• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Minyak Dan Asam Lemak Bebas (ALB) Tandan Buah Segar (TBS) Berdasarkan Derajat Kematangan Buah Di PTP.Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Minyak Dan Asam Lemak Bebas (ALB) Tandan Buah Segar (TBS) Berdasarkan Derajat Kematangan Buah Di PTP.Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT

KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT)

SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

WINDA WAHYUNI SILITONGA 082409029

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT

KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT)

SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

WINDA WAHYUNI SILITONGA 082409029

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul :PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : WINDA WAHYUNI SILITONGA Nomor Induk Siswa : 082409029

Program Studi : DIPLOMA – III ( D3 ) KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA)

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Diketahui

Ketua Program Kimia Industri Pembimbing

Dr. Emma Zaidar Nst, MSi Juliati Tarigan, S.Si.,M.Si NIP 195512181987012001 NIP 197205031999032001

Ketua Departemen Kimia

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT

KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT)

SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena dengan limpahan Kasih Setia dan RahmatNya sehingga Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PTP. Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei, dengan judul “PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ALB TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI“

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyeleaikan Tugas Akhir ini, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tersayang, R. Silitonga dan S. Silalahi serta abang dan kakak tersayang, Frendy H. Silitonga, Tiurma Silitonga, Sari Lia Silitonga, dan Jonatan P. Silitonga serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan moril dan material kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Juliati Tarigan, M.Si.,S.Si selaku pembimbing dalam penyelesaian tugas akhir ini, yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Bapak Syuhada selaku Asisten Laboratorium di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei.

5. Bapak J. Hutagaol selaku pembimbing lapangan di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei yang telah banyak memberikan informasi.

6. Karyawan / karyawati PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei yang telah memandu dan memberikan informasi.

7. Rekan–rekan Kimia Industri 2008 yang telah banyak membantu dan memberikan kritik dan saran.

8. Abang dan kakak senior Kimia Industri 2008 yang telah banyak membantu dan memberikan informai terutama b’seven dan k’tika.

(6)

Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis juga berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011 Penulis

WINDA W. SILITONGA

(7)

ABSTRAK

(8)

DETERMINE THE OIL DEGREE AND FREE FATTY ACID (FFA) FRESH FRUIT BUNCH (FFB) ACCORDING TO THE FRUIT

MATURITY LEVEL AT PTP. NUSANTARA III PKS (OIL PALM FACTORY)

SEI MANGKEI

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ………... . ii

PERNYATAAN ………... . iii

PENGHARGAAN ……… . iv

ABSTRAK ……… . vi.

ABSTRACT ……….. . vii

DAFTAR ISI ………. . viii

DAFTAR TABEL ………. . x

BAB 1 PENDAHULUAN ……… . 1

1.1. Latar Belakang……… . 1

1.2. Permasalahan ……….. . 4

1.3. Tujuan ……… . 4

1.4. Manfaat ……….. . 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. . 5

2.1. Kelapa Sawit ……….………. . 5

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit ……..………... . 5

2.1.1.1. Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah 6 2.1.1.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah ………. . 8

2.2. Pembentukan Minyak Dalam Buah ………... . 9

2.3. Pemanenan Kelapa Sawit ………... . 10

2.3.1. Derajat Kematangan Buah ……….. . 10

2.3.2. Sortasi Panen ………... . 12

2.4. Minyak Sawit ………. . 13

2.5. Asam Lemak Bebas (ALB) ……… . 17

(10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .……….. . 21

3.1. Alat-Alat ………...………. . 21

3.2. Bahan ………. . 22

3.3. Prosedur Penelitian ….………... . 22

3.3.1. Preparasi Sampel ………. . 22

3.3.2. Penentuan Kadar Minyak ……… . 23

3.3.3. Penentuan Kadar ALB ……… . 24

3.4. Bagan Prosedur Penelitian ….……… . 25

3.4.1. Preparasi Sampel ………. . 25

3.4.2. Penentuan Kadar Minyak ……… . 26

3.4.3. Penentuan ALB ………...……… . 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……… . 28

4.1. Data Percobaan ……….. . 28

4.2. Perhitungan ……… . 29

4.2.1. Brondolan ……… . 29

4.2.2. Daging Buah Brondolan ………. . 30

4.2.3. Kandungan Minyak Brondolan ………... . 30

4.2.4. Kadar Minyak Buah Sawit ……….. . 31

4.2.5. Kadar ALB Buah Sawit ……….. . 31

4.3. Pembahasan ………. 32

BAB 5 KEIMPULAN DAN SARAN ………. . 36

5.1. Kesimpulan ……… . 36

5.2. Saran ………... . 37

DAFTAR PUSTAKA ………... . 38

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan

Daging Buah ………. . 7

Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah ………. . 8

Tabel 2.3. Tingkatan TBS yang dipanen ………... . 12

Tabel 2.4. Sifat Fisik Minyak Sawit ………. ……... . 14

Tabel 2.5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit ……….. . 16

Tabel 2.6. Standard Kualitas minyak Sawit ………. . 20

Tabel 4.1. Persentase Kadar Minyak dan ALB Buah Sawit ……… . 28

Tabel 4.2. Persentase Brondolan ………... . 29

Tabel 4.3. Persentase Daging Buah Brondolan ……….. 30

Tabel 4.4. Persentase Kandungan Minyak Brondolan ……….. . 30

Tabel 4.5. Persentase Kadar Minyak Buah Sawit ………. . 31

(12)

ABSTRAK

(13)

DETERMINE THE OIL DEGREE AND FREE FATTY ACID (FFA) FRESH FRUIT BUNCH (FFB) ACCORDING TO THE FRUIT

MATURITY LEVEL AT PTP. NUSANTARA III PKS (OIL PALM FACTORY)

SEI MANGKEI

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jaqc ) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam. Namun sekarang telah berkembang di berbagai daerah, seperti Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua ( Sunarko, 2007 ).

