• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT KOTA SIDIKALANG TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT OLEH RUMAH SAKIT

UMUM

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DIKKY P K GIRSANG 060902058

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

DIKKY P K GIRSANG 060902058, judul “Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum “. (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 104 halaman, 32 tabel, 2 lampiran dan 16 kepustakaan)

Abstrak

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah diakibatkan karena sulitnya akses pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan. Pemerintah menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas). Rumah Sakit Umum Sidikalang melaksanakan program jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dalam hal memberikan pelayanan kesehatan. antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjuran (RJTL) dan Pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup tindakan pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

Penelitian ini bersifat deskriptif , dengan jumlah populasi sebanyak 200 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 20 orang pasien rumah sakit umum baik yang terdiri dari rawat jalan dan rawat inap. Teknik analisa data menggunakan skala likert untuk mengukur, sikap, persepsi dan partisipasi seseorang tentang jaminan kesehatan masyarakat. Responden diberikan angket kemudian jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan skala likert.

(3)

Kata kunci : Respon, Program Jamkesmas

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE

SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

DIKKY P K GIRSANG 060902058, Title “ Citizen Responses in Sidikalang about Implementation Community’s Health Warranty program by Distric Hospital”. (This thesis consists of six chapters, 104 pages, 32 table, 2 appendix and 16 libraries).

ABSTRACT

Health Degree’s of poor Community which that still low, it happen resulted to get health services and cost for get health too high. The Government had gave warranty for poor community health’s about health services from realization the policy of Community’s Health Warranty. Distric Hosiptal in Sidikalang did health warranty program to poor community, in this case given health services, include gift medicines, service for suistinable away patient and suistinable home patient who is service medicine act, diagnostic movement, blood services and another services.

This research is descriptive, with sum of population 200 people and whose sample of the population is 10% from sum of population is 20 patient in District Hospital consist of away patient and home patient. Analize data technical used Likert scale for measure community attitude, perception and their participation about community’s healts warranty. Respondents had given Kuesioner than their answer made into table and than to analized with Likert Scale.

Results from this research concluded that the citizen responses who received the program consist of away patient and home patient is very good and positive through the results of a calculation using the Likert scale, even for the away patient, citizen attitudes of the program is worth 0,92 , citizen perceptions is worth 0,683 , citizen participation is worth 0,185 and average value the scale is 0,596, For Home patient, citizen attitudes of the program is worth 0,73, citizen perceptions is worth 0,916 , citizen participation is worth 0,558 and average value the scale is 0,743. This makes it easier for researcher could analyze the various questions raised. Then this result is a description of the Institute in particular to maintain and improve the quality of

Citizen Health’s Warranty Program in Distric Hospital Sikalang City.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat anugerahNya, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat waktu, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dan tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum.”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(5)

3. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.SP, selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini..

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.

5. H. Boru Silalahi selaku staff Rumah Sakit Umum Sidikalang sekaligus beliau adalah tante kandung saya yang telah membantu saya dalam penyelesaian penelitian ini

6. Kepada Kedua Orangtua saya, Bapak L. Girsang dan Mama tersayang R. Boru Silalahi yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini. Demikian pula terima kasih buat Abangku, bang Deslan, bang Edy, bang Mejun, serta kakak saya kak Ruth dan adik saya Diko memberi perhatiannya.

(6)

8. Teman-teman UKM Sepakbola FISIP USU, Gattuso, bang Diding sebagai pelatih, bang Ipin, Pak Hendra dan Pak Dani, dan juga Persik (Persatuan Sepakbola Ilmu Kesejahteraan Sosial) tim sepak bola jurusan.

9. Teman-teman junior dan senior di IMIKS dan Organisasi GMKI,

10.Buat seseorang yang telah memberikan motivasi dan dukungan yang terkasih. 11.Buat teman-teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan. Semoga ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, Juni 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah...7

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4. Manfaat Penelitian...8

1.5 Sistematika Penulisan ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ...10

2.2 Masyarakat ...12

2.2.1 Pengertian Masyarakat ...12

2.2.2 Masyarakat dan Macamnya ...13

(8)

2.3.1 Pengertian Jamkesmas ...15

2.3.2 Landasan Hukum ...15

2.3.3 Tata Laksana Kepesertaan ...16

2.3.4 Administrasi Kepesertaan ...19

2.4 Tatalaksana Pelayanan Kesehatan...20

2.4.1 Ketentuan Umum...20

2.4.2 Prosedur Pelayanan...24

2.5 Pelayanan Kesehatan ...26

2.5.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan ...26

2.5.2 Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar ...26

2.5.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan ...27

2.5.4 Syarat-syarat pelayanan kesehatan ...29

2.6 Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas ...32

2.7 Kerangka Pemikiran ...33

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...36

2.8.1 Defenisi Konsep ...36

2.8.2 Defenisi Operasional ...37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ...39

3.2. Lokasi Penelitian ...39

3.3. Populasi dan Sampel ...39

(9)

3.3.1. Sampel...40

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...40

3.5. Teknik Analisis Data ...41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Latar Belakang Lembaga ...43

4.2 Organisasi RSUD Sidikalang...44

4.3 Ketenagaan ...46

4.4 Kedudukan, Tugas, Visi dan Misi RSU Sidikalang ...47

4.4.1 Kedudukan ...47

4.4.2 Tugas...47

4.4.3 Visi dan Misi ...47

4.5 Tujuan, Kebijaksanaan dan Prioritas Program ...48

4.5.1 Tujuan ...48

4.5.2 Kebijaksanaan dan Prioritas Program ...49

4.6 Sarana dan Prasarana ...49

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Analisis Identitas Responden ...55

5.2. Analisis Data Penelitian ...56

5.2.1. Analisis Data Penelitian bagi pasien Rawat Jalan ...60

(10)

5.3 Analisis Data Kuantitatif Pasien Program Jamkesmas Rsud Sidikalang

...81

5.3.1 Pasien Rawat Jalan Program Jamkesmas RSUD Sidikalang ...81

5.3.2 Pasien Rawat Inap Program Jamkesmas RSUD Sidikalang ...83

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ...86

6.1.1 Rawat Jalan ...86

6.1.2 Rawat Inap ...87

6.2. Saran ...87

(11)

DAFTAR TABEL

BAB V Tabel 5.1 Distribusi Menurut Jenis Kelamin ...60

Tabel 5.2 Distribusi Menurut Umur ...61

Tabel 5.3 Distribusi Menurut Suku ...62

Tabel 5.4 Distribusi Menurut Agama ...63

Tabel 5.5 Distribusi Menurut Pendidikan ...63

Tabel 5.6 Distribusi Menurut Pekerjaan ...64

Tabel 5.7 Distribusi Responden Tentang Adanya Program Jamkesmas...65

Tabel 5.8 Distribusi Responden Tentang Pelayanan Sikap Dokter atau Petugas Kesehatan Lain ...66

Tabel 5.9 Distribusi Responden Tentang Kepedulian Dokter Dalam Menangani Keluhan Pasien...67

Tabel 5.10 Distribusi Responden Tingkat Kepuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Diberikan dalam Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang ...68

Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tujuan Jaminan Kesehatan Masyarakat ...69 Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Penjelasan yang

(12)

Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Prosedur Administrasi ....72 Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Sumber Informasi Pelaksanaan

Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang 73 Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang Lamanya Terdaftar

Sebagai Peserta Jamkesmas ...74 Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Intensitas Pemakaian

Kartu Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang ...75 Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang Frekuensi Menggunakan Kartu

Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang ...76 Tabel 5.18 Distribusi Responden Tentang Pelayanan Kesehatan oleh RSU

Sidikalang ...77 Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang Pelayanan Sikap Dokter atau Petugas Kesehatan Lain ...78 Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang Kepedulian Dokter Dalam

Menangani Keluhan Pasien ...80

Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Pelayanan Kebersihan Kamar Inap dalam Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang ...81 Tabel 5.22 Distribusi Responden Tingkat Kepuasan Terhadap Pelayanan

(13)

Tabel 5.24 Distribusi Responden Tentang Penjelasan yang Diberikan Dokter atau Petugas Kesehatan Lain Mengenai Penyakit Responden ...84 Tabel 5.25 Distribusi Responden Tentang Prosedur Administrasi ...85 Tabel 5.26 Distribusi Responden Tentang Sumber Informasi Pelaksanaan

Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang 86 Tabel 5.27 Distribusi Responden Tentang Lamanya Terdaftar

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Penskoran Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum untuk Rawat Jalan.

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

DIKKY P K GIRSANG 060902058, judul “Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum “. (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 104 halaman, 32 tabel, 2 lampiran dan 16 kepustakaan)

Abstrak

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah diakibatkan karena sulitnya akses pelayanan kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan. Pemerintah menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas). Rumah Sakit Umum Sidikalang melaksanakan program jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dalam hal memberikan pelayanan kesehatan. antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjuran (RJTL) dan Pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup tindakan pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

Penelitian ini bersifat deskriptif , dengan jumlah populasi sebanyak 200 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 20 orang pasien rumah sakit umum baik yang terdiri dari rawat jalan dan rawat inap. Teknik analisa data menggunakan skala likert untuk mengukur, sikap, persepsi dan partisipasi seseorang tentang jaminan kesehatan masyarakat. Responden diberikan angket kemudian jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan skala likert.

(16)

Kata kunci : Respon, Program Jamkesmas

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE

SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

DIKKY P K GIRSANG 060902058, Title “ Citizen Responses in Sidikalang about Implementation Community’s Health Warranty program by Distric Hospital”. (This thesis consists of six chapters, 104 pages, 32 table, 2 appendix and 16 libraries).

ABSTRACT

Health Degree’s of poor Community which that still low, it happen resulted to get health services and cost for get health too high. The Government had gave warranty for poor community health’s about health services from realization the policy of Community’s Health Warranty. Distric Hosiptal in Sidikalang did health warranty program to poor community, in this case given health services, include gift medicines, service for suistinable away patient and suistinable home patient who is service medicine act, diagnostic movement, blood services and another services.

This research is descriptive, with sum of population 200 people and whose sample of the population is 10% from sum of population is 20 patient in District Hospital consist of away patient and home patient. Analize data technical used Likert scale for measure community attitude, perception and their participation about community’s healts warranty. Respondents had given Kuesioner than their answer made into table and than to analized with Likert Scale.

Results from this research concluded that the citizen responses who received the program consist of away patient and home patient is very good and positive through the results of a calculation using the Likert scale, even for the away patient, citizen attitudes of the program is worth 0,92 , citizen perceptions is worth 0,683 , citizen participation is worth 0,185 and average value the scale is 0,596, For Home patient, citizen attitudes of the program is worth 0,73, citizen perceptions is worth 0,916 , citizen participation is worth 0,558 and average value the scale is 0,743. This makes it easier for researcher could analyze the various questions raised. Then this result is a description of the Institute in particular to maintain and improve the quality of

Citizen Health’s Warranty Program in Distric Hospital Sikalang City.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah unsur yang paling penting dalam hidup manusia. Kesehatan erat kaitannya dengan kondisi ekonomi, ekonomi yang mapan dengan sendirinya akan menciptakan kondisi kesehatan yang baik. Dengan kondisi ekonomi yang baik maka faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia seperti makanan dan minuman yang sehat, lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup yang sehat akan terpenuhi. Sebaliknya ekonomi yang buruk akan menyulitkan individu masyarakat untuk memenuhi beberapa faktor di atas, dimana jika kondisi tersebut dipelihara maka individu masyarakat akan kesulitan memperbaiki kesehatan mereka masing-masing (RI, 1992 : I-1).

(18)

maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah, stabilitas ekonomi mantap. Menurut BPS posisi terakhir angka kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%) dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Sementara penduduk miskin di Sumatera Utara menunjukkan angka 1.979.702 jiwa dari total pendudk 12.326.678 jiwa. Belum lagi kita melihat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebanyak 3.456.702 tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan, 25kabupaten/kota (BPS,2009.DatastatistikIndonesia pertumbuhanpenduduk.http:http:// diakses pada tanggal 11 November 2009, pukul 16.00 WIB).

Masyarakat miskin diatas merupakan orang-orang yang kondisinya sangat rentan terhadap masalah kesehatan, karena kurangnya kemampuan mereka secara ekonomi untuk memperbesar diri mereka masing-masing. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (RI, 1992 : III-4)

(19)

adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan pembiayaan kesehatan memang mahal (Ilham.2008. http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan-kesehatan-masyarakat.html) diakses pada hari selasa, 10 November 2009, jam 19.00 WIB).

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi

kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.

Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang

(20)

pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services).

Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi pembiayaan kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan tetapi pada dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama karena ke semua hal itu diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional, regional dan Internasional (Ilham.2008.http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan -kesehatan-masyarakat.html) diakses pada hari selasa, 10 November 2009, jam 19.00 WIB).

Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut: 1) meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan, 2) mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat miskin, 3) pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI), 4) penggalian dukungan nasional dan internasional, 5) penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional, 6) pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah, serta 7) pemantauan dan evaluasi.

(21)

a. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria, kurang gizi, PMS dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan

b. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu

c. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja

d. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu

e. Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara menyeluruh. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangkan jaminan kesehatan, sistem ini merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan kesehatan ini akan mendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.

(22)

sesuai amanat UUD 1945 pasal 34 ayat 2: ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas).

Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut (RI, 2004 : III-3).

(23)

penyelenggaraannya. Perubahan pengelolaan program tersebut adalah dengan memisahkan fungsi pengelola dan fungsi pembayaran yang didukung oleh tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit (RS). Nama program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Sembilan kabupaten/kota se Sumut hingga kini belum memenuhi kuota peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Kesembilan kabupaten/kota tersebut antara lain, Toba Samosir, Samosir, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Sibolga, Mandailing, Natal, Nias, dan Tanjung Balai. Rumah sakit umum Sidikalang adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang jasa perawatan medis dan turut serta dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dalam hal memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum Sidikalang kepada pengguna atau peserta Jamkesmas antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjuran (RJTL) dan Pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup tindakan pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

(24)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Respon Masyarakat Kota Sidikalang terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum” ?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “sikap, persepsi dan Partisipasi Masyarakat Kota Sidikalang terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum”.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Jamkesmas terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada pihak-pihak pelaksana program Jamkesmas dengan mengetahui respon masyarakat penerima bantuan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat program yang lebih baik dari sebelumnya.

(25)

I.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI PENUTUP

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahan yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut Daryl Beum respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat (Adi, 1994 : 105).

Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994 : 105).

Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadp kondisi tersebut.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa pengungkapan sikap melalui :

(27)

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositipan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu:

1. Variabel struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik. 2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,

misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield dalam Sarlito, 1991 : 47).

Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Adi, 1994 : 129).

(28)

biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang mendapat di sekitar manusia.

Respon dalam penelitian akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi tu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 1992 : 138).

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Sarwono, 1991 : 20). Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangau yang berbentuk batiniah seperti aktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang-orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

2.2 Masyarakat

2.2.1. Pengertian Masyarakat

(29)

bukan hanya menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.2.2 Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

b. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam :

1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar

(30)

2.2.3 Asal Mayarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

a. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.

b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama. c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk

sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

(31)

2.3. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) 2.3.1. Pengertian Jamkesmas

Adalah jaminan kesehatan masyarakat dan merupakan program bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di bidang pelayanan kesehatan. Adapun yang menjadi tujuan dan sasaran dari Jamkesmas sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efesien dan efektif.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari Jamkesmas adalah :

1. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin 3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel 4. Sasaran

(32)

2.3.2. Landasan Hukum

Pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan pada :

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 H ayat 1 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara sedangkan ayat (3) bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.

2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaga Negara tahun 1992 nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomr 3495)

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan (Depkes, 2008 : :4)

2.3.3. Tata Laksana Kepesertaan

Dalam menetapkan keanggotaan peserta Jamkesmas terdapat beberapa ketentuan umum yang antara lain :

(33)

2. Jumlah sasaran pesera Program Jamkesmas tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes Kesehatan RI (MENKES). Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota

3. Berdasarkan kuota/kota sebagaimana butir kesua di atas, bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota dalam satutan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat

4. Bagi kabupaten/ kota yang telah menetapkan peserta Jamkesmas lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada :

a. PT Askes (persero) setempat untuk segera diterbitkan dan didistribusikan kartu peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan

b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta Jamkesmas yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisis

(34)

d. Dinas Kesehatan kabupaten/ kota atau tim pengelola Jamkesmas Provinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaa, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan

e. Departemen kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi tim pengelola pusat, pembayaran klaim rumah sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan

5. Bagi pemerintah kabupaten/ kota yang telah menetapkan jumlah dan nama, masyarakat miskin (no, nama, dan alamat), selama proses penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh bupati/ walikota

6. Bagi pemerintah kabupaten/kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penertbitan dan pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila sampai batas waktu tersebut pemerintah kabupaten/ kota belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.

(35)

8. Setelah peserta menerima kartu baru maka lama yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu peserta 9. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan,

pengemis, anak terlantar, karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam surat keputusan bupai/ walikota, akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan kartunya

10.Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas langsung menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaanya (Depkes, 2008 : 6)

2.3.4. Administrasi Kepesertaan

Administrasi kepesertaan meliputi : registrasi, penerbitan, dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepeseraan di kabupaten/ kota

2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. Nomor kartu

b. Nama peserta c. Jenis kelamin

(36)

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta

4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu Peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan bupati/ walikota dengan tanda terima yang ditandatangani/ cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta

(37)

Bagan 1

ALUR REGISTRASI DAN DISTRIBUSI KARTU PESERTA

2.4. Tatalaksana Pelayanan Kesehatan 2.4.1. Ketentuan Umum

Adapun yang menjadi ketentuan umum dalam tata pelaksanaan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

(38)

kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat

2. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan

3. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/ BBKPM/ BKPM/ BP4/ BKIM/ dan Rumah Sakit

4. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/ POLRI dan RS Swasta yang bekerja sama dengan departemen kesehatan. Departemen kesehatan melalui dinas kesehatan kabupaten/ kota atas nama Menteri Kesehatan membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan RS setempat yang diketahui kepala dinas kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek peraturan

5. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud butir 4. Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke departemen kesehatan melalui tim pengelola kabupaten/ kota setempat setelah diverifikasi sesuai dengan ketentua yang berlaku pada program ini

(39)

7. Pelayanan obat di Puskesmas beserta jaringannya dan di Rumah Sakit dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk memenuhi kebutuhan obat generic di puskesmas dan jaringannya akan dikirim langsung melalui pihak ketiga frangko kabupaten/ kota

b. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi/ Apotik rumah sakit bertanggung jawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang diperlukan. Agar terjadi efesiensi pelayanan obat dilakukan dengan mengacu kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program ini

c. Apabila terjadi kekurangan dan ketiadaan obat sebagaimana butir b di atas maka Rumah Sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui kordinasi dengan pihak-pihak terkait

d. Pemberian obat untuk pasien RJTP dan RJTL diberikan selama 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis

e. Apabila terjadi peresepan obat di luar ketentuan sebagaimana butir b di atas maka pihak RS bertanggung jawab menanggung silisih harga tersebut

f. Pemberian obat di RS menerapkan prinsip one day dose dispensing

g. Instalasi farmasi/ Apotik Rumah Sakit dapat mengganti obat sebagaimana butir di atas dengan obat-obatan yang jenis dan harganya sepadan dengan sepengetahuan dokter penulis resep

(40)

penunjang diagnostic, pelayanan darah serta pelayanan lainnya (kecuali pelayanan haemodialisa) dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas tahun 2008, atau penggunaan INA-DRG( apabila sudah diberlakukan), sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnose sebagai dasar pengajuan klaim

9. Apabila dalam proses pelayanan terdapat kondisi yang memerlukan pelayanan khusus dengan diagnosa penyakit/ prosedur yang belum tercantum dalam Tarif Paket INA-DRG sebagaimana butir 8, maka kepala Balai/ Direktur Rumah Sakit member keputusan tertulis untuk sahnya penggunaan pelayanan tersebut setelah mendengar pertimbangan dan sara dari Komite Mendik RS yang tarifnya sesuai dengan jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas tahun 2008

10.Pada kasus-kasus dengan diagnose sederhana, dokter yang memeriksa harus mencantumkan nama jelas

11.Pada kasus-kasus dengan diagnose yang kompleks harus dicantumkan nama dokter yang memeriksa dengan diketahui oleh komite mendik RS

12.Untuk pemeriksaan pelayanan dengan menggunakan alat canggih (CT Scan, MRI, dan lain-lain), dokter dengan menangani harus mencantumkan namanya dengan jelas dan menandatangani lembar pemeriksaan/ pelayanan kemudian diketahui oleh Komite Mendik

(41)

14.Verifikasi pelayanan di Puskesmas (RJTP,RITP, Persalinan dan Pengiriman specimen, transportasi dan lainnya) dilaksanakan oleh pelaksana verifikasi

15.Verifikasi pelayanan di BKKM/ BBKPM/ BKPM/ BP4/ BKIM dan Rumah Sakit dilaksanakan oleh pelaksanan verifikasi

16.Peserta tidak boleh dikenakan biaya dengan alasan apapun

17.Dalam hal sengketa terhadap hasil penilaian pelayanan di BKKM/ BBKPM/ BKPM/ BP4/ BKIM dan rumah sakit maka dilakukan langkah-langkah penyelesaian dengan meminta pertimbangan kepada tim Ad-Hok yang terdiri dari unsur-unsur dinas kesehatan propinsi, IDI wilayah, Arsada, dan MAB (Medical Advisor Board) dan keputusannya bersifat final (Depkes, 2008 : 9).

2.4.2. Prosedur Pelayanan

Prosedur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut : 1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasat berkunjung ke Puskesmas dan

jaringannya

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh bupati/ walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya

(42)

4. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke tiga diatas meliputi :

a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di RS, BKMM/ BBKPM/ BKPM/ BP4/ BKIM

b. Pelayanan rawat inap kelas III di Rumah Sakit c. Pelayanan obat-obatan

d. Pelayanan rujukan spevimen dan penunjang diagnostic

5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/ BBKPM/ BKPM/ BP4/ BKIM dan rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Akes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Akes (Persero) surat Keabsahan Peserta (SKP) dan peserta selanjutanya mendapatkan pelayanan kesehatan 6. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan inap di BKMM/ BBKPM/ BKPM/BP4/

BKIM dan rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari puskesmas di Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan diverifikasi kebenarannya oleh PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKP dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap

(43)

lengkap, petugas PT Askes (Persero) Surat Keabsahan Peserta (SKP). Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap.

8. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan diberi waktu maksimal 2x24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu yang bersangkutan belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud di atas maka Direktur RS dapat menerapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. (Depkes, 2008 : 13)

Bagan 2

ALUR PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Peserta Loket RS SKP

Pelayanan Kesehatan

Pulang RJTL

RITL

Kasus Emergency Daftar Peserta

(44)

2.5 Pelayanan Kesehatan

2.5.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memudahkan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995:1).

2.5.2. Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (Tjitarsa, 1992 : 5)

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya, bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumber daya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya social yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya 3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor

ang mempengaruhi kesehatan adalah factor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi dan lingkungan

(45)

tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan sehat.

2.5.3. Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Menurut Evan (www.astaqauliyah.com) dibandungkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymmetry of information dan externality. Ketiga cirri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan dengan produk atas jasa lainnya.

1). Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relative berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia menderita sakit.

2). Asymmetry of Information

(46)

kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaar dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang professor sekalipun.

3). Externality

Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (publik). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein.

2.5.4. Syarat-syarat pelayanan kesehatan

(47)

1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat

2. Kewajaran Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

7. Efesiensi Pelayanan Kesehatan

(48)

8. Mutu Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Secara umum dimensi kepuasan pasien bervariasi sekali. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standard dank ode etik profesi dapat memuaskan pasien. Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang mengacu pada standard an kode etik profesi yang pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien (Azwar, 1995 : 34-33).

a. Hubungan Dokter-Pasien

Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah satu dari kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan dokter-pasien yang baik ini harus dapat dipertahankan. Sangat diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.

b. Kenyamanan Pelayanan

(49)

c. Kebebasan Melakukan Pilihan

Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila kebebasan memilih ini dapat diberikan, dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pelayanan kesehatan.

d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan kompetensi teknis bukan saja merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi juga merupakan prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan memakai tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

e. Efektifitas Pelayanan

Semakin efektif pelayanan kesehatan tersebut, maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

f. Keamanan Tindakan

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, dan karena itu tidak boleh dilakukan.

Adapun kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR. Wowoeutu (Noveniawanata, http://one.indoskripsi.com) adalah :

(50)

5. Dapat menguntungkan semua pihak

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terdapat tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta cirri atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan penilaian ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat multi-demensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing orang (Azwar, 1995 : 30).

2.6. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas

Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah sakit, yaitu: 1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), yang meliputi :

a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau umum

b. Rehabilitasi medik

c. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, rafiologi dan elektromedik d. Tindakan medis kecil atau sedang

e. Pemeriksaan pengobatan gigi tingkat lanjutan

f. Pemberian obat yang mengacu pada Formalium rumah sakit g. Pelayanan darah

h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulit 2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), yang meliputi :

a. Akomodasi rawat inap pada kelas III

(51)

c. Penunjang diagnosik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik d. Tindakan medis

e. Operasi sedang dan besar f. Pelayanan rehabilitasi medis g. Perawatan intensif (ICU)

h. Pemberian obat mengacu Formalium rumah sakit i. Pelayanan darah

j. Persalinan dengan resiko tinggi

3. Pelayanan Gawat Darurat (Emergency) merupakan bagian dari program Jamkesmas yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Umum Sidikalang terhadap pasien yang sedang kritis atau dalam keadaan darurat (Depkes, 2008 : 15).

2.7. Kerangka Pemikiran

Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

(52)

karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran (out of pocket), kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah.

Oleh karena itu, pemerintah telah mengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sejak 1 january 2005 program ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang popular dengan nama Askeskin yang kemudian pada tahun 2008 diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas.

Pelaksanaan dan pengelolaan Program Jamkesmas dilakukan oleh Departemen Dinas Kesehatan, PT. Askes (Persero) dan Verifikator Independen, tugas dari ketiga lembaga ini adalah membantu masyarakat sangat miskin, miskin, dan mendekati miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dengan cara mendata dan mengikutsertakan mereka menjadi pengguna atau peserta Jamkesmas. Apabila masyarakat terdaftar sebagai peserta Jamkesmas maka mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

(53)

mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap pelaksanaan program Jamkesmas oleh Rumah Sakit Umum Sidikalang.

Bagan 3 Kerangka Pemikiran

Respon positif :

a. Setuju dengan adanya pelayanan kesehatan b. Memahami program Jamkesmas

c. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperoleh dengan gratis Respon Negatif :

a. Tidak setuju dengan adanya pelayanan kesehatan b. Tidak memahami program Jamkesmas

c. Pelayanan kesehatan yang tidak diperoleh dengan gratis Rumah Sakit Umum

Sidikalang

Masyarakat

Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program JAMKESMAS

Program JAMKESMAS

(54)

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan suatu istilah atau defenisi yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989 : 33).

Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui respon masyarakat kota sidikalang terhadap pelaksanaan program Jamkesmas oleh Rumah Sakit Umum Sidikalang, oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dan dalam penelitian ini maka dirumuskan dan didefenisikan istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menggaburkan penelitian.

Yang menjadi konsep penelitian ini adalah :

1. Respon adalah tanggapan, reaksi maupun jawaban dimana tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan merupakan salah satu program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau kurang mampu dan tidak mampu. Dan program bantuan social ini diselenggarakan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan untuk menjamin hak masyarakat atas pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 pasal 28H dan undang-undang No.40 tahun 2004 tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional yang diselenggarakan secara nasional.

(55)

4. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan secara sendiri maupun kelompok dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.

2.8.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati. (Ulber Silalahi, 2009 : 120).

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat pengguna Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Sidikalang dalam program Jamkesmas kepada pasien rawat jalan dan rawat inap, meliputi 1. Sikap penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi penilaian, penolakan

atau penerimaan serta suka atau tidak suka terhadap program.

2. Persepsi penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi pengetahuan tentang apa, bagaimana dan tujuan program.

3. Partisipasi penerima program mengenai keterlibatan dan keaktifan dalam pelaksanaan program.

(56)

pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesmas, prosedur administrasi dan intensitas pemakaian kartu Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Sidikalang.

1. Respon Positif

a. Setuju dengan adanya pelayanan kesehatan b. Memahami program Jamkesmas

c. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperoleh dengan gratis 2. Respon Negatif

a. Tidak setuju dengan adanya pelayanan kesehatan b. Tidak memahami program Jamkesmas

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Tipe Penelitian

Adapun penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998 : 73).

3. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sidikalang jalan Barisan Nauli Kabupaten Dairi. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan program Jamkesmas.

3. 3 Populasi dan Sampel 3.3. 1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998 : 141).

(58)

pada bulan January 2010, jumlah populasi yang diperoleh 200 orang yang sah sebagai penerima program Jamkesmas.

3.3. 2 Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representative atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya (Arikunto 1998 : 120). Jika sampel lebih dari 100 maka diambil sampelnya sejumlah 10-15% atau 20-25% dari jumlah sampel. Berdasarkan ketentuan diatas maka sampel yang diambil dari populasi penduduk kota Sidikalang adalah sebanyak 10% dari jumlah populasi tersebut. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 10/100x200 orang = 20 orang. Sampel terdiri dari dua kategori yaitu 10 orang pasien rawat jalan dan 10 orang pasien rawat inap yang terdaftar sebagai penerima program Jamkesmas.

3. 4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian digunakan teknik sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

(59)

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada masyarakat sebagai penerima jamkesmas yang menjadi responden

3. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3. 5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini sering disebut sebagai summated scale yang berisi sejumlah pernyataan dengan kategori respon, ditentukan alternatif kategori respon atau satu seri item respon (compiling possible scale item) yang mengekspresikan luas jangkauan sikap dari ekstrem positif ke ekstrem negatif untuk direspon oleh responden (Silalahi, 2009 : 229)

Pemberian skor data dilakukan mulai respon yang negative menuju respon yang positif, yakni :

(60)

Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah :

a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya

b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisan serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian c. Tabulasi, yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban skor

dari masalah yang diteliti.

d. Membagi kedalam dua kategori dalam menganalisis sikap, persepsi dan partisipasi pasien rawat jalan dan rawat inap.

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka ditentukanlah interval kelas sebagai skala pengukuran, yaitu :

I = H-L i = interval kelas

K H = nilai tertinggi

i = 1- (-1)

I = 1-(-1) L = nilai terendah

3 K = banyak kelas

= 2 = 0,66 3

(61)

Negatif Netral Positif

-1

-1 -0,66 -0,33 0 0,33 0,66 1

Maka untuk menentukan kategori respon positif atau negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :

Respon dengan nilai -1 sampai dengan – 0,33 = respon negatif Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif

(62)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4. 1 Latar Belakang Lembaga

Rumah Sakit Umum Sidikalang terletak di Kabupaten Dairi beribukota Sidikalang yang beralamat di Jln. Rumah sakit umum No.19 Sidikalang dan terletak pada bagian Barat Laut Propinsi Sumatera Utara, dan juga berbatasan dengan Kab. Karo, Kab. Samosir, Kab. Pakpak Bharat, dan Kab. Aceh Darussalam.

Kabupaten Dairi mempunyai luas 1.916,25 km2, yaitu sekitar 4,39 % dari luas Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi yang terletak antara 98000”-98030” dan 2015”-3010LU. Sebagian besar tanahnya gunung-gunung dan berbukit-bukit, dengan iklim hujan tropis.

Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi + 267.629 jiwa dengan banyaknya rumah tangga 61.673, berdasarkan jenis kelamin laki-laki 133.426 jiwa, perempuan 134.426 jiwa, Penduduk Kabupaten Dairi terdiri dari beberapa ragam suku antara lain suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Jawa, Aceh, Nias dan sebagainya.

Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang dipimpin oleh seorang Direktur RSUD Sidikalang yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Bupati Melalui Sekretaris Daerah.

(63)

Kesehatan. Berkaitan dengan pandangan kedepan bahwa RSUD Sidikalang dalam membuat program kerja dan kegiatan setiap tahunnya sesuai dengan kewenangan bertujuan untuk menjadikan Rumah Sakit Pemerintah yang terdepan di Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Sidikalang dituntut untuk mampu memberikan serta menyediakan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat. Untuk itu RSUD Sidikalang menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan khususnya di Kabupaten Dairi. Dengan berbagai program yang telah dan sedang dilaksanakan RSUD Sidikalang antara lain meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan kerjasama dengan instansi / lembaga terkait dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan kesehatan sehingga keberadaan RSUD Sidikalang benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya warga Dairi dan sekitarnya.

Untuk melaksanakannya, Rumah Sakit Umum Sidikalang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan 5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

(64)

4.2 Organisasi RSUD Sidikalang

Susunan organisasi di RSUD Sidikalang sebagai berikut : 1. Direktur

2. Subbagian Kesekreatariatan dan Rekam Medik a. Urusan Kepegawaian

b. Urusan Rumah Tangga c. Urusan Rekam Medis d. Urusan Laporan (PPL) 3. Seksi Pelayanan

a. Sub. Seksi Pelayanan I b. Sub. Seksi Pelayanan II 4. Seksi Keperawatan

a. Sub. Seksi Keperawatan I b. Sub. Seksi Keperawatan II 5. Subbagian Keuangan dan Program

a. Urusan Perbendaharaan b. Urusan Mobilisasi c. Urusan Verifikasi d. Urusan Program 6. Komite Medis

(65)

10.Instalasi Gawat Darurat 11.Instalasi Radiologi 12.Instalasi Gizi

13.Instalasi Bedah Sentral

14.Instalasi Pemeliharaan Sarana RS 15.Instalasi Laboratorium

4. 3 Ketenagaan a. Medis

1. Dokter Umum

2. Dokter Spesialis ( Obgin, Bedah, penyakit dalam ) 3. Dokter Gigi

4. Dokter PPDS b. Paramedis

1. Perawat 2. Bidan 3. Perawat gigi

c. Paramedis Non Perawatan 1. Gizi

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5 Distribusi Menurut Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tempat penampungan sampah yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang juga tidak dilapisi dengan plastik sesuai

Tabel 4.4 Tabulasi Data Persepsi Kepuasan Pasien terhadap Dimensi Reliability Pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang

Dari hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa nilai indeks kepuasan masyarakat pada kinerja RSUD Kota Madiun adalah 70% yang berarti bahwa mayoritas pasien rawat

Pasien merupakan konsumen pengguna jasa layanan kesehatan. Pasien di rumah sakit terbagi menjadi pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien gawat

Kualitas pelayanan Rumah sakit umum daerah (studi tentang kepuasan pasien rawat inap peserta jamkesmas pada Rumah sakit umum daerah kabupaten Indramayu).. Jurnal aspirasi

Sidikalang, penderita stroke pada tahun 2013-2015 sebanyak 212 orang dan stroke menjadi penyebab kematian nomor satu pasien rawat inap di RSUD Sidikalang.. dengan

”Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Terhadap Pelayanan Kefarmasian Menurut Jaminan Kesehatan Nasional” tepat pada waktunya,

Tabel 4.8 Tabulasi Data Persepsi Kepuasan Pasien terhadap Dimensi Tangibles Pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang