LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Kuesioner Penelitian
PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP RESILIENSI KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK DI PONDOK PEDULI AUTIS
―KAYA BERKAH‖ MEDAN
No.Responden
Dengan hormat,
Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan untuk memenuhi tugas akhir,
bersama ini saya menyampaikan kuesioner penelitian saya mengenai ―PENGARUH PROGRAM FAMILY SUPPORT TERHADAP RESILIENSI KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTISTIK DI PONDOK PEDULI AUTIS „KAYA BERKAH‟ MEDAN‖. Adapun hasil penelitian ini saya gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi untuk menyelesaikan studi saya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP - USU.
Saya memohon maaf atas terganggunya waktu saudara dalam pengisian kuesioner
ini, namun saya juga mengharapkan saudara berkenan untuk membantu penelitian ini
dengan mengisi secara lengkap dan jujur kuesioner yang terlampir.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas kesediaan saudara yang telah
meluangkan waktu untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini.
Peneliti,
Helen Putriana Sari
Petunjuk pengisian:
a. Jawablah pertanyaan dengan benar dan jujur
b. Pilihlah jawaban dan berikan tanda (X) pada jawaban yang paling benar
menurut saudara
c. Pada bagian uraian,berilah jawaban berdasarkan pengalaman yang saudara dan
keluarga alami juga rasakan
d. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung
kepada yang menyebarkan kuesioner.
IDENTITAS RESPONDEN*
1. Nama :
2. Usia :
3. Agama :
4. Jenis kelamin :
5. Suku Bangsa :
6. Nama Anak :
7. Usia Anak :
8. Lama Bergabung/Terapi :
KOMPONEN FAMILY SUPPORT
A. Dukugan Konkret
1. Kami dipersilakan meminjam/menggunakan fasilitas terapi yang tersedia di
Pondok Peduli Autis ―Karya Berkah‖ (PPAKB) untuk melatih kecakapan
anak kami di luar jam kursus biasa.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak setuju
2. Kami mendapatkan subsidi/keringanan dalam membayar biaya kursus anak
kami, sesuai dengan kemampuan ekonomi kami.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
3. Kami akan dibebaskan dari seluruh biaya kursus, jika kami mengalami
keterbatasan dalam hal ekonomi keluarga.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
4. Kami memperoleh bantuan materi dalam bentuk uang/peralatan terapi dari
pihak PPAKB jika kami tidak mampu membelinya secara mandiri.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
B. Dukungan Emosional
5. Kami merasa keberadaan anak kami diakui/diterima oleh orang-orang yang
berada di lingkungan PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
6. Kami tidak merasa sendiri dalam mendampingi tumbuh-kembang anak kami,
karena kami memperoleh motivasi dari orang-orang yang berada di
lingkungan PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
7. Kami merasa kepercayaan diri kami untuk berbaur dengan orang lain kian
meningkat, setelah berada di lingkungan PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
8. Kami dilibatkan dalam berbagai aktivitas menyenangkan dengan para orang
tua siswa lainnya, seperti rekreasi/outing.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
C. Dukungan Informatif
9. Kami memperoleh kesempatan mempelajari cara melatih kecakapan anak
kami, melalui bimbingan para guru/staff PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
10.Kami memperoleh pengetahuan baru tentang autisme melalui diskusi
bersama para guru/staff maupun sesama orang tua siswa PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
11.Kami selalu mendapatkan informasi tentang forum diskusi/seminar-seminar
terkait autisme dari para guru/staff PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
D. Dukungan Penghargaan
12.Kami selalu merayakan peringatan Hari Autisme sedunia bersama para
guru/staff serta orang tua siswa PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
13.Kami kerap merayakan hari ulang tahun anak kami atau siswa lainnya
bersama para guru/staff serta orang tua siswa PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
14.Kami akan mendapatkan kartu ucapan atau hadiah saat memperingati
hari-hari khusus (seperti hari-hari ibu, dsb) dari para guru/staff PPAKB.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
KOMPONEN RESILIENSI KELUARGA
A. Keyakinan Keluarga
15.Kami menghadapi kesulitan keluarga bersama-sama dibandingkan secara
individual.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
16.Perasaan tertekan saat mengalami kesulitan, kami pandang sebagai hal yang
wajar dan dapat dipahami.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
17.Keluarga kami menganggap krisis sebagai tantangan yang dapat diatasi dan
dikendalikan.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
18.Kami berusaha memahami situasi dan pilihan dari kesulitan yang kami
hadapi.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
19.Kami tetap berharap dan yakin bahwa kami dapat mengatasi kesulitan.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
20.Kami memiliki nilai-nilai penting dan tujuan bersama yang dapat membantu
mengatasi masalah.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
21.Kami menggunakan sumber-sumber spiritual seperti keyakinan beragama,
berdoa, meditasi, dan atau melalui kegiatan yang terkait dengan alam dan
seni.
a) Setuju
c) Tidak Setuju
22.Kami mendapatkan inspirasi untuk memperbarui atau meninjau kembali
impian hidup serta pandangan positif terhadap masa depan.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
B. Pola Organisasi
23.Dalam keluarga, kami saling menyemangati untuk membangun kekuatan
yang kami miliki.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
24.Kami berusaha menggunakan kesempatan, mengambil tindakan, dan terus
berusaha.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
25.Kami fokus pada apapun yang dapat kami lakukan dan berusaha menerima
segala sesuatu yang tidak dapat diubah.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
26.Kesulitan kami meningkatkan kepedulian dan keinginan kami untuk
membantu orang lain.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
27.Kami semakin dekat dengan para tetangga/masyarakat di lingkungan sekitar
tempat tinggal kami.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
28.Kami semakin giat bekerja demi memastikan keuangan keluarga cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup kami yang semakin meningkat.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
C. Proses Komunikasi
29.Kami saling jujur saat menyampaikan pemikiran dan isi hati kepada setiap
anggota keluarga.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
30.Kami tidak perlu merahasiakan apapun kepada sesama anggota keluarga.
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
31.Kami akan saling memaklumi jika ada anggota keluarga yang menyampaikan
keluh-kesahnya.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
32.Kesulitan yang kami hadapi membuat kami semakin memperbaiki
komunikasi antar anggota keluarga.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
33.Kami selalu menyelesaikan problematika keluarga dengan bermusyawarah
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
34.Kami saling membantu dalam menyelesaikan tugas rumah tangga maupun
tugas-tugas lainnya.
a) Setuju
b) Kurang Setuju
c) Tidak Setuju
35.Kami selalu mencoba menyelesaikan konflik apapun bersama-sama.
a) Setuju
c) Tidak Setuju
URAIAN
1. Bagaimana kondisi keluarga anda sebelum mengenal Pondok Peduli Autis
(PPA) ‗Kaya Berkah‘ terkait kehadiran ―anak special‖ anda di tengah-tengah
keluarga?
………
………
………
………
………
………
……….
2. Bagaimana kondisi keluarga anda setelah bergabung di Pondok Peduli Autis
(PPA) ‗Kaya Berkah‘ terkait kehadiran ―anak special‖ anda di tengah-tengah
keluarga?
………
………
………
………
………
………
3. Bagaimana tanggapan anda mengenai program dukungan keluarga (Family
Support) yang dijalankan oleh pihak Pondok Peduli Autis (PPA) ‗Kaya Berkah‘,
serta manfaat apa yang anda peroleh dari program tersebut?
………
………
………
………
………
………
……….
Demikianlah kuesioner ini saya isi dengan benar dan jujur. Saya mengizinkan jawaban saya digunakan untuk kepentingan akademik.
TTD,
LAMPIRAN
MASTER DATA VARIABEL X
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 39
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 41
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40
8 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 39
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
11 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 36
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
18 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 39
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 41
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 40
MASTER DATA VARIABEL Y
No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 57
3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
5 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62
10 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 58
11 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 53
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
13 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 61
19 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 60
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
LAMPIRAN
Titik Persentase Distribusi t (dk = 1 – 40)
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
LAMPIRAN OUTPUT SPSS
Nama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Correlations
Variabel_X VARIABEL_Y
Variabel_X
Pearson Correlation 1 .670**
Sig. (2-tailed) .001
N 20 20
VARIABEL_Y
Pearson Correlation .670** 1 Sig. (2-tailed) .001
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Pearson Correlation 1 .670**
Sig. (2-tailed) .001
N 20 20
VARIABEL_Y
Pearson Correlation .670** 1 Sig. (2-tailed) .001
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 56.963 1 56.963 14.650 .001b
Residual 69.987 18 3.888
Total 126.950 19
a. Dependent Variable: VARIABEL_Y
b. Predictors: (Constant), Variabel_X
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 15.857 11.815 1.342 .196
Variabel_X 1.110 .290 .670 3.828 .001
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, dkk. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Retardasi Mental dengan Mekanisme Koping Keluarga pada Anak Retardasi Mental di
SDLB Putra Jaya Malang. Dosen Keperawatan Universitas Brawijaya, Malang.
Andri, Priyatna. (2010). Not A Little Monster! (Memahami, Mengasuh dan Mendidik Anak Hiperaktif). Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Danuatmaja, Bonny. (2003). Terapi Anak Autis Di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT. Refika Aditama.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional. (2011).
Orang Tua dengan Anak yang Berkebutuhan Khusus. Diakses tanggal 12/03/2016.
Handojo, Y. (2008). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
Hidayati, Nurul. (2011). Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik. INSAN Vol. 13 NO.01, April 2011.
Huzaemah. (2010). Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Jordan. (2001). Autism with severe learning difficulties. Oxford: University of Oxford
Khairuddin, H. (1997). Sosiologi Keluarga. Liberty. Yogyakarta.
Kumar, R. (2005). Research Methodology: A Step By Step Guide for Beginners. London: SAGE Publications.
Mangunsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok : LPSP3 UI.
Mangusong, F. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Depok: LPSP3 UI
Mawardah,Umi, dkk. (2012). Relationship Between Active Coping With Parenting Stress In Mother Of Mentally Retarded Child. Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-14.
McCubin, H,I., Thompson, A.I., & McCubbin, M. (2001). Family Measures: Stress, Coping, and Resiliency. Hawaii: Kamehameha Schools.
Poerwadarminta, WJS. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Poerwanti, Endang & Kustiatun Widianingsih. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 2. Bandung : PT. Refika Aditama.
Puspitawati, Herien. (2013). Pengantar Studi Keluarga. Bogor: IPB Press.
Putri, Nirmala Amelia. (2013). Tingkat Kebermaknaan Hidup dan Optimisme pada Ibu yang Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Semarang.
Safaria, (2005). Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Cetakan 1, Yogyakarta: Graha Ilmu
Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial; Pedoman Prektis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Thompson., Neil. (2006). Family support as reflective practice. London: Kingsley Publishers
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008. Pengantar Statistika, edisi kedua, Jakarta, PT Bumi Aksara
Veskarisyanti, Galih A. (2008).12 Terapi Autis Paling Efektif&Hemat. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Volkmar, Paul, Klin dan Cohen. (2005). Handbook of Autism and Pervasive Development Disorder. Volume1: Diagnosis, Development, Neurobiology and Behavior, John Weley & Sons Inc.
Walsh, Froma. (2002). A Family Resilience Framework: Innovative Practice Applications. Family Relations; Apr2002, Vol. 51 Issue 2.
Walsh, Froma. (2006). Strengthening Family Resilience (2nd Edition). New York: The Guildford Press.
Yatim, F. (2007). Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jilid2. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Yuwono, Joko. (2009). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Jakarta: Alfabeta
Situs Internet:
Autism Care Indonesia. (2012). ―Jumlah Anak Autis Meningkat Pesat‖ dalam
(www.ychicenter.org/index.php?option=com_content&view=article&id=110:j umlah-anak-autis-meningkat-pesat) diakses pada 11/03/2016
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi yaitu untuk menguji hubungan
antara variabel yang dihipotesiskan atau mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi
ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk memperkuat hipotesis tersebut, akan
dianalisis secara kuantitatif, sehingga diharapkan dapat menjelaskan hubungan dan
pengaruh suatu gejala dengan gejala lain (Faisal, 2007: 21).
Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan
agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap
fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang
sebenarnya diperlukan.
Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus.
Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi
sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai
alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan infromasi yang spesifik
(Usman&Akbar, 2008). Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan
jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya
adalah para keluarga (diwakili oleh orang tua) dari anak autistik yang mengikuti
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Pondok Peduli
Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB) Medan. Adapun alasan peneliti dalam memilih lokasi
penelitian ini yaitu karena lembaga tersebut menyediakan pelayanan terpadu terkait
penanganan anak berkebutuhan khusus, utamanya penanganan anak-anak penyandang
sindrom autisme. Lembaga ini juga sudah berdiri sejak tahun 2009 hingga sekarang,
dimana dahulunya berkedudukan di Jl.Bhayangkari No.361 B, Kel.Indra Kasih,
Kec.Medan Tembung. Selain itu, alasan peneliti memilih PPAKB sebagai lokasi
penelitian adalah karena jumlah anak autistik yang terdaftar sebagai siswa di lembaga ini
adalah sebanyak 20 orang.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti
tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat,
organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memilki ciri dan harus
didefenisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009: 253). Populasi dari
penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak autistik, yang pernah terlibat dalam
program family support di Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ Medan, yaitu sebanyak
3.3.2 Sampel
Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total
(total sampling) atau sensus. Pengguanaan metode ini berlaku jika anggota populasinya
relatif kecil (mudah dijangkau). Dalam penelitian ini, karena jumlah populasinya relative
kecil dan relative mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling.
Dengan metode tersebut, diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai
sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil pula terjadinya
kesalahna/penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman&Akbar, 2008).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian digunakan teknik
sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan dataatau
informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan
menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, laporan
laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat para ahli/pakar dan sebagainya
yang berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk
memperoleh data sekunder.
2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian untuk
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
b. Wawancara, merupakan cara pengumpulan data dimana penelitian dan
responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam
rangka memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Siagian, 2011: 211). Dalam penelitian ini wawancara yang
dimaksud yaitu untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan
responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.
c. Penyebaran kuesioner (angket), yaitu kegiatan mengumpulkan data
dengan cara menyebar daftar pertanyaan yang diperlukan dalam
penelitian (Siagian, 2011: 206-207), yang digunakan untuk memperoleh
data primer.
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1. Pengukuran Variabel Penelitian
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala
Likert, yaitu dari 1 sampai 3 (Sugiono, 2002: 70). Adapun penggunaan skala 1 sampai 3
untuk setiap jawaban responden selanjutnya dibagi kedalam tiga kategori yakni:
Setuju (S) diberi skor 3
Kurang Setuju (KS) diberi skor 2
3.5.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kuantitatif dengan menggunakan bantuan software SPSS. Selain itu
dilakukan pula teknik analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif, dimana
jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode lebih didasarkan kepada
pemberian gambaran yang terperinci.
Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun metode pengujian yang digunakan
adalah:
a. Analisis Tabel Frekuensi
Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan
membagi-bagi variable kedalam kategori- kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi. Tabel- tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar
untuk analisis selanjutnya. tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri
dari frekuensi dan presentasi untuk setiap ketegori (Nasruddin, 2008:9).
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat apakah instrument
penelitian memerlukan instrument yang handal dan dapat dipercaya. Reliabilitas
dapat diuji dengan melihat Koefisien Alpha dengan melakukan reliability analisis
dengan SPSS 20. Jika Alpha Cronbach ≥ 0.6 dikatakan reliable, sebaliknya jika
Alpha Cronbach≤ 0.6 maka dikatakan tidak reliable.
Korelasi Product Moment merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk
mengukur hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X (Pengaruh Program
Family Support) terhadap variabel Y (Resiliensi Keluarga Yang Memiliki Anak
Autistik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau (-). Angka korelasi
berkisar antara -1 sampai dengan 1. Jika angka mendekati 1 maka hubungan
kedua variabel semakin kuat. Jika korelasi mendekati -1, maka hubungan kedua
variabel semakin lemah. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak
ada hubungan (Sugiono, 2002: 121). Dalam penelitian ini, korelasi kriteria
penerimaan atau penolakan hipotesis dalam SPSS adalah sebagai berikut:
Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung < probabilitas yang
ditetapkan sebesar 0.1 (sig. 2-tailed < α 0.1)
Terima Ha jika nilai probabilitas yang dihitung > probabilitas yang
ditetapkan sebesar 0.1 (sig.2-tailed > α 0.1)
d. Uji Normalitas
Distribusi normal merupakan salah satu distribusi yang sering digunakan
dalam statistik. Distribusi ini sangat penting, karena banyak sekaqli uji
statistik yang memerlukan data yang berdistribusi normal. Ciri penting dari
distribusi normal adalah:
1. Berbentuk seperti lonceng
2. Simetrik pada nilai tengah μ
3. Sekitar 68% pengamatan berada pada satu standar deviasi dari nilai
nilai rata-rata; dan hampir semua pengamatan (99.7%) pengamatan berada
pada tiga kali standard deviasi dari nilai rata-rata (Sugiono, 2002: 99).
Uji Grafik Histogram
Histogram dari data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan
ciri bentuknya yang menyerupai lonceng; oleh karenanya kita dapat
memeriksa sebuah histogram (diagram dahan daun) untuk melihat
kenormalan data. Apabila data dalam bentuk melengkung keatas
seperti lonceng menandakan data berdistribusi normal.
Uji Normalitas P-P Plot
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis
grafik yaitu pada normal P-P Plot of Regression Standarizied
Residual. Gambar dari hasil uji normalitas tersebut menggunakan
software SPSS akan menunjukkan apakah titik menyebar disekitar
garis diagonal, ada yang menyebar diatas garis diagonal dan ada
yang menyebar dibawah garis diagonal maka data telah berdistribusi
normal.
e. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana dilakukan dengan bantuan software SPSS dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat (Sugiono, 2002: 163). Model regresi linier sederhana yaitu:
Keterangan:
Y = Variabel Resiliensi Keluarga Yang Memiliki Anak Autistik
X = Variabel Program Family Support
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
f. Pengujian Hipotesis
Dalam menguji hipotesis, digunakan uji T (uji parsial) dilakukan untuk melihat
secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas (variabel
independen) yaitu x, terhadap variabel terikat (variabel dependen) yaitu y, dengan
asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 90% (α = 0.1)
(Cornelius, 2005: 134).
Kriteria Penilaian:
Tolak H0 jika nilai probabilitas (sig < α 0.1)
Tolak H0 jika nilai probabilitas (sig > α 0.1).
Selain itu juga dilakukan pembandingan nilai T hitung dan nilai t tabel dengan criteria
penerimaan sebagai berikut:
Tolak H0 jika nilai T hitung ≥ t tabel
BAB IV
PROFIL LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Pondok Peduli Autis „Kaya Berkah‟ (PPAKB) Medan
Berawal dari anaknya yang terdiagnosa autistik, Drh.Julina Siregar mendirikan
Pondok Peduli Autis ‗Kaya Berkah‘ (PPAKB), di Jl. Bilal Ujung gg. Mesjid Ar-Ridha
No.38 D Pulo Brayan Darat-I, Kec.Medan Timur. Awalnya wanita yang berprofesi
sebagai dokter hewan ini berdomisili di Pematang Siantar, namun beliau tidak
menemukan lembaga terapi/sejenisnya yang bisa menangani masalah buah hatinya
tersebut. Tidak hanya ketiadaan lembaga terapi, tentunya tidak ada pula lembaga
pendidikan formal (sekolah), yang bersedia menerima anak beliau, karena memang
permasalahan autisme tersebut masih tergolong hal yang baru bagi masyarakat disana,
kala itu.
Berbagai upaya telah dilakukan dokter yang ramah ini, hingga akhirnya beliau
memperoleh informasi bahwa ada lembaga terapi bagi anak-anak autistik di kota Tebing
Tinggi. Maka perjalanan pulang-pergi (PP) Siantar-Tebing pun sempat beliau tempuh,
demi menghantarkan anaknya berobat disana. Namun nyatanya, tak banyak
perkembangan berarti yang didapatkannya disana. “Jauh-jauh naik bus kesana, tidak
dapat tempat duduk, lambat, belajar hanya dalam kelas, anak dikurung, orang tua tidak
tahu apa kegiatan dan terapinya bagaimana. Kalau kita tahu caranya, kan ada
Tahun 2002, dokter Julina menerima kabar bahwa di kota Medan ada sekolah
yang bersedia menerima siswa autis. Beliau pun memilih untuk pindah ke Medan, meski
harus berpisah sejenak dengan sang suami. Namun ternyata, baik guru maupun siswa di
sekolah tersebut, tidak sepenuhnya mampu memahami dan menerima kondisi anaknya
yang autistik. Maka beliau mengamini pendapat Dr.Welli Budiman bahwa bounding
orang tua lebih dekat dengan anaknya. Dokter Julina menegaskan bahwa “Kalau orang
tua bisa kenapa gak orang tuanya yang menangani, walaupun dengan konsekwensi yang
besar, harus meluangkan waktu, dan memperluas kesabaran. Karena pada umumnya
melalui penanganan langsung dari orang tua, akan berdampak cepat dan lebih baik
bagi anak-anak , daripada diterapi oleh orang lain.‖
Lama-kelamaan, banyak seminar dan workshop tentang anak autis. Mengingat
bahwa orang tua lebih baik mengurus anaknya, dokter Julina mengorbankan pekerjaan
untuk mengikuti workshop dan seminar untuk anaknya. Dengan mempraktekkan
pengetahuan yang diperolehnya melalui seminar tersebut, ia membuat sendiri media
terapi untuk anaknya dirumah. Banyak perkembangan yang didapatkan anaknya, bisa
masuk sekolah formal, hingga kelas III SD, saat itu umur Ahmad Hilmi, anaknya sekitar
7,5 tahun. Semakin tinggi kelasnya guru pun berganti, tidak semua guru bisa menerima
anaknya yang akrab dipanggil Ami, bahkan banyak yang memukul karena tidak paham
akan kondisinya. Akhirnya Ami pun trauma dengan dunia sekolah, dan untuk sementara
4.2 Perspektif PPAKB Terhadap Autisme
Autis bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kita mengerucutkan
dahulu apa hakikat kesembuhan tersebut. Belum ada kriteria yang jelas untuk mengukur
kesembuhan anak autis. Menurut Kak Trisno, psikiater kejiwaan, anak autis bisa
diterapi, ia tidak mengatakan sembuh, namun Drh.Julina Siregar mempunyai pendapat
yang berbeda, ―Kriteria sembuh menurut saya jika anak sudah mandiri, disiplin,
mengerti aturan sosial, bisa ngomong, mengerti apa yang diperintah, tidak melakukan
larangan untuk yang tidak baik utuk tubuhnya, itu menurut saya sudah sembuh.”
Banyak juga yang mengatakan bahwa anak usia anak autis yang bisa diterapi dibawah
lima tahun, jika diatas lima tahun sudah terlambat. Hal ini ditentang keras oleh
Drh.Julina, ia mengatakan bahwa usaha dan do‘a adalah obat yang paling ampuh. ―Ingat
bu, pak, masih ada Allah, ikhtiar dengan sempurna, arahkan dan ajarkan anak, kita
juga harus mengorbanan waktu, dana. Allah maha mendengar, Allah tidak buta, pasti
Allah memberikan yang terbaik untuk kita.” Ia juga menambahkan bahwa kerjasama
antara PPAKB dan keluarga sangat bermanfaat. “Karena tidak ada artinya PPAKB
mati-matian melakukan terapi, dirumah tidak diulang hasil terapinya dan tidak dijaga
dietnya.” Dokter yang sangat penyayang ini mengingatkan kepada orang tua bahwa
jangan dengar vonis yang bisa membuat pesimis.
4.3 Fasilitas di PPAKB
Drh.Julina Siregar memakai rumahnya sebagai pondok yang mengasuh anak
motivasi dedikasi & misi sosial, membantu penyandang autis kurang mampu dengan
fasilitas mudah, murah, sederhana tetapi menghasilkan efek terapi berkualitas.
Dengan fasilitas rumah yang sederhana, PPAKB memberikan jenis layanan,
seperti:
1. Berupa terapi prilaku modifikasi ABA + Floor time yang fleksibel, terstruktur,
terarah & terukur, satu anak satu pembimbing.
2. Remedial Therapy (pengulangan & penguatan pelajaran sekolah bagi anak
kesulitan belajar).
3. Stimulasi sensori, okupasi & sosialisasi sambil bermain dengan terapis sebaya
(anak normal)
4. Terapi senam otak & pijat kesehatan/kecerdasan.
5. Terapi warna, konsultasi diet&suplement perlebahan bagi anak yang
membutuhkan.
6. Menyediakan autistic food & media belajar edukasi yang murah.
7. Bimbingan bagi orang tua/pendamping anak agar mudah mengulang terapi di
rumah.
Adapun beberapa metode belajar yang diterapkan oleh PPAKB untuk para siswa
1. Brain gym, senam otak adalah metode yang diterapkan di PPAKB yang diadopsi
dari teori Ibu Cece, yang mendirikan lembaga terapi sendirian dengan 1 asisten
dengan dua puluhan macam karakter gangguan anak. Sedangkan anak normal
saja bagus mengikuti brain gym, apalagi anak autis. Terinspirasi dari itu, PPAKB
menerapkan dengan konsisten Brain Gym, dan hasilnya semua anak yang
mendapatkan Brain Gym mendapatkan perkembangan.
2. Patterning, didapatkan dari pelatihan dan membaca buku dr.Domans, dokter
yang menangani cidera otak, termasuk anak autis. Metode ini baik untuk anak
yang tidak bisa jalan dan motorik lemah. Gerakan ini semacam senam fisik yang
dibantu digerakkan para guru PPAKB yang berfungsi untuk membantu
perkembangan saraf di otak. Manfaatnya adalah anak lebih respon dengan arahan
dan pelajaran, khusus untuk mata pelajaran matematika juga lebih mudah
dikuasai anak.
3. Terapi pijat baik untuk semua anak yang memiliki gangguan. Hal ini adalah
relaksasi untuk melancarkan peredaran darah. Belajar dari Prof.Hembing
Wijayakusuma. Ahli obat-obatan herbal yang banyak menangani autis dengan
obat herbal dan pijat. Terapi pijat ini baik ntuk anak-anak yang hyperaktif dan
lasak.
4. Sensori integrasi, gabungan dari beberapa sensor ke indera anak. Sederhananya,
gerak anak sewaktu bermain, anak normal akan merespon stimulasi dari
teman-temannya yang menuntutnya untuk saling berinteraksi. Berbeda dengan anak
guru dan orang tua. Contohnya saat bermain ayunan, merangkak, meluncur,
orang tua dan guru memberikan stimulasi. “Ayo, cepat, lompat, lari, sini..‖
dengan kata lain anak autis harus direcoki.
Aktifitas terapi dilakukan setiap hari senin-jum‘at pukul 08.15 sd 17.00. wib.
Jadwal ini juga bisa disesuaikan dengan kesepakatan antara orang tua dan pihak
bimbingan. Biaya terapi juga tidak terlalu menguras kantong, untuk uang pangkal
Rp350.000 dan ini dapat dicicil. Untuk terapi Rp35.000 /jam dengan pembayaran sistem
paket atau harian sesuai kemampuan orang tua dengan keringanan bagi keluarga kurang
mampu. Bahkan bagi keluarga kurang mampu gratis dengan persyaratan membawa kartu
keluarga dan surat keterangan miskin dari lurah.
4.4 Tim Pengajar dan Siswa
Jumlah tenaga pengajar yang ada di PPAKB yaitu sebanyak tujuh orang. Mereka
berasal dari latar belakang berbeda, baik dari mahasiswi hingga Ibu rumah tangga, yang
semuanya telah dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat menjadi
pengajar bagi anak autistik. Siswa yang aktif di PPAKB saat ini berjumlah 24 anak.
Sebanyak 20 anak terdiagnosa mengalami autistik, sedangkan empat anak lainnya
mengalami gangguan belajar (dyslexia) dan gangguan bicara. Mereka juga berasal dari
daerah yang cukup jauh, ada yang berasal dari Tarutung, Lubuk Pakam, Tanjung
4.5 Kondisi Siswa Autistik di PPAKB
Belum ada siswa di PPAKB yang siap dan mampu secara maksimal keluar ke
sekolah formal. Namun banyak siswa yang mempunyai perkembangan yang sangat baik,
mulai dari yang tidak bisa berbicara hingga mampu berbicara, tidak bisa menerima
arahan sekarang sudah bisa disuruh, bisa sholat, bisa membacakan dan menghafalkan
surat pendek dari Al-Qur‘an. Prestasi adalah kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya.
Lagi-lagi Dokter Julina merasakan hikmah dibalik kondisi ia dan suaminya yang
dikaruniai seorang anak autistik, ―Karena anak saya seperti ini, ibadah saya semakin
membaik, tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah, berbagi dengan orang lain,
sedekah, saling membantu sesama.”
Dokter Julina menganggap pemerintah belum maksimal memperhatikan anak
autistik. Juli 2009 pertama kalinya pemerintah pernah mengadakan seminar autis yang
digagas oleh Ibu Samsul Arifin. Namun tidak ada perhatian yang begitu khusus. Untuk
itu dokter Julina dan orang tua dari anak-anak yang autis membentuk Forum P5 (Penulis
Pemberdayaan Perempuan dan Anak) untuk memperjuangkan nasib anak autistik yang
butuh pendidikan. Forum P5 ini meminta kepada pemerintah agar membuat
Undang-Undang yang memberi ruang untuk anak autistik agar bisa membuat sekolah negeri dari
pemerintah untuk anak autistik agar biaya sekolahnya tidak mahal seperti lembaga anak
autistik swasta lainnya.
Dengan adanya kepedulian terhadap anak-anak autistik, untuk itu dokter Julina
meminta agar sekolah formal mau menerima anak autistik di sekolah normal dan hal ini
diperkenalkan di sekolah normal. Anak autis akan percaya diri dan mengeksplorasi
dirinya jika diterima, dipuji, diberikan ruang oleh guru, teman dan orang tuanya. Yang
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Keluarga yang memiliki anak autistik merasakan stresssor dan strain yang tinggi
dalam kehidupan keluarga, sehingga mempengaruhi pola fungsi keluarga. Selain itu,
keluarga juga memiliki kecenderungan distress keluarga yang akan mengindikasikan
keluarga mengalami maladaptasi. Di sisi lain, keluarga juga memiliki faktor protektif
yang dapat meningkatkan ketahanan (resiliensi) keluarga tersebut, yang bisa berasal dari
keluarga itu sendiri (family hardiness dan coping-coherence family), atau berasal dari
keluarga besar (relative), maupun dari lingkungan sosial seperti teman dan komunitas.
Sadar akan pentingnya keberadaan lingkungan sosial yang mempengaruhi
resiliensi keluarga, maka Pondok Peduli Autis ―Kaya Berkah‖ (PPAKB) sebagai salah
satu lembaga pendidikan berkebutuhan khusus di kota Medan, menginisiasi sebuah
program khusus yang diperuntukan bagi keluarga (khususnya orang tua) dari anak-anak
autistik yang menjadi siswa/klien dari lembaga ini. Program tersebut berisi
layanan-layanan Family Support yang sangat membantu orang tua dalam mendampingi tumbuh
kembang putra/putrinya yang berkebutuhan khusus. Sehingga dapat dilihat bahwa
pengaruh dari program Family Support terhadap resiliensi keluarga yang memiliki anak
autistik, khususnya di lembaga PPAKB, cukup signifikan dalam memberi dampak
selanjutnya dapat dibuktikan melalui hasil olahan data software SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 20, sebagai berikut.
5.2 Analisis Tabel Frekuensi 5.2.1 Karakteristik Responden
Tabel berikut akan memuat data identitas responden, yakni mencakup usia
responden, agama, status responden dalam keluarga, dan lama terapi anak.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
59 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia orang tua yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah usia tiga puluh tahunan, yaitu sebanyak
60%. Sedangkan orang tua yang berusia empat puluh tahunan adalah sebanyak 30%.
Selebihnya, 10% dari mereka berusia dua puluh dan lima puluh tahunan.
b. Agama Responden
Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama
Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Buddha 3 15.0 15.0 15.0
Islam 15 75.0 75.0 90.0
Kristen 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.1,2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang
mengikuti program Family Support di PPAKB adalah beragama Islam, yaitu sebanyak
75%. Selanjutnya diikuti oleh responden beragama Buddha sebanyak 15% dan Kristen
c. Status Responden Dalam Keluarga
Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Dalam Keluarga
Status Responden Dalam Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ayah 2 10.0 10.0 10.0
Ibu 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.1.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden merupakan ibu,
yaitu sebanyak 90%, sedangkan ayah hanya sebanyak 10%.
d. Lama Terapi Anak
Tabel 5.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Terapi Anak
LamaTerapi Anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1 Thn 12 60.0 60.0 60.0
2 Thn 4 20.0 20.0 80.0
3 Thn 1 5.0 5.0 85.0
4 Thn 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 5.2.1.4 dapat dilihat bahwa orang tua yang terlibat dalam
program Family Support, sekurangnya telah menjalankan terapi di PPAKB selama satu
tahun, yakni sebanyak 60%. Sedangkan jumlah responden yang anaknya telah diterapi
selama dua tahun adalah sebanyak 20%. Sisanya, sebanyak 5% dan 15% dari anak-anak
responden yang sudah diterapi selama tiga hingga empat tahun.
5.2.2 Komponen Family Support 5.2.2.1 Dukungan konkret
Tabel 5.2.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Keleluasaan Meminjam/Menggunakan Fasilitas Terapi yang Tersedia di Pondok
Peduli Autis “Kaya Berkah” (PPAKB)
Keleluasaan Peminjaman Fasilitas Terapi di PPAKB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0
Setuju 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.2.1.1 dapat disimpulkan bahwa para orang tua dari peserta
didik PPAKB memiliki keleluasaan dalam memanfaatkan fasilitas terapi yang terdapat
di PPAKB. Hal ini ditunjukkan oleh persentase responden yang setuju yaitu sebanyak
90%. Sebagian besar orang tua peserta didik mengaku pernah meminjam alat terapi
terapi yang telah diajarkan oleh guru di rumah masing-masing. Untuk alat-alat
sederhana, seperti biji-bijian untuk melatih saraf sensorik anak autistik, para orang tua
tidak meminjamnya dari lembaga, namun mencari/mengumpulkannya sendiri. Tentunya
berdasarkan panduan dari guru-guru di lembaga PPAKB.
Di samping itu, ternyata masih ada 10% orang tua peserta didik yang tidak
mengetahui tentang kemudahan yang diberikan oleh PPAKB tersebut. Penyebabnya
adalah karena salah satu dari mereka belum lama bergabung/mengikutsertakan anaknya
di PPAKB, sehingga belum sepenuhnya mengetahui kebijakan lembaga. Mereka, para
orang tua yang baru bergabung ini, juga mengaku belum terlalu membutuhkan banyak
fasilitas untuk mengulang proses terapi anak mereka di rumah, sehingga belum ada
kehendak untuk meminjam fasilitas yang disediakan oleh lembaga.
Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pemberian Subsidi/Keringanan Biaya Kursus di PPAKB
Pemberian Subsidi Dalam Membayar Biaya Kursus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.2.1.2 dapat disimpulkan bahwa seluruh (100%) orang tua
peserta didik PPAKB menyepakati bahwa lembaga memang sangat membantu mereka
utama dipertanyakan para orang tua kepada pihak lembaga. Hampir seluruh orang tua
peserta didik mengaku bahwa awalnya mereka ragu-ragu untuk mengikutsertakan
anaknya di lembaga terapi autistik karena khawatir dengan biaya terapi yang sangat
mahal. Namun kekhawatiran mereka hilang karena sejak awal pihak PPAKB sudah
mengutarakan tentang kebijakan ini guna meyakinkan orang tua untuk membiarkan
anaknya diterapi oleh PPAKB.
Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pembebasan Biaya Bagi Keluarga yang Memiliki Keterbatasan Ekonomi oleh
PPAKB
Pembebasan Biaya Kursus Bagi Keluarga Tidak Mampu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 3 15.0 15.0 15.0
Setuju 17 85.0 85.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Dari tabel 5.2.2.1.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 85% orang tua peserta didik
PPAKB menyepakati tentang adanya pembebasan biaya (gratis) terapi bagi anak-anak
yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Kemudahan ini dapat
diperoleh tentunya jika keluarga yang dimaksud telah memenuhi beberapa syarat, salah
domisilinya, yang menyatakan bahwa anak tersebut layak diberikan terapi secara
cuma-cuma.
Namun di sisi lain, masih ada 15% orang tua peserta didik yang tidak
menyepakati/mengakui adanya kebijakan tersebut. Pasalnya mereka berdalih tidak
pernah mendapatkan pembebasan biaya dari pihak lembaga, meskipun mereka merasa
termasuk dalam kategori keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menanggapi
pernyataan para orang tua yang tidak bersepakat ini, pihak administrasi PPAKB, ibu
Aisyah Siregar, mengklarifikasi bahwa orang tua dari peserta didik yang tidak
memperoleh pembebasan biaya terapi ini belumlah memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh pihak lembaga, yakni tidak mengantongi surat rekomendasi dari tokoh
masyarakat di tempat mereka berdomisili.
Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persetujuan Tentang Pemberian Materi Terapi (Alat Pendukung) Bagi Keluarga yang Tidak Mampu
Pemberian Bantuan Materi/AlatTerapi Oleh PPAKB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0
Setuju 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Melalui tabel 5.2.2.1.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 10% dari total orang tua
memberikan materi/alat pendukung terapi bagi anak-anak yang berasal dari keluarga
tidak mampu. Dikarenakan terbatasnya jumlah materi/alat pendukung yang terdapat di
PPAKB itu sendiri, sehingga belum memungkinkan jika harus dipindah-tangankan.
Meski demikian, sebanyak 90% responden lainnya mengaku setuju akan hal ini,
sebab mereka memiliki rasa empati yang sangat besar terhadap anak autistik yang
berasal dari keluarga tidak mampu. Sehingga tidak sulit bagi mereka untuk menyetujui
tindakan ini, asalkan tidak mengurangi kualitas pelayanan bagi anak mereka
masing-masing.
5.2.2.2 Dukungan Emosional
Tabel 5.2.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengakuan/Penerimaan Anak Autistik Oleh Orang-Orang di Lingkungan PPAKB
Pengakuan Terhadap Keberadaan Anak Autistik di PPAKB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0
Setuju 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Menurut tabel 5.2.2.2.1 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 90% orang tua
memang sangat diterima dan dihargai oleh orang-orang yang berada di lingkungan
sekitar PPAKB. Hal ini terjadi dikarenakan pihak PPAKB mengimbau para orang tua
peserta didik untuk sering menyertakan anak autistik mereka ketika melakukan aktivitas
di ruang publik. Sehingga dapat menumbuhkan kesadaran lebih pada masyarakat di
lingkungan sekitar terkait keberadaan anak autistik ini beserta cara menyikapinya.
Sedangkan 10% sisanya mengaku kurang setuju, dan beranggapan bahwa
penerimaan lingkungan terhadap keberadaan anak-anak mereka sudah cukup terasa,
namun masih membutuhkan proses yang panjang untuk dapat diterima sepenuhnya.
Tabel 5.2.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Motivasi Dalam Mendampingi Tumbuh Kembang Anak Autistik dari Orang-Orang di Lingkungan
PPAKB
Pemberian Motivasi Untuk Orang Tua Anak Autistik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Tabel 5.2.2.2.2 di atas secara gamblang menunjukkan bahwa seluruh responden
(100%) memperoleh motivasi dalam mengasuh anak autistik yang mereka miliki.
orang tua tetap bersemangat dan tidak mudah putus asa dalam mendampingi
tumbuh-kembang anak-anak spesial mereka.
Tabel 5.2.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Peningkatan Kepercayaan Diri Untuk Berbaur Dengan orang Lain Setelah Berada di Lingkungn PPAKB
Dukungan Untuk Berbaur Dengan Lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0
Setuju 19 95.0 95.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Menurut tabel 5.2.2.2.3 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 95% orang tua
peserta didik PPAKB semakin percaya diri untuk melakukan meningkatkan aktivitas
mereka di ruang publik, atau dengan kata lain mulai membaur dengan lingkungan
sosialnya. Hal ini terjadi karena pihak PPAKB selalui mengimbau para orang tua peserta
didik untuk membuka diri terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab selain meningkatkan
kesadaran lingkungan akan keberadaan keluarga dengan anak autistik, berbaur dengan
lingkungan sosial juga menghindarkan keluarga yang memiliki anak autistik dari
perasaan terisolasi/terabaikan. Meski demikian, dari 20 orang responden masih terdapat
5% keluarga yang merasa belum terlalu percaya diri untuk membaur dengan lingkungan
Tabel 5.2.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Rekreasi/Outing Bersama Orang Tua Siswa Lainnya di PPAKB
Pengadaan Rekreasi Bersama Guru dan Orang Tua
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4 di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
outing/rekreasi bersama merupakan agenda yang diikuti oleh seluruh (100%) keluarga
yang memiliki anak autistik di PPAKB. Pihak administrasi PPAKB, ibu Aisyah,
menyatakan bahwa agenda ini rutin dilaksanakan setidaknya sebanyak tiga kali dalam
satu tahun. Tujuannya adalah untuk mempererat rasa kekeluargaan antara sesama orang
tua peserta didik dan guru-guru di PPAKB, sehingga dapat terus saling mendukung satu
sama lain.
5.2.2.3 Dukungan Informatif
Tabel 5.2.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Kesempatan Belajar Cara Melatih Kecakapan Anak Autistik Melalui Para Guru/Staff PPAKB
Kesempatan Mempelajari Cara Melatih Anak Melalui Bimbingan Guru
PPAKB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Tabel 5.2.2.3.1 menunjukkan bahwa 100% orang tua peserta didik di PPAKB
setuju atas adanya kesempatan belajar dari para guru untuk melatih anak-anak mereka.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Fitri (orang tua peserta
didik), beliau mengaku bahwa guru PPAKB rutin menyediakan layanan konsultasi
mengenai tata cara melatih anak autistik secara mandiri di rumah. Hal ini sangat berguna
untuk meningkatkan life skill anak-anak mereka dan membantu meringankan tugas guru
di sekolah.
Tabel 5.2.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi Terbaru Tentang Autisme Melalui Diskusi Bersama Para Guru/Staff dan Orang Tua Siswa
PPAKB
Mendapatkan Pengetahuan Baru Tentang Autisme Melalui Diskusi
Bersama Guru PPAKB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Tabel 5.2.2.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi dari Pihak PPAKB Tentang Penyelenggaraan Forum Diskusi/Seminar Terkait Autisme
Mendapatkan Informasi Tentang Forum Diskusi Terkait Autisme
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Tabel 5.2.2.3.2 dan tabel 5.2.2.3.3 menunjukkan bahwa seluruh responden
(100%) memperoleh informasi terbaru mengenai autisme melalui diskusi bersama
guru-guru PPAKB. Adanya pertemuan rutin yang dilaksanakan setidaknya satu kali setiap
tiga bulan, antara orang tua dan guru PPAKB menjadi media komunikasi untuk
menyampaikan hasil evaluasi belajar anak-anak mereka, tips singkat mengenai melatih
life skill anak di rumah, hingga informasi tentang forum-forum diskusi publik yang
membahas mengenai autisme.
5.2.2.4 Dukungan Penghargaan
Tabel 5.2.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Perayaan Hari Autisme Sedunia Bersama Para Guru/Staff Beserta Orang Tua Siswa PPAKB
Perayaan Peringatan Hari Autisme Sedunia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 5.2.2.4.1 dapat dilihat bahwa 100% responden setuju atas
adanya perayaan hari autisme sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 April. Hari
autisme sedunia akan diperingati oleh seluruh orang tua, perserta didik, guru-guru di
lingkungan PPAKB guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan
keluarga dengan anak-anak autistik sebagai bagian dari lingkungan sosial.
Tabel 5.2.2.4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Perayaan Hari Ulang Tahun Siswa Oleh Guru/Staff Beserta Para Orang Tua Siswa PPAKB
Perayaan Hari Ulang Tahun Anak Bersama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 8 40.0 40.0 40.0
Setuju 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Pada tabel 5.2.2.4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 60% orang tua peserta didik
menyetujui adanya perayaan hari ulang tahun anak-anak mereka di PPAKB, sisanya
40% kurang setuju atas perayaan tersebut karena dianggap memberatkan bagi keluarga
yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menurut salah satu guru PPAKB, ibu Aisyah,
perayaan hari ulang tahun anak-anak peserta didik sebenarnya merupakan permintaan
dari orang tua siswa yang bersangkutan. Pihak PPAKB tidak mengharuskan orang tua
untuk mengadakan acara/perayaan khusus, namun jika diminta oleh pihak orang tua,
Tabel 5.2.2.4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Kartu Ucapan Atau Hadiah Saat Memperingati Hari-Hari Besar Khusus (misal: Hari Ibu, dsb) Dari
Para Guru/Staff PPAKB
Mendapatkan Kartu Ucapan/Hadiah Saat Peringatan Hari-Hari Khusus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0
Kurang Setuju 6 30.0 30.0 35.0
Setuju 13 65.0 65.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.2.2.4.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 65% orang tua setuju
atas adanya kartu ucapan/hadiah yang mereka peroleh pada saat peringatan hari-hari
khusus (misal: hari ibu, dsb). Persetujun tersebut didasari atas kesadaran akan
pentingnya penghargaan untuk orang tua yang memiliki anak autistik, guna
meningkatkan kepercayaan diri dan optimisme para keluarga spesial ini untuk
menyongsong masa depannya. Sedangkan 30% dari mereka menyatakan kurang setuju
karena menganggap hal tersebut tidak lebih dari sekadar pemborosan, dan 5% responden
5.2.3 Komponen Resiliensi Keluarga 5.2.3.1 Keyakinan Keluarga
Tabel 5.2.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Kebersaaman Ketika Menghadapi Kesulitan Keluarga Dibandingkan Menghadapi Kesulitan Secara
Individual
Menghadapi Kesulitan Bersama-Sama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0
Kurang Setuju 5 25.0 25.0 30.0
Setuju 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Tabel 5.2.3.1.1 di atas menunjukkan sebanyak 70% responden menghadapi
kesulitan bersama-sama dengan anggota keluarga mereka lainnya. Mereka merasa
bahwa menghadapi masalah secara individual hanya akan memperlambat penyelesaian
masalah yang ada. Sedangkan 25% responden merasa kurang setuju jika mereka
menghadapi masalah secara bersama-sama. Menurut mereka tidak semua masalah dapat
diselesaikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, terkadang masalah tersebut
hanya perlu diselesaikan secara pribadi guna menghindari kompleksitas yang bisa saja
Keberadaan program family support turut serta meringankan permasalahan yang
dialami oleh keluarga dalam merawat anak-anak autistik. Melalui program tersebut, para
orang tua peserta didik bisa memperoleh sokongan moral serta perspektif yang berbeda
mengenai solusi dari permasalahan yang tengah mereka hadapi.
Tabel 5.2.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pemahaman/Anggapan Yang Wajar Atas Perasaan Tertekan Ketika Mengalami Kesulitan
Perasaan Tertekan Dipandang Sebagai Hal Wajar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 2 10.0 10.0 10.0
Setuju 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Berdasarkan tabel 5.2.2.1.2 telah ditunjukkan bahwa mayoritas responden (90%)
menyatakan bahwa perasaan tertekan merupakan hal yang wajar dialami ketika
menghadapi kesulitan. Kesulitan itu sendiri juga dianggap sebagai suatu keniscayaan
yang akan hadir silih berganti dengan kemudahan-kemudahan dalam kehidupan.
Sedangkan sebanyak 10% dari responden masih menganggap perasaan tertekan
merupakan sesuatu yang kurang wajar dan perlu sebisa mungkin dihindari.
Dalam mengurangi perasaan tertekan yang timbul ketika sedang menghadapi
masalah, keberadaan program family support terbukti memiliki andil, yakni dengan
keluarga yang memiliki anak autistik tersebut tidak merasa sendirian sehingga dapat
lebih mudah memahami keadaan yang tengah mereka alami.
Tabel 5.2.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Anggapan Bahwa Krisis Merupakan Tantangan Yang Dapat Diatasi/Dikendalikan
Menganggap Krisis Sebagai Tantangan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0
Setuju 19 95.0 95.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Dalam tabel 5.2.2.1.3 sebanyak 95% responden memiliki pandangan bahwa
kesulitan/krisis yang dialami dapat dijelaskan dan diprediksi, sebab telah tersedianya
sumber yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dan kesulitan yang dialami
itu pun juga merupakan sesuatu yang berharga bagi mereka. Seperti halnya para orang
tua yang merasa bahwa anak-anak spesialnya merupakan anugerah Tuhan yang sangat
layak untuk mereka syukuri. Meski demikian, 5% dari responden masih merasa bahwa
situasi krisis yang mereka alami cukup sulit untuk dikendalikan.
Tabel 5.2.2.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Usaha Untuk Memahami Situasi dan Pilihan Dari Kesulitan Yang Dihadapi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Setuju 20 100.0 100.0 100.0
Sumber: Data diolah melalui SPSS.20
Tabel 5.2.2.1.4 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) sedang
melakukan usaha untuk memahami situasi dan pilihan dari kesulitan yang sedang
mereka hadapi, yaitu dengan melibatkan anak autistiknya dalam proses pendidikan
khusus di PPAKB. Usaha lainnya adalah dengan berpartisipasi dalam program family
support, sehingga dapat saling menguatkan antara sesama keluarga yang memiliki anak
autistik.
Tabel 5.2.2.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Keyakinan/Keteguhan Harapan Dalam Mengatasi Kesulitan
Tetap Berharap dan Yakin Dapat Mengatasi Kesulitan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0
Kurang Setuju 1 5.0 5.0 10.0
Setuju 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0