• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT.Indomobil Finance Cabang Padang Sidempuan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT.Indomobil Finance Cabang Padang Sidempuan."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT DAN PENAGIHAN PIUTANG PADA PT.INDOMOBIL FINANCE CABANG PADANG SIDEMPUAN

SKRIPSI DIAJUKAN OLEH :

NAMA : RUSNELLA ULFA NIM : 040522144

JURUSAN : AKUTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PADA PROGRAM S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian dan Unsur-unsur Pengendalaian Inetern ... 5

B. Pengertian dan Jenis-Jenis Pitugang ... 9

C. Prosedur Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas dari Piutang ... 14

D. Metode Penaksiran Piutang Dagang Tidak Tertagih ... 28

E. Penyajian Piutang Dagang di Neraca ... 33

F. Pengendalian Intern Piutang Dagang ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Jenis Data ... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

(3)

a. Sejarah Ringkas Perusahaan ... 42

b. Struktur Organisasi ... 44

c. Aktivitas Pengelolaan Piutang Perusahaan ... 48

B. Analisis Hasil Penelitian ... 61

1. Analisis Prosedur Pengendalian Intern Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang ... 61

2. Analisis Terhadap Penerapan Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dan Penagihan Piutang ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

(4)
(5)

Penagih Perusahaan ... 27

Gambar 4.1 Struktur Oganisasi PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidempuan ... 45

Gambar 4.2 Proses Transaksi Pembiayaan ... 50

Gambar 4.3 Prosedur Pemberian Kredit ... 52

(6)

Lampiran 1 Bagan Alir Prosedur Penjualan Kredit

Lampiran 2 Bagan Alir Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang Lampiran 3 Faktur Penjualan

(7)

ABSTRAK

Rusnella Ulfa (2008), “Pengendalian Intern Penjualan Kredit Dan Penagihan piutang Pada PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan”. Pembimbing Rasdianto. Ketua Departemen Program Akuntansi, Arifin Akhmad. Penguji I, Sucipto dan Penguji II Iskandar Muda.

PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan adalah Perusahaan Swasta yang bergerak dibidang penjualan kredit sepeda motor. Perusahaan ini termasuk multinasional karena menjual produk Suzuki, Honda, dan Yamaha.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran nyata kepada penulis tentang bagaimana pengendalian intern penjualan kredit dan penagihan piutang yang diterapkan di PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan studi literature. Metode penganalisaan data yang digunakan adalah metode deskriptif dimana data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian intern penjualan kredit dan penagihan piutang pada perusahaan sudah baik. Karena telah dijalankan pada fungsi kredit dan fungsi penagihan tersendiri, sehingga penagihan piutang tidak tertagih dapat ditekan seminimal mungkin.

Penulis menyarankan pemberian kredit dilakukan sesuai prosedur sehingga pengendalian intern dapat berjalan denga baik.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa, dagang maupun perusahaan manufaktur, penjualan merupakan suatu aktivitas yang utama. Hal ini dikarenakan dari penjualan, perusahaan memperoleh uang masuk (cash inflow) yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dari penjualan pula sebagian besar pendapatan perusahaan diperoleh.

Secara garis besar, penjualan dapat dibagi dua yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Untuk penjualan tunai perusahaan tidak menghadapi suatu masalah yang cukup berarti karena begitu barang jasa dijual maka kas akan langsung diperoleh. Namun untuk penjualan kredit, perusahaan akan menghadapi suatu masalah yang cukup berarti. Karena kas tidak langsung dapat diperoleh begitu barang dijual. Namun perlu menunggu beberapa waktu untuk memperoleh kas tersebut. Bahkan perusahaan dapat mengalami kehilangan uang kas tersebut karena pembeli / pelanggan lalai untuk membayarnya.

(9)

bagian penjualan tunai guna untuk mencapai target penjualan yang telah dianggarkan.

PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang Leasing. Berbagai produk yang diperjual belikan yakni: Sepeda motor Suzuki, Yamaha, dan Honda. Karena perusahaan PT. Indomobil Finance ini termasuk perusahaan yang multinasional. Sistem penjualan yang dilakukan adalah penjualan secara kredit dan tunai. Penjualan kredit tersebut akan menimbulkan perkiraan piutang bagi perusahaan, oleh karena itu perusahaan mengadakan penagihan piutang sehingga piutang dapat cair sesuai tanggal jatuh temponya. Hal ini untuk mengetahui pengendalian intern perusahaan tersebut. Sehingga dapat mengurangi jumlah piutang tak tertagih dan dapat menghindari kesalahan dan kecurangan yang mungkin terjadi.

Oleh karena pentingnya penjualan bagi perusahaan dan adanya penjualan kredit dalam penjualan, maka perlu adanya suatu kontrol dari pihak manajemen perusahaan terhadap penjualan kredit tersebut. Kontrol dimaksud adalah Pengendalian Intern.

(10)

B. Perumusan Masalah

Salah satu cara untuk meningkatkan omset penjualan bagi setiap perusahaan adalah dengan melakukan penjualan kredit, karena dengan penjualan kredit, pelanggan / pembeli dapat mencicil pembayarannya. Sehingga penjualan kredit mengandung resiko yang besar, misalnya pelanggan menunggak pembayaran ataupun tidak bersedia membayar sisa angsuran. Untuk memperkecil resiko-resiko tersebut maka dalam melakukan penjualan kredit, kepala cabang atau kepala operasional harus lebih teliti sebelum memberikan persetujuannya untuk penjualan kredit tersebut.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Apakah dalam prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang perusahaan sudah menerapkan pengendalian intern?

2. Jika perusahaan sudah menerapkan pengendalian intern dalam prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang, apakah pengendalian intern yang diterapkan tersebut sudah memadai dalam menekan resiko-resiko yang ditimbulkan oleh penjualan kredit tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(11)

penjualan kredit dan penagihan piutang yang diterapkan PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan.

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penerapan Pengendalian Intern dalam sistem penjualan kredit dan penagihan piutang. 2. Bagi PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan, penelitian ini dapat

dijadikan sebagai sumbangan pemikiran yang berguna sebagai masukan atau bahan pertimbangan untuk mengantisipasi permasalahan piutang yang dijumpai dalam kegiatan perusahaan dikemudian hari.

3. Bagi Almamater Universitas Sumatera Utara pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Unsur-unsur Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan salah satu fungsi pihak manajemen. Adapun pengertian pengendalian intern yang diberikan oleh Mulyadi (2001 : 163) adalah sebagai berikut:

“Bahwa pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001 : SA Seksi 319 paragraf 06)

“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa pengendalian intern merupakan rangkaian tindakan yang menembus seluruh organisasi. Selain itu juga untuk memperjelas bahwa pengendalian intern berada dalam proses manajemen dana, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring. Pengendalian bukanlah sesuatu yang ditumbuhkan dalam proses manajemen tersebut, tetapi merupakan integral dalam proses tersebut.

(13)

dapat mengadakan tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatannya. Ini berarti bahwa pengendalian intern dalam hal tertentu mengakibatkan perubahan rencana awal perusahaan. Tujuan pengendalian intern adalah bersifat positif, maksudnya ialah dapat mencapai tujuan dalam batas-batas penghalang. Pengendalian intern juga dapat berubah dalam pembentukan rencana baru.

Pengendalian intern mensyaratkan umpan maju (feed forward) yaitu bahwa tujuan, rencana, kebijaksanaan dan standar ditetapkan dan dikomunikasikan kepada para manajer yang bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan. Pengendalian intern didasarkan konsep umpan balik (feed back) dalam menilai pelaksanaan dan mengusulkan tindakan koreksi untuk menjamin tercapainya tujuan.

Prosedur rinci yang digunakan manajemen untuk mengendalikan operasi perusahaan disebut pengendalian intern (internal control). Pada perusahaan kecil, pemilik mengawasi karyawan dan memperhatikan seluk beluk perusahaan secara pribadi. Namun bagi perusahaaan besar yang jaringan organisasinya semakin luas, menyulitkan manajemen mengendalikan semua tahap operasi perusahaan. Untuk itu dilakukan pengendalian intern.

2. Unsur-unsur Pengendalian Intern

Unsur-unsur pengendalian intern menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standard Profesional Akuntan Publik (2001:SA paragraf 07) terdiri dari lima kompenen yang saling terkait seperti berikut ini:

(14)

c. Aktivitas pengendalian d. Informasi dan komunikasi e. Pemantauan”

Unsur-unsur diatas merupakan unsur-unsur yang melekat dalam berbagai pengendalian intern dan menjadi pedoman yang harus diperhatikan dalam merancang pengendalian intern. Suatu pengendalian intern perusahaan tertentu dianggap memuaskan dan mungkin tidak bagi perusahaan lain, walaupun sifat dan ukuran perusahaan tersebut sama, misalnya karena mutu pegawai kedua perusahaan berbeda. Jadi manajemen berdasarkan penelitian, pengalaman dan kebijaksanaan yang sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan.

Berikut ini diuraikan unsur-unsur pengendalian intern yang baik antara lain:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.

b. Penaksiran Resiko

(15)

laporan keuangan. Resiko yang relevan dengan pelaporan keuangan yang andal juga berkaitan dengan peristiwa dan transaksi khusus.

c. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas.

Aktivitas pengendalian mempunyai beberapa tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:

1. Review terhadap kinerja 2. Pengolahan informasi 3. Pengendalian fisik 4. Pemisahan tugas d. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka.

e. Pemantauan

(16)

ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor internal atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas memantau dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan customer dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

B. Pengertian dan Jenis-jenis Piutang 1. Pengertian Piutang

Pada saat sekarang ini penjualan barang dan jasa banyak dilakukan secara kredit sehingga terdapat tenggang waktu antara penyerahan barang atau jasa sampai pada saat diterimanya uang. Pada saat tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan piutang kepada pembeli. Selain dari penjualan barang dan jasa, tagihan dapat timbul dari berbagai kegiatan lain seperti memberi pinjaman kepada karyawan, pembayaran uang muka dan pengakuan akuntansi karena dasar waktu (accrual basis).

Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fees dalam Accounting Principle (2005:391) mendefinisikan piutang sebagai berikut:

(17)

Dalam arti luas, piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain yang umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas dimasa yang akan datang. Tagihan atau piutang, biasanya timbul sebagai akibat dari transaksi-transaksi penjualan barang atau penyerahan jasa, pemberian pinjaman, pesanan-pesanan yang diterima atau saham dan surat berharga lain yang akan diterbitkan, klaim atas ganti rugi dari perusahaan asuransi, dan sewa atas aktiva yang dioperasikan oleh pihak lain. Tagihan yang timbul dari transaksi penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pelanggan, pada umumnya merupakan sebagian besar dari modal kerja perusahaan. Sebagai akibat, masalah pengendalian dan kebijakan kredit, serta pengumpulan piutang merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian serius oleh manajemen.

Perkiraan yang berhubungan dengan piutang antara lain adalah pendapatan atas penjualan, perkiraan dengan piutang antara lain seperti penghapusan piutang, biaya piutang ragu-ragu barang yang dikembalikan oleh pembeli kepada penjual karena tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya (retur penjualan).

2. Jenis-jenis Piutang

Piutang dapat digolongkan sesuai dengan proses terjadinya piutang tersebut. Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dari piutang, maka piutang dapat dibagi dalam beberapa golongan. Adapun klasifikasi dari piutang menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fees dalam Accounting Principle (2005:392) adalah sebagai berikut:

(18)

lancar dan jika tertagih lebih dari satu tahun maka diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

Secara umum, piutang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu piutang dagang dan piutang non dagang.

a. Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan. Piutang dagang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu pembayaran piutang usaha pada umumnya antara 30-60 hari.

Pemberian kredit ini dilakukan dengan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan penjualan dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak dikenakan biaya, walaupun ada kemungkinan bunga ataupun beban ditambahkan jika pembayaran tidak dilakukan dalam satu periode yang telah ditentukan yaitu periode dimana debitur wajib melunasi hutangnya.

2. Wesel Tagih (Notes Receivable)

(19)

penjualan, pembiayaan ataupun transaksi lainnya. Tetapi wesel tagih kebanyakan berasal dari transaksi peminjaman uang yaitu dengan diberikannya trade receivable dengan disertai wesel. Wesel tagih bisa bersifat jangka panjang.

Wesel dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu: a. Wesel tagih berbunga (Interest bearing notes)

Pada wesel tagih berbunga, dinyatakan berapa persen bunganya dan berapa hari jangka waktu pelunasannya. Pada hari pelunasannya pihak yang menerima atau memegang wesel harus membayar sejumlah nilai nominal ditambah dengan bunga yang terhutang.

Contoh:

PT. X menerima wesel 30 hari dengan bunga 10% tertanggal 12 Desember 2003 sebagai pelunasan kreditnya dengan saldo Rp. 10.000.000,- Ayat jurnalnya sebagai berikut:

2003 Wesel Tagih Rp. 10.000.000

Des 13 Piutang Dagang Rp. 10.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2003, dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat bunga yang akan dibayar dari tanggal 13-31 Desember. Ayat jurnal untuk pendapatan yang akan diterima sebesar Rp. 50.000,- (18/360 x 10% x Rp. 10.000.000) adalah sebagai berikut:

2003 Piutang Bunga Rp. 50.000

(20)

Pada wesel tagih tanpa bunga, dinyatakan jumlah yang harus dibayar dan berapa hari jangka waktu pelunasannya. Dengan demikian jumlah yang tercantum pada wesel ini merupakan jumlah yang harus diterima pada saat jatuh tempo.

Contoh:

PT. X menerima wesel atas penjualan barang dagangan kepada PT. Z sebesar Rp. 8.000.000,- pada tanggal 5 Mei 2003. Wesel tersebut jatuh tempo tanggal 10 Juni 2003. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut: 2003 Wesel Tagih Rp. 8000.000

Mei 5 Piutang Dagang Rp. 8.000.000

2003 Kas Rp. 8.000.000

Juni 10 Wesel Tagih Rp. 8.000.000 b. Piutang Non Dagang (Non Trade Receivable)

Piutang non dagang adalah semua piutang yang timbul dari transaksi -transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan penjualan barang atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk diantaranya: 1. Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada

perusahaan afiliasi, piutang karyawan.

2. Piutang kepada perusahaan asuransi, atas kerugian-kerugian yang dipertanggungjawabkan.

(21)

4. Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-surat berharga atau sekuritas seperti piutang saham, piutang pemesan surat-surat utang obligasi.

5. Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang pendapatan seperti piutang bunga, sewa, dividen, royalitas.

C. Prosedur Penjualan kredit dan Penerimaan Kas dari Piutang 1. Prosedur Penjualan Kredit

Agar pelaksanaan suatu kegiatan berjalan dengan lancar dan dilaksanakan dengan baik perlu diciptakan prosedur untuk kegiatan tersebut. Prosedur sekaligus memuat dasar-dasar umum internal control yang dapat menghindari kecurangan untuk meningkatkan hasil kerja. Demikian juga penjualan kredit, perlu ada suatu prosedur penjualan kredit yang harus dilakukan untuk menjaga keabsahan penjualan kredit tersebut.

Menurut Mulyadi (2001:219) jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit adalah sebagai berikut:

1. Prosedur order penjualan 2. Prosedur persetujuan kredit 3. Prosedur pengiriman

4. Prosedur penagihan

5. Prosedur pencatatan piutang 6. Prosedur distribusi penjualan

7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Ad. 1 Prosedur Order Penjualan

(22)

kemudian membuat surat order pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan kontribusi dalam melayani order dari pembeli.

Ad. 2 Prosedur Persetujuan Kredit

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.

Ad. 3 Prosedur Pengiriman

Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan.

Ad. 4 Prosedur Penagihan

Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli. Dalam metode tertentu faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli. Dalam metode tertentu faktur penjualan dibuat oleh fungsi penjualan sebagai tembusan pada waktu bagian ini membuat surat order pengiriman.

Ad. 5 Prosedur Pencatatan Piutang

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.

Ad. 6 Prosedur Distribusi Penjualan

(23)

Ad. 7 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan

(24)
(25)
(26)

Fungsi yang terkait dalam sistem penjualan kredit menurut Mulyadi (2001:211) a. Fungsi Penjualan

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk memuat “back order” pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.

b. Fungsi Kredit

(27)

kepada pelanggan, surat order pengiriman dikirim langsung ke fungsi pengiriman sebelum fungsi penjualan memperoleh otorisasi kredit dari fungsi kredit. Maka tembusan kredit harus dikirimkan ke fungsi kredit untuk mendapatkan persetujuan kredit dari fungsi tersebut. Dalam hal otorisasi kredit tidak dapat diberikan. Fungsi penjualan memberitahu fungsi pengiriman untuk membatalkan pengiriman barang kepada pelanggan.

c. Fungsi Gudang

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.

d. Fungsi Pengiriman

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang. Otorisasi ini dapat berupa surat order pengiriman yang telah ditandatangani oleh fungsi pembelian untuk barang yang dikirimkan kembali kepada pemasok (retur pembelian), surat perintah kerja dari fungsi produksi mengenai penjualan/pembuangan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai lagi. e. Fungsi Penagihan

(28)

menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.

f. Fungsi Akuntansi

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur, serta membuat laporan penjualan. Di samping itu, fungsi ini juga bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan.

Dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan kredit menurut Mulyadi (2001:214) adalah:

1. Surat order pengiriman dan tembusannya 2. Faktur dan tembusannya

3. Rekapitulasi harga pokok penjualan 4. Bukti memorial

Surat order pengiriman merupakan dokumen pokok untuk memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Contoh surat order pengiriman adalah tembusan kredit, surat pengakuan, surat muat (bill of lading), slip pembungkus (packing slip), arsip pengendalian pengiriman, arsip index silang.

Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk mencatat timbulnya piutang. Contoh faktur penjualan adalah tembusan piutang, tembusan jurnal penyesuaian, tembusan analisis, tembusan wiraniaga.

(29)

dalam rekapitulasi harga pokok penjualan berasal dari kartu persediaan. Secara periodik, harga produk yang dijual selama jangka waktu tertentu dihitung dalam rekapitulasi harga pokok penjualan dan kemudian dibuatkan dokumen sumber berupa bukti memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

Bukti memorial merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatatan ke dalam jurnal umum. Dalam sistem penjualan kredit, bukti memorial merupakan dokumen sumber untuk mencatat harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

Pembelian (netto) $ 327.455

Barang tersedia untuk dijual $ 362.655

Persediaan 31 Desember 2002 $ 43.650

Harga pokok penjualan $ 319.000

Disetujui Dicatat Diverifikasi Dibuat

Berdasarkan bukti memorial di atas harga pokok penjualan tahun 2002 adalah sebesar $ 319.000, maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan $ 319.000

(30)

2. Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang

Sumber penerimaan kas suatu perusahaan manufaktur biasanya berasal dari pelunasan piutang dari debitur, karena sebagian besar produk perusahaan tersebut dijual melalui penjualan kredit. Dalam perusahaan tersebut penerimaan kas dari penjualan tunai biasanya merupakan sumber penerimaan kas yang relatif kecil. Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan:

1. Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara pemindahbukuan melalui rekening bank (giro bilyet). Jika perusahaan hanya menerima kas dalam bentuk cek dari debitur, yang ceknya atas nama perusahaan (bukan atas unjuk), akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan. Pemindahbukuan juga akan memberikan jaminan penerimaan kas masuk ke rekening giro bank perusahaan.

2. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke bank dalam jumlah penuh.

Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang menurut Mulyadi (2001:487) adalah:

1. Fungsi sekretariat 2. Fungsi penagihan 3. Fungsi kas

4. Fungsi akuntansi

(31)

Ad.1 Fungsi Sekretariat

Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi secretariat bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan (remittance ad-vice) melalui pos dari para debitur perusahaan. Fungsi sekretariat bertugas untuk membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para debitur.

Ad.2 Fungsi Penagihan

Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung kepada debitur melalui penagih perusahaan, fungsi penagihan bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih dibuat oleh fungsi akuntansi.

Ad.3 Fungsi Kas

Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat (jika penerimaan kas dilaksanakan melalui pos) atau fungsi penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas yang diterima dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jurnal penuh.

Ad.4 Fungsi Akuntansi

(32)

Ad.5 Fungsi Pemeriksa Intern

Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungs pemeriksa intern bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik. Disamping itu, fungsi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.

Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari piutang menurut Mulyadi (2001:488) adalah:

1. Surat pemberitahuan

2. Daftar surat pemberitahuan 3. Bukti setor bank

4. Kwitansi

Surat Pemberitahuan merupakan dokumen yang dibuat oleh debitur untuk memberitahu maksud pembayaran yang dilakukannya. Surat pemberitahuan biasanya berupa tembusan bukti kas keluar yang dibuat oleh debitur, yang disertakan dengan cek yang dikirimkan oleh debitur melalui penagih perusahaan atau pos.

Daftar Surat Pemberitahuan merupakan rekapitulasi kas yang dibuat oleh fungsi sekretariat atau fungsi penagihan.

(33)

Kwitansi merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang mereka.

Penerimaan kas dari piutang melalui penagih perusahaan dilaksanakan dengan prosedur berikut ini:

1. Bagian piutang memberikan daftar piutang yang saatnya ditagih oleh bagian penagihan.

2. Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur.

3. Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan (remittance advice) dari debitur.

4. Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kas.

5. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

6. Bagian kas mengirimkan kwitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur.

7. Bagian kas menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsment oleh pejabat yang berwenang.

(34)
(35)

D. Metode Penaksiran Piutang Dagang Tidak Tertagih

Piutang dagang yang timbul dari penjualan barang atau jasa, secara teoritisnya harus dinilai pada jumlah yang mencerminkan nilai sekarang dari penerimaan kas di masa depan yang diperkirakan. Seperti yang diungkapkan oleh Fred K. Skousen, Earl K. Stice, dan James D. Stice dalam bukunya Intermediate Accounting (2001:364) adalah sebagai berikut:

Piutang usaha dilaporkan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan yaitu nilai kas yang diharapkan.

Ini berarti bahwa piutang usaha harus dicatat bersih sesudah memperhitungkan estimasi piutang ragu-ragu, potongan dagang dan retur serta pengurangan harga jual yang diantisipasikan. Tujuannya adalah agar piutang yang dilaporkan sebesar klaim terhadap pelanggan yang diharapkan akan tertagih dalam bentuk kas.

Dalam kegiatan operasi perusahaan, beberapa piutang akan dapat ditagih atau tidak dapat direalisasi mungkin karena langganan sudah jatuh pailit atau sebab-sebab lain yang menimpa pelanggan. Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang disebut beban atau kerugian dari piutang tak tertagih (uncollectible accounts), piutang ragu-ragu (doubtful accounts), atau piutang macet (bad debts).

(36)

tersebut tidak akan dapat tertagih. Petunjuk lainnya ialah perusahaan debitur itu ditutup, si debitur kabur, dan penagihan terus-menerus gagal.

Menurut Keyso dan Weygant (2002:391) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mencatat piutang tak tertagih, yaitu:

a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method) b. Metode Penyisihan (Allowance Method)

Ad.a Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)

(37)

Contoh:

PT. Rachel melakukan penjualan secara kredit kepada PT. Mega sebesar Rp 20.000.000. Kemudian ditetapkan bahwa PT. Mega tidak dapat membayar utangnya sebesar Rp 5.000.000, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang yang tidak tertagih adalah:

Kas Rp 15.000.000

Piutang Usaha Rp 15.000.000

Beban Piutang Tak Tertagih Rp 5.000.000

Piutang Usaha Rp 5.000.000 Ad.b Metode Penyisihan (Allowance Method)

Metode ini membuat suatu estimasi yang menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurang tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode dimana penjualan itu dicatat. Beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan penandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas piutang usaha, walaupun melibatkan estimasi, namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan, dan analisis atas saldo yang beredar.

(38)

Estimasi untuk piutang tak tertagih dapat didasarkan pada penjualan untuk periode bersangkutan atau jumlah piutang yang beredar pada akhir periode. Apabila penjualan digunakan sebagai dasar, maka persentasenya dihitung berdasarkan piutang tak tertagih masa lalu yang dikaitkan dengan jumlah penjualan yang bersangkutan.

Contoh:

PT. Rachel mengestimasi dari pengalaman masa lalu bahwa sekitar 2% dari penjualan tidak akan tertagih. Jika PT. Rachel memiliki penjualan kredit sebesar Rp 60.000.000 pada tahun 2002 maka ayat jurnal untuk mencatat beban piutang tak tertagih dengan menggunakan metode persentase penjulan adalah sebagai berikut:

Beban Piutang Tak Tertagih Rp 1.200.000

Penyesuaian untuk Piutang Tak Tertagih Rp 1.200.000 b. Estimasi piutang tak tertagih berdasarkan saldo piutang usaha

Tujuan dari metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih dalam neraca. Metode ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan suatu tarif gabungan (composite rate) yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih. Pendekatan lainnya yang lebih sensitive terhadap status akrual dari piutang usaha adalah menetapkan skedul umur piutang (aging

schedule) dan menerapkan persentase yang berbeda berdasarkan

(39)

Jika total piutang usaha adalah Rp 50.000.000 dan diestimasikan bahwa 5% dari piutang itu tidak akan tertagih, maka perkiraan penyisihan harus mempunyai saldo Rp 2.500.000. Perkiraan penyisihan telah mempunyai saldo kredit Rp 700.000 dari periode sebelumnya. Maka ayat jurnal penyesuaian periode berjalan adalah:

Beban Piutang Tak Tertagih Rp 1.800.000

Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih Rp 1.800.000 Contoh:

WILSON & CO Skedul Umur Piutang

Saldo Dibawah 61-90 91-120 Di atas __ Nama Pelanggan 31 Des 60 Hari Hari Hari 120 Hari Western Stainless Steel Corp.$98.000 $80.000 $18.000

Brockway Steel Company 320.000 320.000

Freeport Sheet & Tube Co. 55.000 $55.000 Allegheny Iron Works 74.000 60.000 $14.000 ______

$547.000 $460.000 $18.000 $14.000$55.000 Ikhtisar Saldo penyisihan piutang tak tertagih akhir tahun $37.650

Sumber: Kieso & Weygant, Intermediate Accounting, Terjemahan Gina

Gahia dan Ichsan Setiyo Budi, Edisi Kesepuluh, Jilid Tiga, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002.

(40)

Sebagai ilustrasi tambahan, asumsikan bahwa akun penyisihan memiliki saldo kredit sebesar $800 sebelum penyesuaian. Dalam kasus ini, jumlah yang harus ditambahkan ke dalam akun penyisihan adalah $36.850($37650-$800), ayat jurnal berikut harus dibuat:

Beban Piutang Tak Tertagih $36.850

Penyisihan Piutang Tak Tertagih $36.850

E. Aktivita Pengendalian Intern Piutang Dagang

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen perusahaan yang sangat penting di dalam pencapaian tujuan perusahaan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Perencanaan yang telah dibuat harus diiringi dengan pengawasan agar rencana yang telah ditetapkan dapat direalisir secara efisien dan efektif.

Menurut Romney dan Steinhart dalam bukunya Acounting Information Systems (2003:195):

Pengendalian Intern adalah suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat yang dapat diandalkan dan memperbaiki efisiensi jalannya telah ditetapkan organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

(41)

Ditinjau dari cara pendekatan manajemen preventif maka ada 3 bidang pengendalian yang umum pada titik mana dapat diambil tindakan untuk mewujudkan pengendalian piutang. Ketiga bidang tesebut adalah:

1. Pemberian kredit dagang

Kebijaksanaan kredit dan syarat penjualan harus tidak menghalangi penjualan kepada para pelanggan yang sehat keadannya, dan juga tidak boleh menimbulkan kerugian yang besar karena adanya piutang ragu-ragu yang berlebihan.

2. Penagihan (collections)

Apabila telah diberikan kredit, harus dilakukan setiap usaha untuk memperoleh pembayaran yang sesuai dengan syarat penjualan dalam waktu

yang wajar.

3. Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak

Meskipun pemberian kredit dan penagihan telah diadministrasikan dengan baik atau dilakukan secara wajar, ini yidak menjamin adanya pengendalian piutang. Yaitu tidak menjamin ataupun memastikan, bahwa semua penyerahan memang di faktur, atau di faktur sebagaimana mestinya kepada para pelanggan dan bahwa penerimaan benar-benar masuk ke dalam rekening bank perusahaan. Harus diberlakukan suatu pengendalian intern yang memadai.

(42)

Warren, Reeve, dan Fees (2005:391) mengemukakan bahwa secara tradisional penilaian kredibilitas pelanggan melibatkan pertimbangan atas 5K yaitu: karakter, kapasitas, kapital, kolateral, kondisi.

1. Karakter

Mengacu kepada probabilitas bahwa pelanggan akan menghormati kewajibannya. Karakter mencerminkan kejujuran pelanggan dan tanggung jawab moral yang dimiliki pelanggan untuk menghargai utang.

2. Kapasitas

Mengacu kepada kemampuan pelanggan untuk membayar. Faktor ini dinilai dengan mengkaji ulang catatan pembayaran pelanggan dari masa lalu, pengetahuan umum mengenai bisnis penjualan, dan barangkali observasi fisik atas operasi pelanggan.

3. Kapital

Mengacu kepada kondisi umum bisnis pelanggan seperti yang diperlihatkan oleh laporan keuangan. Yang diberi perhatian khusus biasanya adalah solvensi dan likuiditas serta rasio-rasio lain seperti rasio modal dan rasio lancar.

4. Kolateral

Mengacu kepada aktiva-aktiva yang ingin diberikan pelanggan sebagai jaminan untuk kredit kolateral bisa berbentuk aktiva apa pun seperti tanah, bangunan atau persediaan.

5. Kondisi

(43)

selama periode resesi ekonomi biasanya standar-standar kredit diperketat sebagai antisipasi terhadap menurunannya kemampuan para pelanggan untuk membayar.

Pengendalian intern terhadap piutang dagang tidak lepas kaitannya dengan pengendalian intern terhadap penjualan kredit, sebab piutang dagang umumnya terjadi disebabkan oleh penjualan kredit. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau penyelewengan terhadap piutang maka perlu dirancang unsur-unsur internal control yang diterapkan dalam sistem penjualan kredit.

Menurut Mulyadi (2001:221) unsur pokok pengendalian intern dalam sistem penjualan kredit terdiri dari:

Organisasi

1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit

2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit

3. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas

4. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan dan fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakansecara lengkap hanya oleh satu fungsi tersebut

Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

5. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman

6. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan tembusan surat order pengiriman)

7. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “sudah dikirim” pada copy surat order pengiriman

(44)

9. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan

10.Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan, bukti kas masuk, dan memo kredit)

11.Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat

Praktek yang sehat

12.Surat order pengiriman bernomor urut tercatat dan pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan

13.Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penagihan

14.Secara periodik fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang (account receivable statement) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut

15.Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang dalam buku besar

Pengendalian intern terhadap piutang sangat penting terutama piutang dagang yang merupakan aktiva perusahaan yang berharga karena jumlahnya cukup besar. Dengan pengendalian intern diharapkan dapat mencegah terjadinya penyelewengan, semakin meningkatnya piutang yang tidak tertunggak dan membantu kelancaran kegiatan perusahaan.

Tujuan pengendalian intern terhadap piutang adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjamin ketepatan dan kebenaran pencatatan piutang dagang 2. Untuk menjamin agar piutang tetap aman. Maksudnya adalah untuk

(45)

3. Untuk mencegah efisiensi penagihan piutang

4. Untuk mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan yang menyangkut piutang

Adapun untuk terlaksananya tujuan tersebut di atas, maka kegiatan yang menyangkut terjadinya piutang hendaknya memberikan jaminan bahwa:

1. Semua pesanan-pesanan yang diterima telah dipenuhi dengan tepat

2. Sebelum barang dagangan dan jasa diberikan atau dikirimkan kepada langganan telah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang

3. Barang-barang yang dikirimkan ke langganan telah dibuat faktur yang benar

4. Semua faktur penjualan telah dicatat dengan benar sebagai penjualan dan piutang

5. Bila memungkinkan, jumlah-jumlah piutang langganan semuanya harus sudah ditagih

6. Hasil penagihan semuanya dilaporkan

7. Piutang dihapuskan telah mendapatkan otorisasi dari yang berwenang 8. Laporan yang cukup, ikhtisar penjualan, pemberian kredit dan jumlah

piutang yang belum ditagih

(46)

BAB III

METODE PENELITAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang memerlukan pengolahan lebih lanjut oleh penulis. Penulis mengumpulkan data primer dari perusahaan adalah hasil wawancara dengan karyawan bagian departemen A/R.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari perusahaan yang diteliti, buku-buku, literature, dan sumber kepustakaan lainnya yang mendukung pembahasan yang dilakukan. Dalam hal ini, data yang digunakan berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan, dalam hal ini neraca dan laporan laba rugi.

C. Teknik Pengumpulan Data

(47)

Dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya Neraca dan Laporan Laba Rugi.

D. Metode Penganalisaan Data

a. Deskriptif studi kasus, yaitu mengumpulkan data, disusun, dikelompokkan, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang pengendalian intern yang diterapkan perusahaan dalam transaksi penjualan kredit dan penagihan piutang. b. Komparatif, yaitu dengan membandingkan teori-teori yang berhubungan

dengan pengendalian intern. Dengan cara ini penulis berharap dapat memberikan gambaran sejauh manakah pengendalian intern yang diterapkan perusahaan, terutama dalam transaksi penjualan kredit dan penagihan piutang.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

(48)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. DATA PENELITIAN

1. Gambaran Umum PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan a. Sejarah Ringkas Perusahaan

PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidimpuan merupakan perusahaan swasta yang berkantor pusat di Jl. MT Haryono Kav. 8, Jakarta. Perusahaan ini memiliki beberapa kantor cabang umum tersebar di seluruh Indonesia yang telah berjalan operasinya. Tugas yang dijalankan pada tahun 2001 yaitu bergerak di bidang leasing (pembiayaan) sepeda motor khususnya produk Suzuki. Tetapi sejak tahun 2007 perusahaan ini telah mengembangkan usahanya tidak hanya bekerjasama pada produk Suzuki saja, melainkan pada semua produk yang ada di Indonesia: Suzuki, Yamaha, Honda, dan Kawasaki.

(49)

Finance, Bank dan ATM. Prinsip “Aman” maksudnya bahwa barang dibiayai diasuransikan ke perusahaan asuransi, BPKP disimpan dalam tempat yang aman di kantor Cabang Padang Sidempuan dan tidak dijaminkan ke pihak lain. Dan prinsip “Menguntungkan” maksudnya pada saat pembiayaan juga terdapat program-program loyalty konsumen, seperti temu konsumen, program berhadiah, dan apabila diadakan repeat order maka akan mendapatkan fasilitas kredit yang lebih menarik seperti bunga yang lebh rendah dan tidak perlu melampirkan prasyarat ulang. Terdapat juga paket program kompetitif dari uang muka, angsuran dan jangka waktu pembayaran kredit.

PT. Indomobil Finance menetapkan misi sebagai berikut:

1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan aspek kehati-hatian (Nimble but prudent operation with balanced risk)

Penjelasannya adalah menjalankan bisnis dengan prosedur dan aturan sederhana, efisien dan cepat tetapi tetap menjalankan fungsi kontrol untuk meminimalisasikan resiko bisnis.

2. Memberikan produk berupa keuntungan financial atau jasa keuangan kepada segmen konsumen kelas bawah.

(To offer affordable and beneficial products to lower customer segment)

3. PT. Indomobil Finance memperkuat dan melebarkan infrastruktur (fasilitas) untuk mendukung kredit mikro (kredit untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif) dan kredit tanpa jaminan.

(50)

4. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi sepeda motor berbagai produk

(Leverage and add value to all produk motorcycle distributionship)

Mendukung peningkatan penjualan sepeda motor berbagai merk(Suzuki, Honda, dan Yamaha) melalui jasa pembiayaan.

5. Mencapai harapan para konsumen, karyawan, pemegang saham, kreditur dan pemerintah.

(To meet the required return to stakeholders)

Yakni mencapai harapan:

a. Konsumen : memberikan pelayanan yang memuaskan

b. Karyawan : kesinambungan pekerjaan dan lingkungan kerja yang baik, pengembangan karir dan kesejahteraan.

c. Pemegang Saham : peningkatan nilai perusahaan d. Kreditur : Kelancaran pembayaran kewajiban

e. Pemerintah : Penyerapan tenaga kerja dan pendapatan negara

b. Strukrtur Organisasi

(51)

Secara umum, Organisasi Perusahaan PT. Indomobil Finance dapat kita lihat pada gambar 4.1 dengan rincian secara ringkas sebagai berikut.

(52)

Halaman 51

(53)

a. Kepala Cabang Tugas:

 Mengawasi kegiatan perusahaan.

 Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan cabang.

b. Kepala Operasional Tugas:

 Mengawasi kegiatan operasional.

c. Departemen A/R Tugas:

 Menandatangani kwitansi penerimaan sebelum kwitansi

didistribusikan. Tanggung jawab:

 Penugasan dan kontrol atas pelaksanaan tugas-tugas A/R

operasional dan kolektor. Wewenang:

 Menandatangani kwitansi penerimaan, penghapusan denda

angsuran, sebagai komite Back to Current A/R, merekomendasikan BPKB.

d. A/R Opersaional Tugas:

 Menjalankan fungsi kontrol terhadap angsuran bolong dan

(54)

 Kontrol atas pelaksanaan tugas penagihan oleh kolektor.

Tugas:

 Melaksanakan kegiatan penagihan ke konsumen

 Membuat dan menyerahkan laporan hasil tagihan ke A/R  Menyetor tagihan ke kasir.

e. Departemen Remedial Tugas:

 Menyelamatkan semaksimal mungkin asset perusahaan dan

debitur yang tidak memenuhi kewajibannya. f. Departemen Finance

Tugas:

 Mencatat setiap transaksi baik pemasukan atau pengeluaran

yang dilakukan dengan kas/Bank sampai menyusun Laporan Keuangan

g. Departemen Finance Tugas:

 Mencatat setiap transaksi baik pemasukan atau pengeluaran

yang dilakukan dengan kas/Bank sampai menyusun Laporan Keuangan.

Tanggung jawab:

 Menjaga keseimbangan saldo antara Bank dengan perusahaan.

Wewenang:

(55)

h. Departemen Marketing Tugas:

 Menangani target penjualan Indomobil Finance dan dealer

survey ke konsumen. Tanggung jawab:

 Kelengkapan dokumen kredit.

Wewenang:

 Menolak atau menerima permohonan kredit.

i. Depertemen Kredit Tugas:

 Menginput data kontrak dan jadwal angsuran serta BPKP.

Tanggung jawab:

 Memeriksa kelengkapan dokumen.

Wewenang:

 Mengeluarkan BPKP.

C. Aktivitas Pengelolaan Piutang Perusahaan

PT. Indomobil Finance adalah perusahaan pembiayaan yaitu badan usaha diluar Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank, yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan usaha perusahaan Pembiayaan adalah:

(56)

c. Usaha Kartu Kredit d. Pembiayaan konsumen

Dan saat ini Indomobil Finance fokus pada kegiatan usaha pembiayaan konsumen. Dengan pembiayaan konsumen, kegiatan untuk pengadaan barang didasarkan pada kebutuhan konsumen dengan menggunakan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Hal ini akan menimbulkan piutang usaha.

Menurut perusahaan sendiri, piutang usaha (A/R) merupakan piutang yang timbul dari penjualan produk atau penyerahan jasa secara kredit dalam rangka kegiatan usaha perusahaan. Piutang usaha pada PT. Indomobil Finance sendiri timbul atas produk yang dibiayai Sepeda Motor Suzuki, Honda, dan Yamaha atau disebut Consumer Finance, dimana piutang usaha ini yang menjadi asset mayoritas perusahaan dan merupakan asset yang beresiko tinggi.

Pembentukan piutang usaha (A/R) pada PT. Indomobil Finance berasal dari transaksi penjualan barang yang terdiri dari dua kategori, yaitu:

1. Motor Baru 2. Motor Bekas

Pencatatan penambahan A/R (new boking) dilakukan secara “sentralisasi” yaitu semua pembayaran ke dealer dilakukan oleh Administrasi berdasarkan permintaan dana dari cabang melalui aplikasi “sentralisasi disbursement”.

(57)

Karena kegiatan utama PT. Indomobil finance merupakan finance service, maka prosedur pengelolaan piutang merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Oleh karena itu piutang usaha harus dikelola secara profesional agar likuiditas perusahaan terjamin. Gambaran umum kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat kita lihat pada Gambar 4.2 Skema Transaksi Pembiayaan.

(58)

Gambar halaman 59

Gambar 4.2 Proses transaksi Pembiayaan

(59)

Pada PT. Indomobil Finance, dokumen ini akan dianalisis. Pertama-tama akan diadakan pre-analysis yakni dengan melakukan “credit scoring”, jika hasil analisis menyatakan bahwa permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi, maka permintaan ditolak. Bagi pelanggan yang dinyatakan sesuai, maka akan dikirimkan ke bagian surveyor untuk kembali dianalisis, disebut final analysis dengan melakukan “credit analysis”. Kemudian, permintaan yang telah diterima dari final analysis ini akan dilanjutkan ke process approval.

Setelah proses analisis di awal prosedur permntaan kredit telah dinyatakan memenuhi semua syarat, maka dealer akan mengirmkan produk kepada pelanggan dan transaksi kredit akan dilakukan di bagian credit processor pada PT. Indomobil Finance sampai membuat BASTK (Berita Acara Serah Terima Kendaraan). Pelanggan akan menandatangani kontrak pada sebuah dokumen yaitu PPDCF (Persetujuan Pencairan Dana Consumer Finance) yang menyatakan telah menyetujui ketentuan yang telah disepakati bersama. Maka transaksi ini akan dikirimkan ke bagian Database A/R yang selanjutnya akan melaksanakan proses penagihan piutang. Selanjutnya, untuk menyelesaikan transaksi finance kepada pihak dealer akan dilaksanakan oleh bagian credit processor, yakni memeriksa voucher utang dan melunasinya. Untuk memperoleh dana dari kantor pusat (HO) dilakukan dengan cara centralized Disbursment yakni oleh HO dan setelah pencairan, maka Cabang melakukan Receive Flag yaitu sistem yang secara otomatis akan membentuk piutang usaha dan pencatatan lainnya.

(60)

GAMBAR HAL 61

GAMBAR 4.3 Prosedur Pemberian Kredit Keterangan:

 BASTK: Berita Acara Serah Terima Kendaraan

(61)

Untuk lebih rinci, kita akan melihat lebih jelas pada saat prosedur awal pemberian kredit. Setelah aplikasi kontrak kredit sepeda motor non avalist disetujui oleh AO, maka aplikasi tersebut akan diproses lebih lanjut di bagian kredit. Bagian-bagian yang ada di Departemen Kredit adalah Kredit Asuransi, Kredit Collateral, Kredit Processor. Bagian-bagian tersebut mempunyai tugas yang berbeda, yakni:

Tugas Kredit Processor adalah :

1. Menganalisa dan Memeriksa Kelengkapan Dokumen a. Sebelum PP dibuat oleh SA di bagian marketing.

b. Sebelum disbursement, memeriksa kelengkapan dokumen dari dealer dan perhitungan PPDCF yang dibuat oleh SA di bagian Marketing.

Berkas kelengkapan dokumen yang diperiksa di Kredit: a. Berkas Aplikasi

 Kwitansi kosong 2 Lembar  Aplikasi kredit (APL-2)

 Surat persetujuan dan kuasa pengambilan barang (NA-3)

 Perjanjian pembiayaan konsumen dan penyerahan jaminan secara

fiducia.

 (PPKPJSF) (NAV-1)

 Persetujuan dan kuasa menjaminkan (Insidentil) (U-2)  Pernyataan penjaminan (Insedentil) (U-2)

 Polis asuransi

(62)

b. Berkas dari Customer

 Foto copy KTP pemohon

 Foto copy KTP suami/istri pemohon

 Foto copy KTP nama di STNK (jika berbeda dengan

penandatanganan kontrak)  Foto copy Kartu Keluarga

 Foto copy rekening listrik/telepon/PBB  Slip gaji/pernyataan penghasilan

c. Berkas dari Dealer  Kwitansi tagihan

 Tanda terima uang muka (copy)

 Surat jalan/BASTK (Berita Acara Serah Terima Kendaraan)  Surat pernyataan BPKB

 Gesekan nomor rangka dan nomor mesin  Kunci kontak (kalau ada)

d. Berkas Indomobil  PPDCF

 Bukti pengeluaran uang

2. Entry Kontrak

(63)

Print Listing data entry merupakan fasilitas untuk mencetak daftar kontrak yang telah di-entry sebelum digabung dengan tujuan untuk mencocokkan dengan kontrak yang di-entry.

4. Print Kontrak/PPKF, Jadwal Angsuran, dan Amplop (Per nomor Kontrak) 5. Penggabungan Data Entry

6. Distribusi Dokumen

a. PPKPJSF (kontrak) warna kuning (NAV-1) b. Aplikasi angsuran

c. Aplikasi kredit warna biru

d. Polis Asuransi (Sali) dan petunjuk klaim asuransi e. Kartu kuning A/R

7. Filling Dokumen di Bagian Kredit a. PPKPJSF (kontrak asli) (NAV-1) b. Data Customer

c. Aplikasi kredit (asli) (APL-2) d. Kwitansi kosong 2 lembar

e. Surat persetujuan dan kuasa pengambilan barang (NA-3)

(64)
(65)

Gambar 4.4 Prosedur Penagihan Piutang

(66)

Bentuk angsuran dilakukan berdasarkan jenis barang yang dijual, yakni: 1. Motor Baru (Reguler)

Bentuk angsuran untuk penjualan motor jenis ni dilakukan dengan dua jenis, yakni:

1) Angsuran Advance

a. Uang muka diterima di dealer

Jika uang muka dilakukan di dealer, maka jumlah uang yang harus ditransfer ke dealer adalah selisih dari jumlah pokok pembiayaan dikurangi dengan biaya administrasi dan asuransi pokok. Bagian finance HO berdasarkan sending data (data yang telah terkirim) dari cabang secara otomatis akan melakukan disbursement ke dealer.

Contoh:

Perkiraan Antar Cabang Rp. 4812.000

(67)

Pada saat Receive Flag di cabang akan dicatat: b. Uang muka diterima di Indomobil

Jika uang muka diterima di PT. Indomobil finance, maka jumlah yang harus ditransfer ke dealer adalah selisih dari jumlah pembiayaan administrasi ditambah pembiayaan asuransi kredit yang tecantum pada BPU (Bukti Penerimaan Uang) atau Receive Voucher (RV) yang dibuat oleh cabang pada saat menerima uang muka dari pelanggan. Jurnalnya adalah:

Kas/Bank Rp. 5.925.000

Titipan Uang Muka Rp. 5.925.000 PIC Finance HO berdasarkan sending data dari cabang secara otomatis akan melakukan proses disbusement ke dealer, jurnalnya adalah: JVI AUTO-HO

(68)

Bank Rp.10.737.000 Dan perkiraan serta jurnal yang dilakukan pada cabang pada saat Receive Flag adalah:

Prosedurnya sama dengan angsuran advance, hanya angsuran I dibayar pada bulan berikutnya. Sehingga jurnal untuk angsuran I dicatat pada bulan berikutnya.

2. Motor Bekas

Penambahan piutang usaha yang terjadi dari pembiayaanmotor bekas yang berasal dari Ex AYD atau non Ex AYD

1) Ex AYD

a. Motor Bekas Reguler b. Konsinyasi

(69)

Motor bekas yang non Ex AYD polanya sama dengan motor baru yang reguler.

Penerimaan angsuran dapat dilakukan denga berbagai macam cara, yaitu: 1. Cash

Pelanggan melakukan pembayaran secara tunai ke kentor cabang atau kasir yang ada di dealer. Pada saat pelanggan melakukan pembayaran, ada dua, yaitu:

a. Pelanggan membayar tepat waktu

PIC Finance akan membuat Bukti Penerimaan Uang (BPU) atau Receive Voucher (RV)

Dengan contoh yang sama dengan yang di atas, maka jurnalnya adalah:

Kas Rp. 583.000

Piutang Usaha Rp. 583.000

Pendapatan yang Ditangguhkan Rp. 433.000

Pendapatan Bunga Rp. 433.000

b. Pelanggan terlambat membayar (overdue) dan dikenakan denda PIC Finance akan membuat BPU (RV) dan jurnalnya:

JVI AUTO di cabang

Kas Rp. 593.000

Piutang Usaha Rp. 583.000

Denda Rp. 10.000

(70)

Pendapatan Bunga Rp. 433.000 2. Bank

Pelanggan dapat melakukan pembayaran dengan menyetorkan uang tunai atau cek ke rekening Bank In Cabang.

Pada saat ada masuk uang di rekening Bank In Cabang maka PIC Finance membuat BPU (RV) Trade dengan jurnal:

JVI AUTO

Bank Rp. 583.000

Piutang Usaha Rp. 583.000

Pendapatan yang Ditangguhkan Rp. 433.000

Pendapatan Bunga Rp. 433.000

3. Pembayaran Antar Cabang

Transaksi antar cabang dicatat dengan menggunakan aplikasi interbranch, sehingga semua pencatatan yang terjadi dilakukan secara otomatis.

4. Cara Pembayaran Lain

Untuk lebih memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, maka perusahaan berusaha memudahkan pelanggan untuk melakukan pembayaran, yakni dengan cara-cara:

a. Debet BRI

(71)

Penghapusan Piutang (WO)

Pengahapusan piutang (WO) adalah kebijakan manajemen untuk menghapuskan piutang usaha dari pembukuan perusahaan disebabkan karena suatu kasus, kondisi pelanggan tidak mungkin ditagih lagi. Pengajuan WO harus sesuai dengan ketentuan pengajuan WO pada Dept. Remedial. Prosedurnya dapat kita lihat pada Gambar 4.5 Prosedur Remedial.

Secara pencatatan Dept. Accounting, ada dua macam WO: 1. WO Otomatis

WO otomatis merupakan proses penghapusan piutang yang telah berumur lebih dari 150 hari terhitung dar tanggal jatuh tempo angsuran yang terakhir dibayar secara otomatis.

Kebijakan (polcy) pencatatan proses WO otomatis adalah:

 Di buku cabang ada dua macam A/R, yaitu: A/R normal (bersaldo

positif) dan A/R overdue 150 hari (bersaldo minus) agar cabang dapat tetap mengusahakan penagihannya.

 Pencatatan A/R overdue > 150 hari dilakukan oleh PIC Accounting

HO

 Penerimaan angsuran atas A/R tersebut, maka:

- PIC cabang membukukan seperti piutang usaha normal

(72)

 Semua pencatatan atas A/R over 150 hari dilakukan oleh PIC

Accounting HO di buku masing-masing cabang. 2. WO SK Direksi

Yaitu penghapusan piutang melalui Surat Keputusan Direksi berdasarkan usulan dari Departemen Remedial HO. Nomor SK Direksi ini akan digunakan sebagai referensi yang dikirimkan ke cabang melalui faks.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Prosedur Pengendalian Intern Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang

Pada PT. Indomobil Finance cabang Padang Sidempuan berdasarkan wawancara dengan phak karyawan khususnya di Departemen A/R menyatakan bahwa terdapat beberap piutang yang tak tertagih. Walaupun perusahaan sendiri pada setiap periodenya telah mengestimasi kemungkinan piutang tak tertagih, namun selayaknya dunia bisnis pembiayaan tentunya laba utama didapatkan dari hasil pemberian kredit kepada banyak pelanggan yang menimbulkan piutang bagi perusahaan. Laba akan dapat lebih meningkat ketika beban dapat semakin diminimalkan. Sampai saat ini persoalan ini juga diungkapkan oleh pihak perusahaan merupakan sasaran utama yang selalu diperjuangkan untuk diatasi.

(73)

yang harus terkoordinasi dengan pihak dealer. Informasi yang tertata oleh pengendalian intern sangat diperlukan dan tentunya harus didukung dari prosedur yang terkontrol denga baik di setiap aktivitas yang dilalui.

Prosedur penjualan kredit yang telah diterapkan pada PT. Indomobil Finance sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam memperbaiki likuiditasnya. Dari aktivitas yang dilakukan perusahaan, dari awal penjualan kredit yang telah diuraikan sebelumnya, tampak bahwa PT. Indomobil Finance menggunakan beberapa pengendalian intern. Ternyata, tidak tertutup kemungkinan dari beberapa piutang tak tertagih bahkan kredit macet. Hal ini juga tampak dari Laporan Keuangan perusahaan seperti yang tercantum dalam lampiran.

Dari prosedur yang telah diuraikan sebelumnya, kita akan menemukan kompleksnya aktivitas pengelolaan piutang dan berbagai prosedur yang tidak sederhana khususnya pada awal penjualan kredit. Sementara tampak pada prinsip perusahaan sendiri yang telah dinyatakan pada visinya bahwa perusahaan akan menyediakan pembiayaan dengan prosedur yang mudah. Prosedur yang lebih rumit akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Tentunya, untuk mengatasi resiko piutang tak tertagih merupakan salah satu sasaran utama dari prosedur ini.

(74)

1) Approve : jika score>700, maka akan dilakukan “checking”

2) Marginal :jika score 500-700, maka akan dilakukan “survey” oleh surveyor

3) Approve : jika score <550, maka akan dilakukan “rejected”

Dalam hal ini tampak bahwa pada PT. Indomobil Finance terdapat pengendalian sebagaimana diuraikan pada landasan teorinya yakni factor yang disebut 5C yang harus diperhatikan sampai pada pengertian pengendalian internal sendiri menurut Statement on Auditing Standard, yakni bahwa pengendalian terdiri dari pengendalian administrasi yang telah dipenuhi oleh perusahaan ini. Dan selanjutnya pengendalian akuntansi mulai dari transaksi sampai pada pelaporannya yang juga tampak pada uraian kegiatan perusahaan yang telah dibahas sebelumnya.

Pengendalian tidak saja hanya dengan mengelola dokumen secara cermat tetapi juga dalam pembagian tugas pada setiap prosedur kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Dari struktur organisasi tampak bahwa pengelolaan kredit secara khusus prosedur penjualan kredit adalah dikelola oleh Departemen A/R. Dari prosedur yang telah diamati tampak bahwa sesuai dengan pemisahan fungsi dari uraian teoritisnya, maka pada perusahaan tampak bahwa:

1. Fungsi kredit memang terpisah dari fungsi penjualan karena piutang pada perusahaan bukan dari penjualan prosuk sendiri.

2. Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi kredit.

(75)

4. Transaksi harus dilaksanakan oleh lebih dari satu orang atau lebih dari satu fungsi.

Dan setiap bidang yang terlibat pengelolaan piutang mempunyai bagian yang jelas. Sama halnya pada prosedur penagihannya, terdapat proses yang juga sangat kompleks yang merupakan bagian dari tugas kolektor. Penagihan pada PT. Indomobil Finance dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya.

Penagihan dilakukan berdasarkan syarat yang telah disepakati bersama seperti yang telah tertera pada kontrak yang sudah ditandatangani. Maka semua tercantum pada sistem perusahaan. Dari database tersebut akan diuraikan secara jelas daftar penagihan harian sebagaimana yang dinyatakan pada landasan teorinya yakni bahwa metode penagihan harus diatur penjadwalannya sampai pada prosedur pelunasannya.

(76)

2. Analisis Terhadap Penerapan Pengendalian Intern Penjualan Kedit dan Penagihan Piutang

Dari keseluruhan aktivitas perusahaan, pengendalian intern merupakan salah satu sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Karena setiap kegiatan dapat lebih terkontrol dengan baik khususnya dalam pengelolaan piutang.

PT. Indomobil Finance Cabang Padang Sidempuan dalam mengelola piutang memang mengalami peningkatan setelah diterapkan pengendalian intern perusahaan. Hal ini sangat mendukung perusahaan dalam mengelola piutang dengan prosedur yang sangat kompleks tersebut.

(77)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan seluruh pembahasan kegiatan yang ada di perusahaan dan dengan disesuaikan dengan teoritis dari beberapa tinjauan pustaka, maka dapat dilakukan analisis terhadap beberapa topik pembahasan. Pada bab ini dari seluruh hasil analisis penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dan mencoba memberikan saran yang dipandang perlu demi perkembangan perusahaan PT. Indomobil Finance.

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis terhadap seluruh kegiatan pengelolaan piutang perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan pengendalian pengelolaan piutang pada PT. Indomobil Finance diawali dari prosedur pemberian kredit yang dikelola sudah mulai baik yakni pengelolaan yang dapat mengendalikan luasnya jaringan perusahaan yang terdiri dari banyak cabang dan pembiayaan yang harus terkoordinasi dengan pihak dealer dan pihak lainnya. Namun, perusahaan lebih memperhatikan kemudahan bagi konsumen daripada pertimbangan resiko tidak tertagihnya piutang perusahaan.

(78)

sesuai dengan pengertian pengendalian kredit yang harus diawali dari pengendalian administrasi.

3. Pembagian tugas dan pemisahan fungsi yang tepat merupakan pengendalian internal perusahaan yang merupakan salah satu kunci dalam mencapai peminimalan saldo piutang tak tertagih yang merupakan sasaran utama perusahaan. Pada PT. Indomobil Finance ini, masih terdapat sistem pembagian tugas di beberapa daerah operasional yang kurang seimbang.

4. Dari hasil analisis yang menunjukkan peningkatan profitabilitas perusahaan serta likuiditas yang semakin baik, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengendalian intern yang baik, maka dapat meminimalkan saldo piutang tak tertagih.

B. Saran

Adapun saran penulis yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dan memberi manfaat dalam pengembangan perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

1. Perusahaan harus lebih memperhatikan resiko kemudahan pemberian kredit kepada konsumen untuk dapat meminimalkan piutang tak tertagih yang terdapat pada perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan partisipasi anggaran, struktur desentralisasi dan orientasi nilai manajer pada inovasi dengan komitmen organisasi merupakan tema yang menarik dalam penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian kali ini adalah bagaimana membangun sistem

Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan media dari berbagai macam penularan pentakit infeksi bakteri bakteri usus tertentu

Praktikum aspek reproduksi ini bertujuan untuk memahami bagaimana cara membedakan tingkat kematangan dari gonad suatu jenis individu ikan, mampu memprediksi waktu pemijahan dan

Dari Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa pada suhu 50°C, pengaruh rasio asam sulfat terhadap asam nitrat tidak signifikan terhadap konversi, tetapi pada suhu yang rendah

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas VI SMP Negeri 1. Lembang Tahun

Hindu tetap menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi hanya saja karena sifat dan kemahakuasaan Beliau sangat sulit untuk bisa dipahami akal manusia yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit