• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA JARAK TANAM

DAN PERSIAPAN TANAH YANG BERBEDA

TESIS

Oleh

SWATI SEMBIRING

077001006/AGR

FAKULTAS PERTANIAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA JARAK TANAM

DAN PERSIAPAN TANAH YANG BERBEDA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Agronomi pada Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SWATI SEMBIRING

077001006/AGR

FAKULTAS PERTANIAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA JARAK TANAM DAN PERSIAPAN TANAH YANG BERBEDA

Nama Mahasiswa : Swati Sembiring

Nomor Pokok : 077001006

Program Studi : Agronomi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc) (Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc) (Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal, 10 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Anggota : 1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D

(5)

ABSTRAK

Swati Sembiring, 2009. “Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Jarak Tanam dan Persiapan Tanah yang Berbeda”. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo melalui jarak tanam dan persiapan tanah yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Simalingkar A Kecamatan Pancur Batu. Penelitian ini dimulai bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu Varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari tiga varietas yaitu V1 = Rapat (lokal), V2 = Situ Patenggang dan V3 = Towuti.

Persiapan Tanah (P) sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu P1 = Traditional

Tillage (TT), P2 = Minimum Tillage (MT) dan P3 = Tanpa Olah Tanah (TOT). Jarak

tanam (J) sebagai anak-anak petak terdiri dari 4 taraf yaitu J1 = 15 cm x 20 cm, J2 =

20 cm x 20 cm, J3 = 25 cm x 20 cm dan J4 = 30 cm x 20 cm. Peubah yang diamati

adalah : Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Anakan Produktif, Luas Daun, Bobot Kering Tanaman, Bobot Kering Akar, Jumlah Gabah per Malai, Jumlah Gabah Hampa per Malai, Jumlah Gabah Berisi per Malai, Bobot Kering Gabah per Plot, Bobot Kering Gabah per Hektar, Laju Asimilasi Bersih, Laju Tumbuh Relatif, Bobot Kering Gulma dan Kadar Air Tanah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada perlakuan (V1P1J1), rataan tertinggi dari

jumlah anakan terdapat pada perlakuan (V2P2J3), rataan tertinggi dari jumlah anakan

produktif terdapat pada perlakuan (V3P2J3), rataan tertinggi dari luas daun terdapat

pada perlakuan (V1P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering tanaman terdapat pada

perlakuan (V1P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering akar terdapat pada perlakuan

(V2P2J2), rataan tertinggi dari jumlah gabah per malai terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari jumlah gabah hampa per malai terdapat pada perlakuan

(V1P1J1), rataan tertinggi dari jumlah gabah berisi per malai terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering gabah per plot terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering gabah per hektar terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering gulma terdapat pada perlakuan (V3P3J4),

rataan tertinggi dari kadar air tanah terdapat pada perlakuan (V3P2J3), rataan tertinggi

dari laju asimilasi bersih (LAB) terdapat pada perlakuan (V1P3J1), rataan tertinggi

dari laju tumbuh relatif (LTR) terdapat pada perlakuan (V1P3J1).

Kata Kunci : Padi Gogo, Jarak Tanam, Persiapan Tanah

(6)

ABSTRACT

This research is executed in Kelurahan Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu, Sub-province Deli Serdang, North Sumatera, month of December 2008 to May 2009. The device used in this research is split split plot design by using 3 factor that is varietas (V) as especial check consist of three varietas that is V1 = Rapat (local), V2 = Situ

Patenggang and V3 = Towuti. Preparation of land ground (P) as check child consist of

2 level that is P1 = Traditional Tillage (TT), P2 = Minimum Tillage (MT) and P3 = No

Tillage (TOT). Planting space (J) as check children consist of 3 level that is J1 = 15

cm x 20 cm, J2 = 20 cm x 20 cm, J3 = 25 cm x 20 cm and J4 = 30 cm x 20 cm.

Parameter the perceived is : high plant, number of bud, number of bud productive, weight dry plant, weight dry root, wide leaf, number shell of rice clump, number shell of rice emptiness clump, number shell of rice contain clump, weight dry shell of rice from plot, weight dry shell of rice from ha, weight dry weeds, content of soil water, LAB (accelerate net assimilation) and LTR (accelerate growth relative). Research result indicate that research result indicate that average highest from high of crop there are at treatment (V1P1J1), average highest of amount bud there are treatment

(V2P2J3), average highest of amount bud productive there are treatment (V3P2J3),

average highest wide leaf there are treatment (V1P2J3), average highest of dry weight

of crop there are at treatment (V1P2J3), average highest of root weight of crop there

are at treatment (V2P2J2), average highest number of shell rice clump there are

(V2P2J3), average highest number of shell of rice emptiness clump there are at

treatment (V1P1J1), average highest number of shell of rice contain clump there are at

treatment (V2P2J3), average highest weight dry shell of rice from plot there are at

treatment (V2P2J3), average highest weight dry shell of rice from Ha there are

treatment (V2P2J3), average highest weight dry weeds there are at treatment (V3P3J4),

average highest content of soil water there are at treatment (V3P2J3), average highest

of LAB and LTR are at treatment (V1P3J1).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini yang berjudul ”Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Jarak Tanam dan Persiapan Tanah yang Berbeda”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk, sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Tesis.

Medan, September 2009 Penulis

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan-karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, atas segala bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian dan penulisan tesis.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

- Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Magister pada program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai PPs USU yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

- Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D, sekaligus anggota pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

(9)

- Serta penghargaan dan doa yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda (Alm) H. Senter Sembiring dan Ibunda Hj. Sinek Bangun yang telah memberikan dorongan dan doa dalam menyelesaikan studi ini.

- Suami tercinta Drs. Mulakata Singarimbun, serta anak-anak tersayang Yunistita Singarimbun dan Sri Ita Singarimbun. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tulus atas segala doa, pengorbanan dan pengertiannya selama penulis mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana USU hingga penyelesaian Tesis ini.

- Saudara tercinta Dra. Siti Eisyah Sembiring; Dra. Seniwati Sembiring, M.Si Ak, Suedi Sembiring SH; Kapten. CKM. dr. Sumanta Sembiring, SpB dan Sa’ban Rizal Sembiring serta keponakan saya Hamdani Syahputra, SKM yang telah memberikan dorongan dan doa dalam menyelesaikan tesis ini.

- Rekan-rekan seakademis yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1964 di Desa Tiganderket Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Sebagai anak ketiga dari enam bersaudara, dari ayah Alm. Drs. H. Senter Sembiring dan ibu Hj. Sinek br. Bangun, BA.

Pada tahun 1975, 1979, 1982, penulis berturut-turut lulus dari SD Negeri Tanjung Merawa, SMP Negeri Tiganderket, SMA Negeri 1 Medan. Pada tahun 1982 kuliah di Universitas Sumatera Utara dan meraih gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agronomi pada tahun 1987.

Pada tahun 1990 penulis diterima sebagai dosen Kopertis Wil. I Medan dpk pada Fakultas Pertanian Universitas Karo Kabanjahe.

Pada tahun 1990 penulis menikah dengan Drs. Mulakata Singarimbun dan dikarunia dua orang putri yaitu Yunistita Singarimbun dan Sri Ita Singarimbun.

(11)
(12)

Jumlah Gabah Hampa per Malai ... ... 88

Jumlah Gabah Berisi per Malai ... ... 93

Bobot Kering Gabah per Plot …... ... 98

Bobot Kering Gulma ……….…... ... 102

Bobot Kering Gabah per Hektar ... ... 113

Kadar Air Tanah ………... ... 117

Laju Asimilasi Bersih …………... ... 129

Laju Tumbuh Relatif ………..…... ... 137

PEMBAHASAN ... ... 144

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Lokal, Situ Patenggang dan Towuti) …………... 144

Pengaruh Persiapan Tanah terhadap Bobot Kering Gulma serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo ... 147

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Bobot Kering Gulma serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo ... 151

KESIMPULAN DAN SARAN ... 155

Kesimpulan ... ... 155

Saran ... ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 157

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Rataan Tinggi Tanaman Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan

Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 28

2. Rataan Jumlah Anakan Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 43

3. Rataan Jumlah Anakan Produktif Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya ... 51

4. Rataan Luas Daun Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 54

5. Rataan Bobot Kering Tanaman 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 60

6. Rataan Bobot Kering Akar 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 74 Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya... 99

11. Rataan Bobot Kering Gulma 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 103

12. Rataan Bobot Kering Gabah per Hektar Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya... 114

(14)

14. Rataan Laju Asimilasi Bersih 4 - 8 MST, 8 - 12 MST dan 12 - 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 130

(15)

DAFTAR GAMBAR

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst ... 34 5. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst ... 35 6. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst ... 36 7. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst ... 38 8. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst ... 39 9. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst ... 40 10.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman

(cm) pada Umur 16 mst... 41 11.Hubungan Jarak Tanaman terhadap Jumlah Anakan(batang) pada

Umur 8 dan 12 mst ... 44 12.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan

(batang) pada Umur 4 mst... 46 13.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan

(16)

14.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan

Produktif (batang) ... 52 15.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun (cm2) pada

Umur 12 mst ... 56 16.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun (cm2) pada

Umur 16 mst... 58 17.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Bobot Kering

Tanaman (g) pada Umur 4 mst ... 61 18.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 8 mst ... 63 19.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 8 mst ... 64 20.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 8 mst ... 65 21.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 12 mst ... 66 22.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 12 mst ... 67 23.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 12 mst ... 68 24.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 16 mst ... 70 25.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 16 mst ... 71 26.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 16 mst ... 72 27.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Akar Umur 4 mst ... 75 28.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

(17)

29.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Bobot Kering Akar

(g) pada Umur 8 mst ... 78 30.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam Terhadap Bobot

Kering Akar (g) pada Umur 8 mst ... 79 31.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam Varietas V2 Terhadap

Bobot Kering Akar pada Umur 12 mst ... 80 32.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

Terhadap Bobot Kering Akar pada Umur 16 mst ... 82 33.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

Terhadap Jumlah Gabah per Malai ... 85 34.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

Terhadap Jumlah Gabah per Malai ... 86 35.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

Terhadap Jumlah Gabah per Malai ... 87 36.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

Terhadap Jumlah Gabah Hampa per Malai... 90 37.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

Terhadap Jumlah Gabah Hampa per Malai... 91 38.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

Terhadap Jumlah Gabah Hampa per Malai... 92 39.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Jumlah Gabah Berisi per Malai ... 95 40.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Jumlah Gabah Berisi per Malai ... 96 41.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Jumlah Gabah Berisi per Malai ... 97 42.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Kering Gabah per Plot ... 100 43.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

(18)

44.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 4 mst ... 104 45.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 4 mst ... 105 46.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 8 mst ... 107 47.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 8 mst ... 108 48.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 12 mst ... 109 49.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 12 mst ... 110 50.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 16 mst ... 111 51.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 4 mst ... 112 52.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Gabah per Hektar ... 115 53.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gabah per Hektar ... 116 54.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 4 mst ... 120 55.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Kadar Air Tanah Umur 4 mst ... 121 56.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Kadar Air Tanah Umur 4 mst ... 122 57.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 8 mst ... 123 58.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

(19)

59.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 12 mst ... 125 60.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Kadar Air Tanah Umur 12 mst ... 126 61.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 16 mst ... 128 62.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Laju Asimilasi Bersih

(g.cm-2bulan-1) pada Umur 4 - 8 mst ... 131 63.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 4 - 8 mst ... 133 64.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 4 - 8 mst ... 134 65.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 4 - 8 mst ... 135 66.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 12 - 16 mst ... 136 67.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 8 - 12 mst ... 140 68.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 8 - 12 mst ... 141 69.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Denah Susunan Perlakuan Pada Percobaan …... 160

2. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 161 3. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST... 162 4. Rata-rata Jumlah Anakan (anakan) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 163 5. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST… 164 6. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif, Jumlah Gabah per Malai dan

Jumlah Gabah Hampa per Malai ………... 165 7. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan Produktif, Jumlah Gabah per

Malai dan Jumlah Gabah Hampa per Malai ………... 166

8. Rata-rata Jumlah Gabah Berisi per Malai, Bobot Kering Gabah per Plot dan Bobot Kering Gabah per Hektar ……… 167

9. Daftar Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi per Malai, Bobot Kering Gabah per Plot dan Bobot Kering Gabah per Hektar ……….. 168

10. Rata-rata Luas Daun (cm2) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 169 11. Daftar Sidik Ragam Luas Daun pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ……... 170 12. Rata-rata Berat Kering Tanaman (g) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 171 13. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tanaman pada Umur 4, 8, 12 dan

16 MST ………..……... 172 14. Rata-rata Berat Kering Akar (g) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 173 15. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar pada Umur 4, 8, 12 dan

(21)

17. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Gulma pada Umur 4, 8, 12 dan

16 MST ………..……... 176

18. Rata-rata Kadar Air Tanah (%) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 177

19. Daftar Sidik Ragam Kadar Air Tanah pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST.. 178

20. Rata-rata Laju Asimilasi Bersih pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 179

21. Daftar Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 180

22. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 181

23. Daftar Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 182

24. Deskripsi Dua Varietas Unggul Padi Gogo yang digunakan Penelitian... 183

25. Korelasi antar Parameter ... 184

26. Jenis Gulma Sebelum Pengolahan Tanah ... 185

27. Jenis Gulma Setelah Persiapan Tanah ... 186

28. Hasil Analisis Tanah Inceptisol dari Daerah Pancur Batu ... 187

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat ini masalah ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia merupakan salah satu masalah nasional yang cukup memprihatinkan. Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dengan laju pertumbuhan 2% per tahun, adanya perubahan konsumsi penduduk dari non-beras ke beras, akibat perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, timbulnya masalah baru seperti musim kering yang panjang, masalah banjir dan keterlambatan waktu tanam. Bila tidak ada berbagai terobosan-terobosan baru yang signifikan untuk mengatasi masalah kebutuhan pangan ini, maka negara Indonesia harus mengimpor beras terus menerus dari negara-negara lain. Berdasarkan data statistik tahun 1998-2003 impor beras ke Indonesia pertahun berkisar antara 1,4-5,7 juta ton dengan rata-rata 2-99 juta ton pertahun (Supijatno, 2004; BPS, 2003; Adiratma, 2004).

Tanaman padi merupakan tanaman penting di Asia terutama di Indonesia. Padi menghasilkan beras menjadi makanan pokok menyediakan 35-80$% dari total kalori yang dibutuhkan oleh manusia (IRRI, 1997). Penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk dikenal dengan istilah Ketahanan Pangan (Suryana, A., 2002).

(23)

banjir hampir setiap tahun ikut mempengaruhi kapasitas penyediaan beras sehingga impor tidak dapat dihindari. Kondisi ini diperburuk oleh krisis moneter yang berdampak pada melemahnya daya beli petani terhadap sarana produksi terutama pupuk dan pestisida.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan memanfaatkan lahan kering yang tersedia cukup luas diluar Jawa. Dari luas total daratan Indonesia, sekitar 47,6 juta ha (32,4%) merupakan lahan kering yang umumnya didominasi oleh tanah masam Podsalik Merah Kuning (Purnamaningsih dan Ika, 2005).

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional cukup besar (Soewito, et al., 1995).

Hasil padi gogo relatif rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah disebabkan terjadinya kekurangan air dalam pertumbuhannya karena sumber air bagi padi gogo hanya dari curah hujan semata. Disamping itu lahan padi gogo umumnya tanahnya miskin hara seperti P, Ca, Mg, kandungan Aluminiumnya tinggi serta bahan organiknya rendah.

(24)

Disamping itu kendala lingkungan biotik seperti gulma dan hama penyakit juga menyebabkan pertumbuhan maupun hasil yang rendah.

Moenandir (2004) mengatakan bahwa pengolahan tanah sesungguhnya adalah tindakan penghancuran bongkahan tanah besar menjadi berukuran lebih kecil sehingga permukaan partikel tanah yang mengakibatkan lebih luas hubungan antara akar tanaman dan tanah. Keadaan ini memungkinkan tanaman memperoleh nutrisi lebih dari cukup dan mengakibatkan pertumbuhan baik dan hasilnya menjadi baik pula.

Peranan pengolahan tanah dalam pengawetan tanah adalah sedikit sekali bahkan dapat merugikan. Meskipun dengan pengolahan tanah, tanah menjadi lebih gembur dan lebih cepat menyerap air hujan, mengurangi aliran permukaan tetapi pengaruh tersebut hanya sementara karena tanah yang diolah sampai gembur akan lebih mudah tererosi (Simanihuruk, dkk., 2007).

Pelaku pertanian harus bijaksana dalam mengatur penghematan air sehingga menguntungkan terhadap hasil, antara lain dengan mengatur jarak tanam. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan persaingan antar sistem perakaran tanaman dalam konteks pemanfaatan pupuk (Masdar, 2001).

Beberapa faktor dari aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas padi, antara lain : varietas padi, jarak tanam dan pengolahan tanah (Subroto, B, 2006).

(25)

yang terlalu rapat dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat antara satu tanaman dengan yang lainnya. Faktor tingkat kesuburan tanah, kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanaman semakin besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan yang lain, harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Napitupulu, dkk., 1997).

Admin (2002) melaporkan bahwa tanpa olah tanah memberikan hasil untuk bobot kering batang, jumlah anakan dan prosuksi padi tidak menunjukkan perbedaan nyata bila dibandingkan dengan perlakuan olah tanah sempurna (OTS).

Perumusan Masalah

Produktifitas padi gogo dilahan kering masih rendah baik ditinjau dari segi produktifitas lahan maupun dari segi produktifitas hasil tanaman per hektar, hal ini disebabkan oleh terjadinya kekurangan air dalam pertumbuhannya oleh karena sumber air bagi padi gogo hanya dari curah hujan semata. Disamping itu lahan padi gogo umumnya tanahnya miskin hara seperti P, Ca, Mg, kandungan Al-nya tinggi serta bahan organiknya rendah.

(26)

Cara pengolahan tanah juga merupakan faktor penentu dalam kadar air tanah untuk setiap keadaan iklim, dengan demikian menentukan ketersediaan air bagi tanaman padi gogo. Oleh karena itu strategi pengelolaan tanaman padi gogo untuk meningkatkan produktifitasnya dapat dilakukan dengan memakai benih varietas unggul, pengolahan tanah yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan akar serta dapat menekan populasi gulma akan tetapi tetap dapat menjaga kelestarian kesuburan tanah serta mengatur populasi tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam.

Berdasarkan faktor-faktor diatas untuk meningkatkan produktifitas padi gogo, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Keragaman dan Kelimpahan Gulma Terhadap Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Persiapan Tanah dengan Jarak Tanam yang Berbeda”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo (Oryza sativa L.) melalui persiapan tanah dan jarak tanam yang tepat.

Hipotesis Penelitian

(27)

2. Pertumbuhan dan produksi varietas padi gogo berbeda pada jarak tanam yang berbeda.

3. Ada interaksi persiapan tanah dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo.

Manfaat Penelitian

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian vegetatif (akar, batang dan daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga (Suparyono dan Setyono, A, 2003). Sistem perakatan tanaman padi adalah akar serabut yang terdiri dari 2 jenis akar yaitu, akar seminal dan akar adventif (Manurung dan Ismunadji, 1988). Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, dan akar yang kedua adalah akar adventif yaitu akar bercabang bebas dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah, akar adventif tersebut menggantikan akar seminal (Suharno, 2007).

Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrien dan air serta untuk pernapasan (Suparyono dan Setyono, 2003).

Batang padi secara fisik berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional batang berfungsi untuk mengalirkan nutrien dan air keseluruhan bagian tanaman (Suparyono dan Setyono, 2003).

(29)

anakan tertier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut pertunasan. Pembentukan anakan sangat dipengaruhi oleh unsur hara, sinar, jarak tanam dan teknik budidaya.

Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle) dan lidah daun (ligula). Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut daun bendera. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang. Jumlah daun pertanaman tergantung varietas. Varietas unggul umumnya memiliki 14-18 daun.

Sifat daun sering dipakai sebagai salah satu sifat morfologis yang dipakai untuk membedakan antar varietas. Sifat-sifat itu adalah ketegakan, panjang daun, lebar daun, tebal daun, warna daun dan kecepatan penuaan (Suparyono dan Setyono, 1993).

Fase pertumbuhan generatif adalah pembentukan malai sampai pembungaan dan pematangan biji. Pada fase generatif pertumbuhan dan perkembangan malai muda meningkat dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun bendera menggembung (bulge). Penggembungan pelepah daun bendera ini disebut dengan istilah bunting (BPTP Bengkulu, 2007).

(30)

Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir gabah yang paling ujung. Kepadatan malai adalah perbandingan antara jumlah bunga tiap malai dengan panjang malai (Suparyono dan Setyono, 2003).

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kantong serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih atau ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma sedang yang atas disebut palea (Suparyono dan Setyono, 2003).

Pada dasar bunga terdapat dua daun mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula. Bagian ini sangat berperan dalam pembentukan palea. Lodicula mudah mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka benang sari akan keluar. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan penumpahan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup kembali. Penempelan serbuk sari pada kepala putik mengawali proses penyerbukan dan pembuahan. Proses tersebut akan menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm berfungsi sebagai reservoir makanan bagi benih yang baru tumbuh (Suparyono dan Setyono, 2003).

(31)

pertumbuhan gabah, terjadi perubahan warna gabah menjadi menguning cerah. Ada tiga tahapan dalam pemasakan /pematangan gabah yaitu, tahap pertama gabah matang susu, yang kedua gabah setengah matang (dough grain stage) dan tahap ketiga gabah matang penuh dan siap dipanen (Prasetyo, 2003).

Varietas Padi Gogo

Padi termasuk genus Oryza L. yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza offinalis dan Oryza sativa spontania. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi lahan kering (gogo) yang umumnya ditanam di dataran tinggi, dan padi sawah ditanam di dataran rendah yang memerlukan penggenangan air (Warintek, 2007).

Penggunaan varietas padi unggul dan padi hibrida harus mempunyai jaminan sertifikat yang mengacu pada produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, pohon jagur, jumlah anakan banyak, dan umur tanaman singkat/genjah (Wirajaswadi L, 2008).

Cukup banyak varietas padi gogo yang telah dikenal petani. Sejak tahun 1961 varietas anjuran mulai dilepas oleh Puslitbang Tanaman Pangan dan jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun, namun minat petani untuk membudidayakannya masih sangat rendah (Prasetyo, 2003).

(32)

(spesifik lokasi). Jadi untuk tempat yang berbeda, varietas yang digunakan pun berbeda.

Pengaruh Pengolahan Tanah

Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga sesuai dengan perkembangan akar tanaman. Penerapan prinsip-prinsip di atas dalam budidaya tanaman padi sangat perlu diperhatikan agar produksi tanaman padi optimal (Heddy, dkk., 1994).

Peranan pengolahan tanah dalam pengawetan tanah adalah sedikit sekali bahkan dapat merugikan. Meskipun dengan pengolahan tanah, tanah menjadi lebih gembur dan lebih cepat menyerap air hujan, mengurangi aliran permukaan tetapi pengaruh tersebut hanya sementara karena tanah yang diolah sampai gembur akan lebih mudah tererosi (Vergara, 1990).

Hasil penelitian Blevin et al (1971) menunjukkan bahwa kandungan air tanah pada system no-tillage lebih tinggi dibandingkan dengan conventional tillage maupun Olah Tanah Minimum. Perbedaan kandungan air tanah terutama terjadi pada lapisan kedalaman tanah antara 0-15 cm.

(33)

sebab dapat mengakibatkan meningkatnya kehilangan air maupun kerusakan akar tanaman.

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari dan atau keluarnya substansi alelopati (Pudjiatmoko, 2007).

Degradasi lahan pertanian disebabkan oleh manusia maupun bencana alam cenderung meningkat. Hal ini apabila dibiarkan terus akan membahayakan bagi pertanian dan ketahanan pangan Indonesia (Surdianto, dkk., 2007).

Rachman dkk., (1994) menyatakan bahwa pengolahan tanah berulang-ulang dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah, pemadatan tanah dan kepekatan tanah terhadap erosi, sehingga laju erosi dan pelapukan bahan organik tanah semakin tinggi serta pada akhirnya menyebabkan degradasi lahan.

(34)

Prasetyo (1999) menyatakan bahwa tanpa olah tanah (TOT) adalah membiarkan tanah tanpa diganggu sama sekali. Sisa tanaman sebelumnya dibabat dan dimanfaatkan untuk menutupi permukaan tanah, atau sisa tanaman musim lalu dan gulma yang ada di areal disemprot dengan herbisida, setelah gulma kering/mati baru padi ditanam. Jadi dalam sistem TOT ini gulma merupakan input. Mulsa ini menguntungkan karena dapat :

a. Mencegah kerusakan tanah dari benturan air hujan.

b. Meningkatkan kandungan bahan organik dan kesuburan tanah.

c. Menekan pertumbuhan gulma berikutnya dan mengurangi penguapan. d. Menciptakan mikroklimat yang mendukung pertumbuhan tanaman. e. Meningkatkan aktivitas organisma dalam tanah.

Jarak Tanam

Pada budidaya tanaman padi upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat terjadinya kompetisi antara tanaman di lapangan dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanamnya. Jarak tanam akan mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya, juga mempengaruhi persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan zat hara sehingga akan mempengaruhi hasilnya (Masdar, 2001).

(35)

kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanam semakin besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan lainnya, harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Napitupulu, dkk., 1997).

Di Indonesia biasanya dianjurkan menanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm dengan produksi pada rata-rata 4,5 ton/ha (Masdar, 2001).

Menurut Masdar (2001) semakin renggang jarak tanam, semakin banyak jumlah anakan produktif per rumpun. Jumlah anakan produktif paling banyak per rumpun adalah pada jarak tanam 30 cm x 30 cm, yaitu berbeda nyata dengan jumlah anakan pada jarak tanam 25 cm x 25 cm. Sementara itu jumlah anakan paling sedikit per rumpun adalah pada jarak tanam 20 cm x 20 cm, yang mana berbeda nyata dengan jumlah anakan pada jarak tanam 25 cm x 25 cm.

Produksi dan pembagian biomassa yang dialokasikan pada masing-masing bagian tanaman, sangat dipengaruhi oleh ketinggian tanaman, luas daun dan transmisi cahaya.

(36)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Simalingkar A Kecamatan pancur Batu. Jenis tanah inceptisol dengan pH 5,4. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih padi gogo, pupuk urea, SP-36, KCl dan Herbisida Gramoxone. Untuk pengendalian hama dan penyakit dipakai pestisida.

Alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu : timbangan, meteran, tali plastik, bambu, parang, pisau, cangkul, babat, kored, knapsack, sprayer, oven, leaf area meter, alat tulis, buku, kantongan plastik dan amplop besar.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot Design) dengan 3 faktor perlakuan yang diteliti yaitu :

Faktor I (petak utama) adalah varietas padi gogo, dengan simbol V terdiri dari 3 taraf yaitu :

(37)

V3 = Towuti

Faktor II (anak petak) adalah persiapan tanah, dengan simbol P terdiri dari 3 taraf yaitu :

P1 = Olah Tanah Tradisional (TT) : Tanah diolah 2 x, diratakan, kemudian ditugal.

P2 = Olah Tanah Minimum (MT) : Tanah dikikis dengan cangkul 1 x, kemudian

ditugal.

P3 = Tanpa Olah Tanah (TOT) : Gulma disemprotkan dengan herbisida, kemudian

ditugal.

Faktor III (anak-anak petak) adalah jarak tanam, dengan simbol J terdiri dari 4 taraf yaitu :

J1 = 15 cm x 20 cm

J2 = 20 cm x 20 cm

J3 = 25 cm x 20 cm

J4 = 30 cm x 20 cm

Dengan demikian diperoleh 36 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Keterangan data-data penelitian yang lain meliputi :

- Jumlah petak percobaan = 108 petak - Ukuran satu petak percobaan = 2 m x 2,6 m - Luas total petak percobaan = 952,80 m2 - Jarak tanam (J1) = 15 cm x 20 cm

(38)

- Jumlah tanaman = 130 rumpun tanaman/petak - Jarak tanam (J3) = 25 cm x 20 cm

- Jumlah tanaman = 110 rumpun tanaman/petak - Jarak tanam (J4) = 30 cm x 20 cm

- Jumlah tanaman = 90 rumpun tanaman/petak - Jumlah sampel tetap = 5 rumpun tanaman/petak - Jumlah total sampel destruktif = 15 rumpun tanaman/petak - Jarak antara petak percobaan = 0,5 m

- Jarak antara blok/ulangan = 1 m

Model linier aditif Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot Design) yang digunakan dalam penelitian ini dituliskan sebagai berikut :

Yijkl = µ + i + j + ij + k + ( )jk + ijk + i + ( y)jl + ( y)kl + ( y)jkl + ijkl

Dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan varietas taraf ke-j,

perlakuan persiapan tanah taraf ke-k dan perlakuan jarak tanam taraf ke-l.

µ = Rata-rata umum nilai pengamatan

i = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i

j = Pengaruh perlakuan varietas pada taraf ke-j

(39)

( )jk = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-j dan perlakuan persiapan

tanah taraf ke-k

ijk = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, perlakuan varietas taraf ke-j dan

persiapan tanah taraf ke-k

i = Pengaruh perlakuan jarak tanam pada taraf ke-l

( y)jl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-j dan perlakuan jarak tanam

taraf ke-l

( y)jkl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-j, perlakuan persiapan tanah

taraf ke-k, dan perlakuan jarak tanam taraf ke-l

ijkl = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, varietas taraf ke-j, perlakuan persiapan

tanah taraf ke-k, dan perlakuan jarak tanam taraf ke-l

Data hasil pengamatan dianalisis dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DMRT pada taraf 5% (Gomez K. A, 1995).

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Tanah

(40)

sesuai perlakuan yang telah ditetapkan. Setiap petak berukuran 2m x 2,6m dengan jarak antar petak 0,5 m. Denah susunan petak-petak penelitian disajikan pada Gambar Lampiran 1.

Tanah di petak-petak penelitian diolah sesuai metode persiapan tanah yang telah ditetapkan sebagai berikut :

a. Olah Tanah Tradisional (P1)

- Tanah dikikis dan gulmanya dibuang keluar areal. Dilaksanakan tanggal 17 Desember 2008

- Tanah dicangkul sedalam ± 20 cm sekaligus dipecah dan dihaluskan serta diratakan. Dilaksanakan tanggal 23 Desember 2008.

b. Olah Tanah Minimum (P2)

- Tanah dikikis dan gulmanya dibuang keluar areal. Dilaksanakan tanggal 22 Desember 2008. Ditugal tanggal 27 Desember 2008.

c. Tanpa Olah Tanah (P3)

- Gulma disemprot dengan herbisida sesuai dosis anjuran. Dilaksanakan tanggal 15 Desember 2008.

Setelah persiapan tanah ini selesai maka dilanjutkan dengan pembuatan plot-plot penelitian yang berukuran 2,6 m x 2 m, jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar ulangan 1 m. Penanaman dilaksanakan secara serentak pada tanggal 27 Desember 2008.

(41)

2. Penyiapan Benih

Benih varietas padi gogo yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu direndam dalam air. Perendaman dilakukan selama 12 jam, dimaksudkan untuk mempermudah perkecambahan benih setelah penanaman di petak-petak penelitian dilapangan.

Benih yang telah selesai direndam kemudian di keringanginkan, setelah itu dilakukan seed treatment dengan fungisida Beam 75 Wp dan insektisida Furadan 3G. Seed treatment ini dilakukan untuk mencegah serangan jamur dan lalat bibit di lapangan. Dosis fungisida yang digunakan 10 g/kg benih dan dosis insektisida 100g/kg benih.

3. Penanaman dan Pemeliharaan

Benih padi ditanam sebanyak 7 benih pada setiap lobang tanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Penanaman dilakukan dengan cara tugal pada kedalaman sekitar 3 cm. Setelah tanaman padi berumur tujuah hari, dilakukan penjarangan hingga pada setiap lobang tanam terdapat 5 tanaman.

Pemupukan tanaman dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah sebelum bertanam. Dosis pupuk yang diberikan masing-masing Urea 150 kg/ha, SP-36 135 kg/ha (70.2 g/plot) dan KCl 60 kg/ha (31.2 g/plot).

(42)

yaitu 26 g/petak pada umur 8 MST. Cara pemberian pupuk urea secara larikan dengan jarak pemberian 5 cm dari barisan tanaman.

Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan keadaan gulma di lapangan dengan menggunakan cangkul atau koret. Untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan insektisida (Marshall 25 ST, Basudin 60 EC, Hostation 40 EC) dan fungisida (Rabcide 50). Frekuensi penyemprotan dilakukan sesuai dengan intensitas serangan hama dan penyakit di lapangan. Dosis yang digunakan adalah dosis anjuran pada masing-masing label insektisida dan fungisida tersebut diatas.

4. Pemanenan

Penelitian saat panen dengan “metode optimalisasi”, yaitu jika diperkirakan 90% malai sudah menguning maka panen dapat dilakukan. Kondisi ini diperkirakan tercapai 30-35 hari dari masa berbunga atau saat tanaman berumur antara 100 – 110 hari (Prasetyo, 2003).

Peubah yang Akan Diamati

I. Pada Tanaman Padi

1. Tinggi Tanaman

(43)

perlakuan. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda sampel. Pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan alat meteran.

2. Jumlah Anakan

Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

3. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif dihitung pada saat panen, yang dihitung hanya anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

4. Luas Daun

Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST. Pengukuran luas daun dilakukan pada tanaman sampel destruktif untuk setiap perlakuan.

5. Bobot Kering Tanaman

(44)

6. Bobot Kering Akar Tanaman

Pengamatan bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember sampai akar bersih dari tanah, lalu dipotong mulai dari leher akar. Akar dipotong-potong sepanjang ± 5 cm, kemudian dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dilem. Amplop dimasukkan dalam oven pada suhu 650 C sampai bobotnya stabil (tetap).

7. Jumlah Gabah per Malai

Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan dilakukan pada saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

8. Jumlah Gabah Hampa per Malai

Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah hampa seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan dilakukan pada saat panen.

9. Jumlah Gabah Berisi per Malai

Jumlah gabah berisi per malai dihitung dengan mengambil semua gabah berisi dari tanaman sampel setiap plot. Penghitungan dilakukan saat panen.

10. Bobot Kering Gabah per Plot

(45)

11.Bobot Kering Gabah per Hektar

Pengamatan bobot kering gabah per hektar dihitung dengan rumus : 10.000 m2

Y = x bobot kering gabah per plot 5,2 m2

12. LAB (Laju Asimilasi Bersih) (g cm-2 bulan-1)

Laju asimilasi bersih dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

(W2 – W1) (Ln A2 – Ln A1)

LAB = x

(A2 – A1) (T2 – T1)

Dimana :

W1 dan W2 = Total berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2.

A1 dan A2 = Total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2.

T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2.

13.LTR (Laju Tumbuh Relatif) (g cm-2 bulan-1)

(46)

(Ln W2 – Ln W1)

LTR = (T2 – T1)

Dimana :

W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2.

T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2.

II. Gulma

Bobot Kering Gulma

Pengamatan bobot kering gulma dihitung dengan cara menjumlahkan keseluruhan berat kering tiap jenis gulma yang ada dalam tiap petak sampel.

III. Tanah

Kadar Air Tanah

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Tinggi Tanaman

(48)
(49)

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah

Rataan 45.66 aA 44.57 bB 43.32 cC 41.35 dD

Umur 8 MST --- cm

---Rataan 87.93 aA 85.81 bB 83.89 cC 81.32 dD

Umur 12 MST --- cm

P1 (Olah Tanah Tradisional) 108.14 abAB 104.53 cC 100.09 eE 96.12 gG 102.22

P2 (Olah Tanah Minimum) 109.36 aA 105.40 bcBC 102.65 dD 100.64 eE 104.51

Rataan 107.94 aA 104.08 bB 100.86 cC 97.98 dD

Umur 16 MST --- cm

P1 (Olah Tanah Tradisional) 117.10 112.46 108.11 104.25 110.48

P2 (Olah Tanah Minimum) 117.63 113.17 109.89 106.13 111.70

P3 (Tanpa Olah Tanah) 113.23 107.92 103.80 100.12 106.27

Rataan 115.98 aA 111.18 bB 107.27 cC 103.50 dD

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Jarak Tanam Rataan

(50)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 4, 8, 12 dan 16 MST varietas yang terbaik untuk parameter tinggi tanaman terdapat pada V1 (lokal) yang diikuti

oleh V2 (Situ Patenggang) dan V3 (Towuti). Pada persiapan tanah (P) tanaman

tertinggi terdapat pada P2 (MT) yang diikuti oleh P1 (TT) dan P3 (TOT). Demikian

juga dengan jarak tanam tanaman tertinggi terdapat pada J1 (15 x 20 cm), yang diikuti

J2 (20 x 20 cm), J3 (25 x 20 cm) dan J4 (30 x 20 cm).

Pada umur 4 mst perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, tapi rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan MT V1P2 (55,75 cm),

sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3

(31,07 cm). Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (52,55 cm), sedangkan

rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4

(31,48 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (48,31 cm),

sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT dengan (30 x 20 cm) P3J4

(51)

terendah pada kombinasi V3P3J4 (varietas towuti, TOT dan 30 x 20 cm) yaitu 28,63

cm.

Hubungan kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam untuk varietas (V1, V2,

V3) terhadap tinggi tanaman umur 4 mst dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 1. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst

Pada Gambar 1, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J pada perlakuan V1

diketahui bahwa hubungan P1 dan P2 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 52,96 – 0,15 J, r = -0,99 dan P2= 62,50 – 0,30 J, r = -0,99.

sedangkan hubungan P3 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan persamaan

P3 = 31,47 + 1,96 J – 0,05 J2, R2 = 0,97. Dari grafik dapat dilihat bahwa max

(52)

Gambar 2. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst

Pada Gambar 2, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V2

diketahui bahwa hubungan P1 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan

persamaan P1 = 41,69 + 0,66 J – 0,02 J2, R2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa

max (47,13 cm) terdapat pada J (16,5 cm). Sedangkan hubungan P2 dan P3 dengan

(53)

Gambar 3. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst

Pada Gambar 3, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V3

diketahui bahwa hubungan P1 dan P2 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 40,13 – 0,26 J, r = -0,98 dan P2= 41,76 – 0,28 J, r = -0,98.

Sedangkan hubungan P3 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan persamaan P3 = 30,03 + 0,39 J – 0,015 J2, R2 = 0,98. Dari grafik dapat dilihat bahwa max

(32,56 cm) terdapat pada J (13 cm).

Pada umur 8 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan TOT V1P3 (121,38 cm), sedangkan rataan terendah

terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3 (48,02 cm). Sedang pada

(54)

kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (123,15 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas

towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4 (48,28 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah

dan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (90,26 cm),

sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT dengan (30 x 20 cm) P3J4

(79,85 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P3J1 (varietas lokal, MT dan 15 x 20 cm) yaitu 124,97 cm dan

yang terendah pada kombinasi V3P3J4 (varietas towuti, TOT dan 30 x 20 cm) yaitu

46,59 cm.

Hubungan kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam untuk varietas (V1, V2,

(55)

Gambar 4. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst

Pada Gambar 4, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J pada perlakuan V1

diketahui bahwa hubungan P1 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan

persamaan P1 = 87,74 + 3,71 J – 0,09 J2, R2 = 0,96. Dari grafik dapat dilihat bahwa

max (125,97 cm) terdapat pada J (20,61 cm). Sedangkan hubungan P2 dan P3

dengan jarak tanam bersifat linier dengan persamaan P2= 129,88 – 0,46 J, r = -0,99

(56)

Gambar 5. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst

Pada Gambar 5, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V2

diketahui bahwa hubungan P1, P2 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

(57)

Gambar 6. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst

Pada Gambar 6, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V3

diketahui bahwa hubungan P1 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 60,49 – 0,43 J, r = -0,99 dan P3= 52,55 – 0,20 J, r = -0,98.

Sedangkan hubungan P2 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan persamaan P2 = 72,26 – 1,45 J – 0,024 J2, R2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa min

(50,56 cm) terdapat pada J (27,28 cm).

Pada umur 12 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, namun rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan TT V1P2 (147,55 cm), sedangkan rataan

terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3 (64,47 cm).

(58)

terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (154,33 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada

kombinasi varietas towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4 (61,83 cm). Sedang pada

kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (109,36 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT dengan

(30 x 20 cm) P3J4 (97,18 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan

jarak tanam (V x P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P2J1 (varietas lokal, MT dan 15 x 20 cm) yaitu

155,23 cm dan yang terendah pada kombinasi V3P1J4 (varietas towuti, TT dan 30 x 20

cm) yaitu 59,96 cm.

Hubungan kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam untuk varietas (V1, V2,

(59)

Gambar 7. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst

Pada Gambar 7, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V1

(60)

Gambar 8. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst

Pada Gambar 8, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, perlakuan V2

diketahui bahwa hubungan P1, P2 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

(61)

Gambar 9. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst

Pada Gambar 9, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, perlakuan V3

diketahui bahwa hubungan P1, P2 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 80,42 – 0,68 J, r = -0,99 dan P2= 80,19 – 0,56 J, r = -0,99 serta P3 = 73,29 – 0,39 J, r = 0,99.

Pada umur 16 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, namun rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan MT V1P2 (162,24 cm), sedangkan rataan

terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3 (67,18 cm).

Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (169,74 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada

kombinasi varietas towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4 (65,36 cm). Sedang pada

(62)

tinggi tanaman, namun rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (117,63 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT

dengan (30 x 20 cm) P3J4 (100,12 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan

tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, namun rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P2J1 (varietas lokal, MT dan 15 x

20 cm) yaitu 170,97 cm dan yang terendah pada kombinasi V3P3J4 (varietas towuti,

TOT dan 30 x 20 cm) yaitu 63,64 cm.

Hubungan kombinasi antara varietas dengan jarak tanam terhadap tinggi tanaman umur 16 mst dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 10. Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 16 mst

Pada Gambar 10, dapat dilihat ada interaksi antara V x J pada umur 16 mst diketahui bahwa hubungan V1, V2 dan V3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

(63)

Jumlah Anakan

Data pengamatan jumlah anakan padi gogo pada pengamatan 4, 8, 12 dan 16 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai 5. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 8 dan 12 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 16 MST. Perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jarak tanam (V x J) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 16 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 8 dan 12 MST. Untuk kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jarak tanam (P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST.

(64)

Tabel 2. Rataan Jumlah Anakan Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah

(65)

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 4, 8, 12 dan 16 MST varietas yang terbaik untuk parameter jumlah anakan terdapat pada V3 (Towuti) yang diikuti

oleh V2 (Situ Patenggang) dan V1 (Lokal). Pada persiapan tanah (P) jumlah anakan

terbanyak terdapat pada P2 (MT) yang diikuti oleh P1 (TT) dan P3 (TOT). Demikian

juga dengan jarak tanam jumlah anakan terbanyak terdapat pada J3 (25 x 20 cm),

yang diikuti J2 (20 x 20 cm), J4 (30 x 20 cm) dan J1 (15 x 20 cm).

Hubungan jarak tanam terhadap jumlah anakan adalah kwadratik pada umur 8 dan 12 mst dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini.

Gambar 11. Hubungan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan (batang) pada Umur 8 dan 12 mst

Pada umur 8 mst terdapat hubungan kwadratik dengan persamaan = -1,22 + 0,51 J - 0,011 J2, R2 = 0,82. Dari grafik dapat dilihat bahwa max (4,69 cm) terdapat pada J (23,18 cm), dan umur 12 mst terdapat hubungan kwadratik dengan persamaan

(66)

= -0,08 + 0,57 J - 0,012 J2, R2 = 0,95. Dari grafik dapat dilihat bahwa max (6,69 cm) terdapat pada J (23,75 cm).

Pada umur 4 mst perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun jumlah anakan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan MT V3P2 (2,61 batang), sedangkan

rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas lokal dengan TOT V1P3 (0,82

batang). Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan (25 x 20 cm) V3J3 (2,85 batang), sedangkan rataan terendah terdapat pada

kombinasi varietas lokal dengan (30 x 20 cm) V1J4 (0,70 batang). Sedang pada

kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi MT dengan (25 x 20 cm) P2J3 (2,23 batang), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT

dengan (30 x 20 cm) P3J4 (1,33 batang). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan

tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi V3P2J3 (varietas towuti, MT dan

25 x 20 cm) yaitu 3,08 batang dan yang terendah pada kombinasi V1P1J4 (varietas

lokal, TT dan 30 x 20 cm) yaitu 0,57 batang.

(67)

Gambar 12. Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan (batang) pada Umur 4 mst

Pada Gambar 12, dapat dilihat ada interaksi antara V x J pada umur 4 mst diketahui bahwa hubungan V1, V2 dan V3 dengan jarak tanam bersifat kwadratik

dengan persamaan V1 = -1,90 + 0,27 J – 0,006 J2, R2 = 0,91. Dari grafik dapat

dilihat bahwa max (1,14 batang) terdapat pada J (22,5 cm); V2 = -2,89 + 0,42 J –

0,009 J2, R2 = 0,82. Dari grafik dapat dilihat bahwa max (2,01 batang) terdapat pada J (23,33 cm) dan V3 = -2,01 + 0,40 J – 0,009 J2, R2 = 0,75. Dari grafik dapat dilihat

bahwa max (2,44 batang) terdapat pada J (22,22 cm).

Pada umur 8 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan MT V3P2 (5,76 batang), sedangkan rataan

(68)

terendah terdapat pada kombinasi varietas lokal dengan TOT V1P3 (2,93 batang).

Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan (25 x 20 cm) V3J3 (5,88 batang), sedangkan rataan terendah terdapat

pada kombinasi varietas lokal dengan (30 x 20 cm) V1J4 (2,87 batang). Sedang pada

kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi MT dengan (25 x 20 cm) P2J3 (5,01 batang), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT

dengan (30 x 20 cm) P3J4 (3,69 batang). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan

tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi V3P2J3 (varietas towuti, MT dan

25 x 20 cm) yaitu 6,43 batang dan yang terendah pada kombinasi V1P3J4 (varietas

lokal, TOT dan 30 x 20 cm) yaitu 2,64 batang.

Pada umur 12 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan MT V3P2 (6,70 batang), sedangkan rataan

terendah terdapat pada kombinasi varietas lokal dengan TOT V1P3 (5,19 batang).

Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan (25 x 20 cm) V3J3 (6,89 batang), sedangkan rataan terendah terdapat

(69)

jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi MT dengan (25 x 20 cm) P2J3 (6,74 batang), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT

dengan (30 x 20 cm) P3J4 (5,70 batang). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan

tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi V2P2J3 (varietas situ patenggang,

MT dan 25 x 20 cm) yaitu 7,37 batang dan yang terendah pada kombinasi V1P3J1

(varietas lokal, TOT dan 15 x 20 cm) yaitu 4,67 batang.

Pada umur 16 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas situ patenggan dengan MT V2P2 (6,32 batang), sedangkan

rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas lokal dengan MT V1P2 (5,20

batang). Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi varietas towuti dengan (25 x 20 cm) V2J3 (6,60 batang), sedangkan rataan terendah terdapat pada

kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (4,89 batang). Sedang pada

kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan, namun rataan terbanyak diperoleh pada kombinasi MT dengan (25 x 20 cm) P2J3 (6,36 batang), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT

dengan (30 x 20 cm) P3J4 (5,38 batang). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan

(70)

MT dan 25 x 20 cm) yaitu 7,07 batang dan yang terendah pada kombinasi V1P2J1

(varietas lokal, MT dan 15 x 20 cm) yaitu 4,87 batang.

Hubungan kombinasi antara varietas dengan jarak tanam terhadap jumlah anakan umur 16 mst dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini.

Gambar 13. Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan (batang) pada Umur 16 mst

Pada Gambar 13, dapat dilihat ada interaksi antara V x J pada umur 16 mst diketahui bahwa hubungan V1, V2 dan V3 dengan jarak tanam bersifat kwadratik

dengan persamaan V1 = 0,49 + 0,43 J – 0,009 J2, R2 = 0,97. Dari grafik dapat dilihat

bahwa max (5,62 batang) terdapat pada J (23,89 cm); V2 = -1,02 + 0,68 J – 0,02 J2,

(71)

cm) dan V3 = 1,91 + 0,40 J – 0,009 J2, R2 = 0,98. Dari grafik dapat dilihat bahwa

max (6,36 batang) terdapat pada J (22,22 cm).

Jumlah Anakan Produktif

Data pengamatan jumlah anakan produktif padi gogo pada pengamatan 16 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 7. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif. Perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif. Untuk kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jarak tanam (P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif.

(72)

Tabel 3. Rataan Jumlah Anakan Produktif pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% (huruf kecil) dan 1% (huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa varietas tertinggi diperoleh pada V3 (10,39),

berbeda sangat nyata dengan V2 (8,68) dan V1 (6,60). Perlakuan persiapan tanah

tertinggi diperoleh pada P2 (8,94), berbeda nyata dengan P1 (8,68) dan P3 (8,05).

Perlakuan jarak tanam tertinggi diperoleh pada J3 (9,88), berbeda nyata dengan J2

(8,65), J4 (7,90) dan J1 (7,80). Kombinasi varietas dan dan jarak tanam (V x J), rataan

tertinggi jumlah anakan produktif diperoleh pada kombinasi V3J3 (12,18 batang),

berbeda nyata terhadap V3J1, V2J3, V3J4, V3J1, V2J2, V2J1, V2J4, V1J3, V1J2, V1J4,

Gambar

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah             dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya
Gambar 1. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst
Gambar 2. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2 terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst
Gambar 4. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1 terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini akan mengkaji salah satu bentuk atau bagian pluralitas yang ada di Indonesia yakni kajian tentang agama atau kepercayaan lokal, lebih spesifiknya adalah kajian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerapatan mangrove, struktur komunitas gastropoda dan hubungan antara biota (gastropoda) dengan habitatnya (mangrove)

Dalam penelitian ini kajian yang diamati adalah Perbandingan Pelaksanaan Electronic Government di Badan Pelayanan Terpadu Kota Pekanbaru dengan Dinas Perizinan kota

Sub sub sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan format Sentence case dan disusun rata kiri tanpa nomor dan garis bawah. Gambar dan Tabel diletakkan di dalam kelompok teks

Luar kawasan taman nasional merupakan kawasan zona penyangga (buffer zone) yang dikelola Perum Perhutani yang difungsikan sebagai kawasan hutan produksi,

Media pembelajaran interaktif adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan isi materi ajar

Pemodelan yang digunakan untuk merancang sistem baru adalah UML ( Unified Modeling Language ) dan kuesioner untuk mengetahui kesiapan pengguna. Kesimpulan penelitian ini adalah

australis jantan dan betina dari Pantai Timur Surabaya pada bulan Februari