• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN INDUSTRI NASIONAL DALAM

C. Daya Saing Rendah

Kinerja ekonomi mikro Indonesia mengalami perbaikan sejak tahun 2000, ditopang oleh penurunan laju inflasi, suku bunga, dan menguatnya nilai rupiah setidaknya 5.6% tahun 2005, kendati belum mampu memecahkan masalah pengangguran, angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun selama enam tahun terakhir, yakni 4.6%. rekor ini jauh di atas pertumbuhan ekonomi per tahun selama enam tahun terakhir, yakni 4.6%. melihat

172

pertumbuhan ekonomi tahun 1999 dan 1998, yang masing-masing hanya 0.79% & dan-31%.173

Kebijakan industri, selama pemerintahan Pak Harto yang lebih dekat dengan istilah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), menitikberatkan pada : (1). Industri-industri yang menghasilkan devisa dengan cara memproduksi barang-barang substitusi impor; (2). Industri-industri yang memproses bahan- bahan mentah (industri dasar) dalam negeri dalam jumlah besar; (3). Industri- industri padat karya; serta (4). Perusahaan-perusahaan negara untuk tujuan strategis dan politis. Negara telah terlibat dalam industri-industri manufaktur sebagai investor, pemilik, pengatur, dan pihak yang membiayai. Kendati demikian, interpretasi neoliberal tentang Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan industri dinilai tidak koheren karena dibayangai rent seeking serta tidak relevan dengan pembangunan dan keberhasilan ekspor Indonesia, yang pada periode kepemimpinan berikutnya menjadi periode rehabilitasi dan stabilisasi.174

Menurut pandangan Hill, bahwa Indonesia menempuh kebijakan intervensi industri yang salah arah. Dikarenakan sektor perusahaan besar milik negara secara tidak efisien menggunakan sumber daya yang seharusnya dapat digunakan dengan lebih produktif di tempat lain; komitmen yang besar terhadap industri berteknologi tinggi (walaupun tidak transparan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan), sementara perluasan industri-industri dasar dan jasa- jasa pendukung mengalami kekurangan sumber daya; sistem peraturan dan perizinan yang berbelit-belit dan seolah-olah dirancang untuk mencapai tujuan

173

Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia, Op.Cit., hal. 408. 174

nasional; serta program pengembangan perusahaan-perusahaan kecil dan program subkontrak yang diwajibkan selama lebih dari 20 tahun telah mengakibatkan dampak yang kecil dalam efisiensi atau pemerataan.175

Di Indonesia, menurut data dari BPS, terdapat 109 juta angkatan kerja. Bila penganggur baik yang menganggur terbuka maupun penganggur yang tidak terbuka berjumlah 30%, sedangkan mereka yang bekerja di sektor formal, yakni mereka yang bekerja sebagai pegawai kantoran ataupun pabrik-pabrik mencapai 30%, mereka yang bekerja di bidang usaha UMKM dan koperasi adalah sebanyak 40% atau sebanyak 43.5 juta orang. Jumlah ini hampir sama dengan angka jumlah unit usaha kecil yang dikeluarkan oleh Menteri Koperasi dan UKM menurut sektor tahun 1997-2000 dengan data yang dikeluarkan oleh BPS, yakni sebesar 39.1 juta orang.176

Berdasarka Annual Report ASEAN mengenai integrasi dan kerjasama ekonomi mencakup hal perdagangan, investasi, jasa, pariwisata, industri, usaha kecil dan menengah, dan Hak Intelektual.177

1. Perdagangan

Pelaksanaan AFTA melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT), yaitu berupa penurunan tariff beberapa komoditi tertentu secara bersamaan sampai mencapai tingkat 0-5%, dimana penurunan tariff tersebut dilakukan secara

175

Ibid., hal. 421.

176

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: RajaGrafindo persada, 2007), hal.147.

177

Annual Report ASEAN 2002—2003. www.digilib.usu.ac.id. Diakses pada 20 Mei 2010.

bertahap, hingga mencapai perdagangan bebas untuk seluruh komoditi setelah 15 tahun.178

Kerangka CEPT tersebut adalah sebagai berikut: a. ketentuan Umum

(1). Semua negara anggota ASEAN ikut serta dalam skema CEPT.

(2). Produk-produk yang dimasukkan ke dalam skema CEPT berdasarkan pendekatan sektoral pada tingkat 6 digit Harmonized system.

(3). Bagi negara-negara yang belum siap memasukkan produk-produk tertentu ke dalam skema CEPT, pengecualian dapat dilakukan pada tingkat 8 atau 9 digit Harmonized system dan bersifat sementara.

(4). Produk-produk yangd ianggap sensitif oleh negara-negara anggota dikeluarkan dari skema CEPT dan tidak diberikan konsesi dalam rangka CEPT berupa penurunan tarif (NTB), dan lain-lain. Setelah delapan tahun, produk yang dikeluarkan tersebut ditinjau kembali untuk ditetapkan apakah masuk skema CEPT atau dikeluarkan secara permanen. Ketentuan tersebut merupakan pelaksanaan prinsip.

(5). Suatu produk CEPT harus memenuhi kandungan lokal (local content) paling sedikit 40%.

(6). Produk-produk dari skema Tarif Preferensi (ASEAN PTA) setelah digunakan Margin of Tarif Preference (MOP) sehingga tarif efektifnya menjadi 20% atau lebih rendah, dialihkan masuk skema CEPT. Bagi

178

Bismar Nasution. Implikasi AFTA Terhadap Kegiatan Investasi Dan Hukum Investasi

produk ASEAN PTA yang belum memenuhi ketentuan tersebut, tetap menikmati MOP yang berlaku.

Produk CEPT meliputi seluruh jenis produk industri, termasuk barang modal, produk olahan hasil pertanian, dan produk-produk lainnya yang tidak termasuk defenisi produk pertanian dan jasa.

Setidaknya arah ASEAN ke depan adalah memberdayakan sumber daya alam, tumbuh dan berkembang dan layak dieksploitasi dalam pemenuhan hajat hidup orang banyak dan meningkatkan kesejahtaraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Investasi

Sejauh ini telah didakan berbagai MoU dengan negara lain seperti Cina dan ASEAN mengenai kebutuhan pertukaran statistik investasi dan konsultasi dalam hal investor dan perangkat hukum yang ada. Data tersebut secara komprehensif dan dipublikasikan dan menjadi perbandingan dan masukan untuk FDI ke depan.

Secara formal dan legalistis, apabila suatu perjanjian mengatur hal-hal yang pokok saja, maka mengikatnya pada hal-hal yang pokok saja. Atau jika suatu perjanjian hanya berlaku untuk jangka waktu tertentu, maka mengikatnya pun hanya untuk jangka waktu tertentu juga, para pihak tidak dapat dipaksakan untuk membuat perjanjian yang lebih rinci sebagai tindak lanjut dari MoU (Memorandum of Understanding). Paling tidak, selama jangka waktu perjanjian

masih berlangsung, para pihak tidak dapat membuat perjanjian yang sama dengan pihak lain.179

3. jasa

Telah direncanakan berbagai meta plan seperti sektor-sektor khusus dan umum yang dilakukan melalui negosiasi yang saling menguntungkan masing- masing negara. Dimulai dari tahun 2002, Desember 2004, dan pada pertemuan Menteri sekawasan ASEAN.

4. Pariwisata

Tahun 2001, ASEAN barada pada posisi negatif bila dilihat tahun 2000. Direncanakan pada tahun 2002 di Phnompenh yaitu sebagai berikut:

a. membuat langkah dan kerja sama yang efisien, mampu menarik minat da kompetitif dengan memfasilitasi perjalanan wisata di ASEAN.

b. Keamanan bagi wisatawan dan pelayanan selama berperjalanan.

c. Mengurangi resiko perdagangan disaat perjalanan wisatawan baik itu kawasan ASEAN.

d. Mendukung langkah-langkah menuju perkembangan ASEAN dalam hal menjaga kekhasan budaya dan benda-benda bersejarah, dan pembangunan fasilitas pariwisata secara bertahap.

e. Penciptaan iklim yang baik sehingga adanya kondisi saling menguntungkan bagi perkembangan SDM.

179

H. Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU), (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 56.

5. Industri

Sejak tahun 1996, The ASEAN Industrial Cooperation (AICO) bertujuan untuk mempromosikan produk unggulan, baik itu alam ataupun industri. Berikut adalah kerjasama industri ASEAN yang telah terlaksana.180

Tabel 3

Kerjasama Industri ASEAN yang telah terlaksana

Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand Vietnam Indonesia,

Malaysia, Philipina, Thailand Indonesia 11 11 18 Malaysia 11 14 23 1 Philipina 11 14 22 Singapura 2 1 Thailand 18 23 22 2 Vietnam 1 1 Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand 1 Total 40 49 47 3 65 2 1 Sumber: Status Update of The IAI Work Plan I (2002-2008)

Dalam pelaksanaanya, sektor industri terlebih dahulu harus memperhatikan aspek operasional dan teleologi sehingga bisa menghindari titik eror dan dengan ide yang terencana dengan baik, terdefenisikan, ke arah hasil yang jelas dalam persfektif pasar yang murni yang bisa menghindari kesalahan baik itu teori ataupun lebih besar pada sistem pengendalian pemerintahan.181

David McCord Wright, menyebutkan:

”The reason is that nearly all forms of comprehensive government control are advocated in order to introduce into economic policy, and the calculus of economic choice, various ‘social’ values and aims which the privat market

180

Status Update of The IAI Work Plan I (2002-2008).www.digilib.usu.ac.id.diakses pada 20 Mei 2010.

181

David McCord Wright, Money, Trade, and Economic Growth, (New York: Macmilan Company, 1951), hal. 6.

omitted security, for example, or the ‘sense participation’, or more ‘cultured beauty’, or , in the less idyllic case, national glory, racial purity, strength through joy, and so on. Thus, in most cases, the preference scale upon which resources are allocated will, for better or worse, be designedly an deliberately different in the case of the private market. It is only a very provincial and unimaginative type of Anglo American socialist who would consider that the aim of comprehensive government control was necessarily merely to implement or approximate the results of a ‘pure’ private market under an ‘ideal’ distribution of wealth.”182

Lama sebelum Adam Smith pada tahun 1776 menulis, An inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nations (Pertanyaan Tentang Sifat dan Penyebab Kekayaan Bangsa-bangsa), telahlah berselisih pendapat tentang jalan tersingkat dan terlangsung menuju kemakmuran. Meskipun demikian, ciri penting yang mempengaruhi pertumbuhan global : (1). Kadar kompetisi dalam negeri, dan terutama untuk Negara berkembang, kadar keterbukaan Negara terhadap perdagangan dan integrasinya dengan Negara lain; (2). Mutu dari institusi-institusi suatu negara yang membuat ekonomi beroperasi; dan (3). Keberhasilan para pembuat kebijakan suatu negara dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan guna mencapai stabilitas makro ekonomi.183

Dalam tahapan pemeriksaan lebih lanjut ada beberapa persamaan pandangan yang terlihat antara Smith dan Friedman mengenai belanja negara dalam bentuk program kerja harusnya melalui dua istilah dalam esei smith menjadi sebuah pendahuluan permasalahan yang vital dalam menetapkan bagaimana fungsi stabilitas diterapkan pada kebijakan fiskal dan moneter.184

Diktum pertama menyebutkan bahwa pendapat konvensional mengenai investasi publik didanai dari pinjaman pajak sepertinya tidak tepat, sebagaimana

182

Ibid.

183

Alan Greenspan, Abad Prahara-Ramalan Kehancuran Ekonomi Dunia Abad ke-21,

Op.Cit., hal. 254.

184

pendapat pinjaman dibuat untuk bisnis privat oleh pemerintah sebagai pembiayaan keuangan daripada penggunaan pajak.

Lebih lanjut lagi untuk diktum yang kedua yang berlaku pada opini fashions. Diktum kedua mengenai perlunya akumulasi sedini mungkin penyebab deflasi, meski terjadi pertambahan penduduk yang berpengaruh pada anggaran belanja dan pajak yang harus dikurangi. Situasi budgetter akan sama halnya jika cadangan tidak pernah diakumulasikan.

6. Usaha Kecil dan Menengah

UMKM adalah sektor yang kompetitif dalam menambah pendapatan; merekrut tenaga kerja dan mampu menyeimbangkan distribusi dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, usaha kecil diberikan hak khusus dalam hal pemasaran, dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya yang tidak mensyaratkan adanya fasilitas pemeliharaan/perbaikan yang memerlukan investasi tersendiri.

Pola lainnya adalah usaha besar dan usaha kecil dapat berlangsung dalam bentuk kerja sama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan usaha menengah atau usaha menengah atau usaha besar yang bersangkutan.

7. Hak Milik Intelektual

Hal ini berkenaan dengan penciptaan tekhnologi baru, telekomunikasi, transportasi, biotekhnologi, kesehatan, farmasi, dan keilmuan baru lainnya. Sejauh ini kerja sama dilakukan sejak tahun 2001, 2002, 2003, 2004, baik itu penciptaan kesempatan kerja dan akses pasar.

133

Adapun mengukur arus perdagangan dalam persfektif Post Keynesian adalah teori agregat permintaan, jumlah konsumsi dan investasi, belanja negara, ekspor, impor, dan pajak tidak langsung. Acuan yang lain adalah pergerakan kavital, bank yang mengakses pemerintah dan bank yang mengakses publik.185 Dalam hal ini, perlu diketahui terlebih dahulu data kurs sebelumnya, penggunaan dolar di pasar spot, struktur pasar spot, likuiditas pasar spot, transaksi berjangka, karakteristik bank dan selisih kurs beli dan kurs jual bank.186

185

Philip. A., Post Keynesian Monetary Economics, (England: Edward Elgar Publishing Ltd, 1988), hal. 77.

186

Jeff Madura, Keuangan Perusahaan Internasional, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 78.

Dokumen terkait