PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)
TESIS
Oleh
D E S I D E R I U S
077003035/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
S
E K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
D E S I D E R I U S
077003035/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)
Nama Mahasiswa : Desiderius Nomor Pokok : 077003035
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua
(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirozujilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE., M.Si)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal 10 November 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 2. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 3. Kasyful Mahalli, SE., M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, November 2009
ABSTRAK
Desiderius. NIM 077003035. “Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap
Pengembangan Kewirausahaan di Kota Medan (Studi Kasus Industri Kecil
Konveksi)”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua),
Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Pengaruh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha terhadap penerapan perilaku wirausaha pengusaha konveksi Kota Medan, 2. Bagaimana peningkatan produktivitas kerja unit usaha konveksi dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha melalu penerapan perilaku wirausaha di Kota Medan. Penelitian dilakukan terhadap pengusaha konveksi sebanyak 41 orang di Kecamatan Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan Perjuangan dan Medan Timur yang diperoleh secara acak, metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis jalur (Path Analisis) karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung daripada pendidikan dan pengalaman terhadap peningkatan produktivitas usaha melalui perilaku wirausaha para pemilik industri kecil konveksi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Pendidikan dan Pengalaman pengusaha konveksi memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku wirausaha. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Perilaku wirausaha adalah 0,445, pengaruh variabel pengalaman terhadap Perilaku wirausaha sebesar 0,442, pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,329, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,304, pengaruh variabel perilaku wirausaha terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,406. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1806, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1794. 2. Pengaruh Total atau Total Effect berupa: pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,851 wirausaha adalah sebesar 0,848. Dengan demikian diharapkan hal-hal tersebut dapat menggambarkan kebutuhan dunia pendidikan akan wawasan kewirausahaan bagi siswanya sehingga dapat membentuk dan menghasilkan lulusan yang berwawasan dan mau berwirausaha sebagai opsi pekerjaan di masa yang akan datang di Kota Medan.
ABSTRACT
Desiderius. NIM. 077003035. “The influence of education and experience to the
Entrepreneurship Development in Medan (Case Study of Small Industrial Convection) under the guidance of Prof. Bachtiar Miraza Hassan (Chairman), Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member). This study aims to analyze: 1. The influence of education and entrepreneurial experience to the application of principals entrepreneurial behavior convection entrepreneurs Medan, 2. How to increase productivity of business units convection influenced by education and experience through the application of entrepreneurial actors entrepreneurial behavior in the city of Medan. Research carried out on as many as 41 entrepreneurs convection people in Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan perjuangan and Medan Timur randomly obtained, the research methods used are surveys and research data analysis techniques used path analysis because research this aims to determine the effect of direct and indirect rather than education and experience to increase business productivity through entrepreneurial behavior of
owners of small industries convection. The results of this study reveal that: 1. Education and business experience convection positive impact and significant
entrepreneurial behavior. The influence of educational variables on entrepreneurial behavior is 0.445, the influence of variable entrepreneurial experience to the behavior of 0.442, the influence of educational variables on labor productivity of 0.329, the influence of variables on productivity of work experience for 0.304, the influence of entrepreneurial behavior variables of the work productivity of 0.406. The influence of educational variables on productivity through entrepreneurial behavior of 0.1806, the influence of variables on productivity of work experience through entrepreneurial behavior of 0.1794. 2. Total Effect of: variable influence of education on productivity through entrepreneurial behavior for self-employment is 0.851 for 0.848. It is expected that - it can describe the world needs the insights of entrepreneurship education for their students so as to form and produce graduates who are knowledgeable and willing to entrepreneurship as an employment option in the future in Medan.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan kasihNya penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan
Pengalaman terhadap Pengembangan Kewirausahaan di Kota Medan (Studi Kasus
Industri Kecil Konveksi), dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti
proses perkuliahan maupun pada saat melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dalam
penulisan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si, dan
Bapak Drs. Rujiman, M.A, yang bersedia menjadi Dosen Pembanding dan
Penguji serta telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam
5. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
6. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
8. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
9. Para dosen pengajar yang telah banyak mendidik dan membantu selama berkuliah
pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
10.Seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
yang telah banyak membantu penulis dalam proses administrasi maupun
kelancaran kegiatan akademik.
11.Pemerintah Republik Indonesia c.q Menteri Pendidikan Nasional yang telah
memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga
penyelesaian tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal Depdiknas Tahun
Anggaran 2007 sampai dengan 2009.
12.Bapak H. Syamsul Arifin, SE, selaku Gubernur Sumatera Utara yang telah
Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
13.Kepada kedua orang tua dan mertuaku, yang telah memberi dukungan dan doa
sampai tercapainya semua cita-cita ini.
14.Kepada istri dan anakku, atas dukungan dan doa yang telah kalian berikan selama
masa perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.
15.Kepada Keluarga Abangda A/i Wiki Wau, abang/kakak/lae/lao sekalian yang
telah memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
16.Seluruh rekan-rekan seangkatan pada Konsentrasi Perencanaan Pendidikan PWD
Sekolah Pascasarjana USU, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Akhirnya penulis mengharap, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi
insan akademisi dan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan dapat
memberi koreksi yang membangun apabila terdapat kesalahan.
Medan, November 2009 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Desiderius dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 06 Desember 1972
di Medan, anak kelima dari tujuh bersaudara buah perkawinan Ayahanda T. Zebua,
SH dan Ibunda M. br. Marbun. Telah menikah dengan H. Dachi, A.Md dan dikarunia
sepasang buah hati yakni Nicholas A.S.A. Zebua dan Felicia Agatha Zebua.
Menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Dasar Pertiwi Medan tahun 1987,
SMP Negeri IX Medan tahun 1989, SMA Negeri III Medan tahun 1991, kemudian
melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Satu di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dan mendapat gelar sarjana hukum pada tahun 1999.
Pada tahun 2001 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkup Kabupaten
Nias, tahun 2005 pindah tugas ke lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan
pada bulan Oktober tahun 2007 mendapat kesempatan beasiswa untuk mengikuti
studi di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Medan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Wirausaha dan Kewirausahaan ... 10
2.2. Pendidikan... 15
2.3. Pengalaman ... 20
2.4. Kreativitas dan Inovasi... 23
2.5. Produktivitas ... 26
2.6. Pengembangan Wilayah dan Wirausaha ... 27
2.7. Penelitian Sebelumnya ... 29
2.8. Kerangka Pikir Penelitian ... 31
2.9. Hipotesis Penelitian... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
3.4. Teknik Analisa Data... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1. Gambaran Umum Kota Medan... 42
4.1.1. Letak Geografis ... 42
4.1.2. Luas Wilayah ... 42
4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 44
4.2. Industri Kecil di Kota Medan... 46
4.2.1. Perkembangan Industri Kecil Konveksi di Kota Medan .... 49
4.2.2. Karakteristik Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan... ... 52
4.2.3. Gambaran Industri Konveksi... 54
4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Realibilitas... 58
4.3.1. Uji Validitas... 58
4.3.2. Uji Realibilitas ... 59
4.4. Uji Multikolinieritas... 60
4.5. Metode Sucsesive Interval... 61
4.6. Pengujian Hipotesis... .. 62
4.6.1. Substruktur Pertama... ... 62
4.6.2. Substruktur Kedua... 67
4.6.3. Penghitungan Pengaruh... 70
4.6.4. Diagram Jalur... .. 72
4.7. Kaitan Penelitian dengan Perencanaan Pendidikan dan Pengembangan Wilayah... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78
5.1. Kesimpulan ... 78
5.2. Saran ... 79
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2004-2006... 2
1.2. Tenaga Kerja Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun 2006………... 2
1.3. Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah Kota Medan... 4
1.4. Perkembangan Industri Konveksi Kota Medan Tahun 2004-2008... 6
1.5. Distribusi Usaha Konveksi Pakaian Kota Medan Tahun 2008... 7
3.1. Sub Populasi Berdasarkan Cluster Random Sampling... 35
3.2. Distribusi Sampel Setiap Kecamatan... 36
4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan... 43
4.2. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kota Medan...45
4.3. Distribusi Persentase PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku... 47
4.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Rumah Tangga di Kota Medan...47
4.5. Perkembangan Industri Kecil Konveksi di Kota Medan 2004-2008... 51
4.6. Profil Pendidikan Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan...52
4.7. Profil Pengalaman Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan... 53
4.8. Profil Usia Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan...53
4.9. Perbedaan Antara Produksi Sistem Siap dan Roda Sistem Berjalan... 55
4.10. Tingkat Produksi Industri Kecil Konveksi Responden... 58
4.11. Hasil Uji Multikolinieritas untuk Pengujian Hipotesis Pertama...60
4.12. Hasil Uji Multikolinieritas untuk Pengujian Hipotesis Kedua... 61
4.14. Hasil Analisis Korelasi... 66
4.15. Hasil Analisis Regresi Berganda... 67
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kesesuaian Sekolah dengan Tingkat Tenaga Kerja...18
2.2. Kerangka Pikir Penelitian... 31
4.1. Tahapan Produksi Konveksi...56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner... 84
2. Uji Validitas Variabel Pendididikan dan Perilaku Wirausaha... 90
3. Uji Reliabilitas... 91
4. Uji Multikolinearitas... 92
5. Uji Hipotesis………. 95
6. Variabel Pendidikan………98
7. Profil Responden………106
ABSTRAK
Desiderius. NIM 077003035. “Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap
Pengembangan Kewirausahaan di Kota Medan (Studi Kasus Industri Kecil
Konveksi)”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua),
Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Pengaruh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha terhadap penerapan perilaku wirausaha pengusaha konveksi Kota Medan, 2. Bagaimana peningkatan produktivitas kerja unit usaha konveksi dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha melalu penerapan perilaku wirausaha di Kota Medan. Penelitian dilakukan terhadap pengusaha konveksi sebanyak 41 orang di Kecamatan Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan Perjuangan dan Medan Timur yang diperoleh secara acak, metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis jalur (Path Analisis) karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung daripada pendidikan dan pengalaman terhadap peningkatan produktivitas usaha melalui perilaku wirausaha para pemilik industri kecil konveksi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Pendidikan dan Pengalaman pengusaha konveksi memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku wirausaha. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Perilaku wirausaha adalah 0,445, pengaruh variabel pengalaman terhadap Perilaku wirausaha sebesar 0,442, pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,329, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,304, pengaruh variabel perilaku wirausaha terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,406. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1806, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1794. 2. Pengaruh Total atau Total Effect berupa: pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,851 wirausaha adalah sebesar 0,848. Dengan demikian diharapkan hal-hal tersebut dapat menggambarkan kebutuhan dunia pendidikan akan wawasan kewirausahaan bagi siswanya sehingga dapat membentuk dan menghasilkan lulusan yang berwawasan dan mau berwirausaha sebagai opsi pekerjaan di masa yang akan datang di Kota Medan.
ABSTRACT
Desiderius. NIM. 077003035. “The influence of education and experience to the
Entrepreneurship Development in Medan (Case Study of Small Industrial Convection) under the guidance of Prof. Bachtiar Miraza Hassan (Chairman), Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member). This study aims to analyze: 1. The influence of education and entrepreneurial experience to the application of principals entrepreneurial behavior convection entrepreneurs Medan, 2. How to increase productivity of business units convection influenced by education and experience through the application of entrepreneurial actors entrepreneurial behavior in the city of Medan. Research carried out on as many as 41 entrepreneurs convection people in Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan perjuangan and Medan Timur randomly obtained, the research methods used are surveys and research data analysis techniques used path analysis because research this aims to determine the effect of direct and indirect rather than education and experience to increase business productivity through entrepreneurial behavior of
owners of small industries convection. The results of this study reveal that: 1. Education and business experience convection positive impact and significant
entrepreneurial behavior. The influence of educational variables on entrepreneurial behavior is 0.445, the influence of variable entrepreneurial experience to the behavior of 0.442, the influence of educational variables on labor productivity of 0.329, the influence of variables on productivity of work experience for 0.304, the influence of entrepreneurial behavior variables of the work productivity of 0.406. The influence of educational variables on productivity through entrepreneurial behavior of 0.1806, the influence of variables on productivity of work experience through entrepreneurial behavior of 0.1794. 2. Total Effect of: variable influence of education on productivity through entrepreneurial behavior for self-employment is 0.851 for 0.848. It is expected that - it can describe the world needs the insights of entrepreneurship education for their students so as to form and produce graduates who are knowledgeable and willing to entrepreneurship as an employment option in the future in Medan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara saat ini
berkembang pesat dan mengakibatkan pertambahan penduduk, keadaan ini antara lain
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk secara alami dan terjadinya migrasi dari desa
ke kota (urbanisasi) dengan tujuan mencari kerja. Lapangan kerja yang ditawarkan
pun sangat beragam. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara
tradisional dianggap salah satu faktor yang positif yang memacu pertumbuhan
ekonomi, jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya
akan lebih besar (Sirojuzilam, 2008).
Pertumbuhan penduduk usia produktif membutuhkan lapangan pekerjaan
sebagai kebutuhan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan
kesejahteraannya. Lapangan kerja di sektor formal masih sulit diharapkan untuk
menjadi tumpuan dalam mengurangi angka pengangguran secara signifikan. Bahkan
dikhawatirkan, lapangan kerja di sektor formal tersebut akan menjadi mesin pencetak
pengangguran baru akibat pemutusan hubungan kerja sebagai dampak krisis ekonomi
saat ini. Jika kita lihat kecenderungan alih tehnologi terutama pada sektor industri dan
pengolahan dengan motif efisiensi dan efektivitas untuk meningkatkan produktivitas
dan laba maka digunakan mesin-mesin yang mengakibatkan berkurangnya kebutuhan
pekerjaan sekelompok pekerja. Perbandingan lapangan kerja yang membutuhkan
dengan pemutusan hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum ditempatkan
memperlihatkan perbandingan yang sangat jauh dari tahun ke tahun sebagaimana
tabel di bawah ini (Medan dalam angka, 2008):
Tabel 1.1. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2004 – 2006
Tahun Yang Ditempatkan
(Orang)
Yang Dihapuskan (Orang)
Yang Belum Ditempatkan (Orang)
2004 6089 12475 51301
2005 48113 35131 25316
2006 7657 55970 46412
Sumber: Medan dalam angka, 2008
Sedangkan kebutuhan tenaga kerja tahun 2006 yang sudah ditempatkan
menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun 2006
Ditempatkan dalam Tahun Ini
(Orang)
Dihapuskan dalam Tahun Ini
(Orang)
Belum ditempatkan Tahun Ini (Orang) Pendidikan
L P L P L P
S D 4 21 142 504 - -
SLTP 24 114 2917 317 1 213 2 018
SLTA 1000 4712 11805 7170 11 732 29 494
Sarjana 10 382 15011 18678 255 700
Keterangan: L = laki-laki, P = perempuan. Sumber: Medan dalam angka, 2008
Tabel 1.2 di atas menunjukkan kecenderungan bahwa tingkat pendidikan
tenaga kerja tidak dibutuhkan secara merata di dalam lapangan kerja dan over
pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan yang meningkat dari
74,7 ditahun 2004 menjadi 75,6 pada tahun 2006 (BPS Sumatera Utara, 2007)
ternyata belum bisa mengurangi tingkat pengangguran di Kota Medan yang terus
meningkat, pada bulan Agustus 2007 telah mencapai 14,49 persen bilamana kita
bandingkan dengan angka pengangguran di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar
13,05 persen dan 12,46 persen pada tahun 2005 (BPS Sumatera Utara). Melihat
fenomena yang ada, permintaan tenaga kerja sektor formal sesuai dengan tingkat
pendidikannya sangat berbanding jauh dengan pertumbuhan angkatan kerja sehingga
IPM yang tinggi belum bisa mengatasi masalah pengangguran. Solusi daripada
ketidak tertampungan angkatan kerja ini adalah sektor informal.
Pemerintah Kota Medan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah
tahun 2006 – 2010 menetapkan Arah dan Kebijakan Umum Pembangunan Kota lima
tahunan yang berpihak kepada pengembangan usaha kecil sebagai prioritas yakni
Mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan Koperasi
(UKMK) untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh
masyarakat kota (RPJM Tahun 2006 – 2010 Kota Medan). Pemberdayaan penduduk
Kota Medan dilakukan dengan mengembangkan sektor non formal yang lebih padat
karya melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi untuk menyerap
tenaga kerja sehingga produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dapat berkembang.
Perkembangan industri kecil di Kota Medan terus meningkat dari tahun 2002 sampai
Tabel 1.3. Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah Kota Medan Tahun Jumlah Industri Kecil/
Rumah Tangga (Unit)
Persentase Serapan Tenaga Kerja (orang)
Persentase
2003 5.001 - 9.282 -
2004 5.309 6,15 9.429 1,58
2005 5.498 9,93 10.255 10,48
2006 5.758 15,13 11.467 23,54
2007 5.960 19,17 12.119 30,56
Sumber: Disperindag Kota Medan, 2009.
Menurut McClelland dalam Ciputra (2008), bahwa suatu negara akan menjadi
makmur apabila mempunyai enterpreneur (wirausaha) sedikitnya sebanyak dua
persen dari jumlah penduduk dan menurut Ciputra (2008) bahwa opsi terbesar untuk
pekerjaan masa depan adalah menjadi pemilik usaha, usaha skala kecil dan menengah
adalah tumpuan utama pertumbuhan ekonomi masa depan. Dua indikator penting
dalam suatu negara maju dan makmur secara ekonomi akan terpenuhi, yaitu
rendahnya pengangguran dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang
ekspor yang dihasilkan bila wirausaha dapat berkembang dengan baik. Hal ini
merupakan kesempatan yang harus diraih oleh angkatan kerja karena wirausahawan
di Indonesia masih minim dan ramalan Ciputra tentang peluang kerja di masa depan
adalah menjadi pemilik usaha merupakan motivasi tersendiri bagi angkatan
kerja kita, jangan lagi menunggu kesempatan bekerja di sektor formal yang sangat
riskan dengan pemutusan hubungan kerja dan keterikatan.
Wirausahawan dalam melakukan kegiatan usahanya bukan dilakukan secara
logika yang benar (Miraza, 2008). Dengan demikian kualitas seorang wirausaha bila
melihat hierarki pekerjaan menurut tingkat pendidikan adalah sekelas dengan sarjana
sebagai tehnisi ahli yang bekerja secara profesional. Bekal yang diperlukan oleh
seorang profesional adalah ilmu pengetahuan dalam bidang profesinya, ketrampilan,
mental, sikap serta integritas diri (Astamoen, 2005). Pendidik merupakan wahana
agar potensi dan kapasitas pribadi yang ada dapat dioptimalkan pengembangannya
supaya manusia dapat hidup secara mandiri. IPM bidang pendidikan di Kota Medan
telah menekan angka buta huruf hanya 1 persen dan lama pendidikan 10 tahun, tetapi
fungsi dari pendidikan yang memberikan kondisi penunjang segala aspek kehidupan
manusia belum terimplementasikan, terbukti dengan tingkat pengangguran yang
terus mengalami peningkatan. Kemandirian penduduk usia produktif untuk
berproduksi dengan cara bekerja dan menciptakan lapangan kerja belum optimal
terberdayakan. Maka perlu ditanamkan kemandirian untuk menciptakan lapangan
kerja dengan jalan berwirausaha. Pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM)
di Sumatera Utara ditinjau dari sisi pendidikan, pada umumnya sebagian besar
mereka (69%) berpendidikan SMP ke bawah. Lemahnya tingkat pendidikan dan
kemampuan dari para pengusaha kecil dan menengah memberi berbagai dampak,
diantaranya: (1) Rendahnya inovasi, (2) Lemahnya manajemen usaha, (3) Rendahnya
produktivitas, (3) Rendahnya kualitas produk dan (4) Lemahnya kemampuan
mengakses modal usaha (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun i –
2006). Kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian dengan memberdayakan
dengan melakukan usaha kreatif maupun inovatif dari pengalaman hidup sehari-hari
walaupun sebelumnya belum pernah dipelajari dalam pendidikan formal. Yang harus
kita lakukan sekarang adalah membuat sinkronisasi dan modifikasi implementasi
ilmu pengetahuan itu pada kondisi dan waktu sekarang dan hal ini tidak dapat
diterapkan tanpa melakukan aksi atau perlakuan pada kegiatan yang dilaksanakan.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan ditambah pengalaman berupa
praktek dalam segala kesempatan pada waktu menjalankan tugas kerja akan
menghasilkan ketrampilan yakni kemampuan untuk mempraktekkan pengetahuan
(Astamoen, 2005). Sumber daya manusia yang terampil akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi terhadap sesuatu usaha dan meningkatkan pendapatan bagi
pelaku maupun pekerja pada suatu bidang usaha.
Salah satu industri kecil yang terus berkembang di Kota Medan adalah
industri konveksi pakaian. Industri konveksi berkembang dengan pesat dari tahun ke
tahun dengan tingkat serapan tenaga kerja yang cukup baik.
Tabel 1.4. Perkembangan Industri Konveksi Kota Medan Tahun 2004-2008
Tahun Usaha Konveksi (Unit) Persentase Jumlah Tenaga
Kerja (Orang)
Persentase
2004 494 - 3137 -
2005 533 7,89 3589 14,40
2006 606 22,67 4414 40,70
2007 642 29,95 4811 53,36
2008 665 34,61 5029 60,31
Sumber: Disperindag Kota Medan, 2009
Industri konveksi terbesar berada di kawasan Kecamatan Medan Area
Tabel 1.5. Distribusi Usaha Konveksi Pakaian Kota Medan Tahun 2008
No Kecamatan Usaha Konveksi (Unit)
1 Medan Area 170
2 Medan Barat 38
3 Medan Perjuangan 45
4 Medan Denai 69
5 Medan Kota 83
6 Medan Helvetia 16
7 Medan Timur 36
8 Medan Selayang 12
9 Medan Sunggal 16
10 Medan Petisah 40
11 Medan Johor 24
12 Medan Deli 11
13 Medan Tembung 28
14 Medan Maimun 40
15 Medan Amplas 8
16 Medan Marelan 2
17 Medan Polonia 11
18 Medan Baru 15
19 Medan Labuhan 1
20 Medan Belawan 0
21 Medan Tuntungan 0
T o t a l 665
Sumber: Disperindag Kota Medan, 2009
Industri konveksi merupakan sektor basis berdasarkan sektor pendapatan
industri kecil, sektor tenaga kerja dan analisis peranan industri kecil menunjukkan
bahwa industri kecil ini memberikan surplus pendapatan namun masih berada pada
keadaan decreasing Return to Scale atau produksinya belum efisien disebabkan oleh
meningkatnya produk cacat akibat kurang terampil dan cermatnya tenaga kerja yang
bermuara kepada kurangnya pendidikan dan pelatihan tenaga kerja (Sari, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan menekankan bahwa
wirausaha merupakan salah satu bagian penggerak ekonomi suatu negara maupun
wilayah, wirausahawan adalah profesional yang mengetahui bidang usahanya. Untuk
mengetahui bidang usahanya dibutuhkan pendidikan dan pengalaman, maka
dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap kemampuan
penerapan perilaku wirausaha pengusaha pada industri kecil konveksi?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap produktivitas melalui
penerapan perilaku wirausaha pada industri kecil konveksi?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman dalam
penerapan perilaku wirausaha pemilik industri kecil konveksi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman melalui
kemampuan pengusaha menerapkan perilaku wirausaha terhadap produktivitas
industri kecil konveksi.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis, menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak terkait
dengan perencanaan pendidikan untuk memperjelas konsep dan kebutuhan
Secara praktis, menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Medan untuk
pengambilan kebijakan dalam hal peningkatan mutu sumber daya manusia dan
pengembangan usaha kecil dan menengah di Kota Medan. Sebagai bahan
informasi bagi lembaga pendidikan dan sumber daya pendidikan dalam penguatan
output pendidikan guna pengembangan potensi dan ketrampilan siswa agar siap
bersaing dalam bursa tenaga kerja yang semakin kompleks di era globalisasi.
Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wirausaha dan Kewirausahaan
Kata wirausaha atau enterpreneur dilansir pertama kali pada tahun 1755
di Perancis oleh Richard Cantillon, menurutnya seorang enterpreneur sebagai
seseorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian
dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat
keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber
daya, dan menerima resiko berusaha (Winardi, 2003). Secara sederhana pernyataan
Cantillon tentang seorang wirausaha ini merupakan aktivitas sehari-hari daripada
pengusaha atau pedagang yang membeli barang berbentuk bahan baku kemudian
diproses atau diolah menjadi barang tertentu kemudian dijual ke berbagai daerah yang
membutuhkan dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugiannya (resiko
berusaha). Walaupun sederhana namun dalam melaksanakannya dibutuhkan ide-ide
kreatif dan inovatif sehingga produk yang dipasarkan dapat memberikan keuntungan.
Menurut Drucker dalam Khasmir (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan
merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, dengan
kata lain seorang wirausahawan adalah orang yang mampu menciptakan sesuatu yang
baru (kreatif), berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda
Menurut Schumpeter dalam Budi Hermana (2008) menyatakan bahwa
wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru
tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas
baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new
market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan
wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta
mengkaitkannya dengan kombinasi sumberdaya.
Menurut Suryana (2001) menyatakan bahwa enterpreneurship
(kewirausahaan) adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan
sesuatu yang baru yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan hidup.
Terbentuk dan eksisnya suatu wirausaha dengan sendirinya merupakan cerminan
daripada perilaku kreatif, inovatif yang berproses untuk menghadapi tantangan hidup.
Secara sederhana arti wirausahawan menurut Khasmir (2006) adalah orang
yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Dalam keberanian mengambil resiko untuk membuka usaha tentunya
membutuhkan kreativitas dan inovasi dengan memperhitungkan peluang
(kesempatan) yang ada.
Kewirausahaan sebagaimana dikemukakan di atas disimpulkan secara umum
merupakan harmonisasi antara kreativitas yang menciptakan ide-ide dengan
kreatif menjadi suatu bentuk barang dan jasa yang mempunyai nilai jual bagi
wirausahawan. Dengan sendirinya penentu keberhasilan wirausaha dari faktor
internal pelakunya adalah kreativitas dan inovasi wirausahawan dalam
mengembangkan usahanya.
Wirausaha adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk
melakukan suatu kegiatan ekonomi. Pelakunya biasa kita sebut sebagai pengusaha
atau entrepreneur. Tanpa adanya orang berwirausaha, maka perkembangan ekonomi
akan lambat. Dari sudut ukurannya, pengusaha terbagi dari banyak sekali tingkatan,
dari yang besar hingga mikro. Di sini cuma akan membahas tentang pengusaha mikro
atau usaha kecil dan menengah yang lebih banyak menciptakan lapangan kerja.
Danhof dalam Winardi (2003) mengklasifikasikan kewirausahaan dalam
beberapa klasifikasi yakni:
1. Innovation Enterpreneurship yang dicirikan oleh pengumpulan informasi
secara agresif serta analisis tentang hasil-hasil yang dicapai dari
kombinasi-kombinasi baru faktor produksi.
2. Imitative Enterpreneurship yang dicirikan oleh kesediaan untuk menerapkan
(intinya meniru) inovasi-inovasi yang berhasil diterapkan oleh kelompok para
inovating enterpreneur.
3. Fabian Enterpreneurship yang dicirikan oleh sikap yang teramat berhati-hati
dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan
mereka akan kehilangan posisi relatif mereka di dalam industri yang
bersangkutan.
4. Drone Enterpreneurship yang dicirikan dengan penolakan untuk
memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan
dalam rumus produksi, sekalipun hal tersebut akan mengakibatkan mereka
merugi dengan para produsen lain.
Pengklasifikasian kewirausahaan ini juga menjadi penegasan bagi kebutuhan
wirausaha akan perilaku kreatif dan inovatif dalam proses membina dan
mengembangkan usahanya karena semua klasifikasi tentunya mempunyai motif
tertentu untuk menciptakan peluang dan menerapkan ide atau peluang itu menjadi
suatu upaya untuk mengembangkan usahanya.
Wirausaha sebagaimana bidang usaha lainnya harus melalui empat tahapan
perkembangan yang bersifat khas, sebelum mencapai kedewasaan sebagai sebuah
perusahaan yang mapan dan berhasil yakni:
1. Tahapan awal (Pre Start-Up Stage);
2. Tahapan dimulainya usaha (The Start-Up Stage);
3. Tahapan pertumbuhan awal (Early-Growth Stage); dan
4. Tahapan pertumbuhan kemudian (Later-Growth Stage).
Setiap tahapan ini memerlukan ide-ide kreatif dan inovatif terutama pada
tahap awal di mana selama fase inisial ini ide-ide kreatif berkembang hingga titik
di mana menurut mereka dianggap sebagai hal yang komersial layak diterapkan
Seorang wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif, karena
popularitas produk yang mungkin sukses dijualnya belum tentu akan bertahan lama.
Menurut Astamoen (2005) hal ini terjadi mengingat adanya daur hidup produk
(product life cycle) terutama produk hasil industri yang melalui lima tahapan yakni:
1. Tahapan desain dan pengembangan;
2. Tahapan pengenalan;
3. Tahapan pertumbuhan;
4. Tahapan pemantapan dan kematangan;
5. Tahapan penurunan.
Dengan demikian dibutuhkan kreativitas dan inovasi dengan memahami
konsep daur hidup melalui penciptaan produk-produk baru setiap kurun waktu
tertentu sesuai jenis produknya, supaya tetap dapat eksis bersaing dan usahanya tetap
berkembang.
Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku
seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, oleh sebab itu objek studi kewirausahaan
adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku (Suryana, 2001). Dengan sendirinya kreativitas dan inovasi merupakan suatu
hal yang esensial bagi setiap pelaku dalam kewirausahaan di mana setiap proses
perkembangan usaha mulai dari tahap awal sampai pada tahap penurunan dibutuhkan
pemikiran kreatif dan inovatif terhadap produk yang dihasilkan agar suatu usaha
dapat terus menghasilkan keuntungan sehingga dapat bersaing dengan mengikuti
kecil dan menengah yang mempunyai capital kecil sehingga butuh ide-ide kreatif dan
inovatif untuk dapat efisien dan efektif dalam setiap tahapan guna menekan
penggunaan modal yang bermuara kepada penekanan biaya produksi sehingga produk
dapat dilepas di pasar dengan harga terjangka oleh konsumen.
2.2. Pendidikan
Pendidikan yang dialami menyebabkan individu banyak mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, dan sikap mental yang kuat. Pengetahuan, pengalaman,
dan sikap mental yang diperoleh akan berpengaruh terhadap pola tingkah laku dan
sikapnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan
mendapatkan pekerjaan atau pendapatan yang semakin tinggi di masa yang akan
datang, hal ini dapat kita amati dari titik singgung antara pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi yaitu produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja,
semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat
sesuai dengan teori Human Capital yang menerangkan bahwa pendidikan memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di mana pendidikan berperan dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja (Ace dan Tilaar, 1993).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keaktifan
untuk mengembangkan potensi diri tentunya tidak terlepas dari kreativitas yang
memunculkan ide-ide juga inovasi untuk menuangkan ide-ide tersebut menjadi nyata
berupa hasil kerja atau karya yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan
terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan
input bagi total produksi. Pendidikan juga berfungsi meningkatkan produktivitas.
Selain dari itu kemampuan untuk menyerap teknologi memerlukan peningkatan
kualitas sumber manusia (Sirojuzilam, 2008).
Menurut Ace dan Tillar (1993), pendidikan adalah salah satu bentuk investasi
sumberdaya manusia dengan tujuan:
1. Suatu bentuk konsumsi yang dapat memenuhi kepuasan seseorang untuk
menikmati perolehan pengetahuan dan keterampilan pada waktu sekarang.
2. Membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk bekerja lebih
produktif sehingga meningkatkan penghasilan tenaga kerja lulusan pendidikan
di masa yang akan datang.
3. Mempengaruhi pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan.
Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir para
ilmiah sehingga mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternatif dalam
mengelola usahanya dan mengetahui bagaimana dan bilamana suatu produk
wirausaha dilepas ke pasar baik domestik, nasional maupun internasional sebanyak
mungkin untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Wirausahawan yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam memahami dan menerapkan teknologi produktif sehingga produktivitasnya
menjadi tinggi. Selain itu juga dengan pendidikan akan menambah kemampuan diri
wirausahawan untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-masalah yang
terjadi.
Banyak kalangan berpendapat bahwa salah satu penyebab rendahnya
produktivitas tenaga kerja sektor usaha dan jasa adalah rendahnya tingkat pendidikan
para pelaku wirausahanya. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka adopsi
teknologi tidak berjalan secara optimal, sehingga upaya peningkatan produksi sulit
dilakukan. Jadi yang hendak dikatakan disini adalah pendidikan memang dibutuhkan
untuk mendukung kemampuan seseorang dalam bekerja, namun hal tersebut tidaklah
mutlak karena masih ada faktor lain yang menentukan seorang individu harus
bersikap dalam pekerjaan yang digelutinya.
Masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha.
Wirausahawan dalam melakukan kegiatan usahanya bukan dilakukan secara amatir
tetapi harus dilakukan secara profesional, yang terkait dengan cara berfikir dan logika
Perguruan Tinggi (4-5 tahun) SMA (3 tahun) SMTA Kejuruan (3 tahun) Politeknik (3 tahun) SMP (3 Tahun)
SMTA Kejuruan (4 tahun) SD (6 Tahun) SMTP Kejuruan (3 Tahun) 7 13 13 16 16 19 19
23-24 Profesional (sarjana)
Teknisi ahli Teknisi Teknisi Madya Teknisi Muda Pembantu (Tidak terlatih)
Piramida tenaga kerja
Jenjang persekolahan
[image:37.612.128.540.146.440.2]Sumber: Departemen P dan K 1983 dalam Enoch, 1992
Gambar 2.1. Kesesuaian Sekolah dengan Tingkat Tenaga Kerja
tenaga kerja adalah sekelas dengan Sarjana sebagai tehnisi ahli yang bekerja secara
profesional sebagaimana gambar di bawah ini.
Sekarang kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan
pengalaman lapangan tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang
mempunyai bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui
pendidikan karena enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits)
dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta
mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya dan oleh karenanya untuk
menjadi wirausaha sukses tidak cukup hanya memiliki bakat akan tetapi juga harus
memperoleh pengetahuan dalam segala aspek usaha ini dibutuhkan pendidikan sesuai
disiplin ilmunya.
Pendidikan formal sebagai suatu usaha mengadakan perubahan perilaku
berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh masyarakat lewat bangku sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan seseorang
untuk berpikir dan mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih, mengatur dan
menilai faktor-faktor produksi yang akan dipakai dalam usahanya serta mengetahui
kapan ia harus menjual produk usahanya sebanyak-banyaknya untuk memperoleh
hasil yang diinginkan. Wirausahawan yang memiliki tingkat pendidikan formal yang
lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola usahanya, selain
itu juga wirausahawan dapat mengambil keputusan-keputusan dan mengatasi
masalah-masalah yang terjadi.
Dalam membentuk enterpreneur menurut Ciputra (2008), yang mampu
mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas terdapat 3L yang menentukan yaitu:
Lahir, Lingkungan dan Latihan. Latihan dimaksudkan adalah pendidikan berupa
upaya terstruktur untuk membangun mind set atau cara pandang enterpreneur dan
kecakapan melakukan tindakan-tindakan yang enterprenerial.
Keberadaan pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM) di Provinsi
Sumatera Utara dari sisi pendidikan dan kemampuan masih belum menggembirakan.
Ditinjau dari sisi pendidikan, pada umumnya sebagian besar mereka (enam puluh
pengusaha UKM kita yang berpendidikan Sarjana. Fakta menunjukkan masih
rendahnya kualitas sumber daya UKM khususnya dalam bidang manajemen,
organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran. Disamping itu adalah rendahnya
tingkat kompetensi kewirausahaan UKM. Rendahnya tingkat pendidikan para
pengusaha kecil dan menengah tersebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya-upaya
peningkatan kemampuan (Capacity Building) baik melalui pelatihan, pendidikan,
maupun studi banding secara terprogram. Lemahnya tingkat pendidikan dan
kemampuan dari para pengusaha kecil dan menengah memberi berbagai dampak,
diantaranya: (1) Rendahnya inovasi, (2) Lemahnya manajemen usaha, (3) Rendahnya
produktivitas, (3) Rendahnya kualitas produk dan (4) Lemahnya kemampuan
mengakses modal usaha (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun i –
2006).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang
memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk
menunjang kegiatan serta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan produktivitas usahanya.
2.3. Pengalaman
Pengalaman kerja dan usaha merupakan faktor yang saling terkait.
Pengalaman sebagai rutinitas melalui kegiatan atau pekerjaannya sehari-hari akan
membentuk pengetahuannya dan membantu pemecahan masalah yang dialami, dari
mempunyai kepercayaan yang tinggi untuk membuka usaha dalam bidang yang sama
dengan memperhitungkan faktor penghambat dan peluang baik internal maupun
eksternal.
Dengan pertimbangan faktor penghambat dan peluang ini dapat memperkecil
resiko dan menambah pengembangan usaha melalui visi dan misi yang berasal dari
ide-ide kreatif dan diwujudkan dengan melihat dinamisasi pasar melalui inovasi
secara terus-menerus sehingga hasil produksi dapat bertahan dan bersaing dengan
kompetitor lainnya.
Gunawan (1995) dalam Indrawati dan Richard V.L menemukan bahwa
pengalaman kerja mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja
di industri kecil kulit di Jawa Tengah (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 1,
No. 1, September 1999).
Locke dalam Bagus (2006) memandang pengalaman sebagai asal semua ide,
sementara pikiran ia anggap sebagai tabula rasa (kertas putih bersih, tempat
pengalaman direkam). Jhon Dewey menggunakan pengalaman sebagai kategori
pokok. Baik pengamatan maupun penalaran terjadi di dalam pengalaman dan
bersama-sama membentuknya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengalaman kerja didefinisikan
sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan
Menurut Ciputra (2008) pengalaman hidup mengajarkan bahwa untuk
membentuk seorang entrepreneur yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan
menjadi emas terdapat 3L yakni:
1. Lahir, seseorang yang terlahir dari keluarga entrepreneur memiliki
keuntungan besar karena menginternalisasikan nilai-nilai enterpreneurship
sejak dini secara kaya. Ia mengalami atmosfer enterpreneurship dalam jangka
panjang, maka ia lebih mudah menjadi enterpreneur.
2. Lingkungan, keberadaan seseorang dalam lingkungan sosial atau pertemanan
yang sangat kondusif terhadap entrepreneurship akan menyerap nilai-nilai
dan kebiasaan entrepreneur melalui pergaulan sehari-hari sehingga jiwa dan
kecakapan enterpreneurship akan tertanam karena lingkungan yang dijumpai
setiap hari diantara entrepreneur.
3. Latihan atau pendidikan adalah upaya terstruktur untuk membangun mind set
atau pandang enterpreneur dan kecakapan melakukan tindakan-tindakan yang
entrepreneurial.
Penciptaan bisnis atau pengambilan keputusan tentang bisnis apa yang akan
dilakukan adalah salah satu bagian tersulit dalam berenterpreneur. Dengan bekal 2L
yang pertama (lahir dan lingkungan) dapat menciptakan lapangan kerja untuk diri
sendiri dan sekarang berkembang menjadi lapangan kerja bagi orang lain (Ciputra,
2008). Lahir dan lingkungan merupakan pengalaman hidup bagi seseorang yang
membentuk pola pikir, pemahaman, aktivitas dan tujuan hidup di masa yang akan
membentuk karakter dan persepsi tentang baik buruknya wirausaha dan dapat
memprediksi serta mengambil keputusan dengan resiko sekecil-kecilnya dalam
proses usaha.
Staw dalam Monoarfa (2008) menyatakan bahwa pengalaman adalah peramal
terbaik dari sukses sebuah usaha, terutama jika bisnis barunya ada hubungan bisnis
yang ditekuni sebelumnya. Entrepreneur yang punya pengalaman luas dalam
mengelola bisnis lebih mampu menemukan cara memulai usaha baru. Walau
demikian Kim In Meng (1996) dalam Monoarfa (2008) menemukan bahwa dua puluh
persen dari entrepreuner sukses tidak punya pengalaman kerja sebelumnya.
Pengalaman berwirausaha tidak terlepas dari pengalaman yang pernah
dialami. Jika wirausahawan mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam
mengusahakan usahanya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang lebih baik, dibandingkan dengan wirausahawan yang kurang berpengalaman.
Dengan demikian pengalaman wirausahawan dalam berwirausaha merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat kreativitas dan inovasi wirausaha.
2.4. Kreativitas dan Inovasi
Persaingan global yang berkembang dengan cepat saat ini membutuhkan
kreativitas bukan saja untuk menciptakan keunggulan kompetitif tetapi merupakan
sebuah keharusan dalam sebuah usaha sebagaimana dikemukakan Zimmerer dalam
Suwardi (2003) bahwa rahasia entrepreneur dalam menciptakan nilai di pasar adalah
dan mengeksploitasi peluang-peluang yang dihadapi setiap hari. Kreativitas
didefinisikannya merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah-masalah serta
peluang-peluang.
Menurut Person dalam Hubeis (2005), kreativitas adalah menghubungkan dan
merangkai ulang pengetahuan dalam pikiran manusia yang membiarkan dirinya untuk
berpikir secara lebih bebas dalam membangkitkan hal-hal baru.
Hubeis, (2005) menyatakan bahwa ada empat tahapan untuk melakukan
kreativitas yaitu:
1. Menelusuri masalah.
2. Mengajukan ide-ide.
3. Menyeleksi pilihan-pilihan.
4. Implementasi.
Levitt dalam Suryana (2001) mengemukakan definisi kreativitas adalah
berfikir sesuatu yang baru (thinking new doing). Kadangkala yang dikatakan baru
sebenarnya ide lama, seperti perubahan mode fesyen yang biasanya berdaur ulang
kepada mode puluhan tahun yang lalu namun dimunculkan kembali jadi model baru
dengan beberapa perubahan, maka untuk mempopulerkan mode ini dibutuhkan
imajinasi yang kreatif untuk dapat diterima sesuai selera pasar.
Kreativitas dan inovasi merupakan pasangan yang saling mengisi dalam
pengembangan wirausaha di mana kreativitas sebagai penemu maupun pencipta ide
ataupun realisasi ide menjadi sesuatu bentuk barang atau jasa yang mempunyai nilai.
Kemampuan merealisasikan kreativitas ini sering disebut dengan inovasi.
Keinovasian menurut Zimmerer (1996) diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang
untuk mempertinggi dan meningkatkan taraf hidup.
Secara internal keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu
seperti Locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan dan pengalaman (Suryana,
2001).
Schumpeter dalam Hutabarat (2008) membagi inovasi yang dilakukan oleh
para wirausahawan menjadi lima variabel, yaitu:
1. Perkenalan produk baru (The introduction of a new good).
2. Pengenalan penggunaan metode produksi baru (The introduction of a new
method of production).
3. Pembukaan pasar baru (The opening of a new market).
4. Penemuan sumber baru atas bahan baku atau barang setengah jadi (The
conquest of a new source of supply of raw materials or half manufactured
goods).
5. Pendirian organisasi baru dalam berbagai industri (The carrying out of the new
organization of any industry).
Hubeis (2005), mendefinisikan inovasi sebagai suatu perubahan (ide besar)
dalam sekumpulan informasi yang berhubungan diantara masukan dan luaran berupa
Kreativitas dan Inovasi yang merupakan objek penelitian wirausaha adalah
pasangan yang saling berkorelasi dalam penentuan dan pengembangan usaha, atas
dasar kreativitas dan inovasi maka dapat terpenuhi kebutuhan konsumen akan produk
dan jasa yang baru dengan memperhatikan kualitas dan layanan.
2.5. Produktivitas
Doktrin dalam konferensi Oslo, (1984) mendefinisikan produktivitas adalah
suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak
barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber
riil yang sedikit
Menurut Sinungan (2000) Produktivitas secara umum diartikan sebagai
perbandingan antara hasil keluaran dan masuk dengan rumusan sebagai berikut:
Produktivitas =
Input Output
Greenberg dalam Sinungan (2000) mendefinisikan produktivitas sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas
masukan selama periode tersebut.
Monga dalam Winardi (2003) menyatakan bahwa produktivitas adalah
menciptakan kekayaan melalui penciptaan penerapan pengetahuan hingga dapat
disediakan produk-produk serta jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan para pemakai
dan yang bersifat konsisten dengan tujuan-tujuan sosial, lingkungan dan ekonomi
efektivitas dan efisiensi, efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang
diekspektasi sedangkan efisiensi berhubungan dengan bagaimana baiknya berbagai
sumberdaya atau input itu dikombinasi (Winardi, 2003). Dalam penelitian ini indeks
produktivitas yang akan kita ukur adalah produktivitas dalam hal tingkat produksi
konveksi yakni jumlah pakaian yang dihasilkan perusahaan dibagi dengan jumlah
tenaga kerja. Untuk lebih konkritnya produktivitas dinyatakan melalui tingkat
pendapatan pengusaha industri kecil konveksi.
Produktivitas dalam prosesnya sangat bersinggungan dengan kreativitas dan
inovasi pelaku wirausaha di mana untuk terpenuhinya definisi produktivitas
sebagaimana yang dikemukakan oleh Monga di atas maka dibutuhkan pemikiran
kreatif dan inovatif untuk menciptakan peluang yang efektif dan efisien, selanjutnya
direalisasikan dalam bentuk barang dan jasa dengan nilai tertentu sesuai kebutuhan
pemakai.
2.6. Pengembangan Wilayah dan Wirausaha
Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan
wilayah yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi. Dikatakan juga
suatu wilayah, yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya
manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, akan cepat
berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang unggul ( Nachrowi, BPPT 1999). Pengembangan
sumberdaya manusia dan tehnologi dengan memperhitungkan daya tampung
lingkungan itu sendiri (Zen, BPPT, 1999). Dalam usaha mengawinkan ketiga pilar ini
dapat diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan serta kemampuan
untuk merealisasikannya. Untuk mewujudkan keinginan ini maka peranan sumber
daya manusia (SDM) sebagai penggerak seluruh sumberdaya yang ada sangatlah
penting. SDM mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan yakni
sebagai objek pembangunan yang merupakan sasaran pembangunan untuk
disejahterakan dan subjek pembangunan yang berperan sebagai pelaku pembangunan.
Untuk dapat berperan dalam pembangunan maka SDM yang merupakan tenaga kerja
bukan saja mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja namun dalam
era globalisasi ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dengan membuka
usaha di semua bidang terutama sebagai penghasil barang dan jasa. Proses
menciptakan barang dan jasa yang mempunyai nilai untuk dipasarkan ini salah
satunya adalah melalui pengembangan wirausaha. Dengan wirausaha terutama Usaha
Kecil dan menengah lebih mengedepankan pengelolaan sumberdaya yang ada
di sekitarnya (lokal) sehingga pilar pengembangan wilayah terutama sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia dengan bantuan tehnologi dapat diproses menjadi
barang dan jasa produktif untuk memenuhi kebutuhan pasar baik lokal maupun luar
daerah. Wirausaha dengan sendirinya akan memberikan penghasilan kepada
masyarakat sehingga perekonomian dapat meningkat karena daya beli masyarakat
Dalam hal penyediaan lapangan kerja, wirausaha sangatlah berperan di mana
lapangan kerja sektor formal sangat sempit sehingga sektor informal sebagai wadah
wirausaha dengan sistem padat karya sangat membutuhkan pekerja dalam jumlah
besar untuk berproduksi di mana mekanisasi dan tekhnologi yang dipakai masih
sederhana akibat keterbatasan modal terutama dalam usaha kecil dan menengah.
Dengan demikian pengembangan wilayah sebagai harmonisasi sumberdaya yang ada
sangatlah selaras dengan wirausaha yang memperhatikan sumberdaya sekitarnya
sebagai peluang untuk dapat memproduksi barang atau jasa yang mempunyai nilai
jual terutama kebutuhan di lingkungan sekitarnya dan secara ekonomi telah
meningkatkan pendapatan masyarakat, pembangunan infrastruktur dan penurunan
angka pengangguran.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Guna memperkaya kasanah dari karya ilmiah ini, penulis merujuk beberapa
penelitian yang telah pernah dilakukan dan dianggap relevan dengan penelitian ini,
diantaranya adalah:
Wisnu (2007), dengan judul penelitian Pengaruh Jenis Pendidikan dan
Pengalaman Berwirausaha terhadap Hubungan Antara Locus of Control dengan
Perilaku Inovatif.
Hasil penelitian: (1) Jenis pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan
berwirausaha berpengaruh negatif dan signifikan terhadap hubungan locus of control
dengan perilaku inovatif.
Sari (2002) dengan judul penelitian Peran Industri Kecil dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat dan Penyerapan Tenaga Kerja untuk Mendorong
Pengembangan Wilayah di Kota Medan (Studi Kasus Konveksi Pakaian). Penelitian
ini berkesimpulan bahwa keberhasilan industri kecil dipengaruhi oleh modal dan
tenaga kerja secara serentak. Analisis Return to scale menunjukkan bahwa industri
kecil kota medan berada pada keadaan Decreasing Return to Scale atau produksinya
belum efisien yang disebabkan oleh meningkatnya produk cacat akibat kurang
terampil dan cermatnya tenaga kerja yang bermuara kepada kurangnya pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja. Jumiadi. AW (2004) dengan judul penelitian, Analisis
Pengaruh Perkembangan Industri Kecil Pakaian Jadi terhadap Pengembangan
Wilayah Kota Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal dan tenaga kerja mempunyai
pengaruh yang positif yakni 0,373 dan 0,660 sedangkan tekhnologi mempunyai
pengaruh yang negatif yakni - 0,331 terhadap pendapatan secara nyata (signifikan),
tingkat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, positif sebesar 0,8393
dan nyata (signifikan) pada taraf 95% serta determinasi antar variabel sebesar
70,45%. Pengaruh perkembangan industri kecil terhadap penyerapan tenaga kerja
Kota Medan, adalah positif dan nyata (signifikan) korelasi 0,8361 serta determinasi
Kemampuan wirausaha
pendidikan pengalaman
Perilaku wirausaha - Kreativitas - Inovasi
Pengembangan Wirausaha (Produktivitas)
Peningkatan pendapatan
Pengembangan wilayah
kecil di Kota Medan, adalah negatif dan tidak nyata dengan korelasi 0,8080 serta
determinasi 65,29% pada taraf kepercayaan 95%.
[image:50.612.138.474.235.643.2]2.8. Kerangka Pikir Penelitian
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian di atas maka
yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pendidikan dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemampuan pelaku usaha menerapkan perilaku wirausaha pada industri kecil
konveksi.
2. Pendidikan dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengembangan wirausaha ditinjau dari produktivitas usaha melalui penerapan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang terdiri
dari 21 kecamatan dan mempunyai batas wilayah sebelah Utara, Selatan, Barat serta
Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya 265,10 km2 dengan jumlah
penduduk 2.083.156 jiwa berdasarkan Sensus Penduduk 2000 & Proyeksi Penduduk
2000 – 2010 (Medan dalam angka, 2008). Penelitian dilakukan di Kota Medan karena
perkembangan industri kecil sangat pesat dan potensi sumberdaya manusia sangat
heterogen baik pemilik maupun pekerja ditinjau dari latar belakang, tingkat
pendidikan, umur, lamanya berwirausaha, perilaku wirausaha dan produktivitasnya.
Adapun waktu penelitian ini direncanakan terlaksana pada bulan Mei 2009
sampai dengan Agustus 2009.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh mel