• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON SISWA TENTANG PROSES PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING DI SEKOLAH ISLAM TERPADU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON SISWA TENTANG PROSES PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING DI SEKOLAH ISLAM TERPADU"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

STUDENTS’RESPONSE TOWARDLEARNING BY DOINGPROCESS IN INTEGRATED ISLAMIC SCHOOL

(Studies on Students of Integrated Islamic Junior High School Fitrah Insani Bandar Lampung)

By: Susmi Rahayu

This research explains the students’ response toward Learning by Doing process in Integrated Islamic School Fitrah Insani. This research focuses on learning process which applies circular ball method. This method is one of game methods of Learning by Doing. This research is a qualitative type. This type of research utilizes observation and depth interviews as data research method. Researcher analyzes the data by means of data reduction, data presentation, and then draws the conclusion. This study showed that student responded positively to the circular ball method. Learning by Doing stimulates student for being more active still they memorize the lesson more rapidly. Circular ball is held in the final session of the lesson. It puts an end to all sessions of the learning process. Circular ball facilitates student become more active. Moreover this method conquers student’s boredom related to the lesson. The obstacle of this process implementation is the lack of teachers’ quality. Furthermore this learning model requires a relatively long time to explain the material and practice of the game to the students.

(2)

RESPON SISWA TENTANG PROSES PEMBELAJARANLEARNING BY DOINGDI SEKOLAH ISLAM TERPADU

(Studi pada Siswa SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Bandar Lampung)

Oleh: Susmi Rahayu

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan respon siswa terhadap proses pembelajaran Learning by Doing di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Bandar Lampung yang memfokuskan penelitian tentang pembelajaran yang disertai dengan salah satu metode permainan dalam Learning by Doing yaitu bola melingkar. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisa data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran Learning by Doing bola melingkar yang dilaksanakan di kelasnya. Learning by Doing menjadikan siswa lebih aktif dan lebih cepat menghapal materi yang disampaikan guru mereka. Konsep pembelajaran bola melingkar dilaksanakan di akhir jam pelajaran dan menjadi penutup dari pelaksanaan proses pembelajaran. Alasan diterapkannya permainan bola melingkar tersebut untuk memfasilitasi siswa menjadi lebih aktif dan untuk mengatasi kebosanan siswa terkait materi yang disampaikan. Hambatan dalam pelaksanaan Learning by Doing bola melingkar yaitu kurangnya guru secara kualitas yang mampu untuk menerapkan model pembelajaran Learning by Doing tersebut, serta terkendalanya waktu dalam pelaksanaan Learning by Doing yang membutuhkan waktu relatif panjang untuk menjelaskan materi dan praktik permainan kepada siswa.

(3)
(4)
(5)

RESPON SISWA TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

LEARNING BY DOING

DI SEKOLAH ISLAM TERPADU

(Studi pada Siswa SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Susmi Rahayu

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN MOTTO

HALAMAN PRSEMBAHAN SANWACANA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Kegunaan Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Respon Siswa ...7

B. Tinjauan Tentang Proses Pembelajaran ...12

1. Pengertian Proses Pembelajaran ...12

(7)

3. Komponen-Komponen Pembelajaran ...14

C. Tinjauan Tentang Learning by Doing ...15

1. Konsep Dasar Model PembelajaranLearning by Doing ...15

2. PengertianLearning by Doing...18

3. Fungsi dan TujuanLearning by Doing...18

4. Prinsip-Prinsip dan KarakteristikLearning by Doing...19

5. Bentuk-BetukLearning by Doing...20

6. Metode dan Model PembelajaranLearning by Doing...22

D. Tinjauan Tentang Sekolah Islam Terpadu ...25

1. Pengertian Sekolah Islam Terpadu ...25

2. Dasar Pendidikan Sekolah Islam Terpadu...26

3. Metode Pendidikan Sekolah Islam Terpadu ...27

4. Karakteristik dan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu ...29

E. Kerangka Pikir ...31

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Latar Belakang Berdirinya SMP Islam Terpadu Fitrah Insani ...40

B. Struktur Kepengurusan SMP Islam Terpadu Fitrah Insani ...42

C. Keadaan Guru di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani ...44

D. Keadaan Peserta Didik di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani ...45

E. Keadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani...45

F. Kegiatan Organisasi dan Ekstrakurikuler di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani....46

G. Sekilas Kegiatan Harian SMP Islam Terpadu Fitrah Insani ...48

(8)

B. Hasil Penelitian ...53 C. Pembahasan ...75

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur yayasan SMP Islam Terpadu Fitrah Insani periode 2013/2014... 42

Tabel 2. Jumlah guru berdasarkan jenis kelamin tahun 2014 ... 44

Tabel 3. Jumlah peserta didik periode tahun 2007-2013 ... 45

(10)
(11)
(12)

Hasbunallah wani'mal wakil

(Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung)

(Q.S. Ali `Imran : 173)

-Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu Dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.

(QS.AlMujadalah : 11)

-Takdir hidup ada di tangan Allah

(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohiim

Segala puji hanya milik ALLAH SWT, Robb semesta alam atas segala rahmat dan nikmat yang tak terhingga. Shalawat dan salam kepada Rasululloh

Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat.

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orangtuaku, Mamak dan Bapak tersayang, yang tiada henti memberikan doa, dukungan, dan kasih sayangnya

kepadaku. Terima kasih atas cinta yang telah kalian berikan.

(Allohummaghfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiro)

Terima kasih kepada adik-adikku tercinta, Uwi dan Mega atas kebahagiaan hidup yang telah kalian berikan.

Para sahabat yang menjadi motivator dalam hidupku, yang mengajarkan aku begitu banyak hal dalam menyikapi arti kedewasaan.

(14)

Susmi Rahayu merupakan anak perempuan pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Doni Subeno dan Ibu Parinten. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Aisyah 3 Bandar Lampung, SD Negeri 6 Sukajawa, SMP Negeri 7 Bandar Lampung, dan SMA Negeri 16 Bandar Lampung.

(15)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT Rabb semesta alam, yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respon Siswa Tentang Proses Pembelajaran Learning by Doing di Sekolah Islam Terpadu” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan SosiologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H., selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, dan selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. Abdul Syani, M.IP., selaku pembimbing utama, terimakasih atas segala bimbingan, motivasi dan dukungan yang bapak berikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(16)

setiap pengetahuan dan motivasi yang penulis peroleh setiap harinya selama perkuliahan.

7. Seluruh staf dan karyawan FISIP Unila yang begitu membantu dalam mendukung menyelesaikan karyaku ini.

8. Kepada seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya, kepada Mamak dan Bapak (kalian adalah semangat Ayu, terima kasih atas segala doa dan cinta yang telah diberikan kepada Ayu, terima kasih atas segala kepercayaan kepada Ayu, Ayu sangat mencintai kalian), Uwi dan Mega (adik-adik salehah yang mbak Ayu miliki), keluarga besarku, bulek, lek nardi, lek sum, pakde, bude, mamas dan mbakku terima kasih atas kebersamaan selama ini.

9. Pelangi Group : Desti, Emy, Arini, Mona, Fanny dan Peni. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini, saat senang dan sedih kita lalui bersama, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang kalian berikan kepadaku. Semoga keluluasan ini bukan penghalang kita untuk masih tetap bersama dalam ikatan persahabatan.

10. Special untuk kedua mbakku yang saat ini merantau ke Malang, mami dan mbaknya. Jazakillah kalian mau menerimaku seutuhnya, menyayangiku seluasnya. Kalian yang membuatku merasa berbeda atas segala perhatian dan kasih sayang yang telah kalian berikan. Terima kasih telah mengajarkanku banyak hal, pemberi nasihat terbaik, dan pemberi perhatian yang besar.

10. Seluruh mahasiswa sosiologi 2010, cayo semangat meraih cita-cita dan kita. 11. FSPI tercinta : akhwat 2010 (Esy, Fina, Oki dan Nurul – kalian adalah kado

(17)

12. Seluruh pihak yang membantu di SMPIT Fitrah Insani. Terima kasih atas bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Akhi Wa Ukhtifillah yang meneguhkan hatinya pada Allah, teruslah berjuang untuk Islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(18)
(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Pendidikan berfungsi menyiapkan generasi yang terdidik, mandiri dan memiliki keterampilan yang diperlukan bagi kebutuhan perkembangan pembangunan. Memperoleh pendidikan merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki setiap individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang menjadi dasar bagi perkembangan pembangunan sosial dan ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat dalam sebuah negara, maka akan semakin tinggi pula tingkat kemajuan sumber daya manusia di negara tersebut.

(20)

Artinya, tolak ukur keberhasilan pendidikan adalah bagaimana pemberdayaan potensi siswa dapat dilakukan secara optimal.

Potensi siswa yang merupakan aset peradaban masa depan harus dikembangkan secara baik, benar dan optimal. Potensi siswa harus dikembangkan secara seimbang antara kemampuan intelektual dan kemampuan spiritual. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyebutkan bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan prinsip pengembangan kurikulum menyebutkan bahwa potensi siswa harus dikembangkan secara seimbang dan terpadu. Pengembangan ilmu intelektual mengarahkan siswa pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan menghantarkan pada kehidupan dunia yang serba canggih. Sementara pengembangan potensi spiritual mengarahkan siswa pada kemampuan memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri dan akhlak mulia. Dengan demikian, penyelenggara pendidikan sebaiknya berupaya mengintegrasikan berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik dalam suatu proses pembelajaran di sekolah.

(21)

3

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga negara yang berjiwa pancasila mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian yang kuat, cerdas terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama manusia dan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetik, berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakat (Suryosubroto, 2010: 12).

Di Indonesia, menurut Undang-Undang yang bertanggungjawab di bidang pendidikan adalah Departemen Pendidikan Nasional, namun ada Departemen Agama yang juga mengurus lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Jika Departemen Pendidikan mengelola lembaga pendidikan dari tingkat SD, SMP, SMA serta perguruan tinggi umum, maka Departemen Agama mengelola MI, MTs, MA, dan Perguruan Tinggi Agama Islam. Selanjutnya dengan fenomena ini berdampak ada penggolongan sekolah umum dan sekolah agama. Manajemen pendidikan seperti itu membawa kita kepada apa yang disebut dikotomi penyelenggaraan pendidikan. Kedua lembaga penyelenggara pendidikan tersebut semua diakui sah. Keduanya merupakan bagian sistem pendidikan nasional (Daulay, 2009: 115).

Departemen agama mengelola sistem pembelajaran Islam yang pada mulanya berbentuk pesantren. Berada dalam satu mainstream dengan pesantren adalah madrasah. Madrasah memiliki perbedaan dengan pesantren dari segi materi yang diajarkan mencakup penggabungan ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu umum.

(22)

Islam Terpadu. Perbedaannya, Sekolah Islam Terpadu lebih menawarkan tentang sistem pendidikan modern yang menggabungkan sistem pendidikan umum dan agama secara menyeluruh. Sekolah Islam Terpadu tidak mengajarkan ilmu Islam sepertihadist,fiqhdan sebagainya. Sekolah Islam Terpadu tetap dibawah naungan departemen pendidikan yang mengajarkan kurikulum KTSP dari pemerintah. Bedanya dengan sekolah umum adalah sekolah Islam Terpadu memasukkan unsur keagamaan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan.

Dalam menunjang mengajaran, sekolah Islam Terpadu dalam pelaksanaan proses pembelajaran mengggunakan model Learning by Doing. Model pembelajaran ini melibatkan siswa secara langsung dalam pengalaman yang konkrit dengan suatu materi. Aktivitas dimana siswa berpartisipasi dengan sesuatu yang relevan dan bermakna. Saat pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dan ikut serta terhadap materi pembelajaran yang diajarkan. Learning by Doingmemiliki konsep dengan menggabungkan materi pembelajaran dengan praktik eksklusif bagi siswa.

Learning by Doing dilaksanakan untuk menunjang kreatifitas siswa dan menumbuhkan sikap berani dan berpartisipasi di dalam kelas. Proses di dalamnya mengandung kegiatan seperti bermain sambil belajar, melakukan praktik langsung yang berhubungan dengan materi, berdiskusi bersama dan menggabungkan materi dengan video pembelajaran. Dalam pelaksanaannya siswa tidak hanya menjadi pendengar tetapi juga diharapkan berperan aktif saat di kelas.Pola pengajaran guru juga berkaitan erat di dalam pelaksanaannya, jika bahan pelajaran disajikan secara

menarik besar kemungkinan motivasi belajar siswa akan meningkat. Pemilihan

(23)

5

contohnya ialah permainan bola melingkar yang akan menjadi fokus pada penelitian

ini.

Dalam penerapannya, Learning by Doing harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Model ini harus sejalan visi dengan pendidikan di Indonesia. Learning by Doing dikatakan berhasil bila input yang didapat oleh siswa dapat diperoleh secara maksimal. Learning by Doing diharapkan memberi dampak terhadap perkembangan hasil pembelajaran siswa. Pemahaman siswa menjadi tolak ukur keberhasilan dari pelaksanaannya.

Tetapi dalam implementasinya, sekolah Islam Terpadu masih memiliki kendala dalam proses pembelajarannya. Sekolah Islam Terpadu yang notabenenya masih terbilang model sekolah baru, belum bisa melaksanakan proses pembelajaran Learning by Doing diseluruh mata pelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan, Learning by Doingyang merupakan model pembelajaran yang berasal dari negara lain harus bisa disesuaikan dengan kemampuan guru dan siswa di sekolah tersebut. Menurut hasil pengamatan sementara peneliti, disaat proses pembelajaran masih terdapat siswa yang berkarakter tidak mengerti dan belum mampu menyesuaikan dengan model pembelajaranLearning by Doing ini.

(24)

Doing di sekolah Islam Terpadu Fitrah Insani ”(Studi pada SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Bandar Lampung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah :

“Bagaimanakah respon siswa terhadap proses pembelajaranLearning by Doingdi SMP Islam Terpadu Fitrah Insani?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan respon siswa terhadap proses pembelajaranLearning by Doingdi SMP Islam Terpadu Fitrah Insani.

D. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat menambah literatur ilmu sosial khususnya bagi Sosiologi Pendidikan dalam mengembangkan proses pola pembelajaran yang baik di sekolah Islam Terpadu.

b. Kegunaan Praktis

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Respon Siswa

Menurut Soekanto (1993: 48) respon sebagai perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku yang sebelumnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu persoalan atau masalah tertentu. Menurut paradigma definisi sosial Weber (dalam Ritzen, 2003: 76) tentang tindakan sosial, respon adalah tindakan yang penuh arti dari individu sepanjang tindakan itu memiliki makna subjektif bagi dirinya dan diarahkan pada orang lain. Tindakan sosial yang dimaksud dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena terpengaruh dari situasi atau juga dapat merupakan tindakan pengulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi serupa.

(26)

a. Penyajian rangsangan

b. Pendangan dari manusia akan rangsangan c. Interpretasi dari rangsangan

d. Menanggapi rangsangan

e. Pandangan akibat menanggapi rangsangan

f. Interpretasi akan akibat dan membuat tanggapan lebih lanjut g. Membangun hubungan rangsangan-rangsangan yang mantap

Susanto (1988: 73) mengatakan respon merupakan reaksi, artinya penerimaan atau penolakan, serta sikap acuh tak acuh terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator dalam pesannya. Respon dapat dibedakan menjadi opini (pendapat) dan sikap, dimana pendapat atau opini adalah jawaban terbuka (overt response) terhadap suatu persoalan yang dinyatakan dengan kata-kata yang diucapkan atau tertulis. Sedangkan sikap merupakan reaksi yang tertutup (convert response) yang bersifat emosional dan pribadi, merupakan tendensi untuk memberikan reaksi yang sangat positif atau negatif terhadap orang-orang, obyek, atau situasi tertentu.

Harvey dan Smith (dalam Ahmadi, 1999: 164) mendefinisikan bahwa respon merupakan bentuk kesiapan dalam menentukan sikap baik dalam bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Definisi ini menunjukkan adanya pembagian respon yang oleh Ahmadi (1999: 166) dirinci sebagai berikut :

a. Respon positif

Sebuah bentuk respon, tindakan, atau sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

(27)

9

Bentuk respon, tindakan, atau sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Menurut teori simbolik, individu dalam memberikan respon didasarkan pada pemahaman mereka terhadap fenomena sosial yang akan mereka respon. Berbeda dengan teori Behavior, dimana individu dalam merespon fenomena sosial tidak didasarkan pada pemahaman mereka terhadap fenomena sosial tersebut.

Sudirman (1992: 121) mengatakan bahwa pembentukan hubungan antara stimulus dan respon (antara aksi dan reaksi) merupakan aktivitas belajar, berkat latihan yang terus menerus, dan respon itu akan menjadi erat, terbiasa dan otomatis. Ada beberapa prinsip atau hukum mengenai hubungan stimulus dan respon, antara lain:

a. Law Effect (hukum pengaruh hubungan)

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat kalau disertai dengan perasaan senang atau puas dan sebaliknya kurang erat atau bahkan bisa lenyap bila disertai perasaan tidak senang.

b. Law of Multiple Response (hukum respon beragam)

Dalam situasi problematis, kemungkinan respon diterima dengan positif tidak segera nampak sehingga perlu dilakukan sosialisasi sehingga dapat diterima. Prosedur ini disebut Trial dan Error.

c. Law of Exercise (hukum penggunaan)

(28)

d. Law of Assimilation (hukum penyesuaian)

Seseorang ini dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi yang sebelumnya.

Menurut Walgito (1980: 16-17), respon adalah suatu perbuatan yang merupakan hasil dari akhir adanya simulasi atau rangsangan, respon terbagi menjadi dua yaitu:

1. Respon atau reaksi yang reflektif (terjadi tanpa didasari oleh reseptor), dimana reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran.

Hal ini dapat dilihat pada gambar 1:

2. Respon atau reaksi yang disadari, dimana stimulus yang diterima sampai ke otak sebagai pusat kesadaran dan benar-benar disadari oleh reseptor. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2:

Sedangkan siswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1077) yang dimaksud dengan siswa adalah murid atau pelajar yang sedang menempuh jenjang pendidikan pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama atau pada sekolah menengah atas. Sedangkan menurut Arikunto (1996: 11) siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai obyek didik disuatu lembaga pendidikan. Siswa sebagai anggota masyarakat sekolah mempunyai hak dan kewajiban.

Stimulus Reseptor Efektor Respon

(29)

11

Hak siswa antara lain :

a. Menerima pelajaran

b. Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah

c. Menggunakan semua fasilitas yang ada di sekolah d. Memperoleh bimbingan

Sedangkan kewajiban siswa adalah : a. Hadir pada waktunya

b. Mengikuti pelajaran dengan tertib

c. Mengikuti pelajaran (ujian) atau kegiatan-kegiatan lain yang tentukan oleh sekolah

d. Mentaati tata tertib yang ada di sekolah

Pendidikan formal di sekolah merupakan pendidikan yang tersusun rapi dalam segala aktivitas direncanakan dengan sengaja dalam bentuk kurikulum dan bertujuan untuk:

a. Membentuk lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki tingkah laku siswa yang dibawa dari keluarga.

b. Mengembangkan kepribadian siswa agar : siswa dapat bergaul dengan guru, karyawan, dan dengan temannya, siswa belajar taat pada peraturan dan tahu disiplin, mempersiapkan diri siswa untuk terjun ke masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku (Ahmadi, 2001: 9).

(30)

sekolahnya. Dalam hal ini respon yang dimaksud adalah reaksi dan tanggpan siswa terhadap proses berjalannya pembelajaranLearning by Doing.

B. Tinjauan Tentang Proses Pembelajaran 1. Pengertian Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan pemahaman yang baik bagi siswa. Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata pembelajaran.

Proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001: 461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

(31)

13

dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi aksi, kematangan atau perubahan-perubahan sementara. Pengertian proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (1991: 114) yaitu proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan. Pendapat lain dikemukakan oleh Winkel (1991: 200) yaitu proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dikaitkan dengan model Learning by Doing adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

2. Tujuan Pembelajaran

(32)

keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 1996: 106). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Nasution, 1998: 25).

Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral. Sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif. Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa atau peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran.

Dalam hal ini tujuan pembelajaran Learning by Doingadalah menjadi sarana bagi siswa untuk belajar lebih aktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya membekali diri siswa dengan kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga siswa mengalami perkembangan positif.

3. Komponen-Komponen Pembelajaran

(33)

15

komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu proses pembelajaran menurut Zain dkk (1997: 48), dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu:

Dalam Learning by Doing, keaktifan dan keseimbangan jalannya komponen-komponen pembelajaran di atas sangat berhubungan dengan tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Guru menjadi pemegang peranan yang sangat penting antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta mengatur semua kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa adalah peserta didik yang merupakan subjek pendidikan. Materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran merupakan serangkaian instrumen yang harus dilaksanakan dalam jalannya proses pembelajaran.

C. Tinjauan TentangLearning by Doing

1. Konsep Dasar Model PembelajaranLearning by Doing

(34)

berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

Lebih lanjut Piaget berpendapat seperti yang disadur Dimyati dan Mudjiono (2002: 13-14) bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan, sehingga fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun atas dasar tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial. Sedangkan prosesnya didasarkan tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Fase eksplorasi mengarahkan siswa mempelajari gejala dengan bimbingan, fase pengenalan konsep adalah mengenalkan siswa akan konsep yang berhubungan dengan gejala, sedangkan fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.

Dalam pendidikan seorang siswa tidak dapat lepas dari peran serta seorang guru, karena seorang guru adalah orang yang akan membimbing dan mengarahkan serta mengevaluasi hasil belajar siswa, karena pendidikan itu sendiri adalah sebuah bimbingan dan pengarahan sebagai mana yang dikatakan oleh John Dewey (1964: 10) dalam bukunya democracy and education, “The word education means just process of leading or bringing up”. (Arti kata pendidikan adalah proses bimbingan dan pengarahan).

(35)

17

tahun 1859, yaitu suatu pandangan pendidikan pragmatis berdasarkan dua alasan penting, pertama, merupakan suatu takdir Tuhan bahwa anak adalah mahkluk aktif (alasan psikologis); kedua, melalui bekerja anak disiapkan untuk kehidupan pada masa depan (Mappiare, 2006: 194).

Belajar aktif atau Learning by Doing merupakan teori Dewey by Doing (1859-1952). Dewey merupakan pendiri Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip “Learning by Doing”, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbukan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman peran serta siswa peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai narasumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif.

(36)

pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus yang diberikan guru dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi suatu hal yang menyenangkan tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. (Yuberti, 2012: 32)

2. PengertianLearning by Doing

Pembelajaran dengan berbuat (Learning by Doing)dikembangkan oleh John Dewey (Siti Nilla, 2005:30) yang menyatakan bahwa “men have to do something to the this when they wish the find out something, they have to other conditions”. Pandangan ini diperkuat oleh Oemar Hamalik (1990: 175) bahwa belajar yang efektif jika kegiatan belajar itu diarahkan pada upaya bagi individu untuk dapat bekerja, melakukan tugas-tugas pekerjaan dalam bidang pekerjaan tertentu.

Pembelajaran dengan berbuat (Learning by Doing) direncanakan dengan mengatur waktu dan tempat secara khusus untuk tiap kompetensi. Pembelajaran ditekankan pada drill, riview, demontrasi dan pembelajaran yang sistematis untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan situasi dan kondisi di dunia kerja.

3. Fungsi dan tujuanLearning by Doing

Pendekatan pembelajaran dengan berbuat dalam aktifitas kegiatan pembelajaran seyogyanya melibatkan minat, tujuan, perilaku dan belajar mengalami pada situasi yang sesungguhnya. Pendekatan pembelajaran ini lebih mengembangkan hasil yang nyata dan kecakapan, karena memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Memperkenalkan beberapa realita dalan pengajaran.

(37)

19

b. Mengundang praktisi ke dalam kelas untuk menambah wawasan siswa dalam rangka melengkapi penjelasan guru baik secara teori maupun praktek.

2. Melaksanakan serangkaian pengajaran langsung dengan melibatkan siswa untuk memecahkan masalah dengan bimbingan guru.

a. Memperhatikan kebebasan akademik guna mengembangkan prinsip berdasarkan sikap saling menghormati dan memperhatikan satu sama lain (antara guru dan siswa, dan antara siswa dan siswa lainnya)

b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan, melakukan proses dan pengambilan keputusan.

Aktifitas pembelajaran bekerja langsung merupakan pendekatan interaktif edukatif yang sangat efektif, karena peserta didik melakukan demontrasi den eksperimen dengan mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil uji coba. Demontrasi den eksperimen dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui sesuatu secara lebih pasti dan teliti. b. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data.

c. Melaksanakan percobaan sesuai dengan prinsip Learning by Doing, bahwa teori yang sudah dipelajari harus ditindaklanjuti dengan perbuatan.

d. Menganalisa produk untuk memperoleh hasil yang optimal.

4. Prinsip-prinsip dan karakteristik pendekatan Learning by Doing

(38)

a. Melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar, karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman siswa secara langsung yang berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai.

b. Menyediakan pendekatan multi sensori bagi siswa ketika berlangsung pembelajaran, seperti mendengar, merasa, mencium, dan mencipta objek-objek yang dipelajari.

c. Memberikan kompetensi bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menggunakan material dan melakukan eksperimen.

d. Membina suasana sosial yang transaksional antara siswa dan guru.

5. Bentuk-bentukLearning by Doing

Interaksi edukatif selayaknya dibangun guru berdasarkan penerapan aktivitas siswa, yaitu belajar sambil melakukan (Learning by Doing). Melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari siswa bahwa pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja. Pada kelas-kelas di sekolah, aktivitas ini dapat dilakukan sambil bermain sehingga siswa akan aktif, senang, gembira, kreatif serta tidak mengikat (Djamarah, 1995: 224).

(39)

21

a. Menumbuhkan motivasi belajar siswa

Motivasi berkaitan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan siswa. Upaya menumbuhkan motivasi intrinsik yang dilakukan guru adalah mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri anak didik. Sedangkan bentuk motivasi ekstrinsik adalah dengan memberikan rangsangan berupa pemberian nilai tinggi atau hadiah bagi siswa berprestasi dan sebaliknya.

b. Mengajak siswa beraktivitas

Adalah proses interaksi edukaktif melibatkan intelek emosional siswa untuk meningkatkan aktivitas dan motivasi akan meningkat. Bentuk pelaksanaanya adalah mengajak anak didik melakukan aktivitas atau bekerja di laboratorium, di lapangan sebagai bagian dari eksplorasi pengalaman, atau mengalami pengalaman yang sam sekali baru.

c. Mengajar dengan memperhatikan perbedaan individual

Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan memahami kondisi masing-masing anak didik. Tidak tepat jika guru menyamakan semua anak didik karena setiap siswa mempunyai bakat berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Seorang siswa yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Kemudian menyimpulkan semua siswa yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Kondisi demikian tidak dapat dijadikan ukuran, karena terdapat beberapa faktor penyebab anak memiliki hasil belajar buruk, antara lain; faktor kesehatan, kesempatan belajar di rumah tidak ada, sarana belajar kurang, dan sebagainya.

(40)

Bentuknya antara lain umpan balik kemampuan perilaku siswa (perubahan tingkah laku yang dapat dilihat anak didik lainnya, pendidik atau anak didik itu sendiri), umpan balik tentang daya serap sebagai pelajaran untuk diterapkan secara aktif. Pola perilaku yang kuat diperoleh melalui partisipasi dalam memainkan peran (role play).

e. Mengajar dengan pengalihan

Pengajaran yang mengalihkan (transfer) hasil belajar kedalam situasi-situasi nyata. Guru memilih metode simulasi (mengajak anak didik untuk melihat proses kegiatan seperti cara berwudlu dan sholat) dan metode proyek (memberikan kesempatan anak untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari untuk bertukar pikiran baik sesama kawan maupun guru) untuk pengalihan pengajaran yang bukan hanya bersifat ceramah atau diskusi, tetapi mengedepankan situasi nyata.

f. Penyusunan pemahaman yang logis dan psikologis

Pengajaran dilakukan dengan memilih metode yang proporsional. Dalam kondisi tertentu guru tidak dapat meninggalkan metode ceramah maupun metode pemberian tugas kepada siswa. Hal ini dilakukan sesuai dengan kondisi materi pelajaran (Djamarah: 223-225).

6. Metode Dan Model Pembelajaran Yang Mengarah Pada Learning By Doing

(41)

23

Ada beberapa metode dan model pembelajaran yang menekankan pada pengalaman siswa secara langsung, diantaranya adalah:

a. Metode proyek yang didasarkan pada gagasan John Dewey tentang “Learning by Doing”, metode ini sangat mungkin diterapkan, karena metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari untuk dipecahkan secara kelompok (Moeslichatoen, 1999: 137) Dalam pelaksanaanya, metode proyek memposisikan guru sebagai fasilitator yang harus menyediakan alat dan bahan untuk melaksanakan “proyek” yang

berorientasi pada kebutuhan dan minat siswa dan menantang siswa untuk mencurahkan segala kemampuan, keterampilan serta kreativitasnya. Selain itu guru harus menciptakan situasi yang mengandung makna penting untuk mengembangkan potensi anak, perluasan minat serta pengembangan kreativitas dan tanggung jawab, baik secara perseorangan maupun kelompok.

b. Metode eksperimen juga termasuk metode yang menggunakan pendekatan Learning by Doing, karena metode eksperimen merupakan cara pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.

(42)

Ada juga model pendekatan belajar dengan belajar sambil bermain, karena melalui bermain siswa diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Ketika bermain siswa membangun penngertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Melalui bermain siswa juga akan merasa gembira dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya (Mursid, 2010: 50)

Pendekatan lainnya adalah pendekatan dengan sentra pembelajaran, yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan tujuan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sedikit demi sedikit, dan dari proses mencoba sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat sekarang dan kelak.

Pendekatan ini digunakan karena siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah dan belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahui dan pembelajaran akan lebih bermakna dan mengena. Dalam pendekatan sentra proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

(43)

25

pembimbing atau inspirator. Landasan filosofi pendekatan ini adalah konstruktivisme, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah namun mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Selain metode-metode diatas masih ada yang tidak kalah penting adalah situasi yang menyenangkan juga harus diusahakan oleh guru agar tiap siswa dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi bagiannya akan menanggapi secara positif. Perasaan yang menyenangkan dalam menyikapi suatu kegiatan akan melahirkan kinerja yang tinggi, dan begitu sebaliknya.

D. Tinjauan Tentang Sekolah Islam Terpadu

1. Pengertian Sekolah Islam Terpadu

Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah. Dalam aplikasinya sekolah Islam Terpadu diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum. Sekolah islam terpadu juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konatif. Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasaddiyah. Dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.

(44)

diselenggarakan dengan memadukan secara integrative nilai dan ajaran Islam dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang optimal dan koperatif antara guru dan orang tua, serta masyarakat untuk membina karakter dan kompetisi murid.

2. Dasar Pendidikan Sekolah Islam Terpadu

SMP Islam Terpadu adalah Sekolah Menengah Pertama yang memadukan kurikulum nasional (Diknas) dengan kurikulum selain kurikulum nasional dan kurikulum pesantren (materi pelajaran keislaman). Sekolah Islam Terpadu adalah anggota dari JSIT ( Jaringan Sekolah Islam Terpadu) Indonesia yang merupakan organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, bersifat non partisan, nirlaba dan terbuka dalam arti siap bekerja sama dengan pihak manapun selama mendatangkan maslahat dan manfaat bagi anggota serta berkesesuaian dengan visi, misi, tujuan dan sasaran JSIT Indonesia. Anggota JSIT Indonesia adalah sekolah Islam Terpadu dan sekolah lainnya yang menjadikan Islam sebagai landasan ideal, konsepsional, dan operasional. (dalam Tim JSIT, diakses pada http://jsit-jatim.or.id tanggal 05/11/2013).

(45)

27

Darwis (2010: 100) menambahkan bahwa dalam pendidikan ada unsur psikologi dan spiritual yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan spiritual diperlukan karena Islam merupakan agama yang bertumpu pada suatu keyakinan. Keyakinan inilah yang menggerakkan segala aktifitas dan perilaku manusia yang beriman. Sebagaimana dikemukakan dalam tujuan pendidikan, bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk moral manusia yang bertumpu pada keyakinan hidup. Keyakinan hidup itu harus nampak pada sikap hidup dan perilaku hidup yang berkualitas dan memberi manfaat terhadap kehidupan yang dikemas dalamrahmatan lil’alamin, hidup dengan moralitas.

Jadi Sekolah Islam Terpadu didirikan berdasarkan kebijakan yayasan dan pengelola sekolah dalam rangka mewujudkan harapan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai motivasi bagi setiap sikap dan perilaku hidup manusia melalui lembaga pendidikan sekolah.

3. Metode Pendidikan Sekolah Islam Terpadu

(46)

Model pembelajaran di sekolah islam terpadu yakni: a. Dialog, diskusi dan curah pendapat

b. Belajar sambil berbuat c. Visitasi

d. Metode belajar sinektik atau kreatif

e. Belajar berbantuan komputer yang berkendali dan terarah

Dan segala bentuk metode pembelajaran di atas tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh alat pendidik, karena bagaimanapun alat pendidikan memiliki andil besar dalam konsep sekolah Islam Terpadu, diantara alat pendidikan yang harus ada di dalam sekolah Islam Terpadu yaitu :

a. Pembiasaan b. Keteladanan c. kasih saying d. kesabaran e. kemitraan f. respek g. kepedulian h. encouraging

(47)

29

a. Life Skill

Merupakan penguasaan terhadap dasar-dasar teknik komputer baik menyangkuthardware(perangkat keras) dansoftware(perangkat lunak). b. Pramuka SIT

Merupakan mata pelajaran pilihan wajib bagi siswa. Aspek ruang lingkup mata pelajaran kepanduan meliputi: ruhiyah (kerohanian), jasadiyah (fisik), faniyah (skill), tsaqofiyah (wawasan), qiyadah wal jundiyah (kepemimpinan),ukhuwah(persaudaraan).

c. Tahsin Tahfidz

Bertujuan mengajarkan siswa kemampuan membaca Al Quran dengan baik dan benar, dan melanjutkannya dengan kemampuan menghafalnya (tahfidzul qur’an).

d. Pendampingan

Bertujuan untuk membentuk dan mengarahkan siswa agar memiliki pribadi yang Islami (sakhsiyah islamiyah), meningkatkan peran serta dan inisiatif para siswa untuk menjaga dan membina diri sehingga terhindar dari pengaruh dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

4. Karakteristik dan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu

Sekolah Islam terpadu memiliki karakteristik utama yang memberikan penegasan akan keberadaanya. Karakteristik yang dimaksud adalah :

a. Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.

b. Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum.

(48)

d. Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter peserta didik.

e. Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan lingkungan sekolah : menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.

f. Melibatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

g. Mengutamakan nilai ukhuwah dalam semua interaksi antar warga sekolah. h. Membangun budaya rawat, resik, runut, rapi, sehat dan asri.

i. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu.

j. Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi dikalangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Kesepuluh ciri atau karakteristik tersebut menjadi acuan bagi sekolah Islam Terpadu untuk mengembangkan dirinya menjadi sekolah yang diinginkan dan dimaksudkan oleh gerakan pemberdayaan sekolah islam terpadu yang digelorakan oleh pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang merupakan suatu gerakan dakwah berbasis pendidikan.

(49)

31

peserta didik, dan program tambahan meliputi mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan sekolah dan mata pelajaran muatan lokal. (Tim Kurikulum SMPIT, 2012: 3)

E. Kerangka Pikir

Sekolah Islam Terpadu merupakan lembaga pendidikan Islam yang mempunyai sistem pendidikan searah dengan pemerintah, tidak hanya keagamaan saja namun juga sistem pendidikan umum formal dan non formal juga diterapkan sebagai metode pembelajaran dalam membina dan membimbing anak didik. Sistem dualisme pendidikan nasional dan sistem pendidikan keagamaan di dalam Sekolah Islam Terpadu ini kemudian memunculkan kurikulum yang berbeda. Sekolah Islam Terpadu menggunakan kurikulum nasional dan keagamaan secara bersamaan dalam sistem pendidikan di madrasah, namun Sekolah Islam Terpadu juga mempunyai kurikulum khusus sendiri yang kemudian diselenggarakan menjadi satu kedalam sistem pendidikan formal.

Proses pembelajaran sekolah Islam Terpadu mengacu pada kedua prinsip kurikulum tersebut. Dalam menunjang kedua kurikulum tersebut, dalam pembelajaran sekolah Islam Terpadu menerapkan inovasi-inovasi pendidikan yang modern dan terbarukan. Kurikulum Sekolah Islam Terpadu juga disesuaikan dengan konsep dan aplikasi Model Sekolah Islam Terpadu yang telah diterbitkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia.

(50)

dan berbuat, Learning by Doing disusun untuk memberikan layanan agar setiap siswa dapat mengembangkan potensi, bakat, dan minat secara optimal.

Siswa selain menjadi peserta didik juga menjadi tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut. Karena itu respon dan tanggapan siswa tentang proses pembelajaran itu dapat menjadi informasi tentang bagaimana jalannya penerapanLearning by Doingdi sekolah Islam Terpadu.

F. Skema Kerangka pemikiran

Inovasi Pendidikan Sekolah Islam Terpadu

Proses Pembelajaran Learning by Doing

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Moh. Nazir (1988: 63) mengemukakan bahwa tipe penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diselidiki.

(52)

Peneliti menggunakan metode ini, karena masalah yang diangkat dalam penelitian adalah tentang respon siswa tentang pembelajaran Learning by Doing, baik respon yang bersifat positif maupun respon yang bersifat negatif. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode ini untuk dapat menjelaskan dan menggambarkan tentang respon tersebut.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sangat penting, karena dalam penelitian kualitatif gejala itu bersifat holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga penelitian tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan pada variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti, yang meliputi aspek tempat, pelaku dan aktivitasnya yang berinteraksi sinergis. Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain itu faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu (Sugiyono, 2011: 207).

Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial, untuk memahami secara luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

(53)

✂ ✄

C.Lokasi Penelitian

Menurut Lexy J.Moleong (2000: 26) penentuan lokasi secara porposif dapat dilakukan karena peneliti menganggap bahwa lokasi tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Bandar Lampung. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi ini tersebut adalah karena SMP Islam Terpadu Fitrah Insani merupakan salah satu sekolah Islam Terpadu yang menerapkan proses pembelajaran menggunakan metode Learning by Doing dalam pelaksanaan pendidikannya. Pertimbangan lain SMPIT Fitrah Insani dijadikan sebagai tempat penelitian karena sekolah ini adalah sekolah Islam terpadu yang pertama kali berdiri di Bandar Lampung.

D. Teknik Penentuan Informan

Menurut Spradley (dalam Moleong, 2010:165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

(54)

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relative masih lugu dalam memberikan informasi.

Dalam penelitian ini jumlah informan siswa SMP Islam Terpadu Fitrah Insani angkatan 2011 adalah 50 siswa, yang terdiri dari dua kelas dan masing-masing kelas terdapat 25 siswa. Penelitian ini mengambil beberapa informan dari satu kelas yaitu kelas 9B. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu penelitian dan agar peneliti bisa lebih fokus untuk mendapatkan informasi.

Untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Dalam penelitian ini mengambil informan yang dilakukan secara purposive sampling dimana pemilihan informan dipilih berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Mekanisme pemilihan informan adalah siswa yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Siswa telah lama dan intensif terhadap proses kegiatan pembelajaran. Peneliti lalu memilih siswa kelas 9, karena dianggap mampu memberikan informasi yang cukup karena mereka telah ikut serta dalam proses pembelajaranLearning by Doingselama tiga tahun di sekolah.

2. Siswa terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan di sekolah, maksudnya ialah siswa tersebut harus benar-benar menjalankan proses pembelajaran secara penuh di sekolah Islam Terpadu Fitrah Insani, bukan siswa baru atau siswa pindahan.

(55)

37

4. Siswa cukup memiliki banyak waktu untuk diwawancarai.

5. Siswa mampu untuk memberikan informasi apa adanya dan sebenar-benarnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peranan alat pengumpulan data sangat penting karena alat ini digunakan sebagai pedoman atau pegangan selama pengumpulan data itu berlangsung. Ada berbagai macam alat pengumpulan data yang digunakan, sesuai dengan metode yang dipilih dalam proses pengumpulan data. Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Secara singkat observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan. Secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatau gejala pada objek penelitian, dan unsur-unsur yang tampak itulah yang di sebut data atau informasi yang harus di amati dan di catat secara langsung keadaan di lapangan sehingga diperoleh data atau fakta yang berhubungan dengan masalah yang dikaji (Nasution dalam Sugiyono, 2011:309). Di sini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah.

b. Wawancara mendalam

(56)

mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara mendalam ini dilakukan melalui berbincang-bincang secara langsung atau berhadapan muka dengan yang diwawancarai. Penelitian ini juga berusaha untuk mengembangkan pernyataan yang diperlukan. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam di harapkan akan diperoleh data mengenai keadaan sosial yang nyata dan mendapat gambaran lebih jelas guna mempermudah dalam analisa data selanjutnya. Dalam proses wawancara mendalam ini, peneliti melakukan wawancara terhadap para informan yang telah ditentukan kriterianya, yaitu siswa SMP Islam Terpadu Fitrah Insani yang telah merasakan langsung proses pembelajaran selama tiga tahun.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data secara kualitatif, yang menjelaskan, menggambarkan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti sehingga data yang diperolah dapat dipahami dan tergambar oleh pembaca.

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1997 : 16-19) akan melalui beberapa proses-proses sebagai berikut :

1. Reduksi data

Adalah proses pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

(57)

39

memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, sehingga memberikan gambaran yang tajam dan mempermudah peneliti untuk mencari jika sewaktu-waktu diperlukan. Dalam proses mereduksi data, peneliti melakukan pengelompokan informasi yang diperoleh berdasarkan fokus penelitian. Informasi dari setiap informan dipilih dan dipisah-pisahkan berdasarkan pokok permasalahan masing-masing.

2. Penyajian Data

Adalah kegiatan penyajian sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang di bantu dengan grafik,tabel atau bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang diperoleh. Dalam penyajian data ini sangat membutuhkan kemampuan interpretative yang baik pada peneliti sehingga dapat menyajikan data secara lebih baik. Dalam proses penyajian data ini, peneliti menyajikan secara tekstual dimana dari hasil penelitian yang diperoleh dan pemilihan data-data yang sesuai dengan fokus penelitian dijabarkan atau dideskripsikan secara mendalam untuk menerangkan hasil penelitian secara lebih ringan dan mudah dipahami. 3. Penarik Kesimpulan

(58)

A. Sejarah Latar Belakang Berdirinya SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

Pendidikan Islam saat ini merupakan kebutuhan yang harus diperhatikan, mengingat saat ini terdapat masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak di usia dini. Perkembangan jaman yang cenderung semakin berubah merupakan tantangan tersendiri bagi para pengajar pendidikan untuk terus mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan yang mampu menyeimbangkan perkembangan jaman tersebut. Berawal dari tuntunan masyarakat yang mengharapkan sekolah yang memadukan nilai-nilai Islam dengan tuntunan jaman serta keprihatinan melihat kondisi masyarakat saat ini. Maka pada tahun 2006 sebuah yayasan pendidikan yaitu Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Fitrah Insani. SMP Islam Terpadu Fitrah Insani mulai beroperasi pada tanggal 11 September 2007 dengan diberikannya izin operasional dari Dinas Pendidikan dan Perpustakaan Kota Bandar Lampung Nomor 421/2250.a/08/2007.

(59)

✆1 Kelurahan Langkapura Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Lokasi ini tidak jauh dari pusat kota namun memiliki suasana yang cukup sunyi yang berada di dekat perumahan.

1. Visi dan Misi SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Visi :

“Sekolah Unggul Pencetak Generasi Shaleh, Cerdas dan Berprestasi”

Misi :

1. Menyelenggarakan Pendidikan Terpadu dengan mengintegrasikan Ilmu Agama dan Umum secara utuh.

2. Membina siswa agar memiliki kecerdasan yang Integral (kecerdasan Intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan fisik). 3. Menumbuhkembangkan potensi siswa guna memberikan sumbangsih bagi

umat dan bangsa.

4. Membangun tradisi lingkungan sekolah yang berakhlak Islami.

2. Tujuan SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

1. Membekali peserta didik dengan pendidikan agama dan pendidikan umum secara utuh.

2. Membentuk lingkungan belajar yang asri, nyaman, dan aman yang memunculkan suasana kondusif bagi kegiatan belajar mengajar.

3. Membiasakan peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

(60)

5. Menjalin hubungan positif dan berkelanjutan antara sekolah dengan rumah (orang tua siswa).

6. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

7. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

B. Struktur Kepengurusan SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

Sejak didirikan Unit SMP Islam Terpadu oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu, SMP Islam Terpadu Fitrah Insani telah mengalami dua kali pergantian kepemimpinan yaitu :

1. Askari Chalil, S.Pd : tahun 2007–tahun 2011 2. Trisakti Wijayana, S.Pd : tahun 2011–sekarang

Tabel 1. Struktur yayasan SMP Islam Terpadu Fitrah Insani periode 2013/2014.

No Nama Jabatan

1 KH Hilmuddin Tsulani, Lc Dewan Pembina

2 Gunadi, S.Si Ketua Yayasan

3 Askari Chalil, S.Pd Ketua Tim Pengelola dan Pengembangan 4 Budi Lestari, S.T Anggota Tim Pengelola dan Pengembangan 5 Ir. Hj. Sri Sumari Anggota Tim Pengelola dan Pengembangan 6 Trisakti Wijayana, S.Pd Anggota Tim Pengelola dan Pengembangan 7 Trisakti Wijayana, S.Pd Kepala Sekolah

8 Eni Fitriani, S.S Wakabid Kurikulum

9 Des Pratiwi, S.Pd Wakabid Humas dan Kesiswaan 10 Ir. Hj. Sri Sumari Bendahara Sekolah

(61)

43

12 Siti Munafiah, A.Md Staf Tata Usaha

13 M. Yasir Karim Staf Tata Usaha

Sumber : SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

Struktur kepengurusan pendidik SMP Islam Terpadu Fitrah Insani periode 2013/2014.

Kepala Sekolah SMPIT Fitrah Insani : Trisakti Wijayana, S.Pd Tenaga Pendidik

(62)

1. Budi Lestari, S.T

C. Keadaan Guru di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

SMP Islam Terpadu Fitrah Insani secara keseluruhan memiliki tenaga pengajar sebanyak 32 orang. Berikut data guru berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 2. Jumlah guru berdasakan jenis kelamin, tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah (orang)

Laki-laki 12 orang

Perempuan 20 orang

Jumlah 32 orang

Sumber : SMP Islam Terpadu Fitrah Insani, 2012

(63)

45

D. Keadaan Peserta Didik di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

Setiap tahun terdapat perubahan penerimaan peserta didik di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani. Jumlah peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tidak sama dan selalu mengalami perkembangan, selain itu jumlah penerimaan peserta didik disesuaikan denga jumlah ruang dan fasilitas yang ada. Berikut data perkembangan peserta didik per tahunnya.

Tabel 3. Jumlah peserta didik periode tahun 2007-2013

No Tahun Jumlah Siswa

1 2007/2008 24 siswa

2 2008/2009 22 siswa

3 2009/2010 42 siswa

4 2010/2011 55 siswa

5 2011/2012 50 siswa

6 2012/2013 84 siswa

7 2013/2014 80 siswa

Sumber : SMP Islam Terpadu Fitrah Insani, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani statis dalam penerimaan peserta didik baru pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan dengan menyesuaikan kondisi jumlah ruang belajar bagi siswa.

E. Keadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani

Dari segi bangunan fisik, SMP Islam Terpadu Fitrah Insani telah memiliki fasilitas sebagai berikut :

(64)

No Fasilitas JML

4 Ruang Perpustakaan dan BK 1 700 

5 Laboratorium IPA 1 94 

6 Laboratorium TIK 1 144 

7 Masjid 1 140 

9 Lapangan Bola 1 3680 

Sumber : SMP Islam Terpadu Fitrah Insani, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa SMP Islam Terpadu Fitrah Insani, ditinjau dari sarana fisik yang tersedia sudah cukup memadai untuk menunjang dan mendukung kegiatan pendidikan dan pengajaran. Walaupun dirasa terbatas, fasilitas yang tersedia sudah mencukupi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Kondisi sarana dan prasarana relatif masih dalam kondisi baik dan layak digunakan. Kelengkapan sarana dan prasarana pesantren terus dilakukan dengan memperbaiki dan melengkapi serta memelihara sarana yang ada.

F. Kegiatan Organisasi dan Ekstrakurikuler SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Ekstrakurikuler di SMP Islam Terpadu Fitrah Insani merupakan kegiatan terprogram untuk memberikan layanan agar setiap peserta didik dapat mengembangkan potensi, bakat, dan minat secar optimal. Kegiatan tersebut meliputi :

(65)

47

Tahfidzul Qur’an adalah kegiatan menghafal Al Quran dengan bacaan yang baik dan benar, yaitu dengan memahami makna dan pengertiannya atau dengan kata lain adalah pengkajian isi Al Quran. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap harinya.

2.Bela Diri

Bela diri merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang masuk dalam kategori olah raga. Kegiatan ini banyak diminati oleh peserta didik untuk mengeksplor kemampuannya dalam bermain teknik bela diri. Bela diri yang diadopsi oleh sekolah adalah cabang ilmu bela diri Tarung Derajat. Melalui kegiatan ini peserta didik diharapkan dapat menjadi anak yang kuat, tangguh dalam artian tidak hanya secara fisik namun juga kuat secara mental.

3. Organisasi Intra Sekolah (OSIS)

Osis merupakan salah satu kegiatan keorganisasian untuk siswa yang juga diterapkan oleh sekolah. Osis merupakan wadah untuk siswa dapat belajar mengeksplor kemampuan diri dalam memanajemen dan memimpin. Melalui kegiatan keorganisasian ini siswa akan dibiasakan untuk dapat hidup dalam tim, bekerja sama, berkoordinasi, saling menghargai perbedaan, aktif, dan dari keseluruhan tersebut akan membentuk pribadi siswa untuk berfikir luas, fleksibel, dan mendewasakan pemikiran siswa.

4. Nasyid

Nasyid merupakan kegiatan ekstrakulikuler olah vokal. Kegiatan ini berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas dan keberanian peserta didik yang memiliki minat terhadap hal yang berkaitan dengan musik, lagu dan pertunjukan.

(66)

Ekstrakulikuler ini baru dilaksanakan pada tahun ini. Kegiatan ini ditujukkan untuk memfasilitasi siswa yang berminat untuk mempelajari bahasa Jepang. Melalui kegiatan ini siswa diajarkan menulis dan berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang.

6. Olah Raga

Ekstrakulikuler olah raga di SMPIT Fitrah Insani terdapat dua cabang, yaitu Futsal dan Batminton. Kegiatan ini selalu rutin dilaksanakan pada hari sabtu disetiap minggunya. Kegiatan ini mengajarkan tehnik permainan dan kerjasama tim. (Tim Kurikulum SMPIT, 2012 :8)

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diterapkan di SMPIT Fitrah Insani masuk dalam kurikulum pendidikan non formal. Penddikan non formal ini dimaksudkan untuk memberikan bekal keterampilan baik secara soft dan hard untuk menunjang ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam pendidikan formal di sekolah. Setiap kegiatan yang diterapkan mempunyai kompetensi masing-masing dalam meningkatkan keterampilan dan kreatifitas ssiswa. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti setiap kegiatan ekstrakurikuler yang telah disuguhkan pihak sekolah bagi para ssiwa. Dengan kegiatan-kegiatan positif tersebut diharapkan siswa SMPIT Fitrah Insani akan menjadi siswa yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan umum, namun juga unggul dalam pengetahuan keterampilan dan mempunyai daya kreatifitas yang tinggi. Sinergisitas pendidikan formal dan non formal akan menghasilkan siswa-siswa yang berkualitas secara soft skilldanhard skill.

Gambar

Tabel 1. Struktur yayasan SMP Islam Terpadu Fitrah Insani periode 2013/2014.
Tabel 2. Jumlah guru berdasakan jenis kelamin, tahun 2014
Tabel 3. Jumlah peserta didik periode tahun 2007-2013

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir logis siswa pada materi suhu dan kalor

Alasan lainnya adalah karena KKP sangat menjanjikan untuk digunakan sebagai salah satu pendekatan konseling adiksi obat, yaitu: (1) KKP adalah pendekatan konseling

Bagaimana proses abstraksi siswa Sekolah Menengah Pertama yang belajar geometri dengan model pembelajaran van Hiele dengan media software geometri dinamis dalam

Perkembangan harga yang tidak wajar dapat terjadi karena pengaruh eksternal dan internal, antara lain, kebijakan di bidang ekonomi, moneter, dan politik, atau bencana alam,

Setiap kegiatan yang telah dilakukan pasti membutuhkan pengendalian (controlling) untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan,

komputer di laboratorium komputer dan software yang terinstal di laboratorium komputer standar Ms. Office/Open Office, bahasa pemrograman berbasis teks dan visual serta