• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengaruh Pasar Tradisional Terhadap Kinerja Ruas Jalan (Studi Kasus Jalan Medan - Binjai Km.9 Pasar Kp. Lalang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Pengaruh Pasar Tradisional Terhadap Kinerja Ruas Jalan (Studi Kasus Jalan Medan - Binjai Km.9 Pasar Kp. Lalang)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH PASAR TRADISIONAL TERHADAP KINERJA

RUAS JALAN

(STUDI KASUS JALAN MEDAN

BINJAI Km.9 PASAR Kp. LALANG)

TUGAS AKHIR

RUDOLF ERIC TAMPUBOLON

05 0404 123

Dosen Pembimbing

Ir. Jeluddin Daud, M. Eng NIP. 19511103 198003 1 002

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ABSTRAK

Jalan Medan Binjai merupakan jalan utama (main street) penghubung kota

Medan dengan kota Binjai yang seharusnya tidak boleh mengalami kemacetan

namun pada kenyataannya hampir setiap hari mengalami kemacetan terutama di

daerah Km.9 terutama pada pagi hari, di mana hal ini diakibatkan adanya aktivitas

pasar yang menggunakan ruas jalan sebagai tempat berjualan. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh hambatan samping akibat pasar tersebut terhadap

kapasitas ruas jalan,karakteristik lalulintas, dan mencari solusi yang memungkinkan

untuk permasalahan pada lokasi penelitian.

Kapasitas ruas jalan Medan Binjai Km.9 pada saat mengalami hambatan

samping mengalami penurunan kapasitas terutama pada pagi hari di mana pasar

menggunakan satu ruas jalan sebagai tempat berjualan, dari pengamatan terjadi

pengurangan kapasitas sebesar 1747,55 smp/jam atau 30,19 % dari kapasitas

sebenarnya. Akibatnya terjadi penurunan kinerja ruas jalan dan kemacetan,di mana

nilai V/C ratio menjadi lebih besar dari 0,80 di mana bila tidak terjadi pengurangan

akibat hambatan samping nilai V/C ratio selalu lebih kecil dari 0,8.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas pasar di Jalan Medan

Binjai Km.9 mengakibatkan pengurangan kapasitas jalan yang cukup signifikan

terutama pada pagi hari. Di mana hal ini juga merupakan penyebab sering nya terjadi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Akhirnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang

saya mililki, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :

ANALISIS PENGARUH PASAR TRADISIONAL TERHADAP KINERJA

RUAS JALAN

(Studi Kasus : Jalan Medan Binjai Km.9 Pasar Kp.Lalang)

Tugas Akhir ini merupakan syarat dalam menempuh ujian Sarjana yang

telah ditetapkan menurut kurikulum Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang

sebesarnya-besarnya kepada Ir. Jeluddin Daud, M. Eng. atas kemurahan hati yang

memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan dan waktu kepada saya sampai

dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Rasa terima kasih dan penghargaan yang sama juga saya persembahkan

kepada :

1. Orang tua saya yang sangat saya cintai, yang selalu memberikan dukungan

moril, materil dan tak henti-hentinya mendoakan yang terbaik bagi saya.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syahrizal, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil,

(4)

4. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara.

5. Kawan-kawan Sipil stambuk 2005, Niel, Ngok, Kobe, Mumu, John

Marshal, Gea, Piter, Keng-keng, Darwin, Jackson, Christian, Ganda dan

kawan-kawan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

6. Adik-adik stambuk 2008, Rivai, Jatiendra, Jefri, Bram, David, William

dan Aran yang telah membantu saya dalam pelaksanaan survey untuk

kebutuhan data Tugas Akhir ini.

Saya sangat menyadari bahwa di dalam penulisan Tugas Akhir ini terdapat

banyak kekurangan, untuk itu saya menerima saran dan kritik dalam

penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang Teknik Sipil.

Medan, Agustus 2012

Hormat Saya

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Umum...1

1.2Permasalahan...3

1.3Tujuan Penelitian...3

1.4Manfaat Penelitian...4

1.5Pembatasan Masalah...4

1.6Metodologi Penelitian...4

1.7Sistematika Penulisan...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Jalan………...8

II.1.1. Klasifikasi jalan menurut fungsi...9

II.1.2. Klasifikasi jalan menurut status...9

II.2. Pasar tradisional...10

(6)

II.4. Karakteristik arus Lalu Lintas...12

II.5. Kinerja Ruas Jalan...18

II.6. Kapasitas Ruas Jalan...19

II.7. Tundaan dan Hambatan Samping………...24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Tahapan Kerja Penelitian...27

III.2. Teknik Pengumpulan Data...28

III.2.1. Survey Karakteristik Lalu Lintas...29

III.2.2. Suvey Hambatan Samping...29

III.3. Lokasi Survey...30

III.4. Waktu Survey...30

III.5. Teknik Pengolahan Data...31

III.6. Teknik Analisis dan Pembahasan...31

III.7. Penarikan Kesimpulan...32

BAB IV REKAPITULASI DAN ANALISA DATA IV.1. Gambaran Umum...33

IV.1.1. Karakteristik Fisik Ruas Jalan Medan –Binjai...33

(7)

IV.1.3. Hambatan Samping...38

IV.2. Analisis...41

IV.2.1 Analisis Kapasitas Ruas Jalan...41

IV.2.2. Analisis Nilai V/C Ratio...52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan...58

VI.2. Saran...59

DAFTAR PUSTAKA...60

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik DasarArusLaluLintas...12

Tabel 2.2 Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan ………...20

Tabel 2.3 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalulintas

(FCw)...21

Tabel 2.4 Faktor Penentuan Kelas Hambatan Samping………...22

Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping

dan Lebar Bahu (FCsf)...22

Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan arah (FCsp)…..23

Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs)……..23

Tabel 3.1 Kebutuhan Data Ruas Jalan dan Lalu Lintas...29

Tabel 4.1 Volume Lalu Lintas Pada Hari Sabtu/14 Januari

2012...34

Tabel 4.2 Volume Lalu Lintas Pada Hari Minggu/15 Januari

2012...35

Tabel 4.3 Volume Lalu Lintas Pada Hari Senin/16 Januari

2012...36

Tabel 4.4 Penentuan Kelas Hambatan Samping Pada Hari Sabtu/14 Januari

(9)

Tabel 4.5 Penentuan Kelas Hambatan Samping Pada Hari Minggu/15 Januari

2012...39

Tabel 4.6 Penentuan Kelas Hambatan Samping Pada Hari Senin/16 Januari

2012...40

Tabel 4.7 Kapasitas Jalan Tanpa Hambatan Samping …...44

Tabel 4.8 Kapasitas Jalan Dengan Hambatan Samping Pada Hari Sabtu

14 Januari 2012...45

Tabel 4.9 Kapasitas Jalan Dengan Hambatan Samping Pada Hari Minggu

15 Januari 2012...46

Tabel 4.10 Kapasitas Jalan Dengan Hambatan Samping Pada Hari Senin

16 Januari 2012...47

Tabel 4.11 Kapasitas Jalan Dengan Metode HCM Pada Hari Sabtu

14 Januari 2012...50

Tabel 4.12 Kapasitas Jalan Dengan Metode HCM Pada Hari Minggu

15 Januari 2012...51

Tabel 4.13 Kapasitas Jalan Dengan Metode HCM Pada Hari Senin

16 Januari 2012...52

Tabel 4.14 Nilai V/C Ratio Tanpa Hambatan Samping Pada

(10)

Tabel 4.15 Nilai V/C Ratio Dengan Hambatan Samping Pada

Hari Sabtu/14 Januari 2012………..…...53

Tabel 4.16 Nilai V/C Ratio Tanpa Hambatan Samping Pada

Hari Minggu/15 Januari 2012………..…...54

Tabel 4.17 Nilai V/C Ratio Dengan Hambatan Samping Pada

Hari Minggu/15 Januari 2012………..…...55

Tabel 4.18 Nilai V/C Ratio Tanpa Hambatan Samping Pada

Hari Senin/16 Januari 2012..………..…...56

Tabel 4.19 Nilai V/C Ratio Dengan Hambatan Samping Pada

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Denah Lokasi Penelitian...7

Gambar 2.1 Hubungan antara arus, kecepatan dan kepadatan...18

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian………...27

Gambar 4.1 Fluktuasi Volume Kendaraan Pada Hari Sabtu/14 Januari 2012...35

Gambar 4.2 FluktuasiVolumeKendaraan Pada Hari Minggu/15 Januari 2012.36

Gambar 4.3 Fluktuasi Volume Kendaraan Pada Hari Senin/16 Januari 2012...37

Gambar 4.4 Fluktuasi Nilai Hambatan Samping Pada Hari

Sabtu/14 Januari 2012... ...39

Gambar 4.5 Fluktuasi Nilai Hambatan Samping Pada Hari

Minggu/15 Januari 2012... ...40

Gambar 4.6 Fluktuasi Nilai Hambatan Samping Pada Hari

Senin/16 Januari 2012... ...41

Gambar 4.7 Perbandingan nilai V/C ratio pada Hari Sabtu/14 Januari 2012....54

Gambar 4.8 Perbandingan nilai V/Cratio pada Hari Minggu/15 Januari 2012..55

(12)

DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH

Degree of Saturation : Derajat Kejenuhan

EEV : Kendaraan masuk/ keluar dari ruas

Fluktuasi : Perubahan

V/C Ratio : Perbandingan volume lalu-lintas dengan kapasitas ruas jalan

Flow : Arus

Pedestrian : Pejalan Kaki

PSV : Kendaraan parkir/ berhenti

Manual Traffic Count : Pencacahan lalu-lintas secara manual

emp : ekivalensi mobil penumpang

LV : Kendaraan Ringan

HV : Kendaraan Berat

MC : Sepeda Motor

SMV : Kendaraan tidak bermotor

(13)

ABSTRAK

Jalan Medan Binjai merupakan jalan utama (main street) penghubung kota

Medan dengan kota Binjai yang seharusnya tidak boleh mengalami kemacetan

namun pada kenyataannya hampir setiap hari mengalami kemacetan terutama di

daerah Km.9 terutama pada pagi hari, di mana hal ini diakibatkan adanya aktivitas

pasar yang menggunakan ruas jalan sebagai tempat berjualan. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh hambatan samping akibat pasar tersebut terhadap

kapasitas ruas jalan,karakteristik lalulintas, dan mencari solusi yang memungkinkan

untuk permasalahan pada lokasi penelitian.

Kapasitas ruas jalan Medan Binjai Km.9 pada saat mengalami hambatan

samping mengalami penurunan kapasitas terutama pada pagi hari di mana pasar

menggunakan satu ruas jalan sebagai tempat berjualan, dari pengamatan terjadi

pengurangan kapasitas sebesar 1747,55 smp/jam atau 30,19 % dari kapasitas

sebenarnya. Akibatnya terjadi penurunan kinerja ruas jalan dan kemacetan,di mana

nilai V/C ratio menjadi lebih besar dari 0,80 di mana bila tidak terjadi pengurangan

akibat hambatan samping nilai V/C ratio selalu lebih kecil dari 0,8.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas pasar di Jalan Medan

Binjai Km.9 mengakibatkan pengurangan kapasitas jalan yang cukup signifikan

terutama pada pagi hari. Di mana hal ini juga merupakan penyebab sering nya terjadi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Umum

Perkembangan teknologi pada zaman sekarang ini yang semakin maju dan

kompleks berimbas pada semua bidang kehidupan, tidak terkecuali pertumbuhan

penduduk terutama di daerah perkotaan. Hal ini akan memacu peningkatan aktivitas

penduduk dan jumlah kendaraan pribadi. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi

memiliki efek negatif yang tidak dapat dihindari seperti peningkatan perusakan

kualitas hidup, terutama di daerah pusat perkotaan, kemacetan, dan tundaan pada

beberapa ruas jalan. (Tamin, 1997).

Sebagai prasarana perhubungan, pada hakekatnya jalan merupakan unsur

penting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan tercapainya stabilitas sosial

yang sehat dan dinamis.Oleh karena itu kinerja ruas jalan perlu diperhatikan. Kinerja

ruas jalan dapat didefinisikan, sejauh mana kemampuan jalan menjalankan

fungsinya. Tingkat pelayanan jalan dalam mengakomodasi kebutuhan akan

pergerakan dapat dinyatakan dengan parameter kapasitas jalan atau dengan

kecepatan lalulintas di jalan tersebut. Kapasitas jalan adalah arus lalulintas

maksimum yang dapat dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi

tertentu (MKJI, 1997). Kapasitas jalan dipengaruhi oleh karakteristik utama jalan,

yang meliputi geometrik jalan, karakteristik arus lalulintas, dan kegiatan di tepi

jalan (hambatan samping).

Volume lalulintas tergantung kepada kapasitas jalan, bila kapasitas jalan tidak

(15)

terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum

(Sinulingga, 1999).

Bagi Kota Medan, jalan Medan Binjai (Gatot Subroto) merupakan salah satu

jalan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung perkembangan

sektor-sektor perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan jasa di kota Medan. Namun jalan

Medan - Binjai juga tidak lepas dari masalah kemacetan, terutama di sekitar jalan

Medan Binjai km.9, tepatnya di depan pasar kampung lalang sering mengalami

kemacetan terutama pada pagi hari. Hal ini disebabkan karena aktivitas pasar yang

menggunakan ruas jalan sebagai lahan berjualan, sehingga terjadi penurunan

kapasitas ruas jalan. Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang

tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup

atau ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para

pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan

temporer, semipermanen ataupun permanen (Sulistyowati,1999).

Hampir setiap hari kemacetan terjadi di Jalan Medan Binjai km.9 terutama

pada pagi hari. Di mana pada pagi hari Jalan Medan Binjai yang seharusnya

memiliki 4 lajur menjadi hanya 3 lajur akibat adanya aktivitas pasar yang

menggunakan ruas jalan sebagai tempat berjualan.

Kemacetan lalu lintas yang terjadi sudah sangat mengganggu aktivitas

penduduk. Kemacetan akan menimbulkan berbagai dampak negatif, baik terhadap

pengemudi maupun ditinjau dari segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi

kendaraan, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress). Selain itu juga akan

menimbulkan dampak negatif ditinjau dari segi ekonomi berupa kehilangan waktu

(16)

lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara serta peningkatan gangguan suara

kendaraan (Munawar, 2005).

I.2. Permasalahan

Kemacetan adalah masalah utama pada bidang transportasi. Jalan Medan -

Binjai merupakan jalan yang penting bagi perkembangan Kota Medan seharusnya

bebas dari masalah kemacetan. Namun pada daerah Pasar Kampung Lalang sering

sekali terjadi kemacetan,terutama pada pukul 06.00 09.00 pagi, di mana kapasitas

jalan semakin berkurang akibat dari aktivitas pasar yang menggunakan badan jalan

sebagai tempat berjualan. Akibatnya kapasitas ruas jalan Medan Binjai semakin

berkurang sementara volume kendaraan yang lewat tetap, sehingga menyebabkan

kemacetan yang hampir setiap hari terjadi.

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kapasitas jalan Medan Binjai Km.9 yang sebenarnya tanpa

mengalami pengurangan lebar jalan akibat aktifitas pasar.

2. Membandingkan kapasitas ruas jalan Medan Binjai Km.9 pada saat terjadi

pengurangan kapasitas akibat aktifitas pasar dengan kapaitas sebenarnya dan

(17)

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak

pemerintah untuk menemukan solusi bagi masalah kemacetan yang terjadi di

daerah pasar Kampung Lalang.

2. Diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai masalah

kemacetan lalulintas yang terjadi di ruas jalan Medan Binjai km.9.

I.5. Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada lokasi studi yaitu pada ruas jalan

Medan Binjai tepatnya di depan pasar Kampung Lalang sepanjang 200 meter.

2. Kinerja jalan yang dibahas dibatasi pada kemampuan dari suatu ruas jalan dalam

melayani arus lalu lintas (pergerakan) yang terjadi pada ruas jalan tersebut,

dimana menurut MKJI 1997, kinerja jalan di tentukan oleh derajat kejenuhan

(Degree of Saturation, DS).

I.6. Metodologi Penelitian

1. Studi Literatur

Studi literatur ini meliputi pengambilan teori-teori dari beberapa sumber

bacaan seperti buku, jurnal ilmiah, dan sumber-sumber internet yang berkait dengan

(18)

2. Analisis dan Pembahasan

Data data yang dibutuhkan pada penilitian ini diperoleh dengannn

melakukan survei langsung ke lapangan. Setelah survei dilakukann dan diperoleh

data data primer yang dibutuhkan dilakukan rekapitulasi data dan analisis.

Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada penilitian ini

yaitu dengan metode kuantitatif dan metode deskriptif. Metode kuantitatif digunakan

untuk menganalisis volume lalulintas, tingkat hambatan samping, kapasitas ruas

jalan, tingkat pelayanan jalan. Sementara metode deskriptif digunakan untuk

menjelaskan hasil analisis dengan menggunakan metode kuantitatif untuk

(19)

I.7. Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap

perlu. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai

berikut ;

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, permasalahan, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan

sistematika penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori yang berhubungan dengan penelitian dan

kajian literatur serta hasil studi yang relevan dengan penelitian ini .

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang langkah-langkah kerja yang akan

dilakukan, proses pengerjaan penelitian mulai dari pengambilan data,

pengolahan data, analisis data dan samapi penarikan kesimpulan dan saran.

BAB IV. ANALISIA DATA

Bab ini menyajikan analisa data dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.Kemudian data-data tersebut diatas dibahas dan dianalisis guna

mencapai tujuan dan sasaran studi yang dimaksud.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisa data ,temuan dan

bukti yang disajikan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk menyusun suatu

(20)
(21)

BAB II

TINNJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Jalan

Definisi jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalulintas, yang berada permukaan tanah, diatas permukaan tanah,dibawah

permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api dan

jalan kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan). Jalan umum adalah jalan yang

diperuntukkan bagi lalulintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh

instansi,badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan

sendiri. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan

ruang pengawasan jalan :

- Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang

pengamannya.

- Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar

ruang manfaat jalan.

- Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang

ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan.

II.1.1. Klasifikasi jalan menurut fungsinya

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,

menurut fungsinya dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan

(22)

A. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

B. Jalan kolektormerupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang kecepatan

rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

C. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,

dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

D. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan

rata-rata rendah.

II.1.2. Klasifikasi jalan menurut statusnya

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan kedalam jalan nasional,

jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

A. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan

jalan strategis nasional, serta jalan tol.

B. Jalan propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota

kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis

propinsi.

C. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan

(23)

menghubungkan ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan, antar ibukota

kecamatan, dengan pusat kegiatan lokal.

D. Jalan kotaadalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan

pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta

menghubungkan antar pusat permukiman yang berada dalam kota.

E. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antar permukiman dalam desa, serta jalan lingkungan.

II.2. Pasar Tradisional

Pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan

tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau

ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para pedagang

eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan temporer,

semipermanen ataupun permanen (Sulistyowati,1999). Kegiatan pasar merupakan

kegiatan perekonomian tradisional yang mempunyai ciri khas adanya tawar menawar

antara penjual dan pembeli. Karena sifatnya untuk melayani kebutuhan penduduk

sehari-hari, maka lokasinya cenderung mendekati atau berada di daerah perumahan

penduduk (Tuti, 1992).

II.3. Pengertian Kemacetan Lalulintas

Kemacetan lalulintas terjadi bila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan yaitu

pada kondisi lalulintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relative cepat

(24)

nisbah volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,80 V C > 0,80, jika tingkat

pelayanan sudah mencapai E aliran lalulintas menjadi tidak stabil sehingga terjadilah

tundaan berat yang disebut dengan kemacetan lalulintas (Nahdalina,1998). Untuk

ruas jalan perkotaan, apabila perbandingan volume per kapasitas menunjukkan angka

diatas 0,80 sudah dikategorikan tidak ideal lagi yang secara fisik dilapangan

dijumpai dalam bentuk permasalahan kemacetan lalulintas. Jadi kemacetan adalah

turunnya tingkat kelancaran arus lalulintas pada jalan yang ada, dan sangat

mempengaruhi para pelaku perjalanan, baik yang menggunakan angkutan umum

maupun angkutan pribadi. Hal ini berdampak pada ketidaknyamanan serta

menambah waktu perjalanan bagi pelaku perjalan. Kemacetan mulai terjadi jika arus

lalulintas mendekati besaran kapasitas jalan. Kemacetan semakin meningkat apabila

arus begitu besarnya sehinggakendaraan sangat berdekatan satu sama lain.

Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat

(Tamin, 2000).

II.4. Karakteristik Arus Lalu Lintas

Karakteristik lalu lintas merupakan interaksi antara pengemudi, kendaraan,

dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada kendaraan yang serupa,

sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu bervariasi. Walaupun demikian

diperlukan parameter yang dapat menunjukkan kinerja ruas jalan atau yang akan

dipakai untuk desain. Parameter tersebut antara lain V/C Ratio, waktu tempuh

rata-rata kendaraan, kecepatan rata-rata-rata-rata kendaraan, dan angka kepadatan lalu-lintas. Hal

ini sangat penting untuk dapat merancang dan mengoperasikan sistem transportasi

(25)

Tabel 2.1 Karakteristik Dasar Arus Lalu Lintas

2 Speed Individual Speed Average Speed

3 Density Distance Headway Density Rate

Sumber A.May (1990)

II.4.1. Volume Lalu Lintas

Volume lalu-lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik

per satuan waktu pada lokasi tertentu. Untuk mengukur jumlah arus

lalu-lintas, biasanya dinyatakan dalam kendaraan per hari, smp per jam, dan

kendaraan per menit. (MKJI 1997)

Manfaat data (informasi) volume adalah :

· Nilai kepentingan relatif suatu rute

· Fluktuasi arus lalu lintas

· Distribusi lalu lintas dalam sebuah sistem jalan

· Kecenderungan pemakai jalan

Data volume dapat berupa :

1. Volume berdasarkan arah arus :

v Dua arah

v Satu arah

v Arus lurus

(26)

2. Volume berdasarkan jenis kendaraan, seperti antara lain :

v Mobil penumpang atau kendaraan ringan (LV)

v Kendaraan berat (HV)

v Sepeda motor (MC)

v Kendaraan tak bermotor (UM)

Pada umumnya kendaraan di suatu ruas jalan terdiri dari berbagai

komposisi. Volume lalu lintas lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis

kendaraan standart yaitu mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan

volume dalam smp, maka diperlukan faktor konversi dan berbagai macam

kendaraan menjadi mobil penumpang, yaitu faktor equivalen mobil

penumpang (emp).

3. Volume berdasarkan waktu pengamatan survei lau lintas, seperti 5 menit,

15 menit, atau 1 jam.

Volume arus lalu lintas mempunyai istilah khusus berdasarkan bagaimana

data tersebut diperoleh, yaitu :

a. ADT (Average Daily Traffic) atau dikenal juga sebagai LHR (lalu

lintas harian rata-rata), yaitu volume lalu lintas rata-rata harian

berdasarkan pengumpulan data selama x hari dengan ketentuan 1< x <

365 hari, sehingga ADT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ADT = ொ௫

(27)

Dengan :

Qx = Volume lalu lintas yang diamati selama lebih dari

1 hari dan kurang dari 365 hari

X = jumlah hari pengamatan.

b. AADT (Average Annual Daily Traffic) atau dikenal juga sebagai

LHRT (lalu lintas harian tahunan), yaitu total volume rata-rata harian

(seperti ADT), akan tetapi pengumpulan datanya harus > 365 hari (x >

365 hari).

c. AAWT (Average Annual Weekly Traffic), yaitu volume rata-rata

harian selama hari kerja berdasarkan pengumpulan data > 365 hari,

sehingga AAWT dapat dihtung sebagai jumlah volume pengamatan

selama hari kerja dibagi dengan jumlah hari kerja selama

pengumpulan data.

d. Maximum Annual Hourly Volume, yaitu volume tiap jam yang

terbesar untuk suatu tahun tertentu.

e. 30 HV (30th highest annual hourly volume) atau disebut juga sebagai

DHV (design hourly volume), yaitu volume lalu lintas tiap jam yang

dipakai sebagai volume desain. Dalam setahun besarnya volume ini

dilampaui oleh 29 data.

f. Flow Rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan yang lebih

kecil dari 1 jam, akan tetapi kemudian dikonversikan menjadi volume

(28)

g. Peak Hour Factor (PHF) adalah perbandingan volume satu jam penuh

dengan puncak dari flow rate pada jam tersebut, sehingga PHF dapat

dihitung dengan rumus berikut :

PHF = ௩௢௟௨௠௘௦௔௧௨௝௔௠

௠௔௞௦௜௠௨௠௙௟௢௪௥௔௧௘...(II.2)

II.4.2. Kecepatan

Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam

km/jam. Kecepatan dan waktu tempuh adalah pengukuran fundamental

kinerja lalu-lintas dari sistem jalan eksisting, dan kecepatan adalah varabel

kunci dalam perancangan ulang atau perancangan baru. Hampir semua model

analisis dan simulasi lalu-lintas memperkirakan kecepatan dan waktu tempuh

sebagai kinerja pengukuran, perancangan, permintaan dan pengontrol sistem

jalan. (A.May, 1990).

Kecepatan dan waktu tempuh bervariasi terhadap waktu, ruang dan antar

moda. Variasi terhadap waktu disebabkan karena perubahan arus lalu-lintas,

bercampurnya jenis kendaraan dan kelompok pengemudi, penerangan , cuaca

dan kejadian lalu-lintas. Variasi menurut ruang disebabkan perbedaan dalam

arus lalu-lintas, perancangan geometrik dan pengatur lalu-lintas. Variasi

menurut jenis kendaraan (antar moda) disebabkan perbedaan keinginan

pengemudi, kemampuan kinerja kendaraan, dan kinerja ruas jalan.

1. Kecepatan Rata-Rata Ruang

Kecepatan rata-rata ruang adalah kecepatan rata-rata kendaraan ringan (LV)

(29)

Formula yang digunakan untuk menghitung kecepatan rata-rata ruang (Space

Mean Speed) adalah :

V=L/TT ...(II.3)

Dengan : V = kecepatan tempuh rata-rata (km/jam; m/dt)

L = panjang penggal jalan (km; m)

TT = waktu tempuh rata – rata kendaraan LV sepanjang

segmen (jam)

II.4.3. Kepadatan (Density)

Kepadatan didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati

panjang ruas jalan atau lajur tertentu, yang umumnya dinyatakan sebagai

jumlah kendaraan per kilometer atau satuan mobil penumpang per kilometer

(smp/km). Jika panjang ruas yang diamati adalah L, dan terdapat N

kendaraan, maka kepadatan k dapat dihitung sebagai berikut :

k =

௅...(II.4)

Kepadatan sukar diukur secara langsung karena diperlukan titik

ketinggian tertentu yang dapat mengamati jumlah kendaraan dalam panjang

ruas jalan tertentu, sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume

dan kecepatan yang mempunyai hubungan sebagai berikut :

k =

௩௢௟௨௠௘

(30)

Kepadatan menunjukkan kemudahan bagi kendaraan untuk bergerak,

seperti pindah lajur dan memilih kecepatan yang diinginkan.

II.4.4. Hubungan Antara Arus, Kecepatan, dan Kepadatan

Analisa karakteristik arus lalu lintas untuk ruas jalan dapat dilakukan

dengan mempelajari hubungan matematis antara kecepatan, arus, dan

kepadatan lalu lintas yang terjadi. Persamaan dasar yang menyatakan

hubungan matematis antara kecepatan , arus, dan kepadatan adalah :

V = D.S...(II.6)

Di mana : V = Arus (volume) lalu lintas, smp/jam

D = Kepadatan (density), smp/km

S = Kecepatan (speed), km/jam

(31)

VM = Kapasitas atau arus maksimum (smp/jam)

SM = Kecepatan pada kondisi arus lalu lintas maksimum (km/jam)

DM = Kepadatan pada kondisi arus lalu lintas maksimum (smp/km)

Dj = Kepadatan pada kondisi arus lalu lintas macet total (smp/km)

Sff = Kepadatan pada kondisi arus lalu lintas sangat rendah atau pada

kondisi kepadatan mendekati nol atau kecepatan arus bebas

(km/jam)

II.5. Kinerja Ruas Jalan

Kinerja ruas jalan dapat didefinisikan, sejauh mana kemampuan jalan

menjalankan fungsinya. (Suwardi, Jurnal Teknik Sipil Vol.7 No.2, Juli 2010) di mana

menurut MKJI 1997 yang digunakan sebagai parameter adalah Derajat Kejenuhan

(Degree of Saturation, DS).

Tabel 2.2 Nilai Tingkat Pelayanan

No Tingkat

1 A <0.04 >60 Lalu lintas lengang, kecepatan bebas 2 B 0.04-0.24 50-60 Lalu lintas agak ramai, kecepatan menurun 3 C 0.25-0.54 40-50 Lalu lintas ramai, kecepatan terbatas 4 D 0.55-0.80 35-40 Lalu lintas jenuh, kecepatan mulai rendah

5 E 0.81-1.00 30-35 Lalu lintas mulai macet, kecepatan rendah 6 F >1.00 <30 Lalu lintas macet, kecepatan rendah sekali

Sumber: HCM (2000)

II.6. Kapasitas Ruas Jalan

Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan

(32)

jalan dua jalur dua arah dengan median atau total dua arah untuk jalan dua jalur tanpa

median, selama satuan waktu tertentu pada kondisi jalan dan lalu lintas yang tertentu.

Kondisi jalan adalah kondisi fisik jalan, sedangkan kondisi lalu lintas adalah sifat

lalu lintas (nature of traffic). (Yunianta, A, 2006)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan antara lain :

1. Faktor jalan, seperti lebar jalur, kebebasan lateral, bahu jalan, ada median

atau tidak, kondisi permukaan jalan, alinyemen, kelandaian jalan ,trotoar dan

lain-lain.

2. Faktor lalu lintas, seperti komposisi lalu lintas, volume, distribusi lajur, dan

gangguan lalu lintas, adanya kendaraan tidak bermotor, hambatan samping

dan lain-lain.

3. Faktor lingkungan, seperti misalnya pejalan kaki, pengendara sepeda,

binatang yang menyeberang, dan lain-lain.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), memberikan metoda untuk

memperkirakan kapasitas jalan di Indonesia dengan rumus sebagai berikut :

C = C0 x Fcw x FCsp x FCsf x FCcs...(II.7)

Di mana :

C = Kapasitas (smp/jam)

C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)

Fcw = Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas

(33)

FCsf = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping

FCcs = Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

Tabel 2.3. Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan

Tipe Jalan

Kapasitas

Dasar Catatan (smp/jam)

Empat Lajur Terbagi atau Jalan Satu

Arah 1650 Per Lajur

Empat Lajur Tak Terbagi 1500 Per Lajur

Dua Lajur Tak Terbagi 2900 Total Dua Arah

(34)

Tabel 2.4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)

Tipe Jalan

Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif

(35)

Tabel 2.5. Faktor Penentuan Kelas Hambatan Samping

Frekwensi Berbobot

Kejadian Kondisi Khusus

Kelas Hambatan Samping

<100 Pemukiman, hampir tidak ada

kegiatan Sangat Rendah VL

100-299 Pemukiman, beberapa

angkutan umum, dll Rendah L

300-499 Daerah industri dgn toko-toko

di sisi jalan Sedang M

500-899 Daerah niaga dgn aktifitas

sisi jalan yg tinggi Tinggi H

>900 Daerah niaga dgn aktifitas

pasar di sisi jalan Sangat Tinggi VH

Sumber : MKJI, (1997)

Tabel 2.6. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping

dan Lebar Bahu (FCsf)

(36)

Tabel 2.7. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan arah (FCsp)

dapat diterapkan dan nilai nya 1,0.

Tabel 2.8. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs)

No Ukuran Kota (juta penduduk) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

1 <0.1 0.86

Sementara analisa kapasitas ruas jalan dengan menggunakan metode

Highway Capacity Manual (HCM 2000) memakai rumus berikut :

ݒ݌ ൌ ୚

௉ுி௫ே௫௙ு௏௫௙௉ ……….(II.8)

Di mana :

vp = tingkat arus pelayanan kendaraan-penumpang (kendaraan/jam/lajur)

V = volume kendaraan yang melintasi satu titik dalam 1 jam

N = jumlah lajur

PHF = faktor jam puncak

fHV = faktor penyesuaian kendaran berat

(37)

Berdasarkan hasil survey di wilayah studi maka diperoleh nilai – nilai V, N,

PHF, fHV, dan fp sebagai berikut :

1. Volume kendaraan (V)

Jumlah volume kendaraan diperoleh berdasarkan survey di wilayah studi setiap

jamnya.

2. Jumlah lajur (N)

Jalan Medan – Binjai yang menadi wilayah studi memiliki 4 lajur.

3. Faktor jam – puncak (peak-hour factor)

Di mana nilai estimasi yang digunakan untuk jalan raya multi – lajur daerah kota

adalah 0,92.

4. Faktor penyesuaian kendaraan berat (fHV)

Faktor penyesuaian kendaraan berat diperoleh dengan menggunakan rumus

berikut :

݂ܪܸ ൌ ଵ

ଵା୔୲ሺ୉୲ିଵሻ ………(II.9)

Di mana :

Pt = persentase jumlah truk dan bis

Et = faktor ekivalen untuk bis dan truk yaitu 1,5

5. Faktor populasi pengemudi

(38)

II.7. Hambatan Samping

Hambatan samping adalah dampak dari kinerja lalulintas dari aktivitas

samping segmen jalan. Faktor hambatan samping yang paling berpengaruh

pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan adalah:

1. Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyebrang sepanjang segmen jalan.

2. Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.

3. Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari lahan sisi jalan.

4. Jumlah kendaraan yang bergerak lambat yaitu sepeda, becak, dan lainnya.

Setelah frekuensi hambatan samping diketahui, selanjutnya untuk

mengetahui kelas hambatan samping dilakukan penentuan frekuensi berbobot

kejadian hambatan samping, yaitu dengan mengalikan total frekuensi

hambatan samping dengan bobot relatif dari tipe kejadiannya yang dapat

dilihat pada lembar Tabel II.9. Total frekuensi berbobot kejadian hambatan

samping tersebut yang akan menentukan kelas hambatan samping di ruas

jalan tersebut.

Tabel 2.9. Tabel Bobot Hambatan Samping

No Jenis Hambatan Samping Faktor Bobot

1 Pejalan Kaki 0.5

2 Kendaraan Parkir,Kendaraan Berhenti 1.0 3 Kendaraan Keluar Masuk 0.7 4 Kendaraan Lambat 0.4

II.8 Sistem Perparkiran

Parkir didefinisikan sebagai tempat khusus bagi kendaraan untuk berhenti

(39)

keluar-masuk kendaraan. Jumlah tempat parkir, terkeluar-masuk di dalamnya parkir di badan jalan

(on street parking) dan luar jalan atau area parkir (off street parking).

a. Parkir di badan jalan (on street parking)

Bergantung pada durasi, pergantian, tingkat pengisian parkir dan

distribusi ukuran kendaraan, kita mungkin dapat menentukan geometri parkir

pada badan jalan. Walaupun parkir miring dapat menyediakan lebih banyak

ruang per kaki linier kerebnya, parkir miring ini akan membatasi pergerakan

lalu lintas di jalan daripada parkir sejajar. Parkir sejajar tandem akan

mengurangi manuver parkir dan disarankan untuk jalan-jalan utama dengan

lalu lintas yang sibuk. Pertimbangan keselamatan harus dipertimbangkan

pada susunan parkir pada badan jalan , dan faktor ini sangat erat kaitannya

dengan volume dan kecepatan lalu lintas di jalan yang bersangkutan (C. Jotin

Khisty dan B. Kent Lall, 2003).

Parkir pada badan jalan ini mengambil tempat di sepanjang jalan

dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir ini baik

bagi pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi

dengan intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang

menguntungkan. Parkir pada badan jalan menimbulkan beberapa kerugian,

antara lain :

1. Mengganggu kelancaran arus lalu lintas

2. Berkurangnya lebar jalan sehingga menyebabkan berkurangnya

kapasitas jalan.

(40)

Gangguan samping akan sangat mempengaruhi kapasitas ruas jalan.

Salah satu bentuk gangguan samping yang paling banyak dijumpai di daerah

perkotaan adalah kegiatan perparkiran yang menggunakan badan jalan. Lebar

jalan yang tersita oleh kegiatan perparkiran (termasuk lebar manuver) tentu

mengurangi kemampuan jalan tersebut dalam menampung arus kendaraan

yang lewat, atau dengan kata lain terjadi penurunan kapasitas ruas jalan.

(Tamin, 2000).

b. Parkir di luar badan jalan (off street parking)

Banyak kota dan daerah pinggiran memiliki parkir di luar badan jalan

yang terbuka untuk umum secara gratis. Perimbangan nyata parkir luar badan

jalan adalah sewa parkir atau parkir dengan juru parkir. Fasilitas sewa parkir

sejauh ini telah cepat menjadi metode perparkiran yang paling lazim. Yang

menjadi sasaran ahli teknik adalah banyaknya kapasitas simpan maksimum

dari area kerja yang ada, yang konsisten dengan distribusi ukuran dan dimensi

modelnya. Kapasitas dan ruang titik akses ke fasilitas parkir harus cukup

untuk menampung kendaraan yang masuk tanpa berjejal di jalan (C. Jotin

Khisty dan B. Kent Lall, 2003).

II.9 Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar

Pejalan kaki mempunyai hak yang sama dengan kendaraan untuk

menggunakan jalan. Untuk menjamin perlakuan yang sama tersebut pejalan kaki

diberikan fasilitas untuk menyusuri dan menyeberang jalan. Hak-hak pejalan kaki

(41)

1. Dapat menyeberang dengan rasa aman tanpa perlu takut akan ditabrak oleh

kendaraan;

2. Memiliki hak-hak prioritas terhadap kendaraan mengingat pejalan kaki juga

termasuk yang mencegah terjadinya polusi pada lingkungan;

3. Mendapat perlindungan pada cuaca buruk;

4. Menempuh jarak terpendek dari sistem yang ada;

5. Memperoleh tempat yang tidak hanya aman, tetapi juga menyenangkan;

6. Memperoleh tempat untuk berjalan yang tidak tertanggu oleh siapapun.

Kriteria fasilitas pejalan kaki menurut Ditjen Bina Marga (1995) adalah :

a. Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari

lalu-lintas lain dan lancar;

b. Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu-lintas yang lain harus dilakukan

pengaturan lalu-lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun dengan marka

penyeberangan yang tidak sebidang. Jalur yang memotong jalur lalu-lintas berupa

penyeberangan (zebra cross), marka jalan dengan lampu pengatur (pelican cross),

jembatan penyeberangan dan terowongan;

c. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi di mana pemasangan

fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan,

kenyamanan ataupun kelancaran perjalanan bagi pemakainya;

d. Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan kendaraan dan

jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai faktor dasar dalam pemilihan fasilitas

pejalan kaki yang memadai;

e. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi yang terdapat sarana dan

(42)

Kriteria terpenting dalam merencanakan fasilitas penyeberangan adalah

tingkat kecelakaan. Dari sudut pandang keselamatan penyeberangan jalan sebidang

sebaiknya dihindari pada jalan arteri primer berkecepatan tinggi, yaitu apabila

kecepatan kendaraan pada daerah penyeberangan lebih dari 60 km/jam.

Keperluan fasilitas penyeberangan disediakan secara berhirarki sebagai

berikut.

a. Pulau Pelindung (refuge island);

b. Zebra Cross;

c. Penyeberangan dengan lampu pengatur (pelican crossing);

Dan jika hal di atas tidak memadai, dapat dipertimbangkan jembatan dan

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tahapan Kerja Penelitian

Secara garis besar rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

Menentukan Tujuan Penelitian

· Data hambatan samping

Data Sekunder

· Fluktuasi Volume Lalu Lintas

· Fluktuasi Hambatan Samping

Analisis dan Pembahasan

· Analisa tingkat hambatan samping

· Analisa Kapasitas Ruas Jalan

· Analisa V/C Ratio

· Perbandingan kapasitas dan V/C ratio pada saat pasar menggunakan ruas jalan dengan pada saat pasar tidak menggunakan ruas jalan.

(44)

1. Tahapan pelaksanaan survei adalah proses pengumpulan data yang akan

diolah sehingga dapat digunakan sebagai input dalam proses analisis

selanjutnya.

2. Survei yang dilakukan adalah survei lalu lintas, hambatan samping dan survei

parkir. survei lalu lintas bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kondisi

jalan yang ditinjau, seperti data geometrik jalan, besarnya arus lalu lintas,

hambatan samping dan waktu tempuh kendaraan sepanjang ruas jalan yang

ditinjau. Survei hambatan samping bertujuan untuk mengetahui kelas

hambatan samping ruas jalan yang diteliti.

3. Tingkat kinerja ruas jalan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu

kondisi dengan aktivitas pasar menggunakan ruas jalan sebagai tempat

berjualan dan kondisi pada saat aktivitas pasar tidak menggunakan ruas jalan

sebagai tempat berjualan. Dengan membandingkan kedua tingkat kinerja ruas

jalan tersebut, akan ditarik kesimpulan mengenai solusi yang tepat untuk

mengatasi masalah yang terjadi pada ruas jalan tersebut, yang mana

parameter yang digunakan untuk membandingkan kinerja ruas jalan adalah

kepadatan lalu-lintas, angka V/C Ratio, waktu tempuh rata-rata, dan

kecepatan rata-rata yang ditinjau pada ruas jalan yang termasuk lokasi

penelitian yang telah ditetapkan.

III.2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini pada dasarnya dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok data karakteristik lalu-lintas dan data

karakteristik hambatan samping. Jenis data yang dibutuhkan dan kegunaannya dapat

(45)

Tabel 3.1 Kebutuhan Data Ruas Jalan dan Lalu Lintas

1 Lebar Jalan Data Primer Observasi Identifikasi dan pembatasan sistem

2 Panjang

segmen Data Primer Observasi Menentukan kecepatan

3 Waktu

Samping Data Primer Manual Count

Menentukan kelas hambatan samping

Sumber : Hasil Identifikasi Masalah

III.2.1. Survei Karakteristik Lalu Lintas

a) Survei Geometrik Jalan

Pengumpulan data geometrik jalan dengan metode manual dilakukan

langsung di lokasi survei dengan mengukur lebar jalan, lebar trotoar, dan lay

out parkir, serta data lain-lain tentang ruas jalan yang berhubungan dengan

penelitian ini dengan menggunakan meteran.

b) Survei Volume Lalu Lintas

Survei yang dilakukan pada penelitian ini adalah survei volume

terklasifikasi dengan metode manual traffic counts. Pelaksanaan survei

dilakukan dengan menempatkan surveior pada suatu titik tetap di tepi jalan,

sehingga dapat dengan jelas mengamati kendaraan yang lewat pada titik yang

ditentukan.Pencatatan data diisi pada formulir survei sesuai dengan klasifikasi

(46)

jam, sedangkan jangka waktu pelaksanaan adalah 9 jam, yaitu dari pukul

06.30 s.d pukul 17.30.

III.2.2. Survei Hambatan Samping

Survei ini dilakukan dengan maksud memperoleh data hambatan

samping yang berguna untuk menghitung kapasitas ruas jalan. Survei ini

dilakukan oleh 4 orang surveior, yang mana masing-masing surveior

melakukan survei terhadap jumlah pejalan kaki (pedestrian), kendaraan

berhenti, kendaraan keluar-masuk dari sisi jalan, dan kendaraan lambat pada

tiap ruas jalan.

III.3. Lokasi Survei

Penelitian ini mengambil studi kasus kegiatan pasar tumpah Kampung Lalang

yang menggunakan ruas jalan sebagai tempat berjualan, tepatnya di Jalan Medan

Binjai km.9 dengan panjang segmen penelitian yaitu 200 meter.

Pada segmen sepanjang 200 meter inilah dilakukan pencatatan volume

lalu-lintas, waktu tempuh rata-rata kendaraan, hambatan samping, serta pencataan

data-data yang berhubungan dengan kinerja ruas jalan.

III.4. Waktu Survei

Survei dilakukan pada hari Sabtu/14 Januari 2012, Minggu/15 Januari 2012,

dan Senin/16 Januari 2012 dengan durasi survei 9 jam, yaitu dari pukul 06.30

(47)

III.5. Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka pengolahan data yang dilakukan

secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu :

a. Pengolahan data yang berkaitan dengan volume lalu-lintas.

Pengolahan data volume lalu-lintas dilakukan dengan cara mengkonversikan

setiap jenis kendaraan yang dicatat ke dalam satuan mobil penumpang (smp)

sesuai dengan nilai emp nya masing-masing berdasarkan ketentuan MKJI 1997.

b. Pengolahan data yang yang berkaitan dengan aktivitas pasar.

Data mengenai tingkat pelayanan jalan akibat pengaruh pengurangan lebar jalan

oleh aktivitas pasar yaitu pada pagi hari (pukul 06.30 09.30) dibandingkan

dengan tingkat pelayanan jalan pada saat pasar tidak mengurangi lebar jalan yaitu

siang dan sore hari (pukul 10.30 pukul 17.30). Kemudian data mengenai

pengaruh pasar terhadap peningkatan volume kendaraan diperoleh dari jumlah

kendaraan yang masuk ke tempat parkir pasar per jam dibandingkan dengan

volume lalulintas per jam.

III.6. Teknik Analisis dan Pembahasan

Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang

telah dilakukan yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan. Analisis yang

dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif terhadap volume

lalu-lintas, kapasitas ruas jalan, dan nilai V/C Ratio.

Kemudian pembahasan dilakukan dengan metode perbandingan, dengan

tujuan membandingkan karakteristik lalu-lintas pada saat pasar menggunakan ruas

(48)

Perbandingan ini akan menunjukkan seberapa besar pengaruh pengurangan lebar

jalan akibat aktivitas pasar di ruas jalan terhadap fluktuasi kinerja ruas jalan yang

terjadi pada ruas jalan yang diteliti.

III.7. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini, setelah dilakuakan analisis dan pembahasan terhadap

data-data yang disajikan, maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Kemudian

berdasarkan kesimpulan yang diperoleh akan dicoba memberikan suatu saran

maupun masukan bagi pihak terkait dengan harapan dapat mengatasi masalah yang

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dari hasil survey dan analisa diperoleh kapasitas jalan Medan Binjai ketika

tidak mengalami pengurangan akibat pasar yaitu pada pagi hari sebesar

5787,2smp/jam dan pada siang dan sore hari sebesar 6060 smp/jam. Di mana

terjadi perbedaan akibat adanya perbedaan pada koefisien faktor pemisah

arah yaitu pada pagi hari pembagian volume kendaraan adalah 65% pada

jalur menuju Medan dan 35% menuju Binjai,sementara pada siang hari

pembagian arus adalah 50-50.

2. Jika dibandingkan antara kapasitas ruas jalan Medan Binjai km.9 pada saat

tidak mengalami pengurangan lebar akibat pasar dengan pada kondisi setelah

mengalami pengurangan lebar dapat dilihat bahwa pada pagi hari terjadi

pengurangan kapasitas ruas jalan yang cukup besar akibat dari penggunaan

ruas jalan sebagai tempat berjualan. Di mana penurunan kapasitas terbesar

mencapai 30,19 % atau sebesar 1747,55 smp/jam akibat dipakainya satu ruas

jalan. Dari hasil survey selama tiga hari diperoleh data data volume

lalu-lintas, perbandingan kapasitas dan V/C Ratio jalan pada kondisi tanpa

hambatan samping dan dengan hambatan samping. Di mana pada pagi hari

yaitu pukul 06.30 09.30 sering diperoleh angka V/C ratio yang melebihi

angka 0,8 di mana hal itu terjadi karena adanya pengaruh hambatan samping

(50)

hambatan samping nilai V/C ratio selalu lebih kecil dari 0,8. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa akibat aktivitas pasar yang menggunakan satu ruas jalan

Medan Binjai km.9 sebagai tempat berjualan pada pagi hari maka terjadi

pengurangan kapasitas ruas jalan yang cukup signifikan.

V.2. Saran

1. Perlu dilakukan penertiban untuk aktivitas pasar Kampung Lalang agar tidak

ada lagi pengurangan kapasitas ruas jalan akibat aktivitas pasar.

2. Perlunya pengawasan dari instansi pemerintah seperti Kepolisian atau Dinas

Perhubungan pada ruas jalan Medan Binjai km.9 untuk mengawasi agar

tidak ada lagi pedagang yang berdagang di ruas jalan, serta untuk mengatur

arus lalulintas yang melaui jalan Medan Binjai, agar para pengemudi

mematuhi rambu rambu lalulintas yang ada sehingga arus lalulintas dapat

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Bina Marga. (1990). Panduan Survei dan Perhitungan Waktu Perjalanan

Lalu Lintas, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Dirjen Bina Marga. (1990). Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan, Departemen

Pekerjaan Umum, Jakarta.

Dirjen Bina Marga. (2009). Prosedur Operasional Standar Survei Lalu Lintas,

Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

HCM. (2000). Highway Capacity Manual, 2000.

Khisty Jotin, C dan Kent Lall, B. (2003). Dasar Dasar Rekayasa Transportasi.

Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Marpaung, P. (2005). Analisis Hambatan Samping Sebagai Akibat Penggunaan

Lahan Sekitarnya Terhadap Kinerja Jalan Juanda di Kota Bekasi, Tesis

Magister, Jurusan Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas

Diponegoro

May, A, D. (1990). Traffic Flow Fundamentals, Prentice-Hall, New Jersey.

MKJI (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktoat Jendral Bina

Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Miro, F. (2002). Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Nasution, M.N. (2003). Manajemen Transportasi, Penerbit Ghalia Indonesia,

Jakarta

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Jakarta, 2004.

(52)

Tamin, O. Z. (2000) Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

Yunianta, A. (2006). Pengaruh Manuver Kendaraan Parkir Badan Jalan terhadap

Karakterisitik Arus Lalu Lintas Di Jalan Diponegoro Yogyakarta, Tesis

Gambar

Gambar 1.1. Denah lokasi
Tabel 2.1 Karakteristik Dasar Arus Lalu Lintas
Tabel 2.2 Nilai Tingkat Pelayanan
Tabel 2.3. Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tri Rahayu : Kajian Kemacetan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Medan-Binjai, 2006 USU Repository © 2008... Tri Rahayu : Kajian Kemacetan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Medan-Binjai, 2006

Pada Tugas Akhir dilakukan studi kapasitas, kecepatan, derajat kejenuhan dan hambatan samping pada ruas jalan Sayati Kabupaten Bandung, dengan menggunakan Manual Kapasitas

Berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa kinerja lalu lintas pada ruas jalan Godean terjadi sedikit masalah dengan kapasitas yang

Berdasarkan Tabel 11 diketahui per- bandingan kinerja ruas jalan saat ini (bila pasar beroperasi) dengan kinerja ruas jalan 10 tahun yang akan datang (dalam persen- tase)

Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan yang dapat melintasi suatu ruas jalan yang uniform per jam, dalam satu arah untuk

Tingkat pelayanan ruas Jalan Medan Merdeka Barat dengan arus lalu lintas dari arah selatan (segmen 2) adalah C dengan nilai V/C ratio 0,45, dimana arus stabil,

Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan yang dapat melintasi suatu ruas jalan yang uniform per jam, dalam satu arah untuk jalan dua jalur dua

Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “ANALISA PENGARUH PASAR TRADISIONAL TERHADAP KINERJA RUAS