• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Di Bidang Perdagangan Yang Tanggap Terhadap Perubahan Makrostruktur Sistem Internasional(Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian AFTA Cina-Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kebijakan Di Bidang Perdagangan Yang Tanggap Terhadap Perubahan Makrostruktur Sistem Internasional(Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian AFTA Cina-Indonesia)"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN DI BIDANG PERDAGANGAN YANG TANGGAP TERHADAP PERUBAHAN MAKROSTRUKTUR SISTEM

INTERNASIONAL(ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN AFTA CINA-INDONESIA)

TESIS

OLEH

FEBRINA REZKITTA HASIBUAN 087005045/HK

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KEBIJAKAN DI BIDANG PERDAGANGAN YANG TANGGAP TERHADAP PERUBAHAN MAKROSTRUKTUR SISTEM

INTERNASIONAL (ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN AFTA CINA-INDONESIA)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

FEBRINA REZKITTA HASIBUAN 087005045

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : KEBIJAKAN DI BIDANG PERDAGANGAN YANG

TANGGAP TERHADAP PERUBAHAN

MAKROSTRUKTUR SISTEM INTERNASIONAL

(ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN

AFTA CINA-INDONESIA)

Nama Mahasiswa : Febrina Rezkitta Hasibuan

NIM : 087005045

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, S. H., M. H) Ketua

(Prof. Dr. Sunarmi, S. H., M. Hum) (Dr. Mahmul Siregar, S. H., M. Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(4)

Telah diuji pada :

Tanggal : 31 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, S. H., M. H Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, S. H., M. Hum 2. Dr. Mahmul Siregar, S. H., M. Hum 3. Prof. Dr. Suhaidi, S. H., M. H

(5)

WISDOM AT TRADE AREA PERCEPTIVE TOWARDS INTERNATIONAL SYSTEM STRUCTURE MACRO CHANGE

(JURIDICAL ANALYSIS TOWARDS AGREEMENT AFTA CHINA-INDONESIA)

Indonesia has faced global trade do various efforts shaped trade wisdoms and during the time creat National economy more various and competitive. In ASEAN scope, agreement made it in dinamic growth is aimed in communities development ASEAN stronger, the planning more comprehensive in economic sector and social life.

Government had an aim at industrial area, they are industrial development balance, the competitive market structure, regional development balance, the industrial structure balance, generalization, equilibirium, ethnic, control, foreign investment, industrial arrangement tools, capital planting body, foreign trade, factors of production market, industrial specific regulations, and another arrangement as needed. In International law norms that ratified is can’t directly and ex proprio vigore applied to National environment by national Courts or by whoever; the norms operative must endure a incorporation special into national law.

This watchfulness is law watchfulness normatif, that is do scientific analysis towards law ingredient, and has analytical descriptive that aims to describe Free Trade troubleshoot AFTA China-Indonesia based on beginning data that be canvassed by using theories and literature hypothesis passes literature study that done good that regulation also legislation. Law substantions that gatherred to analyzed deductively attractively conclusion from troubleshoot has generalized towards troubleshoot concreate so that even seen inclination pattern and modhus operandy from AFTA China-Indonesia, so that can help as base reference and law deliberation that useful in law wisdom maker correctly.

As to industrial wisdom more than the focus weight against in five matters that is: (1). industrials that produce foreign exchange by produce goods susbtitution import; (2). industrials that processed raw material (industrial base) in

A Student Magister of Legal science Study Program School of Postgraduate Study University of

Sumatera Utara.

∗∗ Lecturer Magister of Legal science Study Program School of Postgraduate Study University of

(6)

country in gross; (3). labour intensive industrials; with (4). companies country for strategic and political.

Economy agreement ASEAN with China with reference to consumer importance usually like lower rate. From producers side like at price in higher and country usually like protection rate. And when does both of consumers and local produced is was seen has different importance. Competitive competitiveness of course needs protection existence from trade partners (especially country progress) that has impact towards trade composition and production. Domestic wisdom that has been gives indication better hit to change it comparability superiority and composition our exports. Commodity exports to be growth in diffrential on demand of import, and how far certain market is growth centre in a item residual with government wisdom with accecibility towards capital and technology.

Various business transaction had wants efforts to positivity business transaction in negotiation regulation that aim to overcome law system disparity between common law and civil law so that business transaction is not hinderred by difference obstacle conception. When aimed in ideal condition, conditon comprehensively and publication and be comparison and input for investment law forwards so that actions be creation that wanted to achieve stability.

Trade liberalization impact basically depend on three factors, that is: (1). government distortion/wisdoms level; (2). commitment each country to decrease distortion; (3). commitment execution consistency. More bigger distortion level at principal nations (to produce and or consumers), so more impact in big potential from trade liberalization. At least, direction of ASEAN forwards make an effort natural resources, grow and bloom and proper exploited in public alive desire fulfillment and increase welfare for all Indonesian people.

As far as what an Indonesia law, utilizable as regulation and deregulation in Free Trade AFTA China-Indonesia be efforts that has clear direction and was had defenition with all economy wisdom that appointed by government with all also existing resource. Economy performance has been increased the growth of economy is accumulation early as far as what natural resources blend, main need, and APBN (In Indonesian, Anggaran Pendapatan Belanja Negara- Revenue Plan and Country Expense), and goods based on from also from within country self. And how does government and Indonesian people stand out an attention and realized that existing resource not merely commodity but investment sometimes can not be evaluated with notation as far as what economy growth a Country.

(7)

KEBIJAKAN DI BIDANG PERDAGANGAN YANG TANGGAP TERHADAP PERUBAHAN MAKRO STRUKTUR SISTEM

INTERNASIONAL (ANALISIS YURIDIS TERHADAP AFTA CINA-INDONESIA)

Indonesia menghadapi perdagangan global telah melakukan berbagai upaya berupa kebijakan-kebijakan perdagangan dan selama ini telah menciptakan ekonomi nasional yang lebih beragam dan berdaya saing. Pada lingkup ASEAN, kerjasama dalam pertumbuhan dinamis diarahkan pada pembangunan komunitas ASEAN yang lebih kuat, perencanaan yang lebih komprehensif di bidang ekonomi dan sosial.

Tujuan Pemerintah di bidang industri, adalah pembangunan industri yang seimbang, struktur pasar yang kompetitif, keseimbangan pembangunan regional, struktur industri yang seimbang, pemerataan, keseimbangan, etnis, pengendalian, investasi asing, alat-alat pengaturan industri, Badan Penanaman Modal, perdagangan luar negeri, pasar faktor produksi, peraturan-peraturan industri yang spesifik, dan pengaturan lainnya yang dibutuhkan. Dalam kaidah-kaidah hukum internasional yang telah diratifikasi tidaklah dapat secara langsung dan ex proprio vigore diberlakukan di dalam lingkungan nasional oleh pengadilan-pengadilan nasional atau oleh siapapun; kaidah tersebut berlaku harus menjalani suatu inkorporasi khusus ke dalam hukum nasional.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu melakukan analisis ilmiah terhadap bahan hukum, dan bersifat deskriptif analitis yang bertujuan untuk melukiskan permasalahan Perdagangan Bebas AFTA Cina-Indonesia berdasarkan data awal yang akan diteliti dengan menggunakan teori-teori dan hipotesa literatur melalui studi kepustakaan yang dilakukan baik itu regulation maupun legislation. Bahan hukum yang dikumpulkan dianalisis secara deduktif dengan menarik kesimpulan dari permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret sehingga terlihat pola kecenderungan dan modus operandi dari AFTA Cina-Indonesia, sehingga dapat membantu sebagai dasar acuan dan pertimbangan hukum yan berguna dalam pembuatan kebijakan hukum secara tepat.

Adapun kebijakan industri lebih menitik beratkan pada lima hal yaitu: (1). Industri-industri yang menghasilkan devisa dengan cara memproduksi barang-barang susbtitusi impor; (2). Industri-industri yang memproses bahan-bahan

(8)

mentah (industri dasar) dalam negeri dalam jumlah besar; (3). Industri-industri padat karya; serta (4). Perusahaan-perusahaan negara untuk tujuan strategis dan politis

Kerjasama ekonomi ASEAN dengan Cina berkenaan dengan kepentingan konsumen umumnya menyukai tarif yang lebih rendah. Dari sisi produsen disaat harga dalam negeri lebih tinggi umumnya menyukai tarif proteksi. Dan kepentingan nasional ketika konsumen dan produsen lokal terlihat memiliki kepentingan yang berbeda. Daya saing kompetitif tentunya memerlukan adanya proteksi dari para mitra dagang (terutama negara maju) yang memiliki dampak terhadap komposisi perdagangan dan produksi. Kebijakan domestik yang memberikan indikasi yang lebih baik mengenai berubahnya keunggulan komparatif dan komposisi ekspor. Komoditi ekspor merupakan pertumbuhan diffrensial dalam permintaan impor, dan sejauh mana pasar tertentu merupakan pusat pertumbuhan dalam suatu item residual dengan kebijakan pemerintah serta aksesibilitas terhadap modal dan teknologi.

Berbagai transaksi bisnis membutuhkan upaya untuk mempositifkan transaksi-transaksi bisnis tersebut dalam peraturan perundingan yang bertujuan mengatasi disparitas sistem hukum antara common law dan civil law agar transaksi bisnis tidak terhalangi oleh kendala perbedaan konsepsi. Ketika dihadapkan pada kondisi ideal tersebut, keadaan tersebut secara komprehensif dan dipublikasikan dan menjadi perbandingan dan masukan untuk hukum investasi ke depan sehingga terciptanya tindakan-tindakan yang dibutuhkan guna mencapai stabilitas.

Dampak liberalisasi perdagangan pada dasarnya tergantung pada tiga faktor, yaitu: (1). Tingkat distorsi/kebijakan pemerintah; (2). Komitmen masing-masing negara untuk mengurangi distorsi tersebut; (3). Konsistensi pelaksanaan komitmen. Makin besar tingkat distorsi di negara-negara utama (produsen ataupun konsumen), maka makin besar potensi dampak dari liberalisasi perdagangan. Setidaknya arah ASEAN ke depan adalah memberdayakan sumber daya alam, tumbuh dan berkembang dan layak dieksploitasi dalam pemenuhan hajat hidup orang banyak dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejauh apa hukum Indonesia, berdaya guna sebagai regulasi dan deregulasi pada perdagangan bebas AFTA Cina-Indonesia merupakan upaya yang memiliki arah yang jelas dan terdefenisikan dengan segala kebijakan ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan segala pertimbangan baik fiskal maupun sumber daya yang ada. Kinerja ekonomi meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan akumulasi dini sejauh apa perpaduan sumber daya alam, kebutuhan pokok, dan APBN, baik bersumber dari devisa negara maupun dari dalam negeri sendiri. Dan bagaimana pemerintah dan segenap rakyat Indonesia menyikapi dan menyadari bahwa sumber daya yang ada bukan hanya sekedar komoditi melainkan investasi yang terkadang tidak bisa dinilai dengan angka-angka sejauh apa pertumbuhan ekonomi suatu negara.

(9)

KATA PENGANTAR

Tidaklah terhingga ucapan rasa syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T atas segala kemudahan dan Rahman Rahimnya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan Program Studi Ilmu Hukum. Tidaklah lupa Shalawat dan beriring salam ke ruh junjungan Rasulullah Muhammad S.A.W., yang syafaatnyalah diharapkan dalam meniti jalan menuju ridha Nya.

Tesis ini berjudul, “Kebijakan Hukum Yang Tanggap Terhadap Perubahan Makrostruktur Sistem Internasional (Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian AFTA Cina-Indonesia)”, diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Hukum, konsentrasi Hukum Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Pada penulisan Tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak dan Ibu dosen Pembimbing, yang selama penulisan Tesis ini telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga terselesaikannya tugas akhir ini. Kepada Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S. H., M. H., Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S. H., M. Hum., dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, S. H., M. Hum. Begitu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(k). Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, S. H., M. Hum. Ketua Program Studi Ilmu Hukum, Prof. Dr. Suhaidi, S. H., M. H., beserta Para Guru Besar dan staff pengajar Program Studi Ilmu Hukum yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 2. Para staff Administrasi dan Kesekretariatan Program Studi Ilmu Hukum

yang telah banyak membantu urusan administrasi selama perkuliahan. 3. Seluruh teman-teman seangkatan yang telah bersama-sama menimba ilmu,

baik yang tua maupun yang muda.

(10)

Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, terlebih bapak dan Ibu dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Padang Sidempuan yang telah membekali penulis dengan ilmu yang bermanfaat.

5. Kepada Ayah dan Ibu, abang, kakak, dan adik-adik, sanak saudara dan handai taulan, yang telah mendukung sepenuhnya terselesaikannya pendidikan penulis baik berupa moril maupun materiel.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis menyadari sepenuhnya diperlukan kesabaran dan ketekunan untuk memahami dan menyelesaikannya. Oleh karena itu, tentunya dalam penulisan Tesis ini tidaklah luput dari kesalahan kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bapak pembimbing serta teman-teman di Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Hukum guna kesempurnaan penulisan Tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga kiranya Tesis ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Medan, Januari 2011 Penulis

(11)

D A F T A R I S I

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRACT……….. i

INTISARI..……….. iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Perumusan Masalah………... 16

C. Tujuan Penelitian………... 17

D. Manfaat penelitian………. 17

E. Keaslian Penelitian……… 18

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi……….. 18

G. Metode Penelitian………. 29

BAB II : KEBIJAKAN YANG TANGGAP TERHADAP PERUBAHAN MAKRO STRUKTUR SISTEM INTERNASONAL A. Perubahan Makro Struktur Sistem Internasional... 31

(12)

BAB III : KESIAPAN HUKUM INDONESIA MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS CHINA-AFTA

A. Perdagangan Bebas China-AFTA... 69

1. Latar Belakang Perundingan... 69

2. Isi Perjanjian Perdagangan Bebas China-AFTA... 72

B. Akibat Hukum Bagi Indonesia... 75

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN INDUSTRI NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS CHINA-AFTA A. Hambatan Regulasi... 105

B. Iklim Investasi dan Iklim Usaha Tidak Kondusif... 111

C. Daya Saing Rendah... 124

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 134

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 . Hubungan Sasaran Pembangunan dan Instrumen

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AFTA : ASEAN Free Trade Area AIA : ASEAN Investment Area

AICO : ASEAN Investment Co-operative ASEAN : Asociation of South East Asian Nations CEPT : Common Effective Preferential Tarriff

CISG : United Nations Convention on Contracts For The International Sale of Goods

GATT : General Agreement on Tarrif and Trade GBHN : Garis-garis Besar Haluan Negara

HAM : Hak Asasi Manusia

ICISD : International Convention of Investment on Sales And Delivery

IMF : International Monetary Fund IT : Information and Technology KTT : Konferensi Tingkat Tinggi MNC : Multi National Corporation

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonseia PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PCIJ : Permanent Court of International Justice RI : Republik Indonesia

(15)

UCP : Uniform Customs and Practice For Documentary Credits UUD 1945 : Undang-Undang Dasar Tahun 1945

(16)

WISDOM AT TRADE AREA PERCEPTIVE TOWARDS INTERNATIONAL SYSTEM STRUCTURE MACRO CHANGE

(JURIDICAL ANALYSIS TOWARDS AGREEMENT AFTA CHINA-INDONESIA)

Indonesia has faced global trade do various efforts shaped trade wisdoms and during the time creat National economy more various and competitive. In ASEAN scope, agreement made it in dinamic growth is aimed in communities development ASEAN stronger, the planning more comprehensive in economic sector and social life.

Government had an aim at industrial area, they are industrial development balance, the competitive market structure, regional development balance, the industrial structure balance, generalization, equilibirium, ethnic, control, foreign investment, industrial arrangement tools, capital planting body, foreign trade, factors of production market, industrial specific regulations, and another arrangement as needed. In International law norms that ratified is can’t directly and ex proprio vigore applied to National environment by national Courts or by whoever; the norms operative must endure a incorporation special into national law.

This watchfulness is law watchfulness normatif, that is do scientific analysis towards law ingredient, and has analytical descriptive that aims to describe Free Trade troubleshoot AFTA China-Indonesia based on beginning data that be canvassed by using theories and literature hypothesis passes literature study that done good that regulation also legislation. Law substantions that gatherred to analyzed deductively attractively conclusion from troubleshoot has generalized towards troubleshoot concreate so that even seen inclination pattern and modhus operandy from AFTA China-Indonesia, so that can help as base reference and law deliberation that useful in law wisdom maker correctly.

As to industrial wisdom more than the focus weight against in five matters that is: (1). industrials that produce foreign exchange by produce goods susbtitution import; (2). industrials that processed raw material (industrial base) in

A Student Magister of Legal science Study Program School of Postgraduate Study University of

Sumatera Utara.

∗∗ Lecturer Magister of Legal science Study Program School of Postgraduate Study University of

(17)

country in gross; (3). labour intensive industrials; with (4). companies country for strategic and political.

Economy agreement ASEAN with China with reference to consumer importance usually like lower rate. From producers side like at price in higher and country usually like protection rate. And when does both of consumers and local produced is was seen has different importance. Competitive competitiveness of course needs protection existence from trade partners (especially country progress) that has impact towards trade composition and production. Domestic wisdom that has been gives indication better hit to change it comparability superiority and composition our exports. Commodity exports to be growth in diffrential on demand of import, and how far certain market is growth centre in a item residual with government wisdom with accecibility towards capital and technology.

Various business transaction had wants efforts to positivity business transaction in negotiation regulation that aim to overcome law system disparity between common law and civil law so that business transaction is not hinderred by difference obstacle conception. When aimed in ideal condition, conditon comprehensively and publication and be comparison and input for investment law forwards so that actions be creation that wanted to achieve stability.

Trade liberalization impact basically depend on three factors, that is: (1). government distortion/wisdoms level; (2). commitment each country to decrease distortion; (3). commitment execution consistency. More bigger distortion level at principal nations (to produce and or consumers), so more impact in big potential from trade liberalization. At least, direction of ASEAN forwards make an effort natural resources, grow and bloom and proper exploited in public alive desire fulfillment and increase welfare for all Indonesian people.

As far as what an Indonesia law, utilizable as regulation and deregulation in Free Trade AFTA China-Indonesia be efforts that has clear direction and was had defenition with all economy wisdom that appointed by government with all also existing resource. Economy performance has been increased the growth of economy is accumulation early as far as what natural resources blend, main need, and APBN (In Indonesian, Anggaran Pendapatan Belanja Negara- Revenue Plan and Country Expense), and goods based on from also from within country self. And how does government and Indonesian people stand out an attention and realized that existing resource not merely commodity but investment sometimes can not be evaluated with notation as far as what economy growth a Country.

(18)

KEBIJAKAN DI BIDANG PERDAGANGAN YANG TANGGAP TERHADAP PERUBAHAN MAKRO STRUKTUR SISTEM

INTERNASIONAL (ANALISIS YURIDIS TERHADAP AFTA CINA-INDONESIA)

Indonesia menghadapi perdagangan global telah melakukan berbagai upaya berupa kebijakan-kebijakan perdagangan dan selama ini telah menciptakan ekonomi nasional yang lebih beragam dan berdaya saing. Pada lingkup ASEAN, kerjasama dalam pertumbuhan dinamis diarahkan pada pembangunan komunitas ASEAN yang lebih kuat, perencanaan yang lebih komprehensif di bidang ekonomi dan sosial.

Tujuan Pemerintah di bidang industri, adalah pembangunan industri yang seimbang, struktur pasar yang kompetitif, keseimbangan pembangunan regional, struktur industri yang seimbang, pemerataan, keseimbangan, etnis, pengendalian, investasi asing, alat-alat pengaturan industri, Badan Penanaman Modal, perdagangan luar negeri, pasar faktor produksi, peraturan-peraturan industri yang spesifik, dan pengaturan lainnya yang dibutuhkan. Dalam kaidah-kaidah hukum internasional yang telah diratifikasi tidaklah dapat secara langsung dan ex proprio vigore diberlakukan di dalam lingkungan nasional oleh pengadilan-pengadilan nasional atau oleh siapapun; kaidah tersebut berlaku harus menjalani suatu inkorporasi khusus ke dalam hukum nasional.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu melakukan analisis ilmiah terhadap bahan hukum, dan bersifat deskriptif analitis yang bertujuan untuk melukiskan permasalahan Perdagangan Bebas AFTA Cina-Indonesia berdasarkan data awal yang akan diteliti dengan menggunakan teori-teori dan hipotesa literatur melalui studi kepustakaan yang dilakukan baik itu regulation maupun legislation. Bahan hukum yang dikumpulkan dianalisis secara deduktif dengan menarik kesimpulan dari permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret sehingga terlihat pola kecenderungan dan modus operandi dari AFTA Cina-Indonesia, sehingga dapat membantu sebagai dasar acuan dan pertimbangan hukum yan berguna dalam pembuatan kebijakan hukum secara tepat.

Adapun kebijakan industri lebih menitik beratkan pada lima hal yaitu: (1). Industri-industri yang menghasilkan devisa dengan cara memproduksi barang-barang susbtitusi impor; (2). Industri-industri yang memproses bahan-bahan

(19)

mentah (industri dasar) dalam negeri dalam jumlah besar; (3). Industri-industri padat karya; serta (4). Perusahaan-perusahaan negara untuk tujuan strategis dan politis

Kerjasama ekonomi ASEAN dengan Cina berkenaan dengan kepentingan konsumen umumnya menyukai tarif yang lebih rendah. Dari sisi produsen disaat harga dalam negeri lebih tinggi umumnya menyukai tarif proteksi. Dan kepentingan nasional ketika konsumen dan produsen lokal terlihat memiliki kepentingan yang berbeda. Daya saing kompetitif tentunya memerlukan adanya proteksi dari para mitra dagang (terutama negara maju) yang memiliki dampak terhadap komposisi perdagangan dan produksi. Kebijakan domestik yang memberikan indikasi yang lebih baik mengenai berubahnya keunggulan komparatif dan komposisi ekspor. Komoditi ekspor merupakan pertumbuhan diffrensial dalam permintaan impor, dan sejauh mana pasar tertentu merupakan pusat pertumbuhan dalam suatu item residual dengan kebijakan pemerintah serta aksesibilitas terhadap modal dan teknologi.

Berbagai transaksi bisnis membutuhkan upaya untuk mempositifkan transaksi-transaksi bisnis tersebut dalam peraturan perundingan yang bertujuan mengatasi disparitas sistem hukum antara common law dan civil law agar transaksi bisnis tidak terhalangi oleh kendala perbedaan konsepsi. Ketika dihadapkan pada kondisi ideal tersebut, keadaan tersebut secara komprehensif dan dipublikasikan dan menjadi perbandingan dan masukan untuk hukum investasi ke depan sehingga terciptanya tindakan-tindakan yang dibutuhkan guna mencapai stabilitas.

Dampak liberalisasi perdagangan pada dasarnya tergantung pada tiga faktor, yaitu: (1). Tingkat distorsi/kebijakan pemerintah; (2). Komitmen masing-masing negara untuk mengurangi distorsi tersebut; (3). Konsistensi pelaksanaan komitmen. Makin besar tingkat distorsi di negara-negara utama (produsen ataupun konsumen), maka makin besar potensi dampak dari liberalisasi perdagangan. Setidaknya arah ASEAN ke depan adalah memberdayakan sumber daya alam, tumbuh dan berkembang dan layak dieksploitasi dalam pemenuhan hajat hidup orang banyak dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejauh apa hukum Indonesia, berdaya guna sebagai regulasi dan deregulasi pada perdagangan bebas AFTA Cina-Indonesia merupakan upaya yang memiliki arah yang jelas dan terdefenisikan dengan segala kebijakan ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan segala pertimbangan baik fiskal maupun sumber daya yang ada. Kinerja ekonomi meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan akumulasi dini sejauh apa perpaduan sumber daya alam, kebutuhan pokok, dan APBN, baik bersumber dari devisa negara maupun dari dalam negeri sendiri. Dan bagaimana pemerintah dan segenap rakyat Indonesia menyikapi dan menyadari bahwa sumber daya yang ada bukan hanya sekedar komoditi melainkan investasi yang terkadang tidak bisa dinilai dengan angka-angka sejauh apa pertumbuhan ekonomi suatu negara.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan struktur keuangan global dan pergantian pemerintahan suatu Negara merupakan faktor terjadinya perubahan makro struktur sistem internasional. Gaya kepemimpinan dan segenap kebijakan yang muncul pada masa pemerintahan tersebut merupakan faktor lajunya denyut nadi suatu kehidupan bernegara. Dunia global melaju ke arah mana sangat tidak terlepas dari kehidupan bernegara negara-negara di dunia, yang kesemua itu tergabung dalam organisasi badan dunia yaitu PBB, dengan finansial di bawah IMF dan World Bank.

Keterkaitan antara kepentingan ekonomi, politik maupun keamanan dalam hubungan internasional sangat erat. Sifat kerjasama regional ada yang bersifat lebih longgar dan ada yang telah mendekati negara serikat, seperti uni Eropa sekarang ini. Sejarah masing-masing lembaga regional ternyata juga tidak dapat terlepas dari perkembangan masing-masing negara anggota maupun situasi global. Lima manfaat yang diharapkan dari integrasi ekonomi regional, yaitu:1

1. Mendorong terjadinya peningkatan efisiensi melalui spesialisasi produksi dari masing-masing anggota.

2. Adanya pasar yang lebih luas akan meningkatkan produksi total serta pemanfaatan kapasitas produksi yang ada secara lebih optimal.

3. Meningkatkan bargaining position negara-negara yang ekonominya terintegrasi di forum-forum internasional dan di pasar global. Ini juga akan

1

(21)

memungkinkan meningkatnya nilai tukar (terms of trade) produk yang dihasilkan negara-negara anggota terhadap produk dari non-anggota. 4. Sebagai stimulus investasi yang lebih tinggi di kawasan yang terintegrasi

itu sebagai akibat daya tarik pasar yang luas.

5. Berkembangnya teknologi produksi sebagai akibat adanya inovasi-inovasi untuk menghasilkan output yang berkualitas dengan harga yang kompetitif.

Kebijakan perdagangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dilakukan dengan memerhatikan gejala dan perkembangan yang terjadi di negara lain yang berpengaruh pada perekonomian nasional. Di Indonesia, sejak pertengahan tahun 1980-an, telah melakukan proses pembangunan yang menguntungkan dan ekspor sebagai penggeraknya. Dapatlah dikatakan bahwa keberhasilan perdagangan luar negeri semakin menentukan proses pembangunan nasional.2

Dalam rangka memantapkan kebijakan neo-liberalisme, para pendukungnya secara gencar, mengampanyekan mitos-mitos berkaitan dengan neo-liberalisme dan lebih lanjut tentang pasar bebas. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mansour Fakih,3 bahwa mitos-mitos itu diantaranya adalah :

1. perdagangan bebas akan menjamin pangan murah dan kelaparan tidak akan terjadi. Kenyataan yang terjadi bahwa perdagangan bebas justru meningkatkan harga pangan.

2. WTO dan TNC akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya dengan penggunaan pestisida secara berlebih dan pangan hasil rekayasa genetik justru membahayakan kesehatan manusia dan juga keseimbangan ekologis.

3. kaum perempuan akan diuntungkan dengan pasar bebas pangan. Kenyataannya, perempuan petani semakin tersingkir baik sebagai produsen maupun konsumen.

2

Syahmin AK, Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 11.

3

Ekosuwono, Perdagangan Bebas, Pasar Bebas, Free Trade, Pasar Bebas Antara ASEAN dan China,http://ekosuwono.wordpress.Diakses pada 13 Januari 2011.

(22)

4. bahwa paten dan hak kekayaan intelektual akan melindungi inovasi dan pengetahuan. Kenyataannya, paten justru memperlambat alih teknologi dan membuat teknologi menjadi mahal.

5. perdagangan bebas di bidang pangan akan menguntungkan konsumen karena harga murah dan banyak pilihan. Kenyataannya justru hal itu mengancam ketahanan pangan di negara-negara dunia ketiga.

Globalisasi dan pasar bebas memang membawa kesejahteraan dan pertumbuhan, namun hanya bagi segelintir orang karena sebagian besar dunia ini tetap menderita. Ketika budaya lokal makin hilang akibat gaya hidup global, tiga perempat penghuni bumi ini harus hidup dengan kurang dari dua dollar sehari. Satu miliar orang harus tidur sembari kelaparan setiap malam. Satu setengah miliar penduduk bola dunia ini tidak bisa mendapatkan segelas air bersih setiap hari.4

Sudah menjadi hal yang diketahui bersama bahwa kebutuhan hidup sehari-hari terpenuhi ketika melakukan hubungan sosial satu sama lain. Begitu juga di bidang perdagangan, tidak semua komoditi kebutuhan pokok dapat terpenuhi. Tentunya membutuhkan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Hal ini telah dimulai sejak tempo dulu, adanya jalur perdagangan terbuka luas baik jalur darat maupun laut. Indonesia dengan rempah-rempahnya bertukar komoditi industri tekstil Cina ataupun benda-benda seni lainnya. Yang terkadang transaksi perdagangan tersebut lebih berharga dari nilai tukar yang diperdagangakan. Dari daratan Eropa, komoditi dari bahan wol dan bahan makanan dingin adalah komoditi unggulannya. Begitu juga dengan Timur Tengah dan India berupa bahan makanan baik itu bahan baku maupun setengah jadi.

4

(23)

Dengan semakin rumitnya institusi sosial, hukum yang berlaku dengan adanya deregulasi sebagai satu kebutuhan untuk mengatur pola-pola perdagangan di setiap abadnya. Dan dewasa ini, hukum diharapkan mampu menciptakan berartinya dan memberikan manfaat dari mekanisme perdagangan yang dilakukan antar bangsa-bangsa di dunia.

Kerjasama ekonomi Free Trade Area, merupakan perdagangan di sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi anggota masyarakat dan antar bangsa. Faktor penting bagi setiap negara adalah hubungan perdagangan yang tertib dan adil. Mewujudkan ketertiban dan keadilan di bidang perdagangan internasional, diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional.

Manfaat yang diharapkan mendukung pengaturan perdagangan internasional yang tegas adalah terbukanya pasar yang lebih luas bagi negara-negara lain. Kemudahan-kemudahan tersebut berkurangnya tarif dan hambatan non-tarif, khususnya bagi negara-negara berkembang, dinikmatinya special and differential treatment sampai tertentu dan bantuan teknis negara maju.

Perangkat hukum internasional yang mengatur hubungan dagang antarnegara ditemukan dalam dokumen GATT (General Agreement on Tarriff and Trade) yang ditandatangani negara-negara tahun 1947, dan mulai diberlakukan

(24)

akan melaksanakan dan mengawasi aturan-aturan perdagangan internasional yang telah dirintis GATT sejak tahun 1947. Aturan-aturan GATT 1947 diintegrasikan ke dalam sistem WTO, yang tidak hanya mengatur perdagangan barang, tetapi juga perdagagan jasa, masalah hak milik intelektual, dan aspek-aspek penanaman modal yang terkait.

GATT (General Agreement on Tarriff and Trade) tidaklah dapat mengatur

iklim atau keseluruhan pola sosial melalui persetujuan internasional. Setiap negara pasti akan mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dibanding mitra-mitra dagangnya. Akan tetapi, secara keseluruhan GATT bertujuan menghasilkan kondisi-kondisi yang seperti tercantum di dalamnya, yaitu bersifat timbal balik dan saling menguntungkan sehingga semua negara mendapatkan manfaat darinya.

Hal yang ingin dicapai pada perjanjian Putaran Uruguay ini adalah upaya untuk membendung gejala proteksionisme yang semakin tumbuh dan semakin muncul dalam berbagi variasi. Adapun tujuan putaran Uruguay adalah:5

a. Menciptakan perdagangan bebas yang akan memberi keuntungan bagi semua negara, khususnya negara-negara berkembang, selain itu juga bertujuan untuk memberi peluang bagi produk-produk ekspor dalam rangka memasok pasar (acces to market) melalui upaya penurunan dan penghapusan tarif, pembatasan kuantitatif, dan tindakan-tindakan non-tarif lainnya;

b. Meningkatkan peranan GATT dan memperbaiki sistem perdagangan multilateral berdasarkan prinsip-prinsip GATT dan memperluas cakupan produk perdagangan dunia;

c. Meningkatkan kesigapan sistem GATT terhadap perkembangan situasi perekonomian dunia dan high technology;

d. Mengembangkan suatu bentuk kerjasama pada tingkat nasional dan internasional untuk mempererat hubungan antar kebijaksanaan ekonomi lain.

5

(25)

GATT dilihat dari segi yuridis merupakan suatu perjanjian internasional atau international treaty. GATT dapat dilihat sebagai serangkaian “atau permainan” di bidang perdagangan internasional yang tercatum dalam suatu dokumen utama, yakni General Agreement on Tarriff and Trade. Sebagai suatu perjanjian internasional atau multilateral treaty, perjanjian GATT merupakan suatu kontrak.

Kontrak tersebut merupakan dasar yuridis untuk menegakkan disiplin multilateral berdasarkan aturan yang disepakati bersama. Sejauh ada masalah dalam kegiatan perdagangan, dan sejauh ada langkah atau keputusan bersama yang diperlukan, GATT menjadi forum untuk mengambil langkah tersebut.

Integrasi ekonomi yang diberlakukan oleh berbagai kelompok negara seperti terlihat dengan semakin banyaknya terbentuk customs unions, free trade area, common markets dewasa ini di seluruh dunia. Juga sebagai instrument yang

digunakan oleh negara kecil untuk meningkatkan kemampuan tawar-menawar dalam perundingan dengan negara-negara mitra dagang yang lebih besar. Terkadang bila kelompok-kelompok negara ini menggunakan posisi bersama dalam perundingan, biasanya konsensus lebih mudah dicapai. Dalam kasus-kasus tertentu bahkan pengelompokan sengaja dibentuk untuk bisa mencapai kompromi dan mengatasi kemacetan bahkan untuk semakin gigih mempertahankan posisi bersama mereka masing-masing.

(26)

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Terlepas dari tingkat ekonomi yang mereka impikan, mereka memiliki banyak kepentingan dagang yang sama dan acapkali bisa mengkoordinasikan posisi mereka dan berbicara sebagai satu suara. Jabatan juru bicara dipegang secara bergantian di antara negara-negara anggota ASEAN selama waktu tertentu dan dapat dilakukan bersama-sama sesuai dengan topik diskusi.6

Berawal dari The Greater Mekong Subregion yang beranggotakan Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam dan Cina yang berada di Semenanjung perairan sungai Mekong dengan jumlah penduduk berkisar 243 juta jiwa. Dimana ASEAN dan GMS ini mengadakan program bersama agar adanya pertumbuhan ekonomi yang sinergis di kawasan Asia.

Pada perundingan Uruguay Round yang dilaksanakan untuk memperbaiki rule of law di bidang perdagangan internasional, negara berkembang dan negara

ASEAN lainnya, sangat menyadari bahwa untuk menjaga keterbukaan pasar internasional diperlukan kelanjutan momentum dalam proses liberalisasi. Proses liberalisasi di negara maju memerlukan dukungan politis dari pihak yang menghendaki kelanjutan liberalisasi.

Annual report ASEAN pada tahun 2002-2003 telah menjadikan prioritas Framework Agreement ASEAN dengan Negara China, Kanada, Uni Eropa, India,

Jepang, Korea, Selandia Baru, Rusia dan Amerika Serikat. Kerjasama ini

6

(27)

difokuskan sebagai sarana akselerasi dan implementasi perdagangan regional dan liberalisasi investasi dalam mempersempit kesenjangan ekonomi di ASEAN. 7

Untuk memastikan implementasi perdagangan bebas dengan efektif, suatu perjanjian mengenai kepabeanan, the ASEAN customs agreement, ditandatangani. Aneka tarif akan diseragamkan, dan begitu halnya dengan prosedur sistem penilaian dan kepabeanan. Suatu sistem baru ditetapkan, yaitu The Green Lane System, guna mempercepat pengurusan produk-produk yang berada dibawah

CEPT (common effective preferential tarriff).8

Agenda AFTA (ASEAN Free Trade Area) adalah kawasan investasi ASEAN (AIA) dan kawasan industri co-operative (AICO) sebagaimana telah tersebut dalam framework Agreement on Intelectual Property Co-operation. Tidak terlepas dari agreement GATT/WTO dan kerjasama regional, multilateral lainnya yang diistilahkan dengan Closer Economic Relations yang bisa dalam bentuk MNC (multi natinal corporation) yang setidaknya mampu meningkatkan kualitas hidup di semua aspek kehidupan9.

Beberapa alasan terjadinya investasi langsung luar negeri yang dilakukan lewat MNC, yaitu: (1). MNC memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan khas yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Firms

Specific Advantage); (2).Keunggulan lokasi (location advantage); (3).

Internalisasi, termasuk pemilikan modal yang tidak terlihat dengan kasat mata (intangiable assets) seperti keahlian di bidang pemasaran, manajemen dan

7

Annual Report ASEAN 2002-2003, www.digilib.usu.ac.id, diakses pada 20 Mei 2010. 8

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 137.

9

(28)

tekhnologi, adanya dukungan pemerintah, dan pemilik modal yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal dalam bisnis dan kelompok-kelompok industri.10

Pertemuan Kepala Negara di Penang pada tahun 2008 mengkaji perkembangan signifikan tentang system hukum di tiap Negara anggota; isu pendidikan hukum di tiap Negara; pelaksanaan arbitrase internasional; memberikan evaluasi atas hukum investasi sebagai tool of social engineering, permasalahan yang dihadapi pengadilan; dan informasi tekhnologi (IT).11

Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat berkepentingan agar hukum yang mengatur lalu lintas perdagangan internasional benar-benar dapat berjalan. Untuk itu, Indonesia sendiri harus terlebih dahulu menyiapkan norma-norma hukumnya yang sangat mendasar bagi kegiatan ekonomi yang menyangkut hak milik dan lain-lain, hak-hak kebendaan, hukum kontrak, di samping bidang hukum sektoral lainnya.12

Bagaimana Indonesia terhadap perdagangan bebas dapat dicari landasannya dari analisis akan kekuatan, kelemahan, kesempatan, serta ancaman-ancaman yang dihadapi oleh Indonesia sendiri. Kekuatan Indonesia yang terletak pada kekayaan potensial, baik dalam sumberdaya alam maupun manusia.

Seperti negara berkembang pada umumnya Indonesia masih kekurangan tenaga ahli di berbagai bidang kegiatan ekonomi dan tertinggal jauh dari negara-negara maju di bidang teknologi system perdagangan bebas sebagaimana ingin diciptakan dalam sistem GATT dan WTO menawarkan kesempatan bagi semua

10

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hal. 21. 11

ASEAN Law Association, Governing Council Meetings, www.digilib.usu.ac.id, diakses pada 30 April 2010.

12

(29)

negara untuk meningkatkan taraf hidup di bawah disiplin multilateral. Kelemahan-kelemahan Indonesia jika dilihat secara positif dapat merupakan peluang untuk terus meningkatkan pangsa pasar komoditi Indonesia dalam perdagangan internasional sebagaimana diatur WTO yang sedemikian jauh telah mendatangkan hasil yang positif bagi semua anggotanya.

Kerjasama ekonomi ini dapat bersifat kerjasama ataupun dalam bentuk integrasi ekonomi regional (regional economic integration). Adapun bentuk-bentuk kesepakatan regional ini antara lain adalah kerjasama dengan GATT, WTO, NAFTA (North America Free Trade Area), ME (Europen Community), AFTA (Asean Free Trade Area) yang kerjasama itu, kebijakannya dapat berpengaruh kepada dunia bisnis. Keberadaan kesepakatan tersebut semuanya mendorong terjadinya perdagangan bebas, baik dalam skala global atau regional. Hal ini berarti meningkatkan tingkat kompetisi di dalam negeri, yang berarti bisa menjadi ancaman bagi Indonesia. Tetapi di sisi lain, hal tersebut ini dapat juga membuka kesempatan untuk berekspansi usaha ke negeri lain, yang dilaksanakan oleh Indonesia sebab Indonesia telah memiliki komitmen untuk ikut serta dalam perdagangan bebas, bahkan mempeloporinya, oleh karena itu tentunya harus mengikuti aturan main yang telah disepakati.

(30)

Hal ini memungkinkan perkembangan usaha dengan pesat yang menguntungkan secara ekonomi. Akan tetapi, di lain pihak pasar yang tadinya terproteksi akan terintegrasi. Dengan sendirinya tingkat persaingan regional pun akan lebih ketat. Para pengusaha Indonesia tidak lagi menghadapi persaingan dari pengusaha dalam negeri, melainkan menghadapi semua pengusaha dari luar negeri seperti pengusaha ASEAN (AFTA).

Data terakhir dari World Bank menunjukkan bahwa dalam ekspor barang, Indonesia berada di posisi ke-26 dengan pangsa pasar hanya satu persen. Sementara itu, Cina menduduki posisi teratas dari kelompok negara Asia dengan harapan mencapai empat persen. Walaupun perdagangan barang (merchandise trade) tetap penting dan akan terus berkembang di masa depan perdagangan jasa

(commercial services) juga akan mendominasi dunia. Dalam hal ini, Indonesia

tampak masih lemah sehingga tidak termasuk ke dalam kategori negara pengekspor produk jasa menurut World Bank. Di pasar Asia (termasuk Australia), setelah Jepang, Cina merupakan eksportir terbesar untuk kategori barang. Indonesia dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa berada di peringkat ke-10 dengan nilai US $49 miliar atau 3,5% dari total nilai ekspor barang di pasar Asia pada tahun 1999. Di kelompok ASEAN, kontribusi Indonesia dalam total ekspor dari 10 negara anggota ASEAN hanya 1,8%. Sementara Malaysia 6% dan Singapura 9,4%. Pada tahun 1999 pangsa Indonesia naik menjadi 2,3%.13

Apabila nantinya Indonesia tidak siap menghadapi pasar bebas, semua produk akan tersisihkan di pasar ekspor. Sebaliknya semua produk impor akan

13

(31)

mengusai pasar dalam negeri. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan di satu pihak, banyak perusahaan nasional tutup dan berarti pengangguran meningkat. Di sisi lain, Indonesia akan mengalami kesulitan devisa sehingga akan semakin tergantung pada utang luar negeri. Dan perangkat peraturan seperti apakah yang dapat dijadikan sebagai proteksi dalam negeri dari investor asing yang kondisinya memang tidaklah pernah terlepas dalam keadaan krisis seperti dewasa seperti ini. Setidaknya ada dua hal yang sebaiknya dilakukan pemerintah dalam menghadapi pasar bebas ini, yaitu:14

1. Pemerintah harus menyiapkan sebaik-baiknya berbagai fasilitas dasar (public guards) sesuai fungsinya seperti pendidikan, pengembangan teknologi dan informasi, kesehatan, keamanan dan infrastruktur fisik umum, misalnya jalan, telekomunikasi, keuangan, pelabuhan darat dan laut, terutama peraturan yang mengantisipasi perdagangan bebas tersebut. 2. Pemerintah harus merumuskan kebijakan ekonomi (termasuk industri,

investasi, pertanian, moneter, dan fiskal), kebijakan pendidikan, kebijakan teknologi, dan kebijakan nonekonomi lain yang sepenuhnya mendukung persaingan dunia usaha menghadapi era perdagangan bebas yang pertama yakni AFTA.

Dalam menangani substansi perundingan Uruguay Round, Indonesia seperti juga halnya dengan banyak negara berkembang lainnya, harus mempersiapkan kegiatan tersebut dari tahap yang paling awal. Dari serangkaian substansi yang tercakup dalam perundingan Uruguay Round, ada beberapa bidang dan masalah yang menjadi perhatian Indonesia karena pentingnya hal-hal tersebut untuk Indonesia. Agar penanganan proses perundingan yang sedang berjalan waktu itu dapat dikaitkan dengan kepentingan Indonesia secara eksplisit, sebagai pedoman pada waktu perundingan.15

14

Ibid., hal.125.

15

(32)

Berdasarkan kerangka AFTA, Indonesia juga aktif dalam kerjasama ekonomi sub-regional IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle), IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth). BIPM-EAGA

(Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina East ASEAN Growth Area). Konsekuensi dari kegiatan ini, Indonesia telah menjadi pasar yang terintegrasi dengan pasar dunia. Hal ini berarti pasar domestik Indonesia terbuka lebar bagi pasar dunia, dan ini merupakan peluang dan sekaligus harapan positif bagi ekonomi Indonesia, terutama adanya jaminan kepastian hukum terhadap berbagai masalah sehingga investasi dapat berkembang secara baik dengan ketentuan yang berlaku.

Menghadapi berbagai hal yang bersifat global dan perubahan di lingkungan internasional adalah bagaimana memperkuat homefront sehingga potensi yang dimiliki bisa dieksploitasikan secara optimal. Untuk mencapai kondisi ideal ini, sekurang-kurangnya ada empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu:16

1. Kelengkapan infrastruktur; 2. Hukum;

3. Proses; dan

4. Kelengkapan kelembagaan (institusi).

Untuk menjamin kebebasan berusaha atas dasar kesempatan yang sama dalam melakukan kegiatan usaha (equal opportunity to have fair share in business) perilaku usaha memerlukan landasan hukum yang memberi jaminan

kebersamaan dan keadilan. Perilaku bisnis yang bersifat negatif dan tidak wajar dan tidak adil perlu dilarang atau dibatasi perilaku usaha yang masuk dalam kategori ini antara lain mencakup ketentuan tentang persekongkolan dalam

16

(33)

penetapan harga (price fixing), keharusan mengikuti harga jual yang ditetapkan produsen (resale price maintance), diskriminasi harga, keharusan membeli produk ikutan dari produk tertentu, melakukan transaksi bisnis hanya pada pengusaha/pihak tertentu, melakukan transaksi bisnis dengan pengusaha/pihak tertentu, segmentasi pasar, dan pengalokasian wilayah pasar, serta perilaku bisnis yang mematikan usaha pesaing lainnya.17 Selain itu, di bidang struktur pasar juga perlu diatur ketentuan yang meliputi peraturan perundangan mengenai konsentrasi pengusaan pasar, tata niaga, monopoli, serta oligopoly, dan lain-lain.

Aspek kelembagaan bagi eksistensi pelaku ekonomi juga memerlukan landasan hukum. Hukum yang memberi landasan kelembagaan usaha sesuai dengan UUD 1945, yaitu swasta, koperasi dan BUMN, beberapa di antaranya telah ditetapkan dalam undang-undang, seperti Undang-Undang Perseroan, Undang-Undang Koperasi, Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara, namun tidak tetutup kemungkinan diperlukan peraturan perundangan yang mengatur bentuk konglomerasi pelaku ekonomi, seperti pelaku usaha dalam bentuk group, perusahaan multinasional, dan sebagainya. Aspek kelembagaan pelaku bisnis memerlukan landasan hukum yang menegaskan hak dan kewajibannya sebagai entitas bisnis serta ketentuan hukum yang memberi pengaturan pada pengelolaaannya.18

Hukum yang mengatur lapangan usaha sektoral mengikuti pembagian sektor-sektor ekonomi perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk ketentuan hukum berupa Undang-Undang mengenai lapangan usaha. Pranata hukum

17

Ibid., hal. 25.

18

(34)

sektoral akan dapat membedakan lapangan usaha mana yang hanya dilakukan oleh Negara, lapangan usaha mana yang hanya dilakukan oleh swasta pada sektor-sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, dan jasa. Masing-masing sektor diberi landasan hukum, seperti undang-undang perikanan, kehutanan, peternakan, perbankan, asuransi, dan sebagainya.19

Hal lain, adalah diperlukannya hukum yang mengatur perlindungan konsumen yang menyangkut hak dan kewajiban masyarakat konsumen serta memberikan perlindungan bagi terjaminnya hak dan kewajiban tersebut. Dikarenakan sistem perekonomian Indonesia bersifat terbuka, sebagai konsekuensinya perekonomian nasional harus peka terhadap perkembangan yang terjadi pada perekonomian dunia, terutama terhadap gejolak yang ditimbulkan oleh perekonomian Negara mitra kerja dan yang berpengaruh terhadap hubungan ekonomi, perdagangan, dan moneter antarnegara.

Berbagai kebijakan perdagangan selama ini telah menciptakan ekonomi nasional yang lebih beragam dan berdaya saing. Setelah upaya peningkatan daya saing ekonomi nasional menampakkan hasilnya, ekonomi nasional telah mampu menghasilkan produk-produk yang makin beragam dalam jumlah dan kualitas yang semakin meningkat. Keadaan seperti ini, menjadikan kepentingan utama ekonomi nasional telah mampu menghasilkan produk-produk yang makin beragam dalam jumlah dan kualitas yang semakin meningkat, serta sistem penyelenggaraan perdagangan antarbangsa yang mendorong untuk itu seperti faktor dari luar serta kebijakan pemerintah yang menciptakan iklim yang sehat

19

(35)

dan keaktifan dunia untuk mencari dan memanfaatkan peluang yang terbuka oleh perkembangan eksternal dan iklim usaha yang baik.

Adanya penyempurnaan dalam aturan permainan di berbagai bidang, maka untuk sektor-sektor manufaktur maupun pertanian, yang sering menghadapi ketidakpastian akibat-akibat langkah unilateral yang diambil alih negara yang lebih kuat, terdapat peningkatan kepastian usaha sehingga dapat mengurangi hambatan dalam perdagangan yang dapat akibat penyalahgunaan aturan GATT yang ada.

Berkenaan dengan adanya hambatan yang dihadapi integrasi pasar, terlebih lagi dengan adanya pasar bebas, apakah kebijakan di bidang perdagangan selama ini baik oleh negara maju ataupun negara berkembang telah salah arah? Lalu, seperti apakah kebijakan yang nantinya mampu mengurangi distorsi pasar dan menjaga stabilitas ekonomi tetap berjalan?

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, adapun rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah suatu kebijakan dinyatakan tanggap terhadap perubahan makrostruktur sistem internasional?

2. Bagaimanakah Kesiapan Hukum di Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan berdasarkan China-AFTA Free Trade Agreement?

(36)

C. Tujuan Dari Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagi berikut:

1. Untuk mengetahui suatu kebijakan dinyatakan tanggap terhadap perubahan makrostruktur sistem internasional.

2. Untuk mengetahui kesiapan hukum Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan berdasarkan China-AFTA Free Trade Agreement.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi industri nasional yang dapat menurunkan daya saing dalam menghadapi liberalisasi perdagangan berdasarkan China-AFTA Free Trade Agreement.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Dapat mengetahui suatu kebijakan yang tanggap terhadap perubahan makrostruktur sistem internasional, kemudian kesiapan hukum di Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan dan hambatan-hambatan yang dapat menurunkan daya saing industri dalam negeri dalam menghadapi liberalisasi perdagangan berdasarkan China-AFTA Free Trade Agreement.

2. Secara Praktis

(37)

hukum Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan, serta berbagai hambatan yang dapat menurunkan daya saing industri dalam negeri menghadapi liberalisasi perdagangan berdasarkan China-AFTA Free Trade Agreement

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Kebijakan Di Bidang Perdagangan Yang Tanggap Terhadap Perubahan Makrostruktur Sistem Internasional (Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian AFTA Cina-Indonesia)” belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

(38)

sebuah tawaran hak untuk hidup dan mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.20

Peran Negara dalam hal ini menurut Smith; pertama adalah tugas untuk melindungi masyarakat dari kekerasan dan serbuan negara lain. Kedua, untuk melindungi sejauh mungkin setiap warga masyarakat dari ketidakadilan dan pemaksaan/pemerasan yang dilakukan oleh warga negara lain, atau tugas menyelenggarakan secermat mungkin tata keadilan. Ketiga adalah tugas untuk mengadakan serta mempertahankan prasarana publik dan berbagai lembaga publik yang ada bukan hanya untuk kepentingan orang-orang atau kelompok tertentu.21

Peran pemerintah yang patut-tapi terbatas dilakukan dengan intervensi pemerintah diperlukan kalau mekanisme pasar gagal, dengan membuat hukum untuk mengarahkan kegiatan ekonomi dan menghindari timbulnya distorsi.

John Rawls berpendapat bahwa institusi-institusi sosial dan hukum janganlah dipandang sebagai penghambat perkembangan hidup ketika berdasarkan dua prinsip berikut:22

1. Prinsip Kesamaan

Tiap-tiap pribadi mempunyai hak akan suatu system total kebebasan, dan dapat disesuaikan dengan system kebebasan yang sama besar bagi orang lain. Menurut prinsip ini keseluruhan keuntungan masyarakat dibagi rata di antara angota-anggota masyarakat yang sama. Pemerataan ini mencakup pemerataan dalam kebebasan dalam peluang untuk berkembang ataupun dalam pendapatan dan kekayaan.

20

Bismar Nasution, Implikasi AFTA Terhadap Kegiatan Investasi dan Hukum Investasi

Indonesia,www.digilib.usu.ac.id.diakses pada 18 Maret 2010.

21

Mahmul Siregar, Perdagangan dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan

Hukum di Indonesia dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman Modal, Disertasi Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU

Medan, 2005 22

(39)

2.Prinsip Ketidaksamaan

Prinsip ketidaksamaan harus diberikan aturan yang sedemikian rupa sehingga berpihak pada golongan masyarakat yang paling lemah dengan berlakunya suatu peraturan hukum sebagi system pengadilan yang dilakukan melalui sanksi-sanksi.

Menurut George Scwarenberger, ada prinsip perjanjian internasional yang memiliki arti penting, yaitu sebagai berikut:23

1. Prinsip Minimum Standar

Prinsip ini bertujuan untuk memberikan jaminan keamanan kepada pedagang atau pengusaha asing dan harta miliknya. Dalam perkembangaannya kemudian, prinsip ini banyak dicantumkan dalam berbagai perjanjian internasional. Adanya pencantuman prinsip standar minimum ini menjadi suatu aturan hukum kebiasaan internasional dan penerapannya berlaku pula terhadap semua negara, bukan saja pedagang. 2. Prinsip Perlakuan Sama (Identical Treatment)

Berkenaan dengan perlakuan yang sama demikian biasanya tertuang dalam suatu perjanjian, baik yang sifatnya multilateral maupun bilateral.

3. Prinsip Perlakuan Nasional (National Treatment)

Prinsip perlakuan nasional atau disebut juga sebagai klausul perlakuan nasional merupakan salah satu pengejewantahan dari prinsip non-diskriminasi. Klausul ini ditemukan dalam berbagai pejanjian termasuk dalam GATT dan perjanjian-perjanjian persahabatan, perdagangan dan navigasi.

Klausul ini mensyaratkan suatu negara untuk memperlakukan hukum yang sama-sama diterapkan terhadap barang-barang, jasa atau modal asing yang telah memasuki pasar dalam negerinya dengan hukum yng diterapkan terhadap produk-produk atau jasa yang dibuat dalam negeri.

4. Prinsip Dasar atau Klausul Most Favoured-Nation (MFN)

Klausul MFN ini adalah prinsip non-diskriminasi diantara negara-negara. Prinsip ini mensyaratkan, suatu negara harus memberikan hak serupa kepada negara ketiga. Negara-negara menganggap prinsip MFN ini sebagai suatu perlakuan khusus.

23

(40)

5. Prinsip Menahan Diri Untuk Tidak Merugikan negara lain

Prinsip hukum ekonomi internasional lain yang sifatnya tambahan adalah kewajiban menahan diri untuk merugikan negara lain. Dalam perjanjian-perjanjian mengenai masalah-masalah ekonomi telah mengakui adanya suatu kewajiban kepada negara-negara untuk tidak menimbulkan beban ekonomi kepada negara lain karena adanya kebijaksanaan ekonomi domestik negara yang bersangkutan.

Di era globalisasi dewasa ini, kebijaksanaan perekonomian nasional tidak dapat lagi berdiri eksklusif terlepas dari kepentingan-kepentingan negara lain, maka sesuai dengan prinsip kewajiban menahan diri untuk tidak merugikan negara lain, maka seyogyanya pemerintah perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

6. Standard of Preferential Treatment

Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip yang memberikan hak yang sama kepada semua pihak.

7. Standard of Equitable Treatment

Prinsip yang memberikan jalan keluar dalam keadaan terdapat ketidakseimbangan mata uang atau perubahan struktur ekonomi negara yang telah memaksa negara mengambil kebijakan pembatasan impor. Prinsip ini merupakan satu-satunya cara untuk memberlakukan MFN dan mendapatkan keadilan proporsional diantara negara-negara.

(41)

yang dinamis, terletak pada fundasi kelembagaan mikro yang mempengaruhi tingkat pembangunan lokal (Asia), yang terkait dengan budaya. Masyarakat etnik Cina yang secara luas berada di seluruh daerah dan telah membentuk jaringan ekonomi dan sosial antar mereka, keberadaan ini merupakan salah satu pilar kelembagaan mikro dari proses pembangunan, yang memfasilitasi inovasi-inovasi secara organisasional, dan kajian-kajian teknologi di dalam negeri, jaringan tersebut lebih penting dari kewarganegaraan dan perbedaan budaya.24

Dalam integrasi pasar dikenal adanya standar evaluasi statis atas kriteria terhadap penciptaan pasar dan pengalihan pasar. Penciptaan pasar terjadi ketika keadaan umum hambatan-hambatan eksternal dan internal perdagangan bebas terarah pada perubahan produksi dari harga produksi tinggi ke rendah di tiap negara anggota. Misalnya, sebelum integrasi pasar, negara A dan B penghasil produk tekstil untuk pasar lokal. Negara A boleh jadi lebih rendah biaya produksinya, tetapi kemudian di ekspor ke negara B dengan tarif yang tinggi. Apabila negara A dan B membentuk sebuah Customs Union dengan menghilangkan segala hambatan pada internal pasar, produksi negara lebih efisien sebagai pembentuk pasar. 25

Di Cina, berinvestasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:26

1. Perusahaan yang sepenuhnya dimilki oleh pihak asing ( A Wholly Foreign Owned Enterprises).

2. Kerjasama dalam permodalan ( An Equity Joint Venture).

3. Kerjasama dalam menjalankan bisnis ( A Corporative Joint Venture).

24

Ibid., hal. 139.

25

Michael P. Todaro, Economic Development, (England: Addison Wesley Longman Limited, 1997), hal. 482.

26

(42)

Dalam konteks pembaharuan hukum di era AFTA 2003 upaya untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum di Indonesia semakin penting untuk dikaji. Oleh karena itu, kebijaksanaan pembaharuan hukum di Indonesia dalam era AFTA hendaknya berorientasi kepada jaminan dan kepastian hukum sesuai dengan ketentuan AFTA. Di samping itu, yang harus menjadi perhatian dalam pembaharuan hukum itu, adalah sarana yang dapat memperlancarnya jalan perekonomian. Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat ekonomi, yaitu stabilitas (stability), prediksi (predictability), keadilan (fairness), pendidikan (education), dan pengembangan khusus dari sarjana hukum (the special development abilities of the lawyer).27 Selanjutnya Burg’s mengemukakan unsur pertama dan kedua di atas ini merupakan persyaratan supaya sistem ekonomi berfungsi. Di sini stabilitas berfungsi untuk megakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Sedangkan prediksi merupakan kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan ekonomi suatu negara. Hal ini sesuai dengan J. D. Ny. Hart yang juga mengemukakan konsep hukum sebagai dasar pembangunan ekonomi seperti, predictability, procedural capability, codification of goals, aducation, balance, defenition and clarity of status serta

27

(43)

accomodation.28 Dengan mengacu pada pendekatan hukum dalam pembangunan ekonomi tadi, maka hukum harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:29

Pertama, hukum harus dapat membuat prediksi (predictability), yaitu

apakah hukum itu dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi pelaku dalam memprediksi kegiatan apa yang dilakukan untuk proyeksi pengembangan ekonomi. Kedua, hukum mempunyai kemampuan prosedural (procedural capability) dalam penyelesaian sengketa. Misalnya dalam mengatur peradilan

tribunal (court of administrative tribunal), penyelesaian sengketa diluar pengadilan (alternative dispute resolution) dan sengketa. Ketiga, pembuatan, pengkodifikasian hukum (codification of goals) oleh pembuat hukum bertujuan untuk pembangunan Negara. Keempat, hukum setelah mempunyai keabsahan, agar mempunyai kemampuan maka harus dibuat pendidikannya (education) dan selanjutnya disosialisasikan. Kelima, hukum itu dapat berperan menciptakan keseimbangan (balance). Karena hal ini berkaitan dengan inisiatif pembangunan ekonomi. Keenam, hukum itu berperan dalam menentukan defenisi dan status yang jelas bagi kepentingan individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. Terakhir, tidak kalah pentingnya dan harus ada dalam pendekatan hukum sebagai dasar pembangunan adalah unsur stabilitas.

Gejala multinational corporation ini begitu kuatnya dirasakan oleh para ekonom dari Negara-negara Barat sendiri, sehingga sulit bagi kita untuk mengenyampingkannya begitu saja. Sebenarnya tidak diketahui secara pasti berapa persen dari PMA yang memasuki Indonesia yang masuk kategori raksasa.

28

Bismar Nasution, Implikasi AFTA Terhadap Kegiatan Investasi Dan Hukum Investasi

Indonesia, Digilib PPS USU, 18 Maret 2010.

(44)

Tetapi diduga bahwa persentase ini memang setinggi yang diduga Dr. Panglaykim mengingat bahwa operasi raksasa ini mengambil berbagai bentuk, mulai dari direct investment, contracts, atau licenses, hingga production sharing guaranted

demand contracts, technical assistance, atau portfolio capital, suatu range PMA

yang cukup wah dan bervariasi.30

Berdasarkan data yang ada betapa PMA Amerika Serikat yang berbentuk multinational corporation meningkat dengan cepatnya di Asia dan

Afrika-kenaikan sebesar 90,36 persen dalam 10 tahun. Trend ini nampak pula untuk PMA dari Jepang dan Negara-negara di Eropa Barat. Melihat semua data yang secara sederhana tersebut, bisa kita duga bahwa:31

1. Derasnya arus masuk PMA dari berbagai Negara ke Indonesia, terutama dari USA, Jepang, dan Eropa Barat, banyak hubungannya dengan perkembangan-perkembangan yang tepat dari multinational corporation di Negara-negara tersebut; dan

2. Mengingat operasi perusahaan-perusahaan itu bisa mengambil berbagai variasi bisa diduga bahwa persentase PMA yang dikuasai oleh perusahaan besar dan mungkin akan terus bertambah terutama dengan semakin banyaknya merger di antara perusahaan-perusahaan dari blok barat.

Berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan kerjasama (joint-venture) yang dilakukan antara modal asing dengan modal nasional. Dimulai

sejak permulaan suatu usaha kerjasama sampai pada pengelolaan perusahaan. Hal yang perlu dipahami oleh para pihak khususnya pemodal nasional bahwa kerjasama (joint venture) yang dilakukan antara modal dilihat dari segi ekonomi adalah perimbangan modal kedua belah pihak, pembagian kepentingan, pembagian kerja (manajemen), masalah alih tekhnologi (know-how) serta masalah

30

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 12.

31

(45)

Indonesianisasi. Ketiga aspek atau segi mendasar harus diperhatikan oleh kedua belah pihak bilamana akan melaksanakan suatu usaha kerjasama (joint venture) dalam bentuk usaha patungan dengan mempertimbangkan adanya conflict of interest ataupun baik buruknya suatu penanaman modal asing bagi negara sedang

berkembang.

2. Kerangka Konsepsi

Untuk menghindari perbedaan penafsiran tentang konsep-konsep hukum yang dipergunakan dalam tesis ini, defenisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Pasar bebas adalah kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu Negara asal (country of origin) yang melintasi perbatasan menuju suatu Negara tujuan

(country of destination) yang dilakukan oleh perusahaan multinational

corporation (MNC) untuk melakukan perpindahan barang dan jasa,

perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi (pabrik) dan perpindahan merk dagang.32

2. AFTA (Asean Free Trade Area) adalah organisasi kerjasama ekonomi perdagangan regional yang anggotanya terdiri atas sepuluh Negara ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, yang bertujuan meningkatkan arus/kegiatan perdagangan dan mendorong masing-masing Negara anggota untuk mengadakan spesialisasi dinamis, mendorong

32

(46)

peningkatan investasi, peningkatan employment, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.33

3. Iklim usaha adalah koridor kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap memperhatikan kestabilan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) yang mengedepankan kepastian dan penegakan hukum.34

4. Free Trade Area adalah suatu organisasi ekonomi internasional yang

berupaya secara bertahap menghapuskan semua tarif-tarif internal dan pembatasan kuantitatif, termasuk penghapusan rintangan atau hambatan kuota perdagangan terhadap negara-negara anggota lainnya, dan setiap negara dalam kawasan perdagangan bebas ini tetap memiliki kebebasan untuk mengenakan tarif terhadap produk-produk yang berasal dari negara ketiga (non-anggota).35

5. Perusahaan multinasional adalah sekelompok perusahaan dari berbagai negara yang tergabung menjadi satu oleh ikatan pemilikan bersama dan tanggap terhadap satu strategi manajemen bersama, menjalankan keseluruhan usaha dan operasinya dalam bentuk suatu strategi dunia yang terkoordinasi mulai dari pembelian bahan baku, produksi, pemasaran, riset, dan development, pengembangan teknologi, modal yang siap pakai

33

Hamdy Hadi, Ekonomi Internasional-Teori dan Kebijakan Perdagangan Nasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 97.

34

Sentosa Sembiring, Op-Cit., hal. 420. 35

(47)

dalam usahanya mencapai sasaran pertumbuhan perusahaan jangka panjang.36

6. Perjanjian (Agreement) adalah suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu instrument tunggal atau berupa dua atau lebih instrument yang saling berkaitan tanpa memandang apapun juga namanya.37

7. Makro Struktur Sistem Internasional adalah suatu situasi global dimana terdapat pertemuan kepentingan yang dituangkan dalam politik luar negeri bangsa-bangsa dunia.

8. CAFTA adalah bentuk kerjasama negara-negara ASEAN dengan Cina di bidang perdagangan yang dilakukan berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabel dengan mengedepankan keutuhan dan kedaulatan masing-masing negara anggota.

9. Industri nasional adalah pilar-pilar perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang disingkat dengan UUD 1945 melalui satuan unit-unit usaha baik itu dengan keberadaan usaha swasta ataupun koperasi yang mempunyai peran yang menentukan dalam palaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang perekonomian.38

36

Aminuddin Ilmar,Op-Cit., hal.12. 37

I Wayan Parthiana, Hukum perjanjian Internasional Bagian 1, (Bandung: Mandar Maju, 2002), hal. 12.

38

Gambar

Tabel 2 Hubungan sasaran pembangunan dan instrumen kebijakan
Tabel 3 Kerjasama Industri ASEAN yang telah terlaksana

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian, pengamatan dan informasi yang penulis dapatkan, dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor dan pelayanan terhadap wajib pajak kendaraan

Pada penelitian ini penulis akan menganalisis tentang sikap pengguna dalam penerimaan sistem transaksi online dalam hal ini adalah penerimaan terhadap website

Jika mata uang suatu negara melemah, harga produk negara tersebut menjadi lebih menarik bagi konsumen asing, dan beberapa perusahaan asing akan menurunkan harga

Berkaitan dengan penelitian ini, yang menjadi permasalahan secara konseptual adalah bahwa di satu sisi dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan

28 Bár az írást eredetileg a szász politikai eliten belül hosszú hónapok óta dúló harc egyik állomásának szánta, s mindenekelőtt a kormány által régóta beígért

Pengujian ini ditujukan untuk melihat dan menentukan dinamika temperatur air dalam PATS, mengetahui temperatur air maksimum yang dapat dicapai serta untuk

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah merancang dan membangun suatu sistem kontrol otomatis menggunakan smartphone berbasis android dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan