• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Gizi Dengan Prestasi Akademik Anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Status Gizi Dengan Prestasi Akademik Anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI

KOTA MEDAN

Oleh:

TN BADIUZZAMAN BIN TUAN ISMAIL 070100301

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

KOTA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

TN BADIUZZAMAN BIN TUAN ISMAIL 070100301

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Status Gizi Dengan Prestasi Akademik Anak-anak Sekolah Dasar di

Kota Medan

Nama : Tn Badiuzzaman Bin Tuan Ismail NIM : 070100301

---

Pembimbing Dosen Penguji I

(dr. Evo Elidar Harahap, Sp Rad) ( dr. Shafrizal, Sp PD )

Dosen Penguji II

( dr. Mistar Ritongga, SpF )

Medan, 14 Desember 2009

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran

Dekan

(4)

ABSTRAK

Latar belakang : Upaya pembaikan gizi telah bermula sejak tahun enam puluhan

dan semakin berkembang hari demi hari. Tetapi sekarang, terdapat masalah

dimana asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat

memperihatinkan. Padahal, setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik

supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan kesehatan dan perkembangan

intelektual yang baik sehingga menjadi penerus bangsa yang unggul.

Tujuan : Dalam penelitian ini menguji pengaruh status gizi terhadap tingkat

pencapaian akademik terhadap anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan.

Metode : Penelitian deskriptiif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan

pengambilan data melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, umur dan nilai

prestasi akademik. Seramai 90 orang(36,29%) responden penelitian dari 248

orang siswa-siswi kelas 4,5 dan 6 diambil sebagai responden dengan metode

simple random sampling.

Hasil : Seramai 47 orang(55,2%) lelaki dan 43 orang(48,88%) perempuan telah

diambil sebagai responden menunjukkan tiada pengaruh berdasarkan uji

Chi-Square dengan membandingkan status gizi dengan nilai prestasi akademik dengan

hasil nilai (p = 0,488) berdasarkan tinggi badan menurut umur. Dengan

menggunakan nilai pembatasan (p < 0,05), hasil untuk penelitian ini adalah tiada

menunjukkan pengaruh yang signifikan status gizi terhadap prestasi akademik.

Kesimpulan : Rata-rata siswa-siswi dalam keadaan status nutrisi yang normal

mendapat nilai cemerlang yaitu 20 orang(22,22%). Tetapi responden yang

mempunyai status gizi kurang dan malnutrisi juga mendapat pencapaian yang

cemerlang dalam ujian akhir semester yaitu 11 orang gizi kurang (12,22%) dan

status malnutrisi dengan 1 orang(1,11%). Maka, tiada pengaruh antara status

nutrisi dengan tingkat pencapaian akademik anak-anak SD di Kota Medan

(5)

ABSTRACT

Background: Efforts to restore nutrition has been started since the sixties and

growing day by day. But now, there are issues where nutrition intake of children of primary school in some parts of Indonesia is very apprehensive. Yet, every day needs good nutrition to these children to have health growth and intellectual development of good to become a winning nation next.

Objectives: In this study there is there to test the influence of nutritional status on

academic achievement for students SD in Kota Medan.

Method: The study descriptive-analytic cross-sectional approach and data

acquisition through weight measurement, height, age and value of academic achievement. 90 people (36,29%) respondents from the 248 students of grade 4, 5 and 6 was taken as respondents by using simple random sampling method.

Results: 47 students (55.2%) men and 43 students (44.88%) women had been

taken as the respondents indicated no impact on Chi-Square test to compare the nutritional status of the value of academic achievement with the value (p = 0.488) for a count of nutritional status based on height by age. By using the restriction value (p <0.05), the results of this research is to show no significant influence of nutritional status on academic achievement.

Conclusion: Average students in a normal nutritional status and also received the

outstanding result in their study and no influence of nutritional status with a value of academic achievement students SD in Kota Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul “Pengaruh Status Gizi Dengan

Tingkat Pencapaan Akademik Anak-ank Sekolah Dasar Di Kota Medan”

disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Medan, peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

pembaca.

Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan

dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran USU.

2. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A (K) selaku Pembantu Dekan 1

Fakultas Kedokteran USU.

3. Dr Evo Elidar Harahap, SpRad selaku pembimbing penelitian dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak

membantu peneliti dalam menyelesaian studi.

5. Bapak Drs. Sumarno selaku kepala sekolah SD Swasta Muhammadiyah

03, Kota Medan dengan keikhlasan telah memberikan izin dalam

melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah

untuk memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti

(7)

7. Teman-teman mahasiswa Stambuk 2007 Fakultas Kedokteran USU yang

telah sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan dalam proses

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti masih menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca

sekalian.

Medan, 24 Nopember 2010

Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Definisi Gizi ... 5

2.2. Hubungan Pangan, Gizi dan Pembangunan Manusia Indonesia ... 6

2.3. Jenis-jenis Status Gizi ... 8

2.4. Metode Mengetahui Status Gizi ... 9

2.5. Jenis Parameter Status Gizi ... 9

2.6. Penilaian Status Gizi ... 11

2.7. Berat Badan Menurut Umur ... 16

2.8. Pengertian Belajar ... 17

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 27

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

3.3 Hipotesa ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Rancangan Penelitian ... 30

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5. Metode Analisis Data ... 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden ... 33

5.1.3. Pengukuran Antropometri ... 34

5.1.4. Nilai Prestasi ... 34

5.1.5. Hubungan Status Nutrisi Dengan Nilai(Tinggi) ... 35

5.2 Pembahasan ... 36

5.2.1. Karekteristik Responden ... 36

5.2.2. Status Nutrisi ... 36

5.2.3. Nilai Prestasi ... 37

5.2.4. Hubungan Status Nutrisi Dengan Nilai Prestasi ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi hasil penilaian IMT ... 13

3.1 Variabel dan definisi operasional ... 27

5.1 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin... 33

5.2 Sebaran Responden Menurut Umur ... 33

5.3 Sebaran Menurut Status Nutrisi Berdasarkan Tinggi ... 34

5.4 Sebaran Responden Menurut Nilai Prestasi ... 34

5.5 Analisa Status Nutrisi Dengan Nilai(Tinggi Badan) ... 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka konsep status gizi anak

(12)

ABSTRAK

Latar belakang : Upaya pembaikan gizi telah bermula sejak tahun enam puluhan

dan semakin berkembang hari demi hari. Tetapi sekarang, terdapat masalah

dimana asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat

memperihatinkan. Padahal, setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik

supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan kesehatan dan perkembangan

intelektual yang baik sehingga menjadi penerus bangsa yang unggul.

Tujuan : Dalam penelitian ini menguji pengaruh status gizi terhadap tingkat

pencapaian akademik terhadap anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan.

Metode : Penelitian deskriptiif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan

pengambilan data melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, umur dan nilai

prestasi akademik. Seramai 90 orang(36,29%) responden penelitian dari 248

orang siswa-siswi kelas 4,5 dan 6 diambil sebagai responden dengan metode

simple random sampling.

Hasil : Seramai 47 orang(55,2%) lelaki dan 43 orang(48,88%) perempuan telah

diambil sebagai responden menunjukkan tiada pengaruh berdasarkan uji

Chi-Square dengan membandingkan status gizi dengan nilai prestasi akademik dengan

hasil nilai (p = 0,488) berdasarkan tinggi badan menurut umur. Dengan

menggunakan nilai pembatasan (p < 0,05), hasil untuk penelitian ini adalah tiada

menunjukkan pengaruh yang signifikan status gizi terhadap prestasi akademik.

Kesimpulan : Rata-rata siswa-siswi dalam keadaan status nutrisi yang normal

mendapat nilai cemerlang yaitu 20 orang(22,22%). Tetapi responden yang

mempunyai status gizi kurang dan malnutrisi juga mendapat pencapaian yang

cemerlang dalam ujian akhir semester yaitu 11 orang gizi kurang (12,22%) dan

status malnutrisi dengan 1 orang(1,11%). Maka, tiada pengaruh antara status

nutrisi dengan tingkat pencapaian akademik anak-anak SD di Kota Medan

(13)

ABSTRACT

Background: Efforts to restore nutrition has been started since the sixties and

growing day by day. But now, there are issues where nutrition intake of children of primary school in some parts of Indonesia is very apprehensive. Yet, every day needs good nutrition to these children to have health growth and intellectual development of good to become a winning nation next.

Objectives: In this study there is there to test the influence of nutritional status on

academic achievement for students SD in Kota Medan.

Method: The study descriptive-analytic cross-sectional approach and data

acquisition through weight measurement, height, age and value of academic achievement. 90 people (36,29%) respondents from the 248 students of grade 4, 5 and 6 was taken as respondents by using simple random sampling method.

Results: 47 students (55.2%) men and 43 students (44.88%) women had been

taken as the respondents indicated no impact on Chi-Square test to compare the nutritional status of the value of academic achievement with the value (p = 0.488) for a count of nutritional status based on height by age. By using the restriction value (p <0.05), the results of this research is to show no significant influence of nutritional status on academic achievement.

Conclusion: Average students in a normal nutritional status and also received the

outstanding result in their study and no influence of nutritional status with a value of academic achievement students SD in Kota Medan.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia serta mempertinggi derajat kesehatan dan gizi masyarakat dalam

rangka peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada

umumnya. Peningkatan ini diupayakan melalui perbaikan kesehatan masyarakat

yang meliputi perbaikan gizi, penyuluhan kesehatan, penyehatan lingkungan

pemukiman dan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Masalah gizi masyarakat

berkaitan erat dengan masalah ekonomi, pertanian, pendidikan, politik dan

lingkungan tempat tinggal (Soekirman, 2000).

Faktor lingkungan mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat

kesehatan masyarakat (S. Santoso & A. L. Ranti, 1995), yang meliputi kondisi

geografis, keadaan sosial budaya dan agama, keadaan status sosial dan keadaan

perumahan.

Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam

tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun

demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi

adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan

dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta

tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka

kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin

meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses

terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan

antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran,

komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan

kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. (Departemen

(15)

Pada saat ini kegiatan perbaikan gizi masyarakat meliputi penyuluhan gizi,

pelayanan gizi di posyandu, pemanfaatan lahan pekarangan, peningkatan

pendapatan keluarga serta pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan.

Perbaikan keadaan gizi masyarakat merupakan syarat penting untuk

meningkatkan kesehatan ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita,

meningkatkan kemampuan tumbuh kembang fisik, mental dan sosial anak, dan

juga untuk meningkatkan produktivitas kerja serta prestasi akademik dan prestasi

olahraga. Oleh karena itu, keadaan gizi masyarakat merupakan salah satu ukuran

penting dari kualitas sumber daya manusia. ( Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2000)

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari

ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi ( nutritional imbalance ),

yaitu asupan melebihi keluaran atau sebaliknya, atau kesilapan dalam memilih

bahan makanan untuk disantap. Buah dari ketergangguan ini utamanya berupa

penyakit kronis, berat badan yang lebih dan kurang, pica, karies dentis dan alergi.

Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun

sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, lebih kurang 30% balita di dunia

memiliki berat badan rendah, dengan kisaran 11% (sekitar 6.4 juta orang ) di

Amerika Latin, 27% (31.6 juta orang ) di Afrika, dan 41% (154.8 juta ) di Asia.

Prevalensi berat badan rendah terus menurun dari 42.6% pada tahun 1975 menjadi

34.6% di tahun 1995, tetapi kasus malnutrisi tidak berkurang sesuai dengan angka

yang diharapkan. Sebahagian besar anak di dunia ( sekitar 80%) yang menderita

malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat

gizi, terlebih zat gizi mikro. Tahun 1995, diperkirakan bahawa, lebih dari 200 juta

( 30% ) anak BALITA dunia berkutat dengan malnutrisi, keadaan yang

menjerumuskan 50% anak dunia ke liang kubur. Sekarang, asupan gizi anak-anak

sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal,

setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki

pertumbuhan kesehatan dan perkembangan intelektual yang baik, sehingga

menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pengaruh asupan makanan ini

(16)

pentingnya asupan makanan yang sehat terhadap prestasi anak di sekolah

diungkapkan hasil riset terhadap pelajar di Nova Scotia, Kanada, yang

dimuat dalam Journal of School Health edisi April 2008. Dalam riset yang

bertajuk Children Lifestyle and School-perfomance Study, Veugelers dan timnya

memantau sekitar 4.600 anak kelas lima SD di Nova Scotia. Data riset mencatat

ada 875 siswa atau 19,1 persen di antara partisipan, yang gagal melewati tes

kemampuan dasar. Dari hasil penelitian terungkap, pelajar yang mengkonsumsi

makanan dengan nutrisi seimbang mulai dari buah-buahan, sayur, protein, serat

dan komponen sehat lainnya secara signifikan memiliki prestasi yang baik di

sekolah. Jadi dari penelitian ini,kita dapat membuktikan apa yang telah diperolehi

di negara barat ini juga turut bisa dibuktikan di Indonesia. (Dr. H. Tb. Rachmat

Sentika SpA, 2008), (UNICEF, 2007), (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM), 2005-2009), (Dr.Paul J.Veugelers, Journal of School Health edisi April,

2008)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui

adakah status gizi mempengaruhi prestasi akademik anak-anak sekolah dasar bagi

SD Swasta Muhammadiyah 03, Jalan Setiabudi, Pasar 1 di Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh status gizi dengan tingkat pencapaian akademik

pada anak-anak sekolah dasar bagi kelas SD Swasta Muhammadiyah 03.

2. Mengetahui berat badan dalam kilogram(kg) anak-anak sekolah dasar

Swasta Muhammadiyah 03.

3 Mengetahui tinggi badan dalam sentimeter(cm) anak-anak sekolah dasar

Swasta Muhammadiyah 03.

4 Mengetahui prestasi akademik anak-anak kelas anak-anak sekolah dasar

Swasta Muhammadiyah 03.

(17)

Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah Kota Medan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan, untuk mengadakan kebijakan

sebagai solusi bagi meningkatkan status gizi pada anak-anak yang kurang

mampu di Kota Medan.

2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meingkatkan prestasi

anak-anak sekolah di Kota Medan.

3. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan maklumat bagi

mengetahui status gizi anak-anak sekolah dasar tersebut dan seterusnya

mencari resolusi pada peringkat sekolah untuk meningkatkan prestasi

akademik anak-anak SD sekolah tersebut.

4. Bagi pihak masyarakat

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk mendapatkan sumber daya

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002)

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan

antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)

oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,

aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001).

Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,

mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta

memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan

tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur

tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial

yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat

gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur

pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential

diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan

kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat

gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah

penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang.

(Moch. Agus Krisno Budiyonto)

Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu

(19)

berpendapat air juga merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan

kepada fungsi air dalam metabolism makanan yang cukup penting walaupun air

dapat disediakan di luar bahan pangan. ( Moch. Agus Krisno Budiyonto )

Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat

gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran

ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat

tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas

kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi

oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka

ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun

dan zat pengatur.

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai

dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat

terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam

jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita

gizi kurang. (Sri Handajani, 1996).

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya

dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan

dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi

fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut

karena faktor gizi. (Ari Agung, 2002).

2.2.Hubungan pangan, gizi, dan pembangunan manusia Indonesia

GBHN telah menetapkan bahwa pembangunan yang sedang kita galakkan bersama dewasa ini bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan

membangun masyarakat Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat

Indonesia seluruhnya. Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis

modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebahagian

dari modal pembangunan. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah subjek dan

(20)

menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat

dan golongan. Peningkatan taraf hidup tercermin pada kebutuhan pokok yaitu

pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha

pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian

pembangunan. Perlu ditekankan di sini, pengukuran itu tidak hanya kuantitatif,

tetapi lebih diperhatikan kualitatifnya. Keadaan gizi masyarakat tidak lain adalah

pencerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan tersebut.

Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah

pembangunan di masa akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan

gizi yang berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tak dapat ditolong.

Kiranya tidak terlalu berlebihan walaupun perlu studi yang mendalam, pakar gizi

menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia 2002 ini juga belum

ada tanda-tanda selesai telah menghilangkan potensi bangsa Indonesia satu

generasi, artinya anak-anak yang hidup pada 5 tahun lebih masa krisis ekonomi ini

dikhwatirkan tidak berkembang kemampuan intelektualnya sehingga pada 50

sampai 70 tahun mendatang ketika ia harus memimpin bangsa ini maka akan ada

kemunduran kemampuan satu generasi.

Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat terhadap

anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya

pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-anak memerlukan

penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat-zat gizi sedini mungkin. Hal

ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah:

I. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan

menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan

menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

II. Kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia

muda yang pandai yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan

bangsa.

III. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk

(21)

Pelbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di

Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas

kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena

kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,

dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah

makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari

cadangan tubuh. (Rachmad Soegih dkk, 1987).

Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan,

dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme

dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan

yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan

terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.

(Husaini,1997).

2.3 Macam-Macam Status Gizi

Menurut Supariasa, dkk, (2002) bahwa status gizi terbagi pada dua macam; status

gizi normal dan malnut risi yaitu:

2.3.1 Status Gizi Normal

Keadaan tubuh yang mencerminkan kesimbangan antara konsumsi dan

penggunaan gizi oleh tubuh (adequate).

2.3.2. Malnutrisi

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun

absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk:

a) Under nutriton: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu

b) Specific deficiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

iodium, Fe dll

(22)

d) Imbalance: keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi kolesterol

karena tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLDL

2.4 Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi

2.4.1 Survey:

Digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi dan/atau

menentukan status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan cara

survei cross-sectional.

2.4.2 Surveillence

Dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi

tertentu, dimana data dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka waktu

yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.

2.4.3 Penapisan (screening)

Untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang memerlukan intervensi,

dengan cara membandingkan hasil pengukuran-pengukuran individu dengan baku

rujukan (cut off point).

2.5 Jenis Parameter Status Gizi

Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh

manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.

2.5.1 Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang

terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi

salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau

(23)

Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan

adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh:

Bulan usia penuh, Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, dan 3 bulan 27 hari

dihitung 3 bulan.

2.5.2 Berat Badan

Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir.

Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak

(Supariasa,dkk, 2002).

Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada

pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai

sebagai indikator yang terbaik pada sat ini untuk mengetahui keadaa gizi dan

tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih 1998).

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah

digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan

relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4)

Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.

2.5.3 Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting.

Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu

pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan

dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan

umur.

Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur

diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidurkan lurus di dalam

alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat

(24)

2.5.4 Lingkar Kepala

Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai

untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka

kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala

membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti

hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.

2.5.5 Lingkar Lengan Atas

Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot

yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat

badan.

2.5.6 Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan

refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan

kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998).

2.6 Penilaian Status Gizi

Macam-macam penilaian status gizi (Supariasa, dkk, 2002)

2.6.1 Penilaian status gizi secara langsung A. Antropometri

I. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur

dan tingkat gizi.

II. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

(25)

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah

air dalam tubuh.

III. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks

Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit

infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap

penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih

panjang.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan

berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang

dewasa berumur di atas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,

remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT= ---

Tinggi Badan(m) x Tinggi Badan(m)

Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 IMT Indonesia

Status Kategori IMT

(26)

Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan

17,0 – 18,5

Normal Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0

Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang

berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi

lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas.

B. Klinis

I. Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid.

II. Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid

clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping

itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau

riwayat penyakit.

C. Biokimia

(27)

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

II. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

D. Biofisik

I. Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan.

II. Penggunaan

Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap.

2.6.2 Penilaian gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei

Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

A. Survei Konsumsi Makanan

I. Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

(28)

II. Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang

konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini

dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

B. Statistik Vital

I. Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan

beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan.

II. Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

C. Faktor Ekologi

I. Pengertian

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,

tanah, irigasi dll.

II. Penggunaan

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi.

2.6.3 Klasifikasi Status Gizi

Klasisifikasi status gizi dilakukan dengan menggunakan Skor Simpangan

Baku (z-skor). Dalam hal ini standar deviasi unit (z-skor) digunakan untuk

(29)

mengetahui klasifikasi status gizi seseorang berdasarkan kriteria yang ditetapkan,

antara lain berat badan, umur dan tinggi badan. Rumus perhitungan z-skor adalah:

z - skor = Nilai simpangan baku rujukan

Nilai individu subjek - nilai median baku rujukan

(Supariasa, dkk 2002: 71)

Klasifikasi status gizi berdasarkan perhitungan rumus diatas adalah sebagai

berikut : (1) status gizi obes bila skor = >+2 SD ; (2)status gizi lebih bila

z-skor = > +1 SD; (3) status gizi normal bila z-z-skor = +1 SD sampai -2 SD; (4)

status gizi kurang bila z-skor = -3 SD sampai <-2 SD; dan (5) status gizi

buruk bila z-skor = <-3 SD (WHO NCHS).

2.7 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

2.7.1 Pengertian

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan –perubahan yang

mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnnya nafsu makan

atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. (Supariasa, dkk, 2002).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral

pada tulang. Berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan

fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti : dehidrasi, asites,

edema, dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan

sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan

antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang

mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat

(30)

lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka

indeks berat badan badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka

indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current

nutritional status)

2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Indeks BB/U

1. Kelebihan Indeks BB/U

I. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

II. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

III. Berat badan dapat berfluktuasi

IV. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil

V. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

2. Kelemahan Indeks

I. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila

terdapat edema maupun asites

II. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional umur

sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang

belum baik.

III. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah

usia lima tahun

IV. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh

pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan

V. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

social budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau

menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan,

dan sebagainya.

2.8 Pengertian Belajar

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku

(31)

dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang

baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (P. Irawan, dkk 1997).

Seseorang dianggap telah belajar bila ia telah mampu menunjukkan

perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input

yang berupa stimulus dan keluaran atau output berupa respon. Faktor yang

mempengaruhi belajar dalam teori ini adalah penguatan respons (P. Irawan, dkk

1997).

Menurut teori humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia

atau dapat dikatakan proses aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Proses belajar

dapat dianggap berhasil bila seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan

dirinya sendiri. Faktor yang berpengaruh disini adalah pengalaman konkrit,

pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi Ilmu pengetahuan dibangun dalam

diri seorang individu melalui proses interaksi yang dan eksperimentasi seorang

pelajar (P. Irawan, dkk 1997).

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang mempunyai pengalaman

dan pengetahuan di dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur

kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru

beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah

dimiliki oleh seorang anak (P. Irawan, dkk 1997).

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan

suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku,

sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.8.1 Prinsip-prinsip Belajar

Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa

dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu

kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik.

(32)

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar

untuk mencapai harapan-harapan.

2. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku

pelajaran itu sendiri.

Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh

pengertian-pengertian.

3. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari

dapat dikuasainya.

4. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara

dinamis antara murid dengan lingkungannya.

5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan.

6. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang

praktek sehari-hari.

(Zainal Aqib 2002)

2.8.2 Teori-teori Belajar

Teori belajar yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:

1. Teori Conditioning

Dalam teori Conditioning belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena

adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang paling

penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.

2. Teori Connectinism (Thorndike)

Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu:

I. Trial and error (mencoba dan gagal)

II. Law of effect yaitu segala tingkah laku yang berakibat pada suatu keadaaan

yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

3. Teori Psikology Gestalt

Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman

atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat

(33)

dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral.

Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan

dengan sadar, bermotif dan bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154).

2.8.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang

diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses kegiatan belajar. Untuk mengetahui

prestasi belajar dapat dilakukan melalui proses penilaian hasil belajar dengan

menggunakan tes maupun evaluasi (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan

bahwa pretasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam

mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes.

Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf. Sedangkan yang diungkap

dalam penelitian ini adalah pretasi belajar anak-anak sekolah dasar Swasta

Muhammadiyah, Pasar 1, Kota Medan.

2.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat

digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri

siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal

terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi,

kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Faktor internal (faktor dalam diri manusia)

Faktor ini meliputi:

(34)

I) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris

dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya

lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah

untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.

II) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah

capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan

pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap

pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam

memproses, mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran

melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang

dipelajarinya.

III) Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :

a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang

penglihatan, dan gangguan psikomotor.

b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya.

Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti

pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa

dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus

mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).

B. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)

Faktor psikologi meliputi:

I) Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ

110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong

(35)

di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah

mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

II) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap

individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah

mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus

mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya.

ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan

tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran

sehingga nialinya rendah.

III) Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan

belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,

tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan

menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu

pelajaran dapat dilihat dari cara mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan

dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.

IV) Motivasi

Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam

mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,

tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk

meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak

acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka

menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak

mengalami kesulitan belajar.

VI) Faktor kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi

kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar

(36)

hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa

harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya

kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai

kebutuhan-kebutuhan

dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan,

rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi

akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan

belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini

meliputi :

A. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang

termasuk faktor ini antara lain :

I) Perhatian Orang tua

Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian

orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan

menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat

dan sebagainya.

II) Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa,kadang kala

siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan

tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi

belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah

mendapat prestasi belajar yang tinggi.

III) Hubungan antara anggota keluarga

Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada.

(37)

kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi

belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

B. Lingkungan Sekolah

Yang dimaksud sekolah adalah guru, alat-alatan yaitu factor alat dan kondisi

gedung :

I) Guru, yang meliputi :

Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting

dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan

yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus

dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan

dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.

II) Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama

pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak

menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan

metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup

kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.

III) Kondisi gedung

Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses

belajar mengajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;

a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk

ruangan

b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor

c) Lantai tidak becek, licin atau kotor

d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan

lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar. Apabila beberapa hal

(38)

C.Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)

I) Faktor media massa meliputi ; bioskop, televisi, surat kabar, majalah,

buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar

apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.

II) Lingkungan sosial

a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban

orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan

yang dapat memberikan dampak negatif bagianak tersebut.

b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila

terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya,apabila lingkungan

tetangga adalah orang yang tidak sekolah,menganggur, akan sangat berpengaruh

bagi anak.

c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran

orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar

belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.

2.8.5 Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau

karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal atau obyek tertentu

menurut aturan atau formulasi yang jelas (A. Zainul dan N. Nasution, 1997: 5).

Jadi pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala

tertentu menurut suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui pelajaran. Pengukuran

ini digunakan oleh seorang pendidik atau guru untuk melakukan penilaian

terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun

non tes. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang

direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap

butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan tertentu

yang dianggap benar (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

Instrumen non tes lebih ditekankan pada sikap seorang anak didik,

(39)

lingkungan. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan baik dan benar bila

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan

menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Secara garis besar penilaian dapat dibagi

menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif

digunakan untuk memantau sejauh manakah proses pendidikan telah berjalan

sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit keunit

berikutnya (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

2.9 Pengaruh Status Gizi terhadap Prestasi Belajar

Status gizi adalah pengukuran kadar gizi dalam tubuh seseorang yang

dapat diukur dengan skala berat bedan. Berat badan dapat menentukan terhadap

asupan makanan apa yang dikonsumsi seseorang. Hal ini tentu berhubungan

dengan kecukupan gizi yang sesuai baik dalam hal kualitas maupun kuantitas

zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.

Pada usia anak sekolah kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan

sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan protein meningkat

karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas

atau kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein usia

10-12 tahun adalah 50 g/hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/hari dan usia 16-18 tahun

adalah 55 g/hari.

Kebutuhan energi sangat dibutuhkan pada proses pembelajaran anak,

karena pada proses belajar ilmu pengetahuan yang diterima berhubungan dengan

jasmaniah yang diperoleh melalui panca indera, sehingga apabila salah satu panca

inderanya rusak maka anak tidak akan sempurna menerima pelajaran yang

berdampak terhadap buruknya prestasi belajar mereka. Anak dengan status gizi

kurang atau buruk selain mengalami hambatan pertumbuhan fisik juga akan

mengalami gangguan belajar antara lain berupa penurunan prestasi akademik di

(40)

Status gizi

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, hubungan kerangka konsep tentang status gizi dengan

prestasi akademik anak-anak sekolah dasar ini akan diuraikan berdasarkan

variabel yaitu hasil dari pengukuran antropometri dalam bentuk status nutrisi

dan dihubungkan dengan prestasi akademik anak-anak sekolah dasar

tersebut.

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan status gizi anak dan prestasi

akademik anak.

(41)

telapak kaki

Status gizi Adalah

keadaan

(42)

Petunjuk: BB=berat badan

TB=tinggi badan

Hasil pengukuran antropometri dan prestasi akademik merupakan

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Penentuan hasil pengukuran antropometri dengan menggunakan pengukuran

tinggi dan berat badan anak-anak tersebut dan dinilai menggunakan tabel

indeks antropometri. Berat badan adalah jumlah massa tubuh anak-anak

sekolah dasar yang dihitung dalam kilogram (Kg). Tinggi badan adalah

panjang tubuh anak-anak sekolah dasar yang diukur dari telapak kaki hingga

ke bagian atas kepala dalam unit sentimeter (cm).

Pengukuran indeks antropometri menurut berat badan, tinggi badan dan umur

bagi anak-anak sekolah dasar akan menentukan tingkat status gizi anak-anak

sekolah dasar tersebut.

Prestasi akademik merupakan hasil penilaian daripada ujian anak-anak

sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

3.3. Hipotesa

Ho : Tiada pengaruh antara status gizi dengan prestasi akademik anak-anak

sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

Hα : Ada pengaruh antara status gizi dengan prestasi akademik anak-anak

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang akan mencari hubungan

tingkat status gizi dengan prestasi akademik pada anak-anak sekolah dasar. Desain

penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, dimana akan dilakukan

pengumpulan data berdasarkan pengukuran antropometri tinggi badan dan berat

badan menurut umur pada anak-anak Sekolah Dasar Muhammadiyah 03, Pasar 1,

Kota Medan dan menilai prestasi akademiknya.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan bertempat di sebuah sekolah dasar yaitu SD Swasta

Muhammadi

yah 03, Jalan Setiabudi, Pasar 1 di

Kota Medan. Waktu penelitian direncanakan antara bulan Juli-Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03 bagi kelas 4, 5 dan 6 mewakili seluruh

anak sekolah dasar usia 9 – 13 tahun yang berada di wilayah penelitian

merupakan populasi dan sampel yang diteliti. Asupan gizi amat terpengaruh

terhadap perkembangan intelektualitas anak-anak pada usia ini kerana pada usia

inilah terjadi perkembangan otak yang pesat. Jadi, perkembangan aspek

intelektualitas sangat berpengaruh dengan tingkat asupan gizi.

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan

rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 0.1

(Notoatmodjo, S. 2002). Maka diperoleh 82.5479 sampel. Jumlah sampel ini

dibulatkan menjadi 120 sampel:

n = ___N

(44)

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0.1)

Data:

Anak-anak SD Muhammadi

yah 03, Jalan Setiabudi, Pasar 1

di Kota

Medan:

Total : 473 orang.

n = ___

1 + 473(0.12) 473__

= 82.5479

Jumlah sampel diamabil seramai 90 orang bagi mendapatkan penelitian yang lebih

valid.

A) Ciri-ciri Inklusif

I) 90 anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

II) Lelaki dan wanita anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota

Medan kelas 4, 5 dan 6 dipilih secara rawak dari 284 orang murid.

III) Anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan kelas 4, 5

dan 6 yang dipilih secara rawak mewakili keseluruhan anak-anak SD Swasta

Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

B) Ciri-ciri eksklusif

I)Anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan kelas 1, 2 dan

(45)

4.4.Metode Pengumpulan Data

4.5.Responden pada penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini. Metode yang digunakan

adalah porposive sampling Untuk pengukuran status gizi, tinggi serta

berat badan juga diambil menggunakan timbangan dan juga alat pengukur

tinggi standar. Seterusnya diklasifikasikan berdasarkan indeks

antropometri dengan berdasarkan umur.

Untuk nilai prestasi akademik diambil dari pihak admistrasi sekolah tersebut atau

raport terakhir dimana nilai tersebut adalah nilai ujian dari ujian kenaikan kelas.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap pengukuran akan diperiksa silang (cross-checked). Setiap

ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum

meninggalkan lokasi penelitian. Data yang lengkap akan dimasukkan ke dalam

komputer. Pada proses pemasukan data akan dilakukan analisis tingkat status gizi

dengan prestasi akademik akan dilakukan dengan menggunakan Statistic Package

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 03, Jalan

Setiabudi kecamatan Pasar 1 di Kota Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 4. Sebaran Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Bilangan(orang) Persen(%)

Laki-laki 47 55,22 Perempuan 43 48.88

Total 90 100,00

Daripada tabel di atas responden penelitian kebanyakan adalah laki-laki dengan jumlah 47 orang atau 55,2 persen. Manakala responden perempuan berjumlah 43 orang atau 48,88 persen. Penelitian juga dipengaruhi oleh kehadiran anak-anak tersebut ke sekolah pada hari pengambilan data.

Tabel 5. Sebaran Responden Penelitian Menurut Umur

Umur Bilangan(orang) Persen (%)

9 tahun 5 5,6 10 tahun 25 27,8 11 tahun 31 34,4

12 tahun 25 27,8

13 tahun 4 4,4

Total 90 100,00

Tabel di atas didapati umur kebanyakan yang dilteliti adalah umur 11 tahun sebanyak 31 orang atau 34,4 persen. Umur kedua terbanyak yang diteliti

(47)

27,8 persen. Umur yang paling kurang diteliti adalah umur 13 tahun serta umur 9 tahun masing-masing seramai 4 orang atau 4,4 persen dan 5 orang atau 5,6 persen.

5.1.3. Pengukuran Antropometri

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Status Nutrisi Tinggi Badan Menurut Umur

Status Malnutrisi Bilangan(orang) Persen(%)

Malnutrisi 5 5, 55 Kurang Gizi 25 27.77 Normal 60 66.66 Terlebih Gizi 0 0,00 Obesitas 0 0,00

Total 90 100,00

Tabel 6 memperlihatkan jumlah responden penelitian yang telah dibagikan

mengikut nilai z-skor yang dihitung menggunakan tinggi badan(cm) menurut

umur. Dengan mengklasifikasikannya kepada 5 kategori yaitu dengan status

malnutrisi, kurang gizi, normal, terlebih gizi dan obesitas. Hasilnya adalah

sebanyak 5 orang atau 5,55 persen adalah malnutrisi, 25 orang atau 27,7 persen

kurang gizi, 60 orang atau 66,66 persen dalam rentang normal. Tiada yang

terlebih gizi mahupun obesitas.

5.1.4. Nilai Prestasi

Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Nilai Prestasi

Nilai prestasi Bilangan(orang) Persen(%) Cemerlang 32 35,55 Baik 58 64,44 Sedang 0 0,00 Gagal 0 0,00

(48)

Tabel 7 memperlihatkan rentang nilai-nilai prestasi akademik siswa-siswi yang

telah diambil berdasarkan nilai ujian semester 2 yang sebelumnya. Nilai tersebut

adalah nilai yang digunakan untuk proses kenaikan tingkatan untuk mereka.

Nilai-nilai tersebut dihitung dalam bentuk persen dimana ia telah diklasifikasikan

kepada 4 kategori yaitu sangat baik, baik, sedang dan juga tidak baik. Hasilnya

adalah sebanyak 32 orang atau 35,55 persen mendapat prestasi sangat baik, 58

orang atau 64,44 persen mendapat nilai baik dan tidak ada yang mendapat nilai

sedang atau tidak baik.

5.1.5. Hubungan Antara Status Nutrisi Menurut Tinggi Badan Dengan Nilai Prestasi

Tabel 8 Sebaran Anak Menurut Status Nutrisi Tinggi Badan Dengan Nilai Prestasi

Status Nutrisi

Nilai P*

Cemerlang Baik Nilai P*

n(orang) Persen n(orang) Persen

0,488

Malnutrisi 1 1,11% 4 4,44%

Kurang Gizi

11 12,22% 14 12,22%

Normal 20 22,22% 40 44,44%

Terlebih Gizi

0 0,00% 1 1,11%

Total 32 58

*Uji statistic Chi-Square

Tabel 8 memperlihatkan jumlah dan persen apabila status nutrisi berdasarkan

hitungan z-skor tinggi badan(cm) menurut umur(tahun) dibandingkan dengan nilai

prestasi. Hasilnya dilampirkan menurut klasifikasi status nutrisi yaitu untuk

malnutrisi, terdapat hanya 2 orang atau 2,22 peratus dengan nilai baik. Untuk

kurang gizi pula terdapat 1 orang atau 1,11 persen dengan nilai cemerlang, 12

orang atau 13,33 persen dalam rentang nilai baik dan 2 orang atau 2,22 persen

Gambar

Gambar 3.1  Kerangka konsep hubungan status gizi anak dan prestasi
tabel -normal(+1
Tabel  5. Sebaran Responden Penelitian Menurut Umur Umur                                             Bilangan(orang)                       Persen (%)
Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Nilai Prestasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang, asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan, padahal setiapa harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak

penelitian ini secara umum adalah mengetahui pola konsumsi, status gizi dan prestasi belajar pada anak vegetarian di kota Medan, sedangkan tujuan penelitian secara khusus

rata status gizi anak usia masuk sekolah dasar berhubung-.. an erat dengan nilai rata-rata status gizi

yang mempengaruhi status gizi dan prestasi belajar anak dari.. keluarga guru wanita Sekolah Dasar (SD) Negeri di

morbiditas dan status gizi anak sekolah dasar di wilayah Kartasura. Mendeskripsikan pola konsumsi makanan jajanan anak

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui keragaan status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di

Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi wasting dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota.. Padang Panjang dengan

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan