• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien

Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP

Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Desita A. Saragih 061101048

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan waktu dan masukan yang sangat berharga selama proses akademik

(4)

5. Bapak Ikhsanuddin Harahap, S.Kep, MNS selaku dosen penguji I dan dan ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, M.Kep selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini 6. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administrati

7. Direktur RSUP Haji Adam malik Medan yang telah memberikan izin penelitian

8. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini

9. Teristimewa kepada keluarga tercinta ayahanda B.Saragi dan ibunda N.Pakpahan, juga kepada abang dan kakak iparku T. Saragi dan N. Siburian serta S. Saragi dan L. Siregar serta adikku Andika Saragi yang telah memberikan cinta, doa, dorongan, bimbingan, menghibur, memotivasi dan memberikan dana bagi penulis. Juga tidak lupa buat keponakan-keponakanku David Siadari, Mian Siadari, Yessi Siadari dan Jesika Siadari. Buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini

10.Terkhusus buat Adi Candra Naibaho. Terima kasih buat dukungan dan motivasi yang diberikan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(5)

masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat pengambilan data (Ester, Ernita, Mei, Henox, Murni, Yohana, Yunita, Bella, Desyi, Tiur, dll) dan terkhusus buat sahabatku Ulima Sihombing

12.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian... 4

3. Hipotesa Penelitian ... 5

4. Tujuan Penelitian ... 5

5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Gagal Ginjal Kronis ... 7

2.2 Prinsip-prinsip Hemodialisa ... 11

2.3 Penatalaksanaan Hemodialisa pada pasien ... 12

2.4.Indikasi dan komplikasi Terapi Hemodialisa ... 13

3. Konsep Dukungan Keluarga ... 14

3.1 Defenisi Keluarga ... 14

3.2 Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga ... 14

3.3 Sumber Dukungan Keluarga ... 17

3.4 Bentuk Dukungan Keluarga ... 17

3.5 Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Hemodialisa ... 19

3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 20

3.7 Pengukuran Dukungan Keluarga ... 21

4. Konsep Kualitas Hidup ... 21

4.1 Defenisi Kualitas Hidup ... 21

4.2 Teori Kualitas Hidup... 22

4.3 Komponen Kualitas Hidup ... 25

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 26

(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep ... 28

2. Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

5. Instrument Penelitian dan Pengukuran Validitas dan Reliabilitas 31 5.1 Instrument Penelitian ... 31

5.2 Validitas dan Reliabilitas ... 36

6. Pengumpulan Data ... 37

7. Analisa Data ... 37

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... 40

1.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 40

1.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan ... 42

1.3 Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan ... 43

1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan ... 45

2. Pembahasan ... 46

2.1 Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan ... 46

2.2 Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan ... 49

2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan ... 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 56

2. Rekomendasi ... 56

Daftar Pustaka ... 58

Lampiran-lampiran

(8)

3. Formulir Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuisioner Penelitian

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

6. Surat Keterangan Penelitian dari RSUP Haji Adam Malik Medan 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional. ... 29 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 41 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga pada

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

di RSUP HAM Medan ... 42 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kualitas hidup pada

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

di RSUP HAM Medan……… 44 Tabel 5. Hasil analisa hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep penelitian hubungan dukungan keluarga

(11)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Desita A. Saragih NIM : 061101048

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga pasien harus bergantung pada mesin hemodialisa seumur hidup. Pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang harus dihadapkan dengan berbagai masalah sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa. Terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Besar sampel sebanyak 40 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan kriteria sampel yaitu pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa minimal dua kali seminggu, berusia 18-65 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi, kuisioner dukungan keluarga dan kuisioner kualitas hidup. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2010. Hasil pengumpulan data diuji menggunakan uji korelasi spearmen yang digunakan untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Berdasarkan hasil analisa data korelasi spearmen diketahui bahwa koefisisen korelasinya yaitu r=0,511 dengan tingkat signifikasi p=0,001.

(12)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Desita A. Saragih NIM : 061101048

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga pasien harus bergantung pada mesin hemodialisa seumur hidup. Pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang harus dihadapkan dengan berbagai masalah sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa. Terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Besar sampel sebanyak 40 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan kriteria sampel yaitu pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa minimal dua kali seminggu, berusia 18-65 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi, kuisioner dukungan keluarga dan kuisioner kualitas hidup. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2010. Hasil pengumpulan data diuji menggunakan uji korelasi spearmen yang digunakan untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Berdasarkan hasil analisa data korelasi spearmen diketahui bahwa koefisisen korelasinya yaitu r=0,511 dengan tingkat signifikasi p=0,001.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif

dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut Annual Data Report United States Renal Data System yang dirilis pada tahun 2000, memperkirakan prevalensi gagal ginjal kronis mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dalam kurun waktu tahun 1998-2008. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia yaitu diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 8 % tiap tahun. Data yang diterima dari RSU dr. Soetomo Jakarta pada tahun 2004-2006, diperkirakan tiap tahun ada 2.000 pasien baru dengan kasus gagal ginjal. Dari data tersebut didapat bahwa sekitar 60-70 % dari pasien tersebut berobat dalam kondisi sudah masuk tahap gagal ginjal terminal sehingga pasien harus bergantung pada mesin cuci darah (hemodialisa) seumur hidup (Winata, 2007).

(14)

400 orang penderita gagal ginjal kronis yang melakukan hemodialisa seminggu dua kali dan diperkirakan setiap tahun akan terus meningkat (Anonimous, 2008). Kasus yang sama juga didapat dari survey awal peneliti pada bulan Oktober 2009 di unit hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan, yaitu terdapat 40 pasien yang menjalani hemodialisa secara rutin 2-3 kali seminggu.

Pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang harus dihadapkan dengan berbagai masalah seperti masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang hilang, depresi dan ketakutan terhadap kematian. Gaya hidup yang terencana berhubungan dengan terapi hemodialisa (misalnya pelaksanaan terapi hemodialisa 2-3 kali seminggu selama 3-4 jam) dan pembatasan asupan cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien. Hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis (Brunner & Suddarth, 2001).

Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan kepuasan atau kenikmatan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas hidup tersebut menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan mental. Yang berarti jika seseorang sehat secara fisik dan mental maka orang tersebut akan mencapai suatu kepusan dalam hidupnya. Kesehatan fisik itu dapat dinilai dari fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri pada tubuh dan persepsi tentang kesehatan. Kesehatan mental itu sendiri dapat dinilai dari fungsi sosial, dan keterbatasan peran emosional (Hays, 1992).

(15)

Kualitas hidup pasien yang optimal menjadi isu penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pasien bisa bertahan hidup dengan bantuan mesin hemodialisa, namun masih menyisakan sejumlah persoalan penting sebagai dampak dari terapi hemodialisa. Hasil penelitian Ibrahim (2009) menunjukkan bahwa 57.2% pasien yang menjalani hemodialisa mempersepsikan kualitas hidupnya pada tingkat rendah dan 42,9% pada tingkat tinggi.

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepuasan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari termasuk kepuasan terhadap status kesehatannya. Menurut Marilyn (1998), terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat hingga tingkat optimum. Moran, dkk (1997) menyatakan dukungan keluarga berpengaruh penting dalam pelaksanaan pengobatan berbagai jenis penyakit kronis sedangkan menurut Bosworth (2009) dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya

(16)

Indikasi dari dukungan keluarga tersebut berhubungan dengan derajat depresi, persepsi mengenai efek dari penyakit atau tindakan pengobatan dan kepuasan dalam hidup (Kimmel, 2001). Menurut Thong , dkk (2006) dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan (melalui perilaku sehat), psikologis dan fisiologis, dimana dukungan keluarga tersebut dapat diberikan melalui dukungan emosional, informasi ataupun memberikan nasihat.

Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa terdiri dari dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pengharapan dan dukungan harga diri. Dukungan tersebut diberikan sepanjang hidup pasien. Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang (Friedman, 1998). Dukungan keluarga yang didapat oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa menyangkut dukungan dalam masalah finansial, mengurangi tingkat depresi dan ketakutan terhadap kematian serta pembatasan asupan cairan sering (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Pertanyaan Penelitian

2.1Bagaimana dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan?

2.2Bagaimana kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan?

(17)

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu adanya

hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Tujuan Penelitian

4.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

4.2 Mengidentifikasi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

4.3 Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

5. Manfaat Penelitian

5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil yang didapat dalam penelitian ini memberikan informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan keluarga terhadap pasien yang menjalani terapi hemodialisa

5.2 Bagi Penelitian Selanjutnya

(18)

5.3 Bagi Praktek Keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1.1 Defenisi Gagal Ginjal Kronis

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Wilson, 2005).

Menurut Brunner & Suddarth (2001), gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal

(20)

Tahapan penyakit gagal ginjal kronis berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut:

Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2) Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)

Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2) Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)

Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)

Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal (Arora, 2009).

1.2 Etiologi Gagal Ginjal Kronis

Angka Perjalanan ESRD hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun. Penyebab gagal ginjal kronik yang tersering dapat dibagi menjadi tujuh kelas seperti pada tabel berikut ini (Brunner & Suddarth, 2001).

No Klasifikasi Penyakit Penyakit

1 Penyakit infeksi

tubulointerstitial

Pielonefritis kronis dan refluks nefropati 2 Penyakit peradangan Glomerulonefritis

3 Penyakit vaskuler hipertensi Nefrosklerosis benign, Nefrosklerosis maligna dan stenosis arteri renalis

4 Gangguan kongenital dan herediter

Penyakit ginjal polikistik dan asidosis tumulus ginjal

5 Penyakit metabolic Diabetes mellitus, gout,

hiperparatiroidisme dan amiloidosis. 6 Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik dan nefropati

(21)

7 Nefropati obstruktif batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal, hipertropi prostat, striktur urethra.

Baru-baru ini, diabetes dan hipertensi bertangguang jawab terhadap proporsi gagal ginjal tahap akhir (ESRD) yang paling besar, terhitung secara berturut-turut sebesar 34 % dan 21 % dari total kasus. Glomerulonefritis adalah penyebab ESRD tersering yang ketiga (17 %). Infeksi nefritis tubulointerstisial (pielonefritis kronis atau nefropati refluks) dan penyakit gagal ginjal polikistik (PKD) masing-masing terhitung sebanyak 3,4 % dari ESRD. Dua puluh satu persen penyebab ESRD sisanya relatif tidak sering terjadi yaitu uropati obstruktif, lupus eritematosis sistemik (SLE) (Sylvia & Lorraine, 2005).

1.3 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis

Pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, oleh karena itu pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari adalah usia pasien. Berikut merupakan tanda dan gejala gagal ginjal kronis (Brunner & Suddarth, 2001)

a. Kardiovaskuler yaitu yang ditandai dengan adanya hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction rub pericardial, serta pembesaran vena leher

b. Integumen yaitu yang ditandai dengan warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh serta rambut tipis dan kasar

(22)

d. Gastrointestinal yaitu yang ditandai dengan napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan diare, serta perdarahan dari saluran GI

e. Neurologi yaitu yang ditandai dengan kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, serta perubahan perilaku

f. Muskuloskletal yaitu yang ditandai dengan kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang serta foot drop

g. Reproduktif yaitu yang ditandai dengan amenore dan atrofi testikuler.

2. Konsep Hemodialisa

2.1 Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi permiabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permiabel. Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2001).

(23)

dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Cahyaningsih, 2009).

2.2 Prinsip-prinsip Hemodialisa

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Brunner & Suddarth, 2001).

(24)

kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena (Brunner & Suddarth, 2001).

2.3 Penatalaksanaan Hemodialisa pada Pasien

Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal (Wijayakusuma, 2008).

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Brunner & Suddarth, 2001).

(25)

biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2001).

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Brunner & Suddarth, 2001).

2.4Indikasi dan Komplikasi Terapi Hemodialisa

Pada umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah laju filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut dibawah :

a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata b. K serum > 6 mEq/L

c. Ureum darah > 200 mg/Dl d. pH darah < 7,1

e. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari ) f. Fluid overloaded (Shardjono dkk, 2001).

(26)

(2-5% dari dialisis), rasa gatal ((2-5% dari dialisis) dan demam pada anak-anak (<1% dari dialisis). Sedangkan komplikasi serius yang paling sering terjadi adalah sindrom disequilibrium, arrhythmia, tamponade jantung, perdarahan intrakaranial, hemolisis dan emboli paru.

3. Konsep Dukungan Keluarga

3.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi; terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki (Murray & Zentner, 1997 dan Friedman, 1998 dalam Allender & Spradley, 2001).

3.2 Fungsi dan Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Efeendy (1998), ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

1. Fungsi biologis :

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

(27)

2. Fungsi Psikologis :

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga 4. Fungsi ekonomi :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua, kesehatan keluarga dan sebagainya)

5. Fungsi pendidikan :

(28)

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Adapun fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah/PP nomor 21 tahun 1994 BAB I pasal 12 ada beberapa di antaranya adalah: 1) Fungsi Cinta kasih yaitu dengan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana. 2) Fungsi Melindungi, yaitu menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.

(29)

3.3 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Friedman, 1998).

3.4 Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Sheridan & Radmacher (1992), Safarindo (1998) serta Taylor (1999) dalam Arlija (2006) membagi dukungan keluarga ke dalam beberapa bentuk, yaitu :

1. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang behubungan dengan materi . Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol

2. Dukungan informasional

(30)

3. Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol

4. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian stres lebih baik dan juga sumber stres serta strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stresor. Dukungan sosial keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan menyarankan strategi-strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan dengan mengajak orang-orang berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif dari situasi tersebut. Individu diarahkan kepada orang yang sama yang pernah mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan nasihat dan bantuan. Individu dibandingkan dengan orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk. Pada dukungan pengharapan keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik

5. Dukungan harga diri

(31)

3.5 Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Hemodialisa

Dukungan keluarga terhadap pasien adalah sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit yang ditunjukkan melalui interaksi dan reaksi keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan dimana sifat dan jenis dukungan keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

Klien hemodialisa menghadapi perubahan yang signifikan karena mereka harus beradaptasi terhadap terapi hemodialisa, komplikasi-komplikasi yang terjadi, perubahan peran di dalam keluarga, perubahan gaya hidup, yang harus mereka lakukan terkait dengan penyakit gagal ginjal kronik dan terapi hemodialisa. Keadaan ini tidak hanya dihadapi oleh klien saja, tetapi juga oleh anggota keluarga yang lain.

(32)

Dukungan keluarga sebagai bagian dari dukungan sosial dalam memberikan dukungan ataupun pertolongan dan bantuan pada anggota keluarga yang memerlukan terapi hemodialisa sangat diperlukan. Orang bisa memiliki hubungan yang mendalam dan sering berinteraksi, namun dukungan yang diperlukan hanya benar-benar bisa dirasakan bila ada keterlibatan dan perhatian yang mendalam (Brunner & Suddarth, 2001 ).

