PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP
VIABILITAS BENIH BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.Urban)
IKA NIRMA SARI 060301036
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP
VIABILITAS BENIH BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.Urban)
SKRIPSI
Oleh:
IKA NIRMA SARI 060301036
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP
VIABILITAS BENIH BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.Urban)
SKRIPSI
Oleh:
IKA NIRMA SARI 060301036/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.Urban) Nama : Ika Nirma Sari
NIM : 060301036 Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc. Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
IKA NIRMA SARI: Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.Urban) dibimbing oleh T. CHAIRUN NISA dan HAPSOH.
Pengaruh kombinasi lama pengeringan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih bengkuang belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2010 menggunakan rancangan acak lengkap
faktorial 2 faktor yaitu lama pengeringan dengan 4 taraf (K0 = 0 hari, K1 = 1 hari, K2 = 2 hari dan K3 = 3 hari), lama penyimpanan dengan 5 taraf (S0 = 0 minggu, S1 = 2 minggu, S2 = 4 minggu, S3 = 6 minggu, dan S4 = 8 minggu).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap pada pengamatan parameter kadar air benih, laju perkecambahan, persentase daya kecambah. Lama penyimpan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot segar kecambah. Interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pengamatan parameter laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot segar kecambah. Benih yang berkecambah memiliki pola perkecambahan hipogeal.
ABSTRACT
IKA NIRMA SARI. Effect of Drying and Storage on Seed viability Of yam bean (Pachyrhizus erosus L.Urban) supervised by T. CHAIRUN NISA and HAPSOH.
Effect of combination of drying time and storage time on the viability of the seeds of yam bean has not been widely researched in this area. For that a study has been conducted in the Laboratory of Biology, Faculty of Agriculture USU ( + 25 m asl) March – May 2010 using a completely randomized design factorial two factors are drying time with four levels (K0 = 0 day, K1 = 1 day, K2 = 2 days and K3 = 3 days), periode of storage with five levels (S0 = 0 week, S1 = 2 weeks, S2 = 4 weeks, S3 = 6 weeks, and S4 = 8 weeks).
RIWAYAT HIDUP
Ika Nirma Sari dilahirkan di Muara Bungo pada tanggal 05 September 1988 dari Bapak Suarji dan Ibu Parwanti. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 064988 Medan lulus tahun 2000, SLTP Negeri 34 Medan lulus tahun 2003, SMA Negeri 2 Medan lulus tahun 2006. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai Asisten Laboratorium Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan 2008/2009 dan 2009/2010, Asisten Laboratorium Botani Umum tahun 2008/2009 dan 2009/2010, Asisten Laboratorium Anatomi Tumbuhan tahun 2008/2009 dan 2009/2010 dan Asisten Laboratorium Planktonologi tahun 2009/2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt atas segala rahmat, ridho, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Adapun
judul penelitian yaang dipilih adalah ”Pengaruh Lama Pengeringan
dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Bengkuang
(Pachyrhizus erosus L.Urban).”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suarji dan Ibunda Parwanti atas kasih sayang, dukungan, serta doanya. Kepada seluruh keluarga tercinta terima kasih atas segala doa dan dukungannya. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada sahabat terbaik saya, Chairil Azhar, dan teman terbaik saya, Ryan, Abdul, Dyan, Dinda Khai, Riza, Lirih, Ariany, Fitria, BDP ’06, BDP’ 09 dan rekan-rekan asisten Laboratorium Morfologi dan Anatomi Tumbuhan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat... 13
Metode Penelitian ... 13
PELAKSANAAN PENELITIAN Sumber Benih... 16
Persiapan Benih ... 16
Persiapan Media Perkecambahan ... 16
Pengeringan Benih ... 16
Pemeliharaan... 17
Penyiraman ... 17
Pengamatan Parameter... 17
Kadar Air Benih (%) ... 17
Persentase Daya Kecambah (%) ... 18
Persentase Kecambah Normal (%) ... 18
Laju Perkecambahan (hari) ... 18
Bobot Segar Kecambah (g) ... 19
Pola Perkecambahan ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20
Pembahasan... 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35
Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kadar air benih bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan ... 21 2. Laju perkecambahan bengkuang pada perlakuan lama
pengeringan dan lama penyimpanan... 22
3. Persentase daya kecambah bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan... 24 4. Persentase kecambah normal bengkuang pada perlakuan lama
pengeringan dan lama penyimpanan... 26
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Grafik Hubungan Antara Kadar Air Benih Dengan Berbagai
Taraf Lama Pengeringan ... 21
2. Grafik Hubungan Antara Laju Perkecambahan Dengan Lama Pengeringan Pada Berbagai Lama Penyimpanan ... 23
3. Grafik Hubungan Antara Laju Perkecambahan Dengan Lama Peyimpanan Berbagai Taraf Pengeringan ... 23
4. Grafik Hubungan Antara Persentase Daya Kecambah Dengan Lama Pengeringan Pada Berbagai Lama Penyimpanan... 25
5. Grafik Hubungan Antara Persentase Daya Kecambah Dengan Lama Peyimpanan Berbagai Taraf Pengeringan ... 25
6. Grafik Hubungan Antara Bobot Segar Kecambah Dengan Lama Pengeringan Pada Berbagai Lama Penyimpanan ... 27
7. Grafik Hubungan Antara Bobot Segar Kecambah Dengan Lama Peyimpanan Berbagai Taraf Pengeringan ... 28
1. Pola Perkecambahan Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban)... 28
2. Pengeringan Benih ... 39
3. Penyimpanan Benih ... 39
4. Pengecambahan Benih ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Dokumentasi Penelitian ... 39
2. Rangkuman Data Penelitian... 41
3. Data Pengamatan Kadar Air Benih ... 43
4. Sidik Ragam Kadar Air Benih ... 44
5. Data Pengamatan Laju Perkecambahan ... 45
6. Sidik Ragam Laju Perkecambahan ... 46
7. Data Pengamatan Persentase Daya Kecambah ... 47
8. Sidik Ragam Persentase Daya Kecambah... 48
9. Data Pengamatan Persentase Kecambah Normal ... 49
10. Sidik Ragam Persentase Kecambah Normal... 50
11. Data Pengamatan Bobot Segar Kecambah... 51
12. Sidik Ragam Bobot Segar Kecambah ... 52
13. Data Pengamatan Kadar Air Benih Pembanding ... 53
14. Data Pengamatan Laju Perkecambahan Pembanding ... 53
15. Data Pengamatan Persentase Daya Kecambah Pembanding ... 53
16. Data Pengamatan Persentase Kecambah Normal Pembanding ... 54
ABSTRAK
IKA NIRMA SARI: Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.Urban) dibimbing oleh T. CHAIRUN NISA dan HAPSOH.
Pengaruh kombinasi lama pengeringan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih bengkuang belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2010 menggunakan rancangan acak lengkap
faktorial 2 faktor yaitu lama pengeringan dengan 4 taraf (K0 = 0 hari, K1 = 1 hari, K2 = 2 hari dan K3 = 3 hari), lama penyimpanan dengan 5 taraf (S0 = 0 minggu, S1 = 2 minggu, S2 = 4 minggu, S3 = 6 minggu, dan S4 = 8 minggu).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap pada pengamatan parameter kadar air benih, laju perkecambahan, persentase daya kecambah. Lama penyimpan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot segar kecambah. Interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pengamatan parameter laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot segar kecambah. Benih yang berkecambah memiliki pola perkecambahan hipogeal.
ABSTRACT
IKA NIRMA SARI. Effect of Drying and Storage on Seed viability Of yam bean (Pachyrhizus erosus L.Urban) supervised by T. CHAIRUN NISA and HAPSOH.
Effect of combination of drying time and storage time on the viability of the seeds of yam bean has not been widely researched in this area. For that a study has been conducted in the Laboratory of Biology, Faculty of Agriculture USU ( + 25 m asl) March – May 2010 using a completely randomized design factorial two factors are drying time with four levels (K0 = 0 day, K1 = 1 day, K2 = 2 days and K3 = 3 days), periode of storage with five levels (S0 = 0 week, S1 = 2 weeks, S2 = 4 weeks, S3 = 6 weeks, and S4 = 8 weeks).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu daerah sentra produksi bengkuang di Indonesia adalah kota Padang. Tetapi tidak seluruh kecamatan di Padang memiliki lahan bertanam bengkuang. Dari 11 kecamatan, budidaya bengkuang hanya ditemukan di empat kecamatan : Kecamatan Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh. Tahun 2005 areal tanam mencapai 130 hektar dengan rata – rata produksi 192 kuintal per hektar (total produksi 2.765 ton). Tahun 2006, areal seluas 128 hektar dan produksi rata-rata 192 kuintal per hektar (total 2.208 ton) (http://tusrisep.wordpress.com, 2008).
Kendala yang dihadapi oleh para petani bengkuang adalah benih bengkuang tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama dan kebanyakan petani memakai biji yang berasal dari pertanaman sebelumnya. Oleh karena benih tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama maka ketersediaan benih bengkuang untuk musim tanam berikutnya menjadi terbatas dan para petani hanya dapat menyimpan biji yang dihasilkan pada saat panen untuk digunakan pada musim tanam berikutnya. Penyimpanan dalam waktu yang lama dan pada penanganan yang kurang baik dapat menurunkan viabilitas benih, sehingga pada saat benih ditanam di lapangan banyak benih yang tidak tumbuh atau tumbuh tidak normal.
3 hari dan dikemas dalam goni plastik. Penyimpanan dengan menggunakan goni plastik dapat menyebabkan menurunnya viabilitas akibat keluar masuknya udara dalam kemasan dan mempermudah masuknya hama maupun cendawan penyimpanan, selain itu menyimpan benih dalam polong membutuhkan kemasan dalam volume yang besar sehingga kurang praktis bila digunakan.
Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan menurunkan kadar air kepada taraf yang sesuai sehingga benih dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengeringkan biji, pengeringan biji dapat dilakukan di luar atau didalam ruangan.
Berapa lama benih dapat disimpan sangat tergantung pada kondisi benih dan lingkungannya sendiri. Beberapa tipe benih tidak mempunyai ketahanan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama atau sering disebut benih rekalsitran. Sebaliknya benih ortodoks mempunyai daya simpan yang lama dan dalam kondisi penyimpanan yang sesuai dapat membentuk cadangan benih yang besar di tanah (Schmidt, 2000).
Tujuan utama dari penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang tercapai pada saat benih masak fisiologis (Sutopo, 1998).
tidak terlepas dari penggunaan wadah simpan. Menurut Siregar (2000) beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan dari wadah adalah permeabilitas yaitu kemampuan wadah untuk menahan kelembaban dan gas pada tingkatan tertentu, kemampuan wadah untuk mempertahankan suhu, ukuran lubang tertentu yaitu penanganan, biaya harus diperhitungkan dengan nilai nominal dari benih itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dan penyimpanan terhadap viabilitas benih bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dan penyimpanan terhadap viabilitas benih bengkuang (Pachyrhizus erosus L.Urban).
Hipotesa Penelitian
1. Pengeringan nyata mempertahankan viabilitas benih bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) selama dalam penyimpanan
2. Penyimpanan nyata menurunkan viabilitas benih bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban)
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah : Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae Genus : Pachyrhizus
Spesies : Pachyrhizus erosus L. Urban
Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran tunggang, dimana panjang akar dapat mencapai 2 m. Akar bengkuang memiliki kemampuan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat nitrogen dari udara. Akar bengkuang berkembang menjadi umbi yang berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih dengan rasa yang manis (Heyne, 1987).
Daun merupakan daun majemuk beranak daun 3, dengan bentuk tulang daun menyirip. Daun bengkuang merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki helaian dan tangkai daun saja. Panjang tangkai daun berkisar antara 8,5-16 cm. Anak daun berbentuk bulat telur melebar dengan ujung runcing, permukaan atas dan bawah daun berambut. Anak daun ujung berukuran paling besar, berbentuk belah ketupat dengan ukuran 7-21 x 6-20 cm (http://www.proseanet.org, 2009).
Bunga berkumpul dalam tandan di ujung atau di ketiak daun, sendiri atau berkelompok 2-4 tandan, panjang tandan dapat mencapai 60 cm. Bunga berbentuk lonceng, kelopak bunga berwarna kecoklatan dengan panjang sekitar 0,5 cm, memiliki taju hingga 0,5 cm, mahkota bunga berwarna putih ungu kebiru-biruan dengan panjang hingga 2 cm. Tangkai sari pipih dengan ujung sedikit menggulung, kepala putik berbentuk bulat (http://id.wikipedia.org, 2009).
Buah bengkuang termasuk buah polong, yang berbentuk pipih, dengan panjang 8-13 cm, memiliki rambut halus pada permukaan polongnya. Polong berisi 4-7 butir biji yang dipisahkan oleh sekat. Biji bengkuang berbentuk persegi membundar, biji pipih dan berwarna hijau kecoklatan atau coklat tua kemerahan (Heyne, 1987).
Syarat Tumbuh
Iklim
Di Meksiko tanaman tumbuh di dataran tinggi pada ketinggian hingga 1400 m dpl, dengan suhu optimum tiap harinya berkisar antara 21-280C, dengan panjang siang hari 12 jam. Umbi dan bunganya dapat diinduksi dengan cara mengurangi panjang hari (http://www.anekaplanta.wordpress.com, 2009).
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1750 m dpl. Dewasa ini bengkuang banyak ditanam pada ketinggian 500-900 m dpl. Curah hujan bervariasi antara 250-500 mm dan tidak lebih dari 1500 mm per bulan. Suhu optimal antara siang dan malam hari adalah antara 200-300C. Pada daerah dengan siang hari yang lebih panjang, pertumbuhan umbi dapat dilihat setelah 4-6 minggu tetapi pengaruhnya terbatas pada pembentukan umbi. Pada pembungaan, inisiasi pertama ketika panjang hari 12,5 jam (Sorensen, 1998).
Tanah
Tanaman leguminosae sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun demikian untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, tanaman leguminosae harus ditanam pada jenis tanah lempung berpasir atau liat berpasir. Dengan drainase dan aerasi yang cukup baik, tanaman leguminosae tumbuh baik pada tanah-tanah alluvial, grumosol, latosol dan andosol. Untuk dapat tumbuh baik, sebaiknya ditanam pada tanah yang subur, gembur dan kaya akan bahan organik (Adisarwanto, 2005).
pada pH 4,5 juga tanaman leguminosae masih dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik. Dalam pembudidayaan tanaman ini, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul (http://www.ristek.go.id, 2009).
Pengeringan Benih
Pengeringan benih berhubungan erat dengan pengurangan kadar air pada benih yang akan kita simpan. Pengeringan atau proses penurunan kadar air dapat meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan kadar air yang terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih (Chai, dkk, 1998). Proses penurunan kadar air benih dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menurunkan kadar air (Djam’an, dkk, 2006).
mekanis. Pada kadar air 8-10%, aktivitas hama gudang terhambat dan benih sangat peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air 4-8% merupakan kadar air yang aman untuk penyimpanan benih dengan kemasan kedap udara. Kadar air 0-4% merupakan kadar air yang terlalu ekstrim, dan pada beberapa jenis biji mengakibatkan terbentuknya biji keras. Penyimpanan benih pada kadar air 33-60% menyebabkan benih berkecambah (Sukarman dan Hasanah, 2003).
Syarat dari pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam ke bagian permukaan benih. Jika evaporasi permukaan terlalu cepat maka tekanan kelembaban yang terjadi akan merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan viabilitas benih (Justice dan Bass, 1990).
Pada benih ortodoks, pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur benih atau menggunakan mesin hingga kadar air benih mencapai 4-5%. Dalam pengeringan benih, suhu udara pengeringan dianjurkan tidak lebih dari 400C dengan RH yang dialirkan minimal 45%. Menurut Boyd dan Deluouche (1990) suhu pengeringan yang optimal untuk pengeringan benih tidak lebih dari 450C. Pada benih yang dengan minyak tinggi seperti kacang tanah dan kedelai, dianjurkan suhu pengeringan dan RH masing-masing tidak lebih dari 370C dan 45% .
Kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih tergantung pada berapa banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban disekelilingnya, juga tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya. Bila kadar air awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka kecepatan pengeringannya tinggi. Suatu perubahan dari pergerakan udara yang sangat lambat menjadi cepat akan meningkatkan kecepatan pengeringan. kecepatan pengeringan akan menurun sejalan dengan menurunnya kadar air benih. Hal ini berarti semakin menurun kadar air benihnya maka proses pengeringan akan berlangsung lebih lama (Justice dan Bass, 1990).
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, oksigen, suhu, dan cahaya dapat dipenuhi, biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi karena pengaruh faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa didalam biji, atau biji bermutu rendah (low vigor), kemungkinan kecambah yang dihasilkan tidak normal (Kamil, 1982).
Penyimpanan Benih
penyimpanan, hal ini disebabkan karena periode penyimpanan sangat tergantung dari jenis tanaman dan tipe benih itu sendiri.
Tinggi rendahnya viabilitas dan vigor benih sebagai pembawaan dari baik atau tidaknya kondisi sewaktu pematangan fisik benih, akan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor pada penyimpanan. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari tingginya faktor kelembaban relatif udara dan suhu. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian yang selanjutnya memiliki patokan sebagai berikut :
a. Bagi tiap terjadinya penurunan 1% pada kadar air benih, umur benih akan bertahan sampai 2 kali.
b. Bagi tiap terjadinya penurunan 50C suhu dalam penyimpanannya, maka umur benih akan bertahan sampai 2 kali.
(Kartasapoetra, 2003)
Dalam penyimpanan benih, kita juga harus memilih bahan kemasan yang akan kita gunakan dan kemampuan bahan kemasan tersebut dalam mempertahankan kadar air benih pada periode simpan yang dikehendaki. Berdasarkan penelitian Robi’in (2007) bahan kemasan yang paling baik adalah aluminium foil pada periode 2 minggu dengan kadar air 8,89%, pada periode simpan 4 minggu dengan kadar air 10,90%. Aluminium foil dapat digunakan sebagai kemasan benih, namun dalam aplikasinya harus dikombinasikan dengan bahan lain dan tetap mengacu pada sifat-sifat bahan kemasan yaitu impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan keuletan sehingga dapat mempertahankan viabilitas benih.
menyebabkan benih kehilangan viabilitas serta kemampuan berkecambahnya (Sutopo, 1988)
Penyimpanan kedap udara selain berfungsi menghambat kegiatan biologis benih, juga berfungsi menekan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban, serta mengurangi tersedianya oksigen, kontaminasi hama, kutu, jamur, bakteri dan kotoran. Kadar air awal dan kemasan sangat berpengaruh dalam mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan (Kartono, 2004).
Menurunnya daya kecambah benih yang disimpan berhubungan dengan tingginya kadar air menyebabkan struktur membran mitokondria tidak teratur sehingga permeabilitas membran meningkat. Peningkatan permeabilitas menyebabkan banyak metabolit antara lain gula, asam amino dan lemak bocor keluar sel. Dengan demikian substrat untuk respirasi berkurang sehingga energi yang dihasilkan untuk berkecambah berkurang (Tatipata, dkk, 2004).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut, mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bengkuang diambil dari Jl. Gunung Galunggung, Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai sebagai objek pengamatan, pasir sebagai media perkecambahan, air untuk menyiram kecambah, botol kaca dengan diameter 5,5 cm dan tinggi 9 cm serta aluminium foil sebagai wadah penyimpanan benih dan label nama untuk menandai setiap perlakuan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak perkecambahan sebagai wadah media perkecambahan, goni plastik untuk mengeringkan benih, oven, handsprayer untuk menyiram tanaman, timbangan analitik untuk mengukur bobot biji bengkuang, alat tulis untuk mencatat data.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
K1 = 1 hari K2 = 2 hari K3 = 3 hari
Sebagai pembanding dilakukan pula pengeringan biji yang masih berada dalam polong selama 3 hari.
Faktor II : lama penyimpanan dengan menggunakan 5 taraf, yaitu : S0 = tanpa penyimpanan
S1 = 2 minggu S2 = 4 minggu S3 = 6 minggu S4 = 8 minggu Kombinasi Perlakuan :
K0S0 K1S0 K2S0 K3S0 K0S1 K1S1 K2S1 K3S1
K0S2 K1S2 K2S2 K3S2 K0S3 K1S3 K2S3 K3S3 K0S4 K1S4 K2S4 K3S4 Jumlah ulangan : 3 ulangan
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4,5 k = 1,2,3
Yijk : hasil pengamatan dari perlakuan lama pengeringan taraf ke-i, dan lama penyimpanan pada taraf ke-j pada ulangan ke-k
µ : nilai tengah
αi : pengaruh perlakuan lama pengeringan pada taraf ke-i
βj : pengaruh perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j
(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan lama pengeringan pada taraf ke-i dan perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j
εijk : respon galat pada ulangan ke-k yang mendapat perlakuan lama pengeringan pada taraf ke-i, lama penyimpanan pada taraf ke-j
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis dengan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sumber Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih yang berasal dari Jl. Gunung Galunggung, Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai. Benih yang digunakan adalah benih yang telah matang fisiologis yang ditandai dengan polong telah berwarna hijau kekuningan.
Persiapan Benih
Polong yang telah dipanen, kemudian dikupas dan biji dikeluarkan dari polongnya. Biji yang digunakan sebagai benih adalah biji yang ukurannya seragam, berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang cendawan.
Persiapan Media Perkecambahan
Media perkecambahan yang digunakan adalah media pasir dengan ketebalan 5-10 cm. Sebelum digunakan terlebih dahulu pasir disterilkan dengan cara digongseng selama 30 menit untuk menghilangkan kontaminasi dari cendawan dan bakteri.
Pengeringan Benih
Penyimpanan Benih
Pada penyimpanan, benih dibungkus dengan aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca. Sebagai pembanding disimpan pula biji dalam polong yang telah dikeringkan dalam kemasan goni plastik (Gambar 2, Lampiran 1). Lamanya benih disimpan disesuaikan dengan perlakuan.
Pengecambahan Benih
Pengecambahan dilakukan dengan cara menanam benih dengan kedalaman tanam 1 cm dan jarak antar benih 3 cm x 3 cm (Gambar 3, Lampiran 1).
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, dengan menggunakan handsprayer hingga media menjadi lembab.
Pengamatan Parameter
Kadar Air Benih
Laju Perkecambahan
Laju perkecambahan ini dinyatakan dalam rata-rata hari berkecambah, dihitung dengan rumus:
Keterangan :
N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu
T = Jumlah waktu anatar awal pengujian sampai dengan akhir dari interval waktu tertentu
(Sutopo, 1988).
Persentase Daya Kecambah
Persentase perkecambahan dihitung pada hari ke 14 setelah dikecambahkan, dihitung dengan rumus:
Persentase Kecambah Normal
Bobot Segar Kecambah
Setelah benih dikecambahkan selama 14 hari, kecambah yang tumbuh diambil dan dibersihkan dari pasir yang melekat pada kecambah, kemudian ditimbang bobotnya sebagai bobot segar kecambah.
Pola Perkecambahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil penelitian diketahui bahwa benih pada perlakuan tanpa pengeringan setelah disimpan selama 2 minggu berjamur sehingga seluruh data pengamatan parameter pada perlakuan tersebut tidak dapat diambil dan tidak dimasukkan dalam perhitungan data statistik. Dari hasil sidik ragam yang diperoleh didapatkan hasil bahwa lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih, laju perkecambahan, persentase daya kecambah. Lama penyimpan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot segar kecambah. Interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot segar kecambah. Rangkuman data penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kadar Air Benih (%)
Hasil pengamatan persentase kadar air benih setelah disimpan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan sidik ragam pada Lampiran 4 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih, sedangkan perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter kadar air benih.
Tabel 1. Kadar air benih bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.
Kadar Air Benih (%)
Lama Penyimpanan (S) Rataan Lama Rataan 15,173 14,411 14,533 12,883 12,878
Polong 38,904 12,884 12,147 11,262 12,113 17,462 dikeringkan
3 hari
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan pengeringan 1 hari (K1) sebesar 18,316% dan terendah terdapat pada perlakuan pengeringan 3 hari (K3) sebesar 12,015%.
Hubungan antara kadar air benih dengan perlakuan lama pengeringan dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air benih dengan berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik kuadratik.
Laju Perkecambahan (hari)
Hasil pengamatan laju perkecambahan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan sidik ragam pada Lampiran 6 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan.
Rataan laju perkecambahan bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju perkecambahan bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.
Laju Perkecambahan (Hari)
Lama Penyimpanan (S) Rataan Lama
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.
(K1) dengan penyimpanan 4 minggu (S2) sebesar 5,283 hari dan laju perkecambahan terlama terdapat pada kombinasi perlakuan pengeringan 1 hari (K1) dengan tanpa penyimpanan (S0) sebesar 11,051 hari.
Hubungan antara laju perkecambahan dengan perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6
Gambar 5. Hubungan antara laju perkecambahan dengan lama pengeringan pada berbagai lama penyimpanan.
Gambar 6. Hubungan antara laju perkecambahan dengan lama penyimpanan untuk berbagai taraf pengeringan.
Pada Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara laju perkecambahan dengan lama penyimpanan untuk berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik kuadratik.
Persentase Daya Kecambah (%)
Hasil pengamatan persentase daya kecambah dapat dilihat pada Lampiran 7 dan sidik ragam pada Lampiran 8 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase daya kecambah.
Tabel 3. Persentase daya kecambah bengkuang pada kombinasi perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.
Persentase Daya Kecambah (%)
Lama Penyimpanan (S) Rataan Lama K2 = 2 hari 94,444abc 100,000a 100,000a 100,000a 100,000a 98,889 K3 = 3 hari 86,667cd 100,000a 100,000a 100,000a 100,000a 97,333 Rataan 90,000 99,630 97,037 94,074 71,852
Polong 86,666 92,223 100,000 97,777 100,000 95,333 dikeringkan
3 hari
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase daya kecambah dengan rataan tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan K2S1, K2S2, K2S3, K2S4, K3S1, K3S2, K3S3, K3S4 sebesar 100% dan terendah terdapat pada kombinasi perlakuan pengeringan 1 hari (K1) dengan penyimpanan 8 minggu (S4) sebesar 15,556%.
Gambar 7. Hubungan persentase daya kecambah dengan lama pengeringan
pada berbagai lama penyimpanan.
Pada Gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara persentase daya kecambah dengan lama pengeringan untuk berbagai lama penyimpanan membentuk model grafik kuadratik.
Pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara persentase daya kecambah dengan lama penyimpanan untuk berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik kuadratik.
Persentase Kecambah Normal (%)
Hasil pengamatan persentase kecambah normal dapat dilihat pada Lampiran 9 dan sidik ragam pada Lampiran 10 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter persentase kecambah normal.
Rataan persentase kecambah normal bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase kecambah normal bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.
Persentase Kecambah Normal (%) Lama Penyimpanan (S) Rataan Lama K2 = 2 hari 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 K3 = 3 hari 100,000 100,000 98,889 98,889 100,000 99,556 Rataan 100,000 100,000 99,623 98,042 100,000
Polong 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 dikeringkan
3 hari
perlakuan pengeringan 1 hari (K1) dengan penyimpanan 6 minggu (S3) sebesar 95,238 %.
Bobot Segar Kecambah (g)
Hasil pengamatan bobot segar kecambah dapat dilihat pada Lampiran 11 dan sidik ragam pada Lampiran 12 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar kecambah. Perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar kecambah.
Rataan bobot segar kecambah pada kombinasi perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Bobot segar kecambah bengkuang pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.
Bobot Segar Kecambah (g)
Lama Penyimpanan (S) Rataan Lama
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.
kombinasi perlakuan pengeringan 1 hari dengan penyimpanan 8 minggu sebesar 0,752 g.
Hubungan antara bobot segar kecambah dengan perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9. Hubungan bobot segar kecambah dengan lama pengeringan pada berbagai lama penyimpanan.
Gambar 10. Hubungan bobot segar kecambah dengan lama penyimpanan
untuk berbagai taraf pengeringan.
Pada Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot segar kecambah dengan lama penyimpanan untuk berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik kuadratik.
Pola Perkecambahan
Keterangan :
1. Benih 2. Radikula 3. Plumula
4. Kotiledon 5. Epikotil 6. Daun pertama
Gambar 11. Pola perkecambahan tanaman bengkuang (Pachyrhizuserosus L. Urban)
koleoptil dan terus tumbuh dan berkembang, sedangkan koleoptil sendiri berhenti tumbuh.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengeringan nyata menurunkan kadar air benih sejalan dengan lamanya benih dikeringkan. Ini menunjukkan bahwa pada saat pengeringan benih terjadi penguapan air dari dalam benih yang dipengaruhi oleh suhu dalam ruangan pengeringan yang mengakibatkan terjadinya penurunan kadar air benih yang lama kelamaan akan semakin melambat seiring dengan masa pengeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Justice dan Bass (1990) bahwa kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih tergantung pada berapa banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban disekelilingnya, juga tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya. Bila kadar air awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka kecepatan pengeringannya tinggi. Suatu perubahan dari pergerakan udara yang sangat lambat menjadi cepat akan meningkatkan kecepatan pengeringan. kecepatan pengeringan akan menurun sejalan dengan menurunnya kadar air benih.
bahwa pada benih-benih yang baru dipanen memerlukan persyaratan khusus untuk perkecambahannya, tetapi syarat khusus tersebut cenderung menghilang selama penyimpanan.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa lama pengeringan 2 hari nyata mempertahankan viabilitas benih dengan rataan persentase daya kecambah benih sebesar 98,889% dan terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar 75,333%. Lamanya pengeringan berpengaruh terhadap kadar air benih yang secara langsung berpengaruh terhadap kondisi benih pada saat penyimpanan. Pada benih yang memiliki kadar air benih yang sesuai untuk penyimpanan maka daya kecambah benih dapat dipertahankan selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa pada kadar air yang ideal, aktifitas fisiologis benih misalnya respirasi dapat ditekan sehingga daya kecambah benih dapat dipertahankan hingga waktunya benih dikecambahkan. Hal ini sesuai dengan literatur Kamil (1982) yang menyatakan bahwa pada biji kering angin (air dry seed) dengan kadar air yang sangat rendah masih terjadi proses pernapasan tetapi dengan kecepatan yang sangat rendah. Pada kecepatan pernapasan yang sangat rendah atau sama sekali tidak terjadi pernapasan, kehidupan suatu biji dapat dipertahankan (diperpanjang).
dengan Sutopo (1988) yang menyatakan bahwa viabilitas dari benih yang disimpan dengan kandungan air tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini bisa dijelaskan mengingat sifat biji yang higroskopis, biji sangat mudah menyerap uap air dari udara sekitarnya. Biji akan menyerap atau mengeluarkan air sampai kandungan airnya seimbang dengan udara disekitarnya. Kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga perombakan cadangan makanan dalam biji menjadi semakin besar.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada interaksi antara lama pengeringan dan lamanya benih disimpan pada interval waktu tertentu, bobot segar kecambah perlahan-lahan mengalami peningkatan pada saat penyimpanan selama 6 minggu lalu terjadi penurunan setelah benih disimpan selama 8 minggu. Hal ini diduga karena adanya perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah berbeda-beda antara benih yang mengakibatkan perbedaan pertumbuhan kecambah sehingga berpengaruh terhadap bobot segar kecambah. Hal ini sesuai dengan Ardian (2008) yang menyatakan bahwa lama perkecambahan dapat menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh, semakin cepat pertumbuhan kecambah maka semakin tinggi vigor kecambah. Tinggi rendahnya vigor benih akan menggambarkan kekuatan tumbuh dan pertumbuhan kecambah. Semakin tinggi vigor maka kekuatan perkecambahan menjadi lebih baik, begitu pula pertumbuhan tanaman.
polong. Benih yang dikeringkan selama 2 hari dan 3 hari kemudian disimpan dengan interval waktu 2, 4, 6, dan 8 minggu memiliki persentase perkecambahan 100% sedangkan pada benih yang dikeringkan dalam polongnya dan disimpan dengan interval waktu 2, 4, 6, dan 8 minggu memiliki persentase perkecambahan berturut-turut 92,223%, 100%, 97,777%, 100%. Hal ini diduga pada saat pengeringan benih terlebih dahulu benih disortasi dari benih yang kurang baik kualitasnya sedangkan pada benih yang masih berada didalam polong tidak dapat diketahui kualitasnya. Apabila benih yang berada dalam polong kurang baik maka daya kecambahnya juga akan berkurang.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa viabilitas benih yang paling baik adalah pada kombinasi perlakuan pengeringan 2 hari dan penyimpanan selama 6 minggu. Benih yang dikeringanginkan selama 2 hari, kadar air benih turun menjadi 12,130% sehingga mampu mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan 6 minggu dengan persentase daya kecambah 100,000%, menghasilkan kecambah yang normal 100,000%, dengan bobot segar kecambah sebesar 1,404 g. Hal ini sesuai dengan kaidah Harrington (1972) dalam Kertasapoetra (2003) menyatakan bahwa bagi tiap terjadinya penurunan 1% pada kadar air benih, umur benih akan bertahan sampai 2 kali. Bagi tiap terjadinya penurunan 50C suhu dalam penyimpanannya, maka umur benih akan bertahan sampai 2 kali.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan lama pengeringan nyata mempertahankan viabilitas benih bengkuang, lama pengeringan 2 hari dan 3 hari mampu mempertahankan viabilitas benih hingga 8 minggu penyimpanan dengan persentase daya kecambah 100,000%.
2. Penyimpanan benih pada kadar air yang tinggi 20,010% nyata menurunkan viabilitas benih selama 8 minggu penyimpanan dengan persentase daya kecambah turun hingga 15,556%.
3. Benih bengkuang memiliki viabilitas paling baik ditunjukkan oleh kadar air benih 12,130%, laju perkecambahan 5,600 hari, persentase daya kecambah 100,000%, persentase kecambahan normal 100,000% dan bobot segar kecambah 1,470 g adalah pada perlakuan lama pengeringan 2 hari dan lama penyimpanan 6 minggu dengan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai, Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika (Coffea arabica). http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2008/25.pdf [14 Mei 2010]
Boyd, A. H. dan J.C. Deluouche. 1990. Seed drying Principle. Selected Article on Seed Drying. Seed Tech. Laboratory. Missisipi State University. Missisipi. Chai, J., R. Ma, L. Li, and Y. Du. 1998. Optimum moisture contents of seeds
stored at ambient temperatures. Seed Science Research Supplement 1: 23-28.
Djam’an, D.F., D. Priadi dan E. Sudarmanowati. 2006. Penyimpanan Benih Damar (Agathis damara Salisb.) dalam Nitrogen Cair. www.unsjournals.com/D/D0702/D070215.pdf [4 Desember 2009]
Harrington, J.F. 1972. Seed storage and longevity. In: T.T. Kozlowski (Ed.).Seed biology Vol. III. Academic Press. New York.
Heyne, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 2. Sarana Wana Jaya. Jakarta.
http://id.wikipedia.org, 2009. Bengkuang (Pachyrizhus erosus L.). Diakses Tanggal 3 Desember 2009.
http://tusrisep.wordpress.com, 2008. Serba Bengkuang di Kota Bengkuang. Diakses Tanggal 12 Desember 2009.
http://www.anekaplanta.wordpress.com, 2009. Pachyrizhus erosus (L.) Urban. Diakses Tanggal 12 Desember 2009.
http://www.proseanet.org, 2009. Pachyrizhus erosus (L.) Urban. Diakses Tanggal 4 Desember 2009.
http://www.ristek.go.id, 2009/pertanian/kedelai/pdf. Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2009.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa. Bandung.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Kartono. 2004. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai Varietas Wilis pada Kadar Air dan Suhu Penyimpanan yang Berbeda. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt09204k.pdf [12 Desember 2009]
Pramono, E. 2009. Perkecambahan Benih. 2009.
http://blog.unila.ac.id/eko_p/files/2009/09/pertemuan4_-perkecambahan-benih-oht.pdf [12 Desember 2009]
Purwanti, S. 2004. Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning.
http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_1/no4_kdlaihtm&knng.pdf [12 Desember 2009]
Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf [12 Desember 2009]
Salunkhe,D.K., SS. Kadam, JK. Chavan. 1985. Postharvest Biotechnology of Seed Legumes. CRC Press, inc. Boca Raton, Florida.
Schmidt. L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Siregar, S.T. 2000. Penyimpanan Benih (Pengemasan dan Penyimpanan Benih). Balai Perbenihan Tanaman Hutan Palembang. Palembang.
Sorensen, M. 1998. Yam Bean Pachyrizus DC. International Plant Genetic Resources Institute. Italy.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sukarman dan M. Hasanah. 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panen dan Penanganan Benih. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213022.pdf [12 Desember 2009]
Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.
Tatipata, A., P. Yudono, A. Purwantoro, W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai dalam Penyimpanan. http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_2/no8_detkdlai.pdf [14 Mei 2010]
Lampiran 1. Dokumentasi penelitian
Gambar 1. Pengeringan Benih
Gambar 3. Pengecambahan Benih
Lampiran 3. Data Pengamatan Kadar Air Benih Bengkuang (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1S0 18,623 25,363 18,330 62,316 20,772 K1S1 20,036 19,689 17,688 57,413 19,138 K1S2 20,937 24,044 13,392 58,373 19,457 K1S3 15,330 12,550 16,905 44,785 14,928 K1S4 17,526 17,777 16,555 51,858 17,286 K2S0 12,505 13,106 12,292 37,903 12,634 K2S1 11,836 12,088 12,255 36,179 12,060 K2S2 12,147 12,269 12,189 36,605 12,202 K2S3 12,316 11,943 12,132 36,391 12,130 K2S4 11,182 12,157 12,220 35,559 11,853 K3S0 12,296 12,005 12,040 36,341 12,114 K3S1 12,049 11,951 12,104 36,104 12,035 K3S2 11,890 12,038 11,892 35,820 11,940 K3S3 10,652 12,042 12,078 34,772 11,591
K3S4 12,025 12,723 3,733 28,481 9,494 Total 211,350 221,745 195,805 628,900
Lampiran 4. Sidik Ragam Kadar Air Benih Bengkuang
Sumber Keragaman db JK KT F.hit Ket F.05
Perlakuan 14 505,314 36,094 6,850 * 2,09 Pengeringan (K) 2 428,074 214,037 40,623 * 3,32
Linear 1 355,194 355,194 67,414 * 4,17 Kuadratik 1 72,880 72,880 13,832 * 4,17 Penyimpanan (S) 4 39,005 9,751 1,851 tn 2,69
Linear 1 33,699 33,699 6,396 * 4,17 Kuadratik 1 0,043 0,043 0,008 tn 4,17 Sisa 2 471,572 235,786 44,751 * 3,32 Interaksi K x S 8 38,234 4,779 0,907 tn 2,27
Galat 30 158,065 5,269 Total 44 663,379
Lampiran 5. Data Pengamatan Laju Perkecambahan Bengkuang (Hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
K1S0 11,154 10,778 11,222 33,154 11,051 K1S1 5,733 5,931 5,867 17,531 5,844 K1S2 5,261 5,070 5,517 15,848 5,283 K1S3 7,111 7,261 6,792 21,164 7,055 K1S4 6,571 6,500 6,600 19,671 6,557 K2S0 10,714 10,107 11,483 32,304 10,768 K2S1 6,400 6,500 6,400 19,300 6,433 K2S2 5,633 5,733 5,767 17,133 5,711 K2S3 5,733 5,467 5,600 16,800 5,600 K2S4 6,000 5,667 6,000 17,667 5,889 K3S0 9,654 10,840 11,222 31,716 10,572 K3S1 5,867 6,633 5,333 17,833 5,944 K3S2 5,367 5,667 5,033 16,067 5,356 K3S3 5,500 5,733 5,500 16,733 5,578 K3S4 6,200 6,433 6,233 18,866 6,289 Total 102,898 104,320 104,569 311,787
Lampiran 6. Sidik Ragam Laju Perkecambahan Bengkuang
Sumber Keragaman db JK KT F.hit Ket F.05
Perlakuan 14 177,911 12,708 97,945 * 2,09 Pengeringan (K) 2 1,314 0,657 5,066 * 3,32
Linear 1 1,262 1,262 9,727 * 4,17
Kuadratik 1 0,053 0,053 0,405 tn 4,17 Penyimpanan (S) 4 171,674 42,919 330,791 * 2,69
Linear 1 74,542 74,542 574,525 * 4,17 Kuadratik 1 78,256 78,256 603,154 * 4,17
Sisa 2 25,113 12,556 96,778 * 3,32
Interaksi K x S 8 4,922 0,615 4,742 * 2,27 Galat 30 3,892 0,130
Total 44 181,803
Lampiran 7. Data Pengamatan Persentase Daya Kecambah Bengkuang (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 8. Sidik Ragam Persentase Daya Kecambah Bengkuang
Sumber Keragaman db JK KT F.hit Ket F.05
Perlakuan 14 19532,290 1395,164 69,760 * 2,09 Pengeringan (K) 2 5206,353 2603,177 130,163 * 3,32
Linear 1 3629,956 3629,956 181,503 * 4,17 Kuadratik 1 1576,397 1576,397 78,822 * 4,17 Penyimpanan (S) 4 4381,733 1095,433 54,773 * 2,69
Linear 1 1576,414 1576,414 78,823 * 4,17 Kuadratik 1 2639,254 2639,254 131,967 * 4,17 Sisa 2 15316,620 7658,312 382,927 * 3,32 Interaksi K x S 8 9944,206 1243,026 62,153 * 2,27
Galat 30 599,982 19,999 Total 44 20132,280
Lampiran 9. Data Pengamatan Persentase Kecambah Normal Bengkuang (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 10. Sidik Ragam Persentase Kecambah Normal Bengkuang
Sumber Keragaman db JK KT F.hit Ket F.05
Perlakuan 14 65,681 4,691 0,933 tn 2.09 Pengeringan (K) 2 6,813 3,406 0,677 tn 3.32
Linear 1 1,935 1,935 0,385 tn 4.17 Kuadratik 1 4,878 4,878 0,970 tn 4.17 Penyimpanan (S) 4 25,971 6,493 1,291 tn 2.69 Linear 1 3,449 3,449 0,686 tn 4.17 Kuadratik 1 4,681 4,681 0,931 tn 4.17
Sisa 2 57,551 28,775 5,722 * 3.32
Interaksi K x S 8 32,897 4,112 0,818 tn 2.27
Galat 30 150,872 5,029
Total 44 216,552
Lampiran 11. Data Pengamatan Bobot Segar Kecambah Bengkuang (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 12. Sidik Ragam Bobot Segar Kecambah Bengkuang
Sumber Keragaman db JK KT F.hit Ket F.05
Perlakuan 14 2,371 0,169 10,740 * 2,09 Pengeringan (K) 2 0,088 0,044 2,781 tn 3,32
Linear 1 0,064 0,064 4,032 tn 4,17 Kuadratik 1 0,024 0,024 1,529 tn 4,17 Penyimpanan (S) 4 1,871 0,468 29,668 * 2,69
Linear 1 0,067 0,067 4,230 * 4,17 Kuadratik 1 1,750 1,750 111,013 * 4,17
Sisa 2 0,557 0,277 17,560 * 3,32
Interaksi K x S 8 0,412 0,051 3,266 * 2,27
Galat 30 0,473 0,016
Total 44 2,843
Lampiran 13. Data Pengamatan Kadar Air Benih Pembanding (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
PS0 40,034 38,026 38,652 116,712 38,904 PS1 12,717 13,238 12,697 38,652 12,884
PS2 12,351 12,216 11,873 36,440 12,147 PS3 11,756 10,887 11,142 33,785 11,262 PS4 12,025 12,723 11,591 36,339 12,113 Total 88,883 87,090 85,955 261,928
Rataan 17,776 17,418 17,191 17,462
Lampiran 14. Data Pengamatan Laju Perkecambahan Pembanding (Hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 15. Data Pengamatan Persentase Daya Kecambah Pembanding (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
PS0 76,666 93,333 90,000 259,999 86,666 PS1 83,333 96,667 96,667 276,667 92,223 PS2 100,000 100,000 100,000 300,000 100,000 PS3 93,333 100,000 100,000 293,333 97,777 PS4 100,000 100,000 100,000 300,000 100,000 Total 453,332 490,000 486,667 1429,999
Lampiran 16. Data Pengamatan Persentase Kecambah Normal Pembanding (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III Total 500,000 500,000 500,000 1500,000
Rataan 100,000 100,000 100,000 100,000
Lampiran 17. Data Pengamatan Bobot Segar Kecambah Pembanding (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan