• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN INDUSTRI NASIONAL DALAM

B. Iklim Investasi dan Iklim Usaha Tidak Kondusif

Istilah “transaksi bisnis internasional” mencakup semua transaksi atau hubungan ekonomi di mana tidak semua pihak yang terlibat berasal dari suatu Negara, dimana dapat digolongkan dalam tiga bagian : (1). Jual-beli barang lintas perbatasan; (2). Memberi lisensi produksi di luar negeri; (3). Penanaman modal asing secara langsung.161

Iklim usaha, iklim investasi, peluang, dan kesempatan berusaha, perlu mendapat perlindungan hukum. Dunia bisnis memerlukan kepastian hukum, agar mampu melakukan transaksi-transaksi bisnis yang mengandung risiko berat, yang mengikat untuk jangka waktu tertentu. Untuk keperluan itu, dunia bisnis memerlukan perangkat hukum berupa undang-undang beserta peraturan-peraturan

160

Amirizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, Teori dan

Praktik, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 48.

161

pelaksanaannya dan petunjuk-petunjuk teknisnya, yang memberi rambu-rambu untuk menunjukkan boleh tidaknya suatu tindakan.162

Suatu jual-beli barang melintasi perbatasan Negara melibatkan banya profil khusus ketika barang itu diperjual-belikan di dalam suatu Negara (yaitu jual-beli dalam negeri, tanpa melintasi perbatasan Negara), melibatkan dua bahasa-tidak saja hanya lisan tetapi juga bahasa bisnis”.163

1. Istilah Dagang-FOB & CIF

Selama beberapa abad sistem hukum nasional satu Negara sudah mengembangkan defenisi istilah-istilah dagang yang dipakai oleh suatu Negara. Termasuk “Free on Board”, sering disebut singkatannya FOB dan CIF (asalnya dimasukkan “cost-biaya, Insurance-asuransi, dan freight-muatan). Tujuan dari istilah ini adalah untuk mengidentifikasikan tanpa harus menyebutkannya secara rinci dalam kontrak jual-beli, yang mana diantara para pihak itu ada yang bertanggung jawab untuk pembayaran pengapalan barangnya, kapan kepemilikan barang itu beralih dari penjual kepada pembeli, yang mana diantara para pihak yang bertanggung jawab atas pembelian asuransi untuk meliput kemungkinan hilang atau kerusakan di saat dialihkan dari penjual kepada pembeli, dan sebaginya.

Untuk memeperoleh keseragaman dalam “bahasa bisnis”, maka diciptakan seperangkat istilah dagang multilateral yang terpisah. Pada kenyataannya, beberapa upaya serupa sudah dilakukan selama abad

162

Amirizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia, Teori dan

Praktik,Op. Cit., hal. 70-76.

163

ini. Perangkat istilah dagang yang dominan sekarang dipergunakan di banyak Negara adalah INCOTERMS yang disusun oleh Kamar Dagang Internasional (ICC-International Chamber of Commerce), versi INCOTERMS yang paling baru disahkan pada tahun 2000.

Istilah INCOTERMS yang paling luas dipergunaan adalah FOB dan CIF. Menurut FOB (incoterms 2000), Penjual hanya bertanggung jawab atas pengiriman barang sampai ke pelabuhan pengiriman dan (dalam hal pengiriman melalui laut) meletakkannya di atas kapal. Pembeli bertanggung jawab untuk semua biaya dan resiko setelah titik tersebut. Menurut CIF (Incoterms 2000), pembeli bertanggung jawab atas pengiriman barang selama perjalanan hingga pelabuhan tujuan, dan atas pengasuransian barang selama pengapalan laut.164

2. Pilihan hukum, Perselisihan Hukum, dan CISG

CISG (United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods) mencerminkan pandangan dari banyak pakar internasional dalam bidang hukum dagang dan mengambil dari pengalaman banyak system hukum yang berbeda. CISG ini diberlakukan apabila para pihak dalam suatu kontrak jual-beli barang mempunyai domisili bisnis utama di dua Negara yang berbeda (bila kedua Negara itu sudah menerima dan mengakui CISG), terkecuali para pihak “memilih keluar” dari peraturan CISG dengan menyatakan sistem hukum lain dalam ketentuan pilihan hukum yang jelas di dalam

164

kontrak. Sejalan dengan semakin luasnya CISG terterima, maka semakin banyak pula kontrak jual-beli internasional sebagaimana diatur dalam CISG.

