• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH TERHADAP PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH TERHADAP PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG LAMPUNG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH TERHADAP PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PADA BANK MUAMALAT

INDONESIA CABANG LAMPUNG Oleh

Feri Ferdianto

Rumah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, namun harga rumah semakin mahal yang membuat tidak semua orang sanggup membelinya. Hal ini membuat lembaga perbankan menyediakan fasilitas pembiayaan rumah bagi masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan cara yang mudah. Salah satu produk pembiayaan hunian syariah dari Bank Muamalat Indonesia adalah pembiayaan dengan akad

musyarakah mutanaqisah, dimana akad tersebut akan menimbulkan hubungan hukum

antara pihak bank dan nasabah.Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dikemukakan adalah bagaimanakah pembentukan akad musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia, bagaimanakah pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia dan bagaimanakah penyelesaian sengketa nasabah yang melakukan wanprestasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif-empiris. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif terapan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, studi dokumen, dan wawancara kepada pihak yang terlibat. Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah melalui tahap-tahap Seleksi data, Klasifikasi data dan Sistematika data yang kemudian dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembentukan akad musyarakah mutanaqisah nasabah harus memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh bank untuk mendapatkan persetujuan pemberian fasilitas pembiayaan hunian syariah. Pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan hunian syariah menimbulkan hak dan kewajiban antara Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung dengan nasabah yang di muat dalam perjanjian baku berupa ”Akad Musyarakah

(2)

yang wanprestasi dapat melalui musyawarah untuk mufakat atau pun Pengadilan Agama.

Berdasarkan kesimpulan di atas diajukan saran sebagai berikut : dalam akad

Musyarakah Mutanaqisah pada pembiayaan hunian syariah di Lampung harus

dicantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak secara jelas dan terang, sehingga para pihak dapat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing untuk teciptanya kepastian dan keadilan hukum. Nasabah harus diberikan pemahaman yang jelas mengenai klausul-klausul yang ada di dalam akad. Dan Bank Muamalat Indonesia segera melakukan peningkatan pelayanan pembiayaan kepada nasabah.

(3)

PELAKSANAAN AKAD

MUSYARAKAH MUTANAQISAH

TERHADAP PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PADA BANK

MUAMALAT INDONESIA CABANG LAMPUNG

Oleh:

Feri Ferdianto

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Feri Ferdianto, terlahir sebagai anak

pertama pasangan Bapak Suyatno dan Ibu Wahyuni. Penulis

dilahirkan pada Tanggal 26 Juli 1992, di Desa Sinarsari Kecamatan

Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Penulis menyelesaikan

pendidikannya di SD Negeri 01 Sinarsari pada Tahun 2004, Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 01 Kalirejo,

dan melanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Kalirejo, semua

penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Pada Tahun 2011, berkat ridho Allah SWT penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif diorganisasi

internal maupun eksternal kampus. Diawal perkuliahan 2011, penulis aktif sebagai

anggota biasa UKM-F Mahkamah. Pada tahun 2012 diamanatkan sebagai anggota

Divisi Pengkaderan UKM-F Mahkamah 2012-2013. Pada tahun 2013, penulis aktif di

BEM FH UNILA 2013-2014 sebagai sekretaris bidang seni dan kekaryaan, pada

(7)

Selain aktif di organisasi internal kampus, penulis juga aktif dalam organisasi

eksternal kampus. Penulis memilih Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Bandar Lampung Komisariat Hukum UNILA sebagai tempat pembelajaran bagi

penulis untuk mengasah kemampuan berorganisasi. Selain itu penulis juga tergabung

di organisasi ekternal lainnya Gabungan Mahasiswa Peduli Pendidikan (GMPP)

Lam-Teng sebagai kepala divisi pengkaderan.

Penulis yakin, bahwa apa yang sudah kita dapat di dunia kampus selama menjadi

mahasiswa, baik itu dalam proses belajar atau berorganisasi bisa diambil manfaat,

setidaknya membuat penulis mempunyai bekal awal untuk terjun ke masyarakat,

mengamalkan segala ilmu yang ada sembari terus berproses kembali. Yakin usaha

(8)

PERSEMBAHAN

Maha Suci Allah dan Segala Puji untuk-Nya, sejumlah makhluk-Nya, Keridhaan diri-Nya, perhiasan ‘Arsy-Nya dan sebanyak tinta kalimah-NyaUntuk-Nya yang tidak pernah tidur dan lupa akan makhluknya,Sang penguasa alam semesta beserta isinya

Untaian huruf, kata dan kalimat berpadu dengan angka, menjadi sebuah bentuk karya kecil bernama skripsi ini ku persembahkan untuk mereka yang ditakdirkan menjadi lumbung kasih sayang yang tiada pernah bertemu tepi dan mengenal sebuah akhir….

Ayahanda-ku Suyatno, apapun bentuknya aku tahu, aku paham dan aku mengerti, bahwa itulah bentuk kasih sayang ayah pada ku…

Ibunda-ku Wahyuni, arsitek kasih sayang nomor satu yang paling setia menyayangiku dan tiada hentinya selalu membimbing dan mengarahkan di khittah

perjuangan dunia menuju akhirat, walaupun dengan cara yang sederhana…

Saudara-saudaraku, Intan Permata Sari, Nonie Erviani, Noping, Irene Widya Swara…

FAKULTAS HUKUM UNILA

(9)

MOTO

Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu” (Qs. Al-Ma’idah ayat 5)

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikatitusebagiandari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan

(10)

SANWACANA

Segala ucapan rasa syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang maha berhak menguasai seluruh langit

dan bumi, yang tidak akan pernah memejamkan mata-Nya untuk selalu tetap

mengawasi ciptaan-Nya yang paling mulia, serta yang akan menjadi hakim sangat

adil di hari akhir nanti. Segala puji bagi Allah sejumlah apa yang di langit dan

bumi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi

dengan judul, “Pelaksanaan Akad Musyarakah Mutanaqisah Terhadap

Pembiayaan Hunian Syariah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung” merupakan hasil penelitian yang dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana di bidang Hukum Keperdataan.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan,

dorongan, serta doa dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis. Maka dari

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan

terimakasih sedalam-dalamnya khususnya kepada kedua orang tua penulis,

Ayahanda Suyatno dan Ibunda Wahyuni yang tidak pernah lelah berusaha dan

berdoa untuk kesuksesan penulis sendiri, yang telah mengajarkan bahwa segala

sesuatu bisa diraih dengan semua keterbatasan yang kita miliki, asalkan kita mau

(11)

Dan takkan pernah lupa terimakasih penulis untuk saudara-saudara sekandung

yang memberi semangat tiada henti.

Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan menghaturkan

terimakasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Wati Rahmi Ria, S.H., M.H. selaku Pembimbing Satu atas semua

pemikiran, kesabaran, bimbingan, kritikan, dan kesedian untuk meluangkan

waktunya dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.L.M. selaku Pembimbing Dua yang telah

meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan

bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Dr. Nunung Rodliyah, M.A. selaku pembahas satu yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan terhadap skripsi ini;

6. Bapak M. Zulfikar, S.H, M.H. selaku pembahas dua yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan terhadap skripsi ini;

7. Bapak Ahmad Sofyan, S.H, M.H. pembimbing akademik atas semua

bimbingannya selama kuliah;

8. Mbak Muryaningsih, Ica, Faulina, Bang Altop, Bang Agung Setiawan, pihak

Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung, yang telah membantu,

membimbing, dan mengarahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan

(12)

9. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

penuh dedikasi dan meneteskan ilmu-ilmu yang luar biasa selama ini kepada

penulis dalam masa studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

10.Intan Permata Sari, yang telah memberikan semangat dan membantu semua

proses penyelesaian skripsi ini, semoga cepat lulus kuliahnya;

11.Sahabat-sahabat “BUNGUR RECEK”, Noping, Molen, Dapit, Aji, Imam,

Kiki, Wahyu, Iqbal, terimaksih telah menjadi sahabat yang tak terlupakan

selama hampir 15 Tahun ini. Semoga kita bisa jadi orang sukses semua;

12.Tim Futsal Elevenlaw khususnya Abi Zuliansyah, Ado, Arviando YS, fietra

Albajuri, Agus Hermawan, Beni Yulianto, Fani Apriyata, Dika Permadi,

Sofran Rizal Vidal, Jevi Tornado, Nicko Cahya Y, Hendra Ari Saputra, M

Yusuf, Aminullah, Febri Minsi dll atas segala kekompakan dan

kebersamaannya selama ini;

13.Kawan-kawan satu bagian minat Keperdataan : Abung Pratama, Rendy

Andika, Ines Septia Gumay, Ika Ristia, Indra Budhi P.E, Clara Lucky, M

Gerry, Astari Maharani, Nico, Bram, lay Grace dan Juna, serta kawan-kawan

angkatan 2011 mengambil minat keperdataan yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-satu, terimakasih atas kebersamaannya senang rasanya telah mengenal

kalian dan menjadi bagian dari kalian semua;

14.Tim KKN Desa Indraloka II, terimakasih atas segala nasehat dan motivasi dari

Bapak dan Ibu Nengah Parte agar penulis segera menyelesaikan penelitian ini,

dan teman-teman KKN (Khanif, Nico, Yoga, Dera, Nesya, dan Putri) yang

sampai akhir penelitian ini masih senantiasa membantu dan mendampingi

(13)

15.Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung,

khususnya saudara-saudaraku di Komisariat Hukum UNILA. Kanda, yunda

dan semua senior, dan kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

terimakasih banyak atas semua bimbingannya, atas semua ajaran yang telah

diberikan, pesan-pesan hidup serta ilmu yang Insya Allah akan penulis

terapkan di kehidupan masyarakat nanti.

16.Terimakasih Banyak atas semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu. Semoga apa yang telah kalian berikan akan

mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Akhir kata penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dalam proses penulisan

skripsi ini, dan penulis sangat menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan

yang harus diperbaiki dalam penulisan ini. Karena sesungguhnya kesempurnaan

hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat menjadi hal yang berguna dan

bermanfaat bagi pembacanya, dan bagi penulis dalam mengembangkan ilmu

pengetahuannya dibidang hukum.

Bandar Lampung, 2015

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A.Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah ... 8

1. Prinsip Syariah ... 8

2. Pengertian Bank Syariah ... 10

3. Karakteristik Bank Syariah ... 11

B.Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Hunian Syariah ... 12

1. Definisi Pembiayaan ... 12

2. Perkembangan Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia ... 13

C.Tinjauan tentang Akad Musyarakah Mutanaqisah ... 15

1. Pengertian Akad ... 15

2. Pengertian Akad Musyarakah Mutanaqisah ... 17

3. Rukun Dan Syarat Musyarakah Mutanaqisah ... 18

4. Ijarah Dalam Musyarakah Mutanaqisah ... 20

D.Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia ... 23

(15)

III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tipe Penelitian ... 28

C. Pendekatan Masalah... 28

D. Data dan Sumber Data ... 29

E. Lokasi Penelitian ... 30

F. Metode Pengumpulan Data ... 31

G. Metode Pengolahan Data ... 31

H. Analisis Data ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pembentukan Akad Musyarakah Mutanaqisah dalam Pembiayaan Hunian Syariah pada Bank Muamalat Indonesia ... 34

B. Pelaksanaan Akad Musyarakah Mutanaqisah terhadap Pembiayaan Hunisn Syariah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung ... 46

C. Penyelesaian Hukum Bank Muamalat Indonesia Terhadap Nasabah yang Wanprestasi ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

bertempat tinggal. Hak bertempat tinggal ini harus dipenuhi Negara sebagaimana

yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28 H ayat (1), yang

berbunyi bahwa‚ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.

Kata bertempat tinggal menunjuk pada kata rumah yang diartikan sebagai

bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembinaan keluarga. Dalam upaya melaksanakan UUD 1945, Negara atau

Pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasi masyarakat, khususnya masyarakat

berpenghasilan rendah, agar mampu memiliki rumah yang layak huni dan harga

terjangkau. Pemerintah terus berusaha mengangkat daya beli masyarakat dengan

menyediakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.

Pemerintah tidak dapat menjadi pihak yang menyediakan rumah murah karena

keterbatasan anggaran dana negara, sehingga perlu ada kerjasama antara

pemerintah dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Dalam hal ini lembaga

(17)

2

mengakomodir kebutuhan nasabahnya termasuk melayani pembiayaan dibidang

perumahan.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,

adanya penerapan Dual Banking System atau sistem perbankan ganda. Sistem

perbankan ganda adalah sistem perbankan konvensional yang berbasis bunga dan

sistem perbankan berdasarkan syariah Islam yang menggunakan prinsip bagi hasil

dan bebas dari bunga.1 Tanggal 16 Juli 2008, pemerintah bersama DPR

mengesahkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Undang-Undang ini, menunjukkan semakin mantapnya bangsa Indonesia dalam

menjalankan sistem perbankan syariah dalam kegiatan ekonomi nasional.

Lembaga perbankan baik bank syariah maupun bank konvensional, sesuai dengan

fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki andil

besar dalam pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan konstruksi rumah. Bagi

masyarakat berpenghasilan rendah atau menengah yang tidak mampu membeli

rumah baru secara tunai, maka akan mencari rumah dengan harga dan cicilan yang

murah. Salah satunya yaitu mencari fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dari

bank. Tingginya permintaan pembiayaan ini merupakan hal yang begitu

menggiurkan bagi lembaga perbankan dalam memberikan fasilitas pembiayaan

perumahan kepada masyarakat.

Minat masyarakat terhadap fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dengan

menggunakan jasa perbankan syariah semakin tinggi. Berdasarkan data statistik

1

(18)

3

perbankan syariah April tahun 2015, tercatat ada 450 kantor cabang bank syariah

dan 1496 kantor cabang pembantu bank syariah yang memiliki 12 Bank Umum

Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syari’ah (UUS), dan 181 Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS).2

Tingginya minat masyarakat antara lain dikarenakan pembiayaan dari bank

syariah tidak menggunakan sistem bunga yang dilarang dalam Islam. Selain itu,

besar angsuran pembiayaan kepemilikan rumah secara syariah juga tetap (fixed

rate), sehingga mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat daripada kredit

kepemilikan rumah konvensional yang mengacu pada suku bunga perbankan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia yang sering naik turun. Meskipun terdapat pilihan

nasabah Bank Konvensional untuk memilih sistem kredit kepemilikan rumah

secara tetap (fixed rate).

Akad yang digunakan dalam produk perbankan untuk pembiayaan perumahan di

Indonesia yang sudah ada sekarang ini adalah akad murabahah (jual-beli),

istishna (pembelian dengan pemesanan) dan Ijarah Muntahiya Bi At-Tamlik (sewa

beli).3

Penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai akad musyarakah

mutanaqisah, karena akad ini merupakan akad yang perlu disosialisasikan karena

keberadaannya belum banyak diketahui oleh masyarakat diantara akad yang lain

yang juga digunakan untuk pembiayaan kepemilikan rumah syariah pada

2

www.BI.co.id, Data statistic perbankan syariah april 2015, diakses 5 juli 2015. 3

Helmi Haris, Pembiayaan Kepemilikan Rumah ‚Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan

(19)

4

perbankan syariah di Indonesia, setelah sebelumnya menggunakan akad

murabahah dan akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik.

Pembiayaan dengan prinsip musyarakah mutanaqisah di Indonesia diperkuat

dengan dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

No.73/DSN/-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah. Secara umum akad Musyarakah

mutanaqisah yang digunakan dalam pembiayaan hunian syariah yaitu bentuk

kontribusi dari pihak yang bekerja sama antara bank dan nasabah kemudian

nasabah menyerahkan bagian modalnya sebagai bentuk syirkah dalam

kepemilikan obyek akad (rumah) pada bank, dalam hal ini Bank Muamalat

Indonesia menetapkan nasabah dapat memberikan modal (syirkah) minimal 20 %

dari harga jual rumah, kemudian bank menyediakan dana sisanya untuk

pengadaan rumah tersebut. Kemudian nasabah dapat menyewa rumah tersebut

kepada bank dengan ketentuan dan perjanjian bahwa diakhir masa sewa rumah

tersebut akan menjadi milik nasabah sepenuhnya atau nasabah akan melunasi

porsi kepemilikan bank terhadap rumah tersebut sehingga rumah tersebut dapat

dimiliki sepenuhnya oleh nasabah.

Pada pelaksanaannya, aplikasi produk-produk perbankan syariah akan

menimbulkan transaksi antara pihak bank syariah dan nasabah maupun pihak

terkait lainnya, secara otomatis menimbulkan hubungan hukum antara para pihak

dalam transaksi tersebut. Hubungan hukum yang terjalin sudah tentu akan

menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak, dalam

beberapa peristiwa dan kondisi kadangkala hubungan hak dan kewajiban ini

(20)

5

Terkait informasi pembiayaan rumah dengan menggunakan akad musyarakah

mutanaqisah saat ini belum banyak diketahui masyarakat khususnya di daerah

Lampung, oleh karena itu penulis menganggap penting untuk memaparkan

bagaimana pembentukan dan pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah sebagai

dasar perjanjian antara pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung dengan

nasabah, serta penyelesaian hukum akad pembiayaan hunian syariah terhadap

nasabah yang melakukan wanprestasi di Bank Muamalat Indonesia Cabang

Lampung.

Dengan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitan mengenai

“Pelaksanaan Akad Musyarakah Mutanaqisah terhadap Pembiayaan Hunian

Syariah pada Bank Muamalat Cabang Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

a. Bagaimanakah pembentukan akad musyarakah mutanaqisah dalam

pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Indonesia?

b. Bagaimanakah pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah dalam

pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung?

c. Bagaimanakah penyelesaian hukum Bank Muamalat Indonesia terhadap

(21)

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian skripsi

antara lain:

a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pembentukan akad

musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah di Bank

Muamalat Indonesia.

d. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pelaksanaan akad

musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah di Bank

Muamalat Indonesia Cabang Lampung.

b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis penyelesaian hukum Bank

Muamalat Indonesia terhadap nasabah yang wanprestasi.

2. Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian mempunyai nilai bila ada kegunaan yang dapat diambil dari

penelitian tersebut. Adapun kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Hukum pada

umumnya dan Hukum Ekonomi Islam pada khususnya mengenai akad

pembiayaan musyarakah mutanaqisah terkait pembentukan akad musyarakah

mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah, pelaksanaan akad musyarakah

(22)

7

Lampung, dan penyelesaian hukum Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah

yang wanprestasi.

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman bagi

pembaca, akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum sebagai bahan pegangan

dan rujukan dalam mempelajari tentang pelaksanaan akad musyarakah

mutanaqisah terhadap pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Cabang

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah 1. Prinsip Syariah

Syariah adalah hukum atau peraturan yang ditentukan Allah SWT untuk

hamba-Nya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran dan diterangkan oleh Rosul

SAW dalam bentuk sunah rosul.5 Menurut fuqaha’ (para ahli hukum islam),

syariah atau syari’at berarti hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rosulnya

untuk hambanya, agar mereka menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang

berkaitan dengan aqidah, amaliyah, (ibadah dan muamalah), dan yang berkaitan

dengan akhlak.6

Sedangkan prinsip syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara

bank dan pihak lain untuk menyimpan dana pembiayaan kegiatan usaha atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan dengan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

5

Wirdyaningsih, et.al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana prenada Media, 2005). hlm. 5.

6

(24)

9

murni tanpa pilihan (ijarah), atau adanya pilihan pemindahan pemilikan atau

barang yang disewakan dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtima).7

Pada dasarnya prinsip syariah antara lain menjauhkan diri dari adanya unsur riba,

yaitu:

a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka suatu hasil

usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang

dilakukan pada bank konvensional.

b. Menghindari penggunaan sistem presentasi biaya terhadap utang atau

imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan

secara otomatis utang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.

c. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas

utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai secara sukarela, seperti

penetapan bunga pada bank konvensional .

d. Dengan imbalan barang ribawi lainnya (barang yang sama dan sejenis,

seperti uang rupiah dengan uang rupiah yang masih berlaku) dengan

memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip syariah Islam adalah prinsip yang didasari

dengan hukum Islam atau berlandaskan kepada Al-Qur’an maupun sunah Rasul

ataupun ketentuan lain yang menjadi dasar aturan dalam agama Islam yang

dengan tujuan menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi umat.

7

(25)

10

2. Pengertian Bank Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UU

Perbankan Syariah) bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah

dan bank pembiayaan rakyat syariah.8

Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Bank bermakna suatu

lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak,

yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Syariah adalah

aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain

untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya

sesuai dengan hukum islam. Jadi bank syariah adalah suatu lembaga keuangan

yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berlebih dana dengan pihak

yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan

hukum islam. Selain itu, bank syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi

(maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (ghahar).9

Bank syariah adalah juga suatu lembaga intermediasi (intermediary institution)

seperti halnya bank konvensional. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah

melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest free) tetapi

berdasarkan prinsip syariah islam, yaitu prinsip pembagian keuntungan dan

kerugian (profit and loss sharing).

8

Pasal 1 angka 7 UU Perbankan Syariah 9

(26)

11

3. Karakteristik Bank Syariah

Prinsip syariah dalam pengelolaan harta menekankan pada keseimbangan antara

kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus dimanfaatkan untuk hal-hal

produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan landasan aktivitas ekonomi

dalam masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara langsung menginvestasikan

hartanya untuk menghasilkan keuntungan oleh karena itu, diperlukan suatu

lembaga perantara yang menghubungkan masyarakat pemilik dana dengan

pengusaha yang memerlukan dana (pengelola dana).10 Salah satu lembaga

perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah.

Bank syariah adalah bank yang berdasarkan pada asas kemitraan, keadilan,

transparansi, dan universal serta melakukan usaha perbankan dengan prinsip

syariah, kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi

islam dengan karakteristik sebagai berikut:11

1. Pelarangan riba dalam berbagai bentunya.

2. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang.

3. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komuditas.

4. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.

5. Tidak diperkenenkan menggunakan dua harga untuk satu barang.

6. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.

10

Muhamad, Menejemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 4. 11

(27)

12

Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah tidak

menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh keuntungan maupun

membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga

merupakan riba yang diharamkan.

B. Tinjauan Umum tentang Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia

1. Definisi Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktifitas Bank Syariah dalam menyalurkan dananya

kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat bermanfaat

bagi bank syariah, nasabah dan pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang

paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah.

Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu melakukan

analisis pembiayaan secara mendalam.12

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang

diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan

terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan,

sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan

yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan

dalam akad pembiayaan.13

12

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011). hlm. 105 13

(28)

13

2. Perkembangan Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia yang selanjutnya disebut (BMI) resmi meluncurkan

produk pembiayaan rumah dengan prinsip syariah sejak bulan Februari 2007.

Pada awal peluncuran produk pembiayaan rumah, Bank Muamalat Indonesia

menggunakan nama brand KPRS Baiti Jannati. diketahui, bahwa munculnya KPR

iB Muamalat berdasarkan akad musyarakah mutanaqisah ini menjadi penting

bagi industri perbankan nasional khususnya dalam pembiayaan rumah, karena

sistem pembiayaan dengan musyarakah mutanaqisah selain lebih mudah,

sekaligus dapat menghindarkan bank dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang

selama ini menjadi konsekuensi dari penerapan akad murabahah atau jual beli

dengan disertai pertambahan margin keuntungan.

Dengan adanya musyarakah mutanaqisah, bank tidak lagi dikejar-kejar oleh PPN.

Pada saat dahulu perbankan syariah menggunakan akad murabahah sebagai

metode pembiayaan, bank bertindak sebagai penjual terhadap barang yang

dimohonkan pembiayaannya oleh nasabah. Berbeda dengan kredit konvensional

dimana nasabah akan diberikan uang secara mentah oleh bank untuk keperluan

konsumsinya, akad murabahah justru membantu nasabah untuk sekaligus

membeli barang yang dimohonkan pembiayaannya. Setelah barang didapat, bank

akan menjual kembali kepada nasabah dengan margin keuntungan yang telah

disepakati.

Dari penjualan kembali tersebut, bank akan menerima sejumlah margin

(29)

14

ini, bank akan dibebankan pajak sebesar 10% sebagai PPN, karena bank dianggap

telah menjual barang.14 Inilah yang tidak ada di dalam penerapan penerapan akad

musyarakah mutanaqisah.

Sejak Agustus 2010, Bank Muamalat Indonesia berusaha terus meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat luas dengan meningkatkan fitur-fitur dari produk

pembiayaan rumahnya dengan melakukan peluncuran kembali nama brand yang

sebelumnya Baiti Jannati, menjadi Pembiayaan Hunian Syariah (PHS), dan

pada tahun 2012 berubah menjadi pembiayaan KPR iB Muamalat. Produk

pembiayaan KPR iB Muamalat memberikan dua alternatif transaksi bagi

nasabah, yaitu secara kongsi (musyarakah mutanaqisah) ataupun secara

jual-beli (murabahah).

Sistem kongsi dapat diterapkan untuk pemilikan properti baru (non indent),

second, maupun take over. Adapun sistem jual beli, sistem ini juga dapat

diterapkan untuk pembelian properti indent, renovasi serta pembelian renovasi.

Pembiayaan yang khusus diperuntukan bagi kalangan individu ini memiliki

jangka waktu pengembalian hingga 15 tahun, terkecuali untuk kepentingan

renovasi dengan plafond di bawah Rp 25 juta yang hanya 5 tahun. Produk

pembiayaan ini tidak hanya dengan syariah, namun juga kompetitif dengan jangka

waktu pengembalian yang panjang, nilai angsuran yang tidak fluktuatif seperti

menggunakan sistem bunga, serta tidak adanya penalti bagi yang melunasi lebih

awal.

14

(30)

15

Sedangkan pembiayaan hunian syariah menggunakan salah satu akad dari dua

alternatif akad di bawah ini:15

1. Akad murabahah (jual-beli) yaitu pembiayaan dengan akad Murabahah

adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah, di mana pihak bank

syariah membeli rumah yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian

menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan

ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan

nasabah.

2. Akad musyarakah mutanaqisah yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset, kerjasama ini akan

mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara pihak lain bertambah

hak kepemilikannya. Pemindahan hak kepemilikan ini melalui pembayaran

atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan

pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.

C. Tinjauan Umum tentang Akad Musyarakah Mutanaqisah 1. Pengertian Akad

Para ahli Hukum Islam (jumhur ulama) memberikan definisi akad sebagai

pertalian antara ijab dan kabul yang dibenarkan oleh syara yang menimbulkan

akibat hukum terhadap objeknya. Akad berasal dari kata al-aqd, jamaknya

15

(31)

16

uqud, yang menurut bahasa mengandung arti al-rabtb. Al-rabtb yang berarti

ikatan, mengikat.16

Menurut Mustafa al-Zarqa, yang dikutip oleh Masadi, yang dimaksud al-rabtb

adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah

satu pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas

tali yang satu.17

Ibnu Abidin menjelaskan definisi akad yaitu pertalian ijab (pernyataan ikatan) dan

qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang

berpengaruh pada objek perikatan.18Dari beberapa pendapat tersebut memiliki

kesamaan yaitu akad merupakan suatu ikatan.

Dalam Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Perbankan Syariah disebutkan bahwa

akad adalah kesepakatan tertulis antara bank syariah atau unit usaha syariah dan

pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak

sesuai dengan prinsip syariah.19

Dari definisi akad sebagaimana tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa

akad adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak yang bertujuan untuk

saling mengikatkan diri satu sama lainnya, yang diwujudkan dalam ijab dan qabul

yang objeknya sesuai dengan syariah, dengan pengertian lain bahwa perjanjian

tersebut berlandaskan keridhoan atau kerelaan secara timbal balik dari kedua

belah pihak terhadap objek yang diperjanjikan dan tidak bertentangan dengan

16

Abd Bin Nuh, Kamus Arab, Indonesia, Inggris, Cetakan Ke 3, (Jakarta: Mutiara), hlm. 112.

17A. Mas’adi,

Fiqh Muamalah Kontekstual, Cet. I, (Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 75.

18

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Cet iii, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm 97. 19

(32)

17

prinsip syariah. Dengan demikian akad atau perjanjian akan menimbulkan hak

akan prestasi pada satu pihak dan kewajiban memenuhi prestasi pada pihak lain

secara timbal-balik.

2. Pengertian Akad Musyarakah Mutanaqisah

Musyarakah adalah akad kerjasama antar dua belah pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal)

dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan kesepakatan.20

Pembiayaan musyarakah yaitu salah satu produk bank syariah yang mana terdapat

dua pihak atau lebih yang bekerja sama untuk meningkatkan asset yang dimiliki

bersama dimana seluruh pihak memadukan sumber daya yang mereka miliki baik

yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dalam hal ini seluruh pihak yang

bekerja sama memberikan kontribusi yang dimiliki baik itu dana, skill, ataupun

asset-aset lainnya.21

Selanjutnya untuk melengkapi pengertian musyarakah mutanaqisah,

Nadratuzzaman Hosen, dalam makalahnya yang berjudul Musyarakah

Mutanaqisah, mengungkapkan pengertian musyarakah mutanaqisah yaitu bentuk

kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset.

Kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara pihak

lain bertambah hak kepemilikannya. Pemindahan hak kepemilikan ini melalui

pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir

20

Abdul Manan. Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Persepektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) hlm. 218.

21

(33)

18

dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain. Dalam musyarakah

mutanaqisah terdapat unsur kerjasama (syirkah) dan unsur sewa (ijarah).

Kerjasama dilakukan dalam hal penyertaan modal atau dana dan kerjasama

kepemilikan. Sementara sewa merupakan kompensasi yang diberikan salah satu

pihak kepada pihak lain. Ketentuan pokok yang terdapat dalam musyarakah

mutanaqisah merupakan ketentuan pokok kedua unsur tersebut.

3. Rukun dan Syarat Musyarakah Mutanaqisah

Sebagai produk perbankan yang berlandaskan hukum syariah, musyarakah

mutanaqisah memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Secara bahasa,

rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan,

sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus dilakukan.

Dalam syariah rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu

transaksi.

Ulama’ Hanafiyah mengemukakan bahwa rukun shirkah, baik dengan segala

bentuknya adalah ijab (ungkapan penawaran melakukan perserikatan) dan kabul

(ungkapan penerimaan perserikatan) Menurut jumhur ulama’, rukun perserikatan

itu ada tiga yaitu:

a. Ijab dan kabul.

b. Kedua orang yang berakad.

(34)

19

Bagi ulama’ Hanafiyah, orang yang berakad dan objeknya bukan termasuk rukun

tetapi termasuk syarat. Syarat-syarat umum shirkah yaitu:

a. Perserikatan itu merupakan transaksi yang boleh diwakilkan. Artinya salah

satu pihak jika bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu, dengan izin

pihak lain, dianggap sebagai wakil dari seluruh pihak yang berserikat.

b. Persentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang berserikat

dijelaskan ketika berlangsungnya akad.

c. Keuntungan itu diambilkan dari hasil harta perserikatan, bukan dari harta lain.

Adapun akad Musyarakah Mutanaqisah apabila diterapkan sebagai akad pada

pembiayaan kepemilikan rumah syariah memiliki beberapa keuntungan, antara

lain yaitu:

1. Bank syariah dan nasabah sama-sama memiliki atas suatu asset yang

menjadi objek perjanjian. Karena merupakan asset bersama, maka antara

bank syariah dan nasabah akan saling menjaga atas asset tersebut.

2. Adanya bagi hasil yang diterima antara kedua belah pihak atas margin

sewa yang telah ditetapkan atas asset tersebut.

3. Kedua belah pihak dapat menyepakati adanya perubahan harga sewa

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan mengikuti harga pasar.

4. Dapat meminimalisir risiko financial cost jika terjadi inflasi dan kenaikan

suku bunga pasar pada perbankan konvensional.

5. Tidak terpengaruh oleh terjadinya fluktuasi bunga pasar pada bank

(35)

20

4. Ijarah dalam Musyarakah mutanaqisah

Ijarah secara bahasa berarti sewa, jasa atau imbalan. Sedangkan secara istilah

yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa.22

Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu

pemindahan hak guna atas suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang

itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya

perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

Dalam hukum Islam terdapat dua jenis ijarah.23

1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa

seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

memperkerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah yang

dibayarkan disebut ujrah.

2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan

hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan

imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada

bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (leasee) disebut mustajir, pihak

yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir atau muajir dan biaya sewa disebut

ujrah.

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan

syariah, sementara ijarah bentuk kedua dipakai sebagai bentuk investasi atau

22

Habib Nazir dan Muh. Hasan, Ensiklopedia Ekonomi dan Perbankan Syari’ah,

(Bandung: Kaki Langit, 2004), hlm. 246. 23

(36)

21

pembiayaan di perbankan syariah. Sehingga dapat dikatakan ijarah yang terdapat

dalam akad musyarakah mutanaqisah yang menjadi objek akad adalah properti

dan benda tidak bergerak, seperti rumah, kantor, gedung, pelabuhan dan lain

sebagainya.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 09/DSN-MUI/IV2000 tanggal

13 April tahun 2000 tentang Pembiayaan Ijarah ditetapkan rukun dan syarat serta

ketentuan teknis mengenai ijarah, yaitu:

a. Rukun dan Syarat Ijarah:

1) Sighat Ijarah, yaitu ijab dan kabul berupa pernyataan dari kedua belah

pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk

lain.

2) Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa atau pemberi jasa dan

penyewa atau pengguna jasa.

3) Objek akad Ijarah adalah:

b. Ketentuan Objek Ijarah:

1) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.

2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam

kontrak.

3) Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.

5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

(37)

22

6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7) Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai pembayaran manfaat.

Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan

sewa atau upah dalam ijarah.

8) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis

yang sama dengan objek kontrak.

9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat

diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

c. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah:

1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak

materil).

c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak

penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas

(38)

23

D. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1

Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah

Indonesia yang memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1

Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim

se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat

juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham

Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian

Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di

Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang

turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, dalam kurun waktu dua tahun setelah pendirian,

Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan

ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan

terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet

(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.

Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal

(39)

24

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal

yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank

(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni

1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.

Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa

yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun

waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi

laba berkat upaya dan dedikasi setiap pengurus Muamalat, ditunjang oleh

kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan

terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan.

Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi

diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar

rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada:

1. tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham,

2. tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan

dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak pengurus Muamalat

sedikitpun,

3. pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri pengurus Muamalat menjadi

prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru,

4. peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat

menjadi agenda utama di tahun kedua, dan

5. pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta

(40)

25

ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat

Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan

seterusnya.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah

melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI

didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di

seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga

merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,

yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di

Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment

System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di

Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen

untuk menghadirkan layanan perbankan yang kompetitif dan aksesibel bagi

masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh

pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat

luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun

Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in

Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic

Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta

sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East

(41)

26

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dibuat alur pikir

sebagai berikut :

A.

Keterangan:

Kebutuhan rumah di Indonesia khususnya di Lampung semakin meningkat karena

tingginya pertumbuhan penduduk, dengan adanya perbankan syariah penyedia

layanan pembiayaan rumah dengan sistem syariah merupakan alternatif bagi

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan rumah. Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bandar Lampung

Nasabah (mudharib)

1. Pembentukan Akad

2. Pelaksanaan Akad Musyarakah Mutanaqisah

Wanprestasi

3. Penyelesaian Hukum Akad Musyarakah Mutanaqisah

(42)

27

Salah satu alternatif pembiayaan yang dipilih masyarakat Lampung yaitu

pembiayaan dengan akad musyarakah mutanaqisah yang merupakan produk yang

disediakan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Lampung. dalam

pembentukannya sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan oleh BMI.

Pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan hunian syariah di

BMI Cabang Lampung yaitu pihak bank syariah dan nasabah melakukan

kerjasama dalam pembiayaan hunian syariah yaitu dengan menggunakan akad

musyarakah mutanaqisah. Dalam pelaksanaan akad tersebut menimbulkan

hubungan hukum antara kedua belah pihak dalam transaksi tersebut. Hubungan

hukum yang terjadi akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi

oleh kedua belah pihak, jika salah satu pihak tidak memenuhi hak dan

kewajibannya yang telah disepakati sebelumnya (wanprestasi) maka perlu

(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat penelitian hukum normatif-empiris karena

penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan menganalisis bahan-bahan

pustaka yang berupa literatur dan perundang-undangan dan isi akad yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, serta wawancara dengan pihak

bank.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah deskriptif. Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian

hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

(deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan

pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan tentang akad

pembiayaan dengan prisip musyarakah mutanaqisah. Untuk itu, pada penelitian

ini akan menggambarkan bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan Musyarakah

mutanaqisah terhadap pembiayaan hunian syariah dan penyelesaian hukum

nasabah yang wanprestasi.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

(44)

29

Penelitian ini termasuk pendekatan normatif-terapan yang menggunakan data

sekunder yang berasal dari buku-buku hukum yang dalam ruang lingkup hukum

perjanjian serta buku-buku tentang perbankan syariah, Selain menggunakan data

dari buku-buku, penelitian ini menghimpun data dan informasi dari Bank

Muamalat Indonesia Cabang Lampung.

D. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian hukum empiris adalah data sekunder.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

a. Data Primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan

pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung yaitu:

1. Ibu Muryaningsih bagian USP (Unit Suport Pembiayaan) BMI Cabang

Lampung.

2. Bapak Agung Setiawan bagian legal BMI Cabang Lampung.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari dokumen

perjanjian kerja tersebut yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas

serta mempelajari peraturan perundang-undangan, dan buku-buku hukum.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut :

a. Menghimpun informasi dan data dari Bank Muamalat Indonesia Cabang

Lampung berupa isi akad pembiayaan musyarakah mutanaqisah pada

(45)

30

b. Menginventarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah dengan cara

membaca, mempelajari, mengutip/mencatat, dan memahami maknanya.

c. Mengkaji data yang sudah terkumpul dengan cara menelaah

literatur-literatur dan bahan kepustakaan lainnya agar mempermudah pembahasan

penelitian ini serta untuk menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan

rumusan masalah.

Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan yang bersumber dari ketentuan

perundang-undangan dan dokumen hukum. Bahan hukum primer yang digunakan dalam

penelitian ini bersumber dari peraturan perundang-undangan, isi akad

musyarakah mutanaqisah dan peraturan lain yang berkaitan dengan masalah

yang dibahas dalam penelitian ini.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini bersumber dari bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku

ilmu hukum, bahan kuliah, maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan

penelitian atau masalah yang dibahas.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan

hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari internet.

E. Lokasi Penelitian.

Penelitian dilakukan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung yang

beralamat di Jln. Raden Intan No. 92 D Pelita, Tanjung Karang Pusat, Bandar

(46)

31

F. Metode Pengumpulan Data.

Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan metode sebagai berikut:

c. Studi Pustaka, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara

membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan,

buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah pembiayaan musyarakah

mutanaqisah yang akan dibahas.

d. Studi Dokumen, pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu.

Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan pokok

bahasan penelitian ini terkait isi akad pembiayaan dengan prinsip musyarakah

mutanaqisah.

e. Wawancara, dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dengan

permasalahan yang sedang diteliti yaitu dengan Bank Muamalat Indonesia

Cabang Lampung. Hal ini dilakukan sebagai data pendukung dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman

pertanyaan secara tertulis.

G. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data adalah mencari dan menetapkan data yang berhubungan

dengan proses dan segala isi dari akad pembiayaan dengan prinsip Musyarakah

(47)

32

Indonesia Cabang Lampung. Serta mengidentifikasi segala literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini.

2. Editing

Editing merupakan proses meneliti kembali data yang diperoleh dari berbagai

kepustakaan yang ada, menelaah isi dari akad pembiayaan dengan prinsip

Musyarakah mutanaqisah tersebut. Hal tersebut sangat perlu untuk mengetahui

apakah data yang telah kita miliki sudah cukup dan dapat dilakukan untuk

proses selanjutnya. Dari data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan

permasalahan yang ada dalam penulisan ini, editing dilakukan pada data

yang sudah terkumpul serta diseleksi terlebih dahulu dan diambil data yang

diperlukan.

3. Penyusunan Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data

tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat. Sehingga tidak

ada data yang dibutuhkan terlewatkan dan terbuang begitu saja.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara

sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang

bersifat umum dari data yang bersifat khusus.

H. Analisis Data

Bahan hukum (data) hasil pengolahan serta isi akad pembiayaan tersebut

dianalisis secara kualitatif kemudian dilakukan pembahasan dengan cara

(48)

33

memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis guna menjawab

permasalahan yang ada dalam perumusan masalah kemudian ditarik

(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Pembentukan akad musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan hunian

syariah di Bank Muamalat Indonesia dengan prinsip musyarakah dan ijarah

harus memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank untuk

mendapatkan persetujuan pemberian fasilitas pembiayaan.

2. Pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan hunian syariah

di Bank Muamalat Indonesia memuat hak dan kewajiban antara pihak bank

dan pihak nasabah yang diatur secara baku dan dibuat sepihak oleh Bank

Muamalat Indonesia.

3. Penyelesaian hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia

Cabang Bandar Lampung adalah dengan jalan perdamaian (shulh/islah) yaitu

lebih pada pendekatan kekeluargaan. Jika perdamaian (shulh/islah) dengan

cara musyawarah untuk mufakat sudah dilakukan namun tidak membuahkan

hasil, maka berdasarkan perjanjian yang dibuat bank akan melanjutkan kasus

(50)

69

B. Saran

1. Bank Muamalat Indonesia sebaiknya mengkajian lebih mendalam tentang akad

pembiayaan hunian syariah khususnya dalam hal prinsip akad yang digunakan di

dalamnya, sehingga akan diperoleh suatu bentuk akad yang lebih mudah

dipahami oleh para pihak khususnya nasabah yang awam dengan istilah

perbankan syariah.

2. Bank Muamalat Indonesia sebaiknya perlu adanya penyesuaian perjanjian akad

ijarah dengan ketentuan dalam pembiayaan hunian syariah misalnya tentang hak

dan kewajiban para pihak dalam akad ijarah kesesuaiannya dengan, akad

musyarakah mutanaqisah, sehingga tidak membuat bingung nasabah maupun

pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Bank Muamalat Indonesia sebaiknya perlu adanya pengaturan yang jelas tentang

ganti rugi (Ta’widh) dalam isi akad, agar nasabah tidak bingung dengan adanya

(51)

DAFTAR PUSTAKA A. Literatur/Buku

Abd Bin Nuh. Kamus Arab, Indonesia, Inggris. Cetakan Ke 3. Mutiara: Jakarta.

Ali, Zainudin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Sinar Grafika: Jakarta.

Ascarya. 2007.Akad dan Produk Syariah, PT. Raja Grafindo: Jakarta.

Fuadi, Munir.1999. Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang

No. 10 Tahun 1998. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Habib Nazir dan Muh. Hasan. 2004. Ensiklopedia Ekonomi dan Perbankan Syari’ah, Kaki Langit: Bandung.

Haris, Helmi.2007. Pembiayaan Kepemilikan Rumah‚Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan Syari’ah. La_Riba: Jurnal Ekonomi Islam.

Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalah. Cet Iii. Gaya Media Pratama: Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan Bank Syariah. Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia: Jakarta.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah, Kencana:Jakarta.

Manan, Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Persepektif Kewenangan

Peradilan Agama, Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Mas’adi. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual, Cet. I, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Muhammad. 2000. Hukum dan Azas – Azas Ekonomi Islam. Gramedia: Jakarta.

. 2014. Managemen Dana Bank Syariah. Rajawali Pers: Jakarta.

Rodliyah, Nunung. 2009. Pokok-Pokok Islam di Indonesia dan Kompilasi Hukum

(52)

Sasongko, Wahyu . 2010. Dasar-Dasar Ilmu Hukum.Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Thaib, Hasballah. 2005. Hukum Akad (kontrak) Dalam Fiqh Islam dan Praktek Di Bank SistemSyari’ah, Citra Abadi: Medan.

Wirdyaningsih, dkk, 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media: Jakarta.

B. Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Tentang Musyarakah Mutanaqisah (DSN)

No.73/DSN/-MUI/XI/2008

C. Website

http//www.bi.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman Pengujian Hipotesis.. Langkah

tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Apa yang harus dilakukan: pahami bahwa implementasi teknologi umumnya merupakan permasalahan perubahan manajemen. Tempatkan general manajer dan pemimpin yang

Studi ini mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan sekitar faktor-faktor yang mempengaruhi return saham di Bursa Efek Indonesia yang bertujuan untuk menemukan bukti

Hasil uji empiris dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan Internet Banking pada perbankan yang dijadikan pengujian berpengaruh signifikan terhadap Cyber Crime di

Perubahan orientasi tentang kajian linguistik dari diakronis menuju ke sinkronis terjadi pada abad ke 19 yang merupakan tonggak dari sejarah linguistik

Pada awal tahun berdasarkan hasil end year review departemen HR SIPL membuat rencana pelatihan sesuai kebutuhan karyawan, ada yang sifatnya wajib biasanya untuk level supervisor dan

Melihat data di atas terdapat masih rendahnya tingkat kesadaran Kelahiran; Sulitnya masyarakat unt Kabupaten Kudus dalam mengurus pr Sehingga dalam pembuatan yang se