• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Terhadap Pengembangan Kewirausahaan Di Kota Medan (Studi Kasus Industri Kecil Konveksi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Terhadap Pengembangan Kewirausahaan Di Kota Medan (Studi Kasus Industri Kecil Konveksi)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)

TESIS

Oleh

D E S I D E R I U S

077003035/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

D E S I D E R I U S

077003035/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)

Nama Mahasiswa : Desiderius Nomor Pokok : 077003035

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirozujilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE., M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 10 November 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 2. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 3. Kasyful Mahalli, SE., M.Si

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KONVEKSI)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, November 2009

(6)

ABSTRAK

Desiderius. NIM 077003035. “Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap

Pengembangan Kewirausahaan di Kota Medan (Studi Kasus Industri Kecil

Konveksi)”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua),

Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Pengaruh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha terhadap penerapan perilaku wirausaha pengusaha konveksi Kota Medan, 2. Bagaimana peningkatan produktivitas kerja unit usaha konveksi dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha melalu penerapan perilaku wirausaha di Kota Medan. Penelitian dilakukan terhadap pengusaha konveksi sebanyak 41 orang di Kecamatan Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan Perjuangan dan Medan Timur yang diperoleh secara acak, metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis jalur (Path Analisis) karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung daripada pendidikan dan pengalaman terhadap peningkatan produktivitas usaha melalui perilaku wirausaha para pemilik industri kecil konveksi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Pendidikan dan Pengalaman pengusaha konveksi memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku wirausaha. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Perilaku wirausaha adalah 0,445, pengaruh variabel pengalaman terhadap Perilaku wirausaha sebesar 0,442, pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,329, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,304, pengaruh variabel perilaku wirausaha terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,406. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1806, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1794. 2. Pengaruh Total atau Total Effect berupa: pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,851 wirausaha adalah sebesar 0,848. Dengan demikian diharapkan hal-hal tersebut dapat menggambarkan kebutuhan dunia pendidikan akan wawasan kewirausahaan bagi siswanya sehingga dapat membentuk dan menghasilkan lulusan yang berwawasan dan mau berwirausaha sebagai opsi pekerjaan di masa yang akan datang di Kota Medan.

(7)

ABSTRACT

Desiderius. NIM. 077003035. “The influence of education and experience to the

Entrepreneurship Development in Medan (Case Study of Small Industrial Convection) under the guidance of Prof. Bachtiar Miraza Hassan (Chairman), Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member). This study aims to analyze: 1. The influence of education and entrepreneurial experience to the application of principals entrepreneurial behavior convection entrepreneurs Medan, 2. How to increase productivity of business units convection influenced by education and experience through the application of entrepreneurial actors entrepreneurial behavior in the city of Medan. Research carried out on as many as 41 entrepreneurs convection people in Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan perjuangan and Medan Timur randomly obtained, the research methods used are surveys and research data analysis techniques used path analysis because research this aims to determine the effect of direct and indirect rather than education and experience to increase business productivity through entrepreneurial behavior of

owners of small industries convection. The results of this study reveal that: 1. Education and business experience convection positive impact and significant

entrepreneurial behavior. The influence of educational variables on entrepreneurial behavior is 0.445, the influence of variable entrepreneurial experience to the behavior of 0.442, the influence of educational variables on labor productivity of 0.329, the influence of variables on productivity of work experience for 0.304, the influence of entrepreneurial behavior variables of the work productivity of 0.406. The influence of educational variables on productivity through entrepreneurial behavior of 0.1806, the influence of variables on productivity of work experience through entrepreneurial behavior of 0.1794. 2. Total Effect of: variable influence of education on productivity through entrepreneurial behavior for self-employment is 0.851 for 0.848. It is expected that - it can describe the world needs the insights of entrepreneurship education for their students so as to form and produce graduates who are knowledgeable and willing to entrepreneurship as an employment option in the future in Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan kasihNya penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan

Pengalaman terhadap Pengembangan Kewirausahaan di Kota Medan (Studi Kasus

Industri Kecil Konveksi), dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti

proses perkuliahan maupun pada saat melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan

penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dalam

penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si, dan

Bapak Drs. Rujiman, M.A, yang bersedia menjadi Dosen Pembanding dan

Penguji serta telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam

(9)

5. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

8. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

9. Para dosen pengajar yang telah banyak mendidik dan membantu selama berkuliah

pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

yang telah banyak membantu penulis dalam proses administrasi maupun

kelancaran kegiatan akademik.

11.Pemerintah Republik Indonesia c.q Menteri Pendidikan Nasional yang telah

memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga

penyelesaian tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal Depdiknas Tahun

Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

12.Bapak H. Syamsul Arifin, SE, selaku Gubernur Sumatera Utara yang telah

(10)

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

13.Kepada kedua orang tua dan mertuaku, yang telah memberi dukungan dan doa

sampai tercapainya semua cita-cita ini.

14.Kepada istri dan anakku, atas dukungan dan doa yang telah kalian berikan selama

masa perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

15.Kepada Keluarga Abangda A/i Wiki Wau, abang/kakak/lae/lao sekalian yang

telah memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

16.Seluruh rekan-rekan seangkatan pada Konsentrasi Perencanaan Pendidikan PWD

Sekolah Pascasarjana USU, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis mengharap, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi

insan akademisi dan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan dapat

memberi koreksi yang membangun apabila terdapat kesalahan.

Medan, November 2009 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Desiderius dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 06 Desember 1972

di Medan, anak kelima dari tujuh bersaudara buah perkawinan Ayahanda T. Zebua,

SH dan Ibunda M. br. Marbun. Telah menikah dengan H. Dachi, A.Md dan dikarunia

sepasang buah hati yakni Nicholas A.S.A. Zebua dan Felicia Agatha Zebua.

Menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Dasar Pertiwi Medan tahun 1987,

SMP Negeri IX Medan tahun 1989, SMA Negeri III Medan tahun 1991, kemudian

melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Satu di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara dan mendapat gelar sarjana hukum pada tahun 1999.

Pada tahun 2001 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkup Kabupaten

Nias, tahun 2005 pindah tugas ke lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan

pada bulan Oktober tahun 2007 mendapat kesempatan beasiswa untuk mengikuti

studi di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Medan.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Wirausaha dan Kewirausahaan ... 10

2.2. Pendidikan... 15

2.3. Pengalaman ... 20

2.4. Kreativitas dan Inovasi... 23

2.5. Produktivitas ... 26

2.6. Pengembangan Wilayah dan Wirausaha ... 27

2.7. Penelitian Sebelumnya ... 29

2.8. Kerangka Pikir Penelitian ... 31

2.9. Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.4. Teknik Analisa Data... 36

(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Kota Medan... 42

4.1.1. Letak Geografis ... 42

4.1.2. Luas Wilayah ... 42

4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 44

4.2. Industri Kecil di Kota Medan... 46

4.2.1. Perkembangan Industri Kecil Konveksi di Kota Medan .... 49

4.2.2. Karakteristik Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan... ... 52

4.2.3. Gambaran Industri Konveksi... 54

4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Realibilitas... 58

4.3.1. Uji Validitas... 58

4.3.2. Uji Realibilitas ... 59

4.4. Uji Multikolinieritas... 60

4.5. Metode Sucsesive Interval... 61

4.6. Pengujian Hipotesis... .. 62

4.6.1. Substruktur Pertama... ... 62

4.6.2. Substruktur Kedua... 67

4.6.3. Penghitungan Pengaruh... 70

4.6.4. Diagram Jalur... .. 72

4.7. Kaitan Penelitian dengan Perencanaan Pendidikan dan Pengembangan Wilayah... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2004-2006... 2

1.2. Tenaga Kerja Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun 2006………... 2

1.3. Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah Kota Medan... 4

1.4. Perkembangan Industri Konveksi Kota Medan Tahun 2004-2008... 6

1.5. Distribusi Usaha Konveksi Pakaian Kota Medan Tahun 2008... 7

3.1. Sub Populasi Berdasarkan Cluster Random Sampling... 35

3.2. Distribusi Sampel Setiap Kecamatan... 36

4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan... 43

4.2. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kota Medan...45

4.3. Distribusi Persentase PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku... 47

4.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Rumah Tangga di Kota Medan...47

4.5. Perkembangan Industri Kecil Konveksi di Kota Medan 2004-2008... 51

4.6. Profil Pendidikan Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan...52

4.7. Profil Pengalaman Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan... 53

4.8. Profil Usia Pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Medan...53

4.9. Perbedaan Antara Produksi Sistem Siap dan Roda Sistem Berjalan... 55

4.10. Tingkat Produksi Industri Kecil Konveksi Responden... 58

4.11. Hasil Uji Multikolinieritas untuk Pengujian Hipotesis Pertama...60

4.12. Hasil Uji Multikolinieritas untuk Pengujian Hipotesis Kedua... 61

(15)

4.14. Hasil Analisis Korelasi... 66

4.15. Hasil Analisis Regresi Berganda... 67

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kesesuaian Sekolah dengan Tingkat Tenaga Kerja...18

2.2. Kerangka Pikir Penelitian... 31

4.1. Tahapan Produksi Konveksi...56

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner... 84

2. Uji Validitas Variabel Pendididikan dan Perilaku Wirausaha... 90

3. Uji Reliabilitas... 91

4. Uji Multikolinearitas... 92

5. Uji Hipotesis………. 95

6. Variabel Pendidikan………98

7. Profil Responden………106

(18)

ABSTRAK

Desiderius. NIM 077003035. “Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap

Pengembangan Kewirausahaan di Kota Medan (Studi Kasus Industri Kecil

Konveksi)”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua),

Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Anggota), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Pengaruh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha terhadap penerapan perilaku wirausaha pengusaha konveksi Kota Medan, 2. Bagaimana peningkatan produktivitas kerja unit usaha konveksi dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman pelaku wirausaha melalu penerapan perilaku wirausaha di Kota Medan. Penelitian dilakukan terhadap pengusaha konveksi sebanyak 41 orang di Kecamatan Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan Perjuangan dan Medan Timur yang diperoleh secara acak, metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis jalur (Path Analisis) karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung daripada pendidikan dan pengalaman terhadap peningkatan produktivitas usaha melalui perilaku wirausaha para pemilik industri kecil konveksi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Pendidikan dan Pengalaman pengusaha konveksi memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku wirausaha. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Perilaku wirausaha adalah 0,445, pengaruh variabel pengalaman terhadap Perilaku wirausaha sebesar 0,442, pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,329, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,304, pengaruh variabel perilaku wirausaha terhadap Produktivitas kerja sebesar 0,406. Pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1806, pengaruh variabel pengalaman terhadap Produktivitas kerja melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,1794. 2. Pengaruh Total atau Total Effect berupa: pengaruh variabel pendidikan terhadap Produktivitas melalui Perilaku wirausaha sebesar 0,851 wirausaha adalah sebesar 0,848. Dengan demikian diharapkan hal-hal tersebut dapat menggambarkan kebutuhan dunia pendidikan akan wawasan kewirausahaan bagi siswanya sehingga dapat membentuk dan menghasilkan lulusan yang berwawasan dan mau berwirausaha sebagai opsi pekerjaan di masa yang akan datang di Kota Medan.

(19)

ABSTRACT

Desiderius. NIM. 077003035. “The influence of education and experience to the

Entrepreneurship Development in Medan (Case Study of Small Industrial Convection) under the guidance of Prof. Bachtiar Miraza Hassan (Chairman), Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE (Member), Kasyful Mahalli, SE, M.Si (Member). This study aims to analyze: 1. The influence of education and entrepreneurial experience to the application of principals entrepreneurial behavior convection entrepreneurs Medan, 2. How to increase productivity of business units convection influenced by education and experience through the application of entrepreneurial actors entrepreneurial behavior in the city of Medan. Research carried out on as many as 41 entrepreneurs convection people in Medan Area, Medan Denai, Medan Kota, Medan perjuangan and Medan Timur randomly obtained, the research methods used are surveys and research data analysis techniques used path analysis because research this aims to determine the effect of direct and indirect rather than education and experience to increase business productivity through entrepreneurial behavior of

owners of small industries convection. The results of this study reveal that: 1. Education and business experience convection positive impact and significant

entrepreneurial behavior. The influence of educational variables on entrepreneurial behavior is 0.445, the influence of variable entrepreneurial experience to the behavior of 0.442, the influence of educational variables on labor productivity of 0.329, the influence of variables on productivity of work experience for 0.304, the influence of entrepreneurial behavior variables of the work productivity of 0.406. The influence of educational variables on productivity through entrepreneurial behavior of 0.1806, the influence of variables on productivity of work experience through entrepreneurial behavior of 0.1794. 2. Total Effect of: variable influence of education on productivity through entrepreneurial behavior for self-employment is 0.851 for 0.848. It is expected that - it can describe the world needs the insights of entrepreneurship education for their students so as to form and produce graduates who are knowledgeable and willing to entrepreneurship as an employment option in the future in Medan.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara saat ini

berkembang pesat dan mengakibatkan pertambahan penduduk, keadaan ini antara lain

disebabkan oleh pertumbuhan penduduk secara alami dan terjadinya migrasi dari desa

ke kota (urbanisasi) dengan tujuan mencari kerja. Lapangan kerja yang ditawarkan

pun sangat beragam. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara

tradisional dianggap salah satu faktor yang positif yang memacu pertumbuhan

ekonomi, jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya

akan lebih besar (Sirojuzilam, 2008).

Pertumbuhan penduduk usia produktif membutuhkan lapangan pekerjaan

sebagai kebutuhan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan

kesejahteraannya. Lapangan kerja di sektor formal masih sulit diharapkan untuk

menjadi tumpuan dalam mengurangi angka pengangguran secara signifikan. Bahkan

dikhawatirkan, lapangan kerja di sektor formal tersebut akan menjadi mesin pencetak

pengangguran baru akibat pemutusan hubungan kerja sebagai dampak krisis ekonomi

saat ini. Jika kita lihat kecenderungan alih tehnologi terutama pada sektor industri dan

pengolahan dengan motif efisiensi dan efektivitas untuk meningkatkan produktivitas

dan laba maka digunakan mesin-mesin yang mengakibatkan berkurangnya kebutuhan

(21)

pekerjaan sekelompok pekerja. Perbandingan lapangan kerja yang membutuhkan

dengan pemutusan hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum ditempatkan

memperlihatkan perbandingan yang sangat jauh dari tahun ke tahun sebagaimana

tabel di bawah ini (Medan dalam angka, 2008):

Tabel 1.1. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2004 – 2006

Tahun Yang Ditempatkan

(Orang)

Yang Dihapuskan (Orang)

Yang Belum Ditempatkan (Orang)

2004 6089 12475 51301

2005 48113 35131 25316

2006 7657 55970 46412

Sumber: Medan dalam angka, 2008

Sedangkan kebutuhan tenaga kerja tahun 2006 yang sudah ditempatkan

menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun 2006

Ditempatkan dalam Tahun Ini

(Orang)

Dihapuskan dalam Tahun Ini

(Orang)

Belum ditempatkan Tahun Ini (Orang) Pendidikan

L P L P L P

S D 4 21 142 504 - -

SLTP 24 114 2917 317 1 213 2 018

SLTA 1000 4712 11805 7170 11 732 29 494

Sarjana 10 382 15011 18678 255 700

Keterangan: L = laki-laki, P = perempuan. Sumber: Medan dalam angka, 2008

Tabel 1.2 di atas menunjukkan kecenderungan bahwa tingkat pendidikan

tenaga kerja tidak dibutuhkan secara merata di dalam lapangan kerja dan over

(22)

pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan yang meningkat dari

74,7 ditahun 2004 menjadi 75,6 pada tahun 2006 (BPS Sumatera Utara, 2007)

ternyata belum bisa mengurangi tingkat pengangguran di Kota Medan yang terus

meningkat, pada bulan Agustus 2007 telah mencapai 14,49 persen bilamana kita

bandingkan dengan angka pengangguran di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar

13,05 persen dan 12,46 persen pada tahun 2005 (BPS Sumatera Utara). Melihat

fenomena yang ada, permintaan tenaga kerja sektor formal sesuai dengan tingkat

pendidikannya sangat berbanding jauh dengan pertumbuhan angkatan kerja sehingga

IPM yang tinggi belum bisa mengatasi masalah pengangguran. Solusi daripada

ketidak tertampungan angkatan kerja ini adalah sektor informal.

Pemerintah Kota Medan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah

tahun 2006 – 2010 menetapkan Arah dan Kebijakan Umum Pembangunan Kota lima

tahunan yang berpihak kepada pengembangan usaha kecil sebagai prioritas yakni

Mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan Koperasi

(UKMK) untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh

masyarakat kota (RPJM Tahun 2006 – 2010 Kota Medan). Pemberdayaan penduduk

Kota Medan dilakukan dengan mengembangkan sektor non formal yang lebih padat

karya melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi untuk menyerap

tenaga kerja sehingga produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dapat berkembang.

Perkembangan industri kecil di Kota Medan terus meningkat dari tahun 2002 sampai

(23)

Tabel 1.3. Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah Kota Medan Tahun Jumlah Industri Kecil/

Rumah Tangga (Unit)

Persentase Serapan Tenaga Kerja (orang)

Persentase

2003 5.001 - 9.282 -

2004 5.309 6,15 9.429 1,58

2005 5.498 9,93 10.255 10,48

2006 5.758 15,13 11.467 23,54

2007 5.960 19,17 12.119 30,56

Sumber: Disperindag Kota Medan, 2009.

Menurut McClelland dalam Ciputra (2008), bahwa suatu negara akan menjadi

makmur apabila mempunyai enterpreneur (wirausaha) sedikitnya sebanyak dua

persen dari jumlah penduduk dan menurut Ciputra (2008) bahwa opsi terbesar untuk

pekerjaan masa depan adalah menjadi pemilik usaha, usaha skala kecil dan menengah

adalah tumpuan utama pertumbuhan ekonomi masa depan. Dua indikator penting

dalam suatu negara maju dan makmur secara ekonomi akan terpenuhi, yaitu

rendahnya pengangguran dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang

ekspor yang dihasilkan bila wirausaha dapat berkembang dengan baik. Hal ini

merupakan kesempatan yang harus diraih oleh angkatan kerja karena wirausahawan

di Indonesia masih minim dan ramalan Ciputra tentang peluang kerja di masa depan

adalah menjadi pemilik usaha merupakan motivasi tersendiri bagi angkatan

kerja kita, jangan lagi menunggu kesempatan bekerja di sektor formal yang sangat

riskan dengan pemutusan hubungan kerja dan keterikatan.

Wirausahawan dalam melakukan kegiatan usahanya bukan dilakukan secara

(24)

logika yang benar (Miraza, 2008). Dengan demikian kualitas seorang wirausaha bila

melihat hierarki pekerjaan menurut tingkat pendidikan adalah sekelas dengan sarjana

sebagai tehnisi ahli yang bekerja secara profesional. Bekal yang diperlukan oleh

seorang profesional adalah ilmu pengetahuan dalam bidang profesinya, ketrampilan,

mental, sikap serta integritas diri (Astamoen, 2005). Pendidik merupakan wahana

agar potensi dan kapasitas pribadi yang ada dapat dioptimalkan pengembangannya

supaya manusia dapat hidup secara mandiri. IPM bidang pendidikan di Kota Medan

telah menekan angka buta huruf hanya 1 persen dan lama pendidikan 10 tahun, tetapi

fungsi dari pendidikan yang memberikan kondisi penunjang segala aspek kehidupan

manusia belum terimplementasikan, terbukti dengan tingkat pengangguran yang

terus mengalami peningkatan. Kemandirian penduduk usia produktif untuk

berproduksi dengan cara bekerja dan menciptakan lapangan kerja belum optimal

terberdayakan. Maka perlu ditanamkan kemandirian untuk menciptakan lapangan

kerja dengan jalan berwirausaha. Pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM)

di Sumatera Utara ditinjau dari sisi pendidikan, pada umumnya sebagian besar

mereka (69%) berpendidikan SMP ke bawah. Lemahnya tingkat pendidikan dan

kemampuan dari para pengusaha kecil dan menengah memberi berbagai dampak,

diantaranya: (1) Rendahnya inovasi, (2) Lemahnya manajemen usaha, (3) Rendahnya

produktivitas, (3) Rendahnya kualitas produk dan (4) Lemahnya kemampuan

mengakses modal usaha (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun i –

2006). Kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian dengan memberdayakan

(25)

dengan melakukan usaha kreatif maupun inovatif dari pengalaman hidup sehari-hari

walaupun sebelumnya belum pernah dipelajari dalam pendidikan formal. Yang harus

kita lakukan sekarang adalah membuat sinkronisasi dan modifikasi implementasi

ilmu pengetahuan itu pada kondisi dan waktu sekarang dan hal ini tidak dapat

diterapkan tanpa melakukan aksi atau perlakuan pada kegiatan yang dilaksanakan.

Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan ditambah pengalaman berupa

praktek dalam segala kesempatan pada waktu menjalankan tugas kerja akan

menghasilkan ketrampilan yakni kemampuan untuk mempraktekkan pengetahuan

(Astamoen, 2005). Sumber daya manusia yang terampil akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi terhadap sesuatu usaha dan meningkatkan pendapatan bagi

pelaku maupun pekerja pada suatu bidang usaha.

Salah satu industri kecil yang terus berkembang di Kota Medan adalah

industri konveksi pakaian. Industri konveksi berkembang dengan pesat dari tahun ke

tahun dengan tingkat serapan tenaga kerja yang cukup baik.

Tabel 1.4. Perkembangan Industri Konveksi Kota Medan Tahun 2004-2008

Tahun Usaha Konveksi (Unit) Persentase Jumlah Tenaga

Kerja (Orang)

Persentase

2004 494 - 3137 -

2005 533 7,89 3589 14,40

2006 606 22,67 4414 40,70

2007 642 29,95 4811 53,36

2008 665 34,61 5029 60,31

Sumber: Disperindag Kota Medan, 2009

Industri konveksi terbesar berada di kawasan Kecamatan Medan Area

(26)

Tabel 1.5. Distribusi Usaha Konveksi Pakaian Kota Medan Tahun 2008

No Kecamatan Usaha Konveksi (Unit)

1 Medan Area 170

2 Medan Barat 38

3 Medan Perjuangan 45

4 Medan Denai 69

5 Medan Kota 83

6 Medan Helvetia 16

7 Medan Timur 36

8 Medan Selayang 12

9 Medan Sunggal 16

10 Medan Petisah 40

11 Medan Johor 24

12 Medan Deli 11

13 Medan Tembung 28

14 Medan Maimun 40

15 Medan Amplas 8

16 Medan Marelan 2

17 Medan Polonia 11

18 Medan Baru 15

19 Medan Labuhan 1

20 Medan Belawan 0

21 Medan Tuntungan 0

T o t a l 665

Sumber: Disperindag Kota Medan, 2009

Industri konveksi merupakan sektor basis berdasarkan sektor pendapatan

industri kecil, sektor tenaga kerja dan analisis peranan industri kecil menunjukkan

bahwa industri kecil ini memberikan surplus pendapatan namun masih berada pada

keadaan decreasing Return to Scale atau produksinya belum efisien disebabkan oleh

meningkatnya produk cacat akibat kurang terampil dan cermatnya tenaga kerja yang

bermuara kepada kurangnya pendidikan dan pelatihan tenaga kerja (Sari, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

(27)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan menekankan bahwa

wirausaha merupakan salah satu bagian penggerak ekonomi suatu negara maupun

wilayah, wirausahawan adalah profesional yang mengetahui bidang usahanya. Untuk

mengetahui bidang usahanya dibutuhkan pendidikan dan pengalaman, maka

dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut

1. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap kemampuan

penerapan perilaku wirausaha pengusaha pada industri kecil konveksi?

2. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap produktivitas melalui

penerapan perilaku wirausaha pada industri kecil konveksi?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman dalam

penerapan perilaku wirausaha pemilik industri kecil konveksi.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman melalui

kemampuan pengusaha menerapkan perilaku wirausaha terhadap produktivitas

industri kecil konveksi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis, menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak terkait

dengan perencanaan pendidikan untuk memperjelas konsep dan kebutuhan

(28)

Secara praktis, menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Medan untuk

pengambilan kebijakan dalam hal peningkatan mutu sumber daya manusia dan

pengembangan usaha kecil dan menengah di Kota Medan. Sebagai bahan

informasi bagi lembaga pendidikan dan sumber daya pendidikan dalam penguatan

output pendidikan guna pengembangan potensi dan ketrampilan siswa agar siap

bersaing dalam bursa tenaga kerja yang semakin kompleks di era globalisasi.

Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Wirausaha dan Kewirausahaan

Kata wirausaha atau enterpreneur dilansir pertama kali pada tahun 1755

di Perancis oleh Richard Cantillon, menurutnya seorang enterpreneur sebagai

seseorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian

dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat

keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber

daya, dan menerima resiko berusaha (Winardi, 2003). Secara sederhana pernyataan

Cantillon tentang seorang wirausaha ini merupakan aktivitas sehari-hari daripada

pengusaha atau pedagang yang membeli barang berbentuk bahan baku kemudian

diproses atau diolah menjadi barang tertentu kemudian dijual ke berbagai daerah yang

membutuhkan dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugiannya (resiko

berusaha). Walaupun sederhana namun dalam melaksanakannya dibutuhkan ide-ide

kreatif dan inovatif sehingga produk yang dipasarkan dapat memberikan keuntungan.

Menurut Drucker dalam Khasmir (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan

merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, dengan

kata lain seorang wirausahawan adalah orang yang mampu menciptakan sesuatu yang

baru (kreatif), berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda

(30)

Menurut Schumpeter dalam Budi Hermana (2008) menyatakan bahwa

wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan

perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru

tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas

baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new

market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau

(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan

wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta

mengkaitkannya dengan kombinasi sumberdaya.

Menurut Suryana (2001) menyatakan bahwa enterpreneurship

(kewirausahaan) adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan

sesuatu yang baru yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan hidup.

Terbentuk dan eksisnya suatu wirausaha dengan sendirinya merupakan cerminan

daripada perilaku kreatif, inovatif yang berproses untuk menghadapi tantangan hidup.

Secara sederhana arti wirausahawan menurut Khasmir (2006) adalah orang

yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai

kesempatan. Dalam keberanian mengambil resiko untuk membuka usaha tentunya

membutuhkan kreativitas dan inovasi dengan memperhitungkan peluang

(kesempatan) yang ada.

Kewirausahaan sebagaimana dikemukakan di atas disimpulkan secara umum

merupakan harmonisasi antara kreativitas yang menciptakan ide-ide dengan

(31)

kreatif menjadi suatu bentuk barang dan jasa yang mempunyai nilai jual bagi

wirausahawan. Dengan sendirinya penentu keberhasilan wirausaha dari faktor

internal pelakunya adalah kreativitas dan inovasi wirausahawan dalam

mengembangkan usahanya.

Wirausaha adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk

melakukan suatu kegiatan ekonomi. Pelakunya biasa kita sebut sebagai pengusaha

atau entrepreneur. Tanpa adanya orang berwirausaha, maka perkembangan ekonomi

akan lambat. Dari sudut ukurannya, pengusaha terbagi dari banyak sekali tingkatan,

dari yang besar hingga mikro. Di sini cuma akan membahas tentang pengusaha mikro

atau usaha kecil dan menengah yang lebih banyak menciptakan lapangan kerja.

Danhof dalam Winardi (2003) mengklasifikasikan kewirausahaan dalam

beberapa klasifikasi yakni:

1. Innovation Enterpreneurship yang dicirikan oleh pengumpulan informasi

secara agresif serta analisis tentang hasil-hasil yang dicapai dari

kombinasi-kombinasi baru faktor produksi.

2. Imitative Enterpreneurship yang dicirikan oleh kesediaan untuk menerapkan

(intinya meniru) inovasi-inovasi yang berhasil diterapkan oleh kelompok para

inovating enterpreneur.

3. Fabian Enterpreneurship yang dicirikan oleh sikap yang teramat berhati-hati

dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan

(32)

mereka akan kehilangan posisi relatif mereka di dalam industri yang

bersangkutan.

4. Drone Enterpreneurship yang dicirikan dengan penolakan untuk

memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan

dalam rumus produksi, sekalipun hal tersebut akan mengakibatkan mereka

merugi dengan para produsen lain.

Pengklasifikasian kewirausahaan ini juga menjadi penegasan bagi kebutuhan

wirausaha akan perilaku kreatif dan inovatif dalam proses membina dan

mengembangkan usahanya karena semua klasifikasi tentunya mempunyai motif

tertentu untuk menciptakan peluang dan menerapkan ide atau peluang itu menjadi

suatu upaya untuk mengembangkan usahanya.

Wirausaha sebagaimana bidang usaha lainnya harus melalui empat tahapan

perkembangan yang bersifat khas, sebelum mencapai kedewasaan sebagai sebuah

perusahaan yang mapan dan berhasil yakni:

1. Tahapan awal (Pre Start-Up Stage);

2. Tahapan dimulainya usaha (The Start-Up Stage);

3. Tahapan pertumbuhan awal (Early-Growth Stage); dan

4. Tahapan pertumbuhan kemudian (Later-Growth Stage).

Setiap tahapan ini memerlukan ide-ide kreatif dan inovatif terutama pada

tahap awal di mana selama fase inisial ini ide-ide kreatif berkembang hingga titik

di mana menurut mereka dianggap sebagai hal yang komersial layak diterapkan

(33)

Seorang wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif, karena

popularitas produk yang mungkin sukses dijualnya belum tentu akan bertahan lama.

Menurut Astamoen (2005) hal ini terjadi mengingat adanya daur hidup produk

(product life cycle) terutama produk hasil industri yang melalui lima tahapan yakni:

1. Tahapan desain dan pengembangan;

2. Tahapan pengenalan;

3. Tahapan pertumbuhan;

4. Tahapan pemantapan dan kematangan;

5. Tahapan penurunan.

Dengan demikian dibutuhkan kreativitas dan inovasi dengan memahami

konsep daur hidup melalui penciptaan produk-produk baru setiap kurun waktu

tertentu sesuai jenis produknya, supaya tetap dapat eksis bersaing dan usahanya tetap

berkembang.

Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku

seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, oleh sebab itu objek studi kewirausahaan

adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk

perilaku (Suryana, 2001). Dengan sendirinya kreativitas dan inovasi merupakan suatu

hal yang esensial bagi setiap pelaku dalam kewirausahaan di mana setiap proses

perkembangan usaha mulai dari tahap awal sampai pada tahap penurunan dibutuhkan

pemikiran kreatif dan inovatif terhadap produk yang dihasilkan agar suatu usaha

dapat terus menghasilkan keuntungan sehingga dapat bersaing dengan mengikuti

(34)

kecil dan menengah yang mempunyai capital kecil sehingga butuh ide-ide kreatif dan

inovatif untuk dapat efisien dan efektif dalam setiap tahapan guna menekan

penggunaan modal yang bermuara kepada penekanan biaya produksi sehingga produk

dapat dilepas di pasar dengan harga terjangka oleh konsumen.

2.2. Pendidikan

Pendidikan yang dialami menyebabkan individu banyak mendapatkan

pengetahuan, pengalaman, dan sikap mental yang kuat. Pengetahuan, pengalaman,

dan sikap mental yang diperoleh akan berpengaruh terhadap pola tingkah laku dan

sikapnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan

mendapatkan pekerjaan atau pendapatan yang semakin tinggi di masa yang akan

datang, hal ini dapat kita amati dari titik singgung antara pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi yaitu produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja,

semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat

sesuai dengan teori Human Capital yang menerangkan bahwa pendidikan memiliki

pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di mana pendidikan berperan dalam

meningkatkan produktivitas tenaga kerja (Ace dan Tilaar, 1993).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

(35)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keaktifan

untuk mengembangkan potensi diri tentunya tidak terlepas dari kreativitas yang

memunculkan ide-ide juga inovasi untuk menuangkan ide-ide tersebut menjadi nyata

berupa hasil kerja atau karya yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan

terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan

input bagi total produksi. Pendidikan juga berfungsi meningkatkan produktivitas.

Selain dari itu kemampuan untuk menyerap teknologi memerlukan peningkatan

kualitas sumber manusia (Sirojuzilam, 2008).

Menurut Ace dan Tillar (1993), pendidikan adalah salah satu bentuk investasi

sumberdaya manusia dengan tujuan:

1. Suatu bentuk konsumsi yang dapat memenuhi kepuasan seseorang untuk

menikmati perolehan pengetahuan dan keterampilan pada waktu sekarang.

2. Membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk bekerja lebih

produktif sehingga meningkatkan penghasilan tenaga kerja lulusan pendidikan

di masa yang akan datang.

3. Mempengaruhi pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan.

Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir para

(36)

ilmiah sehingga mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternatif dalam

mengelola usahanya dan mengetahui bagaimana dan bilamana suatu produk

wirausaha dilepas ke pasar baik domestik, nasional maupun internasional sebanyak

mungkin untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Wirausahawan yang

memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik

dalam memahami dan menerapkan teknologi produktif sehingga produktivitasnya

menjadi tinggi. Selain itu juga dengan pendidikan akan menambah kemampuan diri

wirausahawan untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-masalah yang

terjadi.

Banyak kalangan berpendapat bahwa salah satu penyebab rendahnya

produktivitas tenaga kerja sektor usaha dan jasa adalah rendahnya tingkat pendidikan

para pelaku wirausahanya. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka adopsi

teknologi tidak berjalan secara optimal, sehingga upaya peningkatan produksi sulit

dilakukan. Jadi yang hendak dikatakan disini adalah pendidikan memang dibutuhkan

untuk mendukung kemampuan seseorang dalam bekerja, namun hal tersebut tidaklah

mutlak karena masih ada faktor lain yang menentukan seorang individu harus

bersikap dalam pekerjaan yang digelutinya.

Masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha.

Wirausahawan dalam melakukan kegiatan usahanya bukan dilakukan secara amatir

tetapi harus dilakukan secara profesional, yang terkait dengan cara berfikir dan logika

(37)

Perguruan Tinggi (4-5 tahun) SMA (3 tahun) SMTA Kejuruan (3 tahun) Politeknik (3 tahun) SMP (3 Tahun)

SMTA Kejuruan (4 tahun) SD (6 Tahun) SMTP Kejuruan (3 Tahun) 7 13 13 16 16 19 19

23-24 Profesional (sarjana)

Teknisi ahli Teknisi Teknisi Madya Teknisi Muda Pembantu (Tidak terlatih)

Piramida tenaga kerja

Jenjang persekolahan

[image:37.612.128.540.146.440.2]

Sumber: Departemen P dan K 1983 dalam Enoch, 1992

Gambar 2.1. Kesesuaian Sekolah dengan Tingkat Tenaga Kerja

tenaga kerja adalah sekelas dengan Sarjana sebagai tehnisi ahli yang bekerja secara

profesional sebagaimana gambar di bawah ini.

Sekarang kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan

pengalaman lapangan tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang

mempunyai bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui

pendidikan karena enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits)

dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta

mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya dan oleh karenanya untuk

menjadi wirausaha sukses tidak cukup hanya memiliki bakat akan tetapi juga harus

(38)

memperoleh pengetahuan dalam segala aspek usaha ini dibutuhkan pendidikan sesuai

disiplin ilmunya.

Pendidikan formal sebagai suatu usaha mengadakan perubahan perilaku

berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh masyarakat lewat bangku sekolah

dasar sampai perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan seseorang

untuk berpikir dan mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih, mengatur dan

menilai faktor-faktor produksi yang akan dipakai dalam usahanya serta mengetahui

kapan ia harus menjual produk usahanya sebanyak-banyaknya untuk memperoleh

hasil yang diinginkan. Wirausahawan yang memiliki tingkat pendidikan formal yang

lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola usahanya, selain

itu juga wirausahawan dapat mengambil keputusan-keputusan dan mengatasi

masalah-masalah yang terjadi.

Dalam membentuk enterpreneur menurut Ciputra (2008), yang mampu

mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas terdapat 3L yang menentukan yaitu:

Lahir, Lingkungan dan Latihan. Latihan dimaksudkan adalah pendidikan berupa

upaya terstruktur untuk membangun mind set atau cara pandang enterpreneur dan

kecakapan melakukan tindakan-tindakan yang enterprenerial.

Keberadaan pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM) di Provinsi

Sumatera Utara dari sisi pendidikan dan kemampuan masih belum menggembirakan.

Ditinjau dari sisi pendidikan, pada umumnya sebagian besar mereka (enam puluh

(39)

pengusaha UKM kita yang berpendidikan Sarjana. Fakta menunjukkan masih

rendahnya kualitas sumber daya UKM khususnya dalam bidang manajemen,

organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran. Disamping itu adalah rendahnya

tingkat kompetensi kewirausahaan UKM. Rendahnya tingkat pendidikan para

pengusaha kecil dan menengah tersebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya-upaya

peningkatan kemampuan (Capacity Building) baik melalui pelatihan, pendidikan,

maupun studi banding secara terprogram. Lemahnya tingkat pendidikan dan

kemampuan dari para pengusaha kecil dan menengah memberi berbagai dampak,

diantaranya: (1) Rendahnya inovasi, (2) Lemahnya manajemen usaha, (3) Rendahnya

produktivitas, (3) Rendahnya kualitas produk dan (4) Lemahnya kemampuan

mengakses modal usaha (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun i –

2006).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang

memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk

menunjang kegiatan serta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan produktivitas usahanya.

2.3. Pengalaman

Pengalaman kerja dan usaha merupakan faktor yang saling terkait.

Pengalaman sebagai rutinitas melalui kegiatan atau pekerjaannya sehari-hari akan

membentuk pengetahuannya dan membantu pemecahan masalah yang dialami, dari

(40)

mempunyai kepercayaan yang tinggi untuk membuka usaha dalam bidang yang sama

dengan memperhitungkan faktor penghambat dan peluang baik internal maupun

eksternal.

Dengan pertimbangan faktor penghambat dan peluang ini dapat memperkecil

resiko dan menambah pengembangan usaha melalui visi dan misi yang berasal dari

ide-ide kreatif dan diwujudkan dengan melihat dinamisasi pasar melalui inovasi

secara terus-menerus sehingga hasil produksi dapat bertahan dan bersaing dengan

kompetitor lainnya.

Gunawan (1995) dalam Indrawati dan Richard V.L menemukan bahwa

pengalaman kerja mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja

di industri kecil kulit di Jawa Tengah (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 1,

No. 1, September 1999).

Locke dalam Bagus (2006) memandang pengalaman sebagai asal semua ide,

sementara pikiran ia anggap sebagai tabula rasa (kertas putih bersih, tempat

pengalaman direkam). Jhon Dewey menggunakan pengalaman sebagai kategori

pokok. Baik pengamatan maupun penalaran terjadi di dalam pengalaman dan

bersama-sama membentuknya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengalaman kerja didefinisikan

sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari

nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan

(41)

Menurut Ciputra (2008) pengalaman hidup mengajarkan bahwa untuk

membentuk seorang entrepreneur yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan

menjadi emas terdapat 3L yakni:

1. Lahir, seseorang yang terlahir dari keluarga entrepreneur memiliki

keuntungan besar karena menginternalisasikan nilai-nilai enterpreneurship

sejak dini secara kaya. Ia mengalami atmosfer enterpreneurship dalam jangka

panjang, maka ia lebih mudah menjadi enterpreneur.

2. Lingkungan, keberadaan seseorang dalam lingkungan sosial atau pertemanan

yang sangat kondusif terhadap entrepreneurship akan menyerap nilai-nilai

dan kebiasaan entrepreneur melalui pergaulan sehari-hari sehingga jiwa dan

kecakapan enterpreneurship akan tertanam karena lingkungan yang dijumpai

setiap hari diantara entrepreneur.

3. Latihan atau pendidikan adalah upaya terstruktur untuk membangun mind set

atau pandang enterpreneur dan kecakapan melakukan tindakan-tindakan yang

entrepreneurial.

Penciptaan bisnis atau pengambilan keputusan tentang bisnis apa yang akan

dilakukan adalah salah satu bagian tersulit dalam berenterpreneur. Dengan bekal 2L

yang pertama (lahir dan lingkungan) dapat menciptakan lapangan kerja untuk diri

sendiri dan sekarang berkembang menjadi lapangan kerja bagi orang lain (Ciputra,

2008). Lahir dan lingkungan merupakan pengalaman hidup bagi seseorang yang

membentuk pola pikir, pemahaman, aktivitas dan tujuan hidup di masa yang akan

(42)

membentuk karakter dan persepsi tentang baik buruknya wirausaha dan dapat

memprediksi serta mengambil keputusan dengan resiko sekecil-kecilnya dalam

proses usaha.

Staw dalam Monoarfa (2008) menyatakan bahwa pengalaman adalah peramal

terbaik dari sukses sebuah usaha, terutama jika bisnis barunya ada hubungan bisnis

yang ditekuni sebelumnya. Entrepreneur yang punya pengalaman luas dalam

mengelola bisnis lebih mampu menemukan cara memulai usaha baru. Walau

demikian Kim In Meng (1996) dalam Monoarfa (2008) menemukan bahwa dua puluh

persen dari entrepreuner sukses tidak punya pengalaman kerja sebelumnya.

Pengalaman berwirausaha tidak terlepas dari pengalaman yang pernah

dialami. Jika wirausahawan mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam

mengusahakan usahanya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang lebih baik, dibandingkan dengan wirausahawan yang kurang berpengalaman.

Dengan demikian pengalaman wirausahawan dalam berwirausaha merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat kreativitas dan inovasi wirausaha.

2.4. Kreativitas dan Inovasi

Persaingan global yang berkembang dengan cepat saat ini membutuhkan

kreativitas bukan saja untuk menciptakan keunggulan kompetitif tetapi merupakan

sebuah keharusan dalam sebuah usaha sebagaimana dikemukakan Zimmerer dalam

Suwardi (2003) bahwa rahasia entrepreneur dalam menciptakan nilai di pasar adalah

(43)

dan mengeksploitasi peluang-peluang yang dihadapi setiap hari. Kreativitas

didefinisikannya merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan

menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah-masalah serta

peluang-peluang.

Menurut Person dalam Hubeis (2005), kreativitas adalah menghubungkan dan

merangkai ulang pengetahuan dalam pikiran manusia yang membiarkan dirinya untuk

berpikir secara lebih bebas dalam membangkitkan hal-hal baru.

Hubeis, (2005) menyatakan bahwa ada empat tahapan untuk melakukan

kreativitas yaitu:

1. Menelusuri masalah.

2. Mengajukan ide-ide.

3. Menyeleksi pilihan-pilihan.

4. Implementasi.

Levitt dalam Suryana (2001) mengemukakan definisi kreativitas adalah

berfikir sesuatu yang baru (thinking new doing). Kadangkala yang dikatakan baru

sebenarnya ide lama, seperti perubahan mode fesyen yang biasanya berdaur ulang

kepada mode puluhan tahun yang lalu namun dimunculkan kembali jadi model baru

dengan beberapa perubahan, maka untuk mempopulerkan mode ini dibutuhkan

imajinasi yang kreatif untuk dapat diterima sesuai selera pasar.

Kreativitas dan inovasi merupakan pasangan yang saling mengisi dalam

pengembangan wirausaha di mana kreativitas sebagai penemu maupun pencipta ide

(44)

ataupun realisasi ide menjadi sesuatu bentuk barang atau jasa yang mempunyai nilai.

Kemampuan merealisasikan kreativitas ini sering disebut dengan inovasi.

Keinovasian menurut Zimmerer (1996) diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang

untuk mempertinggi dan meningkatkan taraf hidup.

Secara internal keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu

seperti Locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan dan pengalaman (Suryana,

2001).

Schumpeter dalam Hutabarat (2008) membagi inovasi yang dilakukan oleh

para wirausahawan menjadi lima variabel, yaitu:

1. Perkenalan produk baru (The introduction of a new good).

2. Pengenalan penggunaan metode produksi baru (The introduction of a new

method of production).

3. Pembukaan pasar baru (The opening of a new market).

4. Penemuan sumber baru atas bahan baku atau barang setengah jadi (The

conquest of a new source of supply of raw materials or half manufactured

goods).

5. Pendirian organisasi baru dalam berbagai industri (The carrying out of the new

organization of any industry).

Hubeis (2005), mendefinisikan inovasi sebagai suatu perubahan (ide besar)

dalam sekumpulan informasi yang berhubungan diantara masukan dan luaran berupa

(45)

Kreativitas dan Inovasi yang merupakan objek penelitian wirausaha adalah

pasangan yang saling berkorelasi dalam penentuan dan pengembangan usaha, atas

dasar kreativitas dan inovasi maka dapat terpenuhi kebutuhan konsumen akan produk

dan jasa yang baru dengan memperhatikan kualitas dan layanan.

2.5. Produktivitas

Doktrin dalam konferensi Oslo, (1984) mendefinisikan produktivitas adalah

suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak

barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber

riil yang sedikit

Menurut Sinungan (2000) Produktivitas secara umum diartikan sebagai

perbandingan antara hasil keluaran dan masuk dengan rumusan sebagai berikut:

Produktivitas =

Input Output

Greenberg dalam Sinungan (2000) mendefinisikan produktivitas sebagai

perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas

masukan selama periode tersebut.

Monga dalam Winardi (2003) menyatakan bahwa produktivitas adalah

menciptakan kekayaan melalui penciptaan penerapan pengetahuan hingga dapat

disediakan produk-produk serta jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan para pemakai

dan yang bersifat konsisten dengan tujuan-tujuan sosial, lingkungan dan ekonomi

(46)

efektivitas dan efisiensi, efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang

diekspektasi sedangkan efisiensi berhubungan dengan bagaimana baiknya berbagai

sumberdaya atau input itu dikombinasi (Winardi, 2003). Dalam penelitian ini indeks

produktivitas yang akan kita ukur adalah produktivitas dalam hal tingkat produksi

konveksi yakni jumlah pakaian yang dihasilkan perusahaan dibagi dengan jumlah

tenaga kerja. Untuk lebih konkritnya produktivitas dinyatakan melalui tingkat

pendapatan pengusaha industri kecil konveksi.

Produktivitas dalam prosesnya sangat bersinggungan dengan kreativitas dan

inovasi pelaku wirausaha di mana untuk terpenuhinya definisi produktivitas

sebagaimana yang dikemukakan oleh Monga di atas maka dibutuhkan pemikiran

kreatif dan inovatif untuk menciptakan peluang yang efektif dan efisien, selanjutnya

direalisasikan dalam bentuk barang dan jasa dengan nilai tertentu sesuai kebutuhan

pemakai.

2.6. Pengembangan Wilayah dan Wirausaha

Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan

wilayah yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi. Dikatakan juga

suatu wilayah, yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya

manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, akan cepat

berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya

alam dan sumberdaya manusia yang unggul ( Nachrowi, BPPT 1999). Pengembangan

(47)

sumberdaya manusia dan tehnologi dengan memperhitungkan daya tampung

lingkungan itu sendiri (Zen, BPPT, 1999). Dalam usaha mengawinkan ketiga pilar ini

dapat diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan serta kemampuan

untuk merealisasikannya. Untuk mewujudkan keinginan ini maka peranan sumber

daya manusia (SDM) sebagai penggerak seluruh sumberdaya yang ada sangatlah

penting. SDM mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan yakni

sebagai objek pembangunan yang merupakan sasaran pembangunan untuk

disejahterakan dan subjek pembangunan yang berperan sebagai pelaku pembangunan.

Untuk dapat berperan dalam pembangunan maka SDM yang merupakan tenaga kerja

bukan saja mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja namun dalam

era globalisasi ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dengan membuka

usaha di semua bidang terutama sebagai penghasil barang dan jasa. Proses

menciptakan barang dan jasa yang mempunyai nilai untuk dipasarkan ini salah

satunya adalah melalui pengembangan wirausaha. Dengan wirausaha terutama Usaha

Kecil dan menengah lebih mengedepankan pengelolaan sumberdaya yang ada

di sekitarnya (lokal) sehingga pilar pengembangan wilayah terutama sumberdaya

alam dan sumberdaya manusia dengan bantuan tehnologi dapat diproses menjadi

barang dan jasa produktif untuk memenuhi kebutuhan pasar baik lokal maupun luar

daerah. Wirausaha dengan sendirinya akan memberikan penghasilan kepada

masyarakat sehingga perekonomian dapat meningkat karena daya beli masyarakat

(48)

Dalam hal penyediaan lapangan kerja, wirausaha sangatlah berperan di mana

lapangan kerja sektor formal sangat sempit sehingga sektor informal sebagai wadah

wirausaha dengan sistem padat karya sangat membutuhkan pekerja dalam jumlah

besar untuk berproduksi di mana mekanisasi dan tekhnologi yang dipakai masih

sederhana akibat keterbatasan modal terutama dalam usaha kecil dan menengah.

Dengan demikian pengembangan wilayah sebagai harmonisasi sumberdaya yang ada

sangatlah selaras dengan wirausaha yang memperhatikan sumberdaya sekitarnya

sebagai peluang untuk dapat memproduksi barang atau jasa yang mempunyai nilai

jual terutama kebutuhan di lingkungan sekitarnya dan secara ekonomi telah

meningkatkan pendapatan masyarakat, pembangunan infrastruktur dan penurunan

angka pengangguran.

2.7. Penelitian Sebelumnya

Guna memperkaya kasanah dari karya ilmiah ini, penulis merujuk beberapa

penelitian yang telah pernah dilakukan dan dianggap relevan dengan penelitian ini,

diantaranya adalah:

Wisnu (2007), dengan judul penelitian Pengaruh Jenis Pendidikan dan

Pengalaman Berwirausaha terhadap Hubungan Antara Locus of Control dengan

Perilaku Inovatif.

Hasil penelitian: (1) Jenis pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan

(49)

berwirausaha berpengaruh negatif dan signifikan terhadap hubungan locus of control

dengan perilaku inovatif.

Sari (2002) dengan judul penelitian Peran Industri Kecil dalam Meningkatkan

Pendapatan Masyarakat dan Penyerapan Tenaga Kerja untuk Mendorong

Pengembangan Wilayah di Kota Medan (Studi Kasus Konveksi Pakaian). Penelitian

ini berkesimpulan bahwa keberhasilan industri kecil dipengaruhi oleh modal dan

tenaga kerja secara serentak. Analisis Return to scale menunjukkan bahwa industri

kecil kota medan berada pada keadaan Decreasing Return to Scale atau produksinya

belum efisien yang disebabkan oleh meningkatnya produk cacat akibat kurang

terampil dan cermatnya tenaga kerja yang bermuara kepada kurangnya pendidikan

dan pelatihan tenaga kerja. Jumiadi. AW (2004) dengan judul penelitian, Analisis

Pengaruh Perkembangan Industri Kecil Pakaian Jadi terhadap Pengembangan

Wilayah Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal dan tenaga kerja mempunyai

pengaruh yang positif yakni 0,373 dan 0,660 sedangkan tekhnologi mempunyai

pengaruh yang negatif yakni - 0,331 terhadap pendapatan secara nyata (signifikan),

tingkat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, positif sebesar 0,8393

dan nyata (signifikan) pada taraf 95% serta determinasi antar variabel sebesar

70,45%. Pengaruh perkembangan industri kecil terhadap penyerapan tenaga kerja

Kota Medan, adalah positif dan nyata (signifikan) korelasi 0,8361 serta determinasi

(50)

Kemampuan wirausaha

pendidikan pengalaman

Perilaku wirausaha - Kreativitas - Inovasi

Pengembangan Wirausaha (Produktivitas)

Peningkatan pendapatan

Pengembangan wilayah

kecil di Kota Medan, adalah negatif dan tidak nyata dengan korelasi 0,8080 serta

determinasi 65,29% pada taraf kepercayaan 95%.

[image:50.612.138.474.235.643.2]

2.8. Kerangka Pikir Penelitian

(51)

2.9. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian di atas maka

yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah:

1. Pendidikan dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kemampuan pelaku usaha menerapkan perilaku wirausaha pada industri kecil

konveksi.

2. Pendidikan dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pengembangan wirausaha ditinjau dari produktivitas usaha melalui penerapan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang terdiri

dari 21 kecamatan dan mempunyai batas wilayah sebelah Utara, Selatan, Barat serta

Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya 265,10 km2 dengan jumlah

penduduk 2.083.156 jiwa berdasarkan Sensus Penduduk 2000 & Proyeksi Penduduk

2000 – 2010 (Medan dalam angka, 2008). Penelitian dilakukan di Kota Medan karena

perkembangan industri kecil sangat pesat dan potensi sumberdaya manusia sangat

heterogen baik pemilik maupun pekerja ditinjau dari latar belakang, tingkat

pendidikan, umur, lamanya berwirausaha, perilaku wirausaha dan produktivitasnya.

Adapun waktu penelitian ini direncanakan terlaksana pada bulan Mei 2009

sampai dengan Agustus 2009.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh mel

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2004 – 2006
Tabel 1.3. Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah Kota Medan
Tabel 1.4. Perkembangan Industri Konveksi Kota Medan Tahun 2004-2008
Tabel 1.5. Distribusi Usaha Konveksi Pakaian Kota Medan Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang / Jasa Dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten

Demikian atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terima kasih.. Semarang, 18 Juni 2013

Ketujuh, faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis teks pidato antara lain: referensi buku tata bahasa yang kurang; penguasaan kaidah yang tidak memadai; kurangnya

Apabila dalam keadaan yang sangat memaksa perkawinan di bawah umur dapat dilakukan dengan mengajukan dispensasi ke pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh kedua orang tua dari

Example of memorized pattern in a network with 30 coupled bistable units (panel a) and convergence to this state (panel c) from random initial configuration (panel b).. White

High- and average-IQ schizophrenic subjects performed differently from each other on Speed of Comprehension and Trails B regardless of sort method, on Rey Copy and Recall (sorted

pekerjaan karena harus mengulang dan mengulang pekerjaan untuk mencapai hasil yang benar?. Akan lebih baik jika diteliti terlebih dahulu

Pembebasan/Keringanan Bea Masuk kepada Kepala BKPM (untuk industri dalam rangka penanaman modal) (Info lebih lanjut : Subdit Pembebasan Direktorat Fasilitas Kepabeanan, Gedung