PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU PEREBUSAN
TERHADAP KEHILANGAN MINYAK DAN KADAR NOS (
NON-OIL SOLID) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN PEREBUSAN
DENGAN POLA PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK
( TRIPLE PEAK) DI PTPN III PKS RAMBUTAN
TEBING TINGGI
KARYA ILMIAH
HARRY LAKSANA T
072409048
PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU PEREBUSAN
TERHADAP KEHILANGAN MINYAK DAN KADAR NOS (
NON-OIL SOLID) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN PEREBUSAN
DENGAN POLA PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK
( TRIPLE PEAK) DI PTPN III PKS RAMBUTAN
TEBING TINGGI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
HARRY LAKSANA T
072409048
PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU
PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK DAN KADAR NOS ( NON-OIL SOLID ) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN PEREBUSAN DENGAN POLA PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK ( TRIPLE PEAK )
DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : HARRY LAKSANA T Nomor Induk Mahasiswa : 072409048
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Mei 2010
Diketahui/ Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing
PERNYATAAN
PENGARUH TEKANAN UAP DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK DAN KADAR NOS ( NON-OIL SOLID) PADA AIR
KONDENSAT DI STASIUN PEREBUSAN DENGAN POLA PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK ( TRIPLE PEAK) DI PTPN III PKS RAMBUTAN
TEBING TINGGI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Kasih KaruniaNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini dengan sebaik mungkin dan dengan waktu yang telah ditentukan. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi program D3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU Medan.
Adapun judul karya ilmiah ini adalah “Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak dan Kadar NOS ( Non- Oil Solid ) pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan dengan Pola Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi”.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah PKL dilaksanakan, kepada:
1. Kedua orang tua penulis, J. R. Tampubolon dan N. Samosir yang telah memberikan motivasi, dukungan moril dan materil, serta dukungan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Kakak penulis : Emma serta kedua adik penulis: Frans dan Melva yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
3. Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan. 5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS Sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA
6. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M. Phil selaku Koordinator Jurusan Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing dan membantu kelancaran studi penulis.
7. Bapak/ Ibu Staff pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Teman - teman seperjuangan semasa SMA dulu: Bernad, Daniel, Martin,
Armeny, David, Veronica, Novita, seluruh Anak – anak XII IPA 4 (Skin Head) SMA Negeri 1 T. Tinggi, trimakasih atas doa dan dukungannya.
9. Teman - teman CM-SI, Bang Rian, Safri, Nataniel, Janes, Doris, Elisa, Elsi, Nelly, Devi, Dina, Uli, Eka, Serta Staff LPMI, Mas Catur, Pak Ramson, Bang Alven, Kak silvi, Kak Roita . Trimaksih atas doa dan dukungannya.
10.Teman satu kelompok PKL: Agus Purnama Sari dan Novita Putri, teman – teman yang PKL bersama dengan penulis: Lina, Depi, Nova Dana, Harry Idriswan , Mega, Devi, yang telah banyak membantu penulis selama PKL, yang selalu bersama dalam suka maupun duka selama PKL, teman-teman yang menjadi inspirasi: Muhamad Arif dan Jefri ardi, serta teman-teman seperjuangan Kimia Industri stambuk 2007.
11.Bapak Zulkifli yang telah memberikan bimbingan selama PKL, trimaksih atas nasehatnya “ TOPI”, Buk Elfrida, Bapak Edy Pardede, Ibu silalahi Kerani Laboratorium dan seluruh Karyawan, serta pimpinan PTPN III PKS Rambutan yang telah banyak membantu selama PKL.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan dalam materi dan cara penyajiannya dengan kata lain masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis ucapkan trimakasih.
Medan, Mei 2009
ABSTRAK
THE EFFECT STERILIZING PRESSURE AND TIME TOWARD THE LOSS OF OIL AND NON-OIL SOLID VALUE IN CONDENSATE WATER AT
TRIPLE PEAK STERILIZING SYSTEM ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.1.1 Pembentukan minyak dalam buah 6 2.1.2 Pematangan buah 7 2.2.3 standar mutu minyak sawit 12
2.3 Perebusan TBS 14
2.3.2 Perlakuan – perlakuan pada saat perebusan 16 2.3.4 Faktor – faktor peningkat efisiensi pelepasan
buah dalam proses perebusan 22 2.3.5 Operasionasi dan perawatan rebusan 27
BAB 3 BAHAN DAN METODE 30
3.1 Alat – alat 30
3.2 Bahan 30
3.3 Prosedur Percobaan 31
BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 33
4.1 Hasil 33
4.1.1 Data 33
4.1.2 Perhitungan 34
4.2 Pembahasan 36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 40
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 42
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS 9 Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit
dan minyak inti kelapa sawit 10 Tabel 2.3. Nilai Fisiko – Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit 11 Tabel 2.4. Sifat Minyak Kelapa Sawit sebelum dan sesudah dimurnikan 12 Tabel 2.5 Standar Mutu SPB dan Ordinary 14 Tabel 4.1. Hasil analisa kehilangan minyak dan kadar NOS pada
Air kondensat 33
Tabel 4.2. Pengaruh Tekanan Uap dan Lama Perebusan terhadap persentase Kadar Minyak dan NOS ( Non-Oil Solid ) di dalam Air Kondensat ( air rebusan ) yang dianalisa
di laboratorium PKS Rambut an 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Grafik sistem perebusan satu puncak 17 Gambar 2.2. Grafik sistem perebusan dua puncak 17 Gambar 2.3. Grafik sistem perebusan tiga puncak datar 18 Gambar 2.4. Grafik sistem perebusan tiga puncak bertahap 18 Gambar 6.1. Petunjuk pengoperasian sterilizer 44 Gambar 6.2. Ketel perebusan ( sterilizer ) 45 Gambar 6.3. Grafik kadar kehilangan minyak VS Tekanan uap
perebusan 46
ABSTRAK
THE EFFECT STERILIZING PRESSURE AND TIME TOWARD THE LOSS OF OIL AND NON-OIL SOLID VALUE IN CONDENSATE WATER AT
TRIPLE PEAK STERILIZING SYSTEM ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan kelapa sawit merupakan rangkaian proses pengolahan Tandan Buah Segar
( TBS ) menjadi Minyak Sawit ( Crude Palm Oil : CPO ) dan Inti Sawit ( Kernel ).
Pengolahan TBS di Pabrik bertujuan memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik.
Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat.
Dimana tahap-tahap proses pengolahan TBS mempengaruhi proses pada tahap
berikutnya. Salah satu proses pengolahan kelapa sawit adalah Proses perebusan.
Tandan Buah segar ( TBS ) mengandung sejumlah zat yang harus di musnakan
terlebih dahulu untuk menghasilkan pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan
suhu tinggi dalam rebusan akan menonaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase
yang terdapat dalam buah sehinggga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak
bebas dan proses oksidase minyak dapat dihentikan. ( Soepadiyo Mangoensoekarjo,
2003 )
Dalam Perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135oC
dengan tekanan 2,0 – 2,8 kg/cm2 selama 80 – 90 menit. Proses perebusan dilakukan
secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasilnya yang optimal.
yang tinggi. Temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan inti
sawit. Pada minyak sawit juga harus diperhatikan tingkat pemucatannya . Oleh karena
itu, inti sawit yang diperoleh harus berwarna putih. ( Iyung Pahan, 2006 )
Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak adalah sebagai
berikut:
I. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpilih semakin tinggi,
atau persentase tandan yang tidak terpipil semangkin rendah.
II. Semangkin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan menghasilkan biji
yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.
III. Semakin lama perebusan buah maka kehilangan minyak dalam air kondensat
semangkin tinggi.
IV. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan kosong
semangkin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan kosong akibat
terdapatnya rongga-rongga kosong.
V. Semangkin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan semangkin
menurun, yang dapat diketahui dengan penurunan nilai Deterioration of
Bleachability Index (DOBI). ( P. M. Naibaho, 1996 )
Pabrik kelapa sawit telah menetapkan kehilangan minyak pada stasiun
perebusan sebesar 0,7 %. Karena angka kehilangan minyak merupakan efisiensi
ekstraksi minyak, oleh sebab itu setiap buangan air kondensat atau sisa-sisa buangan
Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk membahas tentang kehilangan min yak
dan kadar NOS (Non-Oil solid) pada air kondensat, sehingga mengambil judul untuk
karya ilmiah ini adalah :
“ Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak dan
Kadar NOS ( Non- Oil Solid ) pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan dengan Pola
Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) di PTPN III PKS Rambutan Tebing
Tinggi”.
1.2 Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah:
Bagaimana pengaruh tekanan uap dan waktu perebusan terhadap kehilangan minyak
dan kadar NOS pada air kondensat ( air perebusan ) dengan pola perebusan sistem tiga
puncak ( Triple Peak ).
1.3 Tujuan
Adapun tujuuuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kadar minyak dan kadar NOS pada air kondensat ( air
rebusan ) di stasiun perebusan dengan pola perebusan sistem tiga puncak.
2. Untuk mengetahui pengaruh tekanan uap dan waktu perebusan terhadap
kehilangan minyak dan kadar NOS pada air kondensat ( air rebusan )
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :
- Untuk mendapatkan langkah yang tepat dan efisien dalam pengolahan
kelapa sawit dengan kadar kehilangan minyak rendah pada air kondensat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis
golongan plama yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit mempunyai beberapa
jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura ( D ), Tenera (T), dan pisifera ( P).
Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara
memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut
dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang
tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera.
Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pesifera, memiliki cangakang
tipis dengan cincin serat di sekeliling biji, ekstraksi minyak memiliki sekitar 22-25%.
Psifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan
sebagai tanaman komersial.
Tandan kelapa sawit baru dapat memproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan
setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS)
atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai
3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit
umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan berat
brondolan berkisar 10-20 g.
TBS diolah di pabrikkelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak
dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah
atau crude palm oil (CPO, MKS) dan inti (Kernel,IKS) harus diolah lebih lanjut untuk
dijadikan produk jadi lainnya. ( Iyung Pahan, 2006 )
2. 1. 1 Pembentukan minyak dalam buah
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daing buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada
kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat
fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari
setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak
sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah
memberondol normal.
Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang
mengandung asam lemak jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi
Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk
emulsi pada kantomg – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah,
maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.
Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari
maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia yang disebut karotin. Setelah
penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi
pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-hijauan.
2. 1. 2 Pematangan buah
Dalam proses pematanggan buah terjadi pembentukan komponen buah dan
setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase
pematangan. Pada fase pematangan buah terjadi beberapa hal:
a. Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada
inti sawit dan daging buah.
b. Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat diliihat bahwa
ikatan antar serat kurang dengan tekstur lunak.
c. Perobahan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hijau
kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi Orange/ merah jingga.
d. Fisik buah brubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram.
Setelah terjadi proses perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan
gliserol, maka buah mulai lepas dari bulinya. Proses ini lebih cepat terjadi jika panas
2. 1. 3 Panen
Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.
Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya.
Buah yang jatuh tersebut disebut membrodol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong
tandan buah masak, memungut brondoloan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat
pengumpulan hasil akhir (TPH) serta ke pabrik . Perlu memperhatikan beberapa
criteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan
rendemen minyak yang paling tinggi dengan kualitas minyak yang baik.
2. 1. 4 Fraksi TBS dan mutu panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat diperlukan
sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah
dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan
mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu
minyak yang akan diperoleh sangat di tentukan oleh faktor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilah pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persntase
belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga
rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS
yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termaksuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal lima fraksi TBS.
Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika
tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.
Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS
Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan
00
Tidak ada, buah berwarna hitam
1-1,25% buah luar membrondol
12,5-25% buah luar membrondol
25-50% buah luar membrondol
50-75% buah luar membrondol
75-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol, ada
buah yang busuk
Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.
minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan
karotenoida (terutama ß-karotena), berkonsentrsi sangat padat pada suhu kamar
(konsentrasi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam
keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.
2. 2. 1 Komposisi minyak kelapa sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah
yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.
Rata-rata komposis minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.2. Bahan
yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam lemaak Minyak kelapa sawit
Kandungan karoten dapat mencapai 100 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak
jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan
dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.
2. 2. 2 Sifat Fisiko-Kimia
Sifat fisiko kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,
klarutan , titik cair dan polimorphism, titik didih ( boiling point ), titik pelunakan,
slipping point, shot melting poin; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity
point ), titik asap, titik nyala dan titik api.
Beberapa sifat fisio-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table
2.3.
Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit
Bobot jenis pada suhu kamar
Indeks bias
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisah setelah
proses pemucatan, karena asam-asam lamek dan gliserida tidak berwarna. Warna
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga taejadi akibat adanya
asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.
Titik cair minyak sawit barada dalam kisaran suhu, karena minyak sawit
mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda.Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan
dapat dilihat pada table 2.4.
Tabel 2.4. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan
Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni
2. 2. 3 Standar Mutu Minyak Sawit
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang merupakan hal yang penting untuk
menentukan standar mutu yaitu: Kandungan air dan kotoran dalam minyak,
kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan
gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam
berat, dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen
dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas
serendah mungkin ( kurang lebih 2 persen atau kurang ), bilangan peroksida di bawah
2, bebas dari warna merah dan kuning ( harus berwarna pucat ) tidak berwarna hijau,
jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkinatau bebas dari ion logam.
Standar mutu special prime bleach ( SPB ), dibandingkan dengan mutu
Tabel 2.5. Standar Mutu SPB dan Ordinary
Kandungan SPB Ordinary
Asam lemak bebas (%)
Lori - lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan dengan bantuan
seperti loko, kapstander, dan lier. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan
2,8-3 kg/ cm2.
Setiap TBS yang diolah memerlukan ± 0,5 ton uap air yang dihasilkan oleh ketel uap.
Tekanan harus berada antara 2,8 – 3 kg/ cm2 dan lamanya perebusan berkisar 90
menit. Selanjutnya digunakan sistem perebusan triple peak ( tiga puncak ). ( Suyatno
Risza, 1994 )
2. 3. 1 Tujuan perebusan
Setiap PKS tentu menginginkan hasil minyak dengan kualitas yang baik,
perebusan sangat menentukan menentukan kualitas hasil pengolahan pabrik kelapa
sawit. Tujuan dari proses perebusan tandan buah segar yaitu menghentikan
perkembangan asam lemak bebas ( ALB ) atau free fatty acid ( FFA ), memudahkan
pemipilan, penyempurnaan dalam pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses
pengolahan inti sawit.
1. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid
(FFA)
Perkembangan assam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang
menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya
cukup dengan perebusan hingga temperatur 50oC selama beberapa menit.
Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus
dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.
2. Mempermudahkan pemipilan
Untuk meleoaskan brondolan secara manual, sebenarnya cukup dengan
merebus dalam air mendidih. Namun, Cara ini tidak memadai. Oleh
karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperature yang
semestinya di bagian dalam tandan buah.
3. Penyempurnaan dalam pengolahan
Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses
penguapan. Dengan berkurangnya kadar air, susunan daging buahan (pericarp)
berubah. Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah
pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah
pemisahan minyak dari zat nonlemak ( non-oil Solid). Pada saat yang sama ,
sel-sel minyak akan pecah dan berada dalam keadaan bebas pada saat
merupakan cairan emulsi yang berbeda sehingga lapisan minyak lebih mudah
dipisahkan saat proses pemurnian. Secara keseluruhan, akibat penguapan
sebagian air dari daging buah kemungkinan kehilangan minyak dalam serabut
maupun dalam lumpur buangan (sludge) pada proses pemurnian dapat ditekan.
4. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit
Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat
dari inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air
dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya
menjadi kurang. ( Iyung Pahan, 2006 )
2. 3. 2 Perlakuan-perlakuan pada saat perebusan
Merebus tidak cukup hanya dengan memasukkan uap panas ke dalam ketel
rebusan dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan
berubah-ubah agar terjadi kejutan-kejutan pada jaringan sel buah. Maksud dari membuat
kejutan-kejutan tekanan ini agar penetrasi panas kedalam jaringan buah serta
celah-celah diantara spiklet berjalan dengan baik. ( seperti sebuah kendaraan roda empat
yang rodanya terpelosok di dalam lumpur, agar terlepas dari jebakan lumpur
dilakukan gerakan mundur dan maju sehingga akhirnya lepas dari lumpur).
Pada perebusan kelapa sawit ada 3 sistem perebusan yang digunakan :
1. Sistem Perebusan Satu Puncak ( SPSP )
Uap panas pada temperatur 135oC-140oC dialirkan ke dalam ketel perebusan
sambil menaikkan tekanan. Apabilah tekanan telah mencapai norma tertentu
misalnya 3 Kg/cm2, maka tekanan dipertahankan selama waktu tertentu,
Sistem perebusan ini banyak dipakai pada pabrik-pabrik kelapa sawit tua
sebelum tahun 1970.
Gambar 2.1. Grafik sistem perebusan satu puncak
2. Sistem Perebusan Dua Puncak ( SPDP )
Uap panas dengan temperatur diinginkan dialirkan ke dalam ketel rebusan
sambil menaikkan pada tekanan tertentu. Setelah tekanan tercapai seperti
diinginkan tekanan diturunkan bertahap-tahap, kemudian tekanan dinaikkan
kembali.
Gambar 2.2. Grafik sistem perebusan dua puncak
Pada puncak terakhir biasanya dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan
dengan puncak pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak kedua
bersangkutan. Sistem perebusan sistem dua puncak jarang dipakai pada saat
ini, tetapi masih dapat ditemukan pada pabrik-pabrik tertentu.
3. Sistem Perebusan Tiga Puncak ( SPTP )
Sistem ini yang paling banyak digunakan pada saat sekarang , karena dianggap
lebih efisien dilihat dari segi kehilangan minyak dalam pengolahan.Ada
beberapa variasi sistem perebusan dalam upaya pabrik untuk mandapatkan
hasil olahan yang optimal, antara lain :
i. Perebusan Tiga puncak Datar
Gambar 2.3. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Datar
ii. Perebusan Tiga Puncak Bertahap
Gambar 2.4. Grafik sistem pererebusan Tiga Puncak Bertahap
2. 3. 3 Siklus Perebusan
Perebusan dilakukan dengan daur (siklus) sebagai berikut:
Pembuangan angin : 5 menit
Menaikkan tekanan sampai tekenan penuh : 20 menit
Merebus pada tekanan penuh : 50 menit
Buangan uap : 5 menit
Mengeluarkan dan memasukkan lori : 10 menit
Panjang siklus : 90 menit
Siklus minimum 90 menit tersebut dapat diperpanjang bergantung pada kapa
sitas perebusan yang dikehendaki. Tetapi yang diperpanjanjang adalah waktu
pengeluaran atau pemasukan lori saja. Interval antara masing-masing perebusan
tergantung pada jumlah rebusan yang dipakai. Interval adalah siklus dibagi jumlah
rebusan. Kapasitas perebusan per jam dihitung sebagai berikut:
60 x muatan rebusan
Siklus
Bagan diatas untuk sistem dengan teknan kerja 2,5 kg/ cm2. Untuk sistem
perebusan 3 puncak ( triple Peak) dengan tekanan kerja 3 kg/ cm2, siklus adalah
sebagai berikut:
Pembuangan angin : 5 menit
Menaikkan tekanan sampai puncak ketiga : 30 menit
Merebus pada tekanan penuh ( puncak ketiga ) : 20 menit
Buangan uap : 5 menit
Mengeluarkan dan memasukkan lori : 10 menit
Puncak pertama adalah 2 kg/cm2, kemudian buangan uap lalu mencapai
puncak kedua pada 2,5 kg/cm2, buangan uap lagi lalu puncak ketiga pada 3 kg/cm2.
Penaikkan atau pelepasan tekanan ini sampai mencapai puncak ketiga harus dapat
terlaksana dalam waktu 30 menit.
Penentuan waktu dan suhu atau tekanan perebusan adalah hasil kompromi.
Untuk mempertahankan daya pemucatan yang baik bagi minyak sawit, pembuangan
uadara ( mengandung oksigen) oleh desakan uap pada waktu pemasukkan uap dalam
rebusan harus dilakukan dengan sempurna, waktu perebusan harus sesingkat
mungkin, dan suhu perebusan harus serendah mungkin. Tetapi koagulasi albumin
menghendaki suhu di atas 100oC, demikian pula hidrolisis zat lendir, sedangkan
hidrolisis polisakarida untuk memudahkan pelepasan buah menghendaki suhu diatas
120oC.
Suhu maksimum selama 90 menit yang ditentukan adalah 130oC agar jumlah
inti yang berubah warnanya karena suhu tnggi tersebut masih dapat diterima, yaitu
tidak mengahasilkan minyak inti sawit yang sukar dipucatkan. Selain itu waktu
minimum pada suhu yang dipilih ditentukan oleh ukuran dan kematangan tandan.
Makin besar dan makin mentah tandannya, mangkin panjang waktu perebusannya,
agar kehilangan buah dalam TBK sekecil-kecilnya.
Pembuangan udara ( oksigen ) yang tidak sempurna akan berpengaruh buruk
terhadap daya pemucatan minyak sawit karena terjadi oksidasi, tetapi menyebabkan
suhu perebusan menjadi lebih rendah dari pada suhu yang seharusnya menurut
tekanan yang ditunjukkan, kerena adanya tekanan parsial udara di dalamnya.
dalam perebusan tetap nol, agar supaya turbulensi dan difusi pencampuran uap dengan
uadara hanya terjadi sedikit mungkin dan udara terdesak ke luar sebanyak-banyaknya.
Pembuangan udara dapat dianggap selesai jika sudah ada uap yang turut keluar dari
pipa pembuangan udara.
Bagan perebusan harus diikuti dengan tertib, yaitu tiap rebusan pada gilirannya
harus mengikuti daur dan interval yang telah ditetapkan, agar penarikan uap dari ketel
teratur. Interval yang selalu sama antara setiap perebusan juga akan menghasilkan
pengeluaran buah rebus yang teratur dan selalu sama jumlahnya atau kapasitasnya,
sehingga kapasitas pengempaan pun dapat dibuat tetap, maka pengumpanan bahan
bakar serabut ke boiler juga teratur dan tetap sama. Pemasukan uap pada peningkatan
tekanan juga tidak boleh terlalu cepat, jauh melebihi kecepatan penyediaan uap tekan
lawan dari mesin atau turbin uap, agar penambahan uap langsung, adalah uap panas
lanjut, tidak terlalu banyak, karena akan menimbulkan suhu sementara terlalu tinggi
pada bagian-bagian tertentu dalam rebusan, juga agar ketel tidak mengalami kejutan.
Kehiangan minyak karena perebusan dapat terjadi dalam air rebusan dan
dalam TBK. Kehilangan ini bertambah jika banyak tandan busuk dan banyak luka.
Kehilangan minnyak dalam buak dalam TBK bartambah jika perebusan kurang,
misalnya banyak buah mentah, sehingga penebahan tidak sempurna. ( Soepadiyo
2. 3. 4 Faktor-faktor Peningkat Efisiensi Pelepasan Buah dalam proses perebusan
Faktor-faktor yang diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi pelepasan buah
dalam proses perebusan antara lain:
1. Pembuangan udara
Udara merupakan penghantar panas yang lambat dan berpengaruh
negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan
menurunkan tekanan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa udara yang
terdapat dalam bejana rebusan hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu, cara ini
disebut “daerasi”.
Upaya memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan ialah dengan:
a. Mengatur isian lori agar buah di susun penuh sesuai dengan kapasitas
disain. Keadaan ini sering tidak disertai oleh sioperator, yang perlu
diketahui bahwa pengisian lori yang penuh selain mengurangi jumlah
udara dalam bejana juga mempertahankan kapasitas olah.
b. Melakukan deaerasi, yaitu pembuangan udara dari bejana
Dengan cara pengusiran oleh uap. Deaerasi dilakukan dengan
memasukkan uap dari bagian atas bejana rebusan dan mengeluarkannya
dari bagian dasar bejana. Uap dimasukkan dari atas bejana karena berat
jenis udara lebih tinggi dibandingkan dengan uap air, yakni berat jenis
uap pada suhu 100oC adalah 0,598 kg/m3, sedangkan uadara bercampur
perbedaan berat jenis tersebut merupakan alasan pemilihan tempat titik
masuk uap.
Pembuangan uadara yang terlalu cepat dapat menyebabkan
terjadinya turbulensi uap yaitu percampuran antara uadara dengan uap
yang menyebabkan kebutuhan waktu deaerasi yang lebih lama. Di
dalam pelaksanan deaerasi perlu diperhatikan beberapa hal:
Lama deaerasi, semangkin lama proses deaerasi maka semakin
sempurna proses pembuangan udara akan tetapi sebaliknya terjadi
penurunan kapasitas olahan sterilizer.
Proses deaerasi dapat dilakukan bertahap dan terpadu denagan pembuangan air kondensat terus-menerus melalui pipa kecil ( diameter
0,5 inchi) di dasar rebusan.
2. Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana rebusan yang
merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam
rebusan akan mengadsorbsi panas yang diberikan sehingga jumlah air semakin
bertambah. Pertambahan ini yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air
kondensat dan akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.
Diperkirakan jumlah air kondensat 13 persen dari TBS yang diolah,
sehingga oleh beberapa pabrik dilakukan blow down terus menerus melalui
pipa diameter inchi. Cara ini menunjukkan buah rebus yang kering dan lebih
3. Lamanya perebusan
Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga kebagian tandan
yang paling dalam. Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi
minyak adalah sebagai berikut:
i. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpilih semakin
tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semangkin rendah.
ii. Semangkin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan
menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.
iii. Semakin lama perebusan buah maka kehilangan minyak dalam air
kondensat semangkin tinggi.
iv. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan
kosong semangkin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh
tandan kosong akibat terdapatnya rongga-rongga kosong.
v. Semangkin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan
semangkin menurun, yang dapat diketahui dengan penurunan nilai
Deterioration of Bleachability Index (DOBI).
Lama Perebusan yang menjadi penentu dan yang berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi dan mutu minyak adalah masa penahanan pada puncak
terpanjang ( untuk triple peak adalah puncak ke 3).
4. Pembuangan Uap
Pembuangan uap dilakukan dengan sistem perebusan yang dilakukan.
Uap dibuang melalui cerobong atas yang pipanya berukuran besar diameter 8
inchi. Umumnya ukuran pipa pembuangan lebih besar dari pipa uap masuk
mudah lepas dari tangkainya. Pembuangan uap pada peak-peak sebelum akhir
perebusan pada SPDP dan SPTP dilakukan bersamaan dengan pembuangan air
kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung uap (
blow up ) air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus
kering. Untuk mempermudah pengaturan uap dapat dilakukan dengan
automatic control valve yang belakangan ini telah banyak digunakan oleh PKS
yang baru didirikan.
5. Penyaluran uap masuk dan keluar selama perebusan
a. Manual, yang kesemuanya kejadian pemasukan uap, pengeluaran uap dan
kondensat menggunakan tenaga manusia. Seperti diutarakan diatas bahwa
pengaturan uap didasarkan pada kondisi sumber uap dan pemakaian uap.
Karena pelaksanaannya membutuhkan kekuatan fisik di operator maka
diperlukan 2-3 orang tiap sift untuk kapasitas 30 ton TBS/jam. Dalam
pelaksanaan pola perebusan tiga puncak maka keadaan pembukaan dan
penutupan kran uap sangat sibuk sehingga sering terlupakan
kegiatan-kegiatan yang seharusnya dikerjakan pada pola tiga puncak.
b. Automatisasi, yang menggunakan bantuan alat yang diprogram. Pada
perebusan manual yang digunakan adalah kran” globe valve” yang
merupakan pemutaran beberapa kali dan membutuhkan waktu yang lama
untuk buka/tutup 100% dan 0%. Karena kelemahan tersebut maka
dikembangkanlah automatisasi yang didasarkan pada waktu dan tekanan
rebusan. Untuk mempertinggi efisiensi pengoperasian pembukaan dan
pembukaan dan penutupannya dibantu oleh alat “compressor” dan
dikontrol dengan program.
i. Automatisasi dasar waktu, yaitu pembukaan dan penutupan kran
uap masuk, keluar dan air kondensat didasarkan pada waktu yang
telah ditetapkan. Waktu yang menjadi dasar adalah tahapan waktu
selama perebusan. Tahapan yang diprogramkan didasarkan pada
tekanan rebusan yang normal, dan apabila terjadi perubahan
tekanan uap dari “back pressure vessel” tidak menunda atau
memperpanjang masa rebus. Dengan kata lain buah yang direbus
masak atau tidak masak kran buangan uap atas dan air kondensat
secara otomatis akan terbuka.
ii. Aoutomatisasi dasar tekanan, yaitu masa rebusan dihitung bila
tekanan tercapai, hal ini berbeda dengan dasar waktu. Apabila
penjumlahan waktu yang didasarkan pada tekanan uap dalam
sterilizer yang dirancang telah tercapai maka program logic
computer (PLC) mengatur compressor untuk membuka dan
menutup kran. Pada program ini dapat dikembangkan untuk
mengatur pemasukkan uap dalam % pada sterilizer berarti bukan
hanya 0% dan 100%, akan tetapi dapat diatasi 85% dan
sebagainya.
6. Pengangkutan buah rebus
Buah rebus yang keluar dari rebusan segera akan dipipil. Lori tersebut
ditarik dengan tali atau didorong dengan “forklift” atau “lako”. Buah tersebut
a. Tipler, yaitu buah yang berada dalam lori dituang ke dalam bak
yang berbentuk cone dengan cara berputar pada sumbu. Cara ini
dahulu dikembangkan pada pabrik yang memiliki sterilisasi tegak.
Alat ini mempunyai kelemahan yaitu kerusakan pada “ Bunch
elevator” akibat beban yang berat dan panas, yang menjadi
penyebab stagnasi. Kemudian ini dikembangkan pada pabrik yang
membuat letak tippler lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan
sehingga tidak menggunakan bunch elevator.
b. Hoisting crane
Buah rebusan yang telah dikeluarkan dari sterilizer diangkut keatas
dengan menggunakan “hoisting crane”, yang kemudian dituang
dengan cara memutar lori pada titik sumbu. Buak akan jatuh ke
mulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga
saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. Interval
pengangkutan buah ke “Tresher” dilakukan secara kontiniu, yang
didasarkan pada kapasitas olah dan kapasitas alat. ( P. M. Naibaho,
1996 )
2. 3. 5 Operasionasi dan perawatan rebusan
Rebusan merupakan sebuah bejana tekanan yang bekerja dengan tingkat resiko
yang tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum
dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat penunjuk
tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever, dan
i. Packing pintu
Kerusakan packing pintu biasanya terjadi pada baggian bawah pintu rebusan
karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar
diperiksa. Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.
ii. Alat penunjuk tekanan ( manometer)
Manometer terdapat di bagian atas pintu depan dan belakang rebusan.
Fungsinya untuk menunjukkan apakah tekanan dalam perebusan masih ada
atau tidak. Operator harus memperhatikan apakah masih ada tekanan atau
tidak pada saat hendak membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap
di dalam rebusan banar-banar sudah nol sebab uap akan menyembur jika
masih ada tekanannya.
iii. Pelat penyaring kondensat
Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus
sering diperiksa, jangan sampai tersumbat, air kondensat ini akan tergenang di
lantai rebusan dan mempercepat rusaknya packing pintu rebusan.
iv. Katup pengaman
Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi dengan baik
atau tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan
v. Cantilever
Cantilever berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori ke dalam
reebusan. Cantilever harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar
lori yang keluar-masuk rebusan tidak terguling atau jatuh.
vi. Pompa kondensat
Lantai sekitar rebusan tidak boleh dugenangi oleh air kondensat karena
temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang
menyebabkan lantai menjadi licin.
Bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu
serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan. Semua
peralatan rebusan memerlukan perhatian.
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat – alat
− Cawan Petridish
− Neraca Analitik
− Timbel
− Soklet
− Kondensor Pyrex
− Hot Plate
− Oven
− Desikator
− Kertas Saring
− Kapas
− Tang Jepit
− Labu Alas Pyrex 250 ml
3.2 Bahan
− Sampel Air Kondensat ( air rebusan )
3.3 Prosedur Percobaan
− Diambil sampel air kondensat pada tekanan 1,5 kg/cm2, 2 kg/cm2, dan 2,8
kg/cm2.
− Didinginkan.
− Dimasukkan sampel air kondensat lalu ditimbang.
− Ditimbang cawan petridish yang telah dilapisi dengan kertas saring memakai
neraca analitik.
− Dimasukkan cawan petridish yang telah berisi masing- masing sampel ke
dalam oven pada suhu 105o C selama 3 jam.
− Dikeluarkan sampel dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama 15
menit.
− Ditimbang cawan yang telah diovenkan.
− Dimasukkan sampel ke dalam timbel lalu ditutup dengan kapas.
− Ditimbang labu alas kosong, kemudian diisi dengan n-heksan sebanyak 250
ml.
− Dimasukkan timbel ke dalam alat soklet.
− Diekstraksi dengan memakai kondensor sebagai pendingin dan hot plate
sebagai pemanas selama 4 jam.
− Dikeluarkan timbel dari alat soklet dan n-heksan yang telah bercampur dengan
minyak hasil ekstraksi didestilasi.
− Labu alas yang berisi minyak dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105oC
− Dikeluarkan labu alas dari oven kemudian dimasukkan ke dalam desikator
selama 15 menit.
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil 4. 1. 1 Data
Tabel 4.1 : hasil analisa Kehilangan minyak dan Kadar Nos Pada air Kondensat
Keterangan
P : Tekanan Steam
T : Waktu
A: Massa air rebusan
B: massa minyak dalam air rebusan
4. 1. 2 Perhitungan
Dari data yang dikumpulkan di laboratorium, maka dapat dihitung kadar
kehilangan minyak dan kadar NOS pada air kondensat hhang dinyatakan dalam %
berat.
− Persentase kadar minyak pada air kondensat
Kadar Minyak (%) = berat minyak x 100%
berat sampel
− Persentase Kadar NOS ( Non-Oil Solid ) pada air Kondensat
Kadar NOS (%) = 100% - ( %Minyak + % Air )
Sebagai contoh perhitungan diambil dari sampel No. 1 dari puncak I ( tekanan
1,5 Kg/cm2).
Berat cawan kosong + contoh = 33,1623
Berat cawan kosong = 13,5879
Setelah penguapan dalam oven selama ± 3 jam
Berat cawan kosong + Contoh setelah diovenkan = 15,1655
Berat cawan kosong = 13,5879
Berat Contoh setelah diovenkan = 1,5776
Berat minyak dalam air kondensat setelah diekstraksi
Berat Labu + Contoh = 110,4312
Berat Labu kosong = 110,1692
Berat contoh = 0,2620
- Kadar Minyak (%) = 0,2620 x 100%
19,5744
= 1,34 %
- Kadar Air (%) = Berat Sampel – Berat sampel setelah diovenkan x 100%
Berat sampel
= 19,5744 – 1,5776 x 100%
19,5744
= 17,9978 x 100%
19,5744
- Kadar NOS (%) = 100% - ( 1,34 + 91,94 )%
= 100% - 93,28%
= 6,72%
Sehingga didapat persentase rata- rata kadar minyak dan kadar NOS (
Non-Oil Solid) di dalam air kondensat (air rebusan) yang telah dianalisa di laboratorium
PKS Rambutan:
Tabel 4.2. : Pengaruh Tekanan Uap dan Lama Perebusan terhadap persentase Kadar
Minyak dan Kadar NOS (Non-Oil Solid) di dalam Air Kondensat ( Air
Rebusan) yang Dianalisa di Laboratorium PKS Rambutan
No.
Sampel air
rebusan
Tekanan
(Kg/Cm2)
Kehilangan Minyak Kadar NOS
90
Dari data analisa terlihat bahwa kehilangan minyak akan bertambah jika
tekanan dan waktu perebusan bertambah. Adanya tekanan mengakibatkan
guncangan-guncangan dimana buah seolah-olah dikempa sehingga minyak keluar
air kondensat akan semangkin tinggi. Dengan demikian penggunaan tekanan dan
waktu perebusan yang optimal memperkecil kadar kehilangan minyak tanpa harus
mengurangi kualitas dari minyak yang akan dihasilkan. Pada perebusan 90 menit
merupakan perebusan yang optimal. Pada perebusan ini diperoleh kadar lossis yang
rendah dengan mutu minyak yang dihasilkan baik. Jikalau waktu perebusan yang
diberikan lebih dari 90 menit dapat mempengruhi tingginya lossis minyak pada air
kondensat, tandan kosong, ampas press, dan merusak mutu minyak yang dihasilkan.
Selain itu waktu perebusan lebih dari 90 menit ini akan memperekecil kapasitas
olahan pabrik.
Kadar NOS ( Non-Oil Solid ) pada puncak kedua mengalami penurunan, hal
ini disebabkan karena pada pembuangan puncak pertama sebagian besar kotoran telah
terbuang. Pada puncak kedua ini buah mulai mengalami pemasakan. Dengan
penambahan tekanan yang semangkin tinggi maka sisa-sisa pembuangan pada puncak
pertama dan puncak kedua serta kotoran yang masih tertinggal pada buah akan
dibuang pada puncak ketiga. Tingginya kadar NOS tidak dipengaruhi oleh lamanya
waktu perebusan, akan tetapi dipengaruhi oleh banyaknya kotoran pada buah tersebut.
Semangkin banyak kotoran pada buah maka kadar NOS pada air kondensat akan
semangkin tinggi.
Dari hasil analisa diperoleh kadar minyak pada air kondensat telah melewati
ketentuan yang ditetapkan oleh pabrik, dimana kehilangan minyak pada air kondensat
yang telah ditentukan sebesar 0,7%. Tingginya kadar kehilangan minyak dalam air
i. Penimbunan buah
Buah yang diolah sebaiknya langsung diolah dalam keadaan segar. Di lapangan
dijumpai sering sekali buah menumpuk berhai-hari yang dapat meningkatkan
kadar ALB dan Kehilangan minyak pada air kondensat.
ii. Buah yang luka
Buah yang luka mengakibatkan semankin tingginya tingkat kehilangan minyak
saat proses perebusan yang terbuang bersama air kondensat. Kerusakan buah ini
terjadi pada pemanennan, pengangkutan, bahkan pada saat perlakuan di pabrik
terutama saat pemindahan buah ke Loading Ramp.
iii. Fraksi buah lewat matang
Adanya fraksi buah lewat matang mempenggaruhi tingginya kadar minyak yang
hilang (lossis) pada air kondensat.
iv. Tekanan Uap Perebusan
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, perlu diperhatikan tekanan uap
perebusan yang digunakan. Tekanan uap perebusan yang optimal adalah 2,8
kg/cm2.
Apabila tekanan uap terlalu rendah akan menyebabkan sebagai berikut:
1.Buah kurang masak, mengakibatkan buah tidak terlepas dari tandan kosong
pada proses pemipilan, dan mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan
minyak yang tidak dapat terpipil pada janjang kosong.
2.Dalam perebusan tekanan yang tinggi dengan sendirinya mengakibatkan
temperature yang tinggi. Dengan penambahan uap yang terlalu rendah
mengakibatkan masih tingginya kadar air pada biji yang mengakibatkan
3. Pelumatan dalam digester tidak sempurna yang mengakibatkan sebagian
daging buah tidak terlepas dari biji.
4.Ampas / fiber masih basah yang mengakibatkan pembakaran dalam ketel uap
tidak sempurna.
Aapabila tekanan uap perebusan tinggi akan menyebabkan:
1. Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air kondensat dan tandan
kosong bertambah.
2.Mutu minyak akan turun.
3.Buah akan menjadi gosong, disebabkan karena kenaikkan tekanan yang sejalan
dengan meningkatkan temperature.
v. Waktu perebusan.
Waktu perebusan yang terlalu lama akan meningkatkan kehilangan minyak pada
air kondensat , tandan kosong, dan ampas press. Waktu perebusan yang optimal
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
vi. Rata-rata kadar minyak dan NOS yang terdapat pada air kondensat selama
proses perebusan dengan pola perebusan sistem tiga puncak ( triple peak ) dan
waktu prebusan 90-110 menit di PKS rambutan adalah rata-rata kadar minyak
yang hilang sebesar 1,70-2,32 % dan kadar NOS sebesar 5,13 – 7,08% .
vii. Semangkin tinggi tekanan uap dan waktu perebusan maka kadar kehilangan
minyak pada air kondensat semangkin tinggi. Semangkin tinggi tekanan maka
kadar NOS yang terdapat dalam air kondensat akan semangkin tinggi,
sedangkan lamanya waktu perebusan tidak mempengaruhi tingginya kadar
NOS, hal ini disebabkan karena tingginya kadar NOS didalam air kondensat
dipengaruhi oleh kebersihan dari buah tersebut.
5.2 Saran
- Hendaknya buah yang telah dipanen langsung diolah di pabrik guna
memperkecil kehilangan minyak dalam air kondensat selama proses
- Dalam pemanenan, pengangkutan, dan penimbunan pada loading ramp
hendaknya kerusakan buah diperkecil selama perlakuan tersebut, agar
memperkecil kadar ALB dan kehilangan minyak pada air kondensat.
- Diharapkan dalam pengolahan di pabrik hendaknya dalam setiap perlakuan
yang diberikan harus sesuai dengan standar prosedur operasi kerja yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,
Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Karim, A. 2005. Metode Kwalitatip Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Lembaga
Pendidikan Perkebunan.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta: UI-Press.
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.
Risza, S.1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit
Gambar 6. 2. Ketel Perebusan ( sterilizer )
Keterangan :
1. Jembatan kantilever 2. Pintu masuk Lori
3. Pressure Gaudge
4. Lori
5. Pipa Inlet Steam 6. Pipa Outlet Steam
7. Safety Valve
8. Ketel rebusan 9. Pintu keluar Lori
10.Rail Track didalam rebusan
11.Pondasi (kaki rebusan)
12.Pipa pembuangan air kondensat 13. Termometer.
1
3 2
5 6 7 8
9
10
4 11
13
Gambar 6.3.
Tekanan Uap Perebusan ( Kg/ Cm²)
Grafik Kadar Kehilangan Minyak VS
Tekanan Uap Perebusan
90 menit
100 menit
Gambar 6. 4.
Tekanan Uap Perebusan ( Kg/ Cm²)
Grafik Kadar NOS Vs Tekanan Uap
Perebusan
90 menit
100 menit
110 menit