• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tekanan Uap Dan Waktu Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondesat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) Di PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tekanan Uap Dan Waktu Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondesat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) Di PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT

DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK

(

TRIPPLE PEAK

) DI PT.SOCFIN INDONESIA

KEBUN AEK LOBA ASAHAN

TUGAS AKHIR

NADIA MAULIDA HUMAIRA

102401028

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT

DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK

(

TRIPPLE PEAK

) DI PT.SOCFIN INDONESIA

KEBUN AEK LOBA ASAHAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

NADIA MAULIDA HUMAIRA

102401028

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Tekanan Uap Dan Waktu Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondesat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) Di PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Nadia Maulida Humaira

Nomor Induk Mahasiswa : 102401028

Program Studi : Diploma Tiga (D3) Kimia Industri

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D3 Kimia Industri Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dra. Frida Simanjuntak NIP. 195509181987012001 NIP. 195805091986012001

Disahkan Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM

TIGA PUNCAK (TRIPPLE PEAK) DI PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA ASAHAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondesat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak) Di PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba.

(6)
(7)

PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM

TIGA PUNCAK (TRIPPLE PEAK) DI PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA ASAHAN

ABSTRAK

(8)

INFLUENCE OF THE VAPOUR PRESSURE AND TIME OF LOSS OIL ON WATER CONDENSATE WITH BOILING SYSTEM THREE PEAK

IN PT.SOCFIN INDONESIA, AEK LOBA ESTATE ASAHAN

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Lampiran xi

(10)

2.5.6 Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung 2.6 Perebusan (Sterilisasi)

2.6.1 Tujuan Perebusan

2.6.2 Faktor-faktor Peningkat Efisiensi Pelepasan Buah Dalam Proses Perebusan

15 16 17 19

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Alat – alat 23

3.2 Bahan – Bahan 3.3 Prosedur Kerja

23 24 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 25

4.2 Pengolahan Data 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit 10

2.2 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

10

2.3 2.4 4.1

Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Standar Mutu SPB dan Ordinary

Data Hasil Penentuan Kehilangan Minyak Pada Proses Perebusan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 2.3

Pembentukan trigliserida oleh asam lemak. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Standart Mutu Bahan Baku Produksi Palm Oil Mill (POM) Aek Loba PT.Socfin Indonesia

31

(14)

PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM

TIGA PUNCAK (TRIPPLE PEAK) DI PT.SOCFIN INDONESIA KEBUN AEK LOBA ASAHAN

ABSTRAK

(15)

INFLUENCE OF THE VAPOUR PRESSURE AND TIME OF LOSS OIL ON WATER CONDENSATE WITH BOILING SYSTEM THREE PEAK

IN PT.SOCFIN INDONESIA, AEK LOBA ESTATE ASAHAN

ABSTRACT

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Proses produksi di pabrik kelapa sawit (PKS) dimulai dari mengelola bahan baku sampai menjadi produk yaitu Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil: CPO) dan Inti sawit (Kernel) , yang bahan bakunya adalah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Pengolahan Tandan Buah Sawit dipabrik bertujuan memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses pengolahan Tandan Buah Sawitberlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat. Dimana tiap tahap proses pengolahan Tandan Buah Sawit mempengaruhi pada tahap proses berikutnya. Salah satu proses pengolahan kelapa sawit adalah Proses Perebusan.

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efesiensi pelepasan buah dalam proses pelepasan buah pada proses perebusan, antara lain tekanan uap, waktu dan suhu perebusan serta penyaluran uap yang masuk dan keluar selama perebusan.

Tujuan dari perebusan Tandan Buah Segar (TBS) yaitu untuk menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), memudahan pemipilan, menurunkan kadar air dalam daging buah, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.

(17)

suhu tinggi dalam rebusan akan menonaktifkan enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah sehinggga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidase minyak dapat dihentikan (Soepadiyo Mangoensoekarjo, 2003 ).

Didalam proses perebusan juga terjadi kehilangan minyak (Losses) dan tidak bisa dihindari dari setiap stasiun pengolahan. Pabrik kelapa sawit telah menetapkan kehilangan minyak pada stasiun perebusan sebesar 0,7 %. Karena angka kehilangan minyak merupakan efisiensi ekstraksi minyak, oleh sebab itu setiap buangan air kondensat atau sisa-sisa buangan dari pengolahan harus dianalisa dengan teliti.

Waktu perebusan juga sangat berpengaruh pada proses pengolahan minyak kelapa sawit. Apabila waktu pengolahan pada sterilizer terlalu lama, maka akan banyak persen minyak yang hilang ( 3% ), serta warna kernel akan menjadi kehitaman (gelap) apabila waktu sterilisasi berlangsung terlalu singkat, maka buah akan sulit lepas dari tandan sehingga dapat menghambat pada proses pengolahan selanjutnya.

(18)

1.2Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh tekanan uap dan waktu tehadap kehilangan minyak pada air kondensat dengan perebusan sistem tiga puncak (Triple Peak) di PT.Socfin Indonesia kebun Aek Loba, Asahan.

1.3Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:

- Untuk mengetahui pengaruh tekanan uap dan waktu perebusan terhadap kehilangan minyak pada air kondensat dengan sistem perebusan tiga puncak.

- Untuk mengetahui prosedur proses pengolahan TBS kelapa sawit di stasiun perebusan dengan sistem tiga puncak (triple peak).

- Untuk mengetahui kadar minyak pada air kondensat yang dianalisa di laboratorium.

1.4Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Mendapatkan langkah yang tepat dan efisien dalam pengolahan kelapa sawit dengan kadar kehilangan minyak rendah pada air kondensat.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara Negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga Belanda.

Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Sebagian keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) varietas ini disebut Dura (Hadi, 2004).

2.2 Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas – varietas dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas – varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistemewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas lain.

(20)

2.2.1 Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging

Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal dengan empat varietas kelapa sawit, yaitu:

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 3 – 5 mm , daging buah tipis, persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50%, inti buah besar, numun biasanya tandan buahnya besar – besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Kandungan minyak pada buah cukup tinggi karena sabutnya (daging) tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunganya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.

3. Tenera

Merupakan hasil persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing – masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap subur. Beberapa Tenera unggul dengan persentase daging buahnya dapat mencapai 90%.

4. Marco Carya

(21)

5. Dwikka – wakka

Varietas ini mempunyai dua lapisan daging buah,oleh karena itu disebut Dwikka. Dwikka-wakka merupakan vaerietas yang jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

2.2.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya. Varietas – varietas tersebut adalah:

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah jingga kehitam – hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam diperkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan.Varietas ini jarang dijumpai di perkebunan.

3. Albescens

(22)

2.2.3 Varietas Unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit, yang sangat dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas – varietas unggul tersebut dihasilkan melalui persilangan buatan antara varietas dura sebagai induk betina dan varietas pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang bertahun – tahun, bahwa varietas tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lainnya.

2.3 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.Minyak kelapa sawit disebut juga trigliserida. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak. Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam –asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam – asam lemak ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam Palmitat C16:o (jenuh) dan asam Oleat C18:1 (tidak jenuh).

Gambar 2.1.Pembentukan trigliserida oleh asam lemak.

CH2 – OH + R1COOH CH2 – COOR1

CH – OH + R2COOH CH – COOR2 + 3H2O

CH2 – OH + R3COOH CH2 – COOR3

(23)

2.3.1 Komposisi Dan Sifat Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama minyak pangan dengan tingkat konsumsi lebih dari 80%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari delapan (S. Ketaren 1986).

2.3.1.1 Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan bahan yang kita kenal setiap hari.Lemak dikenal meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak dari daging.Minyak terutama berasal dari tumbuhan. Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, keduanya memiliki struktur organik dasar yang sama. Lemak (fat) dan minyak (oil) ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila kita didihkan lemak atau minyak dengan alkali, lalu mengasamkan larutan yang dihasilkan, kita akan memperoleh gliserol dan campuran asam lemak (fatty acid) (Harold,H. 2003).

