• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI

DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK

DAN PUPUK CAMPURAN PADA

USAHATANI PADI SAWAH

(Kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

ERWINSYAH PUTRA

070309001

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI

DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK

DAN PUPUK CAMPURAN PADA

USAHATANI PADI SAWAH

( Kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI OLEH :

ERWINSYAH PUTRA 070309001

PKP

Skripsi Sebagia Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) NIP: 195411111981031001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ERWINSYAH PUTRA (070309001), Dengan judul skripsi ”Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah”. Studi kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang, Penelitian ini dibimbing oleh Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si

Tujuan penelitian: untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian.

Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan alat bantu SPSS 17. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan pola tanam dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Data yang digunakan data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian: Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran tidak sesuai dengan dosis anjuran yang telah di tetapkan oleh pemerintah, ada hubungan nyata antara lama berusaha tani, luas lahan, produksi, tersedianya media komunikasi petani, faktor-faktor alam, tujuan dan minat keluarga, terhadap penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, masalah yang dihadapi petani tersumbatnya saluran pembuangan air, sulit merubah kebiasaan, sulit mendapatkan pupuk, hama dan penyakit tanaman, dan kurangnya modal.

Kata kunci : Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, karakteristik sosial ekonomi petani.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Simpang Empat Kecamatan Marbau Pada tanggal 09

September 1986 dari ayahanda (Alm) Legimin dan ibunda Fatimah. Penulis

merupakan anak kelimah dari delapan bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD 112312 Simpang Empat, masuk tahun 1995 dan lulus pada

tahun 2001.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Marbau, masuk tahun 2001 dan

lulus tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Marbau, masuk tahun 2004 dan lulus

pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk di Departemen Agribisnis jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian FP USU, melalui jalur (PMP).

5. Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Sosial

Ekonomi Pertanian ( IMASEP ) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim

Sosial Ekonomi Pertanian ( FSMM- SEP ).

6. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni 2011 di desa

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah serta

limpahan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak

akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan

membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini

dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi tingginya

kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. Selaku ketua pembimbing skripsi, yang

mana telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi agar skripsi

ini lebih cepat selesai.

2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. Selaku anggota pembimbing skripsi,

yang mana telah banyak membimbing, dan mengarahkan sehingga skripsi ini

cepat selesai.

3. Kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S, Selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

4. Kepada Bapak dan ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak

memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

5. Kepada orang tua yang tercinta ayahanda Legimin dan Ibunda Fatimah, serta

kepada kakak, abang dan adik saya ucapkan terimakasih atas segala

(6)

keikhlasannya dalam dukungan yang senantiasa mendoakan dan memberikan

dorongan semangat, perhatian dalam mengikuti pendidikan sampai saat ini.

6. Kepada rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan motivasi baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal dan

ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda,

semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridha Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima

kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi

kesempurnaan usulan penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin ya rabbal alamin.

Medan, Mei 2012

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

Hipotesis Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk anorganik ... 7

Pupuk organik ... 9

Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan ... 10

Karakteristik Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Petani ... 11

Umur. ... 11

Pendidikan. ... 12

Lama Berusahatani. ... 12

Luas Lahan Jumlah . ... 13

Jumlah Tanggungan . ... 13

Produksi... 14

Teori pengambilan keputusan. ... 14

Kerangka Pemikiran ... 15

METODE PENELITIAN

(8)

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Penentuan Sampel ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 20

Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

Defenisi ... 22

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, Produksi) Dengan penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada UsahaTani. Anorganik dan Pupuk Campuran ... 35

4. Hubungan Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 36

5. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 37

6. Hubungan Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 38

Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada Usaha Tani Padi Sawah... .. 39

1. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi Di Luar Masyarakat dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran 40 2. Hubungan Keaktifan Mencari Informasi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 41

3. Hubungan Pengetahuan Tentang Keuntungan Relatif Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran... 42

(9)

dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran 45 6. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci Petani dengan

Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran... 46 7. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan Pupuk

Anorganik dan Pupuk Campuran ... 47 8.Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk Anorganik

dan Pupuk Campuran ... 48 9. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga Petani dengan Penggunaan

Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 49 Masalah Yang Dihadapi Petani di Desa Paya Gambar ... 51 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang Dihadapi Petani ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 55 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1 Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi

Sawah di Kecamatan Batangkuis, 2010 ... 18

2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, 2010 ... 19

3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Paya Gambar, 2011 ... 26

4 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paya Gambar, 2011 ... 27

5 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Paya Gambar, 2011 ... 28

6 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Paya Gambar, 2011 ... 28

7 Prasarana di Desa Paya Gambar, 2010 ... 29

8 Tingkat Pengguaan Pupuk Anorganik ... 29

9 Tingkat Penggunaan Pupuk Campuran ... 30

10 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan pengguaan Pupuk Anorganik ... 32

11 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan pengguaan Pupuk Campuran ... 33

12 Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 39

13 Hubungan Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 40

14 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran ... 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran... 16

2. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial

Ekonomi Petani dengan Pengguaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada Usaha Tani Padi Sawah ... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran di Desa Paya Gambar ...

2. Faktor Pribadi dan Faktor Lingkungan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah ...

3. Penggunaan Pupuk Anorganik ... 4. Penggunaan Pupuk Campuran ... 5. Tingkat Penggunaan Pupuk Urea ... 6. Tingkat Penggunaan Pupuk Za ... 7. Tingkat Penggunaan Pupuk Tsp ... 8. Tingkat Penggunaan Pupuk Sp36 ... 9. Tingkat Penggunaan Pupuk Ponska ... 10. Tingkat Penggunaan Pupuk Npk ... 11. Tingkat Penggunaan Pupuk Urea ... 12. Tingkat Penggunaan Pupuk Za ... 13. Tingkat Penggunaan Pupuk Tsp ... 14. Tingkat Penggunaan Pupuk Sp36 ... 15. Tingkat Penggunaan Pupuk Ponska ... 16. Tingkat Penggunaan Pupuk Npk ... 17. Tingkat Penggunaan Pupuk Organik ...

18. Hubungan Karakteristik Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...

19. Hubungan Karakteristik Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 20. Hubungan karakteristik Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan

Pupuk Anorganik ... 21. Hubungan Karakteristik Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan

Pupuk Anorganik ... 22. Hubungan Karakteristik Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk

Anorganik ... 23. Hubungan Karakteristik Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk

Anorganik ...

24. Hubungan Karakteristik Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...

25. Hubungan Karakteristik Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 26. Hubungan Karakteristik Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan

(13)

27. Hubungan Karakteristik Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 28. Hubungan Karakteristik Luas Lahan Petani dengan Penggunaan Pupuk

Campuran ... 29. Hubungan Karakteristik Produksi Petani dengan Penggunaan Pupuk

Campuran ...

30. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 31. Hubungan Keaktifan Mencari Informasi dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ... 32. Hubungan Pengetahuan Tentang Keuntungan Relatif dengan Penggunaan

Pupuk Anorganik ... 33. Hubungan Kepuasan Pada Cara-Cara Lama dengan Penggunaan Pupuk

Anorganik ... 34. Hubungan Tersedianya Media Komunikasi dengan Penggunaan Pupuk

Anorganik ...

35. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...

36. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...

37. Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...

38. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga dengan Penggunaan Pupuk Anorganik ...

39. Hubungan Kontak Dengan Sumber Informasi dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 40. Hubungan Keaktifan Mencari Informasi dengan Penggunaan Pupuk Campuran ... 41. Hubungan Pengetahuan Tentang Keuntungan Relatif dengan Penggunaan

Pupuk Campuran ... 42. Hubungan Kepuasan Pada Cara-Cara Lama dengan Penggunaan Pupuk

Campuran ... 43. Hubungan Tersedianya Media Komunikasi dengan Penggunaan Pupuk

Campuran ...

44. Hubungan Adanya Sumber Informasi Secara Rinci dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...

45. Hubungan Pengalaman Dari Petani Lain dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...

46. Hubungan Faktor-Faktor Alam dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...

47. Hubungan Tujuan dan Minat Keluarga dengan Penggunaan Pupuk Campuran ...

(14)

DAFTAR SINGKATAN

BPP = Balai Penyuluhan Pertanian

df = degress of freedom (derajat bebas)

Ha = Hektar

KK = Kepala Keluarga

km = Kilometer

Kg = Kilogram

mm/thn = Milimeter per tahun

PKL = Praktek Kerja Lapangan

IMASEP = Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian

FSMM-SEP = Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi

Pertanian

PMP = Panduan Minat Prestasi

SD = Sekolah Dasar

SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMA = Sekolah Menengah Atas

TNI = Tentara Nasional Indonesia

PNS = Pegawai Negeri Sipil

Rs = Rank Spearman

(15)

ABSTRAK

ERWINSYAH PUTRA (070309001), Dengan judul skripsi ”Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Campuran Pada Usahatani Padi Sawah”. Studi kasus: Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang, Penelitian ini dibimbing oleh Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si

Tujuan penelitian: untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian.

Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan alat bantu SPSS 17. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan pola tanam dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Data yang digunakan data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian: Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran tidak sesuai dengan dosis anjuran yang telah di tetapkan oleh pemerintah, ada hubungan nyata antara lama berusaha tani, luas lahan, produksi, tersedianya media komunikasi petani, faktor-faktor alam, tujuan dan minat keluarga, terhadap penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, masalah yang dihadapi petani tersumbatnya saluran pembuangan air, sulit merubah kebiasaan, sulit mendapatkan pupuk, hama dan penyakit tanaman, dan kurangnya modal.

Kata kunci : Tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran, karakteristik sosial ekonomi petani.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang penting bagi bangsa Indonesia. Pertanian

merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia, sampai saat ini

merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian negara kita. Namun pada

umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan

yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri, bahkan kadang-kadang tidak

mencukupi (Ekstensia, 2003).

Dalam kerangka pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian

adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

perkembangan sektor-sektor lainnya. Pada masa mendatang mandat tersebut terasa

semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat

sejalan dengan laju pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita.

Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian akan meningkat baik dalam jumlah,

keanekaragaman, maupun kualitasnya (Suryana, 2003).

Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi

seluruh penduduk yang terus meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminan pangan

ini menyiratkan pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai oleh pemerataan

sehingga daya beli masyarakat meningkatkan dan distribusi pangan merata, disisi

(17)

(BPTP, 1992).

Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara memberikan

kontribusi yang tinggi terhadap PDRB (Produk Domestik Nasional Bruto). Juga

penyerapan tenaga kerja yang tinggi di bidang pertanian. Peran dan kontribusi

tanaman pangan nampaknya mulai menurun sejak tahun 1983-1986, namun demikian

peranannya masih tetap yang paling besar dibandingkan dengan peran subsektor lain,

misalnya subsektor perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan rakyat atau besar

(Tarigan dan Lily, 2006).

Peningkatan produktivitas padi terkait erat dengan penggunaan benih yang

berasal dari varietas unggul. Keberhasilan penggunaan varietas unggul harus

didukung dengan kecukupan air dan penggunaan pupuk anorganik dan organik.

Karena interaksi ketiganya memberikan pengaruh terhadap laju perkembangan

produksi padi. Pengolahan lahan sebagai media tumbuh serta pengendalian hama dan

penyakit juga menentukan pencapaian potensi produksi yang dihasilkan (Novizar,

2000).

Pupuk sudah membudaya pada petani. Petani dan pupuk seakan sudah

menyatu. Sehingga tak perlu heran kalau banyak petani yang merasa enggan

menanam sesuatu tanpa memberikan pupuk. Bagi mereka, pupuk sudah merupakan

barang jaminan untuk bisa menghasilkan tanaman yang tumbuh subur dengan hasil

melimpah, kendati hasilnya tidak selamanya begitu. Bahkan kegagalan yang kerap

kali terdengar belakangan ini (Lingga dan Marson, 2007).

Salah satu sebab kegagalan dalam menyuburkan tanah dengan menggunakan

pupuk ialah akibat salah pupuk. Pupuk itu semacam racun, kata seorang petani

(18)

sayuran dari Sumatera Utara. Pendapat tersebut memang benar. Pupuk, khususnya

pupuk buatan, tak lain adalah bahan-bahan kimia yang diramu sedemikian rupa

meniru zat yang dikandung oleh tanah. Oleh sebab itu, cara pemakaian, dosis dan

khasiatnya bagi tanaman harus diketahui dahulu secara benar sebelum dipakai untuk

memupuk (Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih

unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Jadi, memupuk

berarti menambah unsur hara kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun).

Untuk jelasnya, ada baiknya jenis-jenis pupuk dikelompokkan terlebih dahulu. Ini

perlu karena kini jenis pupuk yang beredar di pasaran sudah sangat banyak. Secara

umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu:

1. Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk

K).

2. Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. (

Lingga dan Marsono, 2007).

Keanekaragaman pupuk anorganik ini sebetulnya sangat menguntungkan

petani jika dihadapi betul aturan pakainya, sifat sifatnya dan manfaatnya bagi

tanaman. Kalau sudah dikuasai, berapa jenis pupuk yang ada kita tidak akan bingung

melihatnya. Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing

kemarahan petani karena sering gagal menggunakannya

(Lingga dan Marsono, 2007).

(19)

mikro. Itu sebabnya pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar ini perlu

diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung hara mikro.

Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh tidak sempurna. Selain itu, pemakaian

pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak tanah bila tidak diimbangi

dengan pupuk kandang atau kompos. Dan lagi, kalau salah pakai atau pemberiannya

terlalu banyak, tanaman bisa mati dibuatnya. Oleh karena itu, dianjurkan agar aturan

pakainya selalu dipatuhi, jangan suka membuat aturan pakai sendiri (Lingga dan

Marsono, 2007).

Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia

dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan pupuk kimia, baik pada

lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak dilaporkan bahwa interaksi positif

pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk

kimia secara bijaksana diharapkan memberikan dampak yang lebih baik di masa

depan. Tidak hanya pada kondisi lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga

pada kelestarian lingkungan (Musnamar, 2005).

Berdasarkan pra survei dilapangan, petani ragu dalam menentukan pilihan

pupuk anorganik atau pupuk campuran yang dapat mereka gunakan untuk

meningkatkan usahatani yang lebih baik dan efisien, hal ini disebabkan banyaknya

jenis pupuk dan harganya terlalu mahal dan kurangnya pengetahuan tentang pupuk.

Oleh karena itu penulis tertarik meneliti tentang pengambilan keputusan penggunaan

pupuk anorganik dan campuran di desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis.

(20)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut: bagaimana tingkat penggunaan pupuk anorganik dan pupuk

campuran pada usahatani padi sawah, bagaimana hubungan karakteristik sosial

ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada

usahatani padi sawah, bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan

petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi

sawah, apa saja masalah-masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk

anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, bagaimana upaya-upaya

yang dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani di

daerah penelitian.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat penggunaan

pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui

bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk

anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui

bagaimana hubungan faktor pribadi dan faktor lingkungan petani dengan penggunaan

pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui

masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik

dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah, untuk mengetahui bagaimana

(21)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi

pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan untuk menyusun

program pertanian di masa mendatang, sebagai bahan informasi dan studi bagi

pihak-pihak yang terkait dan yang membutuhkan, penelitian ini menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan penggunaan pupuk anorganik

dan pupuk campuran dalam usahataninya.

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan karakteristik sosial

ekonomi, faktor pribadi dan faktor lingkungan dengan penggunaan pupuk anorganik

dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan

meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

berkadar N 45-46 % (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen). Jenis

pupuk anorganik ini tidak begitu banyak. Akan tetapi, saat ini hampir tak terhitung

jumlahnya. Bentuk, warna, dan cara penggunanya jadi beragam. Kalau dulu pupuk

anorganik cukup diberikan dengan ditaburkan atau dibenamkan merata dekat

tanaman, kini ada pupuk akar yang harus ditumpuk dibawah atau sekitar akar,

diselipkan dekat akar, dan diberikan lewat daun (Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk buatan ini memang sengaja dibuat dari bahan-bahan kimia guna

menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh tanaman

sebelumnya, tercuci oleh aliran air, atau bereaksi dengan unsur kimia lain. Pupuk

buatan juga dapat berfungsi menambah hara pada lahan miskin hara terutama unsur

hara pokok yang biasa di serap tanaman dalam jumlah besar. Kita mengetahui,

bahwa tanaman memerlukan unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara

makro ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar. Peranan pupuk buatan ialah

menyediakan kebutuhan hara dalam waktu yang relatif singkat (AAK, 1990).

Keanekargaman pupuk anorganik ini sebetulnya sangat menguntungkan

petani jika dipahami betul aturan pakainya, dan manfaatnya bagi tanaman. Kalau

(23)

Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing kemarahan petani

karena sering gagal menggunakannya

(Lingga dan Marsono, 2007).

Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yang patut dicatat sehingga

tetap diminati orang sampai sekarang, yaitu.

1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya

takaran haranya pas.

2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.

Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200 kg/ha

sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.

3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup. Artinya, kebutuhan akan pupuk

ini bisa dipenuhi dengan mudah asalkan ada uang.

4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan

pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Akibatnya, hasil kalkulasi

biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah dibanding pupuk organik (Lingga dan

Marsono, 2007).

Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik ada kekurangannya. Selain hanya

unsur hara makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit atau hampir tidak mengandung

unsur hara mikro. Itu sebabnya diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang

banyak mengandung unsur mikro. Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh

tidak sempurna. Selain itu, pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus dapat

merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos. Dan lagi,

(24)

kalau salah pakai atau pemberiannya terlalu banyak selalu dipatuhi, jangan suka

membuat aturan sendiri (Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk Organik

Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang ada di alam,

misalnya sampah tanaman (serasah) atau sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sumber

bahan organik lainnya adalah hewan ternak, unggas, dan lain sebagainya. Limbah

atau kotoran hewan merupakan bahan organik yang bermanfaat bagi tanah pertanian.

Bahan tersebut diproses dengan cara yang rumit oleh jasat renik dalam tanah dan

dirombak menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kehidupan tanaman

(Yuliarti, 2009).

Pupuk alam meliputi pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa

tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman padi seperti jerami maupun bahan yang

berasal dari tanaman lain, misalnya pupuk hijau, pupuk dari kotoran hewan sering

disebut pupuk kandang, sedangkan sisa tanaman dapat dikomposkan atau langsung

dibenamkan terlebih dahulu. Di samping itu tanaman pupuk hijau dapat dibenamkan

untuk menambah kesuburan tanah, walaupun kadar hara yang dimiliki rendah, namun

tetap diperlukan terutama untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi

gembur (AAK, 1990).

Waktu dan cara penggunaan pupuk kandang sebaiknya dipergunakan setelah

mengalami proses penguraian atau pematangan terlebih dahulu, dan disebarkan lebih

kurang 2 minggu sebelum tanam. Pupuk kandang dapat juga diberikan menjelang

(25)

tanam. Hal ini juga dapat dilakukan pada saat dilakukan pengelolaan tanah. Di

samping itu jerami dapat dikomposkan terlebih dahulu, kemudian setelah jadi

kompos dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. (AAK, 1990).

Pemupukan padi sawah dilakukan 3 kali yaitu pemupukan dasar dilaksanakan

pada waktu sehari sebelum tanam, pemupukan susulan kedua di lakukan pada umur

tanaman dua puluh satu hari setelah tanam, pemupukan ketiga dilaksanakan pada

umur tanaman empat puluh limah hari (Sembiring, 2001).

Tujuan penggunaan pupuk ialah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara).

Dalam kehidupan tanaman, pupuk yang mengandung berbagai unsur hara berperan

sangat penting bagi tanaman, baik dalan proses pertumbuhan, ataupun produksi,

sebab:

1. pupuk adalah sebagai cadangan makanan

2. pupuk untuk pertumbuhan tanaman

3. pupuk untuk mempertahankan kehidupan tanaman

4. pupuk untuk proses reproduksi

Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau

input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien diartikan sebagai penggunaan input

sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi,

2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Nasution

(1989) antara lain:

(26)

1. Faktor pribadi

- Kontak dengan sumber sumber informasi di luar masyarakatnya.

- Keaktifan mencari sumber informasi.

- Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan.

- Kepuasan pada cara cara lama.

2. Faktor lingkungan

- Tersedianya media komunikasi.

- Adanya sumber informasi secara rinci.

- Pengalaman dari petani lain.

- Faktor faktor alam.

- Tujuan dan minat keluarga.

Adapun Karakteristik Sosial Ekonomi antara lain:

1. Umur

Menurut Soekartawi (1999), rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua

dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani berusia

tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan

terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

Menurut Hasyim (2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan

erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat

dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja

(27)

Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap

tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara

kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru

dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya

mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat

melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal

adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

2. Pendidikan

Singarimbun dalam Soekartawi (1999), mengemukakan bahwa banyaknya

atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap

kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan

mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi

rumah tangga.

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan

menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan

apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan

tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan

manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan

bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam

memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

3. Lamanya berusahatani

(28)

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan

lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani

yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan

demikian pula dengan penerapan teknologi.

Menurut Hasyim (2006), lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda

beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar

tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik

untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Luas lahan

Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.

Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin

tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan

berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap

penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih

efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha

yang tidak efisien pula.

5. Jumlah tanggungan

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor

yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi

(29)

untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah

pendapatan keluarganya.

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang

akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi

keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

6. Produksi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien

teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimal

(Soekartawi, 2001).

Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau

input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien diartikan sebagai penggunaan input

sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi,

2001).

Teori Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani meliputi faktor-faktor

yang kompleks, termasuk ciri-ciri biofisik usahatani, ketersedian dan kualitas input

luar dan jasa serta proses sosial ekonomi dan budaya di dalam masyarakat. Di

samping itu, selama terjadi perubahan lingkungan ekologis, sosial ekonomi, dan

budaya maka sistem usahatani harus pula disesuaikan. Dengan demikian, pertanian

mencakup suatu proses pengambilan keputusan tanpa akhir, baik itu untuk jangka

(30)

pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Proses pengambilan keputusan juga

berubah dari waktu ke waktu (Reijntjes, 1999).

Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan

keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan dan cara mencapainya dengan

sumber daya yang ada yaitu jenis dan kuantitas tanaman yang dibudidayakan dan

ternak yang dipelihara serta teknik dan strategi yang diterapkan. Cara yang ditempuh

suatu rumah tangga petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani

tergantung pada ciri-ciri rumah tangga yang bersangkutan, misalnya jumlah laki-laki,

perempuan (jumlah anggota keluarganya), usia, kondisi kesehatan, keinginan,

kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan antar

anggota rumah tangga (Reijntjes, 1999).

Kerangka Pemikiran

Petani dikategorikan memegang dua peranan yaitu sebagai juru tani dan

sekaligus sebagai orang pengelola dalam usahataninya. Sebagai seorang juru tani,

petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakan dalam

usahataninya, sebagai juru tani petani menggunakan keterampilan tangan, otot, dan

mata untuk kegiatan pemeliharaan dalam usahataninya yang mencakup menyiapkan

persemaian, penyediaan benih, melindungi tanaman dari hama penyakit, dan

sebagainya. Sedangkan sebagai pengelola petani harus mempunyai keterampilan

berupa pengetahuan serta kemauan yang berguna untuk pengambilan keputusan

(31)

Dalam Pengambilan keputusan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk

campuran, Petani dipengaruhi oleh dua hal yaitu: karakteristik sosial ekonomi yang

terdiri dari umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan,

produksi. Kemudian faktor pribadi dan faktor lingkungan dalam pengambilan

keputusan petanilah yang paling berhak menentukan apa dan bagaimana tindakan

yang harus mereka lakukan.

(32)

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 :

Gambar 1 : Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

Adanya faktor-faktor yang memepengaruhi petani akan berpengaruh terhadap

penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran. Keputusan ini tentunya harus

berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang mengarah kepada keuntungan yang

didapat petani dalam pelaksanaannya.

Karakteristik sosial ekonomi

pendidikan

Luas lahan

Jumlah tanggungan

produksi

penggunaan pupuk umur

(33)

Keterangan:

: Menyatakan hubungan

Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

5. Jumlah tanggungan 6. Produksi

Tidak sesuai dengan anjuran

Faktor yang mempengaruhi: 1.Faktor pribadi

1. Kontak dengan sumber informasi di luar 4. Kepuasan pada cara

cara lama 2. Faktor lingkungan

1. Tersedianya media . komunikasi. 2. Adanya sumber

informasi secara rinci. 3. Pengalaman dari petani

lain.

4 . Faktor-faktor alam 5. Tujuan dan minat

keluarga.

(34)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Paya Gambar, Kecamatan Batangkuis,

Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

yaitu secara sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan

pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini

merupakan salah satu sentra produksi tertinggi untuk komoditi padi sawah di

Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, dan daerah ini juga telah

menerapkan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Batangkuis Tahun 2010.

No. Desa Luas Panen Sumber : Kantor Camat Batangkuis

Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel

yang dilakukan secara stratified random sampling yaitu berdasarkan strata luas

(35)

untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Pengambilan sampel berdasarkan

strata luas lahan agar sampel terwakili dari semua populasi. Di daerah penelitian

terdapat 303 KK yang meggunakan pupuk anorganik dan pupuk campuran. Dan

dari jumlah 303 KK itu kemudian diproporsionalkan sehingga sampel yang

diambil sebanyak 30 orang, karena menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel

yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal

30 sampel.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl = Js Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang

No Pupuk yang digunakan Populasi (KK) Sampel (KK)

1

Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2010

(36)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan

menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi di lapangan. Data

sekunder yaitu data diperoleh dari buku atau yang dijadikan sebagai referensi,

literatur, lembaga atau instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisa Data

Untuk identifikasi masalah 1. Yaitu Bagaimana tingkat penggunaan

pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah. Digunakan

analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan tingkat penggunaan pupuk

anorganik dan pupuk campuran dilihat dari dosis yang dianjurkan dengan

ketentuan.

- Penggunaan pupuk anorganik dan campuran yang lebih besar atau lebih

kecil berarti tidak sesuai anjuran.

- Penggunaan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan artinya tingkat

penggunaan pupuk sesuai.

Untuk identifikasi masalah 2. Yaitu: Bagaimana hubungan karakterisik

sosial ekonomi petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran

pada usahatani padi sawah. Dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi

(37)

Rumus korelasi Rank Spearman (rs) adalah

r = Koefisien korelasi Rank Spearman.

i

d = Perbedaan atau selisih faktor sosial ekonomi petani dengan penggunaan

pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

n = Jumlah petani sampel.

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel diuji dengan

menggunakan uji t dengan rumus:

2

Kriteria pengaruh faktor-faktor adalah:

H0 diterima apabila -tα/2; n-2 ≤ t ≤ tα/2; n-2

H1 diterima apabila t > tα/2; n-2 atau t < tα/2; n-2

Maka hipotesis yang diajukan adalah:

Jika th t (α = 5%), berarti H0 diterima; Tidak ada hubungan faktor sosial

ekonomi, faktor pribadi dan faktor lingkungan dengan penggunaan pupuk

anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.

