EFEKTIFITAS PENYALURAN DANA BEASISWA ETOS DI
DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
Disusun oleh: Muhammad Bukhori
107053003101
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLOH
Dhuafa Republika, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 8 Maret 2011. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Program Manajemen Dakwah
Ciputat,8 Maret 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal LK, M.Ag H. Mulkanasir BA, SPd, MM
196404281993031002 195501011983021001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Hasanudin, MA Drs. Sihabudin Noor, M/Ag
19660605199403005 196902211997031001
Pembimbing
ii
DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk
memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi
Oleh :
Muhammad Bukhori Nim : 107053003101
Di bawah bimbingan
Noor Bekti Negoro, SE, STP,M.SI NIP :19650301 1999 03 1001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLOH
JAKARTA
iii
Pada beberapa dasawarsa akhir tahun ini, perkembangan dunia perekonomian sudah sangat berkembang dengan cepat, khususnya perkembangan perekonomian Islam. Lembaga keuangan Islam merupakan Lembaga yang sangat strategis dalam menerapkan nilai-nilai ekonomi Islam dalam lembaga formal Lembaga Keuangan Islam. Lembaga keuangan Islam saat ini sudah banyak sekali diminati oleh masyarakat baik dari kalangan menengah keatas atau pun menengah kebawah. Dalam hal mendorong atau mempertahankan terjaganya kualitas keislama dalam Lembaga Keuangan Islam tersebut selalu konsisten atas prinsip-prisip Syaraih, maka dibentuklah badan pengawas yang selalu mengawasi jalannya operasional lembaga tersebut yakni Dewan Pengawas Syariah (DPS), lembaga ini merupakan lembaga independen yang terdiri dari para pakar ekonomi Islam dan menguasai ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan hukum-hukum Islam seperti Fiqh Islam, Tafsir Hadis dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengawasan DPS terhadap produk penyaluran dana beasiswa etos di Dompet Dhuafa Republika sudah berjalan efektif dan langkah-langkah dan pengawasan DPS terhadap penyluran dana beasiswa etos. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah dicapai oleh manajemen yang mana target tersebut telah ditentukan oleh manajemen sehinggga tercapainya tujuan dari lembaga tersebut, dan langkah-langkah pengawasan adalah menetapkan standar atau tolak ukur terhadap penyaluran dana tersebut guna terlaksanannya tujuan dari lembaga itu sendiri.
Dalam hal ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif terhadap penulisan skripsi ini, dan untuk mendapati data yang penulis butuhkan, maka penulis menggunakan langkah-langkah dalam pengumpulan data seperti mencari data yang bersangkutan dengan pembahasan penulis di perpustakaan yang telah di sediahkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, lalu penulis pun menggunakan metode survei langsung ke Dompet Dhuafa Republika guna melengkapi data-data yang penulis butuhkan dan yang bersangkutan dengan judul penulis, selain itu pun penulis menggunakan metode wawancara dan observasi ke Dompet Dhuafa Republik.
iv
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan pencipta alam raya ini yang
telah memberikan berjuta-juta Nikmat diantaranya nikmat sehat wal’afian.
Shalawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi akhir jaman, pemimpin
umat dia adalah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman
jahiliah hingga jaman reformasi seperti sekarang ini.
Bab demi bab skripsi ini telah penulis selesaikan dan dalam penulisan
skripsi ini tak sedikit kesulitan atau pun cobaan yang penulis hadapi, namun
dengan dorongan dan semangat dari orang-orang yang selalu ada untuk
menyemangati penulis, hingga karya ilmiah (skripsi) ini dapat penulis selesaikan.
Dengan itu seyogyanya penulisa ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga besar, Ayahanda dan bunda, kakak-kakaku, yang selalu memberi
dukungan, doa-doa yang tak pernah henti-hentinya, motifasi dan kasi
sayank yang tulus hingga akhir hayat, semoga allah selalu memberikan
nikmat sehat kepada kedua orang tua penulis (amien) dan semua
keponakan yang selalu mencerahkan fikiran dimana saat kejenuhan
melanda fikiran penulis.
2. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
dan H. Mulkanasir BA, SPd, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
v
4. Noor Bekti Negoro, SE, STP,M.Si selaku pembimbing, yang telah
berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta sabar
memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, hingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
5. Joko Sunggoro selaku PUSDOK Dompet Dhuafa Republika, yang telah
meluangkan waktunya untuk penulis, guna terlaksananya penelitian ini
yang penulis laksanakan di Dompet Dhuafa Republika.
6. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, khususnya
Jurusan Manajemen Dakwah. Yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dari awal kuliah hingga selesai skripsi ini.
7. Some one specialy yang selalu memberikan dukungan, sabar dan baik hati
untuk menemani penulis guna menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk semua sahabat-sahabat yang selalu menemani dan memberi
dukungan, sehingga membuat penulis kuat dalam menghadapi
permasalahan yang penulis hadapi terutama Mira, Riris, Alfian , Rahmat
(sukron atas bantuan, doa, dan dukungannya). inmi2takanu ( Intan, Meia,
Mia, Itha, Eka, Nur) yang selalu meberikan semangat kepada saya,
terimakasih banyak. Isnaini, Ade (bondeng), Sisworo, Tika, Abdul fatah
(Adunk), Nadia, Ali, Arief, dan teman-teman MD seperjuangan lainya.
Dan teman-teman liannya Cici, Ike/VIE, Linda, Indah (makasi atas
vi
segala hal yang berbau perpustakan, sukron jazillan).
Akhirnya penulis menyadari, bahwa skripsi ini belum spenuhnya dapat
memberikan pengetahuan yang sempurna, untuk itu penulis sangat berlapang
dada untuk menerima masukan dan kritikan yang membangun, semoga skripsi
ini dapat memberikan kontribusi yang positif, dan dapat memperluas wawasan
keilmuan serta menambah pengetahuan kita.
Jakarta, Januari 2011
vi
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7
1. Pembatasan masalah... 7
2. Perumusan masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 7
1. Tujuan penelitian ... 7
2. Manfaat penelitian ... 8
D. Tinjauan pustaka ... 8
E. Metodologi penelitian ... 9
F. Waktu dan tempat penelitian ...10
1. Penelitian kepustakaan ... 10
2. Penelitian lapangan ... 10
3. Observasi ... 11
vii
G. Sistematika penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Efektivitas... 14
B. Pengawasan ... 15
1. Pengertian pengawasan ... 15
2. Macam-macam pengawasan ... 17
3. Tujuan monitoring... 19
4. Langkah-langkah monitoring... 20
C. Sejarah Dewan Pengawas Syariah (DPS) ... 22
D. Dewan Pengawas Syariah ... 23
E. DPS secara normatif ... 25
F. Fungsi Dewan Pengawas Syariah ... 26
G. Tugas dan wewenang DPS ... 27
1. Tugas DPS ... 27
2. Wewenang DPS ... 28
H. Penyaluran (Distribusi) ... 29
1. Pengertian Distribusi ... 29
2. Macam-macam penyaluran (Distribusi) ... 30
3. Tujuan Distribusi ... 31
BAB III GAMBARAN UMUM DOMPET DHUAFA REPUBLIKA A. Sejarah berdiri Dompet Dhuafa Republika ... 33
viii
C. Nilai lembaga dan Strategi utama ... 35
1. Nilai lembaga ... 35
2. Strategi utama (grand strategy)... 36
D. Tujuan dan prinsip... . 36
1. Tujuan didirikannya Dompet Dhuafa... 37
2. Prinsip ... 37
E. Struktur organisasi Dompet Dhuafa Republika ... 37
F. Program Domper Dhuafa Depublika ... 38
1. Program sosial ... 38
a. Layanan kesehatan Cuma-Cuma ... 38
b. Lembaga pengembangan insani ... 38
c. Lembaga pelayanan masyarakat ... 39
2. Program pemberdayaan ekonomi ... 39
a. Masyarakat mandiri ... 39
b. Lembaga pertanian sehat ... 39
c. BMT center ... 40
d. Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) ... 40
e. Zona madina ... 40
f. Rumah sehat tepadu ... 40
ix
A. Efektifitas pengawasan DPS terhadap penyaluran dana
beasiswa etos ... 43
B. Langlah-langkah pengawasan ... 45
C. Pengawasan sebelum pelaksana ... 46
D. Pengawasan sedang berjalan ... 47
E. Pengawasan setelah pelaksana ... 48
F. Perbaikan terhadap penyimpangan ... 49
G. Pendistribusian dana beasiswa etos ... 49
H. Peran dan fungsi DPS terhadap penyaluran dana beastudi etos ... 58
1. Peranan DPS ... 58
2. Fungsi DPS ... 59
I. Faktor pendukung dan hambatan DPS ... 60
1. Faktor pendukung ... 60
2. Faktor hambatan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
x
TABEL 1 YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DANA
INFAQ/SEDEKAH LAPORAN SUMBER DAN
PENGGUNAAN DANA Untuk periode yang berakhir 30
sya’ban 1430 dan 29 sya’ban 1429 H ... 52
TABEL 2 YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DANA
ZAKAT LAPORAN PENGGUNAAN DANA FAKIR
MISKIN DAN FISABILILLIAH Untuk periode yang
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada beberapa dasawarsa akhir tahun ini, perkembangan dunia
perekonomian sudah sangat berkembang dengan cepat, khususnya
perkembangan perekonomian Islam. Lembaga keuangan Islam merupakan
Lembaga yang sangat strategis dalam menerapkan nilai-nilai ekonomi Islam di
dalam lembaga formal Lembaga Keuangan Islam. Berbagai kekurangan yang
ada di Lembaga Keuangan Islam, seperti meyakinkan masyarakat awam dan
tokoh setempat terhadap riba, dan belum mengertinya masyarakat akan
eksistentsi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Lembaga Keuangan Islam.
Di samping itu langkahnya para profesional yang memiliki pemahaman atau
pengalaman baik di dalam perbankan maupun Syariah. Maka haruslah
dibentuk yang namanya pengawasan, guna menerapkan nilai-nilai Islam di
dalam Operasional perbankan Syariah. Begitu juga dengan Lembaga keuangan
Islam atau Lembaga Pelayanan Masyarakat.
Pada saat ini Lembaga keuangan memang sangat diperhatikan, karena
apabila dalam kinerja tidak terkontrol dengan baik, maka akan merugikan
nasabah atau para donatur bahkan dapat merusak perekonomian suatu lembaga
tersebut. Oleh sebab itu, dalam proses atau penyaluran dana, lembaga Islam
membentuk Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi
Tidakah kamu perhatikan, bahwa sesungguhya ALLAH mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya, dan tiada pembicaraan antara lima orang melainkan Dia-lah yang ke enamnya, dan tiada pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melaikan DIA ada bersama mereka dimana pun mereka berada, kemudian DIA akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang mereka kerjakan,
sesunggunya ALLAH maha mengetahuisegala sesuatu [ Al-Mujadalah ayat 7]
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia yang berada di
alam semesta ini harus merasa atau pun selalu diawasi oleh ALLAH SWT,
dalam setiap apa yang mereka lakukan di muka bumi ini semua itu di awasi
oleh ALLAH SWT. Mulai dari perkerjaan yang kecil hingga penguasaan atau
perkerjaan yang besar. Karena sesunguhnya ALLAH SWT maha pengasih
lagi maha mengetahui segala sesuatu yang berada di langit dan di muka bumi
ini. Dan apabila setiap manusia merasakan itu. Maka setiap perkerjaan akan
berjalan dengan baik, jika dikaitkan dengan kegiatan transaksi Ekonomi Islam
(Muamalah) yang dilakukan, maka haruslah berpegang teguh pada
Syariat-syariat Islam, yang telah ditetapkan dalam Al-quran dan Hadits
Dewan Pengawas Syariah adalah suatu Dewan yang dibentuk untuk
mengawasi jalannya keuangan Islam agar di dalam operasionalnya tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip Muamalat menurut Islam.1 Dalam staf atau
1
anggota Dewan Pengawas Syariah haruslah orang yang benar-benar mengerti
akan kaidah-kaidah Islam, Dewan Pengawas Syari'ah (DPS) dan Pengawas
Bank Syari'ah, harus meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di
Bank Syari'ah. Hal ini penting agar Bank Syari'ah tidak menjadi bank yang
bermasalah.
Khusus terhadap prinsip-prinsip Syari'ah, Bank syari'ah harus
sepenuhnya konsisten terhadap penerapan prinsip-prinsip Syari'ah, karena
umumnya di dunia ini kegagalan bank Syari'ah dapat terjadi, karena ketidak
konsistenan dalam menjalankan prinsip Syari'ah, terkadang Dewan Pengawas
Syariah memilih anggotanya hanya dengan kharisma yang mereka miliki,
bukan dari Ilmu-ilmu Islam yang mereka fahami, seperti Ilmu fiqih Islam atau
menguasai Fiqih Mumalah dan lain-lain seperti Ilmu ushul Fiqih, Qawa'id
Fiqih, Tafsir dan Hadits, Ekonomi, disamping itu Dewan Pengawas Syariah
juga harus menguasai ilmu ekonomi keuangan dan perbankan Islam modern,
halal haramnya suatu transaksi dan lain-lain sebagainya.
Keberadaan Dewan Pengawas Syariah DPS di hampir semua
perbankan atau lembaga Islam hanya ada seorang konsultan agama, sementara
pada bank-bank lainnya seperti Faisal Islamic of Egypt (FIBE), Dewan
Pengawas Syariah paling banyak terdiri dari lima orang anggota dan mereka
ahli dalam hukum Islam dan percaya tentang ide-ide perbankan. Mereka diberi
wewenang dan otoritas yang luas untuk menguji semua kontrak, metode dan
aktifitas yang terkait dengan prilaku bank-bank Islam.2
Fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) sangat penting dalam
Manajeman keuangan Islam, karena berjalan baik atau tidaknya suatu transaksi
2
itu terdapat pada pengawasan syariahnya. Selain itu, fungsi dari Dewan
Pengawas Syariah semata-mata sebatas meneliti dan menentukan suatu produk
jasa atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga keuangan Islam. Selain
Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi kegiatan di suatu Lembaga
Keuangan Islam, ada juga badan-badan Eksternal yang terkait dengan
bentuk-bentuk akad yakni DSN (Dewan Syariah Nasional), namun dalam pengawasan
pembiayaannya adalah BI (Bank Indonesia). Salah satu syarat berdirinya
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yakni, harus adanya Dewan Pengawas
Syariah yang terdiri dari beberapa Ulama yang berkompeten dalam
hukum-hukum Syariat Islam, dan para Ulama tersebut harus memiliki spesifikasi
dalam Fiqih Muamalah atau hukum Syariah mengenai utang piutang dan
sejenisnya. 3
Prinsip dasar hukum Syariah menjadi awal atau dasar yang sangat
penting dalam pengembangan lembaga-lembaga Islam dan hukum inilah yang
menjadi perbedaan antara lembaga keuangan Konvesional dengan lembaga
keuangan Islam. Dan dalam berjalannya Syariah Islam di suatu Lembaga Islam
haruslah di bentuk Dewan Pengawas Keuangan yang dapat disebut dengan
Dewan pengawas Syariah (DPS). Pengawasan dalam pendangan Islam
dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan
membenarkan yang hak. 4
Pengawasan yang baik adalah Pengawasan yang telah built in ketika
menyusun sebuah program, dalam menyusun program harus sudah ada unsur
kontrol di dalamnya, tujuan Pengawasan adalah agar seorang yang melakukan
3 . Muhammad Syafi’i Antonio,
Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta; Tazkia Cendikia, 2001) cet.ke-1 hal.234
4
perkerjaan merasa bahwa perkerjaan yang diperhatikan oleh atasannya bukan
perkerjaan yang tidak diacuhkan atau pekerjaan yang dianggap enteng, oleh
karena itu pengawasan yang terbaik adalah Pengawasan yang dibangun dari
dalam diri orang yang di awasi dan dari sistem pengawasan yang baik. 5
Dalam lembaga Islam haruslah ada yang mengawasi proses Penyaluran
Dana tersebut agar dalam penyaluran dana dapat berjalan dengan baik dan
berdasarkan hukum atau Syariah Islam dan Al-Qur’an dan Hadits. Dalam hal
ini keefektifitasan kerja Dewan Pengawas Syariah dapat diwujudkan atas dasar
tiga Pengawasan yakni Ketaqwaan Individu, Control anggota dan Penerapan
aturan. Maksudnya adalah Lembaga Keuangan Islam atau Lembaga Pelayanan
Masyarakat didasari atas aturan-aturan yang jelas dan terbuka serta tidak
bertentangan dengan hukum-hukum Syariah yang telah ada.
Salah satu tugas Dewan Pengawas Syariah yakni melakukan
Pengawasan secara Intern atas penyaluran dana terhadap kaum Dhuafa atau
masyarakat yang membutuhkan dana tersebut dapat sesuai dengan
prinsip-prinsip Syariah, dalam arti lain Dewan Pengawas Syariah berwewenang atau
dapat memenentukan boleh atau tidaknya Penyaluran Dana tersebut.
Dengan adanya pengawasan, maka Operasional Penyaluran Dana pada
suatu Lembaga Keuangan Islam akan berjalan dengan baik dan mengikuti
syariat-sayriat Islam yang telah ada, pada dasarnya fungsi Manajerial
Pengawasan adalah untuk mengetahui sejauh mana prestasi kerja bawahan
guna memastikan tujuan dari Organisasi tersebut disemua tingkatan, dan
rencana yang di desain untuk mencapai yang sedang dilaksanakannya.
5
Dewan Pengawas Syariah sangat penting terhadap operasional
keuangan suatu Lembaga Islam yang telah ada, Dewan Pengawas Syariah
haruslah memaksimalkan kinerjanya. Dari tuturan sebagian masyarakat
terhadap Operasionalnya yakni Dewan Pengawas Syariah harus kerja secara
Efektif dan Efisien, sehingga Efektifitas organisasi Lembaga keuangan
terhadap Penyaluran Dana dapat berjalan secara baik. Dewan Pengawas
Syariah atau Lembaga Keuangan Islam yang baik yakni yang berdasarkan atau
memenuhi prinsip Amanah, Sidiq, Fhatonah dan Tablig. Dan itu semua
menjadi prinsip yang harus melekat dalam suatu diri lembaga Islam, hal ini
amat sangat penting karena masyarakat yang relatif awam tentang Produk
Penyaluran Dana, mereka akan menilai Eksistensi lembaga atau suatu
kelompok pertama kalinya yakni dari aspek kerjanya sebelum melihat dari
aspek Syariahnya.
Sehubungan dengan itu, pengawasan sangatlah penting di suatu
kegiatan dalam sebuah lembaga Islam atau Organisasi, dengan adanya
pengawasan maka kegiatan akan berjalan dengan baik, oleh karena itu penulis
mempunyai keinginan untuk mengetahui sejauh mana atau bagaimana
Efektifitas Penyaluran Dana Beasiswa Etos di Dompet Dhuafa Republika,
guna mengembangkan Syariat-syariat Islam lebih Efektif lagi. Yang akan
penulis tuangkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibuat agar penelitian atau analisis ini lebih
membatasi masalah pada Efektifitas pengawasan produk penyaluran
beasiswa Etos di Dompet Dhuafa Republika
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana langkah-langkah dan pengawasan kerja Dewan Pengawas
Syariah dalam mengawasi produk Penyaluran Dana Besiswa Etos di
Dompet Dhuafa Republika?
b. Apakah Efektifitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah terhadap
produk Penyaluran Dana Beasiswa Etos tersebut sudah berjalan
efektif?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pembatasan dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan oleh penulis, maka penulis memiliki tujuan penelitian
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang langkah-langkah pengawasan DPS
terhadap Penyaluran Dana Beasiswa Etos di Dompet Dhuafa
Republika.
b. Untuk mengetahui efektifitas pengawasan Dewan Pengawas Syariah
terhadap produk Penyaluran Dana Beasiswa Etos di Dompet Dhuafa
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, maka penulis berharap hasil penelitian ini
bermanfaat bagi
a. Untuk penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan,
meningkatkan kemampuan, dan pengalaman dalam bidang kerja yang
berdasarkan Syariat Islam.
b. Untuk dunia Akademik atau Fakultas, dapat dijadikan sumbangan
kepustakaan.
c. Untuk Dewan Pengawas Syariah dapat dijadikan sumbangan
kepustakaan dan rujukan bagi para anggota Dewan Pengawas Syariah,
guna meningkatkan kinerja Dewan Pengawas Syariah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun karya ilmia ini, penulis mengadakan penelitian lebih
lanjut kemudian menyusun menjadi satu karya ilmia, maka langkah awal yang
penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmia yang hampir
sama dengan yang akan penulis teliti.
Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka. Penulis akhirnya
menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir sama dengan
yang akan penulis teliti, skripsi tersebut antara lain, skripsi dari Khusnul
Khuluki (104053002054) yang berjudul Sistem Monitoring Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalam Operasionalisasi Bank Syariah Mandiri, dalam skripsi
ini Khusnul Khuluki memaparkan tentang Monitoring Operasional Bank
Syariah, sedangkan yang membedakan dengan skripsi penulis yakni lebih
mengarah kepada Efektifitas Pengawasan DPS terhadap produk Penyaluran
E. Metodoligi Penelitian
1. Metodologi penelitian
Metodologi berasal dari kata metode dan logos, metode artinya cara
yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan logos artinya ilmu atau
pengetahuan, dengan demikian metodelogi dapat diartikan cara melakukan
sesuatu dengan menggunakan ilmu pengetahuan secara seksama untuk
mencapai tujuan. Adapun penelitian adalah berasal dari Bahasa Inggris
research yang kemudian di adopsi menjadi kata riset dalam Bahasa
Indonesia. Secara Etimologi, research berasal dari kata re yang berarti
kembali dan search yang berarti mencari, dengan demikian research
adalah mencari kembali.6 Dengan demikian Metodologi penelitian adalah
menjelaskan dan menggambarkan bagaimana dilaksanakan secara
sistematis dan bagaimana landasan teori tentang rancangan penelitian dan
model yang didahului dengan rancangan percobaan atau teknik-teknik
yang harus digunakan dalam pengumpulan, pengolahan dan analisis data.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif
Kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data Deskriftif
tentang objek berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang diamati guna mendapatkan data-data yang diperlukan.7
6
. M. Hariwijaya.Cara Mudah Menyusun Proposal.(Yogyakarta: Pararaion, 2009), cet.2,h.53.
7
F. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu
Waktu penelitian penulis laksanakan di jam kerja yakni diantara jam 10.00
WIB sampai dengan jam 17.00 WIB
2. Tempat penelitian
Penulis melakukan penelitian di Dompet Dhuafa Republika, yang
beralamat perkantoran Ciputat Indah Permai C 28-29. Jln. Ir. H. Juanda
No. 50, Ciputat, Tangerang
Dengan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode
yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan
kunjungan langsung ke beberapa perpustakaan, untuk sumber tertulis baik
itu buku, artikel, hasil-hasil seminar dan sumber tertulis lainnya.yang
bersangkutan dengan pembahasan penulis. Penelitian ini merupakan
kegiatan tela’ah pustaka dengan teknik Dokumentasi terhadap su
mber-sumber buku, kitab-kitab, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya yang
mendukung dengan kegiatan penulis serta dapat dijadikan acuan dalam
suatu penelitian.
2. Penelitian Lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan
kegiatan Observasi langsung ketempat objek penelitian tersebut, dan
langsung kepada objek yang diteliti dan pendapat para pakar Syariah
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Setelah data dan informasi sudah didapatkan, lalu dikumpulkan
untuk ditelaah lebih jauh lagi guna mendapatkan atau mengetahui
fenomena yang ada, hingga dapat menghasilkan data yang diperoleh
adalah data Primer yang menggunakan metode.
3. Observasi
Menurut E.C Wragg dalam bukunya An Introductionto Classroom
Observation yang dikutip oleh Nurul Hidayati Observasi adalah
Pengamatan secara sistematis dan analisis yang memegang peranan
penting untuk meramalkan tinglah laku sosial, sehingga hubungan antara
satu dengan pristiwa yang lain dapat menjadi jelas.8 Pengumpulaan data
dengan teknik ini dilakukan dengan mengandalkan pengamatan langsung
dengan objek penelitian.
4. Wawancara
Yakni teknik penulis melakukan wawancara atau komunikasi
langsung antara pengumpul data dengan responden atau informan dengan
melakukan interview kepada pihak-pihak yang diangap memberikan
informasi mengenai pembahasan untuk kepentingan penelitian.9 Dan
wawancara ini dilakukan berkali-kali hingga penulis mendapatkan data
yang akurat.
8
. Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h.8.
9
5. Dokumentasi
Yakni Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.10
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam membahas masalah yang diteliti, maka
penulis membagi pembahasan dalam lima bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
1. Bab 1 Pendahuluan, Latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
2. Bab 2 kajian pustaka, pengertian Efektifitas, pengertian pengawasan,
macam-macam monitoring, tujuan Monitoring, langkah-langkah
Monitoring, penyaluran (distribusi), macam-macan distribusi, tujuan
distribusi, pengertian produk, beasiswa etos.
3. Bab 3 merupakan pembahasan penelitian yang di lakukan sekilas tentang
sejarah DPS, pengertian DPS Dewan Pengawas Syariah, DPS secara
normatif, fungsi Dewan Pengawas Syariah, tugas dan wewenang DPS
sejarah berdirinya Dompet Dhuafa Republika, Visi, Misi, Nilai lembaga,
strategi utama, Tujuan dan Prinsip Dompet Dhuafa. Struktur Organisasi
Dompet Dhuafa, Produk Dompet Dhuafa,
4. Bab 4 merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan yakni
meliputi Efektifitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah terhadap
10
produk Penyaluran Dana Beasiswa Etos di Dompet Dhuafa Republika,
Penyaluran (pendistribusian) dana beasiswa etos di dompet dhuafa
republika, peran dan fungsi Dewan Pengawas Syariah dalam mengawasi
Penyaluran Dana di Dompet Dhuafa Republika, dukungan dan hambatan
yang dialami Dewan Pengawas Syariah dalam mengawasi Penyaluran
Dana beastudi etos tersebut di Dompet Dhuafa Republika.
14 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Efektifitas Pengawasan
1. Pengertian Efektifitas
Secara bahasa Efektifitas di ambil dari kata “efek” yang memiliki
arti akibat atau pengaruh. Sedangkan efektif berarti adanya pengaruh atau
adanya akibat serta penekanan. Jadi dapat diartikan bahwa Efektifitas
adalah keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah
melakukan sesuatu).11
The Oxford English Dictionary mengartikan Efektifitas sebagai
The quality of being Effektivein various sebse, effektivity the quality or
state being efective and power to be efective. Yang mana dapat diartikan
sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau
bidang. Efektifitas adalah status mutu menjadi efektif dan menggerakan
untuk bisa efektif.12
Sedangkan menurut Ensiklopedi Umum, Efektifitas menunjukan
taraf tercapainya tujuan, usaha dikatakan efektif jikalau usaha tersebut
mencapai tujuannya secara Ideal. Keefektifan adalah pencapaian prestasi
dari tujuan taraf Efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.13
11
. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet,ke-7, Edisi ke 2,h.250.
12
. Erice Buckley, The Oxford English Dictionary,(Oxford: The Claremdom Press, 1978), vol lll, p.49.
13
Peter.F.Drucker merupakan salah satu tokoh yang memberikan
perhatian besar terhadap Efektifitas. Menurutnya Efektifitas itu dapat dan
harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukan bentuk sebuah keahlian
yang lahir secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui
rangkaian kerja, latihan yang Intens, terarah, dan sestematis, berkerja
dengan cepat sehingga dapat menghasilkan kreatifitas.14
Dari pengertian-pengertian Efektifitas tersebut dapat disimpulkan
bahwa Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (Kuantitas, Kualitas dan waktu) yang telah di capai oleh manajemen,
yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
2. Pengawasan (Monitoring)
Untuk memungkin Perusahaan atau Lembaga dapat bekerja sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka dibutuhkan adanya kegiatan
pengawasan atas sistem produk, agar penyimpangan yang terjadi di
Lembaga tersebut dapat diketahui dan diperbaiki, dalam melaksanakan
operasi suatu kegiatan dibutuhkan adanya Pengawasan terhadap
produk-produk tersebut agar tujuan dari Lembaga tersebut dapat tercapai. Dan
pengawasan hanya mungkin dapat dilakukan apabila berdasarkan
perencanaan atau standar-standar yang akan dipergunakan.
14
Pengawasan adalah Kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas
kegiatan yang telah atau sedang dilakukan, agar kegiatan tersebut dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan atau direncanakan.15
Menurut J.Miockler yang dikutip oleh Kadarman
Pengawasan adalah suatu upaya sistematis untuk menetapkan kinerja
standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi,
untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang ditentukan, untuk
menetapkan apakah sudah terjadi penyimpangan dan mengukur signifikasi
penyimpangan tersebut, cara untuk mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan, untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan telah digunakan
seefektif mungkin guna mencapai tujuan dari perusahaan.16
Menurut Ahmad Fadli HS
Pengawasan adalah Proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh
kegiatan Organisasi untuk menjamin agar supaya semua perkerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.17
Pengawaan menurut T. Hari Handoko
Pengawasan adalah Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakan.18
15
. Sofjan Assauri, Manajeman Produksi dan Operasi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2004),Edisi Revisi,h.123.
16
. A.M Kadarman, Pengantar Ilmu Manajeman, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1996),h.132.
17
. Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Manhalun Nasyi-in, 2002),cet,ke-3,h.31,
18
Pengawasan Menurut Robert J. Mocker, yang dikutip oleh M. Abdul Muhyi,
Pengawasan atau Monitoring adalah usaha sistematika penetapan
standar pelaksaanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dan standar, menentukan dan
mengukur deviasi-deviasi dan pengambilan tindakan koreksi yang menjamin
bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah digunakan dengan Efektif dan
Efisien.19
3. Macam-macam pengawasan
Macam-macam pengawasan terdiri dari :
a. Pengawasan Internal adalah pengawasan ini dilakukan dalam
Instansi-instansi atau Lembaga-lembaga, biasanya Pengawasan dilakukan oleh
kepala bagian/seksi terhadap kolega-kolega yang ada dibawah
pimpinannya.
b. Pengawasan Eksternal yaitu Pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar,
misalnya oleh kepala Urusan Pegawai yang melakukan pengawasan
terhadap seorang pegawai di salah satu seksi pada suatu Lembaga.
c. Pengawasan Formal yaitu Pengawasan yang dilakukan dengan instansi/
pejabat yang berwewenang dan dapat dilakukan dengan cara intern atau
ekstern.
d. Pengwasan Informal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,
baik secara langsung atau pun tidak langsung misalnya melalui surat
kabar, majalah dan media masa lainnya.20
19
. M.Abdul Muhyi, Pengantar Menejemen Umum , (Jakarta: Diktat Kuliah),h.111 20
Basu Swasta menjelaskan bahwa ada 3 dasar pengawasan, yakni
pengawasan pendahuluan (feedforward), pengawasan yang sedang
dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan (concurrent control), pengawasan
umpan balik (feedback control )
a) Pengawasan pendahuluan (feedforward),
Pengawasan pendahuluan sering disebut streeng control, pengawasan ini
dirancang untuk mengantisipasi standar dan memungkinkan koreksi dibuat
sebelum kegiatan terealisasikan, pengawasan pendekatan ini lebih aktif
dan agresif dengan mendetesi masalah-malsah dan mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan sebelum masalah-masalah terjadi. Pengendalian
ini aktif apabila menejer dapat menemukan informasi yang akurat dan te
pat waktu tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang
perkembangan tujuan.
b) Pengawasan yang sedang berlangsung (concurrent control),
Pengawasan yang sedang berlangsung ini sering disebut dengan “ya-tidak”
scering control atau “ya-teruskan”, dilakukan selama kegiatan tersebut
berlangsung, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin
ketetapan pelaksanaan kegiatan.
c) Pengawasan umpan balik (feedback control)
Pengawasan umpan balik yang sering disebut dengan past action control
mengukur hasil kegiatan yang telah di laksanakan guna mengukur
penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar, dan
4. Langkah-langkah Monitoring
Untuk melakukan pengawasan perlu adanya langkah-langkah
pengawasan, antara lain :
a. Menetapkan standar, yaitu penetapan standar biasanya dilakukan pada
proses perencanaan atau tolak ukur untuk merancang pengawasan, secara
logis hal ini berarti bahwa langkah pertama dalam pengawasan adalah
meyusun rencana.
b. Mengukur kinerja, langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur
atau mengevaluasi kinerja yang telah dicapai terhadap kinerja yang telah
ditentukan.
c. Memperbaiki penyimpangan, proses pengawasan tidak akan lengkap jika
tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.21
Rasyad Saleh mengatakan bahwa Langkah-langkah Monitoring terdiri
dari :
a. Menetapkan standar.
b. Mengadakan pemeriksaan terhadap pelaksanaan tugas yang telah
ditetapkan.
c. Membandingkan pelaksanaan tugas dengan standar.
d. Mengadakan tindakan perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi.22
Lalu Langkah-langkah Pengawasan menurut T.Hani Handoko terdiri
dari empat tahap yaitu :
a. Menetapkan standar pelaksanaan.
b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
21
Mamat R. Irmansyah, ilmu administrasi dan manajemen, h.162 22
c. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan.
d. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu.23
Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan tertentu yang bersifat
fundamental bagi semua pengawasan manajerial, langkah-langkah itu menurut
George Terry yang dikutip oleh Ibrahim Lubis dalam bukunya yang berjudul
Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen yaitu :
a. Menentukan ukuran atau pedoman baku (standar).
b. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan.
c. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman
baku yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi.
d. Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi, sehingga pekerjaan jadi sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.24
5. Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan adalah menemukan kelemahan dan kesalahan
untuk kemudian dikoreksi dan mencegah pengulangan.25
Tujuan pengawasan tersebut adalah :
a. Untuk mengetahui apakah program tersebut berjalan sesuai dengan
rencana atau tidak.
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan
intruksi serta asas-asas yang telah diintruksikan.
23
.T Hani Handoko, Manajemen,(Yogyakarata, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi BPFE UGM) h.363
24
. Ibrahin Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen,h.160 25
c. Untuk mengetahui kesulitan, kelemahan dalam bekerja.
d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan secara efisien.
e. Untuk mencari jalan keluar, bila apabila dijumpai kesulitan, kelemahan
atau kegagalan untuk menuju kearah perbaikan.
Jadi tujuan dari Pengawasan itu adalah untuk membuat segenap
kegiatan Manajemen dinamis dan berhasil secara Efektif dan Efesien.26
Tujuan pengawasan itu tak lain adalah menjamin tercapainya tujuan dari
Organisasi.
Tujuan pengawasan menurut Onong Uchyana bahwa tujuan
pengawasan adalah agar dalam tujuan Organisasi mencapai keselarasan,
keselarasan tujuan (good congruence) yang sempurna tidak dapat dicapai
sepenuhnya, namun paling tidak secara Realistis jangan sampai terjadi konflik
antara tujuan Organisasi dengan tujuan perorangan.27
Berdasarkan beberapa buku mengenai Monitoring dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari Monitoring adalah:
a. Untuk mengindentifikasi terjadinya kesalahan, penyimpangan dan
keberhasilan dalam proses pelaksanaan yang telah direncanakan.
b. Berusaha merealisasikan program-program yang telah direncanakan.
c. Melakukan tindakan Korektif bila mana dibutuhkan atau terjadi
penyimpangan dalam proses pelaksanaan yang telah direncanakan.
26
. ibid, h 96-97 27
B. Peyaluran (Distribusi)
1. Pengertian penyaluran
Distribusi berasal dari Bahasa Inggris yaitu Distribute yang berarti
pembagian atau penyaluran, secara Terminology Distribusi adalah
Penyaluran (pembagian) kepada orang banyak atau beberapa tempat.
Pengertian lain mendefinisikan Distribusi sebagai penyaluran barang
keperluan sehari-hari oleh pemerintah kepada peagawai negeri, penduduk,
dan sebagainya.28
Penyaluran atau Distribusi diartikan sebagai hasil penjualan
persedian kepada pemerintah maupun kepada pasar, namun baik untuk
tujuan melindungi golongan berpenghasilan tetap, maupun untuk
mempengaruhi harga pasar agar tetap berada dibawah harga tetap (barang
yang telah ditentukan).
Distribusi artinya proses yang menunjukan penyaluran barang dari
produsen sampai ketangan konsumen, berkat Distribusi barang dan jasa
dapat sampai ketangan konsumen, dengan demikian kegunaan barang dan
jasa akan lebih miningkat setelah dikonsumsi.
Menurut Philip Kotler dalam bukunya “Manajemen Pemasaran”
mangatakan bahwa Distribusi adalah serangkaian Organisasi yang saling
tergantung, yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa
yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam hal ini Distribusi dapat
28
diartikan sebagai kegiatan (membagikan, mengirimkan) kepada orang atau
beberapa tempat.29
Dengan kata lain Distribusi merupakan aktifitas pemasaran yang
mampu :
a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran
yang dapat merealisasikan kegunaan atau fasilitas bentuk, tempat, dan
kepemilikan.
b. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing chenel flow) secara
fisik dan non fisik.30
2. Macam-macam Penyaluran (Distribusi)
a. Penyaluran dalam Bidang Jasa
Penyaluran ini adalah penyaluran yang langsung kepada pelanggan tanpa
melalui perantara, karena penyaluran jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada
satu kebersamaan.
b. Penyaluran Barang Konsumsi
Penyaluran Barang Konsumsi adalah Penyaluran barang yang langsung
digunakan oleh individu atau anggota masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya yang dibutuhkan oleh konsumen.
c. Penyaluran Kekayaan
Kekayaan adalah merupakan bentuk jama dari kata “maal” dan maal
menurut bahasa Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk menyimpan dan memilikinya.
29
. Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet, ke-3,h.308 30
d. Penyaluran pendapatan
Pendapatan merupakan upaya yang dimiliki pengaruh secara ekonomi,
adapun bentuk dari penyaluran pendapatan adalah :
1) Baitul maal
Baitul maal merupakan kas negara yang di khususkan untuk
pemasukan atau pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin.
Mekanisme pemasukan atau pengeluaran semua ditentukan dari syariat
islam dan tidak mengikuti pendapat manusia
2) Pajak
Pajak pada hakikatnya adalah kewajiban yang dibebankan kepada
kaum muslimin yang memiliki kelebihan harta. Untuk memenuhi
kebutuhan temporer, maka pajak berlaku pada saat kas baitul maal
kosong, dan memang saat mendapat kebutuhan pokok yang sangat
mendesak.
3. Tujuan penyaluran
Ada pun tujuan dari penyaluran adalah sebagai berikut :
a. Membantu prosedur yang kekurangan sumber daya.
Saluran distribusi membantu prosedur yang kekurangan sumber daya
untuk memasarkan secara langsung ke pemakai akhir, untuk
memasarkan dan meyalurkan dibutukan sumber daya untuk
melakukan komunikasi dan hubungan dengan pelanggan.
b. Penjualan langsung tidak memungkinkan.
Dalam beberapa kasus, penjualan langsung yang dilakukan oleh
produsen kepada pemakai akhir tidak memungkinkan karena
Contoh : produk Indomie tidak mungkin menjual hanya
produk-produk mie instan saja, tapi mereka juga akan menjual produk-produk
indomie lainnya.
c. Mengatasi ketidak cocokan produk.
Mengatasi jika tidak terjadi kecocokan produk, dalam hal ini produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan
produsen.31
C. Beasiswa etos
Beasiswa Etos adalah beastudi yang diperuntukkan bagi mahasiswa
berpotensi namun memiliki keterbatasan ekonomi di sebelas perguruan tinggi
negeri (PTN) di Indonesia. Bentuk beasiswa yang diberikan adalah biaya
masuk perguruan tinggi, SPP semester I dan II, akomodasi asrama selama tiga
tahun, uang saku sebesar Rp 400.000,00 – Rp 450.000,00 per bulan selama
tiga tahun, dan pelatihan pengembangan diri (self development training)
1. Dalam hal ini Dompet Dhuafa memiliki sasaran terhadap :
a. Potensi kaum dhuafa yang kurang tersalurkan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
b. Biaya kuliah semakin tidak terjangkau
c. Perlu upaya sistematis untuk membangun mental dan karakter
mahasiswa dari kalangan tidak mampu
2. Visi dari beasiswa etos
a. Memutuskan rantai kemiskinan
31
b. Membentuk generasi mandiri secara ekonomi dan sikap
3. Ketentuan pemberian Beasiswa Etos
a. Biaya masuk perguruan tinggi
b. SPP semester I dan II
c. Uang saku sebesar Rp. 350.000,00 – Rp 400.000,00/bulan (tergantung
wilayah) selama tiga tahun
d. Akomodasi asrama selama tiga tahun
e. Pelatihan pengembangan diri (Self Development Training)
4. Empat domain pembinaan
a. Akademik
b. Agama
c. Pengembangan Diri
27 BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG DPS
DAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
A. Pengertian DPS
1. Sejarah Dewan Pengawas Syariah DPS
Di Indonesia keberadaan Dewan Pengawas Syariah telah ada sejak
berdirinya Bank Muamalah yakni Bank yang pertama beroperasi dengan
sistem atau berdasarkan prinsip Syariah. Di Indonesia sendiri otoritas
masalah keagamaan berada di bawah Majlis Ulama Indonesia MUI, seiring
perkembangan jaman dan perkembangan lembaga keuangan Islam di
Indonesia, maka berkembang pula jumlah Dewan Pengawas Syariah yang
ada. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebingungan dikalangan umat
masyarakat, akibat banyaknya jumlah dan beragamnya Dewan Pengawas
Syariah yang ada. Maka MUI sebagai payung dari Lembaga atau
Organisasi keislaman yang ada di Negara Indonesia menganggap perlu di
bentuknya Dewan Syariah yang bersifat Nasional dan membawahi seluruh
kelembagaan keuangan Islam.32
Pada bulan februari tahun 1999 MUI Majlis Ulama Indonesia telah
membentuk DSN, yang mana lembaga ini beranggotakan dari para ahli
hukum Islam dan para ahli praktis Ekonomi terutama sektor keuangan
baik bank mau pun non bank, dan berfungsi untuk melaksanakan
32
tugas MUI dalam mendorong dan memajukan Ekonomi Islam.33
pembentukan Dewan Pengawas Syariah merupakan aspek normatif
Syariah compliance yang ditunjukan untuk membentuk sistem
Pengawasan yang Komprehensif, melengkapi aspek Pengawasan Teknis
secara langsung atau secara tidak langsung yang dilakukan oleh Bank
Indonesia. Dalam pengangkatan Dewan Pengawas Syariah dibeberapa
Negara yang menetapkan Sistem perbankan Syariah dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan cara Rapat Umum Pemegang Saham
(RPUS), dan pengangkatan Dewan Pengawas Syariah menjadi hak
preogatif Dewan Direksi. Dalam kedua cara penggangkatan Dewan
Pengawas Syariah dengan cara tersebut, tentu saja berpeluang besar untuk
mengurangi tingkat Independensi anggota DPS dalam tugasnya, namun
dalam pengangkatan DPS kemungkinan besar dapat terjadi pemecatan
terhadap mereka yang kritis dan berani mengungkapkan kekurangan atau
penyelewengan yang dilakukan oleh Dewan Direksi.
Keberadaan Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas
Syariah yang dijamin oleh Undang-Undang No 10 tahun 1998, tentang
perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, tentang perbankan masih
harus sangat dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,
hal ini dianggap sangat penting, agar anggota Dewan Pengawas Syariah
yang ditempatkan di suatu Lembaga Keuangan Syariah dapat berkerja
dengan baik dan efektif lagi, sehingga semua Operasional Perusahaan
dapat berjalan secara murni sesuai dengan prinsip Syariah.
33
2. Dewan Pengawas Syariah DPS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dewan adalah Badan yang
terdiri dari beberapa anggota yang mana perkerjaannya menentukan atau
memutuskan sesuatu dengan jalan berunding atau musyawarah.34 Sedangkan
Pengawas adalah orang yang mengawasi jalannya suatu kegiatan yang sedang
dilakukan atau dikerjakan oleh orang lain. Dan Syariah menurut Bahasa
adalah Hukum-hukum Syara mengenai perbuatan (insan) yang berdasarkan
Dalil-dalil yang terperinci yang di peroleh dari Ayat-ayat Al-quran dan Hadits
Nabi Muhammad SAW. 35
Dengan demikian pengertian Dewan Pengawas Syariah DPS secara
keseluruhan yaitu sekelompok anggota atau orang yang berada di dalam satu
Lembaga Islam dan bertugas mengawasi jalannya keuangan atau kegiatan di
dalam Lembaga tersebut, agar dalam proses kerja di Lembaga tersebut tidak
keluar dari Prinsip-prinsip Syariat Islam. Dan dalam arti lain Dewan Pengawas
Syariah adalah suatu Dewan yang di bentuk untuk mengawasi jalannya
keuangan Islam agar di dalam Operasionalnya tidak menyimpang dari
Prinsip-prinsip Muamalah menurut Islam.
Dewan Pengawas Syariah merupakan salah satu bagian yang
terpenting dalam Intitusi Lembaga Keuangan Islam di Indonesia, kedudukan
dan fungsinya secara sederhana hanya diatur dalam salah satu bagian yang
dikeluarkan oleh Majlis Ulama Indonesia yang berkenaan tentang susunan
34
. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),h.28.
35
pengurus DSN (Dewan Syariah Nasional), dengan itu pengertian Dewan
Pengawas Syariah adalah :
a. Badan yang ada di dalam Lembaga Keuangan Syariah dan bertugas
mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di Lembaga Keuangan tersebut.
b. Dewan Pengawas Syariah di angkat dan diberhentikan di Lembaga
Keuangan Syariah melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setelah
mendapatkan Rekomendasi dari DSN.
Dewan Pengawas Syariah beranggung jawab atas Produk dan jasa
yang ditawarkan kepada masyarakat agar sesuai dengan prinsip Syariah.36
3. DPS secara normatif
Para teoritisi perbankan Islam beragumen bahwa perbankan Islam
haruslah didasarkan pada prifil and loss sharing PLS, bukan berdasarkan
Bunga.37 Namun dalam hal ini dalam kenyataannya, dalam praktek Bank-bank
Islam atau Lembaga Islam telah menemukan bahwa perbankan berdasarkan
PLS adalah sulit untuk diterapkan, karena penuh Resiko dan tidak pasti,
problem yang terkait dalam pembiayaan ini mengakibatkan penurunan
bertahap penggunaanya dalam perbankan Islam. Dan mengakibatkan
peningkatan terus menerus menggunakan Mekanisme pembiayaan mirip
Bunga, dalam hal ini untuk menjaga keislaman dalam proses atau Kinerja
Bank tersebut maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah.
Secara normatif, dalam rangka menjamin kesyariahan sebuah Lembaga
Keuangan Syariah, sudah ada ketentuan bahwa setiap Lembaga Keuangan
36
. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional bank syariah, (Jakarta; 2003, Djambatan),cet.2,h.27.
37
Syariah wajib mempunyai Dewan Pengawas Syari’ah (DPS). DPS mempunyai
tugas yang berat dan sangat strategis. Keunikan tugas ini dilihat dari kondisi
bahwa anggota DPS ini harus mampu mengawasi dan tentunya menjamin
bahwa Lembaga Keuangan Syariah sungguh-sungguh dapat berjalan diatas
hukum Syariah, dan tidak menyimpang sedikitpun. Keunikan ini makin
kentara jika kita membandingkan pada institusi keuangan konvensional
dimana tidak terdapat adanya Dewan Pengawas Syariah,. Tugas DPS pastilah
sangat berat, karena memang tidak mudah menjadi lembaga yang harus
mengawasi dan bersifat menjamin operasi sebuah entitas bisnis dalam konteks
yang amat luas. Karena menyangkut urusan-urusan muamalah dimana ruang
interprestasinya sangatlah luas. Kesyariahan sebuah Lembaga Keuangan
Syariah, dalam batas-batas tertentu dapat dikatakan terletak di atas pundak
mereka.
Begitu DPS menyatakan Lembaga yang diawasinya sudah berjalan
berdasarkan Syariah, maka setiap penyimpangan yang terjadi terhadap
kepatuhan Syariah menjadi tanggung jawab mereka, tidak saja di dunia,
namun juga di akhirat kelak. Begitu pula sebaliknya, manakala DPS
menyatakan bahwa terdapat penyimpangan terhadap kepatuhan Syari’ah
Lembaga yang mereka awasi, padahal tidak, maka tingkat kepercayaan
masyarakat pada Lembaga Keuangan Syari’ah tersebut dapatlah hancur. Peran
strategis yang diemban DPS antara lain, adalah sebagai garda terdepan dalam
menjaga kesyari’ahan sebuah Lembaga Keuangan, Ekonomi, publik yang
4. Fungsi Dewan Pengawas Syariah
Fungsi DPS pada Bank Syariah yakni untuk menjaga keislaman
Operasional Bank tersebut. Namun secara umum Fungsi Dewan Pengawas
Syariah, yaitu bertanggung jawan untuk memastikan bahwa :
a. Produk-produk dan jasa perbankan yang ditawarkan kepada para nasabah
harus sesuai dengan Syariah.
b. Berbagai Investasi dan proyek Bank Syariah yang ikut serta di dalamnya
dengan sistem Syariah.
c. Bank Islam itu sendiri harus dikelola dengan sistem Syariah.
Dibeberapa Negara yang menggunakan sistem perbankan Syariah
fungsi DPS terdapat dalam peraturan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Walaupun fungsi dari DPS tidak ada standarisasi diantara Bank Syariah di
dunia. Namun fungsi DPS dapat di katagorikan dalam 3 poin yaitu :
a. Mempersiapkan garis pedoman dan memberikan Nasehat kepada Bank.
b. Memimpin Audit Syariah
c. Membuat keputusan terhadap berbagai masalah yang mempunyai akibat
Hukum Syara.38
5. Tugas dan wewenang DPS
a. Tugas DPS
Tugas DPS pada setiap Lembaga Keuangan mempunyai tugas
sebagai berikut :
38 K.H Ma’ruk Amin
1) Memberikan Nasehat dan saran terhadap Direksi, pimpinan unit usaha
Syariah dan pimpinan kepala kantor cabang Lembaga Keuangan
Syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Syariah.
2) Melakukan Pengawasan baik secara aktif maupun secara pasif,
terutama dalam pelaksaan fatwa DSN serta memberikan Pengarahan
atau Pengawasan atas Produk atau jasa dan kegiatan usaha agar sesuai
dengan prinsip Syariah.
3) Sebagai Mediator antara Lembaga Keuangan Syariah dengan DSN
dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari Lembaga Keuangan Syariah yang memerlukan kajian fatwa
dari DSN.39
Disamping itu Dewan Pengawas Syariah bertugas antara lain untuk
mengkaji dan merumuskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam
untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di Lembaga Keuangan
Islam.
b. Wewenang DPS
Wewenang dewan pengawas syariah adalah :
1) Memberikan pedoman secara gratis besar tentang aspek Syariah dari
Operasional Bank Islam, baik menyerahkan Dana, menyalurkan Dana
maupun kegiatan-kegiatan Bank lainnya.
2) Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk Bank Islam yang telah
atau sedang berjalan. Namun, dinilai pelaksanaannya bertentangan
dengan ketentuan Syariah.40
39
, ibid. 244 40
Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang Dewan Pengawas
Syariah sangat tergantung kepada Independensinya di dalam membuat suatu
keputusan atau penilaian yang dubutuhkan. Dan Independensi tersebut
diharapkan dapat dijamin karena :
a. Mereka bukan staf bank, sehingga tidak tunduk dibawah kekuasaan
administratif.
b. mereka dipilih oleh rapat umum pemegang saham, demikian juga
penentuan tentang Honorariumnya.
c. Dewan Pengawas Syariah mempunyai Sistem Kerja dan tugas-tugas
khusus seperti halnya badan Pengawas lainnya.41
B. Sejarah berdirinya Dompet Dhuafa Republika
1. Sejarah Berdiri Dompet Dhuafa Republika
Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik
masyarakat Indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial
kemanusiaan kaum Dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari
perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal dari
empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan
masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah
manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada
nasib Dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S.
41
Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Pendiri lembaga
independen Dompet Dhuafa Republika.42
Pada tanggal 2 juli 1993 Tanggung jawab sosial (Company social
responbility CSR) tersebut diberi nama Dompet Dhuafa Republika,
momentum ini ditetapkan sebagai hari lahir Dompet Dhuafa Republika.
Dari aspek legal formal, untuk memenuhi ketentuan hukum yang berlaku,
Dompet Dhuafa Republika mendaftarkan diri ke Departemen Sosial RI
sebagai Organisasi yang berbentuk yayasan. Pembentukan yayasan
dilakukan dihadapan notaris H. Abu Yusuf SH pada Tanggal 14
September 1994, diumumkan di dalam berita Negara RI
No.163/A.YAY.HKM/1996/PN JAKSEL.43 dan pada tanggal itu dompet
dhuafa republika diformalkan menjadi lembaga sosial.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelolaan zakat
yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 10 Oktober 2001, Menteri Agama
Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 tahun
2001 tentang pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga
Amil Zakat (LAZ) tingkat Nasional.
Setelah dilembagakan, Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM)
Dompet Dhuafa memiliki kantor tersendiri yang terletak dijalan
Ir.H.Djuanda No.55 A-B Rempoa/Ciputat. Sejak pertama kali
diresmikannya hingga saat ini Lembaga Pelayanan Mansyarakat (LPM)
Dompet Dhuafa telah mengalami tiga periode pergantian kepemimpinan,
42
. Profil Dompet Dhuafa Republika dari http://www.dompetdhuafa.or.id 43
Direktur yang pertama lembaga pelayanan masyarakat (LPM) Dompet
Dhuafa adalah Ahyudin (1993-1998) yang kedua Shonhaji (1998-2003),
dan yang ke tiga adalah bapak Wisnu Salman (2003-2008), dan yang ke
empat adalah bapak ismail A. Said (2008-sekarang)
Seiring berjalannya waktu, Dompet Dhuafa menekuni
kekhidmatannya, sejak awal beroperasi Dompet Dhuafa Republika
mendedikasikan dan mempertanggung jawabkan aktivitas kepada
masyarakat. Pertanggngjawaban diantaranya dilakukan dengan publikasi
perolehan dana dan artikel-artikel pendayagunaan dana melalui harian
Umum Republika. 44 Dan pada tanggal 21 oktober 2004 yang bertepatan
pada bulan suci ramadhan, institut manajeman zakat (IMZ)
menganugrahkan zakat award 2004 kepada dompet dhuafa republika
sebagai bentuk apresiasi atas kinerja lembaga pengelola zakat yang baik.
Dompet dhuafa republika mendapatkan penghargaan dengan kategori
sebagai lembaga pilihan masyarakat (hasil polling sms).
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi (vision)
Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal
melalui sistem yang berkeadilan.
b. Misi (mission)
a). Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian.
b). Melakukan optimalisasi penggalangan sumber daya masyarakat.
44
c). Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan
masyarakat global.
d). Mengembangkan Zakat sebagai alternatif dalam pengentasan
kemiskinan.
e). Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat melalui
ekonomi berkeadilan.45
3. Nilai lembaga dan Strategi utama
a. Nilai lembaga (institution value)
1) Sinergi.
2) Inovatif produktif.
3) Berkelanjutan.
4) Anti eksploitasi.
5) Peduli.
b. Strategi utama (grand strategy)
1) Penguatan kelembagaan.
2) Inovasi.
3) Kemitraan.
4) Aliansi.
5) Transformasi nilai. 46
4. Tujuan dan Prinsip
a. Tujuan dari didirikannya Dompet Dhuafa Republika antara lain sebagai
berikut :
45
. Company Profile Dompet Dhuafa Republika, h.4 46
1) Menjadi word claas organization berbasis ZISWAF (Zakat, Infak,
Sedekah, Wakaf, Voluntari fund)
2) Menjadi Lembaga expert dan Rujukan dalam kebijakan pengentasan
kemiskinan Indonesia.
3) Terbentuknya jaringan klaster mandiri untuk mengentaskan
kemiskinan.
4) Mengembangkan industri dan Usaha yang berbasis redistribusi aset
serta mewujudkan jaringan bisnis yang sehat dan etik.
5) Mendorong volunteerism dan tumbuhnya kepemimpinan masyarakat
sebagai agent of change.
b. Prinsip (principle)
1) Landasan (Moral dan Amanah).
2) Tanggung jawab (ALLAH SWT dan Masyarakat stakeholder).
3) Pendukung (Amil dan masyarakat berkepedulian).
4) Pelaksana (Amil full-time dan Bermasa depan).47
47
5. Struktur Organisasi
Gambar 1: Struktur Organisasi Dompet Dhuafa Republika
Lembaga Dompet Dhuafa memegang posisi strategis dengan tiga peran
yang dimainkan. Pertama, Lembaga berperan sebagai pembuka kran Muzaki.
Kedua, Lembaga berperan sebagai kreator Program-program pemberdayaan.
Ketiga, dengan Program yang dirancang Dompet Dhuafa memberdayakan
Dhuafa.
Dewan Pembina Parni Hadi Eri Sudewo Haidar Bagir S. Sinansari Ecip Houtman Z.Arifin
Dewan Pengawas Kh. Didin Hafidhudin
Rahmad Tiyadi Erry Riyana Hardjapamekasa
Business Director Kusnandar
Finane Director Rini Suprihartanti Dewan Syariah
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma Bobby Herbowo,Lc. Izzudin Abdul Manaf, Lc.
Indonesia Magnificene of Zakat Nana Mentarti
Dari sudut pandang lain Dompet Dhuafa memantapkan diri untuk eksis
sesuai dengan visi dan misinya, dan untuk menyongsong masa depan dan
perkembangan Lembaga, Dompet Dhuafa bergerak sesuai jejaring multi
koridor.
6. Program Dompet Dhuafa
1. Program Sosial
a. Layanan Kesehatan Cuma-cuma
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, Program pendayagunaan Dana Zakat
yang cukup fenomenal. Klinik 24 jam yang tak kalah dengan rumah
sakit ini, tak terasa telah mampu memberikan Layanan Kesehatan
gratis bagi warga miskin. Di Indonesia gedung ini menjadi yang
pertama dan yang terbesar untuk Layanan medis yang dibiayai dari
Dana Zakat, Infak dan Shadaqoh. Hingga saat ini member tetap LKC
hingga 55.000 mustahik (orang miskin).
b. Lembaga Pengembangan Insani.
Lembaga Pengembangan Insani, jejaring yang khusus menangani
bidang pendidikan. Memiliki tiga produk utama, yaitu Makmal
(pelatihan guru), Ekselensia Indonesia ( sekolah menengah bebas
biaya), dan Beastudi Etos (beasiswa untuk mahasiswa).
c. Institut Kemandirian.
Institut Kemandirian melaksanakan dua pelatihan. Pertama, Pelatihan
Kewirausahaan. Kedua, Keterampilan Teknis. Untuk menunjang
berbagai pelatihan tesebut didirikan empat Laboratorium. Yaitu lab
Otomotif, lab Katering, lab Menjahit dan lab Perkayuan. Selain itu
atau Lembaga mitra. Konsultasi bis