• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Transformasi Laplace Pada Sistem Termal Untuk Menentukan Suhu Pada Tangki Air.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Transformasi Laplace Pada Sistem Termal Untuk Menentukan Suhu Pada Tangki Air."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN TRANSFORMASI LAPLACE PADA SISTEM

TERMAL UNTUK MENENTUKAN SUHU PADA TANGKI AIR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana

FITRI SUSANTI

070801037

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENGGUNAAN TRANSFORMASI LAPLACE PADA SISTEM TERMAL UNTUK MENENTUKAN SUHU PADA TANGKI AIR

Kategori : SKRIPSI

Nama : FITRI SUSANTI Nomor Induk Mahasiswa : 070801037

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juli 2011

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing Skripsi

(3)

PERNYATAAN

PENGGUNAAN TRANSFORMASI LAPLACE PADA SISTEM

TERMAL UNTUK MENENTUKAN SUHU PADA TANGKI AIR

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

(4)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT, dengan anugerah-Nya penulis masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Penggunaan Transformasi Laplace Pada Sistem

Termal Untuk Menentukan Suhu Pada Tangki Air

” ini dengan baik dan

tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik di muka bumi.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis sangat ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada komisi pembimbing Drs. Tenang Ginting, M.Si, yang telah menyumbangkan pikiran dan saran serta meluangkan waktu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dan dengan penuh kesabaran mendorong, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Ungkapan terima kasih yang sama juga penulis ajukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Fisika DR. Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, seluruh staf pengajar dan seluruh staf pegawai terutama kak Tini dan kak Yuspa di Departemen Fisika FMIPA USU.

Terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Eddy Marlianto, selaku guru besar di Departemen Fisika, Dr. Kerista Sebayang, M.S, Dr. Diana Alemin Barus. M.Sc, Dr. Zuriah Sitorus, M.S, Dr. Susilawati, M.Si yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih terbesar penulis persembahkan buat Ayahanda, Sudarwan dan Ibunda, Ponira yang selalu mengalirkan kasih sayang, do’a, semangat, motivasi dan inspirasi yang akhirnya penulis berhasil menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak dr. Alwinsyah Abidin, SpPD dan Ibu Syafrina Damayanti yang telah menerima saya untuk tinggal di rumah Bapak dan Ibu hingga selesainya studi S1 beserta arahan dan nasehat yang sangat bermanfaat, dan kakak, abang serta adik yang penulis sayangi :Rahmat Abdul Jalil, Siti Aisyah, Ainun, Bambang, Sidik, Fatoni.. terima kasih pada kalian semua dan penulis selalu membutuhkan motivasi dan nasehat dari kalian.

(5)

Akhirnya sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penulis sebutkan sebelumnya semoga Tuhan Yang maha Esa selalu memebrikan perlindungan, kesehatan, limpahan rahmat dan membalas semua kebaikan-kebaikan mereka.

(6)

PENGGUNAAN TRANSFORMASI LAPLACE PADA SISTEM TERMAL UNTUK MENENTUKAN SUHU PADA TANGKI AIR

Abstrak

(7)

THE USE OF LAPLACE TRANSFORM INTO THE TERMAL SYSTEM TO DETERMINE TEMPERATURE IN WATER TANK

Abstract

Laplace transform convert the time function, �(�) to be the function in the variable of laplace transform, �(�). To compllete the analysist in the termal system, we do analysist and planning. To analyze the thermal system can be done by using laplace transform and transfer function. Laplace transform can explain how outlet temperature

�(�) responding to the change in the inlet temperature ��(�) in adiabatic process and non-adiabatic process, process that affected by surrounding, ��(�). Total ratio of inlet temperature and outlet temperature can we call as gain. Gain in this process depend on the flow, density, and heat capacity of the fluid (�,�, and ��), in the transfer total heat koeficient (�), and in the heat transfer area (�). If one of this changes, the behavior of this process will change and will affect gain.

(8)

Halaman

Persetujuan... ii

Pernyataan ... iii

Penghargaan... iv

Abstrak... vi

Abstract... vii

Daftar Isi... viii

Daftar gambar... x

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 3

1.6 Sistematika Penulisan... 3

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Transformasi Laplace…... 5

2.1.1 Sifat-Sifat Transformasi Laplace... 6

2.1.1.1 Linearisasi ... 7

(9)

2.1.1.3 Teorema Integrasi... 8

2.1.1.4 Teorema Translasi... 9

2.1.2 Transformasi Laplace Balik………... 9

2.1.2.1 Metode Uraian Pecahan Parsial………. 9

2.1.2.2 Persamaan Differensial ……… 10

2.1.2.3 Solusi Persamaan Differensial Dengan Metode Transformasi Laplace ……… 11

2.1.3 Respon Sistem Dinamis……….. 12

2.1.3.1 Fungsi Masukan ……… 12

2.1.3.2 Fungsi Tangga (Step Function) ………. 12

2.1.3.3 Variabel Deviasi ……… 13

2.1.4 Fungsi Alih ………. 14

2.1.5 Diagram Blok ………. 15

2.2 Teori Sistem ………. 16

2.2.1 Hukum Termodinamika Pertama ………... 17

BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian... 19

3.2.1 Waktu ... 19

3.2.2 Lokasi Penelitian ... 19

3.2 Tata Cara Penelitian ... 19

(10)

4.1 Proses Adiabatik Pada Sistem Termal ... 21

4.2 Proses Nonadiabatik Pada Sistem Termal ... 26

4.3 Diagram Blok Pada Sistem Termal ... 31

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan... 32

5.2 Saran... 32

Daftar Pustaka

LAMPIRAN I

(11)

Gambar 2.1 Fungsi tangga (step function) ……… 12

Gambar 2.2 Simbol Diagram Balok / Kotak ..………. 15

Gambar 2.3 Komponen Dalam Suatu Sistem ………... 16

Gambar 2.4 Studi Sistem ………. … 17

Gambar 3.1 Skema Penentuan Suhu Pada Sistem Termal ………... 20

Gambar 4.1 Proses Termal ………... 21

Gambar 4.2 Sistem Termal Tanpa Pengaruh Suhu Lingkungan (adiabatik) .... 31

Gambar 4.3 Respon Total Sistem Termal Yang Dipengaruhi Suhu Lingkungan (nonadiabatik) ………... 32

(12)

PENGGUNAAN TRANSFORMASI LAPLACE PADA SISTEM TERMAL UNTUK MENENTUKAN SUHU PADA TANGKI AIR

Abstrak

(13)

THE USE OF LAPLACE TRANSFORM INTO THE TERMAL SYSTEM TO DETERMINE TEMPERATURE IN WATER TANK

Abstract

Laplace transform convert the time function, �(�) to be the function in the variable of laplace transform, �(�). To compllete the analysist in the termal system, we do analysist and planning. To analyze the thermal system can be done by using laplace transform and transfer function. Laplace transform can explain how outlet temperature

�(�) responding to the change in the inlet temperature ��(�) in adiabatic process and non-adiabatic process, process that affected by surrounding, ��(�). Total ratio of inlet temperature and outlet temperature can we call as gain. Gain in this process depend on the flow, density, and heat capacity of the fluid (�,�, and ��), in the transfer total heat koeficient (�), and in the heat transfer area (�). If one of this changes, the behavior of this process will change and will affect gain.

(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Termal adalah sistem yang melibatkan perpindahan kalor (energi

panas) dari satu zat ke zat yang lain. Sistem termal dapat dianalisis dalam bentuk

tahanan dan kapasitansi, walaupun kapasitansi termal dan tahanan termal tidak dapat

menyatakan secara teliti sebagai parameter terkumpul karena biasanya kedua

parameter tersebut terdistribusi ke seluruh zat. Untuk analisis yang teliti harus

digunakan model dengan parameter terdistribusi. (Katsuhiko, 1995)

Sistem termal adalah seperangkat komponen (termal) yang memiliki struktur

tertentu, misalnya pada sebuah tangki terisolasi. Dalam sistem termal terjadi suatu

proses termal, yaitu suatu proses yang berlangsung akibat dari efek termal. Efek

termal terjadi akibat adanya gradien suhu atau gradien kecepatan sehingga ada aliran

materi atau energi dan gradien konsentrasi. Sebuah proses adalah serangkaian tahapan

yang terjadi antara dua keadaan dari sistem, yang dinamakan keadaan awal dan

keadaan akhir. Proses dinamakan Steady State jika tidak ada variasi keadaan akhir

terhadap waktu. Proses steady state merupakan kasus umum dalam analisis sistem

termal, (Sihana, 2010)

Dalam menyelesaikan analisis pada sistem termal ini, dilakukan analisis dan

perencanaan dengan menggunakan transformasi Laplace. Bentuk-bentuk matematis

ini dapat dilakukan dalam wawasan (domain) waktu maupun wawasan frekuensi.

Persamaan-persamaan dalam wawasan waktu pada umumnya dinyatakan oleh

persamaan linear atau persamaan differensial; sedang dalam wawasan frekuensi

dinyatakan dalam bentuk fungsi kompleks atau melalui transformasi Laplace ataupun

bentuk-bentuk lainnya, di mana frekuensi merupakan variabel bebas. (Sahat, 1994)

Namun pada kenyataannya, tidak ada analisis matematis yang pasti dari suatu

sistem termal. Untuk beberapa penggunaan tertentu, analisis sistem diharapkan dapat

(15)

Pada analisis termal untuk sebuah tangki cairan yang berisi cairan atau fluida tertentu,

ditambahkan dengan cairan dengan suhu yang berbeda-beda, kita menginginkan

campuran kedua cairan itu tercampur dengan sempurna dan dihasilkan keluaran cairan

yang kita inginkan pada suhu tertentu pula. Ini hanya untuk satu tangki yang

sederhana, yang tidak dipakai untuk semua kondisi.

Untuk itu, analisis pada sistem termal ini akan mengembangkan penggunaan

transformasi Laplace dan fungsi alih pada tangki yang terisolasi dengan baik.

Transformasi Laplace ini akan menjelaskan bagaimana temperatur keluaran merespon

terhadap perubahan pada temperatur masukan. Hasil dari penggunaan transformasi

Laplace akan menunjukkan kinerja sistem secara keseluruhan. (smith, 1997)

1.2 Rumusan Masalah

Penggunaan transformasi Laplace dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana mencari transformasi Laplace sistem termal pada tangki air.

2. Bagaimana menentukan hubungan antara suhu masukan dengan suhu

keluaran pada tangki air.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memberi ruang lingkup yang jelas tentang penelitian ini, penulis

mengambil batasan-batasan :

1. Tangki yang dipakai dalam keadaan terisolasi dengan baik.

2. Energi dari proses pengadukan diabaikan.

3. Densitas dan kapasitas panas air dianggap konstan.

(16)

Adapun tujuan penggunaan Transformasi Laplace pada sistem termal untuk

menentukan suhu pada tangki air adalah sebagai berikut :

1. Untuk mencari suhu keluaran dan masukan pada tangki air dengan

menggunakan transformasi Laplace.

2. Untuk mengetahui hubungan antara temperatur masukan dengan temperatur

keluaran.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penggunaan transformasi Laplace pada sistem termal dalam

menentukan suhu adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber pengetahuan bagi pembaca dalam menganalisis model

matematik pada tangki air dengan transformasi Laplace.

2. Penggunaan transformasi Laplace ini dapat mempermudah menganalisis

pengendalian suhu sistem termal pada tangki air.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan masalah yang akan

diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat penelitian, dan

sistematika penulisan.

(17)

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk

proses pembuatan penelitian , analisa hasil serta pembahasan.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini akan membahas tentang waktu dan tempat pembuatan

penelitian, tata cara pembuatan penelitian, dan diagram alir penelitian.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan analisa hasil yang

diperoleh dari penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian

dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih lanjut.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transformasi Laplace

Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah

menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

suatu fungsi lain F(s) dimana s menyatakan suatu bidang kompleks yang dapat

dituliskan dengan �= �+��. � adalah bagian nyata (riel) dan � adalah bagian khayal (imajiner) dari s; sedangkan � = √−1.

Dalam analisis proses dinamis, variabel proses dan sinyal pengendali adalah

merupakan fungsi waktu, t. Transformasi laplace dari sebuah fungsi waktu, f(t),

diberikan oleh rumus :

�(�) =ℒ[�(�)] =∫ �0 (�)�−���� (2.1)

Di mana �(�) =ℒ[�(�)] menyatakan transformasi Laplace dari sebuah fungsi f(t). Dalam proses transformasi ini fungsi t berubah menjadi s yaitu F(s). Batas integrasi

adalah 0 (nol), yaitu permulaan respon sistem sampai tak terhingga. Batas ini

menunjukkan bahwa transformasi Laplace mengandung informasi pada fungsi f(t)

hanya untuk waktu positif ( proses ke masa yang akan datang). Hal ini dapat diterima

dengan baik, karena dalam proses pengendalian, seperti dalam kehidupan, tidak ada

yang dapat diselesaikan kearah masa lalu (waktu negatif); aksi pengendalian hanya

dapat mempengaruhi proses di masa depan.

(19)

Linearisasi dan differensiasi serta teorema integrasi adalah penting untuk

mentransformasikan persamaan differensial menjadi persamaan aljabar. Hasil akhir

dari teorema ini sangat berguna untuk memprediksi hasil keadaan steady state dari

fungsi waktu dari transformasi Laplace, dan teorema translasi berguna untuk hal yang

berhubungan dengan fungsi waktu tunda. Sifat-sifat yang lain berguna untuk

mendapatkan transformasi dari fungsi kompleks dari transformasi fungsi yang lebih

sederhana seperti yang berada pada table 2.1.

Tabel 2.1 Transformasi Laplace dari Fungsi Umum

�(�) �(�) =�[�(�)]

�(�) 1

�(�) 1

� 1

�2

�� !

��+1

�−�� 1

�+�

��−�� 1

(�+�)2

��−�� !

(�+�)�+1

sin�� �

�2+2

cos�� �

�2+2

e−atsin�� �

(�+�)2+�2

e−atcos�� �+�

(�+�)2+�2

(Sumber : Carlos A. S dan Armando B. C, 1997)

(20)

Linearisasi sangat penting untuk menyelesaikan transformasi Laplace ke dalam

bentuk operasi Linear. Jika a adalah konstanta, maka :

ℒ[��(�)] =�ℒ[�(�)] =��(�) (2.2)

Hal ini juga dapat dituliskan ke dalam bentuk penjumlahan :

ℒ[��(�) +��(�)] =��(�) +��(�) (2.3)

Di mana a dan b adalah konstanta.

2.1.1.2Teorema Differensiasi

Teorema ini menentukan sebuah hubungan dari transformasi Laplace pada

sebuah fungsi dan turunannya, adalah sangat penting dalam transformasi persamaan

differensial dari persamaan aljabar.

a. Variabel t

Fungsi waktu (�) :

ℒ ��� �� (�)�= � �

�� �(�)�−����

0

= ∫ �0∞ −����(�)→dengan integral parsial

=�−���(�)|0∞− � �(�)(−�)�−����

0

=−�(0) +� � �(�)

0 �

−����

= ��(�)−f(0)

b. Variabel s

�(�) = ℒ�(�) �

�� �(�) = d

ds� �(�)�

(21)

= � �(�)(−�)�−����

0

=− ∫ ��0∞ (�)�−����

�� �(�) =−ℒ[ ��(�)]

Dengan cara yang sama maka diperoleh :

ℒ ����22�(�)�=�2�(�)− ��(0)− �

�� �(0)

Secara umum dituliskan :

ℒ �������(�)�= ���(�)− ��−1�(0)− ⋯ −

��−1

���−1|�=0 (2.4)

Pada proses pengendalian, normalisasi dimisalkan kondisi awal dalam keadaan

steady state yaitu turunan dari waktu adalah nol dan bahwa variabel selisih dari

kondisi awal (nilai awal adalah nol).

2.1.1.3Teorema Integrasi

Teorema ini menentukan kedua hubungan sebuah fungsi transformasi Laplace

dan integral. Bentuknya adalah :

ℒ �∫ �0� (�)���=1

��(�) (2.5)

Bukti dari teorema ini adalah membawa integrasi defenisi dari transformasi

Laplace. Transformasi Laplace dari integral ke-n sebuah fungsi ditransformasikan ke

fungsi ��.

2.1.1.4Teorema Translasi

(22)

ℒ[�(� − �0)] = �−��0�() (2.6)

Persamaan ini menyatakan bahwa transformasi Laplace dari fungsi waktu f(t)

yang ditranslasikan sebesar �0 sama dengan perkalian �(�) dengan �−��0.

2.1.2 Transformasi Laplace Balik

Proses matematik dalam mengubah ekspresi variabel kompleks menjadi

ekspresi waktu disebut transformasi balik, dinotasikan sebagai ℒ−1. Persamaannya adalah :

ℒ−1[()] =() (2.7)

Perhatikan bahwa metoda yang lebih sederhana untuk mencari transformasi

Laplace balik ini adalah didasarkan pada kenyataan bahwa berlaku hubungan yang

unik antara fungsi waktu dan transformasi Laplace balik, untuk setiap fungsi waktu

yang kontinu, (Smith, 1997)

2.1.2.1Metoda Uraian pecahan Parsial

Jika �(�) adalah transformasi Laplace dari �(�), diuraikan atas komponen-komponennya :

�(�) =�1(�) +�2(�) +⋯+�(�)

dan jika transformasi Laplace balik dari �1(�),�2(�), … ,�(�) telah tersedia, maka :

ℒ−1[�(�)] =ℒ−1[�1(�)] +ℒ−1[�2(�)] +⋯+ℒ−1[�(�)]

=�1(�) +�2(�) +⋯+�(�) (2.8)

di mana �1(�),�2(�), … ,�(�) masing-masing adalah transformasi Laplace balik dari

(23)

�(�) =�(�)

�(�)

di mana �(�) dan �(�) adalah polynomial dalam s, dan derajat �(�) tidak lebih tinggi dari �(�). Untuk mencari transformasi Laplace balik dari �(�), terlebih dahulu mengetahui akar-akar polynomial penyebut �(�), (Katsuhiko, 1995)

2.1.2.2 Persamaan Differensial

Persamaan Differensial (P.D) adalah persamaan yang mengandung suku-suku

variabel bebas dan tidak bebas di mana terdapat bentuk differensial (turrunan).

Persamaan differensial dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Persamaan Differensial Parsial

2. Persamaan Differensial Biasa :

- Persamaan Differensial Biasa (tidak linear)

- Persamaan Differensial Biasa (linear) dengan koefisien variabel dan

koefisien konstan. Selanjutnya koefisien konstan dibagi atas homogen dan

non homogen.

Sebuah persamaan disebut Persamaan Differensial parsial jika didalam

persamaan tersebut terdapat lebih dari satu variabel bebas, yang disebut sebagai

Persamaan Differensial Biasa. Perhatikan persamaan berikut :

�2�

��2 +��=�2 (2.9)

�2

��2 + 10

��

��+ 3 = 0 (2.10)

Pada persamaan (2.9), variabel bebas adalah x dan t sedangkan y adalah

variabel tidak bebas. Pada persamaan (2.10), variabel bebas adalah t. Persamaan

differensial ini dapat ditetapkan dalam kebanyakan sistem pengontrolan. Orde

(tingkat) sebuah persamaan differensial adalah tingkat dari turunan (derivatif) tertinggi

yang terdapat dalam persamaan tersebut; sedangkan derajat sebuah persamaan

(24)

2.1.2.2Solusi Persamaan Differensial Dengan Metoda Transformasi Laplace

Dalam menyelesaikan persamaan differensial dengan metoda transformasi

Laplace, menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mentransformasikan persamaan differensial menjadi suatu persamaan aljabar

ke dalam transformasi Laplace variabel � dan mencari solusi transformasi Laplace variabel yang bergantung dengan menyusun kembali persamaan

aljabar tersebut.

2. Ekspresi waktu untuk persamaan differensial diperoleh dengan mencari

transformasi Laplace balik dari variabel yang saling berkaitan. (Smith, 1997)

Secara umum, bentuk persamaan differensial linear yang tidak homogen orde n

dapat dituliskan sebagai berikut :

��(�)�

��� +��−1(�)

��−1�

���−1+⋯+�0(�)� =�(�) (2.11)

di mana t adalah variabel bebas dan �(�) adalah fungsi eksitasi (fungsi masukan) yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk.

Dari persamaan (2.11) dapat diperoleh keadaan-keadaan berikut :

a. Jika �(�) = 0, persamaan differensial adalah homogen. b. Jika � = 2, persamaan differensial adalah orde dua. c. Jika � = 1, persamaan differensial adalah orde satu.

d. Jika �(�) =�������, persamaan adalah persamaan differensial dengan koefisien tetap.

(25)

Sifat dinamis sebuah sistem fisis sangat penting dalam pengontrolan, di mana

dengan diterimanya masukan (baik berupa perintah maupun gangguan) yang kontinu

dan berubah-ubah, akan terjadi perubahan-perubahan terhadap keluaran. Respon

terhadap masukan ini harus dianalisis untuk mengetahui dan mencapai performansi

yang memuaskan dari sistem fisis tersebut. Respon dari sebuah sistem adalah keluaran

yang diperoleh sistem tersebut setelah menerima masukan. Suatu cara untuk

menyatakan sistem adalah persamaan differensial.

2.1.3.1Fungsi Masukan

Fungsi masukan diberikan terhadap sebuah sistem untuk mengevaluasi

performansi dinamis daripada sistem tersebut. Keuntungan dari fungsi ini adalah :

1. Dengan mengetahui model matematis untuk sebuah sistem, maka respon

(keluaran) sistem tersebut juga dapat dianalisis secara otomatis.

2. Fungsi masukan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meramalkan hasil

eksperimen secara teoritis.

2.1.3.2Fungsi Tangga (Step Function)

Fungsi ini paling banyak dipakai sebagai masukan dalam analisis dinamis.

Fungsi ini dapat digambarkan sebagai berikut :

r

A

0 t

Gambar 2.1 Fungsi tangga (step function)

Secara matematis fungsi tangga ini dapat dituliskan sebagai berikut :

�= 0 ������ < 0

(26)

Jika � = 1, maka bentuk fungsi tersebut menjadi :

�= 0 ������< 0

�= 1 ������ ≥0, dan fungsi ini disebut fungsi tangga dengan amplitudo

satu-satuan (unit step function). Tentunya dalam sistem sebenarnya tidak mungkin

terjadi perubahan seketika dari nol ke level A atau satu, tetapi perubahan ini terjadi

dengan menimbulkan kesalahan (error) yang kecil.

2.1.3.3Variabel Deviasi

Penggunaan variabel deviasi sangat penting dalam menganalisis dan

mendesain proses sistem pengendali, sehingga harus dipahami dengan baik.

Keuntungan penggunaan variabel deviasi adalah :

1. Nilai variabel ini mengindikasikan tingkat penyimpangan dari nilai

operasi keadaan steady state (nilai variabel yang diinginkan).

2. Nilai awal adalah nol (dimulai dari keadaan steady state) untuk

menyederhanakan solusi persamaan differensial.

Untuk menghilangkan nilai dasar dari keluaran, dengan mengganti variabel

keluaran dengan simpangan dari nilai dasar. Hal ini memberikan hasil variabel

simpangan yang dinyatakan sebagai :

�(�) =�(�)− �(0) (2.12)

Dimana Y(t) = Variabel simpangan.

y(t) = Nilai total dari variabel.

Dalam hal ini, untuk keseimbangan, variabel penyimpangan akan dinyatakan

oleh huruf besar dan variabel mutlak oleh huruf kecil. Apabila memungkinkan dari

defenisi sebuah variabel penyimpangan, nilai dasarnya adalah nol.

(27)

Untuk menggambarkan penyederhanaan yang dihasilkan dari penggunaan

variabel penyimpangan, dianggap bahwa orde ke-n adalah persamaan differensial

linier.

���

()

��� +��−1

��−1�(�)

���−1 +⋯+�0�(�) =��

���(�)

��� +��−1

��−1�(�)

���−1 +⋯+

0�(�) +� (2.13)

dimana n > m, y(t) adalah variabel keluaran, x(t) adalah variabel masukan dan c

adalah konstanta. Pada keadaan dasar steady state semua turunan waktu adalah nol,

dan dapat dituliskan :

0�(�) =�0�(�) +� (2.14) Penjabaran persamaan (2.12) dari persamaan (2.11) menghasilkan :

���

()

��� +��−1

��−1()

���−1 +⋯+�0�(�) = ��

��()

��� +��−1

��−1()

���−1 +⋯+

�0�(�) (2.15)

Dimana Y(t) = y(t) – y(0), X(t) = x(t) – x(0), dan variabel penyimpangan dapat

disubstitusikan secara langsung untuk variabel yang diharapkan pada hubungan

turunan karena perbedaannya hanya pada konstanta biasa.

���(�) ��� =

��[()−�(0)]

��� =

��()

��� −

��(0)

��� =

��()

��� (2.16)

Perlu diingat bahwa persamaan (2.13) pada variabel penyimpangan adalah pada

dasarnya sama dengan persamaan (2.12) dalam variabel aslinya kecuali untuk

konstanta c, yang dibatalkan, (Smith, 1997)

2.1.4 Fungsi Alih

Di dalam wawasan fungsi waktu (t), jika sebuah sistem diberi masukan dan

menghasilkan keluaran maka perbandingan antara keluaran terhadap masukan disebut

fungsi alih dalam bentuk t dari sebuah elemen linear atau sistem; dengan anggapan

(28)

Di dalam praktek, terdapat banyak elemen sistem yang menghasilkan jawaban

(respon) yang berubah terhadap waktu. Dalam wawasan waktu, karakteristik dinamis

ini dinyatakan oleh persamaan differensial; tetapi tidak dapat digunakan secara

langsung sebagai suatu fungsi alih. Karakteristik dinamis dapat dinyatakan oleh

sebuah fungsi alih dalam variabel � dimana untuk sebuah elemen linear atau sistem, fungsi alih ini didefinisikan sebagai perbandingan antara transformasi Laplace dari

keluaran terhadap transformasi Laplace masukan dengan anggapan bahwa semua

syarat awal adalah nol.

(

) =

�(�)

�(�)

=

�(���+��−1��−1+⋯+�1�+1)

(���+��−1��−1+⋯+�1�+1) (2.17)

Dengan G(s) adalah perbandingan antara proses keluaran, Y(s) terhadap proses

masukan, X(s). Sifat-sifat fungsi alih adalah sebagai berikut :

1. n ≥ m.

2. menghubungkan transformasi Laplace variabel deviasi masukan dan keluaran

dari keadaan mantap (steady state). Sebaliknya, kondisi awal bukan nol punya

kontribusi tambahan pada transformasi variabel keluaran.

3. Sistem stabil yaitu hubungan mantap antara variabel keluaran dan variabel

masukan diperoleh dengan lim�→0�(�), (Sahat, 1994)

2.1.5 Diagram Blok

Diagram Blok menunjukkan urutan operasi secara fungsional melalui

elemen-elemen yang membangunnya dan dinyatakan dengan kotak seperti pada gambar

berikut.

x y

Gambar 2.2 Simbol diagram blok

Dalam simbol ini, A menyatakan suatu sistem atau proses (mekanis, termis,

(29)

dinyatakan oleh variabel � dan �. Pada umumnya, variabel yang berada di sebelah kiri tanda kotak merupakan masukan terhadap kotak, sedangkan variabel sebelah kanan

menunjukkan keluaran terhadap kotak tersebut; atau lebih umum; tanda panah yang

menuju kotak adalah masukan sedang tanda panah yang menjauhi kotak adalah

keluaran daripada kotak tersebut. Variabel biasanya dinyatakan dengan huruf kecil.

Kotak A adalah suatu sistem. Sistem adalah kombinasi komponen-komponen

yang saling mempengaruhi bersama dan membentuk suatu proses yang dapat

dinyatakan secara matematis. Contohnya adalah sistem fisis, biologis, kimia, maupun

kombinasinya.

Secara simbolis sistem dinyatakan oleh huruf besar, sedangkan hubungan

antara keluaran dan masukan dinyatakan oleh :

�=�� (2.18) Dari hubungan ini dapat dilihat bahwa sebuah kotak sebetulnya merupakan

faktor pengali terhadap masukan, atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa kotak

A adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk mengubah harga masukan. Contohnya

adalah penguat (amplifier), filter dan lain-lain, (Sahat, 1994)

2.2 Sistem

Sistem adalah kombinasi atas beberapa komponen yang bekerja bersama-sama

dan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Komponen ini dapat berdiri sendiri maupun

berupa komponen yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain.

Adapun komponen utama dari sistem adalah :

Input Output

Gambar 2.2 Komponen dalam suatu sistem

di mana, input adalah komponen masukan yang dapat berupa data atau informasi,

(30)

ditandai oleh suatu deretan perubahan kecil yang berurutan dengan cara yang relatif

tetap dan menuju ke suatu hasil atau keadaan tertentu, Sedangkan Output adalah hasil

dari perubahan yang dilakukan terhadap data atau informasi yang diberikan pada

[image:30.595.107.516.182.535.2]

input.

Gambar 2.4 Studi sistem

2.2.1 Hukum Termodinamika Pertama

Dalam sistem termal, proses-proses dasarnya adalah pencampuran fluida

(cairan atau gas) panas dan dingin, pembangkitan panas melalui pembakaran,

pembangkitan panas melalui benda-benda yang disambungkan/berdekatan, reaksi

kimia, induksi dan disintegrasi atom. Dalam sistem termal, digunakan hukum

termodinamika I dan II yang mengatur jumlah dan cara pembangkitan energi panas

dan juga mengatur aliran panas tersebut. Kalor (q) merupakan energi yang berpindah Sistem

Eksperimen dengan sistem nyata

Eksperimen dengan model sistem

Model Fisis Model Matematika

Solusi Analitik

(31)

dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan

sistem dan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kalor merupakan energi yang berpindah

dari sistem ke lingkungan atau energi yang berpindah dari lingkungan ke sistem akibat

adanya perbedaan suhu.

Jika Kalor berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu,

maka Kerja (W) berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi melalui cara-cara

mekanis. Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, maka energi

dengan sendirinya akan berpindah dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya jika

lingkungan melakukan kerja terhadap sistem, maka energi akan berpindah dari

lingkungan menuju sistem.

Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul sistem,

ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara

molekul sistem. Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita dapat menyimpulkan

bahwa perubahan energi dalam sistem sama dengan kalor yang ditambahkan pada

sistem (sistem menerima energi) dikurangi kerja yang dilakukan oleh sistem (sistem

melepaskan energi). Secara matematis, dituliskan :

��= �� − �� (2.19)

Keterangan :

�� = Perubahan energi dalam, Joule

dq = Banyaknya panas yang ditambahkan pada system, Joule

W = Kerja yang dilakukan oleh sistem, Joule

Jadi besarnya energi dalam tergantung pada perbedaan panas yang diberikan

dari suatu keadaan lain dari suatu cairan dan kerja yang dihasilkan. Jika perubahan itu

mengalami suhu konstan maka dT = 0, dan ∑ ��= ∑ ��. Jumlah panas yang disalurkan sama dengan jumlah kerja yang dihasilkan. Jadi jumlah panas yang

disalurkan pada suatu sistem sama dengan jumlah kerja yang dihasilkan oleh sistem

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2011 – Juni 2011.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara

yaitu Perpustakaan Universitas dan Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumetra Utara.

3.2 Tata Cara Penelitian

Pemodelan penggunaan Transformasi Laplace sistem termal pada tangki air

(33)
[image:33.595.202.393.97.404.2]

Gambar 3.1 Skema penentuan suhu pada sistem termal menggunakan transformasi Laplace.

Penggunaan transformasi Laplace pada sistem termal untuk menentukan suhu

pada tangki air dilakukan dengan membuat model matematik pada sistem tersebut.

Dari model matematik ini diperoleh suhu masukan dan keluaran, kemudian diubah ke

dalam transformasi Laplace. Perbandingan suhu keluaran dengan suhu masukan

dibuat ke dalam blok diagram yang disebut sebagai fungsi alih. Fungsi alih ini disebut

sebagai proses dari sistem termal. Apabila masih ada kesalahan atau hasil tidak

maksimal, maka dilakukan pengulangan dengan membuat persamaan yang baru

hingga diperoleh persamaan transformasi Laplace seperti yang diharapkan. Menentukan Model matematik

pada sistem termal pada tangki air

Menentukan suhu masukan dan suhu keluaran tangki air

Menentukan transformasi Laplace suhu masukan dan keluaran pada

tangki air

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Adiabatik Dalam Sistem Termal

Pada tangki yang teraduk dengan baik, diasumsikan bahwa aliran volume

masukan dan keluaran (Q), kerapatan jenis cairan (�), dan kapasitas panas (C) adalah konstan. Cairan ini juga diasumsikan teraduk dengan baik dan tangki diisolasi agar

tidak ada kehilangan panas terhadap lingkungan. Energi dari proses pengadukan juga

diabaikan, sehingga diperoleh persamaan seperti pada gambar 4.1 di bawah ini :

�,�,�(�)

�,�,�(�)

Gambar 4.1 Proses Termal

���ℎ�(�)− ��ℎ(�) =�[�����(�)] (4.1)

di mana, � = aliran volume, �3/�

(35)

,�= kerapatan jenis cairan masuk dan keluar, kg/m3

� = volume cairan, m3

(�),ℎ(�) = entalphi cairan masuk dan keluar, J/kg

�(�) = energi dalam cairan di dalam tanki, J/kg

Pada temperatur akhir, digunakan tetapan murni cairan untuk �(�) dan ℎ(�) yaitu pada suhu 32oC dan tekanan pada sistem, dituliskan sebagai berikut :

��������(�)− �����(�) =�[�������(�)] (4.2)

Dengan,

��,� = kapasitas panas cairan yang masuk dan keluar pada tekanan konstan,

J/kgoC

= kapasitas panas cairan pada volume konstan, J/kgoC

��(�),�(�) = suhu cairan masuk dan keluar, oC

Karena kerapatan jenis dan kapasitas panas diasumsikan konstan pada selang

temperatur yang lama, persamaan (4.2) menjadi :

������(�)− �����(�) =�����[���(�)] (4.3)

Persamaan ini merupakan persamaan differensial orde pertama yang menyatakan

hubungan dari temperatur masukan dan keluaran. Penting untuk diingat bahwa hanya

ada satu temperatur yang tidak diketahui yaitu temperatur keluaran, �(�). Suhu masukan, �(�), merupakan variabel masukan yang memaksa temperatur keluaran berubah.

Untuk menunjukkan bahwa ada satu persamaan yang salah satunya tidak

diketahui, secara eksplisit dituliskan sebagai berikut :

(36)

Persamaan di atas merupakan model matematik untuk proses termal ini. Solusi

persamaan differensial ini menghasilkan respon suhu keluaran sebagai fungsi dari

waktu. Sesuai yang telah disebutkan, suhu masukan adalah variabel input yang sering

disebut sebagai fungsi paksaan karena variabel ini yang memaksa perubahan pada

suhu keluaran. Temperatur keluaran adalah variabel output yang sering disebut

sebagai fungsi tanggapan karena merupakan variabel yang menanggapi perubahan

fungsi paksaan atau variabel input.

Untuk menentukan fungsi alih dari persamaan di atas dari hubungan �(�) dan

��(�), kita akan merubah variabel yang disederhanakan untuk mengembangkan fungsi transfer yang dibutuhkan. Kita tulis keseimbangan energi dalam keadaan mantap

tangki pada keadaan awal, yaitu :

������� − ������= 0 (4.4)

mengurangkan persamaan ini dari persamaan (4.3) menghasilkan :

����[��(�)− ���]− ����[�(�)− ��] = �����[�(���)−��] (4.5)

dan turunan suhunya :

�[�()−��]

�� =

��(�)

�� − ��� �� =

��(�)

�� −0 (4.6)

Persamaan ini akan membantu dalam membuktikan defenisi variabel penyimpanngan

dan pengembangan fungsi transfer. Variabel penyimpangan pada persamaan di atas :

�(�) =�(�)− �� (4.7)

��(�) =��(�)− ��� (4.8)

Dengan

��,̅ �� = Nilai awal keadaan mantap temperatur masukan dan keluaran, oC.

(37)

������(�)− �����(�) = ��������(�) (4.9)

Persamaan (4.9) sama dengan persamaan (4.3) kecuali yang telah tertulis di dalam

variabel penyimpang. Solusi dari persamaan ini menghasilkan variabel simpangan

�(�) terhadap waktu untuk suatu input tertentu, �(�). Jika temperatur keluaran yang sebenarnya �(�) dikehendaki, nilai keadaan mantap �� harus ditambahkan ke �(�), sesuai dengan persamaan (4.7).

Persamaan (4.9) kita bagi dengan ���, maka : ����

����

��(�)

�� +�(�) =��(�) ,

kita misalkan :

����

����

=

,

sehingga persamaan di atas menjadi :

�����(�)+�(�) =�(�) (4.10)

Satuan dari � adalah :

� = ��3���� �⁄ 3�[� ��−⁄ ��]

[3/�][�� �⁄ 3][� ��−]= �����.

Karena persamaan (4.10) merupakan persamaan differensial linear, ditransformasikan

ke transformasi Laplace :

ℒ �� �� �(�)�=� � �� ∞ 0 � (�)�−����

=∫ �0∞ −����(�) → ����������������������

=�−���(�) ]∞ − ∫ �∞ (�)(−�)�−����

ℒ ��

�� �(�)�=−�(0) +� � �(�)�−����

0

(38)

Sehingga diperoleh :

���(�)− ��(0) +�(�) =�(�)

dengan nilai awal temperatur , �(0), adalah �� , maka �(0) = 0,

menjadi ���(�) +�(�) =�(�) �(�)(��+ 1) =�(�)

�(�) = �

(��+�)��(�) (4.11)

Persamaan (4.11) merupakan persamaan yang menunjukkan perubahan suhu keluaran

yang diubah ke dalam transformasi Laplace.

Atau, �(�) ��() =

(��+�) (4.12)

Persamaan (4.12) adalah fungsi alih yang diinginkan. Persamaan ini disebut fungsi

alih orde pertama karena dikembangkan dari persamaan differensial orde pertama.

Proses ini sering disebut sebagai proses orde pertama.

Jika suhu masuk �(�) dinaikkan ���, maka suhu masukan mengalami perubahan sebesar ���.

��(�) =��� t < 0

��(�) =��� +� t ≥ 0

maka : �(�) =��(�)⇒ �(�) =�

di mana �(�) merupakan besarnya perubahan pada masukan dan �(�) adalah suhu

masukan yang ditambahkan sebesar AoC yang diubah ke dalam transformasi Laplace.

Dari persamaan (4.11) :

�(�) = �

(��+�)��(�)

�(�) = �

(��+�) (

(39)

�(�) = �

�(��+�)

= �1

��+�+ �2

1 = lim�→−1(��+ 1) 1

��+1= −1

2 = lim�→0 (�) 1

(��+�) = 1

�(�) = −�

��+�+ �

(4.13)

Persamaan (4.13) merupakan transformasi Laplace untuk suhu keluaran.

Sehingga diperoleh :

�(�) =�(1− �−� �⁄ ) (4.14)

Dari : �(�) =�(�)− �� �(�) =�(�) +��

�(�) =�(1− �−� �⁄ ) +��

(4.15)

Pada saat �= � → �(�) =��1− �−� �⁄ �=�(1− �−1) = 0,632�

Yaitu , untuk langkah perubahan pada variabel masukan, waktu konstan

menunjukkan waktu yang diperlukan variabel keluaran mencapai 63,2% dari total

perubahan. Oleh karena itu, waktu konstan berhubungan dengan kecepatan proses

respon. Semakin lambat proses merespon masukan maka semakin besar nilai � dan sebaliknya, semakin cepat proses merespon masukan, maka nilai � semakin kecil.

4.2 Proses Nonadiabatik Dalam Sistem Termal

Sekarang, akan dicari suhu keluaran dengan menghilangkan anggapan dan

mengembangkan model matematis dan fungsi alih yang berhubungan dengan

(40)

Sebagaimana dengan yang sebelumnya, menggunakan acuan keadaan yang

sama untuk entalpi dan energi internal, akan dimulai dengan keseimbangan energi

dalam keadaan tidak tetap (unsteady-state) :

������(�)− �(�)− �����(�) =���������(�)� (4.16)

���(�)− ��[�(�)− �(�)]− ����(�) =����(�(�))

�� (4.17)

di mana :

�(�) = Besar perpindahan panas terhadap lingkungan, J/s.

� = koefisien perpindahan panas total, J/m2-K-s. � = Daerah perpindahan panas, m2.

��(�) = Temperatur lingkungan, oC, sebuah variabel masukan.

Koefisien perpindahan panas total, �, adalah sebuah fungsi dari temperatur. Di sini, � dianggap konstan karena massa cairan, ketinggian cairan, perpindahan panas yang

berlangsung, �, juga dianggap konstan.

Untuk keadaan tetap, keseimbangan energinya adalah :

������� − ��[�� − ���]− ������= 0 (4.18)

����(��(�)− ���)− ��[(�(�)− ��)−(��(�)− ���)]− ����(�(�)− ��) =

�����[�(���)−��] (4.19)

Untuk : �(�) =�(�)− �� , �(�) =�(�)− ��, �(�) =�(�)− ��, maka :

���(�)− ��[�(�)− �(�)]− ����(�) =����(�(�))

�� (4.20)

���(�)− ��[�(�)− �(�)]− ����(�) =����(�(�))

(41)

Persamaan (4.21) sama dengan persamaan (4.17) terkecuali bahwa hal ini

dituliskan dalam hubungan variabel penyimpang. Persamaan ini juga merupakan

persamaan differensial orde satu biasa. Dalam hal ini, masih ada satu persamaan yang

belum diketahui yaitu

(

)

. Variabel yang baru adalah temperature lingkungan,

(

)

,

yang merupakan pengaruh suhu masukan lainnya. Karena temperature berubah, ini akan mempengaruhi kehilangan panas dan mempengaruhi temperature

proses cairan.

������(�)− ���(�) +����(�)− �����(�) =�����(���(�)) (4.22)

������(�) +����(�) =�����(���(�))+ [���+����]�(�) (4.23)

Sisi kiri dari persamaan (4.22) menunjukkan dua variabel masukan,�(�) dan �(�), yang bekerja pada variabel keluaran, �(�).

�������

�+����(�) +

��

����+����(�) =

����

����+��

��(�)

�� +�(�) (4.24) Untuk :

µ= ����

����+�� (4.25)

1 =�������

�+�� (4.26)

2 =�����

�+�� (4.27)

Kita transformasikan ke dalam transformasi Laplace :

�(�) =ℒ[�(�)] =∫ �0 (�)�−����

=

∞�−���

0 �

(

)

=�−���(�) ]∞ − ∫ �∞ (�)(−�)�−����

ℒ ���� �(�)�= −�(0) +� ∫ �0∞ (�)�−����

(42)

Sehingga diperoleh :

µ��(�)− µ�(0) +�(�) =�(�) +�2(�)

dengan nilai awal temperatur , �(0), adalah �� , maka �(0) = 0, Menjadi :

µ��(�) +�(�) =�1(�) +�2(�) (4.28)

(µ�+ 1)�(�) =�1(�) +�2(�)

sehingga persamaan menjadi :

�(�) = �1

µ�+1��(�) + �2

µ�+1��(�) (4.29)

Persamaan (4.29) merupakan persamaan transformasi Laplace suhu keluaran yang

dipengaruhi oleh suhu masukan dan suhu lingkungan. Jika temperatur lingkungan

konstan, �(�) =��

,

sehingga �(�) = 0

,

dan fungsi alih yang menghubungkan temperatur proses terhadap temperatur masukan adalah :

�(�)

��()=

�1

µ�+1

(4.30)

Jika temperatur cairan masukan cairan konstan, �(�) =��

,

kemudian �(�) = 0, dan fungsi alih yang menghubungkan temperatur proses terhadap temperatur lingkungan

adalah :

�(�)

��(�) =

�2

µ�+1

(4.31)

Jika kedua temperatur cairan dan perubahan temperatur lingkungan, maka

persamaan (4.29) menyediakan hubungan yang lengkap.

Persamaan (4.30) dan (4.31) adalah fungsi alih orde pertama. Dalam hal

ini, penguatan keadaan-tetap (kadang disebut juga penguatan proses), �1 dan �2, adalah tidak satu, sebagaimana pada kasus persamaan (4.27). Untuk melihat

ringkasan penguatan keadaan tetap, dianggap bahwa temperatur masukan terhadap

(43)

��(�) =��� t < 0

��(�) =��� +� t ≥ 0

maka : �(�) =��(�)⇒ �(�) =�

di mana �(�) merupakan besarnya perubahan pada masukan dan �(�) merupakan

suhu masukan yang telah diubah ke dalam transformasi Laplace.

Dari persamaan (4.11) :

�(�) = �1

µ�+1��(�)

�(�) = �1

µ�+1 ( � �)

�(�) = �1�

�(µ�+1)

= �1�1

µ�+1+ �1�2

1 = lim�→−1(µ�+ 1)µ�+1� = −�

2 = lim�→0 (�) 1

(µ�+1)�= 1

�(�) = −�

µ�+1+ �

(4.32)

Persamaan (4.32) merupakan transformasi Laplace untuk suhu keluaran.

Sehingga diperoleh :

�(�) =��1(1− �−� �⁄ ) (4.33)

Dari : �(�) =�(�)− �� �(�) =�(�) +��

�(�) =��1(1− �−� �⁄ ) +��

(4.34)

Jumlah perubahan total dalam

(

)

diberikan oleh �1A, penguatan waktu
(44)

besar perubahan keluaran per unit perubahan di masukan, atau seberapa besar

masukan mempengaruhi keluaran. Dengan kata lain, penguatan berarti sensitivitas

yang menghubungkan variabel keluaran dan masukan. Dalam persamaan matematis

adalah sebagai berikut :

� =∆�∆� =∆���������������� ��������������� (4.35)

Penguatan adalah parameter lain yang menggambarkan karakteristik proses.

Dengan mengingat, hal ini tergantung dari sifat fisis dan parameter operasi dari

proses sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan (4.26) dan (4.27). Penguatan dalam

proses ini bergantung terhadap aliran, densitas, dan kapasitas panas dari proses cairan

(�,�, dan ��), pada transfer koefisien panas keseluruhan (U), dan pada daerah perpindahan panas (A). Jika salah satu dari ini berubah, perilaku dari proses akan

berubah dan ini akan mempengaruhi penguatan.

4.3 Diagram Blok Pada Sistem Termal

Diagram blok pada sistem termal menunjukkan urutan operasi secara

fungsional melalui elemen-elemen yang telah ditemukan sebelumnya.

��(�) �(�)

Gambar 4.2 Sistem termal tanpa pengaruh suhu lingkungan (adiabatik).

(45)

+

+

Gambar 4.3 Respon total sistem yang dipengaruhi suhu lingkungan (nonadiabatik).

�1

µ�+ 1

��(�)

�(�)

�2

µ�+ 1

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suhu masukan dan keluaran dapat ditentukan melalui model matematik, yaitu

pada proses adiabatik dan nonadiabatik, yang diubah ke dalam transformasi Laplace.

Pada proses adiabatik, suhu keluaran dipengaruhi oleh waktu respon suhu masukan

yang dapat diubah-ubah. Perubahan suhu masukan dipengaruhi oleh waktu konstan, � yang diperlukan suhu keluaran. Waktu konstan berhubungan dengan kecepatan proses

respon sistem termal. Semakin lambat proses merespon suhu masukan, maka semakin

besar nilai � dan sebaliknya, semakin cepat proses merespon suhu masukan maka nilai

� semakin kecil.

Pada proses nonadiabatik, selain suhu masukan, suhu keluaran juga

dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Jumlah perubahan total pada suhu keluaran sebagai

penguatan waktu dipengaruhi oleh suhu masukan dan suhu lingkungan. Penguatan ini

menunjukkan seberapa besar pengaruh kedua suhu tersebut. Penguatan dalam proses

sistem termal nonadiabatik ini bergantung terhadap aliran, �, densitas, �, dan kapasitas panas dari proses cairan, �, pada transfer koefisien panas keseluruhan, �, dan pada daerah perpindahan panas, �.

5.2 Saran

Penulisan skripsi ini masih menyelesaikan proses pada sistem termal orde

pertama dalam menentukan suhu keluarannya. Diharapkan penulis berikutnya dapat

mengembangkan dengan mencari suhu keluran dan masukan pada orde tinggi serta

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ainie Khuriati Riza Sulistiati. 2010. Termodinamika. Edisi I. Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu.

Arfken, G. 1985. Mathematical Methods For Physicists. San Diego: Academic Press,

Inc.

Bustani Mustafa. 2004. Dasar Termodinamika Teknik. Jakarta: Universitas Trisakti.

Distefano, III, dkk. 1967. Schaum’s Outline Of Theory And Problems Of Feedback

and Control Systems. New York: McGraw-Hill Book Company.

El-Hawary, M. E. 1984. Control System Engineering. Virginia: Reston Publishing

Company, Inc.

Halliday, D. dan Resnick, R. 1995. Fisika. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Hostetter, G. H. 1987. Digital Control System Design. New York: Holt, Rinehart and

Winston, Inc.

Imam Rahayu, Susanto. 2006. Termodinamika. Bandung: Penerbit ITB.

Kreyszig, E. 1988. Advanced Engineering Mathematics. New York: John Wiley &

Sons, Inc.

Krist, T. 1991. Hidraulika. Jakarta: Erlangga.

Ogata, Katsuhiko. 1995. Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan). Jakarta:

Erlangga.

Pakpahan, S. 1994. Kontrol Otomatik, Teori dan Terapan. Jakarta: Erlangga.

Phillips, C. L. dan D. H. Royce. 1997. Dasar - Dasar Sistem Kontrol. Jakarta: PT.

(48)

Rice, Bernard J. 1986. Ordinary Differential Equations with Aplications. California:

Brooks/Cole Publishing Co.

Salusu, A. 2003. Teori dan Penyelesaian Kalkulus Lanjut. Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu.

Sihana, Ing. 2010. Analysis Of Thermal System, Introduction. Gajah Mada University,

Hal. 1 - 3

Smith, C. A. dan A. B. Corripio. 1997. Principles And Practice Of Automatic Process

Gambar

Tabel 2.1 Transformasi Laplace dari Fungsi Umum
Gambar 2.1 Fungsi tangga (step function)
Gambar 2.4 Studi sistem
Gambar 3.1 Skema penentuan suhu pada sistem termal menggunakan transformasi   Laplace

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah irabbil’alamin , puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Persepsi Siswa

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peran Dokter

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan barokah, rahmat, hidayah-Nya dan menganugerahkan kemudahan serta kelancaran sehingga penulis dapat

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang