• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip Kehati Hatian Dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Prinsip Kehati Hatian Dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Umar, Husein.Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Amiruddindan H. Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Hartanto, Sri Rejeki.Beberapa Aspek Tentang Permodalan Perseroan Terbatas. Bandung: Mandar Maju, 2000.

Usman, Rachmadi.Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Gandapradja, Permadi.Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Syahdeni, Sutan Remy.Kredit Sindikasi, Proses Pembentukan dan Aspek Hukumnya. Jakarta: Grafiti, 1997.

Levy, Mariam Darus Badrulzaman.Perjanjian Kredit Bank. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991.

Sutarno.Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank. Jakarta: CV.Alfabeta, 2003. Untung, H. Budi.Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta, 2000.

Satrio, J.Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan.Cetakan 4. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

Bachtiar, Herlina Suyati.Aspek Legal Kredit Sindikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Sjahdeni, Sutan Remy.Kredit Sindikasi (Proses, teknik pemberian, dan aspek hukumnya). Jakarta: PT. Kreatama, Cetakan Ke II, 2008.

Kristianto, Fennieka.Kewenangan Menggugat Pailit Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi. Jakarta: Minerva Athena Pressindo, 2009.

Sawir, A.Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia, 2005.

Sutarno.Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Bandung: Alfabeta, Bandung, 2004.

B. Peraturan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang HukumPerdata.

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

(2)

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/ 2005 yang telah diubah dengan PBI No. 8/13/PBI/2006 tentang Batas Minimum Pemberian Kredit Bank Umum.

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.

C. Tesis

Ricky.Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia). Tesis dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27376 (diakses tanggal 20 Juli 2016)

Mulia Pandapotan Harahap. Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Kredit Sindikasi

Berdasarkan Hukum Kontrak Tesis 2012 FH. USU dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33892/4/Chapter%20I.pdf (diakses tanggal 15 Juli 2016)

Mulhadi.Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle) dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 USU Repository dalam repository.usu.ac.id (diakses tanggal 20 Juli 2016)

Miranti.Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential) banking dalam rangka pemberian kredit dengan jaminan deposito secara gadai di bank X. 2010 Tesis FH UI dalam http://www.lib.ui.ac.id/detail?id=131521&lokasi=lokal Wulandari, Dwi Santi,Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perjanjian Kredit Bank,

2009. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang dalam

eprints.undip.ac.id/17203/1/DWI_SANTI_WULANDARI.pdf (diakses

tanggal 20 Juli 2016)

D. Skripsi

Harahap, Juliana Rosali.Perjanjian Kredit Sindikasi Sebagai Sarana Pembiayaan Bank (Studi pada PT. Bank Sumut Medan). 2011. Skripsi dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/36044 (diakses tanggal 20 Juli 2016)

Puspasari, Eka.Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi dan Akibat Hukumnya Jika Terjadi Kredit Macet, 2008, Skripsi, Universitas

Jember dalam

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjNtcykn87PAhWIp48KHQMIA6gQFg gcMAA&url=http%3A%2F%2Fdspace.unej.ac.id%2Fbitstream%2Fhandl e%2F123456789%2F14618%2FA%2520(24)x.pdf%3Fsequence%3D1&u sg=AFQjCNH5RAKcZXrB9YYdgSsCXVBEOYH-uQ&sig2=H70oed-btC9T_rAVAir6Dw (diakses tanggal 20 Juli 2016)

E. Website

(3)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33892/4/Chapter%20I.pdf (diakses tanggal 15 Juli 2016)

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c3e609faff23/kredit-sindikasi (diakses tanggal 18 juli 2016)

https://www.researchgate.net/publication/42353900_Tinjauan_Hukum_Terhadap_ Kredit_Sindikasi_Sebagai_Alternatif_Penyaluran_Kredit_Secara_Sindikas i (diakses tanggal 19 juli 2016)

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-prinsip-kehati-hatiandalam.html (diakses tanggal 20 juli 2016)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_sindikasi (diakses tanggal 20 juli 2016)

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c3e609faff23/kredit-sindikasi (diakses tanggal 20 juli 2016)

http://www.KomisiHukumNasional-RepublikIndonesia.com/info-8-16.html (diakses tanggal 22 Juli 2016)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131148-T%2027466-Perlindungan%20hukum-Analisis.pdf (diakses tanggal 22 Juli 2016)

http://www.panin.co.id/pages/111/kredit-sindikasi (diakses tanggal 9 Oktober 2016).

http://www.bankmandiri.co.id/article/syndication.asp (diakses tanggal 9 Oktober 2016)

http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/businessbanking/services/sindikasi.aspx (diakses

tanggal 9 Oktober 2016)

(4)

BAB III

PELAKSANAAN KREDIT SINDIKASI

E. Pengertian Kredit Sindikasi

Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan pembangunan di kota-kota

besar Indonesia dan semakin meningkatnya permintaan dana dari pelaku usaha

maupun masyarakat pada umumnya, adanya penetapan batas maksimum

pemberian kredit (BMPK) menjadi semacam penghalang bagi para pelaku usaha

untuk memperoleh dana dalam jumlah yang sangat besar. Adapun salah satu

usaha yang dapat ditempuh oleh bank dalam mengsiasati peraturan tentang adanya

penetapan BMPK tersebut adalah pembiayaan melalui kredit sindikasi. Kredit

sindikasi saat ini seringkali dilakukan oleh kalangan perbankan, baik itu diantara

bank-bank swasta sendiri, atau di antara bank-bank pemerintah sendiri maupun di

antara bank pemerintah sendiri maupun diantara bank-bank asing yang

mempunyai perwakilan di Indonesia sendiri.29

Kredit sindikasi (Bahasa Inggris: syndicated loan) adalah pinjaman atau

kredit yang diberikan secara bersama oleh lebih dari satu bank kepada debitur

tertentu. Kredit yang diberikan secara sindikasi dapat berupa kredit investasi

29Ricky, Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan

(5)

ataupun kredit modal kerja.30 Menurut Kamus yang dimuat dalam situs resmi Bank Indonesia (bi.go.id), disebutkan bahwa kredit sindikasi adalah:

“pemberian kredit oleh sekelompok bank kepada satu debitur, yang

jumlah kreditnya terlalu besar apabila diberikan oleh satu bank saja (loan

syndication)”

Kredit sindikasi adalah suatu teknik bagi suatu teknik bagi suatu bank

untuk dapat menyebarkan risiko dalam pemberian kredit. Karena itu biasanya

tidak cocok untuk kredit yang jumlahnya kecil, dimana bank tersebut dapat

memenuhi sendiri semua permintaan kredit tersebut.31 Ada keadaan-keadaan

dimana suatu pinjaman mencapai jumlah sedemikian besarnya sehingga dirasakan

terlalu besar bagi bank tersebut untuk dapat memikulnya sendiri. Apabila bank

tersebut merasa bahwa resikonya terlalu besar bagi bank tersebut bila seluruh

permintaan debitur tertentu dipikul sendiri, sekalipun mungkin dari segi ketentuan

legal lending limit atau “Batas Maksimum Pemberian Kredit” (BMPK) dari bank

tersebut belum terlampaui, maka bank itu akan berusaha membentuk suatu

sindikasi untuk dapat membiayai debiturnya itu. Dalam terminologi bank disebut

bahwa bank itu telah melampaui obligor limit-nya bagi debitur itu.32 Kredit

sindikasi diberikan secara bersama dengan alasan:33

30 Kredit Sindikasi dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_sindikasi (diakses tanggal

20 Juli 2016)

31Sutan Remy Sjahdeni, Kredit Sindikasi (Proses, teknik pemberian, dan aspek

hukumnya) Cetakan ke II, (Jakarta: PT. Kreatama, 2008), hlm.27 32

(6)

1. Jumlahnya besar, sehingga tidak sanggup kalau hanya dibiayai oleh satu

bank.

2. Menghindari BMPK.

3. Memperkecil resiko bagi bank.

4. Manajemen dan pengawasan dapat dilakukan secara bersamaan, ada

sharing pengalaman dalam menangani debitur besar.

5. Dokumentasi kredit menggunakan akta otentik (dengan akta notaris).

Bahkan jika mengamati perkembangan yang ada sekarang ini dalam berbagai

aspek serta melihat proyeksi kebutuhan dunia usaha pada masa yang akan datang,

akan dapat diperkirakan bahwa bentuk kredit sindikasi akan semakin ramai.34

F. Para Pihak dalam Kredit Sindikasi

Dalam perjanjian kredit sindikasi tentu perlu melibatkan beberapa pihak

yang juga memiliki kepentingan pada perjanjian kredit sindikasi tersebut. Selain

itu, perjanjian kredit sindikasi juga mengatur beberapa kepentingan serta hak dan

kewajiban dari pihak-pihak tersebut. Karenanya, isi dari perjanjian kredit

sindikasi merupakan inti dari perjanjian yang wajib untuk diketahui dan dipahami.

Pihak yang terlibat dalam kredit sindikasi pada umumnya terdiri dari pihak

Borrower (debitur), Participating Banks/Lenders (kreditur), dan Syndicate Leader

yang selain berperan sebagai lender, juga berperan sebagai Agent Bank. Untuk

34

(7)

lebih jelasnya, subyek hukum dari perjanjian kredit sindikasi adalah sebagai

berikut:35

1. Pihak Borrower

Merupakan nasabah peminjam kredit sindikasi. Nasabah ini pada

umumnya berbentuk PT (perseroan terbatas). Dalam proses kredit sindikasi perlu

diperhatikan status badan hukum dari pihak debitur dan siapa yang berhak

menandatangani perjanjian kredit sindikasi bank. Hal ini bertujuan untuk

memperjelas pihak mana yang dapat bertanggungjawab atau dituntut oleh pihak

kreditur ketika terjadi perselisihan ataupun gagal bayar.

2. Pihak Arranger

Merupakan bank yang mengatur segala proses perjanjian kredit sindikasi,

mulai dari dimulainya proses kredit, menawarkan keikutsertaan kepada bank-bank

lain, memonitor perjanjian kredit sindikasi sampai dengan penandatanganannya.

Dalam menjalankan tugasnya ini, arranger mendapat fee yang lebih besar

dibandingkan pihak lain dalam kredit sindikasi. Hal ini dikarenakan beratnya

tugas arranger.

3. Lead Manager

Merupakan bank yang memimpin sindikasi. Ada kalanya peranan Lead

Manager dirangkap dengan peranan arranger dan dipegang oleh satu bank saja.

Namun ketika dibedakan antara bank yang berperan sebagai arranger dan bank

yang berperan sebagai Lead Manager, maka bank yang berperan sebagai Lead

Manager hanya bertugas untuk mengumpulkan bank-bank peserta

35

(8)

sindikasi/menawarkan suatu proyek kepada bank-bank tersebut, dimana untuk

tahap arrangement diserahkan pada bank lain yang berperan sebagai arranger.

Hal ini dimaksudkan agar bank lead dapat berkonsentrasi pada proyek-proyeknya

yang lain.

4. Facility Agent

Merupakan bank yang berperan sebagai agen fasilitas kredit. Umumnya

pada suatu kredit sindikasi akan di tunjuk satu bank selaku agen fasilitas kredit,

dimana agen ini bertugas untuk memberitahukan kepada bank-bank peserta kredit

sindikasi mengenai kapan waktu untuk mencairkan dana pinjaman ke rekening

agen fasilitas yang selanjutnya dana tersebut akan disalurkan ke rekening

borrower. Begitu juga dangan pambayaran bunga, borrower diharuskan untuk

membayar kepada rekening agen fasilitas, kemudian oleh agen fasilitas akan di

bagikan kepada bank peserta sindikasi sesuai dengan keikutsertaan

bank-bank tersebut.

5. Lender

Merupakan bank-bank yang tergabung dalam sindikasi kredit dan ikut

serta membiayai kredit sindikasi. Setelah mengetahui pihak-pihak yang terlibat

dalam perjanjian kredit sindikasi, aspek selanjutnya dalam perjanjian kredit

sindikasi ini adalah isi dari perjanjian kredit sindikasi. Pokok yang diatur dalam

perjanjian kredit sindikasi antara lain adalah mengenai jumlah utang, cara dan

batas waktu pembayaran, penentuan bunga, jaminan, asuransi, penunjukkan agen

(9)

G. Manfaat Kredit Sindikasi

Iswahjudi A. Karim dalam makalahnya berjudul “Kredit Sindikasi

menyebutkan bahwa Kredit Sindikasi atau ”Syndicated Loan” ialah pinjaman

yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari

bank-bank dan/atau lembaga-lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang

biasanya berbentuk badan hukum; untuk membiayai satu atau beberapa proyek

(pembangunan gedung atau pabrik) milik debitur.

Iswahjudi A. Karim selanjutnya menjelaskan bahwa kredit tersebut diberikan

secara sindikasi, karena jumlah yang dibutuhkan untuk membiayai proyek

tersebut sangat besar, sehingga tidak mungkin dibiayai oleh kreditur tunggal. Hal

ini sesuai dengan definisi di atas, bahwa dalam pemberian kredit sindikasi, jumlah

kreditnya terlalu besar apabila diberikan oleh satu bank saja.36

Menurut Budhiono Budoyo, keuntungan memberikan kredit sindikasi adalah:37

1. Dapat mengatasi masalah BMPK (Batas Maksimal Penyaluran Kredit)

2. Risk Sharing dengan bank lain

3. Memupuk hubungan kerjasama dengan suatu grup usaha.

4. Meningkatkan Fee Based Income (pendapatan yang berasal dari fee)

5. Learning process bagi participating bank. Ada beberapa bank yang tidak

mempunyai pengalaman dalam kredit sindikasi. Dengan menjadi salah

36Kredit Sindikasi dalam

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c3e609faff23/kredit-sindikasi (diakses tanggal 20 Juli 2016).

(10)

satu peserta sindikasi, maka bank tersebut dapat mempelajari mengenai

kredit sindikasi

6. Agar dikenal di pasar sindikasi, bagi bank sulit untuk masuk ke dalam

suatu kredit sindikasi terutama apabila tidak mempunyai pengalaman

sindikasi.

Hal di atas disebutkan oleh Budhiono Budoyo dalam makalahnya berjudul

Aspek Bisnis dalam Pembentukan Kredit Sindikasi dan Tanggung Jawab

Masing-Masing Pihak di Dalamnya” yang dibukukan dalam proceedings Kredit

Sindikasi”, hasil kerjasama Pusat Pengkajian Hukum dan Mahkamah Agung RI.

Sementara itu, Arief T. Surowidjojo dalam makalahnya “Aspek Hukum yang

Harus Diperhatikan dalam Kredit Sindikasi” menguraikan beberapa

permasalahan dalam kredit sindikasi yang harus diperhatikan antara lain:38

1. Hak, kewajiban dan tanggung jawab anggota sindikasi, harus secara detail

diatur dalam perjanjian

2. Hak, kewajiban dan tanggung jawab debitur pada para kreditur, misalnya

kapan wanprestasi terjadi, apakah cukup bila wanprestasi terjadi pada satu

kreditur atau harus kepada kreditur yang lain juga.

3. Masalah enforcement hak-hak anggota sindang.

4. Masalah dengan hukum dan yurisdiksi, apabila salah satu peserta sindikasi

adalah entity asing yang tunduk pada hukum asing. Menjadi masalah ke mana

penyelesaian sengketa akan diajukan?

(11)

Jadi, karena rumitnya perjanjian kredit sindikasi ini, maka perlu

kehati-hatian lebih dari pihak bank sebelum memutuskan apakah akan ikut dalam suatu

perjanjian kredit sindikasi.

1. Bagi Kreditur

Ada beberapa manfaat bagi suatu bank untuk membiayai nasabahnya

dalam bentuk kredit sindikasi dengan bank-bank lain. Kredit sindikasi merupakan

salah satu jalan bagi bank untuk memenuhi permintaan kredit dari nasabah yang

jumlahnya besar, meskipun bank mempunyai kemampuan untuk memikul sendiri

seluruh jumlah kredit tersebut. Ataupun sebaliknya jika bank tidak sanggup

memenuhi permintaan kredit dari nasabah yang jumlahnya besar, bank tidak akan

kehilangan nasabahnya itu. Beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai

berikut:39

a. Pembentukan sindikasi dalam pemberian kredit memungkinkan bagi suatu

bank untuk mengatasi masalah BMPK.

b. Kredit sindikasi memungkinkan bagi suatu bank untuk menyebarkan

resiko dengan cara berbagi resiko dengan bank-bank lain.

c. Jika sebelumnya dikenal penuh persaingan dalam merebut hati nasabah,

sekarang setelah membentuk sindikasi dituntut sikap kebersamaan dan

kegotong royongan melalui kerjasama ini bank-bank kredit dapat tukar

menukar informasi bagi kemajuan masing- masing.

(12)

d. Bila sindikasi itu di antara bank yang sudah mapan dan bank kecil maka

akan terjadi transfer pengetahuan dari bank yang sudah mapan kepada

bank kecil.

e. Sindikasi juga akan memperluas akses bank-bank kreditur di kalangan

pengusaha terutama bagi bank-bank yang jaringannya masih sangat

terbatas.

f. Bank dapat mencari sumber pendapatan selain dari suku bunga yaitu

dengan cara menjadi arrangers kredit sindikasi.

g. Analisa kredit akan makin cermat, karena adanya banyak bank yang terjun

ke kredit sindikasi, tentu menciptakan analisa yang makin tajam, bila

dibandingkan dengan bila hanya dianalisa sendiri.

h. Peluang bank untuk membiayai proyek-proyek besar, hal ini akan

menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas

kemampuan bank-bank nasional baik dalam negeri maupun manca negara.

i. Kredit sindikasi diberikan berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang

sama bagi setiap peserta sindikasi, hanya ada satu dokumentasi kredit,

administrasi dan satu agen.

2. Bagi Nasabah

Bagi nasabah kredit sindikasi memberikan manfaat sebagai berikut :40

a. Apabila bank tersebut tidak bersedia untuk memberikan kredit yang terlalu

besar kepada seorang nasabah, maka sindikasi merupakan jalan keluar

40

(13)

bagi nasabah tersebut. Bagi suatu bank, sekalipun mampu memberikan

kredit yang berjumlah besar tetapi belum tentu bersedia untuk memberikan

jumlah yang sama bagi setiap pemohon kredit. Suatu bank mungkin

mampu dan bersedia memberikan kredit sebesar Rp. 100.000.000.000

(seratus miliar) kepada suatu perusahaan yang mempunyai modal sebesar

Rp. 1 (satu) triliun, namun hanya bersedia memberikan kredit sebesar Rp.

10 (sepuluh) miliar untuk suatu perusahaan dengan modal sebesar Rp. 50

(lima puluh) miliar saja.

b. Kredit sindikasi memungkinkan bagi nasabah untuk memperoleh kredit

yang berjumlah besar tanpa harus berhubungan dengan banyak bank,

cukup berhubungan dengan satu bank.

c. Kredit sindikasi memungkinkan bagi satu nasabah untuk memupuk record

dengan banyak bank melalui pengaturan oleh bank sendiri yang bertindak

sebagai arrangers untuk kredit sindikasi itu.

d. Kredit sindikasi menambah kredibilitas dari nasabah tersebut lebih-lebih

lagi apabila para peserta sindikasi terdiri dari bank-bank besar yang

ternama.

e. Nasabah bisa mendapat dari berbagai bank tentang segala hal yang kurang

(14)

D. Pengaturan Kredit Sindikasi Menurut Undang-Undang Perbankan

Kredit sindikasi di Indonesia pada awalnya diatur dalam Surat Edaran

Bank Indonesia No. 6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 mengenai Pembiayaan

Bersama oleh Bank-Bank Pemerintah (Konsorsium), dan Surat Edaran Bank

Indonesia No. 11/26/UPK yang dikeluarkan pada tahun 1979. Terakhir, kredit

sindikasi diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005 tentang

Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank dan

Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/23/DPD tertanggal 8 Juli 2005. Iswahjudi A.

Karim dalam makalahnya berjudul “Kredit Sindikasi” menyebutkan bahwa Kredit

Sindikasi atau ”Syndicated Loan” ialah pinjaman yang diberikan oleh beberapa

kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari bank-bank dan/atau

lembaga-lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang biasanya berbentuk

badan hukum; untuk membiayai satu atau beberapa proyek (pembangunan gedung

atau pabrik) milik debitur.41

Pengaturan Kredit Sindikasi di Indonesia juga tunduk pada

pengaturan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan (Undang-Undang Perbankan) yang menyatakan bahwa, “kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan”.

(15)

Sejak pemerintah menerapkan kebijaksanaan deregulasi di bidang

keuangan, moneter, dan perbankan pada tanggal 27 Oktober 1988 (pakto 27),

jumlah bank dan kantor bank meningkat dengan pesat. Sejalan dengan itu jumlah

dana masyarakat yang di himpun oleh perbankan juga meningkat, produk

perbankan juga bervariasi dan meningkat dengan pesat sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan kemajuan teknologi. 42

Sebagaimana diketahui bank adalah lembaga perantara keuangan yang

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Dalam menghimpun dana masyarakat ini bank memerlukan kepercayaan dari

masyarakat yang akan menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu bank wajib

memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan. Oleh

sebab itu Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BMPK). Sebagaimana diketahui bahwa pemberian kredit oleh

bank mengandung banyak resiko kegagalan seperti kemacetan dalam

pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank mengingat

kredit tersebut berasal dari dana masyarakat maka resiko yang di hadapi bank

dapat berpengaruh juga kepada keamanan dana masyarakat. Maka bank wajib

untuk menyebar resiko dengan mengatur penyeluran kreditnya, sehingga tidak

terpusat pada debitur atau kelompok debitur tertentu.

42Harahap, Juliana Rosali, Perjanjian Kredit Sindikasi Sebagai Sarana Pembiayaan Bank

(Studi pada PT. Bank Sumut Medan) 2011. Skripsi USU dalam

(16)

Menurut Pakto 27, bank tidak boleh memberikan kredit yang melampaui

batas maksimum pemberian kredit sebagai berikut :43

1. Sebesar 20% dari modal sendiri bank untuk fasilitas yang di berikan kepada

satu debitur.

2. Sebesar 50% dari modal bank untuk fasilitas yang di sediakan bagi suatu

debitur grup.

3. Bagi anggota dewan komisaris yang bukan pemegang saham :

a. 5% dari modal bank bagi individu atau perusahaan yang di milikinya.

b. 15% dari midal bank bagi komisaris beserta grup yang di milikinya.

Bagi pemilik saham :

a. 10% dari penyertaannya pada bank bagi pemegang saham atau perusahaan

yang di milikinya.

b. 25% dari penyertaannya pada bank beserta grup yang di milikinya.

Memang terlihat batas maksimum pemberian kredit menurut Pakto ini masih

longgar, misalnya legal lending limit debitur grup perusahaan di batasi maksimum

50% dari modal bank. Hal ini cukup berbahaya karena 50% dari modal bank yang

diberikan kepada perusahaan tergolong jumlah kredit yang besar dan berisiko

tinggi. Ketentuan legal lending limit dalam Pakto 27 ini selanjutnya di

sempurnakan dalam Paket Februari 1991 (Pakfeb). Pada intinya batas maksimum

pemberian kredit yang di atur dalam Pabfeb ini tidak bebeda dengan Pakto 27.

Kemudian selanjutnya pengaturan mengenai legal lending limit ini di atur dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 yaitu tentang Batas Maksimum

(17)

Pemberian Kredit. Adapun kredit sindikasi ini ada kaitannya dengan BMPK,

dimana di berikannya kredit sindikasi tersebut kepada seorang nasabah/debitur

dikarenakan jumlah kredit yang di minta oleh si debitur tersebut sangat besar. Dan

bank tidak mungkin memberikannya, sebab bank tersebut akan terkena dampak

legal lending limit/BMPK. Dimana setiap bank itu mempunyai batasan di dalam

memberikan kredit kepada seorang nasabah/debitur. Apabila bank memberikan

semua dananya kepada satu debitur saja maka bank itu akan mengalami kerugian.

Oleh karena itu di tetapkanlah BMPK kepada setiap bank. Karena adanya BMPK

ini maka bank harus memberikan kredit secara sindikasi kepada debitur yang

memerlukannya.44

Pasal 1 PBI Nomor 7/3/PBI/2005 di jelaskan mengenai pengertian BMPK,

ialah: persentase maksimum penyediaan dana yang di perkenankan terhadap

modal bank. Adapun yang di maksud dengan penyediaan dana ialah penanaman

dan bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan, surat berharga yang di

beli dengan janji di jual kembali, tagihan akseptasi, derivatif kredit, transaksi

rekening administratif, tagihan derivatif, potential future credit axposure,

penyertaan modal, penyertaan modal sementara, dan bentuk penyediaan dana

lainnya yang dapat di persamakan dengan yang tertera di atas .45

Menyelenggarakan penyediaan dana bank di larang untuk membuat suatu

perjanjian atau perikatan atau menetapkan persyaratan yang mewajibkan bank

untuk memberikan penyediaan dana yang akan mengakibatkan terjadinya

pelanggaran BMPK, dan memberikan penyediaan dana yang mengakibatkan

44Ibid.

45

(18)

pelanggaran BMPK sebagaimana diatur dalam pasal 3 PBI Nomor 7/3/PBI/2005

Tentang BMK.

Bank juga dilarang memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait

yang bertentangan dengan prosedur umum penyediaan dana yang berlaku,

dilarang juga memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait tanpa

persetujuan dewan komisaris bank, dan dilarang membeli aktiva berkualitas

rendah dari pihak terkait .46

Adapun yang di maksud pihak terkait ialah: perseorangan/perusahaan atau

badan yang merupakan pengendali bank, perusahaan/badan dimana bank

bertindak sebagai pengendali, perseorangan/perusahaan lain yang bertindak

sebagai pengendali dari perusahaan (Pasal 8). Seluruh portofolio penyediaan dana

kepada pihak terkait dengan bank di tetapkan paling tinggi 10% dari modal bank

(Pasal 4).

Sedangkan untuk peminjam yang bukan merupakan pihak terkait di

tetapkan paling tinggi 20% dari modal bank, dan untuk satu kelompok peminjam

yang bukan merupakan pihak terkait di tetapkan paling tinggi 25% dari modal

bank (Pasal 11). Penghitungan BMPK untuk kredit di dasarkan pada baki debet

(Pasal 13 ayat 2).

Suatu bank di kategorikan sebagai pelampauan BMPK apabila di sebabkan

oleh hal-hal berikut (Pasal 23 ayat 1) :

1. Penurunan modal bank;

(19)

2. Perubahan nilai tukar;

3. Perubahan nilai wajar;

4. Penggabungan usaha dan atau perubahan struktur kepengurusan yang

menyebabkan perubahan pihak terkait dan atau kelompok peminjam;

5. Perubahan ketentuan.

Di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan ada di

jelaskan mengenai BMPK ini yaitu dalam Pasal 11 yang menyatakan :

1. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai BMPK atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi, surat

berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada

peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait termasuk kepada

perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang

bersangkutan.

2. Batas maksimum sebagaimana yang di maksud dalam ayat 1 tidak boleh

melebihi 30% dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan

oleh BI.

3. BI menetapkan ketentuan mengenai BMPK, atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau

hal lain yang serupa yang dapat di lakukan oleh bank kepada:

a. pemegang saham yang memiliki 10% atau lebih dari modal di setor

bank;

(20)

c. anggota direksi;

d. keluarga dari pihak sebagaimana di maksud dalam huruf a, huruf b,

dan huruf c;

e. pejabat bank lainnya;

f. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari

pihak-pihak sebagaiman di maksud dalam huruf a, b, c, d, dan e.

4. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank

dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah sebagaimana di atur dalam ayat (1), ayat (2), ayat

(3) dan ayat (4).

(21)

BAB IV

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PELAKSANAAN

KREDIT SINDIKASI

A. Prosedur Pemberian Kredit Sindikasi

Di Indonesia ada beberapa bank yang menerapkan pemberian kredit

sindikasi, beberapa diantaranya adalah:

a. Panin Bank, mengatur/arrange pembiayaan kepada badan usaha berskala besar

baik untuk suatu project financing maupun corporate financing dimana

beberapa bank bergabung (sindikasi) untuk debitur, baik sebagai arranger,

coarranger, underwriter, agent atau loan participant melalui berbagai

instrument kredit dengan berbagai debt instruments (transferable loan facility,

revolving underwriting facility, dan lain-lain). Pembiayaan secara club deal

dapat diberikan dengan mengikutsertakan beberapa bank-bank nasional

ataupun bank-bank asing dengan kondisi & persyaratan sesuai kebijakan

masing-masing peserta club deal.47

b. Bank Mandiri, sebagai Agen merupakan perantara Debitur dengan Para

Kreditur sekaligus sebagai penata usaha kredit sindikasi selama jangka waktu

kredit sindikasi tersebut. Setelah penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi,

Agen akan menjalankan tugas sampai Perjanjian Kredit Sindikasi telah selesai

dilunasi. Secara garis besar, Agen membantu semua pihak untuk memastikan

47

(22)

bahwa semua pihak dalam kredit sindikasi telah memperoleh hak dan

kewajibannya.48

c. Bank BNI, menyediakan jasa Arrangement dan Keagenan dalam

mengkoordinasikan dan membentuk pembiayaan/kredit secara

sindikasi/bersama-sama antara bank-bank dan/atau lembaga pembiayaan

selaku (Kreditur Sindikasi) untuk memberikan kredit dalam jumlah besar

kepada perusahaan debitur, antara lain untuk kebutuhan pendanaan

perusahaan (Corporate Finance) maupun pendanaan proyek (Project

Finance).49

Salah satu contoh nyata bank yang telah membuat perjanjian kredit

sindikasi dengan suatu perusahaan adalah Bank Mandiri dengan PT Ciputra

Adigraha, anak perusahaan PT Ciputra Property Tbk (CTRP). Bank Mandiri

menjadi lead arranger dan underwriter untuk pembiayaan sindikasi sebesar

Rp1,825 triliun kepada PT Ciputra Adigraha, anak perusahaan PT Ciputra

Property Tbk (CTRP). Kredit tersebut digunakan untuk membangun Ciputra

World Jakarta. Pada penandatanganan perjanjian kredit sindikasi yang

dilaksanakan di Plaza Mandiri Jakarta, Kamis (15/12) tersebut, Bank

Mandiri diwakili oleh Direktur Corporate Banking Fransisca Nelwan Mok,

sedangkan pihak debitur diwakili oleh Candra Ciputra selaku Direktur

Utama. Hadir dalam acara penandatanganan tersebut Direk tur Utama Bank

Mandiri Zulkifli Zaini dan Komisaris Utama Ciputra Group DR. Ir. Ciputra.

48Syndication dalam http://www.bankmandiri.co.id/article/syndication.asp (diakses tanggal 9 Oktober 2016)

49

Sindikasi dalam

(23)

Pinjaman investasi tersebut berjangka waktu 8 tahun, termasuk grace period

1,5 tahun, yang didukung oleh CTRP untuk pelaksanaan kewajiban anak

perusahaannya tersebut. Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli

Zaini, kredit sindikasi tersebut dapat memenuhi 46% dari total kebutuhan

dana pembangunan Ciputra World yang mencapai Rp4 triliun. Proyek ini

rencananya akan mengintegrasikan pusat perbelanjaan, hotel, apartemen ,

serta premium residence di atas wilayah seluas 5,5 hektar di Jakarta Selatan.

Keterlibatan Bank Mandiri dalam sindikasi pembiayaan ini juga untuk

mendukung Ciputra Group dalam mengembangkan bisnis dan memperluas

pangsa pasar.50

Dalam proses pemberian kredit sindikasi, ada tiga tahap yang harus dilalui

mulai dari munculnya arranger(s) sampai suatu perjanjian kredit sindikasi

ditandatangani dan akhirnya kredit sindikasi dapat digunakan oleh debitur. Ketiga

tahap tersebut adalah pre-mandate phase, mandate phase, dan

post-signingphase.51

1. Pre-mandate Phase

Pada Pre-mandate phase, langkah pertama yang dilakukan oleh lead bank

adalah mengidentifikasi dan memahami kebutuhan-kebutuhan debitur. Adapun

50Bank Mandiri Pimpin Kredit Sindikasi bagi Ciputra World dalam

http://www.ciputra.com/news/bank-mandiri-pimpin-kredit-sindikasi-bagi-ciputra-world (diakses tanggal 9 Oktober 2016)

(24)

beberapa tonggak penting pada masa sebelum mandate dikeluarkan oleh debitur,

adalah sebagai berikut:52

a. Penunjukkan Arrangers

Sindikasi tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan diusahakan oleh

satu atau beberapa bank yang disebut arranger(s) secara bersama-sama.

Arranger(s) tersebut juga sekaligus menjadi anggota sindikasi setelah sindikasi

terbentuk. Dalam hal yang menjadi arranger(s) adalah sekelompok bank (disebut

managing group) yang secara bersama-sama mendapat mandat dari debitur, maka

segera akan dibagi peranan di antara mereka. Tugas-tugasdari para arrangersitu

adalah:

1) Running the books;

Running the books merupakan istilah khusus dalam kredit

sindikasi, yaitu merupakan tugas untuk pengorganisasian proses

pembentukan kredit sindikasi. Yang termasuk dalam tugas ini adalah

pengiriman undangan bagi bank yang ditunjuk untuk berpartisipasi dalam

kredit sindikasi.

Selain undangan, dikirimkan juga information memorandum kepada

peserta sindikasi, dimana di dalamnya dijelaskan segala sesuatu yang

menyangkut perusahaan calon penerima kredit dan untuk menjual

transaksi tersebut.Arranger yang mendapat tugas ini disebut syndicating

bank.

(25)

2) Dokumentasi;

Dalam tugas ini, arranger akan menunjuk dan berhubungan

dengan konsultan hukum untuk bertindak mewakili bank-bank peserta

sindikasi. Kemudian konsultan hukum tersebut akan melakukan negosiasi

dengan calon debitur dan dengan konsultan hukum dari calon debitur.

3) Penandatanganan perjanjian kredit sindikasi;

Arranger juga bertugas untuk mengorganisasikan upacara

penandatanganan kredit sindikasi (signing ceremony) yang akan dihadiri

oleh seluruh peserta sindikasi dan calon penerima kredit sindikasi. Apabila

terdapat beberapa arranger, maka salah satunya akan bertindak

sebagai ketua yang disebut dengan Lead Manager atau Lead Bank. Dapat

juga terdapat beberapa bank yang dibentuk menjadi Lead Manager,

dimana masing-masing disebut sebagai joint-Lead Manager.Apabila

arranger terdiri dari satu bank, maka bank tersebutlah yang sekaligus

menjadi Lead Bank atau Lead Manager.

b. Penyampaian Offer oleh arranger dan penyampaian acceptance oleh

debitur;

Sebelum mandat dikeluarkan oleh debitur, terlebih dahulu arranger (atau

syndicating bank dalam hal terdapat beberapa bank yang menjadi arrangers)

menyampaikan offer atau tawaran kepada debitur dengan mengirimkan suatu

dokumen yang disebut term sheet atau offer document. Apabila tawaran tersebut

(26)

syarat-syarat yang diajukan oleh arranger, maka debitur akan menyampaikan

persetujuannya yang didalam sistem common law disebut dengan acceptance.

Namun demikian, dapat pula terjadi, debitur yang berusaha untuk mencari

bank yang nantinya bersedia menjadi arranger yang akan membentuk sindikasi

kredit yang dimaksud. Dalam keadaan seperti itu, maka debitur lah yang akan

mengeluarkan offer document, diikuti dengan acceptance yang diberikan oleh

bank. Setelah diberikannya acceptance, maka bank akan meminta debitur untuk

mengeluarkan mandat kepada bank tersebut untuk bertindak sebagai arranger.

Ada 3 macam offer dalam kredit sindikasi, yaitu:53

1. Indicative terms offer

Indicative terms offer bukanlah offer yang sebenarnya. Indicative term

offer hanya berkedudukan sebagai advice dan hanya meliputi beberapaparameter

saja dari transaksi yang ditawarkan seperti jumlah, jangkawaktu, bunga, dll.

2. Best offer efforts

Merupakan suatu offer untuk mengerahkan dana dari pasar berdasarkan

syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang spesifik. Bank yangmengajukan offer

ini hanya mengemukakan keyakinannya bahwa bank tersebut dapat mengerahkan

dana bagi kepentingan calon penerima kredit dengan syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan tersebut dan menyatakan kesediaannya untuk mengerahkan dana itu.

Bank tidak menanggung diperolehnya dana, baik sebagian maupun seluruhnya.

(27)

Dalam dokumen penawaran haruslah jelas disebutkan bahwa offer ini adalah best

offer,bukan underwritten offer.

3. Underwritten offer

Ada dua bentuk underwritten offer, yaitu fully underwritten offer dan

partially underwritten offer. Fully underwritten offer adalah komitmen yang harus

dipenuhi bagi peserta sindikasi untuk menyediakan keseluruhan dana yang

diperlukan bagi calon penerima kredit sindikasi. Sedangkan partially underwritten

offer adalah suatu offer dimana bank yang mengajukan offer hanya menanggung

sebagian dari dana yang diperlukan dalam kredit sindikasi itu.

c. Pemberian Mandat oleh debitur

Mandate adalah kewenangan yang diperoleh oleh arranger atau managing

group untuk membentuk sindikasi kredit yang nantinya akan memberikan kredit

sindikasi kepada debitur, dan diberikan oleh debitur setelah adanya penyampaian

offer dan acceptance. Dengan tidak tergantung pada siapa yang memberikan offer

dan acceptance, mandate diberikan oleh pihak debitur.

2. Post-Mandate Phase

Setelah mandate dikeluarkan oleh debitur untuk arranger(s) untuk

membentuk sindikasi kredit, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

arranger(s) adalah sebagai berikut:54

(28)

a. Penyiapan draft dokumentasi kredit;

Setelah mandate diberikan oleh debitur kepada arranger(s), arranger(s) akan

menyeleksi bank-bank dan lembagalembaga pemberi kredit yang akan

diundang untuk bergabung dalam sindikasi kredit. Sebelum itu, guna

keperluan penyampaian undangan itu, Lead Manager bersama dengan debitur

terlebih dulu menyiapkan dua perangkat dokumen hukum. Dokumen yang

pertama adalah information memorandum yang memuat rincian mengenai

kredit sindikasi yang dimaksud dan informasi mengenai financial condition

dan business profile dari debitur. Tujuan dari info memo ini adalah untuk

menjelaskan segala sesuatu yang menyangkut perusahaan debitur dan untuk

menjual transaksi tersebut. Info memo ini merupakan dokumen yang penting

selama proses sindikasi. Dokumen kedua yaitu perjanjian kredit sindikasi yang

akan merupakan perjanjian antara peserta sindikasi dan Agent Bank, antara

Agent Bank dan debitur, serta antara para peserta sindikasi itu sendiri.

Biasanya dokumen itu disiapkan oleh external lawyer dari Lead Manager, dan

bukan oleh in-housecounsel. Kedua dokumen ini akan dibagi-bagikan dalam

bentuk konsep (in draft form) kepada bank-bank yang diundang untuk

bergabung dalam sindikasi yang akan dibentuk.

b. Penyiapan dan Pengiriman Undangan

- Pemilihan bank-bank yang akan diundang;

Setelah mandate diberikan oleh debitur serta syarat-syarat

dan ketentuan perjanjian kredit telah disepakati antara arranger

(29)

arranger adalah memilih dan menentukan bank mana saja yang

akan diundang untuk ikut dalam sindikasi kredit. Ada beberapa

faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bank-bank

mana saja yangakan diundang untuk ikut dalam sindikasi kredit

tersebut. Faktor-faktor tersebut yaitu syarat-syarat yang ditentukan

oleh debitur dan keinginan debitur agar hanya bank-bank yang

memenuhi debt ratings tertentu yang boleh diundang.Apabila

debiturtidak mencantumkan syarat-syarat tertentu, maka bank-bank

yang diundang adalah bebas sesuai kehendak arranger.

- Faktor-faktor bagi bank-bank yang diundang untuk ikut atau

menolak ikutdalam sindikasi;

Salah satu pertimbangan yang akan digunakan oleh

bank-bank yang diundang untuk memutuskan ikut dalam pemberian

kredit sindikasi itu adalah kualitas dan reputasi dari arranger yang

mengundang. Apabila menurut pertimbangan bank-bank yang

diundang arranger tersebut tidakberpengalaman atau hanya

memiliki sedikit pengalaman dalam menangani transaksi sindikasi,

maka keputusan untuk ikut serta sebagai anggotasindikasi akan

dilakukan dengan lebih berhati-hati.

- Parameter Bagi Penentuan Bracket Sindikasi;

Sebelum undangan disiapkan, harus ditentukan parameters

bagi setiap brackets. Maksudnya adalah parameter untuk

(30)

front-end fees untuk masing-masing tingkat jumlah komitmen

tersebut yang akan ditawarkan oleh arranger kepada pasar dengan

mempertimbangkan kesempatankesempatan lain yang mungkin

dapat diperoleh oleh bank-bank yang diundang itu,

baikkesempatan-kesempatan yang dapat diperoleh pada pasar

perdana (primary market) maupun pasar sekunder

(secondarymarket).

- Roadshows

Roadshows adalah suatu pertemuan antara debitur dan

bank-bank yang diharapkan tertarik untuk ikut bersindikasi bagi

keperluan debitur. Roadshow tersebut sekalipun merupakan

pertemuan antara debitur dan bank-bank calon peserta sindikasi,

tetapi penyelenggaraannya dilakukan oleh arranger dengan

berkeliling menemui bank-bank yang diperkirakan akan berminat

untuk ikut dalam pembiayaan sindikasi tersebut.55

- Tanggapan calon peserta terhadap undangan arranger(s)

Apabila bank-bank yang diundang berminat untuk ikut

dalam sindikasi, maka mereka akan mengirimkan jawabannya.

Jawaban tersebut tidak bersifat final karena masih didasarkan pada

isi dokumentasi kredit.Jawaban mereka tersebut disertai syarat

subject to satisfaction with thedocumentation”. Artinya,

persetujuan mereka masih tergantung pada kepuasan pihak yang

(31)

diundang akan segala sesuatu yang berkenaan dengan dokumentasi

kredit tersebut. Bank peserta masih harus mempelajari

dokumentasi (perjanjian kredit) dari kredit sindikasi ini sebelum

menandatanganinya.Berdasarkan pendapat dari Rhodes, bank dapat

membatalkan keikutsertaannya dalam sindikasi bila akhirnya tidak

dapat menerima syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan perjanjian

kredit sindikasi tersebut.

- Penunjukkan Agent Bank

Setelah nantinya perjanjian kredit sindikasi ditandatangani

oleh para pihak, operasionalisasi dan administrasi dari penggunaan

kredit sindikasi tersebut harus dilakukan oleh suatu bank yang

berperan sebagai Agent Bank. Oleh karena itu para peserta

sindikasi harus menyepakati siapa yang akan bertindak sebagai

Agent Bank tersebut. Siapa yang akan bertindak sebagai Agent

Bank biasanya telah diketahui sejak proses pembentukkan

arranger(s). Secara teoritis Agent Bank dan Lead Bankmerupakan

dua institusi yang berbeda, namun pada praktiknya yang menjadi

Agent Bank adalah Lead Bank.56

- Penyiapan dan Penandatanganan Dokumentasi Kredit

Apabila sindikasi kredit sudah terbentuk dan sudah terdapat

peserta-peserta sindikasi yang telah bersedia menjadi kreditur

dalam pemberian kredit sindikasi tersebut, maka langkah

(32)

berikutnya adalah menyiapkan dokumentasi kredit untuk kemudian

ditandatangani bersama oleh para pihak.Dokumentasi kredit yang

terpenting adalah perjanjian kredit sindikasi dan perjanjian

pengikatan jaminan. Perjanjian kredit seyogyanya dirancang

dengan baik oleh konsultan hukum yang mengerti betul mengenai

seluk beluk kredit sindikasi dan aspek-aspek hukumnya.Perjanjian

kredit sindikasi di Indonesia biasanya disiapkan oleh konsultan

hukum dan notaris yang telah berpengalaman membuat perjanjian

kredit sindikasi.57

- Upacara Penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi

Apabila sekelompok bank bertindak sebagai arranger, maka

di antaranya ada yang ditunjuk untuk mengatur upacara

penandatanganan perjanjian kredit sindikasi (loan signing

ceremony) karena upacara ini merupakan kejadian penting dari

jadwal sindikasi, dihadiri oleh semua bank peserta dan debitur.loan

signing ceremony dapat dilakukan tanpa melalui upacara, yaitu

dengan diberikannya surat kuasa kepada Agent Bank atas nama

semua peserta. Bersamaan dengan dikirimkannya undangan kepada

bank-bank untuk menghadiri penandatanganan tersebut, dikirimkan

pula permohonan kepada masing-masing bank yang diundang itu

untuk menerbitkan surat kuasa kepada agent agar apabila terjadi

perwakilan dari salah satu bank tidak dapat hadir, maka Agent

(33)

Bank dapat mewakili bank tersebut untuk menandatangani

perjanjian atas nama bank tersebut.

- Publisitas

Setelah penandatanganan perjanjian kredit adalah publisitas

bagi pemberian kredit sindikasi.Publisitas tersebut adalah untuk

kepentingan debitur, kreditur, dan juga publik.Bagi debitur, dengan

adanya publisitas maka masyarakat luas dapat mengetahui

keberhasilannya memperoleh kepercayaan beragam bank dalam

bentuk pemberian kredit sindikasi.Bagi kreditur, apabila

debiturmerupakan perusahaan besar yang terkemuka dan selama

ini memiliki reputasi yang sangat baik dan banyak bank besar ingin

memiliki hubungan dengan debitur tersebut, maka kreditur ingin

agar publik mengetahui keberhasilan debitur menjalin hubungan

dengan debitur.Sementara bagi publik, publisitas tersebut bertujuan

agar publik dapat mengukur tingkat resiko dari debitur yang

bersangkutan. Hal ini diperlukan terutama apabila di kemudian hari

publik bermaksud akan membeli saham atau obligasi yang

diterbitkan oleh debitur tersebut sebagai emiten di pasar modal.

3. Post-Signing Phase

Pada tahap ini peranan arranger(s) berakhir dan selanjutnya aktivitas

pemberian kredit oleh sindikasi kredit dilakukan oleh Agent Bank. Tahap ini

dimulai dengan aktifnya Agent Bank yang diikuti dengan dikucurkannya dana

(34)

mereka masing-masingatas permintaan Agent Bank dengan cara diterbitkannya

notices of drawdown oleh Agent Bank kepada masing-masing anggota sindikasi.

Selanjutnya oleh Agent Bank, dana yang telah dikucurkan oleh kreditur dibukukan

pada suatu rekening khusus yang ada pada Agent Bank. Sepanjang syarat-syarat

untuk melakukan penarikan kredit itu telah dipenuhi oleh debitur, selanjutnya

debitur dapat menarik dana tersebut. Terlebih dahulu, dana yang telah dikucurkan

tersebut dibukukan ke dalam rekening kredit sindikasi atas nama debitur yang

juga ada pada Agent Bank. Transaksi kredit sindikasi biasanya mencakup

beberapa perjanjian:58

1. Perjanjian Fasilitas Kredit Sindikasi (Syndicated Loan Facility Agreement);

2. Perjanjian Keagenan Penjaminan (Security Agent Agreement);

3. Perjanjian Pembagian Jaminan di antara Para Kreditur dan Debitur

(Security Sharing Agreement);

4. Perjanjian-Perjanjian Penjaminan, dalam berbagai bentuk penjaminan

seperti Hak Tanggungan, Gadai Saham, Fidusia Pengalihan Hak atas

Tagihan (Rekening Koran), Pengalihan Hak Atas Tagihan (Asuransi),

Perjanjian Subordinasi yang menyebutkan bahwa tagihan-tagihan dari

pemegang saham atau yang terafiliasi dengan debitur akan dikesampingkan

sampai setelah semua kewajiban kepada kreditur sindikasi dipenuhi;

5. Perjanjian Penanggungan.

58

(35)

B. Penerapan Prinsip Kehati-Hatian dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi

Undang-Undang Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa

berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya,

termasuk dalam memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas

perbankan juga menetapkan peraturan-peraturan dalam pemberian kredit oleh

perbankan antara lain:59

1. Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank

bagi Bank Umum

Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan

berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan

perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah

menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan

melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan

kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI Nomor 27/162/KEP/ DIR tanggal

31 Maret 1995.

Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan

perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris bank

dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai

berikut : prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasidan manajemen

59

Dwi Santi Wulandari,Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perjanjian Kredit Bank,

2009.Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang dalam

(36)

perkreditan, kebijakan persetujuan kredit, dokumentasi dan administrasi kredit,

pengawasan kredit, dan penyelesaian kredit bermasalah.60

Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada Bank

Indonesia. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan

bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan bank yang telah disusun secara

konsekuen dan konsisten.61

2. Penilaian Kualitas Aktiva

Dalam memelihara kelangsungan usahanya, bank perlu meminimalkan

potensi kerugian atas penyediaan dana, antara lain dengan memelihara eksposur

resiko kredit pada tingkat yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut, pengurus

bank wajib menerapkan manajemen resiko kredit secara efektif pada setiap jenis

penyediaan dana serta melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terkait dengan

transaksi-transaksi dimaksud. Hal di atas diatur dalam PBI Nomor 7/2/2005

tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.PBI tersebut mewajibkan bank

(dalam hal ini Direksi) untuk menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah

yang diperlukan agar kualitas aktiva (meliputi Aktiva Produktif dan Aktiva Non

Produktif) senantiasa baik.

Aktiva Produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh

penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,

tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual

kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi

60

(37)

rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu.62

Sementara, Aktiva Non Produktif adalah aset bank selain Aktiva Produktif

yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil

alih. Bank wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening

Aktiva Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) debitur, hal ini juga

berlaku untuk Aktiva Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) bank

(termasuk penyediaan dana yang diberikan secara sindikasi). 63

Dalam hal ini terdapat perbedaan penetapan kualitas Aktiva Produktif, maka

kualitas masing-masing Aktiva Produktif mengikuti kualitas Aktiva Produktif

yang paling rendah. Ketentuan keterkaitan untuk menetapkan kualitas yang sama

tersebut di atas juga berlaku terhadap Aktiva Produktif yang digunakan untuk

membiayai proyek yang sama.64 Termasuk dalam pengertian ”proyek yang sama”

antara lain apabila:

a. Terdapat keterkaitan rantai bisnis secara signifikan dalam proses produksi yang

dilakukan oleh beberapa debitur. Keterkaitan dianggap signifikan antara lain

apabila proses produksi di suatu entitas tergantung pada proses produksi

entitas, misalnya adanya ketergantungan bahan baku dalam proses produksi.

b. Kelangsungan cash flow suatu entitas akan terganggu secara signifikan apabila

cash flow entitas lain mengalami gangguan.

62Pasal 1 ayat (3) PBI No. 7 / 2 / PBI / 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum 63

Pasal 5 PBI Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

(38)

Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap

faktor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan

membayar. Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut: potensi pertumbuhan usaha, kondisi

pasar dan posisi debitur dalam persaingan, kualitas manajemen dan

permasalahan tenaga kerja, dukungan dari grup atau afiliasi, dan upaya yang

dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup. Sementara,

kinerja debitur dinilai berdasarkan faktor struktur modal, kualitas aktivitas,

manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.65

Selanjutnya, untuk mengantisipasi potensi kerugian, bank wajib

membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) terhadap Aktiva Produktif

dan Aktiva Non Produktif. PPA meliputi cadangan umum dan cadangan khusus

untuk Aktiva Produktif, dan cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.

Cadangan umum sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan paling kurang

sebesar 1% (satu per seratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas

Lancar. Sementara, cadangan khusus ditetapkan paling kurang sebesar:66

1. 5% (lima per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian

Khusus setelah dikurangi nilai agunan;

2. 15% (lima belas per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar

setelah dikurangi nilai agunan;

65

A. Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,(Jakarta: PT Gramedia, 2005), hlm. 42-43.

66

(39)

3. 50% (lima puluh per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan

setelah dikurangi nilai agunan;

4. 100% (seratus per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah

dikurangi nilai agunan;

Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan

PPA hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif. Agunan yang dapat

diperhitungkan sebagai pengurangan dalam pembentukan PPA ditetapkan sebagai

berikut:67

a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di

Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;

b. Tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;

c. Pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter

kubik yang diikat dengan hipotek; dan atau

d. Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.

3. Sistem Informasi Debitur

Kelancaran proses kredit dan penerapan manajemen risiko kredit yang

efektif serta ketersediaan informasi kualitas debitur yang diandalkan dapat dicapai

apabila didukung oleh sistem informasi yang utuh dan komprehensif mengenai

profil dan kondisi debitur, terutama debitur yang sebelumnya telah memperoleh

penyediaan dana. Dalam proses kredit, sistem informasi mengenai profil dan

kondisi debitur dapat mendukung percepatan proses analisa dan pengambilan

keputusan pemberian kredit. Untuk kepentingan manajemen risiko, sistem

(40)

informasi mengenai profil dan kondisi debitur dibutuhkan untuk menentukan

profil risiko kredit debitur.68

Selain itu tersedianya informasi kualitas debitur, diperlukan juga untuk

melakukan sinkronisasi penilaian kualitas debitur di antara bank pelapor. Sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bank Indonesia berperan

untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar

bank yang dapar diperluas dengan penyertaan lembaga lain dibidang keuangan.

Sehubungan dengan itu Bank Indonesia mengembangkan sistem informasi debitur

yang dari waktu ke waktu selalu disempurnakan untuk disesuaikan dengan

perkembangan ekonomi dan teknologi. Pelapor yang telah memenuhi kewajiban

pelaporan dapat meminta informasi debitur kepada Bank Indonesia meliputi

antara lain identitas debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas penyediaan dana yang

diterima debitur, agunan, penjamin dan atau kolektibilitas.69

Informasi yang diperoleh pelapor tersebut hanya dapat dipergunakan

untuk keperluan pelaporan dalam rangka penerapan manajemen risiko, kelancaran

proses penyediaan dana, dan atau identifikasi kualitas debitur untuk pemenuhan

ketentuan yang berlaku.70

4. Prinsip Mengenal Nasabah

Dalam menjalankan kegiatan usaha, bank menghadapi berbagai resiko

usaha dan untuk menguranginya bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian

yang salah satunya penerapan prinsip mengenal nasabah. Hal tersebut seperti

sesuai PBI Nomor 3/10/PBI/2001 mengenai Penerapan Prinsip Mengenal

68

Ibid. 69

(41)

Nasabah. Berdasarkan prinsip mengenal nasabah, maka bank wajib menetapkan

kebijakan penerimaan nasabah, menetapkan kebijakan dan prosedur dalam

mengidentifikasi nasabah, menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan

terhadap rekening dan transaksi nasabah, dan menetapkan kebijakan dan prosedur

manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah. 71

Oleh karena itu, sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah,

bank wajib meminta informasi mengenai identitas calon nasabah, maksud dan

tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan calon nasabah dengan bank,

informasi lain yang memungkinkan bank untuk dapat mengetahui profil calon

nasabah, identitas pihak lain, apabila calon nasabah bertindak untuk dan atas

nama pihak lain, seperti beneficial owner.72

Berkaitan dengan kebijakan dan prosedur manajemen resiko dalam

penerapan prinsip kehati-hatian mengenal nasabah, maka manajemen resiko yang

diterapkan bank mencakup: pengawasan oleh pengurus bank (management

oversight), pendelegasian wewenang, pemisahan tugas, sistem pengawasan intern

termasuk audit intern, dan program pelatihan karyawan mengenai penerapan

prinsip mengenal nasabah.73

Selain empat prinsip kehati-hatian yang telah diuraikan di atas, penerapan

prinsip kehati-hatian juga dapat diterapkan dalam penyusunan perjanjian kredit

antara debitur dengan kreditur. Dalam pernjanjian kredit tersebut diatur hak dan

71

Pasal 2 ayat (2) PBI Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah. 72

Pasal 4 ayat (2) PBI Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.

(42)

kewajiban dari masing-masing pihak, baik debitur maupun kreditur. Lebih lanjut,

kewajiban atau affirmative covenantdebitur adalah :74

a. Debitur harus segera memberitahu kepada kreditur tentang adanya kerusakan,

kerugian atau kemusnahan atas jaminan yang diserahkan kepada kreditur.

b. Debitur harus menyerahkan kepada kreditur laporan keuangan tahunan yang

telah diaudit oleh Akuntan Publik sesuai prinsip-prinsip akuntansi Indonesia.

c. Memberitahukan kepada kreditur apabila ada perubahan dalam susunan

Direksi, Komisaris, Pemegang Saham dan perubahan Anggaran Dasar

Debitur dan lain sebagainya.

d. Larangan menjaminkan kembali harta kekayaan debitur yang telah

diserahkan kepada kreditur sebagai jaminan berdasarkan perjanjian kredit ini.

e. Larangan merubah susunan Direksi dan Komisaris.

f. Larangan menjual saham sebagian atau seluruhnya.

g. Membubarkan perusahaan debitur atau meminta perusahaan debitur untuk

dinyatakan pailit.

74

(43)

C. Akibat Hukum Para Pihak dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi

Setelah perjanjian kredit ditandatangani, akan timbul hak dan kewajiban

antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Perjanjian kredit merupakan suatu

ikatan hukum antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Di satu pihak,

pemberi kredit berkewajiban memberikan dana kepada penerima kredit sesuai

dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian kredit dan di lain pihak untuk

melindungi kepentingan pemberi kredit. Penerima kredit juga diminta untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya, sebelum dilakukan penarikan kredit yang

pertama sampai dengan jangka waktu kredit dilunasi.75

Dalam akta perjanjian kredit sindikasi, disebutkan bahwa selama

perjanjian tersebut berlaku, maka debitur mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan hal-hal sebagai berikut:76

1. Menjalankan usahanya dengan rajin dan efisien sesuai dengan praktek-praktek

keuangan dan usaha yang berlaku dan senantiasa mentaati dan melaksanakan

semua peraturan-peraturan yang berlaku.

2. Membentuk dan memelihara sistem pembukuan, administrasi dan pengawasan

keuangan dan barang-barang yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi

yang umum diterima di Indonesia dan yang diterapkan secara terus-menerus

untuk mencerminkan secara wajar keadaan keuangan serta hasil usaha debitur.

75Eka Puspasari,Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi dan Akibat

Hukumnya Jika Terjadi Kredit Macet, 2008, Skripsi, Universitas Jember dalam

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved =0ahUKEwjNtcykn87PAhWIp48KHQMIA6gQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fdspace.unej.ac. id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F14618%2FA%2520(24)x.pdf%3Fsequence%3D1 &usg=AFQjCNH5RAKcZXrB9YYdgSsCXVBEOYH-uQ&sig2=H70oed-btC9T_rAVAir6Dw (diakses tanggal 20 Juli 2016).

(44)

3. Senantiasa memberikan ijin (i) kepada agen atau petugas-petugas yang diberi

kuasa oleh Agen, atas pemberitahuan 3 (tiga) hari kerja sebelumnya, untuk

melakukan pemeriksaan (audit) terhadap buku-buku dan administrasi debitor

serta memeriksa barang-barang jaminan, dan (ii) kepada kreditur (yang akan

dikoordinasi oleh Agen) untuk melakukan peninjauan ke pabrik-pabrik debitur,

kantor-kantor dan gudang-gudang yang digunakan debitur sedikitnya 1 (satu)

kali setahun.

4. Memelihara dan mempertahankan dalam keadaan yang baik semua ijin-ijin,

lisensi-lisensi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk menjalankan

usaha debitur dan untuk sahnya serta berlakunya perjanjian tersebut.

5. Segera memberitahukan kepada Agen bilamana terjadi perubahan dalam sifat

atau luas lingkungan usaha debitur atau bilamana terjadi suatu peristiwa atau

keadaan yang dapat mempengaruhi secara mendalam keadaan usaha atau

keuangan debitur.

6. Membayar kewajiban-kewajiban pajak pada waktunya dan dengan

sebagaimana mestinya.

7. Debitur wajib membayar semua upah, biaya, ongkos yang wajib atau telah

dibayar oleh Agen atau kreditur, sehubungan dengan persiapan, pembuatan,

penandatanganan, pengeluaran, penyerahan, administrasi, pendaftaran dan

pelaksanaan dokumen transaksi.

8. Menyerahkan kepada Agen semua ijin-ijin dan persetujuan-persetujuan yang

(45)

untuk membuat, menyerahkan dan melaksanakan perjanjian kredit, surat-surat

promes/aksep dan perjanjian-perjanjian jaminan.

Terdapat pula pembatasan-pembatasan bagi debitur selain

kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan debitur, yaitu debitur tidak diperkenankan:

1. Melakukan merger atau konsolidasi atau membeli atau dengan cara lain

memperoleh perusahaan atau saham-saham dalam perseroan lain.

2. Menjual atau dengan cara lain memindahkan hak atau menyewakan/

menyerahkan pemakaian seluruh atau sebagian besar perusahaan atau

barang-barang tidak bergerak atau kekayaan debitur.

3. Menerima pinjaman uang atau fasilitas kredit, fasilitas penjualan surat-surat

promes/aksep, fasilitas leasing atau fasilitas keuangan lain berupa dan hingga

jumlah berapapun juga dari orang/pihak lain atau mengikat diri sebagai

penjamin (borg atau avaliste) untuk menjamin hutang/kewajiban orang/pihak

lain.

4. Menjaminkan/mengagunkan dengan cara bagaimanapun juga kekayaan debitur

(termasuk hak untuk menerima pembayaran tagihan-tagihan) kepada

orang/pihak lain. Memberikan pinjaman uang atau kredit dengan cara

bagaimana pun dan hingga jumlah berapapun juga kepada orang/pihak lain,

kecuali:

a. memberikan pinjaman uang atau kredit sehubungan dengan penjualan

barang-barang atau pemberian jasa-jasa dalam rangka menjalankan usaha

(46)

b. memberikan pinjaman-pinjaman uang dalam bentuk penyimpanan uang

secara deposito berjangka pada bank-bank.

5. Membayar, menyatakan dapat dibayar atau membagi deviden atau

pembagian keuntungan lain berupa dan hingga jumlah berapa pun kepada para

pemegang saham debitur (tetapi tidak termasuk mengeluarkan stock dividen

atau saham-saham bonus).

6. Memberikan persetujuan atau mendaftarkan sesuatu perubahan pada pemilikan

saham-saham debitur.

7. Membayar lebih awal hutangnya kepada pihak lain kecuali hutang yang

berdasarkan dokumen transaksi, hutang yang dibuat dalam rangka menjalankan

usaha sehari-hari, dan hutang kepada pihak lain yang disebutkan dalam

perjanjian kredit.

8. Turut serta mengambil bagian dalam permodalan atau membeli saham dalam

perseroan lain.77

Selain kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur maka tentunya

juga hak-hak. Namun mengenai masalah hak-hak debitur tidak dijelaskan secara

rinci di dalam akta perjanjian kredit. Setelah membaca dan menelaah dengan

seksama isi dari akta perjanjian kredit sindikasi, penulis dapat

Referensi

Dokumen terkait

IPK Materi Indikator Soal Level kogniti f Bentuk Soal No Soal Menentukan dan menganalisi s ukuran pemusatan dan penyebaran data yang disajikan dalam bentuk tabel

Keragaman jenis hutan mangrove secara umum relatif rendah jika dibandingkan dengan hutan alam tipe lainnya, hal ini disebabkan oleh kondisi lahan hutan mangrove yang secara

Kedua, media baru menjadi ranah bagi warga Indonesia dan Malaysia untuk menampilkan aspirasi dan opini yang berbeda ( dissenting ) maupun sama dengan media- media

Berdasarkan dari data yang diperoleh selama melakukan penelitian mengenai pengendalian sosial oleh guru dalam mengatasi pelanggaran tata tertib atribut sekolah di

Menggiring bola adalah gerakan lari dengan menggulirkan bola menggunakan kaki dari satu titik ke titik lain dengan bola tetap dalam penguasaan yang bertujuan

dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis. Penjelasan diatas dimaksudkan

SKRIPSI ANALISIS PENGARUII FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI .... GAMA

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan terkait Bidang Cipta Karya di Kabupaten Badung, meliputi : Sasaran Meningkatnya kesadaran masyarakat dan pelaku pembanguann lainnya