PENGARUH MODAL KERJA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PTP. NUSANTARA I – X
T E S I S
047017025
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INTISARI
Modal kerja merupakan investasi yang ditanamkan perusahaan pada keseluruhan aktiva lancar. Efisiensi dan efektivitas perputaran modal kerja menjadi salah satu unsur penting didalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu pencapaian laba optimum yang diukur berdasarkan rasio – rasio profitabilitas.
Masalah dalam penilitian ini adalah bagaimana pengaruh modal kerja, dan hubungannya terhadap profitabilitas. Relevan dengan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti empiris tentang pengaruh dan hubungan modal kerja terhadap profitabilitas. Objek yang diteliti dalam penelitian ini, mencakup PTP Nusantara I s/d PTP Nusantara X. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, model analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan model analisis koefisien korelasi digunakan untuk menguji hubungannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah PTP Nusantara I s/d PTP Nusantara X. sampel yang ditarik adalah 51 rasio modal kerja dan profitabilitas yang berada dikisaran antara tahun 2000 s/d tahun 2006.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1). Secara simultan parameter modal kerja yang meliputi Account Receivable Turnover (ARTO), Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA) memiliki pengaruh terhadap pramaeter profitabilitas Return On Ivnestmen (ROI), sedangkan secara parsial, hanya Turnover Operating Assets (TOA) yang memiliki pengaruh terhadap pramaeter profitabilitas
ABSTRACT
Working capital is investment that invested in all current assets of the firm’s. Efficiency and effectivity of the working capital turnover be on of important unsure to achieve the firm purposed, that is optimize gain, that measured by profitability ratios.
The problem of the research is How do the affect of working capital , and its correlation with profitability. Relevance with upon problem, this research goaled to collect the empirically fact about affect and correlate between of working capital and profitability. The object that researched in this research, that is PTP. Nusantara I until PTP Nusantara X. Appropriate upon goal of this research, linear regression analysis used to test of working capital affect to profitability and correlation coefficient used to test of correlate between working capital and profitability.
The population in this research are PTP Nusantara I until PTP Nusantara X. The samples in this research are 51 working capital ratios that taken from three parameter Account Receivable Turnover (ARTO), Inventory Turnover (ITO), Turnover Operating Assets (TOA) and profitability ratios that taken from two parameter Return On Ivnestmen (ROI), and Turnover Operating Assets (TOA) that vortex between years 2000 and 2006
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : PENGARUH MODAL KERJA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PTP. NUSANTARA I - X
Nama : JUNUS HUTAHAEAN
NIM : 047017025
Program Studi : ILMU AKUNTANSI
Menyetujui : Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak
K e t u a
Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak.
A n g g o t a
Ketua Program Studi, Direktur,
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.
Telah diuji pada
Tanggal 28 Agustus 2007
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua :
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak.,
Anggota : 1.
Drs. Syamsul Bahri, TRB, MM, Ak.,
2. Dra. Srimulyani,MBA, Ak
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis,M.Si,Ak
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena anugerah dan karuniah yang
berkelimpahan diberikanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan usulan tesis.
Dalam menyelesaikan usulan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui
kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat
bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat
menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti
dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc,, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara
berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak., selaku Ketua Program Studi
Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus Ketua
Komisi Pembimbing yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan dan arahan
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri, TRB, MM, Ak., selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Jajaran Pimpinan dan Karyawan/i. PT. Perkebunan Nusantara I - IV, yang telah
memberikan izin, tempat dan kesempatan kepada penelitian untuk melakukan
penelitian.
6. Rekan – rekan mahasiswa satu almamater di Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara yang tidak mungkin penulis sebut namanya satu persatu.
Disamping itu, teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Istri
tercinta Tumiar Siagian, SE., dan Putri tersayang Jessica Huthean yang senantiasa
memberikan semangat dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa usulan tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari
segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna
penyempurnaan geladikarya ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga geladikarya ini bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.
Medan, 15 Mei 2007
Penulis,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan sebagai anak Pertama dari empat bersaudara pada tanggal 5
Oktober 1979 di Perhusoran Kecamatan Garoga. Kedua ora tua penulis adalah D.
Hutahean (+) dan M. Simatupang.
Riwayat Pendidikan, pada tahun 1986 tamat dari SD Negeri Pangaribuan Kec.
Garoga Tapanuli Utara, Tamat dari SMP Negeri 1 Pagaribuan Kec. Garoga Tapanuli
Utara, Tamat dari SMK St. Anna Medan pada tahun 1998. Pada tahun 1999 memasuki
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Bangsa Jurusan Akuntansi Program Strata I
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 2003.
Riwayat Pekerjaan, mulai tahun 1998 sampai dengan sekarang sebagai Staff
Pengajar pada Sekolah Dasar SD Antonius, Jl. Sriwijaya No. 7 Medan.
Penulis menikah dengan Tumiar Siagian, SE pada tahun 2005 dan telah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAM JUDUL
INTISARI ... i
ABSTRACT ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Penelitian ... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Konsep Dasar Manajemen Modal Kerja ... 7
1. Investasi Modal Kerja pada Pos Persediaan ... 13
2. Investasi Modal Kerja pada Pos Piutang ... 16
C. Analisis Profitabilitas ... 21
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
E. Kerangka Konseptual ... 27
F. Hipotesis ... 27
BAB III : METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27
D. Jenis dan Sumber Data ... 28
E. Definisi Operasional Variabel ... 28
F. Uji Data dan Uji Hipotesis... 29
1. Uji Data ... 29
2. Uji Hipotesis ... 32
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Data Penelitian ... 35
B. Uji Asumsi Klasik ... 35
1. Uji Normalitas Data ... 36
2. Uji Multikolineritas ... 37
3. Uji Heteroskesdastistitas... 37
C. Analisis Data ... 39
D. Pembahasan ... 41
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kerangka Konseptual ... 25
Tabel 2. Rancangan Schedule Penelitian ... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Impact on Liquidity ... 8
Gambar 2. Impact on Profitability ... 8
Gambar 3. Impact On Risk ... 9
Gambar 4. Permanent Working Capital ... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Laporan Keuangan PTP Nusantara I s/d X ... L-1A/1
Lampiran 2. Perhitungan Rasio – Rasio Modal Kerja dan Profitabilitas ... L-2/116
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas . L-3/117
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, bahwa pada prinsipnya suatu badan usaha, khususnya badan
usaha yang oriented profit motive, didirikan untuk
memperoleh laba maksimum, bertumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan yang besar dan tetap eksis. Pergeseran paradigma motif ekonomi tradisioanl “dengan modal yang sekecil – kecilnya memperoleh laba yang sebesar – besarnya” ke motif ekonomi modern “dengan investasi tertentu akan memperoleh laba tertentu” menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dibahas, dimana jumlah investasi yang ditanam kerap sekali tidak memberikan kontribusi laba sebagaimana yang diharapkan.
Fenomena ini menjadi momok yang senantiasa menakut-nakuti sebagian besar perusahaan maupun investor yang akan menanamkan modal di Indonesia, didalam menapak dan mengisi peluang – peluang pencapaian laba di era dewasa ini (pasca AFTA 2003 dan pra Globalisasi).
Menakertrans Erman Suparno (Harian SIB, 29 Juli 2006): “Membenarkan belakangan ini banyak industri, utamanya Pemilik Modal Asing (PMA) di Indonesia yang terancam tutup, 4 investor besar di Jakarta dan di Batam hengkang memindahkan industrinya ke Taiwan dan Malaysia.”
yang pada prinsipnya menghambat kelancaran arus kas (cash flow).
Cash flow suatu perusahaan secara umum dipegaruhi oleh besarnya investasi yang tertanam di persediaan dan piutang dagang. Horne Van (1998) mengambarkan siklus terjadinya aliran kas masuk (cashflows) sebagai berikut :
Perputaran persediaan dan besaran piutang juga akan mempengaruhi tingkat laba. Kebanyakan manajer disuatu perusahaan didalam mencapai laba maksimum selalu berpedoman kepada volume penjualan. Dengan meningkat volume penjualan, maka peluang untuk memperoleh laba yang lebih besar akan terbuka lebar. Untuk menyikapi volume penjualan, banyak perusahaan mengambil kebijakan untuk melakukan penjualan produknya secara kredit dengan berbagai fasilitas kemudahan – kemudahan prosedur pengajuan kredit dan pembayaran.
PERSEDIA AN
PIUTANG KAS KAS
Kebijakan manajerial seperti ini, sering sekali menjadi perangkap bagi dirinya sendiri, dimana debitur selalu terlambat didalam melakukan pembayaran. Dengan demikian jumlah modal tertanam dalam piutang dagang (receivable) akan semakin besar, atau dapat dikatakan bahwa kenaikan piutang akibat meningkatnya pemberian kredit, meskipun mempertinggi penjualan, namun memaksa perusahaan menambah modal untuk mendukung pertambahan investasi pada persediaan untuk menambah jumlah persediaan tersedia dijual.
Fenomena di atas perlu mendapat perhatian yang serius agar pihak – pihak pengusaha senantiasa menjaga stabilitas modal kerja (Working Capital) yang dimiliki. Sebagaimana yang diketahui bahwa secara sederhana bahwa Manajemen Modal
Kerja merupakan selisih antara hutang lancar (current
liabilities) dengan aktiva lancar (current assets), yang terdiri dari : Kas (Cash), Surat – Surat Berharga (marketable securites), Piutang Dagang (account receivable) dan Persediaan (inventory), yang diukur melalui tolok ukur yang dikenal dengan istilah ARTO (Account Receivable Turnover),
ITO (Inventory Tunrver) dan TOA (Turnover Operating
Assets). Efisiensi dan efektivitas alokasi modal kerja perusahaan terhadap unsur – unsur di atas, pada akhirnya akan bermuara kepada pencapaian laba maksimum yang diukur melalui rasio – rasio profitabilitas, dalam konteks ini
Margin (NPM), Return On Investment ( ROI), Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA).
Uraian latar belakang di atas menjadi motivasi yang kuat bagi penulis untuk menelaah tentang pentingnya manajemen modal kerja didalam menunjang eksistensi suatu perusahaan. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap perusahaan BUMN PTP. Nusantara I s/d PTP Nusantara XI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, dirangkum
rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh
modal kerja dan hubungannya terhadap profitabilitas PTP Nusantara I – X?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang penelitian, rumusan masalah dan hipotesis yang
telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk memperoleh bukti empiris
tentang :
1. Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas PTP Nusantara I – X.
2. Hubungan antara modal kerja dengan profitabilitas PTP Nusantara I - X.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi manajemen PT. Perkebunan Nusanara I - X, bagi penulis sendiri maupun
bagi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
1. Bagi Manajemen PT. Perkebunan Nusantara I - X, sebagai masukan didalam
menyikapi manajemen modal kerja, pengaruh dan hubungannya terhadap
2. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah di
Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, dapat sebagai bahan referensi dalam pengembangan wawasan dan ilmu
pengatahun untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Batasan Penelitian
Menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesimpang siuran penafsiran serta agar penelitian dan pembahasahan usulan penelitian ini lebih terfokus, maka dilakukan pembatasan penelitian. Pembatasan penelitian ini akan secara automatis membatasi pemabahasan lebih lanjut. Batasan – batasan yang dimaksud meliputi :
1. Batasan waktu
Penelitian ini memiliki dimensi waktu “time series’ dimana objek yang diteliti adalah tingkat perputaran piutang dagang (account receivable turnover =ARTO),
tingkat perputaran persedaiaan (inventory turn over=ITO), tingkat perputaran aktiva lancar (turnover operating assets = TOA), Return On Ivestment (ROI), Return On Equity (ROE) PTP Nusantara I - X, baik secara parsial maupun simultan. Untuk melihat tingkat perputaran tersebut penulis hanya menggunakan informasi yang ditunjukkan melalui annual report (Neraca dan laporan rugi laba) PTP Nusantara I – X untuk kisaran waktu antara tahun 2000 s/d 2006.
2. Objek yang diteliti, untuk mengukur ARTO digunakan data piutang dagang dari
hasil penjualan secara kredit, untuk mengukur ITO digunakan data persediaan,
sedangkan untuk mengukur TOA data yang digunakan sesuai dengan teori tentang
pengukuran TOA. Pengukuran Profitabilitas perusahaan didasarkan atas aspek
Return On Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE)
3. Batasan lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Manajemen Modal Kerja
Selama suatu perusahaan masih dalam keadaan berjaan sebagai going concern,
modal kerja berputar secara terus menerus dalam perusahaan karena dipakai untuk
membiaya operasional sehari – hari.
Secara konseptual Eugene F. (2005: 215) merumuskan modal kerja sebagai
berikut:
“Net Working Capital = Current Assets – Current Liabilities
Gross Working Capital is The Firm’s investment in current assets”
Tunggal (2004 : 90) mengemukakan pandangannya tentang modal kerja, yaitu:
1. Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan utang lancar
2. Modal kerja adalah aktiva lancar.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur –unsur modal
kerja mencakup modal yang ditanamkan perusahaan pada aktiva lancar dan hutang
lancar.
Modal kerja memiliki kriteria, pengaruh, dan berhubungan erat secara signifikan
terhadap :
- In a typical manufacturing firm, current assets exceeds one-half of the total assets
- Current Liabilities the principles source of external financing for small firms
- Requires continous, day to day managerial supervision
- Working capital management affects the company’s risk, return share price.
(Eugene F, 2005 : 219)
Gambar 1 Impact On Liguidity
Sumber : Horn Van, (1995). Financial Management and Policy, Tenth Edition, Engelwood Cliffis, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Gambar 2
Sumber : Horn Van, (1995). Financial Management and Policy, Tenth Edition, Engelwood Cliffis, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Gambar 3 Impact On Risk
Sumber : Horn Van, (1995). Financial Management and Policy, Tenth Edition, Engelwood Cliffis, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Dari kelima scenario gambar di atas, dapat dilihat bahwa varibel profitabilitas
berhubungan erat dengan likuiditas dan profitablitas bergerak bersamaan dengan resiko.
Modal kerja diklasifikasikan sebagai berikut:
- Component
- Cash, marketable securities, receivables and inventory
- Time
- Permanent
- Temprorary. (Eugene F, 2005 : 221)
Untuk klasifikasi modal kerja berdasarkan waktu diilustrasikan melalui gambar
Gambar 4.
Permanent Working Capital
Sumber : Horn Van, (1995). Financial Management and Policy, Tenth Edition, Engelwood Cliffis, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Gambar 5.
Temprorary Working Capital
Proses perputaran modal kerja dapat dikatakan sebagai suatu lingkaran yang
berbentuk bulat dan tidak ada awal maupun akhirnya selama suatu perusahaan masih
berjalan. Untuk menganalisis lingkaran tersebut dapat dimulai dengan kas : uang kas
ditanam dalam persediaan dan berbagai alat dan jasa disamping dibiayai para pemasok
dengan kredit, yang kemudian memerlukan pembayaran kas. Barang perusahaan dijual
kepada pembeli dengan jalan tunai atau kredit biasa, atau dengan pembayaran
wesel/promese dari debitur akan menghasilkan kas, demikian seterusnya selama
perusahaan masih berjalan. Untuk itu perlu dilakukan manajemen terhadap modal kerja
yang dimiliki perusahaan.
Eugene F (2005 : 223) merumuskan pengertian modal kerja (working capital)
sebagai berikut :
“Working capital manajemen is the administration of the firm’s current assets
and the financing needed to support current assets”
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja suatu
perusahaan yang harus diperhatikan antara lain :
1. Sifat dan jenis perusahaan.
2. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual dan harga satuanbarang yang bersangkutan.
3. Cara-cara atau syarat – syarat pembelian dan penjualan 4. Perputaran persediaan
5. Perputaran piutang 6. Siklus usaha
7. Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar 8. Musim (Tunggal, 2004 : 96-102)
Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja sebagaimana dimaksud di atas secara
Houston dan Eugene F., (2005 : 23) mengemukakan bahwa :
Faktor – faktor yang mempengaruhi sumber pendanaan mencakup stabilitas penjualan, struktur aktiva leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, struktur kepemilikan (pengendalian), sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksifibilitas keuangan.
Terhadap faktor – faktor di atas, selanjutnya dilakukan analisis faktor dan
diperoleh 3 faktor yang paling dominan mempengaruhi kebutuhan modal kerja, yaitu:
struktur aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap), profitabilitas (NPM dan GPM), struktur
kepemilikan (ekuitas, utang jangka pendek dan utang jangka panjang).
Dari ketiga faktor di atas, akan dibahas lebih lanjut aktiva lancar - persediaan dan
piutang, struktur kepemilikan - ekuitas dan utang jangka pendek (operating assets).
1. Investasi Modal Kerja pada Pos Persediaan
Bagi perusahaan industri dan perusahaan dagang, persediaan memegang peran
yang sangat penting didalam menunjang eksistensi perusaahaan. Dengan perputaran
persediaan yang efisien dan efektif akan memungkinkan bagi perusahaan memperoleh
laba (kas) untuk diinvestasikan kembali pada persediaan. Sebagai bagian dari aktiva
lancar, maka persediaan juga merupakan bagian dari investasi modal kerja.
Johnson & Ronald (2002 : 153) menyatakan bahwa :
“Persediaan barang atau inventory sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan”.
Masalah investasi dalam inventory merupakan pembelanjaan aktif, seperti
halnya investasi dalam aktiva –aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi
keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory
akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan
akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di
gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas,
keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian
pula sebaliknya, ada investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai
akibat kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan, perusahaan tidak dapat
bekerja dengan produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan
“full of capacity” berarti bahwa “capital assets” dan “direct labor” tidak dapat
didayagunakan dengan sepenuhnya. Sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi
rata – rata, yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan yang diperolehnya.
Ikatan Akunansi Indonesia (2004) mengemukakan bahwa :
Persediaan adalah aktiva :
1. Tersedia untuk dijual dalam keadaan normal
2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, dan;
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Keown, Arthur, David, Marthin, & William, yang diterjemahkan Chaerul D. Djakam (2001 : 388) mengemukakan:
“Bahwa dalam perusahaan perdagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan
inventory, yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu disebut ”marchandise
Inventory ini merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran, yang
selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan
tersebut dan mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
Tingkat perputaran barang dagangan (merchandise turnover) dalam suatu
periode tertentu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
Inventory Turnover =
ice
Dengan mengetahui “turnovernya” (perputarannya) dapat ditentukan pula hari
rata –rata penjualannya atau hari rata – rata barang disimpan di gudang, yaitu dengan
membagi hari dalam satu tahun dengan persediaan rata-rata. Untuk perhitungan yang
teliti sering digunakan perhitungan 1 tahun sama dengan 1 tahun sama dengan 300 hari
kerja.
Tinggi rendahnya inventory turnover mempunyai efek yang langsung terhadap
besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnovernya,
berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terkaitnya modal
dalam inventory, sehingga untuk memenuhi volume sales atau cost of goods sold
tertentu dengan naiknya turnovernya dibutuhkan sejumlah modal yang lebih kecil.
Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai inventory tersebut modal asing,
digunakan modal sendiri, maka kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada
aktiva lainnya yang lebih efesien.
Ezzamel, Molinero, And Beecher, (2000 : 193) menyatakan :
Ada kalanya suatu perusahaan sering mendapatkan pesanan ekstra diatas volume pesanan normal. Selama perusahaan tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan skedul prouksinya dengan pesanan – pesanan eksta tersebut tanpa mengakibatkan adanya biaya tambahan biaya ekstra, maka perusahaan tersebut tidak begitu memerlukan adanya persediaan yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat segera menyesuaikan skedul produksinya dengan pesanan ekstra, maka diperlukan bagi perusahaan tersebut untuk mempertahankan persediaan barang jadi yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang dapat dengan mudah menyesuaikan skedul produksinya.
2. Investasi Modal Kerja pada Pos Piutang Dagang
Sebagaimana telah diuraikan pada teori tentang persediaan bahwa tinggi
rendahnya inventory turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya
modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnovernya, berarti makin
cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terkaitnya modal dalam
inventory, sehingga untuk memenuhi volume sales atau cost of goods sold tertentu
dengan naiknya turnovernya dibutuhkan sejumlah modal yang lebih kecil. Statement
tersebut menjadi suatu problem yang dilematis, terlebih ditengah – tengah ketatnya
persaingan dewasa ini, dimana untuk menekan angka persediaan perusahaan mengambil
kebijakan untuk melakukan penjualan secara kredit (piutang dagang), kebijakan ini
sangat riskan apabila keputusan untuk melakukan penjualan secara kredit tidak dianalisis
secara cermat.
Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya, banyak perusahaan menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang langganan. Barulah, pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cashflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut.
Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan
kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada inventory,
dimana perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Manajemen
piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya
dengan kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah
piutang, dan evaluasi terhadap strategi kredit yang diterapkan oleh perusahaan .
William, Alexander & Bailey (1995 : 333) mengemukakan bahwa fator-faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang dapatlah disebutkan sebagai
berikut :
1. Volume penjualan kredit : makin besar proporsi penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besar pula resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitability”nya.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit : syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalambentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
4. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang : kebijakan pengumpulan piutang dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam penarikan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktifitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaan pasif.
5. Kebiasaan membayar dari langganan : ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan cash discount dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut.
Munawir, (2002 : 97) mengatakan bahwa :
“Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit atau piutang yang telah
diberikan kepada pelanggan. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui
permintaan atau penambahan kredit oleh para langganan perlu dilakukan evaluasi resiko
kredit dari langganan tersebut”.
Untuk menilai resiko kredit, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai
faktor yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut. Pada umumnya Bank atau
perusahaan dalam mengadakan penilaian resiko kredit adalah dengan memperhatikan
lima “C” yaitu “
1. Character menunjukkan kemungkinan atau profitabilitas dari langganan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban – kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar.
2. Capacity. Ialah pendapat subjektif mengenai kemampuan dari langganan. Ini diukur dengan record atau catatan waktu yang lalu, dilengkapi dengan observasi fisik pada asset yang dimiliki debitur.
3. Capital. Ialah posisi finansial perusahaan secara umumm dimana hal ini ditunjukkan dengan analisa rasio finansiil yang khusus detekankan pada tangible net worth dari perusahaan.
5. Conditions. Ialah pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu untuk mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya.
Setelah diuraikan berbagai faktor yang harus diperhatikan dalam penilaian
resiko kredit, maka selanjutnya perlu bagi perusahaan untuk mengambil langkah –
langkah tertentu di dalam usaha untuk memperkecil resiko tidak terbayarnya piutang
dengan mengadakan penyaringan atau seleksi terhadap para langganan atau debitur.
William, Alexander & Bailey (1995 : 341)
“Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada piutang.”
Ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin
rendah. Tingkat perputaran piutang (receivable turnover) dapat diketahui dengan
membagi jumlah penjualan dengan dengan jumlah rata – rata piutang selama periode
tertentu.
Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata – rata pengumpulan
piutang dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan perputarannya.
Sedangkan rata- rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan cara membagi jumlah
hari dalam setahun dengan tingkat perputaran.
Menurut Klein, (1997 : 91) menyebutkan :
“Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai efek langsung
terhadap besar kecilnya modal kerja yang diinvestasikan dalam piutang.”
untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil sehingga diinvestasikan dalam piutang.
B. Turnover Operating Assets (Tingkat Perputaran Aktiva Usaha)
Sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu, bahwa modal kerja merupakan selisih antara current liabilities dengan current assets atau jumlah investasi perusahaan yang tertanam dalam aktiva lancar. Untuk mengukur apakah investasi yang dilakukan beroperasi secara efisien dan efektif serta mampu menghasilkan laba, digunakan tolok ukur Turnover operating assets (TOA).
Menurut Riyanto (1999 : 83 - 84) bahwa :
Turnover Operating Assets adalah kecepatan berputarnya operating assets dalam
suatu periode tertentu. Tingkat perputaran tersebut dapat dilakukan dengan membagi net
sales (penjualan bersih) dengan operating assets. Rumus yang digunakan adalah :
Turnover Operating Assets =
assets Operating
Sales Net
C. Analisis Profitabilitas
Secara garis besar bahwa analisis profitabilitas merupakan analisis yang
digunakan untuk mengukur kekuatan laba (earning power) suatu perusahaan.
Riyanto (1999 : 90) menjelaskan bahwa :
“Analisis profitabilitas merupakan analisis kemampuan perusahaan dalam
mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba pada periode terntu yang
diukur melalui rasio – rasio profitabilitas.”
Eugene F (2005 : 331) mengklasifikasikan rasio – rasio profitabilitas sebagai
- Gross Profit Margin
- Net Profit Margin
- Return on Investment
- Return On Equity
- Earning Power
Pada bab terdahulu diuraikan tentang salah satu unsur yang relevan dan memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap manajemen modal kerja adalah profitabilitas
perusahaan (Eugene F., 2005 : 335), yaitu dengan membandingkan antara Net Profit
Margin dengan Current Assets ( Cash + Receivable + Inventory) atau Net Operating
Asset = TAO.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk
mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha
dalam hubungannya dengan penjual, sedangkan turnover of operating assets
dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan
perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari pencampuran
kedua efesiensi earning power. Oleh karena itu makin tingginya tingkat profit margin
atau turnover of operating assetas masing – masing atau keduanya akan mengakibatkan
naiknya earning power.
Hubungan antara profit margin dan turnover of operating assets dapatlah
digambarkan sebagai berikut :
Assets
Earning power dalam suatu periode tertentu dapat diperbesar dengan
keduanya, maka adalah penting untuk dapat mengetahui bagaimana cara – cara untuk
memperbesar baik profit margin maupun turnover of operating assetsnya.
Taylor, (2001 : 77) menyatakan bahwa :
“Rasio keuangan seperti halnya turnover of operating assets dapat digunakan
untuk memahami posisi keuangan perusahaan, namun siapapun yang bekerja dengan rasio ini pasti akan menyadari keterbatasan dalam penggunaannya.”
Beberapa kelemahan penting yang dapat ditemukan dalam menghitung dan
menginterprestasikan rasio keuangan seperti ini adalah :
1. Kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri dimana perusahaan
berada jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha.
2. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Contohnya.
Rasio lancar yang menghasilkan keuntungan laba perusahaan secara keseluruhan
jika dikaitkan dengan investasi perusahaan dalam aktiva. Sebaliknya, rasio lancar
yang berada di bawah norma industri menunjukkan kemungkinan perusahaan
kurang likuid dan mungkin di masa depan tidak mampu membayar tagihannya
dengan tepat waktu.
3. Rata – rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang
diinginkan. Rata – rata industri hanyda dapat memberikan paduan atas posisi
keuangan perusahaan rata – rata dalam suatu industri. Itu tidak berarti suatu nilai
rasio yang ideal atau terbalik. Jadi, kita dapat memilih untuk membandingkan
rasio perusahaan dengan sekelompok pembanding yang telah ditentukan sendiri
4. Banyak perusahaan mengalami situasi musim dalam kegiatan operasinya. Jadi
pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan.
Untuk menghindari masalah ini, maka metode saldo rata – rata haruslah
digunakan dan bukan saldo total pada akhir tahun. Contohnya, rata – rata saldo
persediaan akhir bulan dapat digunakan untuk menghitung rasio perputaran
persediaan perusahaan jika perusahaan mengalami situasi musiman yang
dominan dalam penjualan.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan rujukan dari penelitian Budiman Sua’dy (2002) tentang
pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri manufaktur yang
bertumbuh yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002. Penelitian Budiman Sua’dy
mencoba menguji hipotesis pertama bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
modal kerja dengan parameter Account Receivable Turnover (ARTO), Total Asset
Turnover (TATO) dan Turnover Operating Assets (TOA) terhadap Profitabilias dengan
parameter penelitian Earning Power, secara parsial maupun secara simultan, hipotesis
kedua menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara modal kerja Account
Receivable Turnover (ARTO), Total Asset Turnover (TATO) dan Turnover Operating
Assets (TOA) terhadap Profitabilias dengan parameter penelitian Earning Power.
Penelitian yang dilakukan Budiman Sua’dy menjadi motivasi bagi penulis untuk
melakukan penelitian yang sama tidak terbatas hanya pada perusahaan bertumbuh tanda
atau tidak memperoleh laba, yaitu PTP Nusantara I s/d PTP Nusantara X. Perbedaan lain
dari penelitian Budiman Sua’dy dengan penelitian yang penulis lakukan adalah
parameter yang digunakan untuk mengukur modal kerja mencakup : Account Receivable
Turnover (ARTO), Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA),
sedangkan parameter yang digukan untuk mengukur profitabilitas meliputi Return On
Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE).
Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi referensi dan masih relevan dengan
penelitian yang penulis lakukan, ditunjukkan pada table 1 dibawah ini.
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Kesimpulan
Akhyar PMA di Kawasan Industri
Medan
1. Secara simultan, siklus kas, perputaran persediaan dan piutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran operasional, namun secara parsial, hanya siklus kas dan perputaran piutang yang memiliki pengaruh terhadap kelancaran operasional perusahaan.
2. Dengan menggunakan analisis koefisien korelasi, bahwa sikluas kas, perputaran persediaan dan piutang memiliki korelasi sedang dengan kelancaran oprasional Arthur
1. Kemampuan manajemen, kualitas struktur modal kerja dan perputaran modal kerja cukup signifikan mempengaruhi pencapaian dan pertumbuhan laba perusahaan
E. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang mendasari pelaksanaan penelitian ini adalah
pengamatan terhadap fenomena yang terjadi terhadap temuan laporan keuangan yang
disajikan PT. Perkebunan Nusantara I – X.
Sekenario kerangka konseptual ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 6. Kerangka Konseptual
Manajemen Modal Kerja (X)
- Account Receivable Turn Over (ARTO) – X1
- Inventory Turn Over (ITO) – X2
- Turnover Operating Assets (TOA) – X3
Profitabilitas (Y)
- Return On Investment (ROI) Y1
- Return On Equity (ROE) Y2
Sumber : Olahan Penulis, 2007
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang masih harus
dibuktikan kebenarannya melalui suatu pengujian empiris.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah
H1 : Terdapat pengaruh dan hubungan antara manajemen modal kerja dengan
Return on Investment (ROI) PTP. Nusantara I - X.
H2 : Terdapat pengaruh dan hubungan antara manajemen modal kerja dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survey, dimana penelitian yang
dilakukan diarahkan untuk memperoleh fakta – fakta dari fenomena yang ada dan
mencari keterangan – keterangan secara factual tentang manajemen modal kerja dan
profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara I - X di Indonesia, serta faktor – faktor utama
yang mempengaruhi dan relevan, baik sebagai pemoderasi maupun sebagai mediating.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian pengaruh dan hubungan
modal kerja perusahaan terhadap profitabilitas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan manajemen keuangan
untuk masa yang akan datang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun objek penelitian yang dipilih adalah PTP. Nusantara I - X. Didalam
mendapatkan data sekunder maupun informasi – informasi yang berkenaan dengan
kebutuhan penulisan tesis ini, untuk PTP. Nusantara yang berdomosili di Medan, data
akan diperoleh langsung dari masing – masing kantor Direksi, sedangkan untuk PTP.
Nusantara yang berdomisili di luar kota Medan, data diperoleh dengan cara mengakses
Kegiatan penelitian ini dilakukan terhitung sejak bulan Oktober 2006 hingga
sekarang.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Sebelum diuraikan tentang jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian
ini, terlebih dahulu diuraikan secara singkat tentang populasi dan sampel.
Dari uraian di atas, populasi penelitian ini adalah PTP. Nusantara I - X,
sedangkan sampelnya adalah jumlah tahun (time series) laporan keuangan (neraca dan
laporan rugi laba) untuk kisaran waktu antara tahun 2000 s/d 2006 atau N > 30 yaitu N =
51.
D. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ini adalah data sekunder yang berasal dari annual
report laporan keungan yang disajikan PTP. Nusantara I s/d IV.
Data yang dihimpun dari laporan keuangan meliputi :
1. Aktiva Lancar dan Hutang Lancar
2. Laba Bersih
E. Defenisi Operasional Variabel
Tabel 2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Parameter
Modal Kerja
(Dependent Variable)
Dana yang digunakan untuk membiayai aktivitas operasional sehari – hari perusahaan. Bila dilihat dalam Neraca, disebut dengan modal kerja adalah keseluruhan dana yang tertanam dalam aktiva lancar.
- Inventory Turn Over (ITO)
- Account Receivable Turnover (ARTO)
- Total Assets Turnover (TOA).
Profitabilitas
(Independent Variable)
Profitabilitas berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu Profit (laba) dan Able (kemampuan), profitabilitas adalah kemampuan mencapai laba.
- Return On Investment (ROI)
- Return On Equity (ROE)
Sumber : Olahan Penulis, 2007
Tabel di atas menunjukkan bahwa modal kerja pada dasarnya modal yang
ditanamkan untuk membiayai operasional sehari – hari perusahaan dimana aktivitasnya
berpengaruh langsung terhadap pencapaian laba perusahaan. Sedangkan parameter yang
digunakan untuk mengukur modal kerja dan profitabilias sebagaimana diuraikan pada
tabel 3 di atas, masing – masing diformulasikan sebagai berikut :
Parameter Variabel Modal Kerja
1. Account Receivable Turnover (ARTO)
X
2. Inventory Turnover (ITO)
ITO =
TOA=
assets Operating
Sales Net
Parameter Variabel Modal Kerja
1. Return On Investmen (ROI)
...%
2. Return On Equity (ROE)
...%
Sebagaimana telah diuraikan dimuka, bahwa populasi dan sample penelitian dalam
tesis ini merupakan data kuantitatif. Didalam menganalisis data kuantitatif, secara umum
menggunakan perangkat uji model dan teknik perhitungan secara statistik.
Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human errors, penulis tidak
melakukan perhitungan secara manual akan tetapi dengan menggunakan program
komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik, yaitu program
SPSS (statistiacal packages for social siciences) Versi 14.0, aplikasi ilmu sosial.
Penetapan tingkat signifikansi pada confidence level 95% atau α 0.05. Dengan
menggunakan program SPSS disamping untuk memperoleh hasil yang akurat dan tepat,
Uji akan dilakukan dua sisi, karena akan dicari korelasi dari masing – masing
variabel. Sedangkan untuk pengambilan keputusan diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis mengacu kepada ketentuan :
1. Jika prob sig (1-tailed) < 0.05, maka HA diterima atau terdapat korelasi dan
pengaruh antar variable yang diteliti.
2. Jika prob sig (1-tailed) > 0.05, maka HA ditolak atau tidak terdapat korelasi dan
pengaruh antar variable yang diteliti.
Ketentuan untuk mengambil keputusan atau menolak hipotesis dilakukan
berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis. Namun sebelum melakukan uji hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji data.
Untuk lebih jelasnya, pengujian – pengujian yang dilakukan antara lain :
1. Uji Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran – gambaran mengenai variable – variable penelitian
digunakan uji statistic deskriptif rata-rata dan standard deviasi variable yang diuji
dalam penelitian ini.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastiitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dilakukan uji Glejser
dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual
sebagai variable terikat dengan variable dimensi manajemen model kerja, rasio
aktivitas dan profitabilitas perusahaan. Deteksi ada atau tidaknya
tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot
(scatterplot) antara nilai prediksi variable terkait (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID).
b. Uji Multiklonearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya antar variable bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak
terjadi adanya korelasi antara variable bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya
multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis matriks korelasi variable – variable
bebas, dapat juga dengan melihat tolerance serta Variance Inflation Faktor (VIF)
tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1, atau koefisien
korelasi masing – masing variable independent tidak kurang dari 0.7.
c. Uji Autokorelasi
Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya
autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan
nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada
daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.
Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk
menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari
nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya autokorelasi
digambarkan sebagai berikut :
Junus Hutahean : Pengaruh Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Profitabilitas Pada PTP. Nusantara I – X, 2007 USU e-Repository © 2008 Ho diterima (no serial
correlation)
Dimana :
dw<dl : ada korelasi positif dw>4-dl : ada korelasi negative du<dw<4-du : tidak ada korelasi
dl≤dw≤du : pengujian tidak bias disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤dw≤(4-dl) : pengujian tidak bias disimpulkan (inconclusive)
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji data (uji asumsi klasik statistic), selanjutnya dilakukan uji
hipotesis sebagai berikut :
1. Uji Koefisien Korelasi
Uji statistic ini digunakan untuk menguji hubungan antara variable independent
secara parsial (XITO, XARTO, XTOA) dengan variable dependen (YROI, YROE,).
Untuk mengujinya digunakan formulasi sebagai berikut :
(
)
Signifikansi hubungan mengacu kepada :
Hasil Pengukuran Kesimpulan
r ≤ 0.20
r = 0.21 -0.40
r = 0.41 – 0.70
Hampir tidak ada hubungan
Hubungan rendah
r = 0.71 – 0.99
r = +1.00
r= - 1.00
Hubungan tinggi
Hubungan positif sempurna
Hubungan negative sempurna
Sumber : Santoso, (1999), Mengelola Data Statistik Secara Profesional, PT. Elexmedia
Computindo, Jakarta.
2. Uji persamaan regresi linier berganda
Uji statistik ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara :
a. Variable independen (XITO, XARTO, XTOA) dengan variable dependen (YROI)
b. Variable independen (XITO, XARTO, XTOA) dengan variable dependen (YROE)
Uji persamaan regresi linier berganda terhadap variabel – variabel di atas, di uji
secara parsial maupun secara simultan.
Teknik perhitungan dilakukan dengan menggunakan formulasi statistik yang
menghubungkan satu variable dependent dengan beberapa variable independent
dalam satu model prediktif tunggal sesuai dengan hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini, diadopsi dari model yang dikembangkan dalam penelitian Frucot
dan Shearon (1991), Nur Indriantoro (1993), Bambang S (1998) dengan
persamaan regresi sebagai berikut :
Y1,2 = 0 + 1XITO+ 2XARTO + 3XTOA + ε
Y = Profitabilitas (ROI, ROE)
ITO = Inventory Turn Over
ARTO = Account Receivable Turnover
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab terdahulu, bahwa data dibutuhkan
sehubungan dengan penulisan tesis ini mencakup laporan keuangan PTP Nusantara I
s/d PTP Nusantara X, yang meliputi Neraca dan Laporan Perhitungan Rugi Laba
yang telah diaudit yang berada di kisaran tahun 2000 s/d 2006. Dengan demikian
populasi penelitian ini berjumlah 10 (sepuluh) PTPN dengan sample (n) berjumlah
51 buah. Untuk kebutuhan tersebut, data dikummpulkan dengan cara mengakses dari
Internet (lihat lampiran 1A s/d lampiran 1J).
Terhadap laporan keuangan, selanjutnya diolah sehingga menghasilkan rasio
– rasio Account Receivable Turnover (ARTO), Inventory Turnover (ITO) ,Turnover
Operating Assets (TOA) sebagai indicator variable independent dan Return On
Investment (ROI), Return On Equity (ROE), sebagai indicator variable dependen
pada penelitian ini (lihat lampiran 3).
B. Uji Asumsi Klasik
Suatu data layak untuk diteliti bila data tersebut memenuhi asumsi normalitas
data dan terbebas dari asumsi – asumsi klasik statistic, yaitu asumsi multikolineritas,
autokorelasi, dan heteroskesdastisitas.
Uji normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variable
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalah data yang memiliki distribusi normal.
Normalita data dapat dlihat dengan Nilai Skewness (kecondongan) yang
mendekati angka 0 atau kurang dari 1 atau sebaran Plot pada Graph P-P Plot
berbentuk linier dan tertumpu di sekitar garis diagonal P-P Plot.
Pengujian normalitas menunjukkan :
a. Asumsi normalitas terhadap variable Y1 dan variable X1 – X3 telah
terpenuhi, dimana nilai masing – masing Skewness tidak lebih dari 1.
b. Asumsi normalitas terhadap variable Y2 dan variable X1 – X3 telah
terpenuhi, dimana nilai masing – masing Skewness tidak lebih dari 1.
Indikator output SPSS uji normalitas ditunjukkan pada table dibawah ini.
Statistics
Retunr On
Investment Return On Equity
Acc. Receiv
Std. Error of Mean .0260069 .1632246 14.49870 .60998 .25457 Std. Deviation .1857262 1.1656568 103.54146 4.35611 1.81800
Skewness -.236 -.502 2.730 .710 .543
Std. Error of Skewness .333 .333 .333 .333 .333
Kurtosis 19.354 29.103 8.645 .442 -.719
Kondisi di atas, ditandai dengan hasil pengolahan data Graph P-P Plot,
dimana sebaran plot memiliki pola titik linier dan tertumpu di sekitar garis
diagonal. (lihat lampiran 5).
2. Uji Multikolineritas
Pengujian multikolineritas menunjukkan bahwa :
a. Terhadap Y1 dan Variabel X1 – X3 terbebas dari asumsi multikolineritas
yaitu Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance
tidak kurang dari 0.1 (lihat lampiran 4C/130 : Variance Inflation Faktor (VIF)
variable X1 sebesar 1.217, X2 sebesar 1.769 dan X3 sebesar 1.551 atau
tolerance variable X1 sebesar 0.822, X2 sebesar 0.565 dan X3 sebesar 0.645)
b. Terhadap Y2 dan Variabel X1 – X3 terbebas dari asumsi multikolineritas
yaitu Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance
tidak kurang dari 0.1 (lihat lampiran 4D/136 : Variance Inflation Faktor (VIF)
variable X1 sebesar 1.217, X2 sebesar 1.769 dan X3 sebesar 1.551 atau
tolerance variable X1 sebesar 0.822, X2 sebesar 0.565 dan X3 sebesar 0.645)
3. Uji Heteroskesdastistitas
Pengujian heteroskesdastistitas menunjukkan bahwa :
a. Terhadap Y1 dan Variabel X1 – X3 terbebas dari asumsi
heteroskesdastistitas, seperti ditunjukkan pada gambar scatter plot dibawah
0.0
Dependent Variable: Retunr On Investment
3
Dependent Variable: Return On Equity
b. Terhadap Y1 dan Variabel X1 – X3 terbebas dari asumsi
heteroskesdastistitas.
4. Pengujian Autokorelasi
a. Terhadap Y1 dan Variabel X1 – X3 terbebas dari asumsi autokorelasi, dimana
nilai Durbin Watson (DW) Test 1,456 (lihat lampiran 4C/130).
b. Terhadap Y2 dan Variabel X1 – X3 terbebas dari asumsi autokorelasi,
dimana nilai Durbin Watson (DW) Test 3,004. (Lampiran 4D/136).
(Nilai Durbin Watson berada diantara 0 sampai dengan 4, menunjukkan tidak
berautokorelasi).
C. Analisis Data
Pada subbab di atas telah dilakukan uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil uji
asumsi klasik bahwa keseluruhan variable penelitian layak untuk di uji, dimana
keseluruhan memenuhi syarat normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik.
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan fakta empiris tentang pengaruh
manajemen modal kerja terhadap profitabilitas, dimana variable manajemen modal
kerja sebagai variable independent meliputi : Account Receivable Turnover (ARTO),
Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA), sedangkan
variable profitiabilitas sebagai variable dependent meliputi : Return on Investment
(ROI) dan Return On Equity (ROE).
Dengan demikian, terdapat 2 (dua) model analisis pengaruh yang akan
dianalisis, yaitu :
1. Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Return On
2. Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Return On
Equity
Ad.1. Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Return On Investment
Indikator output SPSS pada lampiran L-4C/130 (lihat Anovab) menunjukkan
bahwa p-value < = 0.011<0.05, artinya Manajemen Modal Kerja yang meliputi
Account Receivable Turnover (ARTO), Inventory Turnover (ITO) dan Turnover
Operating Assets (TOA), secara simultan memiliki pengaruh terhadap Return on
Investment (ROI). Pengaruh di atas diperkuat dengan indicator Adjusted R-Square
sebesar 0.158 yang bermakna bahwa Profitabilitas ditinjau dari aspek Return on
Investment sebesar 15.8% dipengaruhi oleh manajemen modal kerja, sedangkan
sebesar 84.2% dipengaruhi oleh factor lain.
Model Summary(b)
the Estimate Change Statistics
Durbin-a Predictors: (ConstDurbin-ant), Turnover OperDurbin-ating Assets, Acc. Receiv Turnover, Inventory Turnover b Dependent Variable: Retunr On Investment
Secara parsial hanya Turnover Operating Assets (X3) yang memiliki pengaruh
terhadap Return on Investment (Y1), yaitu p-value < = 0.00<0.027. Sedangkan
variable X1 dan X2 tidak memiliki pengaruh terhadap Y1, yaitu p-value > . (lihat
Korelasi antara masing – masing variable sangat lemah, seperti yang
ditunjukkan pada lampiran L-4B/128.
Persamaan regresi manajemen modal kerja terhadap profitabilitas – ROI dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Y1 = 0,037-0,001X1-0,008X2+0,38X3
Ad.2. Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Return On Equity
Indikator output SPSS pada lampiran L-4D/135 (lihat Anovab) menunjukkan
bahwa p-value > = 0.592<0.05, artinya Manajemen Modal Kerja yang meliputi
Account Receivable Turnover (X1), Inventory Turnover (X2) dan Turnover
Operating Assets (X3), secara simultan tidak berpengaruh terhadap Return on Equity
(Y2). Korelasi antara masing – masing variable sangat lemah, seperti yang
ditunjukkan pada lampiran L-4D/136– Anovab. Demikian halnya secara parsial juga
X1, X2 dan X3 tidak berpengaruh terhadap (Y2) (Lihat lampiran L-4D/136-
Coeficienta.).
Korelasi antara masing – masing variable sangat lemah, seperti yang
ditunjukkan pada lampiran L-4B/128.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada subbab terdahulu, bahwa
(X1), Inventory Turnover (X2) dan Turnover Operating Assets (X3) secara simultan
berpengaruh terhadap profitabilitas ditinjau dari aspek Return On Investmen (ROI),
namun pengaruh yang dihasilkan tidak begitu signfikan, yaitu hanya sebesar 15.8%.
Hal ini mengidikasikan bahwa manajemen modal kerja PTP Nusantara I s/d X secara
keseluruhan ditinjau dari Account Receivable Turnover, Inventory Turnover dan
Turnover Operating Assets masih belum optimal, artinya terdapat beberapa PTP
Nusantara yang terlalu lama kas tertanam dalam persediaan dan piutang, sebagai
akibat rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang. Dilain laporan keuangan
beberapa PTP Nusantara menunjukan nilai ROI dan ROE yang negative (rugi). (lihat
lampiran 3)
Sedangkan secara parsial, hanya Turnover Operating Assets (TOA) yang
memiliki pengaruh terhadap profitabilitas ditinjau dari aspek Return On Investmen
(ROI).
Profitabilitas ditinjau dari aspek Return On Equity, baik secara simultan
maupun parsial menunjukkan bahwa manajemen modal kerja tidak memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas.
Korelasi manajemen modal kerja, yang meliputi : Account Receivable
Turnover (X1), Inventory Turnover (X2) dan Turnover Operating Assets (X3)
terhadap profitabilitas, baik ditinjau dari aspek Return On Investmen (ROI) maupun
Lemahnya hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas,
sebagai konsekuensi belum optimalnya manajemen modal kerja yang dijalankan PTP
Nusantara I s/d X.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Manajemen Modal Kerja yang meliputi Account Receivable Turnover (ARTO),
Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA) pada PTP
Nusantara I s/d X di Indonesia, secara simultan memiliki pengaruh terhadap
Profitabilitas - Return on Investment (ROI), hal ini ditunjukkan dengan nilai
Adjusted R-Square sebesar 15.8%, sedangkan secara parsial hanya variable
Turnover Operating Assets yang memiliki pengaruh terhadap Return on
Investment.
2. Manajemen Modal Kerja yang meliputi Account Receivable Turnover (ARTO),
Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA) pada PTP
Nusantara I s/d X di Indonesia, baik secara simultan maupun parsial tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas - Return on Equity (ROE).
3. Korelasi manajemen modal kerja, yang meliputi : Account Receivable Turnover
(X1), Inventory Turnover (X2) dan Turnover Operating Assets (X3) terhadap
profitabilitas, baik ditinjau dari aspek Return On Investmen (ROI) maupun Return
B. Saran
1. Penelitian yang dilakukan tidak menguji keseluruhan unsur – unsur manajemen
modal kerja, demikian halnya dan profitabilitas, sebaiknya peneliti lajuntan erlu
melakukan pengujian secara mendalam tentang pengaruh keseluruhan unsur – unsur
manajemen modal dan hubungannya terhadap keseluruhan unsur – unsur
profitabilitas.
2. Populasi penelitian ini adalah PTP. Nusantara I - X, sedangkan sampelnya adalah
jumlah tahun (time series) laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) untuk
kisaran waktu antara tahun 2000 s/d 2006, namun tidak semuanya data yang
diperoleh meliputi kisaran tahun tersebut. Penelitian ini dimungkinkan akan lebih
menarik dengan menambah jumlah tahun dengan data laporan keuangan sesuai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan
4. Manajemen Modal Kerja yang meliputi Account Receivable Turnover (ARTO),
Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA) pada PTP
Nusantara I s/d X di Indonesia, secara simultan memiliki pengaruh terhadap
Profitabilitas - Return on Investment (ROI), hal ini ditunjukkan dengan nilai
Adjusted R-Square sebesar 15.8%, sedangkan secara parsial hanya variable
Turnover Operating Assets yang memiliki pengaruh terhadap Return on
Investment.
5. Manajemen Modal Kerja yang meliputi Account Receivable Turnover (ARTO),
Inventory Turnover (ITO) dan Turnover Operating Assets (TOA) pada PTP
Nusantara I s/d X di Indonesia, baik secara simultan maupun parsial tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas - Return on Equity (ROE).
6. Korelasi manajemen modal kerja, yang meliputi : Account Receivable Turnover
(X1), Inventory Turnover (X2) dan Turnover Operating Assets (X3) terhadap
profitabilitas, baik ditinjau dari aspek Return On Investmen (ROI) maupun Return
1. Saran
3. Penelitian yang dilakukan tidak menguji keseluruhan unsur – unsur manajemen
modal kerja, demikian halnya dan profitabilitas, sebaiknya peneliti lajuntan erlu
melakukan pengujian secara mendalam tentang pengaruh keseluruhan unsur – unsur
manajemen modal dan hubungannya terhadap keseluruhan unsur – unsur
profitabilitas.
4. Populasi penelitian ini adalah PTP. Nusantara I - X, sedangkan sampelnya adalah
jumlah tahun (time series) laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) untuk
kisaran waktu antara tahun 2000 s/d 2006, namun tidak semuanya data yang
diperoleh meliputi kisaran tahun tersebut. Penelitian ini dimungkinkan akan lebih
menarik dengan menambah jumlah tahun dengan data laporan keuangan sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Belkoui, Ahmbed Riahi, (2000) Teori Akuntansi, Buku I, Edisi Pertama,
Diterjemahkan Oleh : Marwata, Harjanti Widiastuti, Kurniawan, Alia Ariesanti, Salemba Empat, Jakarta.
Tunggal, Amin Widjaja, (2004), Dasar – Dasar Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Riyanto, Bambang, (1998), Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bhouno Agung Nugroho (2005), Strategi Jitu Memilih Metode Penelitian Dengan SPPS, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Eugene F., Brigham. (2005), Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Diterjemahkan Oleh A.Q. Khalid, Jilid Satu dan Dua, Edisi Ketujuh, Cetakan Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Horne, Van, (1995), Financial Management and Policy, Tenth Edition, Engelwood Cliffis, Prantice Hall Inc., New Jersey.
Ikatan Akuntan Indonesia, (2004), Standar Akuntansi Keuangan, Buku I & II, Salemba Empat, Jakarta.
Ronald W., Johnson, (2002), Financial Management, Allyn and Bacon Inc., Boston.
Weston, J. Fried & Brigham Eugene F (2002), Managerial Finance, Diterjemahkan Oleh : Gunawan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Keown, Arthur J. Scott Jr., David F., Martin, John D. & Petty, J. William (2001),
Prinsip Manajemen Keuangan, Diterjemahkan Oleh : Chaerul D. Djakman, Cetakan Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Klein, Leary N. (1997), Debt With Potencial Repudiation : Theoretical And
Empirical Analysis, Englewood Cliffs, New Jersey.
Munawir (2002), Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keenam, Cetakan Pertama, BFE UGM, Yogyakarta.
Santoso, Singgih (1999), Mengelola Data Statistik Secara Profesional, PT. Elexmedia Computindo, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafry (1999), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suharyadi & Purwanto SK. (2003), Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern, Buku 1 & 2, Salemba Empat, Jakarta.
Wahyono, Teguh, (2006) , Analisa Data Statistik SPSS 14, PT. Elexmedia
Komputindo, Jakarta.
Taylor, Wlater B. (2001), Financial Policy of Business Enterprice, Uappleton – Century-Crofts, Inc., New York
William F. Sharpe, Gordon, J. Alexander, & Jeffery V. Bailey (1995), Investment, Diterjemahkan Oleh : Soeparmoko, Prentice Hall, New Jersey.
Majalah/Surat Kabar/Jurnal/Artikel :
Surat Kabar Harian SIB (Jumat, 21 Juli 2006), Ratusan Karyawan PTPN IV Unjuk Rasa, Kolom Marsipature Hutanabe, Medan.
Surat Kabar Harian SIB (Selasa, 29 Juli 2006), Menakertrans Erman Suparno : Empat Investor Telah Hengkang ke Taiwan dan Malaysia, Kolom Bisnis dan Industri, Medan.
Internet:
http://members.bumn-ri.com/ptpn1/financial.html,, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn2/financial.html, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn3/financial.html, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn4/financial.html, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn6/financial.html, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn7/financial.html, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn8/financial.html, 8 Juni 2007
http://members.bumn-ri.com/ptpn9/financial.html, 8 Juni 2007