kira-kira 15

orang (22,1%).

5.1.5. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional

Sikap masyarakat Putrajaya ini telah dinilai dengan menggunakan 11

pertanyaan yang terdapat dalam instrumen diberikan. Pertanyaan yang telah dicakup

dalam kuestioner tersebut adalah sikap masyarakat mengenai preferensi masyarakat

terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan moderen dari semua aspek seperti

aspek perkhidmatan, komunikasi, efektif, kepercayaan, keterdapatan,

(41)

Tabel 5.4.

Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional

Sikap Setuju Tidak

Setuju

No Item (n) (%) (n) (%)

1 Mengambil pengobatan tradisional sudah mencukupi untuk kembali sehat tanpa mengambil obat moderen.

16 23,5 52 76,5

2 Pengobatan tradisional lebih murah daripada pengobatan moderen.

44 64,7 24 35,3

3 Anda rasa lebih mudah berkomunikasi dengan pengamal tradisional berbanding dengan doktor.

24 35,3 44 64,7

4 Pengobatan tradisional lebih efektif berbanding pengobatan moderen.

19 27,9 49 72,1

5 Pengobatan tradisional lebih mudah didapatkan berbanding dengan pengobatan moderen.

31 45,6 37 54,4

6 Pengobatan tradisional tidak memberikan efek samping pada pengguna.

35 51,5 33 48,5

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Putrajaya

tidak bersetuju dengan pernyataan yang dengan mengambil pengobatan tradisional

sudah mencukupi untuk kembali sihat tanpa mengambil obat moderen yaitu dengan

responden seramai 52 orang (76,5%). Akan tetapi masyarakat Putrajaya juga

kebanyakannya bersetuju bahwa pengobatan tradisional lebih murah daripada

pengobatan moderen degan responden seramai 44 orang (64,7%).

Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita simpulkan

sikap responden terhadap pengobatan tradisional pada tabel di bawah ini.

(42)

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Sedang 7 10,3

Baik 61 89,7

Jumlah 68 100

Bagi sikap masyarakat Putrajaya, diamati bahwa hampir kesemua responden

mempunyai sikap yang baik terhadap pengobatan tradisional yaitu seramai 61 orang

(89,7%) manakala yang mempunyai sikap sedang hanyalah seramai 7 orang (10,3%).

5.1.6. Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen

Sikap masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan moderen juga telah diuji

dalam kuestioner yang telah diedarkan kepada responden dengan soalan-soalan

seperti yang terpapar di Tabel 5.6. Antara soalan-soalan yang ditanyakan adalah

sikap masyarakat tentang efektivitas, keterdapatan, kepercayaan, keprofessionalism

(43)

Tabel 5.6.

Penyataan tentang Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen

Sikap Setuju Tidak

Setuju

No Item (n) (%) (n) (%)

7 Pengobatan moderen lebih efektif berbanding pengobatan tradisional.

35 51,5 33 48,5

8 Pengobatan moderen lebih mudah didapati berbanding pengobatan tradisional.

37 54,4 31 45,6

9 Doktor lebih dipercayai berbanding pengamal tradisional.

47 69,1 21 30,9

10 Doktor bersikap lebih professional berbanding pengamal tradisional.

50 73,5 18 26,5

11 Pengobatan moderen menyembuhkan seluruh tubuh berbanding pengobatan tradisional.

23 33,8 45 66,2

Berdasarkan pembahagian mengikut item soal, diketahui bahwa mayoritas

masyarakat Putrajaya ini yaitu kira-kira 50 orang (73,5%) bersetuju dengan

pernyataan dokter bersikap lebih professional berbanding pengamal tradisional

manakala kira-kira 45 orang daripada 68 orang responden (66,2%) pula memilih tidak

setuju dengan kenyataan pengobatan moderen bisa menyembuh seluruh tubuh

berbanding pengobatan tradisional.

Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita simpulkan

sikap responden terhadap pengobatan moderen seperti yang ditunjukkan pada tabel

(44)

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Moderen

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Sedang 16 23,5

Baik 52 76,5

Jumlah 68 100

Dari tabel 5.7 di atas ini, dapat diperhatikan bahwa sebahagian besar

masyarakat Putrajaya ini memiliki sikap yang baik terhadap pengobatan moderen

secara keseluruhannya yaitu kira-kira 52 orang (76,5%). Hanya sebahagian kecil

yaitu seramai 16 orang (23,5%) sahaja yang memiliki sikap yang sedang dalam

pengobatan moderen ini.

5.1.7. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional

Tindakan masyarakat Putrajaya terhadap pengobatan tradisional ini telah

diukur dengan menggunakan soalan-soalan yang juga disertakan dalam kuestioner

yang diedarkan kepada responden yang terlibat. Ini adalah untuk melihat tindakan

masyarakat dalam pemilihan atau pencarian pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

mereka (health seeking behaviour) dengan memilih antara pengobatan tradisional

atau moderen. Dalam soalan-soalan yang diajukan mengenai pengobatan tradisional,

ada ditanyakan tentang preferensi dan juga amalan-amalan yang biasa dilakukan

(45)

Tabel 5.8.

Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap Pengobatan Tradisional di Putrajaya

Tindakan Ya Tidak

No Item (n) (%) (n) (%)

1 Adakah apabila anda merasa sakit, anda terus berjumpa pengamal tradisional atau mengambil obat herba tanpa berjumpa dengan doktor dahulu?

16 23,5 52 76,5

2 Adakah anda mengamalkan pengobatan tradisional seperti jamu, mengurut, akupuntur sebagai perawatan jangka masa yang panjang?

25 36,8 43 63,2

3 Adakah anda sekurang-kurangnya berjumpa dengan pengamal tradisional sebulan sekali?

11 16,2 57 83,8

4 Adakah anda mengamalkan pengobatan tradisional mengikut arahan dan aturan yang benar?

24 35,3 44 64,7

5 Adakah anda ada menanam pokok herba di rumah bagi tujuan pengobatan?

25 36,8 43 63,2

Menurut Tabel 5.8 di atas, mayoritas responden tidak mengamalkan berjumpa

dengan pengamal tradisional sebulan sekali atau tidak mengalami ketergantungan

terhadap pengobatan tradisional yaitu seramai 57 orang (83,8%). Terdapat dua

tindakan yang sering dilakukan oleh responden yaitu dengan mengamalkan

pengobatan tradisional seperti mengambil jamu, pijat, dan juga akupuntur sebagai

perawatan jangka masa panjang dan juga menanam pokok herba di rumah untuk

tujuan pengobatan tradisional yaitu dengan responden seramai 25 orang (36,8%).

Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita

simpulkan tindakan responden terhadap pengobatan tradisional pada tabel di bawah

(46)

Tabel 5.9.

Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Sedang 35 51,5

Baik 33 48,5

Jumlah 68 100

Melalui data distribusi frekuensi yang terpapar di atas,dapat dilihat bahwa

frekuensi antara sikap sedang dan juga baik adalah hampir sama. Responden yang

memiliki sikap yang baik terhadap pengobatan tradisional adalah seramai 33 orang

(48,5%) manakala responden yang memiliki sikap yang sedang terhadap pengobatan

tradisional adalah seramai 35 orang (51,5%) dengan perbedaan antara duanya

hanyalah 2 orang (2,9%) sahaja.

5.1.8. Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Moderen

Kuestioner yang diedarkan untuk turut menguji tindakan masyarakat

Putrajaya ini terhadap pengobatan moderen dengan 5 soalan yang berkaitan dengan

preferensi, ketergantungan, kepatuhan serta pendirian terhadap pengobatan moderen

(47)

Tabel 5.10.

Penyataan tentang Tindakan Masyarakat terhadap Pengobatan Moderen di Putrajaya

Tindakan Ya Tidak

No Item (n) (%) (n) (%)

6 Adakah apabila anda rasa sakit, anda langsung berjumpa dengan doktor ataupun membeli obat di apotik tanpa merujuk ke pengamal tradisional dahulu?

49 72,1 19 27,9

7 Adakah anda berjumpa dengan doktor sekurang-kurangnya sebulan sekali?

20 29,4 48 70,6

8 Adakah anda mengambil sebarang obat atas arahan doktor untuk jangka masa panjang?

34 50,0 34 50,0

9 Adakah anda mengambil obatan yang diresepkan oleh doktor mengikut arahan dan aturan yang benar?

55 80,9 13 19,1

10 Jika keluarga anda melarang anda untuk melakukan satu tindakan pengobatan moden contohnya pembedahan, adakah anda akan cuba menyakinkan mereka dan meneruskannya?

43 63,2 25 36,8

Daripada 68 orang responden yang menjawab kuestioner ini, kira-kira 55

orang responden yaitu sebanyak 80,9% menunjukan kepatuhan yang baik dengan

mengambil obat yang telah diresepkan oleh dokter mengikut arahan dan aturan yang

benar. Akan tetapi kira-kira 48 orang responden yaitu sebanyak 70,6% memilih

jawaban tidak bagi pernyataan berjumpa dokter sekurang-kurangnya sebulan sekali

lalu menunjukkan bahwa responden-responden ini tidak mengalami ketergantungan

terhadap pelayanan kesehatan moden ini.

Secara keseluruhan dari hasil jawaban responden tersebut dapat kita

(48)

Tabel 5.11.

Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Moderen

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Sedang 9 13,2

Baik 59 86,8

Jumlah 68 100

Seperti yang dapat dilihat dalam tabel di atas, mayoritas masyarakat

Putrajaya mempunyai tindakan yang baik terhadap pengobatan moderen dengan

bilangan seramai 59 orang (86,8%) manakala hanya sebilangan kecil daripada

masyarakat Putrajaya yaitu kira-kira seramai 9 orang (13,2%) yang bertindakan

sedang terhadap pengobatan moderen.

5.1.9. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Setelah diketahui tingkat pengetahuan responden tentang pengobatan

tradisional dan moderen, maka dilakukan perbandingan diantaranya, manakah yang

lebih tinggi tingkat pengetahuan responden tentang kedua pengobatan tersebut, untuk

(49)

Tabel 5.12.

Perbandingan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Pengetahuan Tradisional Moderen

Jumlah Persen (%)

Jumlah Persen (%)

Rendah 24 35,3 15 22,1

Sedang 32 47,1 34 50,0

Tinggi 12 17,6 19 27,9

Jumlah 68 100,0 68 100,0

Apabila dibandingkan tingkat pengetahuan masyarakat bagi kedua-dua jenis

pengobatan, didapati masyarakat lebih berpengetahuan tinggi tentang pengobatan

moderen yaitu kira-kira 19 orang (27,9%) berbanding pengobatan tradisional yang

hanya mempunyai 12 orang (17,6%) sahaja. Golongan yang paling ramai bagi

kedua-dua jenis pengobatan ini adalah sama yaitu golongan tingkat pengetahuan

sedang, 32 orang (47,1%) bagi pengobatan tradisional dan 34 orang (50%) bagi

pengobatan moderen. Didapati juga apabila dibandingkan, tingkat pengetahuan

pengobatan tradisional dan pengobatan moderen ini tidak begitu berbeda secara

signifikan terutamanya bagi kategori tingkat pengetahuan sedang.

5.1.10.Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Setelah diketahui sikap responden tentang pengobatan tradisional dan

moderen, maka dilakukan perbandingan diantaranya, manakah yang lebih tinggi

tingkat sikap responden tentang kedua pengobatan tersebut, untuk lebih jelasnya

(50)

Tabel 5.13.

Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional

dan Pengobatan Moderen

Sikap Tradisional Moden

Jumlah Persen(%) Jumlah Persen(%)

Sedang 7 10,3 16 23,5

Baik 61 89,7 52 76,5

Jumlah 68 100,0 68 100,0

Apabila dibandingkan sikap masyarakat Putrajaya antara kedua-dua jenis

pengobatan ini, didapati bahwa masyarakat Putrajaya ini lebih bersikap baik pada

pengobatan tradisional yaitu sebanyak 61 orang (89,7%) manakala bagi pengobatan

moderen pula hanyalah 52 orang (76,5%) sahaja dengan perbedaan seramai 9 orang

(13,2%).

5.1.11.Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya terhadap Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Setelah diketahui tindakan responden tentang pengobatan tradisional dan

moderen, maka dilakukan perbandingan diantaranya, manakah yang lebih tinggi

tingkat sikap responden tentang kedua pengobatan tersebut, untuk lebih jelasnya

(51)

Tabel 5.14.

Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Tindakan Tradisional Moderen

Jumlah Persen(%) Jumlah Persen(%)

Sedang 35 51,5 9 13,2

Baik 33 48,5 59 86,8

Jumlah 68 100,0 68 100,0

Setelah dilakukan perbandingan antara dua jenis pengobatan ini, didapati

bahwa sebahagian besar masyarakat Putrajaya ini mempunyai tindakan yang baik

terhadap pengobatan moderen yaitu dengan jumlah seramai 59 orang (86,8%)

berbanding dengan pengobatan tradisional yaitu dengan jumlah seramai 33 orang

(48,5%) dengan perbedaan jumlah hampir separuh daripada yang bertindakan baik

dalam pengobatan moderen.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat Putrajaya,

Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia tahun 2010, diperoleh data-data daripada

jawapan-jawapan responden pada kuestioner yang telah diuji validitasnya dengan

menggunakan SPSS 17 dan validitas isi yang kemudiannya telah diedarkan kepada 68

orang responden keseluruhannya. Data tersebut dijadikan titik tolak dalam

(52)

5.2.1. Perbandingan Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Berdasarkan dari Tabel 5.12 yang menunjukkan perbandingan tingkat

pengetahuan masyarakat Putrajaya antara pengobatan tradisional dan pengobatan

moderen, dapat diamati bahwa masyarakat lebih berpengetahuan baik tentang

pengobatan moderen dengan jumlah seramai 19 orang (27,9%) berbanding

pengobatan tradisional dengan jumlah seramai 12 orang (17,6%) dengan perbedaan 7

orang (10,3%). Walaubagaimanapun, di sini juga dapat dilihat bahwa lebih ramai

lagi masyarakat yang masih berpengetahuan sedang serta kurang bagi kedua-dua jenis

pengobatan ini terutamanya bagi pengobatan tradisional dengan jumlah yang

berpengetahuan kurang seramai 24 orang (35,3%).

Masyarakat Putrajaya ini berkemungkinan lebih berpengetahuan baik tentang

pengobatan moderen berbanding pengobatan tradisional karena terdapatnya fasilitas

pelayanan kesehatan pusat di kawasan tersebut yaitu Hospital Putrajaya dan juga

terdapat banyak praktek-praktek yang dibuka di sekitar Putrajaya. Dengan ini,

mereka lebih terdedah dengan informasi-informasi daripada petugas kesehatan itu

secara langsung. Selain itu, dengan penggunaan teknologi internet juga dapat

meningkatkan lagi pengetahuan masyarakat tentang pengobatan moderen ini karena

dengan mudahnya dapat mengakses maklumat dengan hanya menaip sahaja. Begitu

juga dengan faktor kurangnya pendedahan mengenai pengobatan tradisional

memandangkan sumber informasinya kebanyakannya bergantung kepada turunan ahli

keluarga, saudara mara dan juga teman-teman sahaja.

Seperti yang dipetik dari jurnal yang ditulis oleh L. Carpentier (1993), menurut

beliau dua faktor yang berhubung erat dengan pemilihan antara pengobatan

tradisional dan pengobatan moderen adalah pendapatan seseorang dan juga tingkat

pendidikan atau pengetahuan seseorang. Oleh itu, tingginya tingkat pengetahuan

(53)

Akan tetapi, bilangan orang yang masih berpengetahuan rendah dan sedang ini

masih ramai dan melebihi yang berpengetahuan tinggi. Keadaan ini bagi peneliti

agak merisaukan karena masyarakat perlu mendapatkan informasi-informasi yang

penting tentang cara pengobatan yang sesuai dengan penyakit masing-masing serta

cara pencegahannya.

5.2.2.Perbandingan Sikap Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Bagi sikap masyarakat Putrajaya pula, pada tabel 5.13 , dapat diketahui bahwa

mayoritas responden mempunyai sikap yang baik terhadap pengobatan tradisional

dengan jumlah seramai 61 orang (89,7%) berbanding pengobatan moderen dengan

jumlah seramai 52 orang (76,5%) .

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pemikiran, keyakinan dan

emosi akan memegang peranan yang penting. Setelah seseorang mengetahui objek

atau stimulus, proses selanjutnya adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus

atau objek tersebut (Notoatmodjo, 2003). Oleh itu, sikap masyarakat Putrajaya yang

baik terhadap pengobatan tradisional ini dipengaruhi pengetahuan, pemikiran,

keyakinan dan emosi. Berkemungkinan sikap yang baik ini disebabkan oleh

pengobatan tradisional ini diturunkan secara turun- temurun dan diyakini hasil

pengobatannya walaupun tiada ujian saintifik. Selain itu, kira-kira 44 orang

responden (64,7%) juga mengaku bahwa pengobatan tradisional ini lebih murah

berbanding pengobatan moderen. Berkemungkinan juga dengan perkembangan

pengobatan tradisional yang semakin pesat ini, masyarakat mulai sadar tentang

pengobatan tradisional akan tetapi, masih kurang pendedahan pengetahuan dan juga

kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan tradisional di kawasan Putrajaya tersebut.

Namun, menurut Jamaludin (2004), sistem pengobatan tradisional kurang

(54)

pengobatan moderen itu sendiri termasuk beberapa pandangan oleh penulis pro-

pengobatan moderen dan iklan-iklan yang disebarkan melalui risalah dan juga dalam

media-media cetak elektronik yang memburuk-burukkan pengobatan tradisional.

5.2.3.Perbandingan Tindakan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Pada tabel 5.14 diperoleh bahwa mayoritas masyarakat Putrajaya ini memiliki

tindakan baik dalam pengobatan moderen yaitu seramai 59 orang (86,8%) berbanding

dengan pengobatan tradisional yaitu seramai 33 orang (48,5%).

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Putrajaya ini lebih cenderung

memilih pengobatan moderen sebagai pelayanan kesehatan utama berbanding dengan

pengobatan tradisional. Mereka juga lebih patuh dengan arahan dokter seperti yang

dapat dilihat dalam tabel 5.10 di mana sebanyak 55 orang (80,9%) mengambil obat

yang telah diresepkan oleh dokter mengikut arahan dan aturan yang benar walaupun

kira-kira 48 orang responden (70,6%) memilih jawaban tidak bagi pernyataan

berjumpa dokter sekurang-kurangnya sebulan sekali lalu menunjukkan bahwa

responden-responden ini tidak mengalami ketergantungan terhadap pelayanan

kesehatan moderen ini.

Keadaan ini mungkin disebabkan oleh masyarakat Putrajaya ini merupakan

kawasan Bandar maka lebih banyak tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan moden

serta dapat diakses dengan mudah. Seperti yang dapat dibanding dengan satu

penelitian yang telah dijalankan di kawasan perdesaan Afrika Selatan yang meneliti

health seeking behaviour masyarakat di sana bagi malaria, dapat dibuktikan bahwa terdapat prevalensi dan kebergantungan yang tinggi dalam mengunakan pengobatan

tradisional berbanding pengobatan moderen karena kurang akses dan tersedianya

fasilitas pelayanan pengobatan moderen di sana. Selain itu, dengan menggunakan

pengobatan moderen, rata-rata masyarakat beranggapan akan menyembuhkan

penyakit dalam masa yang singkat. Sebagai contohnya, apabila mengambil obat

Gambar

Gambar rajah 1. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan
Table 3.1  Definisi operasional
Tabel 5.1.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Putrajaya tentang Pengobatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Strategis dari Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banda Aceh adalah melakukan kegiatan perkarantinaan yang terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja

Akan tetapi, sebagaimana telah ditunjukkan dalam tulisan ini, bila fakta-fakta di alam dijelaskan dengan teori Harun Yahya (desain cerdas dan penciptaan terpisah), maka

Rumah limas, sebagai rumah tradisional (adat) yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Palembang, ciri-ciri dari rumah limas itu adalah;1) Atapnya berbentuk

Untuk menetapkan khiyâr disyaratkan beberapa syarat berikut. 1) Adanya cacat pada waktu jual beli atau setelahnya sebelum terjadinya penyerahan. Jika terjadi setelah

bahan baku.misal mengurangi lapisan puring yang semula berjumlah 8 lembar menjadi 4 lembar karena tujuan dari pemberian puring ini adalah untuk menahan

Sedangkan secara sosiologis, pengelolaan zakat yang rawan sosial yaitu pengelolaan zakat yang tidak profesional membentuk opini masyarakat, yaitu tidak percaya

Dana Alokasi Khusus diatur dalam Undang-undang Nomor 33 pasal 1 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa “Dana

Mengadakan tanya jawab langsung dengan seorang pakar penyakit mata, sehingga pada penelitian ini data yang didapat lebih akurat yang tidak terpaku pada