2.3.1.2 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Anonim, 2001).

(24)

mengakibatkan rasa tidak lezat.Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Ketaren, 1986).

Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik.Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah 3. Penumpukan buah yang terlalu lama

4. Proses hidrolisa selama di pabrik (Anonim, 2001).

Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan dapat meracuni tubuh.Hal ini disebabkan oleh jumlah lemak dan asam lemak tidak jenuh tertentu yang terdapat dalam minyak sawit (Almatsier, 2002).

2.3.1.3 Asam Lemak

(25)

Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

(26)

Asam palmitat

Sifat fisiko kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan , titik cair, titik didih ( boiling point ),bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point ), titik asap, titik nyala dan titik api.

Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias Sumber: (S. Ketaren , 2005)

2.4 Standar Mutu

(27)

mempengaruhi standart mutu minyak sawit adalah titik cair dan kandungan gliserida, plastisitas, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih dari 0,01% ,kandungan asam lemak bebas serendah mungkin, bilangan peroksida dibawah 2%, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (S.Ketaren,1986)

Tabel 2.4. Standar Mutu SPB dan Ordinary

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas (%)

(28)

pengankutan TBS atau brondolan dari kebun ke pabrik sampai dihasilkan minyak kelapa sawit.

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik, yaitu minyak kelapa sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas, tahap – tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut.

2.5.1 Pengangkutan TBS ( Tandan Buah Segar ) ke Pabrik

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Setelah TBS sampai dipabrik, segera dilakukan penimbangan.Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka – angka yang berkaitan dengan produksi dan perhitungan rendemen minyak kelapa sawit.

2.5.2 Perebusan Buah

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam sterilizer. Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang merupakan bejana uap bertekanan. Biasanya sterilizer dirancang untuk memuat 6 – 10 lori dengan tekanan uap mencapai 2,8 – 3,0Kg/cm2.

(29)

1. Pemasukan steam awal dari 0 – 2,3 Kg/cm2

2. Afblas pertama, tekanan turun dari 2,3 Kg/cm2 hingga nol ( 0 kg/cm2). Fungsinya untuk mengeluarkan / menguras udara yang ada dalam rebusan dan menghentikan bakteri yang meningkatkan asam lemak bebas (ALB). 3. Pemasukan steam kedua, tekanan naik dari nol (0 kg/cm2) hingga

mencapai 2,5 kg/cm2

4. Afblas kedua, tekanan turun dari 2,5Kg/cm2 hingga nol (0 kg/cm2). Fungsinya untuk menguras udara yang ada diantara ranting – ranting tandan buah sawit dan pengurangan kadar air dari buah sawit.

5. Pemasukan steam ketiga, tekanan naik dari nol (0 kg/cm2) hingga mencapai 2,8 Kg/cm2 , dimana pada tekanan 2,8 Kg/cm2 terjadi proses perebusan yang fungsinya untuk memudahkan proses pemipilan, pelumatan dan pengepressan minyak dari buah kelapa sawit. Pemanasan steam pada tekanan 2,8 kg/cm2 dipertahankan selama 45 menit.

6. Afblas ketiga, tekanan turun dari 2,8 Kg/cm2 hingga nol (0 kg/cm2) , proses perebusan selesai

.

2.5.3 Perontokan dan Pelumatan Buah

(30)

2.5.4 Pengempaan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Daging buah yang sudah dilumat didalam digester dimasukkan kedalam screw press melalui talang.Tujuan dari pengempaan adalah untuk memisahkan minyak kasar dari ampas dan biji. Pengempaan merupakan proses pengambilan minyak dari lumatan sehingga minyak yang tertinggal dalam serabut (fiber) sekecil mungkin 6-7%.

2.5.5 Pemurnian Minyak Kelapa Sawit

Cairan yang keluar dari proses pengepresan terdiri dari campuran 60% minyak, 24% air dan 10% padatan bukan minyak (NOS = Non Oil Solid). Proses pemurnian (clarification) bertujuan untuk mendapatkan minyak semurni/sebersih mungkin agar minyak dapat bertahan lama dan tidak menurunkan mutunya karena pengasaman.

2.5.6 Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung

(31)

2.6 Perebusan (Sterilisasi)

Sebagai tahapan awal dari rangkaian unit proses yang berlangsung dipabrik kelapa sawit adalah proses perebusan buah (sterilization) yang berfungsi untuk merebus tandan buah segar (TBS) didalam satu bejana bertekanan uap (sterilizer).

Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan didalam sterilizer yang berupa bejana uap bertekanan. Biasanya sterilizer dirancang untuk dapat memuat 6 sampai 10 lori dengan tekanan uap 3,0Kg/cm2 . Lori adalah tempat buah yang akan direbus yang dapat menampung buah 2,5 – 3,0 Ton. Dalam proses perebusan TBS dengan system tiga puncak (Three Peak Steriizer) yang dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 1300C selama 80 – 90 menit.Serta diadakan afblas (pembuangan uap) sebanyak tiga kali sampai tekanan nol. Sterilizer harus dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) untuk menjaga tekanan didalam sterilizer tidak melebihi tekanan kerja maksimum yang diperkenankan (Suyatno Risza, 1994).

(32)

2.6.1 Tujuan Perebusan

Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, proses pertama yang dilakukan adalah merebus TBS dalam ketel rebusan ( Steriliser )dengan tujuan :

a. Menghentikan Aktifitas Enzim

Dalam buah sawit terdapat enzim lipase yang bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan asam lemak bebas (ALB), dan enzim oksidase yang berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan asam aldehide. Jadi kandungan ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami memar (luka).Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50°C. Oleh sebab itu rebusan pada suhu 130°C akan menghentikan kegiatan enzim.

b. Melepaskan Brondolan dari Tandan (Spikelet)

(33)

c. Menurunkan Kadar Air Dan Pelepasan Serat

Sterilisasi atau Perbusan buah dapat membantu penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan buah menyusut sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada buah sawit yang mempermudah prosespenge-press-an. Buah sawit yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menyebabkan serat menjadi mudah lepas ikatannya antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan meningkatkan efisiensi digester dan depericarper/polishing drum. Air yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji akan lebih mudah.

d. Memecahkan Emulsi

Minyak didalam buah sawit berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika berobah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan pemanasan, yang menyebabkan bergabungnya tiap fraksi yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, akibatnya minyak dan air terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari buah sawit. Pemecahan emulsi yang dimulai dari proses perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan bahan padat lainnya di stasiun klarifikasi (pemurnian).

e. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

(34)

membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap 2,8 – 3,0 kg/cm2 dengan lama perebusan sekitar 90 menit (P.M.Naibaho, 1990).

2.6.2 Faktor-faktor Peningkat Efisiensi Pelepasan Buah Dalam Proses Perebusan

Faktor-faktor yang diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi pelepasan buah dalam proses perebusan antara lain:

1. Pembuangan udara

Udara merupakan penghantar panas yang lambat dan berpengaruh negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan menurunkan tekanan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa udara yang terdapat dalam bejana rebusan hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu, cara ini disebut “daerasi”. Deaerasi dilakukan dengan memasukkan uap dari bagian atas bejana rebusan dan mengeluarkannya dari bagian dasar bejana.

2. Pembuangan air kondensat

(35)

3. Lamanya perebusan

Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga kebagian tandan yang paling dalam. Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak adalah sebagai berikut:

i. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpipil semakin tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semakin rendah.

ii. Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.

iii. Semakin lama perebusan buah maka kehilangan minyak dalam air kondensat semakin tinggi.

iv. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan kosong semakin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan kosong akibat terdapatnya rongga-rongga kosong.

v. Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan semakin menurun, yang dapat diketahui dengan penurunan nilai Deterioration of Bleachability Index (DOBI).

(36)

4. Pembuangan Uap

Pembuangan uap dilakukan dengan sistem perebusan yang dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung uap ( blow up ) air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus kering.

5. Penyaluran uap masuk dan keluar selama perebusan

a. Manual

Semua kejadian pemasukan uap, pengeluaran uap dan kondensat menggunakan tenaga manusia. Seperti diutarakan diatas bahwa pengaturan uap didasarkan pada kondisi sumber uap dan pemakaian uap. Karena pelaksanaannya membutuhkan kekuatan fisik di operator maka diperlukan 2-3 orang tiap sift untuk kapasitas 30 ton TBS/jam. Dalam pelaksanaan pola perebusan tiga puncak maka keadaan pembukaan dan penutupan kran uap sangat sibuk sehingga sering terlupakan kegiatan-kegiatan yang seharusnya dikerjakan pada pola tiga puncak.

b. Automatisasi

(37)

“butterfly valve” yang pembukaan dan penutupannya dibantu oleh alat “compressor” dan dikontrol dengan program.

6. Pengangkutan buah rebus

(38)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat – alat

1. Oven 2. Cawan kaca 3. Mortir dan Alu 4. Neraca Analitis 5. Hot Plate 6. Balon Gelas 7. Desikator 8. Kondensor

3.2. Bahan – bahan

1. Air Kondensat 2. Kertas saring 3. Pasir

4. N-Heksan 5. Kapas

(39)

3.3. Prosedur Kerja

1. Ditimbang cawan kaca menggunakan timbangan analitik

2. Dimasukkan sampel (air kondensat rebusan ) sebanyak 20 gr kemudian ditimbang

3. Dimasukkan cawan petridish yang telah terisi sampel kedalam oven dengan suhu 1050C selama 3 jam

4. Dikeluarkan sampel dari dalam oven kemudian didinginkan didalam Desikator selama 15 menit

5. Ditimbang air kondensat kering

6. Dimasukkan sampel kering kedalam mortar dan dicampur dengan pasir lalu digiling sampai halus

7. Dimasukkan kedalam timble dan ditutup dengan kapas

8. Ditimbang balon gelas kosong kemudian dimasukkan N-heksan sebanyak 250 ml

9. Dimasukkan timble dan N-heksan kedalam soklet lalu diekstraksi dengan memakai kondensor sebagai pendingin dan hot plate selama pemanas selama ± 4 jam pada suhu 700C

10. Diangkat balon gelas yang berisi minyak kemudian di keringkan didalam oven

(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Kehilangan Minyak Pada Proses Perebusan Tanggal P

Kadar Minyak yang terikut Pada Air Kondensat (%)

18/2/2013

Rumus persentase minyak yang terikut pada air kondensat :

% minyak =berat minyak (g)

berat sampel (g) x 100%

Contoh perhitungan :

Untuk tekanan 2,8 Kg/cm2 waktu 45 menit dan suhu 1300C maka diperoleh persentase minyak sebesar:

berat cawan kosong + contoh = 118,7293 g berat cawan kosong = 97,4393 g _

berat contoh =21,23944 g

(41)

berat cawan kosong = 97,4393g _

berat contoh = 0,6597 g

sisa uapan =berat yang hilang

berat sampel x 100%

= 3,1 % Kadar air = 100 % - sisa uapan

= 100 % - 3,1 % = 96,90 %

Berat minyak dalam air kondensat setelah diekstraksi

berat cawan kosong + contoh = 160,3006 g berat cawan kosong = 160,1568 g _

berat contoh = 0,1438 g

maka, persentase minyak yang terikat pada air kondensat :

% ������ =berat minyak (g)

berat sampel (g) x 100%

= 0,1438 g

21,23944 g x 100%

= 0,68 %

(42)

Berdasarkan sistem jaminan mutu ISO 9001 pada pabrik kelapa sawit, toleransi kehilangan minyak dalam air rebusan adalah maksimum 0,7% dari kapasitas tandan buah segar perharinya. Dengan kondisi kerja atau proses :

Tekanan = 2,3 – 3,0 Kg/cm2

Masa rebus tiga puncak = 80 - 90 menit Temperatur = 1100C - 1300C

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Semakin tinggi tekanan uap pada proses perebusan, temperature juga semakin tinggi, sehingga dapat menyebabkan permukaan daging buah hangus, lapisan hangus ini akan mempersukar pematangan dalam daging buah. Tekanan juga berpengaruh terhadap waktu, semakin tinggi tekanan ,semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk perebusan yang terlalu singkat akan mengakibatkan proses pelumatan brondolan yang telah terpisah dengan janjangan menjadi semakin sulit yang disertai dengan semakin banyak brondolan yang masih melekat dengan janjanganya dan tidak lepas pada proses pemipilan. Sedangkan semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpilih semakin tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semakin rendah. Kehilangan minyak dalam air kondensat semakin tinggi.

2. Perebusan buah tandan kelapa sawit dengan sistem tiga puncak dilakukan dengan pengoptimalan:

a. Tekananuap : 2,3 – 2,8 Kg/cm2 b. Waktu : 80 – 90 menit c. Temperatur : 1300C

(44)

0,71 % angka ini telah mencapai batas standart mutu kehilangan minyak, sehingga mutu minyak kelapa sawit dapat terjamin.

5.2. Saran

1. Tekanan uap yang terlalu tinggi sebaiknya dihindari karena dapat mengakibatkan kehangusan pada buah ini dapat menyebabkan kenaikan angka lossis (kehilangan minyak).

2. Operator setiap stasiun pengolahan dan karyawan tetap bekerja dengan seefektif dan seefesien mungkin agar hasil produksi tercapai maksimal. 3. Tetap memperhatikan dan mengawasi penggunaan seluruh peralatan

pabrik agar proses pengolahan berjalan baik dan lancar.

4. Semua karyawan dipabrik sebaiknya tetap menggunak analat pelindung diri (APD) untuk menghidari dari kecelakaan saat bekerja.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anonim.2001. Asiatic Lion Information Center.Diakses 10 April 2013 pada jam 11.30 di http://www.asiaticlion.org/.

Fauzi, Yan dkk. 2007. KelapaSawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hadi.M.2004. Teknik berkebun Kelapa. Edisi Pertama. Cetakan I. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Karim, A. 2005.Metode Kwalitatip Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hillir. Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Risza, S.1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit Kanikus.

Gambar

Gambar 2.1.Pembentukan trigliserida oleh asam lemak.
Tabel 2.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Tabel 2.4. Standar Mutu SPB dan Ordinary
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa yang diperoleh dalam percobaan yang dilakukan dilaboratorium PKS Pabatu-Tebing Tinggi pada angka kehilangan minyak di stasiun perebusan apakah

Tekanan yang rendah dan waktu perebusan yang singkat akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut yaitu, buah yang kurang masak sehingga brondolan tidak lepas dari tandan yang

Menurut faktor tekanan lawan, menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dilakukan dengan menaikkan tekanan dengan mengatur cone, namun hal ini akan menyebabkan

Metode Kwalitatip Pengolahan Kelapa Sawit dan Program Peringatan, Program Perawatan pada Pabrik Kelapa Sawit dengan bantuan Komputer.. Medan : Lembaga

PENGARUH WAKTU PEREBUSAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT PUNCAK KETIGA (HOLDING TIME) DI PT.. HARKAT

Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran.. Jakarta:

Bila udara dalam ketel rebusan tidak dikeluarkan secara sempurna akan terjadi pencampuran udara dan uap yang mengakibatkan temperatur turun dan pemindahan panas dari uap ke

Diharapkan dengan adanya puncak-I dan ke-II, udara didalam tandan sudah tidak ada dan proses perebusan yang sebenarnya pada puncak –III, dapat dilakukan dengan sempurna