FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREEKLAMPSIA PADA KEHAMILAN DI RSU MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN TAHUN 2011-2012
SKRIPSI
OLEH
AFNI SUCITA RESMI 101000390
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam post partum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil selain perdarahan dan infeksi.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan kasus kontrol
(case control study) untuk melihat faktor yang berhubungan dengan preeklampsia pada kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan tahun 2011-2012, dimana yang menjadi sampel kelompok kasus penelitian adalah data ibu hamil yang didiagnosis preeklampsia yang tercatat pada berkas rekam medis dan sampel pada kelompok kontrol penelitian adalah data ibu hamil yang tidak didiagnosis preeklampsia yang tercatat pada berkas rekam medis.
Dari hasil analisis bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan preeklampsia yaitu umur (p=0.015), usia kehamilan (p=0.001), dan variabel yang tidak berhubungan yaitu Bad Obstetric History (BOH) (p=0.623), paritas (p=0.076). Dari hasil analisis multivariat variabel yang paling dominan adalah usia kehamilan.
Ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya secara teratur ke pelayanan kesehatan untuk mendeteksi dini keadaan kesehatan dalam mencegah terjadinya preeklampsia dan petugas rumah sakit diharapkan dapat memberikan konseling pada ibu hamil untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia sehingga angka kematian ibu dan angka kematian bayi dapat di turunkan.
ABSTRACT
Preeclampsia is an illness marked with existing hypertension, proteinuria and edema as emerged long as inception or up to 48 hours post partum. This disorder shall take place on tri-semester III in inception. Preeclampsia is constitute one of causes to death of maternal in pregnancy beside blooding and infection.
This study adopted an analytical descriptive method with a case control study which research aimed to determine factors correlating with the preeclampsia in Muhammadiyah Sumatera Utara general hospital for 2011-2012. The sample in case group are the pregnant maternal that has been diagnosed preeclampsia noted on medical record file and the sample on control group are those maternal in pregnancy that not be diagnosed with preeclampsia noted on medical record file.
From the result of analysis with chi-square test has been obtained variable correlating with preeclampsia such as age (p=0.015), inception age (p-0.001), and variable not correlated such as Bad obstetric History (BOH) (p=0.623), parity (p=0.076). From the result of analysis with multivariant the most dominant variable is inception age.
The pregnant maternal is encouraged to have examination regularly to the public health service aimed to detect early the condition of his health in order to prevent any preeclampsia and to those paramedical is highly recommended provide counseling to those pregnant maternal to enrich their knowledge about preeclampsia disorder so that the mortality on maternal and mortality upon babies shall decrease down.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Afni Sucita Resmi
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 April 1987
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nama Orangtua : Syamsul Bahri dan Nurmalis
Alamat Rumah : Jl. Rawa II Gang. Tani 1 No. 1A Medan
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1993-1999 : SD Negeri No 101864
2. Tahun 1999-2002 : MTs Negeri 1 Model Medan
3. Tahun 2002-2005 : Yayasan Pendidikan Ani Idrus Perguruan SMA
Swasta Eria Medan
4. Tahun 2005-2008 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan
5. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
Riwayat Pekerjaan
1. 2008-2011 : RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Medan
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia Pada Kehamilan Di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari hingga selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak teristimewa
kepada orang tua yang penulis sayangi dan cintai ayah (Syamsul Bahri) dan ibu
(Nurmalis) yang telah memberikan banyak dukungan baik moril maupun materil, doa
dan pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D sealaku Ketua Departemen
Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang membantu
penulis selama masa perkuliahan.
4. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi Penulis yang
telah memberikan banyak pengarahahan dan masukan dalam penyusunan
5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku selaku Dosen Pembimbing II skripsi
penulis yang telah memberikan banyak pengarahan dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai/tenaga non-edukatif Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung penyelesaian
skripsi ini.
7. Bapak dr. Alsyah Nasution selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Sumatera Utara Medan dan seluruh staf Rumah Sakit yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
8. Buat M.Arief Yoga Pramana terima kasih atas doa, dukungan, semangat dan
waktu nya buat penulis.
9. Buat adik-adik tersayang (Sri Wahyuni, Amd.Par, Leo waldi, ST, Nuri Astuti,
Melli Gusti) terima kasih atas dukungan semangat dan doa buat penulis.
10.Buat sahabat-sahabat ku Eva Yolanda, Priyanti dan Lolyta Maya Sari atas
dukungan dan semangatnya buat penulis.
11.Buat rekan-rekan mahasiswa seperjuangan di Departemen Kependudukan dan
Biostatistika Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan seluruh teman-teman seangkatan
Ex A 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas dukungannya
buat penulis.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini. Untuk
membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Dan dengan segala keterbatasan yang
ada penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1. Tujuan Umum ... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Preeklampsia Pada Kehamilan ... 8
2.1.1. Pengertian Preeklampsia ... 8
2.1.2. Pengertian Kehamilan ... 9
2.2. Etiologi Preeklampsia ... 10
2.3. Tanda dan Gejala Preeklampsia ... 13
2.4. Klasifikasi Preeklampsia ... 16
2.5. Faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia ... 17
2.6. Komplikasi Preeklampsia... 19
2.7. Pencegahan Preeklampsia ... 20
2.9. Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1. Jenis Penelitian ... 23
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23
3.2.2. Waktu Penelitian ... 23
3.3. Populasi dan Sampel ... 23
3.3.1. Populasi ... 23
3.3.2. Sampel ... 23
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25
3.5. Definisi Operasional ... 25
3.6. Aspek Pengukuran ... 26
3.7. Metode Pengolahan Data ... 27
3.8. Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
4.1. Profil RSU Muhammadiyah Sumatera Utara ... 30
4.1.1. Sejarah ... 30
4.1.2. Izin Penyelenggara ... 31
4.1.3. Visi, Misi, Motto dan Tujuan ... 31
4.2. Analisis Univariat ... 33
4.3. Analisis Bivariat ... 35
4.3.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklampsia .. 35
4.3.2. Hubungan Usia Kehamilan dengan kejadian
Preeklampsia ... 36
4.3.3. Hubungan Bad Obstetric History (BOH) dengan
Kejadian Preeklampsia ... 36
4.3.4. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia . 37
4.4. Analisis Multivariat ... 38
BAB V PEMBAHASAN ... 41 5.1. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Preeklampsia ... 41
5.2. Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian
Preeklampsia... 42
5.3. Hubungan Bad Obstetric History dengan Kejadian
Preeklampsia... 43
5.4. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 46 6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Saran ... 47
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan
Tahun 2011-2012 ... 33
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan
Tahun 2011-2012 ... 34
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Bad Obstetric History (BOH) Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di RSU Muhammadiyah
Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012 ... 34
Tabel 4. Distribusi Paritas Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun
2011-2012 ... 34
Tabel 5. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan
Tahun 2011-2012 ... 35
Tabel 6. Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan Tahun 2011-2012 ... 36
Tabel 7. Hubungan Bad Obstetric History (BOH) dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah
Tabel 8. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan
Tahun 2011-2012 ... 37
LAMPIRAN
Lampiran 1 SKA Judul Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Untuk Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 5 Berkas Rekam Medis
Lampiran 6 Master Data Mentah Hasil Penelitian
ABSTRAK
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam post partum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil selain perdarahan dan infeksi.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan kasus kontrol
(case control study) untuk melihat faktor yang berhubungan dengan preeklampsia pada kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan tahun 2011-2012, dimana yang menjadi sampel kelompok kasus penelitian adalah data ibu hamil yang didiagnosis preeklampsia yang tercatat pada berkas rekam medis dan sampel pada kelompok kontrol penelitian adalah data ibu hamil yang tidak didiagnosis preeklampsia yang tercatat pada berkas rekam medis.
Dari hasil analisis bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan preeklampsia yaitu umur (p=0.015), usia kehamilan (p=0.001), dan variabel yang tidak berhubungan yaitu Bad Obstetric History (BOH) (p=0.623), paritas (p=0.076). Dari hasil analisis multivariat variabel yang paling dominan adalah usia kehamilan.
Ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya secara teratur ke pelayanan kesehatan untuk mendeteksi dini keadaan kesehatan dalam mencegah terjadinya preeklampsia dan petugas rumah sakit diharapkan dapat memberikan konseling pada ibu hamil untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia sehingga angka kematian ibu dan angka kematian bayi dapat di turunkan.
ABSTRACT
Preeclampsia is an illness marked with existing hypertension, proteinuria and edema as emerged long as inception or up to 48 hours post partum. This disorder shall take place on tri-semester III in inception. Preeclampsia is constitute one of causes to death of maternal in pregnancy beside blooding and infection.
This study adopted an analytical descriptive method with a case control study which research aimed to determine factors correlating with the preeclampsia in Muhammadiyah Sumatera Utara general hospital for 2011-2012. The sample in case group are the pregnant maternal that has been diagnosed preeclampsia noted on medical record file and the sample on control group are those maternal in pregnancy that not be diagnosed with preeclampsia noted on medical record file.
From the result of analysis with chi-square test has been obtained variable correlating with preeclampsia such as age (p=0.015), inception age (p-0.001), and variable not correlated such as Bad obstetric History (BOH) (p=0.623), parity (p=0.076). From the result of analysis with multivariant the most dominant variable is inception age.
The pregnant maternal is encouraged to have examination regularly to the public health service aimed to detect early the condition of his health in order to prevent any preeclampsia and to those paramedical is highly recommended provide counseling to those pregnant maternal to enrich their knowledge about preeclampsia disorder so that the mortality on maternal and mortality upon babies shall decrease down.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Diperkirakan di dunia setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan
meninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000 perempuan meninggal setiap
tahun karena kehamilan dan persalinan (Sarjito, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾
risiko jumlah kematian ibu. Tinggi rendahnya AKI di suatu wilayah dijadikan sebagai
indikator yang menggambarkan besarnya masalah kesehatan, kualitas pelayanan
kesehatan dan sumber daya di suatu wilayah (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu,
namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Haryono 2011).
United Nations International Children’s Emergency Found (UNICEF) (2012)
menyatakan bahwa setiap tahun hampir 10.000 wanita meninggal karena masalah
Target penurunan AKI secara nasional adalah menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) menjadi 102 jiwa per 100.000 kelahiran hidup Angka kematian ibu di
Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 mencapai
307 dari 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007 jumlahnya menurun
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah khususnya Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) masih dituntut bekerja keras menurunkannya hingga tercapai
target Millennium Development Goal (MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102 dari 100.000 pada tahun 2015.
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %,
sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 %
(WHO, 2007). ). Kematian ini umumnya dapat dicegah bila komplikasi kehamilan
tersebut dan resiko tinggi lainnya dapat di deteksi sejak dini, kemudian mendapatkan
penanganan yang tepat adekuat pada saat yang paling kritis yaitu pada masa sekitar
persalinan. Jadi, dalam hal ini, toksomia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
menempati urutan kedua penyebab kematian ibu.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan
indikator kesehatan yang paling utama yang digunakan untuk menggambarkan baik
atau tidaknya fasilitas kesehatan dalam pelayanan kesehatan. Survei Demografi
Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
sebanyak 102/100.000 KH, dan AKB sebanyak 23/1.000 KH pada tahun 2015
(Kemenkes RI, 2011).
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan, yang beresiko terhadap kematian
ibu dan janin. Deteksi dini untuk hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak
menimbulkan kelainan serius dan mengganggu kehidupan serta kesehatan janin di
dalam rahim. Kenaikan tekanan darah (TD) secara tiba-tiba pada usia kehamilan >20
minggu inilah yang disebut dengan preeklampsia. Preeklampsia sering terjadi pada
primigravida (Novia, 2009).
Teori yang dewasa ini banyak di kemukakan sebagai penyebab preeklampsia
adalah iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak tidak dapat diterangkan
semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Penyebab terjadinya preeklampsia
tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia (multiple causation). Diabetes melitus, molahidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun
dan obesitas merupakan predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2007).
Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab kedua setelah perdarahan sebagai
penyebab langsung yang spesifik terhadap kematian maternal (Kelly, 2007). Pada sisi
lain insiden dari eklampsia pada negara berkembang sekitar 1 kasus per 100
kehamilan sampai 1 kasus per 1700 kehamilan. Pada negara Afrika seperti Afrika
Selatan, Mesir, Tanzania dan Etiopia bervariasai sekitar 1,8% sampai dengan 7,1%.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2007 angka kematian ibu adalah 228/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh
perdarahan 28%, preeklampsia/eklampsia 24% dan infeksi 11%.
Di Sumatera Utara di laporkan bahwa kasus preeklampsia terdapat 30 kasus
khususnya di RSUP. H. Adam Malik Medan, di tahun 2005-2006 (Rossa, 2006).
Sementara pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, Medan pada tanggal
1 Maret 2001-31 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat
(Wati, 2009). Berdasarkan data dari RSUD Kota Semarang angka kejadian ibu hamil
dengan Preeklampsia sebesar 14 orang (24,6%) dari total kehamilan sebanyak 569
orang selama periode Desember 2009 – Februari 2010. Perkiraan jumlah kematian
Ibu menurut penyebabnya di Indonesi tahun 2010 adalah perdarahan sebanyak 3.114
(27%), preeklampsia dan eklampsia sebanyak 2.653 (23%) dan infeksi sebanyak
1.268 (11%) (Hernawati, 2011).
Di Sumatera Utara, dilaporkan kasus preeklampsia terjadi sebanyak 3.560 kasus
dari 251.449 kehamilan selama tahun 2010, sedangkan di Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi Medan dilaporkan angka kematian ibu penderita preeklampsia tahun
2007-2008 adalah 3,45%, pada tahun 2007-2008-2009 sebanyak 2,1%, dan pada tahun
2009-2010 adalah 4,65% (Dinkes Sumut, 2011).
Preeklampsia sebagai salah satu penyebab kematian ibu adalah salah satu
penyakit yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan edema
yang timbul selama kehamilan sampai 24 jam postpartum (Bobak, Jansen, Zalar,
1995). Preeklampsia dapat menjadi berat dan berkembang menjadi eklampsia jika
eklampsia dapat ditekan apabila ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat dan
cepat. Pendidikan kesehatan yang cukup diperlukan agar ibu dan keluarga dapat
mengenali, mengatasi dan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan sebelum
keadaan menjadi buruk (Maryunani, dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dollar, 2008) dengan judul
penelitian Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Preeklampsia di
RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2006-2007 bahwa adanya hubungan paritas
terhadap terjadinya preeklampsia pada kehamilan, dimana proporsi paritas 1 pada
kelompok yang tidak preeklampsia yaitu (0,32) dengan nilai OR sebesar (2,13).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan maret
2011-2012 di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Medan terdapat penderita
preeklampsia sebanyak 109 kasus selama periode tahun 2011 s/d 2012. Berdasarkan
latar belakang dan fenomena diatas, maka selanjutnya peneliti tertarik untuk meneliti
permasalahan tersebut dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia
Pada Kehamilan di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Semakin meningkatnya kejadian preeklampsia pada kehamilan sehingga
peneliti ingin meneliti Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia Pada
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia Pada
Kehamilan di RSU.Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan terjadinya preeklampsia pada
kehamilan di RSU.Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012.
2. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan dengan terjadinya preeklampsia
pada kehamilan di RSU.Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun
2011-2012.
3. Untuk mengetahui hubungan Bad Obstetric History dengan terjadinya preeklampsia pada kehamilan di RSU.Muhammadiyah Sumatera utara Medan
Tahun 2011-2012.
4. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan terjadinya preeklampsia pada
kehamilan di RSU.Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012.
1.4Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi RSU.Muhammadiyah dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan untuk dapat membantu meningkatkan
derajat kesehatan.
2. Menambah studi kepustakaan tentang faktor yang berhubungan dengan
preeklampsia pada kehamilan sehingga dapat dijadikan masukkan dalam
3. Untuk peningkatan pengalaman dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam
menganalisa tentang faktor yang berhubungan dengan preeklampsia pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Pada Kehamilan
2.1.1 Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,
proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam
postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal
juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012). Sedangkan menurut Chapman (2006)
preeklampsia adalah merupakan kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan
peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang
(eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin
meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta.
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada
triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk, 2006).
Menurut Mansjoer, dkk (2007) preeklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan. Kemudian Preeklampsia menurut Achdiat (2004)
adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20 minggu dan /
Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik.
Menurut Skenna dan Kappel (2001) dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Kelahiran (2006), preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung atau berlanjut
menjadi kejang (eklampsia), sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi
pertumbuhan dan abrapsio plasenta / solusio plasenta (Maryunani, dkk, 2012).
Preeklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada trimester
kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan
kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan
proteinuria (Mary dan Mandy, 2010)
2.1.2 Pengertian Kehamilan
Definisi kehamilan dalam agama Islam adalah Allah menjadikan gumpalan
darah menjadi manusia di rahim seorang ibu. Dari sudut ilmu biologi, defenisi
kehamilan adalah ketika sperma dan ovum menyatu dan membentuk sel yang terus
bertumbuh. Maka dari kedua hal itu disimpulkan defenisi kehamilan adalah ketika
sebuah embrio di dalam perut wanita terbentuk hingga lahirnya bayi yang dikandung.
Defenisi kehamilan lainnya adalah terbentuknya bayi mulai dari preembriotik,
embriotik hingga kelahiran. Fase ini mengacu pada perkembangan seorang bayi
2.2 Etiologi Preeklampsia
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain:
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi
berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani,
dkk, 2012).
Dalam penelitian Rozikhan (2007), sebab preeklampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan
sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (1)
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (2) semakin
tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus; dan (4) timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia
rahim dan plasenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan
ganda, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah
ibu, diabetes , peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat
dari plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangakan semua hal yang berkaitan dengan penyakit
tersebut. Ternyata tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan
Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia
adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua
hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Ada banyak faktor yang menyebabkan
preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah
ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang
menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak teori
yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Chapman, 2006).
Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti, bukan
hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan
preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal
secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah
preeklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008).
Sampai sekarang etiologi preeklampsia belum diketahui. Membicarkan
patofisiologinya tidak lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan fenomena yang
beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama
suksesnya penanganan preeklampsia sehingga preeklampsia/eklampsia disebut
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh.
Pembuluh-pembuluh darah menciut, terutama pembuluh darah kecil,
akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat
asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku
darah yang ikut menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital.
2. Peran Faktor Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama
pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna,
yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
3. Peran Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
1. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
2. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia-
preeklampsia-eklampsia
3. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
Penderita pada tahap preeklampsia hendaknya mau dirawat dirumah sakit
untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan janin. Pemantauan meliputi fungsi
ginjal lewat protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-hari pun
perlu diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi, sedangkan
buah-buahan dan sayuran diperbanyak (Mambo, 2006).
2.3 Tanda dan Gejala Preeklampsia
Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di temukan:
1. Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam : +3 atau +4 pada pemeriksaan
kualitatif
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dari 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium
5. Edema paru-paru
(Abdul, dkk, 2006)
Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai
berikut:
1. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila
peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam
trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita
menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada
akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia.
tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik
sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang- kurangnya 90
mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat
sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg
atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat.
2. Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan tubuh,
dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada
kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektrimitas dan muka. Edema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa
berarti untuk penentuan diagnosa pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap
minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi
pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan,
mungkin merupakan tanda preeklampsia. Bertambahnya berat badan disebabkan
retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak hilang
dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre
eklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam
kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya
general.
3. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 +
kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya
timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering
ditemukan pada preeklampsia, karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal.
Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Kemudian tanda dan gejala preeklampsia menurut (Maryunani, dkk, 2012)
adalah:
1. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
2. Proteinuria 5 gram/ 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan
kualitatif.
3. Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang
4. Edema paru-paru, sianosis
5. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,
pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri
epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah
6. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat
7. Adanya HELLP syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P= Low Plat
8. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat
Kriteria menentukan adanya edema adalah: nilai positif jika edema di
daerah tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan, terutama
2.4 Klasifikasi Preeklampsia
Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini
adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2010):
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala
ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas,
penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap
sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Gejala preeklampsia ringan meliputi:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg
2. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
3. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
4. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
3. Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan
kuantitatif bisa disertai dengan:
a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
b. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
c. Nyeri abdomen
d. Gangguan fungsi hati
e. Gangguan perkembangan Intrauterine
2.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia
Setiap wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat
kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.
Menurut Sarwono (2006), faktor yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia
yaitu faktor usia dan paritas. Sedangkan berdasarkan penelitian Rozikhan RS.
Soewando Kendal pada tahun 2007 beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan
terjadinya preeklampsia adalah faktor pengetahuan, usia, paritas, riwayat
preeklampsia, genetik dan pemeriksaan kehamilan (ANC). Walaupun penyebab
preeklampsia belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut ini memiliki
hubungan dengan terjadinya preeklampsia.
1. Umur Ibu
Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan (Nursalam, 2001). Insiden tertinggi pada kasus
meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Dengan bertambahnya usia seseorang, maka
kematangan dalam berfikir semakin baik.
Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil berkisar
antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan
berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun
atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena kehamilan pada usia ini
memiliki ini memiliki resiko tinggi, seperti terjadinya keguguran atau kegagalan
persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua
memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai
melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai risiko gangguan kesehatan, seperti
darah tinggi, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya termasuk preeklampsia
(Gunawan, 2010).
Tinggi rendahnya usia seseorang memengaruhi terjadinya preeklampsia
(Sarwono, 2006).
2. Usia Kehamilan
Menurut (Royston, 1994) dalam (Dollar, 2008) preeklampsia biasanya muncul
setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah.
Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi kronis.
Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilna > 37 minggu
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang
pernah dilahirkannya. Menurut Manuaba (1999) paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:
1. Primigravida : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama
kali
2. Multipara : adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali
3. Grande multipara : adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.
Pada primigaravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingankan
dengan multigaravida, terutama primigaravida muda (Sarwono, 2006).
4. Bad Obstetric History
Seorang wanita yang pernah memiliki riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia
lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan
darah tinggi menahun (Apotik Online, 2005).
2.6 Komplikasi Preeklampsia
Menurut Khatteryn & Laura (1995) dalam Anik Maryunani dan Yulianingsih
(2012) komplikasi ibu dengan preeklampsia meliputi : cerebral vascular accident, kardiopulmonari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine yang disebabkan oleh hipoksia dan premature.
2.7 Pencegahan Preeklampsia
Yang dimaksud dengan pencegahan adalah upaya untuk mencegah terjadinya
preeklampsia pada perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia.
Preeklampsia adalah suatu sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara
keseluruhan dapat di cegah (Angsar, 2008).
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan pemeriksaan
antenatal care secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara tepat. Penyuluhan
tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak
selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan kegiatan
sehari-hari, hanya dikurangi antara kegiatan tersebut, ibu dianjurkan duduk atau
berbaring. Nutrisi penting untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet
protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan
2.8 Kerangka Konsep Penelitian
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Variabel Dependent Variabel Independent
Gambar 2.1 Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia Pada Kehamilan Di
RSU. Muhammadiyah Sumut Medan Tahun 2013 Preeklampsia
- Umur (<20 thn dan > 35 thn) - Usia kehamilan (>37 mgg) - Paritas (0)
- BOH (+)
- Umur (20 thn – 35 thn)
- Usia kehamilan (20 mgg-37 mgg) - Paritas (>0)
- BOH (-)
Tidak Preeklampsia
- Umur (<20 thn dan > 35 thn) - Usia kehamilan (> 37 mgg) - Paritas (0)
- BOH (+)
- Umur (<20 thn - 35 thn)
- Usia kehamilan (20 mgg-37 mgg) - Paritas (>0)
2.9 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah:
1. Ada hubungan umur ibu dengan terjadinya preeklampsia
2. Ada hubungan usia kehamilan dengan terjadinya preeklampsia
3. Ada hubungan paritas dengan terjadinya preeklampsia
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan kasus kontrol
(Case Control Study) untuk melihat faktor yang berhubungan dengan preeklampsia pada kehamilan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di RSU. Muhammadiyah Sumut Medan
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juni 2013
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang kehamilannya
didiagnosis preeklampsia berjumlah 109 orang dan yang tidak didiagnosis
preeklampsia yang berjumlah 865 orang dan tercatat pada berkas rekam medis
RSU.Muhammdiyah Sumut Medan periode tahun 2011 s/d tahun 2012.
3.3.2 Sampel
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol, dimana yang
menjadi sampel kelompok kasus penelitian ini adalah data ibu hamil yang didiagnosis
preeklampsia yang tercatat pada berkas rekam medis dan sampel kelompok kontrol
berkas rekam medis. Besar sampel pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
diperoleh dengan rumus (Lemeshow, 1997):
2Besarnya sampel ditentukan dengan memperkirakan proporsi populasi terpapar dengan menggunakan rumus :
Hasil perhitungan didapat P1 = 0,50 dengan interval kepercayaan 95% (α=0,05) pada kekuatan penelitian 80%, maka besar sampel :
2Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah sampel minimal sebanyak 92 orang
ibu hamil, karena jumlah kasus preeklampsia yang ditemukan oleh peneliti pada saat
orang dimana seluruh jumlah kasus dijadikan sampel. Maka dengan perbandingan 1:1
dalam penelitian ini adalah 109 orang ibu hamil untuk sampel kasus dan 109 orang
ibu hamil untuk sampel kontrol.
Untuk pengambilan sampel kontrol dilakukan dengan cara Sistematic Random Sampling. Dengan menggunakan jarak yang merupakan pembagian antara populasi dengan sampel. maka dilakukan pembagian 865 populasi oleh 109 sampel sehingga
di dapat jarak antar sampel sebesar 8.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh melalui data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan
dan laporan rekam medis RSU. Muhammdiyah selama periode tahun 2011 s/d tahun
2012.
3.5 Definisi Operasional
1. Preeklampsia adalah naiknya tekanan darah pada ibu hamil yaitu >140/90
mmHg dan + proteinuria yang tercatat dalam berkas rekam medis.
2. Umur adalah umur ibu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat
berulang tahun/umur ibu yang tercatat dalam berkas rekam medis.
3. Usia kehamilan adalah usia janin dalam kandungan ibu sesuai dengan yang
tercatat dalam berkas rekam medis yaitu >20 minggu.
4. Bad Obstetric History adalah riwayat obstetrik yang pernah di derita ibu seperti preeklampsia, kehamilan molahidatidosa, kehamilan kembar yang
5. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran dan jumlah anak yang dimiliki seorang
ibu yang tercatat dalam berkas rekam medis.
3.6 Aspek pengukuran
Ukuran variabel yang digunakan yaitu dalam bentuk kategori
a) Variabel dependen
Kejadian preeklampsia dibagi menjadi dua kategori yaitu :
1 Ya
0 Tidak
b) Variabel Independen
Skala ukur : Nominal
1. Umur ibu dibagi dalam kategori kelompok umur berisiko dan tidak berisiko
yaitu:
1. < 20 tahun dan >35 tahun
0. 20 tahun - 35 tahun
Skala ukur : Ordinal
2. Usia kehamilan dibagi menjadi dua kategori yaitu usia kehamilan yang
berisiko >37 minggu dan usia kehamilan tidak berisiko antara 20-37 minggu
1. >37 minggu
0. 20-37 minggu
Skala ukur : Ordinal
preeklampsia, kehamilan molahidatidosa dan kehamilan ganda, dan tidak
memiliki Bad Obstetric History.
1. Jika memiliki Bad Obstetric History
0. Jika tidak memiliki Bad Obstetric History
Skala ukur : Nominal
4. Paritas dibagi menjadi dua kategori yaitu primigravida paritas berisiko dan
paritas tidak berisiko.
1. Paritas 0
0. Paritas >0
Skala ukur : Ordinal
3.7Metode Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2006), data yang terkumpul diolah dengan meggunakan
perangkat lunak komputer. Data yang telah terkumpul, diolah dan didistribusikan
melalui proses editing, coding, tabulating dan dianalisis menggunakan uji statistik. 1. Editing adalah proses pengeditan dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan data yang terkumpul.
2. Coding adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan dianalisis data menggunakan komputer.
3. Tabulating adalah proses pemasukan data atau menyusun ke dalam bentuk-bentuk tabel data yang telah terkumpul diolah menggunakan komputer dan
3.8 Analisis Data
Hasil analisis data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Adapun analisis data meliputi tahapan:
1. Analisis Univariat
Untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel
independent dan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen dengan
variabel dependen, menggunakan uji chi square (X2). Dengan kriteria :
1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
2. Terima Ho jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Selain itu dilakukan juga perhitungan Odd Rasio (OR) untuk melihat estimasi
risiko terjadinya outcome, sebagai pengaruh adanya variabel independen. Yang dimaksud OR adalah suatu perbandingan pajanan diantara kelompok kasus terhadap
pajanan pada kelompok kontrol.
Perubahan satu unit variabel independen akan menyebabkan perubahan nilai
OR pada variabel dependen. Estiamasi confidence interval (CI) untuk OR ditetapkan
pada tingkat kepercayaan 95%. Interpretasinya sebagai berikut:
Bila OR = 1 berarti bukan sebagai faktor risiko dengan kejadian
Bila OR < 1 berarti sebagai faktor proteksi atau pelindung
3. Analisis Mulivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik yakni
untuk mengetahui hubungan variabel independent secara bersamaan antara satu
variabel dependent sehingga diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut :
yi = Ln X iXj
e = Bilangan natural (2,176)
β = 0,1,2,…,n adalah parameter model regresi logistik
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 PROFIL RSU MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 4.1.1 SEJARAH
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah beralamat di Jalan Mandala By Pass No.
27 Medan ini pada awalnya adalah Rumah Bersalin (RB) Siti Khadijah milik
Aisyiyah Cabang Tegal Sari Mandala yang berdiri karena kesadaran Aisyiyah akan
pentingnya kesehatan. Sehingga, mendorong Aisyiyah tersebut memberikan
kontribusinya pada upaya pembangunan kualitas generasi yang sehat. Untuk itulah
Aisyiyah berniat mengelola suatu amal usaha dibidang kesehatan. Sebagai wujud
nyata dari niat yang baik tersebut, maka pada Juni 1974 didirikanlah Rumah Bersalin
(RB) Siti Khadijah yang bertempat di salah satu rumah sewa di Jl. Denai No. 73
Medan hingga tahun 1980. Barulah pada tahun 1981, Aisyiyah memiliki aset sendiri
dengan membeli sebuah rumah di Jl. Tangguk Bongkar X No. 1 dengan luas
bangunan + 150 m2. Dalam perkembangannya, secara bertahap Aisyiyah kembali
membeli sebidang tanah di Jl. Mandala By Pass No. 27 (Jl. Ahmad Taher No. 27),
dengan luas bangunan 30 x 14,5 meter (435 m2) dan luas tanah 67,10 x 26,30
(1764,73 m2). Sejalan dengan kebutuhan kesehatan dan meningkatnya kepercayaan
masyarakat, maka pada Oktober 2007 diubah status Rumah Bersalin (RB) Siti
Khadijah menjadi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Sumatera Utara di bawah
4.1.2 Izin Penyelenggara
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Sumatera Utara telah memiliki izin
penyelenggaraan rumah sakit sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Kota Medan Nomor 800/3496/III/2010 tanggal 25 Maret 2010
tentang Izin Perpanjangan Operasioan/Penyelenggaraan Rumah Sakit. Nomor
Kode Rumah Sakit yaitu : 12 75 8 85 sesuai dengan Surat Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Nomor IR.01.01./I.1/2076/07 tanggal 21 Nopember 2007.
4.1.3 Visi, Misi, Motto dan Tujuan
Nama rumah sakit ini adalah RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA (di singkat RSUM-SU) milik Amal Usaha
Muhammadiyah, yang didirikan diawali dengan adanya semangat pengurus
jajaran Pmpinan Wilayah di Sumatera Utara.
1. Visi adalah menjadikan Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Sumatera
Utara Sebagai Pilihan Masyarakat di sumatera utara.
2. Misi:
a. RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Memberikan Pelayanan Secara
Profesional, Islami, dan Bermutu.
b. RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Memberikan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Yang Bermutu, Untuk Wilayah Sumatera Utara
Dengan Unggulan Di Bidang Kandungan dan Anak Serta Kegawat
c. RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Meningkatkan Mutu Sumber
Daya Manusia dan Kaderisasi Muhammadiyah Di Bidang Kesehatan.
3. Moto adalah melayani dengan “HATI” ( Hangat, Akurat, Tuntas, dan
ikhlas)
4. Tujuan
a. Terwujudnya Layanan Kesehatan yang bermutu Sesuai Standar dan
Terjangkau Oleh Seluruh Lapisan Masyarakat.
b. Terlaksananya Penerapan dan Pengembangan Standar Layanan
Rumah Sakit yang bermutu Nasional Berlandaskan Pedoman Hidup.
c. Terwujudnya Pengelolaan Organisasi yang Efektip, Produktif,
Transparan dan Syarat Komunikasi yang Humanis dengan Semua
Pihak.
d. Terwujudnya Fungsi Rumah Sakit Sebagai Sarana Dakwah Amar
Ma’ruf Nahi Munkar di Masyarakat.
5. Tujuan Umum
a. Mendorong terwujudnya SDI yang kompeten, Islami dan
berkepribadian Muhammadiyah.
b. Meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja rumah sakit.
6. Tujuan Khusus
4.1.4 Alamat
Nama rumah sakit : Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Sumatera
Utara
Alamat : Jl . Mandala By Pass No 27 Medan
Kelurahan : Tegal Sari Mandala I
Kecamatan : Medan Denai
Kabupaten : Medan
Provinsi : Sumatera Utara
4.2 Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Umur Kasus Kontrol Jumlah %
15-19 4 6 10 4.6
20-24 17 15 32 14.7
25-29 31 44 75 34.4
30-34 25 27 52 23.9
35-39 18 11 29 13.3
40-44 14 6 20 9.2
Jumlah 109 109 218 100
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan Pada Kelompok Kasus dan
kehamilannya di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
terbanyak pada kelompok usia kehamilan 36-39minggu yaitu 182 orang (83.5%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Bad Obstetric History (BOH) Pada Kelompok
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada Bad Obstetric History (BOH) ibu yang memeriksakan kehamilannya terbanyak pada kelompok tidak memiliki BOH yaitu
sebanyak 200 orang (91.7%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Paritas Pada Kelompok Kasus dan kontrol di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa paritas ibu yang memeriksakan
kehamilannya terbanyak banyak pada paritas 0 yaitu sebanyak 95 orang (43.6%).
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel
independen yang meliputi faktor umur, usia kehamilan, Bad Obstetric History (BOH) dan paritas dengan variabel dependen yaitu kejadian preeklampsia yang
menggunakan uji chi-square dengan = 0.05. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05. Hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen dengan uji chi-square dapat dilihat dengan hasil sebagai berikut:
4.3.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklampsia
Hubungan umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada kehamilan dapat
dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Umur
kejadian preeklampsia pada kelompok umur <20 tahun dan >35 tahun ditemukan
sebanyak 32 orang (65.3%) mengalami preeklampsia dan pada kelompok umur
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian preeklampsia (p = 0.015, OR =
2.249).
4.3.2 Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia
Hubungan usia kehamilan dengan kejadian preeklampsia pada kehamilan
dapat dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Dari Tabel 6 menunjukkan hasil analisis hubungan antara usia kehamilan
dengan kejadian preeklampsia yang memiliki usia >37 minggu ditemukan sebanyak
95 orang (82.6%) mengalami preeklampsia dan pada 20-37 minggu sebanyak 14
orang (13.6%) mengalami preeklampsia.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian preeklampsia (p = 0.001, OR =
30.196).
4.3.3 Hubungan Bad Obstetric History (BOH) dengan Kejadian Preeklampsia
Tabel 7. Hubungan Bad Obstetric History (BOH) dengan Kejadian Preeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Dari tabel 7 dapat menunjukkan hasil analisis hubungan antara Bad Obstetric History (BOH) dengan kejadian preeklampsia yang memiliki Bad Obstetric History
(BOH) ditemukan sebanyak 10 orang (55.6%) mengalami preeklampsia dan
sebanyak 99 orang (49.5%) yang tidak memiliki Bad Obstetric History (BOH) mengalami preeklampsia.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Bad Obstetric History dengan kejadian preeklampsia (p = 0.632, OR = 1.275).
4.3.4 Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia
Hubungan paritas dengan kejadian preeklampsia pada kehamilan dapat dilihat
dari Tabel 8.
Tabel 8 Hubungan Paritas dengan KejadianPreeklampsia Pada Kehamilan di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2012
Dari Tabel 8 menunjukkan hasil analisis hubungan antara paritas dengan
kejadian preeklampsia yang memiliki paritas 0 ditemukan sebanyak 54 orang (56.8%)
mengalami preeklampsia dan pada paritas >0 sebanyak 55 orang (44.7%)
mengalami preeklampsia.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian preeklampsia (p = 0.076, OR = 1.628).
4.4 Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ganda
yakni untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independent secara
bersamaan dengan variabel dependent yang berbentuk dikotomi (Sabri, 2006).
Analisis multivariat dimulai dengan melakukan analisis bivariat pada setiap variabel
dengan tujuan melakukan prediksi peranan masing-masing variabel dalam
hubungannya dengan kejadian preeklampsia. Selanjutnya dilakukan pemilihan
variabel yang potensial layak masuk dalam analisis multivariat dengan menetapkan
variabel yang mempunyai nilai p yang kurang dari 0,25 (<0,25). Kriteria kemaknaan
statistik yang dipakai cukup besar untuk variabel-variabel yang terselubung yang
sesungguhnya penting dapat masuk ke dalam model analisis regresi logistik
multivariat dan agar variabel-variabel secara kolektif menjadi prediktor penting bagi
variabel hasil dapat masuk dalam model multivariat (Murti, 1997).
Berdasarkan hasil uji analisis bivariat antara variabel independent dengan
0,015), usia kehamilan (p= 0,001) dan paritas (p= 0,076) sehingga ketiga variabel
tersebut layak masuk kedalam model regresi logistik ganda.
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam
menentukan variabel dominan yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
Dalam pemodelan ini seluruh variabel dicobakan secara bersama-sama, kemudian
variabel yang memiliki nilai p > 0,05 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari
value terbesar (Forward Stepwise). Dari hasil analisis regresi logistik multivariat pada tabel 9 ternyata variabel umur ibu (0,66) dan paritas (0,889) tidak bermakna
dimana nilai p > α (0,05) dengan demikian dikeluarkan dari model analisis regresi
logistik ganda.
Tabel 9. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda
Variabel B
Memperhatikan hasil regresi dari model terpilih maka diperoleh persamaan
regresi logistik sebagai berikut :
p =
kehamilan Usiae 1.850 (3,408)
1
1
= 0,33
= 33,0 %
Melalui model ini, jika ibu hamil memiliki usia kehamilan > 37 minggu maka
probabilitas untuk terjadinya preeklampsia sebesar 33,0 % dengan kebenaran
klasifikasi berdasarkan model (Overall Percentage) sebesar 84,4 %.
Berdasarkan nilai OR kita dapat memperkirakan kekuatan hubungan variabel
umur ibu, usia kehamilan, dan paritas dengan kejadiaan preeklampsia semakin besar
nilai OR semakin kuat pula hubungan variabel tersebut terhadap kejadiaan
preeklampsia. Variabel OR terbesar merupakan variabel yang paling dominan atau
berisiko dalam hubungannya dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian ini
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Preeklampsia
Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukan bahwa nilai p= 0.015 <
= 0.05 hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan
kejadian preeklampsia dengan nilai Odds Rasio sebesar 2.249 yang berarti ibu hamil yang memiliki umur < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki risiko 2.249 kali
dibandingkan ibu yang memiliki umur 20-35 tahun terhadap kejadian preeklampsia.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh wahyuny di RSKD Ibu
dan Anak Siti Fatimah makassar tahun 2011-2012 dan Utama (2008) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian preeklampsia, dimana
pada penelitian wahyuny di dapat hasil dari uji statistik yaitu (p=0,001 < 0.05)
dengan Odds Ratio 3.73 dan pada penelitian Utama dengan nilai Odds Ratio 3.67. Dalam penelitian Sudhaberata (2007) kejadian preeklampsia banyak
didapatkan pada kelompok usia 20-35 tahun (76.27%), sedangkan distribusi kejadian
preeklampsia berdasarkan umur menurut Amiruddin (2007) banyak ditemukan pada
kelompok umur ibu yang ekstrim yaitu <20 tahun dan >35 tahun, dalam tubuh telah
terjadi perubahan-perubahan akibat penuaan organ-organ. Dengan begitu,
kemungkinan untuk mendapatkan risiko dalam kehamilan yang berhubungan dengan
umur akan meningkat termasuk salah satunya preeklampsia.
Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang menentukan
tinggi terhadap kejadian preeklampsia dikarenakan organ reproduksi ibu seperti rahim
belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan dan panggul ibu belum
berkembang secara sempurna sehingga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan,
sebaliknya pada wanita yang berusia > 35 tahun juga merupakan usia yang berisiko
untuk hamil karena telah mengalami penurunan fungsi pada alat reproduksi.
5.2 Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia
Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukan bahwa nilai p=0.001<
= 0.05 hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan
kejadian preeklampsia dengan nilai Odds Rasio sebesar 30.196 yang berarti ibu hamil yang memiliki usia kehamilan >37 minggu memiliki risiko 30.196 kali lebih besar
dibandingkan dengan usia kehamilan 20-37 minggu terhadap kejadian preeklampsia.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dollar (2008) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan
kejadian preeklampsia dengan hasil uji statistik (p= 0.048 < 0.05) dengan nilai Odds Ratio 0.515.
Menurut Cunningham (2001) menyatakan bahw semakin tua usa kehamilan
maka risiko terjadinya preeklampsia akan meningkat. Hal ini terjadi karena semakin
tua usia kehamilan maka plasenta juga semakin tua yang mengakibatkan penurunan
5.3 Hubungan Bad Obstetric History dengan Kejadian Preeklampsia
Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukan bahwa nilai p= 0.632 >
= 0.05 hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Bad Obstetric
History dengan kejadian preeklampsia dengan nilai Odds Rasio sebesar 1.275 yang berarti ibu hamil yang memiliki Bad Obstetric History memiliki risiko 1.275 kali dibandingkan yang tidak memiliki Bad Obstetric History terhadap kejadian preeklampsia.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanti (2008) yang
menyatakan bahwa riwayat obstetrik yang buruk tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian preeklampsia dengan hasil uji statistik (p= 0.097 > 0.05)
dengan nilai Odds Ratio 1.828.
Penyakit vaskuler yang di derita ibu selama kehamilan dapat meningkatkan
kejadian preeklampsia seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain
(Cinningham, 2001) namun apabila penyakit itu dapat dideteksi secara dini dengan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur kemugkinan risiko untuk terjadinya
preeklampsia pada saat kehamilan dapat dicegah sedini mungkin agar tidak berlanjut