(15)

Kelapa sawit dan turunannya juga memiliki nilai kompetetif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha. Di samping itu kelapa sawit juga memiliki biaya produksi yang lebih rendah dan ramah lingkungan (Adiputra, 2003).

Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS ( Tandan Buah Segar ). Buah sawit dibagian sabut ( daging buah atau mesocarp ) menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil atau CPO ) sebanyak 20% - 24%. Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO ) sebanyak 3% - 4% (Sunarko, 2007 ).

Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan (Naibaho,1996).

(16)

diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan ALB yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomi (Adiputra, 2003).

Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini. Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan – tandan yang di panen telah matang yaitu berada pada fraksi 1, fraksi 2, dan fraksi 3 (Mestika, 2010).

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi. Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Purba, 2010).

(17)

1.2. Permasalahan

Kondisi saat panen atau kematangan buah yang di panen sangat mempengaruhi kadar minyak dan kandungan asam lemak bebas (ALB) pada tandan buah segar (TBS) sehingga perlu kiranya diteliti hubungan antara derajat kematangan buah dengan kadar minyak dan ALB. Sehingga yang menjadi permasalahan adalah berapakah kadar minyak dan ALB tandan buah segar (TBS) berdasarkan derajat kematangan buah.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara kadar minyak dan ALB Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan derajat kematangan buah, dimana untuk menghasilkan minyak dilakukan dengan metode sokletasi dan penentuan ALB dilakukan dengan metode titrasi.

1.4. Manfaat

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah (Adiputra, 2003).

Di antara jenis-jenis tumbuhan penghasil minyak nabati, kelapa sawit adalah penghasil minyak tertinggi, misalnya jika dibandingkan dengan kelapa (nyiur). Dikemukakan bahwa suatu kebun kelapa sawit yang keadaannya kurang baik sekalipun masih memberikan hasil yang lebih tinggi daripada kebun kelapa yang terpelihara baik (Mangoensoekarjo, 2003).

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit

(19)

2.1.1.1. Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya, yaitu:

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Bagian buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel ( daging biji ) biasanya besar dengan kandungan minyak rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.

3. Tenera

Varietas ini merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentae daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96 %.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. 5. Diwikka – wakka

(20)

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura - Tebal tempurung (2 – 8 mm)

- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung - Daging buah relative tipis, yaitu 35 – 50 % terhadap buah - Kernel (daging biji)besar dengan kandungan minyak rendah - Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada

- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura - Daging biji sangat tipis

- Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan

Tenera - Hasil dari persilangan dura dengan pisifera - Tempurung tipis (0,5 – 4 mm)

- Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung - Daging buah sangat tebal (60 – 96% dari buah)

- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil

Macro carya - Tempurung tebal sekitar (5 mm) - Daging buah sangat tipis

(21)

terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapi 22 – 24%, sedangkan pada varietas Dura hanya 16 – 18% (Fauzi, 2002).

2.1.1.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Berdasarkan perbedaan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit di antaranya: 1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam – hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning – kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.

Varietas ini juga jarang dijumpai (Anonim, 1997).

Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Varietas Warna buah muda Warna buah masak

Nigrescens Ungu kehitam - hitaman Jingga kehitam – hitaman

Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi

ujung buah tetap hijau

Abescens Keputih – putihan Kekuning – kuningan dan

(22)

2.2. Pembentukan Minyak Dalam Buah

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong-kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.

(23)

jenuh, tanaman membentuk karotin dan phitol untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu melakukannya sebagai antioksidasi (Naibaho, 1996).

2.3. Pemanenan Kelapa Sawit

Pemanenan adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong tandan matang, mengumpulkan, dan mengangkutnya ke pabrik untuk selanjutnya diolah di pabrik kelapa sawit untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Kegiatan pemanenan umumnya dapat dilakukan pada saat kelapa sawit pada umur 30 bulan (untuk jenis tenera). Dalam keadaan normal, tenera pada umur ini telah matang 90-100%. Keadaan tandan telah membesar dan memadat hampir di keseluruhan tandan.

Pemanenan harus dilakukan dengan benar dan pada waktu yang tepat. Pemanenan yang benar, haruslah sesuai dengan kriteria panen. Kriteria matang panen merupakan persyaratan kondisi yang ditetapkan untuk dapat di panen. Umumnya parameter yang dipakai adalah jumlah dari brondolan yang jatuh di piringan kelapa sawit. Umumnya, kelapa sawit dapat dipanen apabila brondolan telah jatuh 5 buah pertandan. Brondolan yang jatuh adalah brondolan yang normal dan segar.

2.3.1. Derajat Kematangan Buah

(24)

yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi oranye hingga terjadi kematangan penuh.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5 %). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang dihasilkan juga rendah.

Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.

Tabel 2.3. Tingkatan TBS yang dipanen

Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan

0. 1 - 12,5% buah luar membrondol Mentah

1. 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang

2. 3.

25-50% buah luar membrondol 50-75% buah luar membrondol

Matang I Matang II 4.

5.

75-100% buah luar membrondol

Buah dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk

Lewat matang I Lewat matang II

(25)

Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut diatas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.

Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.

1. Jumlah brondolan dipabrik kurang lebih 25 % dari berat tadan seluruhnya. 2. Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 % dari jumlah tandan. 3. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20 % dari jumlah tandan. 4. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15 % dari jumlah tandan

(Anonim, 2009).

2.3.2. Sortasi Panen

(26)

Tandan yang telah tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan ditempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap truk yang diterima atau minimum satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan.

Pada pengolahan yang diinginkan ialah buah dengan fraksi 1, 2, dan 3. Hal ini ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal.

Evaluasi terhadap sortasi panen dapat dinyatakan dengan Nilai Sortasi Panen (NSP). NSP menggambarkan kualitas tandan yang dipanen oleh kebun. Nilai sortasi ini dapat digunakan sebagai alat manajemen panen.

NSP = - 5(Fr.00) -1(Fr.0) + 1(Fr.1+2+3) + 1/2(Fr.4) - 1/3(Fr.5)

Fr = Fraksi dinyatakan dalam %. Nilai sortasi panen yang dianggap memenuhi persyaratan bahan baku olahan pabrik adalah 80-100% (Naibaho, 1996).

2.4. Minyak Sawit

(27)

minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama β-karotenoida), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas rendah, bau dan rasanya enak. Sifat-sifat fisiknya menurut standar AOCS adalah seperti tertera pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Sifat Fisik Minyak Sawit Berat jenis pada 100 oF (37,8 oC) Indeks refraksi pada 40 oC Bilangan iodium

Bilangan penyabunan Zat tak tersabunkan, % Titer, oC

0,898 – 0,901 1,453 – 1,456

44 – 58 195 – 205 Tak lebih 0,8

40 - 47 ( Mangoensoekarjo, 2003 ).

Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika bentuknya cair dan lemak jika bentuknya padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.

CH2 – OH + R1 – COOH CH2 – COOR1

CH – OH + R2 – COOH CH – COOR2 + 3H2O CH2 – OH + R3 – COOH CH2 – COOR3

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air

(28)

Asam-asam lemak dapat berasal dari tipe yang sama maupun yang tidak sama. Sifat trigliserida tergantung pada perbedaan asam-asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya. Asam lemak yang memiliki rantai pendek memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah dan lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, semakin panjang rantai asam-asam lemak, akan menyebabkan titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh juga tergantung pada derajat ketidakjenuhan. Asam-asam yang tidak jenuh memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan dengan asam-asam lemak jenuh yang memiliki panjang rantai serupa (tabel 2.5) (Pahan,2006).

Table 2.5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam lemak Jumlah karbon Tak jenuh Titik lebur, oC % berat Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 - - - 1,4 (0,5-6) 40,1(32-45) 5,5(2-7)

Jumlah asam jenuh 47,0

Oleat linoleat 18 18 1 2 14 -5 42,7 (38-52) 10,3 (5-11)

Jumlah asam tak jenuh 53,0

(29)

Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis secara kimia sebagai berikut.

CH2 – COOR1 CH2 – OH

CH – COOR2 + H2O CH – COOR2 + R1COOH CH2 – COOR3 CH2 – COOR3

Trigliserida Air Digliserida FFA

Gliserida dalam minyak bukan merupakan gliserida sederhana, tetapi merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan asam lemak yang berbeda. Asam lemak bebas yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah kecil dan sebagaian besar terikat dalam ester. Trigliserida dapat berbentuk cair atau padat, tergantung asam lemak yang menyusunnya. Trigliserida akan berbentuk cair jika mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh yang mempunyai titik cir rendah. Secara alamiah, asam lemak jenuh yang mengandung atom karbon C1-C8 berbentuk cair, sedangkan jika lebih dari C8 akan berbentuk padat.

(30)

2.5. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Kandungan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit. Makin tinggi kandungan ALB, makin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Maka dalam pelaksanaan panen dan pengangkutan buah ke pabrik perlu diusahakan agar kandungan ALB dipertahankan serendah mungkin.

Sebagai pedoman, standar kandungan ALB yang berlaku bagi kualitas minyak kelapa sawit hasil olahan dan siap untuk dijual adalah 3%. Pembeli minyak dapat memberikan toleransi sampai 5%, tetapi kandungan 3% akan memberikan harga premium, karena itu lebih baik digunakan angka 3% sebagai pegangan. Ini berarti bahwa pada waktu tandan buah dari lapangan tiba di pabrik, kandungan ALB-nya tidak boleh lebih dari 2,6%. Dalam kondisi utuh, buah kelapa sawit yang tepat matang hanya mengandung ALB 0,1%.

(31)

matang, kulit buah (exocarp) yang semula keras berubah menjadi sangat lembut sehingga mudah tergores. Bila membran pecah akan terjadi kontak antara minyak kelapa sawit dan enzim lipoksidase yang terdapat di dalam sitoplasma. Peristiwa ini menstimulasi pengkonversian molekul minyak menjadi molekul ALB meningkat dengan cepat. Dalam waktu hanya 20 menit kandungan ALB meningkat dari 0,1% menjadi 6% dan 20 menit kemudian menjadi sekitar 8%; artinya, dalam waktu 40 menit kandungan ALB melonjak menjadi 80 kali lipat. Setelah itu kandungan ALB meningkat terus, tetapi dengan laju yang rendah ( Mangoensoekarjo, 2003).

Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan atau paling lama di loading ramp 20 jam. Proses enzim hidrolisis disebabkan oleh enzim lipase yang ada di dalam buah, apabila dinding sel pecah atau rusak diakibatkan karena proses pembusukan karena pelukaan mekanik, tergores, memar, kesalahan dalam transportasi, perlakuan di pabrik, dan tanah, akan menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan. Karena tanah merupakan media pertumbuhan mikroba, maka adanya kotoran/tanah pada TBS akan meningkatkan pembentukan ALB.

(32)

TBS, (10) Kebersihan instalasi parik seperti conveyor, elevator, digester, pressan sangat mempengaruhi kenaikan ALB (Aji, 2010).

2.6. Standar Mutu

[image:32.595.108.525.578.767.2]

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01%. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin, bilangan peroksida dibawah 2 bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat), tidak berwarna hijau, jernih,, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1996).

Tabel 2.6. Standard Kualitas Minyak Sawit

Karakteristik Batas-batas

Kadar asam lemak bebas (ALB)

Kadar air

Kadar kotoran

Deteoration of bleach ability index (DOBI)

<3,5% dan <4,0%

<0,1%

<0,01%

(33)

Bilangan peroksida

Bilangan anisidine

Total oksigen

Kadar Fe

Kadar Cu

Bleachability

<5 mek

<10 mek

<20 mek

<3 ppm

<0,3 ppm

<20 Y

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat-Alat

1. Timbangan duduk kapasitas 50 kg 2. Kampak potong

3. Keranjang buah 4. Pisau buah 5. Cawan penguap

6. Neraca analitis Meter Toledo AB 204-5

7. Oven Memmert ULM 400

8. Lumpang porselen 9. Tang penjepit

10.Alat ekstraksi soklet Besttech 11.Desikator

12.Selubung ekstraksi 13.Kapas

14.Labu alas 500 ml Schott Duran

(35)

3.2. Bahan

1. TBS (Tandan Buah Segar ) 2. n – heksana

3. Alkohol 98 %

4. Indikator Phenolphatalein 5. KOH 0,0931 N

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Preparasi Sampel

1. Ditimbang TBS pada keadaan mentah (fraksi–0) dengan timbangan duduk kapasitas 50 kg

2. Dipisahkan semua tangkai yang berisi brondolan dari bonggol tandan ( stalk ) dengan kampak potong

3. Dilepaskan semua brondolan dari tangkainya dengan pisau buaah

4. Dibagi brondolan menjadi 3 bagian, yaitu brondolan luar, tengah, dan dalam kedalam keranjang buah untuk ditimbang beratnya dan dihitung jumlah brondolan dari masing-masing bagian.

5. Diambil contoh brondolan luar, tengah, dan dalam untuk mewakili jumlah brondolan dalam TBS, untuk dianalisa.

(36)

9. Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS pada keadaan kurang matang (fraksi - 1), matang (fraksi - 2 dan 3), dan lewat matang (fraksi - 4 dan 5)

3.3.2. Penentuan Kadar Minyak

1. Dimasukkan cawan penguap yang berisi contoh daging brondolan ke dalam oven pada suhu 105-110 0 C selama 3 – 5 jam atau sampai kandungan air dalam daging brondolan habis menguap

2. Didinginkan didalam desikator selama 20 menit 3. Ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya

4. Ditumbuk daging brondolan dalam lumpang porselin sampai halus

5. Dimasukkan tumbukan daging brondolan kering kedalam selubung ekstraksi kemudian ditutup dengan kapas bebas lemak / minyak

6. Ditimbang labu alas dengan neraca analitis, kemudian diisi dengan pelarut n-heksana sebanyak 200 ml

7. Dimasukkan selubung ekstraksi kedalam soklet, lalu dirangkai alat soklet pada heating mantel

8. Diekstraksi selama 5-6 jam atau sampai warna n-heksana pada soklet berubah menjadi bening

9. Disuling n-heksana dalam labu alas hingga habis

10.Labu alas dimaukkan kedalam oven untuk menghilangkan sisa-sisa n-heksana 11.Didinginkan labu alas yang berisi minyak dan bebas pelarut kedalam desikator 12.Ditimbang beratnya dengan neraca analitis, sehingga didapatkan minyak dari

(37)

13.Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS pada keadaan kurang matang (fraksi 1), matang (fraksi 2 dan 3), dan lewat matang (fraksi 4 dan 5)

3.3.3. Penentuan Kadar ALB

1. Diambil minyak daging brondolan yang ditimbang tersebut, kemudian ditambahkan n-heksana sebanyak 25 ml

2. Ditambahkan alkohol sebanyak 50 ml 3. Ditambahkan 3 tetes indikator PP

4. Dititrasi dengan KOH 0,0931 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata

5. Dicatat volume yang terpakai

(38)

3.4. Bagan Prosedur Penelitian

3.4.1. Preparasi Sampel

Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS (Tandan Buah Segar) pada keadaan kurang matang (F – 1), matang (F – 2 dan 3), dan lewat matang (F – 4 dan 5).

Berat TBS mentah (F-0)

Tangkai dan bongkol tandan Brondolan sawit

Brondolan luar Brondolan tengah Brondolan dalam

Contoh brondolan luar Contoh brondolan tengah Contoh brondolan dalam ditimbang diiris Daging buah biji ditimbang diiris Daging buah Daging buah biji ditimbang diiris biji Contoh daging buah bagian luar

ditimbang ditimbang ditimbang

Contoh daging buah bagian tengah

(39)

3.4.2. Penentuan Kadar Minyak

Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS (Tandan Buah Segar) pada keadaan kurang matang (F – 1), matang (F – 2 dan 3), dan lewat matang (F – 4 dan 5).

Contoh daging buah (masing-masing brondolan bagian luar, tengah, dan dalam)

dioven pada suhu 1050C - 1100C

Contoh irisan daging buah kering Uap air

didinginkan dalam desikator

ditimbang

ditumbuk

Contoh daging buah kering dan halus

dimasukkan ke dalam selubung ekstraksi

ditimbang labu alas

dimasukkan 200 ml n-heksana ke dalam labu alas

dirangkai alat soklet

diekstraksi selama 5-6 jam

Minyak brondolan buah sawit Pelarut n-heksana

dioven

Didinginkan dalam desikator

(40)

3.4.3. Penentuan Kadar ALB

Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS (Tandan Buah Segar) pada keadaan kurang matang (F – 1), matang (F – 2 dan 3), dan lewat matang (F – 4 dan 5).

Minyak brondolan buah sawit mentah (F-0) (masing-masing brondolan luar, tengah,dan dalam)

Ditambahkan n-heksana sebanyak 25 ml

Ditambahkan alkohol sebanyak 50 ml

Ditambahkan 3 tetes indikator PP

Dititrasi dengan KOH 0,0931 N

(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

[image:41.595.109.532.468.752.2]

Setelah dipisahkan daging brondolan dari biji sawit, maka dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana pada alat soklet. Minyak yang diperoleh ditentukan beratnya secara gravimetri. Kemudian minyak yang diperoleh ditentukan kadar ALB dengan metode titrasi menggunakan KOH 0,0931 N. Adapun hasilnya seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Persentase Kadar Minyak dan ALB Buah Sawit

Tanggal Tahun

Tanam

Keterangan

Tingkat Kematangan TBS (Fraksi)

Total Rendemen

(%) Mentah Kurang

Matang

Matang Lewat Matang

Fraksi 0 Fraksi 1 Fraksi 2 & 3 Fraksi 4 & 5

0% 20% 68% 12%

01/02/2011 1999

Kadar Minyak (%)

20,40 24,00 27,73 29,74

Kadar ALB (%)

2,63 3,02 3,37 3,74

Rendenen CPO

(42)

04/02/2011 2004

Kadar Minyak (%)

19,88 23,10 24,96 27,80

Kadar ALB (%)

2,75 2,90 3,26 3,65

Rendemen CPO

- 4,62 16,97 3,34 24,93

4.2. Perhitungan

Penentuan Kadar Minyak dan ALB Buah Sawit pada Keadaan Mentah (F - 0) Kebun : Kebun Dusun Hulu (KDSHU)

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Berat brondolan lepas : jumlah biji lepas x berat 1 biji brondolan lepas = 17 biji x 7,44 g = 127 g

Berat TBS : berat 1 tandan TBS + berat brondolan lepas = 20.000 g + 127 g = 20.127 g

[image:42.595.107.532.83.244.2]

4.2.1. Brondolan

Tabel 4.2. Persentase Brondolan

(43)

Luar 5427 729 26,96 %

Tengah 4900 852 24,53 %

Dalam 3500 741 17,39 %

Rumus : % Brondolan = x 100%

[image:43.595.107.532.84.200.2]

4.2.2. Daging Buah Brondolan

Tabel 4.3. Persentase Daging Buah Brondolan

Lapisan Berat sampel (g) Berat daging brondolan (g) % daging buah brondolan

Luar 26,9441 19,7113 73,16 %

Tengah 20,3397 14,0073 68,87 %

Dalam 15,8591 10,5062 66,25 %

Rumus : % daging buah brondolan = x 100%

(44)
[image:44.595.107.531.122.303.2]

Tabel 4.4. Persentase Kandungan Minyak Brondolan

Lapisan Berat daging buah (g)

Berat minyak setelah diekstraksi (g)

% Kandungan minyak

Luar 19,7113 9,9936 50,70 %

Tengah 14,0073 5,2639 37,58 %

Dalam 10,5062 3,7392 35,59 %

Rumus : % Kandungan minyak = x 100%

4.2.4. Kadar Minyak Buah Sawit

Tabel 4.5. Persentase Kadar Minyak Buah Sawit

Lapisan % Kandungan minyak

% Daging buah

% Brondolan % Kadar minyak

Luar 50,70 % 73,16 % 26,96 % 10,00 %

Tengah 37,58 % 68,87 % 24,35 % 6,30 %

Dalam 35,59 % 66,25 % 17,39 % 4,10 %

Jumlah kadar minyak buah sawit pada keadaan mentah (F – 0) 20,40 %

[image:44.595.107.534.536.759.2]
(45)

Rumus : Kadar minyak = %kandungan minyak x %daging buah x %brondolan

[image:45.595.107.532.225.481.2]

4.2.5. Kadar ALB Buah Sawit

Tabel 4.6. Persentase Kadar ALB Buah Sawit

Lapisan Berat sampel (g)

Berat minyak setelah diekstraksi (g)

Vol. KOH (ml)

Normalitas KOH (N)

Kadar ALB (%)

Luar 19,7113 9,9936 11,28 0,0931 2,69

Tengah 14,0073 5,2639 5,85 0,0931 2,65

Dalam 10,5062 3,7392 4,02 0,0931 2,56

Jumlah kadar ALB buah sawit pada keadaan mentah (F – 0) 2,63

Rumus : Kadar ALB = x 100 %

Dilakukan perhitungan yang sama seperti pada keadaan mentah ( F – 0 ) untuk buah sawit pada keadaan kurang matang ( F – 1 ), matang ( F – 2 dan 3 ), dan lewat matang ( F – 4 dan 5 ). Hasilnya diperoleh seperti pada table 4.1.

(46)

Dari hasil analisis penentuan kadar minyak pada brondolan buah sawit diperoleh bahwa kadar minyak paling banyak diperoleh dari buah sawit lapisan luar kemudian disusul dengan lapisan tengah dan lapisan dalam yaitu berturut-turut 10,00%; 6,30%; dan 4,10% (tabel 4.5). Hal ini disebabkan karena buah-buah dalam 1 tandan tidak matang secara bersamaan. Pematangan buah dimulai dari buah-buah yang terletak di ujung tandan, kemudian menyebar ke bagian tengah dan akhirnya ke bagian pangkal. Ini sama dengan yang dikemukakan oleh mangoensoekarjo,2003.

Selanjutnya kadar minyak untuk masing-masing fraksi berdasarkan tingkat kematangan adalah sebagai berikut. pada keadaan mentah ( F – 0 ) 20,40%, kurang matang ( F – 1 ) 24,00%, matang ( F – 2 dan 3 ) 27,73%, dan lewat matang ( F – 4 dan 5 ) 29,74% (tabel 4.1). Ini menunjukkan bahwa semakin matang buah sawit, maka kadar minyak yang diperoleh semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena seluruh lapisan buah telah matang. Meskipun kandungan minyak sawit akan menurun pada tahap lewat matang namun pada tahap ini buah bagian tengah pada kondisi tepat matang dimana kandungan minyaknya telah maksimal. Demikian juga dengan buah-buah yang terletak di bagian pangkal juga telah matang.

(47)

maksimal. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh pernyataan Risz, 1994.

Hasil analisis penentuan kadar ALB menunjukkan bahwa kadar ALB semakin kecil dari lapisan luar, tengah, dan dalam yakni berturut-turut sebesar 2,69%, 2,65%, dan 2,56% (tabel 4.6.). Hal ini disebabkan karena adanya dinding sel pecah atau rusak diakibatkan karena proses pembusukan karena pelukaan mekanik, tergores, memar, kesalahan dalam transportasi, perlakuan di pabrik, dan tanah sehingga buah sawit bagian luar adalah yang pertama mengalami kerusakan. Kerusakan buah sawit ini akan menyebabkan kerusakan pada sitoplasma tempat enzim berada, sehingga enzim ini kemudian kontak dengan minyak, akibatnya dapat meningkatkan ALB. Hal ini sama dengan yang terdapat pada warta pusat penelitian kelapa sawit oleh Siahaan dkk,2008. ALB ini terbentuk oleh karena adanya hidrolisis oleh enzim terhadap trigliserida. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut

CH2 – COOR1 CH2 – OH O CH – COOR2 panas,air CH – OH + R– C – OH CH2 – COOR3 keasaman, enzim CH2 – OH

Trigliserida Gliserol ALB

ALB yang terbentuk dapat ditentukan dengan metode titrimetri alkalimetri, dengan pentitran KOH 0,0931N dengan indikator PP, dimana terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Ini terjadi apabila sudah mencapai titik ekivalen. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

(48)

OH OH OK O

C + 2KOH C + 2H2O

C C – OK

Bening Merah rose

Berdasarkan tingkat kematangan buah juga dihasilkan perbedaan kadar ALB, dimana semakin matang buah sawit maka kadar ALB semakin tinggi (tabel 4.1.) Hal ini disebabkan karena buah yang terlalu masak akan mudah sekali memar yang menyebakan kelukaan pada buah sehingga membentuk peningkatan enzym lipase yang membentuk proses peningkatan ALB. Hal ini juga dikemukakan oleh Seno Aji, Giyanto, dan Chairul dalam jurnal penelitian STIPAP, 2010.

(49)

sangat penting untuk diperhatikan yang dapat mempengaruhi kadar minyak dan ALB buah sawit adalah derajat kematangan buah.

Derajat kematangan buah atau yang dikenal dengan standart kematangan buah sangat mempengaruhi mutu minyak yang dihasilkan. Derajat kematangan buah sawit dapat dibagi menjadi 4 yaitu buah dalam keadaan mentah ( F – 0 ), kurang matang ( F – 1 ), matang ( F – 2 dan 3 ), dan lewat matang ( F – 4 dan 5 ). Buah pada keadaan mentah yaitu fraksi 0, tidak boleh dipanen karena akan menghasilkan kerugian berupa rendemen minyak yang rendah meskipun kadar ALB minyaknya juga akan rendah. Pemotongan buah mentah merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pemanen. Sehingga ditetapkan bahwa penerimaan buah pada keadaan mentah ( F – 0 ) di PKS sebesar 0%.

Pada pengolahan di pabrik, yang diinginkan ialah buah dengan fraksi 1,2, dan 3. Hal ini ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal.

(50)

Terbentuknya asam lemak bebas (ALB) mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Asam lemak bebas (ALB) dapat terjadi karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak oleh adanya enzim lipase dan air di dalam minyak tersebut.

(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei pada tanggal 1 dan 4 Februari 2011 diperoleh hasil bahwa tingkat kematangan buah sawit mempengaruhi kadar minyak dan ALB dimana kadar minyak dan ALB yang paling besar diperoleh pada tingkat kematangan fraksi – 4 dan 5 (keadaan lewat matang) yakni kadar minyak sebesar 29,74% dan 27,80% dan untuk kadar ALB sebesar 3,74% dan 3,65%.

5.2. Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Aji, S. 2010. Jurnal Penelitian STIPAP. Volume I. Nomor 2. Medan.

Anonim. 2000. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anonim. 2009. Budidaya Tanaman Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Bandung: Yrama Widya.

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI-Press.

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mestika,2010.Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19504/4/Chapter%20I. pdf. Diakses tanggal 21 Maret 2011.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Purba,F.O.2010

Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius.

Siahaan, D. 2008. Karakteristik CPO Indonesia. volume 16. Nomor 1. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia.

(53)

LAMPIRAN 2

BUAH SAWIT PADA KEADAAN KURANG MATANG ( FRAKSI - 1 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Brondolan lepas : 84 biji x 8,70 g = 731 g

Berat TBS : 25.500g + 731 g = 26.231 g

Berat TKS : 8.500 g

Brondolan : L = 7300 g 839 biji 8031 g 923 biji = 30,62 %

T = 5300 g 888 biji = 20,21%

D = 4400 g 898 biji = 16,77 %

Sampel. L = 31,7888 g Daging. L = 22,0551 g = 69,38 %

T = 22,2388 g T = 17,7443 g = 79,79 %

D = 16,9317 g D = 12,7377 g = 75,23 %

L : 62,5126 62,5126 130,0272 M = 52,72%

40,4575 54,3213 118,3998 Vol = 15,27 ml

22,0551 8,1913 11,6274 = 3,13%

T : 58,1618 58,1618 120,0076 M = 51,47%

40,4175 49,0288 110,8746 Vol = 11,57 ml

17,7443 9,1330 9,1330 = 3,02%

D : 54,5041 54,5041 121,6880 M = 35,67%

41,7664 49,9007 117,1445 Vol = 5,95 ml

12,7377 4,6034 4,5435 = 2,91%

L = 52,72% x 69,38% x 30,62% = 11,20%

T = 51,47% x 79,79% x 20,21% = 8,30%

D = 35,67% x 75,23% x 16,77% = 4,10%

(54)

LAMPIRAN 3

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 2 dan 3 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Brondolan lepas : 240 biji x 9,21 g = 2210 g

Berat TBS : 19.700g + 2210 g = 21.910 g

Berat TKS : 9.000 g

Brondolan : L = 3600 g 391 biji 5810 g 631 biji = 26,52 %

T = 3800 g 575 biji = 17,34%

D = 3300 g 680 biji = 15,06 %

Sampel. L = 33,2530 g Daging. L = 24,4343 g = 73,48 %

T = 21,0759 g T = 15,7353 g = 74,66 %

D = 16,0170 g D = 12,0640 g = 75,32 %

L : 65,2588 65,2588 122,8872 M = 66,71%

40,8245 57,1515 106,5871 Vol = 23,39 ml

24,4343 8,1073 16,3001 ALB = 3,42%

T : 56,2439 56,2439 116,3108 M = 61,79%

40,5086 50,8766 106,5880 Vol = 13,79 ml

15,7553 5,3673 9,7228 ALB = 3,38%

D : 52,1279 52,1279 113,6364 M = 59,30%

40,0639 47,8705 106,4824 Vol = 9,94 ml

12,0640 4,2574 7,1540 ALB = 3,31%

L = 66,71% x 73,48% x 26,52% = 13,00%

T = 61,79% x 74,66% x 17,34% = 8,00%

D = 59,30% x 75,32% x 15,06% = 6,73%

(55)

LAMPIRAN 4

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 4 dan 5 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Brondolan lepas : 361 biji x 6,64 g = 2.397 g

Berat TBS : 15.600 g + 2.397 g = 17.937 g

Berat TKS : 6.900 g

Brondolan : L = 1900 g 286 biji 4297 g 647 biji = 23,87 %

T = 4100 g 693 biji = 22,78 %

D = 2700 g 537 biji = 15,00 %

Sampel. L = 27,3702 g Daging. L = 20,8369 g = 76,13 %

T = 21,4413 g T = 16,5570 g = 77,22 %

D = 16,0760 g D = 12,5393 g = 78,00 %

L : 61,5940 61,5940 121,1521 M = 68,24 %

40,7571 55,1012 106,9330 Vol = 22,67 ml

20,8369 6,4928 14,2191 ALB = 3,80 %

T : 57,1566 57,1566 117,1068 M = 60,26 %

40,5996 51,9345 107,1296 Vol = 15,82 ml

16,5570 5,2221 9,9772 ALB = 3,78 %

D : 52,2067 52,2067 124,3596 M = 57,61 %

39,6674 48,1527 117,1357 Vol = 11,06 ml

12,5393 4,0540 7,2239 ALB = 3,65 %

L = 68,24% x 23,87% x 76,13% = 12,40 %

T = 60,26% x 22,78% x 77,22% = 10,60 %

D = 57,61% x 78,00% x 15,00% = 6,74 %

(56)

LAMPIRAN 5

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MENTAH ( FRAKSI - 0 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 9 biji x 23,04 g = 207 g

Berat TBS : 14.400g + 207 g = 14.607 g

Berat TKS : 4.300 g

Brondolan : L = 5000 g 217 biji 5207 g 236 biji = 35,65 %

T = 2900 g 217 biji = 19,85 %

D = 2200 g 269 biji = 15,06 %

Sampel. L = 52,9598 g Daging. L = 41,5840 g = 78,52 %

T = 39,4957 g T = 30,2655 g = 76,63 %

D = 29,2300 g D = 21,7120 g = 74,28 %

L : 81,3410 81,3410 123,4724 M = 39,30 %

40,7570 63,9526 107,1299 Vol = 19,27 ml

41,5840 18,3884 16,3425 = 2,81 %

T : 70,8667 70,8667 127,6782 M = 34,84 %

40,6012 57,8162 117,1337 Vol = 12,12 ml

30,2655 13,0505 10,5445 = 2,74 %

D : 61,3790 61,3790 114,3604 M = 32,00 %

39,6670 51,8257 107,4126 Vol = 7,87 ml

21,7120 9,5533 6,9478 = 2,70 %

L = 39,30% x 35,65% x 78,52% = 11,00%

T = 34,84% x 19,85% x 76,63% = 5,30%

D = 32,00% x 74,28% x 15,06% = 3,58%

(57)

LAMPIRAN 5

BUAH SAWIT PADA KEADAAN KURANG MATANG ( FRAKSI - 1 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 78 biji x 13,59 g = 1060 g

Berat TBS : 15.800g + 1060 g = 16.860 g

Berat TKS : 4.100 g

Brondolan : L = 5000 g 368 biji 6060 g 446 biji = 35,94 %

T = 4700 g 362 biji = 27,88 %

D = 2000 g 248 biji = 11,90 %

Sampel. L = 44,3435 g Daging. L = 34,1578 g = 77,03 %

T = 34,4858 g T = 25,8574 g = 74,98 %

D = 25,0543 g D = 18,3222 g = 73,13 %

L : 74,9824 74,9824 121,8869 M = 44,79 %

40,8246 61,2339 106,5876 Vol = 19,26 ml

34,1578 13,7485 15,2993 ALB = 3,00 %

T : 66,3667 66,3667 116,0053 M = 36,83 %

40,5093 55,7548 106,4820 Vol = 11,63 ml

25,8574 10,6119 9,5233 ALB = 2,91 %

D : 58,3860 58,3860 113,2488 M = 34,47 %

40,0638 50,6907 106,9331 Vol = 7,42 ml

18,3222 7,6953 6,3157 = 2,80 %

L = 44,79% x 77,03% x 35,94% = 12,40 %

T = 36,83% x 74,98% x 27,88% = 7,70 %

D = 34,47% x 73,13% x 11,90% = 3,00 %

(58)

LAMPIRAN 7

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 2 dan 3 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 198 biji x 10,99 g = 2176 g

Berat TBS : 9.000 g + 2176 g = 11.176 g

Berat TKS : 5.300 g

Brondolan : L = 2000 g 182 biji 4176 g 380 biji = 37,36 %

T = 2400 g 270 biji = 21,47 %

D = 1300 g 177 biji = 11,63 %

Sampel. L = 38,6843 g Daging. L = 30,4175 g = 78,63 %

T = 26,1534 g T = 19,9498 g = 76,28 %

D = 21,1838 g D = 15,7141 g = 74,18 %

L : 70,8747 70,8747 132,8964 M = 47,66 %

40,4572 58,7837 118,3994 Vol = 20,32 ml

30,4175 12,0910 14,4970 ALB = 3,34 %

T : 60,3674 60,3674 120,0112 M = 45,80 %

40,4176 52,3855 110,8742 Vol = 12,57 ml

19,9498 7,9819 9,1370 ALB = 3,28 %

D : 57,4822 57,4822 123,4477 M = 40,11 %

41,7681 51,2154 117,1448 Vol = 8,38 ml

15,7141 6,2668 6,3029 ALB = 3,17 %

L = 47,66% x 78,63% x 37,36% = 14,00 %

T = 45,80% x 76,28% x 21,47% = 7,50 %

D = 40,11% x 74,18% x 11,63% = 3,46 %

(59)

LAMPIRAN 8

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 4 dan 5 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 273 biji x 9,47 g = 2.584 g

Berat TBS : 12.400 g + 2.584 g = 14.984 g

Berat TKS : 4.200 g

Brondolan : L = 2300 g 243 biji 4884 g 516 biji = 32,59 %

T = 3200 g 439 biji = 21,36 %

D = 2700 g 426 biji = 18,02 %

Sampel. L = 32,6433 g Daging. L = 26,0722 g = 79,87 %

T = 24,7865 g T = 19,2197 g = 77,54 %

D = 18,4859 g D = 13,9587 g = 75,51 %

L : 64,9164 64,9164 123,9804 M = 52,82 %

38,8442 55,0976 110,2091 Vol = 21,38 ml

26,0722 9,8188 13,7713 ALB = 3,70 %

T : 58,0441 58,0441 116,8720 M = 49,60 %

38,8244 50,7310 107,3390 Vol = 14,72 ml

19,2197 7,3131 9,5330 ALB = 3,68 %

D : 54,7322 54,7322 116,7476 M = 44,46 %

40,7735 49,4070 110,5416 Vol = 9,32 ml

13,9587 5,3252 6,2060 ALB = 3,58 %

L = 52,82% x 79,87% x 32,59% = 13,75 %

T = 49,60% x 77,54% x 21,36% = 8,00 %

D = 44,46% x 75,51% x 18,02% = 6,05 %

(60)
[image:60.595.146.488.216.721.2]

LAMPIRAN 9

(61)

LAMPIRAN 10

Gambar

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging
Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Tabel 2.3. Tingkatan TBS yang dipanen
Tabel 2.4. Sifat Fisik Minyak Sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semakin matang buah tersebut maka semakin tinggi kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit yang dihasilkan, sebaliknya jika pemanenan dilakukan pada buah yang mentah maka selain

dalam CPO maka akan semakin buruk kualitas minyak sawit mentah tersebut,sebaliknya semakin rendah kadar asam lemak bebas pada CPO maka akan semakin bagus kualitasnya.Asam lemak

Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit merupakan salah satu varietas tanaman primadona di Indonesia, harga yang berfluktuasi menyebabkan perusahaan harus

Meningkatkan kepastian pasokan TBS (Tandan Buah Segar) dari para supplier dengan cara memilih supplier tambahan yang cocok dijadikan sebagai supplier kontrak dengan

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran pertama pada komoditi kelapa sawit, pedagang yang terlibat dalam proses pemasaran tandan buah segar (TBS) yang ada

ANALISIS KEANDALAN PEKERJA SORTASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DENGAN METODE HUMAN ERROR ASSESSMENT AND REDUCTION TECHNIQUE (HEART).. RELIABILITY ANALYSIS OF FRESH FRUIT FRUITS

Pada penelitian ini dirancang sistem klasifikasi tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit dengan metode k-means clustering berdasarkan citra digital yang

ANOTASI CITRA MULTISPEKTRAL UNTUK PEMBANGUNAN DATASET MODEL DETEKSI OBJEK PADA KEMATANGAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT REPOSITORY OLEH: IHSAN OKTA HARMAILIL NIM.. 1903110071