• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Lampiran 8. Biaya Sarana Produksi Usahatani Bawang Merah Per Petani Selama 1 Musim Tanam

Jumlah 3,48 70.110.000 12.197.500 7.215.000 89.522.500

(10)

Lampiran 9. Biaya Sarana Produksi Usahatani Bawang Merah Per Hektar Selama 1 Musim

1 21.000.000 3.062.500 1.850.000 25.912.500

2 18.750.000 3.937.500 1.475.000 24.162.500

3 18.750.000 2.500.000 3.975.000 25.225.000

4 22.500.000 2.687.500 1.475.000 26.662.500

5 20.250.000 562.500 2.150.000 22.962.500

6 20.625.000 806.250 700.000 22.131.250

7 18.750.000 1.750.000 1.750.000 22.250.000

8 19.875.000 6.875.000 1.762.500 28.512.500

9 18.750.000 2.931.250 1.850.000 23.531.250

10 20.000.000 4.375.000 1.625.000 26.000.000

11 21.250.000 3.750.000 2.791.667 27.791.667

12 18.750.000 3.125.000 1.833.333 23.708.333

13 21.250.000 3.125.000 2.500.000 26.875.000

14 18.750.000 3.125.000 1.625.000 23.500.000

15 18.750.000 3.125.000 1.333.333 23.208.333

16 20.000.000 3.500.000 1.833.333 25.333.333

17 20.500.000 4.541.667 3.000.000 28.041.667

18 18.750.000 4.150.000 2.791.667 25.691.667

19 20.000.000 816.667 1.041.667 21.858.333

20 21.250.000 6.250.000 2.791.667 30.291.667

21 20.625.000 4.750.000 3.000.000 28.375.000

22 20.625.000 1.062.500 2.250.000 23.937.500

23 20.625.000 3.812.500 3.068.750 27.506.250

24 22.500.000 2.046.875 1.818.750 26.365.625

25 18.750.000 3.109.375 2.125.000 23.984.375

26 19.687.500 5.312.500 1.375.000 26.375.000

27 20.625.000 6.250.000 1.975.000 28.850.000

28 18.750.000 3.718.750 1.850.000 24.318.750

29 21.562.500 3.812.500 1.762.500 27.137.500

30 20.625.000 2.937.500 2.193.750 25.756.250

Jumlah 602.875.000 101.808.333 61.572.917 766.256.250

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

Lampiran 18. Pendapatn Keluarga Usahatani Bawang Merah per Petani dan per Hektar Selama 1 Musim Tanam

No.

Jumlah 6,92 6.630.601,24 198.011.351,33

(21)

Lampiran 19. Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Merah Per Petani Selama 1 Musim Tanam

No.

1 0.04 2,520,000.00 1,058,191.66 1,461,808.34

2 0.04 2,080,000.00 1,063,191.66 1,016,808.34

3 0.04 3,000,000.00 1,070,636.10 1,929,363.90

4 0.04 2,400,000.00 1,088,025.00 1,311,975.00

5 0.08 4,000,000.00 2,238,066.66 1,761,933.34

6 0.08 3,700,000.00 1,885,191.66 1,814,808.34

7 0.08 4,500,000.00 1,879,080.55 2,620,919.45

8 0.08 7,500,000.00 2,760,191.66 4,739,808.34

9 0.08 7,000,000.00 2,363,524.99 4,636,475.01

10 0.12 8,400,000.00 3,446,858.33 4,953,141.67

11 0.12 11,880,000.00 3,804,191.67 8,075,808.33

12 0.12 10,260,000.00 3,040,191.67 7,219,808.33

13 0.12 9,450,000.00 3,623,191.67 5,826,808.33

14 0.12 8,250,000.00 3,161,025.00 5,088,975.00

15 0.12 7,800,000.00 3,065,358.33 4,734,641.67

16 0.12 8,925,000.00 3,274,858.33 5,650,141.67

17 0.12 7,800,000.00 3,797,775.00 4,002,225.00

18 0.12 13,200,000.00 3,558,344.44 9,641,655.56

19 0.12 7,200,000.00 2,889,900.00 4,310,100.00

20 0.12 10,450,000.00 4,039,511.11 6,410,488.89

21 0.16 11,200,000.00 5,111,566.66 6,088,433.34

22 0.16 12,000,000.00 4,600,233.33 7,399,766.67

23 0.16 13,500,000.00 5,086,733.33 8,413,266.67

24 0.16 11,900,000.00 4,839,566.66 7,060,433.34

25 0.16 10,220,000.00 4,575,011.11 5,644,988.89

26 0.16 11,250,000.00 4,905,566.66 6,344,433.34

27 0.16 9,800,000.00 5,452,233.33 4,347,766.67

28 0.16 10,080,000.00 4,650,066.66 5,429,933.34

29 0.16 12,000,000.00 5,034,400.00 6,965,600.00

30 0.16 10,400,000.00 4,646,566.66 5,753,433.34

Jumlah 3.48 252,665,000.00 102,009,249.92 150,655,750.08

(22)
(23)
(24)
(25)

Lampiran 23. R/C (Return Cost Ratio) Usahatani Bawang Merah Per Hektar Selama 1 Musim Tanam

No. Sampel Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Return Cost Ratio (R/C)

Jumlah 2.149.395.833 865.890.670 74,46

(26)

Lampiran 24. Hasil Regresi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Dengan SPSS 16.0

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), tenagakerja, pupuk, pestisida,

benih

a. Dependent Variable: produksi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .15663592

Most Extreme Differences Absolute .091

Positive .060

Negative -.091

Kolmogorov-Smirnov Z .499

Asymp. Sig. (2-tailed) .965

(27)
(28)

Lampiran 25. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah Dengan SPSS 16.0

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), produksi, tkdk, harga, lama bertni

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.54765552E6

Most Extreme Differences Absolute .206

Positive .206

Negative -.159

Kolmogorov-Smirnov Z 1.129

Asymp. Sig. (2-tailed) .156

Coefficientsa

(29)
(30)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta. AAK. 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta.

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Asri. Jakarta. Narbuko, Cholid dan H.Abu Ahcmadi. 1997. Metedologi Penelitian. Bumi

Aksara. Jakarta

Prawirokusumo, Soeharto. 1999. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.

Rahayu, Estu dan Nur Berlian VA. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahim, ABD dan Dian Retno Dwi Hastuti. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya dan Pengolahan Pascapanen Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Soepomo,1997. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor

Supranto, J. 2001. Ekonometri (Edisi Revisi). Ghalia Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. CV.Yrama Widya. Bandung.

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan secara purposive yaitu secara sengaja karena merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Sumatera Utara. Kabupaten Samosir dipilih sebagai daerah penelitian dengan alasan pertimbangan jumlah produksi dan luas panen menempati posisi ketiga di Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun menempati posisi pertama dan Kabupaten Dairi menempati posisi kedua.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kecamatan Simanindo Tahun 2011

No Desa Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

(32)

Dari tabel di atas dapat ditentukan bahwa lokasi penelitian dapat dilaksanakan di Desa Cinta Dame karena merupakan daerah sentra produksi bawang merah terbesar di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir dengan luas panen bawang merah pada tahun 2011 adalah 41,9 Ha dan produksi 270,9 Ton.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang merah di daerah penelitian yaitu di kecamatan Simanindo. Jumlah populasi petani bawang merah di desa Cinta Dame sebanyak 105 kepala keluarga (KK) diambil sampel sebanyak 30 orang. Menurut teori Bailey, ukuran untuk melakukan penelitian menggunakan analisis statistik, ukuran responden paling minimum sebanyak 30 sampel (Soepomo, 1997).

Metode pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Teknik

Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih, didasarkan atas prinsip-prinsip sistematis, karena dianggap sebagai sampel paling baik (Narbuko, 1997).

3.3 Metode Pengambilan Data

(33)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1, dianalisis dengan formula produktivitas. Adapun modelnya menurut Suratiyah (2006), sebagai berikut .

Produktivitas =Jumlah produksi (Kg) Luas lahan (Ha)

Untuk menentukan tingkat produktivitas di daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas bawang merah di Kabupaten Samosir dan Kabupaten Simalungun.

Untuk hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Adapun modelnya menurut Supranto (2001), sebagai berikut .

Y = f (X1,X2,…… Xn

Y = aX1b1 X2b2 X3b3 X4b4 µ

Dimana .

Y = Produksi bawang merah (kg) X1=Benih (kg)

X2=Pupuk (kg)

X3=Pestisida (ml)

X4=Tenaga kerja (HKO)

µ = Kesalahan pengganggu

(34)

F-hitung = r²/(k−1) (1−r2)/(nk)

²= �����ℎ��������������

�����ℎ����������������������

Dimana .

r² = Koefisien determinasi n = Jumlah responden k = Derajat pembilang bebas n-1-k = Derajat bebas penyebut Kriteria uji .

F hitung <

Sbi = standart deviasi koefisien regresi ke-i yang diduga. F tabel . Hipotesis Ho diterima, H1 ditolak. F hitung > F tabel . Hipotesis H1 diterima, Ho ditolak. Dengan hipotesisi .

Ho . Semua variabel independen (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Yi)

H1 . Semua Variabel independen (Xi) berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Y)

Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi (Xi) yang digunakan dalam usahatani bawang merah secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji t dengan rumus .

t hitung = bi Sbi

Dimana .

(35)

Kriteria uji .

t hitung < t tabel . Hipotesis Ho diterima, H1 ditolak. t hitung > t tabel . Hipotesis H1 diterima, Ho ditolak.

Dengan hipotesis .

Ho . Variabel independen (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Yi)

H1 . Variabel independen (Xi) berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Y)

Untuk hipotesis 3, dianalisis melalui metode deskriptif dengan cara membandingkan biaya tetap dan biaya variabel.

Untuk hipotesis 4, dianalisis dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu mencakup pendapatan bersih usahatani, pendapatan tenaga kerja keluarga dan pendapatan keluarga. Adapun modelnya menurut Soekartawi (1995), sebagai berikut .

Rumus Penerimaan Usahatani . TR = Y.Py Dimana .

TR = Total Penerimaan (total revenue) Y = Produksi yang diperoleh (kg) Py = Harga jual (Rp)

(36)

Dimana .

TC = Total Cost/Total biaya (Rp) FC = Fixed Cost/Biaya tetap (Rp) VC = Variable Cost/Biaya variabel (Rp)

Pendapatan bersih usahatani bawang merah dapat dihitung dengan rumus . Pd = TR – TC

Dimana .

Pd = Pendapatan Usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan (total revenue) TC = Total biaya (total cost)

Kriteria uji .

Pendapatan bersih usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan bersih usahatani per bulan lebih tinggi dari upah minimum provinsi (UMR).

Pendapatan Tenaga Kerja keluarga petani adalah pendapatan bersih ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang diperhitungkan.

Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri (Prawirokusumo, 1999)

Untuk hipotesis 5, dianalisis dengan Regresi Linear Berganda. Adapun modelnya menurut Supranto (2001), dituliskan sebagai berikut.

(37)

Keterangan .

Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi (Xi) bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji F dengan rumus .

(38)

Dengan kriteria uji serempak sebagai berikut. Fhit > F tabel (0,05) maka Ho ditolak, H1 diterima

Fhit ≤ F tabel (0,05) maka Ho diterima, H1 ditolak

Dengan hipotesis .

Ho . Variabel independen (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Yi)

H1 . Variabel independen (Xi) berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Y)

Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi (Xi) yang digunakan dalam usahatani bawang merah secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji t dengan rumus .

t hitung = bi Sbi

Dimana .

bi = koefisien regresi ke-i yang diduga

Sbi = standart deviasi koefisien regresi ke-i yang diduga Kriteria uji .

t - hitung < t tabel . Hipotesis Ho diterima, H1 ditolak t - hitung > t tabel . Hipotesis H1 diterima, Ho ditolak Dengan hipotesis .

Ho . Variabel independen (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen (Yi)

(39)

Untuk hipotesis 6 dianalisis dengan menggunakan R/C Ratio dan BEP

BEP Produksi =TC P

Dimana .

TC = Total Cost/ biaya total (Rp) P = Harga Jual (Rp)

BEP Harga (Rp./kg) =TC Y

Dimana .

TC = Total cost/ biaya total (Rp) Y = Produksi total (Kg)

Untuk menghitung kelayakan usahatani bawang merah dianlisis dengan R/C (Return Cost Ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Adapun modelnya menurut Soekartawi (1995) dapat dituliskan sebagai berikut.

A = R/C R = Py . Y C = FC + VC

a = [( Py. Y) / (FC + VC)] Dimana .

R = Penerimaan C = Biaya

(40)

VC = Biaya tidak tetap Kriteria uji .

Jika R/C > 1, maka usahatani layak untuk diusahakan Jika R/C = 1, maka usahatani layak impas

Jika R/C < 1, maka usahatani tidak layak untuk diusahakan.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran peneltian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut .

3.5.1 Defenisi

1. Usahatani bawang merah adalah suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan usahatani dengan menanam tanaman bawang merah.

2. Petani bawang merah adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani bawang merah pada sebidang tanah atau lahan.

3. Sarana produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam usahatani bawang merah sehingga menghasilkan suatu keluaran (output).

4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pertani untuk usahatani bawang merah.

5. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh petani bawang merah.

(41)

7. Pendapatan bersih usahatani bawang merah adalah penerimaan yang diperoleh oleh petani bawang merah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani bawang merah.

8. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah penjumlahan pendapatan bersih dengan upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang diperhitungkan.

9. Pendapatan keluarga adalah pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri

10.Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan yang proporsional dengan membandingkan jumlah penerimaan dengan seluruh biaya produksi usahatani.

11.Break even poin adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan

total cost.

12.Data yang dianalisis adalah data per petani.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. 2. Petani Sampel adalah petani yang menanam bawang merah.

(42)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis

Desa Cinta Dame memiliki luas wilayah 3500 ha. Desa Cinta Dame berada di pinggiran Danau Toba dan dikelilingi gunung dan bukit-bukit. Desa Cinta Dame terletak di antara 2° 49’– 2° 54’ LU dan 98° 23’ – 98° 31’ BT. Berada pada ketinggian 700-1300 m dpl. Rata-rata suhunya adalah 23°C, dengan keadaan iklim dingin. Adapun batas-batas Desa Cinta Dame sebagai berikut .

− Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Maduma − Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba − Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Toba − Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simarmata.

4.1.2. Tata Guna Tanah

Pola penggunaan tanah di Desa Cinta Dame dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Pola Penggunaan Tanah di Desa Cinta Dame

No PenggunaanLahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 230 7

2 Tanah Kering 1800 51

3 Pemukiman 75 2

4 Hutan 95 3

5 Lain-lain 1300 37

Jumlah 3500 100

(43)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan tanah sawah 230 ha (7%), tanah kering 1800 ha (51%), pemukiman 75 ha (10%), hutan 95 ha (3%), dan untuk lain-lain 1300 ha (37%) seperti sekolah, tempat ibadah, lahan tidur.

4.2. Demografi

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Desa Cinta Dame memiliki penduduk yang mempunyai potensi yang berbeda - beda terutama dalam hal mengolah lahan pertanian. Menurut data yang diperoleh dari kepala desa Cinta Dame penduduk desa Cinta Dame 1563 jiwa dengan jumlah laki-laki 753 jiwa (48,17%) dan perempuan 810 jiwa (51,82%) dan kepala keluarga terdiri dari 105 KK.

4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui keadaan penduduk sangat penting membuat pengelompokan umur untuk melihat penduduk yang masih produktif, belum produktif dan tidak produktif. Dimana tingkat usia penduduk yang tinggal pada suatu desa merupakan gambaran tingkat kualitas pembangunan suatu desa.

Berikut ini jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Cinta Dame.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Golongan Usia

(44)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk pada golongan usia produktif yaitu 15–54 tahun lebih dominan (62,57%) di daerah penelitian, hal ini menggambarkan bahwa penduduk di daerah penelitian optimal dalam melakukan kegiatan usahatani bawang merah.

4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Ditinjau dari segi mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, penduduk desa Cinta Dame mayoritas dengan mata pencaharian bertani. Berikut tabel mata pencaharian penduduk desa Cinta Dame.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 765 77,27

2 Pedagang 160 16,16

3 Pegawai Negeri Sipil 65 6,56

Jumlah 990 100

Sumber . Kantor Kepala Desa Cinta Dame, 2014

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk desa Cinta Dame mayoritas dengan mata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 765 jiwa (77,27), hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian berpotensi untuk meningkatkan produksi usahataninya.

4.2.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Dasar 186 14,21

2 Menengah 802 61,27

3 Tinggi 321 24,52

Jumlah 1309 100

(45)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya penduduk desa Cinta Dame berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu 802 jiwa (61,27%), hal ini menunjukkan bahwa pendidikan penduduk di daerah penelitian cukup baik untuk mengusahakan usahataninya khususnya dalam membudidayakan usahatani bawang merah.

4.3. Sarana dan Prasarana

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

No Sarana / Prasarana Jumlah (Unit)

1 Kantor Kepala Desa 1

2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2

3 Sekolah Dasar (SD) 3

4 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1

5 Posyandu 2

6 Puskesmas 1

7 Gereja 3

Jumlah 12

Sumber . Kantor Kepala Desa Cinta Dame, 2014

Tabel di atas dapat menjelaskan bahwa sarana / prasarana di Desa Cinta Dame sudah cukup untuk menunjang kegiatan penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari adanya fasilitas-fasilitas yang membantu kegiatan penduduk seperti fasilitas kesehatan, rumah ibadah, kantor Kepala Desa, maupun fasilitas pendidikan.

4.5. Karakteristik Petani Sampel

Tabel 11. Karakteristik petani

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 28 - 60 46,97

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6 - 18 8,50

3 Luas Lahan Ha 0,04 - 0,16 0,12

4 Lama Bertani Tahun 1 - 45 24,73

5 JumlahTanggungan Jiwa 0 - 6 2,63

(46)
(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknis Budidaya Usahatani Bawang Merah

5.1.1 Pengolahan lahan

Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu.

Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 20-40 cm, dilanjutkan dengan menggemburkan tanah hingga benar-benar gembur. Lahan disiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan lebar 100-200 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan 20-40 cm, sekaligus sebagai parit untuk memudahkan pemupukan dan penyemprotan serta melindungi umbi dari genangan air terutama pada musim hujan.

5.1.2. Penanaman

(48)

Jenis benih yang digunakan petani adalah bawang lokal atau bawang yang disisahkan pada panen sebelumnya untuk dijadikan benih. Harga benih bawang merah adalah Rp.30.000/kg dengan kebutuhan benih rata-rata sebanyak 670 Kg/Ha tergantung jarak tanam yang digunakan. Benih yang telah disiapkan ditanam pada lobang yang sudah diberi pupuk dengan 1 umbi pada setiap lubang. Selanjutnya lubang ditutup tanah yang sudah digemburkan dengan menggunakan cangkul.

5.1.3. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dalam usahatani bawang merah mencakup kegiatan penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan penyiraman.

1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput-rumput atau gulma yang ada disekitar tanaman bawang merah, karena gulma tempat menompangnya hama dan dapat menurunkan produksi bawang merah. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penyulaman dan pembumbunan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (HST), selanjutnya dilakukan penyiangan susulan sesuai kondisi gulma di lapangan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyiangan di daerah penelitian ± 20 HKO/Ha.

2. Pemupukan

(49)

pengetahuan petani. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan ± 21 HKO/Ha. Jenis dan harga pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani Bawang Merah per Hektar di Daerah Penelitian

No Jenis Pupuk Kebutuhan(Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)

1 Mabar 967,05 2.000

Sumber. Data diolah dari lampiran 4

3. Penyemprotan

Penyemprotan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit yang menganggu pertumbuhan tanaman bawang merah dengan menggunakan pestisida yang sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang bawang merah. Jenis dan harga pestisida yang digunakan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13. Jenis dan Harga Pestisida yang Digunakan Petani Bawang Merah per Hektar di Daerah Penelitian

No Jenis Pestisida Kebutuhan (gram/Ha) Harga (Rp)

1 Seprin 9.991,66 865.278

(50)

Penyemprotan dilaksanakan 1 sampai 3 kali dalam seminggu untuk menghilangkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah dan juga untuk mencuci zat asam akibat turunnya hujan pada siang hari. Oleh karena itu, pestisida yang digunakan petani juga beragam sesuai jenis hama dan penyakit tanaman bawang merah yang ada di lapangan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyemprotan ini ± 15 HKO/Ha.

4. Penyiraman

Penyiraman tidak selalu dilakukan, tergantung dari pada cuaca. Penyiraman dilakukan pada saat musim kemarau. Sistem penyiraman di daerah penelitian dengan menggunakan ember dan alat penyiram menggunakan mesin, tergantung dari pada luas lahan dan ketersediaan modal petani untuk mengeluarkan biaya penyiraman. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyiraman ini ± 15 HKO/Ha.

5.1.4. Panen dan Pascapanen

Tanaman bawang merah yang telah berumur 2 bulan sudah dapat dipanen dengan mencabut secara manual, lalu daunnya diikat untuk digantung di gudang maupun diteras rumah. Setelah daun bawang merah kering selanjutnya daun bawang merah dipotong dan umbinya dijemur kembali sampai umbinya kering dan layak untuk dijual. Rata-rata jumlah produksi bawang merah di daerah penelitian adalah 4.506 Kg/Ha, dengan rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk panen ± 36 HKO/Ha dan untuk kegiatan penjemuran ± 17 HKO/Ha.

(51)

bawang merah di daerah penelitian didasarkan pada hari kerja orang (HKO) dengan upah Rp.70.000 per HKO.

5.2. Produktivitas Bawang Merah di Daerah Penelitian

Produksi bawang merah di daerah penelitian adalah 538 kg per petani, atau 4.506 kg per hektar (4,506 ton per hektar). Jika dibandingkan dengan Produktivitas bawang merah tingkat Kabupaten Samosir sebesar 6,2 ton per hektar dan produktivitas bawang merah tingkat Kabupaten Simalungun sebesar 14,6 ton per hektar (data Sumatera Utara dalam Angka 2011), maka produktivitas bawang merah di daerah penelitian lebih rendah dari produktivitas bawang merah Kabupaten Samosir dan Kabupaten Simalungun. Dengan demikian produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi tidak diterima (ditolak).

5.3. Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produksi Bawang Merah

Faktor produksi usahatani bawang merah yang dimaksud dalam hal ini adalah benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam satuan per petani. Mula – mula variabel bebas yang dianalisis antara lain luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, namun mengalami multikolineritas pada luas lahan.

(52)

Tabel 14. Pengaruh Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Terhadap

Sumber . Hasil Pengolahan Data SPSS

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi multikolinearitas pada luas lahan, sehingga luas lahan tidak dimasukkan dalam model karena luas lahan di daerah penelitian terbatas.

Untuk menganalisis pengaruh faktor benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah digunakan analisis Cobb-douglas dimana data yang hendak dianailisis adalah data yang sudah di logaritma naturalkan sehingga dapat dianalisis dengan regresi linear berganda. Untuk mengetahui apakah data yang digunakan layak atau tidak layak untuk dianalisis dengan analisa regresi linear berganda maka dilakukan uji asumsi klasik mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedasitas.

a. Uji Normalitas

(53)

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dengan analisis grafik dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Pada Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah

Gambar di atas menunjukkan bahwa distribusi residual normal karena plotnya mendekati plot distribusi normal yang membentuk garis diagonal. Dengan demikian dikatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas

(54)

Tabel 15. Pengaruh Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Terhadap Produksi Bawang Merah

Model Unstandardized

Coefficients

Collinearity Statistics B Std. Error Tolerance VIF Constant 1,059 0,526

Benih 0,970 0,142 0,224 4,455

Pupuk 0,139 0,065 0,392 2,549

Pestisida -0,076 0,118 0,283 3,538

Tenaga Kerja 0,291 0,172 0,499 2,003

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Dari output Coefficients di atas, nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak lebih dari 10, artinya tidak terdapat multikolinearitas antar variabel.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji Heteroskedasitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesamaan varian dari residul pada model regresi. Cara yang digunakan untuk uji heteroskedasitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat scatter plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID). Hasil uji heteroskedasitas yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini .

(55)

Gambar di atas menunjukkan bahwa data tidak membentuk model tertentu yang sistematis. Berdasarkan plot data di atas, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi persoalan heteroskedasitas.

Setelah dilakukan pengujian asumsi terhadap model yang digunakan dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai residual yang digunakan berdistribusi normal, tidak ditemukan masalah multikolenearitas serta tidak ada persoalan heteroskedasitas maka analisis regresi linear berganda dapat dilanjutkan. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Untuk Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah

Model B T hitung Signifikansi Keterangan

Constant 1,059 2,013 ,055 Tidak Nyata

Sumber . Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh R square sebesar 0,927. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bawang merah 92,7 % dipengaruhi oleh variabel benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan 7,3% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.

(56)

ln Y = ln 1,059 + 0,970 ln X1 + 0,139 ln X2 – 0,076 ln X3 + 0,291 ln X4

Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut .

- Koefisien benih (X1) sebesar 0,970 artinya jika jumlah benih bertambah 1

satuan, maka produksi akan mengalami peningkatan sebesar 0,970 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 6,832 > 2,042) dan nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu faktor benih berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah.

- Koefisien pupuk (X2) sebesar 0,139 artinya jika jumlah pupuk bertambah 1

satuan, maka produksi akan mengalami peningkatan sebesar 0,139 asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,138 > 2,042) dan nilai signifikansi 0,042 < α = 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu faktor pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah.

Secara umum dikatakan, semakin banyak benih dan pupuk yang diberikan, akan meningkatkan produksi bawang merah (Rahim, 2007). Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang terjadi didaerah penelitian bahwa dengan penambahan benih dan penambahan pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi bawang merah.

(57)

Dari estimasi model di atas diketahui bahwa secara serempak variabel bebas (benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di daerah penelitian, sementara secara parsial variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah adalah benih dan pupuk. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani bawang merah adalah pestisida dan tenaga kerja ditolak.

5.4 Komponen Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian

Struktur biaya dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian terdiri dari biaya tetap (sewa lahan, PBB, biaya penyusutan) dan biaya variabel (biaya saprodi, dan biaya tenaga kerja). Biaya produksi usahatani bawang merah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah per Musim Tanam

No Jenis Biaya Rata-rata Biaya per-Petani (Rp)

Sumber .Analisis Data Primer (lampiran 14,15)

(58)

Dari tabel di atas diketahui persentase biaya produksi usahatani bawang merah di daerah penelitian adalah biaya sewa lahan 0,3%, biaya PBB 0,1%, biaya penyusutan 0,8%, saprodi 87,8% dan biaya tenaga kerja 7,8% dan biaya lain-lain 3,2%.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hipotesis 3 yang menyatakan komponen biaya produksi usahatani bawang merah di daerah penelitian didominasi oleh biaya saprodi (benih, pupuk, pestisida) adalah benar dan dapat diterima.

5.5. Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga, Pendapatan Keluarga, dan Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Merah di Daerah Peneltian

Pendapatan usahatani bawang merah di daerah penelitian terdiri dari pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani, dan pendapatan bersih usahatani.

(59)

Berikut tabel pendapatan usahatani bawang merah.

Tabel 18. Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga, Pendapatan Keluarga dan Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Merah per Musim Tanam

No Uraian Pendapatan Pendapatan per-Petani (Rp)

Pendapatan per-Hektar (Rp) 1 Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga 6.379.358 53.161.316

2 Pendapatan Keluarga 6.600.378 55.003.150

3 Pendapatan Bersih Usahatani 5.021.858 41.848.816

Sumber . Analisis Data Primer (lampiran 17,18,19)

Ket . *Rata-Rata Luas Lahan per Petani = 0.12 Ha

Dari tabel 17 di atas dapat diketahui rata-rata pendapatan tenaga kerja keluarga per petani Rp. 6.379.358, per hektar Rp. 53.161.316, pendapatan keluarga per petani Rp. 6.600.378, per hektar Rp. 55.003.150, pendapatan bersih usahatani per petani Rp. 5.021.858, per hektar Rp. 41.848,816.

Lama usahatani bawang merah dalam satu kali musim tanam adalah dua bulan, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan tenaga kerja petani dalam sebulan sebesar Rp. 3.189.67, pendapatan keluarga petani dalam sebulan sebesar Rp. 3.300.189 dan pendapatan bersih petani dalam sebulan sebesar Rp. 2.510.929, sedangkan Upah Minimum Provinsi (UMR) Sumatera Utara per bulan pada tahun 2013 sebesar Rp. 1.305.000.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pendapatan tenaga kerja keluarga petani dalam sebulan, pendapatan keluarga petani dalam sebulan dan pendapatan bersih usahatani dalam sebulan lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara.

(60)

5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian

Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah dalam hal ini adalah lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), harga jual dan produksi dalam satuan per petani.

Untuk menganalisis pengaruh faktor lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), harga jual dan produksi terhadap pendapatan usahatani bawang merah digunakan analisis regresi linear berganda.

Untuk mengetahui apakah data yang digunakan layak atau tidak layak untuk dianalisis dengan analisa regresi linear berganda maka dilakukan uji asumsi klasik mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedasitas.

a. Uji Normalitas

(61)

Gambar 4. Hasil Uji Normalitas Pada Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah.

Gambar di atas menunjukkan bahwa distribusi residual normal karena plotnya mendekati plot distribusi normal yang membentuk garis diagonal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

(62)

Tabel 19. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah

Model

Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Tolerance VIF Constant -2.322.000 1.910.000

Lama Bertani -35.169,174 29.311,413 .775 1.290 Tenaga Kerja Dalam

Keluarga 96.728,299 70.579,531 .906 1.103 Harga Jual 6.139,182 1.391,723 .922 1.085 Produksi 226,462 79,370 .792 1.263

Sumber . Hasil Pengolahan SPSS

Dari output Coefficients di atas, nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga, biaya produksi, harga jual dan produksi tidak lebih dari 10, artinya tidak terdapat multikolinearitas antar variabel.

c. Uji Heteroskedasitas

(63)

Gambar 5. Hasil Uji Heteroskedasitas Pada Model Regresi Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah

Gambar di atas menunjukkan bahwa data tidak membentuk model tertentu yang sistematis. Berdasarkan plot data di atas, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi persoalan heteroskedasitas.

Setelah dilakukan pengujian asumsi terhadap model yang digunakan dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai residual yang digunakan berdistribusi normal, tidak ditemukan masalah multikolenearitas serta tidak ada persoalan heteroskedasitas maka analisis regresi linear berganda dapat dilanjutkan.

(64)

Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Untuk Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bawang Merah

Model B T hitung Signifikansi Keterangan

Constant -2.322.000 -1.216 .236 Tidak Nyata Lama Bertani -35.169,174 -1.200 .241 Tidak Nyata Tenaga Kerja Dalam

Sumber . Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh R square sebesar 0,532. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dipengaruhi oleh variabel lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), harga jual dan produksi sebesar 53,2 %, sedangkan 46,8 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Selanjutnya hasil analisis faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dimasukkan kedalam fungsi persamaan regresi linear berganda .

Y = -2.322.000 – 35.169,174X1 + 96.728,299X2 + 6.139,182X3 + 226,462X4

Dari persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut .

- Koefisien harga jual (X3) sebesar 6.139,182 artinya jika harga jual bertambah

Rp. 1000 maka pendapatan akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 6.139.182 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,411 > 2,042) dan nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05 dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, yaitu variabel harga jual

(65)

- Koefisien produksi (X4) sebesar 226,462, artinya jika produksi bertambah 1 kg

maka pendapatan akan mengalami peningkatan sebesar Rp 226,462 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,853 > 2,042) dan nilai signifikansi 0,009 < α = 0,05 dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, yaitu variabel produksi berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani bawang merah.

Menurut Daniel (2002) dalam buku Pengantar Ekonomi Pertanian, bahwa dengan bertambahnya produksi dan meningkatnya harga jual maka akan meningkatkan pendapatan petani, hal ini juga sesuai dengan kondisi yang terjadi didaerah penelitian bahwa dengan bertambahnya produksi dan meningkatnya harga jual bawang merah akan meningkatkan pendapatan petani bawang merah.

Berdasarkan hasil analisa F hitung adalah 7,119 sedangkan F tabel adalah 2,620 pada tingkat signifikansi 5%, artinya F hitung lebih besar dari F tabel. Dengan demikian Ho ditolak dengan kata lain H1 diterima, yaitu variabel lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), harga jual dan produksi berpengaruh nyata secara serempak terhadap pendapatan usahatani bawang merah.

(66)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hipotesis 5 yang menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani bawang merah adalah lama bertani dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) ditolak.

5.7. Kelayakan Usahatani Bawang Merah

Analisis usahatani bawang merah dilakukan untuk mengetahui apakah usahatani bawang merah di daerah penelitian layak atau tidak layak untuk diusahakan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani digunakan kriteria Break Even Poin

(BEP) dan Return Of Cost ratio (R/C). Hasil perhitungan diperlihatkan pada tabel 21.

Tabel 21. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian

No Uraian Per Petani Per Hektar

1 BEP Produksi (kg) 222 1.850

2 BEP Harga (Rp/kg) 6.614 6.614

3 R/C (Rp) 2,48 2,48

Sumber. Data diolah dari Lampiran 20,21,22,23

Dari tabel di atas dapat diketahui BEP produksi per petani sebesar 222 kg, BEP produksi per hektar sebesar 1.850 kg. BEP harga bawang merah adalah sebesar Rp. 6.614/kg.

Jika BEP harga tersebut di atas dibandingkan dengan rata – rata harga jual di tingkat petani (Rp 16.367), maka harga jual bawang merah berada 2,4 kali di atas harga Break Even Poin (BEP). Artinya dari sisi harga jual, usahatani tergolong layak.

(67)

atas nilai perhitungan BEP produksi. Artinya dari sisi produksi, usahatani tergolong layak

(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Produktivitas bawang merah di daerah penelitian sebesar 4,5 ton per hektar lebih rendah dari produktivitas bawang merah tingkat Kabupaten Samosir (6,2 ton per hektar) dan tingkat Kabupaten Simalungun (14,6 ton per hektar). Disimpulkan bahwa produktivitas bawang merah di daerah penelitian masih tergolong rendah.

2. Penggunaan faktor produksi:

- Analisis secara parsial menunjukkan bahwa hanya faktor benih dan pupuk yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah, sedangkan faktor pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata.

- Secara serempak menunjukkan bahwa semua faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di daerah penelitian.

- Koefisien determinasi sebesar 0,927 menunjukkan bahwa variabel produksi, pengaruhnya dapat dijelaskan oleh variabel benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja sebesar 92,7 %, sedangkan 7,3 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.

3. Komponen biaya produksi usahatani bawang merah di daerah penelitian didominasi oleh biaya saprodi dengan proporsi 87,8 % yang terdiri dari benih, pupuk dan pestisida.

(69)

5. Faktor yang mempengaruhi pendapatan :

- Analisis secara parsial menunjukkan bahwa hanya faktor harga jual dan produksi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani bawang merah, sedangkan faktor lama bertani dan tenaga kerja dalam keluarga tidak berpengaruh nyata.

- Secara serempak menunjukkan bahwa semua faktor pendapatan berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih usahatani di daerah penelitian.

- Koefisien determinasi sebesar 0,532 menunjukkan bahwa variabel pendapatan, pengaruhnya dapat dijelaskan oleh variabel lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga, harga jual dan produksi sebesar 53,2 %, sedangkan 46,8 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.

6. Usahatani bawang merah di daerah penelitian layak diusahakan karena:

- Produksi bawang merah di daerah penelitian lebih besar dari BEP produksi yaitu sebesar 222 kg.

- Harga bawang merah daerah penelitian lebih besar dari BEP harga yaitu sebesar Rp 6.614 per kg

(70)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan sebagai berikut: 1. Kepada Petani

Dalam meningkatkan produktivitas bawang merah di daerah penelitian maka petani perlu :

- Menggunakan benih yang unggul

- Memberikan pupuk sesuai dosis kebutuhan tanaman 2. Kepada Pemerintah

Untuk menaikkan pendapatan petani sebaiknya pemerintah perlu menjaga kestabilan harga bawang merah.

3. Peneliti Selanjutnya

(71)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah yaitu di deretan daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina (Rahayu, 1999).

Varietas bawang merah di Indonesia bermacam. Berikut adalah macam-macam varietas bawang merah di Indonesia.

Bawang merah varietas Bima Brebes Bawang merah varietas Medan Bawang merah varietas Australia Bawang merah varietas Bali Bawang merah varietas Filipina Bawang merah varietas Ampenan Bawang merah varietas Sumenep Bawang merah varietas Bangkok

Varietas Medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur panennya lebih lama dari Bima Brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah produksi umbi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi, yakni 25 % dari bobot panen basah (Tim Bina Karya Tani, 2008).

(72)

perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).

Batang tanaman baswang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (Rukmana, 1994).

Daun bawang merah mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak. Ada juga yang daunnya membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daunnya. Warnanya hijau muda. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya (Rukmana, 1994).

Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik. Kadang-kadang, di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter. Meskipun kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Wibowo, 1995).

(73)

setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1994).

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara25ºC-32ºC. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangan diutamakan dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Wibowo, 1995).

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 1995).

Tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organis atau humus sangat baik untuk bawang merah. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik (Wibowo, 1995).

Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 1995).

(74)

tidak sebaik jika ditanam di dataran rendah yang bersuhu panas. Di bawah 22ºC bawang merah sulit untuk berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi. Sebaiknya ditanam di daerah yang bersuhu antara 25ºC-32ºC dengan iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya 30ºC (Wibowo, 1995).

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).

Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literatur, faktor produksi dikenal dengan istilah sarana produksi, input, faktor produksi, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting (Soekartawi, 1995).

(75)

dipengaruhi besarnya produksi dan biaya variabel, yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2006).

Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : R/C lebih besar dari 1, produktivitas tenaga kerja lebih besar dari tingkat upah yang berlaku, produksi lebih besar dari BEP produksi, penerimaan lebih besar dari BEP penerimaan, dan harga lebih besar dari BEP harga (Suratiyah, 2006).

Titik impas dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan dapat menutupi biaya tetap dan melebihi biaya variabel.

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Usahatani bawang merupakan suatu usaha yang memiliki prospek yang cerah karena bawang merah merupakan bumbu masakan yang sangat dikenal dan juga selalu dibutuhkan setiap harinya sebagai pelengkap bumbu dapur.

(76)

dikeluarkan yaitu biaya sewa lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida dan upah tenaga kerja.

Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usahatani bawang merah adalah lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Sementara output dari usahatani bawang merah adalah produksi bawang merah. Input dalam usahatani bawang merah mempunyai pengaruh terhadap produksi bawang merah.

Penerimaan usahatani bawang merah adalah jumlah yang diterima petani bawang merah dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut diperoleh dengan

mengalikan produksi bawang merah yang diperoleh dengan harga jual yang

berlaku saat itu.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Besar kecilnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk melihat keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan.

Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah penjumlahan pendapatan pengelola (pendapatan bersih usahatani) dengan upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang diperhitungkan.

Pendapatan keluarga petani adalah penjumlahan pendapatan tenaga kerja keluarga petani dengan bunga modal milik sendiri.

(77)

satu. Sedangkan apabila <1 (lebih kecil satu), usahatani bawang merah tidak layak untuk diusahakan.

Secara singkat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gbr 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

Produktivitas Faktor Produksi :

(78)

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas usahatani bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi. 2. Faktor yang mempengaruhi produksi usahatani bawang merah adalah benih,

pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.

3. Komponen biaya yang paling dominan dalam usahatani di daerah penelitian adalah biaya saprodi.

4. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani, dan pendapatan bersih usahatani bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi.

5. Faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah di daerah penelitian adalah lama bertani, tenaga kerja dalam keluarga, harga jual dan produksi.

(79)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonominya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Meskipun disadari bahwa bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan tetapi kebutuhannya hampir tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari (Rahayu, 1999).

Bawang merupakan sayuran rempah yang meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya sebagai bumbu pelezat masakan sungguh lekat dengan lidah Indonesia. Boleh dikata, tiada hari tanpa bawang, tiada masakan tanpa bawang dan bawang adalah cita rasa dan aroma yang khas pada masakan. Kegunaan lain dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional yang manfaatnya telah banyak dirasakan oleh masyarakat (Wibowo, 1995).

(80)

Bawang merah dikenal hampir di setiap negara dan daerah di wilayah tanah air. Kalangan internasional menyebutnya shallot. Bawang merah memiliki nama ilmiah Allium cepa var.ascalonicum atau cukup disebut Allium ascalonicum. Bawang yang semarga dengan bawang daun, bawang putih, dan bawang Bombay ini termasuk family Liliaceae (Rahayu, 1999).

Permintaan bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi karena konsumsi bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi, sementara produksi bawang merah di Sumatera Utara belum dapat menutupi konsumsi bawang merah sehingga mengalami kekurangan bawang merah untuk dikonsumsi.

Tabel 1. Kekurangan Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun 2007-2011.

No Tahun Produksi

Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah konsumsi bawang merah lebih tinggi dari pada jumlah produksi bawang merah. Jumlah produksi bawang merah mengalami fluktuasi sementara konsumsi terus meningkat.

(81)

Tabel 2. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun 2007-2011

No Kabupaten Tahun(Ton)

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah 12789,6 13911,2 10762,9 12919,8 13185,5

Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kabupaten yang memproduksi bawang merah terbesar pada tahun 2011 adalah Kabupaten Simalungun dengan jumlah produksi 5.915 ton, dan terbesar ketiga adalah Kabupaten Samosir dengan jumlah produksi 1.358 ton.

Perkembangan luas panen bawang merah Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010 namun pada tahun 2011 mengalami penurunan dari 1.610 Ha pada tahun 2010 menjadi 1.335 Ha pada tahun 2011 hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun 2007 - 2011

(82)

Dari tabel di atas dapat dilihat penurunan luas panen bawang merah Sumatera Utara pada tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh penurunan luas panen bawang merah dari setiap kabupaten, khususnya Kabupaten Samosir penurunan luas panennya hampir setengah dari luas panen pada tahun 2010.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Sumatera Utara tahun 2011.

No Kabupaten LuasPanen

( Ha)

Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2012

Produktivitas bawang merah Kabupaten Samosir tergolong rendah jika dibandingkan dengan kabupaten dan daerah lain. Rata-rata produktivitas bawang merah di Kabupaten Samosir tahun 2011 mencapai 6,2 ton/ha. Produktivitas tertinggi terdapat di Kabupaten Simalungun dengan produktivitas 14,6 ton/ha dan produktivitas terendah di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan produktivitas 4,0 ton/ha.

(83)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tingkat produktivitas usahatani bawang merah di daerah penelitian? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di daerah

penelitian?

3. Bagaimana komponen biaya dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian?

4. Berapa besar pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani dan pendapatan bersih usahatani bawang merah di daerah penelitian? 5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah di

daerah penelitian?

6. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis tingkat produktivitas usahatani bawang merah di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui komponen biaya dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian.

(84)

5. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah didaerah penelitian.

6. Untuk menganalisis kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam mengembangkan usahatani bawang merah.

(85)

ABSTRAK

HEDI DIANA PARDEDE. ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir), dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si.

Salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan masyarakat sebagai bahan penyedap masakan. Selain sebagai penyedap rasa bawang merah juga banyak digunakan sebagai obat tradisonal.

Kabupaten Samosir merupakan salah satu sentral bawang merah di Sumatera Utara dengan produktivitas rata-rata bawang merah mencapai 6,2 ton/ha dan luas lahan rata-rata mencapai 217 hektar pada tahun 2011. Konsumsi bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi, sementara produksi bawang merah di Sumatera Utara belum dapat menutupi konsumsi bawang merah sehingga mengalami kekurangan bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat produktivitas bawang merah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah, menganalisis struktur biaya usahatani bawang merah, menganalisis pendapatan bersih, pendapatan keluarga petani, pendapatan tenaga kerja petani, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah dan kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian. Desa Cinta Dame dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive, penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi model

cobb-douglas dan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong rendah. Hasil Produksi bawang merah dipengaruhi nyata oleh faktor benih dan pupuk. Struktur biaya produksi di dominasi oleh biaya saprodi dengan proporsi sebesar 87,8%. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani dan pendapatan bersih keluarga petani tergolong tinggi. Faktor yang secara nyata mempengaruhi pendapatan adalah harga jual dan jumlah produksi. Usahatani bawang merah layak untuk di usahakan.

(86)

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH

(Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)

SKRIPSI

HEDI DIANA PARDEDE

090304027

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(87)

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH

(Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)

SKRIPSI

OLEH:

HEDIDIANA PARDEDE

090304027

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Ketua Anggota

Ir. Thomson Sebayang, MT

Ir. Lily Fauzia, M.Si

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

NIP:19570217198603 2 001 NIP:196308221988032003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

(88)

ABSTRAK

HEDI DIANA PARDEDE. ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir), dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si.

Salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan masyarakat sebagai bahan penyedap masakan. Selain sebagai penyedap rasa bawang merah juga banyak digunakan sebagai obat tradisonal.

Kabupaten Samosir merupakan salah satu sentral bawang merah di Sumatera Utara dengan produktivitas rata-rata bawang merah mencapai 6,2 ton/ha dan luas lahan rata-rata mencapai 217 hektar pada tahun 2011. Konsumsi bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi, sementara produksi bawang merah di Sumatera Utara belum dapat menutupi konsumsi bawang merah sehingga mengalami kekurangan bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat produktivitas bawang merah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah, menganalisis struktur biaya usahatani bawang merah, menganalisis pendapatan bersih, pendapatan keluarga petani, pendapatan tenaga kerja petani, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah dan kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian. Desa Cinta Dame dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive, penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi model

cobb-douglas dan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong rendah. Hasil Produksi bawang merah dipengaruhi nyata oleh faktor benih dan pupuk. Struktur biaya produksi di dominasi oleh biaya saprodi dengan proporsi sebesar 87,8%. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga petani dan pendapatan bersih keluarga petani tergolong tinggi. Faktor yang secara nyata mempengaruhi pendapatan adalah harga jual dan jumlah produksi. Usahatani bawang merah layak untuk di usahakan.

(89)

RIWAYAT HIDUP

HEDI DIANA PARDEDE, lahir pada tanggal 02 September 1989 di Padang Sidempuan, merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari Ayahanda M. Pardede dan Ibunda T. Hutapea. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk di Sekolah Dasar Negeri 1 Sosa dan tamat tahun 2003. 2. Tahun 2003 masuk di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sosa dan tamat

tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Swasta HKBP 2 Tarutung dan tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP).

(90)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo

Kabupaten Samosir).” Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu

Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan selama masa perkuliahan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan.

(91)

3. Seluruh Pegawai pada Program Studi Agribisnis khususnya Kak Lisbet, Kak Yani dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda M. Pardede dan Ibunda T. Hutapea yang selalu memberikan nasihat, kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan selama menjalani perkuliahan. Terima kasih banyak kepada kakak Redingse Pardede, kakak Agustina Pardede. Abang Hidmen Pardede, abang Irwan Pardede. Adik Esra Pardede serta keluarga besar yang memberikan doa dan dukungan semangat. Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman Agribisnis Stambuk 2009, khususnya kepada sahabat-sahabat penulis yaitu Pascaria Purba, Triana Sibarani, Ellen Simanjuntak, Maninting Sitorus dan seluruh pembahas utama penulis yang memberikan semangat, kritik dan saran serta doa yang tulus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diperlukan sumbangan pemikiran, kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan karya terbaru selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat berguna untuk kemajuan pendidikan khususnya dunia pertanian dan berguna bagi kita semua.

Medan, juli 2014

Gambar

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di   Kecamatan Simanindo Tahun 2011
Tabel 6. Pola Penggunaan Tanah di Desa Cinta Dame
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat  Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

verifik*si dan kiaritikasi terhadap Fenewera&amp; s$t$k pkerjaa* dimaks*4 decrga* ini Faniria rt?irrg$Eirlrrrrkarr Fvrneiang l,*Iaiig cnt*k

4.8 Mempraktikkan ungkapan penyampaian terima kasih, permintaan maaf, tolong, dan pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk kepada

wilayah yang selaras dengan strategi bisnis bank secara nasional. 5) Memonitor pelaksanaan program kerja untuk mencapai target kinerja. di bidangnya.. 6) Mengevaluasi kinerja