• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit di PT. PD Paya Pinang Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit di PT. PD Paya Pinang Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

     

ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR (TBS)

TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT.PD PAYA PINANG

KEBUN PAYA PINANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH :

KURNIA RINANDA F S 100304069

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2   

ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR (TBS)

TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT.PD PAYA PINANG

KEBUN PAYA PINANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH :

KURNIA RINANDA F S 100304069

AGRIBISNIS

Diajukan kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ) (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si) NIP. 196302041997031001 NIP. 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

     

ABSTRAK

KURNIA RINANDA F S (100304069/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT.PD PAYA PINANG KEBUN PAYA PINANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2014 dengan dibimbing oleh Dr. Ir Satia Negara Lubis, M.Ec 

Dan Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si, 

Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit merupakan salah satu varietas tanaman primadona di Indonesia, harga yang berfluktuasi menyebabkan perusahaan harus mengambil langkah-langkah yang positif dalam menjaga kestabilan keuntungan dan kerugian perusahaan. Sehingga diadakan analisa perhitungan harga pokok untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikeluarkan. Tujuan penelitian adalah 1) untuk menganalisis faktor – faktor apa saja yang menentukan harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit pada 3 tahun terakhir (2011-2013) di PTPD kebun paya pinang dan

2) Untuk menganalisis Break event point (BEP) Tandan Buah Segar (TBS) di PTPD kebun paya pinang.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan PTPD Paya Pinang. Metode yang digunakan adalah metode harga pokok dan metode Break event point (BEP).

Hasil penelitian menunjukkan 1) hasil analisa harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun paya pinang bahwa faktor-faktor yang menentukan harga pokok TBS adalah:

Biaya tetap, biaya pemeliharaan serta serta biaya panen dan mengutip. Setelah dianalisa diperoleh harga pokok tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan harga pokok TBS terendah terjadi pada tahun 2013. 2) Berdasarkan hasil analisa Break Event Point (BEP) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun paya pinang adalah sebagai berikut :1) Break Event Point (BEP) TBS nilai rupiah setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2013 dan BEP terendah terjadi pada tahun 2011. 2)Break Event Point (BEP) TBS Unit (Kg) setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2012 dan BEP terendah terjadi pada tahun 2011

(4)

       

       

       

     

RIWAYAT HIDUP

KURNIA RINANDA FILSOFI SIREGAR dilahirkan di Medan pada tanggal 13 November 1992. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Ir. H. Ricky Siregar dan Ibu Hj. Ellya Hanum Parida SE.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Swasta ERIA Medan, masuk pada tahun 1998 dan tamat tahun 2004.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 2 Medan, masuk pada tahun 2004 dan tamat pada tahun 2007.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010.

4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2010

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Reji, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013.

6. Mengadakan penelitian skripsi di Perkebunan Paya Pinang , Kabupaten Serdang Bedagai, pada tahun 2014.

(5)

     

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan dan kesempatan yang telah dianugerahkan-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT.PD PAYA PINANG KEBUN PAYA PINANG KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan beserta Pembantu Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat universitas dan fakultas.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, sebagai ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

(6)

       

       

       

     

4. Bapak Dr. Ir Satia Negara Lubis, M.Ec,, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

5. Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

6. Perusahaan Paya pinang, Bapak Manager, Bapak Askep, Bapak Asisten, seluruh pegawai dan karyawan yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis

7. Seluruh staf pengajar di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis selama Penulis menjadi mahasiswa.

8. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu seluruh proses administrasi.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun telah ikut membantu Penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(7)

     

Machfira Ernisolia Putri SP, Aziz Adriansyah, Refika Meilitha Sari Hrp, Costantin, Lisda Putri dan semua rekan-rekan di Departemen Agribisnis stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

Sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki Penulis. Masukan dan saran akan sangat berarti agar skripsi ini dapat dikembangkan dengan penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2014

Penulis  

(8)

       

       

       

     

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori ... 11

2.3 Kerangka Pemikiran ... 19

2.4 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Metode Penentuan Daerah penelitian ... 22

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.3 Metode Analisis ... 22

(9)

     

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 27

4.1 Sejarah Perusahaan PTPD Kebun Paya Pinang ... 27

4.2 Letak Geografis ... 31

4.3 Manajemen Kebun Paya Pinang ... 33

4.4 Tarif Dan Upah Pekerja ... 37

4.5 Pengelolaan Kebun Paya Pinang ... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1 Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar (TBS) ... 43

5.2 Analisis Break Event Point (BEP) TBS ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1 KESIMPULAN ... 63

6.2 SARAN ... 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN  

(10)

       

       

       

     

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Komoditi yang diusahakan perkebunan paya pinang ... 2

2 Data produksi kebun paya pinang ... 2

3 Jenis biaya ... 13

4 Data personalia kebun paya pinang tahun 2014 ... 34

5 Data komposisi umur tanaman/tahun tahun tanam kebun paya pinang ... 35

6 Data realisasi kinerja kebun paya pinang ... 35

7 Data realisasi produksi per – afdeling ... 36

8 Biaya tetap tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 39

9 Biaya pemeliharaan tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 42

10 Biaya panen dan mengutip tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 46

11 Total biaya produksi tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 48

12 Total produksi tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 49

13 Analisis harga pokok TBS tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 50

14 Fixed cost tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 51

15 Variable cost tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 52

(11)

     

17 Nilai penjualan tahun 2011-2013 di kebun paya pinang ... 53 18 BEP (Rp) TBS kebun paya pinang periode 3 tahun

(2011-2013) ... 54 19 BEP (Kg) TBS kebun paya pinang periode 3 tahun

(12)

       

       

       

     

DAFTAR GAMBAR

(13)

     

ABSTRAK

KURNIA RINANDA F S (100304069/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT.PD PAYA PINANG KEBUN PAYA PINANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2014 dengan dibimbing oleh Dr. Ir Satia Negara Lubis, M.Ec 

Dan Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si, 

Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit merupakan salah satu varietas tanaman primadona di Indonesia, harga yang berfluktuasi menyebabkan perusahaan harus mengambil langkah-langkah yang positif dalam menjaga kestabilan keuntungan dan kerugian perusahaan. Sehingga diadakan analisa perhitungan harga pokok untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikeluarkan. Tujuan penelitian adalah 1) untuk menganalisis faktor – faktor apa saja yang menentukan harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit pada 3 tahun terakhir (2011-2013) di PTPD kebun paya pinang dan

2) Untuk menganalisis Break event point (BEP) Tandan Buah Segar (TBS) di PTPD kebun paya pinang.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan PTPD Paya Pinang. Metode yang digunakan adalah metode harga pokok dan metode Break event point (BEP).

Hasil penelitian menunjukkan 1) hasil analisa harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun paya pinang bahwa faktor-faktor yang menentukan harga pokok TBS adalah:

Biaya tetap, biaya pemeliharaan serta serta biaya panen dan mengutip. Setelah dianalisa diperoleh harga pokok tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan harga pokok TBS terendah terjadi pada tahun 2013. 2) Berdasarkan hasil analisa Break Event Point (BEP) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun paya pinang adalah sebagai berikut :1) Break Event Point (BEP) TBS nilai rupiah setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2013 dan BEP terendah terjadi pada tahun 2011. 2)Break Event Point (BEP) TBS Unit (Kg) setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2012 dan BEP terendah terjadi pada tahun 2011

(14)

       

       

       

     

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada bulan Maret tahun 1962 para pendiri perusahaan (pribumi) yang tergabung dalam PT. Sumber Deli dan PT. Tjipta Makmur (sebagai owner) yang memiliki saham masing-masing sebesar 50% membeli perkebunan Paya Pinang, yang sebelumnya milik asing Harrison & Crossfield dari Inggris, sekarang bernama PT. PP. LONSUM (Perusahaan Perkebunan London Sumatra). Secara operasional kedua badan usaha tersebut membentuk satu wadah bernama Badan Usaha Perkebunan, kemudian wadah ini melebur membentuk tetap satu wadah yang bernama PTPD Paya Pinang sebagai motor pengendali perusahaan hingga saat ini.

Pada saat dibeli tahun 1962 kondisi perusahaan secara fisik cukup memperihatinkan, dimana areal konsensi dengan luas > 2.000 ha. Yang efektif ±30 % dengan tanaman kategori baik, selebihnya kosong dan tanaman tahun 1925, 1939, 1941, 1942 dengan perolehan produksi ±400.000 kg karet kering per tahun.

(15)

menjadi kebun kelapa sawit yang juga merupakan awal dari perusahaan paya pinang mengelola kebun kelapa sawit.

Kebun paya pinang memiliki luas areal sebesar 1.709,86 ha dan memiliki 3 afdeling. Dapat kita lihat seperti tabel berikut :

Tabel 1. Komoditi yang diusahakan perkebunan paya pinang. Komoditi yang Diusahakan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Tanaman Menghasilkan Karet Total Keseluruhan

Afdeling I 407,43 ha 202,75 ha

Afdeling II 318,47 ha 336,00 ha

Afdeling III 445,21 ha

Total 725,90 ha 983,96 ha 1.709,86 ha

Sumber: PTPD Kebun Paya Pinang

Data produksi kebun paya pinang per afdeling tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat kita lihat seperti tabel dibawah ini :

Tabel 2. Data produksi kebun paya pinang.

Afdeling Luas (Ha) 2011 TBS (Kg) 2012 TBS (Kg) 2013 TBS (Kg) Total

I 407,43 10,012,080 10,426,130 9,711,390 30,149,600 II 318,47 9,157,880 9,209,520 8,322,080 26,689,480

Total 19,169,960 19,635,650 18,033,470

(16)

3   

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) bukanlah tanaman asli di indonesia dan baru di tanam secara komersil pada tahun 1911. Istilah kelapa mungkin di maksud sebagai istilah umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah sejak lama. Beberapa tempat (desa di pulau jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit”. Sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang di tanam di Kebun Raya Bogor, dalam bahasa jawa Kawi “sawit” artinya siedhakep, kalung. Nama lain dalam bahasa Jawa adalah kelapa sewu dan dalam bahasa sunda sering di sebut sebagai salak minyak atau kelapa ciung.

Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1960-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada tahun 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit dengan luas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan swasta. Pertumbuhan luas areal yang pesat kembali terjadi pada lima tahun terakhir, yakni periode 1999-2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada 1999-2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata lebih dari 200 ribu hektar setiap tahunnya.

(17)

Harga pokok (cost price) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 kg TBS (tandan buah segar) tanaman kelapa sawit termasuk didalamnya biaya pemeliharaan, biaya panen dan biaya afdeling. Harga pokok juga merupakan salah satu komponen dari laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan operasional perusahaan. Ada 3 macam harga pokok yaitu harga pokok persediaan, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya adalah komponen yang yang saling terkait tergantung kebutuhan masing-masing tingkat manajemen. Manajer bagian pembelian (Purchase Manager) lebih fokus pada harga pokok persediaan, manajer produksi (Production Manager) atau manajer operasional (Operation Manager) lebih fokus pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak tentunya akan lebih cenderung fokus pada harga pokok penjualan.

Besarnya harga pokok (cost price) tergantung realisasi biaya dan total produksi. Biaya yang dikeluarkan lebih kecil, produksi lebih besar sehingga harga pokoknya kecil sebaliknya biaya yang dikeluarkan lebih besar, produksinya lebih kecil maka harga pokoknya besar. Sewaktu – waktu harga pokok menjadi besar disebabkan beberapa faktor seperti pada musim track (buah/hasil berkurang) yaitu pada musim panas, pemupukan dengan jumlah biaya sangat besar dan adanya biaya kesejahteraan.

(18)

5   

Pada sisi lain Break Event Point (BEP) merupakan titik impas pada usaha yang diusahakan ataupun perusahaan yang dikelola yaitu dimana kondisi usaha/perusahaan yang dikelola tidak mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian. BEP juga mampu menunjukkan secara langsung besaran keuntungan yang diperoleh serta perkembangannya yang diakibatkan oleh naik turunnya harga jual atau jumlah produksi yang dijual karena keuntungan merupakan selisih dari hasil penjualan dengan total biaya.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Faktor – faktor apa saja yang menentukan harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit pada 3 tahun terakhir (2011-2013) di PTPD kebun paya pinang ?

2. Bagaimana Break Event Point (BEP) Tandan Buah Segar (TBS) di PTPD kebun paya pinang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis faktor – faktor apa saja yang menentukan harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit pada 3 tahun terakhir (2011-2013) di PTPD kebun paya pinang.

(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan terkait dengan upaya perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS).

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan penelitian yang berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai harga pokok TBS kelapa sawit.

4. Sebagai salah salah satu syarat menyelesaikan studi difakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(20)

       

       

       

     

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

20 tahun yang lalu perkebunan kelapa sawit hanya terdapat pada beberapa provinsi saja yaitu Sumatera Utara, Aceh dan Lampung maka kini sudah menyebar ke beberapa provinsi seperti Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Irian Jaya. Perkembangan perkebunan kelapa sawit menyebabkan daerah yang selama ini terisolir menjadi terbuka dan berpeluang mendorong kegiatan ekonomi sekitarnya.

Sumber daya alam yang mendukung, sarana produksi yang tersedia, kemudahan yang diberikan pemerintah dan harga minyak sawit yang cukup baik telah terbukti mampu meningkatkan pendapatan pekebun dibeberapa daerah. Peningkatan produksi ini juga telah mendorong ekspor untuk menambah devisa. Sehingga menempatkan Indonesia sebagai Negara penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia.

(21)

Berdasarkan pada hal tersebut maka kebun kelapa sawit di Indonesia akan memiliki lebih dari 200 kebun yang tersebar pada 16 provinsi. Tiap perusahaan menerapkan masing-masing system manajemen, namun pada dasarnya akan sama karena kegiatan-kegiatannya hamper serupa. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikembangkan dalam program seperti system PTP, PIR (kebun inti + kebun plasma), PIR transmigrasi, P2WK, Koperasi, PBS dan pemilikan pribadi. Harapan ini ddidasarkan atas meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita serta meningkatnya konsumsi dalam negeri baik untuk pangan dan industry serta suksesnya penelitian penggunaan minyak sawit sebagai pengganti industry barang yang masih memakai minyak bumi maupun sebagai sumber energy. Kita optimis agribisnis kelapa sawit dimasa depan masih cerah (Adlin, 1994).

(22)

9   

Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 25 – 30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm setahun.

Produksi utama kelapa sawit adalah Tandan buah segar. Tandan buah segar dapat diolah menjadi biji sawit, daging buah, dan pakan ternak. Biji sawit diolah kembali menjadi bahan bakar, briket, minyak goreng, salad oil, pakan ternak dan tempurung arang. Daging buah dapat menjadi minyak sawit, sebagai bahan baku margarine, minyak kasar (minyak makan), suldge, sabun dan bahan pakan ternak. Minyak sawit (CPO) dapat juga digunakan sebagai bahan bakar nabati (biofuel) pengganti bahan bakar minyak fosil, sehingga potensi pengunaan CPO akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Hal ini menunjukan kelapa sawit mempunyai nilai investasi yang baik untuk dikembangkan

(23)

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini dilandaskan pada teori harga dan teori Break Event Point

(BEP) yang dijabarkan sebagai berikut: 2.2.1 Teori Harga

Analisis harga merupakan suatu metodologi yang perlu dikuasai untuk menganalisis bagaimana pasar bergerak dan bagaimana intervensi yang dapat dilakukan. Hal ini menyangkut seluruh pelaku di pasar. Secara umum harga dibidang petanian, akan mempengaruhi beberapa agen ekonomi : produsen dan konsumen serta masyarakat secara luas.

Secara teoretis, harga akan mempengaruhi berbagai aspek melalui : a. Harga mempengaruhi pembentukan pendapatan.

b. Harga mempengaruhi kesejahteraan (produsen dan konsumen).

c. Harga mempengaruhi pendapatan ekspor (export earning) karena perdagangan memberlakukan tarif antarnegara termasuk berbagai ketentuan WTO (World Trade Organization).

d. Harga akan menyebabkan fluktuasi pendapatan.

e. Harga akan menyebabkan fluktuasi produk pertanian (Anindita, R. 2008). Perhitungan harga pokok sangat penting dilakukan. Baik oleh pelaksana, Direksi/pemilik maupun pihak lainnya seperti pemerintah. Bagi pengusaha (pelaksana/pemilik) berguna sebagai alat atau bahan untuk :

 Pengukur efisiensi dari proses produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah dan bahan/alat yang disertakan.

(24)

11   

 Bahan evaluasi teknologi yang diterapkan.

 Bahan penilaian dari system manajemen yang dipakai.

 Informasi bagi pemerintah sebelum menerapkan ketentuan baru atau perubahan ketentuan yang telah dikeluarkan agar perusahaan tidak terlalu berat dibebani.

 Upaya meningkatkan daya saing.  Bahan untuk pengambilan keputusan.

 Informasi yang baik untuk memperoleh referensi.

(25)

Dapat diringkas seperti tabel berikut ini : (Adlin, 1994). Tabel 3. Jenis Biaya.

Jenis biaya

Pembangunan/Pemeliharaan Pemupukan

Bangunanan Transportasi Gaji/upah Infrastruktur Administrasi Biaya Sosial Modal Kerja Tenaga Kerja

Pada satu sisi harga pokok adalah nilai uang dari alat-alat produksi yang dikorbankan dan gambaran kuantitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan oleh produsen untuk mendapatkan nilai tambah produk dipasar. Harga pokok merupakan dasar untuk menentukan harga jual.

(26)

13   

Bunga atas modal sendiri yang dimasukkan sebagai biaya juga merupakan biaya yang bukan pengeluaran uang. Demikian juga dengan gaji dari pemilik yang bekerja diperusahaan, dalam hal gaji diperhitungkan sebagai biaya, tetapi tidak ada uang gaji yang dikeluarkan dari perusahaan. Jadi penggunaan modal sendiri dan tenaga sendiri didalam proses produksi perusahaan yang dimilikinya sendiri adalah pengorbanan yang merupakan biaya jika modal sendiri dan tenaga kerja dikerahkan diluar perusahaan, mereka mempunyai nilai dan mereka adalah biaya. Tetapi memang tidak ada uang yang dikeluarkan dari perusahaan, karena pembayarannya dapat ditunda atau tidak dilakukan sama sekali (disimpan terus didalam perusahaan). Juga ada pengeluaran uang yang tidak langsung berhubungan dengan pembelian dan pembayaran untuk alat-alat produksi. Contohnya adalah uang yang dipinjamkan kepada pihak lain, atau uang yang dipakai untuk melunasi utang. Ini adalah pengeluaran-pengeluaran uang yang tidak berkaitan dengan timbulnya biaya (Direktorat perkebunan, 2006).

Biaya tetap umumnya di defenisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan meskipun produksi yang diperoleh tinggi atau rendah. Sehingga besarnya biaya tetap tidak tergantung pada tinggi – rendahnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak. Biaya pajak akan tetap dibayar meskipun hasil produksi jumlahnya besar atau kecil sekalipun. Contoh biaya tetap antara lain : sewa tanah, pajak, alat – alat pertanian, biaya kantor, biaya gaji dan biaya tetap lainnya.

(27)

praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung dan komisi penjualan biaya variable lainnya. Biaya total (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable (Soekartawi, 1996).

Penyusutan atau depresiasi aktiva tetap adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap untuk periode-periode aktiva tersebut digunakan. Suatu barang akan semakin lama kondisinya dan nilainya akan menurun, sehingga kita perlu mengalokasikan harga perolehannya itu selama umur barang itu bisa dipakai. (Dinas perkebunan, 2013).

Pada sisi lain harga pokok merupakan bagian dari laporan laba rugi namun laporan harga pokok juga dilaporkan secara terpisah. Bentuk laporan harga pokok disesuaikan dengan kebutuhan manajemen dan metode akuntansi yang dipilih. Metode pepertual inventory adalah metode yang banyak digunakan pada system akuntansi computer namun masih banyak akuntan yang sangat familiar dengan metode Phisikal Inventori. Metode phisikal inventori semakin ditinggalkan karena system akuntansi computer dengan metode perpetual dapat memberikan informasi setiap saat tanpa harus menunggu perhitungan fisik persediaan bahkan dapat menampilkan hasil perhitungan harga pokok untuk suatu product yang akan diproduksi. Dengan demikian diperoleh laporan harga pokok dalam bentuk rencana dan laporan harga pokok realisasi (Anonimus, 2008).

(28)

15   

inventory dapat menghasilkan informasi secara visual kapan saja. Hal ini dapat dilakukan karena metode perpetual melakukan perhitungan berdasarkan transakasi yang telah di catat ke sistem komputer sedangkan metode Phisik melakukan perhitungan berdasarkan selisih antara persediaan awal ditambah mutasi dan dikurangi dengan sisa. Untuk mendapatkan sisa tentunya melalui perhitungan Phisik. Metode Phisik biasanya hanya menampilkan harga pokok secara keseluruhan pada satu periode tertentu sedangkan metode perpetual menghasilkan laporan harga pokok secara spesifik misalnya untuk satu produk tertentu. Untuk memahami komponen dari harga pokok, perhatikan hubungan komponen-komponen berikut :

• Harga pokok penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya penjualan. • Harga Pokok Produksi = Harga Pokok Persediaan + Biaya Produksi. • Harga Pokok Persediaan = Bagian Persediaan Bahan Baku yang digunakan dalam Proses Produksi.

• Persediaan = Pembelian bahan baku + biaya pembelian.

• Biaya penjualan = Biaya-biaya yang diperlukan untuk menjual. • Biaya Produksi = biaya tenaga kerja + Biaya overhead pabrik .

2.2.2 Teori Break Event Point (BEP)

(29)

Kurva BEP dapat kita lihat sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva BEP

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa break event adalah titik potong antara jumlah biaya (garis jumlah biaya) dengan jumlah penjualan (garis penjualan).

-Daerah rugi

Dimana garis jumlah biaya di atas garis penjualan atau dengan kata lain jumlah biayanya lebih besar dari pada jumlah penjualan.

-Daerah laba

Sebaliknya, dimana garis penjualan di atas atau lebih besar dari pada garis jumlah biaya.

Manfaat BEP :

-Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

(30)

17   

-Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.

-Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Kekurangan Analisis BEP :

-Biaya tetap (fixed cost) harus konstan selama periode tertentu.

-Biaya variabel (variabel cost) dalam hubungannya dengan penjualan haruslah konstan.

-Harga jual perunit tidak berubah dalam periode tertentu. R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk.

2.3Kerangka Pemikiran

Harga pokok TBS ditentukan berdasarkan biaya pemeliharan, biaya panen dan mengutip serta biaya tetap. Didalam biaya pemeliharaan itu ada rincian seperti biaya merumput, berantas lalang, rawat pasar dan jembatan, rawat saluran air, hama dan penyakit, penunasan, pemupukan dan pengawasan pekerjaan. Untuk biaya panen dan mengutip didalamnya terdapat biaya tenaga kerja panen, pengangkutan hasil ke pabrik, penggunaan alat dan bahan serta pengawasan pekerjaan sedangkan untuk biaya umum terdapat biaya gaji kantor afdeling.

(31)

informasi di dalam memperkirakan selisih antara harga pokok dengan harga jual saat ini terhadap harga pokok dan harga jual di tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan permasalahan kedua yang telah dipaparkan, maka diperlukan suatu analisis untuk menggambarkan perkembangan break event point komoditas Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di PTPD Paya Pinang kebun Paya Pinang. Analisis break event point ini dilakukan sebagai dasar informasi di dalam memperkirakan titik impas atau kondisi dimana perusahaan tidak mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

(32)

                                                Ada pengaruh

Biaya Panen :

 Biaya tenaga kerja panen  Biaya pengangkutan hasil ke

pabrik

 Biaya penggunaan alat dan bahan

 Biaya pengawasan pekerjaan Biaya Pemeliharaan :

 Biaya merumput  Biaya berantas lalang  Biaya rawat pasar dan

jembatan

 Biaya rawat saluran air  Biaya hama dan penyakit  Biaya penunasan  Biaya pemupukan  Biaya betengan dan teras  Biaya menyisip

 Biaya pengawasan pekerjaan

Harga pokok TBS

Biaya Tetap :

 Biaya kepersonaliaan  Biaya pemeliharaan aktiva

tetap  Biaya kantor  Biaya keamanan  Biaya kesejahteraan  Biaya CSR

Produksi

Harga Jual

Penerimaan Biaya Produksi

[image:32.842.85.671.61.460.2]
(33)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka pemikiran, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Faktor – faktor yang menentukan harga pokok TBS tanaman kelapa sawit di PTPD kebun paya pinang ialah biaya tetap, biaya pemeliharaan serta biaya panen dan mengutip dibagikan dengan produksi.

Break Event Point (BEP) Tandan Buah Segar (TBS) di PTPD kebun paya pinang diperoleh apabila total penjualan sama dengan total biaya yang dikeluarkan.

(34)

       

       

       

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di PTPD Paya Pinang kebun Paya Pinang Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu perkebunan swasta terbaik di daerah Sumatera Utara dengan produksi TBS tanaman kelapa sawit yang cukup baik. Manajemen yang terstruktur dengan baik sehingga memudahkan untuk mendapatkan data yang akurat.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan/instansi Paya Pinang kebun Paya Pinang tebing tinggi Kabupaten Serdang Bedagai. Data sekunder merupakan penelitian yang menggunakan data yang telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisis dan interpretasi terhadap data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Data primer yang dikumpulkan sifatnya sebagai data pendukung untuk menjelaskan perilaku data sekunder. Data primer dikumpulkan dari sumber yang terkait dengan materi penelitian.

3.3 Metode Analisis

(35)

3.3.1 Metode biaya

Untuk menentukan harga pokok TBS pada identifikasi masalah I dianalisis dengan metode biaya, yaitu dengan menghitung total biaya produksi dan membagikan biaya tersebut dengan total produksi.

Analisis harga pokok dilakukan dengan menghitung :

Harga pokok =

3.3.2 Metode Break Event Point (BEP)

Identifikasi masalah II dianalisis dengan menggunakan metode Break Event Point (BEP) dengan rumus sebagai berikut :

= Keuntungan / Laba / Profit TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya P = Harga Q = Output

TFC = Total Fixed Cost ( Biaya tetap ) AVC = Biaya Variabel Rata-rata

Titik impas terjadi pada saat π = 0 0 = P.Q – TFC – AVC. Q

= P.Q – AVC .Q – TFC = (P-AVC) Q – TFC

(36)

22   

Maka rumusan BEP dalam bentuk penerimaan (rupiah) adalah

Keterangan :

FC = Fixed Cost/Biaya Tetap VC = Variable Cost/Biaya Variabel S = Penerimaan / Nilai Penjualan

Rumusan BEP dalam bentuk unit (Kg) adalah :

Keterangan :

FC = Fixed Cost/ Biaya Tetap P = Harga Jual / unit (Rp/Kg)

AVC = Biaya Variabel Per Unit (Rp/Kg)

3.4 Definisi Dan Batasan Operesional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.4.1 Defenisi

(37)

2. Luas areal adalah luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit yang diusahakan PTPD Paya Pinang kebun Paya Pinang selama satu tahun yang dinyatakan dalam hektar.

3. Produksi adalah hasil yang diperoleh dalam kegiatan eksploitasi kelapa sawit selama satu tahun dinyatakan dalam kilogram yang terdiri dari Tandan Buah Segar (TBS) dan Crude Palm Oil (CPO) ditambah inti.

4. Fungsi produksi adalah menggambarkan hubungan teknis yang merubah input (sumber) menjadi output (hasil).

5. Produktivitas adalah kemampuan tanaman kelapa sawit untuk menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) per satuan luas hektar selama satu tahun yang dinyatakan dalam kilogram per hektar.

6. Harga pokok (cost price) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 kg TBS (tandan buah segar) tanaman kelapa sawit termasuk didalamnya biaya pemeliharaan, biaya panen dan biaya afdeling.

7. Biaya ialah pengeluaran yang perlu dilakukan dalam bentuk satuan uang untuk suatu proses produksi.

8. Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima.

9. Biaya produksi dari mulai tanaman menghasilkan hingga panen, yang meliputi biaya pemeliharaan, biaya panen dan mengutip serta biaya umum. 10. Biaya tetap (FC) adalah biaya-biaya yang tidak tergantung secara langsung

(38)

24   

11. Biaya variable (VC) adalah biaya yang secara langsung tergantung tingkat outputnya.

12. Biaya total (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable. 13. Harga jual adalah nilai atau harga yang berlaku pada satu periode tertentu

terhadap penjualan hasil dari suatu proses produksi.

14. Instruksi kerja adalah pedoman dan aturan dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan dan dipedomani.

3.4.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di PTPD kebun Paya Pinang tebing tinggi Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014.

3. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.  

(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Perusahaan PTPD Kebun Paya Pinang

Kebun paya pinang adalah salah satu unit usaha dari PTPD paya pinang group (PERSERO) yang berkantor di jalan. Samanhudi No. 15 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Bergerak dalam usaha perkebunan kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq), dengan produk Tandan Buah Segar (TBS).

Pada bulan Maret tahun 1962 para pendiri perusahaan (pribumi) yang tergabung dalam PT. Sumber Deli dan PT. Tjipta Makmur (sebagai owner) yang memiliki saham masing-masing sebesar 50% membeli perkebunan Paya Pinang, yang sebelumnya milik asing Harrison & Crossfield dari Inggris, sekarang bernama PT. PP. LONSUM (Perusahaan Perkebunan London Sumatra). Secara operasional kedua badan usaha tersebut membentuk satu wadah bernama Badan Usaha Perkebunan, kemudian wadah ini melebur membentuk tetap satu wadah yang bernama PTPD Paya Pinang sebagai motor pengendali perusahaan hingga saat ini.

Pada saat dibeli tahun 1962 kondisi perusahaan secara fisik cukup memperihatinkan, dimana areal konsensi dengan luas > 2.000 ha. Yang efektif ±30 % dengan tanaman kategori baik, selebihnya kosong dan tanaman tahun 1925, 1939, 1941, 1942 dengan perolehan produksi ±400.000 kg karet kering per tahun.

(40)

26   

dalam arti dapat memanfaatkan lahan yang ada semaksimal mungkin, sehingga dapat menghasilkan produktivitas semaksimal mungkin. Hal ini dibuktikan dengan melakukan peremajaan tanaman setiap tahunnya, walaupun ada mengalami masa sulit pada tahun 1967 dimana resesi dunia yang sangat berdampak negative pada situasi pasar yang sangat tidak kondusif (3 kg karet kering = 1 kg beras), namun perusahaan tetap melakukan peremajaan. Upaya improvisasi dengan melakukan perbaikan kultur teknis tetap dilakukan yang teknologinya diadopsi dari lembaga-lembaga penelitian maupun dengan study

banding pada perusahaan perkebunan lainnya. Peralihan dari klon-klon (jenis) local/tradisional (LCB 1320, Tjir 1, Avros dan GT 1), ke klon-klon unggul (PB, BPM, IRR, dll) telah membawa perubahan yang cukup signifikan (dari produktivitas 1.100 kg karet kering menjadi 1.650 kg karet kering).

Pada tahun 1975 hingga tahun 1981 perusahaan paya pinang melakukan pengembangan dengan melakukan take over perkebunan yang berada disekitar kebun paya pinang, mulai dari kebun mendaris B, kebun paya mabar, dan kebun laut lador yang sebelumnya masing – masing adalah kebun karet yang kurang terkelola dengan baik, milik swasta nasional. Areal – areal tersebut dikonversi menjadi kebun kelapa sawit yang juga merupakan awal dari perusahaan paya pinang mengelola kebun kelapa sawit.

(41)

asing lainnya, hingga tahun 1985 konversi menjadi kelapa sawit dapat terealisasi dengan baik.

Sejak paya pinang berproduksi tanaman kelapa sawit pada tahun 1975 hingga 1986, produksi TBS diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTP, swasta asing (Socfindo, Lonsum) dirasakan sangat sulit ketergantungan kepada pihak luar, akibat produksi TBS dari perusahaan perkebunan yang memiliki PKS juga mengalami kenaikan produksi. Hal ini membawa dampak yang cukup berat bagi perusahaan paya pinang untuk tetap bertahan mengolah di PKS luar, sementara PKS milik swasta belum ada ketika itu, seperti halnya saat ini telah banyak PKS milik swasta. Maka tidak ada pilihan lain bagi peruahaan paya pinang untuk membangun PKS dengan kapasitas 20 ton TBS per jam.

Pada tahun 1987 bertepatan perusahaan paya pinang dengan usia yang ke 25 tahun diresmikan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang dibangun selama 18 bulan dapat dioperasikan dengan baik yang sumber bahan olahnya tahap awal operasi berasal dari kebun sendiri. Namun karena produksi TBS yang berasal dari kebun sendiri tidak tercukupi sesuai dengan kapasitas pabrik, maka kebijakan untuk menerima TBS dari pihak ketiga harus dilakukan.

(42)

28   

areal tanaman kelapa sawit yang ada dikebun tradisional yang meliputi kebun Mendaris’B, kebun Laut Tador, kebun Paya Mabar, kebun paya pinang seluruhnya seluas 3.635,16 ha dan luas karet 1.148,78 ha.

Mulai tahun 1988 hingga 1996 perusahaan melakukan pengembangan areal di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara masing – masing dengan komoditi kelapa sawit dengan luas seluruhnya 2.957 ha. Dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan pabrik yang telah tersedia.

Perkembangan perusahaan hingga mampu membangun PKS sendiri dan memperluas areal perkebunan membuat paya pinang menjadi sebuah group dengan nama Paya Pinang Group dengan tiga anak perusahaan yaitu PT Sumber Sawit Makmur, PT Hasrat Cipta dan PT Paya Pinang. Menggambarkan sejarah PT paya pinang tidak terlepas dari menggambarkan paya pinang group, karena pada dasarnya walaupun terdiri dari tiga anak perusahaan, semuanya berada dalam satu manajemen yaitu Paya Pinang Group. PT paya pinang sendiri bergerak hanya dalam perkebunan kelapa sawit, sedangkan PKS dan beberapa kebun yang dimiliki paya pinang group dibawah PT Sumber Sawit Makmur dan PT Hasrat Cipta.

4.2 Letak Geografis

Lokasi kebun paya pinang berada 50 meter di atas permukaan laut, terletak di desa paya pinang, kecamatan tebing syahbandar, kabupaten serdang bedagai provinsi Sumatera Utara. Jarak dari :

 Kota Medan = 85 KM

 Kota Pematang Siantar = 20 KM

(43)

Topografi keadaan tanah secara umum datar, datar sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC).

[image:43.595.114.484.220.728.2]
(44)

30   

4.3 Manajemen Kebun Paya Pinang

Manajemen kebun paya pinang terdiri dari 7 orang pegawai staff yaitu : 1 orang manajer, 1 orang asisten kepala, 1 orang kepala tata usaha, 1 orang kasir dan 3 orang asisten kebun. Adapun nama – nama pegawai staff kebun paya pinang adalah sebagai berikut :

 Manager : Ir. Mustafa Basri G

 Asisten Kepala : Ir. H. Bambang Eko

 Kepala Tata Usaha : M. Ali Iskandar R. SE

 Kasir : Drs. Opennono

 Asisten Afdeling I : Ir. Syamsul Bahri Pohan

 Asisten Afdeling II : Ir. Hendra Gunawan

 Asisten Afdeling III : Ir. Andri Aguswanto

[image:44.595.107.517.495.726.2]

Data personalia kebun paya pinang kabupaten serdang bedagai dapat kita lihat seperti tabel dibawah berikut ini :

Tabel 4. Data personalia kebun paya pinang tahun 2014

No. Uraian Jumlah

(orang)

1. Pegawai Staff/Karyawan Pimpinan

 Manajer 1

 Asisten Kepala 1

 Kepala Tata Usaha 1

 Kasir 1

(45)

2. Pegawai 65

3. Karyawan 162

4 Buruh Harian Lepas (BHL) 14

Sumber : PTPD Kebun Paya Pinang

[image:45.595.102.523.298.594.2]

Data komposisi umur tanaman kelapa sawit di PTPD kebun paya pinang kabupaten serdang bedagai adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Data komposisi umur tanaman/tahun tanam kebun paya pinang

No. Uraian/Kriteria

Luas

(Ha)

1. Tanaman tahun 2000 123,50

2. Tanaman tahun 2001 148,70

3. Tanaman tahun 2003 169,00

4. Tanaman tahun 2004 97,00

5. Tanaman tahun 2005 187,70

Total 725,90

Sumber : PTPD Kebun Paya Pinang

(46)
[image:46.595.107.519.114.214.2]

32   

Tabel 6. Data realisasi kinerja kebun paya pinang

Uraian 2011 2012 2013

TBS (Kg) 19.169.960 19.635.650 18.033.470

TBS (Ton/Ha) 26,40 27,05 24,84

Sumber : PTPD Kebun Paya Pinang data sekunder diolah

Data realisasi produksi per – afdeling kebun paya pinang tahun 2011 hingga tahun 2013 di kabupaten serdang bedagai adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Data realisasi produksi per – afdeling

Afdeling Luas (Ha) 2011 TBS (Kg) 2012 TBS (kg) 2013 TBS (Kg) 2011 (Ton/Ha) 2012 (Ton/Ha) 2013 (Ton/Ha)

I 407,43 10.012.080 10.426.130 9.711.390 24,57 25,59 23,84 II 318,47 9.157.880 9.209.520 8.322.080 28,76 28,92 26,13

Sumber : PTPD Kebun Paya Pinang data sekunder diolah

4.4 Tarif Dan Upah Pekerja

4.4.1 Pegawai Staff/Karyawan pemimpin

Sistem penggajian untuk pegawai staff/karyawan pemimpin tergantung kepada golongan dan besarnya tanggung jawab yang dibebannya, serta sangat dipengaruhi kinerja dari kebun/unit yang dikelola

4.4.2 Pegawai

[image:46.595.67.560.350.474.2]
(47)

4.4.3 Karyawan

Sistem penggajian untuk karyawan tergantung kepada golongan yang diatur dalam kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan PTPD paya pinang 4.4.4 Buruh Harian Lepas (BHL)

Sistem penggajian untuk buruh harian lepas (BHL) disesuaikan dengan Kesepakatan kerja Antar Waktu (KKWT) yang diatur dalam kesepakatan antara kontraktor dengan perusahaan PTPD paya pinang

4.5 Pengelolaan Kebun Paya Pinang 4.5.1 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilaksanakan oleh pegawai dan karyawan sendiri untuk pengerjaan yang sangat penting dan dilaksanakan oleh buruh harian lepas bagi jenis kerja yang tidak membutuhkan kemampuan khusus. Pestisida serta bahan kimia lainnya dipakai untuk pekerjaan pemeliharaan gulma dan pemberantasan hama penyakit tanaman. Rotasi pemeliharaan secara umum dilaksanakan 6 bulan 1 kali.

4.5.2 Panen

Pelaksanaan panen dilaksanakan oleh karyawan sendiri dengan cara membagi hancak yang telah ditentukan. Sehari sebelum melaksanakan panen dilaksanakan perhitungan angka kerapatan panen yang berguna untuk mengetahui ramalan produksi besok harinya dan juga mengetahui jumlah tenaga kerja, armada serta transportasi yang dibutuhkan.

(48)

34   

Pengangkutan produksi TBS dari lapangan ke pabrik kelapa sawit (PKS) dilaksanakan oleh tenaga kontrak dan dikawal oleh pegawai dan karyawan sendiri (Krani Timbang) dengan membuat surat pengantar barang (PB).

(49)

 

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar (TBS)

Harga pokok TBS (cost price) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 kg TBS dengan cara membagikan total biaya produksi per tahun (Rp) dengan total produksi per tahun (kg), kemudian dipengaruhi oleh penurunan ataupun peningkatan total biaya dan total produksi TBS setiap tahunnya.

Faktor – faktor yang menentukan harga pokok TBS tanaman kelapa sawit di PTPD kebun paya pinang ialah:

1. BIAYA

o Biaya tetap

Biaya yang terdapat didalam biaya tetap ialah:

 biaya kepersonaliaan

 biaya pemeliharaan aktiva tetap

 biaya kantor

 biaya keamanan

 biaya kesejahteraan dan

(50)

36   

[image:50.595.79.514.132.387.2]

Adapun biaya tetap dan uraiannya dalam per tahun adalah sebagai berikut : Tabel. 8 Biaya tetap tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

BIAYA TETAP

TAHUN

2011 2012 2013 Biaya kepersonaliaan 51,891,382 889,450,449 970,450,449

Biaya pemeliharaan aktiva

tetap 377,197,300 408,136,111 492,156,513 Biaya kantor dan alat tulis 196,960,200 16,997,141 23,994,342 Biaya keamanan 90,339,200 287,043,460 295,343,563 Biaya kesejahteraan 145,285,600 507,097,902 543,097,902

Biaya CSR 9,443,000 0 0

JUMLAH BIAYA TETAP 871,116,682 2,108,725,063 2,325,042,769

Sumber : Data sekunder diolah

Pada tahun 2011 diperoleh biaya kepersonaliaan sebesar 51,891,382, pada tahun 2012 sebesar 889,450,449 dan tahun 2013 sebesar 970,450,449. Peningkatan biaya dari tahun 2011-2012-2013 disebabkan adanya perubahan system laporan yang pada 2011 yaitu biaya gaji dan tunjangan asisten, gaji pegawai, gaji pensiunan dan biaya pensiun borong dibebankan ke kantor manajer sedangkan pada tahun 2012-2013 biaya-biaya tersebut mulai dibebankan ke kantor afdeling.

(51)

dan penambahan rumah staff diafdeling 1 dan 2, pembayaran pajak kendaraan dinas yang baru dan perbaikan gudang pupuk.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya kantor dan alat tulis sebesar 196,960,200, pada tahun 2012 sebesar 16,997,141 dan tahun 2013 sebesar 23,994,342. Penurunan biaya dari tahun 2011-2013 disebabkan biaya pembelian alat tulis, pembelian laptop untuk staff dan pegawai, pembelian meja dan kursi baru di tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 hanya biaya alat-alat tulis dan pembayan listrik kantor afdeling .

Pada tahun 2011 diperoleh biaya keamanan sebesar 90,339,200, pada tahun 2012 sebesar 287,043,460 dan tahun 2013 sebesar 295,343,563. Peningkatan biaya yang cukup tinggi dari tahun 2011-2013 adanya kenaikan gaji dan premi karyawan keamanan, serta banyaknya pencurian TBS sehingga dilakukan penambahan jumlah anggota karyawan.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya kesejahteraan sebesar 145,285,600, pada tahun 2012 sebesar 507,097,902 dan tahun 2013 sebesar 543,097,902. Peningkatan biaya dari tahun 2011-2013 disebabkan jika tahun 2011 biaya CSR tidak termasuk ke dalam biaya kesejahteraan, sedangkan pada 2012-2013 sudah termasuk ke dalam biaya kesejahteraan dan adanya pembayaran bonus pensiunan yang belum dibayar, penambahan peralatan-peralatan sekolah serta naiknya gaji dan tunjangan guru.

(52)

38   

Sehingga diperoleh jumlah seluruh biaya tetap :

o pada tahun 2011 sebesar 871,116,682 o pada tahun 2012 sebesar 2,108,725,063 o dan tahun 2013 sebesar 2,325,042,769

Hal utama meningkatnya biaya tetap dari tahun 2011-2012 dikarenakan perubahan system laporan yang pada 2011 yaitu biaya gaji dan tunjangan asisten, gaji pegawai, gaji pensiunan dan biaya pensiun borong dibebankan ke kantor manajer sedangkan pada tahun 2012-2013 biaya-biaya tersebut mulai dibebankan ke kantor afdeling beserta naiknya biaya keamanan dan kesejahteraan.

o Biaya Variable

Biaya variable terbagi 2 yaitu : biaya pemeliharaan dan biaya panen mengutip

o Biaya pemeliharaan

Biaya yang terdapat didalam biaya pemeliharaan ialah :

 biaya merumput,

 biaya berantas lalang,

 biaya kelola pokok,

 biaya rawat pasar dan jembatan,

 biaya saluran air,

 biaya hama dan penyakit,

 biaya menunas,

 biaya memupuk,

 biaya bentengan dan teras serta

(53)
[image:53.595.82.518.159.538.2]

Jumlah biaya pemeliharaan dan uraiannya dalam per tahun adalah sebagai berikut :

Tabel. 9 Biaya pemeliharaan tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

BIAYA PEMELIHARAAN

TAHUN

2011 2012 2013 Biaya merumput 233,412,025 313,220,635 236,499,520 Biaya brantas Lalang 11,220,715 5,796,935 2,802,460 Biaya kelola pokok 0 19,046,010 37,632,076 Biaya rawat pasar dan jembatan 118,369,953 180,164,808 193,235,562 Biaya rawat saluran air 32,600,000 52,620,000 28,497,500 Biaya hama dan penyakit 14,602,946 1,104,600 0 Biaya menunas 117,810,601 110,435,200 98,428,000 Biaya memupuk 2,960,802,444 1,350,922,312 906,005,650 Biaya penyusutan tanaman 0 7,485,500 3,980,000

Biaya Lain-Lain 260,794,170 0 0

Biaya pengawasan pekerjaan 27,829,300 118,411,519 57,093,566 JUMLAH BIAYA

PEMELIHARAAN 3,777,442,154 2,159,207,519 1,564,174,334

Sumber : Data sekunder diolah

(54)

40   

Pada tahun 2011 diperoleh biaya brantas lalang sebesar 11,220,715, pada tahun 2012 sebesar 5,796,935 dan tahun 2,802,460. Menurunnya biaya dari tahun 2011-2012 disebabkan adanya pembersihan lalang di pasar pikul dan gawangan mati dibeberapa blok afdeling 1 pada tahun 2011. Dan pada tahun 2012-2013 biaya menurun dikarenakan perusahaan kekurangan dana sehingga pembersihan brantas lalang ditunda.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya kelola pokok sebesar 0, pada tahun 2012 sebesar 19,046,010 dan pada tahun 2013 sebesar 37,632,076. Biaya kelola pokok sebesar 0 pada 2011 dikarenakan seluruh tanaman masih berfungsi dengan baik sehingga kegiatan kelola pokok tidak dikerjakan. kemudian pada tahun 2012 dan 2013 biaya meningkat karena beberapa tanaman kelapa sawit tidak tumbuh dengan baik sehingga kegiatan kelola pokok harus dikerjakan.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya rawat pasar dan jembatan sebesar 118,369,953, tahun 2012 sebesar 180,164,808 dan tahun 2013 sebesar 193,235,562. Meningkatnya biaya rawat pasar dan jembatan dari tahun 2011-2013 dikarenakan pasar dan jembatan yang mulai rusak sehingga diadakan perbaikan agar jalan masuk ke tempat pemungutan hasil tidak terhambat.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya rawat saluran air sebesar 32,600,000, tahun 2012 sebesar 52,620,000 dan tahun 2013 sebesar 28,497,500. Meningkatnya biaya rawat saluran air dari tahun 2011-2012 disebabkan saluran air dibeberapa blok afdelling 1 dan 2 yang mulai rusak dan harus dilakukan perbaikan.

(55)

tahun 2011 dikarenakan beberapa tanaman terserang hama penyakit sehingga dilakukan perlakuan khusus sementara tahun 2012 dan 2013 tanaman sudah mulai Membaik dan perlakuan khusus pun ditiadakan.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya menunas sebesar 117,810,601, tahun 2012 sebesar 110,435,200 dan tahun 2013 sebesar 98,428,000. Menurunnya biaya menunas dari tahun 2011-2013 dikarenakan perusahaan kekurangan dana sehingga tidak melakukan pekerjaan di beberapa blok afdeling 1 dan 2.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya memupuk sebesar 2,960,802,444, tahun 2012 sebesar 1,350,922,312 dan tahun 2013 sebesar 906,005,650. Menurunnya biaya pemupukan dari tahun 2011-2013 disebabkan perusahaan kekurangan dana dan pembelian pupuk dikurangi dari standart yang ditentukan.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya penyusutan tanaman sebesar Rp 0, tahun 2012 sebesar 7,485,500 dan tahun 2013 sebesar 3,980,000. Biaya penyusutan tanaman sebesar 0 dikarenakan tanaman berfungsi dengan baik sehingga kegiatan penyisipan tanaman tidak dikerjakan. kemudian pada tahun 2012 dan 2013 biaya meningkat karena beberapa tanaman kelapa sawit rusak sehingga kegiatan penyisipan harus dikerjakan.

(56)

42   

Pada tahun 2011 diperoleh biaya pengawasan pekerjaan 27,829,300, tahun 2012 sebesar 118,411,519 dan tahun 2013 sebesar 57,093,566. Meningkatnya biaya dari tahun 2011-2012 disebabkan banyaknya pencurian TBS sehingga perusahaan menambah anggota keamanan beserta uang premi.

Sehingga diperoleh seluruh jumlah biaya pemeliharan :

o pada tahun 2011 sebesar 3,777,442,154 o pada tahun 2012 sebesar 2,159,207,519 o pada tahun 2013 sebesar 1,564,174,334

Menurunnya biaya pemeliharaan dari tahun 2011-2013 disebabkan perusahaan kekurangan dana sehingga melakukan defesiensi di beberapa biaya seperti: biaya pemupukan, biaya brantas lalang dan biaya memunas.

 Biaya panen dan mengutip

Biaya yang terdapat didalam biaya panen dan mengutip ialah :

 biaya panen dan mengutip

 biaya penggunaan alat dan bahan

 biaya pengangkutan hasil ke pabrik dan

 biaya pengawasan pekerjaan.

(57)
[image:57.595.65.536.114.323.2]

Tabel. 10 Biaya panen dan mengutip tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

BIAYA PANEN DAN MENGUTIP

TAHUN

2011 2012 2013 Panen 1,269,949,659 947,446,667 845,435,152 Penggunaan Bahan dan Alat 20,155,388 16,844,986 21,852,231 Pengangkutan Hasil ke Pabrik 1,228,782,556 1,220,076,972 1,099,805,060 Pengawasan Pekerjaan 286,388,739 296,882,084

JUMLAH BIAYA PANEN DAN

MENGUTIP 2,518,887,603 2,470,757,364 2,263,974,527

Sumber : Data sekunder diolah

Pada tahun 2011 diperoleh biaya panen sebesar 1,269,949,659, tahun 2012 sebesar 947,446,667 dan tahun 2013 sebesar 845,435,152. Menurunnya biaya panen dari tahun 2011-2013 disebabkan upah premi dan lembur dipotong sekitar 10%-15% dari sebelumnya karena perusahaan tidak mencukupi dana untuk membayar biaya yang sedemikian besar.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya penggunaan bahan dan alat sebesar 20,155,388 tahun 2012 sebesar 16,844,986 dan tahun 2013 sebesar 21,852,231. Menurunnya biaya bahan dan alat dari tahun 2011-2012 disebabkan masih bisa digunakan bahan dan alat yang dibeli pada tahun 2011. Sehingga tahun 2012 pembelian bahan dan alat jumlah tidak seperti tahun sebelumnya.

(58)

44   

Pada tahun 2011 diperoleh biaya pengawasan pekerjaan sebesar 0 , tahun 2012 sebesar 286,388,739 dan tahun 2013 sebesar 296,882,084. Biaya pengawasan pekerjaan sebesar 0 pada tahun 2011 dikarenakan sudah termasuk kedalam biaya pengangkutan ke pabrik sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 biaya tersebut terpisah.

Sehingga diperoleh seluruh jumlah biaya panen dan mengutip  pada tahun 2011 sebesar 2,518,887,603

 pada tahun 2012 sebesar 2,470,757,364  pada tahun 2013 sebesar 2,263,974,527

Menurunnya biaya panen dan mengutip disebabkan mengefisiensikan beberapa biaya-biaya seperti: biaya panen dan biaya pengangkutan hasil ke pabrik.

[image:58.595.108.300.530.658.2]

Setelah mengetahui seluruh biaya tetap, biaya pemeliharaan serta biaya panen dan mengutip maka dapat di peroleh total biaya produksi tahun 2011-2013 di kebun paya pinang adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Total biaya produksi tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

Tahun Total Biaya Produksi TBS (Rp)

2011 7,167,386,439 2012 6,738,689,946 2013 6,153,191,630

Sumber : Data sekunder diolah

(59)

2. PRODUKSI

Produksi adalah hasil yang diperoleh dalam kegiatan eksploitasi kelapa sawit selama satu tahun dinyatakan dalam kilogram yang terdiri dari Tandan Buah Segar (TBS). Produksi TBS tahun 2011-2013 dikebun paya pinang adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Total produksi tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

TAHUN TOTAL PRODUKSI

TBS (KG)

2011 19,169,960

2012 19,635,650

2013 18,033,470

Sumber : Data sekunder diolah

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) mengalami peningkatan dari tahun 2011 – 2012 sebesar 465,690 Kg (465 ton) disebabkan pemberian pupuk yang tepat waktu. Dan pada tahun 2012 – 2013 produksi Tandan Buah Segar (TBS) mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 1,602,180 Kg (1.602 ton) hal ini disebabkan penurunan dosis pupuk yang telah ditetapkan, pemberian pupuk tidak tepat waktu dan pemeliharaan tanaman tidak sesuai yang dianjurkan.

HARGA POKOK TBS

Perhitungan harga pokok dapat di analisis dengan rumus :

(60)

46   

[image:60.595.108.534.141.271.2]

Sehingga hasil analisa dapat di lihat seperti tabel berikut :

Tabel 13. Analisis harga pokok TBS tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

Tahun Total Biaya Produksi TBS (Rp)

Total Produksi TBS (Kg)

Harga Pokok TBS (Rp/Kg)

2011 7,167,386,439 19,169,960 373.9

2012 6,738,689,946 19,635,650 343.2

2013 6,153,191,630 18,033,470 341.2

Sumber : Data sekunder diolah

Setelah melakukan perhitungan harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) kebun paya pinang diperoleh :

 Pada tahun 2011 harga pokok TBS sebesar 373.9/Kg  Pada tahun 2012 harga pokok TBS sebesar 343.2/Kg  Pada tahun 2013 harga pokok TBS sebesar 341.2/Kg

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga pokok menurun mulai tahun 2011-2013, Disimpulkan bahwa harga pokok TBS tertinggi pada tahun 2011, dan terendah pada tahun 2013. Hal ini disebabkan biaya pemeliharaan seperti : biaya pemupukan dan biaya menunas ditekan.

5.2 Analisis Break Event Point (BEP) TBS

5.2.1 Analisis Break Event Point TBS Nilai Rupiah

(61)

1. fixed cost (biaya tetap)

Adapun biaya tetap dalam per tahun kebun paya pinang adalah : Tabel 14. Fixed cost tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

Tahun Fixed Cost (FC) 2011 871,116,682 2012 2,108,725,063 2013 2,325,042,769

Sumber : Data sekunder diolah

Pada tahun 2011 diperoleh biaya tetap sebesar 871,116,682, tahun 2012 sebesar 2,108,725,063 dan tahun 2013 sebesar 2,325,042,769. Hal utama meningkatnya biaya tetap dari tahun 2011-2012 dikarenakan perubahan system laporan yang pada 2011 yaitu biaya gaji dan tunjangan asisten, gaji pegawai, gaji pensiunan dan biaya pensiun borong dibebankan ke kantor manajer sedangkan pada tahun 2012-2013 biaya-biaya tersebut mulai dibebankan ke kantor afdeling beserta naiknya biaya keamanan dan kesejahteraan.

2. variable cost (biaya variabel)

[image:61.595.107.291.573.692.2]

Biaya variable dalam per tahun kebun paya pinang adalah : Tabel 15. Variable cost tahun 2011-2013 di kebun paya pinang

Tahun Variable Cost (Rp) 2011 6,296,269,757 2012 4,629,964,883 2013 3,828,148,861

(62)

48   

Pada tahun 2011 diperoleh biaya variable sebesar 6,296,269,757, tahun 2012 sebesar 4,629,964,883 dan tahun 2013 sebesar 3,828,148,861. Menurunnya biaya variable dari tahun 2011-2013 disebabkan adanya penekanan pada biaya pemupukan, biaya berantas lalang, biaya menunas dan biaya panen sehingga jumlah pengeluaran dana tidak sebesar di tahun sebelumnya

3. harga jual

[image:62.595.110.322.330.433.2]

Harga jual yang di pergunakan kebun paya pinang dalam periode 3 tahun terakhir (2011-2013) adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Harga jual tahun 2011-2013 di kebun paya pinang Tahun Harga Jual (Rp/Kg)

2011 1,612 2012 1,369 2013 1,538

Sumber : Data sekunder diolah

Pada tahun 2011 diperoleh harga jual sebesar 1,612, tahun 2012 sebesar 1,369 dan tahun 2013 sebesar 1,369. Perkembangan harga jual dari tahun 2011-2012 menurun kemudian kembali menaik pada tahun 2013 dipengaruhi beberapa faktor seperti : tingginya permintaan, kurs dolar berfluktuasi, produk substitusi dan pajak.

4. penerimaan (nilai penjualan)

(63)
[image:63.595.110.320.106.210.2]

Tabel 17. Nilai penjualan tahun 2011-2013 di kebun paya pinang Tahun Nilai Penjualan (Rp)

2011 31,951,530,830 2012 27,962,801,904 2013 27,706,923,866

Sumber : Data sekunder diolah

Pada tahun 2011 diperoleh nilai penjualan sebesar 31,951,530,830, tahun 2012 sebesar 27,962,801,904 dan tahun 2013 sebesar 27,706,923,866. Menurunnya nilai penjualan dari tahun 2011-2013 disebabkan rendahnya harga jual pada tahun 2012 dan 2013 dibandingkan tahun 2011.

Perhitungan BEP dapat dihitung dalam bentuk nilai rupiah (Rp) dengan rumus:

Sehingga hasil analisa BEP dapat dilihat seperti tabel berikut :

Tabel 18. BEP (Rp) TBS kebun paya pinang periode 3 tahun (2011-2013)

Tahun Fixed Cost (FC)

Variable Cost

(Rp) Nilai Penjualan (Rp) BEP (Rp) 2011 871,116,682 6,296,269,757 31,951,530,830 1,084,827,748 2012 2,108,725,063 4,629,964,883 27,962,801,904 2,528,447,318 2013 2,325,042,769 3,828,148,861 27,706,923,866 2,697,265,393

[image:63.595.107.538.566.697.2]
(64)

50   

Analisa BEP dalam bentuk rupiah (price) menurut hasil analisa di tabel 18, dapat dilihat bahwa :

 pada tahun 2011 kebun paya pinang harus memenuhi nilai penjualan Tandan Buah Segar (TBS) sebesar Rp 1,084,827,748 untuk mendapatkan

break event point.

 pada tahun 2012 kebun paya pinang harus memenuhi nilai penjualan Tandan Buah Segar (TBS) sebesar Rp 2,528,447,318 untuk mendapatkan

break event point.

 pada tahun 2013 kebun paya pinang harus memenuhi nilai penjualan Tandan Buah Segar (TBS) sebesar Rp 2,697,265,393 untuk mendapatkan

break event point.

Dapat disimpulkan bahwa nilai BEP rupiah (price) kebun paya pinang terus meningkat dari tahun 2011–2013. Nilai BEP rupiah (price) tertinggi terjadi pada tahun 2013 dan nilai BEP terendah pada tahun 2011. Dikarenakan semakin tinggi biaya tetap tetapi semakin rendah biaya variable dan nilai penjualan maka BEP semakin tinggi.

5.2.2 Analisis Break Event Point TBS Unit (Kg)

(65)

1. Fixed cost (biaya tetap)

2. Price (harga jual / unit (Rp/Kg) 3. Average cost (biaya variabel per unit)

Perhitungan BEP dapat dihitung dalam bentuk unit/kg dengan rumus :

[image:65.595.108.528.327.457.2]

Sehingga hasil analisa dapat dilihat seperti tabel berikut:

Tabel 19. BEP Unit (Kg) TBS kebun paya pinang periode 3 tahun (2011-2013)

Tahun Fixed Cost (Rp)

Harga Jual (Rp/Kg)

Variable Cost (VC) per unit (Rp/Kg)

BEP Unit (Kg)

2011 871,116,682 1,612 328 678,440

2012 2,108,725,063 1,369 236 1,861,187

2013 2,325,042,769 1,538 212 1,753,426

Sumber : Data sekunder diolah

Pada tahun 2011 diperoleh biaya tetap sebesar 871,116,682, tahun 2012 sebesar 2,108,725,063 dan tahun 2013 sebesar 2,325,042,769. Hal utama meningkatnya biaya tetap dari tahun 2011-2012 dikarenakan perubahan system laporan yang awalnya pada tahun 2011 biaya gaji asisten dan pegawai dibebankan ke kantor manajer sedangkan pada tahun 2012-2013 biaya gaji asisten dan pegawai mulai dibebankan ke kantor afdeling beserta naiknya biaya keamanan dan kesejahteraan.

(66)

2011-52   

faktor seperti : tingginya permintaan, kurs dolar berfluktuasi, produk substitusi dan pajak.

Pada tahun 2011 diperoleh biaya variable cost per unit sebesar 328/Kg, tahun 2012 sebesar 236/Kg dan tahun 2013 sebesar 212/Kg. Perkembangan biaya variable cost per unit menurun dari tahun 2011-2013 disebabkan biaya variable dan produksi. Semakin menurunnya biaya variable dan produksi naik maka biaya variable per unit semakin rendah. Dan sebaliknya apabila biaya variable naik dan produksi turun maka biaya variable per unit semakin tinggi.

Berdasarkan analisa BEP dalam bentuk unit (kg) pada tabel 19, dapat dilihat bahwa :

 Pada tahun 2011 kebun paya pinang harus memproduksi 678,400 Kg TBS untuk mendapatkan titik impas atau break event point.

 Pada tahun 2012 kebun paya pinang harus memproduksi 1,861,187 Kg TBS untuk mendapatkan titik impas atau break event point.

 Kemudian pada tahun 2013 kebun paya pinang harus memproduksi 1,753,426 Kg TBS untuk mendapatkan titik impas atau break event point.

BEP yang paling tinggi untuk Unit (Kg) TBS terjadi pada tahun 2012 hal ini disebabkan :

 Biaya Tetap (Fixed Cost) pada tahun 2012 yang cukup tinggi sebesar Rp 2,108,725,063 tetapi pada biaya variablenya turun dari tahun 2011-2012 sebesar Rp 1,666,304,874 (1,6 milyar).

(67)

 Kenaikan produksi dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 465,690 Kg tetapi biaya variablenya turun dari tahun 2011-2012 sebesar

(68)

54   

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa harga pokok Tandan Buah Segar (TBS) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun paya pinang bahwa faktor-faktor yang menentukan harga pokok TBS adalah:

 Biaya tetap

 Biaya pemeliharaan serta

 Biaya panen dan mengutip

Setelah dianalisa diperoleh harga pokok tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan harga pokok TBS terendah terjadi pada tahun 2013.

Berdasarkan hasil analisa Break Event Point (BEP) periode 3 tahun terakhir mulai tahun 2011-2013 di PTPD kebun paya pinang adalah sebagai berikut :

Break Event Point (BEP) TBS nilai rupiah setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2013 dan BEP terendah terjadi pada tahun 2011

Break Event Point (BEP) TBS Unit (Kg) setelah dianalisa diperoleh BEP tertinggi pada tahun 2012 dan BEP terendah terjadi pada tahun 2011

6.2 Saran

Kepada Kebun Paya Pinang

(69)

ditekan sehingga produksi yang diperoleh menurun cukup drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013. Meskipun biaya produksi cukup tinggi tetapi produksi yang dihasilkan juga tinggi akan mengakibatkan harga pokok yang standart.

Kepada Peneliti Selanjutnya

(70)

56   

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, R. 2008. Pendekatan Ekonomi Untuk Analsis Harga. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Anonimous, 2008. Harg

Gambar

Tabel 1. Komoditi yang diusahakan perkebunan paya pinang.
Gambar 1. Kurva BEP
Gambar 2. Skema kerangka pemikiran
Gambar 3. Peta kebun paya pinang
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV Pengaruh Tekanan Uap Saat Perebusan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit dan Terhadap Kekuatan Dinding Sterilizer IV.1.. Perebusan Kelapa

Perbedaan Price Spread (Sebaran Harga) dan Share Margin yang Diterima Oleh Masing–Masing Saluran Tataniaga TBS (Tandan Buah Segar) Kelapa Sawit. Analisis Biaya, Price

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah biaya produksi dan harga jual tandan buah segar (TBS) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa

Tandan Buah Segar (TBS) adalah suatu bagian daro produksi kelapa sawit yang merupakan produk awal yang kelak akan diolah menjadi minyak kasar CPO (crude palm

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan elastisitas transmisi harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit di perdesaan kabupaten Asahan khususnya kecamatan Bandar Pasir

Kelapa sawit merupakan tanaman primadona sebagian besar masyarakat Riau, karena terbukti memberikan penghasilan yang lebih baik dari tanaman perkebunan lainnya. Sampai tahun 2003

Analisis Saluran dan Efisiensi Pemasaran Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Petani di Desa Jelutung II Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.. Dibimbing

Penentuan harga pokok produksi tandan buah segar kelapa sawit adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan tandan buah segar sawit