DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Umar, Husein.Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Amiruddindan H. Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Hartanto, Sri Rejeki.Beberapa Aspek Tentang Permodalan Perseroan Terbatas. Bandung: Mandar Maju, 2000.
Usman, Rachmadi.Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Gandapradja, Permadi.Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Syahdeni, Sutan Remy.Kredit Sindikasi, Proses Pembentukan dan Aspek Hukumnya. Jakarta: Grafiti, 1997.
Levy, Mariam Darus Badrulzaman.Perjanjian Kredit Bank. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991.
Sutarno.Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank. Jakarta: CV.Alfabeta, 2003. Untung, H. Budi.Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta, 2000.
Satrio, J.Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan.Cetakan 4. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.
Bachtiar, Herlina Suyati.Aspek Legal Kredit Sindikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Sjahdeni, Sutan Remy.Kredit Sindikasi (Proses, teknik pemberian, dan aspek hukumnya). Jakarta: PT. Kreatama, Cetakan Ke II, 2008.
Kristianto, Fennieka.Kewenangan Menggugat Pailit Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi. Jakarta: Minerva Athena Pressindo, 2009.
Sawir, A.Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia, 2005.
Sutarno.Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Bandung: Alfabeta, Bandung, 2004.
B. Peraturan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang HukumPerdata.
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/ 2005 yang telah diubah dengan PBI No. 8/13/PBI/2006 tentang Batas Minimum Pemberian Kredit Bank Umum.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.
C. Tesis
Ricky.Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia). Tesis dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27376 (diakses tanggal 20 Juli 2016)
Mulia Pandapotan Harahap. Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Kredit Sindikasi
Berdasarkan Hukum Kontrak Tesis 2012 FH. USU dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33892/4/Chapter%20I.pdf (diakses tanggal 15 Juli 2016)
Mulhadi.Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle) dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 USU Repository dalam repository.usu.ac.id (diakses tanggal 20 Juli 2016)
Miranti.Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential) banking dalam rangka pemberian kredit dengan jaminan deposito secara gadai di bank X. 2010 Tesis FH UI dalam http://www.lib.ui.ac.id/detail?id=131521&lokasi=lokal Wulandari, Dwi Santi,Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perjanjian Kredit Bank,
2009. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang dalam
eprints.undip.ac.id/17203/1/DWI_SANTI_WULANDARI.pdf (diakses
tanggal 20 Juli 2016)
D. Skripsi
Harahap, Juliana Rosali.Perjanjian Kredit Sindikasi Sebagai Sarana Pembiayaan Bank (Studi pada PT. Bank Sumut Medan). 2011. Skripsi dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/36044 (diakses tanggal 20 Juli 2016)
Puspasari, Eka.Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi dan Akibat Hukumnya Jika Terjadi Kredit Macet, 2008, Skripsi, Universitas
Jember dalam
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjNtcykn87PAhWIp48KHQMIA6gQFg gcMAA&url=http%3A%2F%2Fdspace.unej.ac.id%2Fbitstream%2Fhandl e%2F123456789%2F14618%2FA%2520(24)x.pdf%3Fsequence%3D1&u sg=AFQjCNH5RAKcZXrB9YYdgSsCXVBEOYH-uQ&sig2=H70oed-btC9T_rAVAir6Dw (diakses tanggal 20 Juli 2016)
E. Website
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33892/4/Chapter%20I.pdf (diakses tanggal 15 Juli 2016)
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c3e609faff23/kredit-sindikasi (diakses tanggal 18 juli 2016)
https://www.researchgate.net/publication/42353900_Tinjauan_Hukum_Terhadap_ Kredit_Sindikasi_Sebagai_Alternatif_Penyaluran_Kredit_Secara_Sindikas i (diakses tanggal 19 juli 2016)
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-prinsip-kehati-hatiandalam.html (diakses tanggal 20 juli 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_sindikasi (diakses tanggal 20 juli 2016)
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c3e609faff23/kredit-sindikasi (diakses tanggal 20 juli 2016)
http://www.KomisiHukumNasional-RepublikIndonesia.com/info-8-16.html (diakses tanggal 22 Juli 2016)
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131148-T%2027466-Perlindungan%20hukum-Analisis.pdf (diakses tanggal 22 Juli 2016)
http://www.panin.co.id/pages/111/kredit-sindikasi (diakses tanggal 9 Oktober 2016).
http://www.bankmandiri.co.id/article/syndication.asp (diakses tanggal 9 Oktober 2016)
http://www.bni.co.id/id-id/bankingservice/businessbanking/services/sindikasi.aspx (diakses
tanggal 9 Oktober 2016)
BAB III
PELAKSANAAN KREDIT SINDIKASI
E. Pengertian Kredit Sindikasi
Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan pembangunan di kota-kota
besar Indonesia dan semakin meningkatnya permintaan dana dari pelaku usaha
maupun masyarakat pada umumnya, adanya penetapan batas maksimum
pemberian kredit (BMPK) menjadi semacam penghalang bagi para pelaku usaha
untuk memperoleh dana dalam jumlah yang sangat besar. Adapun salah satu
usaha yang dapat ditempuh oleh bank dalam mengsiasati peraturan tentang adanya
penetapan BMPK tersebut adalah pembiayaan melalui kredit sindikasi. Kredit
sindikasi saat ini seringkali dilakukan oleh kalangan perbankan, baik itu diantara
bank-bank swasta sendiri, atau di antara bank-bank pemerintah sendiri maupun di
antara bank pemerintah sendiri maupun diantara bank-bank asing yang
mempunyai perwakilan di Indonesia sendiri.29
Kredit sindikasi (Bahasa Inggris: syndicated loan) adalah pinjaman atau
kredit yang diberikan secara bersama oleh lebih dari satu bank kepada debitur
tertentu. Kredit yang diberikan secara sindikasi dapat berupa kredit investasi
29Ricky, Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan
ataupun kredit modal kerja.30 Menurut Kamus yang dimuat dalam situs resmi Bank Indonesia (bi.go.id), disebutkan bahwa kredit sindikasi adalah:
“pemberian kredit oleh sekelompok bank kepada satu debitur, yang
jumlah kreditnya terlalu besar apabila diberikan oleh satu bank saja (loan
syndication)”
Kredit sindikasi adalah suatu teknik bagi suatu teknik bagi suatu bank
untuk dapat menyebarkan risiko dalam pemberian kredit. Karena itu biasanya
tidak cocok untuk kredit yang jumlahnya kecil, dimana bank tersebut dapat
memenuhi sendiri semua permintaan kredit tersebut.31 Ada keadaan-keadaan
dimana suatu pinjaman mencapai jumlah sedemikian besarnya sehingga dirasakan
terlalu besar bagi bank tersebut untuk dapat memikulnya sendiri. Apabila bank
tersebut merasa bahwa resikonya terlalu besar bagi bank tersebut bila seluruh
permintaan debitur tertentu dipikul sendiri, sekalipun mungkin dari segi ketentuan
legal lending limit atau “Batas Maksimum Pemberian Kredit” (BMPK) dari bank
tersebut belum terlampaui, maka bank itu akan berusaha membentuk suatu
sindikasi untuk dapat membiayai debiturnya itu. Dalam terminologi bank disebut
bahwa bank itu telah melampaui obligor limit-nya bagi debitur itu.32 Kredit
sindikasi diberikan secara bersama dengan alasan:33
30 Kredit Sindikasi dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_sindikasi (diakses tanggal
20 Juli 2016)
31Sutan Remy Sjahdeni, Kredit Sindikasi (Proses, teknik pemberian, dan aspek
hukumnya) Cetakan ke II, (Jakarta: PT. Kreatama, 2008), hlm.27 32
1. Jumlahnya besar, sehingga tidak sanggup kalau hanya dibiayai oleh satu
bank.
2. Menghindari BMPK.
3. Memperkecil resiko bagi bank.
4. Manajemen dan pengawasan dapat dilakukan secara bersamaan, ada
sharing pengalaman dalam menangani debitur besar.
