1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Keberagaman suku bangsa di Indonesia merupakan salah satu kekayaan dan kebanggaan tersendiri bagi rakyatnya. Mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai macam suku yang merupakan suku asli dari daerah-daerah di Indonesia. Suku bangsa menurut Koentjaraningrat (dalam Hidayah, Z. 1997) “merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri”. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri tertentu yang berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama.
Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah Suku Anak Dalam atau disebut juga dengan Orang Rimbo, merupakan suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera. Tepatnya berada di Provinsi Jambi. Seperti halnya suku-suku lain yang ada di masyarakat Suku Anak Dalam juga memiliki pola kehidupan yang khas, yaitu mereka tinggal dan beradaptasi di hutan dengan mata pencaharian utama yang sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada. Seperti berburu, mencari madu, serta mencari jernang. Berbeda dengan kaum laki-laki, dalam kesehariannya kaum perempuan Suku Anak Dalam selain mengurus anak-anak mereka juga membuat kerajian tangan dari hasil hutan seperti membuat tikar, maupun ambung.
2 Meskipun Suku Anak Dalam hidup bersumber pada hutan namun mereka tidak merusak hutan, mereka memiliki hukum adat yang dikenal dengan Seloko adat yang merupakan aturan hidup dengan sesama anggota maupun dengan alam tempat tinggal.
Adapun upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi Jambi untuk tetap menjaga keberadaan dan kelestarian Suku Anak Dalam, yaitu dengan menetapkan area Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas serta Taman Nasional Bukit Tigapuluh
yang sebelumnya adalah kawasan hutan lindung menjadi tempat pusat kegiatan
kehidupan Suku Anak Dalam/ Orang Rimba. Meskipun demikian, upaya yang dilakukan pemerintah tidak selalu berjalan dengan lancar, karena lahan hutan tempat mereka tinggal beralih fungsi sebagai HTI ( hutan tanaman industri ) dan perkebunan. Hal ini menyebabkan hutan tempat mereka tinggal semakin sempit. Kurangnya kesadaran akan pentingnya saling menjaga hutan heterogen tersebut menjadikan Orang Rimba dirugikan. Mereka sulit melakukan aktifitas kegiatan yang biasanya mereka lakukan. Seperti berburu binatang, mencari ikan, serta mencari umbi-umbian. Sehingga menyebabkan Suku Anak Dalam banyak yang kelaparan.
Karena terdesak permasalahan yang sangat pelik ini Orang Rimba mulai ikut dengan kebijakan modernisasi dari pemerintah seperti di buatkan rumah-rumah, di ajarkan untuk bercocok tanam, bersekolah, serta mulai terbiasa dengan kehidupan seperti orang modern pada umumnya.
3 Namun jika diperhatikan secara lebih mendalam, buku berfokus pada buku ilustrasi tentang budaya lokal masih jarang ditemukan.
Di Provinsi Jambi sendiri masih jarang buku ilustrasi mengenai cerita adaptasi dari budaya lokal, terlihat dari sulitnya mencari buku-buku ilustrasi tersebut di toko-toko buku yang ada di Provinsi Jambi. Kebanyakan buku ilustrasi berisi tentang fabel, legenda, mitos, dongeng, dan cerita-cerita rakyat. Cerita tentang budaya khitanan, akikahan, tari-tarian, dan upacara-upacara adat masih sangat sedikit ditemui. Salah satunya adalah buku ilustrasi tentang aktifitas keseharian Orang Rimba.
Berdasarkan uraian di atas dan melihat fenomena yang ada, menyebabkan Orang Rimba mulai meninggalkan tradisi yang biasa mereka lakukan karena terdesak oleh zaman. Sehingga tradisi kebiasaan sehari-hari mereka mulai hilang. Hal ini penting kiranya membuat sebuah media informasi tentang aktifitas keseharian Orang Rimba sebelum modernisasi masuk, agar tidak hilang begitu saja tanpa ada bukti yang nyata sebagai salah satu kearifan lokal yang pernah ada.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang dipaparkan pada latar belakang di atas maka identifikasi masalahnya dapat diuraikan sebagai berikut.
Aktifitas sehari-hari Orang Rimba sebelum modernisasi masuk Kondisi terkini Orang Rimba yang di kondisikan oleh pemerintah
Buku Ilustrasi tentang Orang Rimba masih jarang ditemui dibandingkan dengan buku teks.
1.3Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah diatas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
4 1.4Batasan Masalah
Agar perancangan informasi ini dapat dilaksanakan dengan baik serta mengingat luasnya ruang permasalahan. Maka perancangan ini dibatasi pada pembahasan yang hanya mencakup informasi tentang:
Kegiatan sehari-hari Suku Anak Dalam sebelum modernisasi masuk seperti berburu, mencari madu, mencari jernang, cara mengawetkan hewan buruan, rumah khas, serta kerajinan tangan.
Kondisi terkini dari Orang Rimba
Penelitian dilakukan pada tahun 2015 awal hingga pertengahan tahun.
1.5Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan ini adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang aktifitas keseharian serta artefak-artefak Orang Rimba sebelum modernisasi masuk sebagai salah satu kearifan lokal Indonesia.
1.6 Manfaat Perancangan
Keilmuan DKV
Perancangan ini diharapkan mampu menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan baik ilmu ilustrasi, desain/layout, penyusunan sebuah buku dalam perancangan buku ilustrasi tentang tradisi kegiatan sehari-hari Suku Anak Dalam sebelum modernisasi masuk.
Bagi Masyarakat
Dengan perancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat menambah ilmu pengetahuan masyarakat tentang kegiatan sehari-hari Suku Anak Dalam sebelum modernisasi masuk sebagai salah satu kearifan lokal yang pernah ada.
Bagi Penulis
5 BAB II
BUKU ILUSTRASI ORANG RIMBA DAN KEBUDAYAANNYA SEBELUM MODERNISASI MASUK
II.1. Tinjauan Tentang Buku
Menurut Iyan, Wb (seperti dikutip Dandi W, 2012) “buku merupakan kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu dan setiap sisi dari sebuah lembaran kertas disebut halaman”. Buku dengan menggunakan konten, gaya, format, desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber informasi yang mudah dan praktis. Berisi tentang penjelasan singkat berupa text dan didukung gambar visual.
II.1.1 Jenis cerita dalam Buku
Menurut Sanjaya Yasin (seperti dikutip dari Muharram, 2011), “secara garis besar menulis cerita ada tiga jenis. Yaitu menulis fiksi, nonfiksi, dan faksi”. Masing -masing jenis dapat diuraikan sebagai berikut:
Fiksi
Tulisan yang berangkat dari imajinasi dan khayalan. Penulis dapat bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa dan tempat merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian tetap ada kemungkinan terjadi persamaan dalam setiap kejadian dengan kenyataan yang pernah terjadi disuatu tempat.
Nonfiksi
Tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta yang benar-benar terjadi. Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan benar tanpa rekayasa atau ditambahi imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis menulis ini adalah berita, artikel, feature (tulisan khas), opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi, autobiografi dan karya tulis ilmiah. Penulis harus dapat mempertanggungjawabkan hal yang dipaparkannya dalam tulisan jenis nonfiksi ini.
Faksi
6 menjadi sebuah karya fiksi. Dalam bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan menambah “bumbu-bumbu penyedap” agar cerita semakin enak dibaca.
II.2 Ilustrasi
Menurut Ensiklopedi Indonesia, “Ilustrasi dalam bahasa latin illustrare, yaitu menerangi, menghias. Suatu bentuk penghiasan buku; dapat berupa ornamen-ornamen abstrak, ragam-ragam hias yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, vignette/penggambaran beserta naskah yang menyertainya”. Secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut:
Dalam pengertian umum, gambar-gambar dan foto-foto yang menyertai naskah dalam buku, majalah/ media masa untuk lebih menjelaskan naskah tersebut.
Dalam pengertian khusus yaitu ilustrasi diluar naskah maupun diantaranya juga berfungsi untuk menyemarakan halaman-halaman buku sebagai karya abstrak yang mempunyai keindahan sendiri dengan kombinasi dengan huruf cetak yang dipakai.
Dengan pengertian yang lebih khusus dan historis dulu dipergunakan istilah iluminasi untuk gambar-gambar dan hiasan-hiasan yang keseluruhanya dikerjakan dengan tangan sebelum seni cetak ditemukan.
Jadi ilustrasi merupakan gambaran yang memperjelas tentang sesuatu hal mengenai informasi yang terdapat didalamnya. Ilustrasi dan tulisan sangat erat hubungannya sehingga ilustrasi dan tulisan saling melengkapi dalam memberikan informasi.
II.2.1 Fungsi Ilustrasi
Ilustrasi memiliki fungsi untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subyek dengan tujuan:
Untuk menggambarkan suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah ada. Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya
gambar sebuah pohon yang memakai sepatu.
7 Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar
yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin. Menggambar sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu
tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian tampak tumbuh-tumbuhan.
Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan ini dibuat, misalnya masa “Victorian” digambarkan dengan bentuk yang lembut dan garis beroramen. (kusmiati, 1999, h.47).
II.3 Suku Bangsa di Indonesia
Bangsa Indonesia terbagi atas ratusan suku bangsa, masing-masing memiliki adat dan tradisi berbeda. Aneka ragam kebudayaan yang berkembang di kepulauan Nusantara itu menjadi acuan kelompok suku bangsa dalam bersikap serta sebagai ciri pengenal. “Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain,serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. E.B Taylor (dalam J.T Prasetya, 2011: 29).
Dari daftar sementara suku bangsa di Indonesia yang dikumpulkan, diperkirakan terdapat sekitar kurang lebih 600 kelompok suku bangsa. Zulyani Hidayah mengemukakan bahwa jumlah suku bangsa di Indonesia adalah sebagai berikut: Sumatera terdapat 68 suku;
Jawa & Bali terdapat 9 suku; Kalimantan terdapat 83 suku; Sulawesi terdapat 109 suku; Maluku terdapat 38 suku; Nusa Tenggara terdapat 42 suku; Irian terdapat 174 suku.
8 II.4 Provinsi Jambi
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi menyatakan bahwa “ luas wilayah Provinsi Jambi 53.435.72 km2. Dengan jumlah Penduduknya mencapai 3.092.365 jiwa.” Didominasi oleh Etnis Melayu, melayu terbagi dalam berbagai Suku, ada Suku Kerinci, Suku Bathin, Suku Bangsa DuaBelas, Suku Penghulu, dan Suku Anak Dalam, ditambah kelompok minoritas, etnis pendatang dari Jawa, Bugis, China, Aceh, Eropa, Turki, India, dan dari keturunan Arab. Suku Anak Dalam atau Orang Rimba dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain.
Gambar II.1 peta (a), & lambang Provinsi Jambi (b),
Sumber (a) : https://http://jambirimbometal.blogspot.com/p/alamat-lengkap-kami.html (b) http://www.jambiprov.go.id/index.php?sejarah (1 April 2015)
II.5 Orang Rimba/Suku Anak Dalam
Dari Hasil survei Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi tahun 2004 menyatakan:
9 Gambar II.2 Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)
Sumber: http://www.mongabay.co.id/2012/08/16/tn-bukit-tigapuluh-habitat-gajah-terus-terhimpit-ekspansi-tambang-dan-sawit/ (04 Agustus 2015)
a. Ciri-ciri fisik
Kulit sawo matang, rambut agak keriting/berombak, tegang dan kaku, berwajah bundar, mata agak sipit, bibir tebal, hidung lebar dan pesek, telapak kaki tebal, laki-laki dan perempuan yang dewasa banyak makan sirih. Ciri fisik lain yang menonjol adalah penampilan gigi mereka yang tidak terawat dan berwarna kecoklatan.
Gambar II.3 Suku Anak Dalam
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/08/18/130600-suku-anak-dalam-tak-ketinggalan-menggelar-upacara-hut-kemerdekaan
10 b. Pakaian
Orang Rimba pada umumnya tidak berpakaian, hanya menggunakan cawat kain untuk menutupi kemaluannya. Dahulu aslinya mereka menggunakan cawat dari kulit kayu terap atau serdang, namun karena cawat dari kulit kayu sering menimbulkan rasa sakit akibat kutu kayu yang masuk ke dalam kulit, sehingga mereka meninggalkannya dan beralih dengan kain yang mereka beli di pasar melalui masyarakat umum.
Jenis kain dan warnanya bebas dan cara memasangnya disesuaikan oleh mereka sendiri. Untuk kaum wanita sangat sulit untuk dilihat karena ada larangan, bahkan kalau dia melihat orang luar selalu menghindar dan lari. Tetapi menurut Tumenggung/kepala suku bahwa perempuan Suku Anak Dalam yang wanitanya hanya berpakaian menutupi bagian pinggang saja sedangkan payudara mereka dibiarkan terbuka.
Gambar II.4 cawat yang dipakai laki-laki suku anak dalam (orang rimba)
11 Gambar II.5 sarung yang dipakai perempuan suku anak dalam
Sumber: http://dedibnj.blogspot.com/2011_01_02_archive.html (12 Desember 2014)
c. Rumah
Orang Rimba membentuk kelompok-kelompok kecil di hulu-hulu sungai yang biasanya terdiri dari beberapa keluarga (bubungon/ pesaken) yang masih memiliki hubungan keluarga. jenis rumah yang dibangun Suku Anak Dalam sebagai tempat tinggal terlihat sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan dari sekitar tempat tinggal mereka. Lokasi tempat tinggal disebut juga sebagai genah. Pada Orang Rimba/ Suku Anak Dalam, dikenal beberapa jenis rumah yaitu rumah godong, rumah di tanoh, sengsudungon. Rumah godong
12 rendah. Di bagian dalam adalah kamar-kamar (kedelomon), yaitu kamar untuk orangtua (kedelemon menenuha) dan kamar untuk anak-anak. Kamar untuk anak, dibedakan berdasarkan jenis kelamin; kamar untuk anak perempuan dan kamar untuk anak laki-laki. Kamar anak gadis (kedelomon gadiy/budak lapay) biasanya berada disebelah kamar orangtua dan posisi lantainya lebih rendah. Meskipun bersebelahan dengan kamar orangtua, tapi kamar anak perempuan harus memiliki pintu masuk tersendiri karena melewati kamar orangtua dianggap sesuatu yang tidak sopan/tabu (sumbang). Kamar anak perempuan adalah kamar yang tidak boleh dimasuki oleh orang luar, terutama laki-laki.
Gambar II.6 Rumah Godong
Sumber: https://kkiwarsi.wordpress.com/2013/05/14/tnbd-rumah-orang-rimba/ (12 Desember 2014)
Rumah di Tanoh
Rumah di tanoh lebih sederhana dari rumoh godong dengan ukurannya
yang lebih kecil. Lantainya hanya berupa kayu yang dibelah-belah,
atapnya dari daun serdang dan biasanya tidak berdinding. Rumah ini hanya
dibagi menjadi dua bagian, lantai yang lebih rendah untuk istri dan lantai
yang lebih tinggi untuk laki-laki. Sementara untuk anak-anak, akan
dibuatkan rumah sendiri di sekitar rumah utama. Rumah anak perempuan
letaknya berdekatan dengan rumah utama, sedangkan rumah bujang
13 Gambar II.7 Rumah di Tanoh
Sumber: http://www.seputarevent.com/#!Tim-Ekskursi-IMA-FTUI-Angkat-Arsitektur-Tradisional-Orang-Rimba/ct9w/90C59F7C-A69A-43CE-A8FE-8EF2A0EF74CA (05 Juli
2015)
Sengsudungon
Sengsudungon juga biasa disebut genah kemalomon ( tempat bermalam).
Suku Anak Dalam biasanya bepergian jauh untuk mencari hewan buruan,
mencari rotan, jernang atau menjual hasil hutan ke luar. Karena ditempuh
dengan berjalan kaki maka Orang Rimba biasanya akan singgah di suatu
tempat untuk beristirahat pada malam hari. Sengsudungon biasanya
dibangun di tempat yang dekat dengan air agar memudahkan Orang Rimba
untuk memasak. Sengsudungon hanya berupa gubuk sederhana dengan
luas sekitar 2 meter. Lantainya dari kayu-kayu kecil atau batang puor dan
atapnya dari daun puor atau daun enau. Namun saat ini, kebanyakan
Orang Rimba lebih senang menggunakan terpal plastik sebagai atapnya
karena dianggap lebih praktis.
14 II.5.1 Aktivitas kegiatan sehari-hari Orang Rimba
Berburu
Berburu merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh Orang Rimba dalam mencari bahan makanan. Orang Rimba dikenal sebagai pemburu yang handal. Kegiatan ini terutama dilakukan oleh kaum laki-kaki. Seorang anak laki-laki sudah diajari berburu sejak kecil karena biasanya dibawa oleh bapak mereka ketika pergi berburu. Seorang laki-laki Rimba yang memiliki kelihaian berburu biasanya akan dikagumi anggota kelompoknya. Dalam berburu, Orang Rimba biasanya menggunakan kujur/tombak. Hampir setiap hari Orang Rimba berburu. Berburu bisa dilakukan siang ataupun malam hari. Kadang Orang Rimba akan membawa anjing untuk membantu berburu, terutama pada siang hari. Anjing pandai dalam melacak jejak hewan buruan. Hewan buruan terutama dimanfaatkan Orang Rimba untuk makan. Hewan buruan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan protein bagi Orang rimba. Mereka biasa menyebutnya louk. Hewan-hewan bertubuh besar disebut louk godong sedangkan hewan-hewan kecil disebut louk kecik.
15 Gambar II.9 Orang Rimba sedang berburu
Sumber: http://www.kompasiana.com/sesde.seharja/pengalaman-tinggal-bersama-orang-rimba-suku-anak-dalam-jambi_54f984b1a33311d0668b483c (05 Juli 2015)
Memerangkap Hewan
Suku Anak Dalam juga mengenal beberapa cara menangkap binatang. Jerat digunakan untuk memerangkap hewan besar seperti babi, rusa atau landak. Sedangkan untuk hewan yang lebih kecil, digunakan pelabuh. Pelabuh adalah perangkap di tanah dengan umpan yang diikatkan dengan sebatang kayu besar. Jika umpan dimakan, ia akan tertimpa kayu besar tersebut. Hewan yang diperangkap dengan menggunakan pelabuh biasanya tupai dan tikus tanah. Sedangkan untuk menangkap ikan, ada banyak cara yaitu bisa dipancing, ngakop (ditangkap dengan tangan), di tombak, dihompong (dibendung menggunakan lukah). Untuk burung burung, menangkapnya dengan cara dipeci (diketapel) atau dipulut yaitu menjeratnya dengan menggunakan getah kayu terap yang lengket.
Gambar II.10 Orang Rimba sedang menombak ikan
16 Mengawetkan hewan buruan
Jika mendapatkan hasil buruan yang berlimpah. agar tidak busuk, Suku Anak Dalam mengenal beberapa cara pengawetan daging. Yaitu apabila jumlah daging tidak terlalu banyak, daging bisa dimasukkan ke dalam karung dan kemudian direndam di dalam air sungai. Sistem pengawetan ini hanya untuk jangka waktu yang pendek biasanya sehari kemudian daging akan dimasak. Jika jumlah daging banyak, daging akan diawetkan dengan cara disaloi. Disaloi adalah cara pengawetan dengan cara pengasapan.
Pertama, dibuat paro (para-para) dari kayu, lalu daging yang telah dipotong-potong, diletakkan di atasnya. Selanjutnya, api dinyalakan di bawahnya. Panas api dan asap akan membuat daging masak dan mengering. Proses penyaloian dilakukan selama beberapa jam hingga seharian. Daging yang sudah kering akan disimpan di dalam ambung, digantung di langit-langit dapur agar tidak dimakan anjing. Jika akan dikonsumsi,daging bisa dimasak lagi atau langsung dimakan.
Gambar II.11 Daging yang disaloi
Sumber: http://www.kompasiana.com/perkutuuuut/kini-berburu-tak-mudah-lagi-catatan-bersama-orang-rimba_551700728133117d52bc7063 (05 Juli 2015)
Mengambil madu
17 kayu pisang. Untuk memasang lantak, digunakan geganden (semacam palu dari kayu) untuk memukul lantak pada batang sialang. Peralatan lainnya adalah tunom, yaitu kulit kayu tunom atau nilo yang dikeringkan. Tunom akan dibakar ketika memanjat sialang, dengan maksud mengusir rapa agar tak menggigit si pemanjat. Seludang adalah wadah yang digunakan untuk menurunkan madu, biasanya terbuat dari kayu Karoi.
Seludang biasa diikat dengan tali hanyut, yaitu tali panjang dari rotan. Mengambil madu biasanya dilakukan pada malam hari dan dilakukan oleh kaum lelaki. Tidak sembarang orang bisa mengambil madu, karena selain harus pandai memanjat, ia juga harus pandai merapalkan mantra-mantra (tomboy). Tomboy dirapalkan sejak mulai memasang lantak hingga proses mengambil madu berlangsung. Sebelum mengambil madu, Orang Rimba juga harus melakukan penyucian diri dengan cara tidak memakai sabun ketika mandi, tidak makan cabai, garam, babi, tikus dan beberapa jenis binatang lainnya. Melanggar pantangan ini akan menyebabkan si pemanjat bisa disengat lebah ketika memanjat sialang.
18 Mengolah Jernang
Suku Anak Dalam mengolah Buah jernang menjadi getah jernang dengan proses yang sangat sederhana, menggunakan sebuah keranjang terbuat dari anyaman rotan yang mereka sebut Ambung, dalam ambung buah jernang di ekstrak dengan cara dipukul-pukul, getah yang keluar ditampung dalam wadah plastik kemudian dijemur dibawah terik matahari.
Gambar II.13 Seorang bapak Orang Rimba sedang mengolah jernang Sumber: buku bahan ajar orang rimba dan kebudayaannya (05 Juli 2015)
Membuat ambung
Rotan merupakan hasil hutan yang berlimpah di sekitar Orang Rimba, terutama mereka yang masih tinggal di hutan Bukit Dua Belas. Selain dijual dalam bentuk bahan baku, Orang Rimba juga menggunakannya untuk membuat ambung. Ambung merupakan jenis keranjang yang dibuat dari anyaman rotan. Biasanya ambung digunakan Orang Rimba untuk membawa barang-barang, ketika mengambil buah-buahan di hutan, menjual hasil hutan ke luar atau berbelanja di pasar. Ambung juga bisa dijadikan semacam lemari untuk menyimpan barang-barang di rumah Orang Rimba. Ambung yang berukuran kecil biasa dipakai untuk mencari ikan. Rotan yang dipakai untuk membuat ambung biasanya adalah jenis rotan gelang, yaitu rotan yang bentuknya kecil-kecil.
Berikut adalah tahapan dalam membuat ambung:
19 Sementara untuk yang lebih kecil, jumlahnya tentu lebih sedikit. Rotan yang diambil sebaiknya yang sudah tua, berwarna kekuningan dan keras. Jika rotan sudah berwarna hijau, tandanya rotan sudah terlalu tua sehingga tak terlalu bagus untuk membuat ambung.
2. Rotan dibersihkan di sungai sehingga warnanya terlihat bagus.
3. Jika ingin diwarnai, siapkan pewarnanya. Biasanya Orang Rimba menggunakan pewarna alami berupa buah jernang yang berwarna kemerahan. Buah jernang didekatkan ke api agar mencair, baru kemudian dioleskan secara merata pada rotan yang akan diwarnai, kemudian dikeringkan. Sebaiknya pewarnaan dilakukan ketika rotan masih bulat karena jika sudah dibelah-belah, hasilnya tidak akan terlalu bagus.
4. Raut rotan menjadi bilah-bilah kecil dengan lebar sekitar 0,5 cm. Bilah-bilah rotan ini kemudian dijemur dan selanjutnya dianyam.
Untuk membuat ambung berukuran besar, diperlukan waktu 3-7 hari, tergantung alokasi waktu si pembuatnya. Biasanya ambung dibuat oleh kaum perempuan, terutama ibu-ibu. Membuat ambung biasanya dilakukan sembari mengasuh anak atau di waktusenggang dari kesibukan melakukan pekerjaan rumah tangga. Anak-anak perempuan akan diajari membuat ambung sejak kecil.
Gambar II.14 membuat ambung
20 Membuat Tikar
Tikar biasanya dibuat dari jenis pandan. Ada beberapa jenis pandan yang bisa dipakai membuat tikar: rumbai dan bengkuang. Namun, biasanya Orang Rimba menggunakan rumbai untuk membuat tikar, karena daunnya yang lebih kecil dianggap sesuai untuk membuat tikar berukuran sedang yang lebih sering digunakan oleh Orang Rimba. Untuk membuat tikar, terlebih dahulu siapkan rumbainya. Rumbai kemudian dibersihkan dari duri-durinya, dibilah-bilah dengan ukuran tertentu, dijemur hingga kering, dihaluskan agar tak terlalu kaku, baru kemudian dianyam.
Untuk membuat tikar berukuran sedang, diperlukan waktu 2-3 hari. Seperti halnya ambung, menganyam tikar juga biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Ketika anak-anak perempuan beranjak remaja, biasanya sudah mulai belajar membuat tikar. Meski begitu, kadang-kadang kaum laki-laki juga bisa membuat tikar. Bagi orang luar, tikar biasanya hanya digunakan sebagai alas duduk atau alas tidur, tapi bagi Orang Rimba, fungsi tikar lebih dari itu. Tikar digunakan untuk alas ketika Orang Rimba hendak berdekir (berdoa kepada dewa-dewa).
21 II.5.2 Kondisi terkini Orang Rimba
Berdasarkan hasil survey penulis kondisi terkini dari Orang Rimba yaitu mereka hidup menetap di lahan yang semakin sempit dengan di buatkan rumah-rumah oleh pemerintahan, untuk meneruskan kehidupan Orang Rimba di ajarkan untuk bercocok tanam seperti menanam padi, menanam sayur-mayur, menanam sawit dll. Anak-anak Orang Rimba di buatkan sekolah untuk belajar baca, tulis dan dan berhitung serta mereka sudah mengenakan pakaian seperti orang biasa pada umumnya.
Gambar II.16 Orang Rimba mengurus padi Sumber: Oktaviandi mukhlis ( 23 mei 2015)
22 Gambar II.18 Orang Rimba bermusyarwarah bersama
Sumber: Oktaviandi mukhlis ( 23 mei 2015)
Gambar II.19 Tumenggung/kepala suku Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Sumber: Pribadi ( 23 mei 2015)
23 Gambar II.21 Anak-anak Orang Rimba sedang belajar
Sumber: Pribadi ( 23 mei 2015)
Gambar II.22 Orang Rimba menggunakan kendaraan roda dua Sumber: Oktaviandi mukhlis ( 23 mei 2015)
24 Gambar II.24 lokasi pemukiman Komunitas Adat Terpencil (KAT)
Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/600332-mensos-perintahkan-jambi-urus-administrasi-suku-anak-dalam ( 04 agustus 2015)
II.6 Target Audience
Target audience dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa:
1. Demografis Usia : Remaja
Jenis Kelamin : Laki-laki & Perempuan Status ekonomi sosial: Menengah Pendidikan: Pelajar
Pekerjaan: Pelajar 2. Geografis
Seluruh masyarakat Indonesia, tetapi lebih difokuskan berdasarkan tempat tinggal Orang Rimba yaitu Provinsi Jambi. Karena sebagai masyarakat daerahnya sendiri harus mengetahui informasi tentang Suku Anak Dalam.
3. Psikografis
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004, 53) “masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”.
Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
25 a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah. c. Sudah mampu membedakan yang konkrit dengan yang abstrak. d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.
f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).
Perkembangan Emosi Remaja
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya.
Perkembangan Moral Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).
Perkembangan Sosial Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap yang kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya
26 II.6.1 Remaja dan wawasan pengetahuan tentang Orang Rimba
Penulis melakukan penyebaran kuisioner secara online karena mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan dana. Kuisioner disebarkan pada tanggal 09 Desember 2014 kepada 100 responden . Hasil data kuisioner yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel II.2 Diagram pengetahuan remaja tentang Orang Rimba
Tabel II.3 Diagram media informasi tentang Orang Rimba
27 II.6.2 Fenomena Remaja dan Buku Ilustrasi
Menurut Rusdiana D (seperti dikutip pikiran rakyat online, 2015) “Indonesia merupakan negara yang sudah melek huruf tinggi karena hanya sedikit warganya yang masih buta huruf. Namun ironisnya minat baca warga juga rendah,".
Penurunan minat baca tersebut mengkhawatirkan untuk remaja sebagai penerus bangsa. Straubhaar et al. (2012:9) menyatakan bahwa “perubahan gaya hidup remaja saat ini tidak mudah dicapai oleh media massa konvensional”.
Tampilan buku sebagai media informasi mungkin menjadi salah satu penyebab remaja saat ini jarang untuk membacanya. Untuk mengatasi hal ini buku ilustrasi menjadi salah satu alternatif media untuk bercerita dan menyampaikan pesan yang menarik dan efektif dan sesuai dengan hakekat untuk bercerita, karena itu, buku Ilustrasi menyajikan cerita dengan kumpulan penjelasan Ilustrasi dan narasi yang pada saat audiens membacanya akan memiliki rangsangan visual dari ilustrasi yang ada.
Fenomena buku ilustrasi dan remaja di Indonesia mulai memiliki perkembangan yang signifikan terlihat dari banyaknya buku-buku novel remaja, buku resep, buku fashion, serta buku-buku arsitektur yang menggunakan ilustrasi manual dengan cat air maupun lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat khususnya remaja tentang buku dengan tambahan visual berupa ilustrasi memiliki keunikan dan menambah daya tarik sendiri untuk dibaca.
II.7 Metode Analisa
28 Tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan perancangan baik buku maupun pustaka penelitian sebelumnya. Pustaka digunakan sebagai dasar dalam memberikan gambaran data perancangan. Adapun pustaka yang digunakan adalah berupa buku, jurnal, penelitian yang berhubungan dengan objek kajian.
2. Situs Internet
Penulis mencari dengan kata kunci yang berhubungan dengan objek perancangan yaitu Suku Anak Dalam. Penulis memilih beberapa situs yang menurut penulis tulisannya sesuai dan cukup membantu dalam melengkapi data. Penulis juga sedikit memahami tentang Suku Anak Dalam karena penulis hidup dan besar di provinsi Jambi tempat tinggal Suku Anak Dalam. 3. Angket atau Kuisioner
Dalam perancangan ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden adalah berbentuk angket atau kuisioner. Daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda
(multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Metode
29 4. Observasi
Penulis melakukan penelitian lapangan (field research) yaitu dengan mengamati kegiatan Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Kabupaten Tebo, Jambi. Hasil dari pengamatan tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Hutan tempat tinggal Orang Rimba semakin sempit karena dijadikan sebagai HTI (Hutan Tanaman Industri) dan perkebunan.
Orang Rimba sulit melakukan tradisi yang biasa mereka kerjakan sehari-hari seperti berburu, mencari madu, mencari jernang,dll.
30 II.8 Analisa
Berdasarkan dari analisa pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: Hutan tempat Orang Rimba semakin sempit dan mereka sulit melakukan
tradisi yang biasa mereka kerjakan sehari-hari,
Orang Rimba mulai meninggalkan kebiasaanya seperti berburu, mencari madu, dll. Sehingga apabila hal ini di biarkan begitu saja maka keunikan tradisi mereka yang ada sebelumnya akan hilang begitu saja tanda ada bukti nyata yang ada.
Kebanyakan media informasi tentang Orang Rimba hanya berupa buku teks. Terlihat dari hasil survey penulis di toko-toko buku yang ada di Jambi. II.9 Usulan Perancangan
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa media informasi berupa buku ilustrasi seharusnya menjadi salah satu alternatif media yang ampuh melestarikan sebuah budaya. Tetapi hal ini masih kurang di manfaatkan, terlihat dari hasil survey penulis di perpustakaan daerah Kabupaten Tebo, Toko buku, memang masih jarang di jumpai buku ilustrasi tentang Orang Rimba.
Padahal buku ilustrasi memiliki konten isi yang tidak hanya tulisan tetapi di lengkapi dengan gambar-gambar sehingga memiliki daya tarik tersendiri ketika membacanya.
31
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Pengertian strategi menurut Stephanie K (seperti dikutip dalam Bernado Periangan 2011). Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Dalam hal ini solusi media yang akan dibuat yaitu tentang keunikan aktifitas sehari-hari Orang Rimba sebelum modernisasi masuk agar tidak hilang begitu saja tanpa ada bukti yang nyata. Dikemas secara komunikatif, informatif, dan edukatif. Perancangan media akan menggunakan buku ilustrasi agar menarik minat pembaca karena pada saat ini banyak buku-buku yang membahas tentang Orang Rimba berupa buku teks sehingga membosankan untuk dibaca. Diharapkan dengan adanya perancangan ini bisa menyumbang sebuah media berupa buku ilustrasi yang mengangkat tema budaya lokal yang sebelumnya masih jarang ditemui.
III.1.1 Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan ini bersifat informatif, yaitu memberikan informasi tentang aspek budaya lokal berupa informasi tentang kebudayaan Orang Rimba sehingga masyarakat memahami mereka sebagai salah satu keberagaman suku bangsa. Komunikatif, pesan yang disampaikan mudah dipahami target audiens. Serta edukatif, pesan yang ingin disampaikan dapat menambah ilmu pengetahuan masyarakat tentang Orang Rimba.
III.1.2 Pendekatan Komunikasi
32
dengan keduanya. Pendekatan tersebut diharapkan memberikan efek ketertarikan kepada target audiens. dengan komunikasi yang disajikan dalam media.
Berikut penjelasan mengenai pendekatan visual dan verbal: Pendekatan Visual
Pendekatan visual adalah faktor yang penting dalam mencapai daya tarik target audiens. Maka pendekatan visual yang akan digunakan adalah gambar ilustrasi semi-realis stalasi, disesuaikan dengan gaya gambar pribadi dan juga tentunya target audiens. Sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh target audiens.
Gambar III.1 Referensi layout (a), karakter (b), Referensi keseluruhan by Naela Ali (c) Sumber (a): https://id.pinterest.com/watercolorartist/
33
Pendekatan Verbal
Komunikasi verbal yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, karena target audiens. adalah orang Indonesia. Tetapi bahasa yang digunakan tidak terlalu baku dan mengunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dimengerti dan informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada target audiens.
III.1.3 Materi Pesan
Materi pesan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut: Kebudayaan sehari-hari Orang Rimba
Penyajian cerita dengan unsur nilai moral didalammnya bahwa Orang Rimba memiliki cara tersendiri dalam memaknai kehidupan serta sangat menjaga keseimbangan alam.
III.1.4 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia dengan gaya bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dan dipahami.
III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan
Consumer Insight
Suatu keinginan yang ada di dalam benak seseorang. Masyarakat yang ingin mengetahui informasi dan ilmu tentang kebudayaan yang ada di Indonesia dengan sesuatu yang inovatif dan tidak membosankan saat dibaca ataupun dilihat.
Consumer Journey
34
III.1.6 Strategi Kreatif
Strategi kreatif media informasi tentang Orang Rimba dan kebudayaannya yang digunakan adalah penyampaian informasi dengan keterangan ilustrasi didalamnnya. Menceritakan kegiatan sehari-hari Orang Rimba dengan apa adanya serta pesan moral didalamnya. Dengan begitu diharapkan target audiens setelah membaca selain mendapatkan pengetahuan baru tapi juga memperoleh pelajaran tentang bijak dengan alam sekitar.
a. Gaya Ilustrasi
Gaya ilustrasi yang digunakan lebih sederhana disesuaikan dengan gaya gambar penulis. Karakter dibuat dengan rambut yang panjang, ikal, mata yang kecil, hidung pesek, dan mulut hanya garis.
Berikut adalah gaya gambar penulis:
35
Gambar III.3 Asistensi Perkembangan dari bentuk awal dan assistensi gaya gambar kedua Sumber: pribadi
36
Gambar III.5 Gaya Ilustrasi yang Digunakan Dalam Buku Ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya
Sumber: pribadi
b. Judul Buku
Orang Rimba dan kebudayaannya adalah judul dari buku ilustrasi tentang aktifitas keseharian Orang Rimba yang dipilih penulis, judul ini di ambil dari tema yang diangkat sehingga akan menjadikan buku ini mudah diingat oleh
37
Orang Rimba merupakan suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang. Ciri-ciri fisik Orang Rimba yaitu warna kulit sawo matang, rambut agak keriting/berombak, tegang dan kaku, berwajah bundar, mata agak sipit, bibir tebal, hidung lebar dan pesek, telapak kaki tebal. pakaian sehari-hari Orang Rimba pada umumnya tidak berpakaian, hanya menggunakan cawat kain untuk menutupi kemaluannya.
Dahulu aslinya mereka menggunakan cawat dari kulit kayu terap atau serdang, namun karena cawat dari kulit kayu sering menimbulkan rasa sakit akibat kutu kayu yang masuk ke dalam kulit, sehingga mereka meninggalkannya dan beralih dengan kain yang mereka beli di pasar melalui masyarakat umum. Jenis kain dan warnanya bebas dan cara memasangnya disesuaikan oleh mereka sendiri. Untuk kaum wanita sangat sulit untuk dilihat karena ada larangan, bahkan kalau dia melihat orang luar selalu menghindar dan lari. Tetapi menurut Tumenggung/kepala suku bahwa perempuan Suku Anak Dalam yang wanitanya hanya menggunakan kain yang menutupi bagian pinggang saja sedangkan payudara mereka dibiarkan terbuka. Tetapi apabila masih gadis maka memakainya sampai menutupi dada.
Rumah Orang rimba ada 3 bentuk yaitu rumah godong, rumah di tanoh dan
sengsudungon. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kaum laki-laki Orang
Rimba mencari makan dengan berburu, menjerat binatang dan menangkap ikan, selain itu Orang Rimba juga mencari madu dan mengolah jernang. Serta kaum perempuan membuat kerajinan tangan berupa tikar dan ambung.
38
Rimba di buatkan sekolah untuk belajar baca, tulis dan dan berhitung serta mereka sudah mengenakan pakaian seperti orang biasa pada umumnya.
III.1.7 Strategi Media
Dilihat dari permasalahan yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media di harapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab permasalahan. Strategi media yang akan dipakai untuk menginformasikan tentang Orang Rimba dan kebudayaannya antara lain:
1. Media utama
Buku ilustrasi dipilih sebagai media utama karena buku ilustrasi banyak digemari oleh semua kalangan. Buku ilustrasi tentang Orang Rimba dan kebudayaannya juga masih sangat jarang ditemui. dengan di buatnya buku ilustrasi ini maka di harapkan akan menambah pengetahuan target audience mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu Suku Anak Dalam/Orang Rimba.
2. Media pendukung
Media pendukung merupakan media pelengkap atau tambahan bagi media utama untuk membantu menginformasikan, agar menjadi rangsangan target
audience untuk membeli buku cerita bergambar tentang informasi mengenai
Orang Rimba dan kebudayaannya.
Adapun media pendukung yang digunakan sebagai berikut: a. Tahap informasi
Poster A3
Poster yang berisikan informasi untuk menarik perhatian yang bersifat mengajak kepada target audience.
X-Banner
Dipasang pada lokasi media utama dipajang dan dipasarkan agar pembeli mudah melihat dari kejauhan.
Fanpage Twitter dan facebook
39
akan tepat bila menggunakannya sebagai salah satu media penginformasian buku ilustrasi ini.
b. Tahap pengingat
Ditahap ini akan digunakan media-media yang sangat dekat dengan target
audiens pada kesehariannya. Sehingga target audiens bisa selalu mengingat.
Gimmick yang akan diberikan akan memberikan kesan tersendiri untuk target
audiens. Media sebagai gimmick ini akan diberikan sebagai hadiah, souvenir
dan semacamnya. Media yang akan digunakan adalah: Tas anyaman
Tas rumbai merupakan tas dari bahan dasar membuat tikar yang biasa dibuat perempuan Rimba. Media ini bagian dari souvenir yang akan dijual selain media utama.
Stiker
Stiker media yang bisa dimana saja diaplikasikan, maka dari itu stiker salah satu media pendukung yang tepat untuk dijadikan media pengingat.
Gelang dan kalung
Gelang dan kalung adalah aksesoris yang sangat sering dipakai dan
media ini bisa dijadikan sebagai hadiah dari media utama. T-Shirt
Media ini digunakan untuk souvenir yang akan dijual selain media utama. Dan juga sebagai hadia pada event-event tertentu.
Kipas
Kipas merupakan benda yang simple dan mudah dibawa kemana-mana. sehingga cocok digunakan sebagai media pengingat untuk para konsumen.
III.1.8 Strategi Distribusi
40
menjadi target pendistribusian buku ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya
Tabel III. 1 Tabel Distribusi Media selama 6 bulan dari September 2015- february 2016
Dalam penjualan media utama yaitu buku ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya akan dibagi menjadi dua macam paket penjualan, yaitu:
Paket Ekonomis
Pembeli dapat membeli hanya buku ilustrasinya saja seperti membeli buku pada umumnya. Mendapatkan satu stiker yang terdapat didalam buku tersebut.
Paket Istimewa
Jika pembeli membeli dengan paket ini makan pembeli akan mendapatkan buku dengan beberapa media pendukung sebagai souvenir seperti tas anyaman, stiker, T-Shirt, kipas, kalung dan gelang. Tentunya dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan harga paket ekonomis.
Media September Oktober November Desember January February
41
III.2 Konsep Visual
Dalam sebuah media informasi, konsep visual sangat memegang peranan penting. Konsep visual dalam buku cerita Orang Rimba dan kebudayaannya ini menggunakan gaya gambar pribadi dan menggunakan metode menggambar manual dengan sketsa pensil. Serta pewarnaan menggunakan cat air.
III.2.1 Format Desain
Format buku ilustrasinya akan dibuat dengan ukuran 170 mm x 170 mm dengan isi 45 halaman. Berbentuk buku persegi akan membuat nyaman dalam membaca karena ilustrasi dan juga layout tidak saling berebutan perhatian pembaca sehingga tidak melelahkan mata serta akan mudah dipegang.
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Tata letak yang baik berfungsi sebagai salah satu kenyamanan dalam pembaca, serta membuat elemen visual dan verbal menjadi lebih komunikatif. Format tata letak berisikan berisikan 50% visual dan 50% kalimat-kalimat penjelasan.
Adapun tata letak buku ilustrasi tersebut, sebagai berikut:
42
Gambar III.7 Cara membaca buku ilustrasi. Dari kiri ke kanan. Sumber: Pribadi
Pada Gambar III.6 adalah ilustrasi untuk satu halaman, ukuran satu halaman dan pada Gambar III.7 adalah ilustrasi untuk dua halaman digabung menjadi satu. Cara membaca buku ilustrasi ini seperti membaca buku pada umumnya, yaitu dari kiri ke kanan seperti kebiasaan masyarakat Indonesia membaca buku.
III.2.3 Huruf
Jenis huruf dan tipografi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah buku ilustrasi. Untuk pemilihan tipografi harus dipilih dengan seksama karena sangat mempengaruhi kenyamanan pembaca dalam membaca pesan yang disampaikan.
III.2.3.1 Tipografi Judul
43
Gambar III.8 Judul Buku Ilustrasi. Sumber: Pribadi
III.2.3.2 Tipografi Narasi dan Credit
Untuk narasi, dan credit menggunakan font Baar Sophia karena huruf ini memiliki keterbacaan yang cukup jelas dan tegas sesuai dengan karakter Orang Rimba yang tegas dan keras.
Gambar III.9 Tipografi Judul dan Sub judul. Sumber: Pribadi
44
III.2.4 Ilustrasi
Gaya ilustrasi disesuaikan dengan pendekatan verbal yang menceritakan kebiasaan yang dilakukan Orang Rimba sehari-hari. Dengan karakter yang sederhana dan di setiap bagian cerita memunculkan ilustrasi dengan karakter ceritanya masing-masing.
III.2.4.1 Studi Karakter
Karakter dalam buku cerita ini ciri khasnya adalah mata, mulut dan hidung hanya berupa garis, warna kulit yang coklat terang, laki-laki berambut berombak atau ikal sedangkan perempuan berambut panjang dan berantakan. Hal ini sesuai dengan karakter Orang Rimba yang mata agak sipit, hidung besar dan pesek serta warna kulit sawo matang.
Gambar III.11 Referensi Orang Rimba mengambil rotan (a), Sketsa karakter (b) Sumber (a):
http://www.antaranews.com/berita/407664/mengajar-suku-anak-dalam-rini-raih-anugerah-peduli-pendidikan (14 Mei 2015) (b) Pribadi
Gambar III.12 Perempuan Rimba membuat ambung (a), Sketsa karakter (b) Sumber (a):
45
Gambar III.13 Orang Rimba berburu (a), Sketsa karakter berburu (b) Sumber (a): ) https://kkiwarsi.wordpress.com/category/orang-rimba/ (14 Mei 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.14 Referensi kebiasaan mandi Orang Rimba (a), Sketsa (b) Sumber (a): https://www.instagram.com/remibenali/ (14 Mei 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.15 Referensi keluarga Orang Rimba Orang Rimba (a), Sketsa (b) Sumber (a):
http://www.detakjambi.com/index.php/m-lj/sep-lj/m-lj-tebo/91-sad-minta-pemkab-mediasikan-perdamaian (11 Agustus 2015)
46
Gambar III.16 Referensi Orang Rimba berayun di akar pohon (a), Sketsa (b) Sumber (a): http://elabidisme.blogspot.com/2014/04/malaria-dan-orang-rimba.html
(11 Agustus 2015) (b) Pribadi
Gambar III.17 Referensi pakaian Orang Rimba (a), Sketsa (b) Sumber (a):
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_gro ep_Koeboes_mannen_vrouwen_en_kinderen_uit_Djambi_TMnr_10005794.jpg (12
47
Gambar III.18 Referensi keluarga Orang Rimba Orang Rimba (a), Sketsa (b) Sumber (a):
http://www.detakjambi.com/index.php/m-lj/sep-lj/m-lj-tebo/91-sad-minta-pemkab-mediasikan-perdamaian (11 Agustus 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.19 Referensi cara menyaloi makanan (a), Sketsa (b)
Sumber (a): http://www.kompasiana.com/perkutuuuut/kini-berburu-tak-mudah-lagi-catatan-bersama-orang-rimba_551700728133117d52bc7063 (05 Juli 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.20 Referensi cara menangkap ikan (a), Sketsa (b)
Sumber (a): http://www.mrawaelamady.com/2015/05/selintas-tentang-kubu-rawas.html (05 Juli 2015)
48
Gambar III.21 Mengambil rotan (a), Sketsa (b)
Sumber (a): http://news.liputan6.com/read/2195879/anak-rimba-jambi-kembali-meninggal-dunia (11 Agustus 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.22 Referensi tupai (a) sketsa tupai (b)
Sumber (a): ) http://gambarhaiwan.com/tupai (11 Agustus 2015) (b) Pribadi
Gambar III.23 Referensi babi hutan (a). sketsa babi hutan (b) Sumber (a): ) https://blog.nus.edu.sg/wildpigs/ (11 Agustus 2015)
49
Gambar III.24 Referensi ikan (a). sketsa ikan (b) Sumber (a):
http://umpanmancingikan.blogspot.com/2014/10/umpan-jitu-mancing-ikan-mujair.html (11 Agustus 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.25 Referensi tikus hutan (a). sketsa tikus hutan (b) Sumber (a): http://tikusputih2013.blogspot.com/
(11 Agustus 2015) (b) Pribadi
Gambar III.26 Referensi burung (a). sketsa burung (b) Sumber (a):
50
Gambar III.27 Referensi rusa (a). sketsa rusa (b) Sumber (a):
http://www.suggestkeyword.com/c3BvdHRlZCBkZWVy/ (11 Agustus 2015) (b) Pribadi
Gambar III.28 Referensi katak (a). sketsa katak (b) Sumber (a): http://www.savethefrogs.com/day/
(11 Agustus 2015) (b) Pribadi
Gambar III.29 Referensi ular (a).sketsa ular (b) Sumber (a):
51
Gambar III.30 Referensi rumah godong (a). sketsa rumah godong (b) Sumber (a):
https://kkiwarsi.wordpress.com/2013/05/14/tnbd-rumah-orang-rimba/ (12 Desember 2014)
(b) Pribadi
Gambar III.31 Referensi rumah di tanoh (a). sketsa rumah di tanoh (b) Sumber (a):
Rumah di Tanoh
Sumber: http://www.seputarevent.com/#!Tim-Ekskursi-IMA-FTUI-Angkat-Arsitektur-Tradisional-Orang-Rimba/ct9w/90C59F7C-A69A-43CE-A8FE-8EF2A0EF74CA (05 Juli
2015) (b) Pribadi
52
III.2.4.2 Studi Properti
Properti yang digunakan dalam buku ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya ini adalah benda-benda yang digunakan oleh Orang Rimba dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, seperti ambung, tikar, tombak, lukah, dan masih banyak lagi yang lainnya
Gambar III.33 Referensi periuk (a), sketsa periuk (b)
Sumber (a): ) http://www.thejakartapost.com/news/2015/03/14/crisis-threatens-orang-rimba-s-traditional-way-life.html (14 Mei 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.34 Referensi ambung
(a), sketsa ambung (b)
Sumber (a): http://panduyahyagallery.blogspot.com/2014/08/orang-rimba-sad-suku-anak-dalam.html (14 Mei 2015)
53
Gambar III.35 Referensi tikar (a), sketsa tikar (b)
Sumber (a): ) http://www.kaskus.co.id/thread/532be284128b46277e8b469e/benda2-yang-hampir-tak-nampak-di-kamar-tidur-agan (14 Mei 2015)
(b) Pribadi
Gambar III.36 Referensi lukah (a), sketsa lukah (b)
54
III.2.4.3 Studi Lokasi
Lokasi yang akan muncul dalam buku ilustrasi ini adalah tempat-tempat biasa Suku Anak Dalam berada yaitu hutan dan sungai. Lokasi diambil berdasarkan hasil pengamatan penulis tentang keseharian Suku Anak Dalam.
Berikut contoh studi lokasi yang dijadikan latar tempat lokasi buku ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya.
Gambar III.37 Referensi latar (a), Studi Latar (b). Sumber (a):
http://www.gresnews.com/berita/Tips/8016-hukum-tentang-penebangan-hutan-secara-liar/ (15 Mei 2015)
55
III.2.5 Warna
Warna akan mempengaruhi pesan dan kesan yang ingin disampaikan kepada target audiens, gaya pewarnaan yang dipilih berdasarkan dari studi warna pada kehidupan sehari-hari Orang Rimba yang memilih menyeimbangkan alam dengan tetap menjaga serta menikmati kehidupannya melalui cara mereka sendiri. yaitu warna-warna netral dan natural, seperti hijau, coklat, biru dan kuning. Teknik pewarnaan menggunakan cat air. Gaya pewarnaan didapat dari keyword “alam”. Orang Rimba identik dengan alam dan identik dengan warna alami.
Warna yang sering digunakan:
Gambar III.38 Referensi pemilihan warna Sumber (a), (b), (d) Pribadi
56
BAB IV
TEKNIK PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA
IV.1 Pra Produksi
Teknis pengerjaan media utama buku ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya diawali dengan pembuatan konsep cerita, sinopsis dan studi visual mengenai tema. Sinopsis akan mempermudah pengerjaan dan pengaturan skema tata letak cerita sehingga dari awal sudah bisa diperkirakan akan jadi berapa halaman nantinya. Sketsa dibuat dengan gambar tangan manual menggunakan pensil 2b dan pensil mekanik, begitu juga pewarnaan yang menggunakan cat air, serta media kertas khusus cat air setebal 190 gsm. Setelah gambar dibuat, kemudian gambar tersebut discan untuk diatur tone warna dengan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6 sehingga gambar menjadi lebih bercorak dan halus. Setelah diedit warna dan cahayanya pada aplikasi Adobe Photoshop, kemudian gambar diedit lagi pada aplikasi Adobe Indesign CS6 untuk dilakukan tata letak dan dimasukan teks narasi ditiap halamannya.
57
Gambar IV.2 Hasil gambar manual dengan pensil, dan cat air.
Gambar IV.3 Tahap Menaikan warna 2 di Adobe photoshop
58
Gambar IV.4 Hasil setelah masuk pada pengaturan warna dan cahaya dalam digital
59
IV.2 Produksi IV.2.1 Media Utama
Ukuran buku dibuat 17x17 cm dan akan dicetak menggunakan kertas HVS 100 gsm. Sedangkan untuk cover dicetak pada kertas art paper 210 gsm yang diberi laminasi dop. Dicetak menggunakan teknik cetak offset.
Gambar IV.6 Sampul depan dan belakang, punggung sampul beserta biodata penulis dan komentar pembaca .
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
IV.2.2 Media Pendukung
Media pendukung diperlukan sebagai pelengkap dan membantu dalam
penyampaian informasi maupun promosi media utama, yaitu Orang Rimba dan kebudayaannya.
IV.2.2.1 Poster
70
Gambar IV.18 Hasil cetak Poster
Layout berisi tentang penjelasan mengenai telah terbit buku ilustrasi ini, informasi tentang sinopsis cerita, dan informasi media sosial yang dapat dikunjungi. Poster dicetak dalam ukuran A3 yang akan ditempatkan di tempat-tempat terjangkau seperti sekolah dan kampus, juga pada toko buku yang menjual buku ini.
71
IV.2.2.2 X-Banner
Gambar IV.19 X-Banner
X-Banner berfungsi sebagai penanda keberadaan media utama dalam suatu lokasi,
seperti lokasi rak pada toko buku. Dengan adanya x-banner memudahkan konsumen mencari buku ini.
Ukuran: 60 x 160 cm Material: Spanduk Pvc
72
IV.2.2.3 T-Shirt
Gambar IV.20 Kaos sebagai bonus pada masa promosi dan merchandise pada saat masa promosi berakhir.
Kaos berfungsi sebagai bonus disetiap pembelian buku pada saat bulan pertama lauching dan masa promosi. Setelah masa promosi habis, baju akan dijadikan sebuah merchandise.
73
IV.2.2.4 Tas Anyaman
Tas kecil ini berfungsi sebagai wadah atau kemasan yang akan diberikan saat pembelian buku dengan paket lengkap. Tas ini dijual terpisah jika tidak membeli buku dengan promosi paket lengkap.
Ukuran: disesuaikan Material: Rumbai
Teknis Produksi: Anyaman tangan/handmade
74
IV.2.2.5 Gelang dan kalung
Merupakan aksesoris yang sering dipakai untuk melengkapi gaya. sehingga cocok digunakan sebagai media pengingat untuk para konsumen.
Ukuran: disesuaikan
Material: manik-manik kayu Teknis Produksi: handmade
75
IV.2.2.6 Stiker
Gambar IV.23 Desain Stiker Cromo (a), Hasil cetak Stiker Cromo
Stiker sebagai media pendukung lainnya, stiker bisa ditempel dimana-mana dan dibawa kemana-mana. Dan biasanya stiker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa. Sehingga konsumen akan terus ingat dengan media utama.
76
IV.2.2.7 Sosial Media
Sosial media sebagai media promosi sekaligus fanpage bagi para penggemar serta orang-orang yang ingin tahu info tentang buku Orang Rimba dan kebudayaannya.
Gambar IV.24 Tampilan Facebook Orang Rimba book official
77
IV.2.2.8 Kipas
Kipas merupakan benda yang sederhana dan mudah dibawa kemana-mana. sehingga cocok digunakan sebagai media pengingat untuk para konsumen. Ukuran: disesuaikan
Material: Rumbai
Teknis Produksi: Anyaman tangan/handmade
DAN KEBUDAYAANNYA SEBELUM MODERNISASI MASUK
DK 38315/Tugas Akhir
Semester II 2014-2015
Oleh:
Apriyulia
51911156
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vi
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 3
I.3 Rumusan Masalah ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 4
I.5 Tujuan Perancangan ... 4
I.6 Manfaat Perancangan ... 4
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEDIA INFORMASI TENTANG SISI LAIN KEHIDUPAN SUKU ANAK DALAM JAMBI ... 5
II.1.Tinjauan tentang buku ... 5
II.1.1 Jenis cerita dalam buku ... 5
II.2 Ilustrasi ... 6
II.2.1 Fungsi Ilustrasi ... 6
II.3 Suku Bangsa Indonesia ... 7
II.4 Provinsi Jambi ... 8
II.1.5 Orang Rimba/Suku Anak Dalam ... 8
II.5.1 Aktivitas kegiatan sehari-hari Orang Rimba...14
vii
II.6.2 Fenomena Remaja dan Buku Ilustrasi...27
II.7 Metode Analisa ... 27
II.7.1 Bagan peranacangan ... 29
II.8 Analisa ... ...30
II.9 Usulan Perancangan... ... 30
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 31
III.1 Strategi Perancangan ... ....31
III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 31
III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 31
III.1.3 Materi Pesan ... 33
III.1.4 Gaya Bahasa ... 33
III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 33
III.1.6 Strategi Kreatif ... 34
III.1.7 Strategi Media ... 38
III.1.8 Strategi Distribusi... 39
III.2 Konsep Visual ... 41
III.2.1 Format Desain ... 41
III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 41
III.2.3 Huruf ... 42
III.2.4 Ilustrasi ... 44
III.2.5 Warna ... 55
BAB IV TEKNIK PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA ... 56
viii
IV.2.2.5 Gelang dan kalung ... 74
IV.2.2.6 Stiker ... 75
IV.2.2.7 Sosial Media ... 76
IV.2.2.8 Kipas ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR LAMPIRAN...80
ix
Gambar II.1 Peta (a) & lambang Provinsi Jambi (b)...8
Gambar II.2 Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)...9
Gambar II.3 Suku Anak Dalam...9
Gambar II.4 Cawat yang dipakai laki-laki suku anak dalam (Orang Rimba)...10
Gambar II.5 Sarung yang dipakai perempuan Suku Anak Dalam...11
Gambar II.6 Rumah Godong...12
Gambar II.8 Rumah ditanoh...13
Gambar II.8 Sengsudungon...13
Gambar II.9 Orang Rimba sedang berburu...15
Gambar II.10 Orang Rimba sedang menombak ikan...15
Gambar II.11 Daging yang disaloi...16
Gambar II.12 Seorang Suku Anak Dalam membuat lantak untuk mengambil madu... 17
Gambar II.13 Seorang bapak Orang Rimba sedang mengolah jernang... 18
Gambar II.14 Membuat ambung... 19
Gambar II.15 Perempuan Rimba sedang membuat tikar ...20
Gambar II.16 Orang Rimba mengurus padi...21
Gambar II.17 Orang Rimba mengolah bibit sayuran...21
Gambar II.18 Orang Rimba bermusyarwarah bersama...22
Gambar II.19 Tumenggung/kepala suku Orang Rimba di TNTB...22
Gambar II.20 Tempat belajar yang dibangun pemerintah untuk Orang Rimba...22
Gambar II.21 Anak-anak Orang Rimba sedang belajar...23
Gambar II.22 Orang Rimba menggunakan kendaraan roda dua...23
Gambar II.23 Plang nama lokasi pemukiman Komunitas Adat Terpencil (KAT)...23
Gambar II.24 Lokasi pemukiman Komunitas Adat Terpencil (KAT)...24
x
dan assistensi gaya gambar kedua...35
Gambar III.4 Asistensi Perkembangan dari bentuk awal dan assistensi gambar ketiga...35
Gambar III.5 Gaya Ilustrasi yang Digunakan Dalam Buku Ilustrasi Orang Rimba dan kebudayaannya...36
Gambar III.6 Tata letak Buku Ilustrasi...41
Gambar III.7 Cara membaca buku ilustrasi dari kiri ke kanan...42
Gambar III.8 Judul Buku Ilustrasi...43
Gambar III.9 Tipografi Judul dan Sub judul...43
Gambar III.10 Tipografi Body teks...43
Gambar III.11 Referensi Orang Rimba mengambil rotan (a), Sketsa karakter (b)...44
Gambar III.12 Perempuan Rimba membuat ambung (a), Sketsa karakter (b)...44
Gambar III.13 Orang Rimba berburu (a), Sketsa karakter berburu (b)...45
Gambar III.14 Referensi kebiasaan mandi Orang Rimba (a), Sketsa (b)...45
Gambar III.15 Referensi keluarga Orang Rimba Orang Rimba (a), Sketsa (b)...45
Gambar III.16 Referensi Orang Rimba berayun di akar pohon (a), Sketsa (b)...46
Gambar III.17 Referensi pakaian Orang Rimba (a), Sketsa (b)...46
Gambar III.18 Referensi keluarga Orang Rimba Orang Rimba (a), Sketsa (b)...47
Gambar III.19 Referensi cara menyaloi makanan (a), Sketsa (b)...47
Gambar III.20 Referensi cara menangkap ikan (a), Sketsa (b)...47
Gambar III.21 Mengambil rotan (a), Sketsa (b)...48
Gambar III.22 Referensi tupai (a) sketsa tupai (b)...48
Gambar III.23 Referensi babi hutan (a). sketsa babi hutan (b)...48
Gambar III.24 Referensi ikan (a). sketsa ikan (b)...49
xi
Gambar III.28 Referensi katak (a). sketsa katak (b)...50
Gambar III.29 Referensi ular (a).sketsa ular (b)...50
Gambar III.30 Referensi rumah godong (a). sketsa rumah godong (b)...51
Gambar III.31 Referensi rumah di tanoh (a). sketsa rumah di tanoh (b)...51
Gambar III.32 Referensi sengsudungon (a), sketsa sengsudungon (b)...51
Gambar III.33 Referensi periuk (a), sketsa periuk (b)...52
Gambar III.34 Referensi ambung (a), sketsa ambung (b)...52
Gambar III.35 Referensi tikar (a), sketsa tikar (b) ...53
Gambar III.36 Referensi lukah (a), sketsa lukah (b)...53
Gambar III.37 Referensi latar (a), Studi Latar (b)...54
Gambar III.38 Referensi pemilihan warna...55
Gambar IV.1 Sinopsis cerita...56
Gambar IV.2 Hasil gambar manual dengan pensil, dan cat air...57
Gambar IV.3 Tahap Menaikan warna 2 di Adobe photoshop...57
Gambar IV.4 Hasil setelah masuk pada pengaturan warna dan cahaya dalam digital...58
Gambar IV.5 Tahapan layout dan pemberian teks narasi pada setiap halaman gambar ilustrasi...58
Gambar IV.6 Sampul depan dan belakang, punggung sampul beserta biodata penulis dan komentar pembaca...59
Gambar IV.7 Tampilan cover buku yang sudah dicetak...59
Gambar IV.8 Isi Buku bagian 1...60
Gambar IV.9 Isi Buku bagian 2...61
Gambar IV.10 Isi Buku bagian 3...62
Gambar IV.11 Isi Buku bagian 4...63
Gambar IV.12 Isi Buku bagian 5...64
Gambar IV.13 Isi Buku bagian 6...65
Gambar IV.14 Isi Buku bagian 7...66
Gambar IV.15 Isi Buku bagian 8...67
xii
Gambar IV.19 X-Banner...71
Gambar IV.20 Kaos sebagai bonus pada masa promosi dan merchandise pada saat masa promosi berakhir...72
Gambar IV.21 Tas anyaman...73
Gambar IV.22 Gelang & kalung...74
Gambar IV.23 Desain Stiker Cromo (a), Hasil cetak Stiker Cromo...75
Gambar IV.24 Tampilan Facebook Orang Rimba book official...76
Gambar IV.25 Tampilan Twitter Orang Rimba book official...76
xiii Tabel II.2 Diagram pengetahuan remaja tentang Orang Rimba...26 Tabel II.3 Diagram media informasi tentang Orang Rimba...26 Tabel II.4 Bagan Perancangan...29 Tabel III.I Tabel Distribusi Media selama 6 bulan
78
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, Z. (1997). Ensiklopedi: Suku Bangsa di Indonesia, Jakarta: LP3ES Idham, L. (2013). Psikologi Persepsi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia. Kleon A. (2012). Steal Like An Artist. Jakarata.: Mizan Publika
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta (2011). Pengantar Antropologi 1, Jakarta: Rineka Cipta
Meloy, C., & Ellis, C. (2011). Wildwood, United States: HarperCollins Publisher Mukti, A., & Sakti, G. (2008). Sejarah Kabupaten Tebo, Jambi
Manurung, B. (2013). Sokola Rimba, Jakarta: Kompas
Meinanda, T., & Akhmad, D. (1981). Pengantar Antropologi, Bandung: CV Amrico
Prasetya, J.T., dkk (2011). Ilmu Dasar Budaya, Jakarta: Rineka Cipta
Tim KKI Warsi, & Tim Orang Rimba Bukit Dua Belas (2013). Bahan ajar:
Orang Rimba dan kebudayaannya, Jambi: Dinas Pendidikan Provinsi