• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan bantuan langsung tunai (BLT) dengan perilaku konsumen masyarkat muslim: studi pada kelurahan Pamulang Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan bantuan langsung tunai (BLT) dengan perilaku konsumen masyarkat muslim: studi pada kelurahan Pamulang Timur"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur)

OLEH :

ROSYIDIN

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MU’AMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM” Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 29 Mei 2007. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 pada

Program Studi Mu’amalat

Jakarta, 29 Mei 2007 Mengesahkan

Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. (………) NIP. 150 210 422

Sekretaris : Ah. Azharudin Lathif, M.Ag. (………….. ) NIP. 150 318 308

Pembimbing I : Muhammad Taufiki, M.Ag. (…………...) NIP. 150. 290. 159

Pembimbing II: Ali Mauludi AC, MA. (…………... ) NIP.-

Penguji I : Dr. Ir. Murasa Sarkaniputra (…………...) NIP. 080 030 190

(3)
(4)

(Studi Pada Kelurahan Pamulang Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam

Oleh : ROSYIDIN

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Taufiki, M.Ag. Ali Mauludi AC, MA NIP. 150 290 159

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MU’AMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada nabi muhammad SAW, keluarga, para sahabat serta kaum muslimin yang masih berpegang teguh kepada risalah-Nya hingga hari akhir.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dukungan serta dorongan dari berbagai pihak karya tulis ini tidak akan selesai. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya antara lain kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag. Selaku ketua Program Studi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada Bapak Muhammad Azharuddin Lathif M.Ag. selaku sekretaris Program Studi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Pamulang Timur.

5. Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya dengan tulus dan ikhlas, sehingga menambah khazanah keilmuan penulis guna menghadapi bahtera kehidupan selanjutnya. 6. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penulisan skripsi ini.

7. Orang tua terhormat yang telah mencurahkan segalanya untuk kepentingan penulis yang tidak akan tergantikan dengan apapun. Serta kakak-kakak yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis. Mudah-nudahan penulis dapat membalasnya suatu hari kelak.

(7)

Moyo, Tuti, Windi, Oel, Dewi, Muaw, Syifa, Rica, Enonk, Reni, Tia, Opi, Ros, Amel, Ela, Nila, Ari, Diles, Atho, Tina, Elva) yang telah melewati sebagian hidupnya bersama penulis. Mudah-mudahan tali silaturahmi diantara kita dapat terus terjaga.

10.Seluruh Alumni MAN 4 angakatan 2002 atas segala sumbangsihnya dalam proses penulisan skripsi ini.

Betapapun hambatan yang dihadapi oleh penulis dalam penggarapan karya tulis ini dan segala kekurangannya, tidak lepas dari bantuan mereka baik moril maupun materiil sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini, untuk itu koreksi dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca skripsi ini .

Jakarta, 12 Februrai 2007 M 1428 H

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 5

C. Indikator dan operasional Variabel……… 6

D. Hipotesa Penelitian……… 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 7

F. Metodologi Penelitian………. 8

G. Sistematika Penulisan ………... 12

BAB II KONSEPTUALISASI KONSUMSI DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) A. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Konsumsi Islam………. 15

1. Pengertian dan Tujuan Konsumsi Islam………. 15

2. Prinsip-prinsip Konsumsi Islam………. 16

B. Etika Konsumsi Islam……….. 24

C. Pengertian Perilaku Konsumsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ………. 29

(9)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen…….. 31

D. Seputar Bantuan Langsung Tunai (BLT)……….. 42

E. Kriteria Rumah Tangga Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ……….. 45

BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN PAMULANG TIMUR A. Latar Belakang Berdirinya Kelurahan Pamulang Timur………… 49

B. Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Kelurahan Pamulang Timur ……… 50

1. Letak Geografis Kelurahan Pamulang Timur………. 50

2. Jumlah Penduduk Kelurahan Pamulang Timur……….. 51

C. Aktivitas Ekonomi Kelurahan Pamulang Timur ………... 56

D. .. Gambaran Keislaman Masyarakat Pamulang Timur ……… 59

BAB IV HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM A. Karakteristik Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ………. 63

B. Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim ………... ……….… 72

1.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Makan ……… 72
(10)

dengan Perilaku Konsumsi Pendidikan ……….. 76

3.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Kesehatan ……… 81

4.

Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Zakat ………. 85

5. Hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Perilaku Konsumsi Sedekah/Infak ……… 89

A. Analisa Data……….. 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 97

B. Saran…….. ……….. 98

DAFTAR PUSTAKA ……….. 100

(11)

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama……….. 53

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia ...………. 54

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...………. 54

Tabel 3.5 Jumlah Ketenagakerjaan ……… 59

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ……… 63

Tabel 4.2 Pendidikan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).……… 63

Tabel 4.3 Pekerjaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) …...………. 64

Tabel 4.4 Penghasilan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai BLT)……….. 64

Tabel 4.5 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Mengerjakan Shalat Wajib)……..……….. 65

Tabel 4.6 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Mengerjakan Shalat Berjama’ah)………... 65

Tabel 4.7 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Membaca Al-Qur’an)………..……… 66

Tabel 4.8 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Melaksnakan Puasa Wajib)……….. 66

Tabel 4.9 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Aktif di Majelis Taklim) ……… 67

Tabel 4.10 Karakteristik Keagamaan Masyarakat Muslim Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Belajar Agama Islam)……….. 67

(12)

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Kebersihan)……… 69 Tabel 4.14 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Nilai Guna/Manfaat) …… 70 Tabel 4.15 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Nilai Kesehatan)……….…. 70 Tabel 4.16 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Prioritas Kebutuhan)……… 71 Tabel 4.17 Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Memperhatikan Keseimbangan Antara

Pendapatan dan Pengeluaran )………. 71 Tabel 4.18 Data Perilaku Konsumsi Makan Sebelum dan Sesudah Penerimaan

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah) ………. 72 Tabel 4.19 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Makan……… 74 Tabel 4.20 Data Perilaku Konsumsi Pendidikan Sebelum dan Sesudah

PenerimaanBantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah)………. 77 Tabel 4.21 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Pendidikan……….. 78 Tabel 4.22 Data Perilaku Konsumsi Kesehatan Sebelum dan Sesudah

PenerimaanBantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah) ……….. 81 Tabel 4.23 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Kesehatan………… 83 Tabel 4.26 Data Perilaku Konsumsi Zakat Sebelum dan Sesudah Penerimaan

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Rupiah) ………. 85 Tabel 4.27 Tabel Pembantu Untuk Test Perilaku Konsumsi Zakat……….. 87 Tabel 4.28 Data Perilaku Konsumsi Sedekah/Infak Sebelum dan Sesudah

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika manusia mulai mengenal hidup bergaul dengan yang lainnya,

tumbuhlah suatu masalah yang harus dipecahkan secara bersama-sama yaitu

bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing,

karena kebutuhan seseorang tidak dapat dipenuhi dengan sendirinya. Makin luas

pergaulan yang mereka lakukan, bertambah kuat pula ketergantungan antara satu

sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu.

Kebutuhan manusia untuk memenuhi, menghasilkan, dan

membagi-bagikannya dinamakan ekonomi. 1 Pada kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai

perkataan ekonomi. Misalnya kesulitan ekonomi, masalah ekonomi, krisis ekonomi,

dan lain-lain. Pada dasarnya semua kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup dapat disebut dengan kegiatan ekonomi. Menurut para ahli,

perkataan ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oicos” yang berarti rumah dan

“nomos” berarti aturan. Jadi ekonomi adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan

kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga baik rumah tangga rakyat

(volkshuisholding) maupun dalam rumah tangga negara (staathuisholding).2 Dalam

1

Abdullah Zaky Al kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2002), h.12

2

(14)

hal ini kegiatan ekonomi ada yang ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan

pelakunya dan ada juga yang ditujukan untuk memenuhi orang lain.

Menurut teori konvensional kelangkaan sumber daya alam menjadi

problematika ekonomi manusia, sehingga manusia harus melakukan berbagai upaya

untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan menurut teori ekonomi Islam yang

dikemukakan oleh madzhab Baqr as-Sadr menyatakan bahwa Islam tidak mengenal

sumber daya yang terbatas. Menurut mereka Allah SWT telah menciptakan segala

sesuatu dengan ukuran yang setepat-tepatnya. Yang menjadi persoalan adalah

bagaimana manusia itu sendiri dapat berusaha sejalan dengan kemaslahatan dan tidak

melanggar aturan yang ada dalam syari’ah Islam.

Masalah ekonomi dikemukakan pula oleh Islam yang disebutkan oleh suatu hadits

nabi yang diriwayatkan Bukhari dari Zubair bin Awwam yang berbunyi :

ﺪ ا

ﺬ ﺎ

نﻻ

لﺎﻗ

و

ﷲا

ﻰ ﺻ

ا

ﷲا

ﺿر

ماﻮ ا

ﺮ ﺰ ا

لﺎ

ﻬﺟو

ﺎﻬ

ﷲا

ﺎﻬ

ﺮﻬﻇ

ﻄﺨ ا

ﺔ ﺰ

ﺗﺎ

آ

وا

ﻮﻄ ا

سﺎ ا

) .

اور

ىرﺎﺨ ا

(

3

Artinya :

Dari Zubair bin Awwam r.a. bahwa nabi SAW berkata : Seseorang yang membawa tali (pada pagi hari) berangkat mencari dan mengerjakan kayu bakar ke bukit-bukit, lalu menjualnya, memakannya, dan menyedekahkannya lebih baik daripada hidup meminta-minta kepada manusia lainnya.(HR. Bukhari)

3

(15)

Melalui hadits tersebut, nabi telah menegaskan beberapa persoalan-persoalan

ekonomi yaitu mengerjakan kayu bakar berarti berusaha menambah produksi,

berusaha menjualnya berarti mengerjakan distribusi (pembagian), memakannya

berarti memenuhi konsumsi (pemakaian), dan menyedekahkannya berarti

mengerjakan rencana sosial. Tindakan ini menurut Islam lebih baik dan sangat

dianjurkan daripada hidup dengan meminta-minta yang seharusnya dapat dihindari

oleh seorang muslim.

Untuk setiap persoalan-persoalan ekonomi diatas, Islam memberikan aturan

dan rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dalam melakukan

kegiatan tersebut tidak terkecuali dengan masalah konsumsi. Dalam pemikiran yang

sempit istilah konsumsi biasa dikaitkan dengan makanan dan minuman yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu. Pengertian konsumsi tidak hanya

terbatas pada persoalan makan dan minum, tetapi menyangkut semua kebutuhan

hidup dimasyarakat, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.

Islam memerintahkan agar dalam mengkonsumsi barang dan jasa, manusia

harus memperhatikan kehalalan dan kebaikan dari barang dan jasa yang dikonsumsi.

Hal ini dimaksudkan supaya dalam menjalankan hidup, mereka dapat menjaga

jasmani dan rohaninya. Konsumsi dalam Islam ditempatkan sebagai alat untuk

mencapai tujuan hidup dan bukan meletakannya sebagai tujuan hidup. Menurut

Asy-Syatibi pemenuhan penghidupan manusia merupakan salah satu upaya untuk tujuan

kemaslahatan yaitu mendorong kesejahteraan manusia yang dibagi menjadi tiga

(16)

(penyempurna). Kesejahteraan akan dapat dipenuhi jika kebutuhan hidup baik

jasmani maupun rohani telah terpenuhi. Islam juga mengajarkan betapa pentingnya

kepedulian dengan sesama yang dituangkan melalui jalur sadaqah atau infaq. Oleh

karena itu dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya, hendaklah manusia berpijak

pada aturan-aturan yang ditetapkan Islam agar menjadi sarana bagi kemaslahatan

manusia.

Namun dapatkah tujuan yang mulia itu tercapai ?. Tujuan tersebut belum tentu

tercapai kecuali apabila semua kekuatan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat bekerja seperti dalam sebuah perusahaan dimana perusahaan itu tidak

dapat berjalan apabila satu bagian didalamnya tidak melakukan kegiatan yang

menjadi tugasnya. Dalam hal ini pemerintah harus berperan aktif dan positif serta

berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Peran yang diharapkan mampu memainkan

dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam masyarakat, menciptakan iklim

ekonomi rakyat yang sehat, dan pengembangan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Hal inipun coba diterapkan oleh pemerintah kita melalui salah satu

kebijakannya dengan memberikan bantuan berupa sejumlah uang kepada masyarakat

yang dinyatakan berada pada golongan kurang mampu berdasarkan syarat dan

kritetia-kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebesar Rp. 300.000 per 3 bulan

Kebijakan ini dilakukan sebagai kompensasi dari pencabutan subsidi Bahan Bakar

Minyak (BBM) yang dinilai banyak dinikmati oleh kalangan menengah ke atas

(17)

Dengan kebijakan tersebut masyarakat yang kurang mampu memang sangat

terbantu akan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin sulit atau setidak-tidaknya

dapat mengurangi beban hidup. Kebijakan yang tentunya akan berpengaruh terhadap

kegiatan konsumsi mereka. Sebagai umat Islam masyarakat seharusnya dapat

melakukan tindakan-tindakan yang bukan hanya mementingkan kepentingan jasmani

berupa makan, minum dan lainnya tetapi juga memperhatikan kebutuhan rohani

supaya tercapai apa yang telah digariskan oleh Islam. Terlebih dengan adanya

bantuan dari pemerintah berupa dana Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dengan ini

mereka diharapkan mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Melihat polemik (permasalahan) yang telah dipaparkan diatas, maka penulis

sangat tertarik untuk membahas secara mendalam bagaimana pengaruh Bantuan

Langsung Tunai (BLT) terhadap perilaku konsumsi umat Islam. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis akan mencoba membahasnya dalam sebuah karya ilmiah

berbentuk skripsi dengan judul “ HUBUNGAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI

(BLT) DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT MUSLIM : Studi

Pada Kelurahan Pamulang Timur”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada judul diatas, maka agar tidak banyak menimbulkan persepsi

dari judul tersebut perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian yang akan

(18)

sampel yang diambil adalah warga masyarakat muslim penerima Bantuan Langsung

Tunai (BLT) yang tinggal di wilayah RW 03 kelurahan Pamulang Timur kecamatan

Pamulang. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian adalah hubungan Bantuan

Langsung Tunai (BLT) dengan tingkah laku konsumsi masyarakat muslim yang

meliputi konsumsi makan, pendidikan, kesehatan, zakat, dan sedekah atau infak

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana karakteristik masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur

penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ?

b. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi makan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

c. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi pendidikan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

d. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi kesehatan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

e. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi zakat masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

f. Bagaimana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan perilaku

konsumsi sedekah/infak masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur ?

C. Indikator dan Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi variabel penelitian ini maka operasionalnya

(19)

Xi : Perilaku konsumsi sebelum penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT)

yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

Yi :Perilaku konsumsi sesudah penerimaan Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

D. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah dugaan sementara. Adapun hipotesa dari penelitian ini

adalah :

Xi (Perilaku konsumsi sebelum menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ) Yi

(Perilaku konsumsi sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ).

H0 : ρ= 0, tidak ada perbedaan perilaku konsumsi antara sebelum menerima

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Xi) dengan sesudah menerima

Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Yi).

H1 : ρ≠ 0, ada perbedaan perilaku konsumsi antara sebelum menerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Xi) dengan sesudah menerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) (Yi).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui

sejauhmana hubungan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan konsumsi yang

dilakukan masyarakat muslim Kelurahan Pamulang Timur sebelum menerima

(20)

juga dimaksudkan untuk melihat apakah ada perubahan dalam tingkah laku konsumsi

mereka.

2. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari pembahasan yang penulis angkat kali ini ialah:

a. Secara teoritis : menambah khasanah dan pembendaharaan pengetahuan akan

ekonomi Islam khususnya tentang tinjauan perilaku konsumsi.

b. Secara praktis : bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi

masyarakat muslim agar mengetahui perilaku konsumsi yang sesuai dengan

prinsip ekonomi Islam agar dapat mempertahankan nilai-nilai islami guna

menegakan syariah Islam.

F. Metodologi Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Pengadaan survei lapangan dan pengurusan izin kepada pihak-pihak terkait

dengan penelitian.

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu : kantor kelurahan

Pamulang Timur untuk melakukan wawancara dan pengumpulan dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan penelitian, dan juga pada wilayah RW 03 kelurahan Pamulang

Timur untuk lokasi penarikan sampel.

(21)

Populsi dalam penelitian ini mencakup warga masyarakat muslim yang

tinggal di kelurahan Pamulang Timur yang telah menerima Bantuan Langsung Tunai

(BLT). Jumlah Populasi sebanyak 412 orang. Sedangkan Sampel penelitian ini adalah

warga masyarakat muslim yang tinggal di wilayah RW 03 kelurahan Pamulang Timur

kecamatan Pamulang. Jumlah sampel sebanyak 40 orang.

4. Teknik Penulisan dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku “PEDOMAN

PENULISAN SKRIPSI” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang dipakai

adalah random sampling. Jumlah sampel sebanyak 40 orang dari penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) di kelurahan Pamulang Timur. Hal ini karena keterbatasan

biaya, tenaga, dan waktu sehingga penulis tidak dapat mengambil sampel yang lebih

banyak.

5. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan statistik inferensial parametrik, apa

yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi yang memakai skala

interval.

6. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang langsung berkaitan dengan objek penelitian.

Dalam hal ini berupa penelitian lapangan melalui pengisian kuesioner atau

angket pada masyarakat muslim kelurahan Pamulang Timur kecamatan

(22)

b. Data sekunder, digunakan untuk mendukung data primer dengan mengadakan

penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan

skripsi ini. Literatur ini dapat berupa buku, majalah, surat kabar, buletin,

brosur, dan lain-lain. langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan

studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip atau

menganalisa dan merangkum hal-hal yang perlu.

7. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dengan :

a. Angket/kuesioner, yaitu merupakan suatu cara pengumpulan data dalam

bentuk daftar pertanyaan terstruktur agar responden dapat memberikan

jawaban yang telah disediakan dan memberi tanda silang (X) pada jawaban

yang sesuai atau mengisi pada tempat yang kosong. Hal ini penulis gunakan

untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan efektif sesuai dengan tujuan

penelitian.

b. Wawancara. Hal ini dilakukan untuk menggali data penelitian melalui

percakapan langsung dengan pihak-pihak terkait. Untuk wawancara ini

digunakan pedoman wawancara guna mengarahkan permasalahan sesuai

dengan kepentingan penelitian.

c. Studi dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data

berdasarkan laporan-laporan yang berkaitan dengan ini.

8. Metode Analisa Data

(23)

b. Metode kuantitatif, yaitu analisa berupa angka yang didapat dari dokumen

atau data.

9. Uji Hipotesa

Uji hipotesa yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan melihat

perubahan Xi (Perilaku Konsumsi Sebelum Penerimaan Bantuan Langsung Tunai

(BLT) ) Yi( Perilaku Konsumsi Sesudah Penerimaan Bantuan Langsung Tunai

(BLT)) dengan menggunakan pengujian hipotesis untuk pengamatan berpasangan

(Paired Observation) yaitu :4

d - uD

t =

sd / √ n

∑ di

d =

n Dimana :

(∑ di )2 ∑ di2 -

sd = n

n - 1

Keterangan :

t = t hitung.

d = Rata-rata selisih dari setiap pasangan pengamatan.

uD = Selisih rata-rata sebelum dan sesudah pengamatan = 0.

sd = Simpangan baku.

n = Jumlah sampel.

(24)

Uji signifikansi adalah untuk menjeneralisasikan populasi yang akan diuji

dengan memakai uji t melalui t tabel dengan taraf kesalahan 5 % .

Adapun grafiknya sebagai berikut :

Menerima H0

Menolak H0 Menolak H0

Tidak ada hubungan

(ada hubungan) (ada hubungan)

t tabel negatif (-) 0 t tabel positif (+)

Keterangan :

a. Apabila t hitung > t tabel positif (+) maka menolak H0 , ada perbedaan

perilaku konsumsi sebelum dan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai

(BLT).

b. Apabila t hitung < t tabel negatif (-) maka menolak H0 , ada perbedaan

perilaku konsumsi sebelum dan sesudah menerima Bantuan Langsung Tunai

(BLT).

c. Apabila t tabel negatif (-) < t hitung < t tabel positif (+) berarti menerima H0,

tidak ada perbedaan perilaku konsumsi sebelum dan sesudah menerima

Bantuan Langsung Tunai (BLT).

E. Sistematika Penulisan

4

(25)

Supaya lebih terarahnya penulisan skripsi kali ini, penulis menyusun

sistematika pembahasan dalam V (lima) bab yang dijelaskan sebagai berikut :

Bab I, Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, indikator dan operasional penelitian,

hipotesa, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta

sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis.

Bab II, Pembahasan yang berisi tentang konseptualisasi konsumsi dan

Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam hal ini, penulis mencoba

untuk mengemukakan secara umum pengertian dan tujuan serta

prinsip konsumsi dalam Islam, etika konsumsi dalam Islam,

pengertian perilaku konsumsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

prilaku konsumen, Seputar Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta

kriteria rumah tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Bab III, Merupakan bagian yang menggambarkan keadaan kelurahan

Pamulang Timur meliputi sejarah berdirinya, letak geografis dan

jumlah penduduk, aktifitas ekonomi, dan juga karakteristik

keislaman masyarakatnya.

Bab IV, Bagian ini merupakan intisari atau pembahasan yang paling utama

pada penulisan ini, penulis dalam hal ini mencoba mengemukakan

tentang karakteristik masyarakat muslim penerima Bantuan

(26)

perilaku konsumsi masyarakat muslim yang meliputi perilaku

konsumsi makan, pendidikan, kesehatan, zakat dan sedekah/infak .

Bab V, Supaya kita lebih memahaminya lagi maka penulis akan mengakhiri

penulisan skripsi ini dengan kesimpulan yang bertujuan untuk

meng-caver isi dari pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya serta diikuti saran-saran penulis agar penulisan ini dapat

dilakukan lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang. Dan

lembar akhir dari halaman skripsi ini penulis cantumkan daftar

(27)

DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

A. Pengertian, Tujuan dan Prinsip Konsumsi Islam

1. Pengertian dan Tujuan Konsumsi Islam

Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting.

Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan

demikian akan menggerakan roda perekonomian. Menurut bahasa konsumsi berarti

pemakaian barang sehari-hari.1 Dalam kamus lain konsumsi berarti pemakaian

barang-barang industri.2 Menurut istilah konsumsi berarti setiap kegiatan

menghabiskan kegunaan barang atau menghabiskan barang atau jasa untuk

kelangsungan hidup.3 Dalam kamus ekonomi konsumsi berarti penggunaan akhir

barang-barang atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia atau digunakannya

jasa-jasa atau benda-benda material untuk memenuhi keinginan manusia.4 Jadi

konsumsi merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan manusia berupa pemakaian

barang atau jasa guna mempertahankan kelangsungan hidup.

1

Kamiso dan Yose Rizal, Kamus Populer Lengkap Praktis, (Jakarta : Shapta Artha Jaya,t.th), h.94

2

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1990), cet. Ke-3, h. 95

3

E. Syarif Nurdin dan Dina Budhi Agustina, Pengantar Ekonomi I, (Bandung : Armico, : 1988), h. 58

4

(28)

Konsumsi dalam Islam tidak saja ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan diri

sesorang atau untuk memenuhi kebutuhan keluarga semata, melainkan juga

diharapkan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya. Oleh sebab itu,

konsumsi Islam bukan hanya sekedar pemenuhan hasrat jasmani dan kebutuhan fisik

saja, tetapi termasuk didalamnya proses sosial dengan mengeluarkan harta dijalan

Allah berupa penyisihan sebagian harta yang dimiliki melalui distribusi zakat ataupun

infak.

Dari sudut ekonomi konsumsi memberikan beberapa manfaat yaitu langsung

dan tidak langsung. Manfaat langsung berarti manusia dapat merasakan kegunaan

secara langsung dari barang atau jasa yang dikonsumsinya. Sedangkan tidak langsung

berarti terciptanya pemerataan ekonomi rakyat melalui zakat atau infak yang

dialokasikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Sehingga meningkatkan

tingkat konsumsi masyarakat yang berdampak pula pada peningkatan produksi.

Dengan itu semua terjadilah penyerapan tenaga kerja yang berkahir pada

kesejahteraan umat dan kesejahteraan bangsa. Jadi secara umum konsumsi dalam

Islam bertujuan agar harta yang ada tidak hanya berputar atau menjadi konsumsi

sebagian kelompok atau individu, namun harus berputar dan berpengaruh ke seluruh

lapisan masyarakat agar tercipta pemerataan ekonomi dan mencegah kesenjangan

sosial dimasyarakat.

2. Prinsip-prinsip Konsumsi Islam

Ekonomi Islam sebagai ekonomi ketuhanan mempunyai beberapa tujuan agar

(29)

keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Konsumsi sebagai salah satu tiang

pembentukan ekonomi diatur oleh Islam untuk mengurangi material manusia yang

luar biasa dan untuk mencapai cita-cita konsumsi Islam yang bermuara diakhirat

kelak. Islam tidak mengakui cita-cita materialis semata-mata. Berbeda dengan ilmu

ekonomi modern yang mengenyampingkan pola hidup sederhana dengan mengukur

kesejahteraan seseorang berdasarkan terpenuhiya bermacam-macam sifat kebutuhan

material. Beranjak dari hal tersebut Islam mengaturnya dengan beberapa ketentuan

mengenai konsumsi yang dikendalikan oleh lima prinsip yaitu : 5

a. Prinsip Keadilan

Menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah kalimat yang selama ini

lazim digunakan untuk mengartikan kata adil. Adil disegala bidang merupakan

salah satu pedoman dari apa yang diperintahkan tuhan termasuk dibidang

konsumsi. Ekonomi Islam mempunyai keterpaduan antara kegiatan ekonomi

dengan nilai-nilai akhlak yang mulia, sehingga seseorang didalam melakukan

tindakan ekonomi dipengaruhi oleh akhlak islami, yang salah satunya adalah

berbuat adil. Konsumsi yang merupakan tiang pembentukan ekonomi umat

memiliki etikanya tersendiri. Seseorang dituntut untuk berbuat adil didalam

pemenuhan konsumsi mereka. Aplikasi adil dapat diterapkan disetiap langkah

ekonomi seseorang seperti tidak mengambil harta yang bukan miliknya kecuali

dengan jalan yang sah, tidak merugikan orang lain, memakan makanan yang

5

(30)

halal lagi baik, dan menciptakan keseimbangan yang adil didalam hubungan

antara pendapatan dan pengeluaran serta lain sebagainya yang bertitik tolak pada

rambu-rambu prinsip keadilan konsumsi. Dengan melakukan tindakan-tindakan

tersebut seseorang diharapkan mampu menjalankan konsumsi dalam pemenuhan

kebutuhan hidup berlandaskan pada nilai-nilai keadilan tuhan yang menjadi salah

satu aturan yang wajib dipenuhi.

b. Prinsip Kebersihan

Islam mementingkan kebersihkan dalam semua aspek yang terkait dengan

umat manusia. Satu dari kebersihan yang amat dititikberatkan Islam ialah

makanan, karena makanan itu akan memberi kesan kepada diri dan kehidupan

seluruhnya. Kebersihan makanan bukan hanya kebersihan fisik tetapi lebih dari

itu seperti darimana sumber makanan itu diperoleh. Dalam memilih dan

menentukan makanan sewajarnya kita harus berpegang pada prinsip yang telah

menjadi ketetapan Islam sejak lahirnya agama ini dimuka bumi. Islam telah

memberikan garis panduan untuk menentukan sumber makanan yang halal dan

haram yang tujuannya untuk mendidik manusia supaya menjaga jasmani dan

akhlak manusia. Hal ini dituangkan melalui firmannya yaitu :

ضرﻷا

اﻮ آ

سﺎ ا

ﺎﻬ أ

...

)

ةﺮ ا

/

2:168

(

Artinya :

Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dimuka bumi.(al-Baqarah /2:168)

(31)

Ayat tersebut mengandung arti ganda yang sangat penting yaitu tentang

kehalalan makanan dan kebaikan makanan. Kata halal dapat diartikan sebagai

sesuatu yang diperbolehkan untuk dimakan dan diminum dan tidak dilarang oleh

hukum syara. Menurut al-Qur’an makanan yang secara jelas diharamkan itu ada

empat macam seperti yang dijelaskan dalam firmannya :

ﺮﻄﺿا

ا

هأ

ﺎ و

ﺮ ﺰ ﺨ ا

و

مﺪ او

ﺔ ا

مﺮ

ﺎ إ

غﺎ

ر

رﻮ

ا

نإ

ﺛإ

دﺎ

ﻻو

.

)

ةﺮ ا

/

173

:

2

(

Artinya :

Dia hanya mengharamkan kepada kamu bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah. Lalu barang siapa karena terpaksa, bukan karena keinginan dan tak melampaui batas, maka tak berdosa baginya. Sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha pengasih .(al-Baqarah/2 : 173)

Sedangkan kebaikan makanan dapat diartikan makanan dan minuman

harus bersih, higienis, lezat dan nikmat. Oleh karena itu barang yang tidak bersih

dan tidak enak jangan dimakan dan diminum. Dalam hal ini nabi sangat

menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan seperti hadits yang bersumber

dari Abu Qatadah yang berkata rosulullah SAW mengatakan :

لﺎﻗ

ةد

ﺎ ﻗ

ﻰ ا

:

آ

ﺪ ا

بﺮﺷ

اذا

و

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﷲا

لﻮ ر

لﺎﻗ

ءﺎ

ﻻا

.

)

ىرﺎﺨ ا

اور

(

6 Artinya :

Bila salah seorang dari kalian minum, maka janganlah meniup kedalam gelas

(HR. Bukhari).

6

(32)

Hadits tersebut telah memberikan pedoman kepada kita agar jangan

meniup pada minuman yang kita minum karena hal tersebut dapat menyebabkan

penyakit yang keluar dari mulut kita yang belum tentu bersih ketika meniupnya.

Kebersihan sangat erat kaitannya dengan penyakit. Kebersihan memainkan

peranan yang penting dalam usaha kita mencegah penyakit. Sesuatu yang bersih

menjauhkan kita dari penyakit. Tetapi sesuatu yang kotor mendekatkan kita pada

penyakit. Adalah kenyataan bahwa makanan, minuman bahkan pakaian pula

merupakan sesuatu yang berpengaruh pada tubuh manusia dan juga

mempengaruhi pembentukan watak. Oleh karena itu barang yang bersih akan

mempengaruhi pembentukan watak yang baik, dan barang yang kotor

menjadikan jasmani dan rohani yang kotor serta membentuk watak yang buruk.

c. Prinsip Kesederhanaan

Disamping peraturan tentang menjauhkan barang yang haram dan yang

tidak bersih, agama Islam juga menggariskan sikap kesederhanaan dalam

konsumsi seperti yang dikutip dalam al-Qur’an yaitu :

...

ﻦ ﺮ ا

إ

اﻮ ﺮ ﺗ

ﻻو

اﻮ ﺮﺷاو

اﻮ آو

)

ﻻا

فاﺮ

/

31

:

7

(

Artinya :

Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (al-A’raf /7 : 31)

Sebaik-baik makanan apabila dimakan secara berlebih-lebihan pasti

membahayakan kesehatan. oleh sebab itu manusia dianjurkan untuk menjaga

(33)

tubuh bagian dalam, sedangkan bila terlalu sedikit akan mengurangi kesehatan.

kurang makan dapat mempengaruhi perkembangan jiwa dan tubuh. Demikian

pula bila perut diisi secara berlebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut.

Praktek memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak diperbolehkan

dalam Islam. Allah menetapkan pedoman dalam al-Qur’an yang berbunyi :

ا

نإ

اوﺪ ﺗ

ﻻو

ا

أ

تﺎ

اﻮ ﺮ ﺗ

اﻮ ﺁ

ﻦ ﺬ ا

ﺎﻬ أ

ﻦ ﺪ ا

.

)

ا

ة

ﺪﺋﺎ

/

87

:

5

(

Artinya :

Wahai orang yang beriman janganlah mengharamkan sebaik-baik barang yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu, dan janganlah melampaui batas. (al-Maidah/ 5 : 87)

Berdasarkan firman Allah itu, manusia tidak dibenarkan menyiksa diri

dengan pantang makan suatu jenis makanan atau pantang makan makanan

sejumlah yang diperlukan. Makanan yang baik amat berguna bagi tubuh, maka

janganlah dijauhkan tetapi ingat janganlah berlebih-lebihan.

d. Prinsip Kemurahan Hati

Sebagaimana yang diterangkan pada pendahuluan, Islam mengajarkan

bahwa konsumsi bukanlah sebagai tujuan hidup tetapi konsumsi merupakan

sarana untuk mencapai tujuan hidup yang pada maksudnya ialah berbakti kepada

tuhan dengan mentaati perintah Islam. Untuk itu manusia harus mempersiapkan

perbekalan dengan melakukan semua aktivitas dengan tujuan menunaikan

perintah tuhan termasuk kegiatan konsumsi. Dalam berjuang mencari rezeki dan

(34)

mengutamakan ketuhanan. Tujuan ini harus dijadikan lambang pekerjaannya

juga menjadi tujuan akhir dari hasil-hasil konsumsinya. Dalam segala harapan

harus tergambar kesetiaan pada Allah SWT sehingga apa yang dikerjakan tidak

ada keraguan didalamnya, dengan demikian seseorang merasa tidak ada bahaya

ataupun dosa dalam hatinya ketika mengkonsumsi makanan dan minuman halal

yang disediakan tuhan karena kemurahan hatinya selama maksudnya adalah

untuk kelangsungan hidup dan menjaga kesehatan yang lebih baik dengan tujuan

menjalankan apa yang diperintahkan tuhan dengan keimanan yang kuat. Apabila

tertanam sifat yang demikian, seseorang akan mengerti dan memahami bahwa

makanan dan minuman yang ada dimuka bumi telah ditetapkan kehalalan dan

keharamannya. Barang yang halal boleh dikonsumsi karena taka ada cela, bahaya

ataupun dosa didalamnya dan barang yang haram tidak boleh dimakan atau

diminum walaupun sedikit karena dapat mempengaruhi jasmani dan rohani.

Semua itu dilakukan dengan kemurahan hati seseorang yang pada tujuannya

adalah menunaikan perintah tuhan.

e. Prinsip Moralitas

Selain prinsip-prinsip diatas, terdapat juga satu prinsip yang sangat

menarik dalam suatu konsumsi Islam yaitu prinsip moral. Nilai ini

menggambarkan keunikan utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam

kenyataanya merupakan keunikan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas

berdampingan antara agama dan moralitas. Moral atau akhlak merupakan bagian

(35)

dasar itu, kita menyatakan dengan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa

ekonomi Islam berbeda dengan yang lainnya yaitu ekonomi yang berwawasan

akhlak atau moral. Makna dan nilai pokok ini juga tercermin dalam bidang

konsumsi. Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum

makan dan mengucapkan terimakasih kepada-Nya setelah makan. Mereka juga

diajarkan untuk menyebut nama Allah pada waktu menyembelih binatang

ataupun dalam aktivitas konsumsi lainnya. Dengan demikian ia akan merasa

bahwa Allah selalu ada dikala ia memenuhi kebutuhan fisiknya. Hal ini diajarkan

karena Islam mencita-citakan perpaduan nilai-nilai hidup jasmani atau rohani

yang seimbang.

Dalam konsumsi lain seorang muslim dilarang meminum minuan keras.

Mungkin bagi mereka yang meminum minuman keras merasakan kenikmatan

atau keuntungan dengan meminum minuman keras atau memakan makanan yang

terlarang. Tetapi dalam Islam semua itu dilarang karena sebab tertentu yaitu

karena bahaya yang mungkin ditimbulkan jauh lebih besar daripada kenikmatan

yang diraihnya,. Meminum minuman keras cenderung akan menimbulkan

perselisihan dan permusuhan. Selain akan mempengaruhi watak menjadi buruk.

Mereka lupa dan lalai akan Allah, lupa akan perintah dan larangan-Nya. Hal

yang demikian sangat relevan dengan apa yang terjadi sekarang ini. Narkoba dan

obat-obat terlarang yang telah diharamkan oleh Islam menunjukan sifat

keburukannya dengan menghancurkan masa depan, merusak otak dan pikiran ,

(36)

membuat seseorang lupa akan adanya Allah. Ajaran Islam menghendaki dan

mencita-citakan kemajuan nilai-nilai moral spiritual seseorang. Sehingga apa

yang dilarang oleh Islam dalam konsumsi berdampak positif bagi siapa yang

mentaatinya.

B. Etika Konsumsi Islam

Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem yang didalamnya tidak

memisahkan antara ekonomi dan ahlak seperti halnya agama dan negara. Ahlak

adalah daging dan urat nadi kehidupan islami.7 Islam mengajarkan bagaimana

seseorang berperilaku yang baik dalam melakukan tindakan-tindakan ekonomi

dengan adanya penyatuan antara ekonomi dan ahlak tersebut. Kesatuan ahlak ini akan

semakin jelas pada langkah-langkah ekonomi baik yang berkaitan dengan produksi,

distribusi maupun konsumsi. Seseorang tidak serta merta dapat melakukan apa saja

yang diinginkannya. Setiap muslim terikat dengan iman dan ahlak pada setiap

aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Islam secara jelas memberikan rambu-rambu

konsumsi sebagai berikut :8

1. Menafkahkan Harta dalam Kebaikan dan Menjauhi Sifat Kikir

Belanja dan konsumsi adalah tindakan yang mendorong suatu

masyarakat berproduksi hingga terpenuhi segala kebutuhan hidupnya. Namun

Islam melarang pemenuhan kebutuhan yang berlebih-lebihan. Jika tidak ada

7

Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani Press,1995), h.57

8

(37)

manusia yang bersedia menjadi konsumen atau semua orang

berbondong-bondong untuk berproduksi yang menyebabkan daya beli masyarakat berkurang

karena sifat kikir yang melampaui batas, maka cepat atau lambat roda produksi

akan berhenti yang akan mengakibatkan perkembangan bangsa akan terhambat.

Islam sangat mengharapkan setiap muslim untuk dapat kiranya

memberikan sebagian dari harta mereka kepada orang lain. dengan demikian

seluruh masyarakat akan terbantu dengan adanya tindakan itu yang kian lama

akan menambah kekuatan yang besar bagi bangsa untuk membangun. Sehingga

roda pembangunan akan berjalan dan terhindar dari tindakan meminta-minta

pada negara lain. Tindakan tersebut sangat baik dilakukan karena dengan itu kita

telah membelanjakan harta dijalan Allah.

Seorang muslim tidak diperbolehkan menghalalkan harta yang haram

dan mengharamkan harta yang halal. Apakah karena sikap zuhud kepada Allah

dan hidup serba kekurangan atau karena sifat bakhil dan pelit. Al-qur’an juga

tidak membenarkan kesengsaraan yang disengaja dijalani oleh seseorang dengan

alasan untuk beribadah kepada Allah atau untuk menghemat uang. Sikap terlalu

hemat pada sebagian manusia, baik untuk kepentingan diri dan keluarga adalah

sikap tercela yang berarti mereka tidak mensukuri nikmat Allah dengan

memanfaatkan sebagaimana mestinya.

2. Islam Melarang Tindakan Mubazir

Islam mewajibkan setiap orang membelanjakan harta miliknya untuk

(38)

dengan kata lain, Islam adalah agama yang memerangi kekikiran dan kebakhilan.

Islam juga melarang tindakan mubazir karena Islam mengajarkan sikap

sederhana. Sederhana dalam makanan, pakaian, dan lain sebagainya. Sikap

sederhana ini mampu mengajarkan seseorang menyeimbangkan pendapatan dan

pengeluaran mereka. Dengan demikian mereka mampu mengatur konsumsi dan

terhindar dari adanya hutang kepada orang lain. Karena hutang dapat menjadi

beban pikiran. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjual rumah atau lahan

pertanian yang seharusnya dijaga dan dipelihara untuk melunasi hutang.

Selain itu Islam juga melarang manusia hidup secara berlebih-lebihan.

Hidup dengan cara itu dapat merusak masyarakat dan juga merusak individu itu

sendiri. Merusak individu karena yang dicari dalam kehidupan dunia adalah

kepuasan nafsu birahi dan kepuasan perut sehingga banyak mendatangkan

penyakit. Merusak masyarakat karena golongan mereka yang hidup dengan

mewah menindas hak-hak masyarakat lain dengan kemewahannya.9 Hal lain

yang dilarang dalam Islam adalah berlaku boros dan menghambur-hamburkan

harta. Sikap boros merupakan sikap yang melampaui kewajaran yang tidak sesuai

dengan keadaan seharusnya. Al-qur’an melarang kita membelanjakan harta dan

menikmati kehidupan yang boros dan menghendaki untuk hidup sederhana dan

menjauhi sikap boros.

9

(39)

Islam juga menbatasi penggunaan harta pada dua macam yaitu dalam

segi kualitas dan kuantitas.10 Dalam segi kualitas Islam melarang umatnya untuk

membelanjakan uangnya pada hal yang tidak berguna dan mengandung

kemudharatan seperti membeli minuman keras, mengkonsumsi narkoba, berjudi

dan lain-lain walaupun dilakukan dalam jumlah yang sedikit. Dalam segi

kuantitas Islam melarang konsumsi yang tidak sesuai antara pendapatan dan

pengeluaran. Mereka dilarang membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak

mendesak. Pembatasan yang telah diatur oleh Islam bukanlah pembatasan yang

dilakukan untuk memupuk kekayaan pribadi, golongan ataupun lainnya, tetapi

hal tersebut mempunyai tujuan yang sangat mulia untuk kesejahteraan manusia

sebagai wahana pendidikan moral, pendidikan masyarakat, pendidikan ekonomi,

pendidikan kesehatan, bahkan pendidikan militer dan politik.11

3. Bersikap Sederhana

Orang yang mempunyai harta berlimpah cenderung untuk hidup

berlebih-lebihan karena apa yang mereka inginkan dapat dengan mudah

dimilikinya. Sebaliknya mereka yang berpendapatan rendah hidup dengan pola

sederhana. Mereka harus mengatur hartanya untuk keperluan yang sangat

banyak. Sikap sederhana merupakan sikap yang dapat mengajarkan pola hemat

dalam pengeluaran harta dan juga mengajarkan seseorang mengatasi kekurangan

10

Ibid., h.158

11

(40)

barang apabila nanti terjadi krisis. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,

sikap sederhana adalah tindakan yang dianjurkan dalam pengelolaan harta

masyarakat muslim. Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas

masyarakat yang tidak mengenal tuhan, dikutuk dalam Islam.

Selain sikap sederhana dituntut dalam kehidupan pribadi, sikap itu

seyogyanya harus diterapkan dalam pemerintahan. Pemerintah harus dapat

mendahulukan mana yang dibutuhkan rakyat dan mana yang kurang perlu.

Mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan golongan.

Mementingkan rakyat daripada pejabat. Pemimpin sepantasnya menjadi contoh

bagi rakyatnya dalam berperilaku. Menjauhi hidup berlebih-lebihan dan

bergelimang harta. Serta menjauhi sikap sombong dengan apa yang dimilikinya.

Pengaturan uang negara harus dikedepankan untuk kepentingan rakyat dengan

memberikan prioritas utama dari pada kepentingan lainnya.

Dengan sikap sederhana Islam telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam menggunakan harta yang seharusnya. Selain juga dapat

memperkuat moral dan sikap sosial. Terlepas dari itu sikap sederhana juga dapat

dijadikan sebagai suatu peraturan untuk menghambat dan menekan masyarakat

yang hidup mewah, mereka yang selalu hidup berfoya-foya, meminum minuman

keras, berjudi dan lain sebagainya yang dalam ajaran Islam hal ini sangat

dilarang.

Salah satu ciri penting dalam Islam adalah bahwa ia tidak hanya

(41)

kerangka legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan-tujuan

ini dan menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini juga memiliki daya

aplikatifnya terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosan atau tabzir.

Dalam hukum Islam, orang semacam itu seharusnya dikenai

pembatasan-pembatasan dan bila dianggap perlu, dilepaskan dan dibebaskan dari tugas

mengurus harta miliknya sendiri. Dalam pandangan Syarî'ah dia seharusnya

diperlakukan sebagai orang tidak mampu dan orang lain seharusnya ditugaskan

untuk mengurus hartanya selaku wakilnya.

C. Pengertian Perilaku Konsumsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumsi

Berbicara tentang perilaku memang sangat identik dengan

permasalahan-permasalahan yang ada pada manusia. Karena manusialah mahluk paling sempurna

yang mempunyai akal dan pikiran dalam segala tindakan, termasuk perilaku

konsumsi. Perilaku konsumen sering juga disebut tingkah laku konsumen atau

tindakan konsumen atau juga disebut Consumer’s behaviour.12 Perilaku konsumen

didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

12

(42)

mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.13

Didalam ilmu pemasaran, perilaku konsumsi adalah tindakan yang langsung

terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,

termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.14 Jadi

semua yang dilakukan langsung untuk mendapatkan atau memanfaatkan suatu produk

atau jasa dinamakan perilaku konsumsi.

Sedangkan menurut The American Marketing Association memberikan

definisi perilaku konsumsi sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi

perilaku dan lingkunganya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam

hidup mereka.15 Dalam pengertian tersebut tersirat beberapa hal bahwa perilaku

konsumsi seseorang ataupun masyarakat selalu berubah-ubah dan bergerak sepanjang

waktu. Ini bisa disebabkan oleh perubahan selera konsumsi, perubahan zaman,

dipengaruhi oleh pemikiran mereka dan lain sebagainya. Kemudian perilaku

konsumen melibatkan suatu pertukaran antara seseorang dengan yang lainnya baik itu

berupa barang ataupun jasa yang dengan demikian terjadi ketergantungan

kepentingan antara satu individu dengan individu lainnya.

13

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta : PT. Gramedia, 2000) h.50

14

Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, (Jakarta : Prenada Media,2003), h.3

15

(43)

Dalam Islam seseorang tidak boleh melakukan tindakan konsumsi

semaunya, tetapi harus disesuaikan dengan apa yang telah menjadi aturan Islam.

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa perilaku konsumsi seseorang atau tindakan

mereka harus dilakukan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku dalam ajaran Islam

yaitu berpedoman pada al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada

bahasan sebelumya, Islam telah memberikan rambu-rambu positif dalam berkonsumsi

yaitu berupa pembatasan dalam hal sifat dan cara. Mengkonsumsi barang yang jelas

keharamannya harus dihindari dan senantiasa mengkonsumsi sesuatu yang membawa

manfaat dan maslahat. Kemudian pembatasan dalam hal kuantitas atau ukuran

konsumsi. Islam melarang umatnya berlaku kikir dengan menahan harta yang

dikaruniakan Allah SWT, namun juga tidak menghendaki umatnya membelanjakan

harta secara berlebih-lebihan. Selain batasan, Islam juga memberikan arahan yang

patut diperhatikan seperti tidak berlaku boros, mampu menyeimbangkan pengeluaran

dengan pemasukan dan juga mereka tidak diperkenankan hidup bermewah-mewahan.

Yang patut menjadi perhatian adalah bahwa konsumsi dalam Islam harus

mencerminkan hubungan dirinya dengan Allah SWT. Harta yang dihasilkan tidak

dihabiskan hanya untuk konsumsi dirinya sendiri tetapi dimanfaatkan juga untuk

kebutuhan sosial dalam bentuk penyaluran sedekah atau zakat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kita tidak dapat mengatakan bahwa seseorang berperilaku beli disebabkan

karena satu faktor saja, melainkan begitu banyak hal-hal yang menjadikan seseorang

(44)

pikiran seorang pembeli pada waktu ia sebelum, sedang, dan setelah membeli sesuatu

sebab pengaruh yang dirasakan begitu banyak. Pembelian yang dilakukan seseorang

selain dipengaruhi oleh tindakan-tindakan promosi produsen, juga dipengaruhi oleh

banyak faktor yang menyebabkan konsumen berperilaku konsumsi. Keputusan

pembelian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 16

a. Faktor Kebudayaan

Berbicara tentang budaya dan pola konsumsi adalah bicara tentang dua

hal yang tak terpisahkan. Kebudayaan bisa disebut sebagai dasar dari keinginan

dan perilaku seseorang. Budaya sebuah masyarakat akan berpengaruh terhadap

cara berpikir dan perilaku masyarakatnya, termasuk didalamnya pola konsumsi.

Karenanya pola konsumsi dan budaya adalah suatu hubungan yang bersifat

korelatif. Hal ini disadari betul oleh kaum kapitalis untuk mengubah pola

konsumsi masyarakat kita yang dahulu dikenal sebagai masyarakat hemat

menjadi masyarakat konsumtif dengan memprioritaskan terlebih dahulu target

mereka pada budaya masyarakat kita. Begitu kuatnya pengaruh budaya terhadap

pola konsumsi seseorang mengakibatkan perilakunya terhadap konsumsipun

tergantung pada budaya yang ia pegang.

Pada faktor budaya ini masih ada yang disebut sebagai sub-budaya dan

kelas sosial.17 Sub-budaya timbul karena faktor ras, kebangsaan, lokasi

16

Ibid., h. 11

17

(45)

geografik, distribusi pedesaan (urban), dan sebagainya.18 Selain sub-budaya,

kelas sosial punya pengaruh yang sama terhadap perilaku seseorang dalam

konsumsi. Biasanya kelas sosial mempunyai anggota dengan minat dan perilaku

yang serupa dan relatif homogen. Faktor ini dapat mempengaruhi perilaku beli

seseorang yang disesuaikan dengan kelas sosial masing-masing. Kelas bawah

cenderung mengkonsumsi barang-barang yang sesuai dengan pendapatan mereka

sedangkan kelas atas lebih mengkonsumsi barang-barang yang mewah karena

adanya kemampuan untuk melakukan hal itu.

b. Faktor Sosial

Manusia selaku mahluk sosial memang tidak dapat dipisahkan antara

satu dengan yang lainnya. Mereka saling membutuhkan disegala bidang dan

mempunyai sifat saling ketergantungan. Bayangkan jikalau seseorang hidup

sendiri tanpa orang lain disuatu tempat, pastinya dia akan kesulitan dalam

menjalani hidup. Disatu sisi dia harus memenuhi kebutuhannya agar dapat

melangsungkan kehidupan, sedang disisi lain dia harus menciptakan barang

untuk dapat dikonsumsinya. Oleh karena itu semua tindakan, kelakuan, dan

perbuatan manusia memiliki keterkaitan dengan yang lainnya. Satu diantara

faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang adalah faktor sosial

dikarenakan manusia memang mahluk sosial yang tidak lepas dari orang-orang

disekelilingnya. Tidak jarang keputusan untuk konsumsi seseorang dipengaruhi

18

(46)

oleh orang-orang yang ada disekitarnya seperti karena teman maupun yang

lainnya, bahkan orang tua. Dalam ilmu pemasaran yang termasuk kedalam faktor

sosial adalah kelompok referensi, keluarga, peran dan status. 19

Kelompok referensi yang terdiri dari seluruh kelompok mempunyai

pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap maupun perilaku

seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok-kelompok primer seperti

keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat. Selain itu ada juga kelompok

sekunder yang cenderung lebih resmi yang mana interaksi yang terjadi kurang

berkesinambugan.20 Yang termasuk kelompok ini adalah kelompok yang mana

anggotanya mempunyai aspirasi yang sama. Kelompok-kelompok diatas

biasanya memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru sehingga

seseorang mengikuti cara hidup yang baru itu dan mempengaruhi gaya

konsumsinya dikarenakan ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

juga secara tidak langsung kelompok tersebut memberikan tekanan kepada

seseorang untuk penyesuaian diri yang dapat mempengaruhi pilihan pada barang

yang akan dikonsumsi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga juga merupakan sebuah institusi

yang punya pengaruh cukup besar terhadap pembentukan perilaku seseorang.

Keluarga merupakan kelompok kecil yang paling kuat dan paling awet

19

Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen …, Op.Cit., h.12

20

(47)

pengaruhnya terhadap persepsi dan perilaku seseorang. Sebab sejak kecil

seseorang telah diajarkan berbagai hal dari keluarganya. Jikalau keluarga

mengajarkan sesuatu yang baik, kelak seseorang akan berbuat baik. Tetapi kalau

dari kecil keluarga menciptakan suasana yang kurang baik, bukan tidak mustahil

diwaktu dewasa nanti seseorang mempunyai perilaku yang kurang baik. Sikap

sederhana atau berlebihan yang dituangkan keluarga dalam menjalani hidup

membawa pengaruh terhadap pola hidup anggota keluarganya. Keluarga yang

terbiasa hidup konsumtif, akan menimbulkan pola hidup dengan gaya yang tidak

seimbang antara pendapatan dengan penghasilan. Orang tua yang cenderung

mengkonsumsi tanpa batas, tetapi ia tidak mampu untuk memproduksi sendiri

telah mengubah sikap hidup seseorang atau anggota keluarganya menjadi

konsumtif. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang perilaku

konsumsi dan bagaimana cara mengaturnya. Selain orang tua, pasangan hidup

seseorang juga mempengaruhi pembentukan perilaku pembelian. Pasangan hidup

merupakan orang yang sering dijumpai seseorang dalam hidupnya sehingga

banyak sekali orang-orang yang pola konsumsinya dipengaruhi oleh mereka.

Bahkan pasangan hidup pengaruhnya bisa melebihi pengaruh orang tua dan

dirinya sendiri.

Setelah kelompok referensi dan keluarga, yang juga dapat

mempengaruhi perilaku konsumsi seseoarang adalah peran dan status.

Sebagaimana kelas sosial, status memberikan motivasi yang berbeda-beda

(48)

membuat dirinya harus berpikir ulang dalam bertindak yang sesuai dengan status

dan peran dalam kelompoknya.

c. Faktor Pribadi

Konsumsi seseorang juga dapat dibentuk oleh faktor pribadi yang telah

ada pada diri seseorang. Yang termasuk pada faktor ini yaitu umur dan tahapan

siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep

diri.21 Seorang anak dengan orang dewasa tentu mempunyai cara pandang yang

beda dalam penerapan konsumsi. Begitu juga dengan orang yang sudah tua.

Anak-anak dapat mempengaruhi pembelian para orang tua selain untuk dirinya

sendiri. Remaja juga mempunyai pemikiran sendiri akan belanjanya. Usia remaja

merupakan usia produktif untuk melakuan konsumsi, sehingga banyak sekali

produk-produk yang ditawarkan untuk mereka. Remaja jelas sekali berpotensi

besar bagi dunia bisnis dan industri. Bahkan pada usia ini kesenangan lebih

diperhitungkan daripada nilai kebutuhannya. Itu karena dalam memutuskan

sesuatu para remaja lebih mengandalkan emosi daripada rasionya. Dibandingkan

remaja usia tua tentunya lebih bijak dalam berperilaku konsumsi walau terkadang

masih banyak usia tua yang bergaya seperti remaja. Pada usia ini keputusan

pembelian akan sangat diperhitungkan, mana yang seharusnya didahulukan

dalam bertindak temasuk dalam pemilihan produk dan jasa. Produk kesehatan,

21

(49)

makanan pokok, perumahan, kosmetik khusus orang tua dan sebagainya

merupakan produk-produk yang biasanya menjadi pilihan mereka.

Siklus hidup dapat juga mempengaruhi keputusan konsumsi. Seorang

yang masih lajang pasti melakukan hal yang tidak sama dengan seorang yang

telah menikah. Pasangan yang telah menikah tanpa anak tentu berbeda

pandangan dengan pasangan yang telah mempunyai anak dan seterusnya. Ini

dikarenakan ada sesuatu yang harus diperhitungkan sebelumnya oleh mereka

dalam mengambil keputusan pembelian. Dengan ini biasanya seseorang

mengalami perubahan tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pasangan

muda tanpa anak banyak membeli pakaian, rekreasi, makan dan lainnya. Namun

pada waktu anak-anak lahir, pola pengeluaran berubah kepengeluaran untuk

membeli dan melengkapi peralatan rumah tangga. Keluarga dengan anak-anak

remaja banyak membeli makanan, pakaian dan pendidikan. Kemudian keluarga

yang sudah ditinggalkan anak-anaknya tetapi masih aktif bekerja cenderung

untuk mengkonsumsi barang-barang diluar kebutuhan pokok sehari-hari. Dengan

itu itu semua siklus hidup seseorang berbeda-beda tahapannya antara yang satu

dengan yang lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah pekerjaan

dan keadaan ekonomi. pekerjaan sebagai mahasiswa tentu berbeda konsumsinya

dengan pegawai kantor. Petani dengan pebisnis jelas berbeda perilakunya.

Seorang yang kehidupan ekonominya mapan sering membelanjakan hal-hal

(50)

yang lebih dibandingkan yang lainnya. Berbeda dengan seorang yang keadaan

ekonominya rendah, mereka harus berpikir ulang untuk menggunakan uang

sebaik-baiknya. Belum lagi hutang yang tidak dapat dihindari. Besar kecilnya

pendapatan seseorang adalah faktor penentu untuk mengetahui bagaimana

mereka membelanjakan pendapatannya itu.

Selain beberapa hal diatas, gaya hidup juga dapat mempengaruhi

seseorang dalam menyikapi pembelian. gaya hidup dapat mencerminkan kelas

sosial seseorang. Seseorang memiliki gaya hidup yang kebanyakan bertolak

belakang dengan orang lain. Barang bagi sebagian orang bukan lagi hanya untuk

memenuhi kebutuhan sebagaimana tujuan konsumsi seharusnya. Tetapi juga

untuk kenikmatan dan gaya hidup. Seseorang akan merasa dihargai jika ia

mempunyai harta, prestasi, kekuasaan dan sebagainya. Kenikmatan hidup,

ketentraman, dan kesejahteraan disejajarkan dengan gaya hidup yang berlebihan.

Hidup dengan pola dan arus konsumsi membuat orang merasa tidak puas jika

produk atau barang yang diinginkannya belum dimiliki. Mereka mengutamakan

gaya hidup yang memenuhi keinginannya bukan kebutuhannya. Perilaku seperti

ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kelebihan harta.

Sehingga gaya hidup mereka menjadi cukup besar dalam menentukan konsumsi

dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sederhana.

Disamping faktor-faktor yang datangnya dari luar itu, kepribadian dan

konsep diri menjadi salah satu faktor yang datang dari diri seseorang yang dapat

(51)

tentang definisi kepribadian. Secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai

pola ciri-ciri seseorang yang menjadi determinan (faktor penentu) dalam perilaku

responnya.22 Diakui bahwa kepribadian seseorang punya pengaruh terhadap

persepsi dan perilaku beli mereka disamping faktor lain yang datangnya dari

luar. Hanya saja sampai saat ini belum ada titik temu mana yang lebih dominan

dalam mempengaruhi pola konsumsi. Kepribadian dapat membentuk sikap dan

keyakinan seseorag terhadap barang yang akan dibeli. Determinan perilaku yang

lain adalah konsep diri atau citra diri (Self Image). Konsep diri dapat disebut

sebagai cara pandang terhadap diri sendiri.23 Konsep diri seseorang dipengaruhi

oleh kebutuhan psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan dipelajari sejak

perkembangan diri. Konsep diri dibentuk oleh faktor lain diluar dirinya seperti

faktor ekonomi, demografi, dan pengaruh-pengaruh sosial.24 Dalam memilih

produk atau barang, orang-orang biasanya memilih produk atau barang yang

cocok dengan konsep diri mereka sendiri karena orang mempunyai gambaran

yang berbeda-beda mengenai diri mereka.

d. Faktor Psikologis

Setelah diterangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

pembelian yang meliputi kebudayaan, sosial, dan kepribadian, akan coba

dijelaskan pula faktor lain yang mempengaruhi proses keputusan pembelian atau

22

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Op.Cit., h.159

23

Ibid., h.162

24

(52)

konsumsi berupa kekuatan-kekuatan psikologis yang mempengaruhi seseorang

diantaranya adalah motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan diri dan

sikap.25

Untuk memahami mengapa seseorang mempunyai perilaku tertentu,

kita harus bertanya terlebih dahulu mengapa seseorang berbuat sesuatu. Tentunya

sebab dia mempunyai motivasi. Artinya seluruh perilaku seseorang dimulai

karena adanya motivasi. Motivasi ini menimbulkan kepuasaan terhadap

kebutuhan seseorang yang berupaya mendorongnya berperilaku kearah tujuan

tertentu dengan harapan tujuan ini akan memberinya kepuasan. Kebutuhan harus

dirangsang sebelum menjadi motif. Sumber rangsangan itu dapat berasal dari

dalam seperti rasa haus, atau dari lingkungannya seperti promosi yang dilakukan

produsen. Setelah seseorang mempunyai motivasi barulah ia akan mengambil

keputusan untuk berperilaku. Begitu beragamnya motivasi yang ada pada

manusia, membuat para psikolog belum dapat mengklasifikasikannya. Namun

demikian mereka telah menyetujui bahwa motif dapat dikelompokan menjadi dua

kategori umum yaitu kebutuhan biogenic dan psikogenic. Kebutuhan biogenic

yang dibutuhkan seperti kebutuhan akan makanan dan kenyamanan yang timbul

dari keadaan fisiologis tertentu. Sedangkan kebutuhan psikogenic, yang

25

(53)

dibangunkan dan timbul dari keadaan pisiologis tertentu seperti kebutuhan akan

diterima, dihargai, dan diakui dimasyarakat.26

Persepsi dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu

gambaran dari dunia ini.27 Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda untuk

satu produk tertentu. Televisi misalnya, seorang anak memandang televisi

sebagai sarana hiburan yang menyenangkan. Tapi si ibu menganggapnya sebagai

salah satu cara untuk mengasuh anak dan sumber informasi. Si ayah

memandangnya sebagai sebuah kemewahan. Untuk orang lain, televisi tidak

berarti apa-apa karena ia tidak pernah masuk dalam persepsi mereka. Dengan

demikian motif membangkitkan seseorang untuk bertindak dan persepsi

menentukan arah tindakannya itu. motif membangunkan seseorang untuk

mengkonsumsi dan persepsi menentukan arah konsumsinya.

Selain itu Faktor psikologis lain yang mempengaruhi daya beli adalah

proses belajar. Belajar merupakan perubahan dalam perilaku sesorang

disebabkan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya.28 Pengalaman dapat

memberikan kesan yang tersimpan pada diri seseorang untuk dijadikan pelajaran

dalam mengambil langkah konsumsi. Dengan pengalaman seseorang dapat

26

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Op.Cit., h.127

27

Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen …, Op.Cit., h.15

28

(54)

menentukan arah perilaku beli karena sebelumnya dia pernah melakukan yang

serupa. Barang atau produk dianggap baik atau buruk oleh seseorang karena

orang tersebut sudah mengenal berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Dengan

itu seseorang akan mengambil sikap selanjutnya dan telah mempunyai persepsi

terhadap barang yang akan dibeli.

Kepercayaan dan sikap merupakan faktor psikologis lain yang mampu

memberikan efek terhadap perilaku beli seseorang. Kepercayaan dan sikap saling

mempengaruhi satu sama lain. keduany

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3. 2
Tabel 3.3
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini dengan menggunakan dua instrument, yaitu kuesioner (angket) dan wawancara yang didesain untuk

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam

Observasi lapangan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk

Angket atau kuisioner salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh