PERBANDINGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI POLITIK CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014
PADA PARTAI POLITIK
(Studi Pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah)
Oleh
Erwin Meraldi
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
THE COMPARATIVE STUDY OF POLITICAL RECRUITMENT AND SELECTION PROCESS OF LEGISLATIVE CANDIDATE MEMBER ON
POLITICAL PARTY IN 2014
(Study On DPC Partai Demokrat and DPD Partai Keadilan Sejahtera in Lampung Tengah)
By
ERWIN MERALDI
The election system in Indonesia which is in the form of direct elections for the implementation has made the open space system being a good representation. One form of the general election is the choice of legislative members. A political party is a core organization of legislative elections. So far, the efforts made by the political parties including Partai Demokrat and Partai Keadilan Sejahtera in creating good quality of legislative members are still minimum. These weaknesses can be seen from the recruitment and selection process that does not take place in an open and participative way. The purpose of this study was to determine the process and comparison of recruitment and selection process of the candidates at DPC Partai Demokrat and DPD Partai Keadilan Sejahtera in Lampung Tengah.
This Study used a qualitative descriptive study that was done by comparing the recruitment and selection process in both parties. There were three indicators from elaborations of several theories used in this study. The three indicators were the implementation of legislative candidate recruitment at the level of political parties, the implementation of the selection legislative members candidates at the party level, and the establishment of legislative candidates and determining the sequence number of political parties. The data in this study were collected through interviews with multiple informants and through the study of documentation.
the DPC, besides the indications of the use of proximity and the dominance of the elite was found in this party. While in DPD Partai Keadilan Sejahtera, internal recruitment was closed for the party only. The selection was done in the level of electability and personal justification. The selection is carried out exclusively and decentralized territorial. Candidates were determined by the DPW on the recommendation of DPD, while the serial number was assigned by the consensus. In addition, there were no indication of misconducts in this party. Based on the result of the reserch, if it os compared in the part of recruitment and selection process, DPD Partai Keadilan Sejahtera tends to be better than DPC Partai Demokrat, eventhough basically both parties have not done the process of recruitment and selection maximally yet.
ABSTRAK
PERBANDINGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI POLITIK CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014
PADA PARTAI POLITIK
(Studi Pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah)
Oleh
ERWIN MERALDI
Sistem pemilihan umum di Indonesia dalam bentuk pemilihan langsung membuka ruang bagi terlaksananya sistem perwakilan secara baik. Salah satu bentuk pemilihan umum tersebut yaitu pemilihan anggota legislatif. Partai politik merupakan organisasi inti dari pelaksanaan pemilihan umum legislatif. Selama ini usaha yang dilakukan oleh partai politik yang diantaranya adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera dalam mencetak anggota legislatif berkualitas masih sangatlah minim. Kelemahan tersebut dapat dilihat dari proses rekrutmen dan seleksi yang tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan perbandingan proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif di DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan membandingkan proses rekrutmen dan seleksi di kedua partai dengan menggunakan tiga indikator yang didapat dari hasil elaborasi beberapa teori. Adapun ketiga indikator tersebut yaitu pelaksanaan rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik, pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai dan penetapan calon anggota legislatif dan penetuan nomor urut oleh partai politik. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara terhadap beberapa informan dan melalui studi dokumentasi
dan nomor urut ditetapkan oleh ketua DPC selain itu ditemukan adanya indikasi pemanfaatan kedekatan dan dominasi elit. Sedangkan di DPD Partai Keadilan Sejahtera rekrutmen bersifat tertutup untuk internal partai saja. Seleksi didasarkan pada tingkat elektabilitas dan penilaian personal. Seleksi dilakukan secara eksklusif dan secara desentralisasi teritorial. Calon legislatif ditetapkan oleh DPW berdasarkan rekomendasi DPD sedangkan nomor urut ditetapkan melalui musyawarah. Selain itu tidak ditemukan adanya indikasi kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jika dibandingkan proses rekrutmen dan seleksi pada DPD Partai Keadilan Sejahtera cenderung lebih baik dari DPC Partai Demokrat, walaupun pada dasarnya kedua partai belum melakukan rekrutmen dan seleksi secara maksimal.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Rekrutmen... 10
1. Pengertian Rekrutmen ... 10
2. Prinsip-Prinsip Rekrutmen ... 11
3. Sumber Rekrutmen ... 12
4. Sifat Rekrutmen ... 13
B. Tinjauan Tentang Seleksi ... 13
1. Pengertian Seleksi ... 13
2. Siapa Yang Menyeleksi (Selectrorate) ... 14
3. Dimana Kandidat Di Seleksi ... 15
C. Model dan Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik ... 16
1. Model Rekrutmen dan Seleksi Politik ... 16
2. Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik ... 18
D. Tinjauan Tentang Pemilu Legislatif ... 20
1. Syarat Bakal Calon Legislatif ... 20
2. Tata Cara Pengajuan Bakal Calon Legislatif ... 22
3. Tahapan Pencalonan Pemilu Legislatif 2014 ... 23
E. Indikator Perbandingan Rekrutmen dan Seleksi Calon Legislatif ... 24
B. Fokus Penelitian ... 31
2. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Rekrutmen dan Seleksi Partai Demokrat ... 42
3. Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Lampung Tengah dari Partai Demokrat ... 46
B. Gambaran Umum DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah 49
1. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera ... 49
2. Rancangan Panduan Program Pencalonan Partai Keadilan Sejahtera ... 51
3. Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Lampung Tengah dari Partai Keadilan Sejahtera ... 54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57
1. Rekrutmen pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. 57
2. Seleksi pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera ... 62
3. Penetapan Calon Anggota Legislatif pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera ... 63
B. Pembahasan ... 67
1. Rekrutmen dan Seleksi Calon Anggota Legislatif pada DPC Partai Demokrat Lampung Tengah ... 68
2. Rekrutmen dan Seleksi Calon Anggota Legislatif pada DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah ... 76
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 1 ... 46
2. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 2 ... 47
3. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 3 ... 47
4. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 4 ... 48
5. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 5 ... 48
6. Tahapan Umum Penjaringan dan Penetapan CAD PKS ... 53
7. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 1 .. 54
8. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 2 .. 54
9. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 3 .. 55
10. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 4 .. 55
11. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 5 .. 56
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan
kualitas tentu saja berpengaruh terhadap jalannya proses demokrasi langsung.
Sehingga mekanisme sistem perwakilan menjadi jalan keluar demi
terhubungnya penguasa dan masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) secara
langsung pada dasarnya merupakan salah satu sarana penyaluran kedaulatan
rakyat. Pemilu merupakan praktik politik untuk menyalurkan kedaulatan rakyat
yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan. Melalui
pemilu negara dapat mewujudkan sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan
rakyat dan juga berdasar permusyawaratan perwakilan.
Adanya pemilu memungkinkan terjadinya pemilihan dan pergantian
kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan pemilu yakni memilih wakil rakyat atau wakil daerah dan
membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan legitimasi dari rakyat.
Sistem pemilihan umum di Indonesia dalam bentuk pemilihan langsung mulai
dari pemilihan umum presiden, gubernur, walikota, bupati serta pemilihan
baik. Partai politik merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan sistem
perwakilan tersebut. Partai politik diharapkan mampu mewujudkan konsep
keterwakilan, baik keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan seperti
lembaga legislatif/parlemen maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam
institusi kepartaian. Maka dari itu partai politik haruslah bisa menyediakan
wakil rakyat di parlemen yang handal demi terwujudnya keterwakilan tersebut.
Salah satu cara guna mendapatkan wakil rakyat handal adalah dengan melalui
proses rekrutmen dan seleksi yang ketat.
Salah fungsi partai politik adalah sarana rekrutmen politik. Menurut Agustino
(2007:104) salah satu fugsi partai adalah melakukan rekrutmen guna mengisi
posisi-posisi yang dibutuhkan dalam lembaga negara. Sedangkan Budiarjo
(2008:408) rekrutmen politik sangat berkaitan dengan masalah seleksi
kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan
nasional yang lebih luas. Pendapat tersebut juga dipertegas dalam UU No. 2
Tahun 2008 tentang partai politik. Undang-Undang tersebut menjelaskan
bahwa salah satu fungsi partai politik adalah rekrutmen politik dalam proses
pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Selama ini usaha yang dilakukan oleh partai politik dalam mencetak anggota
legislatif berkualitas masih sangatlah minim. Kelemahan tersebut dapat dilihat
dari proses rekrutmen yang tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif.
Proses rekrutmen seperti itu mengakibatkan ketidaktahuan masyarakat
dalam proses rekrutmen, partai politik cenderung menggunakan pendekatan
“asal pilih” terhadap kandidat yang akan dicalonkan. Permasalahan tersebut
dibuktikan berdasarkan temuan sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Lampung. Permasalahan tersebut antara lain mengenai adanya data
daftar calon sementara yang ganda, adanya bakal calon yang berumur dibawah
21 tahun, adanya nama bakal calon ganda di dua parpol dan masih banyaknya
berkas bakal calon yang bermasalah. (Tribun Lampung, 29 April 2013)
Permasalahan administratif di atas menjadi pelengkap permasalahan yang
kerap terjadi dalam penetapan calon legislatif oleh partai politik. Permasalahan
pokok penetapan calon legislatif saat ini pada dasarnya adalah partai politik itu
sendiri. Sistem oligarki yang cenderung diabadikan oleh partai membuat
penetapan calon legislatif bersifat sentralistis atau terpusat pada satu tangan
saja. Kecenderungan ini membuat munculnya calon legislatif potensial akan
semakin susah. Adanya faktor kedekatan atau kekeluargaan dengan elit partai,
akses politik ataupun politik uang kini seolah menjadi kunci utama guna
memuluskan langkah pencalonan. Sedangkan kemampuan dari calon calon
legislatif justru dinomorduakan.
Permasalahan di atas menunjukan bahwa rekrutmen politik merupakan hal
penting. Rekrutmen politik menjadi sangat penting mengingat fungsi ini selain
untuk kepentingan partai politik tetapi juga sangat berperan dalam mencetak
pemimpin-pemimpin ataupun wakil rakyat yang berkualitas. Rekrutmen
merupakan proses yang menentukan keberlanjutan suatu partai dan juga
mendalam partai politik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar
terhadap negara. Agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang baik
perlu dimulai dari proses rekrutmen dan seleksi yang baik pula. Maka dari itu,
setiap partai politik wajib meningkatkan kualitas proses rekrutmen dan seleksi
guna mendapatkan calon pemimpin dan wakil rakyat yang handal. Melalui
proses rekrutmen dan seleksi, partai politik bisa memilih calon-calon yang
sesuai dengan karakteristik dan ideologi partai bersangkutan.
Menghadapi pemilu legislatif 2014 mendatang, masing masing partai memilki
cara tersendiri dalam menjalankan proses rekrutmen dan seleksi bakal calon
anggota legislatif. Dasar pelaksanaan rekrutmen dan seleksi bakal calon pada
partai politik biasanya dilaksanakan sesuai dengan keputusan internal partai.
Namun secara umum tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi maupun
kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (P-KPU)
Nomor 7 Tahun 2013 serta P-KPU Nomor 13 Tahun 2013. Peraturan-peraturan
tersebut memuat secara jelas mengenai syarat bakal calon dan pengajuan bakal
calon, tata cara pendaftaran dan aturan lainnya.
Menghadapi pemilihan umum legislatif tahun 2014 mendatang, partai-partai
peserta pemilu mulai disibukkan dengan pelaksanaan rekrutmen dan seleksi
bakal calon legislatif (caleg). Partai Demokrat salah satunya, Demokrat
merupakan partai pemenang pemilu legislatif 2009 dengan perolehan suara
nasional 20,85%. Partai berasaskan pancasila ini merupakan salah satu partai
demokrat seperti membawa harapan baru yang cerah bagi kehidupan politik
tanah air. Belakangan ini Demokrat tengah mengalami penurunan tingkat
elektabilitas secara nasional yang cukup drastis. Hasil survei Lingkaran Survei
Indonesia (LSI) menunjukan demokrat mengalami penurunan suara 9%
dibanding pada pemilu 2009. Menghadapi pemilu legislatif 2014, kesiapan
Partai Demokrat pun masih belum maksimal. Ketidaksiapan ini ditunjukkan
dengan adanya temuan sementara KPU Kabupaten Lampung Tengah yang
menyatakan bahwa masih banyak berkas bakal calon legislatif Partai Demokrat
yang bermasalah. Masalah tersebut diantaranya masih ditemukannya nama
bakal calon anggota legislatif yang ganda (Koran Editor, Jumat 3 Mei 2013).
Selain Partai Demokrat, partai yang juga mencoba menjadi pencerah kehidupan
politik tanah air adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai politik yang
berasaskan Islam ini muncul dengan kader-kader terbaiknya. Terbukti pada
pemilihan umum legislatif pertamanya, PKS berhasil meraup suara nasional
6,06% . Menurut penulis, PKS adalah partai yang bisa dibilang “adem ayem”.
Tidak banyak pemberitaan buruk mengenai partai yang salah satu tujuan
pembentukannya adalah untuk membangun sistem kehidupan bermasyarakat
dan bernegara yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Namun ternyata hal positif
tersebut tidak berpengaruh terhadap elektabilitas PKS. Hal ini juga terbukti
dari hasil survei LSI yang menyebutkan tingkat elektabilitas PKS hanya 3,7%.
Masalah lain muncul menjelang pemilu legislatif 2014, berdasarkan temuan
sementara KPU Lampung, ada beberapa partai politik yang belum memenuhi
kuota bakal calon legislatif seharusnya dan juga adanya berkas calon legislatif
Sejahtera (Tribun Lampung, Senin 29 April 2013). Masalah ini menunjukkan
kurang maksimalnya persiapan PKS dalam menghadapi pemilu legislatif 2014.
Bila diperhatikan, baik Demokrat maupun PKS merupakan partai yang
sama-sama memiliki struktur partai yang kuat dan kader yang solid. Kuatnya struktur
partai dan solidnya kader pada dasarnya dapat dilihat dari seberapa jauh setiap
komponen di dalam partai dapat saling menguatkan satu sama lain, mampu
bersinergi dan bekerja sama dan kejelasan program program yang dimiliki.
Partai Demokrat merupakan representasi partai nasionalis yang memiliki
struktur partai yang kuat, kepengurusan yang solid dari pusat sampai daerah
yang didukung dengan kader-kader yang berkualitas. Sedangkan PKS
merupakan representasi partai religius dengan stuktur partai yang kuat dengan
dukungan kader yang solid bahkan militan serta memiliki program kerja yang
jelas.
Ditengah masalah yang tengah dihadapi, kedua partai tersebut sudah
selayaknya menanggapi secara serius. Demokrat yang harus segera berbenah
dan bekerja keras untuk mengembalikan popularitas mereka. Sedangkan PKS
punya pekerjaan berat untuk bisa membuktikan diri sebagai partai Islam yang
punya kekuatan besar. Hal tersebut menunjukan bahwa baik Demokrat maupun
PKS saat ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu harus meningkatkan suaranya
di pemilu legislatif 2014 mendatang. Berkaitan dengan masalah tersebut,
supaya dapat meningkatkan suara atau elektabilitas partai, perubahan besar
harus segera dilakukan. Salah satunya dengan terlebih dahulu memperbaiki
nantinya akan berpengaruh terhadap suara partai ditingkat nasional. Caranya
bisa dilakukan dengan merekrut dan menyeleksi calon legislatif yang handal.
Partai harus punya standar yang jelas dalam proses rekrutmen dan seleksi guna
menghasilkan calon wakil rakyat yang nantinya mampu mengemban tugas
sebagai perwakilan rakyat secara maksimal.
Masing-masing partai memang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam
merekrut dan menyeleksi kader maupun bakal calon legislatif. Cara yang
digunakan oleh Demokrat dengan PKS mulai dari tahapan perekrutan, syarat
administratif ataupun kriteria pasti terdapat perbedaan. Maka peran partai
politik dalam merekrut dan menyeleksi kader partai sangatlah penting. Tanpa
adanya faktor elit, faktor kekerabatan, faktor uang atau faktor lain yang
menjadi pengaruh, proses penetapan calon legislatif justru akan berkualitas.
Hal tersebut mengingat bahwa rekrutmen politik akan berfungsi untuk mencari
orang atau kader yang berkualitas serta memiliki kredibilitas dan akuntabilitas.
Berdasarkan pada kenyataan inilah yang menjadikan dorongan bagi penulis
untuk meneliti dan mempelajari rekrutmen dan seleksi.politik calon legislatif.
Sistem seperti apa yang diterapkan oleh Partai Demokrat dan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) khususnya di Kabupaten Lampung Tengah guna mendapatkan
calon legislatif yang berkualitas. Serta penulis juga akan mencoba melihat
seperti apa perbandingan dinamika politik yang terjadi di internal kedua partai,
apakah faktor elit, faktor kekeluargaan dan faktor uang mempengaruhi proses
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas , yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPC Partai
Demokrat Kabupaten Lampung Tengah?
2. Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPD Partai
Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah?
3. Bagaimana perbandingan proses politik penetapan calon legislatif mulai
dari pelaksanaan rekrutmen, seleksi, penetapan caleg dan penentuan nomor
urut pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera
Kabupaten Lampung Tengah?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPC
Partai Demokrat Kabupaten Lampung Tengah.
2. Untuk mengetahui proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPD
Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah.
3. Untuk membandingkan proses politik penetapan calon legislatif mulai dari
pelaksanaan rekrutmen, seleksi, penetapan caleg dan penentuan nomor urut
pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten
D.Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan pengembangan pemikiran dibidang politik, khususnya
mengenai rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada partai politik.
2. Secara praktis hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi
Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung
Tengah untuk dapat memperbaiki kualitas rekrutmen dan seleksi calon
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Tentang Rekrutmen 1. Pengertian Rekrumen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian rekrutmen adalah
pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi peran tertentu dalam
sistem sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan), seperti suku,
kelahiran, kedudukan sosial dan prestasi atau kombinasi dari kesemuanya.
Sedangkan Stoner (Samsudin, 2006:81) mendefinisikan rekrutmen sebagai
proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana
sumber daya manusia untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu. Menurut Wether (Mulyono, 2004:76) rekrutmen adalah suatu
proses mendapatkan dan penarikan pelamar-pelamar yang cakap untuk
suatu pekerjaan. Daft (2010:110) mendefinisikan perekrutan sebagai
aktivitas atau praktik yang menentukan karakteristik pelamar kerja yang
menjadi objek diterapkannya prosedur seleksi. Sedangkan menurut Badan
Kepegawaian Negara (Wasistiono, 2002:13) rekrutmen dapat diartikan
sebagai:
-Pengerahan mendapat calon pegawai. -Menarik orang untuk menjadi pegawai.
-Pengadaan Pegawai
-Mencari dan menemukan calon pelamar yang memiliki motifasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan organisasi yang teridentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.
Berdasarkan definisi-definisi mengenai pengertian rekrutmen yang telah
diuraikan di atas, maka penulis berpendapat bahwa rekrutmen merupakan
upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan seseorang
yang dibutuhkan sebagai calon pengisi kekosongan pada jabatan-jabatan
tertentu dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Prinsip-Prinsip Rekrutmen
Berdasarkan pada pendapat kepala badan kepegawaian nasional
(Rahmadaniza, 2006:10), dalam melakukan rekrutmen sudah seharusnya
memperhatikan prinsip-prinsip rekrutmen yaitu :
a) Semua warga negara mempunyai kedudukan hukum yang sama. Bahwa setiap warga mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh haknya setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan pemerintah.
b) Berdasarkan syarat-syarat objektif. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 pasal 6 disebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar yaitu:
1. Warga negara Indonesia.
2. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah memilikikekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan.
3. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang diperlukan.
4. Berkelakuan baik
5. Sehat jasmani dan rohani
Berdasarkan keterangan di atas maka penulis berpendapat bahwa prinsip
rekrutmen yaitu proses rekrutmen bisa diikuti oleh semua warga negara
tanpa membedakan agama, golongan dan ras dan yang telah memenuhi
syarat-syarat objektif yang ditetapkan.
3. Sumber Rekrutmen
Perencanaan rekrutmen harus dilakukan dengan memperhatikan sumber
calon peserta karena organisasi atau perusahan tentunya menginginkan
calon yang mempunyai kemampuan dan pengalaman. Menurut Samsudin
(2006:84) Sumber rekrutmen dibagi kedalam dua sumber yaitu sumber
internal dan sumber eksternal.
a) Sumber Internal
Rekrutmen peserta dari sumber internal artinya mengisi jabatan-jabatan yang kosong dengan mengambil individu dari dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri. Perekrutan dengan sumber internal ini memiliki beberapa kelebihan yaitu organisasi atau perusahaan pasti telah mengetahui individu yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengisi posisi yang kosong. Akan tetapi perekrutan ini pun memiliki kekurangan yaitu kemungkinan peserta tidak memberikan perspektif baru sehingga organisasi atau perusahaan menjadi tidak berkembang.
b) Sumber Eksternal
Rekrutmen peserta dari sumber eksternal dilakukan dengan cara menarik calon pegawai yang berasal dari luar organisasi. Pada sumber ini tentu saja calon pegawai harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan. Kelebihan dari rekrutmen eksternal ini yaitu calon pegawai memiliki gagasan ataupun pemikiran baru bagi perusahaan. Kelemahan dari rekrutmen ini adalah pegawai baru membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mnyesuaikan diri dengan perusahaan.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis berpendapat bahwa peserta rekrutmen
dapat berasal dari dalam organisasi ataupun berasal dari luar/eksternal
organisasi dengan tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang telah
4. Sifat Rekrutmen
Proses rekrutmen merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang
yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik. Proses
rekrutmen politik juga merupakan proses yang melibatkan seluruh warga
negara. Menurut Haryanto (Rahmadaniza, 2006:11) sifat rekrutmen dibagi
kedalam dua jenis yaitu:
1. Rekrutmen secara terbuka
Rekrutmen secara terbuka dilaksanakan secara terbuka bagi seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut dalam proses perekrutan apabila telah memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Rekrutmen secara tertutup
Rekrutmen ini meupakan cara rekrutmen dimana hanya individu tertentu yang dapat ikut dalam proses perekrutan untuk selanjutnya dapat menduduki jabatan tertentu. Kesempatan dalam rekrutmen ini tidak terbuka untuk seluruh masyarakat. Perekrutan hanya dilakukan terhadap individu-individu yang mempunyai persamaan tertentu.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis berpendapat bahwa rekrutmen
dapat bersifat terbuka dengan maksud bahwa proses rekrutmen dapat
diikuti oleh siapa saja yang telah memenuhi persyaratan. Akan tetapi
proses rekrutmen juga dapat bersifat tertutup yang berarti bahwa hanya
individu-individu tertentu saja yang bisa mengikuti proses perekrutan.
B.Tinjauan Tentang Seleksi 1. Pengertian Seleksi
Seleksi merupakan hal yang sangat penting karena berbagai keahlian yang
dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui proses
beberapa orang dari sekumpulan orang-orang dengan kualifikasi tertentu
yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan jabatanya. Menurut Samsudin
(2006:92) seleksi merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan
individu yang memenuhi syarat dan memilik kualifikasi yang sesuai
dengan deskripsi pekerjaanatau jabatan yang ada dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi atau perusahaan.
Menurut Sunyoto (2012:108) seleksi adalah proses pemilihan dari
sekelompok pelamar, orang atau orang-orang yang paling memenuhi
kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada
pada saat ini yang dilakukan perusahaan. Nawawi (2005:170) menjelaskan
bahwa pengertian seleksi adalah proses menetapkan keputusan dalam
menerima atau tidak, setelah mempertimbangkan setiap pelamar untuk
suatu pekerjaan tertentu. Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian
seleksi, penulis berpendapat bahwa seleksi merupakan kegiatan memilih
dan menetapkan individu dari kumpulan-kumpulan individu yang
memenuhi persayaratan untuk diterima karena telah sesuai dengan kriteria
yang dibutuhkan.
2. Siapa Yang Menyeleksi (Selectrorate)
Tujuan seleksi adalah mencari seseorang yang memenuhi kriteria atau
syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga orang yang
menyeleksi menjadi sangatlah penting. Menurut Rahat dan Hazan
(Pamungkas, 2011:93), penyeleksi adalah lembaga yang menyeleksi
sampai pada pemilih. Rahat dan Hazan juga menjelaskan bahwa penyeleksi
dapat diklasifikasikan kedalam dua tingkatan, yaitu:
a) Berdasarkan tingkat inklusifitas
Penyeleksi dikatakan sangat inklusif apabila penyeleksinya adalah
pemilih yang memiliki hak memilih dalam pemilihan umum.
b) Berdasarkan tingkat Ekslusifitas
Penyeleksi dikatakan sangat ekslusif apabila penyeleksian ditentukan
oleh ketua atau pimpinan partai
Berdasarkan penjelasan mengenai siapa yang menyeleksi (selectrorate),
penulis berpendapat bahwa penyeleksi bisa merupakan masyarakat yang
menjadi pemilih ataupun penyeleksinya merupakan ketua atau pimpinan
partai yang bersangkutan.
3. Dimana Kandidat Di Seleksi
Proses seleksi merupakan serangkaian tahap atau langkah dengan
menggunakan berbagai macam teknik atau metode seleksi yang harus
dilalui oleh para calon peserta seleksi untuk memilih beberapa orang yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Terkait tempat dimana kandidat
diseleksi , Hazan (Pamungkas, 2011:98) membagi kedalam dua tipe yaitu:
a) Sentralistik
Apabila kandidat diseleksi secara eksklusif oleh penyeleksi partai pada tingkat nasional tanpa prosedur yang mengikutinya seperti representasi teritorial atau fungsional.
b) Desentralistik
1) Desentralisasi Teritorial
Adalah ketika penyeleksi lokal menominasikan kandidat partai yang diantaranya dilakukan oleh pemimpin partai lokal, komite dari cabang sebuah partai, semua anggota atau pemilih di sebuah distrik pemilihan.
2) Desentralisasi Fungsional
Adalah ketika seleksi dilakukan oleh korporasi yang kemudian memberikan jaminan representasi untuk representasi kelompok-kelompok dagang, perempuan, minoritas dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa tempat seleksi
dapat dilakukan secara sentralistik yang berarti terpusat pada tingkat
nasional ataupun secara desentralistik yang berarti penyeleksian dilakukan
di tingkat partai lokal.
C.Model dan Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik 1. Model Rekrutmen dan Seleksi Politik
Rekrutmen dan seleksi politik merupakan proses yang menentukan
karakteristik bakal calon yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan
jabatan atau posisi tertentu. Maka berbagai macam cara yang bisa
dilakukan untuk mendapatkan hasil bakal calon atau pelamar yang sesuai
kriteria. Menurut Djuhandar (2005:104) terdapat beberapa model
rekrutmen dan seleksi politik yang biasa digunakan, yaitu:
a. Seleksi pemilihan melalui ujian dan latihan
Merupakan cara rekrutmen yang dianggap paling penting mengingat cara ini memiliki banyak keragaman dan mempunyai implikasi penting bagi perekrutan politik.
b. Perebutan kekuasaan
Perebutan kekuasaan dilakukan dengan jalan menggunakan atau mengancam kekerasan. Perebutan kekuasaan dapat dilakukan dengan
coup d’etat, revolusi, intervensi militer dari luar, pembunuhan atau
lebih tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibat yang paling langsung dan nyata dari model ini adalah penggantian para pemegang jabatan politik, akan tetapi perubahan perubahan dalam politik birokrasi biasanya menimbulkan hasil lebih lambat, terutama bila berlangsung dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.
c. Patronage
Model rekrutmen ini merupakan bagian dari sistem penyuapan dan korupsi yang rumit. Model ini merupakan cara yang mapan untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politik melalui pengontrolan terhadap hasil-hasil dari pemilu.
d. Koopsi
Koopsi (co-option) merupakan model rekrutmen pemilihan anggota-anggota baru, meliputi pemilihan seseorang dalam suatu badan oleh anggota-anggota yang ada.
Model rekrutmen dan seleksi politik juga dijelaskan oleh Philip Althop dan
Michael Rush (Widya, Afriyanti, Chepico.blogspot.com diakses Minggu,
19 Mei 2013 pukul 22:08). Keduanya membagi model rekrutmen dan
seleksi politik kedalam tujuh model, yaitu:
a. Seleksi melalui ujian dan pelatihan
Model ini merupakan model yang umum digunakan, biasanya dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatan birokrasi dan administrasi. b. Seleksi melalui penyortiran
Model ini dilakukan dengan melakukan penyortiran atau penarikan undian. Model ini digunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin politik.
c. Seleksi melalui rotasi dan giliran
Model ini dilakukan untuk mencegah dominasi jabatan dan posisi-posisi berkuasa oleh orang atau kelompok individu tertentu.
d. Melalui perebutan kekuasaan
Model ini biasanya digunakan dengan jalan menggunakan atau mengancamkan kekerasan.
e. Melalui Patronage
Model ini dilakukan dengan penyuapan dan korupsi. Model ini banyak digunakan oleh masyarakat Inggris.
f. Seleksi dengan memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah
Model ini merupakan pembenaran kasar terhadap kekuasaan aristokrasi. g. Melalui Koopsi
Sedangkan Rahat dan Hazan (Pamungkas, 2011:99) menyebutkan dua
model pengambilan keputusan yaitu:
a) Model pemilihan
Dalam model pemilihan, penominasian kandidat adalah melalui pemilihan diantara penyeleksi. Pada sistem pemilihan murni, semua kandidat diseleksi melalui prosedur pemilihan tanpa seorang penyeleksi pun dapat mengubah daftar komposisi.
b) Model penunjukan
Dalam model penunjukan, penentuan kandidat tanpa melalui pemilihan. Dalam sistem penunjukan murni kandidat ditunjuk tanpa membutuhkan persetujuan oleh agensi partai yang lain kecuali penominasian oleh partai atau pemimpin partai.
Berdasarkan pada pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa setidaknya
ada delapan model perekrutan dan seleksi politik yang bisa digunakan.
Model perekrutan dan seleksi tersebut antara lain berupa seleksi pemilihan
dengan menggunakan ujian dan pelatihan, penyortiran, sistem rotasi,
perebutan dengan menggunakan kekerasan, pemunculan pemimpin secara
alamiah, perekrutan dengan cara penyuapan dan koopsi serta penunjukan.
Sedangkan dalam konteks penelitian ini, model rekrutmen dan seleksi
yang sesuai dengan tema penelitian adalah model seleksi melalui ujian dan
pelatihan. Model ini menjadi sesuai mengingat model ini merupakan
model yang paling sering digunakan dalam rekrutmen dan seleksi politik.
Model ini juga berimplikasi penting bagi hasil perekrutan dan seleksi
politik.
2. Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik
Mendapatkan individu yang memiliki kemampuan dan kualitas terbaik
untuk dapat melaksanakan rekrutmen dan seleksi politik. Dikutip dari
Asyifa (asy-iepha.blogspot.com, Diakses Minggu, 1 September 2013 pukul
23:45) Terdapat beberapa jalur yang bisa digunakan dalam rekrutmen dan
seleksi politik yaitu:
a. Jalur koalisi partai atau pimpinan-pimpinan partai artinya koalisi-koalisi partai merupakan bagian terpenting di dalam rekrutmen politik karena sebagian besar kesepakatan dan pengangkatan politik di adopsi dari hasil koalisi-koalisi antarpartai yang berperan dalam suatu lingkup politik.Artinya rekrutmen politik tidak terlepas dari peranan koalisi partai.
b. Jalur rekrutmen berdasarkan kemampuan-kemampuan dari kelompok atau individu artinya jalur ini menjadi kriteria dasar dalam perekrutan seseorang karena dinilai dari berbagai segi yaitu kriteria-kritreia tertentu, distribusi-distribusi kekuasaan, bakat-bakat yang terdapat di dalam masyarakat, langsung tidak langsung menguntungkan partai politik.
c. Jalur rekrutmen berdasarkan kaderisasi artinya setiap kelompok-kelompok partai harus menyeleksi dan mempersiapkan anggota-anggotanya yang dianggap mampu dan cakap dalam mendapatkan jabatan-jabatan politik yang lebih tinggi jenjangya serta mampu membawa memobilisasi partai-partai politiknya sehingga memberi pengaruh besar dikalangan masyarakat.
d. Jalur rekrutmen politik berdasarkan ikatan primordial. Di zaman modern ini jalur rekrutmen primordial tidak menutup kemungkinan terjadi di dunia politik. Fenomena itu terjadi karena adanya hubungan kekerabatan yang dekat antara orang perorangan yang memiliki jabatan politik sehingga ia mampu memindahtangankan atau memberi jabatan tersebut kepada kerabat terdekatnya yang dianggap mampu dan cakap dalam mengemban tugas kenegaraan. Fenomena ini dikenal dengan nama “rekrutmen politik berdasarkan ikatan primordial”.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa jalur yang bisa
digunakan dalam rekrutmen dan seleksi politik antara lain melalui jalur
koalisi, berdasarkan kemampuan, kaderisasi ataupun berdasarkan ikatan
D.Tinjauan Tentang Pemilu Legislatif 1. Syarat Bakal Calon Legislatif
Proses rekrutmen dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan individu
yang memiliki kemampuan dan kualitas terbaik. Sehingga dalam
pelaksanaan rekrutmen telah ditentukan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh masing masing kandidat. Berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD dan
DPRD pasal 51 ayat 1 bahwa persyaratan calon legislatif antara lain:
Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah Warga Negara Indonesia dan harus memenuhi persyaratan:
a) Telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih. b) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c) Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. d) Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia
e) Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau pendidikan lain yang sederajat.
f) Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
g) Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. h) Sehat jasmani dan rohani.
i) Terdaftar sebagai pemilih. j) Bersedia bekerja penuh waktu.
k) Mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.
DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
m)Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara.
n) Menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu. o) Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan. p) Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.
Selain persyaratan di atas, dalam pasal 51 ayat 2 dijelaskan bahwa bakal
calon juga harus memenuhi persyaratan kelengkapan administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dibuktikan dengan:
a) Kartu tanda penduduk Warga Negara Indonesia.
b) Bukti kelulusan pendidikan terakhir berupa fotokopi ijazah, surat tanda tamat belajar (STTB), syahadah, sertifikat kelulusan, atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah.
c) Surat pernyataan di atas meterai bagi calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang tidak pernah dipidana dengan ancaman hukuman 5 (lima) tahun atau lebih atau surat keterangan dari lembaga pemasyarakatan bagi calon yang pernah dijatuhi pidana.
d) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani. e) Surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih.
f) Surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.
g) Surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan/atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.
h) Surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara
j) Surat pernyataan tentang kesediaan untuk hanya dicalonkan oleh 1 (satu) partai politik untuk 1 (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.
k) Surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan pada 1 (satu) daerah pemilihan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.
2. Tata Cara Pengajuan Bakal Calon
Sebelum mendapatkan calon-calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota terlebih dahulu dilakukan rekrutmen dan seleksi
bakal calon anggota. Kegiatan tersebut dilakukan oleh partai politik.
Kegiatan ini dilakukan guna mempersiapkan calon-calon anggota legislatif
yang sesuai dengan aturan atau mekanisme yang digunakan oleh masing
masing partai. Sehingga setiap partai mempunyai cara seleksi yang berbeda
beda. UU No. 8 Tahun 2012 pasal 52-57 menjelaskan bahwa tata cara tata
cara pengajuan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota yaitu:
Pasal 52
1) Partai Politik Peserta Pemilu melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.
2) Seleksi bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan/atau peraturan internal Partai Politik Peserta Pemilu. Pasal 53
1) Bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 disusun dalam daftar bakal calon oleh partai politik masing-masing.
2) Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat.
3) Daftar bakal calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat provinsi.
4) Daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat kabupaten/kota.
Pasal 54
Pasal 55
Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.
Pasal 56
1) Nama-nama calon dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 disusun berdasarkan nomor urut.
2) Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon.
3) Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pas foto diri terbaru.
Pasal 57
1) Daftar bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 diajukan kepada:
-KPU untuk daftar bakal calon anggota DPR yang ditandatangani oleh ketua umum atau sebutan lain dan sekretaris jenderal atau sebutan lain.
-KPU Provinsi untuk daftar bakal calon anggota DPRD provinsi yang ditandatangani oleh ketua atau sebutan lain dan sekretaris atau sebutan lain.
-KPU Kabupaten/Kota untuk daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani oleh ketua atau sebutan lain dan sekretaris atau sebutan lain.
2) Pengajuan daftar calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan 12 (dua belas) bulan sebelum hari pemungutan suara.
3. Tahapan Pencalonan Pemilu Legislatif 2014
Kegiatan untuk mendapatkan calon-calon anggota DPR, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan
kpu-(lombokutarakab.go.id, Diakses tanggal 3 Juni 2013 pukul 15:22) yaitu:
a) Pengumuman/sosialisasi pendaftaran pencalonan. b) Pendaftaran pencalonan.
c) Verifikasi kelengkapan administrasi daftar calon dan bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. (dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
e) Perbaikan daftar calon dan syarat calon serta pengajuan bakal calon pengganti anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. (dilaksanakan oleh partai politik di masing-masing tingkatannya)
f) Verifikasi terhadap perbaikan daftar calon dan syarat calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
g) Penyusunan dan penetapan daftar calon sementara (DCS) anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
h) Pengumuman DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
i) Masukan dan tanggapan masyarakat atas DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
j) Permintaan klarifikasi kepada partai politik atas masukan dan tanggapan masyarakat atas DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
k) Penyampaian klarifikasi dari partai politik kepada KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota.
(dilaksanakan oleh partai politik kepada KPU di masing-masing tingkatanya)
l) Pemberitahuan pengganti DCS.
m)Pengajuan penggantian bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
n) Verifikasi pengganti DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota kepada KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota. (dilaksanakan oleh partai politik di masing-masing tingkatannya)
o) Penyusunan dan penetapan daftar calon tetap (DCT) anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
p) Pengumam DCT anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
(diumumkan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)
E.Indikator Perbandingan Rekrutmen dan Seleksi Calon Legislatif
Proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif merupakan langkah awal dalam
legislatif pada partai politik sudah seharusnya dijalankan lebih serius. Mulai
dari persyaratan calon sampai penetapan calon harus dipersiapkan secara
matang. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, Peraturan KPU Nomor 07
Tahun 2013 dan Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013 sama-sama memuat
persyaratan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota. Persyaratan tersebut diantaranya mengenai umur, pendidikan,
kesehatan, tempat tinggal, status hukum dan lain-lain. Selain UU No. 8 tahun
2012 dan P-KPU No. 07 Tahun 2013, internal masing masing partai juga
memiliki acuan dalam proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif mereka.
Berdasarkan pada kerangka konsep mengenai rekrutmen dan seleksi (Sadili
Samsudin, 2006), model rekrutmen dan seleksi politik Erom Djuhandar (2005)
serta Philip Althop dan Michael Rush, Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012,
Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013, Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013,
tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014. Maka menurut penulis hal-hal yang
harus diperhatikan dalam proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada
partai politik yaitu:
1. Proses rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik
A.Sosialisasi/pengumuman di internal dan eksternal partai politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Kapan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di
internal dan eksternal partai disosialisasikan.
b) Siapa yang mensosialisasikan adanya proses rekrutmen dan seleksi
c) Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif
disosialisasikan di internal dan eksternal partai.
B.Berasal dari mana sumber calon anggota legislatif
C.Apakah syarat menjadi bakal calon anggota legislatif di internal partai
D.Bagaimana sifat rekrutmen di internal partai
2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Siapa yang menyeleksi bakal calon yang telah direkrut untuk bisa
menjadi calon.
b) Dimana proses seleksi bakal calon legislatif dilakukan.
3. Penetapan calon anggota legislatif oleh partai politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Bagaimana penetapan calon legislatif di internal partai politik.
b) Bagaimana penentuan nomor urut calon legislatif di internal partai
politik.
Kelima hal yang harus diperhatikan dalam proses rekrutmen dan seleksi
tersebut beserta dengan sub-sub penjelasannya akan penulis jadikan sebagai
indikator-indikator pembanding dalam penelitian ini. Indikator tersebut akan
penulis gunakan sebagai pembanding proses rekrutmen dan seleksi calon
anggota legislatif antara Partai Demokrat dengan Partai Keadilan Sejahtera.
F. Kerangka Pikir
Pemilihan umum merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi
tersebut adalah pemilahan umum legislatif. Pemilihan umum legislatif ini
bertujuan untuk mencari perwakilan masyarakat di pemerintahan atau yang
biasa disebut dengan anggota dewan perwakilan rakyat. Pemilihan yang
berlangsung lima tahun sekali ini sangat menentukan terwujudnya kedaulatan
rakyat secara maksimal. Aktor penting dalam pemilihan umum legislatif adalah
partai politik. Partai politik merupakan aktor utama dalam pemilu legislatif
karena partai merupakan peserta dalam kompetisi ini. Partai politik mempunyai
andil yang besar dalam mencetak wakil rakyat berkualitas. Sebab hal tersebut
berkaitan dengan salah satu fungsi partai politik yaitu sarana rekrutmen politik.
Melalui proses rekrutmen sekaligus proses seleksi ditingkat partai inilah
nantinya akan diperoleh calon-calon legislatif yang berkualitas.
Beberapa diantara banyak partai yang melakukan proses rekrutmen dan seleksi
calon legislatif adalah Partai Demokrat dan Partai keadilan Sejahtera (PKS).
Baik Demokrat atau PKS saat ini tengah mengalami masalah terkait rendahnya
elektabilitas partai mereka. Maka dari itu, kedua partai sedang berusaha keras
untuk bisa meningkatkan persentase keterpilihan mereka. Salah satunya adalah
melalui proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif. Demokrat yang
berasaskan pancasila sedangkan PKS yang berasaskan Islam pastinya akan ada
perbedaan dalam melakukan rekrutmen dan seleksi calon legislatif.
Berdasarkan perbedaan inilah penulis akan mencoba untuk membandingkan
proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif yang terjadi dikedua partai
tersebut. Perbandingan dilakukan dengan berdasarkan pada indikator-indikator
konsep Sadili Samsudin mengenai rekrutmen dan seleksi serta pendapat Philip
Althop dan Michael Rush mengenai model rekrutmen dan seleksi politik, UU
Nomor 8 Tahun 2012, P-KPU Nomor 07 Tahun 2013, Peraturan KPU Nomor
13 Tahun 2013, tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014. Elaborasi tersebut
menghasilkan tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses rekrutmen dan
seleksi politik. Ketiga hal tersebut akan digunakan menjadi indikator untuk
membandingkan proses rekrutmen dan seleksi politik antara Partai Demokrat
dan Partai Keadilan Sejahtera. Ketiga indikator tersebut yaitu pelaksanaan
rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik, pelaksanaan seleksi
bakal calon anggota legislatif di tingkat partai, penetapan calon anggota
legislatif dan penentuan nomor urut oleh partai politik. Berdasarkan ketiga
indikator itulah penulis akan membandingkan proses reksrutmen dan seleksi
Untuk memperjelas gambaran kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:
- Philip Althop & Michael Rush - UU No. 8 Tahun 2012 - P-KPU No. 07 Tahun 2013 - P-KPU No. 13 Tahun 2013
- Tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014
III. METODE PENELITIAN
A.Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriftif kualitatif.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan serta menjelaskan
fenomena sosial dengan menggunakan analisis data kualitatif. Hal ini
didasarkan pada tujuan dari usul penelitian ini yakni untuk mengetahui pola
rekrutmen calon legislatif pada partai politik sehingga dengan menggunakan
tipe penelitian deskriftif peneliti dapat menggali atau menggambarkan
permasalahan yang akan diteliti secara mendalam, luas dan menyeluruh.
Peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif karena proses rekrutmen dan
seleksi calon legislatif pada partai politik merupakan suatu hal yang dinamis
atau terus berkembang . Hal ini merujuk pada pendapat Sugiyono (2012:10)
yang mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis”. Oleh karena metode penelitian kualitatif ini merupakan
metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang penulis pilih.
Penulis juga menggunakan metode komparatif atau perbandingan. Metode ini
merupakan metode yang digunakan dalam penelitian yang bersifat
membandingkan. Komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peneliti
Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah, kemudian
peneliti akan membuat perbandingan dari keduanya.
B.Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pokok permasalahan yang hendak diteliti.
Spradley dalam Sugiyono (2012:208) menyatakan, dalam penelitian kualitatif
penentuan fokus dalam proposal penelitian lebih didasarkan pada tingkat
kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Penentuan fokus memiliki tujuan, yaitu membatasi studi dengan menentukan
fokus dan penetuan tempat penelitian sehingga penelitian menjadi lebih mudah
dan layak. Fokus penelitian juga berfungsi untuk memandu serta mengarahkan
jalannya penelitian.
Berdasarkan pada kerangka konsep mengenai rekrutmen dan seleksi (Sadili
Samsudin, 2006), model rekrutmen dan seleksi politik Erom Djuhandar (2005)
serta Philip Althop dan Michael Rush, Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012,
Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013, Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013,
tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014. Maka penulis menentukan fokus
penelitian sebagai berikut:
I. Proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif Partai Demokrat dan Partai
Keadilan Sejahtera berdasarkan indikator:
1. Proses rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik
A.Sosialisasi/pengumuman di internal dan eksternal partai politik.
a) Kapan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di
internal dan eksternal partai disosialisasikan.
b) Siapa yang mensosialisasikan adanya proses rekrutmen dan seleksi
calon anggota legislatif di internal dan eksternal partai.
c) Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif
disosialisasikan di internal dan eksternal partai.
B.Berasal dari mana sumber calon anggota legislatif
C.Apakah syarat menjadi bakal calon anggota legislatif di internal partai
D.Bagaimana sifat rekrutmen di internal partai
2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai
politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Siapa yang menyeleksi bakal calon yang telah direkrut untuk bisa
menjadi calon.
b) dimana proses seleksi bakal calon legislatif dilakukan
3. Penetapan calon anggota legislatif oleh partai politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Bagaimana penetapan calon legislatif di internal partai politik.
b) Bagaimana penentuan nomor urut calon legislatif di internal partai
politik.
II. Perbandingan proses rekrutmen dan seleksi antara Partai Demokrat dan
Partai Keadilan Sejahtera berdasarkan indikator:
1. Proses rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Kapan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di
internal dan eksternal partai disosialisasikan.
b) Siapa yang mensosialisasikan adanya proses rekrutmen dan
seleksi calon anggota legislatif di internal dan eksternal partai.
c) Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif
disosialisasikan di internal dan eksternal partai.
B. Berasal dari mana sumber calon anggota legislatif
C. Apakah syarat menjadi bakal calon anggota legislatif di internal
partai
D. Bagaimana sifat rekrutmen di internal partai
2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai
politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Siapa yang menyeleksi bakal calon yang telah direkrut untuk bisa
menjadi calon.
b) Dimana proses seleksi bakal calon legislatif dilakukan.
3. Penetapan calon anggota legislatif oleh partai politik.
Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:
a) Bagaimana penetapan calon legislatif di internal partai politik.
b) Bagaimana penentuan nomor urut calon legislatif di internal partai
C.Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian dalam penelitian ini adalah di sekretariat DPC Partai
Demokrat Lampung Tengah, Jl. Soekarno Hatta No.31, Gunung Sugih,
Lampung tengah dan sekretariat DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung
Tengah, Jl. Negara Yukum Jaya Terbanggi Besar. Alasan pemilihan tempat di
Kabupaten Lampung Tengah adalah karena di kabupaten ini hampir 80% partai
politik peserta legislatif belum siap untuk mengikuti pemilu. Hal ini terkait
dengan banyaknya temuan masalah-masalah seperti berkas calon yang belum
lengkap (Koran Editor, 3 Mei 2013). Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian
telah penulis lakukan mulai tanggal 24 September 2013 – 4 Oktober 2013.
D.Jenis Data
Data merupakan semua keterangan seseorang yang dijadikan informan/
responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk
statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Jenis data dalam
suatu penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder (Subagyo,
2006:87-88) Adapun jenis data-data dalam penelitian ini yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung dari sumber datanya. Dalam penelitian ini data primer penulis
peroleh melalui wawancara dengan beberapa pengurus DPC Partai
Demokrat dan pengurus DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten
Lampung Tengah serta calon anggota legislatif tahun 2014 dari
dokumen dokumen yang tersedia di sekretariat Partai Demokrat dan Partai
Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai sumber
yang telah ada seperti buku, jurnal, laporan daln lain-lain. Dalam
penelitian ini data sekunder akan diperoleh dari buku-buku, artikel dan
lain-lain yang berkaitan dengan proses rekrutmen calon legislatif.
E.Informan
Informan merupakan seseorang yang mempunyai pengetahuan (informasi)
tentang objek atau sasaran penelitian. Penentuan informan pada dasarnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pengalaman dan status
pekerjaan (Subagyo, 2006:40) Penentuan informan dalam penilitian ini
dilakukan secara purposive (Aswan Zanynu isukomunikasi.blogspot.com. diakses
kamis 9 Mei 2013 pukul 14.25). Artinya informan dipilih berdasarkan kriteria
tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan topik penelitian. Kriteria tersebut
yaitu informan terkait langsung dalam proses rekrutmen dan seleksi calon
anggota legislatif seperti panitia rekrutmen dan seleksi dimasing-masing partai
politik, pengurus partai politik dan peserta rekrutmen dan seleksi calon anggota
legislatif. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
1. Rosidi (Wakil Ketua 1 DPC Partai Demokrat Lampung Tengah).
2. Sony Priyanto (Anggota Tim Panitia Penjaringan Calon Legislatif DPC
3. Ali Mahmudi (Sekretaris Umum DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung
Tengah).
4. Eko Agustiawan (Ketua Tim Panitia Penjaringan Calon Legislatif DPD
Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah).
5. Ari Yanto (Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan Lampung
Tengah 3).
6. Sri Wijayanti (Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan
Lampung Tengah 4).
7. Surya Wijaya (Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah
Pemilihan Lampung Tengah 4).
8. Juhaiti (Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan
Lampung Tengah 4)
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dengan memperhatikan
penggarisan yang telah ditentukan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menghindari data yang tidak terpakai. Arikunto (2010:266-274) menyatakan
secara umum metode pengumpulan dibagi atas beberapa jenis yaitu metode
penggunaan tes, kuesioner/angket, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan
data yaitu:
1. Wawancara
Susan Stainback (Sugiyono, 2012:232) mengemukakan bahwa “dengan
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi atau fenomena yang
terjadi”. Dalam penelitian ini wawancara penulis lakukan dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada delapan informan berkaitan
dengan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif baik dari DPC
Partai Demokrat atau DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung
Tengah. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
yang berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan tersebut
bisa berkembang apabila ada hal yang memang perlu untuk ditanyakan
secara lebih rinci.
2. Studi Dokumentasi
Teknik Pengumpulan data yang tak kalah penting dalam penelitian ini
adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi menurut Arikunto (2010:274)
adalah mencari data data mengenai hal hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis telah mengumpulkan
beberapa data terkait proses penetapan calon legislatif dari
dokumen-dokumen yang tersedia di sekretariat Partai Demokrat maupun Partai
Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah dan beberapa data yang
penulis peroleh dari media internet.
G.Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian,
penelitian (Subagyo, 2006:104). Setelah data terkumpul, data akan diolah
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahapan ini, data yang terkumpul dari hasil wawancara atau
dokumentasi penulis periksa kembali. Pemeriksaan data ini meliputi
kelengkapan data baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi, kejelasan
data atau ketepatan data.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan proses pemberian makna terhadap pola pola
yang ditemukan kedalam sebuah penelitian. Tahapan ini penulis lakukan
dengan memahami semua data yang telah diperoleh dalam penelitian secara
lebih mendalam
H.Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengolah data menjadi informasi supaya
data tersebut dapat dengan mudah dipahamai dan dapat menjawab
permasalahan dalam penelitian ini. Menurut Miles and Huberman (Sugiyono,
2012:246) langkah langkah dalam menganalisis data antara lain:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting , mencari tema serta polannya. Dengan mereduksi