Dalam CISG mencakup pula peraturan rinci tentang perumusan kontrak (yaitu, peristiwa apa yang harus terjadi sebelum kontrak dianggap final), pengintrepretasian kontrak sebagaimana melaksanakan kata-kata dalam kontrak bila kata-kata itu sendiri kabur atau tidak konsisten antara satu dengan yang lain), tanggung jawab penjual yaitu untuk mengirimkan barang yang sesuai dalam waktu yang tepat dan pada waktu yang tepat, tanggung jawab pembeli disaat menerima barang dan membayarnya, dan perbaikan/jalan keluar/ganti rugi bagi salah satu pihak dalam hal terjadi ingkar kontrak oleh pihak lainnya.

3. Pilihan Forum dan Metode Penyelesaian Sengketa

Klausul pilihan forum dan metode penyelesaian sengketa dalam kontrak jual-beli internasional merupakan hal yang penting karena klausul kontrak menetapkan secara tertulis apa yang diinginkan para pihak mengenai “forum” di mana setiap sengketa harus diajukan. Biasanya pengadilan akan menolak menerima gugatan yang kelak diajukan oleh perusahaan tentang apakah komoditi perdagangan memenuhi spesifikasi yang diminta dalam kontrak.165

165

Secara prosedur hal ini akan terjadi dalam salah satu dari dua cara. Pertama, para pihak mungkin sudah menetapkan dalam kontrak mereka bahwa sengketa akan diselesaikan melalui arbitrase. Sebagai alternatifnya, para pihak mungkin balum melakukannya namun dapat memutuskan, begitu sengketa tertentu timbul, akan menanda tangani perjanjian arbitrase terpisah yang mengarahkan sengketa ke pengadilan arbitrase.

Arbitrase dagang Internasional di dukung dengan dirumuskannya beberapa perangkat peraturan dan beberapa lembaga yang pada kenyataannya melaksanakan arbitrase atau menyediakan para pakar yang akan bertindak sebagai arbitrators. Satu perangkat peraturan tersebut adalah UNCITRAL, sebuah komisi yang diasosiasikan dengan PBB dan bertanggung jawab mengembangkan hukum dagang internasional. Di samping itu, kamar dagang Internasional mempunyai perangkat peraturan sendiri dan disediakan untuk memberikan jasa arbitrase kepada bisnis internasional.

4. Ketentuan Pembayaran

Penjual dan pembeli dalam transaksi dagang internasional dapat memperkecil resiko yang biasanya menghadapi resiko keuangan dengan merumuskan apa yang disebut “transaksi jual-beli internasional berdokumen,” memakai bill of lading yang dapat diperjual-belikan, dengan pembayaran berdasar surat kredit yang dikonfirmasikan. Dalam transaksi demikian, bank bertindak sebagai perantara di antara

kedua pihak, memberi fasilitas pembayaran harga beli. Salah satu dari dokumen ini, surat muatan kapal mewakili hak atas barang. Ketika seorang penjual mengapalkan barang, penjual menerima dari perusahaan pengapalan sebuah surat muatan kapal, penjual menyerahkannya dengan beberapa dokumen lain yang dibutuhkan kepada sebuah bank di Negara asal penjual. Berdasar perjanjian yang dibuat oleh bank itu, bank yang mengkonfirmasi itu segera membayar kepada penjual jumlah harga beli barang itu. Dokumen dan pembayaran dialirkan dari bank yang menerbitkan kepada pembeli, yang kemudian menyerahkannya surat muatan kapal kepada perusahaan pengapalan sebagai ganti menerima barang tersebut di pelabuhan tujuan.166

5. GATT dan WTO

Mengutip paragraf berikut:

In brief the function of this institutions of private law is to render effective the individual’s preference in certain areas. It is therefore clear why in this sphere the law threats the mental factors of, say, mistake, ignorance of the nature of transaction, undue influence, or inanity as inval, dating such civil transaction entered into under such conditions will not represent a real choice; the individual, might have chosen one course of events and by the transaction procured another (cases of misteke, ignorance, etc), or he might have chosen to enter the transaction without coolly and calmly thinking out what he want, or he might have been subjected to the threats of another who had imposed his choice.

Pendek kata, institusi dari hukum perdata berfungsi membuat efektif pilihan individu dalam bidang tertentu. Hal ini menjadi jelas mengapa

166

dalam bagian ini hukum membicarakan tentang faktor mental sampai, ucapan, kesalahan, kealfaan menjadi suatu yang alami. Tidak semestinya mempengaruhi memasuki kondisi menunjukkan sebuah pilihan yang sebenarnya; individu akan memilih dan mendapatkan berhentinya kekeliruan dan kealfaan.

Dalam ketentuan umum, diatur prinsip-prinsip GATT, antara lain:167 1. Most favoured nations treatment (non-discrimination)

2. Protection through specific commitment (termasuk market acces,

national treatment dan additional commitment); 3. Transparansi;

4. Peningkatan partisipasi Negara berkembang; 5. Integrasi ekonomi;

6. Liberalisasi bertahap; dan 7. Keadaan darurat.

Persetujuan multilateral yang dihasilkan putaran Uruguay terdiri dari multilateral trade agreement dan plurilateral trade agreements. Selanjutnya adalah hasil pertemuan tingkat menteri tentang pengesahan hasil-hasil perundingan perdagangan multilateral putaran Uruguay yang merupakan paket peraturan/hukum, yaitu “The Results of The Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations Legal Tests” sebagai berikut:168

a. Marrakesh Declaration

Merupakan pernyataan dari 124 negara yang hadir dalam pertemuan tingkat menteri di Marrakesh, Maroko pada tanggal 12-15 April 1994, di mana antara lain menetapkan “to bulid upon the success of the Uruguay Round through the participation of their economics in the world trading

167

Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 184.

168

system, based upon market oriented policies and the commitments set in the Uruguay Round Agreements and decisions”.

b. Final Act Embodying the Results of the Uruguay Round of Multilateral

Trade negotiations.

Dalam “final act” disebutkan persetujuan pembentukan World Trade Organization (WTO Agreement). Keputusan dan deklarasi para Menteri (Ministerial Declaration and Decisions), dan pengertian mengenai komitmen dalam Jasa Keuangan (Understanding on Commitments in Financial Services) yang dilampirkan dalam final act merupakan hasil perundingan dan menjadikannya bagian integral dari final act. Dengan menanda tangani final act, peserta perundingan sepakat menyampaikan WTO Agreement kepada pihak yang berwenang di Negara masing-masing guna memperoleh persetujuan dan menyetujui semua keputusan dan deklarasi para menteri. Disebutkan pula bahwa saat berlakunya persetujuan pembentukan World Trade Organization adalah pada 1 januari 1995.

c. Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization

Persetujuan ini mencakup Multilateral Trade Agreement yang terdiri dari annex satu, dua, dan tiga serta Plurilateral Trade Agreement, yaitu annex empat, dengan rincian sebagai berikut.169

1). Annex 1A: Multilateral Trade in Goods

169

a). General Agreements on Tarriff and Trade 1994 (yang terdiri dari beberapa “understanding” dari beberapa artikel GATT 1994 yaitu interpretasi dari Artikel II, 1(6), artikel XVIII, dan Marrakesh Protocol to the GATT 1994).

b). Agreement on Agriculture

c). Agreement on the Application of Sanitary and Phytoosanitary Measures

d). Agreements on Textiles and Clothing e). Agreement on Technical Barriers to Trade

f). Agreement on Trade Related Investment measures/TRIMs

g). Agreement on implementation of Article VI of the GATT 1994 (mengenai anti dumping)

h). Agreement on implementation of Article VII of the GATT 1994 (mengenai customs valuation atau penilaian pabean)

i). agreement on Pre-shipment Inspection (mengenai pemeriksaan sebelum pengapalan)

j). Agreement of Rules of Origin (mengenai disiplin dalam tata niaga impor)

k). Agreement on import licensing procedures (mengenai disiplin tata niaga impor)

l). Agreement on subsidies and countervailing Measures (mengenai subsidi dan langkah-langkah mengatasinya)

2). Annex 1B : Agreement on trade and services (GATS)

3). Annex 1C : Agreement on Trade Related Intellectual Property Rights(TRIPs)

4) Annex 2 : Understanding on Rules and Procedures overning the Settlement of Disputes

5). Annex 3 : Trade Policy Review Mechanism (TRIM)

6). Annex 4 : Plurilateral Trade Agreements. Agreement on Trade in Civil aircraft; Agreement on Government Procurement; International dairy Agreements; International Bovine Meat Agreement.

d. Ministerial Decisions and Declarations Adopted by the Trade Negotiation Committee on 15 December 1993.

a). Decision on Measures in Favour of Least Developed Countries.

b). Declaration on the Contribution of The World Trade Organization to Achieving Greater Coherence in Global Economic Policy Making.

c). Decision on Notification Procedures;

Declaration on the Contribution of The World Trade Organization to Achieving Greater Coherence in Global Economic Policy Making.

d). Declaration on the Relationship of The World Trade Organization with the International monetery Fund.

e). Decision on Measures Concerning the Possible Negative Effects of the Reform Programe on Least Developed and Net Food Importing Developing Countries.

f). Decision Relating to the First Integration Under Article 2.6 of The Agreement on Textiles and Clothing.

g). Decision Relating to the Agreement on Technical Barriers to Trade: Decision on Proposed Understanding on WTO-ISO Standard Information System. Decision on Review of The ISO/IEC Information Centre Publication.

h).Decision and Declaration Relating to the Agreement on Implementation of Article VI of the GATT. Declaration on Dispute Settlemet Pursuant to the Agreement on Implementation of ArticleVI of the GATT 1994 of Part V of the Agreement on Subsidies on Countervailing Measures.

i). Decision of Relating to the Agreement on Implementation of Article VII of the GATT 1994; Decision regarding cases where customs Administration have Reasons to Doubt the Truth of Accuracy of The Declared Value. Decision of the Tezst Relating to Minimum Values and Imports by Soke Agents, Sale Distributors and Sales Concessions Aires. j). Decision Relating to the General Agreement on Trade in Services; Decision on Institutional Arrangement for the GATS, Decision on Certain Dispute Settlement Procedures for the GATS. Decision on Trade in Services and the Environment. Decision on Negotiation on Movement on Natural Persons. Decision on Financial Services. Decision on Negotiation on Maritime Transport Sevices. Decision on Negotiation on Basic, Telecommunications. Decisions on Professional Services.

k). Decision on Accession to the Agreement on Government Procurement. l). Decision on The Application under view of the Undrestanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes.

2. Ministerial Decision Adopted by Ministers at the Meeting of Trade Negotiation Committee in Marrakesh on 14 April 1994:170

a). Decision on Acceptance of and Accession to the Agreement Establishing The World Trade Organization.

b). Decision on Trader and Environment.

c). Decision on Organizational and Financial Consequencies Flowing From Implementation of the Agreement Establishing the WTO.

d). Decision on the Establishing of the Preparatory Committee for the World Trade Organization.

e). Understanding on Commitments in Financial Services yang diberlakukan bagi peserta perundingan Putaran Paraguay yang menyampaikan komitmen untuk jasa keuangan berdasarkan pendekatan alternatif sebagaimana terdapat dalam ketentuan pada Part III HATS, yaitu market acces, national treatment, dan additional commitment, selain teks peraturan tersebut sebelumnya, terdapat hasil perundingan akses pasar (market acces) barang di mana setiap Negara menyampaikan komitmen yang mengikat (binding commitment) untuk mengurangi atau menghapuskan hambatan tariff dan non-tarif untuk perdagangan barang. Komitmen dimaksud merupakan lampiran dari Marrakesh Protocol to the

170

GATT 1994. Dalam perdagangan jasa terdapat suatu komitmen awal (initial commitment) dalam liberalisasi perdagangan jasa (services). Komitmen-komitmen tersebut diacatat dalam “national scheadules” setiap Negara yang nerupakan bagian integral dari final act.

Pada Article XXIV diatur mengenai Territorial Application Frontier Traffic Customs Unions and Free Trade Areas.171

1). The Provisisions of The Agreement Shall Apply to the Metropolitan Customs Territories of The Contracting parties and to any other customs territories in the Contracting respect of which this Agreement has been accepted under Article XXVI or being is applied under Article XXXIV or pursuant to the Protocol of Provisional Application. (Ketentuan Perjanjian ini pada wilayah kepabean metropolitan dipergunakan sesuai dengan Article XXVI dan Article XXXIII atau mengikuti ketetapan Protokol yaitu berdasarkan hukum kontrak yang berlaku).

2). For the purpose of this Agreement a Customs Territory shall be Understood to mean any territory with respect to which separate tariffs or other regulations of Commercee are maintained for a substantial part of the Trade of such Territory with other territories. (Wilayah kepabeanan ini memudahkan dalam hal tarif ataupun regulasi perdagangan internasional sebagaimana tersebut dalam perjanjian satu wilayah kepabeanan dengan wilayah kepabeanan lainnya).

171

Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Perdagangan Internasional (GATT dan GSP), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hal. 65.

3). a. mempergunakan perjanjian ini berdasarkan kontrak dengan Negara yang berbatasan dalam hal fasilitas lalu lintas sektoral.

b. mempergunakan perjanjian ini berdasarkan perdagangan dengan wilayah bebas dari perjanjian oleh Negara yang berdampingan berdasarkan wilayah tidak dalam keadaan konflik.

4). Kontrak mengcounter keinginan dari perdagangan bebas melalui perjanjian integrasi ekonomi, yang memfasilitasi perdagangan antara wilayah anggota dan tidak meningkatkan rintangan pada perdagangan ataupun kontrak yang dibuat.

5). a. Pada wilayah Customs Union diarahkan pada tanggung jawab dan regulasi perdagangan lainnya dalam hal pengadaan institusi perdagangan.

b. Customs Union dan Free Trade Area merupakan rencana kerja dan penentuan jadwal berdasarkan jangka waktu yang beralasan.172

Dokumen terkait