PENGARUH DEPRESI TERHADAP KUALITAS HIDUP
PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS
Oleh :
KHARISMA PRASETYA A.
070100083
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH DEPRESI TERHADAP KUALITAS HIDUP
PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
Kharisma Prasetya A.
070100083
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis
Nama : Kharisma Prasetya A. NIM : 070100083
Pembimbing Penguji
(dr. Vita Camelia, Sp.KJ) (dr. Mistar Ritonga, Sp.F) NIP: 197804042005012002 NIP: 195204081989031001
(dr. Evo Elidar, Sp.Rad)
NIP: 196309271990102002
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik, termasuk dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Depresi diduga dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang rendah dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain potong lintang. Populasi adalah seluruh pasien PGK yang menjalani hemodialisis di unit HD RSUP H. Adam Malik Medan yang berumur di bawah 60 tahun, telah menjalani hemodialisis lebih dari tiga bulan, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling hingga total 37 sampel terpenuhi. Data status depresi pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory – II (BDI-II) dan data akan kualitas hidup pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life – Short Form (KDQOL-SF).
Sampel terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%). Pada hasil penelitian ditemukan proporsi pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi adalah sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%. Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD=10,7). Skor tingkat kesehatan secara umum KDQOL-SF rata-rata pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan adalah 56,46 (SD 11,19). Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p <0,0001).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Nilai kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi menurun secara signifikan. Untuk itu, intervensi yang dibutuhkan tidak hanya intervensi medis fisik, tetapi juga dibutuhkan intervensi psikiatri untuk lebih meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien PGK tersebut.
ABSTRACT
Depression is highly associated with many chronic diseases, including Chronic Kidney Disease (CKD). Clinician assumed that depression linked with low quality of life. Low quality of life will raise the number of these patients morbidity and mortality.
This study was conducted to know the effect of depression to quality of life of CKD patients. This study is an analytic survey with cross sectional design.The population is all CKD patients on hemodialysis treatment who are less than 60 year-old of age and more than three months on hemodialysis treatment. 37 samples taken using consecutive sampling method were interviewed using Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to assessed their depression status and using Kidney Disease Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF) to assessed their quality of life.
Samples consist of 23 male (62.2%) and 14 female (37.8%). The result showed that the proporsion of depression among patients with CKD on hemodialysis treatment was 64.8%. Mild depression was detected in 21.6% of patients, moderate depression in 27.0%, and severe depression in 16.2% of patients. The mean of the BDI-II score is 19.3 (SD 10.7).The mean of overall health rating KDQOL-SF score is 56.46 (SD 11.9). Chi-Square results showed that depression influenced the quality of life.
From the study can be concluded that depression influenced the quality of life of CKD patients who undergo hemodialysis. Most of the quality of life components of depressed patients are lower than those of non-depressed patients. Therefore, there will be some needs of not only physical medical intervention, but also psychiatry intervention.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedoteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. Dosen - dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas (IKM / IKK ) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Vita Camelia, Sp.KJ selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan
4. Dr. Mistar Ritonga, Sp.F selaku dosen penguji I serta dr. Evo Elidar, Sp.Rad selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji, memberikan masukan, dan saran kepada penulis
5. Alm. dr. Tunggul Sukendar, Sp.PD-KGH dan dr. Erlida Hanum selaku orang tua penulis dan Karina Dwi Swastika selaku saudara kandung penulis yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
6. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini
7. Bidang Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian 8. Ibu Hj. Suriati, Skep.Ners. dan Kak Sari Ramadhani, serta seluruh staf
atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam pengumpulan data penelitian ini
9. Teman – teman seperjuangan penulis Meisyaroh Tiurma Anggraini Saragih, Verany Harahap, dan Nelda Nilam Sari, serta teman – teman yang selalu mendukung penuh dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini Widodo Adi Prasetyo, Michael Rulando, Benny Harmoko, Vitri Alya, Dewi Sartika, dan Ayu Sasmita Daulay
10.Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran USU yang telah membantu selama perkuliahan
Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Medan, 15 Desember 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ………... i
LEMBAR PENGESAHAN……….. ii
ABSTRAK ……….... iii
ABSTRACT ………... iv
KATA PENGANTAR ………... v
DAFTAR ISI ………... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ……….... xi
DAFTAR SINGKATAN………... xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ………... 1
1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………... 3
1.3. Tujuan Penelitian ………... 3
1.3.1. Tujuan Umum ………... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ………... 3
1.4. Manfaat Penelitian ………... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 5
2.1. Penyakit Ginjal Kronik (PGK)...………... 5
2.1.1. Etiologi...………... 5
. 2.1.2. Patogenesis dan Patofisiologi...………... 7
2.1.3. Gambaran Klinik Penyakit Ginjal Kronik..…... 7
2.1.4. Hemodialisis... 10
2.2. Depresi ………... 10
2.2.1. Depresi dan Penyakit Kronik... 12
2.2.2. Depresi, PGK, dan Dialisis... 13
2.2.2.2 Etiologi... 14
2.2.2.3 Komorbiditas dan Komortalitas... 14
2.2.3. Kualitas Hidup... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL … 17 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………... 17
3.2. Definisi Operasional ………... 17
3.2.1 Variabel Independen: Depresi... 17
3.2.2 Variabel Dependen: Kualitas Hidup... 18
3.3. Hipotesis... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ………... 21
4.1 Jenis Penelitian ………... 21
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………... 21
4.3 Populasi dan Sampel ………... 21
4.3.1. Populasi ………... 21
4.3.2. Kriteria Inklusi... 21
4.3.3. Kriteria Eksklusi... 21
4.3.4. Besar Sampel... 22
4.4 Teknik Pengumpulan Data ………... 22
4.4.1. Teknik Pengumpulan... 22
4.4.2. Validitas Kuesioner... 23
4.5 Pengolahan dan Analisis Data... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... 24
5.1 Hasil Penelitian... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24
5.1.2. Karakteristik Sosio-Demografis... 24
5.1.4. Gambaran Derajat Kualitas Hidup... 26
5.1.5. Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup... 28
5.2 Pembahasan... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33
DAFTAR PUSTAKA ……….. 34
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Derajat Penurunan LFG ... 5
2.2 Prevalensi Depresi pada Populasi Penyakit Kronik ... 12
2.3 Prevalensi Depresi pada Pasien PGK yang Menjalani Dialisis ... 13
3.1 Langkah 1 – Konversi Nilai Poin Pertanyaan KDQOL-SF ... 19
3.2 Langkah 2 – Rata-Ratakan Nilai untuk Membentuk Skala ... 20
5.1 Karakteristik Sosio-Demografis Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 24
5.2 Gambaran Proporsi Depresi Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan... 26
5.3 Gambaran Derajat Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 26
5.4 Gambaran Proporsi Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 27
5.5 Tabulasi Silang Parameter Kualitas Hidup dan Status Depresi... 28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR SINGKATAN
BDI : Beck Depression Inventory
COP : Cardiac Output Pressure
DSM IV : Diagnostic and Statistical Mannual of Mental Disorder IV
HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale
HD : Hemodialisis
KDQOL-SF : Kidney Disease Quality of Life – Short Form
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus NKF : National Kidney Foundation
NKF-DOQI : National Kidney Foundation's Dialysis Outcomes Quality Initiative
PD/DP : Dialisis Peritoneal PGK : Penyakit Ginjal Kronik PJK : Penyakit Jantung Koroner
RS PGI : Rumah Sakit Persatuan Gereja Indonesia RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
USRDS : United States Renal Data System
VCES : Volume Cairan Ekstraseluler VP : Volume Plasma
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 3 Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 4 Data Subjek Penelitian
Lampiran 5 Beck Depression Inventory-II (BDI-II)
Lampiran 6 Kidney Disease Quality of Life – Short Form (KDQOL-SF) Lampiran 7 Data Induk Penelitian
Lampiran 8 Output Komputerisasi Penelitian Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik, termasuk dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Depresi diduga dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang rendah dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain potong lintang. Populasi adalah seluruh pasien PGK yang menjalani hemodialisis di unit HD RSUP H. Adam Malik Medan yang berumur di bawah 60 tahun, telah menjalani hemodialisis lebih dari tiga bulan, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling hingga total 37 sampel terpenuhi. Data status depresi pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory – II (BDI-II) dan data akan kualitas hidup pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life – Short Form (KDQOL-SF).
Sampel terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%). Pada hasil penelitian ditemukan proporsi pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi adalah sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%. Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD=10,7). Skor tingkat kesehatan secara umum KDQOL-SF rata-rata pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan adalah 56,46 (SD 11,19). Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p <0,0001).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Nilai kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi menurun secara signifikan. Untuk itu, intervensi yang dibutuhkan tidak hanya intervensi medis fisik, tetapi juga dibutuhkan intervensi psikiatri untuk lebih meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien PGK tersebut.
ABSTRACT
Depression is highly associated with many chronic diseases, including Chronic Kidney Disease (CKD). Clinician assumed that depression linked with low quality of life. Low quality of life will raise the number of these patients morbidity and mortality.
This study was conducted to know the effect of depression to quality of life of CKD patients. This study is an analytic survey with cross sectional design.The population is all CKD patients on hemodialysis treatment who are less than 60 year-old of age and more than three months on hemodialysis treatment. 37 samples taken using consecutive sampling method were interviewed using Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to assessed their depression status and using Kidney Disease Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF) to assessed their quality of life.
Samples consist of 23 male (62.2%) and 14 female (37.8%). The result showed that the proporsion of depression among patients with CKD on hemodialysis treatment was 64.8%. Mild depression was detected in 21.6% of patients, moderate depression in 27.0%, and severe depression in 16.2% of patients. The mean of the BDI-II score is 19.3 (SD 10.7).The mean of overall health rating KDQOL-SF score is 56.46 (SD 11.9). Chi-Square results showed that depression influenced the quality of life.
From the study can be concluded that depression influenced the quality of life of CKD patients who undergo hemodialysis. Most of the quality of life components of depressed patients are lower than those of non-depressed patients. Therefore, there will be some needs of not only physical medical intervention, but also psychiatry intervention.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional yang dimanifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik atau kelainan pada pemeriksaan radiologi atau adanya penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan (Bakri, 2005).
PGK kini telah menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GBD), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Saat ini terdapat satu juta penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis) dan angka ini terus bertambah sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat dua juta orang yang menjalani dialisis.
Penurunan kualitas hidup terlihat jelas pada kelompok pasien yang telah menjalani hemodialisis dalam waktu yang lama. Kelompok pasien ini mengeluhkan banyak permasalahan yang terkait dengan kesempatan beraktivitas, beban biaya yang dikeluarkan, beban pembatasan konsumsi cairan, dan bahkan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ginieri-Coccosis et al, 2008).
Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik (Kilzieh et al, 2008). Depresi pada pasien dialisis dapat mempengaruhi mortalitas terlepas dari keteraturannya menjalani dialisis itu sendiri. Angka rawat inap pada pasien PGK dengan gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 – 3,0 kali dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya dan juga dikatakan bahwa depresi merupakan faktor resiko independen terhadap angka kematian pada pasien ini (National Kidney Foundation, 2002). Prevalensi pasti akan depresi pada pasien dialisis masih belum jelas. Angka depresi ini berkisar antara 10% - 66%. Deviasi yang besar ini diduga akibat perbedaan kriteria yang digunakan untuk mengakses gangguan depresif tersebut (Schmidt et al, 2009). Penelitian Kimmel (2001) mendapati prevalensi depresi dengan skor BDI > 10 mencapai 46,4%. Wilson dan Martin menggunakan skoring yang berbeda untuk mengakses depresi pada pasien HD, yaitu berturut-turut BDI dan HADS. Hasilnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, yaitu 38,7% (BDI) dan 71,4% (HADS) (Wilson et al, 2006 dan Martin et al, 2004 dalam Chilcot et al, 2008). Walaupun terdapat perbedaan dalam angka kejadian depresi ini, namun angka ini masih menggambarkan bahwa depresi sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis. Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian dari Universitas Indonesia menemukan bahwa prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis mencapai 31,1% dan sebagian besar komponen kualitas hidup mereka lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menderita depresi (Wijaya, 2005).
yang menjalani hemodialisis, khususnya yang mengalami depresi. Kewaspadaan dan minat praktisi Indonesia untuk melihat aspek psikis/kejiwaan masih kurang, terutama dalam keterkaitannya terhadap kualitas hidup pasien (Wijaya, 2005).
Oleh karena uraian di atas, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran depresi dan kualitas hidup serta hubungan antara keduanya pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berkala.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara depresi dan kualitas hidup pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala.
1.3.2 Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui gambaran karakteristik sosio-demografis pasien penderita PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan. b. Mengetahui gambaran proporsi depresi pada pasien penderita PGK
yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan. c. Mengetahui gambaran derajat kualitas hidup pasien penderita PGK
yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan. d. Mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pasien
1.4Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan. 2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa
untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
3. Bagi pihak rumah sakit RSUP H. Adam Malik Medan, hasil penelitian ini memberi informasi sebagai referensi untuk meningkatkan pelayanan dalam usaha memperbaiki kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis kronik dan mengalami depresi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penyakit Ginjal Kronik (PGK) PGK didefinisikan sebagai:
1. Kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional, yang dimanifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik atau kelainan pada pemeriksaan radiologi, dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal (penurunan LFG) yang berlangsung > 3 bulan.
2. Penurunan LFG < 60 ml/menit per 1,73 m2 luas permukaan tubuh selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Bakri, 2005).
Klasifikasi derajat penurunan faal ginjal berdasarkan LFG sesuai rekomendasi NKF-DOQI:
Tabel 2.1 Derajat penurunan LFG
Derajat Deskripsi LFG (mL/menit/1,73
m²) 1 Kerusakan ginjal disertai LFG normal atau
meninggi
≥ 90
2 Kerusakan ginjal disertai penurunan ringan LFG
60-89
3 Penurunan moderat LFG 30-59
4 Penurunan berat LFG 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis (Sukandar, 2006)
2.1.1 Etiologi
terbanyak sebagai berikut: glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).
Glomerulonefritis, hipertensi esensial, dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari PGK, yaitu sekitar 60%. Penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15-20%.
Umumnya penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit ginjal intrinsi difus dan menahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Umumnya penyakit di luar ginjal, seperti nefropati obstruktif dapat menyebabakan kelainan ginjal intrinsik dan berakhir dengan penyakit ginjal kronik.
Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal progresif dan difus yang seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik (glomerulonefritis sekunder) seperti lupus eritomatosus sistemik, poliartritis nodosa, granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis (glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes mellitus (glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan amilodois sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun seperti tuberculosis, lepra, osteomielitis arthritis rheumatoid dan myeloma.
Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nephrosclerosis) merupakan salah satu penyebab penyakit ginjal kronik. Insiden hipertensi esensial berat yang berakhir dengan gagal ginjal kronik kurang dari 10%.
Kira-kira 10-15% pasien-pasien penyakit ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal kongenital seperti sindrom Alport, penyakit Fabbry, sindrom nefrotik congenital, penyakit ginjal polikistik, dan amiloidosis.
Pada orang dewasa penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) tipe uncomplicated
2.1.2 Patogenesis dan Patofisiologi
Walaupun banyak penyakit yang dapat menyebabkan lesi pada ginjal, secara keseluruhan intinya adalah perubahan adaptif pada ginjal akan mengarah pada konsekuensi yang maladaptif. Teori yang paling dapat diterima adalah hiperfiltrasi pada nefron ginjal yang tersisa setelah terjadi kehilangan nefron akibat lesi. Peningkatan tekanan glomerular menyebabkan hiperfiltrasi ini. Hiperfiltrasi terjadi sebagai kosekuensi adaptif untuk mempertahankan laju filtrasi glomerulus (LFG), namun kemudian akan menyebabkan cedera pada glomerulus. Permeabilitas glomerulus yang abnormal umum terjadi pada gangguan glomerular, dengan proteinuria sebagai tanda klinis (Conchol, 2005).
2.1.3 Gambaran Klinik Penyakit Ginjal Kronik
Gambaran klinik penyakit ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, dan kelainan neuropsikiatri.
1. Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom dan normositer, sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau penjernihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
2. Kelainan saluran cerna
cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.
3. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis, dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada konjungtiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien penyakit ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tertier.
4. Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost.
5. Kelainan selaput serosa
6. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, depresi. Kelainan mental berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas). Pada kelainan neurologi, kejang otot atau muscular twitching sering ditemukan pada pasien yang sudah dalam keadaan yang berat, kemudian terjun menjadi koma.
7. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, penyebaran kalsifikasi mengenai sistem vaskuler, sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Hal ini dapat menyebabkan gagal faal jantung.
8. Hipertensi
Patogenesis hipertensi ginjal sangat kompleks, banyak faktor turut memegang peranan seperti keseimbangan natrium, aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, penurunan zat dipresor dari medulla ginjal, aktivitas sistem saraf simpatis, dan faktor hemodinamik lainnya seperti cardiac output dan hipokalsemia.
batas normal tetapi kenaikan tekanan darah arterial masih dipertahankan.
Sinus karotis mempunyai faal sebagai penyangga (buffer) yang mengatur tekanan darah pada manusia. Setiap terjadi kenaikan tekanan darah selalu dipertahankan normal oleh sistem mekanisme penyangga tersebut. Pada pasien azotemia, mekanisme penyangga dari sinus karotikus tidak berfaal lagi untuk mengatur tekanan darah karena telah terjadi perubahan volume dan tonus pembuluh darah arteriol (Sukandar, 2006).
2.1.4 Hemodialisis
Terapi Pengganti Ginjal (TPG) diperlukan saat fungsi ginjal menurun hingga tahap di mana akumulasi dari produk-produk sisa metabolisme mempengaruhi fungsi hidup. Saat fungsi ginjal menurun maka beberapa perubahan fisologis muncul dan sebagian besar merugikan. TPG diindikasikan saat perubahan-perubahan ini tidak dapat dikontrol dengan obat dan diet (Spiegel, 2005). Berdasarkan parameter laboratorium inisiasi terapi dialisis bila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2.
Saat ini ada dua pilihan untuk menjalani TPG yaitu hemodialisa (HD) dan dialisi peritoneal (DP). Namun kendala pada program DP di Indonesia seperti (1) biaya DP per bulan masih lebih mahal daripada HD dan (2) Sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan untuk sebagian besar pasien merupakan faktor yang tidak menunjang program ini, membuat HD sebagai program pilihan TPG utama.
2.2Depresi
umumnya sangat berbeda dengan manifestasi yang terlihat di layanan lini pertama (Hale, 2009).
Kaplan et al (2010) mendefinisikan depresi sebagai suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
DSM-IV mendeskripsikan tanda dan gejala untuk gangguan depresif adalah sbb:
1. Mood depresi hampir sepanjang hari, setiap hari.
2. Hilangnya minat atau rasa senang secara drastis dalam semua atau hampir semua aktivitas.
3. Berat badan berkurang atau bertambah secara signifikan (5% dalam sebulan tanpa ada upaya diet, penurunan ataupun peningkatan nafsu makan).
4. Gangguan tidur. 5. Kelelahan.
6. Agitasi atau retardasi psikomotor. 7. Rasa bersalah atau tidak berguna. 8. Sulit konsentrasi.
9. Pikiran berulang tentang kematian.
Diagnosis depresi berat adalah bila terdapat 5 dari 9 gejala, salah satunya adalah perasaan depresi atau hilang minat atau rasa senang. Gejala dan tanda ini berlangsung hampir sepanjang hari, hampir setiap hari selama 2 minggu.
kedepan. Walaupun episode MDD dapat terjadi pada semua usia, usia tersering adalah usia 20-an tahun dengan rincian usia 15-19 tahun pada wanita, 28-29 tahun pada pria (Wijaya, 2005).
2.2.1 Depresi dan Penyakit Kronik
Individu dengan penyakit kronik memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita gangguan depresi (Kilzieh et al, 2008). Lebih dari sepertiga populasi pasien dengan penyakit kronis pernah mengalami gejala depresi (tabel 2.2) dengan asumsi bahwa mereka mengalami penurunan terhadap rasa sejahtera (well being) atau makin putus asanya mereka terhadap pengobatan yang telah dijalani (Wijaya, 2005).
Tabel 2.2 Prevalensi Depresi pada Populasi Penyakit Kronik
Kondisi Prevalensi (%)
Kanker 20-38
Sindrom Kelelahan Kronik 17-46
Nyeri Kronik 21-32
Penyakit Jantung Koroner 16-19
Sindrom Cushing 67
Demensia 11-40
Diabetes Mellitus 24
Epilepsi 55
Hemodialisis 6,5
Infeksi HIV 30
Penyakit Huntington 41
Hipertiroid 31
Multiple Sclerosis 6-57
Penyakit Parkinson 28-51
Stroke 27
2.2.2 Depresi, PGK, dan Dialisis
Depresi merupakan masalah psikologis yang paling sering dihadapi oleh pasien PGK terutama pasien PGK tahap akhir (gagal ginjal kronis). walaupun simptomatologi depresif sering ditemukan pada pasien-pasien dialisis, sindrom depresi klinis harus terdiri atas gejala-gejala yang khas termasuk anhedonia dan perasaan sedih, tidak berguna, bersalah, putus asa, dll. dan diikuti oleh gangguan tidur, nafsu makan, dan libido. Beck Depression Inventory (BDI) merupakan kuesioner yang mudah untuk digunakan dan sangat membantu dalam skrining depresi klinis pada populasi pasien PGK (Finkelstein, 2000).
Dalam sebuah studi kohort yang mengggunakan PHQ-9 dikemukakan bahwa tidak terdapat perbedaan mean depresi dan kualitas hidup yang bermakna antara PGK dan GGK (PGK derajat 4 dan 5). Tidak ditemukan perbedaan proporsi bermakna pada pasien dengan depresi ringan, sedang, dan berat; tingkat kerusakan ginjal yang dialami pasien tidak memiliki hubungan dengat tingkat depresi (Abdel-Kader et al, 2009).
2.2.2.1Prevalensi
Berbagai studi prevalensi menunjukkan kisaran angka depresi yang tinggi pada pasien dialisis. Studi-studi yang menggunakan BDI ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani dialisis Studi Alat Ukur Populasi Prevalensi
Kimmel BDI > 15
BDI=Beck Depression Inventory; HD=Hemodialisis; PD=Dialisis peritoneal Dikutip dari berbagai studi dalam Chilcot et al (2008)
2.2.2.2Etiologi
Depresi dapat berupa reaksi kejiwaan sesorang terhadap stresor yang dialaminya. Penyakit fisik merupakan salah satu bentuk stresor psikososial. Depresi melibatkan berbagai faktor yang saling memengaruhi. Depresi dapat merefleksikan interaksi antara faktor-faktor biologis, faktor psikologis serta stresor sosial dan lingkungan. Berdasarkan model diatesis-stres, faktor-faktor sosiokultural merupakan stresor yang dapat mencetuskan timbulnya depresi melalui penurunan neurotransmitter dalam otak. Hal ini lebih cenderung terjadi pada orang dengan predisposisi genetis tertentu. Diatesis untuk depresi juga dapat berbentuk kerentanan psikologis berupa gaya berpikir yang cenderung depresi. Namun, suatu gangguan depresi mungkin tidak berkembang atau berkembang dalam bentuk ringan pada orang-orang yang memiliki sumber daya coping yang lebih efektif dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan (Kaplan et al, 2010).
Penurunan fungsi ginjal berhubungan erat dengan penurunan fungsi psikososial, ansietas, distress, penurunan rasa sejahtera, depresi dan persepsi yang negatif terhadap penyakit. Depresi pada pasien PGK dilaporkan disebabkan oleh rasa tidak puas terhadap hidup dan fungsi ginjal (Wijaya, 2005).
2.2.2.3Komorbiditas dan Komortalitas
gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 – 3,0 kali dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya (National Kidney Foundation, 2002).
Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien-pasien dialisis yang mengalami depresi memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah (Kimmel et al, 2000 dan Boulware et al, 2006). Mortalitas yang terkait dengan depresi mayor pada populasi secara umum telah ditekankan pada beberapa studi, walaupun metodologi yang digunakan berbeda-beda. Sebuah studi yang melibatkan 12 negara menunjukkan bahwa depresi pada populasi pasien yang menjalani terapi hemodialisis memiliki resiko relatif terhadap angka kematian, rawat inap, dan penghentian terapi (dialysis withdrawal) yang signifikan lebih tinggi (Lopes et al, 2004). Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa depresi meningkatkan resiko kematian, terutama melalui komplikasi kardiovaskular (Wulsin et al, 1999 dan Boulware et al, 2006).
2.3Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial, dan hobi (Wijaya, 2005). Menurut Testa dan Simonson (1998) dalam Peterman, Rothrock, dan Cella (2008), ”kualitas hidup” merepresentasikan apresiasi subjektif pasien terhadap pengaruh penyakit yang dideritanya ataupun pengaruh dari pengobatan penyakitnya terhadap dirinya yang penilaiannya dilakukan secara multidimensional. Kelompok pasien yang memiliki penyakit yang sama dan tujuan terapi yang sama dapat memiliki laporan kualitas hidup yang berbeda dikarenakan oleh perbedaan harapan dan kemampuan beradaptasi dari masing-masing pasien terhadap penyakit yang dideritanya.
Alat ukur ini merupakan alat ukur khusus yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien PGK dan pasien yang menjalani dialisis (Hays, 1995).
Hal-hal yang dinilai pada KDQOL-SF meliputi: 1. Target untuk penyakit ginjal
a. Gejala/permasalahan klinis yang dialami b. Efek dari penyakit ginjal
c. Tingkat penderitaan oleh karena sakit ginjal d. Status pekerjaan
e. Fungsi kognitif
f. Kualitas interaksi sosial g. Fungsi seksual
h. Kualitas tidur i. Dukungan sosial
j. Kualitas pelayanan staf unit dialisis k. Kepuasan pasien
2. Item skala survei SF-36 a. Fungsi fisik b. Peran – fisik c. Persepsi rasa sakit
d. Persepsi kesehatan umum e. Emosi
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Independen : Depresi
Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan et al, 2010).
- Cara ukur : pengisian kuesioner
- Alat ukur : BDI-II (Beck Depression Inventory - II) - Kategori :
Kuesioner terdiri atas 21 pertanyaan dengan skor setiap pertanyaan adalah nomor di depan jawaban yang dilingkari oleh responden. Seluruh skor kemudian dijumlahkan dan diinterpretasikan menurut skala:
• Depresi minimal/tidak depresi (total skor 0-13)
• Depresi ringan (total skor 14-19)
• Depresi sedang (total skor 20-28)
• Depresi berat (total skor 29-63) - Skala pengukuran : ordinal
3.2.2 Variabel Dependen : Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial, dan hobi (Wijaya, 2005).
- Cara ukur : pengisian kuesioner
- Alat ukur : KDQOL-SF (Kidney Disease Quality of Life – Short Form) versi 1,3.
- Kategori :
Kuesioner berisi 24 pertanyaan dengan konversi skor mengikuti aturan pada tabel 3.1. Setelah dikonversi menjadi angka, kelompok pertanyaan tertentu kemudian dirata-ratakan mengikuti tabel 3.2. Penilaian kualitas hidup secara umum merupakan rata-rata dari seluruh aspek dan diinterpretasikan menurut skala:
• Kualitas hidup baik (nilai rerata tingkat kesehatan secara umum > 59)
• Kualitas hidup buruk (nilai rerata tingkat kesehatan secara umum < 59)
Tabel 3.1 Langkah 1 – Konversi Nilai Poin Pertanyaan KDQOL-SF
Nomor Pertanyaan Respon Nilai
4a-d, 5a-c, 21 1 --- > 0
Tabel 3.2 Tahap 2 – Rata-Ratakan Nilai untuk Membentuk Skala
Skala Jumlah
Pertanyaan
Setelah Konversi dengan Tabel 3.1, Rata-Ratakan
Poin-Poin Berikut
Target untuk penyakit ginjal
Gejala/permasalahan 12 14a-k, l
Efek penyakit ginjal 8 15a-h
Beban penyakit ginjal 4 12a-d
Status pekerjaan 2 20, 21
Kualitas pelayanan staf dialisis 2 24a, b
Kepuasan pasien 1 23
Item skala survei SF-36
Fungsi fisik 10 3a-j
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei analitik dengan desain potong lintang (cross sectional).
4.2Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan untuk dilakukan pada bulan Juni-Juli 2010. Penelitian ini dilakukan di unit hemodialsis RSUP H. Adam Malik Medan mengingat bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera Utara.
4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi target adalah pasien PGK yang menjalani hemodialisis berkala. Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani hemodialisis berkala di unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan Juni sampai bulan Juli 2010.
4.3.2 Kriteria Inklusi
1. Penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala minimal 3 bulan. 2. Usia antara 18 tahun sampai 60 tahun.
3. Tidak memiliki penurunan atau gangguan kesadaran. (Schatell dan Witten, 2008)
4.3.3 Kriteria Eksklusi
1.
Pasien yang menjalani hemodialisis oleh kelainan ginjal akut.2.
Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian.4.3.4 Besar Sampel
Perkiraan besar sampel:
Prevalensi depresi pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis = 31% (Wijaya, 2005)
Besar sampel memakai rumus:
Dimana:
Zα : nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan Zα = 1,96 P : prevalensi depresi pada penderita gagal ginjal kronik Q : 1-P = 1-0,31 = 0,69
d : ketepatan absolut yang dikehendaki (ditentukan peneliti 15%) n : jumlah sampel minimal
Jadi, sampel minimal yang diteliti adalah 37 orang. Sampel akan diambil secara consecutive sampling.
4.4Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Teknik Pengumpulan
4.4.2 Validitas Kuesioner
Kuesioner divalidasi secara validity of content. Validitas isi kuesioner disahkan oleh dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ.
4.5Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Analisis data bivariat dilakukan terhadap data dengan menggunakan perhitungan statisik Uji
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis lantai 1 gedung Central Medical Unit Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berada di jalan Bunga Lau nomor 17 Medan, Sumatera Utara.
5.1.2 Karakteristik Sosio-Demografis
Gambaran karakteristik sosio-demografis pasien-pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik Sosio-Demografis Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Karakteristik Sosio Demografis Jumlah %
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 62,2
Perempuan 14 37,8
Kelompok Usia
<40 tahun 13 35,1
40–49 tahun 11 29,7
>50 tahun 13 35,1
Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil 6 16,2
Wiraswasta 9 24,3
Ibu rumah tangga/pensiunan/tidak bekerja 15 40,5
Mahasiswa/pelajar 1 2,7
Suku
Batak 27 73,0
Jawa 8 21,6
Aceh 1 2,7
Lain-lain 1 2,7
Status Perkawinan
Belum menikah 3 8,1
Sudah menikah 34 91,9
Pendidikan Terakhir
SD 2 5,4
SMP 7 18,9
SMA/STM 18 48,6
D3/S1 10 27,0
Jenis Pembayaran
Asuransi/Jamkesmas/ASKES/dll 34 91,9
Biaya sendiri/keluarga 3 8,1
Rerata umur : 44,0 (SD=11,0)
Responden terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%) dengan rata-rata umur 44,0 tahun (SD 11,0) dengan berbagai karakteristik sosio-demografis seperti terinci dalam tabel 5.1.
Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga/pensiunan/tidak bekerja (40,5%). Hampir seluruh responden berasal dari suku Batak (73,0%). Responden yang sudah menikah berjumlah 34 orang (91,9%). Responden sebagian besar merupakan lulusan SMA/STM (48,6%) dan S1/D3 (27,0%). Hampir seluruh responden menggunakan jenis pembayaran asuransi seperti Jamkesmas, ASKES, dll. (91,9%).
5.1.3 Gambaran Proporsi Depresi
Tabel 5.2 Gambaran Proporsi Depresi Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tingkat Depresi Jumlah %
Depresi minimal/tidak depresi 13 35,1
Depresi ringan 8 21,6
Depresi sedang 10 27,0
Depresi berat 6 16,2
Total 37 100,0
Sebagian besar responden mengalami depresi (64,8%). Dari responden yang mengalami depresi, mayoritas berada pada tingkat depresi sedang (27,0%). Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD 10,7).
5.1.4 Gambaran Derajat Kualitas Hidup
Gambaran umum nilai kualitas hidup pasien-pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat dalam tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3 Gambaran Derajat Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Skala Rata-rata SD
Target untuk penyakit ginjal
Gejala/masalah 64,87 17,84
Efek penyakit ginjal 64,19 18,92
Beban penyakit ginjal 40,20 20,91
Status pekerjaan 37,84 36,14
Fungsi kognitif 64,69 17,84
Fungsi seksual 75,00 32,10
Kualitas tidur 59,93 19,21
Dukungan sosial 76,12 23,42
Kualitas pelayanan staf dialisis 81,76 12,70
Kepuasan pasien 62,18 19,90
Item skala survei SF-36
Fungsi fisik 55,54 24,94
Peran secara fisik 23,65 33,82
Persepsi rasa sakit 70,95 23,41
Persepsi kesehatan secara umum 54,32 15,01
Kesejahteraan emosi 33,51 18,36
Peran secara emosi 32,43 39,66
Fungsi sosial 66,22 23,17
Energi/kelelahan 42,03 22,84
Tingkat kesehatan secara umum 56,46 11,19
Gambaran kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di Unit HD RSUP H. Adam Malik Medan termasuk dalam kategori “buruk”, yaitu dengan rata-rata skor Tingkat Kesehatan Secara Umum KDQOL-SF bernilai 56,46 (SD 11,19).
Tabel 5.4 Gambaran Proporsi Kualitas Hidup Pasien
Kualitas Hidup Jumlah %
Baik 15 40,5
Buruk 22 59,5
Total 37 100,0
5.1.5 Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup
Tabel 5.5 menunjukkan tabulasi silang parameter kualitas hidup antara pasien yang mengalami depresi dan yang tidak mengalami depresi.
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Parameter Kualitas Hidup dan Status Depresi
Parameter Depresi Tidak Depresi
Rata-rata SD Rata-rata SD Kualitas interaksi sosial 70,83 16,07 77,44 18,37 Fungsi seksual 64,71 37,04 90,91 11,31 Kualitas tidur 55,63 19,27 67,89 17,01 Dukungan sosial 71,53 24,81 84,61 18,59 Kualitas pelayanan staf
dialisis
Kesejahteraan emosi 38,33 18,31 24,62 15,46 Peran secara emosi 16,67 27,80 61,54 42,70 Fungsi sosial 58,85 23,74 79,81 14,91 Energi/kelelahan 48,96 20,80 29,23 21,49
depresi. Komponen-komponen yang terlihat jauh lebih rendah antara lain adalah efek penyakit ginjal, beban penyakit ginjal, fungsi seksual, status pekerjaan, fungsi fisik, peran secara fisik, peran secara emosi, dan fungsi sosial.
Untuk mendapatkan kesimpulan ada tidaknya pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji hipotesis chi-square. Rincian uji chi-square dapat dilihat dalam tabel 5.6.
Tabel 5.6 Uji Chi-Square: Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis
Status Depresi
Kualitas Hidup
Baik % Buruk %
Depresi 3 20 21 95,5
Tidak depresi 12 80 1 4,5
X2=22,28 df=1 p <0,0001
Dari hasil uji chi-square didapat nilai p adalah <0,0001. Hal ini berarti depresi berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis.
5.2Pembahasan
5.2.1 Depresi dan Penyakit Ginjal Kronik
menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal (Kaplan et al, 2010).
Penyakit fisik merupakan salah satu bentuk stresor psikososial. Dalam kasus ini, diagnosis PGK dan keputusan untuk harus menjalani hemodialisis sepanjang hayat merupakan stresor kronik bagi pasien. Maka, pada pasien-pasien PGK ini akan didapat suatu proporsi depresi yang merupakan permasalahan tambahan bagi pasien (Chilcot et al, 2008).
Penelitian Kimmel (2001) dengan menggunakan BDI sebagai metode skrining depresi menemukan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis mengalami depresi, yaitu dalam rentang sekitar 40,8% - 52,1%. Hasil-hasil ini juga didukung oleh analisis sistematik dalam Schmidt et al (2009) yang menyatakan bahwa angka depresi pada pasien dialisis berkisar antara 10% - 66%.
Penelitian dan teori sebelumnya ini sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu, dengan menggunakan instrumen BDI-II, didapat proporsi depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah sebesar 64,8% (n=37).
5.2.2 Kualitas Hidup dan Penyakit Ginjal Kronik
Sebuah penelitian di RSCM dan RS PGI Cikini Jakarta oleh Wijaya (2005) mendapatkan hasil penurunan yang sama untuk beberapa komponen tersebut, yaitu 67,1 (SD 41,9) untuk status pekerjaan, 46,0 (SD 33,5) untuk peran secara fisik, 51,8 (SD 15,3) untuk peran secara emosi, dan 48,2 (SD 19,3) untuk energi/kelelahan. Hal ini juga mendukung hasil penelitian ini dimana untuk komponen yang mengalami penurunan berada dalam rentang yang sesuai.
Namun untuk komponen kesejahteraan emosi, Penelitian Hays et al (1995) mendapati nilai untuk komponen kesejahteraan emosi adalah 69,54 (SD 20,36). Penelitian Wijaya (2005) juga mendapati angka untuk kesejahteraan emosi yang tidak mengalami penurunan signifikan, yaitu 75,9 (SD 30,6). Penelitian ini menemukan hasil kesejahteraan emosi yang lebih rendah dari penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak di analisis pada penelitian ini.
5.2.3 Depresi dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik
dilihat dalam tabel 5.5 bahwa sebagian besar komponen kualitas hidup pasien hemodialisis yang mengalami depresi lebih rendah dibanding komponen kualitas hidup pasien hemodialisis yang tidak mengalami depresi.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Depresi berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p <0,0001). Sebagian besar komponen kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi lebih rendah dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani hemodialisis tanpa mengalami depresi.
2. Depresi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan, yaitu sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%.
3. Kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan masih buruk, yaitu dengan nilai rata-rata tingkat kesehatan umum KDQOL-SF adalah 56,46 (SD 11,19).
6.2Saran
1. Bagi dokter dan tenaga kesehatan lain agar melakukan pendekatan yang lebih baik terhadap pasien hemodialisis khususnya pendekatan psikiatri karena keadaan depresi pada pasien PGK dapat memengaruhi kualitas hidup pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Kader, K., Unruh, M.L., and Weisbord, S.D., 2009. Symptom Burden, Depression, and Quality of Life in Chronic and End-Stage Kidney Disease.
Clin J Am Soc Nephrol 4: 1057-106.
American Pyschiatric Association, 2000. Mood Disorder. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th ed Text Revision (DSM-IV-TR). Arlington, VA: American Psychiatric Association, 345-356.
Bakri, S., 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya Pencegahan Progresifitas Penyakit Ginjal Kronik. Suplement vol. 26 No 3: 36-40.
Boulware, L.E. et al, 2006. Temporal Relation among Depression Symptoms, Cardiovascular Disease Events, and Mortality in End-Stage Renal Disease: Contribution of Reverse Causality. Clin J Am Soc Nephrol 1: 496-504.
Conchol, M. and Spiegel, D.M., 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease.
In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 185.
Chilcot, J., Wellsted, D., Silva-Gane, M.D., and Farrington, K., 2008. Depression on Dialysis. Nephron Clin Pract 108: c256-c264.
Ginieri-Coccossis, M., Theofilou, P., Synodinou, C., Tomaras, V., and Soldatos, C., 2008. Quality of Life, Mental Health and Health Beliefs in Haemodialysis and Peritoneal Dialysis Patients: Investigating Differences in Early and Later Years of Current Treatment. BMC Nephrology 9:14.
Hale, A.S., 2009. Depresi. In: Davies, T. and Craig, T.K.J., ed. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC, 73-83.
Hays, R.D., Kallich, J.D., Mapes, D.L., Coons, S.J., Amin, N., and Carter, W.B., 1995. Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF™), Version 1.3: A Manual for Use and Scoring. Santa Monica, CA: RAND, P-7994. Kilzieh, N., Rastam, S., Maziak, W., and Ward, K.D., 2008. Comorbidity of
Depression with Chronic Disease: A Population-based Study in Aleppo, Syria. Int J Psychiatry Med 38(2): 169-184.
Kimmel, P.L., 2001. Psychosocial Factors in Dialysis Patients. Kidney International vol. 59: pp. 1599-1613.
Kimmel, P.L. et al, 2000. Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.
Kaplan, H.I., Saddock, B.J, and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Lopes, A.A. et al, 2004. Screening for Depression in Hemodialysis Patients:
Associations with Diagnosis, Treatment, and Outcomes in The DOPPS.
Kidney International, Vol. 66: pp. 2047-2053.
Mailloux, L.U. and Hendrich, W.L., 2009. Patient Survival and Maintenance Dialysis. UpToDate literature review version 17.3.
National Kidney Foundation, 2002. Association of Level of GFR with Indices of Functioning and Well-being. New York: National Kidney Foundation. Available_from:
Peterman, A.H., Rothrock, N., and Cella, D., 2008. Evaluation of Health-Related Quality of Life. UpToDate literature review version 17.3.
Roesli, R., 2008. Hipertensi, Diabetes, dan Gagal Ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis, F.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Schatell, D. and Witten, B., 2008. Measuring Dialysis Patients’ Health-Related Quality of Life with the KDQOL-36. Madison, Wis: Medical Education Institute,_Inc._Available_from:
2010]
Schmidt, R.J. and Holley, J.L., 2009. Psychiatric Illness in Dialysis Patients.
UpToDate literature review version 17.3.
Spiegel, D.M., 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialysis. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 194.
Sukandar, E., 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.
Wijaya, A., 2005. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Available from:
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Kader, K., Unruh, M.L., and Weisbord, S.D., 2009. Symptom Burden, Depression, and Quality of Life in Chronic and End-Stage Kidney Disease.
Clin J Am Soc Nephrol 4: 1057-106.
American Pyschiatric Association, 2000. Mood Disorder. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th ed Text Revision (DSM-IV-TR). Arlington, VA: American Psychiatric Association, 345-356.
Bakri, S., 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya Pencegahan Progresifitas Penyakit Ginjal Kronik. Suplement vol. 26 No 3: 36-40.
Boulware, L.E. et al, 2006. Temporal Relation among Depression Symptoms, Cardiovascular Disease Events, and Mortality in End-Stage Renal Disease: Contribution of Reverse Causality. Clin J Am Soc Nephrol 1: 496-504.
Conchol, M. and Spiegel, D.M., 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease.
In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 185.
Chilcot, J., Wellsted, D., Silva-Gane, M.D., and Farrington, K., 2008. Depression on Dialysis. Nephron Clin Pract 108: c256-c264.
Ginieri-Coccossis, M., Theofilou, P., Synodinou, C., Tomaras, V., and Soldatos, C., 2008. Quality of Life, Mental Health and Health Beliefs in Haemodialysis and Peritoneal Dialysis Patients: Investigating Differences in Early and Later Years of Current Treatment. BMC Nephrology 9:14.
Hale, A.S., 2009. Depresi. In: Davies, T. and Craig, T.K.J., ed. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC, 73-83.
Hays, R.D., Kallich, J.D., Mapes, D.L., Coons, S.J., Amin, N., and Carter, W.B., 1995. Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF™), Version 1.3: A Manual for Use and Scoring. Santa Monica, CA: RAND, P-7994. Kilzieh, N., Rastam, S., Maziak, W., and Ward, K.D., 2008. Comorbidity of
Depression with Chronic Disease: A Population-based Study in Aleppo, Syria. Int J Psychiatry Med 38(2): 169-184.
Kimmel, P.L., 2001. Psychosocial Factors in Dialysis Patients. Kidney International vol. 59: pp. 1599-1613.
Kimmel, P.L. et al, 2000. Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.
Kaplan, H.I., Saddock, B.J, and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Lopes, A.A. et al, 2004. Screening for Depression in Hemodialysis Patients:
Associations with Diagnosis, Treatment, and Outcomes in The DOPPS.
Kidney International, Vol. 66: pp. 2047-2053.
Mailloux, L.U. and Hendrich, W.L., 2009. Patient Survival and Maintenance Dialysis. UpToDate literature review version 17.3.
National Kidney Foundation, 2002. Association of Level of GFR with Indices of Functioning and Well-being. New York: National Kidney Foundation. Available_from:
Peterman, A.H., Rothrock, N., and Cella, D., 2008. Evaluation of Health-Related Quality of Life. UpToDate literature review version 17.3.
Roesli, R., 2008. Hipertensi, Diabetes, dan Gagal Ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis, F.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Schatell, D. and Witten, B., 2008. Measuring Dialysis Patients’ Health-Related Quality of Life with the KDQOL-36. Madison, Wis: Medical Education Institute,_Inc._Available_from:
2010]
Schmidt, R.J. and Holley, J.L., 2009. Psychiatric Illness in Dialysis Patients.
UpToDate literature review version 17.3.
Spiegel, D.M., 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialysis. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 194.
Sukandar, E., 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.
Wijaya, A., 2005. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Available from:
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Kharisma Prasetya Adhyatma Tempar / Tanggal Lahir : Banda Aceh / 8 September 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pembangunan Barat N0. 14B STM-Kp. Baru, Medan 20219
Nama Orang Tua : Ayah : Alm. dr. Tunggul Sukendar, Sp.PD-KGH Ibu : dr. Erlida Hanum
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Negeri 20 Banda Aceh (1995-2001) 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Banda Aceh
(2001-2002)
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Harapan 2 Medan (2002-2004)
4. Sekolah Menengah Atas Sutomo 1 Medan (2004-2007) 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
PENELITIAN
Dengan Hormat,
Nama saya Kharisma Prasetya A., sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”.
Depresi didefinisikan sebagai suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan et al, 2010).
Penurunan kualitas hidup terlihat jelas pada kelompok pasien yang telah menjalani hemodialisis (cuci darah) dalam waktu yang lama. Kelompok pasien ini mengeluhkan banyak permasalahan yang terkait dengan kesempatan beraktivitas, beban biaya yang dikeluarkan, beban pembatasan konsumsi cairan, dan bahkan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ginieri-Coccosis et al, 2008). Meskipun depresi merupakan penderitaan tambahan pada pasien-pasien dialis, namun usaha untuk mengatasinya, terutama intervensi psikososial, hanya mendapat perhatian kecil tenaga medis (Chilcot et al, 2008). Sampai saat ini masih sedikit penelitian di Indonesia yang mengkaji kualitas hidup pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis, khususnya yang mengalami depresi. Kewaspadaan dan minat praktisi Indonesia untuk melihat aspek psikis/kejiwaan masih kurang, terutama dalam keterkaitannya terhadap kualitas hidup pasien (Wijaya, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah depresi benar berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Saya melakukan pengambilan data berupa kuesioner kepada saudara/i. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini tidak akan disebarluaskan dan akan dijamin kerahasiaanya. Adapun informasi yang saya terima tersebut hanya akan digunakan sebagai data penelitian.
mengevaluasi kembali apakah depresi pada pasien PGK memerlukan intervensi psikososial untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Untuk penelitian ini saudara/i tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila saudara/i membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya :
Nama : Kharisma Prasetya A.
Alamat : Jl. Pembangunan Barat No. 14B STM-Kp. Baru, Medan 20219 No.HP : 081260960880
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada saudara/i yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan saudara/i dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan saudara/i bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.
Medan,...2010
Peneliti
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Umur : Alamat : No. Telp. :
Telah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul: HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN dan saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2010
Peneliti, Responden
Lampiran 4
DATA SUBJEK PENELITIAN
Nama Pasien/Inisial :
Jenis Kelamin : L / P *
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Suku :
Agama :
Status Perkawinan : Pendidikan terakhir :
Tinggi/Berat Badan : cm/ kg
Lama HD : bulan
Frekuensi HD : kali/minggu
Biaya HD : biaya sendiri / ditanggung keluarga / asuransi* Penyakit penyerta/Penyulit :
DM ( ) Penyakit Jantung ( ) PJK/CHF Hipertensi ( ) Stroke ( )
Dislipidemia ( ) Lain-lain :
Lampiran 5
Beck Depression Inventory - II
Instruksi:
Silakan membaca masing-masing kelompok pertanyaan dengan seksama, dan pilih salah satu pernyataan yang terbaik pada masing-masing kelompok yang menggambarkan dengan baik bagaimana perasaan anda selama dua minggu terakhir, termasuk hari ini. Lingkari nomor pernyataan yang telah anda pilih. Jika beberapa pernyataan dalam beberapa kelompok sama bobotnya, lingkari nomor yang paling tinggi untuk kelompok itu. Pastikan bahwa anda tidak memilih lebih dari satu pernyataan untuk satu kelompok, termasuk item 16 (perubahan pola tidur) dan item 18 (perubahan selera makan).
1. Kesedihan
0 Saya tidak merasa sedih. 1 Saya sering merasa sedih. 2 Saya sedih sepanjang waktu.
3 Saya merasa sangat sedih atau tidak gembira, sampai saya tidak dapat menahannya.
2. Pesimistik
0 Saya yakin dengan masa depan saya.
1 Saya merasa takut dengan masa depan saya daripada biasanya. 2 Saya tidak berharap segalanya menjadi lebih baik untuk saya. 3 Saya merasa putus asa dengan masa depan saya dan keadaan hanya
menjadi semakin buruk.
3. Kegagalan masa lalu
0 Saya tidak merasakan saya gagal.
2 Saat saya menoleh ke belakang, saya melihat banyak kegagalan. 3 Saya merasa orang yang sepenuhnya dengan kegagalan.
4. Kehilangan kesenangan
0 Saya memperoleh kesenangan dari semua hal yang saya nikmati. 1 Saya kurang menikmati sesuatu daripada seperti biasanya.
2 Saya mendapat sedikit kesenangan dari hal-hal yang biasanya saya nikmati.
3 Saya tidak mendapat kesenangan apapun dari semua yang biasa saya nikmati.
5. Perasaan bersalah
0 Saya sama sekali tidak merasa bersalah.
1 Saya merasa bersalah pada kebanyakan hal yang saya lakukan atau seharusnya yang saya lakukan.
2 Saya mersa bersalah pada kebanyakan waktu. 3 Saya merasa bersalah setiap waktu.
6. Perasaan merasa dihukum
0 Saya tidak merasakan saya sedang dihukum. 1 Saya merasa saya mungkin dihukum.
2 Saya mengharapkan untuk dihukum. 3 Saya merasa saya sedang dihukum.
7. Benci diri sendiri
0 Saya merasa sama dengan diri saya selama ini. 1 Saya kehilangan kepercayaan terhadap diri saya. 2 Saya kecewa dengan diri saya.
8. Pengkritikan terhadap diri sendiri
0 Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari seperti biasanya.
1 Saya lebih kritis terhadap diri saya lebih dari biasanya. 2 Saya mengkritik diri saya untuk semua kesalahan saya.
3 Saya menyalahkan diri saya untuk semua kejadian buruk yang terjadi.
9. Pikiran atau keiinginan untuk bunuh diri
0 Saya tidak mempunyai pikiran apapun untuk membunuh diri saya sendiri.
1 Saya mempunyai pikiran untuk membunuh diri saya sendiri, tapi saya takut.
2 Saya merasa ingin bunuh diri.
3 Saya ingin bunuh diri, bila ada kesempatan.
10.Menangis
0 Saya tidak menangis lagi seperti biasanya. 1 Saya menangis lebih dari biasanya.
2 Saya menangis pada masalah-masalah yang kecil. 3 Saya sudah tidak sanggup lagi untuk menangis.
11.Tidak bisa beristirahat
0 Saya bisa beristirahat seperti biasanya.
1 Saya merasa kurang bisa beristirahat seperti biasanya. 2 Saya tidak bisa beristirahat atau sangat sulit untuk diam.