3.6 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

(33)

dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

3.7 Pengukuran Dukungan Keluarga

Pengukuran dukungan keluarga meliputi kelima komponen dukungan keluarga yaitu dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pengharapan dan dukungan harga diri. Pengukuran dukungan keluarga tersebut dibuat dalam bentuk kuisioner sesuai dengan tinjauan pustaka untuk setiap komponen dukungan keluarga. Kuisioner tersebut akan dinilai dengan menggunakan skala likert yang kemudian akan dibagi manjadi tiga kategori dukungan keluarga yaitu kategori dukungan keluarga baik, cukup dan kurang.

4. Konsep Kualitas Hidup

4.1 Defenisi Kualitas Hidup

Menurut WHO (1994) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

(34)

harus dapat menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan jiwa. Sehingga seseorang dapat melakukan segala aktivitas tanpa ada gangguan (Ventegodt, 2003). Menurut Carr (2001) kualitas hidup merupakan persepsi individu yang dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai untuk mencapai tujuan hidup, standard dan harapan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2 Teori Kualitas Hidup

Menurut Ventegodt (2003) kualitas hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi. Dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang berpusat pada aspek hidup yang baik yaitu :

1) Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang baik yang dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu secara personal mengevaluasi bagaimana mereka menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka

2) Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan

3) Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi pana nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.

(35)

suatu rentang spekrtum dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada diantarannya yang merupakan teori kualitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup, kebahagiaan, makna dalam hidup dan pemenuhan kebutuhan, biologis dan mencapai potensial hidup.

a. Kesejahteraan

Kesejahteraan berhubungan dengan bagaimana sesuatu berfungsi dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan pemenuhan kebutuhan dan realisasi diri b. Kepuasan hidup

Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh disekitarnya maka seseorang puas. Kepuasan adalah pernyataan mental yaitu keadaan yang kognitif

c. Kebahagiaan

(36)

d. Makna dalam hidup

Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari ketidakberartian dan kesangatberartian dari hidup e. Pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan seseorang terpenuhi maka kualitas hidupnya tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang pada umumnya dimiliki oleh makhluk hidup

f. Mencapai potensial hidup

Teori pencapaian potensial hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara sifat dasarnya/titik permulaan biologis. Ini tidak mengurangi kekhususan dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat dimana pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup dari sel ke organisme sosial

g. Gambaran biologis kualitas hidup

(37)

atau tidak, dapat dilihat sebagai kondisi dari sistem informasi biologis.

4.3 Komponen Kualitas Hidup

University of Toronto pada tahun 2004 (dalam Kurtus, 2005) menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu kesehatan, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan) dan harapan (prestasi dan aspirasi individu).

a. Kesehatan

Kesehatan dalam kualitas hidup dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu secara fisik, psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal higiene, nutrisi, olah raga, pakaian dan penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi, standar-standar pribadi dan kepercayaan spiritual

b. Kepemilikan

(38)

c. Harapan

Merupakan keinginan dan harapan yang akan dicapai sebagai perwujudan dari individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan aspirasi individu) sehinggaa individu tersebut merasa berharga atau dihargai di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya melalui suatu tindakan nyata yang bermanfaat dari hasi karyanya.

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Avis (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertaman adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur, suku/etnik, pendidikan, pekerjaan dan status perkawianan. Kedua adalah medik yaitu lama menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani.

4.5 Pengukuran Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup meliputi ketiga komponen kualitas hidup yaitu

kesehatan, kepemilikan dan harapan. Komponen kesehatan yaitu terdiri dari kesehatan fisik, psikologis dan spiritual. Komponen kepemilikan meliputi hubungan dengan lingkungan serta hubungan dengan teman-teman atau tetangga. Komponen harapan yaitu bagaimana seseorang itu merasa dihargai dalam kehidupan sehari-hari (Anonimous, 2004 dalam Kurtus, 2005).

(39)
(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan dukungan keluarga (instrumental, informasional, emosional, pengharapan dan harga diri yang akan dibagi mejadi tiga kategori dukungan keluarga yaitu dukungan keluarga baik, cukup dan kurang ) dengan kualitas hidup (kesehatan, kepemilikan dan harapan) pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, suku/etnis, pendidikan, penghasilan, penyakit lain dan lamanya menjalani hemodialisa sehingga didapat kualitas hidupnya tinggi, sedang dan rendah. Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa.

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Dukungan keluarga

(41)

2. Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil Skala

Independen:

Kuisioner 20-40 kurang 41-60 cukup

Kuisioner 25-50 rendah 51-75 sedang 76-100 tinggi

(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif karena

peneliti ingin mencari hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah melakukan survei awal ke RSUP Haji Adam Malik Medan bulan Oktober 2009, diperoleh rata-rata jumlah pasien hemodialisa rutin dalam satu bulan adalah 40 orang. Menurut Arikunto (1997), jika jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sebagai sampel (Totally Sampling). Sehingga besar sampel pada penelitian ini sebanyak 40 orang.

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu minimal menjalani terapi hemodialisa 2 kali dalam satu minggu, berusia 18-65 tahun, kooperatif, dapat berbahasa Indonesia serta dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi sampel pada penelitian ini sedangkan kriteria eksklusinya yaitu pasien yang tidak sadarkan diri serta mengalami gangguan jiwa

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(43)

pemerintah sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan di kota medan, mudah dijangkau dan mempunyai unit hemodialisa. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2010 sampai Maret 2010.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini responden akan diberi informasi tentang sifat, manfaat, tujuan dan proses penelitian. Kemudian diberikan lembar persetujuan yang akan ditandatangani sebagai bukti kesediaannya menjadi responden. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas responden dengan memakai inisial nama serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari responden.

5. Instrument Penelitian dan Pengukuran Validitas dan Reliabilitas

5.1 Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuisioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu kuisioner data demografi, kuisioner dukungan keluarga dan kuisioner kualitas hidup.

a. Kuisioner Data Demografi

(44)

suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, penyakit penyerta, dan lamanya hemodialisa

b. Kuisioner Dukungan Keluarga

(45)

negatif yaitu nomor 11 dan 12. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992), p = rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu sebesar 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas pertama, maka dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP HAM dikategorikan atas kelas sebagai berikut :

20 - 40 = dukungan keluarga kurang 41 - 60 = dukungan keluarga cukup 61– 80 = dukungan keluarga baik

Untuk kuesioner masing-masing komponen dukungan keluarga (instrumental, informasional, emosional, pengharapan dan harga diri) nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 16 dan nilai terendah adalah 4. Maka dukungan untuk masing-masing komponen dukungan keluarga tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :

(46)

c. Kuisioner kualitas hidup

Kuisioner kualitas hidup bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa. Kuisioner ini dimodifikasi dari WHOQOL-SRPB Field-Test Instrument (Saxena, 2002), The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF (Anonimous, 2004) dan WHOQOL User Manual

Division of menthal Health (Anonimous, 1998). Kuisioner asli dalam

(47)

39, 40, 42, 43, 44, dan 45. Kuisioner pernyataan negatif yaitu nomor 26, 27, 28, 29,dan 41. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 100.

Dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), p= rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu sebesar 75 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk kualitas hidup maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 25. Dengan p = 25 dan nilai terendah 25 sebagai batas bawah kelas pertama, maka kualitas hidup dikategorikan atas kelas sebagai berikut :

25 – 50 = Kualitas hidup rendah 51 – 75 = kualitas hidup sedang 76 – 100 = Kualitas hidup tinggi

Untuk kuesioner masing-masing komponen kualitas hidup (kesehatan kepemilikan dan harapan) nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai terendah adalah 4. Maka dukungan untuk masing-masing komponen dukungan keluarga tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :

(48)

5.2 Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi oleh dosen keperawatan yang ahli dibidangnya yaitu Iwan Rusdi, S.Kp, M.Ns.

(49)

6. Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengirimkan izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan responden yang telah memenuhi kriteria maka responden diambil menjadi subjek penelitian.

Setelah mendapat responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuisioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Penelitian ini dilakukan setelah pasien selesai melakukan terapi hemodialisa dengan terlebih dahulu membuat kontrak dengan pasien, kemudian kuisioner diisi langsung oleh responden. Setelah semua kuisioner diisi, kemudian data dikumpulkan untuk diolah.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat.

(50)

Hungger, 1995). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen yaitu dukungan keluarga dan variebel dependen yaitu kualitas hidup. Analisa univariat ini akan ditampilkan berupa distribuasi frekuensi dan persentase.

Analisa bivariat merupakan analisa statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel. Analisa data dilakukan pada data yang terkumpul menggunakan uji korelasi spearman yaitu untuk menentukan hubungan antara dua skala ordinal. Nilai r menginterpretasikan kekuatan hubungan. Jika nilai r berada pada level 0.80 – 1.00 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat kuat, level 0.60 - 0.79 (baik plus dan minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang kuat, level 0.40 - 0.59 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang, level 0,20-0.39 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang lemah dan level 0,00-0,19 (baik plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang sangat lemah (Dahlan,2008).

(51)
(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada tanggal 16 Februari 2010 sampai dengan tanggal 16 Maret 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitiaan

Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu data demografi responden, dukungan keluarga, kualitas hidup dan mengidentifikasi ada tidaknya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.1 Distribusi Karakteristik Responden

(53)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=40) di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Februari-Maret 2010

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. Umur : 9. Lamanya menjalani hemodialisa

(54)

1.2 Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan

Dukungan keluarga pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dibagai menjadi 5 komponen yaitu dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pengharapan dan dukungan harga diri. Berdasarkan hasil analisa data sebanyak 40 responden terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan maka distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarganya adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa (n=40) di RSUP HAM Medan pada bulan Februari-Maret 2010

Dukungan keluarga Frekuensi Persentase (%)

(55)

Dari 40 pasien yang menjadi responden, mayoritas pasien yang mendapat dukungan instrumental dari keluarga dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 orang (62,5%) dan 15 orang (37,5%) dalam kategori cukup. Mayoritas pasien yang mendapat dukungan informasional dalam kategori cukup yaitu sebanyak 21 orang (52,5%) dan 19 orang (47,5%) dalam kategori baik. Mayoritas pasien yang mendapat dukungan emosional dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 orang (90,0%) dan 4 orang (10,0%) dalam kategori cukup. Mayoritas pasien yang mendapat dukungan pengharapan dalam kategori baik yaitu sebanyak 28 orang (70,0%) dan 12 orang (30,0%) dalam kategori cukup. Mayoritas pasien yang mendapat dukungan harga dalam kategori cukup yaitu sebanyak 29 orang (72,5%), 9 orang (22,5%) dalam kategori baik dan 2 orang (5%) dalam kategori kurang.

Berdasarkan analisa data untuk mengukur dukungan keluarga, maka dapat diidentifikasi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan secara keseluruhan sebesar 75% dalam kategori baik dan 25 % dalam kategori cukup.

1.3 Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan

(56)

terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan maka distribusi frekuensi dan persentase kualitas hidup adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa (n=40) di RSUP HAM Medan pada bulan Februari-Maret 2010

Kualitas hidup Frekuensi Persentase (%)

Kesehatan

Total Kualitas Hidup

Tinggi

(57)

kategori sedang. Mayoritas pasien menyatakan kualitas hidup dari komponen kesehatan spiritualnya dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 39 orang (97,5%) dan 1 orang (2,5%) dalam kategori sedang. Mayoritas pasien menyatakan kualitas hidup dari komponen kepemilikannya dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 33 orang (82,5%) dan 7 orang (17,5%) dalam kategori sedang. Mayoritas pasien menyatakan kualitas hidup dari komponen harapannya dalam kategori tinggi yaitu 25 orang (62,5%), 13 orang (32,5%) dalam kategori sedang dan 2 orang (5,0%) dalam kategori rendah.

Berdasarkan analisa data untuk mengukur kualitas hidup, maka dapat diidentifikasi kualitas hidup pada pasien gagal ginjal yang mejalani terapi hemodialisa di RSUP HAM Medan dikategorikan tinggi sebesar 87,5 % dan 12,5% dalam kategori sedang.

1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan

(58)

semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi juga kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP HAM Medan.

Tabel 5. Hasil analisa hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa (n=40) di RSUP HAM Medan pada bulan Februari-Maret 2010

Variabel r P

Dukungan Keluarga Kualitas Hidup

0,511 0,001

α = 0,01 (2-tailed)

2. Pembahasan

2.1 Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan atau proses terapeutik dalam setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga yang sakit. Proses ini menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam interaksi antara sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan (White, 2004 dalam Rismauli, 2007).

(59)

berpendapat bahwa keluarga memegang peranan penting dalam konsep sehat sakit anggota keluarganya, dimana keluarga merupakan sistem pendukung yang memberikan perawatan langsung terhadap anggota keluarganya yang sakit, dimana dukungan keluarga yang tinggi ternyata menunjukkan penyesuaian yang lebih baik terhadap kondisi kesehatan anggota keluarganya. Hal ini juga dinyatakan oleh Wills (1994) dalam Arliza (2006) bahwa dukungan keluarga yang tinggi akan membuat pasien khususnya pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dan bisa menerima kondisinya.

Dukungan keluarga yang tinggi dipengaruhi oleh usia (Friedman, 1998). Hal ini sesuai dengan data demografi yang menyatakan bahwa rata-rata usia responden sekitar 44-55 tahun, dimana pada usia tersebut keluarga masih pada masa produktif untuk memberikan bantuan dana serta masih kuat untuk menemani keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan yang diperlukan anggota keluarganya.

(60)

Dukungan keluarga secara nyata dapat dilihat secara langsung ketika keluarga selalu mendampingi pasien saat mejalani terapi hemodialisa dengan jadwal pengobatan terapi hemodialisa yang selalu teratur (Safarindo, 1998 serta Taylor, 1999 dalam Arlija, 2006). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chandra (2009) yang menyatakan bahwa dengan adanya pendampingan keluarga, pasien merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya sehingga akan memberi dampak yang baik terhadap proses penyembuhan penyakit. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Anne & David (2007), yang menyatakan bahwa ketika seseorang sedang menghadapi situasi kritis dalam kehidupan, biasanya membutuhkan orang-orang yang dapat diajak bicara dan yang mendengarkan.

(61)

2.2 Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi

Hemodialisa di RSUP HAM Medan

Menurut Brunner & Suddarth (2001), pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dihadapkan dengan berbagai masalah seperti masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, depresi dan ketakutan terhadap kematian. Hal ini akan menyebabkan ketidak puasaan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari seperti waktu mereka masih sehat.

Hasil analisa data kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP HAM Medan terhadap 40 orang responden, didapat bahwa 87,5% (35 orang) menyatakan kualitas hidupnya pada kategori tinggi dan 12,5% (5 orang) menyatakan kualitas hidupnya dalam kategori sedang. Hasil penelitian Ibrahim (2009) yang menyatakan sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa mempersepsikan kualitas hidupnya pada tingkat rendah tetapi hal ini dipertegas lagi yakni terdapat perbedaan yang bermakna pada kualitas hidup pasien menurut masalah kesehatan lain yang menyertai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di RSUP HAM Medan yang menyatakan bahwa 52,5% pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa tidak memiliki penyakit penyerta. Ibrahim (2009) juga menyatakan bahwa optimalisasi status kesehatan pasien atau meminimalisir masalah kesehatan lain yang menyertai, merupakan kunci penting dalam menumbuhkan persepsi positif terhadap kualitas hidup.

(62)

Hal ini diperkuat oleh pendapat Saskia (2004), menyatakan bahwa dari berbagai kasus yang dialami para penderita penyakit kronis, setelah mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan membantu dalam proses penyembuhan, kondisi pasien akan semakin baik dan semangat hidup semakin tinggi. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Yosep (2007) dalam Chandra (2009) mengemukakan bahwa adanya suatu penyakit serius dan kronis pada diri seorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam dalam sistem keluarga. Oleh karena itu keluarga merupakan sistem pendukung yang memberikan perawatan langsung terutama bantuan terhadap keterbatasan fisiknya pada setiap keadaan sehat sakit anggota keluarganya.

Keterbatasan fisik yang dialami oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa menyebabkan mereka merasa tidak berguna bahkaan tidak berharga. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa kondisi fisik yang dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisa akan mengakibatkan individu tidak percaya pada dirinya, merasa tidak mampu, tidak berarti, tidak berhasil dan tidak berharga. Hal ini sesuai dengan hasil analisa data kualitas hidup di RSUP HAM Medan yang menyatakan bahwa komponen harapan merupakan salah satu komponen kualitas hidup yang rendah dibandingkan dengan komponen kualitas hidup lainnya.

(63)

hubungan depresi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, menyatakan bahwa prevalensi depresi pada pasien sakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebesar 31.1% sedangkan 69.9% tidak mengalami depresi. Hal ini sesuai dengan hasil analisa data penelitian yang menyatakan bahwa komponen kesehatan psikologis 80% dalam kategori tinggi. Hal ini dimungkinkan karena adanya dukungan emosional yang diterima pasien dari keluarganya ataupun adanya koping adaptif dari pasien itu sendiri (Safarindo, 1998 dalam Arlija, 2006).

(64)

Stress yang timbul akibat pelaksanaan terapi hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronis jugaa dapat diminimalkan dengan adanya interaksi dengan lingkungan. Menurut Rachmani (2008) menyatakan bahwa dengan berkumpul bersama orang seusia, diharapkan satu sama lain bisa menyemangati. Mereka bisa curhat mengenai kondisi fisik atau masalah lainnya dengan teman satu komunitasnya. Aktivitas itu mungkin bisa meringankan beban pikiran orang tersebut. Kondisi ini sesuai dengan hasil analisa penelitian di RSUP HAM Medan, dimana kualitas hidup pada komponen kepemilikannya terutama hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya dikategorikan tinggi.

2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP HAM Medan

Hasil penelitian dukungan keluarga berhubungan secara positif terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa (r=0,511) dan didapat nilai interpretasi dengan hubungan sedang. Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikasi yaitu P=0,001, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dapat diterima.

(65)

antara sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan (White, 2004 dalam Rismauli, 2007).

Menurut Marilyn (1998), terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Moran, dkk (1997) menyatakan dukungan keluarga berpengaruh penting dalam pelaksanaan pengobatan berbagai jenis penyakit kronis sedangkan menurut Bosworth (2009), menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya.

(66)

Wills (1994) dalam sarafindo (1994) menyatakan dukungan sosial yang berasal dari keluarga membuat pasien khusus pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dan bisa menerima kondisinya. Masih dalam konteks yang sama dijelaskan bahwa manfaat tersedianya dukungan sosial menunjukkan kemungkinan terjadinya proses penyembuhan dari penyakit yang lebih cepat sembuh dengan demikian kualitas hidup pasien tersebut juga dapat meningkat.

Penelitian Nurdiana, dkk (2007) dalam Kartika (2010) menyebutkan bahwa keluarga berperan penting dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan oleh pasien di rumah sehingga akan menurunkan angka kekambuhan. Hasil penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh Dinosetro (2008) dalam Kartika (2010), menyatakan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan angka kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya serta pasien dapat beradaptasi kembali pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

(67)
(68)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Terdapat hubungan yang positif antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP HAM Medan, berarti semakin tinggi dukungan keluarga maka akan semakin tinggi juga kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang mejalani terapi hemodialisa, dimana kekuatan hubungannya sedang.

Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang mejalani terapi hemodialisa dikategorikan baik. Dari kelima komponen dukungan keluarga yaitu dukungan instrumental, informasional, emosional, pengharapan dan dukungan harga diri, didapat bahwa dukungan emosional merupakan dukungan yang paling tinggi yang diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarganya.

Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dikategorikan tinggi. Komponen kesehatan spiritual merupakan kualitas hidup yang paling tinggi yang dipersepsikan oleh pasien yang menjalani terapi hemodialisa

2. Saran

2.1Penelitian Keperawatan

(69)

perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup tersebut agar hasilnya lebih akurat

2.2Pendidikan Keperawatan

Dukungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan bahan pengajaran mata kuliah keperawatan keluarga sehingga mahasiswa mengetahui pentingnya pemberian dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

2.3Praktek Keperawatan

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Al-hilali, N. (2009). Complications During Hemodialysis. Diunduh dari

pada tanggal 28

September 2009

Alison, J. C. (2001). Measuring Quality of Llife . Diunduh dari http://www.bmj. com/cgi/content/full/322/7298/1357 pada tanggal 10 Oktober 2009

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta

Arlija, L. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Diunduh dari

Arora, P.(2009). Cronic renal failure. Diunduh dari http://emedicine.medscape. com/article/238798-overview pada tanggal 28 Oktober 2009

Avis, N. (2005). Assessing Quality of Life in Adult Cancer Survivors (QLACS). Diunduh dar Azwar, S. (2003) . Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Becker, M., dkk. (2007). Quality of Llife Questionnaire Assessment Manual. Diunduh dar pada tanggal 1 Oktober 2009

Chandra.2009. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kesembuhan Pendrita Post Teraumatic Stress Disorder (PTSD) di Pusat Pelayanan Terpadu. Diunduh dari

Bosworth, H. (2009). Friends & Family Support Improve Heart Health. Diunduh dari pada tanggal 30 September 2009

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (terjemahan, volume II). Jakarta : ECG

Budi & Indah. (2003). Hubungan DukunganKeluargal dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran Anak Pertama pada Triwulan Ketiga. Diunduh dar tanggal 17 Juni 2010

(71)

Cahyaningsih, N. D. 2009. Hemodialisa (cuci dara ). Jogjakarta : Mitra Cendikia Press

Dauglas A., Marguerite J., dan Deborah J. (1991). Quality of Life Questionnaire

Mental. Diunduh dari

David, E., dan Wendy, C. (2004). Quality of Life Questionnaire. Diunduh dari tanggal 10 Oktober 2009

Friedman, M. M. (1988). Keperawatan Keluarga:Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta : EGC

Hays, R. D. (1992). The medical outcome study (MOS): measuring functioning and wellbeing. Diunduh dari September 2009

Ibrahim, K. (2009). Kualitas Hidup Pasein Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. Diunduh dar pada tanggal 11 Oktober 2009

Julianta, R. (2008). Dukungan Keluarga Terhadap Pasien yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam malik medan. Skripsi. Program studi ilmu keperawatn universitas sumatera utara

Kartika. (2010). Hubungan Atara Dukungan Keluarga Dengan

Keberfungsian Sosial pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Diunduh dari

Kimmel, P. L. 2001.Ppsychosocial Factors in Dialysis Patients. Diunduh dari

pada

tanggal 23 Septembar 2009

Kurtus. R. (2005). University of Toronto Quality of Life Model. Diunduh dari pada tanggal 10 Oktober 2009

Moran, P.J., Alan. J.C., dan William, J.L. (1997). Social Support and Conscientiousness in Hemodialisys Adherence. Diunduh dari

(72)

Pence, K. (2007). Improving Quality Of Life For Dialysis Patients. Diunduh dari http://www.medicalnewstoday.com/articles/82370.php pada tanggal 27 Septembar 2009

Polit & Hungler. ( 1995 ). Essential of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott company

Rismauli, I. (2007). Hubungan tingkat pengetahuan dan strategi koping keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang melaksanakan hemodialisa di RSUP Dr. pringadi medan. Skripsi. Program studi ilmu keperawatn universitas sumatera utara

Saxena, S. (2002). WHOQOL-SRPB Field-Test Instrument . Diunduh dari http:// www.who.int/mental_health/media/en/622.pdf pada tanggal 15 Oktober 2009

Sylvia & Lorraine. (2005). Patofisiologi edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC

Thong, M.S.Y dkk. (2006). Social Support Predicts Survival in Dialysis Patients. Diunduh dari http://ndt.oxfordjournals. org/cgi/content/full/22/3/845 pada tanggal 15 Oktober 2009

IQOL Theory: An Integrative Theory of the Global Quality of Life Concept. Diunduh dari 2009

Wijaya. (2008). Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Diunduh dari http://www. digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=108527 pada tanggal 18 Juni 2010

Winata, S. (2007). Informasi Penyakit Ginjal. Diunduh dari http://www.geocities. com/sonnywinata/informasi_ ginjal.html pada tanggal 23 September 2009 Wirawan. (2009). Spiritualitas dan Kualitas Hidup. Diunduh dari

________. (1998). WHOQOL User Manual Division of menthal Health. Diunduh dari

(73)

________. (2008). Penderita Gagal Ginjal Setiap Tahun Meningkat. Diunduh dari 30 Oktober 2009

Gambar

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=40) di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Februari-Maret 2010
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa (n=40) di RSUP HAM Medan pada bulan Februari-Maret 2010
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa (n=40) di RSUP HAM Medan pada bulan Februari-Maret 2010

Referensi

Dokumen terkait

K esimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan perubahan indeks massa tubuh pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP

Sedang menurut (Brunner dan Suddarth, 2002: 448) Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana keseimbangan tubuh gagal

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Faktor resiko pada penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisa yang diobservasi adalah hipertensi, diabetes mellitus, penyaki ginjal polikistik,

renal tahap akhir (:SD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible  dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan. cairan

Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengobatan GGK dapat dilakukan dengan

KECElVIASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIS YANG AKAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN SKRIP SI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

LAMPIRAN D INFORMED CONSENT Saya yang bemama Eryanti Lisma, saat ini sedang melaksanakan penelitian tentang Kecemasan Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis Yang Akan Menjalani Terapi