• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Cara Dan Kebiasaan Membersihkan Wajah Terhadap Pertumbuhan Jerawat Di Kalangan Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Cara Dan Kebiasaan Membersihkan Wajah Terhadap Pertumbuhan Jerawat Di Kalangan Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN

WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI

KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

Oleh :

NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM

070100232

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN

WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI

KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana

Kedokteran

Oleh :

NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM

070100232

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap

pertumbuhan jerawat di kalangan siswa-siswi SMA Harapan 1 Medan

Nama : Nik Azzadeen Aziz Bin Faheem

NIM : 070100232

Pembimbing Penguji I

Tanda Tangan Tanda Tangan

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E,M.Med.Ed.) (dr. Sulfitni, M.Kes)

Medan, Nopember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Jerawat sampai saat ini selalu menjadi hal yang selalu mendapat perhatian baik dari kalangan remaja atau dewasa muda. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Prevalensi tertinggi pada umur 16-17 tahun (Goodman, 1999). Dari survey di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat, sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada 2007. Berbagai cara dan produk telah dihasilkan untuk mengurangi masalah jerawat tetapi masih ramai remaja mengalami masalah jerawat.

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap tingkat kebersihan wajah di kalangan siswa dan siswi SMA Harapan 1 Medan.

Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data adalah dengan pemberian kuesioner kepada responden dan melakukan observasi tingkat kebersihan wajah responden. Seramai 100 responden penelitian dari 497 orang siswa-siswi kelas X dan XI diambil sebagai responden dengan metode purposive sampling.

Hasil: Seramai 57 orang (57%) laki-laki dan 43 orang (43%) perempuan telah diambil sebagai responden dan menunjukkan tiada pengaruh berdasarkan uji

Chi-square dengan membandingkan skor kuesioner dengan tingkat kebersihan wajah

dengan hasil nilai (p = 0,001). Dengan menggunakkan nilai pembatasan (p< 0,05), hasil untuk penelitian ini menunjukkan ada pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat, tetapi dari hasil gambaran data tidak menunjukkan pengaruh.

Kesimpulan: Rata-rata siswa-siswi menggunakkan cara dan kebiasaan

membersihkan wajah yang sedang dan kurang efektif. Dari penelitian ini tiada pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat.

(5)

ABSTRACT

Background: Hitherto, acne has always been well concerned in teenagers and adolescent. This is not a fatal disease, but it’s very concerning since it can lessen one’’s facial feature and affect their confidence negatively. Based on a research by Goodman (1999), the highest prevalence is by age 16-17 years old. From a survey in Southeast Asia region, there was 40-80% case of acne, while the study group of cosmetic dermatology in Indonesia recorded 60% acne patients in 2006 and 80% in 2007. Many ways and products are produce to lessen this skin problem but still there are many teenages with acne.

Objective: This research is done to find whether there is influence of ways and habit of facial cleaning toward degree of acne within students from SMA Harapan 1 Medan.

Metode: Descriptive-Analytic research using cross section study method. Data was taken by giving out questioner to respondents while the degree of acne was observed. 100 respondents from 497 students class X and XI attended this research using purposive sampling.

Result: 57 male (57%) and 43 female (43%) were chosen for this research and was stated than no influence were found using Chi-Square test by comparing respondent’s score from the questioner with degree of acne on face with an outcome of (p = 0,001) shows that there are influence between ways and habits of facial cleaning and degree of facial acne, but according to data, no influence were found.

Conclusion: Average students use ways habits of facial cleaning that are less effective. From this research no influence was found between ways and habits of facial cleaning and the degree of facial acne.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin dan inayahNya dapat saya siapkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan jayanya. KTI ini bertajuk, ‘Pengaruh kebiasaan mencuci wajah terhadap pertumbuhan jerawat di kalangan siswa dan siswi SMA Harapan 1, Medan’. Saya secara langsung akan meneliti cara dan kebiasaan siswa dan siswi SMA Harapan 1 membersihkan wajah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan jerawat.

Dengan ini, sejuta penghargaan saya ucapkan kepada dosen pembimbing saya, dr. Hemma Yulfi yang telah banyak membantu saya dalam merangka dan menyiapkan proposal ini dengan baik. Terima kasih juga buat teman-teman yang sentiasa bersama dari persediaan untuk menyiapkan KTI hinggalah ke saat ini masih menyokong dan membantu dalam setiap urusan.

Dan akhirnya saya harap penelitian yang akan saya jalankan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan mendapat kerjasama dari semua pihak yang terlibat. Sekian terima kasih. Wassalam.

Medan, 30 April 2010.

Disediakan oleh,

(7)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………4

2.1 Anatomi kulit………4

2.1.1 Pendahuluan………...………..4

2.1.2 Lapisan Epidermis………4

2.1.3 Lapisan Dermis………...………...5

2.1.4 Lapisan Subkutis………..6

2.1.5 Adneksa Kulit……….……… 6

2.2 Jerawat………...9

2.2.1 Patogenesis……….………...…….………….…………...9

2.2.2 Klasifikasi………..………..….………..11

2.2.3 Gradasi………...…………..….…………...……..12

2.3 Cara dan Kebiasaan Mencuci Wajah………..…...15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...17

3.1 Kerangka Konsep……….17

BAB 4 METODE PENELITIAN...20

4.1 Jenis Penelitian………20

(8)

4.3 Populasi dan Sampel………20

4.3.1 Populasi……….20

4.3.2 Sampel………...…...20

4.3.3 Besar Sampel………..21

4.4 Teknik Pengumpulan data………...21

4.5 Pengolahan dan Analisa Data……….22

BAB 5 PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………....23

5.1 Hasil Penelitian………23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………23

5.1.2 Karakteristik Individu………23

5.1.3 Hasil analisa Data………...24

5.2 Pembahasan………...27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………30

6.1 Kesimpulan………30

6.2 Saran………..30

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Variabel dan Definisi Operasional……… 17

5.1 Distribusi sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelas……. 23 5.2 Gambaran Hasil Cara dan Kebiasaan Siswa-Siswi

SMA Harapan 1 Medan Membersihkan Wajah……… 24 5.3 Gambaran Cara dan Kebiasaan Siswa-siswi SMA Harapan 1

Medan Membersihkan Wajah Berdasarkan Kelas………. 25 5.4 Gambaran Cara dan Kebiasaan Siswa-Siswi SMA Harapan 1

Medan Membersihkan Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin….. 25 5.5 Gambaran Tingkat Kebersihan Wajah Siswa-Siswi SMA

Harapan 1 Medan………. 26 5.6 Gambaran Tingkat Kebersihan Wajah Siswa-Siswi SMA

Harapan 1 Berdasarkan Jenis Kelamin……… 26 5.7 Gambaran Tingkat Kebersihan Wajah Siswa-Siswi SMA

Harapan 1 Medan Berdasarkan Skor Cara dan Kebiasaan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Kulit……….. 8

Gambar 2.2. Patogenesis Jerawat………... 10

Gambar 2.3. Gradasi I Akne Vulgaris……….. 13

Gambar 2.4. Gradasi II Akne Vulgaris………. 14

Gambar 2.5. Gradasi III Akne Vulgaris………... 14

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Inform Consent

Lampiran 3 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Data Induk

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7 Frekuensi Tingkat Total Skor

Lampiran 8 Frekuensi Tingkat Kebersihan Wajah

Lampiran 9 Potong Lintang Tingkat Jumlah Skor Dibanding Jenis Kelamin Lampiran 10 Potong Lintang Tingkat Kebersihan wajah Dibanding Jenis

Kelamin

Lampiran 11 Potong Lintang Tingkat Jumlah Skor Dibanding Tingkat Kebersihan wajah Chi-Square

Lampiran 12 Surat Keterangan SMA Harapan

(12)

ABSTRAK

Latar belakang: Jerawat sampai saat ini selalu menjadi hal yang selalu mendapat perhatian baik dari kalangan remaja atau dewasa muda. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Prevalensi tertinggi pada umur 16-17 tahun (Goodman, 1999). Dari survey di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat, sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada 2007. Berbagai cara dan produk telah dihasilkan untuk mengurangi masalah jerawat tetapi masih ramai remaja mengalami masalah jerawat.

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap tingkat kebersihan wajah di kalangan siswa dan siswi SMA Harapan 1 Medan.

Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data adalah dengan pemberian kuesioner kepada responden dan melakukan observasi tingkat kebersihan wajah responden. Seramai 100 responden penelitian dari 497 orang siswa-siswi kelas X dan XI diambil sebagai responden dengan metode purposive sampling.

Hasil: Seramai 57 orang (57%) laki-laki dan 43 orang (43%) perempuan telah diambil sebagai responden dan menunjukkan tiada pengaruh berdasarkan uji

Chi-square dengan membandingkan skor kuesioner dengan tingkat kebersihan wajah

dengan hasil nilai (p = 0,001). Dengan menggunakkan nilai pembatasan (p< 0,05), hasil untuk penelitian ini menunjukkan ada pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat, tetapi dari hasil gambaran data tidak menunjukkan pengaruh.

Kesimpulan: Rata-rata siswa-siswi menggunakkan cara dan kebiasaan

membersihkan wajah yang sedang dan kurang efektif. Dari penelitian ini tiada pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat.

(13)

ABSTRACT

Background: Hitherto, acne has always been well concerned in teenagers and adolescent. This is not a fatal disease, but it’s very concerning since it can lessen one’’s facial feature and affect their confidence negatively. Based on a research by Goodman (1999), the highest prevalence is by age 16-17 years old. From a survey in Southeast Asia region, there was 40-80% case of acne, while the study group of cosmetic dermatology in Indonesia recorded 60% acne patients in 2006 and 80% in 2007. Many ways and products are produce to lessen this skin problem but still there are many teenages with acne.

Objective: This research is done to find whether there is influence of ways and habit of facial cleaning toward degree of acne within students from SMA Harapan 1 Medan.

Metode: Descriptive-Analytic research using cross section study method. Data was taken by giving out questioner to respondents while the degree of acne was observed. 100 respondents from 497 students class X and XI attended this research using purposive sampling.

Result: 57 male (57%) and 43 female (43%) were chosen for this research and was stated than no influence were found using Chi-Square test by comparing respondent’s score from the questioner with degree of acne on face with an outcome of (p = 0,001) shows that there are influence between ways and habits of facial cleaning and degree of facial acne, but according to data, no influence were found.

Conclusion: Average students use ways habits of facial cleaning that are less effective. From this research no influence was found between ways and habits of facial cleaning and the degree of facial acne.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang :

Salah satu penyakit kulit yang sering mendapat perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne (Yuindartanto, 2009). Penyebab jerawat sangat banyak (multifaktorial), antara lain genetic, endokrin, factor makanan, keaktifan dari kelenjar sebesea sendiri, factor psikis, musin, infeksi oleh

propionibacterium, kosmetika, dan bahan kimia lainnya (Yuindartanto, 2009).

Jerawat merupakan suatu peradangan kronis dari folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustula dan kista pada daerah-daerah predileksi (muka, bahu, lengan atas, dada, dan punggung). Jerawat adalah satu penyakit kulit

yang biasa di kalangan remaja (Fulton, 2009).

Sebanyak 60-70% rakyat Amerika terpengaruh dengan masalah jerawat pada suatu saat hidupnya dan 20% dari kalangan penderita dapat jerawatan yang parah hingga menyebabkan parut kawah yang permanen (Fulton, Black, 1983). Pada usia remaja, jerawat lebih sering terkena pada pria berbanding wanita. Namun dengan peningkatan usia, jerawat lebih sering terkena pada wanita (Shaw, White, 2001). Diketahui bahwa 12% daripada wanita dan 5% daripada pria berusia 25 tahun mengalami masalah jerawat, dan pada usia 45 tahun, 5% wanita dan pria masih mengalami masalah jerawat (Kligman, 1991).

Di Indonesia, jerawat mempengaruhi 85-100% orang, sedangkan menurut catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007.

(15)

terlihat kupasan kulit yang kering (Winnefeld et al, 2000). Sekitar tahun 1980an, perusahaan farmaseutik menyarankan bahawa tidak perlu mencuci wajah sehingga kulit terkupas. Faktor luar yang dapat menyebabkan iritasi kulit seperti pencuci wajah yang kasar, dan cara mencuci wajah yang keras dapat memparahkan pertumbuhan jerawat (Subramanyan, 2004).

Di kalangan siswa dan siswi SMA biasa mula timbul penyakit jerawat yang tidak terkontrol. Telah banyak cara yang telah dilakukan untuk membasmi penyakit kulit ini seperti mencuci wajah, makan obat-obatan, dan juga ke dokter kulit dan kelamin. Setakat yang diketahui, belum ada penelitian kusus untuk mengetahui hubungan antara cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerwat dijalankan. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk melaksanakan penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat di kalangan siswa dan siswi SMA yang sudah pubertas?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat di kalangan anak SMA yang sudah pubertas.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui cara dan kebiasaan membersihkan wajah di kalangan anak SMA yang sudah pubertas.

b. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan pertumbuhan jerawat di kalangan siswa dan siswi SMA yang sudah pubertas.

(16)

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharap dapat member manfaat kepada: a. Pakar kulit dan kelamin

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSAKA

2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluan

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi, 2008).

Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Djuanda, 2003).

Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2003).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).

2.1.2. Lapisan Epidermis

(18)

berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda, 2003).

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen (Djuanda, 2003).

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

2.1.3. Lapisan Dermis

(19)

menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

2.1.4. Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003).

(20)

2.1.5. Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).

Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2003).

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).

Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).

(21)

kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium (Djuanda, 2003).

(22)

Gambar 2.1 Anatomi kulit

(Dikutip dari:

2.2. Jerawat

Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodus, dan kista pada tempat predileksinya seperti di wajah, punggung, dan lengan atas (Djuanda, 2003).

2.2.1. Patogenesis

(23)

Walaupun demikian, tidak semua keluarga akan mengalami pola yang sama, jerawat boleh melompat generasi. Yang diwariskan adalah kecenderungan untuk hiperproliferasi folikel epidermal dengan sumbatan folikel. Faktor memperburuk yang lain termasuk sebum yang berlebihan, terdapat aktivitas dari Propionibacteri

acnes dan peradangan.

Penahanan hiperkeratosis adalah proses pertama pembentukan jerawat (Norris, Cunliffe, 1988). Sebab utama terjadinya hiperproliferasi masih tidak dikenal pasti. Buat masa sekarang terdapat 3 hipotesa yang menerangkan kenapa folikel epithelium menghasilkan sel dengan cepat pada penderita jerawat.

Pertama, peningkatan hormon androgen sebagai pencetus awal (Thiboutot et

al, 1999). Komedo adalah lesi yang disebabkan oleh tersumbatnya folikel yang mula

terlihat pada zona-T setelah peningkatan aktifitas kelenjar adrenal sewaktu pubertas. Lebih-lebih lagi, tingkat komedo pada anak perempuan prepubertal saling berkaitan dengan tingkat sirkulasi adrenal androgen dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S) (Lucky et al, 1997). Tambahan pula, reseptor hormon androgen terdapat dalam kelenjar sebasea. Individu dengan gangguan reseptor androgen tidak akan mengalami masalah pertumbuhan jerawat (Holland et al, 1998).

Produksi sebum yang berlebihan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan jerawat. Hormon androgen mempromosikan produksi dan lepasan sebum (Pochi, Strauss, 1988). Berbagai lagi hormon lain yang juga berfungsi untuk produksi dan lepasan sebum seperti growth hormones dan insulinlike growth factor.

(24)

Gambar 2.2 Patogenesis jerawat

(Dikutip dari: Adhi Djuanda et al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi ke-3, 2003;236)

2.2.2. Klasifikasi

Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga diperlukan penggolongan atau klasifikasi untuk membedakannya. Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi yang berbeda. Domonkos dalam buku Andrews’ diseases of the skin (1971) menulis bahwa akne terdiri atas akne vulgaris, akne keloidalis, perifolikulitis, akne tropikalis, akne neonatorum, rinofima, akne rosasea, dan perioral dermatitis.

Cunliffe dalam buku Acne (1989) menyatakan bahwa akne terdiri atas :

(25)

2. Varian akne yang meliputi akne induksi obat, acne excoriee, akne infantile, akne juvenile, akne klor, oil acne, akne kimiawi lain, Fiddler’s neck, akne nevoid, akne fisika (frictional acne dan immobility acne), akne kosmetika, akne deterjen, dan akne tropikalis.

Klasifikasi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman dalam buku Acne:

Morphogenesis and treatment (1975) terbagi seperti berikut:

1. Akne vulgaris dan varietasnya: a. Akne tropikalis

b. Akne fulminan c. Pioderma fasiale

d. Akne mekanika dan lainnya

2. akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya: a. Akne kosmetika

b. Pomade acne c. Akne klor

d. Akne akibat kerja e. Akne deterjen

3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya: a. Solar commedones

b. Akne radiasi (sinar x. kobal)

Pergolongan ini membedakannya secara jelas dengan kelainan yang mirip akne, erupsi akneiformis akibat induksi obat yang digunakan secara lama, misalnya kortikosteroid, ACTH, INH, iodida, bromide, vitamin B12, difenil hidrantoin, trimetadion, dan fenobarbital.

(26)

2.2.3. Gradasi

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan

pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang dikemukakan.

Terdapat 4 gradasi jerawat menurut Pillsbury (1963) yaitu :

a. gradasi I mempunyai komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup (whitehead),

b. gradasi II pula mempunyai komedo dan beberapa papulopustul, c. gradasi III sama seperti gradasi II tetapi papul yang telah mengalami peradangan,

d. gradasi IV mempunyai nodulokistik yang berciri komedo, lesi radang, nodul yang berdiameter lebih besar dari 5mm dan juga parut kawah. Menurut Frank (1970) acne vulgaris dapat digradasikan pada 8 gradasi yaitu:

a. gradasi I akne komedonal tanpa radang, b. gradasi II akne komedonal radang, c. gradasi III akne papula,

d. gradasi IV akne papulo pustule, e. gradasi V akne agak berat, f. gradasi VI akne berat,

g. gradasi VII akne nodulo kistik/konglobata.

Gradasi acne vulgaris menurut plewig dan kligman (1975) terbagi atas tiga kelas yaitu :

1. Kelas I komedonal yang terdiri atas 4 gradsi :

a. bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka, b. bila ada 10 sampai 24 komedo,

c. bila ada 25 sampai 50 komedo, d. bila ada lebih dari 50 komedo.

2. Kelas II papulopustula yang terdiri atas 4 gradasi yaitu :

(27)

b. bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustula, c. bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustula, d. bila ada lebih dari 30 lesi papulopustula. 3. Kelas III terdapat konglobata.

Gambar 2.3 Gradasi I Akne vulgaris

(28)

Gambar 2.4 Gradasi II Akne vulgaris

(Dikutip dari:

Gambar 2.5 Gradasi III Akne vulgaris

(29)

Gambar 2.6 Gradasi IV Akne vulgaris

(Dikutip dari:

2.3. Cara Dan Kebiasaan Membersihkan wajah

Membersihkan wajah setiap hari secara rutin adalah sangat penting untuk menjaga kulit wajah. Membersikan wajah dapat menanggalkan kotoran debu, bakteri, dan kulit mati dari wajah yang dapat menyebabkan penyerapan obat topikal dengan lebih efektif (Subramanyan, 2004). Paradoksnya, membersihkan kulit wajah juga dapat melemahkan hambatan di mana banyak sulfaktan pembersih yang berinteraksi dengan protein dan lipid dari stratum korneum (Subramanyan, 2004).

Sebetulnya, digalakan untuk mencuci wajah sebanyak 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi hari dan malam hari (Kern, 2010). Mencuci wajah lebih atau kurang dari 2 kali dalam sehari tidak digalakkan karena mencuci wajah secara berlebihan dapat mengiritasikan kulit wajah dan menyebabkan pertumbuhan jerawat, manakala kurang mencuci wajah akan mengurangkan tingkat kebersihan wajah.

(30)

tertanggal semua kesan sabun pencuci wajah (Kern, 2010). Tidak perlu untuk mengosok dengan kuat karena dapat menyebabkan iritasi kulit (Subramanyan, 2004). Setelah itu, tepukkan wajah dengan kain bersih hingga wajah kering (Kern, 2010). Setelah wajah kering, disarankan supaya mengoles pelembab untuk mencegah kulit wajah menjadi terlalu kering.

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA yang sudah pubertas.

3.2. Variabel dan definisi operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah cara dan kebiasaan anak SMA membersihkan wajah. Cara membersihkan wajah termasuk lama dan gaya geseran antara kulit wajah dan telapak tangan. Kebiasaan membersihkan wajah termasuk berapa kali anak SMA membersihkan wajah dalam sehari.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar pertumbuhan jerawat. Pertumbuhan jerawat di ukur mengikut gradasi.

Variabel luar adalah factor genetik, hormon, propiobacterium acne, dan produksi sebum yang berlebihan.

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara dan kebiasaan

(32)

3.3. Cara Ukur

3.3.1. Cara dan Kebiasaan Membersihkan wajah

Cara dan kebiasaan responden membersihkan wajah diukur melalui 10 pertanyaan. . Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang cara dan kebiasaan mencuci wajah (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >7).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang cara dan kebiasaan mencuci wajah (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7)

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang cara dan kebiasaan mencuci wajah ( skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <4).

2 Derajat kebersihan wajah

Pertumbuhan jerawat

(33)

3.3.2. Derajat Kebersihan Wajah

Derajat kebersihan wajah responden diukur dengan cara observasi dan di kelaskan mengikut gradasi seperti berikut:

a. Tidak mempunyai jerawat

b. Ringan, apabila mempunyai jerawat berbentuk komedo terbuka. c. Sedang, apabila mempunyai jerawat berbentuk komedo tertutup dan terbuka.

d. Berat, apabila mempunyai jerawat berbentuk papulopustula. e. Sangat berat, apabila mempunyai jerawat berbentuk kista.

3.4. Hipotesis

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitik, yakni menggambarkan cara dan kebiasaan mencuci wajah terhadap pertumbuhan jerawat pada siswa dan siswi SMA Harapan 1 Medan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian analitik adalah suatu metode penelitian yang dilakukan secara observasi.

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Harapan 1, Medan dengan menggunakan metode potong lintang. Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari-Augustus 2010, sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Augustus-November 2010.

4.3. Populasi Dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Harapan 1 Medan.

4.3.2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004).

(35)

4.3.3. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004:56). Sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus baku dari Taro Yamane, yang dikutip Rakhmat (1998), sebagai berikut:

Rumus n = N Nd2+1 Keterangan rumus: n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan dalam penelitian ini, ditetapkan d = 0,1

Berdasarkan rumus di atas, maka besarnya sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rumus n = 497 (497)(0,12) + 1

n = 83 orang

Dibulatkan menjadi 90 orang.

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 90 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

(36)

4.5. Pengolahan Dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di

entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Data yang diperoleh melalui

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini secara prospektif dengan memberi kuesioner kepada responden dan dilakukan observasi tingkat kebersihan wajah saat responden menjawab kuesioner tersebut. Penelitiaan ini dilakukan di SMA Harapan 1 Medan. SMA Harapan 1 Medan adalah salah satu lembaga pendidikan swasta yang telah terakreditasi dengan peringkat A (amat baik). SMA Harapan 1 Medan berlokasi dijalan Imam Bonjol no.35 Medan. SMA Harapan 1 Medan memiliki 20 Kelas dengan pembagian kelas berupa kelas 1 berjumlah 8 kelas, kelas 2 berjumlah 7 kelas, dan kelas 3 berjumlah 6 kelas. Jumlah siswa di SMA Harapan 1 Medan berjumalh 830 orang yang terdiri dari 440 siswa laki-laki dan 390 perempuan.

5.1.2. Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini, karakeristik khas bagi setiap individu adalah siswa dan siswi dari kelas X dan kelas XI yang sudah pubertas tanpa melihat jenis kelamin dan umur responden. Ini agar responden yang terlibat tetap acak.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelas

Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

(38)

Dari hasil penelitian diketahui distribusi responden mengikut jenis kelamin dari jumlah keseluruhan 100 orang, adalah 57 orang lelaki (57%) dan 43 orang perempuan (43%). Berdasarkan distribusi kelas, jumlah responden dari kelas X ada 50 orang siswa-siswi (50%), dan dari kelas XI juga terdapat 50 orang siswa-siswi (50%).

5.1.3. Hasil Analisa Data

Terdapat 100 orang siswa dan siswi yang telah mengikut penelitian ini sesuai dengan kriteria. Dalam penelitian ini, responden diberikan kuesioner untuk mengukur cara dan kebiasaan mencuci wajah.

Cara dan kebiasaan responden dinilai dengan 10 soal di dalam kuesioner. Setiap item akan diberi skor dengan skor pengetahuan maksimum adalah 12 atau 100% dan skor minimum adalah 0 atau 0%. Soal yang ditanyakan adalah tentang apa yang dilakukan untuk membersihkan wajah, berapa sering membersihkan wajah dan sebagainya.

Tabel 5.2. Gambaran Hasil Cara dan Kebiasaan Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Medan Membersihkan Wajah

Cara dan Kebiasaan N %

Baik 6 6

Sedang 75 75

Buruk 19 19

Jumlah 100 100

(39)

Tabel 5.3. Gambaran Cara dan Kebiasaan Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Medan Membersihkan Wajah Berdasarkan Kelas.

Kelas Hasil Ukur Cara dan Kebiasaan Membersihkan Wajah

Baik Sedang Buruk

N % N % N % Jumlah

X 3 50 39 52 8 42,1 50

XI 3 50 36 48 11 57,9 50

Jumlah 6 100 75 100 19 100 100

Rata-rata responden dari kelas X menggunakan cara dan kebiasaan membersihkan wajah yang lebih efektif berbanding kelas XI.

Tabel 5.4. Gamabaran Cara dan Kebiasaan Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Medan Membersihkan Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tingkat pengetahuan Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

N % N %

Baik 3 5,3 3 7

Sedang 39 68,4 36 83,7

Buruk 15 26,3 4 9,3

Jumlah 57 100 43 100

(40)

Tabel 5.5. Gambaran Tingkat Kebersihan Wajah Siswa-Siswi SMA Harapan

Dengan hasil penelitian ini, diketahui bahwa frekuensi terbanyak adalah dengan memiliki tingkat kebersihan ringan yaitu 40%, manakala frekuensi paling rendah responden adalah dengan tingkat kebersihan wajah sangat berat yaitu 0%.

Tabel 5.6. Gambaran Tingkat Kebersihan Wajah Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Berdasarkan Jenis Kelamin.

(41)

Tabel 5.7. Gambaran Tingkat Kebersihan Wajah Siswa-Siswi SMA Harapan 1 Medan Berdasarkan Skor Cara dan Kebiasaan Membersihkan Wajah.

Tingkat Kebersihan

Wajah

Nilai Jumlah Skor Cara dan Kebiasaan Membersihkan wajah

Rata-rata responden yang dengan tingkat kebersihan wajah bersih, ringan, dan sedang mendapat hasil nilai skor kuesioner sedang, manakala responden dengan tingkat kebersihan wajah berat rata-rata memiliki nilai skor kuesioner baik dan buruk.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa dan siswi kelas X dan XI SMA Harapan 1 Medan, telah diperoleh data dengan penyebaran kuesioner kepada 100 orang siswa dan siswi. Data tersebut dijadikan tolok ukur dalam pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

Diketahui bahwa jumlah skor responden yang terbanyak adalah yang memiliki skor cara dan kebiasaan membersihkan wajah sedang (75%), diikuti oleh skor buruk (19%) dan akhirnya skor buruk (6%). Dengan hasil tersebut, dapat membuat kesimpulan bahwa rata-rata siswa dan siswi SMA Harapan 1 Medan masih menggunakan cara dan kebiasaan membersihkan wajah dengan efektifitas sedang. Hal ini mungkin karena pihak sekolah tidak begitu mengambil berat untuk mengurangkan insiden jerawatan.

(42)

kelamin menentukan kualitas pengetahuan tentang jerawat sehingga dikatakan bahwa perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi daripada laki-laki mengenai masalah jerawat. Hal ini disebabkan perempuan memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk mencari informasi dan mencari pelayanan kesehatan dalam menangani masalah jerawat. Dari pernyataan tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan kualitas pengetahuan yang baik, maka akan timbul perilaku yang baik terhadap pertumbuhan jerawat.

Didapati pada tabel 5.6, jumlah perempuan dengan tingkat kebersihan wajah bersih adalah lebih ramai berbanding laki-laki, manakala frekuensi laki-laki dengan tingkat kebersihan wajah buruk lebih banyak berbanding perempuan. Hal ini serupa penelitian Shaw (2001) dimana pada usia remaja laki-laki lebih banyak terkena masalah jerawat berbanding perempuan. Hal ini terjadi akibat faktor hormonal pada waktu pubertas seperti testosteron mengaktifkan kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum dan menyumbat kelenjar polisebasea hingga terjadinya jerawat. Menurut Cunliffe et al. (1985) penelitian dengan 108 sampel menyatakan bahwa terdapat hasil perbedaan signifikan antara mediator peradangan laki-laki berbanding perempuan dimana pada mulanya perempuan mempunyai lebih banyak mediator peradangan.

(43)
(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARANAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari penelitian yang dibuat, terdapat 100 orang responden dari jumlah total 497 orang dari kelas X dan XI dimana terdiri dari masing-masing 50 orang responden dari setiap kelas

2. Rata-rata responden memiliki skor cara dan kebiasaan membersihkan wajah sedang yaitu 75%

3. Rata-rata responden memilki tingkat kebersihan wajah ringan.

4. Tidak ada pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat.

6.2. Saran

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya penelitian yang dilakukan adalah menambahkan jumlah sampel, faktor-faktor pertumbuhan jerawat lain harus ditelaah dan memberikan kuesioner yang divalidkan baik konten atau statistik dan dilakukan penelitian tidak semata-mata secara potong lintang tetapi juga dengan metode kohort.

2. Pengambil data harus lebih ahli dalam menentukan tingkat kebersihan wajah. 3. Diharapkan pada pihak sekolah lebih bermotivasi untuk mencegah prevalensi

(45)

Daftar Pusaka

Cunliffe, W., Cotterill, J.A., Williamsom, B., 1972. The Effect of A Medicated Wash On Acne, Sebum Excretion Rate And Skin Surface Lipid Composition. Br J Dermatol. 86(3): 311-2

Cunliffe, W., Gowland, G., Holland, D., 1985. Sex-Linked Differences in acne Vulgaris. 65(6): 551-3

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2003. Anatomi Kulit. In: Ilmu penyakit kulit

dan kelamin. 3rd ed. Jakarta, 3-5

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2003. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. In: Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta, 235-7

Draelos, Z. 2006. The Effect of A Daily Facial Cleanser for Normal to Oily Skin on The Skin Barrier of Subjects With Acne. Cutis 78(1 suppl):34-40

Fulton, J.E., Black, E., 1983. Dr. Fulton's Step-by-Step Program for Clearing

Acne. New York, NY: Harper & Row.

Gerard, J.T., Bryan H.D., 2009. The Integumentary System. In: Principles of

Anatomy and Physiology. 12th ed. Asia: Wiley & Sons. 147-63.

(46)

Holland, D.B., Cunliffe, W.J., Norris, J.F., 1998. Differential Response of Sebaceous Glands to Exogenous Testosterone. Br J Dermatol 139(1):102-3.

Imron, M., Munif, A., 2010. Hipotesa. In: Metologi Penelitian Bidang Kesehatan, Jakarta, 61-7.

Imron, M., Munif, A., 2010. Populasi dan Sampling. In: Metologi Penelitian

Bidang Kesehatan, Jakarta, 75-81.

Kern, W.D., 2010. How to wash your face. Available from:

Kim, J., Ochoa, M.T., Krutzik, S.R., et al., 2002. Activation of Toll-Like Receptor 2 in Acne Triggers Inflammatory Cytokine Responses. J Immunol

169(3):1535-41.

Kligman, A.M., 1991. Postadolescent Acne in Women. Cutis 48(1):75-7.

Lucky, A.W., Biro, F.M., Simbartl, L.A., Morrison, J.A., Sorg, N.W.,

1997. Predictors of Severity of Acne Vulgaris in Young Adolescent Girls: Results of A Five-Year Longitudinal Study. J Pediatr 130(1):30-9.

Nami, U., 2009. Hubungan Tingkat Stress dan Kebersihan Diri Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Remaja. Fakultas Kesehatan Masyarakat. 147-63

Norris, J.F., Cunliffe, W.J., 1988. A Histological and Immunocytochemical Study of Early Acne Lesions. Br J Dermatol 118(5):651-9.

Pochi, P.E., Strauss, J.S., 1988. Sebaceous Gland Activity in Black Skin. Dermatol Clin 6(3):349-51.

Setiabudi, I., 2008. Anatomi Kulit. Available from:

(47)

Shaw, J.C., White, L.E., 2001. Persistent Acne in Adult Women. Arch Dermatol 137(9):1252-3.

Subramanyan, K., 2004. Role of Mild Cleansing in The Management of Patient Skin. Dermatol Ther 17:26-34.

Thiboutot, D., Gilliland, K., Light, J., Lookingbill, D., 1999. Androgen Metabolism in Sebaceous Glands From Subjects With and Without Acne. Arch Dermatol 135(9):1041-5.

Winnefeld, M., Richard, M.A., Drancourt, M., Grob, J.J., 2000. Skin Tolerance and Effectiveness of Two Hand Decontamination Procedures in Everyday Hospital Use. Br J Dermatol 143:546-50.

(48)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1

Nama : Nik Azzadeen Aziz Bin Faheem

Tempat / Tanggal Lahir : 17 agustus 1987 / Kuala Lumpur, Malaysia. Agama : Islam

Alamat : No. 26 Jalan Burhanuddin Helmi 3, Taman Tun Dr. Ismail, 60000 Kuala Lumpur

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Taman Tun Dr. Ismail 1

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Tun Dr. Ismail 3. Pusat Asasi Sains Universiti Malaya

4. Kolej Sentral

5. Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU, Medan.

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007. Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se-

Indonesia (PKPMI).

2. Ahli Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU) 3. Ahli Jawatankuasa Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia Tahun 2008 dan 2009.

(49)

LAMPIRAN 2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

INFORMED CONSENT

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA DAN

SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

1. Investigator yang melakukan penelitian: Nama: Nik Azzadeen Aziz Bin Faheem NIM : 070100232

2. Lokasi Penelitian:

SMA Harapan 1 Medan 3. Tujuan Penelitian:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat di kalangan siswa dan siswi SMA Harapan 1.

4. Yang diminta untuk berpartisipasi:

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini adalah karena memiliki kriteria yang dikehendaki.

(50)

Prosedur yang harus anda lakukan adalah dengan menjawab

pertanyaan yang ditanyakan peneliti berdasakan cara dan kebiasaan membersihkan wajah.

Untuk mendukung penelitian ini, saya akan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai cara dan kebiasaan membersihkan wajah di kalangan siswa dan siswi SMA Harapan 1, Medan. Diharapkan kepada siswa/siswi untuk bekerjasama dengan saya untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk kajian dan analisis.

Penelitian ini telah bermula dari bulan Maret 2010 dan akan berakhir pada bulan Desember 2010. Saya mohon kesediaan siswa/siswi untuk menguatkan data dari hasil penelitian saya. Setiap data yang diambil adalah rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Segala kerjasama yang diberikan siswa/siswi amat saya hargai.

Medan, ……….2010

Peneliti,

(51)

LAMPIRAN 3

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Semua diatas telah menjelaskan kepada saya tentang tujuan, keuntungan dan kemungkinan resiko temuan baru yang terkait dalam penelitian ini. Saya akan mejawab segala pertanyaan yang diajukan peneliti dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dengan menandatangani formulir ini, saya bersetuju untuk berpartisipasi dalam studi penelitian ini. Salinan formulir ini akan diberikan kepada saya. Saya mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat penelitian ini yang berjudul:

Pengaruh cara dan kebiasaan membersihkan wajah terhadap pertumbuhan jerawat di kalangan siswa dan siswi SMA Harapan 1 medan.

Saya bersetuju untuk ikut serta dalam uji penelitian ini.

Medan,...2010 Yang Menyatakan,

, Responden,

. ...

(52)

LAMPIRAN 4

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tanggal: ...

KUESIONER PENELITIAN I.

a) Nomor Responden :

KARATERISTIK RESPONDEN

b) Umur Sekarang (Tahun) :

c) Jenis Kelamin :

d) Kelas :

II.

Lampiran 4b

Sila tandakan √ pada kotak jawaban anda CARA DAN KEBIASAAN

1. Adakah anda membersihkan wajah secara teratur?

Ya Tidak

2. Apa saja yang anda gunakan untuk membersihkan wajah?

Cuma membilas dengan air

Menggunakan sabun pencuci wajah khusus

Menggunakan sabun mandi

Menggunakan sabun susu kambing

(53)

3. Berapa kali anda membersihkan wajah dalam sehari?

1 kali 2 kali 3 kali

4. Kapan anda membersihkan wajah? (Untuk soal ini, boleh jawab lebih dari satu jawaban)

Pagi Siang Sore Malam

5. Bagaimana cara anda menggosok wajah?

Sirkuler Vertikel Horizontal

6. Berapa lama anda mengambil masa untuk menggosok wajah?

10 detik 20 detik 30 detik

7. Setelah membersihkan wajah, adakah anda membilas dengan air?

Ya Tidak

8. Dengan air apa anda bilas wajah?

Dingin Hangat

9. Bagaimana anda mengeringkan wajah setelah membilas dengan air?

Tidak Menepuk Menggosok

10. Adakah anda menggunakan alternatif lain untuk membersihkan wajah?

Tidak Ke salun Ke dokter kulit

:

Nilai skor yang diperolehi oleh responden Lampiran 4c

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

puan

95 14

Laki-laki

X 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 0 3

96 15

Laki-laki

X 1 1 1 2 1 0 1 0 1 0 8 1 2

97 14 Perem

puan

X 1 1 0 2 0 0 1 1 1 0 7 0 2

98 15 Perem

puan

X 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 3

99 15 Perem

puan

X 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 0 2

100 13 Perem

puan

X 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 6 1 2

(62)

Correlations

pertanyaan 1 Pearson

Correlation

pertanyaan 2 Pearson

Correlation

pertanyaan 3 Pearson

Correlation

.616** .394 1 .273 .302 .492* .192 .212 -.390 -.373 .242 -.378 .652**

Sig.

(2-tailed)

(63)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 4 Pearson

Correlation

pertanyaan 5 Pearson

Correlation

pertanyaan 6 Pearson

Correlation

pertanyaan 7 Pearson

(64)

pertanyaan 8 Pearson

pertanyaan 9 Pearson

Correlation

pertanyaan 10 Pearson

Correlation

pertanyaan 11 Pearson

(65)

pertanyaan 12 Pearson

Correlation

-.325 -.553* -.378 -.412 -.437 -.321 -.378 -.325 .082 -.210 -.101 1 -.583**

Sig.

(2-tailed)

.162 .011 .101 .071 .054 .168 .101 .162 .730 .375 .673 .007

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total pertanyaan Pearson

Correlation

.494* .604** .652** .587** .642** .669** .652** .590** -.595** -.150 .351 -.583** 1

Sig.

(2-tailed)

.027 .005 .002 .006 .002 .001 .002 .006 .006 .527 .129 .007

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(66)

LAMPIRAN 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

gradasi tingkat kebersihan wajah

N Valid 100

Missing 0

gradasi tingkat kebersihan wajah

Frequency Percent Valid Percent

(67)

LAMPIRAN 9

jenis kelamin * gradasi total skor Crosstabulation

Count

jenis kelamin * gradasi tingkat

kebersihan wajah

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

jenis kelamin * gradasi tingkat kebersihan wajah Crosstabulation

Count

gradasi tingkat kebersihan wajah

Total

bersih ringan sedang berat

jenis kelamin laki-laki 15 28 9 5 57

perempuan 21 12 7 3 43

(68)

LAMPIRAN 11

gradasi total skor * gradasi

tingkat kebersihan wajah

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

gradasi total skor * gradasi tingkat kebersihan wajah Crosstabulation

gradasi tingkat kebersihan wajah

Total

bersih ringan sedang berat

gradasi total skor 1 Count 1 0 2 3 6

% within gradasi total

skor

16.7% .0% 33.3% 50.0% 100.0%

% within gradasi tingkat

kebersihan wajah

2.8% .0% 12.5% 37.5% 6.0%

2 Count 29 34 10 2 75

% within gradasi total

skor

38.7% 45.3% 13.3% 2.7% 100.0%

% within gradasi tingkat

kebersihan wajah

80.6% 85.0% 62.5% 25.0% 75.0%

3 Count 6 6 4 3 19

% within gradasi total

skor

31.6% 31.6% 21.1% 15.8% 100.0%

% within gradasi tingkat

kebersihan wajah

16.7% 15.0% 25.0% 37.5% 19.0%

Total Count 36 40 16 8 100

% within gradasi total

skor

36.0% 40.0% 16.0% 8.0% 100.0%

% within gradasi tingkat

kebersihan wajah

(69)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 23.245a 6 .001

Likelihood Ratio 18.872 6 .004

Linear-by-Linear Association .312 1 .577

N of Valid Cases 100

a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi kulit  (Dikutip dari: http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/anatomi-dan-fisiologi-
Gambar 2.2 Patogenesis jerawat (Dikutip dari: Adhi Djuanda et al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi ke-3,
Gambar 2.3 Gradasi I Akne vulgaris (Dikutip dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview)
Gambar 2.4 Gradasi II Akne vulgaris (Dikutip dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan infeksi saluran kemih pada siswa-siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan tahun ajaran 2013/2014 dalam kategori sedang (67,1%).

Gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa-siswi. SMA Negeri 1 Medan kelas X tahun

Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa/Siswi SMA Negeri 1 Medan Kelas X Tahun ajaran 2014-2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa-siswi SMA yang bersekolah di SMA Harapan 1 Medan tahun ajaran 2013/2014..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa-siswi SMA yang bersekolah di SMA Harapan 1 Medan tahun ajaran 2013/2014..

Penulis ingin meneliti faktor risiko terjadinya akne vulgaris pada siswa SMA Harapan 1 Medan berdasarkan derajat keparahan akne vulgaris, riwayat keluarga, jenis makanan,