KARYA AKHIR
PENGARUH TEKANAN UAP SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS ) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING
STERILIZER DI PKS DOLOK SINUMBAH.
Oleh : BATARA. M NIM. 06 5203 010
PROGRAM DIPLOMA IV
TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH TEKANAN UAP SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS ) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING
STERILIZER DI PKS DOLOK SINUMBAH
Oleh : Batara. M NIM. 06 5203 010
Disetujui Oleh : Pembimbing Karya Akhir
Drs. Hasdari Helmi, MT NIP. 19591130 198701 1 001
Diketahui Oleh : Pelaksana Harian Ketua Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik
Fakultas Teknik USU
Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si NIP. 19611225 198903 1 003
PROGRAM DIPLOMA IV
TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
PT. Perkebunan Nusantara IV Dolok Sinumbah adalah suatu perusahaan atau
pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan kernel (inti
sawit). Bahan baku atau tandan buah sawit (TBS) diperoleh dari perkebunan sendiri
atau perkebunan lain yang menumpang proses di pabrik ini. Hasil dari CPO dan
kernel ini dijual ke pabrik pengolahan minyak makan.
Pabrik kelapa sawit dioperasikan dalam suatau rangkaian yang kontinue,
dimana hasil proses sebelum dilanjutkan keberikutnya tanpa mengubah mutu tetapi
hanya melanjutkannya. Oleh karena itu kelancaran proses pengolahan sangat
tergantung pada kondisi seluruh peralatan yang digunakan, dalam hal ini sterilizer
yang merupakan tahap permulaan proses pengolahan kelapa sawit. Baik buruknya
mutu dan jumlah hasil olahan sangat ditentukan oleh keberhasilan sterilizer dalam
pengolahan buah kelapa sawit, maka diperlukan perhatian pada peralatan ini agar
mampu beroperasi dengan efektif dan efisien.
Dalam proses perebusan TBS, pemilihan tekanan uap puncak sangat
menentukan kualitas minyak sawit dan inti serta kapasitas olah pabrik.Adapun tujuan
pemilihan tekanan uap puncak ini adalah:
1. Dapat menghasilkan mutu minyak sawit dan inti yang baik
2. Menjaga keselamatan peralatan dari bahaya korosi sehingga dapat
memperpanjanng usia pemakaian
3. Dapat memperhitungkan kapasitas olah pabrik sehingga didapat efisien
pengolahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada ayahanda dan
ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi dukungan
moral maupun materil dan selalu menyertai ananda dengan do’a sampai dengan
menyelesaikan Karya Akhir ini.
Dalam proses penyusunan karya akhir,penulis telah mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang diberikan baik materil,
spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karna itu sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program Studi
Teknologi Instrumentasi Pabrik.
3. Bapak Rahmat Fauzi ST, MT. selaku Sekretaris Program Studi Teknologi
Instrumentasi Pabrik.
4. Bapak Drs.Hasdari Helmi MT , selaku Kordinator Program Studi Teknologi
Instrumentasi Pabrik.
5. Bapak Drs.Hasdari Helmi MT selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan Karya Akhir ini.
7. Orang tua dan kakanda tercinta yang telah memberikan dukugan moril dan
materil serta do’a-do’anya.
8. Orang-orang yang sudah memberikan perhatian lebih dan dukungannya
kepada saya dalam pengerjaan tugas akhir ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu khususnya angkatan 2006 dan 2005 yang
telah banyak membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih ada terdapat
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan wawasan dalam ruang lingkup pembelajaran.Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan dari karya akhir ini.
Semoga karya akhir ini ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi peenulis
sendiri.
Medan, 23 januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... xi
BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Tujuan dan manfaat Penulisan ... 2
I.3. Batasan Masalah ... 3
I.4. Rumusan Masalah ... 3
I.5. Metode Penulisan ... 3
I.6. Sistematika Penulisan ... 4
I.7. Kesimpulan dan Saran... 5
BAB II Landasan Teori II.1. Suhu dan Tekanan ... 6
II.1.1. Pengertian Suhu ... 6
II.1.2. Pengertian Tekanan ... 10
II.3. Varietas Kelapa Sawit ... 13
II.3.1. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah ... 13
II.3.2. Pembagian varietas berdasarkan kulit buah ... 15
II.4. Minyak Kelapa Sawit ... 16
II.5. Metode Perebusan dan kebutuhan uap ... 17
II.6. Tujuan Perebusan ... 19
II.6.1. Menghentikan aktifasi enzim ... 19
II.6.2. Melepaskan buah dari spiklet ... 20
II.6.3. Menurunkan kadar air ... 20
II.6.4. Pemecahan emulsi ... 21
II.6.5 Membantu proses pelepasan inti dari cangkang. Melepaskan serat dan biji ... 21
II.6.6. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang ... 22
BAB III STERILIZER III.1. Jenis-jenis Sterilizer ... 23
III.1.1. Sterilizer Vertikal ... 23
III.1.2. Sterilizer Horizontal ... 25
III.3. Alat-alat Pembantu dan Pengaman Sterilizer ... 29
III.3.1 Safety valve ... 29
III.3.2 Check valve ... 31
III.3.3. Manometer ... 32
III.3.4. Termometer Gauge ... 33
III.3.5. Butterfly Valve ... 33
III.3.6. Safety Valve ... 34
III.3.7. Saringan (filter) ... 34
III.3.8.Plat distribusi ... 34
III.3.9. Lori ... 35
III.3.10. Crossing Rail (Rel Penyeberangan) ... 35
III.3.11. Capstand ... 35
III.3.12. Jaringan rel ... 35
III.3.13. Bogie ... 35
III.3.14. Wire rope winch ... 36
III.4. Opeasional dan Perawatan Perebusan ... 36
III.4.1. Packing pintu ... 36
III.4.2. Alat penunjuk tekanan ( manometer) ... 36
III.4.4. Katup pengaman ... 37
III.4.5. Cantilever ... 37
III.4.6. Pompa kondensat ... 37
III.5. Mekanisme Perebusan ... 38
BAB IV Pengaruh Tekanan Uap Saat Perebusan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit dan Terhadap Kekuatan Dinding Sterilizer IV.1. Umum ... 40
IV.2. Perebusan Kelapa Sawit ... 41
IV.3. Pengaruh tekanan uap terhadap buah hasil rebusan ... 42
IV.3.1. Single Peak ... 43
IV.3.2. Double Peak ... 43
IV.3.3. Tripple Peak ... 44
IV.4. Pengaruh tekanan uap terhadap kekuatan dinding sterlizer ... 46
IV.4.1. Korosi pada permukaan dinding bagian dalam sterilizer .... 50
IV.4.2 Korosi pada plat pembagi uap ... 51
BAB V Kesimpulan dan Saran
V.1. Kesimpulan ... 56
V.2. Saran ... 57
Daftar pustaka ... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jenis tanaman sebagai basis program-program pemulihan ( Dura,
Psifera, Tenera) ... 15
Gambar 3.1. Sterilizer Vertikal ... 24
Gambar 3.2. Sterilizer Horizontal ... 26
Gambar 3.3. Safety Valve ... 30
Gambar 3.4. Check Valve ... 32
Gambar 3.5. Manometer ... 33
Gambar 3.6. Buterfly Valve ... 34
Gambar 4.1. Single Peak ... 43
Gambar 4.2. Double Peak ... 44
Gambar 4.3. Triple Peak ... 44
Gambar 4.4. Grafik tegangan tarik sterilizer ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
PT. Perkebunan Nusantara IV Dolok Sinumbah adalah suatu perusahaan atau
pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan kernel (inti
sawit). Bahan baku atau tandan buah sawit (TBS) diperoleh dari perkebunan sendiri
atau perkebunan lain yang menumpang proses di pabrik ini. Hasil dari CPO dan
kernel ini dijual ke pabrik pengolahan minyak makan.
Pabrik kelapa sawit dioperasikan dalam suatau rangkaian yang kontinue,
dimana hasil proses sebelum dilanjutkan keberikutnya tanpa mengubah mutu tetapi
hanya melanjutkannya. Oleh karena itu kelancaran proses pengolahan sangat
tergantung pada kondisi seluruh peralatan yang digunakan, dalam hal ini sterilizer
yang merupakan tahap permulaan proses pengolahan kelapa sawit. Baik buruknya
mutu dan jumlah hasil olahan sangat ditentukan oleh keberhasilan sterilizer dalam
pengolahan buah kelapa sawit, maka diperlukan perhatian pada peralatan ini agar
mampu beroperasi dengan efektif dan efisien.
Dalam proses perebusan TBS, pemilihan tekanan uap puncak sangat
menentukan kualitas minyak sawit dan inti serta kapasitas olah pabrik.Adapun tujuan
pemilihan tekanan uap puncak ini adalah:
1. Dapat menghasilkan mutu minyak sawit dan inti yang baik
2. Menjaga keselamatan peralatan dari bahaya korosi sehingga dapat
memperpanjanng usia pemakaian
3. Dapat memperhitungkan kapasitas olah pabrik sehingga didapat efisien
pengolahan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sejalan dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) di
Indonesia, sector industri merupakan salah satu usaha yang didukung pemerintah.
Sesuai dengan keadaan di Indonesia, perkebunan kelapa sawit didukung tenaga kerja
yang cukup banyak dan berpotensial yang memungkinkan Negara Indonesia menjadi
salah satu penghasil minyak. Kebutuhan akan minyak nabati didalam negeri
sebagian berasal dari minyak kelapa. Sehubungan dengan laju pertumbuhan
produksinya lamban dan tingkaat kebutuhan akan minyak kelapa sawit sebagai salah
satu keperluan rumah tangga yang cukup tinggi, maka untuk mencukupi kebutuhan
didalam negeri harus dipenuhi dengan minyak kelapa sawit dan inti sawit
Pabrik kelapa sawit dioperasikan dalam satuan rangkain yang kontinu,
dimana hasl proses sebelumnya dilanjutkan keberikutnya tanpa dapat mengubah
mutu tetapi hanya melanjutkannya. Kesalahan pada proses awal tidak akan
mendapatkan hasil yang baik pada proses selanjutnya.
Untuk meningkatkan daya guna kemampuan produksi dari suatu pabrik
kelapa sawit, diperlukan serta pengetahuan teknis yang baikdalam mengoperasikan
peralatan-peralatan yang berada di pabrik dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dengan tidak mengabaikan mutu dari pada produksi yang dihasilkan.
Sterilizer (ketel rebusan) adalah suatu bejana uap bertekanan yang digunakan
untuk merebus kelapa sawit. Dalam proses produksi kelapa sawit, sterilizer
menggunakan uap basah sebagai media pemanas yang berasal dari sisa pembuangan
turbin uap yang dimasukkan ke dalam tangki supply atau BPV (Back Peasure
Vessel). Umumnya sterilizer dirancang dengan panjang yang memuat 8-10 lori
dengan tekanan kerja 3 kg/cm2 dan lama waktu perebusa 80-90 menit.Tekanan uap
dan lamanya waktu perebusan sangat menentukan hasil perebusan buah kelapa sawit.
Di PTPN IV Dolok Sinumbah menggunakan 3 buah sterilizer tipe horizontal
dengan muatan satu sterilizer adalah 10 lori, dimana per satu lori bermuatan 2,5 ton
TBS. Suhu perebusan mencapi 130 0C dengan tekanan 2,8 kg/cm2. Untuk satu kali
perebusan TBS (Tandan Buah Segar) mempergunakan sistem 3 puncak dimana
pembuangan uap kondesat dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kejutan tekanan pada buah sawit.
Baik buruknya mutu dan jumlah hasil olahan suatu pabrik kelapa sawit
terutama ditentukan oleh keberhasilan rebusan yang dilakukan oleh sterilizer
tersebut. Oleh sebab itu merebus buah harus sesuai dengan ketentuan yang ada dan
merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan. Selama proses perebusan diharapkan
tekanan uap yang diterima oleh sterilizer harus sesuai sehingga panas dapat
menembus masuk ke dalam daging buah sehingga dapat menghasilkan mutu minyak
dan kondisi sterilizer yang baik.
Atas dasar uraian inilah penulis tertarik untuk membahas permasalahan
pengaruh tekanan uap yang diberikan terhadap sterilizer dimana hasil pembahasan
diwujudkan dalam karya akhir yang diberi judul: “PENGARUH TEKANAN UAP
1.2. Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan dan manfaat penulisan karya akhir adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh tekanan uap pada saat proses perebusan
tandan buah segar (TBS) terhadap unit sterilizer dan juga buah sawit.
b. Untuk mempelajari tentang cara penanggulangan pengaruh tekanan uap
yang dilakuakan pada sterilizer.
c. Untuk mengetahui bagaimana suatau proses perebusan yang baik meliputi
tinjauan sterilizer, proses kerja di sterilizer untuk menghasilkan mutu
minyak dan inti sawit yang baik, spesifikasi, sterilizer dan akibat asam
kondensasi bagi sterilizer
1.3. Rumusan masalah
Dilihat dari proses kerja unit sterilizer dalam melakukan perebusan tandan
buah segar, menyangkut suhu, tekanan uap, waktu perebusan, pembuangan air
kondesat serta permukaan dalam sterilizer itu sendiri yang memerlukan
tindakan-tindakan
1.4. Batasan masalah
Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini mempunyai
1. tekanan puncak uap dari perebusan yang cocok digunakan untuk
mendapatkan mutu yang baik
2. korosi pada dinding bagian dalam akibat dari perebusan
3. perhitungan tidak mendetail
1.5. Metode Penulisan
Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini mempunyai
ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada :
1. Studi literatur : mengambil bahan – bahan dari buku – buku referensi,
jurnal, artikel dan sebagainya.
2. Studi lapangan : mengambil data dan informasi dari PTPN IV Dolok
Sinumbah Kabupaten Simalungun.
1.6. Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metoda
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini memberikan penjelasan mengenai teori-teori dasar
yang dipelukan dalam karya akhir.diantaranya menjelaskan
BAB III : STERILIZER
Mengenai sterilizer dimana pada bab ini penulis menguraikan
tentang sterilizer, prinsip kerja sterilizer, alat-alat pembantu
pengaman pada sterilizer, spesifikasi sterilizer, dan
bagian-bagian dari sterilizer
BAB IV : PENGARUH TEKANAN UAP SAAT PEREBUSAN
TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS ) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING STERILIZER
Pada bagian ini menguraikan tentang kebutuhan uap yang
diperlukan saat perebusan, pengaruh tekanan uap pada saat
perebusan dan terhadap kekuatan dinding sterilizer.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 SUHU DAN TEKANAN
II.1.1 Pengertian Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera
peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid
Macam-macam termometer.
Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564 –
1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan termoskop yang berupa labu
kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung pipa terbuka. Mula-mula
dipanaskan sehingga udara dalam labu mengembang. Ujung pipa yang terbuka
kemudian dicelupkan kedalam cairan berwarna. Ketika udara dalam tabu menyusut,
zat cair masuk kedalam pipa tetapi tidak sampai labu. Beginilah cara kerja
termoskop. Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam pipa juga
berbeda. Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja
termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu.
misalnya raksa dan alkhohol. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair
ketika terjadi peningkatan suhu benda.
Air raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena air raksa mempunyai
keunggulan :
1. Air raksa penghantar panas yang baik
2. Pemuaiannya teratur
3. Titik didihnya tinggi
4. Warnanya mengkilap
5. Tidak membasahi dinding
Sedangkan keunggulan alkhohol adalah :
1. titik bekunya rendah
2. harganya murah
3. pemuaiannya 6 kali lebih besar dari pada raksa sehingga pengukuran mudah
diamati.
1.Termometer Laboratorium
Termometer ini menggunakan cairan raksa atau alkhohol. Jika cairan bertambah
panas maka raksa atau alkhohol akan memuai sehingga skala nya bertambah. Agar
dan agar peka terhadap perubahan suhu maka dinding termometer (reservoir) dibuat
setipis mungkin dan bila memungkinkan dibuat dari bahan yang konduktor.
2. Termometer Klinis
Termometer ini khusus digunakan untuk mendiaknosa penyakit dan bisanya diisi
dengan raksa atau alkhohol. Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas
wadahnya yang berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah
pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan pasien. Skala pada
termometer ini antara 35°C sampai 42°C.
3. Termometer Ruangan
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya
termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang
berbeda. Skala termometer ini antara -50°C sampai 50°C
4. Termometer Digital
Karena perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer digital yang prinsip
kerjanya sama dengan termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer
digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian memuai dan
pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam
5. Termokopel
Merupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal sebagai alat pokoknya.
Ketika terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang koefesiennya lebih
kecil. Pemuaian ini kemudian dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka
tertentu. Angka yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda
Satuan Suhu
Mengacu pada
Pada skal
dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke
Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya).
Skala
membeku adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F.
Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya.
II.1.2 Pengertian Tekanan
Tekanan dan Satuannya
Ketika objek pembicaraan kita seputar benda padat, akan lebih akrab jika
digunakan konsep gaya dan usaha namun ketika kita berhadapan dengan fluida (zat
cair dan gas) dan pompa, akan lebih nyaman dengan konsep tekanan dan head.
Dalam bab pertama ini akan sedikit diulas besaran fisik yang sangat erat
hubungannya dengan pompa dan kompresor yaitu tekanan dan head. Tekanan garis
merahnya adalah gaya yakni mewakili suatu dorongan atau tarikan sedangkan head
benang merahnya adalah usaha yang sebenarnya mewakili konsep energi. Dalam
membicarakan sistem pada umumnya, termasuk pompa dan kompresor, kita akan
selalu berkepentingan dengan energi untuk mengetahui kebutuhan tentang hal itu. Ini
merupakan konsekuensi dari cara kita memahami sistem yang sedang kita kaji,
karena kita tidak dapat dikatakan memahami sistem dengan sesungguhnya (utuh)
tanpa dapat menggambarkan sistem itu secara kuantitatif. Demikianlah, maka di sini
pun kita akan menghitung-hitung besaran yang terlibat, terutama tekanan dan head.
Konsep Tekanan
Tekanan dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya (F) tiap satuan luas bidang yang
dikenainya (A):
P = A F
Tampak bahwa satuan untuk tekanan adalah satuan gaya dibagi satuan luas. Satuan
SI (Satuan Internasional) untuk tekanan adalah Pa (Pascal) turunan dari Newton/m2.
(pound per square inch), bar, atm, ksc (kgf/cm2), ksm (kgf/m2) atau dalam
ketinggian kolom zat cair seperti cm Hg.
Satuan-Satuan Tekanan
Dalam SI satuan tekanan adalah Pascal (Pa) yang merupakan satuan gaya dibagi
satuan luas atau Newton/meter2. Jadi massa 1 kg yang bekerja pada satuan luas 1 m2
bertekanan: Satuan tekanan yang lain yang populer dalam teknik adalah bar. Bar ini
bisa dikatakan sebagai satuan tekanan untuk mendekati tekanan atmosfir berkaitan
dengan Pascal. Satu atmosfir ini sekitar 1,01325.105 atau sekitar 105 Pascal,
sehingga 1 bar = 105 Pa. Satuan lain yang juga banyak digunakan adalah kgf/cm2
atau ks c (kg per square cm). Massa 1 kg yang menghasilkan tekanan 9,8 Pa pada
permukaan 1 m2 tadi adalah sama dengan 1 kgf/m2 (ksm).
P = A F = A g m. = 1 8 , 9 . 1
= 9,8 pa
Perlu diingat bahwa satuan ksm, ksc dan psi menggunakan massa bukan berat. Jadi 1
psi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh (gaya berat dengan) massa 1 lb (pound)
dalam bidang kerja seluas (tegak lurus) 1 inci persegi. Dalam notasi biasanya
digunakanf (force) untuk membedakan darim (mass) untuk konversi massa ke berat
dengan faktor 1. Jadi 1 psi maksudnya adalah 1 lbf/inc2 (pound force per square inch).
Demikian pula 1 ksc atau 1 kgf/cm2 adalah tekanan yang ditimbulkan olehmas s a 1 kg
dalam luas 1 cm2. Satuan berikutnya adalah mmHg atau Torr yang mengacu pada
tekanan atmosfir juga, yaitu 1 atm = 760 mmHg
Satuan-satuan tekanan yang lazim digunakan tadi dapat dilihat hubungannya seperti
Pascal Bar Atm mmH2O mmHg psi
1 10-5 9,8692.10
-6
1,0197.10
-1
7,5006.10-3 1,4504.10-4
105 1 9,8692.10
-1
1,0197.104 7,5006.102 1,4504.10
9,8006.104 9,8006.10
-1
9,6782.10
-1
104 7,3555.102 1,4224.10
1,0133.105 1,0133 1 1,0332.104 7,6.102 1,4697.10
9,8074 9,8074.10
-5
9,6787.10
-5
1 7,3558.102 1,4225.10-3
1,3333.102 1,3333.10
-3
1,3158.10
-3
1,3595.10 1 1,9339.10-2
0,6894.104 0,6894.10
-1
0,6804.10
-1
7,0298.102 5,1079.10 1
Tabel 2.1 Satuan-satuan tekanan
II.2 ASAL USUL KELAPA SAWIT
Bedasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari
Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut
berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa
sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak
menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini
tidak lagi dipermasalahkan orang.
Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asian
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke
Indonesia pada tahun 1948.
II.3 VARIETAS KELAPA SAWIT
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.
Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal
juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain
mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.
II.3.1 Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa
sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 mm – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentasi daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 % – 50 %. Kernel (daging biji) biasanya besar
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian
menyebar ketempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persilangan,
varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentasi daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji
sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis
yang lain . Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga
betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon
induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan
varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan
Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini.
Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar antara 0,5 mm – 4 mm, dan terdapat
lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentasi daging buah terhadap buah tinggi,
antara 60 % – 96 %. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari
pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi wakkapisifera,
diwikka-wakkadura, diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit meyebabkan perbedaan
persentasi atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi
terdapat pada variretas Tenera yaitu sekitar 22 % – 24 %, sedangkan pada varietas
Dura antara 16 % – 18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang
mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan
yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang
menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.dapat dilihat seperti Gambar 2.1.
a. Dura b. Pisifera c. Tenera
Gambar 2.1. Jenis tanaman sebagai basis program-program pemulihan ( Dura,
Pisifera, dan Tenera)
II.3.2 Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah
Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya.
Varietas-varietas tersebut adalah :
1. Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga
2. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah
menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang
dijumpai di lapangan.
3. Albescens
Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi
kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga
jarang.
II.4 MINYAK KELAPA SAWIT
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam
lemaknya, minyak sawit temasuk golongan minyak asam oleat-linoeat. Minyak sawit
berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida, berkonsistensi setengah padat
pada suhu kamar (kosistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya),
dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya
cukup enak. Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar ALB-nya, atau lebih
tepat lagi pada kadar digliseridanya. Pada kadar ALB 7% terdapat titik lebur
terendah karena terbentuk formasi eutestik antara digliserida dan trigliserida.
Universitas Sumatera Utara Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan
karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan
kompisisi trigliserida tersebut.
II.5. METODE PEREBUSAN DAN KEBUTUHAN UAP
Uap adalah bagian cairan yang diuapkan dan terdiri dari gas ideal sejati yang
masih mengandung partikel–partikel cairan di dalamnya. Dengan pemanasan,
partikel-partikel cairan ini akan teruapkan. Uap super panas atau uap panas lanjut
(superhated steam) mempunyai sifat-sifat seperti suatu gas di bawah suhu kritisnya.
Beberapa metode pemanasan dan ekspansi dari uap adalah
1. Volume konstan
2. Tekanan dan suhu konstan
3. pv konstan atau hiperbolik
4. pvn konstan
5. Entropi konstan
6. Ekspansi bebas
Uap dapat dibedakan atas 3 keadaan yaitu:
1. Uap basah
Yaitu uap yang masih mengandung butiran-butiran air yang masih halus dimana
temperatur masih sama.
2. Uap jenuh
Yaitu uap yang mengandung butiran butiran air yang lepas, dimana pada tekanan
yang tertentu suhu tertentu berlaku suhu tertentu yang berlainan.
3. Uap kering
Yaitu uap yang sudah sama sekali tidak mengandung butiran-butiran air, dimana
pada tekanan tertentu dapat diperoleh tekanan yang berlainan.
Untuk kebutuhan uap bagi sterilizer, pada PTPN IV Dolok Sinumbah menggunakan
uap basah sebagai media pemanas guna perebusan tandan buah segar
Uap untuk kebutuhan perebusan harus disesuaikan dengan kemampuan boiler
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai.
Penyaluran uap ke dalam sterilizer pada pabrik kelapa sawit yang lazim dikenal
adalah single peak sistem, double peak sistem, dan triple peak system
Semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula waktu perebusan.
Tekanan yang tinggi dengan sendirinya memberikan temperatur yang tinggi.
Temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan inti sawit. Pada
minyak sawit harus juga diperhatikan tingkat pemucatannya. Oleh karena itu inti
Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu antara 80 – 90
menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang
memuaskan. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan
udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan.
(Pahan, I.,2008).
II.6 TUJUAN PEREBUSAN
Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, pertama-tama buah direbus dalam
ketel rebusan dengan tujuan sebagai berikut :
II.6.1. Menghentikan aktifasi enzim
Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja
dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim
dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara
pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase bertindak
sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkannya
kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).
Enzim oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian
dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehid dan keton. Senyawa yang
terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi asam lemak bebas (ALB) ynag
terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.
Enzim yang terdapat dalam minyak terdiri dari enzim tanaman (plant enzim) dan
Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami kememaran (luka). Untuk
mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam
persentasi yang relatif kecil.
II.6.2. Melepaskan buah dari spiklet
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses
ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari spikletnya.
Buah dapat terlepas dari spikletnya melalui cara hidrolisa hemisellulosa dan pektin
yang terdapat di pangkal buah. Hidrolisis dapat terjadi dengan proses kimia dan
kimia fisika dan reaksi biokimia. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah terjadi
sebagian di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah
yang membrondol. Reaksi hidrolisis hemisellulosa dan pektin dapat terjadi dalam
ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap ke
dalam buah karena adanya tekanan. Hidrolisis pektin dalam tangkai tidak
seluruhnya meyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu dilanjutkan
dengan proses pemipilan pada “threshing machine”.
`II.6.3. Menurunkan kadar air
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan
cara penguapan baik pada saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan.
Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk
rongga-rongga kosong pada perikarp yang mempermudah proses pengempaan.
Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak
sawit antar sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga
Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat serat
mudah lepas antara serat yang satu dengan serat yang lain. Hal ini akan
meningkatkan efisiensi digester dan depericaper. Air yang terkandung dalam inti
akan menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji
akan lebih muda.
II.6.4. Pemecahan emulsi
Minyak dalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika
berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan
pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki polaritas
yang sama dan berdekatan sehingga minyak dan air masing-masing terpisah.
Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap yang
sempurna pada perikarp, terutama pada buah yang paling dalam, akan
mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak. Pemecahan emulsi yang telah dimulai dari
perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan padatan lainya
pada stasiun klarifikasi.
II.6.5. Melepaskan serat dan biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat
dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam
alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan
serat perikarp dan biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila serat tidak
dilepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji
pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada
inti.
II.6.6. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15 %. Kadar air
biji yang turun hingga 15 % akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji
tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses
fermentasi di dalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan
baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering
atau basah dapat mengahasilkan inti yang mengandung kotoran lebih
BAB III
STERILIZER
Sterilizer adalah suatu bejana yang bertekanan yang dipergunakan untuk
melaksanakan proses perebusan tandan buah segar sawit (TBS) yang merupakan
tahapan awal pengolahan buah kelapa sawit setelah melalui loading ramp pada
sebuah pabrik kelapa sawit (PKS). Kontruksi badan dari sterilizer ini dibuat plat
khusus yang anti korosinya lebih tinggi dari plat biasa sehingga tahan terhadap kadar
zat asam. Adapun media pemanas yang dipakai dalam proses perebusan TBS
didalam sterilizer tersebut adalah uap basah yang berasal dari sisa pembuangan
turbin uap.
III.1 JENIS JENIS STERILIZER
Berdasarkan bentuk dan kapasitas perebusannya ada dua jenis sterilizer yang dipakai
dalam pengolahan buah kelapa sawit yaitu sterilizer vertical dan sterilizer horizontal.
III.1.1. Sterilizer vertikal
Sterilizer yang dipasang secar vertical atau tegak. Pada sterilizer vertikal
pemasukan buah dilakukan melalui pintuatas pengeluarannya dilakukan melalui
pintu bawah pada sisi depan. Tandan buah segar yang akan direbus dimasukkan ke
dalam sterilizer dengan menggunakan bunch elevator dan didalamnya buah dialasi
dengan plat berlubang yang dipasang menurun kearah pintu depan, sehingga mudah
untuk mengeluarkan isinya. Kapasitas rata-rata dari sebuah sterilizer veratikal adalah
Bentuk dan keterangan gambar sterilizer vertical dapat dilihat di gambar 3.1
[image:37.595.133.502.175.501.2]berikut ini :
Gambar 3.1 Sterilizer Vertikal
Keterangan gambar:
a. Pintu masuk
b. Pintu uap masuk
c. Preasure gauge
d. Pembalut gelas wol
e. Pintu keluar
f. Keran afbals
Sterilizer Vertikal mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a. Kapasitas rebusan sangat kecil yaitu sekitar 2 ton - 6 ton TBS dalam sekali
perebusan
b. Dalam pematan TBS ke dalam sterilizer digunakan bunch elevator, sehingga
tingkat kemungkinan buah mengalami luka tinggi, yang menyebabkan terjadinya
kenaikan asam lemak bebas yang dapat merusak kualitas CPO.
c. Teknik pengoperasian sterilizer verikal lebih sulait dan membutuhkan tenaga
yang lebih besar, terutama pada saat membuka tutup sterilizer dan mengeluarkan
buah dari dalamnya.
III.1.2. Sterilizer Horizontal
Sterilizer horizontal adalah sterilizer yang berbentuk silindris yang dipasang
mendatar dengan ditumpu pada kedua ujungnya. Sterilizer horizontal ada yang
mempunyai satu buah pintu, tetapi ada juga yang empunyai dua buah pintu.
Pengisian tandan buah segar pada sterilizer ini dilakukan dengan memasukkannya
terlebih dahulu kedalam sebuah lori, lalu ditarik masuk dan keluar dengan
menggunakan electro motor. Lori adalah wadah pengangkut tandan buah segar yang
ditarik oleh sebuah electro motor diatas rel, sekaligus juga sebagai wadah pada saat
perebusan di dalam sterilizer. Lori ini ada yang berkapasitas 2,5 ton TBS. Pada
umumnya sterilizer horizontal dapat dimuati 8-10 lori untuk satu kali perebusan
dengan muatan setiap lorinya 2,5 ton TBS
Untuk lebih jelasnya bentuk dan keterangan gambar sebuah sterilizer horizontal
Ukuran Sterilizer
1. Panjang Sterilizer = 23500 mm
2. Diameter dalam sterilizer = 2000 mm
3. Jari jari pintu, r = 520 mm
Ukuran untuk setiap lori :
1. Panjang = 2500 mm
2. Lebar = 1350 mm
3. Tinggi = 1220 mm
4. Jari jari body r = 250 mm
Sterilizer horizontal mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Kapasitas perebusan lebih besar yaitu sekitar 20-50 ton TBS dalam sekali
perebusan.
b. Pengoperasiannya lebih mudah dan praktis .
c. Dalam pengisian TBS ke dalam sterilizer, buah tidak langsung bersingungan
dengan dinding sterilizer sehingga kemungkinan buah terluka lebih kecil.
d. Pengisian uap dan pembuangan serta pembuangan kondesat lebih mudah
dilakukan.
III.2. Perbedaan Sterilizer vetikal dan horizontal
Perbedaan antara sterilizer vertikal dengan sterilizer horizontal jika ditinjau
1. Sterilizer vertikal mempunyai bentuk lebih sederhana dan lebih rendah biaya
investasinya jika dibandingkan dengan sterilizer horizontal.
2. Kapasitas sterilizer vertical lebih kecil jika dibandingkan dengan sterilizer
horizontal, oleh karena itu sterilizer vertikal umumnya digunakan pabrik-pabrik
dengan kapasitas pengolahan kecil.
3. Kerugian minyak didalam jejnjangan kosong dan di dalam air embun
perebusan lebih tinggi pada sterilizer vertikal, disebabkan karena buah mengalami
kerusakan akibat benturan dengan pintu sterilizer saat buah dimasukkan juga akibat
bantingan yang dialami buah saat dimasukkan ke dalam sterilizer.
4. Waktu yang diperlukan untuk membongkar isi sterilizer vertikl lebih lama
dibandingkan dengan pembongkaran isi sterilizer horizontal. Hal itu karena
pembongkaran isi sterilizer vertikal dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya
sedangkan pembongkaran isi sterilizer horizontal dilakukan dengan bantuan
peralatan mekanik.
Perkembangan alat perebusan yang terakhir adalah sterilizer mendatar. Sterilizer ini
pada umumnya dilengkapi dengan :
1. Pipa uap masuk
Ukuran pipa ini harus cukup besar untuk mempercepat kenaikan tekanan dalam
sterilizer dan umumnya dipakai pipa ukuran 6 inchi. Disamping adanya pelat
pembagi uap didalam sterilizer juga ditambah dengan pipa uap yang terpasang diluar
sebelah atas strerilizer.
2. Pipa pengeluaran uap dan kondesat
Pipa pengeluaran uap dan kondesat terdapat di bagian bawah ketel rebusan yang
pipa pengeluaran utama. Ukuran pipa pengeluaran utama dan kerannya adalah 8
inchi. Ada pula pipa samping yang terpasang dekat pembuangan satu pipa kecil
ukuran 1 inchi lengkap dengan kerannya untuk pembuangan air kondesat. Pipa
pengeluaran utama dilengkapi dengan peredam suara yang dipasang tidak jauh dari
ketel rebusan. Lobang pengeluaran ditutup dengan kotak plat berlobang-lobang
(seperti kotak saringan) sebagai penahan buah dan kotoran lainnya, untuk
sambungan pipa dengan ketel rebusan dipasang flensa.
3. Alat-alat ukur/instrumentasi
Preasure gauge
Preasure gauge adalah suatu alat indicatoryang menunjukkan besarnya tekanan uap
yang bekerja di dalam ruangan sterilizer. Angka-angka yang terdapat di dalam
preasure gauge adalah menunjukkan tekanan kerja dalam satuan kg/Cm2.
Thermometer
Thermometer ini berguna untuk mengetahui temperature uap yang ada du dalam
sterilizer dalam satuan 0C.
III.3. ALAT-ALAT PEMBANTU DAN PENGAMAN STERILIZER
III.3.1 Katup pengaman (Safety valve)
Safety valve adalah suatu katup atau keran yang bekerja secar otomatis (flow
outomatic steam valve), apabila tekanan uap yang bekerja di dalam sterilizer
melampaui batas yang sudah ditentukan.
Karena tekanan spiring pada safety valve tersebut dapat distel maka tekanan
sterilizer. Jadi kalau tekanan kerja di dalam sterilizer 3 Kg/Cm2 maka tekanan
maksimum yang dapat diterima oleh safety valve tersebut juga adalah sebesar 3
Kg/Cm2 untuk menjamin keselamatan kerja, tekanan yang mampu diterima oleh
safety valve tersebut distel 0,1 Kg/Cm2 di bawah tekanan kerja sterilizer.
Dari uraian diatas,dapat disimpulkan bahwa fungsi dari safety valve adalah untuk
menjaga agar tekakan uap di dalam perebusan tidak melebihi tekana kerja yang telah
ditentukan, sehingga tidak merusak TBS dan sterilizer itu sendiri.
Bentuk dan keterangan gambar sebuah safety valve dapat dilihat pada gambar 3.3
[image:43.595.136.501.362.704.2]berikut ini
Keterangan gambar :
a. Penampang j. Sarng pegas
b. Topi k. Piring pegas bawah
c. Batang rangkap l. Baut
d. Pasak m. Tingkat adam
e. Garpu tuas pengangkat n. Pinggan tingkap
f. Baut penekan o. Penuk
g. Tutup sarung pegas p. Dens pemasang
h. Piring pegas atas q. Tuang pengangkat baut
i. Pegas ulir r. Tuang ke pipa pengeluar
III.3.2 Katup pengatur (Check valve)
Katup ini adalah katup yang bekerja satu arah yang dipasang pada saluran pipa
uap/steam induk yang dilakukan dari BVP (Back Preasure Valve) menuju sterilizer.
Katup ini berfungsi untuk mencegah uap yang ada di dalam sterilizer dapat kembali
ke BVP sebagai tekanan lawan, sehingga uap hanya dapat menuju ke perebusan saja.
Gambar 3.4 Check Valve
III.3.3. Manometer
Dimana Manometer digunakan Selama pelaksanaan audit energi, manometer
digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan diantara dua titik disaluran
pembuangan gas atau udara. Perbedaan tekanan kemudian digunakan untuk
menghitung kecepatan aliran di saluran dengan menggunakan persamaan Bernoulli.
Manometer harus sesuai untuk aliran cairan. Kecepatan aliran cairan diberikan oleh
perbedaan tekanan = f LV2/2gD dimana f adalah faktor gesekan dari bahan pipa, L
adalah jarak antara dua titik berlawanan dimana perbedaan tekanan diambil, D
adalah diameter pipa dan g adalah kontanta gravitasi Untuk melihat gerak tekanan
Gambar 3.5 Manometer
III.3.4. Termometer Gauge
Untuk mengetahui besarnya temperature pada perebusan yang berbanding lurus
dengan kenaikan tekanan
III.3.5. Butterfly Valve
Katup ini adalah sebuah katup jenis globa valve yang berfungsi untuk mengatur
pemasukan uap dan mengeluarkan uap dari perebusan. Untuk penyekat aliran seperti
globe valve dan gate valve. Pada butterfly valve penutup aliran dilakukan pada
pemutaran disc (cakra) pada porosnya yang tegak lurus denga sumbu pipa ataupun
penutupan aliran dapat dilakukan secara otomatis. Gambar butterfly valve dapat
Gambar 3.6 Buterfly Valve
III.3.6. Saringan (filter)
Saringan atau filter pada sterilizer berfungsi untuk menyaring kotoran kotoran yang
berada dalam rel ketel rebusan sehingga pipa kondesat benar-benar bersih.
III.3.7. Plat distribusi
Plat distribusi pada sterilizer berfungsi untuk mengatur agar supply uap menyebar
secara merata di dalam rebusan
III.3.8. Lori
Alat lori adalah tempat buah direbus, yang dapat menampung buah 2,5 ton ; 3,5 ton
atau 5 ton. Lori tempat buah dibuat berlubang dengan diameter 0,5 inchi yang
berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat
yang terdapat diantara buah. Ukuran lubang yang semakin besar menunjukkan
III.3.9. Rel Penyeberangan (Crossing Rail)
Alat ini berfungsi untuk membantu dan mempercepat pemasukan dan pengeluaran
lori dari sterilizer. Semakin kecil radius crossing rail, maka frekuensi lori semakin
tinggi. Kondisi crossing rail merupakan faktor pembatas dalam penetapan kapasitas
oleh pabrik. Gangguan yang terjadi di crossing rail akan menghambat pemasukan
dan pengeluaran buah dari sterilizer.
III.3.10. Capstand
Untuk sebagai alat bantu guna memasukkan dan mengeluarkan lori dalam rebusan.
Alat ini digerakkan oleh motor listrik
III.3.11. Jaringan rel
Jaringan rel ini harus rata dan tidak naik turun, tidak bengkok dan jembatan rel
sewaktu digunakan harus duduk tepat pada rebusan dan sewaktu tidak digunakan
kedudukannya tegak lurus pada rel dan lubang.
III.3.12. Bogie
Bogie adalah kerangka yang dilengkapi dengan empat unit roda, bogie ada yang
bersifat terpadu dengan roda dan adapula yang terpisah. Bogie yang terpadu akan
menyebabkan bushing cepat rusak karena bantingan yang terjadi ketika roli
III.3.13. Wire rope winch
Wire rope winch adalah suatu electromotor yang berfungsi untuk menarik dan
memasukkan lori ke dalam rebusan dengan menggunakan alat bantu berupa kawat
baja.
III.4. OPERASIONAL DAN PERAWATAN REBUSAN
Rebusan merupakan sebuah bejana tekanan yang bekerja dengan tingkat
resiko yang tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa
sebelum dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat
penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman,
cantilever, dan pompa kondensat.
III.4.1. Packing pintu
Kerusakan packing pintu biasanya terjadi pada baggian bawah pintu rebusan karena
adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar diperiksa.
Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.
III.4.2. Alat penunjuk tekanan ( manometer)
Manometer terdapat di bagian atas pintu depan dan belakang rebusan. Fungsinya
untuk menunjukkan apakah tekanan dalam perebusan masih ada atau tidak. Operator
harus memperhatikan apakah masih ada tekanan atau tidak pada saat hendak
membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap di dalam rebusan banar-banar
sudah nol sebab uap akan menyembur jika masih ada tekanannya.
Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus sering
diperiksa, jangan sampai tersumbat, air kondensat ini akan tergenang di lantai
rebusan dan mempercepat rusaknya packing pintu rebusan.
III.4.4. Katup pengaman
Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi dengan baik atau
tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan berlebihan di
dalam rebusan
III.4.5. Cantilever
Cantilever berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori ke dalam reebusan.
Cantilever harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar lori yang
keluar-masuk rebusan tidak terguling atau jatuh.
III.4.6. Pompa kondensat
Lantai sekitar rebusan tidak boleh dugenangi oleh air kondensat karena temperatur
air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang menyebabkan lantai
menjadi licin.
Bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu serta
dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan. Semua peralatan
rebusan memerlukan perhatian.
Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap pegas
dari katup pengaman tidak boleh dilakukan sembarang orang, tetapi oleh mekanik
perbaikan, katup pengaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel tersebut,
harus seizin manager pabrik.( Iyung Pahan, 2006 )
Alat sterilisasi dengan tipe horizontal, yang beberapa memiliki keuntungan
• Kapasitas sterilizer antara 15 ton -30 ton TBS
• Pengoperasian lebih mudah dan praktis
• Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat
lebih mudah dilakukan
III.5. MEKANISME PEREBUSAN
Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Sistem
perebusan yang lazim dikenal di PKS adalah single peak, double peak dan triple
peak. Sistem perebusan triple peak (SPTP) banyak digunakan, selain berfungsi
sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan
yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat. Keberhasilan SPTP
dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel perebusan, bahan baku
dan lama perebusan.
(Naibaho, P.M., 1996)
Ketika ketel rebusan dalam keadaan pintu terbuka, baik ketel dalam keadaan kosong
ataupun pada saat pemasukan/pengeluaran buah rebusan yang sudah matang, udara
bebas masuk kedalam ketel rebusan. Udara bebas ini 20% mengandung oksigen dan
bereaksi minyak yang ada dalam buah rebusan ketika dilakukan pemanasan (reaksi
peroksida) (Karim, A., 2001).
Pada PTPN IV Dolok Sinumbah menggunakan 3 buah sterilizer type
horizontal yang berkapasitas 20 ton TBS dan dapat memuat 10-12 lori. Kebutuhan
uap untuk 1 kali perebusan 250 kg uap untuk 1 ton TBS. Spesifikasi dari Sterilizer
yang beroperasi di PTPN IV Dolok Sinumbah adalah sebagai berikut:
Type : 2100 x 3
Serial No : CHD / 2100 / 125
Safe Working Preasure : 344 kPa
Testing Preasure : 516 kPa
Test Reference : UH 14 / 852
Date : 25 / 1 / 85
Year Manucfactured : 1985
Name of Taster : Mokai Musri
Manufactured by CHD Engineering CDN BHD
No. Pabrik : HZ 15 – 05
BAB IV
PENGARUH TEKANAN UAP
SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH SEGAR
KELAPA SAWIT (TBS) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING STERILIZER
IV.1. UMUM
Stasiun perebusan merupakan tahap pertama pada pengolahan buah kelapa
sawit. Tujuan utamanya adalah untuk merebus tandan buah segar agar minyak yang
terdapat di dalam daging buah dapat mempermudah proses ekstraksi minyak. Daging
buah dilunakkan supaya mudah terlepas dari bijinya sewaktu pengadukan dalam
digester. Pelunakan daging buah, melongarkan buah dari tandannya dan
melekangkan inti dari cangkangnya dilakukan di dalam sterilizer dengan mendapat
perlakuan panas dan tekanan dengan pola tiga puncak (triple peak).
Pada proses perbusan ada tiga faktor yang menentukan yaitu :
1. Tekanan (preasure)
2. Suhu (temperatur)
3. Waktu (time)
Pada hakekatnya suhu ditentukan sampai batas tertentu oleh tekanan. Semakin tinggi
tekanan maka semakin tinggi suhu dan semakin pendek waktu yang diperlukan
untuk perbusan.Untuk perebusan yang baik disarankan agar ketiga faktor diatas
harus dipenuhi serta secara simultan karena tekanan dan waktu diperlukan untuk
intensitas peresapan/penetrasi panas yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
IV.2. Perebusan Kelapa Sawit
Perebusan merupakan proses transfer kalor (yang diukur dengan panas) dari sumber
ke material dengan menggunakan medium yang mengandung senyawa air (H2O).
Transfer panas dapat terjadi satu tahap atau lebih secara konduksi, konveksi maupun
radiasi tergantung dari batasan system yang dibuat. Medium transfer panas dalam
perebusan dapat berupa air maupun dalam bentuk uap air (steam).
Penggunaan air maupun steam tergantung dari kebutuhan derajad kematangan
material yang ingin dicapai. Air yang dipanaskan akan menyerap kalor dari sumber
(contoh : api) sampai mencapai titik didih air + 100 0C (pada P = 1 atm). Ketika
kalor terus menerus diberikan maka uap air akan terus terbentuk dan menyimpan
entalphy dalam jumlah yang terus meningkat. Di dalam ruangan tertutup hal ini
ditunjukkan dari kenaikan tekanan dan temperatur. Ketika terjadi penurunan
entalphy maka uap air akan terkondensasi menjadi titik-titik air (kondensat) yang
mendekati air murni. Penurunan ini disebabkan karena senyawa uap air akan
mentransfer panas ke lingkungan (dinding) sehingga entalphy menurun. Selain itu
juga karena terdapat transfer panas ke material. Penurunan entalphy dapat dilihat dari
penurunan tekanan dan temperature.
IV.3. Pengaruh tekanan uap terhadap buah hasil rebusan
Jika ditinjau dari tujuan perebusan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat dipastikan bahwa tujuan-tujuan perebusan tersebut dapat dicapai dengan lebih
sempurna apabila perebusan dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi. Namun pada
a. Tekanan yang terlalu tinggi yang berbanding lurus terhadap suhu pada
perebusan, akan mengakibatkan daging buah rusak pada bagian
permukaannya. Demikian juga waktu perebusan yang semakin singkat
mengakibatkan TBS hasil rebusan akan menumpuk di depan sterilizer
untuk selanjutnya diolah.
Hal ini akan mengakibatkan kurang maksimalnya pengepresan minyak di
stasiun ekstraksi akibat dari buah yang telah dingin/suhunya turun.
b. Peningkatan tekanan yang disertai dengan waktu yang diperpanjang akan
mengakibatkan pecahnya sel-sel minyak yang terdapat di dalam daging
buah. Akibatnya minyak akan meleleh keluar dari daging buah selama
perebusan maupun selama proses sebelum pengepresan.
c. Selain kerugian yang disebutkan diatas, peningkatan tekanan yang
disertai dengan perpanjangan waktu perebusan juga dapat berpengaruh
pada perubahan warna inti sawit
Selain dari hal-hal yang telah dibahas di atas, besar atau kecilnya
tekanan uap yang dipakai juga dipengaruhi oleh perlakuan dalam pembuangan
air kondensat dan udara (deaerasi). Air kondensat dapat berpengaruh buruk
karena air kondensat dapat menyerap panas dari uap yang masuk sehingga dapat
memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak. Sedangkan udara merupakan
penghantar panas yang lambat dan berpengaruh negatif terhadap proses
perebusan. Uap untuk kebutuhan perebusan harus disesuaikan dengan
kemampuan boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan
IV.3.1. Single Peak
Pada pola puncak ini ialah puncak yang terbentuk selama proses perebusan ada
satu puncak dari tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah
[image:56.595.200.457.215.357.2]bentuk dan pola perebusan selama satu siklus.
Gambar 4.1 Single Peak
IV.3.2. Double Peak
Pola dua puncak ialah jumlah puncak yang terbentuk selam proses perebusan ada
dua puncak, akibat tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian
dilanjutkan dengan pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selam
perebusan satu siklus.
[image:56.595.199.459.571.707.2]IV.3.3. Triple peak
Pola tiga puncak ialah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan
ada tiga puncak akibat dari tindakan pemasukan uap dan pembuangan uap,
dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahan uap dan pembuangan uap selama
[image:57.595.161.511.251.494.2]proses perebusan satu siklus.
Gambar 4.3 Triple Peak
O – A Masa pengisian ketel rebusan dengan TBS
A – B Tekanan dinaikkan hingga 1,5 kg/cm2 selama 8 menit (Puncak 1)
B – C Membuang air kondesat sambil menurunkan tekanan selama 3,5 menit dari
1,5 kg/cm2 – 0,5 kg/cm2
C – D Menaikkan tekanan dari 0,5 kg/cm2 ke 2,5 kg/cm2 selama 10 menit
D – E Membuang air kondesat dan uap air sambil menurunkan tekanan dari 2,5
kg/cm2 selama 5 menit
E – F Menaikkan tekanan dari 0,5 kg/cm2 – 2,8 kg/cm2
F – G Membuat tekanan 2,8 kg/cm2 selama 21 menit (Puncak III)
G – H Membuang uap dan menurunkan tekanan dari 2,8 kg/cm2 - 0 kg/cm2
selama 10 menit
H – I Membuka pintu dan mengeluarkan lori selama 15 menit
Namun pada umumnya pabrik kelapa sawit sering mnggunakan triple peak sistem
karena selain berfungsi sebagai tindakan fisik juga dapat terjadi proses mekanik
[image:58.595.108.533.458.729.2]yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh tekanan yang cepat.
Tabel siklus tekanan, waktu dan temperatur perebusan sistem tiga puncak
No Proses Tekanan(kg/cm2) Waktu(menit) Suhu(0C)
1 Charging in/dearation 0 1 - 5 0
2 Building up 1 – 1,5 10 - 15 100
3 Blow down 0 6 - 8 0
4 Building up 2,5 10 - 15 120
5 Blow down 0 6 - 8 0
7 Holding time 2,8 - 3 30 130
8 Blow down 0 5 0
9 De-charging
IV.4 Pengaruh Tekanan Uap Terhadap kekuatan Dinding Sterilizer
Sterilizer merupakan suatu ketel rebusan yang bahan konstruksinya terbuat
dari baja. Pada umumnya sekarang ini kontruksi utama yang banyak sekali
digunakan adalah baja, hal ini dikarenakan baja relatif tidak begitu mahal, tersedia
dimana-mana dapat digunakan dengan berbagai teknik, dapat dengan mudah
disambungkan dengan sesamanya atau dengan bahan lain dan mempunyai sifat-sifat
mekanik yang mudah dikenal serta dapat diubah komposisi kimianya dan temperatur
pengolahan. Baja juga dapat tahan pada temperatur sangat tinggi dan temperatur
sangat rendah dengan jalan memadukannya dengan bahan lain.
Pada saat strilizer beroperasi akan terjadi tegangan tarik pada dinding
sterilizer, maka untuk mengetahui tegangan tarik yang terjadi pada saat sterilizer
beroperasi dapat diketahui sebagai berikut :
Error! Bookmark not defined.
t DxP
2
σt =
= m x m N mx 01 , 0 2 / 034 , 0 2 2 = 02 , 0 / 068 ,
0 N m2
σt = t DxP 4 = m x m N mx 01 , 0 4 / 034 , 0 2 2 = 04 , 0 / 068 ,
0 N m2
= 1,7 N/m2
σt = t DxP 4 = m x m N mx 01 , 0 4 / 0138124 , 0 2 2 = 04 , 0 / 0276248 ,
0 N m2
= 0,6 N/m2
σt = t DxP 4 = m x m N mx 01 , 0 4 / 0217052 , 0 2 2 = 04 , 0 / 000434104 ,
0 N m2
= 1 N/m2
σt = t DxP 4 = m x m N mx 01 , 0 4 / 0276248 , 0 2 2 = 04 , 0 / 0552496 ,
0 N m2
Dimana : D = diameter dalam drum
t = Tebal plat
σt = Tegangan tarik yang sebenarnya di dalam dinding drum (N/m2)
P = Tekanan
Dari data perhitungan dapat diketahui seberapa besar tegangan tarik yang diterima
oleh dinding sterilizer melalui grafik dibawah ini :
Gambar 4.4 Grafik tegangan tarik sterilizer
Masalah yang dihadapi oleh sterilizer ini ialah korosi yang terjadi pada bagian
dalamnya. Adapun penyebab terjadinya korosi tersebaut adalah:
1. Disebabkan karena pH air kondesat yang dihasilkan oleh penguapan buah
kelapa sawit rendah.
2. Terbentuknya kerak yang disebabkan oleh butiran-butiran pasir yang masuk
[image:61.595.114.520.255.539.2]masuk pasa vessel bersama-sama dengan pecahan-pecahan bahan nabati dan
buah yang terjatuh dari lori.
3. Adanya sisa-sisa udara yang tidak terbuang sempurna saat melakukan dearasi
pada pembuangan udara saat awal perebusan sehingga mengakibatkan
terjadinya reaksi oksidasi.
Korosi yang dialami sterilizer tidak mungkin dapat dihilangkan,akan tetapi
korosi tersebut dapat dikendalikan dengan cara proteksi peralatan,
pembersihan dengan teliti dan servis pada waktu tertentu secara terus
menerus. Korosi yang terjadi pada bagian dalam permukaan sterilizer dapat
dibedakan dalam 3 bagian utama yaitu:
IV.4.1. Korosi pada permukaan dinding bagian dalam sterilizer
Kebanyakan logam yang diproduksi secara besar-besaran untuk keperluan
rekayasa memiliki cacat volume. Bahkan lagam murni yang bebas dari semua
cacat dari proses produksi masih dapat mengalami serangan korosi selektif
pada batas-batas butir yang karena ketidaksesuaian struktur kristal didaerah
itu. Dalam hal ini sterilizer sebagai salah satu penggunaan logam dalam
industri kelapa sawit yang digunakan untuk merebus tandan buah segar,juga
tidak terkepas dari cacad volume.
Untuk merebus tandan buah segar,sterilizer mrnggunakan uap bekas dari
pembuangan turbin uap. Selama proses perebusan buah kelapa sawit akan
menguap mengeluarkan air dan minyak yang mengandung bahan-bahan
nabati. Diperkirakan 0,05% dari jumlah TBS yang direbus merupakan
penguapan daging buah. Penguapanminyak dan air ini akan semakin tinggi
bila digunakan tekanan uap yang terlalu tinggi.
Minyak yang mengandung bahan-bahan nabati yang menguap saat proses
perebusan akan melekat pada permukaan dinding bagian dalam sterilizer
khususnya pada daerah batas butir. Pengendapan bahan-bahan nabati ini akan
terus bertambah sampai dilakukannya pembersihan yang dijadwalkan.
Akibat dari pengendapan bahan-bahan nabati daerah-daerah batas butir akan
menimbulkan korosi batas butirhal ini disebabkan karena pada prinsipnya
setiap logam yang mengandung logam antara senyawa dan batas-batas
butirnya akan rentan terhadap korosi batas butir.
IV.4.2 Korosi pada plat pembagi uap
Plat ini terletak di bagian atas pada dinding sterilizer. Plat ini berfungsi untuk
membagi uap keseluruh bagian sterilizer. Dengan adanya plat ini
pembuangan udara dapat dilakukan dengan mudah dan buah yang direbus
dapat matang secara merata.
Pada permulaan perebusan sterilizer akan menkomsumsi sejumlah uap yang
cukup tinggi, khususnya tidak adanya perawatan yang diambil untuk
membuat uap mencapai tekana penuh secara berangsur-angsur. Uap yang
disalurkan ke sterilizer kemudian dimuati beribi-ribu tetesan air kecil.
Kecepatan rata-rata uap yang akan masuk ke dalam sterilizer sekitar
500m/detik.
Tetesan-tetesan pada kecepatan tinngi ini bertabrakan dengan plat pembagi
uap sehingga mempunyai efek korosi yang sebanding dengan pancaran pasir.
serangan selektif terhadap logam sehingga tempat-tempat yang lapisan
pelindung permukaannya tergores atau pecah akibat perlakuan mekanik.
Dengan rusak.tergoresnya lapisan pelindung permukaan ini membika jalan
untuk terjadinya korosi sumuran oleh uap air yang telah terkondensasi pada
plat pembagi uap. Mekanisme korosi sumuran di bawah butir air
[image:64.595.186.498.251.501.2]kondesatdapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.5 Mekanisme Korosi
Dari gambar diatas dapat dilihat mekanisme korosi sumuran akibat aerasi
diferensial di bawah butir air kondesat. Pada gambar (a) diatas terlihat
bahwa pembentukan sebuah ceruk didahului oleh korosi biasa diseluruh
permukaan logam yang basah menyebabkan berkurangnya kandungan
oksigen dalam elektolit didekatnya. Mudah dipahami bahwa daerah basah
yang bersebelah dengan udara atau antar muka elektrolit menerima
yang terletak paling jauh dari sumber pemasukan udara. Berkurangnya
kandungan oksigen ini, daerah ditengah itu mengalami anodik sehingga
terlarut dengan aktif.
Ion-ion hidroskil yang membangkitkan didaerah katoda terdisfusi ke arah
dalam dan bereaksi dengan ion-ion yang terdisfusi besi yang terdisfusi ke
daerah luar, sehingga terjadilah pengendapan produk korosi tidak dapat
larut disekeliling cekungan atau ceruk ini selanjutnya menghambat difusi
oksigen, mempercepat proses anodik dipusat tetesan dan menyebabkan
reaksi bersifat otokatalik,dapat dilihat pada gambar (b).
IV.4.3. Korosi pada wearing plate/pelapis lantai dasar sterilizer
Perebusan yang mempergunakan tekanan uap yang tinggi dengan
sendirinya akan menghasilkan air kondesat yang asam dalam jumlah yang
banyak. Secara logis ini akan terjadi terutama pada bagian yang lebih
rendah yaitu pada wearing plate sterilizer horizontal.
Wearing plate adalah plat besi yang dilas menyatu dengan dinding
dalam sterilizer setengah lebih rendah dari bodi bagian bawah. Adapun
tujuan/manfaat penambahan plat pada dasar sterilizer ini adalah :
a. Untuk menghindari kontak langsung antara lori dengan dinding
sterilizer bagian bawah karena dapat mengakibatkan tekanan
atau goresan pada sterilizer yang kelamaan dapat menimbulkan
korosi.
b. Menghindari kontak langsung dinding sterilizer bagian dalam
dengan air kondesat yang dihasilkan dari buah sawit saat
yang terbawa oleh buah yang mengakibatkan kerak pada
sterilizer yang akan menimbulkan korosi.
Ketika asam kondesat mengalir melintasi permukaan logam, kita
dapat membayangkan sebagai beberapa lapisan sejajar, yang masingmasing
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lapisan yang paling lambat
adalah lapisan yang paling dekat dengan permukaan logam tempat gaya-gaya
gesekan dan tumbukan-tumbukan partikel dengan bagian permukaan yang
tidak beraturan paling besar dan kecepatan lapisan ini meningkat hingga
maksimum pada jarak tertentu pasa badan fluida.
Efek ini dikenal sebagai aliran laminer dan akibat yang
ditimbulkannya pada wearing plate adalah tergoresnya lapisan pelindung oleh
partikel-partikel padat yang terikut bersama buah saat masuk ke sterilizer
dehingga meningkatkan korosi erosi.
Korosi ini mudah dikenali karena dapat menciptakan efek-efek yang
agak aneh berupa ceru-ceruk, lubang-lubang bundar atau parit-parit.
Efek-efek khasyang dihasilkan oleh korosi erosi terjadi akibat ketergantungan laju
erosi terhadap asam kondesat. Ba