PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY
RATIO (DER), RETURN ON ASSET (ROA) DAN FINANCING TO
DEPOSIT RATIO (FDR) TERHADAP RISIKO LIKUIDITAS PADA
BANK SYARIAH DI INDONESIA
Periode 2008-2012
SKRIPSI
Oleh
Nurrahmi Dianingtyas NIM : 109081000100
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nurrahmi Dianingtyas
2. Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 19 Mei 1991
3. Alamat : Srimulyo Barat, RT 02/ I, Karanggeneng, Boyolali,
Jateng 57312
4. Telepon : 08562709905
5. E-mail : rahmi.diiani@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 5 Boyolali Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 1 Boyolali Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah :Maskuntoro
2. Ibu : Widartini
3. Alamat : Srimulyo Barat, RT 02/ I, Karanggeneng, Boyolali,
Jateng 57312
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
vii
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. 2012 Leader
Korean Youth Volunteer Programme (KYVP)
3. 2010-2011 Anggota Lab. Pasar Modal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
JAkarta
4. 2010-2011 Staff Bidang Data dan Informasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
viii
EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON ASSETS (ROA), AND FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR)
AGAINTS LIQUIDITY RISK IN ISLAMIC BANK IN INDONESIA
PERIOD OF 2008-2012
Nurrahmi Dianingtyas
Abstract
This study aimed to analyze the effect of capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), and financing to deposit ratio (FDR) of the liquidity risk in Islamic banks in Indonesia. The research was conducted during the period 2008-2012 using quarterly data of Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah. Multiple regression was used to analyze the effect of independent variables on the dependent variable. The test result at 95% confidence level, indicating that the CAR, ROA and FDR have positive effect, while DER negatively affect the liquidity risk. DER has a negative impact on Islamic banks because there are unique term in it. Islamic bank have fund resources with no cost, so that the greater the debt-to-equity ratio, the higher the level of liquidity of Islamic banks and without worried of having increasing cost of capital and the risk of liquidity shortages.
ix
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN IN ASSET (ROA), DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR)
TERHADAP RISIKO LIKUIDITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE TAHUN 2008-2012 Nurrahmi Dianingtyas
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), dan financing to deposit ratio (FDR) terhadap risiko likuiditas pada bank umum syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama periode tahun 2008-2012 menggunakan data triwulanan pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian pada tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa CAR, ROA, dan FDR berpengaruh positif, sedangkan DER berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas. DER memiliki pengaruh negatif karena pada bank syariah terdapat sumber dana yang tidak berbiaya, sehingga semakin besar rasio utang terhadap ekuitas bank syariah maka semakin tinggi tingkat likuiditasnya tanpa harus meningkatkan biaya modal dan risiko kekurangan likuiditas.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Sang penguasa alam dan seisinya. Atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah memberikan penerangan kepada semua umat manusia.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON ASSET (ROA), DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (DER) TERHADAP RISIKO LIKUIDITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA” (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2008-2012), disusun sebagai tugas akhir yang dilakukan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak pihak yang telah membantu guna terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis, papa (Maskuntoro) dan ibu (Widartini). Untuk segenap cinta kasih, doa, dan dukungan yang selalu tercurah kepada penulis. Terimakasih untuk semua bantuan moril maupun materiil yang selalu diberikan dengan penuh keikhlasan. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dan kenikmatan rohani serta kesehatan jasmani.
2. Seluruh keluarga besar. Terutama kakakku Awaluddien Indra Waskita, S.P dan Corry Angelia, S.T., MT terimakasih untuk bantuannya, ilmu, dan pengalaman kalian. Semoga Allah SWT berkati keluarga kecil kalian.
xi
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni., MM selaku dosen pembimbing pertama. Terimakasih atas kesediaan dan waktunya dalam membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM selaku dosen pembimbing kedua. Terimakasih untuk semua bantuan, waktu, ilmu, dan semua saran serta pengalaman yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ahmad Dumyathi Bashori, BA., MA selaku Ketua Jurusan Manajemen beserta jajarannya.
7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terimakasih untuk semua jasa dan ilmunya selama ini.
8. Teman – teman manajemen C 2009. Gita, Ami, Tya, Aci, Rizor, Iam, Ibnu, David, Dina, Hilal, dan teman- teman yang lain. semoga selalu terjaga kebersamaannya.Terimakasih untuk semua semangatnya.
9. Ageng Satria Anugrah, terimakasih untuk semua yang membahagiakan, ilmu, bantuan, semangat, kesabaran. Semoga Allah memudahkan semua langkahmu.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Segala masukan, kritik, dan saran yang membangun selalu penulis harapkan guna kesempurnaan karya–karya selanjutnya.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca sekalian.
Jakarta, Juni 2013
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
C. TujuandanManfaatPenelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Studi Pustaka ... 12
1. Manajemen Risiko dalam Perbankan ... 12
2. Risiko Likuiditas ... 16
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)... 19
4. Debt to equity Ratio (DER) ... 20
5. Return on Assets (ROA) ... 21
6. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 22
B. Keterkaitan Antar Variabel ... 23
1. Pengaruh CAR terhadap Risiko Likuiditas ... 23
2. Pengaruh DER terhadap Risiko Likuiditas ... 24
xiii
4. Pengaruh FDR terhadap Risiko Likuiditas ... 25
C. Penelitian Terdahulu ... 25
D. Kerangka Pemikiran ... 29
E. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Ruang LingkupPenelitian ... 32
B. Metode Penentuan Sampel ... 33
c. Uji Heteroskedastisitas………. 71
d. Uji multikolinieritas………. 72
3. Analisis Model Regresi berganda……… 73
4. Hasil Uji Hipotesis……… 74
xiv
b. Uji t……….. 76
5. Koefisien Determinasi………. 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan Bank Syariah Dunia ... 2
1.2 Jumlah rekening BUS dan UUS di Indonesia ... 6
2.1 Ringkasan Penelitian terdahulu ... 25
3.1 Kriteria Penentuan Sampel ... 33
3.2 Daftar Sampel Penelitian.. ... 33
3.3 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ... 37
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 43
4.1 Nilai Risiko Likuiditas Bank Sampel ... 55
4.2 Nilai CAR Bank Sampel ... 58
4.3 Nilai DER Bank Sampel ... 61
4.4 Nilai ROA Bank Sampel ... 63
4.5 Nilai FDR Bank Sampel ... 65
4.6 Hasil Uji Autokorelasi………. ... 69
4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode First Difference ... 69
4.8 Uji Glejser………... ... 71
4.9 Uji Multikolinieritas…… ... 72
4.10 Hasil Regresi……… ... 73
4.11 Hasil Uji F………... 75
4.12 Hasil Uji t……… 76
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia... ... 2
1.2 Jumlah Aset, DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia... 6
2.1 Kerangka Pemikiran…. ... 30
4.1 Histogram Uji Normalitas... ... 68
4.2 P-Plot Uji Normalitas... ... 68
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian ... 88
Lampiran 2 Nilai Risiko Likuiditas Bank Sampel ... 88
Lampiran 3 Nilai CAR Bank Sampel ... 89
Lampiran 4 Nilai DER Bank Sampel... 90
Lampiran 5 Nilai ROA Bank Sampel ... 91
Lampiran 6 Nilai FDR Bank Sampel ... 92
Lampiran 7 Hasil Output Regresi Berganda 1 ... 93
Lampiran 8 Hasil Output Regresi berganda 2 ... 95
Pengobatan Autokorelasi dengan Metode First Difference Lampiran 9 Hasil Uji Glejser ... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama krisis keuangan global tahun 2007, sejumlah bank konvensional
komersil dan beberapa institusi keuangan di dunia mengalami kerugian yang
masiv pada aset jenis hipotek dan sekuritas berbasis hipotek (mortgages).
Terjadi bailout besar-besaran terhadap bank komersial di seluruh dunia oleh
pemerintahnya masing–masing. Kekhawatiran terhadap penurunan solvabilitas
bank, ketersediaan kredit dan rusaknya kepercayaan investor mempengaruhi
pasar saham. Lebih lanjut lagi, hal ini mempengaruhi output dan peningkatan
pengangguran (Reinhart dan Rogoff, 2009:2). Padahal, sistem perbankan yang
sehat yang mempertahankan fungsinya dalam mengalirkan kredit ke sektor
swasta adalah tujuan utama dari seluruh pembuat kebijakan dan para regulator
perbankan di seluruh dunia (Levine dan Zervos, 1998:2). Jika membandingkan
kinerja perbankan Islam dengan perbankan konvensional secara global, maka
akan terlihat bahwa kinerja perbankan Islam lebih baik daripada perbankan
konvensional mengingat kerugian besar yang ditanggung oleh perbankan
konvensional di Eropa dan Amerika Serikat akibat krisis (Hasan dan Dridi,
2010:6).
Kontras dengan bank konvensional, bank syariah merupakan salah satu
segmen jasa keuangan global dengan pertumbuhan tercepat dengan
pertumbuhan rata-rata 10 persen per tahun (Pappas, et al. 2012:2). Berdasarkan
2
pada akhir 2008 menjadi 1.041 triliun dolar AS pada akhir 2009 Perbankan
Islam juga mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dibanding bank
konvensional setelah krisis 2008 (Hasan dan Dridi, 2010:6). Di Indonesia
sendiri, industri perbankan syariah secara umum terus berkembang selama
tahun 2011, bahkan pertumbuhan y-o-y tertinggi selama tiga tahun terakhir
terjadi dibulan Oktober 2011 yaitu mencapai 48,10% (Outlook perbankan
syariah 2012:2)
Tabel 1.1
Pertumbuhan Bank Syariah Dunia
(Sumber : Central banks and Islamic banks annual repoort, dalam Hasan dan Dridi,2010)
Gambar 1.1
Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia
3
Secara umum bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara keuangan (financial intermediary). Kegiatan pokok industri
perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang kelebihan
dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat yang
memerlukan dana. Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu
mekanisme yang dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara.
Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya dana yang disebut
Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana
kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana
yang disebut dengan Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih
antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana dengan bunga yang
diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan mendapatkan selisih
pendapatan bunga (Net Interest Margin) (Anwar, 2010).
Berdasarkan kegiatan bank, mulai dari pengumpulan dana sebagai sumber
likuiditas, hingga penyaluran dana pada aktiva produktif dan berbagai kegiatan
jasa yang ditawarkan bank, menjadikan perbankan sebagai industri yang sarat
dengan risiko. Namun krisis perbankan 1997-1998 dan 2008 membuat bank
menjadi risk-phobia. Perbankan cenderung bermain aman untuk
mengalokasikan aktiva produktif pada instrumen-instrumen bebas risiko.
Walaupun secara neraca bank per bank terdapat perolehan laba yang
meyakinkan, sebenarnya situasi tersebut secara makro justru telah
4
dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Akan tetapi yang paling fatal
adalah dana masyarakat yang diserap perbankan tidak mengalir kembali ke
masyarakat untuk membiayai berbagai kegiatan usaha yang produktif,
melainkan hanya mengendap pada rekening-rekening pemerintah. Perlu adanya
cara pandang yang baru terhadap risiko perbankan. Risiko pada industri
perbankan harus dikelola dengan penerapan manajemen risiko, namun pada sisi
lain perbankan juga perlu didorong untuk mengembalikan dana masyarakat
yang telah diserap melalui peningkatan jumlah kredit kepada dunia usaha,
maupun investasi langsung pada dunia usaha (bukan investasi portofolio saham
pada bursa efek) (Idroes, 2010:xi).
Sejumlah risiko yang melekat pada bisnis perbankan antara lain adalah :
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Krisis
keuangan global yang dipicu oleh subprime mortgage menjadikan risiko
likuiditas menjadi isu terpenting dalam otoritas perbankan. Krisis yang berawal
pada kuartal III tahun 2007 ini menjadi salah satu dari krisis yang terparah
dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan dampak kerugian bagi lembaga
keuangan, serta perekonomian global (Consultative Paper BI, 2009:2). Krisis
keuangan global menekankan bahwa risiko likuiditas dapat berkembang
dengan cepat dengan menghilangnya sumber dana dan munimbulkan
kekhawatiran tentang nilai aset dan kecukupan modal. Secara umum, bukti
empirirs menunjukkan bahwa bank-bank dengan likuiditas yang cukup dapat
memenuhi kewajiban pembayarannya sementara bank-bank dengan likuiditas
5
Manajemen risiko likuiditas pada bank syariah sama pentingnya seperti
pada bank konvensional. Namun, dibandingkan dengan bank konvensional,
pengelolaan likuiditas pada bank syariah sangat unik dan lebih menantang
dikarenakan fakta bahwa kebanyakan instrumen yang digunakan untuk
mengelola likuiditas adalah berbasis bunga atau riba, dimana hal tersebut tidak
sesuai dengan hukum syariah. Sebagai tambahan, rasionalisasi nasabah bank
dalam arti konvensional dalam masalah profit berlaku dalam setiap transaksi
dapat menyebabkan penarikan dana pada bank konvensional ketika tingkat
bunga di bank konvensional lebih tinggi. Bank Syariah juga mungkin
mengalami mismatch likuiditas yang parah ketika suku bunga berubah karena
perubahan kondisis ekonomi (Ariffin, 2012:68).
Namun, risiko likuiditas yang dihadapi oleh bank syariah saat ini terlihat
lebih rendah, hal ini karena bank syariah menghadapi kelebihan likuiditas
sebagai akibat dari tidak tersediaanya instrumen yang sesuai dengan syariah.
Seperti pada kondisi perbankan syariah di Indonesia, jumlah pembiayaan
secara umum selalu lebih rendah dibanding aset dan dana pihak ketiga yang
dimiliki. Namun, banyak hal yang dapat meningkatkan risiko likuiditas dimasa
mendatang. Pertama, masih tingginya rekening giro yang dapat ditarik setiap
saat. Kedua, adanya batasan fikih dalam jual-beli utang, yang merupakan
bagian utama dari aset. Ketiga, karena lambatnya pengembangan instrumen
keuangan syariah, yang menyebabkan bank syariah tidak mampu
meningkatkan dananya dengan cepat. Meskipun demikian sampai sejauh ini
6
Kondisi ini pun terjadi di Indonesia, jumlah pembiayaan yang diberikan lebih
rendah dibanding dana pihak ketiga yang dimiliki bank syariah. Begitu pula
dengan strutur dana pihak ketiga yang lebih banyak dalam bentuk simpanan
jangka pendek yaitu tabungan dan giro.
Gambar 1.2
Jumlah Aset, DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah)
Tabel 1.2
Jumlah Rekening Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
7
Risiko likuiditas timbul ketika terjadi penurunan yang tidak diharapkan
pada arus kas bersih (net cash flow) dan bank tidak mampu untuk
meningkatkan sumber dananya dengan biaya yang rasional, baik dengan cara
menjual aset atau dengan meminjam dana melalui penerbitan instrumen
keuangan yang baru. Hal ini bisa menyebabkan bank tidak mampu lagi untuk
memenuhi kewajibannya dan atau membiayai bisnis yang profitable. Oleh
karena itu, peran manajemen likuiditas adalah sangat penting bagi bank untuk
menghindari masalah yang lebih serius (Chapra, 2000:71). Karena pentingnya
aspek risiko likuiditas, beberapa penelitian terdahulu pernah dilakukan untuk
mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi risiko likuiditas. Beberapa
diantaranya sangat menarik dan berguna untuk penelitian yang akan
dilakukan saat ini.
Naveed Ahmed, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Risk
Management Practices and Islamic Banks: An Empirical Investigation from
Pakistan pada 6 bank syariah di Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Size of the Banks, Capital Adequacy Ratio (CAR),
Debt to Equity Ratio (DER), Non Performing Loans (NPL), dan manajemen
aset. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel size of the banks
dan manajemen aset berpengaruh positif signifikan, serta variabel CAR dan
DER berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko likuiditas. Sedangkan
8
M. Farhan Akhtar, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul
Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and
Islamic Banks of Pakistan pada 6 bank konvensional dan 6 bank syariah di
Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Size
of the firm, Networking capital, Return on Equity (ROE), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return on Assets (ROA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa hubungan antara size dan networking capital terhadap net asset dan
liquidity risk positif tetapi tidak signifikan pada bank konvensional dan syariah.
Namun CAR di bank konvensional, dan ROA di bank syariah memiliki
pengaruh positif dan signifikan.
Naveed Ahmed, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Liquidity
Risk and Islamic Banks: Evidence from Pakistan pada 6 bank syariah di
Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Leverage, Tangibility, Age, Size, dan Profitability. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa hubungan antara Leverage dan age adalah positif dan
signifikan terhadap risiko likuiditas pada tingkat signifikansi sebesar 5%.
Sedangkan tangibility mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
risiko likuiditas pada tingkat signifikansi 1%. Variabel size dan profitabilitas
tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap risiko likuiditas.
Rifki Ismal (2008) melakukan penelitian kepada 3 bank umum syariah
nasional untuk mengukur praktek manajemen risiko likuiditas dengan membuat
indeks manajemen risiko likuiditas. indeks tersebut mencakup sisi asset dan
9
yang mereka lakukan. Hasil analisa indeks ini menunjukkan kriteria ”baik”
analisa indeks per komponen memberikan gambaran yang beragam.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat
bahwa perkembangan bank syariah mengalami pertumbuhan yang pesat dan
diprediksi mampu menjadi sistem alternatif dalam dunia perbankan. Namun,
penelitian mengenai bank syariah khususnya yang terkait dengan risiko
likuiditas dalam bank syariah yang dilakukan di Indonesia dirasa masih
terbatas. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian yang diberi judul :
“Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt To Equity Ratio
(DER), Return On Assets (ROA), dan Financing to deposit Ratio (FDR)
Terhadap Risiko Likuiditas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”
Terdapat perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan tersebut terletak pada objek penelitian yang digunakan sebagai
variabel, sampel, dan periode penelitian. Metode analisis dalam penelitian ini
menggunakan data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara
data runtut waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh
karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu terdiri
atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011:2.5).
Metode regresi digunakan untuk menganalisis subyek penelitian. Sampel
dalam penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah di Indonesia. Dengan
periode penelitian yang dimulai dari tahun 2008-2012. Periode tersebut dipilih
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan diatas dapat diketahui
bahwa risiko likuiditas menjadi risiko yang penting dalam menganalisis
kesehatan dalam bank syariah, dari permasalahan tersebut sehingga dapat
diturunkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Risiko
Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Debt to equity Ratio (DER) terhadap Risiko Likuiditas
Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Risiko Likuiditas
Bank Umum Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh Financing to deposit Ratio (FDR) terhadap Risiko
Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. TujuanPenelitian
Atas dasar permasalahan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
a. Menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia.
b. Menganalisis pengaruh Debt to equity Ratio (DER) terhadap
Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia.
c. Menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Risiko
11
d. Menganalisis pengaruh Financing to deposit Ratio (FDR) terhadap
Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Bank Umum Syariah di Indonesia
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko likuiditas yang akan dihadapi dalam
perkembangan perusahaan kedepannya. Sehingga bank umum syariah
di Indonesia dapat lebih berhati-hati dan waspada dalam mengelola
dana yang dimiliki dan berhati-hati dalam menyalurkan dana ke
masyarakat.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai
kemungkinan terjadinya risiko likuiditas dalam perusahaan perbankan,
dimana likuiditas tersebut mengacu kepada kemampuan bank untuk
memenuhi penarikan deposito, pembayaran pinjaman jatuh tempo,
dan kewajiban-kewajiban lainnya tanpa mengalami kemunduran.
Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan untuk pembanding
hasil riset maupun sebagai acuan penelitian berikutnya.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Pustaka
1. Manajemen risiko dalam perbankan
a. Pengertian risiko
Risiko bisa dikategorikan sebagai bahaya dan peluang. (Idroes,
2011:4)
1) Risiko sebagai bahaya : risiko adalah ancaman atau kemungkinan
suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang
berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Risiko sebagai peluang : risiko adalah sisi yang berlawanan dari
peluang untuk mencapai tujuan.
Kata kunci dari penjelasan diatas adalah tujuan dan dampak atau
sisi yang berlawanan. Dalam definisi lain disebutkan bahwa risiko
adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (Event)
tertentu. (PBI No 13/23/PBI/2011, Bank Indonesia:3)
b. Jenis – jenis risiko pada perbankan
Pada dasarnya jenis-jenis risiko yang dihadapi dalam dunia
perbankan dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu risiko finansial
dan risiko nonfinansial. Risiko finasnsial terkait dengan kerugian
langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat event yang terjadi.
Pada sisi lain, risiko nonfinansial terkait kepada kerugian yang tidak
13 pada gilirannya risiko nonfinansial berpotensi untuk menimbulkan
kerugian finansial. (Idroes, 2011:22)
Dalam Peraturan Bank Indonesia No 13/23/PBI/2011 tentang
penerapan manajemen risiko pada bank umum syariah dan unit usaha
syariah, jenis – jenis risiko dalam perbankan syariah dikelompokkan
sebagai berikut :
1) Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai
dengan perjanjian yang disepakati.
2) Risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko
berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan.
3) Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang
dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
14 4) Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan
oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian – kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional
bank.
5) Risiko hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis.
6) Risiko stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7) Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
8) Risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
15 9) Risiko imbal hasil
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.
10)Risiko investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat
bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai
dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.
c. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode dan sistematik
dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi,
serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada
setiap aktivitas atau proses. (Idroes, 2011:5). Menurut Peraturan Bank
Indonesia No 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko pada
bank umum syariah dan unit usaha syariah, manajemen risiko
didefinisikan sebagai serangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.
16 2. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak
mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dapat
dikategorikan sebagai berikut.
a. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak
mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena
kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar
(market disruption)
b. Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank
tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber
dana lain.
Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional pembiayaan
(penyediaan dana), treasuri dan investasi, kegiatan dan pendanaan utang.
Pengelolaan likuiditas ini sangat penting karena kekurangan likuiditas
dapat mengganggu bukan hanya internal Bank tersebut namun sistem
perbankan secara keseluruhan (Rivai dan Arifin, 2010: 984).
Risiko likuiditas yang berkaitan dengan sumber dana bank terutama
adalah adanya kemungkinan deposan atau debitur menarik dananya dari
bank. Risiko penarikan dana tersebut berbeda antara masing – masing jenis
sumber dana (Siamat, 2001:113). Risiko likuiditas merupakan risiko
terbesar karena likuiditas merupakan ’darah’ bagi bank. Meskipun suatu
bank masih dapat membayar seluruh hutangnya (solvabel), tetapi
17 kegagalan bank, karena penyimpan akan melakukan rush kepada bank itu
(Sukarman, 2007:57)
Menurut Khan, et al (2001:155) risiko likuiditas adalah variasi
pendapatan bersih dalam sebuah bank karena ketidakmampuan bank untuk
meningkatkan modal dengan biaya yang wajar, baik dengan pendapatan dari
menjual asetnya di tempat (kesulitan likuiditas aset) atau dengan pinjaman
dengan menerbitkan Instrumen keuangan baru (masalah likuiditas
pendanaan). Semua risiko lainnya akan berujung pada likuiditas bank
sebelum membawa masalah ke bank. Secara operasional, bank gagal ketika
arus kas dari pembayaran kredit, penjualan aset di tempat dan mobilisasi
dana tambahannya gagal, penarikan deposito, biaya operasi, dan pertemuan
utang kewajiban.
Menurut laporan tahunan Bank BCA tahun 2011, risiko likuiditas
merupakan risiko yang mungkin dihadapi bank karena tidak dapat
memenuhi kewajibannya kepada deposan, investor, dan kreditur, yang
disebabkan oleh keterbatasan pendanaan atau ketidakmampuan bank untuk
melikuidasi aset pada harga wajar. Untuk mengelola likuiditas, selain
menjaga primary reserves, juga menjaga secondary reserves, dan membuat
proyeksi arus kas yang terinci dalam mata uang USD dan Rupiah.
Sedangkan menurut surat edaran Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011,
risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
18 dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
Manajemen risiko likuiditas di bank didefinisikan sebagai risiko
ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah
penyimpan dana atau kenaikan dana dalam aset saat jatuh tempo tanpa
menimbulkan biaya yang tidak dapat diterima atau kerugian (Ismail,
2010:230). Risiko ini terjadi ketika deposan kolektif memutuskan untuk
menarik dana lebih dari bank (Hubbard, 2002:323), atau ketika peminjam
gagal memenuhi kewajiban keuangan mereka ke bank. Dengan kata lain,
risiko likuiditas terjadi dalam dua kasus.
Risiko likuiditas ini merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh
bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi
permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu
waktu. Masalah yang mungkin timbul disini adalah bank – bank tidak dapat
mengetahui dengan tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan
dibutuhkan atau akan ditarik oleh nasabah. Oleh karena itu memperkirakan
kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks. Bank harus
memperkirakan kebutuhan likuiditas dan mencari cara bagaimana
memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Kebutuhan
likuiditas bank bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, kebutuhan
penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib dan kedua,
untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah
19 Dalam penelitian ini risiko likuiditas diukur menggunakan rasio
permodalan bank. Yaitu modal dibagi total aset. Modal dalam perbankan
terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Siamat, 2001:105). Dimana di
dalam modal pelengkap masih terdapat risiko tersendiri seperti misalnya
modal pinjaman yang memiliki jatuh tempo. Sehingga peningkatan modal
juga akan meningkatkan risiko.
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CARmerupakan rasio antara modalsendiri terhadap Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR). CAR merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menampungrisiko kerugian dana yang diakibatkan
oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkansejauh mana penurunan Asset
Bank masih dapat ditutup oleh Equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR
semakin baik kondisi sebuah bank (Nusantara, 2009:14).
MenurutMakiyan (2010), kecukupan modal diukur berdasarkan volume
aset berisiko. Pada prinsipnya, sebagian besar aset bank syariah harus
terbuat dari mode Profit and Loss Sharing (PLS), yang sebagian besar tidak
terkolerasi. Aset ini mempunyai risiko lebih daripada yang terbuat dari
non-PLS mode yang pada prinsipnya dijamin. Dengan demikian, rasio aset
berisiko terhadap total aktiva biasanya harus lebih tinggi dalam kerangka
Islam daripada di bank konvensional. Norma kecukupan modal dalam
kerangka Islam karena itu harus lebih ditekankan. Perlu dicatat bahwa
20 Islam. Data Agregat menunjukkan bahwa Mudarabah dan Musharakah aset
mencapai sekitar 25 persen dari operasi bank Islam di sisi aset. Mayoritas
dari sisi aset bank syariah terdiri dari non-PLS mode, terutama mark-up
transaksi. Dengan demikian, cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa
penilaian kecukupan modal untuk bank-bank Islam harus didasarkan tidak
hanya pada evaluasi menyeluruh dari tingkat risiko masing-masing
portofolio bank, tetapi juga penilaian terhadap campuran PLS dan non-PLS
aset .
CAR merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus
dimiliki oleh bank. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia mengacu pada
ketentuan standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for
International Settlement (BIS) (Riyadi, 2006:161). Secara matematis CAR
dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =
Dimana modal sendiri adalah Modal inti ditambah modal pelengkap. Dan
ATMR merupakan Neraca aktiva ditambah neraca administrasi.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
Rivai dan Arifin (2010:578) menjelaskan, pada industri perbankan,
sumber dana yang terbesar berasal dari dana masyarakat disamping sumber
dana lainnya yang berasal dari pinjaman modal sendiri. Sumber dana pihak
21 sumber tradisional. Sedangkan pinjaman melalui pasar uang dengan
menerbitkan instrumen utang disebut sumber nontradisional.
Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total
debt (hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Rasio
Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
DER =
5. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh dan mengelola profitabilitas efisiensi bisnis bank secara
keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa tingkatan
profitabilitas bank lebih baik atau lebih sehat (Mahrinasari, 2003:22).
Sementara itu menurut Bank Indonesia, ROA adalah rasio keuntungan
sebelum pajak terhadap total aset selama periode tertentu. Rasio ini bisa
digunakan untuk mengukur kesehatan bank. Rasio ini sangat penting,
mengingat bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah aset mungkin
merefleksikan tingkat efisiensi bisnis sebuah bank. Dalam framework
penilaian kesehatan bank, bank sentral akan memberi nilai maksimum 100
(sehat), jika bank memiliki ROA lebih besar dari 1,5% (Hasibuan,
2005).Semakin besar ROA sebuah bank, semakin tinggi tingkat profit yang
dihasilkan oleh bank. Dan semakin baik posisi bank dalam penggunaan aset
22 Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur risiko
likuiditas perbankan karena Return on Asset (ROA) adalah ukuran
akuntansi bank yang paling komprehensif. Return on Asset (ROA) sebagai
indikator efisiensi bank dan ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan
sewa/keuntungan dari seluruh operasinya (Goudreau, 1992 :5).
Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap rata – rata total aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank. Berdasarkan
ketentuanbank Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.
9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut (Almilia,
2005:14):
ROA =
6. Financing to Deposit Ratio
Financing to deposit ratio (FDR)atau loan to deposit ratio
adalahpembiayaanterhadapdanapihakketiga yang diterimaoleh bank. FDR
digunakanuntuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum (Kamus
Bank Indonesia).Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana
pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Menggambarkan
kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah
23 likuiditasnya. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi
likuiditas suatu bank (Siamat, 2001:160).
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh CAR terhadap Risiko Likuiditas
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kecukupan modal untuk menunjang kepemilikan aset bank yang
mengandung atau yang menghasilkan risiko. CAR merupakan rasio untuk
membuktikan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk investasi
bisnis dan mengakomodir risiko operasional yang dihadapi bank. Semakin
besar rasio CAR ini, maka artinya bank memiliki modal yang cukup yang
bisa digunakan sebagai dana likuid (Kurnia, 2012:44). Namun dalam
permodalan Bank terdiri dari dua sumber, yaitu modal inti dan modal
pelengkap, dimana modal pelengkap merupakan modal yang berisiko
(misalnya modal pinjaman yang memiliki waktu jatuh tempo). Sehingga
peningkatan modal disatu sisi akan meningkatkan risiko pada bank itu
sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar (2011)
yang menemukan CAR berpengaruh positif terhadap risiko likuiditas.
24 2. Pengaruh DER terhadap Risiko Likuiditas
Debt ratio, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi. Rasio ini juga
menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau
kreditor (Rodoni, Ali, 2010:27). Rasio yang tinggi berarti perusahaan
menggunakan financial laverage yang tinggi. Risiko perusahaan dengan
financial laverage yang tinggi akan semakin tinggi pula (Hanafi dan Halim,
2009:81).
3. Pengaruh ROA terhadap Risiko Likuiditas
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan. Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik (Dendawijaya, 2003:120).
Tujuan dalam manajemen dana adalah untuk memperoleh profit yang
optimal. Hal itu bisa direalisasi dengan memberikan pembiayaan yang
sebesar-besarnya. Namun di sisi lain bank harus menyediakan dana kas
untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar.
Dengan banyaknya pemberian pembiayaan maka risiko likuiditas akan
meningkat, dikarenakan kemungkinan nasabah akan gagal bayar
(Muhammad, 2005:48).
25 Rivai dan Arifin (2010) menjelaskan, bahwa semakin tinggi FDR suatu
bank, berarti bank semakin tidak likuid, sehingga semakin tinggi pula risiko
bank tidak dapat memenuhi kewajiban tepat pada waktunya atau hanya
dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat atau dengan kata lain
semakin tinggi pula risiko likuiditasnya.
C. PenelitianTerdahulu
Abdullah (2003), melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara
kinerja terhadap risiko pada industri bank komersial di Arab Saudi. Indikator
yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah earning per share, dividend
payout ratio, loans to deposit ratio, equity to total deposits, return on asset dan
loan loss reserve. Pengaruh indikator kinerja bank terhadap risiko diuji
menggunakan OLS dan korelasi Spearman’s Rank. Penelitian tersebut
menemukan bahwa earning per share dan return on asset (net income to total
asset) berpengaruh signifikan.
Menurut Naveed Ahmed, et al (2011) berdasarkan pembahasan atas
pengujian hipotesis mengenai Risk Management Practices and Islamic Banks :
An Empirical Investigation from Pakistan dapat disimpulkan bahwa ukuran
bank (size of the bank) mempunyai hubungan yang positif, dan signifikan
dengan risiko likuiditas. Hubungan antara Debt Equity Ratio (DER) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah signifikan, dan berhubungan negative
dengan risiko likuiditas. Asset Utilization Ratio terbukti mempunyai hubungan
26 dari rasio NPLs dengan risiko likuiditas adalah negatif, dan tidak signifikan.
Dari hasil regresi, penelitian ini menerima hipotesis bahwa terdapat hubungan
antara Size of The Banks, Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt Equity Ratio
(DER), dan Manajemen Aset dengan risiko likuiditas. Dan tidak terjadi
hubungan antara rasio NPL terhadap risiko likuiditas..
M. Farhan Akhtar, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul
Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and
Islamic Banks of Pakistan pada 6 bank konvensional dan 6 bank syariah di
Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Size
of the firm, Networking capital, Return on Equity (ROE), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return on Assets (ROA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa hubungan antara size dan networking capital terhadap net asset dan
liquidity risk positif tetapi tidak signifikan pada bank konvensional dan syariah.
Namun CAR di bank konvensional, dan ROA di bank syariah memiliki
pengaruh positif dan signifikan.
Menurut Vido Niangga (2012) berdasarkan hasil pembahasan atas
pengujian hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
Likuiditas Bank di Indonesia dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang positif, dan signifikan antara Size of the Firm, Networking capital, dan
Return on Assets (ROA) dengan risiko likuiditas. Dan tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara Return on Equity (ROE), dan Capital Adequacy Ratio
27 Menurut Ahmed Naveed, et al (2011) berdasarkan hasil pembahasan atas
pengujian mengenai Liquidity Risk and Islamic Banks: Evidence from Pakistan
dapatdisimpulkanbahwa variable Leverage, dan Age berpengaruh signifikan
terhadap risiko likuiditas. Sedangkan variabel tangibility, size of the banks, dan
profitabilitas tidak terdapat pengaruh terhadap risiko likuiditas pada bank
syariah.
Menurut Asdini Andi (2012) berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian
hipotesis mengenai pengaruh LDR, NPL, CAR terhadap risiko likuiditas pada
Bank Pembangunan Daerah (BPD) se Indonesia dapat disimpulkan bahwa
variabel LDR, dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko
likuiditas. Sedangkan variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap
risiko likuiditas.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul
Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
29 (lanjutan tabel 2.1)
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan telaah pustaka dan hasil dari penelitian terdahulu diduga
bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on
Asset (ROA), dan Financing to Deposits Ratio (FDR) berpengaruh terhadap
risiko likuiditas bank syariah secara masing – masing, dan bersama – sama.
30 Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
E. Hipotesis
Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut :
31 Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap risiko likuiditas secara
simultan.
H2 :Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap risiko
likuiditas.
H3 :Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap risiko
likuiditas.
H4 :Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap risiko
likuiditas.
H5 :Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RuangLingkupPenelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan regresional.
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dengan cara
menganalisis dan menafsirkan variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan
penelitian regresional dimaksudkan untuk menghubungkan serta mengukur
pengaruh variabel independen, yaitu : Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt
to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap variabel dependen risiko likuiditas Bank Syariah.
Objek yang diteliti adalah Bank Umum Syariah yang terdaftar dalam
daftar Bank Indonesia, yang memiliki laporan keuangan periode 2008 – 2012.
Periode pengamatan 2008-2012 dipilih karena pada periode tersebut terjadi
banyak peristiwa ekonomi global maupun di Indonesia. Diantaranya krisis
ekonomi global yang diawali dengan krisis ekonomi di Amerika Serikat, yang
sedikit banyak telah mempengaruhi gejolak perekonomian Indonesia
khususnya di sektor perbankan.
Variabel yang diangkat dalam penelitian kali ini meliputi variabel bebas
(X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on
Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan variabel
33
B. MetodePenentuanSampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni
pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata atau random tetapi
didasarkan atas adanya tujuan dan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil
3 Bank Umum Syariah sebagai sampel karena bank tersebut mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel
digunakan apabila memenuhi kriteria yang ditunjukkan dalam Tabel 3.1
sebagai berikut:
3 Bank yang diteliti sudah menjadi bank umum syariah dalam kurun waktu penelitian.
11
4 Tersedia laporan keuangan triwulanan pada periode waktu penelitian
3
(Sumber: Laporan Perkembangan Perbankan Syariah)
Berdasarkan kriteria dalam tabel 3.1 di atas, maka sampel yang digunakan
dalam penelitian ini ada 3 Bank Umum Syariah yaitu:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Nama Bank
34
C. MetodePengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan
dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
akan atau sedang diteliti. Informasi itu diperoleh dari buku–buku ilmiah,
laporan penelitian, karangan–karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan–
peraturan, ketetapan –ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber–
sumber tertulis baik dalam media cetak maupun media elektronik lainnya.
Metode kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kegiatan bank syariah untuk memperoleh landasan teoritis secara
komprehensif. Selain itu, metode kepustakaan digunakan untuk
mengeksplorasi laporan keuangan dari Bank Syariah Mandiri, Bank
Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah yang berupa neraca, laporan
laba-rugi, kualitas aktiva produktif, perhitungan kewajiban penyediaan modal
minimum, dan perhitungan rasio keuangan dalam laporan keuangan
triwulanan yang dipublikasikan oleh masing – masing bank umum syariah
melalui website Bank Indonesia maupun website resmi masing – masing
bank.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data-data yang dikumpulkanadalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to
Equity Ratio (DER),Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang diperoleh dari Laporan Keuangan PublikasiTriwulanan yang
35
pada website masing – masing bank. Periodesasi data menggunakan data
Laporan Keuangan Triwulanan Bank Umum Syariah yang dipublikasikan
selama tahun 2008-2012. Jangka waktu ini dirasa cukup untuk meliput
perkembangan kinerja bank karena menggunakan data panel.
D. MetodeAnalisis Data
Metode deskriptif dan regresional di aplikasikan untuk mempelajari dan
membandingkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada objek
penelitian. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antar variabel dilakukan
dengan pengujian regresional statistik dengan menggunakan alat analisis
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 16.
Sedangkan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih
dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, untuk memastikan apakah model
regresi linier berganda yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas,
autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinieritas. Jika semua itu
terpenuhi dapat diartikan bahwa model analisis telah layak digunakan
(Gujarati, 1995).
1. UjiAsumsiKlasik
a. UjiNormalitas
Ujinormalitasbertujuanuntukmengujiapakahdalam model regresi,
variabelpenggangguatau residual memilikidistribusi
normal.Sepertidiketahuibahwauji t dan F mengasumsikanbahwanilai
residual mengikutidistribusi
36
untukjumlahsampelkecil.Untukmendeteksiapakah residual
berdistribusi normal atautidakdengananalisisgrafikdanujistatistik
(Ghozali, 2009:147)
b. UjiAutokorelasi
Ujiautokorelasibertujuanmengujiapakahdalam model regresi linear
adakorelasiantarakesalahanpengganggupadaperiode t
dengankesalahanpengganggupadaperiode t-1
(sebelumnya).Jikaterjadikorelasi, makadinamakanada problem
autokorelasi.Autokorelasimunculkarenaobservasi yang
berurutansepanjangwaktuberkaitansatusamalainnya.
Masalahinitimbulkarena residual (kesalahanpengganggu)
tidakbebasdarisatuobservasikeobservasilainnya.
Untukmendekteksiadaatautidaknyaautokorelasi,
dilakukandenganUji Durbin – Watson (DW
Test).Ujiinihanyadigunakanuntukautokorelasitingkatsatu (first order
autocorrelation) danmensyaratkanadanya intercept (konstanta) dalam
model regresidantidakadavariabel lag diantaravariabelindependen
(Ghozali,
2009:100).Pengambilankeputusanadaatautidaknyaautokorelasididasar
37
Tabel 3.3
PengambilanKeputusan Ada TidaknyaAutokorelasi
HipotesisNol Keputusan Jika
Tidakadaautokorelasipositif Tolak 0 < d < dl Tidakadaautokorelasipositif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidakadaautokorelasinegatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidakadaautokorelasinegatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidakadaautokorelasi,
regresiterjadiketidaksamaan variance dari residual
satupengamatankepengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satukepengamatanlaintetap,
makadisebutHomoskedastisitasdanjikaberbedadisebutHeteroskedastisi
tas. Model regresi yang baikadalah yang
HomoskedastisitasatautidakterjadiHeteroskedastisitas.Pengujianadatid
aknyamasalahheteroskedastisitasdapatdilakukandenganmelihatGrafik
Plot antaranilaiprediksivariabelterikat (dependen) yaitu ZPRED
denganresidualnya
SRESID.Deteksiadatidaknyaheteroskedastisitasdapatdilakukandengan
melihatadatidaknyapolatertentupadagrafik
38
1) Jikaadapolatertentu, sepertititik – titik yang
adamembentukpolatertentu,
makamengindikasikantelahterjadiheteroskedastisitas
2) Jikatidakadapola yang jelas, sertatitik – titikmenyebar di
atasdan di bawahangka 0 padasumbu Y,
makatidakterjadiheteroskedastisitas.
Untukmenjaminkeakuratanhasil, makadiperlukanujistatistik.Salah
satunyaadalahujiGlejser.Glejsermengusulkanuntukmeregresnilai
absolute residual terhadapvariabeldependen (Gujarati, 2003,
dalamGhozali,
2009:129).Dasarpengambilankeputusanujiheteroskedastisitasmelaluiuj
iGlejserdilakukansebagaiberikut:
1) Jikavariabelindependensignifikansecarastatistikmempengaruhiv
ariabeldependen, makaadaindikasiterjadiheteroskedastisitas.
2) Jikaprobabilitasnilaitest
tidaksignifikansecarastatistikmakadapatdiartikanbahwa data
empiris yang diestimasitidakterdapatheteroskedastisitas.
d. UjiMultikolinieritas
Ujimultikolinieritasbertujuanuntukmengujiapakah model
regresiditemukanadanyakorelasiantarvariabelbebas
(independen).Model regresi yang
39
mendeteksiadaatautidaknyamultikolinieritas di dalam model
regresiadalahsebagaiberikut :
1) Nilai R2 yang dihasilkanolehsuatuestimasi model
regresiempirissangattinggi, tetapisecara individual variabel –
variabelindependenbanyak yang
tidaksignifikanmempengaruhivariabeldependen.
2) Menganalisismatrikkorelasivariabel – variabelindependen.
Jikaantarvariabelindependenadakorelasi yang
cukuptinggi(umumnya di atas 0,90),
makahalinimerupakanindikasiadanyamultikolinieritas.
3) Multikolinieritasdapatdilihatdarinilai tolerance
danlawannyavariance inflation factor (VIF).
(a) Jikanilaitolerance> 0,10dannilai VIF < 10,
makadapatdisimpulkanbahwatidakterdapatmultikolinieritasa
ntarvariabelindependendalam model regresi.
(b) Jikanilaitolerance< 0,10dannilai VIF > 10,
makadapatdisimpulkanbahwaterdapatmultikolinieritasantar
variabelindependendalam model regresi.(Ghozali, 2009:
96).
2. AnalisisRegresiBerganda
Untuk menguji kekuatan variabel - variabel penentu Capital Adequacy
Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan
40
digunakan analisis regresi berganda dengan model dasar sebagai berikut :
(Gujarati, 1995).
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Dimana :
Y : Resiko likuiditas pada periode t
X1 :Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Syariah
X2 :Debt to Equity Ratio (DER)Bank Syariah
X3 : Return on Assets (ROA) Bank Syariah
X4 :Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah
e : Error
Besarnya konstanta tercermin dalam a, dan besarnya koefisien regresi
dari masing - masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3,
dan b4.
3. PengujianHipotesis
Untuk melakukan peengujian terhadap hipotesis – hipotesis yang
diajukan, perlu digunakan analisis regresi melalui uji t maupun uji F.
Tujuan dilakukan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y) baik secara
bersama - sama maupun parsial pada hipotesis 1 (H1) sampai dengan
hipotesis 5 (H5).
a. Uji – F
Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh
41
Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), ROA (Return on Assets), dan
FDR (Financing to Deposit Ratio) terhadap variabel dependen
Risiko Likuiditas secara simultan.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat. Hipotesis nol yang hendak di uji adalah apakah semua
parameter dalam model sama dengan nol, atau :
H0 : b1 ; b2 ; .... ; bk = 0
Artinya, apakah variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternaltifnya
(Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau :
Ha : b1 ; b2 ; ... ; bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali,2009
:88). Untuk memperoleh Fhitung digunakan rumus :
Dimana :
Y = nilai pengamatan
Y° = nilai Y yang ditaksir dengan model regresi
Ȳ = nilai rata – rata pengamatan
42
k = jumlah variabel independen
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statsitik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
b. Uji - t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
Ha : bi > 0 , atau
Ha : bi < 0
Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari α 0,05 atau 5% maka
hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara
parsial variabel bebas (Xi) berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (Y) maka hipotesis alternatif diterima, sementara jika tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan
ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara parsial variabel
bebas (Xi) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y),
hipotesis ditolak (Ghozali, 2009 :88). Untuk memperoleh nilai thitung
digunakan rumus:
43
Dimana :
bᵢ = variabel independen
βᵢ = parameter ke-i yang dihipotesiskan
se (bᵢ) = kesalahan standar bᵢ
Atau dapat ditentukan kriteria pengambilan keputusan sebagai
berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
E. DefinisiOperasionalVariabel
Secaragarisbesar, definisioperasional yang
digunakanadalahsebagaiberikut :
Tabel 3.4
DefinisiOperasionalVariabelPenelitian
No Variabel Definisi Pengukuran
1 Capital
perusahaan untuk membayar hutang apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi. Rasio ini juga menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau kreditor.
Perbandingan laba sebelum pajak dengan rata – rata total aset.
44
Sumber : SEBI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
4 Financing to
Deposit Ratio (FDR) (X4)
Rasio ini menggambarkan seberapa besar dana pihak ketiga (DPK) yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan (Siamat, 2001:160)
penjumlahan total modal inti dengan total modal pelengkap masing-masing bank.
45
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini akan dijelaskan hal–hal yang berkaitan dengan data–
data yang berhasil dikumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan
dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun urutan pembahasan secara
sistematis adalah sebagai berikut: deskripsi umum hasil penelitian,
pengujian asumsi klasik, analisis data yang berupa hasil analisis regresi,
pengujian variabel independen secara parsial dan simultan dengan model
regresi, pembahasan tentang pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah
(BUS) yang terdaftar di Indonesia.Dalam periode 2008-2012 hanya
sebanyak 3 bank umum syariah yang menyajikan laporan keuangan
triwulanan secara lengkap.Sehingga sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 3 bank umum syariah.
B. Data Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
guna menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi–
informasi tersebut. Atau dapat diartikan bahwa pemilihan sampel
penelitian didasarkan pada kriteria – kriteria tertentu, kualifikasi sampel