• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relavansi Perlakuan Surplus Underwriting Terhadap Fatwa DSN No.53 Tahun 2006 Pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Relavansi Perlakuan Surplus Underwriting Terhadap Fatwa DSN No.53 Tahun 2006 Pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FIRMAN FUDHOLI NIM. 1111046200009

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Underwriting Terhadap Fatwa DSN No. 53 Tahun 2006 Pada Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia. Skripsi. Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah: a). Bagaimana perlakuan surplus underwriting pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia periode 2013-2014? b). Bagaimana relevansi pembagian surplus underwriting

terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang mengumpulkan data-data peraturan yang berkaitan dengan surplus Underwriting dan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia. Untuk mengumpulkan data yang valid, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh terdapat dua sumber yaitu sumber data primer (secara langsung) hasil dari wawancara dengan pihak perusahaan terkait dan sumber data sekunder berupa dokumen-dokumen, buku, catatan, dan sebagainya. Setelah data-data terkumpul, maka penulis akan menganalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan kualitatif.

(5)

v

apabila terdapat surplus maka perusahaan akan memperoleh 50% sebagai insetif atas pengelolaan sedangkan sisanya 50% akan didistribusikan secara proporsional sebagai bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap peserta. Hal ini berarti dalam pembagian surplus underwriting tidak sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI No53 tahun 2006.

Kata kunci : RELEVANSI SURPLUS UNDERWRITING, FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006,

(6)
(7)

vii

rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Namun, penulis berharap bahwa skripsi yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Tak lupa ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan tanpa pamrih baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, ucapan terima kasih ingin penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.,. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, MA. Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak H. Abdurrauf, Lc., MA. Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak M. Mujiburrahman, MA selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih tak terhingga atas keikhlasan hati dan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih atas kritik dan saran yang memotivasi penulis.

5. Bapak Ahaddin Noekman SE., MM., AAAIK QIP)., AIIS, AAAK. Pihak PT Tugu Pratama Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan segala ilmu pengetahuan, arahan sarannya, serta bersedia memberikan segala data-data yang penulis perlukan, sehingga penelitian ini terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga selama masa perkuliahan.

(8)

viii

terima kasih atas doa dan kasih sayang, serta mendidik penulis dengan segala upaya dan jerih payahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan sampai terselesaikannya skripsi ini.

9. KH. Nurul Anwar Lc. Beserta guru-guru Pondok Pesantren Attaqwa yang tidak bosan memberikan pelajaran, motivasi dan mendoakan. Semoga keberkahan selalu menyertai penulis.

10. Saudara-saudara penulis (kakak) Khoirunnisa, Achmad Turmudzi, Achmad Wahyuddin Hamim, (adik) Ibrahim Aziz, Siti Arofatinnajah, Alm. Abdul Rosyid, Azkia Nuriah Ulfah, Achmad Haitami yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Muhammad Zubair, Tiara Fitriyanti dan Teman-teman seperjuangan Asuransi

Syariah 2011 lainnya, Forum Komunikasi Mahasiswa Attaqwa (FKMA) yang telah memberikan motivasi dan mewarnai kehidupan penulis.

12. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Semoga hasil karya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi perkembangan Ekonomi Islam dan berguna untuk masyarakat luas.

Jakarta, 17Agustus 2015

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

LEMBAR PENGESAHAN………. iii

ABSTRAK……… iv

LEMBAR PERNYATAAN……….... vi

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 4

D. Review Studi Terdahulu……… 5

E. Kerangka Pemikiran……….. 9

F. Metode Penelitian……….. 10

G. Pedoman Penulisan Skripsi……….. 12

H. Sistematika Penulisan……… 13

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ASURANSI SYARIAH A. Asuransi Syariah……… 15

B. Fatwa DSN……… 26

C. Surplus Underwriting..……….. 31

BAB III GAMBARAN UMUM PT TUGU PRATAMA INDONESIA

UNIT SYARIAH

(10)

x

D. Produk-Produk……….. 41

BAB IV RELEVANSI PERLAKUAN SURPLUS UNDERWRITING TERHADAP FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006 A. Perlakuan Surplus Underwriting………. 47

B. Relevansi Pembagian Surplus Underwriting………….. 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 62

B. Saran………. 63

DAFTAR PUSTAKA……… 64

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang pertanggungan risiko merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dari dunia Barat yang lahir bersamaan dengan adanya semangat perpecahan (reinaissance). Institusi ini bersama dengan lembaga keuangan bank menjadi motor penggerak ekonomi pada era modern dan berlanjut pada masa sekarang (kini).1

Industri asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang baik seiring dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berasuransi. Selain asuransi konvensional, kini hadir asuransi syariah yang sistem dan operasionalnya tentu berbeda dengan asuransi konvensional pada umumnya. Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memformulasikannya demikian:

“Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah”.2

1

AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 55.

2

(12)

Pertumbuhan Industri Asuransi Syariah setiap tahunnya mengalami peningkatan salah satu faktornya yaitu semakin sadarnya masyarakat Indonesia akan konsep yang mengutamakan prinsip-prinsip islam karena lebih menjanjikan keamanan dan lebih terbuka pengelolaan dana kontribusi/premi yang dibayarkan.

Konsep ta’awun atau sharing of risk pengelola (perusahaan asuransi syariah) bukan sebagai penanggung tetapi berfungsi sebagai pemegang amanah, sedangkan nasabah sebagai peserta memberikan dana kepesertaan/donasi yang dikenal dengan nama dana kontribusi. Dana kontribusi itu diniatkan untuk kegiatan tolong menolong sesama peserta bila terjadi musibah. Pengelola hanya sebagai pengumpul dana atau poolig of fund.3

Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.4 Akad yang digunakan antara peserta dengan pengelola dalam asuransi syariah adalah akad wakalah bil ujrah.5

Perusahaan asuransi syariah mengenakan biaya pada setiap kontribusi yang diterima, yaitu biaya-biaya yang dikenakan kepada peserta untuk biaya administrasi operasional.6. Dana tabaruu’ yang terhimpun dari para peserta akan diinvestasikan pada bidang-bidang investasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Hasil investasi yang diperoleh akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah yang

3

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011), hal. 161.

4

Fatwa DSN No:21/DSN-MUI/X/2001

5 Novi Puspitasari “Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah Pada Bisnis Asuransi Umum

Syariah di Indonesia” Jurnal: Akuntansi dan Keuangan Indonesia, (1 Juni 2012)

6

(13)

telah ditentukan.7 Kemudian ketika terjadi klaim, perusahaan tidak mengeluarkan dana apa pun dari kas perusahaan karena penggantian klaim diambil dari dana tabungan peserta (tabarru’).8

Dana tabarru’ terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah kontribusi yang dibayarkan oleh peserta asuransi dan hasil investasi, sedangkan apabila klaim yang dibayarkan kepada peserta lebih sedikit dari jumlah dana

tabarru’ maka menghasilkan surplus underwriting. Pembagian surplus

underwriting telah diatur dalam fatwa DSN no. 53 tahun 2006.

Surplus Underwriting yang didapat oleh perusahaan setiap tahunnya akan besar jika beban klaim lebih sedikit dari kontribusi yang dibayarkan peserta. Seperti Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia pada tahun 2014 mengalami

Surplus Underwriting sebesar (±) Rp 3.966.000.000,9 kemudian Unit Syariah PT

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 pada tahun 2014 mengalami Surplus

Underwriting sebesar (±) Rp 5.237.560.00010 dan PT Asuransi Ramayana tbk dan

Entitas Anak pada tahun 2014 mengalami Surplus Underwriting sebesar (±) Rp 960.072.405.11

Kemudian apakah perusahaan dalam pembagian surplus underwriting sudah sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam fatwa DSN no 53 tahun 2006? dan Bagaimana perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan?

7

Ibid, hal. 34.

8

Ah. Azharuddin Lathif, Kompilasi Bahan Kuliah Hukum Perjanjian Asuransi Syariah (Jakarta: FSH, 2012), hal. 40.

9

Laporan Keuangan Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia tahun 2014

10

Laporan Keuangan Unit Syariah PT Bumiputera Muda 1967 tahun 2014

11

(14)

Melihat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dalam skripsi yang berjudu:

“RELEVANSI PERLAKUAN SURPLUS UNDERWRITING TERHADAP FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006 PADA PT ASURANSI TUGU

PRATAMA INDONESIA UNIT SYARIAH” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian skripsi ini tentu dibutuhkan pembatasan masalah agar tidak meluas dan menjaga kemungkinan penyimpangan, maka dalam penulisan ini penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan pada hal-hal berikut : Perlakuan surplus underwriting dan relevansi pembagian

surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006 pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia, data yang diteliti dibatasi hanya 2013-2014.

2. Perumusan masalah

Perumusan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana perlakuan surplus underwriting pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia periode 2013-2014?

b. Bagaimana relevansi pembagian surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(15)

1. Mengkaji perlakuan surplus underwriting pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia periode 2013-2014.

2. Mengidentifikasi relevansi pembagian surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat dari beberapa aspek:

1. Bagi Penulis

a. Menambah khasanah keilmuan dan meningkatkan kompetensi diri, kecerdasan intelektual.

b. Sebagai pengaplikasian teori-teori yang telah diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi dengan aplikasi dan praktik yang nyata.

2. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan mendorong dan meningkatkan pendapatan pada asuransi kerugian syariah untuk mendapatkan surplus underwriting yang optimal dan pembagian Surplus

underwriting yang sesuai dengan Fatwa DSN-MUI no 53 tahun 2006.

3. Bagi Jurusan Asuransi Syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan akademisi sehingga dapat menambah keilmuan tentang teknik perhitungan Surplus (Defisit) Underwriting Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

D. Review Studi Terdahulu

(16)

Judul Teknik Perhitungan Surplus underwriting Produk Asuransi Kebakaran dan Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit Syariah.

Fokus Penelitian Perhitungan Surplus underwriting yang dilakukan Asuransi Kebakaran data pada tahun 2010-2011

Obyek Penelitian

PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit Syariah.

Metode Penelitian

Penelitian Deskriptif. Penulis mengumpulkan, menyusun dan ,mendeskripsikan berbagai dokumen, data dan informasi actual.

Hasil Penelitian Produk Asuransi Kebarkaran PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit syariah mengalami kenaikan sebesar 32% dari 757,388,541.75 pada tahun 2010 menjadi 1,141,934,609.10 pada tahun 2011, dan pada 2012 sebesar 1,001,604,770.70.

Produk Asuransi Kendaraan Bermotor keniakannya sebesar 55,82% dari 22,283,581.33 pada tahun 2010 menjadi 305,748,440.98 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 1,266,182,959.27.

(17)

Judul Metode alokasi Surplus underwriting Dana Tabarru’ pada Asuransi Kerugian Syariah (Study Pada Unit syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)

Fokus Penelitian Metode perhitungan yang dilakukan dalam alokasi

surplus dana tabrru’

Seberapa besar peran surplus dana tabarru’ dalam menunjang profit perusahaan.

Objek Penelitian PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 divisi Syariah.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penulis menyimpulkan data yang berupa angka dan informasi yang berhubungan dengan metode alokasi surplus dana tabarru’ di asuransi kerugian syariah PT Bumida 1967

Hasil Penelitian PT Asuransi Umum BUMIDA 1967 mengalami kenaikan surplus yang sangat signifikan sebesar

88,45% dari 1,511,057,782.99 surplus pada tahun 2009

menjadi 2,847,654,548.28 di tahun 2010.

(18)

berjalan, polis jangka waktu panjang & polis yang berdasarkan izin akseptasi kantor pusat diterbitkan insentif surplusnya.

3. Dwi Fidhayanti, Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jurnal tahun 2012.

Judul Pelaksanaan Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syariah (Studi di Takaful Indonesia Cabang Malang)

Fokus Penelitian Kesesuaian Pelaksanaan akad tabarru terhadap fatwa DSN No. 53 tahun 2006

Objek Penelitian Takaful Indonesia Cabang Malang Metode

Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan data dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi.

Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan Akad

Tabarru’ pada Asuransi Syariah dan Reasuransi

(19)

sama dengan hibah.

Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengenai perlakuan surplus

underwriting pada asuransi syariah umum yaitu di Unit Syariah PT Tugu Pratama

Indonesia. Penulis akan membahas perlakuan surplus underwriting dan relevansi pembagian surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006 pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut: Aliran Dana pada Asuransi Kerugian Syariah

Gambar 1.1

Dana kontribusi peserta ketika masuk ke perusahaan asuransi syariah terbagi menjadi dua bagian yaitu dana tabarru’ dan ujrah. Kegiatan operasional perusahaan asuransi syariah dibiayai dari hasil perolehan ujrah atas besaran ujrah

Ujrah

Kontribusi/ Premi Peserta

Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan)

Investasi

Reksadana Deposit

Hasil Investasi

Dana

Tabarr

u’

Beban

Tabarr

u’

Surplus Tabarru

Cadangan Dana Tabarru

[image:19.595.116.511.377.672.2]
(20)

yang diperoleh perusahaan untuk menutup seluruh biaya operasional yang telah dikeluarkan dalam kurun waktu tertentu.12

Dana tabarru’ digunakan ketika peserta asuransi mengajukan klaim yang telah disepakati. Ketika selilih antara total kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasi dikurangi dengan beban klaim, beban reasuransi, biaya-biaya lain terkait dengan penyelesaiain klaim, masih tersisa dalam jangka waktu yang ditentukan maka sudah sepatutnya perusahaan menghasilkan surplus underwriting. Surplus

underwriting dalam fatwa DSN NO. 53 tahun 2006 telah diatur pembagiannya.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis pendekatan yang berdasarkan kata-kata atau berdasarkan tata cara penelitian yang menghasilkan atas apa yang dinyatakan oleh narasumber secara lisan pada kondisi objek yang alamiah.13

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia yang berlokasi di Wisma Tugu I, Jl. H. R. Rasuna Said, kav C 8-9, Jakarta. Penulis memilih PT Tugu Pratama Indonesia Unit Syariah karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap laporan keuangan perusahaan ini dari tahun ke tahun cendrung fluktuatif.

12 Sugeng Soedibjo & Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah

Untuk Mencapai Titik Impas dengan Pendekatan Medel Profit Testing” (Jurnal: Bisnis & Birokrasi, Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei –Agustus 2009

13

(21)

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini dirancang untuk mengumpulkan informasi, tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Tujuannya adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun dan mendeskripsikan berbagai dokumen, data dan informasi yang aktual, agar dapat menemukan jawaban dari permasalahan yang dibahas.

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang bersifat kualitatif dengan sumber data14 :

a. Data primer, yaitu merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama dengan melakukan wawancara tentang perlakuan pembagian surplus underwriting, guna memberikan informasi untuk penelitian. Data primer ini diperoleh dari Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

b. Data skunder, yaitu data bersumber dari buku-buku, Koran, majalah, website, penelitian terdahulu dan sumber-sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

14

(22)

a. Penelitian kepustakaan yaitu penulis mengadakan penelitian terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar, artikel, bulletin, brosur, internet dan sebagainya.

b. Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, yaitu Unit Syariah PT Tugu Pratam Indonesia, sehingga dapat mengamati langsung kegiatan-kegiatan yng terjadi. Penulis juga menggunakan teknik wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas.

6. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul, maka penulis akan menganalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana relevansi perlakuan surplus underwriting terhadap fatwa DSN no. 53 tahun 2006 pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia dan mengambil suatu kesimpulan.

G. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah menggunakan

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

(23)

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulis mengangkat tema yang akan dibahas dalam skripsi, perumusan masalah dan pembahasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, pedoman penulisan skripsi dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini, penulis memuat tinjauan pustaka dengan membahas teori-teori yang terkait dengan pengertian asuransi syariah, landasan hukum asuransi syariah, mekanisme operasional dana asuransi syariah, serta

underwriting dan surplus underwriting.

BAB III GAMBARAN UMUM PT TUGU PRATAMA

INDONESIA UNIT SYARIAH

(24)

yaitu PT Tugu Pratama Indonesia Unit Syariah. Dalam gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan umum perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan, visi dan misi perusahaan, sturktur organisasi perusahaan, Struktur modal dan produk-produk yang dikelola oleh perusahaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ada di perusahaan, diantaranya; perlakuan dana surplus

underwriting Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia dan

relevansi pembagian surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006.

BAB V PENUTUP

[image:24.595.139.513.130.440.2]
(25)

15 A. Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi

Kata asuransi berasal dari bahasa belanda, assurantie, yang dalam hukum belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian muncul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geasuradeur bagi tertanggung.15

Asuransi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya pertanggungan, perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.16

Pengertian Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang

15

KH Ali Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqh Sosial, Penerbit Mizan Bandung, 1994, hal. 205-206.

16

(26)

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.17

Menurut KUHD 246, yaitu asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.18

Sedangkan menurut Abdullah Amrin, Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan itu.19 2. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’min, penanggung disebut

mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau

musta’min. At-ta’min diambil dari kata amana memiliki arti memberi

perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.20

Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta asuransi mendonasikan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang

17

Undang-undang No. 2/1992, pasal 1.

18

Kitab Undang-undang Hukum Dagang, pasal 246.

19

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah ditinjau dari Perbandingan dengan Asuransi Konvensional, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h. 45.

20

(27)

akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini sebatas pengelola operasional perusahaan serta investasi dari dana-dana yang diberikan kepada perusahaan.21

Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2014 tentang asuransi syariah yang berarti kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi.22 Dan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi syariah yaitu usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau Tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah).23

Asuransi syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank. Asuransi syariah juga memiliki kesamaan fungsi dengan lembaga keuangan syariah non bank lainnya, yakni untuk memperoleh

21Dian Astria,”

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba (Studi PT Takaful

Keluarga)”, (Skripsi S1 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB,

2009), hal. 24-25

22

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian.

23

(28)

keuntungan dari hasil investasi dana yang dikumpulkan dari peserta asuransi. cara pembagian keuntungan pengelolaan dana peserta asuransi dilakukan dengan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Dalam hal ini perusahaan asuransi bertindak sebagai pihak pengelola dana yang menerima pembayaran dari peserta asuransi untuk dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah (bagi hasil). Sedangkan peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana yang akan memperoleh manfaat jasa perlindungan, penjaminan dan bagi hasil dari perusahaan asuransi.24

Asuransi syariah dalam pengertian muamalah mengandung arti yaitu saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga di antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung dan tertanggung. Dengan demikian, gagasan mengenai Asuransi Syariah berkaitan dengan unsur saling menanggung risiko di antara para peserta asuransi, dimana peserta yang satu menjadi penanggung peserta yang lainnya.25 Sedangkan perusahaan Asuransi Syariah hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung antara para peserta asuransi.26 Hal tersebutlah salah satu yang membedakan antara Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional, dimana dalam asuransi konvensional perusahaan sebagai penanggung risiko peserta asuransi.

24

Hendi Suhendi, Deni K. Yusup, Asuransi Takaful dari Teoritis ke Praktis, (Bandung: Mimbar Pustaka, 2005), hal.9

25

Rahmat Husein, Asuransi Takaful Selayang Pandang dalam Wawasan Islam dan Ekonomi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1997, hal. 234

26

(29)

Beberapa definisi asuransi di atas, baik dari segi bahasa maupun istilah, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perjanjian asuransi syariah peserta asuransi dengan peserta asuransi yang lainnya saling tolong menolong jika salah satu peserta mengalami musibah, sedangkan perusahaan hanya sebagai pengelola keikutsertaannya antar peserta tersebut dengan mendapatkan ujrah dari pengelolaannya.

3. Pengertian Usaha Asuransi Umum Syariah

Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang pas karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.27 4. Pengertian Usaha Asuransi Jiwa Syariah

Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran lain kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.28

27

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

28

(30)

5. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum.29

1. Al-Qur’an

Ayat Al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas istilah asuransi

seperti “al-ta’min” ataupun “at-takaful”. Namun terdapat beberapa

ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan memiliki nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi. diantara ayat-ayat

Al-Qur’an tesebut antara lain:

1) Perintah Allah mempersiapkan hari esok Q.S. Al-Hasyr (59): 18

ۚ َللهٱ ۟اىُقَتّٱَو ۖ ٍدَغِل ْتَمَدَق اَم ٌسْفَن ْرُظنَتْلَو َللهٱ ۟اىُقَتّٱ ۟اىُنَماَء َنيِذَلٱ اَهُيَأَٰٓي

َنّىُلَمْعَتّ اَمِب ٌۢريِبَخ َللهٱ َنِّإ

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada

Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah

diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Maha megetahui apa yang kamu

kerjakan. “

29

(31)

2) Perintah Allah saling tolong menolong Q.S. Al-Maidah (5): 2

ُنَواَعَتّ اَلَو ۖ ٰيَىْقَتلٱَو ِرِبْلٱ ًَلَع ۟اىُنَواَعَتَّو

ْدُعْلٱَو ِمْثِإْلٱ ًَلَع ۟اى

ۚ ِنَّٰو

َللهٱ َنِّإ ۖ َللهٱ ۟اىُقَتّٱَو

ِ اَقِعْلٱ ُديِدَد

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah Q.S. Al-Quraisy (106): 4

ٍۭفْىَخ ْنِم مُهَنَماَءَو ٍعىُج نِم مُهَمَعْطَأ ٓيِذَلٱ

Artinya : “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk

menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

2. Sunnah Rasul

Dalam praktek asuransi syariah baik yang bersifat mutual maupun bukan, pada prinsipnya para peserta bertujuan untuk saling bertanggung jawab. Hal ini dapat kita lihat dalam hadits Nabi berikut.30

“Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan

setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dibawah

tanggung jawab kamu.” (HR Bukhari dan Muslim)

30

(32)

Kemudian hadist Nabi yang memerintahkan untuk saling melindungi sebagai berikut

“Sesungguhnya orang yang beriman ialah barang siapa yang

memberikan keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa

manusia.” (HR Ibnu Majah)

3. Pendapat Ulama yang Mengharamkan Asuransi

Ibnu Abidin, Ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa asuransi adalah haram, karena uang setoran peserta (premi) tersebut adalah iltizam ma lam yalzam (mewajibkan sesuatu yang tidak lazim/wajib).

Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa asuransi adalah haram karena mengandung riba, beliau melihat riba terebut dalam pengelolaan dana asuransi dan pengembalian premi yang disertai bunga ketika waktu perjanjian telah habis. 31 Dan masih banyak lagi ulama yang mengatakan bahwa asuransi tidak dibolehkan.

4. Pendapat Ulama yang Membolehkan Asuransi Syariah

Syaikh Abdur Rohman Isa adalah salah seorang Guru Besar Universitas Al-Azhar. Dengan tegas ia menyatakan bahwa asuransi merupakan praktek muamalah gaya baru yang belum dijumpai imam-imam terdahulu, dengan demikian juga para sahabat Nabi. Pekerjaan ini menghasilkan kemaslahatan ekonomi yang banyak. Ulama telah menetapkan bahwa kepentingan umum yang selaras dengan hukum

31

(33)

syara’ patut diamalkan. Oleh karena asuransi menyangkut kepentingan

umum, maka halal menurut syara’.32

Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa (Guru Besar Universitas Kairo). Mengatakan bahwa asuransi bagaimanapun bentuknya merupakan koperasi yang menguntungkan masyarakat. Sepanjang dilakukan bersih dari riba, maka asuransi hukumnya boleh. Dengan pengertian, apabila nasabah masih hidup menurut jangka waktu yang ditentukan dalam polis, maka dia meminta pembayaran kembali hanya sebesar premi yang pernah dibayarkan, tanpa ada tambahan. Tetapi manakala sang nasabah meninggal sebelum batas akhir penyetoran premi, maka ahli warisnya berhak menerima nilai asuransi, sesuai yang tercantum

dalam polis, dan ini halal menurut syara’.33

Syaikh Muhammad Ahmad, MA, LLB, Sarjana dan pakar ekonomi Pakistan. Memperbolehkan asuransi jiwa dan asuransi lainnya dengan alasan sebagai berikut, (1) persetujuan asuransi tidak menghilangkan arti tawakal kepada Allah, (2) di dalam asuransi tidak ada pihak yang dirugikan dan merugikan, (3) tujuan asuransi adalah kerja sama dan tolong-menolong.34

32

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General). Hal. 71

33

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General). Hal. 72

34

(34)

Asuransi syaiah dalam operasionalnya diatur oleh regulasi dalam bentuk keputusan menteri keuangan (KMK). Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain.35:

a. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.

b. Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah. c. Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

d. Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

e. Peraturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

f. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha Dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi.

g. Peraturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

h. Keputusan direktur jendral lembaga keuangan nomor kep.4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian Dan Pembatasan

35

(35)

Investasi Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi Dengan System Syariah.

6. Mekanisme Operasional Dana Asuransi Syariah

Kedudukan perusahaan Asuransi Syariah dalam transaksi Asuransi Syariah, adalah sebagai mudharib (pemegang amanah). Asuransi syariah menginvestasikan dana tabarru’ yang terkumpul dari kontribusi peserta, kepada instrument investasi yang dibenarkan oleh syara’. Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru’,

mudharib diawasi secara teknis dan operasional oleh komisaris dan secara

syar’i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.36

Dana kontribusi peserta ketika masuk ke perusahaan asuransi syariah terbagi menjadi dua bagian dana tabarru’ dan ujrah. Kegiatan operasional perusahaan asuransi syariah dibiayai dari hasil perolehan ujrah atas seberapa besar ujrah yang diperoleh perusahaan untuk menutup seluruh biaya operasional yang telah dikeluarkan dalam kurun wantu tertentu.37. Dana tabaruu’ yang terhimpun dari para peserta akan diinvestasikan pada bidang-bidang investasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Hasil investasi yang diperoleh akan dibagihasikan sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan.38 Kemudian ketika terjadi klaim, perusahaan

36

M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), H.249

37 Sugeng Soedibjo & Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah

Untuk Mencapai Titik Impas dengan Pendekatan Medel Profit Testing” (Jurnal: Bisnis &

Birokrasi, Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei –Agustus 2009 hal. 33

38Sugeng Soedibjo & Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah

(36)

tidak mengeluarkan dana apa pun dari kas perusahaan karena penggantian klaim diambil dari dana tabungan peserta (tabarru’).39

Perusahaan asuransi syariah memiliki biaya-biaya opersional yang

disebut sebagai “beban asuransi”. Beban yang ada pada perusahaan

asuransi kerugian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Beban klaim yang terdiri dari : klaim bruto, klaim reasuransi, estimasi kenaikan (penurunan) kalam retensi sendiri.

b. Beban komisi, adalah pengeluaran untuk membayar komisi perantara baik itu agen ataupun broker asuransi.

c. Beban usaha adalah pengeluaran perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

d. Beban lain-lain adalah keseluruhan beban yang digunakan untuk mengelola usaha diluar beban klaim, beban komisi, dan beban usaha.

Kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasi dikurangi dengan beban asuransi jika masih tersisa dalam jangka waktu yang ditentukan maka sudah sepatutnya perusahaan mengalami surplus underwriting.

B. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara struktural berada dibawah MUI dan bertugas menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi

39

(37)

syariah, baik yang berhubungan langsung dengan lembaga keuangan syariah ataupun lainnya. Pada prinsipnya, pendirian DSN-MUI dimaksud sebagai usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan, selain itu DSN-MUI juga diharapkan dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai prinsip ajaran islam dalam kehidupa ekonomi. 40

1. Kedudukan Fatwa DSN

Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi fatwa dikalangan masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para mujtahid. Kedudukan fatwa bagi kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.41

Otoritas fatwa tentang ekonomi syariah di Indonesia, berada dibawah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Komposisi anggota plenonya terdiri dari para ahli syariah dan ahli ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan syariah. Dalam membahas masalah-masalah yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syariah Nasional melibatkan

40RM Priyo Handoko. “Peran DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00

WIB dari http://www.rmpriyohandoko.com/blog/2013/01/14/peran-dewan-syariah-nasional-majelis-ulama-indonesia-dalam-perbankan-syariah/

41Agustianto sekjen DPP IAEI.”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses

(38)

pula Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Biro Syariah dari Bank Indonesia.42

2. Tugas dan Wewenang43 a. Tugas

1) Tugas DSN yaitu menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonimian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi, dan reksadana.

2) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah. b. Wewenang

1) Mengeluarkan fatwa mengikat DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait. 2) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi

ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Departemen Keuangan dan BI.

3) Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.

4) Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam dan luar negeri.

42Agustianto sekjen DPP IAEI.”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses

pada 13 Agustus 2015 pukul 11.20 WIB dari http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/fatwa-ekonomi-syariah-di-indonesia.html

43

(39)

5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.

6) Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak ditindakkan.

c. Mekanisme Kerja

1) DSN mengesahkan rancangan fatwa yag diusulkan oleh badan pelaksana Harian DSN

2) DSN melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan, atau bilamana diperlukan

3) Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan tahunan bahwa lembaga keuangan syariah yang bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.

d. Dewan Pengawas Syariah

Berdasarkan surat keputusan DSN No. 3 tahun 2000, dijelaskan bahwa DPS adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang bersangkutan, dimana penempatannya atas persetujuan DSN.

e. Fungsi DPS

1) Melakukan pengawasan secara periodik pada LKS yang berada di bawah pengawasannya.

(40)

3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional LKS yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran.

4) Merusmuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan DSN.

f. Struktur DPS

1) Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi.

2) Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi system dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah islam.

3) Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan system pembinaan ke-islaman yang telah diprogramkan setiap tahunya.

4) Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam dilingkungan perusahaan tersebut.

5) Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh Biro Syariah.

g. Keanggotaan DPS

(41)

3) Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 (empat) tahun dan akan mengalami pergantian antar waktu apabila meniggal dunia, minta berhenti, diusulkan oleh LKS yang bersangkutan, atau telah merusak citra DSN.

h. Mekanisme Kerja DPS

1) DPS melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.

2) DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.

3) DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.

4) DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan DSN.

C. Surplus Underwriting

Surplus dalam kamus asuransi adalah jumlah dimana aktiva melebihi pasiva.44 Dan dana tabarru’ adalah sebagian dana yang disisihkan dari premi asuransi dengan memperhatikan faktor-faktor risiko dari calon peserta asuransi, dimana tabarru’ tersebut digunakan untuk menolong sesama peserta yang terkena musibah.

44

(42)

Sedangkan surplus dana tabarru’ itu sendiri adalah hasil pengurangan dari dana peserta tabarru’ dikurangi dengan total jumlah klaim yang terjadi (beban tabarru’) apabila hasil dari pengurangan tersebut positif, maka perusahaan akan mengalami surplus, dan apabila hasil dari pengurangan surplus tersebut negatif, maka perusahaan akan mengalami defisit.

Istilah underwriter digunakan untuk mengartikan proses seleksi yang dengan itu underwriter menentukan penawaran risiko mana yang harus diterima, dan jika diaksep, atas rate, syarat dan kondisi apa.45

Underwriting merupakan proses penyelesaian dan pengelompokan risiko

yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan sebuah elemen yang esensial dalam operasi perusahaan asuransi. Sebab, maksud underwriting adalah memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang efisien, perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing.46 Agar bisa mendapatkan keuntungan, perusahaan harus mengadakan evaluasi terlebih dahulu terhadap semua risiko yang hendak diasuransikan, keuntungan yang diperoleh dengan dijalankannya proses underwriting, jadi dengan pemilihan risiko-risiko itu, kita mengharapkan beberapa keuntungan yang diinginkan untuk perusahaan asuransi tersebut.47

45

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konseo dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 256

46

Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, BumiAksara, Jakarta, 2000, hal. 31-32

47

(43)

Pada asuransi konvensional sebagimana lazimnya semua industri asuransi, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi, dalam satu tahun (untuk asuransi kerugian) adalah keuntungan perusahaan. Dan jadi milik perusahaan yang kelak dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada pemegang saham atau dikembalikan lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan modal.

Profit (laba) pada asuransi syariah untuk asuransi kerugian, yang diperoleh dari surplus underwiriting, komisi reasuransi dan hasil investasi bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan sebagimana mekanisme yang ada pada asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (

al-mudharabah) antara perusahaan dengan peserta sebagimana yang telah

diperjanjikan atau menjadi akad diawal ketika baru masuk asuransi syariah.

Besarnya bagi hasil sangat tergantung kondisi perusahaan semakin sehat dan besar profit yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula bagi hasil yang dibagikan kepada peserta. Skim bagi hasil (50:50, 60:40, 70:30, 80,20, atau 90:10) biasanya dievaluasi setiap periode tertentu misalnya 2 atau 3 tahun sekali manakala perusahaan mengalami perubahan yang cukup signifikan (untung/rugi).48

Dalam sistem operasional yang berlandaskan syariah, perusahaan asuransi syariah melakukan kerja sama dengan peserta dengan prinsip

al-mudharabah, yaitu membagi hasil keuntungan operasional kepada seluruh

48

(44)

peserta yang tidak mengajukan klaim atau membatalkan polis. Dengan mekanisme pengelolaan dana yang sesuai dengan syariah, dana peserta yang ada diinvestasikan. Hasil investasi dimasukkan kedalam total kumpulan dana tabarru’, kemudian dikurangi dengan beban asuransi. surplus dana tabarru’ peserta dibagikan sesuai dengan sistem bagi hasil

(al-mudharabah). Dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting

ini sesuai dengan fatwa DSN No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad

tabarru’ pada asuransi dan reasuransi syariah. Dalam hal dana tabarru’

(45)

35

PT TUGU PRATAMA INDONESIA UNIT SYARIAH

Pada bagian ini akan disampaikan mengenai profil perusahaan PT Tugu Pratama Indonesia (TPI). Profil perusahaan akan meliputi sejarah pendirian perusahaan visi dan misi, struktur organisasi serta produk-produk yang dimiliki PT Tugu Pratama Indonesia.

Dengang uraian-uraian tentang profil perusahaan ini, maka dapat diperoleh gambaran umum mengenai kondisi lingkungan internal PT Tugu Pratama Indonesia.

A. Sejarah Singkat Perusahaan49

PT Tugu Pratama Indonesia (PT TPI) resmi didirikan pada 25 November 1981. Pada awal masa berdirinya, PT Tugu Pratama Indonesia memfokuskan bisnisnya pada pemberian pertanggungan resiko di industri minyak dan gas nasional, terutama perlindungan asuransi atas aset yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) selaku induk usaha dari PT TPI.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia usaha, PT TPI melebarkan bisnis ke ranah asuransi non minyak dan gas, yaitu asuransi energi dan non energi, baik yang berbasis konvensional maupun syariah. Produk asuransi

49

[image:45.595.114.512.109.351.2]
(46)

umum dirancang PT TPI guna memenuhi kebutuhan pasar akan perlindungan asuransi yang menyeluruh, seperti asuransi penerbangan, asuransi kredit, asuransi kebakaran & properti, asuransi pengangkutan dan rangka kapal, asuransi kendaraaan, hingga asuransi kesehatan.

PT Tugu Pratama Indonesia memilii 4 faktor utama yang menjadi kunci keberhasilan di industri asuransi umum, yaitu:

1. Financial Strength

Dengan kekuatan permodalan yang soid dan strategi investasi yang komprehensif

2. First Security

PT Tugu Pratama Indonesia memiliki dukungan retensi dan reasuransi dengan reputasi baik.

3. Reliable

Dengan pengalaman selama lebih dari 32 tahun, PT Tugu Pratama Indonesia dapat menjadi perusahaan asuransi yang terpercaya dalam memberikan pertanggungan atas suatu resiko.

4. Expertise

(47)

B. Visi dan Misi, Nilai perusahaan50 1. Visi

Visi yang dimiliki PT Tugu Pratama Indonesia adalah menjadi perusahaan asuransi yang unggul, terpercaya dan menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi seluruh stakeholder.

2. Misi

Misi yang dimiliki PT TPI terdiri dari 4 misi yaitu:

a. Mengoptimalkan nilai perusahaan secara berkelanjutan

b. Menciptakan kepuasan pelanggan melalui pelayanan jasa asuransi yang prima

c. Mengembangkan kapabilitas dan kompetensi sumber daya manusia menjadi insane yang professional, kompetitif dan peduli

d. Memberdayakan perusahaan menuju perusahaan asuransi yang berkelas dunia dan menjadi kebanggan bangsa Indonesia.

3. Nilai Perusahaan

PT Tugu Pratama Indonesai memiliki budaya kerja Clean, Competitive, Custumer Focused, Commercial, Commitment dan Care. Arti nilai-nilai tersebut yaitu:

a. Clean

Perusahaan dikelola secara professional menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi

50

(48)

kepercayaan dan integritas serta berpedoman pada prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik (GCG).

b. Competitive

Mampu berkompetisi, mendorong pertumbuhan, membangun individu yang kompetitif, efisien dan menghargai kinerja.

c. Costumer Focused

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

d. Commercial

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

e. Commitment

Melaksanakan tugas dan kewajiban secara professional dan sepenuh hati dengan mendayagunakan seluruh potensi serta kapabilitas yang dimiliki sehingga mendapatkan kepercayaan (trust) dari para stakeholders.

f. Care

(49)

C. Struktur Organisasi 51

Ilustrasi 3.1

Struktur Organisasi PT Tugu Pratama Indonesia

Kantor pusat Jakarta Wisma Tugu I, Jl. H.R. Rasuna Said, Kav C 8-9, Jakarta, Indonesia 12920,

Telp : +62 21 529 61 777 (Hunting) Fax : +62 21 529 61 555 / 529 62 555 Email : tpi@tugu.com / tpiclaim@tugu.com Website : http://www.tugu.com

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : H. jafril khalil, Phd, MCL, DipLIF, FIIs, CFP Anggota : Dr. H. Hasanudin, M. Ag.

51

PT Tugu Pratama Indonesia, Laporan Tahunan 2013 (Annual Report), 2013

PRESIDEN DIRECTOR

MARKETING DIRECTOR

SBU Executive Director 1

- Oil & Gas

SBU EXECUTIVE DIRECTOR 2 -NON OIL & GAS

SHARIA GROUP TECHNICAL DIRECTOR UNDERWRITING GROUP REINSURANCE GROUP CLAIM GROUP PORTOFOLIO GROUP FINANCE & CORPORATE SERVICE DIRECTOR TREASURY GROUP ACCOUNTING GROUP INVESMENT GROUP IT GROUP

HRD & GA GROUP

(50)

D. Struktur Modal 52

Komposisi kepemilikan saham mayoritas dari PT Tugu Pratama Indonesia sebesar 65% dimiliki oleh PT Pertamina Persero yang merupakan perseroan penyelenggara utama usaha minyak dan gas bumi di Indonesia, dari sektor hulu hingga hilir. Pertamina Disusul oleh PT Sakti Laksana Prima dengan saham sebesar 17.60 %, lalu dimiliki oleh individu atas nama Siti Taskiyah dan Mohamad Satya Permadi masing-masing sebesar 12.15 % dan 5.25 %.

Ilustrasi 3.2

Komposisi Pemegang Saham PT TPI

52

PT Tugu Pratama Indonesia, Laporan Tahunan 2013 (Annual Report), 2013 65%

12.15% 5.25%

17.60%

Pemegang Saham PT TPI

PT Pertamina(Persero) Siti Taskiyah

(51)

E. Produk-Produk, Teknologi Informasi dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)

1. Produk-Produk

Pengelolaan produk syariah pada PT Tugu Pratama Indonesia didukung oleh teknologi informasi melalui aplikasi TPI We Access (TWA), yang dapat diakses langsung oleh nasabah dimanapun berada. Teknologi ini dapat menghemat waktu nasabah dalam berinteraksi dengan TPI, muali dari proses aplikasi, penerbitan dan pembaharuan polis, sampai pengajuan klaim.

Berikut adalah produk-produk Asuransi Syariah PT TPI sebagai berikut:

a. Asuransi (Ta’min) Property “All Risk” atau industrial “All Risk” b. Asuransi (Ta’min) Gangguan Usaha atau Business Interruption c. Asuransi (Ta’min) Kebongkaran atau Burglary

d. Asuransi (Ta’min) Uang atau Money

e. Asuransi (Ta’min) pengangkutan atau Marine Cargo, yang memberikan jaminan atas pengiriman barang melalui:

1) Pengangkutan via Laut 2) Pengangkutan via Udara 3) Pengangkutan via Darat

f. Asuransi (Ta’min) Tanggung Gugat atau Liability g. Asuransi (Ta’min) Rekayasa, antara lain:

(52)

2) Asuransi (Ta’min) Pemasangan Mesin atau Erection All Risks h. Asuransi (Ta’min) Kerusakan Mesin atau Machinery Breakdown i. Asuransi (Ta’min) Peralatan Elektronik atau Electronic Equioment j. Asuransi (Ta’min) Alat Berat atau Contactor’s Plant and Machinery k. Asuransi (Ta’min) Lainnya Sesuai Kebutuhan atau Tailor Made

Produk asuransi ini merupakan produk-produk Asuransi

(Ta’min) lainnya, baik yang menggunakan sertifikat standar maupun

modifikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dari para peserta lain seperti:

1) Plat Glass, yang memberikan jaminan atas kerugian atau kerusakan terhadap kaca-kaca bangunan (gedung)

2) Travel Insurance 3) Burglary atau Thief 4) Hole in One

5) D&O (Director & Officers Liability) 6) Surety Bond

7) Customs Bond 2. Teknologi Informasi

(53)

mengurangi biaya, meningkatkan posisi tawar (bargaining power), meningkatkan pelayanan dan memuaskan konsumen.

Teknologi informasi mempunyai peranan penting dalam menjalankan operasional perusahaan, seperti meningkatkan pelayanan kepada para nasabah, mendukung pengembangan usaha, mempermudah dan mempercepat proses kerja serta memberikan informasi manajemen tepat waktu, akurat untuk mendukung dalam pengambilan keputusan.

Dimulai pada tahun 2002, PT TPI mengembangkan sistem manajemen informasi Enterprise Resource Planning (ERP) yakni Tugu

Insurance Solution (TIS). Fungsi utama keberadaan TIS ini adalah untuk

mengintegrasikan seluruh aspek utama dan pendukung dalam perusahaan. TIS terbagi atas dua bagian utama yaitu TIS.Net dan TIS Finance. Secara fungsi, TIS.Net mengintegrasikan berbagai fungsi operasional perusahaan, seperti marketing, underwriting, reinsurance dan klaim. Sedangkan TIS Finance menyatukan fungsi-fungsi keuangan perusahaan yaitu treasury, investment, dan accounting.

(54)

pengelolaan aset tetap, perencanaan anggaran tahunan, dan proses akuntansi lainnya untuk menghasilkan laporan-laporan keuangan.

PT TPI terus melakukan inovasi dalam bidang teknologi informasi. Setelah sukses dengan pengembangan TIS.Net dan TIS Finance, TPI menciptakan inovasi baru berupa pengembangan TIS Web Access (TWA). Inovasi ini merupakan sebuah aplikasi yang didesain khusus untuk pelanggan. Dengan memanfaatkan aplikasi ini, pelanggan dapat melakukan proses penutupan asuransi ke TPI setiap saat dan dimana saja melalui browser yang terkoneksi dengan internet. Hal ini dapat dilakukan dengan dukungan sistem yang memungkinkan adanya hubungan yang terintegrasi antara jaringan komputer pelanggan dengan jaringan yang dimiliki TPI.

(55)

penerapan Kebijakan Tata Kelola IT (IT Policy) yang sesuai dengan best practice untuk mendukung Tata Kelola Perusahaan di lingkungan TPI.

3. Good Corporate Governance (Tata kelola perusahaan)

PT TPI percaya bahwa tata kelola perusahaan (Good corporate

governance / GCG) yang baik adalah unsur penting dalam meningkatkan

kinerja perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa dengan adanya GCG dapat memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan

(stakeholders) dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan serta menjadi bagian penting dalam mencapai kesinambungan usaha (sustainability). PT TPI berupaya untuk terus meningkatkan fungsi tata kelola perusahaan dan selalu berkomitmen untuk melaksanakan tata kelola perusahaan dengan sebaik-baiknya.

Sebagai perusahaan asuransi yang memiliki unit usaha syariah, perusahaan juga menerapkan kebijakan GCG yang berpedoman pada 4 Prinsip Tata Kelola Syariah, yaitu:

a. Shiddiq, memiliki arti benar/jujur

b. Tabligh, memiliki arti menyampaikan dengan benar c. Amanah, memilihi arti dapat dipercaya

d. Fathonah, memiliki arti cerdas

PT TPI melakukan menerapkan prinsip GCG dengan berbagai cara, yaitu:

(56)

b. Menyusun Pakta Integritas untuk mendukung pelaksanaan tata kelola di Perusahaan

c. Memiliki Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Kode Etik) sebagai acuan Komisaris, Direksi dan semua insan TPI dalam mengelola Perusahaan guna mencapai visi, misi dan tujuan Perusahaan

(57)

47

FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006 A. Perlakuan Surplus Underwriting

1. Perhitungan Surplus Underwriting PT Tugu Pratama Indonesia Unit Syariah

Metode perhitungan yang digunakan yaitu mengumpulkan dana yang ada secara menyeluruh selama masa pertanggungan atau per tahun apabila pada tahun tersebut hasil yang di dapat oleh perusahaan positif maka perusahaan akan mengalami surplus underwriting begitupun sebaliknya, apabila perusahaan memperoleh hasil yang negative, maka perusahaan akan mengalami defisit underwriting.

Berdasarkan PSAK No. 108 tentang penyajian laporan keuangan syariah Komponen-komponen yang digunakan dalam perhitungan surplus

(defisit) underwriting dana tabarru’ antara lain: a. Pendapatan underwriting

Pendapatan underwriting dapat dihitung melalui: a) Kontribusi Bruto

a.1. Kontribusi Penutupan Langsung xxxx a.2. Kontribusi Penutupan tidak langsung xxxx

a.3. Ujrah xxxx

(58)

b) Premi Reasuransi

b.1. Tabarru’ reasuransi xxxx

b.2. Jumlah premi reasuransi xxxx

b.3. Kontribusi neto (a.4-b.2) xxxx

c) Penurunan/Kenaikan Cadangan Teknis

c.1. Cadangan teknis tahun/triwulan lalu xxxx c.2. Cadangan teknis tahun/triwulan berjalan xxxx c.3. Penurunan/kenaikan cadangan teknis xxxx c.4. Jumlah pendapatan/kenaikan cadangan teknis (b.3+c.3) xxxx c.5. Jumlah pendapatan premi neto (b.3+c.3) xxxx c.6. Pendaptan underwriting lain neto xxxx c.7. Pendapatan Underwriting (c.5+c.6) xxxx b. Beban underwriting

a. Klaim bruto xxxx

b. Klaim reasuransi xxxx

c. Kenaikan/penurunan Cadangan kliam

d. d.1 Cadangan neto tahun/triwulan berjalan xxxx d.2 Cadangan neto tahun/triwulan lalu xxxx e. Jumlah beban underwriting (a-b+c.1-c.2) xxxx

Surplus (defisit) underwriting (1c.7-2.e) xxxx

c. Pendapatan Investasi

a. Hasil investasi dana peserta xxxx

(59)

c. Hasil investasi neto xxxx

Artinya bahwa hasil surplus (defisit)underwriting dana peserta yaitu:

Berikut adalah laporan perhitungan surplus underwriting dana

tabarru’ Unit syariah PT Tugu Pratama Indonesia untuk periode yang

berakhir per 31 Desember 2013 dan per 31 Desember 2014.

Table 4.1

Perhitungan SurplusUnderwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)

NO URAIAN JUMLAH

1. PENDAPATAN ASURANSI

2. Kontribusi bruto 45.558

3. Ujrah pengelola (15.552)

4. Bagian reasuransi (23.584)

5. Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak 3.691

6. Pendapatan (beban) lain 2.482

7. Jumlah premi bruto 12.595

8. BEBAN ASURANSI

9. Pembayaran klaim (26.843)

10. Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain 11.257

11. Klaim yang masih harus dibayar -

12. Klaim yang masih harus dibayar ditanggung reasuransi dan pihak lain

-

13. Penyisihan teknis (133)

14. Beban pengelolaan reasuransi -

15. Jumlah beban asuransi (15.719)

16. Surplus (defisit) neto asuransi (5.606)

17. Pendapatan investasi

18. Total pendaptan investasi 294

19. Dikurangi: Beban pengelolaan portofolio investasi -

20. Pendapatan investasi neto 294

21. Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’ (2.830)

Sumber : Laporan perhitungan Surplus Defisit underwriting Dana tabarru' Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia Tahun 2013

[image:59.595.116.517.133.710.2]
(60)

Berdasarkan table 4.1 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia mengalami defisit underwriting dana tabarru’ sebesar Rp (2,830,000,000) angka ini di dapat dari nilai pendapatan underwriting sebesar Rp 12,595,000,000 dikurangi jumlah beban underwriting sebesar Rp 15,719,000,000 ditambah hasil investasi neto sebesar Rp 294,000,000 dan dengan ditambah pendapatan (beban) lain sebesar Rp 2,482,000,000.

Table 4.2

Perhitungan SurplusUnderwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia Tahun 2014 (dalam jutaan rupiah)

NO URAIAN JUMLAH

1. PENDAPATAN ASURANSI

2. Kontribusi bruto 33.926

3. Ujrah pengelola (10.007)

4. Bagian reasuransi (18.542)

5. Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (856)

6. Pendapatan (beban) lain 675

7. Jumlah premi bruto 5.196

8. BEBAN ASURANSI

9. Pembayaran klaim (10.163)

10. Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain 8.452

11. Klaim yang masih harus dibayar -

12. Klaim yang masih harus dibayar ditanggung reasuransi dan pihak lain

-

13. Penyisihan teknis (90)

14. Beban pengelolaan reasuransi -

15. Jumlah beban asuransi (1.801)

16. Surplus (defisit) neto asuransi 2.720

17. Pendapatan investasi

18. Total pendaptan invesasi 571

19. Dikurangi: Beban pengelolaan portofolio investasi -

20. Pendapatan investasi neto 571

21. Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’ 3.966

[image:60.595.111.519.143.685.2]
(61)

Berdasarkan tabel 4.2 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia mengalami surplus underwriting sebesar Rp 3,966,000,000 nilai tersebut diperoleh dari nilai pendapatan underwriting sebesar Rp 4,196,000,000 dengan dikurangi beban underwriting sebesar Rp 1,801,000,000 ditambah hasil investasi neto sebesar Rp 571,000,000 dan dengan ditambah pendapatan (beban) lain sebesar Rp 675,000,000.

Perhitungan surplus (defisit) dana tabarru' pada tabel 4.1 dan 4.2 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia kenaikan surplus yang baik, pada tahun 2013 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia mengalami defisit. hal ini terjadi dikarenakan total premi lebih besar dari beban klaim ditambah dengan beban reasuransi.53

Dalam perhitungan Dana Tabarru’ apabila tidak mencukupi untuk

menutup beban asuransi (terjadi defisit Dana Tabarru’), Pengelola akan

memberikan pinjaman suka rela atas dasar Al-Qardh Al-Hasan guna menutup

defisit Dana Tabarru’ dimaksud. Pinjaman suka rela dari Pengelola akan

dikembalikan / diperhitungkan kembali dari Dana Tabarru’ yang terkumpul pada

periode berikutnya.54

Defisit yang terjadi dikarenakan PT Tugu Pratama Indonesia mengalami kerugian (Asuransi Kesehatan) yang presentasi angka klaimnya jauh lebih besar dibandingkan kontribusi premi yang di da

Gambar

  Gambar 1.1  Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan)
gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan
GAMBARAN UMUM
Perhitungan Table 4.1 Surplus Underwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melalui Seminar Nasional Teknik Mesin 11 ini, karya-karya penelitian yang telah diseleksi diharapkan dapat memberikan solusi secara efektif, efisien, serta ramah lingkungan

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian anti nyamuk bakar dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak balita di Puskesmas Panyabungan Jae

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: minat belajar siswa mempunyai hubungan positif yang kuat dan signifikan dengan prestasi belajar dalam mata pelajaran seni budaya siswa kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

Pelaksana pekerjaan wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai pekerjaan yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah/Swasta atau Perusahaan

Rumusan masalah yang dibuat pada penelitian ini adalah Bagaimana membuat trainer kit (hardware dan software) Master – Slave Robot Lengan dengan pergerakan robot bisa