Jika th t (α = 5%), berarti H1 diterima; Ada hubungan faktor sosial ekonomi,

faktor pribadi dan faktor lingkungan dengan penggunaan pupuk anorganik dan

pupuk campuran pada usahatani padi sawah (Supriana dan Lily, 2010).

Untuk identifikasi masalah 3. Yaitu: Apa saja masalah-masalah yang

dihadapi petani dalam penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran

(38)

didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu

dengan menjelaskan apa saja masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan

pupuk didaerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah 4. Yaitu: Apa saja upaya yang dilakukan untuk

menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk

anorganik dan pupuk campuran. Dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif.

Definisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman atas pengertian dan penafsiran dalam

penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Petani adalah orang yang mengelola usaha di bidang pertanian dan yang

menjadi pengambil keputusan itu sendiri.

2. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, pendidikan, lamanya

berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi.

3. Umur (X1) adalah usia petani padi sawah yang dihitung sejak dilahirkan

sampai diwawancarai dengan satuan tahun.

4. Tingkat Pendidikan (X2) adalah sejak dia dibangku SD sampai jenjang yang

paling tinggi yang ditempuhnya sampai saat ini dengan satuan tahun.

5. Lama berusahatani (X3) adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai petani

sampai saat responden diwawancarai dengan satuan tahun.

6. Jumlah tanggungan (X4) adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau

(39)

7. Luas Lahan (X5) adalah luas areal pertanaman baik tanah sawah maupun tanah

kering dengan satuan hektar.

9. Produksi (X6) adalah hasil gabah kering yang diperoleh petani dari

usahataninya dengan satuan ton.

10. Kontak dengan sumber informasi di luar masyarakat (X6) adalah informasi

tentang pupuk diluar masyarakat setempat.

11. Keaktifan mencari informasi (X7) adalah aktif mencari informasi tentang

pupuk.

12. Pengetahuan tentang keuntungan relatif (X8) adalah pengetahuan tentang

keuntungan apabila memakai pupuk yang sesuai.

13. Kepuasan pada cara-cara lama (X9) adalah petani puas dengan pemupukan

dengan cara-cara lama.

14. Tersedianya media komunikasi (X10) adalah terdapatnya media komunikasi

untuk bertukar pendapat tentang pupuk.

15. Adanya sumber-sumber informasi (X11) adalah adanya informasi yang masuk

kedesa tentang pupuk.

16. Pengalaman dari petani lain (X12) adalahk petani mendapat pengetahuan

tentang pupuk bukan hanya dari desa itu saja tetapi dari luar desa juga.

17. faktor-faktor alam (X13) adalah ada pengaruh atau tidak dengan kegiatan

pemupukan apabila cuaca tidak mendukung pemupukan.

18 . Tujuan dan minat keluarga (X14) adalah adakah peran keluarga dalam

menentukan pupuk yang digunakan.

19. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan

meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi.

(40)

20. Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari berbagai bahan organik atau

jasat renik yang ada di alam atau sisa-sisa tanaman yang telah mati.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis Kabupaten

Deli Serdang, Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian adalah dari bulan januari sampai dengan bulan maret 2012.

3. Petani sampel adalah petani yang menerapkan pupuk anorganik dan pupuk

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Desa Paya Gambar memiliki luas 303 ha yang terbagi atas 4 dusun berada

pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut. Memiliki iklim tropis, temperatur

27-340C dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dan memiliki topografi

dataran.

Batas Desa Paya Gambar sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Mesjid

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Batang Kuis

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa PTPN II

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sidodadi

Jarak tempuh desa:

- Keibukota kecamatan : 2 km

- Keibukota kabupaten : 4 km

- Keibukota provinsi : 6 km

Tata guna lahan :

- Luas Pemukiman : 50 ha

- Luas Persawahan : 235 ha

- Luas Pekuburan : 0,5 ha

- Luas Perkantoran : 200 m2

- Luas Pekarangan : 5,5 ha

- Luas Prasarana umum lain : 4800 m2

- Ladang/Tegal : 21,5 ha

(42)

Kondisi Demografis

a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Paya

Gambar dapat dilihat dalam Tabel 3:

Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Paya Gambar, Tahun 2010

Nama Wilayah

Jenis Kelamin (jiwa) Persentase (%) Laki laki

Perrsentase Perempuan Laki laki Perempuan

Desa Paya Gambar

1.150 986 53,83 46,16

Jumlah 2.136 100,00

Sumber : Kantor kepala Desa Paya Gambar, 2011

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di desa Paya

Gambar adalah sebanyak 1.150 jiwa dan perempuan sebanyak 986 jiwa, dengan

jumlah penduduk sebesar 2.136 jiwa. Penduduk terbanyak berdasarkan jenis

kelamin di desa Paya Gambar adalah laki-laki sebanyak 1150 jiwa dengan

persentase 53,83% dan jumlah perempuan sebesar 986 jiwa dengan persentase

46,16%.

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa

(43)

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paya Gambar, 2010

Kelompok Umur Jumlah

(jiwa)

Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok

umur yang paling tinggi 15-19 tahun yaitu 188 jiwa (8,80%), sedangkan yang

paling rendah adalah kelompok umur 60 tahun keatas yaitu 102 jiwa (4,77%).

Usia produktif yaitu 25–54 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa

Paya Gambar adalah tergolong produktif yaitu usia dimana orang memiliki nilai

ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan

tersedianya tenaga kerja yang cukup besar.

d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa

Paya Gambar dapat dilihat pada Tabel 5 :

(44)

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Paya Gambar, 2010

Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

Tani

Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011

Dari Tabel 5. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian

sebagai tani sebanyak jiwa 530 atau 67,51%, penduduk bermata pencaharian

sebagai pedagang sebanyak 25 jiwa atau 3,18%, penduduk bermata pencaharian

sebagai buruh sebanyak 230 jiwa atau 25,85%, penduduk bermata pencaharian

sebagai PNS/TNI sebanyak 23 jiwa 2,92%, penduduk bermata pencaharian

sebagai pensiunan PNS/TNI sebanyak 4 jiwa atau 0,50%. Dan 756 jiwa termasuk

yang tidak/belum bekerja. Berdasarkan persentase tersebut, penduduk di desa

Paya Gambar adalah sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa

Paya Gambar dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa

Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku

(45)

Suku paling tinggi adalah suku melayu 920 jiwa (43,07%) sedangkan yang paling

rendah adalah suku jawa 440 jiwa (20,59%)

Prasarana

Prasarana yang merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang

dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Prasarana di desa Paya Gambar

dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Prasarana di Desa Paya Gambar, 2010

No Prasarana Jumlah

Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Gambar, 2011

Berdasarkan Tabel.7 Tersebut terlihat bahwa prasarana di desa Paya

Gambar sangat minim, sementara prasarana sangat mempengaruhi perkembangan

masyarakat dalam melakukan kegiatannya.

Tingkat Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran

Tabel 8. Tingkat penggunaan pupuk anorganik

Pupuk Dosis yang

Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan pupuk

anorganik yaitu: untuk penggunaan pupuk Urea yaitu sebesar 260,6 kg/ha lebih

besar dari dosis yang dianjurkan yaitu 250 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pupuk Urea tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, rata-rata

(46)

penggunaan pupuk Za yaitu sebesar 53,42 kg/ha lebih kecil dari dosis yang

dianjurkan yaitu 200 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk

Za tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Tsp yaitu

sebesar 23,8 kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini

dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Tsp tidak sesuai dengan dosis yang

dianjurkan, penggunaan pupuk Sp36 yaitu sebesar 26,4 kg/ha lebih kecil dari

dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha hal ini dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pupuk Sp36 tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk

penggunaan pupuk Ponska yaitu sebesar 108,9 kg/ha lebih besar dari dosis yang

dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk

Ponska tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Npk

yaitu sebesar 12,9 kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha,

hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Npk tidak sesuai dengan

dosis yang dianjurkan.

Tabel 9. Tingkat penggunaan pupuk campuran

Pupuk Dosis yang dianjurkan

(kg/ha)

Rata rata petani menggunakan pupuk (kg/ha)

Tingkat penggunaan pupuk campuran

Urea 250 279,2 Tidak sesuai

Za 200 103,0 Tidak sesuai

Tsp 100 4,6 Tidak sesuai

Sp36 100 30 Tidak sesuai

Ponska 100 124,5 Tidak sesuai

Npk 100 36,1 Tidak sesuai

Organik 500 531,3 Tidak sesuai

Sumber : Data primer, data diolah dari lampiran

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan pupuk

campuran yaitu: untuk penggunaan pupuk Urea yaitu sebesar 279,2 kg/ha lebih

(47)

penggunaan pupuk Urea tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, rata-rata

penggunaan pupuk Za yaitu sebesar 103 kg/ha lebih kecil dari dosis yang

dianjurkan yaitu 200 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk

Za tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Tsp yaitu

sebesar 4,6 kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini

dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Tsp tidak sesuai dengan dosis yang

dianjurkan, penggunaan pupuk Sp36 yaitu sebesar 30 kg/ha lebih kecil dari dosis

yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan

pupuk Sp36 tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk

Ponska yaitu sebesar 124,5 kg/ha lebih besar dari dosis yang dianjurkan yaitu 100

kg/ha, hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Ponska tidak sesuai

dengan dosis yang dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Npk yaitu sebesar 36,1

kg/ha lebih kecil dari dosis yang dianjurkan yaitu 100 kg/ha, hal ini dapat

disimpulkan bahwa penggunaan pupuk Npk tidak sesuai dengan dosis yang

dianjurkan, untuk penggunaan pupuk Organik yaitu sebesar 531,3 kg/ha lebih

besar dari dosis yang dianjurkan yaitu 500 kg/ha, hal ini dapat disimpulkan

bahwa penggunaan pupuk Organik tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lama

berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi) dengan penggunaan

pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah dapat dilihat

pada Tabel 10 berikut.

(48)

Tabel 10. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, dan Produksi) dengan Penggunaan Pupuk Anorganik.

Lama berusahatani (X3)

Jumlah tanggungan (X4)

Luas lahan (X5)

Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran

Tabel 11. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, dan Produksi) dengan Penggunaan Pada Pupuk

Lama berusahatani (X3)

Jumlah tanggungan (X4)

Luas lahan (X5)

Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran

Keterangan :

rs-SPSS 17 : Hasil korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 17.

tTabel : 2,093 pada 5%, df = 19.

tTabel : 2,365 pada 5%, df = 7.

(49)

1. Hubungan Umur Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari

hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi

Rank Spearman adalah sebesar -0,051 artinya korelasi antara umur dengan

penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 5,1% sedangkan 94,9% diterangkan

oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,826 > 0,05 artinya hubungan

antara umur dengan penggunaan pupuk anorganik tidak signifikan. Dengan

demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan

antara umur dengan penggunaan pupuk anorganik.

Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat

bahwa untuk penggunaan pupuk campuran dari hasil output dengan menggunakan

SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,382

artinya korelasi antara umur dengan penggunaan pupuk campuran adalah sebesar

38,2% sedangkan 61,8% diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat

signifikansi 0,310 > 0,05 artinya hubungan antara umur dengan penggunaan

pupuk campuran tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak

diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan penggunaan pupuk

campuran.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur petani tidak berhubungan

dengan penggunaan pupuk baik pupuk anorganik maupun penggunaan pupuk

campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur petani

dengan penggunaan pupuk anorganik dan penggunaan pupuk campuran.

(50)

2. Hubungan Pendidikan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari

hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi

Rank Spearman adalah sebesar 0,074 artinya korelasi antara pendidikan dengan

penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 7,4% sedangkan 92,6% diterangkan

oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,750 > 0,05 artinya hubungan

antara pendidikan dengan penggunaan pupuk anorganik tidak signifikan. Dengan

demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan

antara pendidikan dengan penggunaan pupuk anorganik.

Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat

bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari hasil output dengan menggunakan

SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar

-0,046 artinya korelasi antara pendidikan dengan penggunaan pupuk campuran

adalah sebesar 4,6% sedangkan 95,4% diterangkan oleh faktor lain dan dengan

tingkat signifikansi 0,906 > 0,05 artinya hubungan antara pendidikan dengan

penggunaan pupuk campuran tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan

H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan

penggunaan pupuk campuran.

Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan petani tidak

mempengaruhi penggunaan pupuk baik pupuk anorganik maupun penggunaan

pupuk campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

pendidikan petani dengan penggunaan pupuk anorganik dan penggunaan pupuk

(51)

3. Hubungan Lama Berusahatani Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari

hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi

Rank Spearman adalah sebesar 0,261 artinya korelasi antara lama berusahatani

dengan penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 26,1% sedangkan 73,9%

diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,253 > 0,05 artinya

hubungan antara lama berusahatani dengan penggunaan pupuk anorganik tidak

signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak

terdapat hubungan antara lama berusahatani dengan penggunaan pupuk

anorganik.

Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat

bahwa untuk penggunaan pupuk campuran dari hasil output dengan menggunakan

SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,849

artinya korelasi antara lama berusahatani dengan penggunaan pupuk anorganik

adalah sebesar 84,9% sedangkan 15,1% diterangkan oleh faktor lain dan dengan

tingkat signifikansi 0,004 < 0,05 artinya hubungan antara lama berusahatani

dengan penggunaan pupuk campuran signifikan. Dengan demikian Ho tidak

diterima dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara lama berusahatani

dengan penggunaan pupuk campuran.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor lama berusahatani tidak berhubungan

dengan penggunaan pupuk anorganik dan lama berusahatani berhubungan dengan

penggunaan pupuk campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor lama

berusahatani tidak ada hubungan dengan penggunaan pupuk anorganik dan faktor

lama berusahatani ada hubungan dengan penggunaan pupuk campuran.

(52)

4. Hubungan Jumlah Tanggungan Petani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari

hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi

Rank Spearman adalah sebesar 0,097 artinya korelasi antara jumlah tanggungan

dengan penggunaan pupuk anorganik adalah sebesar 9,7% sedangkan 3%

diterangkan oleh faktor lain dan dengan tingkat signifikansi 0,7677 > 0,05 artinya

hubungan antara jumlah tanggungan dengan penggunaan pupuk anorganik tidak

signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak

terdapat hubungan antara pendidikan dengan penggunaan pupuk anorganik.

Sedangkan untuk pengguna pupuk campuran dari Tabel 11 dapat dilihat

bahwa untuk penggunaan pupuk anorganik dari hasil output dengan menggunakan

SPSS 17, diketahui bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar

-0,077 artinya korelasi antara jumlah tanggungan dengan penggunaan pupuk

campuran adalah sebesar 7,7% sedangkan 23% diterangkan oleh faktor lain dan

dengan tingkat signifikansi 0,845 > 0,05 artinya hubungan antara jumlah

tanggungan dengan penggunaan pupuk campuran tidak signifikan. Dengan

demikian Ho diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan

antara jumlah tanggungan dengan penggunaan pupuk campuran.

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan petani tidak berhubungan

dengan penggunaan pupuk baik pupuk anorganik maupun penggunaan pupuk

campuran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jumlah tanggungan

Gambar

Tabel
Gambar 1 : Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Campuran
Gambar  2: Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial
Tabel 1.  Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Kamis tanggal tiga belas bulan September tahun dua ribu dua belas, bertempat di Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII Banjarmasin, Panitia

(8) Radiometric artefacts like specular reflections and others In this paper, a triangulation-based hierarchical image matching algorithm for stereo satellite imagery is

Keluaran Terlaksananya MTQ Tingkat kecamatan Bantimurung 1 Kegiatan Hasil Meningkatnya kualitas iman dan takwa 100%. Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparatur

Berdasarkan hasil pengujian dengan metode black box testing maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan aplikasi The Lost Insect tidak terdapat kesalahan proses dan

Penelitian ini bertujuan merancang ulang dan mengembangkan produk inovasi kursi santai yang dilengkapi tempat buku yang ergonomis sesuai dengan kebutuhan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya shingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap

Nurwiki, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN BakaranKulon 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.. Dwi

Seperti tampak pada Gambar 8, setelah diketahui hasil dari BER saat hanya terkena AWGN maka dapat dibandingkan dengan saat citra terletak pada kanal transmisi