PEMBUATAN APLIKASI ENKRIPSI MENGGUNAKAN
METODE ADVANCE ENCRYPTION STANDARD
DAN RIVEST SHAMIR ADLEMAN
Studi Kasus CV Maharta Mandiri Promo
ZAENAL MUTTAQIN 2040.9100.2553
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PEMBUATAN APLIKASI ENKRIPSI MENGGUNAKAN METODE ADVANCE ENCRYPTION STANDARD DAN RIVEST SHAMIR ADLEMAN
Studi Kasus CV Maharta Mandiri Promo
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Komputer (S.Kom)
Oleh :
ZAENAL MUTTAQIN 2040.9100.2553
Menyetujui, Pembimbing I
Herlino Nanang, MT NIP. 19731209 200501 1 002
Pembimbing II
Zulfiandri, MMSI NIP. 150 368 821
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Yusuf Durrachman, MIT NIP. 19710522 200604 1 002
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “PEMBUATAN APLIKASI ENKRIPSI MENGGUNAKAN
METODE ADVANCE ENCRYPTION STANDARD DAN RIVEST SHAMIR
ADLEMAN STUDI KASUS CV MAHARTA MANDIRI PROMO” yang ditulis oleh Zaenal Muttaqin, NIM 204091002553 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam
sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Januari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Teknik Informatika.
Penguji I
Viva Arifin, MMSI NIP. 19730810 200604 2 001
Menyetujui :
Penguji II
Victor Amrizal, M.Kom NIP. 150 411 288
Pembimbing I
Herlino Nanang, MT NIP. 19731209 200501 1 002
Pembimbing II
Zulfiandri, MMSI NIP. 150 368 821
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknik Informatika
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001
Yusuf Durrachman, MIT NIP. 19710522 200604 1 002
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Januari 2010
Zaenal Muttaqin 2040 9100 2553
ABSTRAK
ZAENAL MUTTAQIN, Pembuatan Aplikasi Enkripsi Menggunakan Metode Advance Encryption Standard Dan Rivest Shamir Adleman Studi Kasus CV Maharta Mandiri Promo. (di bawah bimbingan Herlino Nanang dan Zulfiandri).
Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini telah menjadikan informasi sebagai kebutuhan yang pokok bagi setiap orang terutama bagi sebuah instansi. Salah satu solusi pengamanan informasi yang digunakan adalah teknik pengamanan data menggunakan kriptografi. Kriptografi adalah ilmu untuk menyandikan pesan, sedangkan untuk menjaga agar pesan atau dokumen kita aman dan tidak dapat dibaca oleh pihak yang tidak berhak, digunakan enkripsi. CV Maharta Mandiri Promo sebagai sebuah perusahaan desain grafis dan percetakan memiliki keinginan untuk melindungi data-data penting mereka dari pihak yang tidak berhak. Aplikasi acrypt cs merupakan aplikasi enkripsi yang menggabungkan metode enkripsi simetris dan metode enkripsi asimetris. Pada aplikasi ini metode yang digunakan adalah metode enkripsi simetris Advance Encryption Standard dan asimetris Rivest Shamir Adleman. Aplikasi ini dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengamankan data. Pembuatan aplikasi ini menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL. Untuk pengembangan aplikasi penulis menggunakan metode Rapid Application Development (RAD). Hasil akhir berupa aplikasi multifile berbasis client server, tanpa ada proses instalasi, dan dapat dilakukan pada mutifile secara bersamaan (multifile dibatasi sebanyak 10 file).
Kata kunci : kriptografi, enkripsi, Advance Encryption Standard, Rivest Shamir Adleman, Enkripsi simetri/asimetri.
xvii halaman + 113 halaman + 4 tabel + 51 gambar + 3 lampiran Daftar Pustaka : 15 (1999-2008)
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, rasa syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Rahmat dan salam semoga tercurahkan selalu kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut beliau (amin). Hanya berkat petunjuk dan pertolongan Allah-lah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul : Pembuatan Aplikasi Enkripsi
Menggunakan Metode Advance Encryption Standard dan Rivest Shamir Adleman Studi Kasus CV Maharta Mandiri Promo.
Terwujudnya tulisan dalam bentuk skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
2. Bapak Yusuf Durrachman, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.
3. Bapak Herlino Nanang, MT, selaku dosen pembimbing I, dan
4. Bapak Zulfriandri, MMSI, selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan perhatiannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan staf karyawan Program Studi Teknik Informatika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mengajar atau membantu penulis selama kuliah.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna dan tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu dengan
senang hati penulis akan menerima semua saran dan kritik maupun ide-ide yang
membangun dari rekan-rekan pembaca. Akhir kata semoga Allah membalas kebaikan mereka yang telah membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi penulis dan pada pembaca umumnya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2010 Penulis
Zaenal Muttaqin NIM. 2040 9100 2553
Sebuah tulisan sederhana ini kupersembahkan
untuk:
“Emak dan Babe…
kesabaran dan kerja keras telah kalian
lakukan demi membesarkan ananda.. ananda tahu.. seberapa besarpun
hal yang dapat ananda berikan untuk emak dan babe, belumlah cukup
untuk membalas semua perjuangan emak dan babe..
Setiap peluh yang menetes di dahimu.. setiap langkah kakimu.. setiap
perjuanganmu untuk membuat ananda berdiri tegak sampai sekarang..
akan ananda ingat semua itu sampai akhir hayat ananda..
Ya Allah.. berikanlah hamba kesempatan untuk membahagiakan emak
dan babe..”
!
!
"
#
$
%
&
#
$
%
!
! $
'
!
()
*
#
*
+,-. /
0112
$
.3 .
0112
!
* '
DAFTAR ISI
PENGESAHAN UJIAN ... iv
PERNYATAAN... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah... 3
1.4. Tujuan Penelitian ... 4
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
1.6. Metodologi Penelitian ... 5
1.6.1. Metodologi Pengumpulan Data ... 5
1.6.2. Metodologi Pengembangan Sistem... 6
1.7. Sistematika Penulisan... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1. Keamanan Data ... 8
2.2. Aplikasi ... 8
2.3. Enkripsi dan Dekripsi... 9
2.4. Kriptografi ... 11
2.4.1. Definisi dan Terminologi ... 11
2.4.2. Tujuan Kriptografi ... 14
2.4.3. Sejarah Kriptografi... 15
2.5. Algoritma Kriptografi Klasik ... 17
2.5.1. Cipher Substitusi ... 17
2.5.2. Cipher Transposisi ... 20
2.6. Algoritma Kriptografi Modern... 20
2.6.1. Algoritma Simetris ... 20
2.6.2. Algoritma Asimetris... 21
2.6.3. Algoritma Hibrida ... 21
2.7. Advance Encryption Standard... 22
2.7.1. Panjang Kunci dan Ukuran Blok Rijndael ... 23
2.7.2. Algoritma Rijndael... 25
2.7.3. Transformasi SubBytes() ... 28
2.7.4. Transformasi ShiftRows()... 30
2.7.5. Transformasi MixColumns() ... 30
2.7.6. Transformasi AddRoundKey()... 32
2.7.7. Ekspansi Kunci ... 32
2.8. Kriptografi Kunci Publik... 32
2.8.1. Sejarah Kriptografi Kunci Publik ... 32
2.8.2. Konsep Kriptografi Kunci Publik ... 33
2.8.3. Aplikasi Kriptografi Kunci Publik ... 37
2.9. RSA (Rivest Shamir Adleman) ... 38
2.9.1. Perumusan Algoritma Rivest Shamir Adleman ... 39
2.9.2. Algoritma Membangkitkan Pasangan Kunci ... 41
2.9.3. Algoritma Enkripsi/Dekripsi... 42
2.9.4. Keamanan Rivest Shamir Adleman ... 42
2.9.5. Kecepatan ... 44
2.10. PHP ... 45
2.10.1. Pengertian PHP ... 45
2.10.2. Kelebihan-kelebihan PHP ... 45
2.10.3. Sintaks PHP... 46
2.11. MySQL... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
3.1. Metode Pengumpulan Data ... 48
3.1.1. Metode Observasi ... 48
3.1.2. Metode Wawancara... 49
3.1.3. Metode Studi Pustaka... 49
3.1.4. Metode Studi Literatur ... 49
3.2. Metode Pengembangan Sistem ... 50
3.2.1. Fase Perencanaan Syarat-Syarat ... 50
3.2.2. Fase Perancangan ... 53
3.2.3. Fase Konstruksi... 55
3.2.4. Fase Pelaksanaan... 55
BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI ... 57
4.1. Gambaran Umum CV Maharta Mandiri Promo... 57
4.1.1. Sekilas CV Maharta Mandiri Promo... 57
4.1.2. Visi dan Misi CV Maharta Mandiri Promo ... 58
4.1.3. Struktur Organisasi CV Maharta Mandiri Promo ... 58
4.2. Hasil Observasi ... 59
4.3. Aplikasi Acrypt cs ... 59
4.4. Fase Perencanaan Syarat-syarat ... 60
4.4.1. Analisis Kebutuhan Masalah ... 60
4.4.2. Tujuan ... 60
4.4.3. Syarat-syarat... 61
4.5. Fase Perancangan (Workshop Design) ... 61
4.5.1. Perancangan Proses... 62
4.5.2. Perancangan Flowchart... 64
4.5.3. Perancangan Basis Data ... 76
4.5.4. Perancangan Antarmuka ... 80
4.5.5. State Transition Diagram ... 100
4.6. Fase Konstruksi ... 106
4.7. Fase Pelaksanaan (Implementasi) ... 107
4.7.1. Konfigurasi Client Server ... 108
4.7.2. Proses Enkripsi dan Dekripsi Multifile ... 108
4.7.3. Pengujian Aplikasi Acrypt cs... 109
BAB V PENUTUP ... 112
5.1. Kesimpulan ... 112
5.2. Saran... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
LAMPIRAN A HASIL WAWANCARA ... 116
LAMPIRAN B TAMPILAN APLIKASI ACRYPT CS... 118
LAMPIRAN C KODE SUMBER APLIKASI ACRYPT CS... 131
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Enkripsi Secara Umum...11
Gambar 2.2. Sebuah scytale, pesan yang ditulis secara horizontal, baris perbaris ...16
Gambar 2.3. Mesin enkripsi Enigma yang digunakan oleh tentara Jerman pada masa Perang Dunia ke II ...17
Gambar 2.4. Caesar Wheel...19
Gambar 2.5. Diagram Proses Enkripsi ...27
Gambar 2.6. Transformasi SubBytes ...31
Gambar 2.7. Transformasi ShiftRows...31
Gambar 2.8. Transformasi MixColumns ...32
Gambar 2.9. Transformasi AddRoundKey ...33
Gambar 2.10. Skema kriptografi nirsimetri ...35
Gambar 3.1. Proses enkripsi dan dekripsi ...54
Gambar 3.2. Ilustrasi metodologi penelitian pengembangan aplikasi kriptografi berbasis client server (acrypt cs)...56
Gambar 4.1. Organisasi CV Maharta Mandiri Promo ...59
Gambar 4.2. Diagram konteks sistem yang diusulkan ...62
Gambar 4.3. Diagram zero sistem yang diusulkan ...62
Gambar 4.4. Diagram level satu proses 1.0 (login)...63
Gambar 4.5. Diagram level satu proses 2.0 (enkripsi) ...63
Gambar 4.6. Diagram level satu proses 3.0 (dekripsi) ...63
Gambar 4.7. Flowchart proses enkripsi ...65
Gambar 4.8. Flowchart proses enkripsi dengan metode RSA ...67
Gambar 4.9. Flowchart proses enkripsi dengan metode RSA ...69
Gambar 4.10. Flowchart proses dekripsi ...71
Gambar 4.11. Flowchart proses dekripsi dengan metode RSA ...73
Gambar 4.12. Flowchart proses dekripsi dengan metode RSA ...75
Gambar 4.13. Struktur Entity Relationship Diagram...76
Gambar 4.14. Logical Record Structure (LRS) ...78
Gambar 4.15. Rancangan halaman login ...81
Gambar 4.16. Rancangan halaman sign up ...82
Gambar 4.17. Rancangan halaman utama ...83
Gambar 4.18. Rancangan halaman input file enkripsi ...84
Gambar 4.19. Rancangan halaman input file enkripsi ...85
Gambar 4.20. Rancangan halaman cek file...86
Gambar 4.21. Rancangan halaman input password ...87
Gambar 4.22. Rancangan halaman pilih tujuan ...88
Gambar 4.23. Rancangan halaman encryption complete ...89
Gambar 4.24. Rancangan halaman pilih file ...90
Gambar 4.25. Rancangan halaman cek file...91
Gambar 4.26. Rancangan halaman input private key ...92
Gambar 4.27. Rancangan halaman decryption complete ...93
Gambar 4.28. Rancangan halaman inbox ...94
Gambar 4.29. Rancangan halaman outbox ...95
Gambar 4.30. Rancangan halaman my key (security question) ...96
Gambar 4.31. Rancangan halaman my key (private key) ...96
Gambar 4.32. Rancangan halaman generate key ...97
Gambar 4.33. Rancangan halaman change password ...98
Gambar 4.34. Rancangan halaman help...99
Gambar 4.35. Rancangan halaman about...100
Gambar 4.36. State Transition Diagram Aplikasi Acrypt CS ...101
Gambar 4.37. Informasi file sebelum dienkripsi...109
Gambar 4.38. Informasi file sesudah dienkripsi ...110
Gambar 4.39. Informasi file sesudah didekripsi ...111
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tiga buah Versi AES ...24
Tabel 2.2. S-Box ...29
Tabel 4.1. Tabel ukuran dan waktu enkripsi ...110
Tabel 4.2. Tabel ukuran dan waktu dekripsi ...111
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah menjadikan
informasi sebagai kebutuhan pokok bagi setiap orang. Informasi juga merupakan hal yang vital bagi sebuah perusahaan, karena informasi
dapat membantu suatu perusahaan untuk terus berkembang dalam
persaingan global.
Masalah yang terjadi pada proses pengiriman ataupun mendapatkan informasi adalah apabila informasi itu bersifat rahasia. Bila informasi
tersebut tersebar luas karena adanya penyadapan, pencurian, dan
pemalsuan informasi, akan menyebabkan kerugian bagi pemilik informasi. Salah satu cara untuk mengamankan data atau informasi dari
tindak kejahatan tersebut adalah menggunakan konsep kriptografi.
CV Maharta Mandiri Promo sebagai sebuah perusahaan desain grafis dan percetakan, memiliki jaringan komputer untuk memperlancar
arus informasi di dalam perusahaan. Jaringan komputer tersebut memiliki
sebuah server dengan kurang lebih dua puluh client. Semua informasi di
perusahaan ini di-share lewat jaringan komputer tersebut. Namun ternyata kemudahan tersebut tidak memiliki pengamanan yang baik. Di
perusahaan ini pernah terjadi pencurian informasi yang menyebabkan
sistem keamanan yang kuat untuk mengamankan data penting mereka,
seperti data proyek, desain grafis, dan data internal perusahaan lainnya. Pada penelitian yang telah dilakukan (Muliati, 2009), dibuat
aplikasi enkripsi menggunakan metode Blowfish dan Rivest Shamir
Adleman yang dapat mengenkripsi maksimum lima file sekaligus. Oleh karena itu, beberapa kelebihan akan ditambahkan pada aplikasi yang
akan dibuat diantaranya dapat mengenkripsi sepuluh file sekaligus.
Untuk itu peneliti berupaya mewujudkan implementasi keamanan data dengan menggunakan metode enkripsi Advance Encryption
Standard dan Rivest Shamir Adleman ke dalam suatu aplikasi yang
mudah digunakan, dalam skripsi yang berjudul PEMBUATAN
APLIKASI ENKRIPSI MENGGUNAKAN METODE ADVANCE ENCRYPTION STANDARD DAN RIVEST SHAMIR ADLEMAN STUDI KASUS CV MAHARTA MANDIRI PROMO.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah pokok yang akan dibahas
penulis adalah membuat aplikasi enkripsi yang mudah digunakan dan
menjamin kerahasiaan data dengan menggunakan metode Advance
Encryption Standard dan Rivest Shamir Adleman.
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya materi pembahasan tugas akhir ini,
maka permasalahan dibatasi hanya mencakup hal-hal berikut :
1. Penelitian dibatasi dengan menggunakan metode enkripsi Advance Encryption Standard dan Rivest Shamir Adleman.
2. Pada aplikasi ini proses enkripsi/dekripsi dan pengiriman data
dapat dilakukan pada multifile. Jumlah file dibatasi sebanyak 10
file dengan maksimum ukuran file 1 GB pada sekali proses enkripsi atau dekripsi untuk kunci yang sama, untuk menghindari proses
enkripsi yang terlalu lama.
3. Aplikasi hanya mengenkripsi file tunggal (bukan folder) karena enkripsi folder akan menyebabkan satu serangan terhadapnya akan
berakibat pada semua file yang ada di folder tersebut.
4. Aplikasi dititikberatkan pada proses pengamanan data dengan pencegahan pembacaan file oleh pihak-pihak yang tidak berhak. 5. Hasil akhir file enkripsi akan menghasilkan file terenkripsi (*.znc),
dan password terenkripsi akan disimpan di database.
6. Aplikasi dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP dan
menggunakan database MySQL, serta dijalankan dengan
menggunakan Web Server Apache.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Dapat mengimplementasikan dua buah metode enkripsi pada
aplikasi pengamanan data berbasis client server yang mudah digunakan.
2. Dapat mengamankan data-data penting pada CV Maharta Mandiri Promo.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dalam menulis skripsi ini adalah :
1. Bagi Penulis
a. Menerapkan ilmu kriptografi khususnya enkripsi dengan
menggabungkan metode enkripsi simetris (Advance
Encryption Standard) dan metode enkripsi asimetris (Rivest
Shamir Adleman).
b. Membangun aplikasi enkripsi berbasis client server yang dapat membantu menjaga data-data penting.
2. Bagi Pengguna
a. Memiliki sarana untuk lebih meningkatkan keamanan data
yang dianggap rahasia.
b. Memudahkan pengamanan data karena menggunakan kunci
publik. Sehingga tidak memerlukan pertukaran kunci privat.
3. Bagi Universitas
Memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan teknologi keamanan data.
1.6. Metodologi Penelitian
Pada penulisan tugas akhir ini, diperlukan data-data yang lengkap
sebagai bahan pendukung kebenaran materi uraian dan pembahasan. Oleh karena itu diperlukan metodologi pengumpulan data dan metode
membangun sistem.
1.6.1. Metodologi Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung pada
komputer dan jaringannya di CV Maharta Mandiri Promo.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber.
3. Studi Pustaka
Membaca dan mempelajari referensi yang ada
sebagai pelengkap serta mencari referensi tambahan dari internet.
4. Studi Literatur
Metode studi literatur digunakan dengan melihat penelitian yang sudah ada. Melalui studi literatur, peneliti
dapat terhindar dari melakukan penelitian yang sudah
pernah dilakukan, dan pengulangan kesalahan-kesalahan
1.6.2. Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi pengembangan sistem yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode pengembangan model RAD (Rapid
Application Development), model ini dibuat oleh James Martin
untuk membuat sistem yang cepat tanpa harus mengorbankan
kualitas. Dan melingkupi fase-fase sebagai berikut (Kendall &
Kendall, 2003 : 237) :
1) Fase Perencanaan Syarat-Syarat
Pada tahap ini dilakukan penentuan tujuan dan syarat-
syarat informasi. 2) Fase Perancangan
Pada tahap ini dilakukan perancangan proses yaitu proses- proses yang akan terjadi di dalam sistem, yang terdiri dari
perancangan proses dan perancangan antarmuka pemakai
(user interface).
3) Fase Konstruksi
Pada fase ini dilakukan tahap pengkodean terhadap rancangan-rancangan yang telah didefinisikan.
4) Fase Pelaksanaan
Pada fase ini dilakukan pengujian terhadap sistem dan
melakukan pengenalan sistem kepada pengguna.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang diperlukan
dalam pembuatan aplikasi enkripsi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan secara rinci metodologi yang digunakan
dalam pembuatan sistem aplikasi.
BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian
yaitu CV Maharta Mandiri Promo serta pengembangan sistem
aplikasi enkripsi yang dibuat.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan akhir dan saran-saran untuk
membangun sistem enkripsi lebih lanjut.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Keamanan Data
Keamanan dan kerahasiaan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam era informasi ini dan telah menjadi kebutuhan dasar
karena perkomputeran secara global telah menjadi tidak aman. Informasi
akan tidak berguna lagi apabila di tengah jalan informasi itu disadap atau dibajak oleh orang yang tidak berhak. Bahkan mungkin beberapa
pengguna dari sistem itu sendiri, mengubah data yang dimiliki menjadi
sesuatu yang tidak kita inginkan.
Keamanan data pada komputer tidak hanya tergantung pada teknologi saja, tetapi dari aspek prosedur dan kebijakan keamanan yang
diterapkan serta kedisiplinan sumber daya manusia. Jika firewall dan perangkat keamanan lainnya bisa dibobol oleh orang yang tidak berhak,
maka peran utama kriptografi untuk mengamankan data atau dokumen
dengan menggunakan teknik enkripsi sehingga data atau dokumen tidak
bisa dibaca (Ariyus, 2006 : 3).
2.2. Aplikasi
Perangkat lunak (aplikasi) adalah program yang ditulis oleh
pemrogram komputer untuk memecahkan suatu masalah tertentu dengan
menggunakan bahasa pemrograman (Hartono, 1999 : 360).
2.3. Enkripsi dan Dekripsi
Enkripsi adalah sebuah proses yang melakukan perubahan sebuah
kode dari yang bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak bisa dimengerti (Wahana Komputer, 2003 : 17). Enkripsi dapat diartikan
sebagai kode atau cipher. Sebuah sistem pengkodean menggunakan suatu
table atau kamus yang telah didefinisikan untuk mengganti kata dari informasi yang dikirim. Sebuah cipher menggunakan suatu algoritma
yang dapat mengkodekan semua aliran data (stream) bit dari sebuah
pesan menjadi cryptogram yang tidak dimengerti (unnitelligible). Karena teknik cipher merupakan suatu sistem yang telah siap untuk diautomasi,
maka teknik ini digunakan dalam sistem keamanan komputer dan
jaringan.
Enkripsi dimaksudkan untuk melindungi informasi agar tidak
terlihat oleh orang atau pihak yang tidak berhak. Informasi ini dapat berupa nomor kartu kredit, catatan penting dalam komputer, maupun
password untuk mengakses sesuatu.
Sepanjang sejarah pembentukan kode dan pemecahannya selalu
mendapat perhatian khusus dalam operasi militer. Penggunaan komputer untuk pertama kalinya dalam kriptografi merupakan usaha untuk
memecahkan kode enigma Nazi sewaktu Perang Dunia II. Kini, pada
zaman modern, adanya komputer memungkinkan kita menghasilkan kode yang kompleks, dan sebaliknya pula dapat digunakan untuk
E-commerce adalah industri lain yang sangat intensif
memanfaatkan kriptografi. Dengan meng-enkrip paket data yang lalu
lalang di internet, walaupun seseorang dapat menangkap paket-paket data tersebut, tetap saja ia tidak dapat memahami artinya.
Enkripsi juga digunakan untuk verifikasi. Bila anda men-download software, bagaimana anda tahu bahwa software yang anda download adalah yang asli, bukan yang telah dipasangkan trojan di dalamnya.
Dalam hal ini terdapat tiga kategori enkripsi, yaitu (Wahana Komputer, 2003 : 18) :
1. Kunci enkripsi rahasia. Dalam hal ini, terdapat sebuah kunci yang
digunakan untuk mengenkripsi dan juga sekaligus mendekripsi informasi.
2. Kunci enkripsi publik. Dalam hal ini, dua kunci digunakan. Satu
untuk proses enkripsi dan yang lain untuk proses dekripsi.
3. Fungsi one-way, atau fungsi satu arah adalah sustu fungsi dimana
informasi dienkripsi untuk menciptakan “signature” dari informasi asli yang bisa digunakan untuk keperluan autentikasi.
Enkripsi dibentuk berdasarkan suatu algoritma yang akan
mengacak suatu informasi menjadi bentuk yang tidak bisa dibaca atau tak
bisa dilihat. Dekripsi adalah proses dengan algoritma yang sama untuk mengembalikan informasi teracak menjadi bentuk aslinya. Algoritma
yang digunakan harus terdiri dari susunan prosedur yang direncanakan secara hati-hati yang harus secara efektif menghasilkan sebuah bentuk
ter-enkripsi yang tidak bisa dikembalikan oleh seseorang, bahkan
sekalipun mereka memiliki algoritma yang sama. Gambar 2.1 menunjukkan proses enkripsi secara umum.
kunci
Teks
terang Enkripsi
Teks tersandi
Gambar 2.1. Enkripsi secara umum (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/enkripsi)
2.4. Kriptografi
2.4.1. Definisi dan Terminologi
Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani :
“cryptos” artinya “secret”(rahasia), sedangkan “graphein”
artinya “writing” (tulisan). Jadi, kriptografi berarti “secret
writing” (tulisan rahasia). Dalam buku-buku lama (sebelum tahun 1980-an) menyatakan bahwa kriptografi adalah ilmu dan
seni untuk menjaga kerahasiaan pesan dengan cara
menyandikannya ke dalam bentuk yang tidak dapat dimengerti
lagi maknanya. Namun saat ini kriptografi lebih dari sekedar
privacy, tetapi juga untuk tujuan data integrity, authentication, dan non-repudiation (Munir, 2006 : 2).
Beberapa istilah yang penting dalam kriptografi yang
1. Pesan, Plainteks, dan Cipherteks
Pesan (message) adalah data atau informasi yang dapat
dibaca dan dimengerti maknanya. Nama lain untuk pesan adalah plainteks (plaintext) atau teks-jelas (cleartext).
Pesan yang disandikan ke bentuk lain disebut cipherteks (ciphertext) atau kriptogram (cryptogram).
2. Pengirim dan Penerima
Komunikasi data melibatkan pertukaran pesan antara dua
entitas. Pengirim (sender) adalah entitas yang mengirim pesan kepada entitas lainnya. Penerima (receiver) adalah entitas yang menerima pesan.
3. Enkripsi dan Dekripsi
Proses menyandikan plainteks menjadi cipherteks disebut
enkripsi (encryption) atau enciphering (standard nama menurut ISO 7498-2). Sedangkan proses mengembalikan
cipherteks menjadi plainteks semula dinamakan dekripsi (decryption) atau deciphering (standard nama menurut ISO 7498-2).
4. Cipher dan Kunci
Algoritma kriptografi disebut juga cipher yaitu aturan
untuk enciphering dan deciphering, atau fungsi
matematika yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi.
Beberapa cipher memerlukan algoritma yang berbeda
untuk enciphering dan deciphering. Kunci (key) adalah parameter yang digunakan untuk transformasi enchipering dan dechipering. Kunci biasanya berupa string atau
deretan bilangan.
5. Sistem Kriptografi
Kriptografi membentuk sebuah sistem yang dinamakan
sistem kriptografi. Sistem kriptografi (cryptosystem) adalah kumpulan yang terdiri dari algoritma kriptografi,
semua plainteks dan cipherteks yang mungkin, dan kunci. Di dalam sistem kriptografi, cipher hanyalah salah satu
komponen saja.
6. Penyadap
Penyadap (eavesdropper) adalah orang yang mencoba menangkap pesan selama ditransmisikan.
7. Kriptanalisis dan Kriptologi
Kriptografi berkembang sedemikian rupa sehingga
melahirkan bidang yang berlawanan yaitu kriptanalisis.
Kriptanalisis (cryptanalisys) adalah ilmu dan seni untuk
memecahkan cipherteks menjadi plainteks tanpa
mengetahui kunci yang digunakan. Pelakunya disebut
2.4.2. Tujuan Kriptografi
Kriptografi bertujuan untuk memberi layanan keamanan
sebagai berikut (Munir, 2006 : 9):
1. Kerahasiaan (confidentiality)
Adalah layanan yang ditujukan untuk menjaga agar pesan
tidak dapat dibaca oleh pihak-pihak yang tidak berhak.
2. Integritas data (data integrity)
Adalah layanan yang menjamin bahwa pesan masih
asli/utuh atau belum pernah dimanipulasi selama pengiriman.
3. Otentikasi (authentication)
Adalah layanan yang berhubungan dengan identifikasi,
baik mengidentifikasi kebenaran pihak-pihak yang
berkomunikasi (user authentication atau entity
authentication) maupun mengidentifikasi kebenaran sumber pesan (data origin authentication).
4. Nirpenyangkalan (non-repudiation)
Adalah layanan untuk mencegah entitas yang
berkomunikasi melakukan penyangkalan, yaitu pengirim pesan menyangkal melakukan pengiriman atau penerima
pesan menyangkal telah menerima pesan.
2.4.3. Sejarah Kriptografi
Sejarah kriptografi sebagian besar merupakan sejarah
kriptografi klasik, yaitu metode enkripsi yang menggunakan kertas dan pensil atau mungkin dengan bantuan alat mekanik
sederhana.
Sejarah kriptografi klasik mencatat penggunaan cipher
transposisi oleh tentara Sparta di Yunani pada permulaan tahun 400 SM. Mereka menggunakan alat yang namanya scytale
(Gambar 2.1). Sedangkan algoritma substitusi paling awal dan
paling sederhana adalah caesar cipher, yang digunakan oleh raja
Yunani kuno, Julius Caesar. Caranya adalah dengan mengganti setiap karakter di dalam alfabet dengan karakter yang terletak
pada tiga posisi berikutnya di dalam susunan alphabet (Munir, 2006 : 10).
Gambar 2.2. Sebuah scytale, pesan yang ditulis secara horizontal, baris perbaris.
(Sumber : http://global.mitsubishielectric.com).
[image:32.612.113.507.150.549.2]kriptografi untuk menjaga tulisan relijius dari gangguan otoritas
politik atau budaya yang dominan saat itu.
Pada abad ke-17, sejarah kriptografi mencatat korban
ketika ratu Scotlandia, Queen Mary, dipancung setelah surat
rahasianya dari balik penjara (surat terenkripsi yang isinya rencana membunuh Ratu Elizabeth I) berhasil dipecahkan oleh
seorang pemecah kode.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kriptografi umum digunakan di kalangan militer. Pada Perang Dunia ke II,
Pemerintah Nazi Jerman membuat mesin enkripsi yang
dinamakan enigma (Gambar 2.2). Mesin yang menggunakan
[image:33.612.114.503.148.580.2]beberapa buah rotor (roda berputar) ini melakukan enkripsi dengan cara yang sangat rumit (Munir, 2006 : 11).
Gambar 2.3. Mesin enkripsi Enigma yang digunakan oleh tentara Jerman pada masa Perang Dunia ke II. (Sumber : http://www.technology.niagarac.on.ca).
Kriptografi modern dipicu oleh perkembangan peralatan
komputer digital. Dengan komputer digital, cipher yang
kompleks menjadi sangat mungkin untuk dapat dihasilkan.
Tidak seperti kriptografi klasik yang mengenkripsi karakter per
karakter, kriptografi modern beroperasi pada string biner. Cipher yang kompleks seperti DES (Data Encryption Standard)
dan penemuan algoritma RSA adalah algoritma kriptografi modern yang paling dikenal di dalam sejarah kriptografi
modern. Kriptografi modern tidak hanya berkaitan dengan
teknik menjaga kerahasiaan pesan, tetapi juga melahirkan konsep seperti tandatangan digital dan sertifikat digital. Dengan
kata lain, kriptografi modern tidak hanya memberikan aspek
keamanan confidentiality, tetapi juga aspek keamanan lain
seperti otentikasi, integritas data, dan nirpenyangkalan (Munir, 2006 : 12).
2.5. Algoritma Kriptografi Klasik
Rinaldi Munir. Pada dasarnya, algoritma kriptografi klasik dapat
dikelompokkan ke dalam dua macam cipher (Munir, 2006 : 55):
2.5.1. Cipher Substitusi
Di dalam cipher substitusi setiap unit plainteks diganti dengan satu unit cipherteks. Satu “unit” di sini bisa berarti satu
huruf, pasangan huruf, atau kelompok lebih dari dua huruf.
Chiper substitusi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis
1. Cipher Alfabet Tunggal (Monoalphabetic cipher), satu
huruf di plainteks diganti dengan tepat satu huruf
cipherteks.
2. Cipher Alphabetic Majemuk (Polyalphabetic chiper),
merupakan cipher substitusi ganda.
3. Cipher Substitusi Homofonik (homophonic substitution
cipher), seperti cipher alfabet tunggal tetapi setiap huruf dalam plainteks dapat dipetakan ke dalam salah satu dari unit cipherteks yang mungkin.
4. Cipher Substitusi Poligram (Polygram substitution
cipher), setiap kelompok huruf disubstitusi dengan kelompok huruf cipherteks.
Algoritma substitusi tertua yang diketahui adalah caesar
cipher yang digunakan oleh kaisar Romawi, Julius Caesar, untuk
menyandikan pesan yang ia kirim kepada para gubernurnya. Gambar 2.3 memperlihatkan caesar wheel terdiri dari dua
buah lempeng lingkaran besi. Lingkaran besi paling luar
[image:35.612.111.511.72.526.2]menyatakan huruf-huruf plainteks sedangkan lingkaran besi terdalam menyatakan huruf-huruf cipherteks.
Gambar 2.4. Caesar Wheel (Sumber : http://mail.colonial.net)
2.5.2. Cipher Transposisi
Pada cipher transposisi, huruf-huruf di dalam plainteks
tetap sama, hanya saja urutannya diubah. Dengan kata lain algoritma ini melakukan transpose terhadap rangkaian karakter
di dalam teks. Nama lain untuk metode ini adalah permutasi atau pengacakan (scrambling) karena transpose setiap karakter di dalam teks sama dengan mempermutasikan karakter-karakter tersebut. Kriptografi dengan alat scytale yang digunakan oleh
tentara Sparta pada zaman Yunani termasuk ke dalam cipher
transposisi.
Misalkan sebuah plainteks :
DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA ITB
Untuk meng-enkripsi pesan, plainteks ditulis secara horizontal dengan lebar kolom tetap, misal selebar 6 karakter
(kunci k = 6) :
DEPART EMENTE KNIKIN FORMAT IKAITB
Maka cipherteksnya dibaca secara vertikal menjadi DEKFIEMNOKPEIRAANKMIRTIATTENTB
Atau dapat juga ditulis dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari 4 huruf :
DEKF IEMN OKPE IRAA NKMI RTIA TTEN TB
Untuk mendekripsi pesan, kita membagi panjang
dengan 6 untuk mendapatkan 5 (jika cipherteks ditulis dalam
kelompok-kelompok huruf, buang semua spasi yang ada
sehingga menjadi string yang panjang). Algoritma dekripsi identik dengan algoritma enkripsi. Jadi, kita tulis cipherteks
dalam baris-baris selebar 5 karakter menjadi :
DEKFI
EMNOK
PEIRA
ANKMI
RTIAT
TENTB
Dengan membaca setiap kolom kita memperoleh pesan semula :
DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA ITB
2.6. Algoritma Kriptografi Modern
Kriptografi modern mempunyai kerumitan yang sangat kompleks
karena dioperasikan menggunakan komputer (Ariyus, 2008: 46). Kriptografi modern merupakan suatu perbaikan yang mengacu pada
kriptografi klasik. Algoritma kriptografi modern terdiri dari dua bagian (Ariyus, 2008: 108) :
2.6.1. Algoritma Simetris
Algoritma simetris adalah algoritma yang menggunakan
kunci yang sama untuk enkripsi dan dekripsinya. Keamanan
algoritma simetris tergantung pada kuncinya. Algoritma simetris sering juga disebut algoritma kunci rahasia, algoritma kunci
tunggal atau algoritma satu kunci. Dua kategori yang termasuk
pada algoritma simetris ini adalah algoritma block cipher dan
stream cipher.
Aplikasi dari algoritma simetris diantaranya adalah: 1. Data Encryption Standard (DES).
2. Advanced Encryption Standard (AES).
3. International Data Encryption Algorithm (IDEA).
4. A5.
5. RC4.
2.6.2. Algoritma Asimetris
Algoritma asimetris adalah pasangan kunci kriptografi
yang salah satunya digunakan untuk proses enkripsi dan yang satu lagi untuk dekripsi. Semua orang yang mendapatkan kunci
publik dapat menggunakannya untuk mengenkripsi suatu pesan,
sedangkan hanya satu orang saja yang memiliki kunci rahasia
itu, yang dapat melakukan pembongkaran terhadap kode yang dikirim untuknya.
Beberapa algoritma asimetris antara lain:
1. RSA (Rivest Shamir Adleman).
2. Diffie Hellman.
2.6.3. Algoritma Hibrida
Algoritma hibrida adalah algoritma yang memafaatkan
dua tingkatan kunci, yaitu kunci rahasia (simetri) – yang disebut
kunci rahasia – kunci publik untuk pemberian tandatangan
digital serta melindungi kunci simetri.
2.7. Advance Encryption Standard
DES (Data Encryption Standard) dianggap sudah tidak aman lagi karena dengan perangkat keras khusus kuncinya bisa ditemukan dalam
beberapa hari. National Institute of Standards and Technology (NIST),
sebagai agensi Departemen Perdagangan AS mengusulkan kepada Pemerintah Federal AS untuk sebuah standard kriptografi yang baru.
Untuk menghindari kontroversi mengenai standard yang baru tersebut, NIST mengadakan sayembara terbuka untuk membuat standard
algoritma kriptografi yang akan diberi nama Advanced Encryption
Standard (AES) (Munir, 2006 : 157).
Persyaratan yang diajukan oleh NIST adalah :
1. Algoritma yang ditawarkan termasuk ke dalam kelompok algoritma
kriptografi simetri berbasis cipher blok.
2. Seluruh rancangan algoritma harus publik (tidak dirahasiakan). 3. Panjang kunci fleksibel : 128, 192, dan 256 bit.
4. Ukuran blok yang dienkripsi adalah 128 bit.
5. Algoritma dapat diimplementasikan baik sebagai software maupun
hardware.
Pada bulan Agustus 1998, NIST memilih 5 finalis yang didasarkan pada aspek keamanan algoritma, kemangkusan (efficiency), fleksibilitas,
dan kebutuhan memori. Finalis tersebut adalah (Munir, 2006 : 157):
1. Rijndael (dari Vincent Rijmen and Joan Daemen – Belgia, 86 suara).
2. Serpent (dari Ross Anderson, Eli Biham, dan Lars Knudsen –
Inggris, Israel, dan Norwegia, 59 suara).
3. Twofish (dari tim yang diketuai oleh Bruce Schneier – USA, 31
suara).
4. RC6 (dari laboratorium RIVEST SHAMIR ADLEMAN – USA, 23
suara).
5. MARS (dari IBM, 13 suara).
Pada bulan Oktober 2000, NIST mengumumkan untuk memilih
Rijndael (dibaca : Rhinedoll), dan pada bulan November 2001, Rijndael ditetapkan sebagai Advance Encryption Standard, dan diharapkan
Rijndael menjadi standard kriptografi yang dominan paling sedikit selama sepuluh tahun (Munir, 2006 : 158).
2.7.1. Panjang Kunci dan Ukuran Blok Rijndael
Rijndael mendukung panjang kunci 128 bit sampai 256 bit dengan step 32 bit. Panjang kunci dan ukuran blok dapat dipilih
secara independen. Setiap blok dienkripsi dalam sejumlah putaran tertentu, sebagaimana halnya pada DES.
Karena Advance Encryption Standard menetapkan panjang kunci adalah 128, 192, dan 256, maka dikenal Advance
Encryption Standard-128, Advance Encryption Standard-192, dan Advance Encryption Standard-256. Table 2.1. meresumekan
Tabel 2.1. Tiga buah Versi Advance Encryption Standard (Sumber : Munir, 2006 : 158)
Panjang Kunci (Nk words)
Ukuran Blok (Nb words)
Jumlah Putaran (Nr)
AES-128 4 4 10
AES-192 6 4 12
AES-256 8 4 14
Catatan : 1 word = 32 bit
Secara defacto, hanya ada dua varian AES, yaitu AES-128
dan AES 256, karena akan sangat jarang pengguna menggunakan kunci yang panjangnya 192 bit. Karena Advance
Encryption Standard mempunyai panjang kunci paling sedikit
128 bit, maka Advance Encryption Standard tahan terhadap serangan exhaustive key search dengan teknologi saat ini.
Dengan panjang kunci 128-bit, maka terdapat sebanyak
2128 = 3,4 x 1038
kemungkinan kunci. Jika digunakan komputer tercepat yang dapat mencoba 1 juta kunci setiap detik, maka akan
dibutuhkan waktu 5,4 x 1024 tahun untuk mencoba seluruh kemungkinan kunci. Jika digunakan komputer tercepat yang dapat mencoba 1 juta kunci setiap milidetik, maka akan
dibutuhkan waktu 5,4 x 1018 tahun untuk mencoba seluruh kemungkinan kunci.
2.7.2. Algoritma Rijndael
Rijndael menggunakan substitusi dan permutasi, dan
sejumlah putaran (cipher berulang), setiap putaran
menggunakan kunci internal yang berbeda (kunci setiap putaran
disebut round key). Tetapi tidak seperti DES yang berorientasi
bit, Rijndael beroperasi dalam orientasi byte. Selain itu, Rijndael
tidak menggunakan jaringan Feistel seperti DES dan GOST. Garis besar Algoritma Rijndael yang beroperasi pada blok 128-bit dengan kunci 128-bit adalah sebagai berikut (Munir, 2006 : 159):
1. AddRoundKey : melakukan XOR antara state awal (plainteks) dengan cipher key. Tahap ini disebut juga
initial round.
2. Putaran sebanyak Nr – 1 kali. Proses yang dilakukan pada
setiap putaran adalah :
[image:42.612.114.505.138.691.2]a. SubBytes : substitusi byte dengan menggunakan
table substitusi (S-box).
b. ShiftRows : pergeseran baris-baris array state
secara wrapping.
c. MixColumns : mengacak data di masing-masing
kolom array state.
d. AddRoundKey : melakukan XOR antara state
sekarang dengan round key.
a. SubBytes
b. ShiftRows
c. AddRoundKey
Garis besar algoritma enkripsi Rijndael diperlihatkan pada gambar 2.5. state AddRoundKey Chiper Key ⊕ initial round 1-SubBytes 2-ShiftRows 3-MixColumns 4-AddRoundKey
Round Key 0
⊕
9 rounds
SubBytes
ShiftRows Round Key 10
AddRoundKey
⊕
final round
Gambar 2.5. Diagram Proses Enkripsi (Sumber : Munir, 2006 : 159)
Algoritma Rijndael mempunyai tiga parameter (Munir, 2006 : 161) :
1. plaintext : array yang berukuran 16-byte, yang berisi data masukan.
S0,0 S0,1 S0,1 S0,3
S1,0 S1,1 S1,2 S1,3
S2,0 S2,1 S2,2 S2,3
S3,0 S3,1 S3,2 S3,3
out0 out4 out8 out12
out1 out5 out9 out13
out2 out6 out10 out14
out3 out7 out11 out15
2. ciphertext : array yang berukuran 16-byte, yang berisi
hasil enkripsi.
3. key : array yang berukuran 16-byte, yang berisi kunci
ciphering (disebut juga cipher key).
Dengan 16 byte, maka baik blok data dan kunci yang berukuran 128-bit dapat disimpan di dalam ketiga array tersebut (128 = 16 x 8). Selama kalkulasi plainteks menjadi cipherteks,
status sekarang dari data disimpan di dalam array of bytes dua
dimensi, state, yang berukuran NROWS x NCOLS. Untuk blok
data 128-bit, ukuran state adalah 4 x 4. Elemen array state diacu sebagai S[r,c], dengan 0 r < 4 dan 0 c < Nb (Nb adalah
panjang blok dibagi 32. Pada AES-128, Nb = 128/32 = 4).
Pada awal enkripsi, 16-byte data masukan, in0,in1,…,in15
disalin ke dalam array state (direalisasikan oleh fungsi
CopyPlaintextToState(state, plaintext)) seperti diilustrasikan sebagai berikut :
input bytes state array output bytes
in0 in4 in8 in12
in1 in5 in9 in13
in2 in6 in10 in14
in3 in7 in11 in15
Operasi Enkripsi/dekripsi dilakukan terhadap array S, dan keluarannya ditampung di dalam array out. Skema penyalinan
2b 28 ab 09
7e ae f7 cf
15 d2 15 4f
16 a6 88 3c
S[r, c] in[r + 4c] untuk 0 r < 4 dan 0 c < Nb
Skema penyalinan array S ke array keluaran out :
out[r + 4c] S[r, c] untuk 0 r < 4 dan 0 c < Nb
Contoh elemen state dan kunci dalam notasi HEX :
input
state Cipher key
32 88 31 e0
43 5a 31 37
f6 30 98 07
a8 8d a2 34
hexadecimal notation: Ex: 32 = 0011 0010 (1 byte)
3hex 2hex
2.7.3. Transformasi SubBytes()
Transformasi
SubBytes
memetakan setiap
byte
dari
array state
dengan menggunakan tabel substitusi
S-box
.
Tidak seperti DES yang mempunyai
S-box
berbeda pada
setiap putaran, Advance Encryption Standard hanya
mempunyai satu buah
S-box
. Tabel
S-box
yang digunakan
ditunjukkan pada table 2.2 :
Tabel 2.2. S-box (Sumber : Munir, 2006 : 163)
y hex
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 a b c d e f
0 63 7c 77 7b f2 6b 6f c5 30 01 67 2b fe d7 ab 76
1 ca 82 c9 7d fa 59 47 f0 ad d4 a2 af 9c a4 72 c0
2 b7 fd 93 26 36 3f f7 cc 34 a5 e5 f1 71 d8 31 15
3 04 c7 23 c3 18 96 05 9a 07 12 80 e2 eb 27 b2 75
4 09 83 2c 1a 1b 6e 5a a0 52 3b d6 b3 29 e3 2f 84
5 53 d1 00 ed 20 fc b1 5b 6a cb be 39 4a 4c 58 cf
6 d0 ef aa fb 43 4d 33 85 45 f9 02 7f 50 3c 9f a8
7 51 a3 40 8f 92 9d 38 f5 bc b6 da 21 10 ff f3 d2
8 cd 0c 13 ec 5f 97 44 17 c4 a7 7e 3d 64 5d 19 73
9 60 81 4f dc 22 2a 90 88 46 ee b8 14 de 5e 0b db
a e0 32 3a 0a 49 06 24 5c c2 d3 ac 62 91 95 e4 79
b e7 c8 37 6d 8d d5 4e a9 6c 56 f4 ea 65 7a ae 08
c ba 78 25 2e 1c a6 b4 c6 e8 dd 74 1f 4b bd 8b 8a
d 70 3e b5 66 48 03 f6 0e 61 35 57 b9 86 c1 1d 9e
e e1 f8 98 11 69 d9 8e 94 9b 1e 87 e9 ce 55 28 df
x
f 8c a1 89 0d bf e6 42 68 41 99 2d 0f b0 54 bb 16
Cara pensubstitusian adalah sebagai berikut : untuk setiap
byte pada array state, misalkan S[r,c]=xy, yang dalam hal ini xy
adalah digit hexadesimal dari nilai S[r,c], maka nilai
substitusinya, yang dinyatakan dengan S’[r,c], adalah elemen di dalam S-box yang merupakan perpotongan baris x dengan kolom
y. Gambar 2.5 memperlihatkan transformasi SubBytes().
a2,2 a b2,1
a0,0 a0,1 a0,2 a0,3
a1,0 a1,1 a1,2 a1,3 SubBytes
b0,0 b0,1 b0,2 b0,3
b1,0 b1,1 b1,2 b1,3
a2,0 a2,1
a
2,2 2,3 b2,0b
2,2 b2,2 b2,3a3,0 a3,1 a3,2 a3,3 b3,0 b3,1 b3,2 b3,3
S
Gambar 2.6. Transformasi SubBytes
(Sumber : Munir, 2006 : 163)
2.7.4. Transformasi ShiftRows()
Transformasi ShiftRows() melakukan pergeseran secara
wrapping (siklik) pada 3 baris terakhir dari array state. Jumlah
pergeseran bergantung pada nilai baris (r). baris r = 1 digeser sejauh 1 byte, baris r = 0 tidak digeser. Gambar 2.6
memperlihatkan transformasi ShiftRows.
Gambar 2.7. Transformasi ShiftRows
(Sumber : Munir, 2006 : 165)
2.7.5. Transformasi MixColumns()
Transformasi MixColumns() mengalikan setiap kolom dari
array state dengan polinom a(x) mod (x4 + 1). MixColumns
memberikan difusi pada cipher. Setiap kolom diperlakukan
sebagai polinom 4-suku pada GF(28). Polinom a(x) yang ditetapkan adalah
a(x) = {03}x3 + {01}x2 + {01}x + {02} (6.5)
Transformasi ini dinyatakan sebagai perkalian matriks :
S’(x) = a(x) s(x) (6.6)
S’0,c
S’1,c
= S’2,c
S’3,c
02 03 01 01
01 02 03 01
01 01 02 03
03 01 01 02 S0,c
S1,c
S2,c
S3,c
S’0,c = ({02}• S0,c) ⊕ ({03}• S1,c) ⊕ S2,c ⊕ S3,c
S’1,c = S0,c ⊕ ({02}• S1,c) ⊕ ({03}• S2,c) ⊕ S3,c
S’1,c = S0,c ⊕ S1,c ⊕ ({02}• S2,c) ⊕ ({03}• S2,c)
[image:48.612.113.503.162.607.2]S’1,c = ({03}• S0,c) ⊕S1,c ⊕ S2,c ⊕ ({02}• S3,c)
Gambar 2.7 memperlihatkan transformasi MixColumns().
Gambar 2.8. Transformasi MixColumns
(Sumber : Munir, 2006 : 166)
2.7.6. Transformasi AddRoundKey()
Transformasi ini melakukan operasi XOR terhadap sebuah
round key dengan array state, dan hasilnya disimpan di array
state. Gambar 2.8 memperlihatkan transformasi AddRoundKey.
Gambar 2.9. Transformasi AddRoundKey
(Sumber : Munir, 2006 : 167)
2.7.7. Ekspansi Kunci
Algoritma Rijndael mengambil cipher key, K, yang
diberikan oleh pengguna, dan memanggil fungsi
KeyExpansion() untuk membangkitkan sejumlah round key
(banyaknya round key bergantung pada jumlah putaran).
2.8. Kriptografi Kunci Publik
2.8.1. Sejarah Kriptografi Kunci Publik
Sistem kriptografi nirsimetri dipublikasikan pertama kali
pada tahun 1976 oleh Whitfield Diffie dan Martin Hellman, dua
orang ilmuwan dari Stanford University melalui makalah
berjudul “New Directions in Cryptography”. Makalah mereka
membahas distribusi kunci rahasia pada saluran komunikasi publik (yang tidak aman) dengan metode pertukaran kunci yang
belakangan dikenal dengan nama algoritma pertukaran kunci Diffie-Hellman.
Pada tahun 1977, generalisasi dari ide Cocks ditemukan
kembali oleh tiga orang ilmuwan dari MIT, yaitu Rivest, Shamir, dan Adleman. Algoritma enkripsi yang mereka buat dikenal
dengan nama Rivest Shamir Adleman.
Akhirnya sejak tahun 1976 berbagai algoritma enkripsi,
tanda tangan digital, pertukaran kunci, dan teknik lain dikembangkan dalam bidang kriptografi kunci publik, misalnya
algoritma ElGamal untuk enkripsi dan tanda tangan digital dan
algoritma DSA untuk tanda tangan digital. Pada tahun 1980
Neal Koblitz memperkenalkan elliptic-curve-cryptography
sebagai keluarga baru yang analog dengan algoritma kriptografi
kunci publik (Munir, 2006 : 177).
2.8.2. Konsep Kriptografi Kunci Publik
Pada kriptografi kunci publik, setiap pengguna memiliki sepasang kunci, satu kunci untuk enkripsi, dan satu kunci untuk
dekripsi bersifat rahasia sehingga dinamakan kunci pribadi (private key), disimbolkan dengan d. Karena kunci enkripsi kunci dekripsi itulah kriptografi kunci publik disebut juga
kriptografi nirsimetri (Munir, 2006 : 172).
Kunci Publik, e Kunci Privat, d
Plainteks, m Enkripsi
Ee (m) = c
Cipherteks, c
Dekripsi
Dd (c) = m Plainteks, m
Gambar 2.10. Skema kriptografi nirsimetri (Sumber : Munir, 2006 : 172)
Misalkan E adalah fungsi enkripsi dan D adalah fungsi dekripsi. Misalkan (e, d) adalah pasangan kunci untuk enkripsi
dan dekripsi sedemikian, sehingga
Ee (m) = c dan Dd (c) = m
untuk suatu plainteks m dan cipherteks c. kedua persamaaan ini
menyiratkan bahwa dengan mengetahui e dan c, maka secara komputasi hampir tidak mungkin menemukan m. asumsi
lainnya, dengan mengetahui e, secara komputasi hampir tidak
mungkin menurunkan d. Ee digambarkan sebagai fungsi pintu
kolong (trapdoor) satu arah dengan d adalah informasi trapdoor yang diperlukan untuk menghitung fungsi inversinya, D, yang
dalam hal ini membuat proses dekripsi dapat dilakukan.
Dengan sistem kriptografi kunci publik ini dua orang yang
berkomunikasi tidak perlu berbagi kunci yang sama. Keduanya
memiliki sepasang kunci, kunci publik dan kunci privat. Sistem kriptografi kunci publik yang aman memiliki dua karakteristik
sebagai berikut (Munir, 2006 : 174):
1. Komputasi untuk enkripsi/dekripsi mudah dilakukan.
2. Secara komputasi hampir tidak mungkin (infeasible) menurunkan kunci privat, d, bila diketahui kunci publik, e,
pasangannya.
Kedua karakteristik di atas dapat dianalogikan dengan dua masalah matematika berikut :
a. Perkalian vs pemfaktoran. Mengalikan dua buah bilangan
prima, a x b = n, mudah, tetapi memfaktorkan n menjadi
faktor-faktor primanya lebih sulit.
Contoh : 31 x 47 = 1457 (perkalian, mudah)
1457 = ? x ? (pemfaktoran, sulit)
b. Pemangkatan vs logaritma diskrit. Melakukan
perpangkatan modulo, b = ax mod n, mudah, tetapi menemukan x dari ax b (mod n) lebih sulit.
Contoh :
126 mod 1125 = 234 (perpangkatan modulo, mudah)
x dari 12x 234 (mod 1125) (logaritmik diskrit, sulit)
Dua masalah matematika di atas sering dijadikan dasar
pembangkitan sepasang kunci pada kriptografi kunci publik,
yaitu (Munir, 2006 : 175):
1. Pemfaktoran
Diberikan bilangan bulat n. Faktorkan n menjadi faktor
primanya. Contoh : 60 = 2 x 2 x 3 x 5 252601 = 41 x 61 x 101
213 – 1 = 3391 x 23279 x 65993 x 1868569 x 1066818132868207
Semakin besar n, semakin sulit memfaktorkan (butuh
waktu sangat lama). Algoritma yang menggunakan prinsip
ini : Rivest Shamir Adleman.
2. Logaritma Diskrit
Temukan x sedemikian ax b (mod n) sulit dihitung. Contoh : jika 3x 15 (mod 17) maka x = 6.
Semakin besar a, b, dan n semakin sulit memfaktorkan
(butuh waktu yang lama).
Algoritma yang menggunakan prinsip ini : ElGamal dan
DSA.
Catatan : Persoalan logaritma diskrit adalah kebalikan dari
persoalan perpangkatan modular : ax mod n
Sistem kriptografi kunci publik cocok digunakan di dalam
kelompok pengguna di lingkungan jaringan komputer
(LAN/WAN) yang memungkinkan mereka saling
berkomunikasi. Setiap pengguna jaringan memiliki pasangan
kunci publik dan kunci privat yang bersesuaian. Kunci publik, karena tidak rahasia, biasanya disimpan di dalam basisdata
kunci yang dapat diakses oleh pengguna lain. Jika ada pengguna yang hendak berkirim pesan ke pengguna lainnya, maka ia perlu
mengetahui kunci publik penerima pesan melalui basisdata
kunci ini lalu menggunakannya untuk mengenkripsi pesan. Hanya penerima pesan yang dapat mendekripsi pesan karena ia
yang mengetahui kunci privatnya sendiri.
Dengan sistem kriptografi kunci publik, tidak diperlukan
pengiriman kunci privat melalui saluran komunikasi khusus sebagaimana pada sistem kriptografi simetri (Munir, 2006 : 176).
2.8.3. Aplikasi Kriptografi Kunci Publik
Aplikasi kriptografi kunci publik dapat dibagi menjadi tiga kategori (Munir, 2006 : 178):
1. Kerahasiaan data
Seperti pada kriptografi kunci simetri, kriptografi kunci
publik dapat digunakan untuk menjaga kerahasiaan data (provide confidentiality/secrecy) melalui mekanisme
enkripsi dan dekripsi. Contoh algoritma untuk aplikasi ini
adalah Rivest Shamir Adleman, Knapsack, Rabin,
2. Tanda tangan digital
Tanda tangan digital (digital signature) dengan
menggunakan algoritma kriptografi kunci publik dapat
digunakan untuk membuktikan otentikasi pesan maupun
otentikasi pengirim (provide authentication). Contoh
algoritmanya untuk aplikasi ini adalah Rivest Shamir
Adleman, DSA, dan ElGamal.
3. Pertukaran kunci (key exchange)
Algoritma kriptografi kunci publik dapat digunakan untuk
pengiriman kunci simetri (session key). Contoh
algoritmanya adalah Rivest Shamir Adleman dan Diffie-
Hellman.
2.9. RSA (Rivest Shamir Adleman)
Algoritma Rivest Shamir Adleman dibuat oleh 3 orang peneliti dari
MIT (Massachussets Institute of Technology) pada tahun 1976, yaitu Ron (R)ivest, Adi (S)hamir, dan Leonard (A)dleman. Keamanan algoritma
Rivest Shamir Adleman terletak pada sulitnya memfaktorkan bilangan yang besar menjadi faktor-faktor prima. Pemfaktoran dilakukan untuk
memperoleh kunci privat. Selama pemfaktoran bilangan besar menjadi
faktor-faktor prima belum ditemukan algoritma yang mangkus, maka selama itu pula keamanan algoritma Rivest Shamir Adleman tetap
terjamin (Munir, 2006 : 179).
Algoritma Rivest Shamir Adleman memiliki besaran-besaran
sebagai berikut :
1. p dan q bilangan prima (rahasia)
2. n = p . q (tidak rahasia)
3. (n) = (p - 1)(q - 1) (rahasia)
4. e (kunci enkripsi) (tidak rahasia)
5. d (kunci dekripsi) (rahasia)
6. m (plainteks) (rahasia)
7. c (cipherteks) (tidak rahasia)
2.9.1. Perumusan Algoritma Rivest Shamir Adleman
Algoritma Rivest Shamir Adleman didasarkan pada teorema Euler yang menyatakan bahwa
a (n) 1 (mod n) (2.1)
dengan syarat (Munir, 2006 : 179) : 1. a harus relatif prima terhadap n
2. (n) = n(1 - 1/p1)(1 - 1/p2)…(1 – 1/pr), yang dalam hal ini
p1, p2, …, pr adalah faktor prima dari n. (n) adalah fungsi
yang menentukan berapa banyak dari bilangan-bilangan 1, 2, 3,…, n yang relatif prima terhadap n.
Berdasarkan sifat ak bk (mod n) untuk k bilangan bulat 1 maka persamaan (2.1) dapat ditulis menjadi
ak (n) 1k (mod n) atau
ak (n) 1 (mod n) (2.2)
bila a diganti dengan m, maka persamaan (2.2) dapat
ditulis menjadi
mk (n) 1 (mod n) (2.3)
Berdasarkan sifat ac bc (mod n), maka bila persamaan (2.3) dikali dengan m menjadi :
mk (n)+1 m (mod n) (2.4)
yang dalam hal ini m relatif prima terhadap n.
Misalkan e dan d dipilih sedemikian sehingga
e · d 1 (mod (n)) (2.5)
atau
e · d k (n) + 1 (2.6)
Sulihkan (2.6) ke dalam persamaan (2.4) menjadi :
me · d m (mod n) (2.7)
persamaan (2.7) dapat ditulis kembali menjadi :
(me) d m (mod n) (2.8)
Yang artinya, perpangkatan m dengan e diikuti dengan perpangkatan dengan d menghasilkan kembali m semula. Berdasarkan persamaan (2.8), maka enkripsi dan dekripsi dirumuskan sebagai berikut :
Ee(m) = c me mod n (2.9)
Dd(c) = m cd mod n (2.10)
Karena e · d = d · e, maka enkripsi diikuti dengan dekripsi ekivalen dengan dekripsi diikuti enkripsi :
Dd(Ee(m)) = Ee(Dd(c)) md mod n (2.11)
Oleh karena md mod n (m + jn)d mod n untuk sembarang bilangan bulat j, maka tiap plainteks m, m + n, m +
2n, …, menghasilkan cipherteks yang sama. Dengan kata lain, transformasinya dari banyak ke satu. Agar transformasinya dari
satu ke satu, maka m harus dibatasi dalam himpunan {0, 1, 2, …, n-1} sehingga enkripsi dan dekripsi tetap benar seperti pada
persamaan (2.9) dan (2.10).
2.9.2. Algoritma Membangkitkan Pasangan Kunci
1. Pilih dua buah bilangan prima sembarang, p dan q.
2. Hitung n = p · q (sebaiknya p q, sebab jika p = q maka n
= p2 sehingga p dapat diperoleh dengan menarik akar pangkat dua dari n).
3. Hitung (n) = (p - 1)(q - 1).
4. Pilih kunci publik, e, yang relatif prima terhadap (n).
5. Bangkitkan kunci privat dengan mengguakan persamaan
(2.5), yaitu e · d 1 (mod (n)). Perhatikan bahwa e · d
1 (mod n) ekivalen dengan e · d 1 + k (n), sehingga
secara sederhana d dapat dihitung dengan
(2.12)
Hasil dari algoritma di atas :
- Kunci publik adalah pasangan (e, n) - Kunci privat adalah pasangan (d, n)
Catatan : n tidak bersifat rahasia, sebab ia diperlukan pada
perhitungan enkripsi/dekripsi (Munir, 2006 : 181).
2.9.3. Algoritma Enkripsi/Dekripsi
Enkripsi
1. Ambil kunci publik penerima pesan, e, dan modulus n.
2. Nyatakan plainteks m menjadi blok-blok m1, m2,…, sedemikian sehingga setiap blok merepresentasikan nilai
di dalam selang [0, n-1].
3. Setiap blok m, dienkripsi menjadi blok ci dengan rumus ci
= mi e mod n.
Dekripsi
Setiap blok cipherteks ci didekripsi kembali menjadi blok mi
dengan rumus mi = ci d mod n.
2.9.4. Keamanan Rivest Shamir Adleman
Keamanan algoritma Rivest Shamir Adleman didasarkan pada sulitnya memfaktorkan bilangan besar menjadi faktor-
faktor primanya (Munir, 2006 : 183).
Masalah pemfaktoran : Faktorkan n, yang dalam hal ini n
adalah hasil kali dari dua atau lebih bilangan prima.
Pada Rivest Shamir Adleman, masalah pemfaktoran
berbunyi : Faktorkan n menjadi dua faktor primanya, p dan q,
sedemikian sehingga n = p · q. Sekali n berhasil difaktorkan menjadi p dan q, maka (n) = (p - 1)(q - 1) dapat dihitung.
Selanjutnya, karena kunci enkripsi e diumumkan (tidak rahasia),
maka kunci dekripsi d dapat dihitung dari persamaan e · d 1 (mod (n)).
Selama 300 tahun para matematikawan mencoba mencari
faktor bilangan yang besar namun tidak banyak membuahkan hasil. Semua bukti yang diketahui menunjukkan bahwa upaya
pemfaktoran itu luar biasa sulit. Belum ditemukan algoritma pemfaktoran bilangan besar dalam waktu polinomial, tetapi juga
tidak dapat dibuktikan algoritma tersebut ada. Fakta inilah yang
membuat algoritma Rivest Shamir Adleman dianggap aman.
Penemu algoritma Rivest Shamir Adleman bahkan menyarankan nilai p dan q panjangnya lebih dari 100 angka. Dengan demikian
hasil kali n = p x q akan berukuran lebih dari 200 angka.
Menurut Rivest dan kawan-kawan, usaha untuk mencari faktor prima dari bilangan 200 angka membutuhkan waktu komputasi