5. Dokumentasi kredit menggunakan akta otentik (dengan akta notaris).
Bahkan jika mengamati perkembangan yang ada sekarang ini dalam berbagai
aspek serta melihat proyeksi kebutuhan dunia usaha pada masa yang akan datang,
akan dapat diperkirakan bahwa bentuk kredit sindikasi akan semakin ramai.34
F. Para Pihak dalam Kredit Sindikasi
Dalam perjanjian kredit sindikasi tentu perlu melibatkan beberapa pihak
yang juga memiliki kepentingan pada perjanjian kredit sindikasi tersebut. Selain
itu, perjanjian kredit sindikasi juga mengatur beberapa kepentingan serta hak dan
kewajiban dari pihak-pihak tersebut. Karenanya, isi dari perjanjian kredit
sindikasi merupakan inti dari perjanjian yang wajib untuk diketahui dan dipahami.
Pihak yang terlibat dalam kredit sindikasi pada umumnya terdiri dari pihak
Borrower (debitur), Participating Banks/Lenders (kreditur), dan Syndicate Leader
yang selain berperan sebagai lender, juga berperan sebagai Agent Bank. Untuk
34
lebih jelasnya, subyek hukum dari perjanjian kredit sindikasi adalah sebagai
berikut:35
1. Pihak Borrower
Merupakan nasabah peminjam kredit sindikasi. Nasabah ini pada
umumnya berbentuk PT (perseroan terbatas). Dalam proses kredit sindikasi perlu
diperhatikan status badan hukum dari pihak debitur dan siapa yang berhak
menandatangani perjanjian kredit sindikasi bank. Hal ini bertujuan untuk
memperjelas pihak mana yang dapat bertanggungjawab atau dituntut oleh pihak
kreditur ketika terjadi perselisihan ataupun gagal bayar.
2. Pihak Arranger
Merupakan bank yang mengatur segala proses perjanjian kredit sindikasi,
mulai dari dimulainya proses kredit, menawarkan keikutsertaan kepada bank-bank
lain, memonitor perjanjian kredit sindikasi sampai dengan penandatanganannya.
Dalam menjalankan tugasnya ini, arranger mendapat fee yang lebih besar
dibandingkan pihak lain dalam kredit sindikasi. Hal ini dikarenakan beratnya
tugas arranger.
3. Lead Manager
Merupakan bank yang memimpin sindikasi. Ada kalanya peranan Lead
Manager dirangkap dengan peranan arranger dan dipegang oleh satu bank saja.
Namun ketika dibedakan antara bank yang berperan sebagai arranger dan bank
yang berperan sebagai Lead Manager, maka bank yang berperan sebagai Lead
Manager hanya bertugas untuk mengumpulkan bank-bank peserta
35
sindikasi/menawarkan suatu proyek kepada bank-bank tersebut, dimana untuk
tahap arrangement diserahkan pada bank lain yang berperan sebagai arranger.
Hal ini dimaksudkan agar bank lead dapat berkonsentrasi pada proyek-proyeknya
yang lain.
4. Facility Agent
Merupakan bank yang berperan sebagai agen fasilitas kredit. Umumnya
pada suatu kredit sindikasi akan di tunjuk satu bank selaku agen fasilitas kredit,
dimana agen ini bertugas untuk memberitahukan kepada bank-bank peserta kredit
sindikasi mengenai kapan waktu untuk mencairkan dana pinjaman ke rekening
agen fasilitas yang selanjutnya dana tersebut akan disalurkan ke rekening
borrower. Begitu juga dangan pambayaran bunga, borrower diharuskan untuk
membayar kepada rekening agen fasilitas, kemudian oleh agen fasilitas akan di
bagikan kepada bank peserta sindikasi sesuai dengan keikutsertaan
bank-bank tersebut.
5. Lender
Merupakan bank-bank yang tergabung dalam sindikasi kredit dan ikut
serta membiayai kredit sindikasi. Setelah mengetahui pihak-pihak yang terlibat
dalam perjanjian kredit sindikasi, aspek selanjutnya dalam perjanjian kredit
sindikasi ini adalah isi dari perjanjian kredit sindikasi. Pokok yang diatur dalam
perjanjian kredit sindikasi antara lain adalah mengenai jumlah utang, cara dan
batas waktu pembayaran, penentuan bunga, jaminan, asuransi, penunjukkan agen
G. Manfaat Kredit Sindikasi
Iswahjudi A. Karim dalam makalahnya berjudul “Kredit Sindikasi”
menyebutkan bahwa Kredit Sindikasi atau ”Syndicated Loan” ialah pinjaman
yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari
bank-bank dan/atau lembaga-lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang
biasanya berbentuk badan hukum; untuk membiayai satu atau beberapa proyek
(pembangunan gedung atau pabrik) milik debitur.
Iswahjudi A. Karim selanjutnya menjelaskan bahwa kredit tersebut diberikan
secara sindikasi, karena jumlah yang dibutuhkan untuk membiayai proyek
tersebut sangat besar, sehingga tidak mungkin dibiayai oleh kreditur tunggal. Hal
ini sesuai dengan definisi di atas, bahwa dalam pemberian kredit sindikasi, jumlah
kreditnya terlalu besar apabila diberikan oleh satu bank saja.36
Menurut Budhiono Budoyo, keuntungan memberikan kredit sindikasi adalah:37
1. Dapat mengatasi masalah BMPK (Batas Maksimal Penyaluran Kredit)
2. Risk Sharing dengan bank lain
3. Memupuk hubungan kerjasama dengan suatu grup usaha.
4. Meningkatkan Fee Based Income (pendapatan yang berasal dari fee)
5. Learning process bagi participating bank. Ada beberapa bank yang tidak
mempunyai pengalaman dalam kredit sindikasi. Dengan menjadi salah
36Kredit Sindikasi dalam
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c3e609faff23/kredit-sindikasi (diakses tanggal 20 Juli 2016).
satu peserta sindikasi, maka bank tersebut dapat mempelajari mengenai
kredit sindikasi
6. Agar dikenal di pasar sindikasi, bagi bank sulit untuk masuk ke dalam
suatu kredit sindikasi terutama apabila tidak mempunyai pengalaman
sindikasi.
Hal di atas disebutkan oleh Budhiono Budoyo dalam makalahnya berjudul
“Aspek Bisnis dalam Pembentukan Kredit Sindikasi dan Tanggung Jawab
Masing-Masing Pihak di Dalamnya” yang dibukukan dalam proceedings “Kredit
Sindikasi”, hasil kerjasama Pusat Pengkajian Hukum dan Mahkamah Agung RI.
Sementara itu, Arief T. Surowidjojo dalam makalahnya “Aspek Hukum yang
Harus Diperhatikan dalam Kredit Sindikasi” menguraikan beberapa
permasalahan dalam kredit sindikasi yang harus diperhatikan antara lain:38
1. Hak, kewajiban dan tanggung jawab anggota sindikasi, harus secara detail
diatur dalam perjanjian
2. Hak, kewajiban dan tanggung jawab debitur pada para kreditur, misalnya
kapan wanprestasi terjadi, apakah cukup bila wanprestasi terjadi pada satu
kreditur atau harus kepada kreditur yang lain juga.
3. Masalah enforcement hak-hak anggota sindang.
4. Masalah dengan hukum dan yurisdiksi, apabila salah satu peserta sindikasi
adalah entity asing yang tunduk pada hukum asing. Menjadi masalah ke mana
penyelesaian sengketa akan diajukan?
Jadi, karena rumitnya perjanjian kredit sindikasi ini, maka perlu
kehati-hatian lebih dari pihak bank sebelum memutuskan apakah akan ikut dalam suatu
perjanjian kredit sindikasi.
1. Bagi Kreditur
Ada beberapa manfaat bagi suatu bank untuk membiayai nasabahnya
dalam bentuk kredit sindikasi dengan bank-bank lain. Kredit sindikasi merupakan
salah satu jalan bagi bank untuk memenuhi permintaan kredit dari nasabah yang
jumlahnya besar, meskipun bank mempunyai kemampuan untuk memikul sendiri
seluruh jumlah kredit tersebut. Ataupun sebaliknya jika bank tidak sanggup
memenuhi permintaan kredit dari nasabah yang jumlahnya besar, bank tidak akan
kehilangan nasabahnya itu. Beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai
berikut:39
a. Pembentukan sindikasi dalam pemberian kredit memungkinkan bagi suatu
bank untuk mengatasi masalah BMPK.
b. Kredit sindikasi memungkinkan bagi suatu bank untuk menyebarkan
resiko dengan cara berbagi resiko dengan bank-bank lain.
c. Jika sebelumnya dikenal penuh persaingan dalam merebut hati nasabah,
sekarang setelah membentuk sindikasi dituntut sikap kebersamaan dan
kegotong royongan melalui kerjasama ini bank-bank kredit dapat tukar
menukar informasi bagi kemajuan masing- masing.
d. Bila sindikasi itu di antara bank yang sudah mapan dan bank kecil maka
akan terjadi transfer pengetahuan dari bank yang sudah mapan kepada
bank kecil.
e. Sindikasi juga akan memperluas akses bank-bank kreditur di kalangan
pengusaha terutama bagi bank-bank yang jaringannya masih sangat
terbatas.
f. Bank dapat mencari sumber pendapatan selain dari suku bunga yaitu
dengan cara menjadi arrangers kredit sindikasi.
g. Analisa kredit akan makin cermat, karena adanya banyak bank yang terjun
ke kredit sindikasi, tentu menciptakan analisa yang makin tajam, bila
dibandingkan dengan bila hanya dianalisa sendiri.
h. Peluang bank untuk membiayai proyek-proyek besar, hal ini akan
menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas
kemampuan bank-bank nasional baik dalam negeri maupun manca negara.
i. Kredit sindikasi diberikan berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang
sama bagi setiap peserta sindikasi, hanya ada satu dokumentasi kredit,
administrasi dan satu agen.
2. Bagi Nasabah
Bagi nasabah kredit sindikasi memberikan manfaat sebagai berikut :40
a. Apabila bank tersebut tidak bersedia untuk memberikan kredit yang terlalu
besar kepada seorang nasabah, maka sindikasi merupakan jalan keluar
40
bagi nasabah tersebut. Bagi suatu bank, sekalipun mampu memberikan
kredit yang berjumlah besar tetapi belum tentu bersedia untuk memberikan
jumlah yang sama bagi setiap pemohon kredit. Suatu bank mungkin
mampu dan bersedia memberikan kredit sebesar Rp. 100.000.000.000
(seratus miliar) kepada suatu perusahaan yang mempunyai modal sebesar
Rp. 1 (satu) triliun, namun hanya bersedia memberikan kredit sebesar Rp.
10 (sepuluh) miliar untuk suatu perusahaan dengan modal sebesar Rp. 50
(lima puluh) miliar saja.
b. Kredit sindikasi memungkinkan bagi nasabah untuk memperoleh kredit
yang berjumlah besar tanpa harus berhubungan dengan banyak bank,
cukup berhubungan dengan satu bank.
c. Kredit sindikasi memungkinkan bagi satu nasabah untuk memupuk record
dengan banyak bank melalui pengaturan oleh bank sendiri yang bertindak
sebagai arrangers untuk kredit sindikasi itu.
d. Kredit sindikasi menambah kredibilitas dari nasabah tersebut lebih-lebih
lagi apabila para peserta sindikasi terdiri dari bank-bank besar yang
ternama.
e. Nasabah bisa mendapat dari berbagai bank tentang segala hal yang kurang
D. Pengaturan Kredit Sindikasi Menurut Undang-Undang Perbankan
Kredit sindikasi di Indonesia pada awalnya diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No. 6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 mengenai Pembiayaan
Bersama oleh Bank-Bank Pemerintah (Konsorsium), dan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 11/26/UPK yang dikeluarkan pada tahun 1979. Terakhir, kredit
sindikasi diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005 tentang
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank dan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/23/DPD tertanggal 8 Juli 2005. Iswahjudi A.
Karim dalam makalahnya berjudul “Kredit Sindikasi” menyebutkan bahwa Kredit
Sindikasi atau ”Syndicated Loan” ialah pinjaman yang diberikan oleh beberapa
kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari bank-bank dan/atau
lembaga-lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang biasanya berbentuk
badan hukum; untuk membiayai satu atau beberapa proyek (pembangunan gedung
atau pabrik) milik debitur.41
Pengaturan Kredit Sindikasi di Indonesia juga tunduk pada
pengaturan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (Undang-Undang Perbankan) yang menyatakan bahwa, “kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan”.
Sejak pemerintah menerapkan kebijaksanaan deregulasi di bidang
keuangan, moneter, dan perbankan pada tanggal 27 Oktober 1988 (pakto 27),
jumlah bank dan kantor bank meningkat dengan pesat. Sejalan dengan itu jumlah
dana masyarakat yang di himpun oleh perbankan juga meningkat, produk
perbankan juga bervariasi dan meningkat dengan pesat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan kemajuan teknologi. 42
Sebagaimana diketahui bank adalah lembaga perantara keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.
Dalam menghimpun dana masyarakat ini bank memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang akan menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu bank wajib
memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan. Oleh
sebab itu Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK). Sebagaimana diketahui bahwa pemberian kredit oleh
bank mengandung banyak resiko kegagalan seperti kemacetan dalam
pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank mengingat
kredit tersebut berasal dari dana masyarakat maka resiko yang di hadapi bank
dapat berpengaruh juga kepada keamanan dana masyarakat. Maka bank wajib
untuk menyebar resiko dengan mengatur penyeluran kreditnya, sehingga tidak
terpusat pada debitur atau kelompok debitur tertentu.
42Harahap, Juliana Rosali, Perjanjian Kredit Sindikasi Sebagai Sarana Pembiayaan Bank
(Studi pada PT. Bank Sumut Medan) 2011. Skripsi USU dalam
Menurut Pakto 27, bank tidak boleh memberikan kredit yang melampaui
batas maksimum pemberian kredit sebagai berikut :43
1. Sebesar 20% dari modal sendiri bank untuk fasilitas yang di berikan kepada
satu debitur.
2. Sebesar 50% dari modal bank untuk fasilitas yang di sediakan bagi suatu
debitur grup.
3. Bagi anggota dewan komisaris yang bukan pemegang saham :
a. 5% dari modal bank bagi individu atau perusahaan yang di milikinya.
b. 15% dari midal bank bagi komisaris beserta grup yang di milikinya.
Bagi pemilik saham :
a. 10% dari penyertaannya pada bank bagi pemegang saham atau perusahaan
yang di milikinya.
b. 25% dari penyertaannya pada bank beserta grup yang di milikinya.
Memang terlihat batas maksimum pemberian kredit menurut Pakto ini masih
longgar, misalnya legal lending limit debitur grup perusahaan di batasi maksimum
50% dari modal bank. Hal ini cukup berbahaya karena 50% dari modal bank yang
diberikan kepada perusahaan tergolong jumlah kredit yang besar dan berisiko
tinggi. Ketentuan legal lending limit dalam Pakto 27 ini selanjutnya di
sempurnakan dalam Paket Februari 1991 (Pakfeb). Pada intinya batas maksimum
pemberian kredit yang di atur dalam Pabfeb ini tidak bebeda dengan Pakto 27.
Kemudian selanjutnya pengaturan mengenai legal lending limit ini di atur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 yaitu tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit. Adapun kredit sindikasi ini ada kaitannya dengan BMPK,
dimana di berikannya kredit sindikasi tersebut kepada seorang nasabah/debitur
dikarenakan jumlah kredit yang di minta oleh si debitur tersebut sangat besar. Dan
bank tidak mungkin memberikannya, sebab bank tersebut akan terkena dampak
legal lending limit/BMPK. Dimana setiap bank itu mempunyai batasan di dalam
memberikan kredit kepada seorang nasabah/debitur. Apabila bank memberikan
semua dananya kepada satu debitur saja maka bank itu akan mengalami kerugian.
Oleh karena itu di tetapkanlah BMPK kepada setiap bank. Karena adanya BMPK
ini maka bank harus memberikan kredit secara sindikasi kepada debitur yang
memerlukannya.44
Pasal 1 PBI Nomor 7/3/PBI/2005 di jelaskan mengenai pengertian BMPK,
ialah: persentase maksimum penyediaan dana yang di perkenankan terhadap
modal bank. Adapun yang di maksud dengan penyediaan dana ialah penanaman
dan bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan, surat berharga yang di
beli dengan janji di jual kembali, tagihan akseptasi, derivatif kredit, transaksi
rekening administratif, tagihan derivatif, potential future credit axposure,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, dan bentuk penyediaan dana
lainnya yang dapat di persamakan dengan yang tertera di atas .45
Menyelenggarakan penyediaan dana bank di larang untuk membuat suatu
perjanjian atau perikatan atau menetapkan persyaratan yang mewajibkan bank
untuk memberikan penyediaan dana yang akan mengakibatkan terjadinya
pelanggaran BMPK, dan memberikan penyediaan dana yang mengakibatkan
44Ibid.
45
pelanggaran BMPK sebagaimana diatur dalam pasal 3 PBI Nomor 7/3/PBI/2005
Tentang BMK.
Bank juga dilarang memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait
yang bertentangan dengan prosedur umum penyediaan dana yang berlaku,
dilarang juga memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait tanpa
persetujuan dewan komisaris bank, dan dilarang membeli aktiva berkualitas
rendah dari pihak terkait .46
Adapun yang di maksud pihak terkait ialah: perseorangan/perusahaan atau
badan yang merupakan pengendali bank, perusahaan/badan dimana bank
bertindak sebagai pengendali, perseorangan/perusahaan lain yang bertindak
sebagai pengendali dari perusahaan (Pasal 8). Seluruh portofolio penyediaan dana
kepada pihak terkait dengan bank di tetapkan paling tinggi 10% dari modal bank
(Pasal 4).
Sedangkan untuk peminjam yang bukan merupakan pihak terkait di
tetapkan paling tinggi 20% dari modal bank, dan untuk satu kelompok peminjam
yang bukan merupakan pihak terkait di tetapkan paling tinggi 25% dari modal
bank (Pasal 11). Penghitungan BMPK untuk kredit di dasarkan pada baki debet
(Pasal 13 ayat 2).
Suatu bank di kategorikan sebagai pelampauan BMPK apabila di sebabkan
oleh hal-hal berikut (Pasal 23 ayat 1) :
1. Penurunan modal bank;
2. Perubahan nilai tukar;
3. Perubahan nilai wajar;
4. Penggabungan usaha dan atau perubahan struktur kepengurusan yang
menyebabkan perubahan pihak terkait dan atau kelompok peminjam;
5. Perubahan ketentuan.
Di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan ada di
jelaskan mengenai BMPK ini yaitu dalam Pasal 11 yang menyatakan :
1. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai BMPK atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi, surat
berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada
peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait termasuk kepada
perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang
bersangkutan.
2. Batas maksimum sebagaimana yang di maksud dalam ayat 1 tidak boleh
melebihi 30% dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan
oleh BI.
3. BI menetapkan ketentuan mengenai BMPK, atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau
hal lain yang serupa yang dapat di lakukan oleh bank kepada:
a. pemegang saham yang memiliki 10% atau lebih dari modal di setor
bank;
c. anggota direksi;
d. keluarga dari pihak sebagaimana di maksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c;
e. pejabat bank lainnya;
f. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari
pihak-pihak sebagaiman di maksud dalam huruf a, b, c, d, dan e.
4. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana di atur dalam ayat (1), ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4).
BAB IV
PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PELAKSANAAN
KREDIT SINDIKASI
A. Prosedur Pemberian Kredit Sindikasi
Di Indonesia ada beberapa bank yang menerapkan pemberian kredit
sindikasi, beberapa diantaranya adalah:
a. Panin Bank, mengatur/arrange pembiayaan kepada badan usaha berskala besar
baik untuk suatu project financing maupun corporate financing dimana
beberapa bank bergabung (sindikasi) untuk debitur, baik sebagai arranger,
coarranger, underwriter, agent atau loan participant melalui berbagai
instrument kredit dengan berbagai debt instruments (transferable loan facility,
revolving underwriting facility, dan lain-lain). Pembiayaan secara club deal
dapat diberikan dengan mengikutsertakan beberapa bank-bank nasional
ataupun bank-bank asing dengan kondisi & persyaratan sesuai kebijakan
masing-masing peserta club deal.47
b. Bank Mandiri, sebagai Agen merupakan perantara Debitur dengan Para
Kreditur sekaligus sebagai penata usaha kredit sindikasi selama jangka waktu
kredit sindikasi tersebut. Setelah penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi,
Agen akan menjalankan tugas sampai Perjanjian Kredit Sindikasi telah selesai
dilunasi. Secara garis besar, Agen membantu semua pihak untuk memastikan
47
bahwa semua pihak dalam kredit sindikasi telah memperoleh hak dan
kewajibannya.48
c. Bank BNI, menyediakan jasa Arrangement dan Keagenan dalam
mengkoordinasikan dan membentuk pembiayaan/kredit secara
sindikasi/bersama-sama antara bank-bank dan/atau lembaga pembiayaan
selaku (Kreditur Sindikasi) untuk memberikan kredit dalam jumlah besar
kepada perusahaan debitur, antara lain untuk kebutuhan pendanaan
perusahaan (Corporate Finance) maupun pendanaan proyek (Project
Finance).49
Salah satu contoh nyata bank yang telah membuat perjanjian kredit
sindikasi dengan suatu perusahaan adalah Bank Mandiri dengan PT Ciputra
Adigraha, anak perusahaan PT Ciputra Property Tbk (CTRP). Bank Mandiri
menjadi lead arranger dan underwriter untuk pembiayaan sindikasi sebesar
Rp1,825 triliun kepada PT Ciputra Adigraha, anak perusahaan PT Ciputra
Property Tbk (CTRP). Kredit tersebut digunakan untuk membangun Ciputra
World Jakarta. Pada penandatanganan perjanjian kredit sindikasi yang
dilaksanakan di Plaza Mandiri Jakarta, Kamis (15/12) tersebut, Bank
Mandiri diwakili oleh Direktur Corporate Banking Fransisca Nelwan Mok,
sedangkan pihak debitur diwakili oleh Candra Ciputra selaku Direktur
Utama. Hadir dalam acara penandatanganan tersebut Direk tur Utama Bank
Mandiri Zulkifli Zaini dan Komisaris Utama Ciputra Group DR. Ir. Ciputra.
48Syndication dalam http://www.bankmandiri.co.id/article/syndication.asp (diakses tanggal 9 Oktober 2016)
49
Sindikasi dalam
Pinjaman investasi tersebut berjangka waktu 8 tahun, termasuk grace period
1,5 tahun, yang didukung oleh CTRP untuk pelaksanaan kewajiban anak
perusahaannya tersebut. Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli
Zaini, kredit sindikasi tersebut dapat memenuhi 46% dari total kebutuhan
dana pembangunan Ciputra World yang mencapai Rp4 triliun. Proyek ini
rencananya akan mengintegrasikan pusat perbelanjaan, hotel, apartemen ,
serta premium residence di atas wilayah seluas 5,5 hektar di Jakarta Selatan.
Keterlibatan Bank Mandiri dalam sindikasi pembiayaan ini juga untuk
mendukung Ciputra Group dalam mengembangkan bisnis dan memperluas
pangsa pasar.50
Dalam proses pemberian kredit sindikasi, ada tiga tahap yang harus dilalui
mulai dari munculnya arranger(s) sampai suatu perjanjian kredit sindikasi
ditandatangani dan akhirnya kredit sindikasi dapat digunakan oleh debitur. Ketiga
tahap tersebut adalah pre-mandate phase, mandate phase, dan
post-signingphase.51
1. Pre-mandate Phase
Pada Pre-mandate phase, langkah pertama yang dilakukan oleh lead bank
adalah mengidentifikasi dan memahami kebutuhan-kebutuhan debitur. Adapun
50Bank Mandiri Pimpin Kredit Sindikasi bagi Ciputra World dalam
http://www.ciputra.com/news/bank-mandiri-pimpin-kredit-sindikasi-bagi-ciputra-world (diakses tanggal 9 Oktober 2016)
beberapa tonggak penting pada masa sebelum mandate dikeluarkan oleh debitur,
adalah sebagai berikut:52
a. Penunjukkan Arrangers
Sindikasi tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan diusahakan oleh
satu atau beberapa bank yang disebut arranger(s) secara bersama-sama.
Arranger(s) tersebut juga sekaligus menjadi anggota sindikasi setelah sindikasi
terbentuk. Dalam hal yang menjadi arranger(s) adalah sekelompok bank (disebut
managing group) yang secara bersama-sama mendapat mandat dari debitur, maka
segera akan dibagi peranan di antara mereka. Tugas-tugasdari para arrangersitu
adalah:
1) Running the books;
Running the books merupakan istilah khusus dalam kredit
sindikasi, yaitu merupakan tugas untuk pengorganisasian proses
pembentukan kredit sindikasi. Yang termasuk dalam tugas ini adalah
pengiriman undangan bagi bank yang ditunjuk untuk berpartisipasi dalam
kredit sindikasi.
Selain undangan, dikirimkan juga information memorandum kepada
peserta sindikasi, dimana di dalamnya dijelaskan segala sesuatu yang
menyangkut perusahaan calon penerima kredit dan untuk menjual
transaksi tersebut.Arranger yang mendapat tugas ini disebut syndicating
bank.
2) Dokumentasi;
Dalam tugas ini, arranger akan menunjuk dan berhubungan
dengan konsultan hukum untuk bertindak mewakili bank-bank peserta
sindikasi. Kemudian konsultan hukum tersebut akan melakukan negosiasi
dengan calon debitur dan dengan konsultan hukum dari calon debitur.
3) Penandatanganan perjanjian kredit sindikasi;
Arranger juga bertugas untuk mengorganisasikan upacara
penandatanganan kredit sindikasi (signing ceremony) yang akan dihadiri
oleh seluruh peserta sindikasi dan calon penerima kredit sindikasi. Apabila
terdapat beberapa arranger, maka salah satunya akan bertindak
sebagai ketua yang disebut dengan Lead Manager atau Lead Bank. Dapat
juga terdapat beberapa bank yang dibentuk menjadi Lead Manager,
dimana masing-masing disebut sebagai joint-Lead Manager.Apabila
arranger terdiri dari satu bank, maka bank tersebutlah yang sekaligus
menjadi Lead Bank atau Lead Manager.
b. Penyampaian Offer oleh arranger dan penyampaian acceptance oleh
debitur;
Sebelum mandat dikeluarkan oleh debitur, terlebih dahulu arranger (atau
syndicating bank dalam hal terdapat beberapa bank yang menjadi arrangers)
menyampaikan offer atau tawaran kepada debitur dengan mengirimkan suatu
dokumen yang disebut term sheet atau offer document. Apabila tawaran tersebut
syarat-syarat yang diajukan oleh arranger, maka debitur akan menyampaikan
persetujuannya yang didalam sistem common law disebut dengan acceptance.
Namun demikian, dapat pula terjadi, debitur yang berusaha untuk mencari
bank yang nantinya bersedia menjadi arranger yang akan membentuk sindikasi
kredit yang dimaksud. Dalam keadaan seperti itu, maka debitur lah yang akan
mengeluarkan offer document, diikuti dengan acceptance yang diberikan oleh
bank. Setelah diberikannya acceptance, maka bank akan meminta debitur untuk
mengeluarkan mandat kepada bank tersebut untuk bertindak sebagai arranger.
Ada 3 macam offer dalam kredit sindikasi, yaitu:53
1. Indicative terms offer
Indicative terms offer bukanlah offer yang sebenarnya. Indicative term
offer hanya berkedudukan sebagai advice dan hanya meliputi beberapaparameter
saja dari transaksi yang ditawarkan seperti jumlah, jangkawaktu, bunga, dll.
2. Best offer efforts
Merupakan suatu offer untuk mengerahkan dana dari pasar berdasarkan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang spesifik. Bank yangmengajukan offer
ini hanya mengemukakan keyakinannya bahwa bank tersebut dapat mengerahkan
dana bagi kepentingan calon penerima kredit dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan tersebut dan menyatakan kesediaannya untuk mengerahkan dana itu.
Bank tidak menanggung diperolehnya dana, baik sebagian maupun seluruhnya.
Dalam dokumen penawaran haruslah jelas disebutkan bahwa offer ini adalah best
offer,bukan underwritten offer.
3. Underwritten offer
Ada dua bentuk underwritten offer, yaitu fully underwritten offer dan
partially underwritten offer. Fully underwritten offer adalah komitmen yang harus
dipenuhi bagi peserta sindikasi untuk menyediakan keseluruhan dana yang
diperlukan bagi calon penerima kredit sindikasi. Sedangkan partially underwritten
offer adalah suatu offer dimana bank yang mengajukan offer hanya menanggung
sebagian dari dana yang diperlukan dalam kredit sindikasi itu.
c. Pemberian Mandat oleh debitur
Mandate adalah kewenangan yang diperoleh oleh arranger atau managing
group untuk membentuk sindikasi kredit yang nantinya akan memberikan kredit
sindikasi kepada debitur, dan diberikan oleh debitur setelah adanya penyampaian
offer dan acceptance. Dengan tidak tergantung pada siapa yang memberikan offer
dan acceptance, mandate diberikan oleh pihak debitur.
2. Post-Mandate Phase
Setelah mandate dikeluarkan oleh debitur untuk arranger(s) untuk
membentuk sindikasi kredit, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
arranger(s) adalah sebagai berikut:54
a. Penyiapan draft dokumentasi kredit;
Setelah mandate diberikan oleh debitur kepada arranger(s), arranger(s) akan
menyeleksi bank-bank dan lembagalembaga pemberi kredit yang akan
diundang untuk bergabung dalam sindikasi kredit. Sebelum itu, guna
keperluan penyampaian undangan itu, Lead Manager bersama dengan debitur
terlebih dulu menyiapkan dua perangkat dokumen hukum. Dokumen yang
pertama adalah information memorandum yang memuat rincian mengenai
kredit sindikasi yang dimaksud dan informasi mengenai financial condition
dan business profile dari debitur. Tujuan dari info memo ini adalah untuk
menjelaskan segala sesuatu yang menyangkut perusahaan debitur dan untuk
menjual transaksi tersebut. Info memo ini merupakan dokumen yang penting
selama proses sindikasi. Dokumen kedua yaitu perjanjian kredit sindikasi yang
akan merupakan perjanjian antara peserta sindikasi dan Agent Bank, antara
Agent Bank dan debitur, serta antara para peserta sindikasi itu sendiri.
Biasanya dokumen itu disiapkan oleh external lawyer dari Lead Manager, dan
bukan oleh in-housecounsel. Kedua dokumen ini akan dibagi-bagikan dalam
bentuk konsep (in draft form) kepada bank-bank yang diundang untuk
bergabung dalam sindikasi yang akan dibentuk.
b. Penyiapan dan Pengiriman Undangan
- Pemilihan bank-bank yang akan diundang;
Setelah mandate diberikan oleh debitur serta syarat-syarat
dan ketentuan perjanjian kredit telah disepakati antara arranger
arranger adalah memilih dan menentukan bank mana saja yang
akan diundang untuk ikut dalam sindikasi kredit. Ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bank-bank
mana saja yangakan diundang untuk ikut dalam sindikasi kredit
tersebut. Faktor-faktor tersebut yaitu syarat-syarat yang ditentukan
oleh debitur dan keinginan debitur agar hanya bank-bank yang
memenuhi debt ratings tertentu yang boleh diundang.Apabila
debiturtidak mencantumkan syarat-syarat tertentu, maka bank-bank
yang diundang adalah bebas sesuai kehendak arranger.
- Faktor-faktor bagi bank-bank yang diundang untuk ikut atau
menolak ikutdalam sindikasi;
Salah satu pertimbangan yang akan digunakan oleh
bank-bank yang diundang untuk memutuskan ikut dalam pemberian
kredit sindikasi itu adalah kualitas dan reputasi dari arranger yang
mengundang. Apabila menurut pertimbangan bank-bank yang
diundang arranger tersebut tidakberpengalaman atau hanya
memiliki sedikit pengalaman dalam menangani transaksi sindikasi,
maka keputusan untuk ikut serta sebagai anggotasindikasi akan
dilakukan dengan lebih berhati-hati.
- Parameter Bagi Penentuan Bracket Sindikasi;
Sebelum undangan disiapkan, harus ditentukan parameters
bagi setiap brackets. Maksudnya adalah parameter untuk
front-end fees untuk masing-masing tingkat jumlah komitmen
tersebut yang akan ditawarkan oleh arranger kepada pasar dengan
mempertimbangkan kesempatankesempatan lain yang mungkin
dapat diperoleh oleh bank-bank yang diundang itu,
baikkesempatan-kesempatan yang dapat diperoleh pada pasar
perdana (primary market) maupun pasar sekunder
(secondarymarket).
- Roadshows
Roadshows adalah suatu pertemuan antara debitur dan
bank-bank yang diharapkan tertarik untuk ikut bersindikasi bagi
keperluan debitur. Roadshow tersebut sekalipun merupakan
pertemuan antara debitur dan bank-bank calon peserta sindikasi,
tetapi penyelenggaraannya dilakukan oleh arranger dengan
berkeliling menemui bank-bank yang diperkirakan akan berminat
untuk ikut dalam pembiayaan sindikasi tersebut.55
- Tanggapan calon peserta terhadap undangan arranger(s)
Apabila bank-bank yang diundang berminat untuk ikut
dalam sindikasi, maka mereka akan mengirimkan jawabannya.
Jawaban tersebut tidak bersifat final karena masih didasarkan pada
isi dokumentasi kredit.Jawaban mereka tersebut disertai syarat
“subject to satisfaction with thedocumentation”. Artinya,
persetujuan mereka masih tergantung pada kepuasan pihak yang
diundang akan segala sesuatu yang berkenaan dengan dokumentasi
kredit tersebut. Bank peserta masih harus mempelajari
dokumentasi (perjanjian kredit) dari kredit sindikasi ini sebelum
menandatanganinya.Berdasarkan pendapat dari Rhodes, bank dapat
membatalkan keikutsertaannya dalam sindikasi bila akhirnya tidak
dapat menerima syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan perjanjian
kredit sindikasi tersebut.
- Penunjukkan Agent Bank
Setelah nantinya perjanjian kredit sindikasi ditandatangani
oleh para pihak, operasionalisasi dan administrasi dari penggunaan
kredit sindikasi tersebut harus dilakukan oleh suatu bank yang
berperan sebagai Agent Bank. Oleh karena itu para peserta
sindikasi harus menyepakati siapa yang akan bertindak sebagai
Agent Bank tersebut. Siapa yang akan bertindak sebagai Agent
Bank biasanya telah diketahui sejak proses pembentukkan
arranger(s). Secara teoritis Agent Bank dan Lead Bankmerupakan
dua institusi yang berbeda, namun pada praktiknya yang menjadi
Agent Bank adalah Lead Bank.56
- Penyiapan dan Penandatanganan Dokumentasi Kredit
Apabila sindikasi kredit sudah terbentuk dan sudah terdapat
peserta-peserta sindikasi yang telah bersedia menjadi kreditur
dalam pemberian kredit sindikasi tersebut, maka langkah
berikutnya adalah menyiapkan dokumentasi kredit untuk kemudian
ditandatangani bersama oleh para pihak.Dokumentasi kredit yang
terpenting adalah perjanjian kredit sindikasi dan perjanjian
pengikatan jaminan. Perjanjian kredit seyogyanya dirancang
dengan baik oleh konsultan hukum yang mengerti betul mengenai
seluk beluk kredit sindikasi dan aspek-aspek hukumnya.Perjanjian
kredit sindikasi di Indonesia biasanya disiapkan oleh konsultan
hukum dan notaris yang telah berpengalaman membuat perjanjian
kredit sindikasi.57
- Upacara Penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi
Apabila sekelompok bank bertindak sebagai arranger, maka
di antaranya ada yang ditunjuk untuk mengatur upacara
penandatanganan perjanjian kredit sindikasi (loan signing
ceremony) karena upacara ini merupakan kejadian penting dari
jadwal sindikasi, dihadiri oleh semua bank peserta dan debitur.loan
signing ceremony dapat dilakukan tanpa melalui upacara, yaitu
dengan diberikannya surat kuasa kepada Agent Bank atas nama
semua peserta. Bersamaan dengan dikirimkannya undangan kepada
bank-bank untuk menghadiri penandatanganan tersebut, dikirimkan
pula permohonan kepada masing-masing bank yang diundang itu
untuk menerbitkan surat kuasa kepada agent agar apabila terjadi
perwakilan dari salah satu bank tidak dapat hadir, maka Agent
Bank dapat mewakili bank tersebut untuk menandatangani
perjanjian atas nama bank tersebut.
- Publisitas
Setelah penandatanganan perjanjian kredit adalah publisitas
bagi pemberian kredit sindikasi.Publisitas tersebut adalah untuk
kepentingan debitur, kreditur, dan juga publik.Bagi debitur, dengan
adanya publisitas maka masyarakat luas dapat mengetahui
keberhasilannya memperoleh kepercayaan beragam bank dalam
bentuk pemberian kredit sindikasi.Bagi kreditur, apabila
debiturmerupakan perusahaan besar yang terkemuka dan selama
ini memiliki reputasi yang sangat baik dan banyak bank besar ingin
memiliki hubungan dengan debitur tersebut, maka kreditur ingin
agar publik mengetahui keberhasilan debitur menjalin hubungan
dengan debitur.Sementara bagi publik, publisitas tersebut bertujuan
agar publik dapat mengukur tingkat resiko dari debitur yang
bersangkutan. Hal ini diperlukan terutama apabila di kemudian hari
publik bermaksud akan membeli saham atau obligasi yang
diterbitkan oleh debitur tersebut sebagai emiten di pasar modal.
3. Post-Signing Phase
Pada tahap ini peranan arranger(s) berakhir dan selanjutnya aktivitas
pemberian kredit oleh sindikasi kredit dilakukan oleh Agent Bank. Tahap ini
dimulai dengan aktifnya Agent Bank yang diikuti dengan dikucurkannya dana
mereka masing-masingatas permintaan Agent Bank dengan cara diterbitkannya
notices of drawdown oleh Agent Bank kepada masing-masing anggota sindikasi.
Selanjutnya oleh Agent Bank, dana yang telah dikucurkan oleh kreditur dibukukan
pada suatu rekening khusus yang ada pada Agent Bank. Sepanjang syarat-syarat
untuk melakukan penarikan kredit itu telah dipenuhi oleh debitur, selanjutnya
debitur dapat menarik dana tersebut. Terlebih dahulu, dana yang telah dikucurkan
tersebut dibukukan ke dalam rekening kredit sindikasi atas nama debitur yang
juga ada pada Agent Bank. Transaksi kredit sindikasi biasanya mencakup
beberapa perjanjian:58
1. Perjanjian Fasilitas Kredit Sindikasi (Syndicated Loan Facility Agreement);
2. Perjanjian Keagenan Penjaminan (Security Agent Agreement);
3. Perjanjian Pembagian Jaminan di antara Para Kreditur dan Debitur
(Security Sharing Agreement);
4. Perjanjian-Perjanjian Penjaminan, dalam berbagai bentuk penjaminan
seperti Hak Tanggungan, Gadai Saham, Fidusia Pengalihan Hak atas
Tagihan (Rekening Koran), Pengalihan Hak Atas Tagihan (Asuransi),
Perjanjian Subordinasi yang menyebutkan bahwa tagihan-tagihan dari
pemegang saham atau yang terafiliasi dengan debitur akan dikesampingkan
sampai setelah semua kewajiban kepada kreditur sindikasi dipenuhi;
5. Perjanjian Penanggungan.
58
B. Penerapan Prinsip Kehati-Hatian dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi
Undang-Undang Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa
berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya,
termasuk dalam memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas
perbankan juga menetapkan peraturan-peraturan dalam pemberian kredit oleh
perbankan antara lain:59
1. Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank
bagi Bank Umum
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan
berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan
perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah
menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan
melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan
kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI Nomor 27/162/KEP/ DIR tanggal
31 Maret 1995.
Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan
perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris bank
dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai
berikut : prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasidan manajemen
59
Dwi Santi Wulandari,Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perjanjian Kredit Bank,
2009.Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang dalam
perkreditan, kebijakan persetujuan kredit, dokumentasi dan administrasi kredit,
pengawasan kredit, dan penyelesaian kredit bermasalah.60
Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada Bank
Indonesia. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan
bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan bank yang telah disusun secara
konsekuen dan konsisten.61
2. Penilaian Kualitas Aktiva
Dalam memelihara kelangsungan usahanya, bank perlu meminimalkan
potensi kerugian atas penyediaan dana, antara lain dengan memelihara eksposur
resiko kredit pada tingkat yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut, pengurus
bank wajib menerapkan manajemen resiko kredit secara efektif pada setiap jenis
penyediaan dana serta melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terkait dengan
transaksi-transaksi dimaksud. Hal di atas diatur dalam PBI Nomor 7/2/2005
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.PBI tersebut mewajibkan bank
(dalam hal ini Direksi) untuk menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah
yang diperlukan agar kualitas aktiva (meliputi Aktiva Produktif dan Aktiva Non
Produktif) senantiasa baik.
Aktiva Produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh
penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual
kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi
60
rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu.62
Sementara, Aktiva Non Produktif adalah aset bank selain Aktiva Produktif
yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil
alih. Bank wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening
Aktiva Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) debitur, hal ini juga
berlaku untuk Aktiva Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) bank
(termasuk penyediaan dana yang diberikan secara sindikasi). 63
Dalam hal ini terdapat perbedaan penetapan kualitas Aktiva Produktif, maka
kualitas masing-masing Aktiva Produktif mengikuti kualitas Aktiva Produktif
yang paling rendah. Ketentuan keterkaitan untuk menetapkan kualitas yang sama
tersebut di atas juga berlaku terhadap Aktiva Produktif yang digunakan untuk
membiayai proyek yang sama.64 Termasuk dalam pengertian ”proyek yang sama”
antara lain apabila:
a. Terdapat keterkaitan rantai bisnis secara signifikan dalam proses produksi yang
dilakukan oleh beberapa debitur. Keterkaitan dianggap signifikan antara lain
apabila proses produksi di suatu entitas tergantung pada proses produksi
entitas, misalnya adanya ketergantungan bahan baku dalam proses produksi.
b. Kelangsungan cash flow suatu entitas akan terganggu secara signifikan apabila
cash flow entitas lain mengalami gangguan.
62Pasal 1 ayat (3) PBI No. 7 / 2 / PBI / 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum 63
Pasal 5 PBI Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
faktor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan
membayar. Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut: potensi pertumbuhan usaha, kondisi
pasar dan posisi debitur dalam persaingan, kualitas manajemen dan
permasalahan tenaga kerja, dukungan dari grup atau afiliasi, dan upaya yang
dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup. Sementara,
kinerja debitur dinilai berdasarkan faktor struktur modal, kualitas aktivitas,
manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.65
Selanjutnya, untuk mengantisipasi potensi kerugian, bank wajib
membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) terhadap Aktiva Produktif
dan Aktiva Non Produktif. PPA meliputi cadangan umum dan cadangan khusus
untuk Aktiva Produktif, dan cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.
Cadangan umum sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan paling kurang
sebesar 1% (satu per seratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas
Lancar. Sementara, cadangan khusus ditetapkan paling kurang sebesar:66
1. 5% (lima per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian
Khusus setelah dikurangi nilai agunan;
2. 15% (lima belas per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar
setelah dikurangi nilai agunan;
65
A. Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,(Jakarta: PT Gramedia, 2005), hlm. 42-43.
66
3. 50% (lima puluh per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan
setelah dikurangi nilai agunan;
4. 100% (seratus per seratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah
dikurangi nilai agunan;
Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan
PPA hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif. Agunan yang dapat
diperhitungkan sebagai pengurangan dalam pembentukan PPA ditetapkan sebagai
berikut:67
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. Tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;
c. Pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter
kubik yang diikat dengan hipotek; dan atau
d. Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.
3. Sistem Informasi Debitur
Kelancaran proses kredit dan penerapan manajemen risiko kredit yang
efektif serta ketersediaan informasi kualitas debitur yang diandalkan dapat dicapai
apabila didukung oleh sistem informasi yang utuh dan komprehensif mengenai
profil dan kondisi debitur, terutama debitur yang sebelumnya telah memperoleh
penyediaan dana. Dalam proses kredit, sistem informasi mengenai profil dan
kondisi debitur dapat mendukung percepatan proses analisa dan pengambilan
keputusan pemberian kredit. Untuk kepentingan manajemen risiko, sistem
informasi mengenai profil dan kondisi debitur dibutuhkan untuk menentukan
profil risiko kredit debitur.68
Selain itu tersedianya informasi kualitas debitur, diperlukan juga untuk
melakukan sinkronisasi penilaian kualitas debitur di antara bank pelapor. Sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bank Indonesia berperan
untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar
bank yang dapar diperluas dengan penyertaan lembaga lain dibidang keuangan.
Sehubungan dengan itu Bank Indonesia mengembangkan sistem informasi debitur
yang dari waktu ke waktu selalu disempurnakan untuk disesuaikan dengan
perkembangan ekonomi dan teknologi. Pelapor yang telah memenuhi kewajiban
pelaporan dapat meminta informasi debitur kepada Bank Indonesia meliputi
antara lain identitas debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas penyediaan dana yang
diterima debitur, agunan, penjamin dan atau kolektibilitas.69
Informasi yang diperoleh pelapor tersebut hanya dapat dipergunakan
untuk keperluan pelaporan dalam rangka penerapan manajemen risiko, kelancaran
proses penyediaan dana, dan atau identifikasi kualitas debitur untuk pemenuhan
ketentuan yang berlaku.70
4. Prinsip Mengenal Nasabah
Dalam menjalankan kegiatan usaha, bank menghadapi berbagai resiko
usaha dan untuk menguranginya bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian
yang salah satunya penerapan prinsip mengenal nasabah. Hal tersebut seperti
sesuai PBI Nomor 3/10/PBI/2001 mengenai Penerapan Prinsip Mengenal
68
Ibid. 69
Nasabah. Berdasarkan prinsip mengenal nasabah, maka bank wajib menetapkan
kebijakan penerimaan nasabah, menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
mengidentifikasi nasabah, menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan
terhadap rekening dan transaksi nasabah, dan menetapkan kebijakan dan prosedur
manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah. 71
Oleh karena itu, sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah,
bank wajib meminta informasi mengenai identitas calon nasabah, maksud dan
tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan calon nasabah dengan bank,
informasi lain yang memungkinkan bank untuk dapat mengetahui profil calon
nasabah, identitas pihak lain, apabila calon nasabah bertindak untuk dan atas
nama pihak lain, seperti beneficial owner.72
Berkaitan dengan kebijakan dan prosedur manajemen resiko dalam
penerapan prinsip kehati-hatian mengenal nasabah, maka manajemen resiko yang
diterapkan bank mencakup: pengawasan oleh pengurus bank (management
oversight), pendelegasian wewenang, pemisahan tugas, sistem pengawasan intern
termasuk audit intern, dan program pelatihan karyawan mengenai penerapan
prinsip mengenal nasabah.73
Selain empat prinsip kehati-hatian yang telah diuraikan di atas, penerapan
prinsip kehati-hatian juga dapat diterapkan dalam penyusunan perjanjian kredit
antara debitur dengan kreditur. Dalam pernjanjian kredit tersebut diatur hak dan
71
Pasal 2 ayat (2) PBI Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah. 72
Pasal 4 ayat (2) PBI Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.
kewajiban dari masing-masing pihak, baik debitur maupun kreditur. Lebih lanjut,
kewajiban atau affirmative covenantdebitur adalah :74
a. Debitur harus segera memberitahu kepada kreditur tentang adanya kerusakan,
kerugian atau kemusnahan atas jaminan yang diserahkan kepada kreditur.
b. Debitur harus menyerahkan kepada kreditur laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit oleh Akuntan Publik sesuai prinsip-prinsip akuntansi Indonesia.
c. Memberitahukan kepada kreditur apabila ada perubahan dalam susunan
Direksi, Komisaris, Pemegang Saham dan perubahan Anggaran Dasar
Debitur dan lain sebagainya.
d. Larangan menjaminkan kembali harta kekayaan debitur yang telah
diserahkan kepada kreditur sebagai jaminan berdasarkan perjanjian kredit ini.
e. Larangan merubah susunan Direksi dan Komisaris.
f. Larangan menjual saham sebagian atau seluruhnya.
g. Membubarkan perusahaan debitur atau meminta perusahaan debitur untuk
dinyatakan pailit.
74
C. Akibat Hukum Para Pihak dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi
Setelah perjanjian kredit ditandatangani, akan timbul hak dan kewajiban
antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Perjanjian kredit merupakan suatu
ikatan hukum antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Di satu pihak,
pemberi kredit berkewajiban memberikan dana kepada penerima kredit sesuai
dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian kredit dan di lain pihak untuk
melindungi kepentingan pemberi kredit. Penerima kredit juga diminta untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya, sebelum dilakukan penarikan kredit yang
pertama sampai dengan jangka waktu kredit dilunasi.75
Dalam akta perjanjian kredit sindikasi, disebutkan bahwa selama
perjanjian tersebut berlaku, maka debitur mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:76
1. Menjalankan usahanya dengan rajin dan efisien sesuai dengan praktek-praktek
keuangan dan usaha yang berlaku dan senantiasa mentaati dan melaksanakan
semua peraturan-peraturan yang berlaku.
2. Membentuk dan memelihara sistem pembukuan, administrasi dan pengawasan
keuangan dan barang-barang yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang umum diterima di Indonesia dan yang diterapkan secara terus-menerus
untuk mencerminkan secara wajar keadaan keuangan serta hasil usaha debitur.
75Eka Puspasari,Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi dan Akibat
Hukumnya Jika Terjadi Kredit Macet, 2008, Skripsi, Universitas Jember dalam
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved =0ahUKEwjNtcykn87PAhWIp48KHQMIA6gQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fdspace.unej.ac. id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F14618%2FA%2520(24)x.pdf%3Fsequence%3D1 &usg=AFQjCNH5RAKcZXrB9YYdgSsCXVBEOYH-uQ&sig2=H70oed-btC9T_rAVAir6Dw (diakses tanggal 20 Juli 2016).
3. Senantiasa memberikan ijin (i) kepada agen atau petugas-petugas yang diberi
kuasa oleh Agen, atas pemberitahuan 3 (tiga) hari kerja sebelumnya, untuk
melakukan pemeriksaan (audit) terhadap buku-buku dan administrasi debitor
serta memeriksa barang-barang jaminan, dan (ii) kepada kreditur (yang akan
dikoordinasi oleh Agen) untuk melakukan peninjauan ke pabrik-pabrik debitur,
kantor-kantor dan gudang-gudang yang digunakan debitur sedikitnya 1 (satu)
kali setahun.
4. Memelihara dan mempertahankan dalam keadaan yang baik semua ijin-ijin,
lisensi-lisensi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk menjalankan
usaha debitur dan untuk sahnya serta berlakunya perjanjian tersebut.
5. Segera memberitahukan kepada Agen bilamana terjadi perubahan dalam sifat
atau luas lingkungan usaha debitur atau bilamana terjadi suatu peristiwa atau
keadaan yang dapat mempengaruhi secara mendalam keadaan usaha atau
keuangan debitur.
6. Membayar kewajiban-kewajiban pajak pada waktunya dan dengan
sebagaimana mestinya.
7. Debitur wajib membayar semua upah, biaya, ongkos yang wajib atau telah
dibayar oleh Agen atau kreditur, sehubungan dengan persiapan, pembuatan,
penandatanganan, pengeluaran, penyerahan, administrasi, pendaftaran dan
pelaksanaan dokumen transaksi.
8. Menyerahkan kepada Agen semua ijin-ijin dan persetujuan-persetujuan yang
untuk membuat, menyerahkan dan melaksanakan perjanjian kredit, surat-surat
promes/aksep dan perjanjian-perjanjian jaminan.
Terdapat pula pembatasan-pembatasan bagi debitur selain
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan debitur, yaitu debitur tidak diperkenankan:
1. Melakukan merger atau konsolidasi atau membeli atau dengan cara lain
memperoleh perusahaan atau saham-saham dalam perseroan lain.
2. Menjual atau dengan cara lain memindahkan hak atau menyewakan/
menyerahkan pemakaian seluruh atau sebagian besar perusahaan atau
barang-barang tidak bergerak atau kekayaan debitur.
3. Menerima pinjaman uang atau fasilitas kredit, fasilitas penjualan surat-surat
promes/aksep, fasilitas leasing atau fasilitas keuangan lain berupa dan hingga
jumlah berapapun juga dari orang/pihak lain atau mengikat diri sebagai
penjamin (borg atau avaliste) untuk menjamin hutang/kewajiban orang/pihak
lain.
4. Menjaminkan/mengagunkan dengan cara bagaimanapun juga kekayaan debitur
(termasuk hak untuk menerima pembayaran tagihan-tagihan) kepada
orang/pihak lain. Memberikan pinjaman uang atau kredit dengan cara
bagaimana pun dan hingga jumlah berapapun juga kepada orang/pihak lain,
kecuali:
a. memberikan pinjaman uang atau kredit sehubungan dengan penjualan
barang-barang atau pemberian jasa-jasa dalam rangka menjalankan usaha
b. memberikan pinjaman-pinjaman uang dalam bentuk penyimpanan uang
secara deposito berjangka pada bank-bank.
5. Membayar, menyatakan dapat dibayar atau membagi deviden atau
pembagian keuntungan lain berupa dan hingga jumlah berapa pun kepada para
pemegang saham debitur (tetapi tidak termasuk mengeluarkan stock dividen
atau saham-saham bonus).
6. Memberikan persetujuan atau mendaftarkan sesuatu perubahan pada pemilikan
saham-saham debitur.
7. Membayar lebih awal hutangnya kepada pihak lain kecuali hutang yang
berdasarkan dokumen transaksi, hutang yang dibuat dalam rangka menjalankan
usaha sehari-hari, dan hutang kepada pihak lain yang disebutkan dalam
perjanjian kredit.
8. Turut serta mengambil bagian dalam permodalan atau membeli saham dalam
perseroan lain.77
Selain kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur maka tentunya
juga hak-hak. Namun mengenai masalah hak-hak debitur tidak dijelaskan secara
rinci di dalam akta perjanjian kredit. Setelah membaca dan menelaah dengan
seksama isi dari akta perjanjian kredit sindikasi, penulis dapat