• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOLOGI HAMA KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS PADA TANAMAN PEPAYA DAN ROSELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIOLOGI HAMA KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS PADA TANAMAN PEPAYA DAN ROSELA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

BIOLOGI HAMA KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS PADA TANAMAN PEPAYA DAN ROSELA

Oleh

Doni Keriahen Barus

Kutu putih pepaya (Paracoccus marginatus) menjadi hama baru di Indonesia pada tanaman pepaya sejak Mei 2008. Kutu putih pepaya dilaporkan telah menyerang 20 jenis tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari biologi dari kutu putih papaya, Paracoccus marginatus pada dua tanaman penting yang banyak ditanam sebagai tanaman pekarangan di Indonesia, yaitu pepaya dan rosela. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2013 hingga Februari 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lama waktu perkembangan kutu putih pepaya Paracoccus marginatus individu jantan lebih singkat dibandingkan dengan serangga betina. Lama hidup rata-rata individu jantan P. marginatus pada tanaman pepaya varietas California, pepaya varietas Thailand, dan tanaman rosela secara berturut-turut adalah 22,8±0,6 hari, 24,8±0,5 hari, 22,8±1,0 hari dan rata-rata lama hidup kutu putih serangga betina berkisar antara 28,2±0,7 hari hingga 31,8±0,6 hari. Rata-rata jumlah telur P. marginatus 209,1 ± 15,58; 222,4 ± 12,13; 217,8 ± 16,22 butir dalam satu kantong ovisac.

(2)

BIOLOGI HAMA KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS PADA TANAMAN PEPAYA DAN ROSELA

Oleh

DONI KERIAHEN BARUS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

BIOLOGI HAMA KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS PADA TANAMAN PEPAYA DAN ROSELA

(Skripsi)

Oleh

Doni Keriahen Barus 0914013192

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Stadium imago betina kutu putih pepaya P. marginatus. ... 6

2. Stadium imago jantan kutu putih pepaya P. marginatus. ... 7

3. Kurungan serangga. ... 14

4. Perlakuan tanaman pepaya (a), perlakuan tanaman rosela (b). ... 15

5. Fase telur P. marginatus (Foto: Barus, 2014). ... 23

6 . Fase nimfa instar satu P. marginatus (Foto: Barus, 2014). ... 23

7. Fase nimfa instar kedua betina (a), dan fase nimfa instar kedua jantan (b). (Foto: Barus, 2014). ... 24

8. Fase nimfa instar ketiga betina P. marginatus (a), dan fase nimfa instar ketiga jantan P. marginatus (b) (Foto: Barus, 2014). ... 25

9. Fase nimfa instar keempat (pupa) jantan (Foto: Barus, 2014). ... 25

(5)
(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1Stadium Telur, Larva, dan Imago Paracoccus marginatus ... 17

4.2 Jumlah Telur ... 20

4.3 Morfologi P. marginatus ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

PUSTAKA ACUAN ... 29

(7)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lama stadium P. marginatus fase telur,larva, dan imago pada tanaman pepaya varietas California, varietas Thailand, dan tanaman

rosela. ... 18 2. Jumlah telur (butir) P. marginatus dalam satu kantung telur (ovisak) . ... 21

3.

Biologi hama kutu putih betina P. marginatus pada tanaman pepaya

varietas California. ... 31 4. Biologi hama kutu putih betina P. marginatus pada tanaman rosela. ... 31 5. Biologi hama kutu putih betina P. marginatus pada tanaman pepaya

varietas Thailand. ... 32 6. Biologi hama kutu putih jantan P. marginatus pada tanaman pepaya

varietas California. ... 33 7. Biologi hama kutu putih jantan P. marginatus pada tanaman rosela. ... 33 8. Biologi hama kutu putih jantan P. marginatus pada tanaman pepaya

varietas Thailand. ... 34 9. Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman

pepaya varietas California. ... 35 10. Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman

rosela. ... 35 11. Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman

pepaya varietas Thailand. ... 36 12. Siklus hidup jantan kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman

(8)

iv

13. Siklus hidup jantan kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman

pepaya varietas Thailand. ... 37 14. Siklus hidup jantan kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman

(9)
(10)
(11)
(12)

Jika anda tidak bisa menjadi orang pandai, maka jadilah orang yang baik

Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana

dikatakan oleh Al-

Imam Al bukhariy (Shahiihul Bukhariy: Kitaabul „Ilmi,

Baabul „Ilmi qablal „amal)

Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu,

Tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab,

(13)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT,

kupersembahkan karya kecilku untuk:

Keluargaku tercinta

Bapak, Ibu, Kakak dan Abang serta Cindy Margaretha S.P., yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku. Atas kasih sayang, perhatian, dan

dorongan semangatnya takkan aku lupa.

Teman-temanku

Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta

Almamater tercinta

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Selatan, Tanjung Ratu, 30 Agustus 1990, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Senty Barus dan Ibu Megawati.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Ratu Lampung Selatan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Katibung Lampung Selatan pada tahun 2005, serta Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandar Lampung pada tahun 2008. Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum Mikrobiologi Pertanian, dibidang ekstrakulikuler, penulis pernah aktif dalam

organisasi Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) sebagai anggota dan kepala bidang pengabdian masyarakat dan Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS MATA) sebagai anggota.

Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatik (BALITRO), Bogor, Jawa Barat. Kemudian Penulis

(15)

SANWACANA

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan, rahmat, hidayah, serta segala nikmat yang tak terhingga. Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc., selaku pembimbing akademik, pembimbing utama dalam skripsi, yang telah memberikan motivasi, ide-ide cemerlang, bimbingan kepada penulis semasa kuliah, dan pengorbanan selama penulis merencanakan, melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi ini berakhir.

2. Bapak Ir. Agus M. Hariri, M.P., selaku pembimbing kedua, atas segala motivasi, ide dan bimbingan selama penulis menjalankan penelitian hingga penulisan skripsi ini berakhir.

3. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku penguji atas segala petunjuk, saran, serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu dan Bapak yang telah mencurahkan segala kasih sayang, perhatian, do’a yang tulus, dan dorongan moril maupun materil di sepanjang hidupku ini. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

(16)

6. Abang dan kakak; Purwanto Barus, Purwanti Barus, dan Eva Linawati Barus yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta motivasi yang penuh perhatian.

7. Cindy Margaretha, S.P., atas kesabaran dan kesetiaanya dalam menemani, memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama ini.

8. Deni Setiawan, Java Samando, Sarif, Oktoriadi, Herleo, Komang, dan teman-teman angkatan 2009, atas semua kritik, saran, bantuan kalian sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

9. Keluarga besar AGT angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 dan keluarga besar HmI komisariat pertanian atas motivasi yang tak henti diberikan dan bantuannya selama penulis semasa kuliah

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 10 September 2014 Penulis

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Hama Paracoccus marginatus (Williams & Granara de Willink) (Hemiptera: Pseudococcidae) adalah salah satu hama yang banyak merugikan tanaman,

terutama tanaman pepaya. Hama P. marginatus atau disebut juga hama kutu putih pepaya merupakan hama yang berasal dari Meksiko. Hama ini pertama kali dikoleksi di Meksiko pada tahun 1955 dan dideskripsikan pada tahun 1992 oleh Williams dan Granara de Willink (Muniappan et al., 2008). Antara tahun 1992 hingga 2000, P. marginatus menyebar ke Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, Florida, dan Amerika Selatan dan selanjutnya berkembang di wilayah Pasifik, antara lain di Guam pada tahun 2002, dan di Kepulauan Hawai pada tahun 2004 (Walker et al., 2003; Tanwar et al., 2010). Pada tahun 2008, hama P. marginatus dilaporkan ditemukan pertama kali di Indonesia, tepatnya di Kebun Raya Bogor (Muniappan et al., 2008). Pada tahun 2009, Susilo dkk. (2009) melaporkan bahwa hama P. marginatus telah menyebar di Provinsi Lampung dan ditemukan pada tanaman kembang sepatu, jagung, dan singkong.

(18)

2

tanaman-tanaman bernilai ekonomi yang menjadi inang P. marginatus terdapat dua tanaman penting yang diteliti dalam skripsi ini, yaitu tanaman dari famili Caricaceae spesies Carcia papaya L. (pepaya) dan tanaman dari famili Malvaceae spesies Hibiscus sabdariffa L. (rosela) (Dov, 2010).

P. marginatus merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan tanaman tepat pada bagian pembuluh floem. Daun tanaman yang terserang pada umumnya menjadi berkerut, dan jika serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur. Selain merusak daun, P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk, dan buah. Selain itu hama kutu putih pepaya dapat

menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan ini tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).

Hama P. marginatus merusak tanaman dewasa, menyebabkan daun menguning dan kelamaan daun gugur. Pada buah pepaya, hama kutu putih pepaya merusak dengan cara mengeluarkan lapisan lilin berwarna putih yang tebal hingga hampir menutupi buah pepaya sehingga buah pepaya tidak bisa dimakan. Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah yang tidak sempurna.

Serangan berat P. marginatus pada pepaya terdapat di lapisan-lapisan pertulangan tengah daun hingga seluruh area daun dan buah (Muniappan et al., 2008).

(19)

3

Untuk mencegah kerusakan dan kerugian yang besar pada berbagai tanaman yang menjadi inang P. marginatus, diperlukan informasi empirik dan lokal spesifik tentang biologi hama ini. Dalam penelitian ini dipilih tanaman pepaya dan tanaman rosela sebagai inang P. marginatus karena selain mempunyai nilai ekonomi tinggi kedua tanaman ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan di Indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian

(20)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Kisaran Inang Paracoccus marginatus

Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink, termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera, Superfamili Coccoidea, dan Famili Pseudococcidae. Genus ini terdiri dari 79 spesies, salah satunya adalah P. marginatus Williams dan Granara de Willink yang menjadi hama penting pepaya dan tanaman ekonomi tinggi lainnya di sekitar Karibia dan Florida (Miller & Miller, 2002).

Menurut Miller & Miller (2002), P. marginatus memiliki lebih dari 25 genus tanaman inang. Di antara tanaman-tanaman ini terdapat tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pepaya, jeruk, alpukat, terong, kembang sepatu, dan kamboja. Hama P. marginatus juga menyerang jenis tanaman Hibiscus rosa sinensis, Ipomoea sp, Manihot esculenta, Manihot chlorosticta Standl. &

(21)

5

inang P. marginatus di antaranya kembang sepatu, kapas, tomat, terung, lada, buncis dan kacang hijau, ubi jalar, mangga, cherry, dan tanaman sayuran dari famili Solanaceae dan Cucurbitaceae. Selain menyerang tanaman pertanian, P. marginatus juga menyerang gulma, yaitu Abutilon indicum, Achyranthus aspera, Cleome viscosa, Commelina benghalensis, Convolvulus arvensis, Euphorbia hirta, Phyllanthus niruri, Leucas aspera, Ocimum sanctum,

Parthenium hysterophorus, Tridax procumbens, Trianthema portulacastrum, dan Canthium inerme (Tanwar et al., 2010).

2.2 Morfologi

Menurut Walker et al. (2003), individu betina P. marginatus melalui tiga stadium yaitu telur, nimfa, dan imago. Serangga imago betina tidak memiliki sayap, dan bergerak perlahan dalam jarak yang dekat dan dapat diterbangkan oleh angin. Serangga betina biasanya meletakkan telur 100 hingga 600 butir dalam sebuah kantung telur yang diletakkan dalam waktu satu hingga dua minggu. Individu jantan melalui empat stadia yaitu telur, nimfa, pupa dan imago. Stadium imago jantan memiliki satu pasang sayap, aktif terbang mendekati betina dewasa.

(22)

6

0,2-0,6 mm. Kutu putih pepaya instar ketiga betina memiliki panjang 0,7-1,8 mm dan lebar tubuh 0,3-1,1 mm. Secara umum kutu putih pepaya instar ketiga betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih lebar dibandingkan dengan yang jantan. Panjang tubuh imago betina 1,5-2,7 mm dan lebar tubuh 0,9-1,7 mm. Tubuh imago memiliki rangkaian filamen lilin pendek di sepanjang bagian tepi tubuh.

(Gambar 1).

Gambar 1. Stadium imago betina kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. A. Detail

tungkai depan, B. Oral-rim tubular duct, C. Porus trilokular, D. Porus

(23)

7

Imago jantan P. marginatus berwarna merah muda, dengan bentuk tubuh oval memanjang dan memiliki sayap, panjang tubuh berkisar 0,9-1,1 mm dan lebar tubuh 0,2-0,3 mm (Gambar 2). Nimfa instar kedua jantan berwarna merah muda dan terkadang kuning, dengan panjang tubuh 0,5-1,1 mm dan lebar tubuh 0,2-0,6 mm. Pada stadium instar ketiga hama kutu putih pepaya jantan disebut prapupa, dengan panjang tubuh antara 0,8-1,1 mm dan lebar tubuh 0,3-0,4 mm. Stadium instar keempat serangga jantan disebut pupa, panjang tubuh berkisar antara 0,9-1,0 mm dan lebar tubuh antara 0,3-0,4 mm (Miller and Miller, 2002).

Gambar 2. Stadium imago jantan kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. A. Bagian

punggung daerah midcranial, B. Detail tungkai depan, C. Bagian ventral selubung penial, D. Aedeagus, E. bagian lateral selubung penial, F. Porus

(24)

8

2.3 Siklus Hidup

Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari telur, nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu. Kutu putih pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap (Tanwar et al., 2010).

Menurut Sari (2010), siklus hidup betina dan jantan hama P. marginatus berbeda, disebabkan hama kutu putih memiliki tahapan perkembangan hidup berbeda. Kutu putih betina mengalami metamorfosis paurometabola, sedangkan hama kutu putih jantan mengalami metamorfosis holometabola.

2.4 Gejala Serangan

(25)

9

mengkerut dan keriting dan akhirnya mati Serangan kutu putih pepaya mengakibatkan bunga dan buah pepaya gugur sebelum waktunya. Selain menyebabkan kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).

Serangga P. marginatus merusak tanaman dengan cara mengisap cairan tumbuhan dengan memasukkan stilet ke dalam jaringan epidermis daun, buah maupun batang dan secara bersamaan mengeluarkan racun, sehingga daun mengerut lalu menggulung. Selain itu, P. marginatus juga menghasilkan lapisan lilin berwarna putih sehingga buah pepaya tidak bisa dimakan dan banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan cendawan jelaga, hingga menyebabkan kematian tanaman. Pada tanaman yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun akan gugur. Serangan berat P. marginatus pada tanaman pepaya terdapat di lapisan-lapisan pertulangan tengah daun hingga seluruh area daun dan buah sehingga mempengaruhi daun menjadi kuning dan mengering, menyebabkan gumpalan hitam yang menutupi buah dan vegetasi yang diserang (Muniappan et al., 2008).

2.5 Pepaya

(26)

10

dihasilkan kurang optimal. Buah pepaya mengandung zat-zat yang diperlukan bagi tubuh, rasanya juga enak serta mempunyai nilai gizi yang bagus untuk kesehatan, sehingga buah pepaya mempunyai nilai jual yang tinggi dan dijadikan komoditas bisnis. Kandungan buah pepaya masak (100 gr) adalah kalori 46 kal, vitamin A 365 SI, vitamin Bl 0,04 mg, vitamin C 78 mg, kalsium 23 mg, hidrat arang 12,2 mg, fosfor 12 mg, besi 1,7 mg, protein 0,5 mg dan air 86,7 gram. Selain itu buah pepaya mengandung papain yang merupakan enzim proteolitik yang dapat dimanfaatkan di bidang industri makanan dan sebagai bahan baku kosmetika. Di bidang farmasi, daun, batang dan biji pepaya dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan (Sujiprihati dan Suketi, 2009).

Verheij and Coronel (1997) menyatakan, di beberapa negara biji pepaya

digunakan sebagai obat peluruh cacing dan obat untuk menggugurkan kandungan. Karpaina, suatu jenis alkaloid yang terkandung dalam pepaya digunakan untuk mengurangi gangguan jantung, obat anti amuba dan obat peluruh kencing. Di Myanmar, getah Carica papaya L. digunakan untuk mengeluarkan cacing usus pada manusia. Sementara itu Negara Vietnam, getah pepaya digunakan untuk mengobati kutil selanjutnya di Indonesia, getah pepaya digunakan untuk mengeluarkan cacing usus dan menetralkan racun ular.

2.6 Tanaman Rosela

(27)

11

di seluruh dunia. Rosela merupakan herba tahunan dengan tinggi antar 0,5 – 3 meter. Batangnya bulat, tegak, dan berwarna merah. Daunnya tunggal, tepi bergerigi, pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebar 5-8 cm. Setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman (Maryani dan Kristiana, 2005).

Tanaman rosela biasanya dibudidayakan sebagai tanaman hias, di antaranya sebagai tanaman hias out door, tanaman pagar, maupun tanaman hias in door yang berupa bunga rangkai. Kelopak bunga tanaman ini (kelopaknya) selain mengandung malic acid yang rasanya segar juga dapat diolah menjadi beberapa produk yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi, yaitu berupa sirup, minuman segar, selai, ataupun manisan alami tanpa penambahan zat warna sehingga sangat menarik dan digemari konsumen. Tanaman ini juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai tanaman obat. Bahan penting yang terkandung dalam kelopak bunga rosela adalah gossypetin, anthocyanin dan glucoside hibiscin. Ketiga zat inilah yang menjadikan rosela bukan sekadar tanaman hias yang indah, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan manusia. Kelopak bunga rosela

(28)

12

Rebusan biji rosela biasanya digunakan oleh masyarakat India untuk

menyembuhkan ganguan kencing, gangguan pada pencernaan, dan meningkatkan stamina. Daun rosela dapat digunakan umtuk mengobati kaki pecah-pecah dan luka bakar ringan. Daun dapat mempercepat pematangan bisul sekaligus bersifat melembutkan kulit (emolient). Sementara itu, cairan atau lotion yang dibuat dari daun rosela digunakan untuk mengobati luka (Maryani dan Kristiana, 2005).

Hasil survei importir rosela tingkat internasional, total panen rosela kering mencapai 500 kg/ha. Di perkebunan Desa Panggung, Kecamatan Semen,

(29)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan November 2013 hingga Februari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain adalah tanaman pepaya varietas California dan Thailand, tanaman rosela, serangga kutu putih pepaya P. marginatus, media tanam tanah dan kompos. Alat yang digunakan antara lain adalah mikroskop, counter, lup, kuas, jarum, polybag, higrothermometer digital, kamera digital, alat tulis, nampan, dan kurungan serangga yang terbuat dari plastik mika, kain kasa.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Persiapan Tanaman Inang dan Serangga Percobaan

(30)

14

P. marginatus setelah tingginya mencapai sekitar 40 cm. Hama kutu putih yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari tanaman pepaya terserang yang berada di lapangan terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Spesimen P. marginatus yang terkumpul dikembangbiakkan dan dipelihara pada empat bibit pepaya yang ditumbuhkan di dalam polibag dan dikurung dengan kurungan serangga berbentuk tabung terbuat dari plastik mika dengan ukuran panjang 10 cm dan diameter 4 cm. Bagian bawah kurungan diberi alas yang ditutup dengan kain kasa trikot (Gambar 3).

Gambar 3. Kurungan serangga untuk P. marginatus. Terbuat dari plastik mika dan kain kasa, berukuran panjang 10 cm dengan diameter 4 cm.

Kutu putih yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari pembiakan yang dilakukan, diperoleh dengan cara mengambil kantung telur (ovisac)

(31)

15

3.3.2 Pengamatan Biologi Hama Paracoccus marginatus

Pengamatan kutu putih pepaya pada tanaman pepaya dan rosela dimulai pada saat telur yang berada di dalam setiap ovisak menetas. Setiap kantung telur ovisak diletakkan pada permukaan daun pepaya dan rosela kemudian dikurung dengan menggunakan kurungan serangga. Setiap pohon pepaya dilakukan pengamatan terhadap dua daun (Gambar 4a). Ulangan yang digunakan di dalam percobaan ini sebanyak 10 ulangan pada tanaman pepaya varietas California, Thailand dan sebanyak 5 kali ulangan pada tanaman rosela (Gambar 4b).

(a) (b)

Gambar 4. Perlakuan tanaman pepaya (a), perlakuan tanaman rosela (b).

Variabel pengamatan yang diamati di dalam penelitian ini adalah: (1) lama fase

(32)

16

kondisi suhu lingkungan selama percobaan, suhu ruangan percobaan dicatat setiap hari pada pukul 10.00 WIB dengan menggunakan higrothermometer.

Pengamatan fase telur dimulai pada saat imago betina meletakkan telur pertama hingga menetas. Pengamatan fase nimfa P. marginatus sampai imago dilakukan pada saat telur P. marginatus menetas dengan cara memberi tanda terhadap nimfa instar dua yang diamati menggunakan spidol dipermukaan daun atau batang yang ditinggali P. marginatus. Untuk mengetahui pergantian stadium serangga P. marginatus ditandai dengan pergantian kulit (molting).

Pengamatan untuk menghitung jumlah telur di dalam ovisak, yaitu pada saat ovisak yang diletakkan pada hari keenam oleh imago betina P. marginatus pada masing-masing ulangan dibuka secara perlahan supaya telur yang ada dalam kantung telur tidak rusak. Ovisak yang telah dibuka kemudian diamati di bawah mikroskop binokuler dan jumlah telurnya dihitung menggunakan counter.

3.3.3 Analisis Data

(33)

27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lama waktu perkembangan kutu putih pepaya Paracoccus marginatus pada tanaman pepaya dan rosela bahwa individu jantan lebih singkat dibandingkan dengan serangga betina.

2. Lama hidup individu jantan P. marginatus pada tanaman uji berkisar antara 22,8 ± 0,6 hari hingga 24,8 ± 0,5 hari sedangkan waktu perkembangan individu betina P. marginatus berkisar antara 28,2 ± 0,7 hari hingga 31,8 ± 0,6 hari. 3. Jumlah telur P. marginatus pada tanaman pepaya California, pepaya Thailand,

dan tanaman rosela memiliki rata-rata berkisar antara 209,1 butir hingga 222,4 butir per ovisac.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal yaitu:

1. Diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui morfologi ukuran tubuh P. marginatus.

(34)

28

3. Suhu lingkungan percobaan dalam ruangan percobaan diamati sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang, dan sore pada pukul 18.00 WIB.

(35)

29

PUSTAKA ACUAN

Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, L.S. Osborne, & N.D. Epsky. 2008. Life History of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Psudococcidae) on four host plant spesies under Laboratory Condition. Environ. Entomol. 37 (3): 630- 635.

Awmack, C.S. & S.R. Leather. 2002. Host Plant Quality and Fecundity in Herbivorous Insect. Annu. Rev. Entomol. 47: 817-844.

Dov, Y.B. 2010. ScaleNet, Paracoccus marginatus. Agustus. 2011. Diakses 5 Nov 2013 http://www.sel.barc.usda .gov/catalogs/pseudoco/

paracoccusmarginatus.html.

Friamsa, N. 2009. Biologi dan statistik demografi kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink pada tanaman pepaya Carica papaya L. (Skripsi). Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hlm.

Hakim, A.M. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk Cair Terhadap Hasil dan Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Rosella (Hisbiscus sabdariffa). (Skripsi). Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 39 hlm.

Maryani, H. & L. Kristiana. 2005. Khasiat & Manfaat Rosela.Agro Media. Jakarta. 48 hlm.

Miller, D.R. & G.L. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Hemiptera: Coccoidea:

Pseudococcidae), including deskription of the immature stages and adult male. Proc. Entomol. 104(1):1-23

Muniappan, R., B.M. Shepard, G.W. Watson, G.R. Carner, D. Sartiami, A. Rauf, & M.D. Hamming. 2008. First Report of the Papaya Mealybug,

(36)

30

Nurhayati, A. & R. Anwar. 2012. Prevalensi Cendawan Entomopatogenik, Neozygites Fumosa (Speare) Remaudie’re & Keller (Zygomycetes: Entomophthorales) pada Populasi Kutu Putih, Paracoccus marginatus Williams & Granara De Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) di Wilayah Bogor. J. Entomologi Indonesia. 9(2): 71-80

Pramayudi, N. & H. Oktarina. 2012. Biologi Hama Kutu Putih Pepaya

(Paracoccus marginatus) pada Tanaman Pepaya. J. Floratek. 7: 32 – 44. Rukmana, R. & S. Saputra. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.

Kanisius. Yogyakarta. 168 hlm.

Sari, R.M. 2010. Biologi Hama Kutu Tepung Putih (Paracoccus marginatus) (Williams &Granara de Willink, 1992) (Homoptera : Pseudococcidae) yang menyerang tanaman Pepaya (Carica papaya Linn.). (Skripsi). Universitas Riau. Pekanbaru. 49 hlm.

Sartiami, D., Dadang., R. Anwar, & I.S. Harahap. 2009. Persebaran hama baru Paracoccus marginatus di Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dalam Prosiding Seminar Nasional Perlindungan Tanaman. Bogor 5-6 Agustus 2009. 453-462 hlm.

Sujiprihati, S. & K. Suketi. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm.

Susilo, F.X., Purnomo, & I G. Swibawa. 2009. Infestation of the Papaya Mealybug in home yeard plants in Bandar Lampung, Indonesia.

Proceeding. Internasional meeting for the Development of IPM in Asia and Africa, Bandar Lampung, Indonesia. December 7-9, 2009. 3: 81-92.

Tanwar, R.K., P. Jeyakumar, & S. Vennila. 2010. Papaya mealybug and its management strategies. National Centre for integrated pest management. New Delhi.

Verheij, E.W.M. & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. Buah-buahan yang Dapat Dinamakan. Gramedia Pustaka Umum. Jakarata. 131 hlm.

Walker, A., M. Hoy, & D. Meyerdirk. 2003. Papaya Mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Insecta: Hemiptera: Pseudococcidae). Featured creatures. Entomology and Nematology

(37)

31

(38)

31

Tabel 3. Biologi hama kutu putih betina P. marginatus pada tanaman pepaya varietas California.

Tabel 4. Biologi hama kutu putih betina P. marginatus pada tanaman rosela.

Keterangan: I = instar satu; II = instar dua; III = instar tiga; M = imago; √ = molting

sampel Tgl pengamatan januari – februari 2014

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5

Sampel Tgl pengamatan Januari – Februari 2014

(39)

32

Tabel 5. Biologi hama kutu putih betina P. marginatus pada tanaman pepaya varietas Thailand.

Keterangan :

Sampel Tgl pengamatan Januari – Februari 2014

(40)

33

Tabel 6. Biologi hama kutu putih jantan P. marginatus pada tanaman pepaya varietas California.

Tabel 7. Biologi hama kutu putih jantan P. marginatus pada tanaman rosela.

Keterangan: I = Instar satu; II = instar kedua ; III = instar ketiga (Prapupa); IV = Instar keempat ( Pupa ); M = Imago; √ = molting

Sampel Tgl pengamatan Januari – Februari 2014

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5

Sampel Tgl pengamatan Januari – Februari 2014

(41)

34

Tabel 8. Biologi hama kutu putih jantan P. marginatus pada tanaman pepaya varietas Thailand.

Keterangan : I = instar satu II = instar dua

III = instar tiga (prapupa) IV = pupa

M = imago √ = molting

Sampel Tgl pengamatan Januari – Februari 2014

(42)

36

Tabel 9. Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya varietas California.

Sampel Stadium (hari) Kumulatif

Tabel 10. Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman rosela.

Sampel Stadium (hari) kumulatif

(43)

37

Tabel 11. Siklus hidup betina kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya varietas Thailand.

Tabel 12. Siklus hidup jantan kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya varietas California

Sampel Stadium (hari) Telur kumulatif

(44)

38

Tabel 13. Siklus hidup jantan kutu putih pepaya P. marginatus pada tanaman pepaya varietas Thailand.

Sampel Stadium (hari) Telur kumulatif

Instar 1 Instar 2 Instar 3 Instar 4 Imago

Sampel Stadium (hari) Telur kumulatif

(45)

39

Tabel 15. Jumlah telur Paracoccus marginatus.

Sampel Papaya California Papaya Thailand Rosela

1 192 167 256

2 173 226 238

3 237 191 132

4 156 182 210

5 261 269 253

6 287 198

7 138 223

8 256 286

9 207 245

10 184 237

jumlah 2091 2224 1089

Rata-rata 209,1 222,4 217,8

Standar Deviasi 49,27 38,35 51,30

(46)

40

Tabel 16. Suhu dan kelembaban lokasi penelitian pada pukul 10.00 WIB.

Gambar

Gambar 1. Stadium imago betina kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. A. Detail              tungkai depan, B
Gambar 2. Stadium imago jantan kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. A. Bagian punggung daerah midcranial, B
Gambar 3. Kurungan serangga untuk P. marginatus. Terbuat dari plastik mika dan kain kasa, berukuran panjang 10 cm dengan diameter 4 cm
Gambar 4. Perlakuan tanaman pepaya (a), perlakuan tanaman rosela (b). Variabel pengamatan yang diamati di dalam penelitian ini adalah: (1) lama fase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini mengkaji bagaimana kedudukan dan peran perempuan Minangkabau berdasarkan adatnya dan Islam dalam hal: 1) waris; 2) pengambil keputusan dalam keluarga;

Dari uraian diatas dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut : diduga tingkat pendapatan petani karet yang

Adapun kesiapan dari petani kelapa sawit dalam menghadapi peremajaan kebun replanting yaitu sudah memiliki kebun lain sebagai ganti kebun kelapas sawit yang akan di

Dari uraian di atas telah tampak dengan jelas bahwa tahnik (memasukkan kurma ke mulut bayi yang baru lahir) adalah praktik yang dilakukan Nabi. Hadis yang

132 Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi 1(2) (2017) 119-138 Pada akun Facebook Komunitas Petani Padi Indonesia (KPPI) (https://www.facebook.com/groups/671706989656525/)

Sedangkan data khususnya terdiri dari perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus semangka pada setiap responden dengan menggunakan sphygmanometer

Analisa data menunjukkan bahwa nilai tekanan darah sebelum mengkonsumsi buah semangka merah berada pada kategori hipertensi stadium satu ditunjukkan dengan tekanan darah