• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Family Support Terhadap Resiliensi Keluarga yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Peduli Autis Kaya Berkah Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Program Family Support Terhadap Resiliensi Keluarga yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Peduli Autis Kaya Berkah Medan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Daftar Pertanyaan Kuesioner Penelitian

PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP RESILIENSI KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK DI PONDOK PEDULI AUTIS

―KAYA BERKAH‖ MEDAN

No.Responden

Dengan hormat,

Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan untuk memenuhi tugas akhir,

bersama ini saya menyampaikan kuesioner penelitian saya mengenai ―PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP RESILIENSI KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK DI PONDOK PEDULI AUTIS „KAYA BERKAH‟ MEDAN‖. Adapun hasil penelitian ini saya gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi untuk menyelesaikan studi saya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP - USU.

Saya memohon maaf atas terganggunya waktu saudara dalam pengisian kuesioner

ini, namun saya juga mengharapkan saudara berkenan untuk membantu penelitian ini

dengan mengisi secara lengkap dan jujur kuesioner yang terlampir.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas kesediaan saudara yang telah

meluangkan waktu untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini.

Peneliti,

Helen Putriana Sari

(2)

Petunjuk pengisian:

a. Jawablah pertanyaan dengan benar dan jujur

b. Pilihlah jawaban dan berikan tanda (X) pada jawaban yang paling benar

menurut saudara

c. Pada bagian uraian,berilah jawaban berdasarkan pengalaman yang saudara dan

keluarga alami juga rasakan

d. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung

kepada yang menyebarkan kuesioner.

IDENTITAS RESPONDEN*

1. Nama :

2. Usia :

3. Agama :

4. Jenis kelamin :

5. Suku Bangsa :

6. Nama Anak :

7. Usia Anak :

8. Lama Bergabung/Terapi :

(3)

KOMPONEN FAMILY SUPPORT

A. Dukugan Konkret

1. Kami dipersilakan meminjam/menggunakan fasilitas terapi yang tersedia di

Pondok Peduli Autis ―Karya Berkah‖ (PPAKB) untuk melatih kecakapan

anak kami di luar jam kursus biasa.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak setuju

2. Kami mendapatkan subsidi/keringanan dalam membayar biaya kursus anak

kami, sesuai dengan kemampuan ekonomi kami.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

3. Kami akan dibebaskan dari seluruh biaya kursus, jika kami mengalami

keterbatasan dalam hal ekonomi keluarga.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

4. Kami memperoleh bantuan materi dalam bentuk uang/peralatan terapi dari

pihak PPAKB jika kami tidak mampu membelinya secara mandiri.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

(4)

B. Dukungan Emosional

5. Kami merasa keberadaan anak kami diakui/diterima oleh orang-orang yang

berada di lingkungan PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

6. Kami tidak merasa sendiri dalam mendampingi tumbuh-kembang anak kami,

karena kami memperoleh motivasi dari orang-orang yang berada di

lingkungan PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

7. Kami merasa kepercayaan diri kami untuk berbaur dengan orang lain kian

meningkat, setelah berada di lingkungan PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

8. Kami dilibatkan dalam berbagai aktivitas menyenangkan dengan para orang

tua siswa lainnya, seperti rekreasi/outing.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

(5)

C. Dukungan Informatif

9. Kami memperoleh kesempatan mempelajari cara melatih kecakapan anak

kami, melalui bimbingan para guru/staff PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

10.Kami memperoleh pengetahuan baru tentang autisme melalui diskusi

bersama para guru/staff maupun sesama orang tua siswa PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

11.Kami selalu mendapatkan informasi tentang forum diskusi/seminar-seminar

terkait autisme dari para guru/staff PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

D. Dukungan Penghargaan

12.Kami selalu merayakan peringatan Hari Autisme sedunia bersama para

guru/staff serta orang tua siswa PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

(6)

13.Kami kerap merayakan hari ulang tahun anak kami atau siswa lainnya

bersama para guru/staff serta orang tua siswa PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

14.Kami akan mendapatkan kartu ucapan atau hadiah saat memperingati

hari-hari khusus (seperti hari-hari ibu, dsb) dari para guru/staff PPAKB.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

KOMPONEN RESILIENSI KELUARGA

A. Keyakinan Keluarga

15.Kami menghadapi kesulitan keluarga bersama-sama dibandingkan secara

individual.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

16.Perasaan tertekan saat mengalami kesulitan, kami pandang sebagai hal yang

wajar dan dapat dipahami.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

(7)

17.Keluarga kami menganggap krisis sebagai tantangan yang dapat diatasi dan

dikendalikan.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

18.Kami berusaha memahami situasi dan pilihan dari kesulitan yang kami

hadapi.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

19.Kami tetap berharap dan yakin bahwa kami dapat mengatasi kesulitan.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

20.Kami memiliki nilai-nilai penting dan tujuan bersama yang dapat membantu

mengatasi masalah.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

21.Kami menggunakan sumber-sumber spiritual seperti keyakinan beragama,

berdoa, meditasi, dan atau melalui kegiatan yang terkait dengan alam dan

seni.

a) Setuju

(8)

c) Tidak Setuju

22.Kami mendapatkan inspirasi untuk memperbarui atau meninjau kembali

impian hidup serta pandangan positif terhadap masa depan.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

B. Pola Organisasi

23.Dalam keluarga, kami saling menyemangati untuk membangun kekuatan

yang kami miliki.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

24.Kami berusaha menggunakan kesempatan, mengambil tindakan, dan terus

berusaha.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

25.Kami fokus pada apapun yang dapat kami lakukan dan berusaha menerima

segala sesuatu yang tidak dapat diubah.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

(9)

26.Kesulitan kami meningkatkan kepedulian dan keinginan kami untuk

membantu orang lain.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

27.Kami semakin dekat dengan para tetangga/masyarakat di lingkungan sekitar

tempat tinggal kami.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

28.Kami semakin giat bekerja demi memastikan keuangan keluarga cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup kami yang semakin meningkat.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

C. Proses Komunikasi

29.Kami saling jujur saat menyampaikan pemikiran dan isi hati kepada setiap

anggota keluarga.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

30.Kami tidak perlu merahasiakan apapun kepada sesama anggota keluarga.

(10)

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

31.Kami akan saling memaklumi jika ada anggota keluarga yang menyampaikan

keluh-kesahnya.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

32.Kesulitan yang kami hadapi membuat kami semakin memperbaiki

komunikasi antar anggota keluarga.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

33.Kami selalu menyelesaikan problematika keluarga dengan bermusyawarah

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

34.Kami saling membantu dalam menyelesaikan tugas rumah tangga maupun

tugas-tugas lainnya.

a) Setuju

b) Kurang Setuju

c) Tidak Setuju

35.Kami selalu mencoba menyelesaikan konflik apapun bersama-sama.

a) Setuju

(11)

c) Tidak Setuju

URAIAN

1. Bagaimana kondisi keluarga anda sebelum mengenal Pondok Peduli Autis

(PPA) ‗Kaya Berkah‘ terkait kehadiran ―anak special‖ anda di tengah-tengah

keluarga?

………

………

………

………

………

………

……….

2. Bagaimana kondisi keluarga anda setelah bergabung di Pondok Peduli Autis

(PPA) ‗Kaya Berkah‘ terkait kehadiran ―anak special‖ anda di tengah-tengah

keluarga?

………

………

………

………

(12)

………

………

3. Bagaimana tanggapan anda mengenai program dukungan keluarga (Family

Support) yang dijalankan oleh pihak Pondok Peduli Autis (PPA) ‗Kaya Berkah‘,

serta manfaat apa yang anda peroleh dari program tersebut?

………

………

………

………

………

………

……….

Demikianlah kuesioner ini saya isi dengan benar dan jujur. Saya mengizinkan jawaban saya digunakan untuk kepentingan akademik.

TTD,

(13)

LAMPIRAN

MASTER DATA VARIABEL X

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 39

3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 41

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40

6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40

8 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 39

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

11 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 36

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

18 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 39

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40

(14)

MASTER DATA VARIABEL Y

No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 57

3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

5 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62

10 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 58

11 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 53

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

13 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 61

19 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 60

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63

(15)

LAMPIRAN

Titik Persentase Distribusi t (dk = 1 – 40)

Pr

df

0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884

2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712

3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453

4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318

5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343

6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763

7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529

8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079

9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681

10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370

11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470

12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963

13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198

14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739

15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283

16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615

17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577

(16)

19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940

20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181

21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715

22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499

23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496

24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678

25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019

26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500

27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103

28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816

29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624

30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518

31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490

32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531

33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634

34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793

(17)

LAMPIRAN OUTPUT SPSS

Nama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(18)

Correlations

Variabel_X VARIABEL_Y

Variabel_X

Pearson Correlation 1 .670**

Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

VARIABEL_Y

Pearson Correlation .670** 1 Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Pearson Correlation 1 .670**

Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

VARIABEL_Y

Pearson Correlation .670** 1 Sig. (2-tailed) .001

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(19)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 56.963 1 56.963 14.650 .001b

Residual 69.987 18 3.888

Total 126.950 19

a. Dependent Variable: VARIABEL_Y

b. Predictors: (Constant), Variabel_X

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 15.857 11.815 1.342 .196

Variabel_X 1.110 .290 .670 3.828 .001

(20)
(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, dkk. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Retardasi Mental dengan Mekanisme Koping Keluarga pada Anak Retardasi Mental di

SDLB Putra Jaya Malang. Dosen Keperawatan Universitas Brawijaya, Malang.

Andri, Priyatna. (2010). Not A Little Monster! (Memahami, Mengasuh dan Mendidik Anak Hiperaktif). Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Danuatmaja, Bonny. (2003). Terapi Anak Autis Di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT. Refika Aditama.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional. (2011).

Orang Tua dengan Anak yang Berkebutuhan Khusus. Diakses tanggal 12/03/2016.

Handojo, Y. (2008). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.

Hidayati, Nurul. (2011). Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik. INSAN Vol. 13 NO.01, April 2011.

Huzaemah. (2010). Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Jordan. (2001). Autism with severe learning difficulties. Oxford: University of Oxford

(23)

Khairuddin, H. (1997). Sosiologi Keluarga. Liberty. Yogyakarta.

Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step By Step Guide for Beginners. London: SAGE Publications.

Mangunsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok : LPSP3 UI.

Mangusong, F. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Depok: LPSP3 UI

Mawardah,Umi, dkk. (2012). Relationship Between Active Coping With Parenting Stress In Mother Of Mentally Retarded Child. Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-14.

McCubin, H,I., Thompson, A.I., & McCubbin, M. (2001). Family Measures: Stress, Coping, and Resiliency. Hawaii: Kamehameha Schools.

Poerwadarminta, WJS. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Poerwanti, Endang & Kustiatun Widianingsih. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 2. Bandung : PT. Refika Aditama.

Puspitawati, Herien. (2013). Pengantar Studi Keluarga. Bogor: IPB Press.

Putri, Nirmala Amelia. (2013). Tingkat Kebermaknaan Hidup dan Optimisme pada Ibu yang Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Semarang.

Safaria, (2005). Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Cetakan 1, Yogyakarta: Graha Ilmu

Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial; Pedoman Prektis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.

Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

(24)

Thompson., Neil. (2006). Family support as reflective practice. London: Kingsley Publishers

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008. Pengantar Statistika, edisi kedua, Jakarta, PT Bumi Aksara

Veskarisyanti, Galih A. (2008).12 Terapi Autis Paling Efektif&Hemat. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.

Volkmar, Paul, Klin dan Cohen. (2005). Handbook of Autism and Pervasive Development Disorder. Volume1: Diagnosis, Development, Neurobiology and Behavior, John Weley & Sons Inc.

Walsh, Froma. (2002). A Family Resilience Framework: Innovative Practice Applications. Family Relations; Apr2002, Vol. 51 Issue 2.

Walsh, Froma. (2006). Strengthening Family Resilience (2nd Edition). New York: The Guildford Press.

Yatim, F. (2007). Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jilid2. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Yuwono, Joko. (2009). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Jakarta: Alfabeta

Situs Internet:

Autism Care Indonesia. (2012). ―Jumlah Anak Autis Meningkat Pesat‖ dalam

(www.ychicenter.org/index.php?option=com_content&view=article&id=110:j umlah-anak-autis-meningkat-pesat) diakses pada 11/03/2016

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi yaitu untuk menguji hubungan

antara variabel yang dihipotesiskan atau mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi

ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk memperkuat hipotesis tersebut, akan

dianalisis secara kuantitatif, sehingga diharapkan dapat menjelaskan hubungan dan

pengaruh suatu gejala dengan gejala lain (Faisal, 2007: 21).

Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan

agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap

fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang

sebenarnya diperlukan.

Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus.

Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi

sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai

alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan infromasi yang spesifik

(Usman&Akbar, 2008). Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan

jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya

adalah para keluarga (diwakili oleh orang tua) dari anak autistik yang mengikuti

(26)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Pondok Peduli

Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB) Medan. Adapun alasan peneliti dalam memilih lokasi

penelitian ini yaitu karena lembaga tersebut menyediakan pelayanan terpadu terkait

penanganan anak berkebutuhan khusus, utamanya penanganan anak-anak penyandang

sindrom autisme. Lembaga ini juga sudah berdiri sejak tahun 2009 hingga sekarang,

dimana dahulunya berkedudukan di Jl.Bhayangkari No.361 B, Kel.Indra Kasih,

Kec.Medan Tembung. Selain itu, alasan peneliti memilih PPAKB sebagai lokasi

penelitian adalah karena jumlah anak autistik yang terdaftar sebagai siswa di lembaga ini

adalah sebanyak 20 orang.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti

tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat,

organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memilki ciri dan harus

didefenisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009: 253). Populasi dari

penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak autistik, yang pernah terlibat dalam

program family support di Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ Medan, yaitu sebanyak

(27)

3.3.2 Sampel

Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total

(total sampling) atau sensus. Pengguanaan metode ini berlaku jika anggota populasinya

relatif kecil (mudah dijangkau). Dalam penelitian ini, karena jumlah populasinya relative

kecil dan relative mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling.

Dengan metode tersebut, diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai

sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil pula terjadinya

kesalahna/penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman&Akbar, 2008).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian digunakan teknik

sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan dataatau

informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan

menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, laporan

laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat para ahli/pakar dan sebagainya

yang berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk

memperoleh data sekunder.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui

kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian untuk

(28)

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk

mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara, merupakan cara pengumpulan data dimana penelitian dan

responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam

rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Siagian, 2011: 211). Dalam penelitian ini wawancara yang

dimaksud yaitu untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan

responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

c. Penyebaran kuesioner (angket), yaitu kegiatan mengumpulkan data

dengan cara menyebar daftar pertanyaan yang diperlukan dalam

penelitian (Siagian, 2011: 206-207), yang digunakan untuk memperoleh

data primer.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1. Pengukuran Variabel Penelitian

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala

Likert, yaitu dari 1 sampai 3 (Sugiono, 2002: 70). Adapun penggunaan skala 1 sampai 3

untuk setiap jawaban responden selanjutnya dibagi kedalam tiga kategori yakni:

 Setuju (S) diberi skor 3

 Kurang Setuju (KS) diberi skor 2

(29)

3.5.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kuantitatif dengan menggunakan bantuan software SPSS. Selain itu

dilakukan pula teknik analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif, dimana

jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode lebih didasarkan kepada

pemberian gambaran yang terperinci.

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun metode pengujian yang digunakan

adalah:

a. Analisis Tabel Frekuensi

Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan

membagi-bagi variable kedalam kategori- kategori yang dilakukan atas dasar

frekuensi. Tabel- tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar

untuk analisis selanjutnya. tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri

dari frekuensi dan presentasi untuk setiap ketegori (Nasruddin, 2008:9).

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah instrument

penelitian memerlukan instrument yang handal dan dapat dipercaya. Reliabilitas

dapat diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan reliability analisis

dengan SPSS 20. Jika Alpha Cronbach ≥ 0.6 dikatakan reliable, sebaliknya jika

Alpha Cronbach≤ 0.6 maka dikatakan tidak reliable.

(30)

Korelasi Product Moment merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk

mengukur hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X (Pengaruh Program

Family Support) terhadap variabel Y (Resiliensi Keluarga Yang Memiliki Anak

Autistik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau (-). Angka korelasi

berkisar antara -1 sampai dengan 1. Jika angka mendekati 1 maka hubungan

kedua variabel semakin kuat. Jika korelasi mendekati -1, maka hubungan kedua

variabel semakin lemah. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak

ada hubungan (Sugiono, 2002: 121). Dalam penelitian ini, korelasi kriteria

penerimaan atau penolakan hipotesis dalam SPSS adalah sebagai berikut:

 Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung < probabilitas yang

ditetapkan sebesar 0.1 (sig. 2-tailed < α 0.1)

 Terima Ha jika nilai probabilitas yang dihitung > probabilitas yang

ditetapkan sebesar 0.1 (sig.2-tailed > α 0.1)

d. Uji Normalitas

Distribusi normal merupakan salah satu distribusi yang sering digunakan

dalam statistik. Distribusi ini sangat penting, karena banyak sekaqli uji

statistik yang memerlukan data yang berdistribusi normal. Ciri penting dari

distribusi normal adalah:

1. Berbentuk seperti lonceng

2. Simetrik pada nilai tengah μ

3. Sekitar 68% pengamatan berada pada satu standar deviasi dari nilai

(31)

nilai rata-rata; dan hampir semua pengamatan (99.7%) pengamatan berada

pada tiga kali standard deviasi dari nilai rata-rata (Sugiono, 2002: 99).

 Uji Grafik Histogram

Histogram dari data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan

ciri bentuknya yang menyerupai lonceng; oleh karenanya kita dapat

memeriksa sebuah histogram (diagram dahan daun) untuk melihat

kenormalan data. Apabila data dalam bentuk melengkung keatas

seperti lonceng menandakan data berdistribusi normal.

 Uji Normalitas P-P Plot

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis

grafik yaitu pada normal P-P Plot of Regression Standarizied

Residual. Gambar dari hasil uji normalitas tersebut menggunakan

software SPSS akan menunjukkan apakah titik menyebar disekitar

garis diagonal, ada yang menyebar diatas garis diagonal dan ada

yang menyebar dibawah garis diagonal maka data telah berdistribusi

normal.

e. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana dilakukan dengan bantuan software SPSS dengan

tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat (Sugiono, 2002: 163). Model regresi linier sederhana yaitu:

(32)

Keterangan:

Y = Variabel Resiliensi Keluarga Yang Memiliki Anak Autistik

X = Variabel Program Family Support

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

f. Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis, digunakan uji T (uji parsial) dilakukan untuk melihat

secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas (variabel

independen) yaitu x, terhadap variabel terikat (variabel dependen) yaitu y, dengan

asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 90% (α = 0.1)

(Cornelius, 2005: 134).

Kriteria Penilaian:

Tolak H0 jika nilai probabilitas (sig < α 0.1)

Tolak H0 jika nilai probabilitas (sig > α 0.1).

Selain itu juga dilakukan pembandingan nilai T hitung dan nilai t tabel dengan criteria

penerimaan sebagai berikut:

Tolak H0 jika nilai T hitung ≥ t tabel

(33)

BAB IV

PROFIL LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Pondok Peduli Autis „Kaya Berkah‟ (PPAKB) Medan

Berawal dari anaknya yang terdiagnosa autistik, Drh.Julina Siregar mendirikan

Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB), di Jl. Bilal Ujung gg. Mesjid Ar-Ridha

No.38 D Pulo Brayan Darat-I, Kec.Medan Timur. Awalnya wanita yang berprofesi

sebagai dokter hewan ini berdomisili di Pematang Siantar, namun beliau tidak

menemukan lembaga terapi/sejenisnya yang bisa menangani masalah buah hatinya

tersebut. Tidak hanya ketiadaan lembaga terapi, tentunya tidak ada pula lembaga

pendidikan formal (sekolah), yang bersedia menerima anak beliau, karena memang

permasalahan autisme tersebut masih tergolong hal yang baru bagi masyarakat disana,

kala itu.

Berbagai upaya telah dilakukan dokter yang ramah ini, hingga akhirnya beliau

memperoleh informasi bahwa ada lembaga terapi bagi anak-anak autistik di kota Tebing

Tinggi. Maka perjalanan pulang-pergi (PP) Siantar-Tebing pun sempat beliau tempuh,

demi menghantarkan anaknya berobat disana. Namun nyatanya, tak banyak

perkembangan berarti yang didapatkannya disana. “Jauh-jauh naik bus kesana, tidak

dapat tempat duduk, lambat, belajar hanya dalam kelas, anak dikurung, orang tua tidak

tahu apa kegiatan dan terapinya bagaimana. Kalau kita tahu caranya, kan ada

(34)

Tahun 2002, dokter Julina menerima kabar bahwa di kota Medan ada sekolah

yang bersedia menerima siswa autis. Beliau pun memilih untuk pindah ke Medan, meski

harus berpisah sejenak dengan sang suami. Namun ternyata, baik guru maupun siswa di

sekolah tersebut, tidak sepenuhnya mampu memahami dan menerima kondisi anaknya

yang autistik. Maka beliau mengamini pendapat Dr.Welli Budiman bahwa bounding

orang tua lebih dekat dengan anaknya. Dokter Julina menegaskan bahwa “Kalau orang

tua bisa kenapa gak orang tuanya yang menangani, walaupun dengan konsekwensi yang

besar, harus meluangkan waktu, dan memperluas kesabaran. Karena pada umumnya

melalui penanganan langsung dari orang tua, akan berdampak cepat dan lebih baik

bagi anak-anak , daripada diterapi oleh orang lain.‖

Lama-kelamaan, banyak seminar dan workshop tentang anak autis. Mengingat

bahwa orang tua lebih baik mengurus anaknya, dokter Julina mengorbankan pekerjaan

untuk mengikuti workshop dan seminar untuk anaknya. Dengan mempraktekkan

pengetahuan yang diperolehnya melalui seminar tersebut, ia membuat sendiri media

terapi untuk anaknya dirumah. Banyak perkembangan yang didapatkan anaknya, bisa

masuk sekolah formal, hingga kelas III SD, saat itu umur Ahmad Hilmi, anaknya sekitar

7,5 tahun. Semakin tinggi kelasnya guru pun berganti, tidak semua guru bisa menerima

anaknya yang akrab dipanggil Ami, bahkan banyak yang memukul karena tidak paham

akan kondisinya. Akhirnya Ami pun trauma dengan dunia sekolah, dan untuk sementara

(35)

4.2 Perspektif PPAKB Terhadap Autisme

Autis bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kita mengerucutkan

dahulu apa hakikat kesembuhan tersebut. Belum ada kriteria yang jelas untuk mengukur

kesembuhan anak autis. Menurut Kak Trisno, psikiater kejiwaan, anak autis bisa

diterapi, ia tidak mengatakan sembuh, namun Drh.Julina Siregar mempunyai pendapat

yang berbeda, ―Kriteria sembuh menurut saya jika anak sudah mandiri, disiplin,

mengerti aturan sosial, bisa ngomong, mengerti apa yang diperintah, tidak melakukan

larangan untuk yang tidak baik utuk tubuhnya, itu menurut saya sudah sembuh.”

Banyak juga yang mengatakan bahwa anak usia anak autis yang bisa diterapi dibawah

lima tahun, jika diatas lima tahun sudah terlambat. Hal ini ditentang keras oleh

Drh.Julina, ia mengatakan bahwa usaha dan do‘a adalah obat yang paling ampuh. ―Ingat

bu, pak, masih ada Allah, ikhtiar dengan sempurna, arahkan dan ajarkan anak, kita

juga harus mengorbanan waktu, dana. Allah maha mendengar, Allah tidak buta, pasti

Allah memberikan yang terbaik untuk kita.” Ia juga menambahkan bahwa kerjasama

antara PPAKB dan keluarga sangat bermanfaat. “Karena tidak ada artinya PPAKB

mati-matian melakukan terapi, dirumah tidak diulang hasil terapinya dan tidak dijaga

dietnya.” Dokter yang sangat penyayang ini mengingatkan kepada orang tua bahwa

jangan dengar vonis yang bisa membuat pesimis.

4.3 Fasilitas di PPAKB

Drh.Julina Siregar memakai rumahnya sebagai pondok yang mengasuh anak

(36)

motivasi dedikasi & misi sosial, membantu penyandang autis kurang mampu dengan

fasilitas mudah, murah, sederhana tetapi menghasilkan efek terapi berkualitas.

Dengan fasilitas rumah yang sederhana, PPAKB memberikan jenis layanan,

seperti:

1. Berupa terapi prilaku modifikasi ABA + Floor time yang fleksibel, terstruktur,

terarah & terukur, satu anak satu pembimbing.

2. Remedial Therapy (pengulangan & penguatan pelajaran sekolah bagi anak

kesulitan belajar).

3. Stimulasi sensori, okupasi & sosialisasi sambil bermain dengan terapis sebaya

(anak normal)

4. Terapi senam otak & pijat kesehatan/kecerdasan.

5. Terapi warna, konsultasi diet&suplement perlebahan bagi anak yang

membutuhkan.

6. Menyediakan autistic food & media belajar edukasi yang murah.

7. Bimbingan bagi orang tua/pendamping anak agar mudah mengulang terapi di

rumah.

Adapun beberapa metode belajar yang diterapkan oleh PPAKB untuk para siswa

(37)

1. Brain gym, senam otak adalah metode yang diterapkan di PPAKB yang diadopsi

dari teori Ibu Cece, yang mendirikan lembaga terapi sendirian dengan 1 asisten

dengan dua puluhan macam karakter gangguan anak. Sedangkan anak normal

saja bagus mengikuti brain gym, apalagi anak autis. Terinspirasi dari itu, PPAKB

menerapkan dengan konsisten Brain Gym, dan hasilnya semua anak yang

mendapatkan Brain Gym mendapatkan perkembangan.

2. Patterning, didapatkan dari pelatihan dan membaca buku dr.Domans, dokter

yang menangani cidera otak, termasuk anak autis. Metode ini baik untuk anak

yang tidak bisa jalan dan motorik lemah. Gerakan ini semacam senam fisik yang

dibantu digerakkan para guru PPAKB yang berfungsi untuk membantu

perkembangan saraf di otak. Manfaatnya adalah anak lebih respon dengan arahan

dan pelajaran, khusus untuk mata pelajaran matematika juga lebih mudah

dikuasai anak.

3. Terapi pijat baik untuk semua anak yang memiliki gangguan. Hal ini adalah

relaksasi untuk melancarkan peredaran darah. Belajar dari Prof.Hembing

Wijayakusuma. Ahli obat-obatan herbal yang banyak menangani autis dengan

obat herbal dan pijat. Terapi pijat ini baik ntuk anak-anak yang hyperaktif dan

lasak.

4. Sensori integrasi, gabungan dari beberapa sensor ke indera anak. Sederhananya,

gerak anak sewaktu bermain, anak normal akan merespon stimulasi dari

teman-temannya yang menuntutnya untuk saling berinteraksi. Berbeda dengan anak

(38)

guru dan orang tua. Contohnya saat bermain ayunan, merangkak, meluncur,

orang tua dan guru memberikan stimulasi. “Ayo, cepat, lompat, lari, sini..

dengan kata lain anak autis harus direcoki.

Aktifitas terapi dilakukan setiap hari senin-jum‘at pukul 08.15 sd 17.00. wib.

Jadwal ini juga bisa disesuaikan dengan kesepakatan antara orang tua dan pihak

bimbingan. Biaya terapi juga tidak terlalu menguras kantong, untuk uang pangkal

Rp350.000 dan ini dapat dicicil. Untuk terapi Rp35.000 /jam dengan pembayaran sistem

paket atau harian sesuai kemampuan orang tua dengan keringanan bagi keluarga kurang

mampu. Bahkan bagi keluarga kurang mampu gratis dengan persyaratan membawa kartu

keluarga dan surat keterangan miskin dari lurah.

4.4 Tim Pengajar dan Siswa

Jumlah tenaga pengajar yang ada di PPAKB yaitu sebanyak tujuh orang. Mereka

berasal dari latar belakang berbeda, baik dari mahasiswi hingga Ibu rumah tangga, yang

semuanya telah dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat menjadi

pengajar bagi anak autistik. Siswa yang aktif di PPAKB saat ini berjumlah 24 anak.

Sebanyak 20 anak terdiagnosa mengalami autistik, sedangkan empat anak lainnya

mengalami gangguan belajar (dyslexia) dan gangguan bicara. Mereka juga berasal dari

daerah yang cukup jauh, ada yang berasal dari Tarutung, Lubuk Pakam, Tanjung

(39)

4.5 Kondisi Siswa Autistik di PPAKB

Belum ada siswa di PPAKB yang siap dan mampu secara maksimal keluar ke

sekolah formal. Namun banyak siswa yang mempunyai perkembangan yang sangat baik,

mulai dari yang tidak bisa berbicara hingga mampu berbicara, tidak bisa menerima

arahan sekarang sudah bisa disuruh, bisa sholat, bisa membacakan dan menghafalkan

surat pendek dari Al-Qur‘an. Prestasi adalah kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya.

Lagi-lagi Dokter Julina merasakan hikmah dibalik kondisi ia dan suaminya yang

dikaruniai seorang anak autistik, ―Karena anak saya seperti ini, ibadah saya semakin

membaik, tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah, berbagi dengan orang lain,

sedekah, saling membantu sesama.”

Dokter Julina menganggap pemerintah belum maksimal memperhatikan anak

autistik. Juli 2009 pertama kalinya pemerintah pernah mengadakan seminar autis yang

digagas oleh Ibu Samsul Arifin. Namun tidak ada perhatian yang begitu khusus. Untuk

itu dokter Julina dan orang tua dari anak-anak yang autis membentuk Forum P5 (Penulis

Pemberdayaan Perempuan dan Anak) untuk memperjuangkan nasib anak autistik yang

butuh pendidikan. Forum P5 ini meminta kepada pemerintah agar membuat

Undang-Undang yang memberi ruang untuk anak autistik agar bisa membuat sekolah negeri dari

pemerintah untuk anak autistik agar biaya sekolahnya tidak mahal seperti lembaga anak

autistik swasta lainnya.

Dengan adanya kepedulian terhadap anak-anak autistik, untuk itu dokter Julina

meminta agar sekolah formal mau menerima anak autistik di sekolah normal dan hal ini

(40)

diperkenalkan di sekolah normal. Anak autis akan percaya diri dan mengeksplorasi

dirinya jika diterima, dipuji, diberikan ruang oleh guru, teman dan orang tuanya. Yang

(41)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Keluarga yang memiliki anak autistik merasakan stresssor dan strain yang tinggi

dalam kehidupan keluarga, sehingga mempengaruhi pola fungsi keluarga. Selain itu,

keluarga juga memiliki kecenderungan distress keluarga yang akan mengindikasikan

keluarga mengalami maladaptasi. Di sisi lain, keluarga juga memiliki faktor protektif

yang dapat meningkatkan ketahanan (resiliensi) keluarga tersebut, yang bisa berasal dari

keluarga itu sendiri (family hardiness dan coping-coherence family), atau berasal dari

keluarga besar (relative), maupun dari lingkungan sosial seperti teman dan komunitas.

Sadar akan pentingnya keberadaan lingkungan sosial yang mempengaruhi

resiliensi keluarga, maka Pondok Peduli Autis ―Kaya Berkah‖ (PPAKB) sebagai salah

satu lembaga pendidikan berkebutuhan khusus di kota Medan, menginisiasi sebuah

program khusus yang diperuntukan bagi keluarga (khususnya orang tua) dari anak-anak

autistik yang menjadi siswa/klien dari lembaga ini. Program tersebut berisi

layanan-layanan Family Support yang sangat membantu orang tua dalam mendampingi tumbuh

kembang putra/putrinya yang berkebutuhan khusus. Sehingga dapat dilihat bahwa

pengaruh dari program Family Support terhadap resiliensi keluarga yang memiliki anak

autistik, khususnya di lembaga PPAKB, cukup signifikan dalam memberi dampak

(42)

selanjutnya dapat dibuktikan melalui hasil olahan data software SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 20, sebagai berikut.

5.2 Analisis Tabel Frekuensi 5.2.1 Karakteristik Responden

Tabel berikut akan memuat data identitas responden, yakni mencakup usia

responden, agama, status responden dalam keluarga, dan lama terapi anak.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(43)

59 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia orang tua yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah usia tiga puluh tahunan, yaitu sebanyak

60%. Sedangkan orang tua yang berusia empat puluh tahunan adalah sebanyak 30%.

Selebihnya, 10% dari mereka berusia dua puluh dan lima puluh tahunan.

b. Agama Responden

Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Agama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Buddha 3 15.0 15.0 15.0

Islam 15 75.0 75.0 90.0

Kristen 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.1,2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang

mengikuti program Family Support di PPAKB adalah beragama Islam, yaitu sebanyak

75%. Selanjutnya diikuti oleh responden beragama Buddha sebanyak 15% dan Kristen

(44)

c. Status Responden Dalam Keluarga

Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Dalam Keluarga

Status Responden Dalam Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ayah 2 10.0 10.0 10.0

Ibu 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.1.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden merupakan ibu,

yaitu sebanyak 90%, sedangkan ayah hanya sebanyak 10%.

d. Lama Terapi Anak

Tabel 5.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Terapi Anak

LamaTerapi Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1 Thn 12 60.0 60.0 60.0

2 Thn 4 20.0 20.0 80.0

3 Thn 1 5.0 5.0 85.0

4 Thn 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

(45)

Berdasarkan tabel 5.2.1.4 dapat dilihat bahwa orang tua yang terlibat dalam

program Family Support, sekurangnya telah menjalankan terapi di PPAKB selama satu

tahun, yakni sebanyak 60%. Sedangkan jumlah responden yang anaknya telah diterapi

selama dua tahun adalah sebanyak 20%. Sisanya, sebanyak 5% dan 15% dari anak-anak

responden yang sudah diterapi selama tiga hingga empat tahun.

5.2.2 Komponen Family Support 5.2.2.1 Dukungan konkret

Tabel 5.2.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Keleluasaan Meminjam/Menggunakan Fasilitas Terapi yang Tersedia di Pondok

Peduli Autis “Kaya Berkah” (PPAKB)

Keleluasaan Peminjaman Fasilitas Terapi di PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.1.1 dapat disimpulkan bahwa para orang tua dari peserta

didik PPAKB memiliki keleluasaan dalam memanfaatkan fasilitas terapi yang terdapat

di PPAKB. Hal ini ditunjukkan oleh persentase responden yang setuju yaitu sebanyak

90%. Sebagian besar orang tua peserta didik mengaku pernah meminjam alat terapi

(46)

terapi yang telah diajarkan oleh guru di rumah masing-masing. Untuk alat-alat

sederhana, seperti biji-bijian untuk melatih saraf sensorik anak autistik, para orang tua

tidak meminjamnya dari lembaga, namun mencari/mengumpulkannya sendiri. Tentunya

berdasarkan panduan dari guru-guru di lembaga PPAKB.

Di samping itu, ternyata masih ada 10% orang tua peserta didik yang tidak

mengetahui tentang kemudahan yang diberikan oleh PPAKB tersebut. Penyebabnya

adalah karena salah satu dari mereka belum lama bergabung/mengikutsertakan anaknya

di PPAKB, sehingga belum sepenuhnya mengetahui kebijakan lembaga. Mereka, para

orang tua yang baru bergabung ini, juga mengaku belum terlalu membutuhkan banyak

fasilitas untuk mengulang proses terapi anak mereka di rumah, sehingga belum ada

kehendak untuk meminjam fasilitas yang disediakan oleh lembaga.

Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pemberian Subsidi/Keringanan Biaya Kursus di PPAKB

Pemberian Subsidi Dalam Membayar Biaya Kursus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.1.2 dapat disimpulkan bahwa seluruh (100%) orang tua

peserta didik PPAKB menyepakati bahwa lembaga memang sangat membantu mereka

(47)

utama dipertanyakan para orang tua kepada pihak lembaga. Hampir seluruh orang tua

peserta didik mengaku bahwa awalnya mereka ragu-ragu untuk mengikutsertakan

anaknya di lembaga terapi autistik karena khawatir dengan biaya terapi yang sangat

mahal. Namun kekhawatiran mereka hilang karena sejak awal pihak PPAKB sudah

mengutarakan tentang kebijakan ini guna meyakinkan orang tua untuk membiarkan

anaknya diterapi oleh PPAKB.

Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pembebasan Biaya Bagi Keluarga yang Memiliki Keterbatasan Ekonomi oleh

PPAKB

Pembebasan Biaya Kursus Bagi Keluarga Tidak Mampu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 3 15.0 15.0 15.0

Setuju 17 85.0 85.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Dari tabel 5.2.2.1.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 85% orang tua peserta didik

PPAKB menyepakati tentang adanya pembebasan biaya (gratis) terapi bagi anak-anak

yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Kemudahan ini dapat

diperoleh tentunya jika keluarga yang dimaksud telah memenuhi beberapa syarat, salah

(48)

domisilinya, yang menyatakan bahwa anak tersebut layak diberikan terapi secara

cuma-cuma.

Namun di sisi lain, masih ada 15% orang tua peserta didik yang tidak

menyepakati/mengakui adanya kebijakan tersebut. Pasalnya mereka berdalih tidak

pernah mendapatkan pembebasan biaya dari pihak lembaga, meskipun mereka merasa

termasuk dalam kategori keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menanggapi

pernyataan para orang tua yang tidak bersepakat ini, pihak administrasi PPAKB, ibu

Aisyah Siregar, mengklarifikasi bahwa orang tua dari peserta didik yang tidak

memperoleh pembebasan biaya terapi ini belumlah memenuhi persyaratan yang

ditentukan oleh pihak lembaga, yakni tidak mengantongi surat rekomendasi dari tokoh

masyarakat di tempat mereka berdomisili.

Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pemberian Materi Terapi (Alat Pendukung) Bagi Keluarga yang Tidak Mampu

Pemberian Bantuan Materi/AlatTerapi Oleh PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Melalui tabel 5.2.2.1.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 10% dari total orang tua

(49)

memberikan materi/alat pendukung terapi bagi anak-anak yang berasal dari keluarga

tidak mampu. Dikarenakan terbatasnya jumlah materi/alat pendukung yang terdapat di

PPAKB itu sendiri, sehingga belum memungkinkan jika harus dipindah-tangankan.

Meski demikian, sebanyak 90% responden lainnya mengaku setuju akan hal ini,

sebab mereka memiliki rasa empati yang sangat besar terhadap anak autistik yang

berasal dari keluarga tidak mampu. Sehingga tidak sulit bagi mereka untuk menyetujui

tindakan ini, asalkan tidak mengurangi kualitas pelayanan bagi anak mereka

masing-masing.

5.2.2.2 Dukungan Emosional

Tabel 5.2.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengakuan/Penerimaan Anak Autistik Oleh Orang-Orang di Lingkungan PPAKB

Pengakuan Terhadap Keberadaan Anak Autistik di PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Menurut tabel 5.2.2.2.1 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 90% orang tua

(50)

memang sangat diterima dan dihargai oleh orang-orang yang berada di lingkungan

sekitar PPAKB. Hal ini terjadi dikarenakan pihak PPAKB mengimbau para orang tua

peserta didik untuk sering menyertakan anak autistik mereka ketika melakukan aktivitas

di ruang publik. Sehingga dapat menumbuhkan kesadaran lebih pada masyarakat di

lingkungan sekitar terkait keberadaan anak autistik ini beserta cara menyikapinya.

Sedangkan 10% sisanya mengaku kurang setuju, dan beranggapan bahwa

penerimaan lingkungan terhadap keberadaan anak-anak mereka sudah cukup terasa,

namun masih membutuhkan proses yang panjang untuk dapat diterima sepenuhnya.

Tabel 5.2.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Motivasi Dalam Mendampingi Tumbuh Kembang Anak Autistik dari Orang-Orang di Lingkungan

PPAKB

Pemberian Motivasi Untuk Orang Tua Anak Autistik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.2.2 di atas secara gamblang menunjukkan bahwa seluruh responden

(100%) memperoleh motivasi dalam mengasuh anak autistik yang mereka miliki.

(51)

orang tua tetap bersemangat dan tidak mudah putus asa dalam mendampingi

tumbuh-kembang anak-anak spesial mereka.

Tabel 5.2.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Peningkatan Kepercayaan Diri Untuk Berbaur Dengan orang Lain Setelah Berada di Lingkungn PPAKB

Dukungan Untuk Berbaur Dengan Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Menurut tabel 5.2.2.2.3 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 95% orang tua

peserta didik PPAKB semakin percaya diri untuk melakukan meningkatkan aktivitas

mereka di ruang publik, atau dengan kata lain mulai membaur dengan lingkungan

sosialnya. Hal ini terjadi karena pihak PPAKB selalui mengimbau para orang tua peserta

didik untuk membuka diri terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab selain meningkatkan

kesadaran lingkungan akan keberadaan keluarga dengan anak autistik, berbaur dengan

lingkungan sosial juga menghindarkan keluarga yang memiliki anak autistik dari

perasaan terisolasi/terabaikan. Meski demikian, dari 20 orang responden masih terdapat

5% keluarga yang merasa belum terlalu percaya diri untuk membaur dengan lingkungan

(52)

Tabel 5.2.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Rekreasi/Outing Bersama Orang Tua Siswa Lainnya di PPAKB

Pengadaan Rekreasi Bersama Guru dan Orang Tua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4 di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

outing/rekreasi bersama merupakan agenda yang diikuti oleh seluruh (100%) keluarga

yang memiliki anak autistik di PPAKB. Pihak administrasi PPAKB, ibu Aisyah,

menyatakan bahwa agenda ini rutin dilaksanakan setidaknya sebanyak tiga kali dalam

satu tahun. Tujuannya adalah untuk mempererat rasa kekeluargaan antara sesama orang

tua peserta didik dan guru-guru di PPAKB, sehingga dapat terus saling mendukung satu

sama lain.

5.2.2.3 Dukungan Informatif

Tabel 5.2.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Kesempatan Belajar Cara Melatih Kecakapan Anak Autistik Melalui Para Guru/Staff PPAKB

Kesempatan Mempelajari Cara Melatih Anak Melalui Bimbingan Guru

PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(53)

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.3.1 menunjukkan bahwa 100% orang tua peserta didik di PPAKB

setuju atas adanya kesempatan belajar dari para guru untuk melatih anak-anak mereka.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Fitri (orang tua peserta

didik), beliau mengaku bahwa guru PPAKB rutin menyediakan layanan konsultasi

mengenai tata cara melatih anak autistik secara mandiri di rumah. Hal ini sangat berguna

untuk meningkatkan life skill anak-anak mereka dan membantu meringankan tugas guru

di sekolah.

Tabel 5.2.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi Terbaru Tentang Autisme Melalui Diskusi Bersama Para Guru/Staff dan Orang Tua Siswa

PPAKB

Mendapatkan Pengetahuan Baru Tentang Autisme Melalui Diskusi

Bersama Guru PPAKB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

(54)

Tabel 5.2.2.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi dari Pihak PPAKB Tentang Penyelenggaraan Forum Diskusi/Seminar Terkait Autisme

Mendapatkan Informasi Tentang Forum Diskusi Terkait Autisme

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.3.2 dan tabel 5.2.2.3.3 menunjukkan bahwa seluruh responden

(100%) memperoleh informasi terbaru mengenai autisme melalui diskusi bersama

guru-guru PPAKB. Adanya pertemuan rutin yang dilaksanakan setidaknya satu kali setiap

tiga bulan, antara orang tua dan guru PPAKB menjadi media komunikasi untuk

menyampaikan hasil evaluasi belajar anak-anak mereka, tips singkat mengenai melatih

life skill anak di rumah, hingga informasi tentang forum-forum diskusi publik yang

membahas mengenai autisme.

5.2.2.4 Dukungan Penghargaan

Tabel 5.2.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Perayaan Hari Autisme Sedunia Bersama Para Guru/Staff Beserta Orang Tua Siswa PPAKB

Perayaan Peringatan Hari Autisme Sedunia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

(55)

Berdasarkan tabel 5.2.2.4.1 dapat dilihat bahwa 100% responden setuju atas

adanya perayaan hari autisme sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 April. Hari

autisme sedunia akan diperingati oleh seluruh orang tua, perserta didik, guru-guru di

lingkungan PPAKB guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan

keluarga dengan anak-anak autistik sebagai bagian dari lingkungan sosial.

Tabel 5.2.2.4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Perayaan Hari Ulang Tahun Siswa Oleh Guru/Staff Beserta Para Orang Tua Siswa PPAKB

Perayaan Hari Ulang Tahun Anak Bersama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 8 40.0 40.0 40.0

Setuju 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Pada tabel 5.2.2.4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 60% orang tua peserta didik

menyetujui adanya perayaan hari ulang tahun anak-anak mereka di PPAKB, sisanya

40% kurang setuju atas perayaan tersebut karena dianggap memberatkan bagi keluarga

yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menurut salah satu guru PPAKB, ibu Aisyah,

perayaan hari ulang tahun anak-anak peserta didik sebenarnya merupakan permintaan

dari orang tua siswa yang bersangkutan. Pihak PPAKB tidak mengharuskan orang tua

untuk mengadakan acara/perayaan khusus, namun jika diminta oleh pihak orang tua,

(56)

Tabel 5.2.2.4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Kartu Ucapan Atau Hadiah Saat Memperingati Hari-Hari Besar Khusus (misal: Hari Ibu, dsb) Dari

Para Guru/Staff PPAKB

Mendapatkan Kartu Ucapan/Hadiah Saat Peringatan Hari-Hari Khusus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 6 30.0 30.0 35.0

Setuju 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 65% orang tua setuju

atas adanya kartu ucapan/hadiah yang mereka peroleh pada saat peringatan hari-hari

khusus (misal: hari ibu, dsb). Persetujun tersebut didasari atas kesadaran akan

pentingnya penghargaan untuk orang tua yang memiliki anak autistik, guna

meningkatkan kepercayaan diri dan optimisme para keluarga spesial ini untuk

menyongsong masa depannya. Sedangkan 30% dari mereka menyatakan kurang setuju

karena menganggap hal tersebut tidak lebih dari sekadar pemborosan, dan 5% responden

(57)

5.2.3 Komponen Resiliensi Keluarga 5.2.3.1 Keyakinan Keluarga

Tabel 5.2.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Kebersaaman Ketika Menghadapi Kesulitan Keluarga Dibandingkan Menghadapi Kesulitan Secara

Individual

Menghadapi Kesulitan Bersama-Sama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 5 25.0 25.0 30.0

Setuju 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.3.1.1 di atas menunjukkan sebanyak 70% responden menghadapi

kesulitan bersama-sama dengan anggota keluarga mereka lainnya. Mereka merasa

bahwa menghadapi masalah secara individual hanya akan memperlambat penyelesaian

masalah yang ada. Sedangkan 25% responden merasa kurang setuju jika mereka

menghadapi masalah secara bersama-sama. Menurut mereka tidak semua masalah dapat

diselesaikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, terkadang masalah tersebut

hanya perlu diselesaikan secara pribadi guna menghindari kompleksitas yang bisa saja

(58)

Keberadaan program family support turut serta meringankan permasalahan yang

dialami oleh keluarga dalam merawat anak-anak autistik. Melalui program tersebut, para

orang tua peserta didik bisa memperoleh sokongan moral serta perspektif yang berbeda

mengenai solusi dari permasalahan yang tengah mereka hadapi.

Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pemahaman/Anggapan Yang Wajar Atas Perasaan Tertekan Ketika Mengalami Kesulitan

Perasaan Tertekan Dipandang Sebagai Hal Wajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Berdasarkan tabel 5.2.2.1.2 telah ditunjukkan bahwa mayoritas responden (90%)

menyatakan bahwa perasaan tertekan merupakan hal yang wajar dialami ketika

menghadapi kesulitan. Kesulitan itu sendiri juga dianggap sebagai suatu keniscayaan

yang akan hadir silih berganti dengan kemudahan-kemudahan dalam kehidupan.

Sedangkan sebanyak 10% dari responden masih menganggap perasaan tertekan

merupakan sesuatu yang kurang wajar dan perlu sebisa mungkin dihindari.

Dalam mengurangi perasaan tertekan yang timbul ketika sedang menghadapi

masalah, keberadaan program family support terbukti memiliki andil, yakni dengan

(59)

keluarga yang memiliki anak autistik tersebut tidak merasa sendirian sehingga dapat

lebih mudah memahami keadaan yang tengah mereka alami.

Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Anggapan Bahwa Krisis Merupakan Tantangan Yang Dapat Diatasi/Dikendalikan

Menganggap Krisis Sebagai Tantangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Dalam tabel 5.2.2.1.3 sebanyak 95% responden memiliki pandangan bahwa

kesulitan/krisis yang dialami dapat dijelaskan dan diprediksi, sebab telah tersedianya

sumber yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dan kesulitan yang dialami

itu pun juga merupakan sesuatu yang berharga bagi mereka. Seperti halnya para orang

tua yang merasa bahwa anak-anak spesialnya merupakan anugerah Tuhan yang sangat

layak untuk mereka syukuri. Meski demikian, 5% dari responden masih merasa bahwa

situasi krisis yang mereka alami cukup sulit untuk dikendalikan.

Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Usaha Untuk Memahami Situasi dan Pilihan Dari Kesulitan Yang Dihadapi

(60)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0

Sumber: Data diolah melalui SPSS.20

Tabel 5.2.2.1.4 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) sedang

melakukan usaha untuk memahami situasi dan pilihan dari kesulitan yang sedang

mereka hadapi, yaitu dengan melibatkan anak autistiknya dalam proses pendidikan

khusus di PPAKB. Usaha lainnya adalah dengan berpartisipasi dalam program family

support, sehingga dapat saling menguatkan antara sesama keluarga yang memiliki anak

autistik.

Tabel 5.2.2.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Keyakinan/Keteguhan Harapan Dalam Mengatasi Kesulitan

Tetap Berharap dan Yakin Dapat Mengatasi Kesulitan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 1 5.0 5.0 10.0

Setuju 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Gambar

Tabel 5.2.1.1  Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama
Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Dalam Keluarga
Tabel 5.2.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh Sangadji &amp; Nurhayati (2014) menunjukkan bahwa proporsi kejadian hipertensi lebih tinggi pada responden

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap media pembelajaran yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa Media pembelajaran interaktif Adobe Flash Professional CS6

Untuk kotak pada Category Axis diisi dengan variabel pada sumbu datar, caranya dengan mengklik mouse satu kali pada variabel tsb di kotak sebelah kiri, lalu klik tombol anak panah ►

Indonesia, berkepentingan untuk dapat melangsungkan hubungan ekonomi dengan negara- negara lain di dunia. Suasana aman dan damai di seluruh dunia akan memungkinkan Indonesia

Penelitian yang akan dilakukan Annisa Kesuma Larasati dengan judul Analisis Potensi Sebaran Harga Lahan di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta dengan

menggunakan metode pembelajaran ini siswa diberikan suatu permasalahan yang harus siswa pecahkan bersama-sama hal ini menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi

Untuk melihat pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada Soraya BedSheet Cabang Ahmad Yani Pekanbaru, maka digunakan analisis regresi linear