• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata 1 (S.Pd)

Oleh : ABDUL HAMID NIM 104016300465

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang pada bulan Februari-Maret 2010 pada kelas VIII-2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsep gaya bernuansa nilai. Metode yang digunakan adalah Peneitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan dengan pembahasan sebagian sub bab pada konsep gaya dan siklus II dilakukan tiga kali pertemuan dengan pembahasan sebagian sub bab pada konsep gaya. Metode PTK tersebut dilaksanakan di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang dengan melibatkan 47 siswa kelas VIII-2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap awal dan akhir siklus, quisioner respon siswa terhadap nilai-nilai yang terkandung pada konsep gaya dan lembar observasi. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berhasil meningkatkan hasil belajar yang signifikan dari hasil perolehan skor N Gain untuk siklus I sebear 0,29 menjadi 0,53 untuk skor N Gain siklus II. Kondisi ini didukung oleh hasil perolehan penyebaran angket terhadap siswa dengan perolehan jawaban pernyataan siswa dari sisipan nilai religius sebesar 82,8%, sisipan nilai praktis sebesar 82,2%, dan sisipan nilai intelektual sebesar 86,6%. Oleh karena itu dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsep gaya yang bernuansa nilai memberikan dampak positif dalam pembelajaran berupa peningkatan hasil belajar siswa yang cukup signifikan.

Kata kunci : Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Konsep Gaya, Hasil Belajar Siswa, Koopertif Tipe Jigsaw.

(4)

Studies Program, Department of Education Natural Sciences, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The research was conducted in MTs Hidayatul Islamiyah Karawang in February- March 2010 in class VIII - 2.

This study aims to determine increased physics learning outcomes through the implementation of cooperative learning model type concept of Jigsaw on the nuanced style. The method used is a Class Action Research ( CAR ), which consists of two cycles. Cycle I consists of three meetings with a discussion of some sub- chapters on the concept of style and cycle II conducted three meetings with a discussion of some sub- chapters on the concept of style. TOD method is implemented in MTs Hidayatul Islamiyah Karawang involving 47 students in grade VIII -2. The research instrument used in this study is to test the results of study conducted at the beginning and end of each cycle, quitionary students' response to the values embodied in the concept of style and observation sheet. Based on this research note that the implementation of cooperative learning model types Jigsaw successfully improve learning outcomes significantly from the results of the acquisition of N Gain scores for the first cycle sebear score 0.29 to

0.53 for N Gain cycle II. It was supported by the proceeds of the student questionnaire with students' acquisition of insert statement answers the religious values of 82.8 %, insert the practical value of 82.2 %, and inserts the intellectual value of 86.6 %. Therefore it can be concluded the implementation of cooperative learning model type concept of Jigsaw in the style of nuanced value positive impact on learning by increasing student learning outcomes significantly.

Key words: Class Action Research ( CAR ), The concept of Style, Student Results, Koopertif Type Jigsaw.

(5)

Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Rabb yang telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang dan bimbingan Allah Azza Wa Jalla. Rabb yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.

Allahumma shalli’ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk insan yang senantiasa memberikan suri tauladan yang terpuji untuk bekal di alam dunia menuju alam akhirat bagi seluruh umat manusia yang hendak mencontohnya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan bagi para keluarga dan para sahabatnya yang telah mewarisi amanah yang hikamahnya sangat kita rasakan hingga saat ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Ibu Erina Hertanti, M.Si, Ketua Prodi Pendidikan IPA Fisika

4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh ketekunan dan keuletannya dalam membimbing penulis selama ini.

5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, Dosen Pembimbing II juga telah banyak memberikan pemikiran dan waktu sehingga tuntasnya skripsi ini.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Kepala MTs Hidayatul Islamiyah Karawang H. M. Eded Ubaedillah, S.Ag, Teti Herlina, A. KS selaku guru bidang studi fisika di MTs Hidayatul

(6)

Masyitoh, serta semua keluarga yang telah melimpahkan segenap kasih dan sayangnya yang tak terhingga.

9. Saudara-saudaraku seperjuangan di M.H.T yang tak henti-hentinya selalu mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan semangat baru serta canda tawa dalam setiap waktu. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian. 10. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2004, khususnya untuk Munajat Sudirman, S.Pd, Muhammad Sholihin, Misbahudin, S.Pd, Muhammad Hartato, Mahbub, dan Dwi Enggal yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini terselesaikan. Tak lupa untuk Deden Suhendar ,S.S, Irwan Thea, Ahmad dan semuanya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah, sampai jumpa dalam kesuksesan.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia sampai akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Desember 2010

Penyusun Abdul Hamid

(7)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... ...1

... A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... ...7

A...Kajia n Teori ... 7

1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7

(8)

Learning) Tipe Jigsaw ... 15... 4. Pengertian Hasil Belajar ... 17 5. Hakikat Nilai ... 21 6. Konsep Gaya ... 23 7. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Konsep Gaya 29

B...Bahas an Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C...Desai n-desain Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih ... 32

D...Keran gka Berpikir ... 33

E...Hipot esis Tindakan ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ... 36

A...Meto de dan Rancangan Siklus Penelitian... 36

1. Metode Penelitian ... 36 2. Rancangan Siklus Penelitian ... 36 B...Temp at dan Waktu Penelitian ... 37 C...Subje k yang Terlibat dalam Penelitian ... 37

(9)

1. Temuan Awal ... 37

2. Diagnosis ... 38

3. Siklus I ... 38

F...Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 39

G...Data dan Sumber Data ... 40

H...Instru men Penelitian ... 40

1. Tes ... 40

2. Quesioner ... 43

3. Catatan Lapangan ... 43

I...Tekni k Pengumpulan Data ... 43

J...Tekni k Pemeriksaan Keterpercayaan ... 44

1. Pengujian Validitas Instrumen ... 44

2. Reliabilitas Instrumen ... 45

3. Pengujian Taraf Kesukaran ... 46

4. Daya Pembeda ... 46

K. Teknik Analisis Data ... 47

1. Tes Hasil Belajar ... 47

2. Analisis Sikap Siswa ... 49

L. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan 49 1. Perencanaan Tindakan ... 49

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 52

A...Deskr ipsi Data Hasil Interpretasi Tindakan ... 52

1. Hasil Belajar ... 52 2. Sikap Siswa tentang Nilai-nilai yang Terkandung dalam Konsep Gaya ...

56

B...Pemb ahasan Temuan Penelitian ... 58

1. Tindakan Tiap Siklus ... 58 2. Perolehan Hasil Belajar ... 67 3. Rekapitulasi Perolehan Jawaban Quisioner tentang Nilai-nilai yang Terkandung dalam Konsep Gaya...

68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 70

A...Kesi mpulan ... 70 B...Saran ... 71

(11)

LAMPIRAN... ... 75

(12)

2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

2.2 Garis Besar Ranah Kognitif ... 18

2.3 Garis Besar Ranah Afektif ... 19

2.4 Garis Besar Ranah Psikomotor... 20

3.1 Data dan Sumber Data ... 40

3.2 Kisi-kisi Intrumen Siklus I ... 41

3.3 Kisi-kisi Intrumen Siklus II ... 42

3.4 Kategori Tingkat Kesukaran ... 46

3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 47

4.1 Rerata Nilai Hasil Belajar Siswa... 52

4.2 Nilai N Gain Pada Siklus I dan Siklus II ... ... 54 4.3 Hasil Uji t, N Gain Siklus I dan Siklus II ... 55

(13)

2.1 Model Action Research Kurt Lewin ... 8

2.2 Hubungan Antara Kelompok Asal dengan Kelompok Ahli... 16

2.3 Bagan Peta Konsep tentang Gaya... 23

2.4 Hubungan Antara Massa Benda, Berat, dan Percepatan Gravitasi ... 25

2.5 Deskripsi Hukum I Newton 26 2.6 Contoh Gerakan Inersia atau Kelembaman ... 27

2.7 Bagan Kerangka Berpikir ... 34

3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 36

4.1 Histogram Nilai N Gain Pada Siklus I dan Siklus II ... 54

4.2 Diagram Persentase Rata-rata Jawaban Siswa... 69

(14)

1 Rencana Proses Pembelajaran (RPP) ... 75

2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 90

3 Uji Instrumen Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 93

4 Kunci Jawaban Uji Instrumen Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 109

5 Daftar Nama dan Jawaban Uji Instrumen Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... ... 110 6 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II. . 113

7 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... ... 117 8 Taraf Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II... 121

9 Penskoran Kelompok Atas dan Bawah Siklus I dan Siklus II... 124

10 Taraf Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II... 132

11 Daya Pembeda Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II... 134

12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Siklus I dan Siklus II. 136 13 Reliabilitas Variabel Valid Siklus I dan Siklus II... 138

14 Perhitungan Uji Validitas ... 136

15 Perhitungan Uji Reliabilitas ... 137

16 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran dan Daya Beda ... 138

17 Perhitungan Realiabilitas Variabel Valid dengan Rumus

Kuder – Richardson (K-R 20)

...

(15)

...

140

19 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Siklus I dan Siklus II

...

...

148

20 Kisi-Kisi Instrumen Kuisioner Penelitian Sikap Siswa tentang

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Konsep Gaya

...

...

149

21 Lembar Quisioner

...

...

152

22 Daftar Nama dan Jawaban Quisioner Penelitian ... 153

23 Perhitungan Sikap Siswa Tentang Nilai-Nilai yang Terkandung dalam

Konsep Gaya ...

...

154

24 Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II

...

...

155

25 Daftar Uji Referensi

...

(16)

...

167

27 Surat Izin Bimbingan Skripsi ... 168

28 Surat Permohonan Izin Penelitian... 169

29 Surat Keterangan Selesai Penelitian... 170

30 Daftar Riwayat Hidup ... 171

(17)

Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan dalam hal sarana dan prasarana, mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu memiliki dan memecahkan masalah pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi (berupa kecerdasan dan keterampilan) peserta didik.

Konsep pendidikan di atas terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan (peserta didik) harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Setelah memperhatikan konsep tersebut, maka perlu dipikirkan suasana pembelajaran dan sekolah yang cocok buat siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

“MTs. Hidayatul Islamiyah Karawang merupakan salah satu sekolah swasta yang mempunyai input atau masukan siswa yang memiliki variasi dalam prestasi belajar. Hal tersebut disebabkan oleh peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam".1

Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan-kemampuan rohani manusia, menumbuhkan daya penilaian yang benar, meneruskan warisan budaya manusia,

1 Hasil wawancara dengan guru fisika, (Ibu Teti Herlina di Karawang: 13 September

2009, pukul 14.00 WIB)

(18)

dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai.2 Dengan cara meningkatkan

peranannya dalam pembentukan kepribadian siswa melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia, warga masyarakat dan warga negara yang baik.

Selaras dengan pernyataan di atas, Presiden Republik Indonesia (RI) juga menyampaikan harapannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia dalam pidato sambutan peringatan Hari Pendidikan Nasional di Universitas Airlangga, Senin, 12 Mei 2008 yang lalu, “Ke depan bangsa ini harus meningkatkan kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa, untuk itu pendidikan harus bertujuan mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi serta membentuk nilai dan karakter bangsa yang unggul yang dicirikan antara lain ulet, sanggup menghadapi tantangan, saling menyayangi, menghormati dan toleransi.”3

Untuk itu, pendidikan nilai perlu dilakukan secara menyeluruh dalam setiap mata pelajaran yang diterima siswa. Salah satu caranya adalah dengan pembelajaran yang bernuansakan dengan nilai. Dengan adanya pembelajaran yang bernuansa nilai tersebut, diharapkan siswa dapat menentukan nilai baik dan buruk dalam kehidupan sehingga dapat memilih nilai-nilai yang baik untuk peningkatan kualitas hidupnya di dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, tampak bahwa pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan adalah metode ceramah dan diskusi informasi. Semuanya cenderung menggunakan konsep pembelajaran terpusat pada guru (teacher center), sehingga dalam praktiknya dominasi ada di pihak guru sementara siswa sangat sedikit mengambil peran.

Dari 47 siswa di kelas VIII-2 MTs Hidayatul Islamiyah yang aktif dalam proses belajar-mengajar hanya sekitar lima sampai dengan tujuh orang. Situasi proses pembelajaran sepert ini boleh dikatakan kontra produktif dengan karakter sekolah tersebut. Para siswa memiliki kelebihan berupa solidaritas yang sangat kuat, akan tetapi kelebihan ini menyebabkan kelemahan berupa konsentrasi pada

2

Kaswardi, "Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000", (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), Cet. I, h. 74.

3 Aswandi, “Membangun Karakter Bangsa”, dari www.pontianakpost.com, 28 Februari

(19)

pelajaran sangat rendah karena mereka lebih senang ramai selama mengikuti pembelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika. Rendahnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran fisika ini berakibat pada rendahnya motivasi siswa, yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Siswa yang mempelajari fisika, secara umum belum menunjukkan suatu prestasi yang menggembirakan. Gejala ini dapat diamati dari hasil pengamatan peneliti terhadap nilai mata pelajaran fisika untuk konsep gaya di kelas VIII-2 sebelumnya antara lain; siswa yang memperoleh nilai di atas 80 terdapat 10%, yang memperoleh nilai antara 60–79 terdapat 38%, dan siswa yang nilainya kurang dari 60 terdapat 52%. Ternyata siswa-siswa yang memperoleh nilai tinggi adalah siswa yang partisipasi di kelasnya cukup tinggi. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya rendah, partisipasi di kelasnya juga rendah. Hasil yang dicapai siswa masih di bawah angka ketuntasan belajar yang diharapkan oleh guru.

Berdasarkan data hasil belajar tersebut, maka konsep gaya perlu mendapatkan perhatian khusus. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki masalah pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menemukan alternatif pemecahan masalah hasil belajar khususnya pelajaran fisika pada konsep gaya dengan mencari model pembelajaran yang sesuai dengan karakter kelas VIII-2 dan diupayakan dapat menanggulangi kelemahan-kelemahan tersebut.

Dewasa ini ada berbagai metode dan model pembelajaran yang telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan keterlibatan siswa dalam menguasai pelajaran. Metode dan model pembelajaran yang baik tentunya dapat membangkitkan motivasi belajar siswa serta dapat menciptakan kondisi belajar siswa yang sesuai dengan perkembangan mental siswa, sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar atau hasil belajar siswa.

(20)

diharapkan siswa bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal.

Dalam Jigsaw, siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari enam orang untuk menyelesaikan satu tugas akademis yang sudah dibagi ke dalam bagian-bagian. Masing-masing individu ditugaskan untuk menyelesaikan satu bagian dan kemudian berperan sebagai peer tutor bagi anggota tim yang lain. Kemudian diadakan pembahasan “ahli”. Masing-masing individu dari kelompok yang berbeda-beda dengan topik atau bagian yang sama bertemu dalam sebuah kelompok “ahli” untuk mempresentasikan hasilnya kepada tim dan kemudian semua anggota “ahli” tersebut kembali kepada timnya masing-masing untuk membahas bagiannya itu kepada tim. Setelah itu dibuat kuis atau tes dan penguatan oleh guru.4

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diyakini peneliti dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh siswa kelas VIII-2 MTs. Hidayatul Islamiyah tersebut, karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam membantu siswa memahami pelajaran fisika tentang konsep gaya bernuansa nilai, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas di MTs. Hidayatul Islamiyah Karawang yang berjudul: “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Bernuansa Nilai”.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang terjadi di kelas VIII-2 MTs. Hidayatul Islamiyah sebagai berikut.

1. Nilai siswa untuk mata pelajaran fisika pada konsep gaya masih di bawah angka ketuntasan belajar yang diharapkan;

4 Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Pendidikan

(21)

2. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan adalah metode ceramah dan diskusi informasi sehingga siswa cepat bosan dan kurang menyenangkan saat mengikuti pembelajaran di dalam kelas;

3. Rendahnya konsentrasi siswa saat mengikuti pembelajaran di dalam kelas, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas sebagaimana tercakup dalam judul penelitian yaitu “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Bernuansa Nilai”, maka fokus masalah dibatasi padaaspek-aspek berikut:

1. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada konsep gaya pada ranah kognitif. Ranah kognitif aspek yang diukur meliputi aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4).

2. Nuansa nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyisipan muatan nilai pada konsep gaya dalam kegiatan pembelajaran. Nilai yang akan disisipkan dalam pembelajaran ini meliputi nilai religius, nilai praktis, dan nilai intelektual.

D. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya yang bernuansa nilai?"

E. Tujuan Penelitian

(22)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1. Peneliti

Menjadi pengalaman bagi peneliti dalam menyusun salah satu karya tulis dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada jurusan pendidikan IPA program studi Pendidikan Fisika FITK UIN Jakarta.

2. Guru

(23)

A. Kajian Teori

1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan berasal dari frase action research yaitu riset aksi, kaji tindak dan riset tindakan. Menurut Nurkamto seperti dikutip Suwandi, penelitian tindakan yang dilakukan dalam kelas dikenal dengan penelitian tindakan kelas.1

Penelitian tindakan kelas sering disebut classroom action research, yang mampu menawarkan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau mengimplementasikan berbagai program di sekolahnya dengan mengakaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada siswa.2

Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Elniati, 2000), menyatakan bahwa ”Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesioanal”.3

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesioanal apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.

Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (peneliti) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan

1

Suwandi, ProsedurPenelitian Tindakan Kelas , (Kediri: Jenggala Pustaka Utama, 2006), h. 34

2

Tim Rayon 9, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, 2007)

3 Edward, Upaya Peningkatan Mutu PBM IPA dengan Memakakai LKS Interaktif pada Siswa Kelas VI SDN 08 Ganting Padang Panjang, , Jurnal Guru, No.1 Vol.3, Juli 2006, h. 25

(24)

bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.4

Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas yang pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan” yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai maslah itu terpecahkan”.5

Menurut Lewin seperti dikutip Byeshi menyebutkan bahwa konsep pokok

action research terdiri dari empat komponen, yaitu; 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat itu dipandang sebagai satu siklus yang digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.6

2) acting

1) planning 3) observing

4) reflecting

Gambar 2.1 Model Action Research Kurt Lewin

4

Suwandi, Op.Cit, h.51 5

Byeshi, Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroom Action Research (CAR), Jurnal Pelangi Pendidikan Vol.4, No.2, 2001

(25)

Dengan demikian penelitian tindakan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang bersifat reflektif terhadap suatu permasalahan di dalam kelas sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran. Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini mencakup masalah yang terjadi pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran (setiap tindakan), kemudian beberapa masalah yang ditemukan akan digambarkan secara garis besar dan dipadukan dengan hasil tes dan non tes dalam satu siklus. Dengan demikian dapat direncanakan suatu perombakan dari hasil refleksi satu siklus ke siklus berikutnya.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yaitu sebagai berikut:

1) On the job problem oriented

(masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja peneliti yang ada dalam tanggung jawab peneliti)

2) Problem solving oriented

(berorientasi pada pemecahan masalah)

3) Improvement oriented

(berorientasi pada peningkatan kualitas)

4) Multiple data collection

(berbagai cara koleksi data dipergunakan)

5) Cyclic (siklis)

6) Participatory

(collaborative).7

c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki beberpa persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.8

Secara lebih rinci, tujuan PTK adalah sebagai berikut:

7

Tim Rayon 9, Op.Cit. h. 4-5

(26)

1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah

2) Membantu guru dan tenaga

kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas

3) Meningkatkan sikap

profesional pendidik dan tenaga kependidikan

4) Menumbuhkembangkan

budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. 9

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.

d. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Dengan tertumbuhkannya budaya peneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang diduga menuju perbaikan pembelajaran.

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Sebenarnya pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Pada awal abad pertama seorang filosof berpendapat bahwa untuk dapat belajar, seorang harus memiliki pasangan atau teman. Dari situlah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan.10

9

Ibid, h.61.

(27)

“Model pembelajaran kooperatif tidaklah berevolusi dari satu pendekatan pembelajaran tunggal. Model ini dapat ditelusuri kembali dari zaman Yunani kuno, namun perkembangannya pada masa kini dapat dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20.”11

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaburatif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.12

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil, selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat temannya.

Pembelajaran kooperatif dapat merangsang siswa supaya lebih bersemangat dalam belajar, jika sistem belajar dalam pembelajaran kooperatif disajikan dengan menarik dan terarah dalam mengkaji sesuatu permasalahan atau materi yang akan disampaikan.

Pernyataan di atas sesuai dengan pernyataan Djahiri sebagaimana yang telah dikutip oleh Isjoni, menyebutkan bahwa “pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).”13

Pada massa sekarang masyarakat semakin menyadari pentingnya para siswa untuk berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Untuk itu, peneliti berusaha menerapkan pembelajaran kooperatif dengan kemampuan siswa yang bervariasi.

11

Ibid, h. 12. 12

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung: Alpabeta, 2007), Cet. I, h. 15.

(28)

“Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama pembelajaran. Siswa dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya. Pada pembelejaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya.”14

Seperti yang telah dijelaskan di atas dapat dikatan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatau pembelajaran dimana kegiatan belajarnya dalam kelompok-kelompok kecil yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu dengan diajarkan keterampilan-keterampilan khusus berupa lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya yang berjumlah 4-6 orang secara kolaburatif.

b. Unsur-unsur, Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Johnson sebagaimana telah dikutip oleh Lie, mengatakan bahwa “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.”15 Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, dan 5) evaluasi proses kelompok. 16

Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Siswa bekerja dalam

kelompok yang dibentuk dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. Kelompok tersebut berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda

2) Penghargaan lebih

berorientasi kelompok ketimbang individu.

14

Iis Holisin, “Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas VII SMP Maryaam Surabaya dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”, Laporan Akhir PTK UT Surabaya, (Surabaya: Perpustakaan UT Surabaya, 2006), hlm. 8

15

Anita Lie, Cooperative Learning MempraktikkanCooperative Learning diRuang-ruang Kelas, (Jakarta:Gramedia, 2007 ), Cet. V, h. 31.

(29)

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.17

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Enam langkah pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada Tabel 2.1 di bawah ini.18

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

17 Isjoni, Op.Cit, h.21

(30)

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil hasil belajar individu dan kelompok

Terdapat enam langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

d. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Beberapa variasi dalam model

cooperative learning tersebut diuraikan seperti berikut ini :

1) Student Teams-Achievement

Division (STAD)

STAD yang dikemukakan oleh Slavin seperti yang dikutip oleh Suprayekti, merupakan sebuah metode pelajaran yang terdiri dari empat atau lima orang yang heterogen dari segi tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang budaya. Tahap-tahap pembelajarannya adalah sebagai berikut: a) penyajian guru, b) diskusi kelompok, c) kuis individual dan kuis silang dengan tim, dan d) penguatan dari guru. 19

2) Teams-Games-Tournaments

(TGT)

TGT hampir mirip dengan STAD, namun TGT tidak dipergunakan kuis melainkan melalui turnamen prestasi hasil pembahasan. Ada 4 tahap dalam TGT yakni: a) identifikasi masalah. b) pembahasan masalah dalam tim. c) prestasi hasil pembahasan tim (tournament), dan d) penguatan guru.20

19

Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Pendidikan Penabur No. 07 Tahun V, Desember 2006, h. 90-91

(31)

3) Teams Assisted Individualization (TAI)

TAI juga mirip dengan STAD dalam hal komposisi tim. Tetapi berbeda dalam hal pembelajaran. STAD hanya menggunakan cara tunggal yakni team atau kelompok, sementara TAI menggabungkan cara kelompok dengan individu.21

4) Cooperative Integrated

Reading and Comprehension (CIRC)

“CIRC merupakan suatu program pembelajaran kooperatif yang komprehensif untuk pembelajaran membaca dan menulis di tingkat-tingkat atas di sekolah dasar.”22 Komposisi kelompoknya pun hampir sama, hanya bentuk penugasannya disesuaikan dengan tugas khas pelajaran bahasa.

5) Jigsaw

Dalam Jigsaw, guru memperhatiakn latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.23

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah dikembangkan di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.24

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang menekankan kerja sama dan mengembangkan interpersonal dan intra personal.25

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi kelomok dengan anggota lima atau enam siswa untuk setiap kelompok dan

21 Ibid. 22 Ibid. 23

Anita Lie, Op.Cit, h. 69. 24

Muslimin Ibrahim, dkk., Op.Cit, h.21

(32)

heterogen. Materi pemebelajaran diberikan kepada siswa dapat berbentuk teks, alat, serta bahan untuk melakukan praktikum.

Gambar 2.2 di bawah ini menunjukkan hubungan antara kelompok asal

Gambar 2.2 Hubungan Antara Kelompok Asal dengan Kelompok Ahli

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw seperti yang digambarkan di atas, setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari

(33)

materi pelajaran yang diberikan guru. Setiap anggota berawal dari beberapa kelompok asal misalnya kelompok asal yang beranggotakan A, B, C, D, dan E.

Selanjutnya perwakilan dari setiap anggota dari beberapa kelompok asal membentuk beberapa kelompok ahli untuk membahas materi, seperti kelompok ahli yang beranggotakan A, F, K, P, dan U. Kemudian tiap anggota dari beberapa kelompok ahli kembali kepada beberapa kelompok asal setelah kelompok ahli mempelajari materi yang diberikan.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di dalam kelas diatur sebagai berikut: a) pembagian tugas, b) membaca, c) diskusi kelompok, d) laporan tim, e) kuis, dan f) penghargaan tim.27

Sebagai contoh jika materi yang diajarkan itu adalah tentang optik, seorang siswa mempelajari tentang pemantulan, siswa lain mempelajari tentang pembiasan, siswa yang lain lagi berbicara tentang alat-alat optik. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas mengenai karakteristik kooperatif tipe Jigsaw berikut cara pelaksanaannya di dalam kelas, maka peneliti akan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan langkah-langkah yang sama di setiap siklusnya. Namun ditambahkan dengan memberikan tes hasil belajar (pre test dan post test).

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi dalam diri seseorang. Hal ini dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada prilaku. Dan prilaku belajar sesorang yang dipelajari

(34)

dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan nilai belajar dalam bentuk riil atau non riil.

Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisit dalam pekerjaan pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Bahkan ia tidak hanya sekedar menjadi salah satu bagian saja, akan tetapi sebaliknya merupakan bagian integral, yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Tanpa titik tolak dasar pemikiran yang serupa ini, maka penilaian pendidikan tidak akan menunaikan fungsi sebagaimana mestinya.28

Dalam proses belajar, pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik.Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan peningkatan penguasaan pengetahuan keteranpilan terhadap mata pelajaran.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. 29 Oleh karena itu perlu dipahami arti dan tingkatan mengenai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sofyan dkk. mengemukakan bahwa “domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan intruksional berada dalam domain kognitif.”30

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. seperti dikutip Sofyan dikategorikan lebih terinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).31

28

Mudjijo, Tes Hasil Belajar,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h.2

29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakakarya, 1997), Cet. III, h. 150

30

Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis Kompetensi, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 14

(35)

Untuk memudahkan dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan valid dalam ranah kognitif. Di bawah ini disajikan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut.32

Tabel 2.2 Garis Besar Ranah Kognitif

Ranah Kognitif Indikator Cara Evaluasi

1. Ingatan

4. Menceritakan apa yang terjadi 5. Menguraikan apa yang terjadi

1. Menjelaskan gagasan pokok

2. Mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi

(36)

6. Evaluasi

3. Memprediksi

4. Menciptakan produk baru

1. Mempertahankan pendapat 2. Memilih solusi yang lebih baik ditanamkan melalui proses belajar mengajar.33

Untuk memudahkan dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan valid dalam ranah Afektif. Berikut disajikan dalam

Tabel 2.3 sebagai berikut.34

Tabel 2.3 Garis Besar Ranah Afektif

Ranah Afektif Indikator Cara Evaluasi

1. Penerim

1. Menganggap penting dan bermanfaat

2. Menganggap indah dan

1.

Tes skala sikap 2.

(37)

4. Pendala

Domain psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif, seperti keterampialan menyusun alat-alat percobaan dan melakukan percobaan.35

Untuk memudahkan dalam menggunakan alat evaluasi dalam ranah psikomotor, berikut disajikan dalam Tabel 2.4 sebagai berikut.36

Tabel 2.4 Garis Besar Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor Indikator Cara Evaluasi

1. Ket

erampilan bergerak dan bertindak

1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

2.Membuat mimik dan gerakan jasmani

(38)

mencakup empat jenjang yaitu; hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

5. Hakikat Nilai

Allport (1964) seperti dikutip Mulyana mengemukakan bahwa “nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Bagi Allport nilai terjadi pada wilayah psikologis, yaitu keyakinan.”37

Kupperman (1983) dalam Mulyana mengatakan bahwa nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku manusia. Definisi ini lebih mencerminkan pandangan sosiolog. Sehingga salah satu bagian terpenting dalam proses pertimbangan nilai adalah pelibatan nilai-nilai normatif yang berlaku di masyarakat.38

Jonas dalam Bertens (1999) seperti dikutip Mulyana mengatakan bahwa “nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan kata “ya”. Definisi ini merupakan definisi yang memiliki kerangka lebih umum dan lebih luas. Kata “ya” dapat mencakup nilai keyakinan individu secara psikologis maupun nilai patokan normatif secara sosiologis”.39

Kluckhohn sebagaimana yang dikutip oleh Mulyana mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Definisi ini memiliki banyak implikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian yang lebih spesifik andaikata dikaji secara mendalam.40

Untuk kebutuhan pengertian nilai yang lebih sederhana namun mencakup keseluruhan aspek yang terkandung dalam empat definisi di atas, dapat ditarik suatu definisi tentang nilai yaitu: nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

37 Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), Cet. II, h. 9

38

(39)

Einstein seperti yang dikutip oleh Mulyana membagi nilai menjadi lima, yaitu: a) nilai etika dan nilai estetika dari sains terletak pada sistem yang menetapkan kebenaran objektif pada tempat yang paling utama, b) nilai sosio-politik-ekonomi, c) nilai pendidikan atau nilai psikologis dan nilai paedagogis dari sains, d) nilai religius berorientasi kepada nilai keimanan sebagai dasar segala pemikiran, dan e) nilai intelektual atau nilai kecerdasan.41

Nilai intelektual atau nilai kecerdasan adalah kandungan nilai-nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang lebih efektif dan efisien.42

Nilai menurut Scheler seperti yang telah dikutip oleh Mulyana memiliki hierarki yang dapat dikelompokkan ke dalam empat tingkatan, yaitu; a) nilai kenikmatan, b) nilai kehidupan, c) nilai kejiwaan, dan d) nilai kerohanian.43

Kalau pengelompokkan nilai-nilai ini kita terima, kita akan segera melihat bahwa nilai-nilai yang termuat dalam pancasila jelas termasuk dalam tingkatan nilai-nilai yang tinggi. Sila "ketuhanan" menduduki tingkatan paling tinggi. Bahkan sila "kemanusiaan" dan sila "keadilan" pun dapat diletakkan pada tingkatan tertinggi.

41

Suroso Adi Yudianto, Menejemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2005), h.47-48

42 Ibid, h. 47-48

(40)
(41)

Gambar 2.3 Bagan Peta Konsep tentang Gaya

a. Pengertian Gaya

Gerak tidak akan terjadi tanpa adanya gaya. Gaya mampu menggerakkan benda, mengubah arah gerakan, dan mengubah bentuk benda.

b.Jenis-jenis Gaya

Dalam gaya terdapat gaya sentuh dan gaya tak sentuh. 1) Gaya sentuh

Gaya sentuh merupakan gaya yang bekerja pada sebuah benda dan langsung bersentuhan.44 Salah contoh gaya sentuh yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah gaya gesek. Kamu akan merasa adanya gesekan antara benda dengan lantai dan menyulitkan kamu mendorong benda tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti sering bertemu dengan gaya gesekan. "Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang saling bergesekan dengan arah gaya berlawanan dengan arah gerak benda."45 Dalam gaya gesek secara umum terbagi dua bagian yaitu gaya gesek kinetis dan gaya gesek statis 2) Gaya tak sentuh

Gaya tak sentuh merupakan gaya yang bekerja pada benda tanpa bersentuhan langsung dengan benda tersebut.46 Contoh gaya tak sentuh dalam kehidupan sehari-hari adalah gaya magnet dan gaya gravitasi. Dalam gaya magnet, benda-benda kecil yang berada didekatnya akan tertarik oleh magnet. Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet.47 Gaya gravitasi Bumi mengakibatkan setiap benda yang jatuh selalu ke pusat Bumi. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi Bumi. Gaya gravitasi Bumi adalah gaya yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara benda dengan Bumi.48 Perbandingan

44

Kamajaya dan Tedy Wibowo, Inspirasi Sains Pelajaran IPA Terpadu untuk SMP, (Jakarta: Ganeca Exact, 2007), Cet. I, h. 2

45 Ibid, h. 3-4 46

Ibid, h. 3-4 47

Suryana, Belajar Aktif Fisika, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2002), h. 80-83

(42)

antara berat dan massa (w/m) ini disebut juga sebagai percepatan gravitasi (g) yang dapat ditulis;

m w

g = (2-1)

dengan

g = percepatan gravitasi (N/kg)

w = berat benda (N)

m = massa benda (kg) atau

w = m g (2-2)

atau

m = g w

(2-3)

Ketiga persamaan di atas dapat juga ditulis dalam bentuk segitiga seperti pada Gambar 2.4 di bawah ini.

w m g

Gambar 2.4 Hubungan antara Massa Benda, Berat, dan Percepatan Gravitasi

c. Hukum Newton

Dalam gaya terdapat tiga hukum Newton, yaitu: 1) Hukum I Newton

(43)

Bahkan benda itu akan tetap diam walaupun ada beberapa gaya yang bekerja, asalkan gaya total yang bekerja pada benda itu sama dengan nol.

Demikian juga pada benda yang sedang bergerak lurus dengan kelajuan konstan. Jika bekerja dua gaya atau lebih yang seimbang, maka benda itu akan bergerak lurus dengan kelajuan konstan, asalkan gaya total yang bekerja pada benda itu sama dengan nol.

Arah gerak benda Dua gaya yang seimbang

Gambar 2.5 Deskripsi Hukum I Newton

Kejadian di atas dikaji oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Sir Isaac Newton (1643-1727). Oleh Newton dinyatakan:

Bila resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda nol, atau tidak ada gaya yang bekerja pada benda, benda itu akan diam (tidak bergerak) atau akan bergerak lurus beraturan.49

Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak lurus disebut inersia. Karena itulah hukum I Newton sering disebut hukum inersia. Inersia disebut juga kelembaman. Lembam berarti kecenderungan bertahan pada keadaan semula.50

Sebuah kelereng yang relatif agak besar sedang bergerak dengan lintasan lurus di atas lantai keramik yang licin. Selembar kertas hvs berada pada jalur yang akan dilewati kelereng tersebut. Begitu kelereng berada di atas kertas tersebut, tarik kertas dengan cepat dengan arah tegak lurus terhadap arah lintasan gerak kelereng. Kelereng itu tetap mempertahankan geraknya yang lurus.

(44)

Gambar 2.6 Contoh Gerakan Inersia atau Kelembaman

2) Hukum II Newton

Jika gaya bekerja pada sebuah benda dan arahnya searah dengan arah gerak benda, maka kelajuan gerak benda akan terus bertambah secara teratur. Benda yang bertambah kelajuannya secara teratur ini dikatakan mengalami percepatan.

Sebaliknya jika gaya yang diberikan tersebut berlawanan arah dengan arah gerak benda, maka kelajuan gerak benda tersebut akan terus berkurang. Dengan kata lain, benda tersebut akan mengalami perlambatan.

Faktor lain selain gaya, yang mempengaruhi kelajuan gerak benda adalah massa. Hukum kedua Newton membahas kaitan antara gaya, percepatan, dan massa.

Berdasarkan kaitan di atas, kemdian Newton menyatakan bahwa gaya berbanding lurus dengan percepatan. Artinya, makin besar gaya, makin besar perubahan kelajuan yang ditimbulkannya.

F = a (2-4)

Persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut

F = m a (2-5)

(45)

Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada benda itu dan berbanding terbalik dengan massa benda itu. Arah percepatan sama dengan arah gaya yang bekerja padanya.51

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa jika pada benda yang bermassa lebih besar bekerja gaya yang sama, maka percepatan yang timbul akan menjadi lebih kecil. Tetapi, pada kasus benda yang jatuh bebas, percepatan yang terjadi akan selalu sama. Gaya gravitasi yang menyebabkan benda tersebut jatuh dengan sendirinya akan membesear atau mengecil seiring dengan bertambah atau berkurangnya benda tersebut. Karena itulah jika ada dua benda dengan massa yang berbeda, kemudian dijatuhkan dari ketinggian yang sama, maka kedua benda tersebut akan mencapai tanah pada saat yang sama (membutuhkan waktu yang sama).

Gaya berat berubah-ubah mengikuti massa benda. Pernyataan yang lebih tepat adalah agar memperoleh percepatan yang sama, untuk benda yang bermassa yang lebih besar diperlukan gaya yang lebih besar.

3) Hukum III Newton

Dalam kehidupan sehari-hari akan selalu kamu dapati bahwa gaya yang bekerja pada sebuah benda selalu diperoleh dari benda lain. Contonya yaitu,

a) Sebuah lokomotif menarik gerbong. Gaya diberikan lokomotif kepada gerbong

b) Temanmu mendorong meja. Gaya diberikan temanmu kepada meja c) Palu memukul paku. Gaya diberikan palu kepada paku.

Pada contoh palu memberikan gaya pada paku, pernahkah kamu berpikir bahwa ketika palu memberikan gaya kepada paku, palu juga mendapat gaya balik (reaksi) dari paku? Buktinya, palu memantul kembali setelah mengenai paku. Jadi palu memberikan gaya kepada paku, sebaliknya paku memberikan gaya balik pada palu. Dalam peristiwa ini terdapat gaya aksi dan gaya reaksi. Besarnya gaya aksi sama dengan gaya reaksi dan arahnya berlawanan. Adapun gaya aksi dan gaya reaksi ini adalah inti dari hukum III Newton.

(46)

Ketika benda pertama memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua juga memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda yang pertama.52

Hukum di atas sering disebut dengan hukum aksi reaksi: “Untuk setiap gaya aksi akan ada gaya reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah.” Tetapi perlu diketahui gaya aksi dan gaya reaksi bekerja pada benda yang berbeda.

Sebagaimana gambaran umum, hukum III Newton dapat dirumuskan menjadi

Besarnya gaya aksi (F1)=besarnya gaya reaksi (F2)

Atau

F1 = F2 (2-6)

dengan arah gaya F1 berlawanan arah dengan arah gaya F2. 7. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Konsep Gaya

a. Nilai Religius

1) Setelah siswa mempelajari

konsep gaya, siswa diingatkan terhadap kebesaranNya yang menciptakan beragam gaya yang mudah kita gunakan dalam kelangsungan hidup. Sehingga siswa diupayakan bertambah keyakinannya kepada Allah setelah memahami konsep gaya.

2) Setelah mempelajari gaya

gravitasi Bumi rasa syukur kepada Allah SWT haruslah diperbanyak, karena tanpa adanya gaya gravitasi Bumi yang diciptakan olehNya tidaklah mungkin bisa menempati Bumi ini dalam keadaan seimbang.

b. Nilai Praktis

1) Gaya yang bekerja pada

benda mempengaruhi benda tersebuut. Konsep ini bisa kita kita lihat

(47)

dalam kegiatan olah raga misalnya bola yang sedang bergerak tiba-tiba ditangkap maka akan menjadi diam.

2) Gaya yang ditimbulkan

oleh dua benda yang saling bergesekan dengan arah gaya belawanan dengan arah gerak benda. Konsep ini bisa kita rasakan dalam perjalanan menggunakan kendaraan beroda dua atau beroda empat, tanpa adanya gesekan antara ban kendaraan dengan jalan aspal laju kendaraan tidaklah cepat.

c. Nilai Intelektual

1) Dengan mengetahui

bahwa gaya merupakan tarikan atau dorongan maka kita bisa mengetahui ketiga hukum newton yang diakui diseluruh dunia.

2) Besarnya percepatan

gaya gravitasi Bumi sama dengan 9,8 m.s-2 ≈ 10 m.s-2 dapat diakui di seluruh dunia

B. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian Yushadi (2007) yang berjudul, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw”.

Dari penelitiannya ditemukan suatu masalah secara kalsikal yaitu lebih dari 44,8 % siswa kelas VIII tahun pelajaran 2006/2007 belum mencapai tuntas belajar.

(48)

kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.53

2. Penelitian Partadjaja dan Sulastri (2007) yang berjudul, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar”.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam mata kuliah IBD. Pada mahasiswa semester 1 jurusan Bimbingan Konseling (BK). Dari hasil analisis ternyata pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa semester I jurusan Bimbingan Konseling (BK).

Skor rata-rata aktivitas mahasiswa meningkat dari skor 7,37 pada siklus I menjadi 10,2. Pada siklus II masing-masing dari katageori cukup aktif menjadi sangat aktif. Demikian pula, pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah IBD.

Skor rata-rata hasil belajarnya meningkat dari 67,67 pada siklus I menjadi 73,33 pada siklus II. Ketuntasan belajarnya meningkat dari 66,7% pada siklus I menjadi 96,7% pada siklus II.54

3. Penelitian Holsin (2006) yang berjudul, “Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas VII SMP Maryam Surabaya Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.”

Dari penelitiannya ditemukan suatu masalah nampak dari siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran hanya kurang lebih 30% saja siswa yang berpartisipasi aktif. Mereka berpartisipasi hanya saat mengerjakan soal latihan.

Setelah dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa sebesar 54,309% pada siklus I dan 63,488% pada siklus II.

Respon siswa terhadap KBM dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw positif. Hal ini dapat dilihat dari prosentase siswa yang merasa sangat

53

Yushadi, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw”, Hasil Penelitian (Jawa Tengah: Perpustakaan SMP Negeri 2 Sambong, 2007)

(49)

senang dan senang terhadap materi sebanyak 87,87%, sangat senang dan senang terhadap LKS sebanyak 90,9%, sangat senang dan senang terhadap cara guru mengajar sebanyak 96,97%, sangat senang dan senang terhadap kuis yang diberikan sebanyak 96,96%, dan sangat senang dan senang terhadap suasana kelas sebanyak 51,51%. Selain itu 93,93% siswa sangat berminat untuk mengikuti KBM berikutnya seperti yang telah dilakukan, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.55

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa meningkatkan partisipasi siswa kelas VII SMP Maryam Surabaya dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 4. Penelitian Fauzi (2008) yang berjudul, “Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV di Mima Miftahul Huda Puger – Jember.”

Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan aktifitas dan hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa, yang sebelumnya memperoleh nilai diatas dari 70 hanya sebanyak 7 siswa (27 %) dan pada siklus I mengalami peningkatan, siswa yang memperoleh nilai di atas 70 menjadi sebanyak 23 siswa ( 88 %). Pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 70 sebanyak 25 siswa ( 97 %).56

C. Desain-desain Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahapan-tahapan yang pokok dalam

55

Iis Holisin, Op.Cit. 56

(50)

penyelenggaraannya yaitu pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan diskusi, dan mengadakan kuis.

D. Kerangka Berpikir

Meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan peran guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih baik, menarik dan disukai oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran fisika di kelas selama ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, masih banyak yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran yang dominan menerapkan metode ceramah dimana guru lebih aktif sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran fisika di kelas, konsentrasi pada pembelajaran fisika menjadi rendah dan suasana belajar terkesan kaku yang mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan secara optimal, sehingga akan berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa.

Menyikapi masalah-masalah yang berdampak pada hasil belajar siswa, peneliti mencoba memilih alternatif dengan memodifikasi model pembelajaran yang digunakan dalam kelas melalui Penelitian Tindakan Kleas (PTK). Model yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang diajarkan pada konsep gaya yang bernuansa nilai.

(51)

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang diajarkan pada konsep gaya yang bernuansa nilai dirancang untuk beberapa kali pertemuan, dalam setiap pertemuan peneliti menerapkan model pembelajaran yang telah ditentukan dalam konsep maupun dalam proses pembelajaran siswa. Jadi penelitian tindakan dengan menerapkan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada konsep gaya.

Kooperatif Tipe Jigsaw

Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Rendah Konsentrasi Belajar Siswa Rendah

Kreativitas Siswa Pasif

Solusi Tindakan

Guru Siswa

Kreativitas Siswa Aktif

Konsentrasi Belajar Siswa Tinggi

(52)

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

(53)

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, di mana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama, yaitu : perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan, dan refleksi. Setiap akhir kegiatan siklus diadakan refleksi, sehingga kelemahan-kelemahan setiap siklus dapat dibenahi pada siklus berikutnya. Siklus pertama dan siklus kedua dilaksanakan pada kelas yang sama.

Menurut Lewin dalam Byeshi menyebutkan bahwa konsep pokok action research terdiri dari empat komponen, yaitu; 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).1

2. Rancangan Siklus Penelitian

Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Lewin. Model penelitian ini pada intinya merupakan satu paket kegiatan yang terdiri dari empat tahapan utama seperti yang telah diungkap di atas. Adapun rencangan alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.

2) acting

1) planning 3) observing

4) reflecting

1 Byeshi, Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroom Action Research (CAR), Jurnal Pelangi Pendidikan Vol.4, No.2, 2001

Gambar

Tabel
Gambar      Hal
Gambar 2.2 di bawah ini menunjukkan hubungan antara kelompok asal
Tabel 2.2 Garis Besar Ranah Kognitif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Capaian yang diperoleh bagian II kebijakan pelayanan kefarmasian di puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan adalah 100% (baik), pelayanan farmasi di puskesmas Helvetia

[r]

Naiknya tekanan darah ini kandungan kalium pada daging sapi lebih tinggi daripada daging kambing, dan kandungan natrium lebih tinggi pada daging kambing daripada

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

dimasukkan ke dalam sebuah channel decoder untuk melindungi data. Gambar 5.26 Model Umum Sistem Komunikasi Digital Spektrum.. Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah

 Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal (pyramidal) merupakan jalur desending yang terdiri dari

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara