• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PEMBENTUKAN KONSEP DENGAN METODE REFUTATIONAL TEXT PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN PEMBENTUKAN KONSEP DENGAN METODE REFUTATIONAL TEXT PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Hipotesis Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional... 8

BAB II PENDEKATAN PEMBENTUKAN KONSEP DENGAN METODE REFUTATIONAL TEXT, PENGUASAAN KONSEP,KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS, KONSEP SUHU DAN KALOR A. Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text . 12 B. Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Ceramah ... 20

C. Penguasaan Konsep ... 22

D. Kemampuan Berpikir Logis ... 23

E. Materi Suhu dan Kalor ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 35

B. Subjek dan Variabel Penelitian ... 36

C. Prosedur Penelitian... 36

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49 1. Penguasaan Konsep Suhu dan Kalor Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol Secara Umum ... 49 2. Penguasaan Konsep Suhu dan Kalor Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Setiap Konsep

Suhu dan Kalor ... 54 3. Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol Secara Umum ... 57 4. Kemampuan Berpikir Logis Siswa pada Setiap Indikator

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62 5. Aktivitas Siswa dan Guru selama Proses Pembelajaran

Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode

Refutational Text ... 64 6. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Pendekatan

Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 67 7. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Pendekatan

Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 68 B. Temuan dan Pembahasan ... 69

1. Karakteristik Pendekatan Pembentukan Konsep dengan

Metode Refutational Text ... 69 2. Penguasaan Konsep Suhu dan Kalor Siswa ... 70 3. Kemampuan Berpikir Logis Siswa ... 73 4. Keterlaksanaan Pendekatan Pembentukan Konsep dengan

Metode Refutational Text ... 79 5. Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran ... 81 6. Tanggapan Siswa terhadap Pendekatan Pembentukan Konsep

dengan Metode Refutational Text ... 81 7. Tanggapan Guru terhadap Pendekatan Pembentukan Konsep

dengan Metode Refutational Text ... 82 8. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pembentukan Konsep

dengan Metode Refutational Text ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran-saran ... 85

(3)

DAFTAR TABEL

3.6 Kategori Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Logis ... 43

4.1 Deskripsi Skor Penguasaan Konsep Pada Kedua Kelompok ... 49

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 52

4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Penguasaan Konsep ... 52

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Siswa dengan Uji-t Satu Pihak ... 53

4.5 Deskripsi Skor Kemampuan Berpikir Logis Siswa pada Kedua Kelompok ... 57

4.6 Hasil Uji Normalitas Distribusi Skor Kemampuan Berpikir Logis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 59

4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Berpikir Logis ... 60

4.8 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Logis Siswa dengan Uji-t Satu Pihak ... 61

4.9 Data Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 64

4.10 Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 66

4.11 Rekapitulasi Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text pada Materi Suhu dan Kalor ... 67

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Proses Perubahan Wujud Zat Cair, Padat dan Gas ... 28 2.2 Grafik Suhu terhadap Waktu Untuk Spesimen Air Dengan Wujud

Awal Padat (es) ... 30 3.1 Alur Penelitian ... 37 4.1 Perbandingan Persentase Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir

dan Skor Rata-rata N-gain Penguasaan Konsep Suhu dan Kalor

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 51 4.2 Perbandingan Persentase Rata-rata N-gain Penguasaan Konsep

Suhu dan Kalor terhadap Sub Konsep Kedua Kelompok ... 55 4.3 Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan Rata-rata

N-gain Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 59 4.4 Perbandingan Persentase Tes Awal, Tes Akhir dan Rata-rata

N-gain untuk Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Logis Kedua

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A

A-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 91

A-2 Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 108

A-3 Hasil Tes Diagnostik Siswa ... 115

A-4 Bahan Bacaan Refutational Text ... 133

A-5 Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep Materi Suhu dan Kalor ... 144

A-6 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis Materi Suhu dan Kalor ... 148

A-7 Hasil Judgment Instrumen Penelitian ... 153

Lampiran B B-1 Kisi-kisi Angket Tanggapan Guru dan siswa terhadap Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 157

B-2 Angket Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 158

B-3 Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 160

B-4 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 162

B-5 Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran ... 164

Lampiran C C-1 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian dengan Anates Pilihan Ganda... 166

C-2 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian untuk Soal Penguasaan Konsep ... 169

C-3 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian dengan Anates Uraian ... 170

C-4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Penelitian untuk Soal Kemampuan Berpikir Logis ... 172

Lampiran D D-1 Data Mentah Skor Tes Awal Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen ... 173

D-2 Data Mentah Skor Tes Awal Penguasaan Konsep Kelompok Kontrol ... 174

D-3 Data Mentah Skor Tes Akhir Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen ... 175

(6)

Logis Siswa Kelompok Eksperimen ... 177 D-6 Data Mentah Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Berpikir

Logis Siswa Kelompok Kontrol ... 178 D-7 Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 179 D-8 Rekapitulasi N-gain Kemampuan Berpikir Logis Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 180 D-9 N-gain Penguasaan Konsep pada Sub Konsep Pengertian Suhu

dan Kalor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 181 D-10 N-gain Penguasaan Konsep pada Sub Konsep Pengaruh kalor

terhadap Perubahan Kenaikkan Suhu dan Perubahan Wujud Zat

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 182 D-11 N-gain Penguasaan Konsep pada Sub Konsep Mendidih

dan Melebur Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 183 D-12 N-gain Penguasaan Konsep pada Sub Konsep Kesetimbangan Termal

dan Asas Black Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 184 D-13 N-gain Penguasaan Konsep pada Sub Konsep Hubungan antara

Energi, Massa, Kalor jenis, Kalor laten dan Suhu Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 185 D-14 N-gain Penguasaan Konsep pada Sub Konsep Perpindahan Kalor

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 186 D-15 Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep untuk Setiap

Sub Konsep Kelompok Eksperimen ... 187 D-16 Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep untuk Setiap

Sub Konsep Kelompok Kontrol... 188 D-17 Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Logis Indikator

Berpikir Induktif ... 189 D-18 Rekapitulasi Skor Kemampuan Berpikir Logis Indikator Berpikir

Deduktif ... 190 D-19 Rekapitulasi N-gain Kemampuan Berpikir Logis Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 191

Lampiran E

E-1 Uji Normalitas Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir

Logis Siswa Kedua Kelompok dengan Software SPSS versi 16 ... 192 E-2 Uji Homogenitas Penguasaan Konsep dan Kemampuan

Berpikir Logis Kedua Kelompok dengan Software SPSS versi 16 ... 194 E-3 Uji Hipotesis Skor Rata-rata Tes Awal Penguasaan Konsep

Menggunakan Uji-t Dua Pihak ... 195 E-4 Uji Hipotesis Skor Rata-rata Tes Akhir Penguasaan Konsep

Menggunakan Uji-t Satu Pihak ... 196 E-5 Uji Hipotesis N-gain Penguasaan Konsep Menggunakan Uji-t

Satu Pihak ... 197 E-6 Uji Hipotesis Skor Rata-rata Tes Awal Kemampuan Berpikir

(7)

Logis Menggunakan Uji-t Satu Pihak... 199 E-8 Uji Hipotesis N-gain Kemampuan Berpikir Logis

Menggunakan Uji-t Satu Pihak ... 200 E-9 Uji Hipotesis Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir

Logis Siswa dengan Software SPSS versi 16 ... 201

Lampiran F

F-1 Hasil Angket Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran

Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 205 F-2 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Guru terhadap

Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 206 F-3 Hasil Angket Tanggapan Siswa terhadap Pendekatan Pembentukan

Konsep dengan Metode Refutational Text Perkelas ... 207 F-4 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Perorangan

terhadap Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode

Refutational Tetx ... 208 F-5 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa terhadap

Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 209 F-6 Hasil Lembar Pengamatan Pembelajaran Pendekatan

Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text ... 210 F-7 Hasil Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut pendapat Gulo, W (2002), ada enam komponen yang saling berinteraksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Komponen tersebut adalah guru, peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media pengajaran, dan faktor administrasi dan finansial. Kondisi masing-masing komponen masukkan itu berbeda-beda pada setiap lembaga pendidikan, sedangkan tujuan pengajaran yang dituntut oleh kurikulum adalah relatif sama. Komponen media belajar dan sumber belajar pada setiap lembaga pendidikan akan berbeda-beda.

(9)

lain yang mungkin dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu Dirgantara, Y. (2008), bahwa pembelajaran dengan metode yang langsung mengamati suatu fenomena alam yang terjadi, menunjukkan peningkatan penguasaan konsep siswa masih rendah pada konsep kalor mengubah suhu dan wujud zat. Berdasarkan penelitian Sirait, J. (2008), siswa masih mempunyai konsep yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah dalam memahami konsep suhu dan kalor.

Menurut Suparno (2005), jika pengetahuan awal/prakonsepsi siswa sering kali tidak cocok dengan pengetahuan yang diterima dari pakar maka siswa tersebut akan mengalami miskonsepsi, sedangkan menurut van der Berg (1991), miskonsepsi terjadi karena konsepsi siswa berbeda dengan konsep ilmiah. Pada penelitian tindakan kelas oleh Mursyid, dkk. (2005), tentang meningkatkan pemahaman siswa pada konsep suhu dan kalor di kelas II SMP Negeri 1 Pontianak dengan model siklus belajar berbasis konstruktivisme, ditemukan bahwa konsepsi siswa berkaitan dengan konsep suhu dan kalor pada awalnya masih banyak diwarnai dengan miskonsepsi. Berdasarkan penelitian ini siswa pada awal pembelajaran memiliki miskonsepsi.

(10)

Gokdere, M. (2005), tentang konsepsi alternatif siswa sekolah dasar tentang usaha, daya dan energi, mayoritas siswa mengalami miskonsepsi tentang usaha, daya dan energi, sehingga peneliti menyarankan agar menggunakan metode teks perubahan konseptual yang mendukung penggunaan teks-teks refutational. Penelitian Robbins, D. dan Ardebili, M. (2006), konsepsi

mahasiswa teknik mesin tentang suhu dan kalor pada awal dan akhir mata kuliah termodinamika, setelah pengajaran fisika secara tradisional dengan ceramah yang didasarkan pada buku teks dan buku penuntun praktikum tidak meningkatkan pemahaman pokok mereka tentang suhu dan kalor. Dari hasil penelitian Mas’ud (2006), siswa masih mempunyai kemampuan yang rendah

di dalam memahami keterkaitan konsep suhu dan kalor.

(11)

membentuk keterkaitan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya dan bahan bacaan refutational text tersebut merupakan adaptasi tradisi konstruktivisme dalam penulisan sebuah bacaan. Saat siswa membuat keterkaitan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya mungkin akan terjadi miskonsepsi.

Salah satu konsep penting dalam pembelajaran IPA Fisika di SMP adalah konsep suhu dan kalor yang merupakan konsep abstrak dengan contoh konkrit, yang di dalamnya berisi konsep-konsep penting yang banyak berhubungan dengan pemahaman dan aplikasinya. Konsep kalor juga merupakan dasar bagi siswa yang akan mempelajari konsep tentang sifat fisika dan sifat kimia pada materi kompetensi dasar selanjutnya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya Tiberhien, 1985; Stavy & Berkovitz, 1980; Erickson, 1979; Engel-Cloug & Driver, 1985; Shayer & Wylem, 1981; Duit, 1986, siswa SMP dalam konsep suhu dan kalor masih banyak mengalami miskonsepsi (Hardigaluh, B & Judin, T., 2002). Berdasarkan pertimbangan inilah dipilih pokok bahasan suhu dan kalor dalam penelitian ini.

(12)

Zahar (2000), tentang kemampuan berpikir logis siswa kelas I MAN Bandung dalam pemahaman konsep kalor, bahwa kemampuan berpikir induktif dan deduktif logis siswa dalam pemahaman konsep kalor masih pada tingkat sederhana dan sedang. Siswa baru mampu melakukan pengamatan fakta atau pemahaman konsep, berargumentasi dan menarik kesimpulan secara sederhana dan sedang. Jika dikaitkan dengan pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text, maka untuk memahami suatu konsep yang abstrak dalam bahan bacaan, siswa harus mempunyai kemampuan berpikir secara tepat dan logis agar menghasilkan suatu konsep yang benar-benar diyakininya. Menurut Strike dan Posner (Hynd, C., Alvermann, D., & Qian, G., 1997), ketika siswa percaya bahwa ilmu pengetahuan adalah logis dan berguna untuk kehidupan sehari-hari mereka maka siswa akan merubah konseptual mereka yang belum benar.

Berdasarkan permasalahan di atas perlu dikembangkan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memperbaiki konsepnya yang didasarkan latar belakang lembaga pendidikan yang masih kurang menyediakan alat-alat praktikum. Salah satu alternatif yang ingin dicobakan dalam penelitian ini adalah “Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text pada materi suhu dan kalor dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep

dan kemampuan berpikir logis siswa dibandingkan dengan penggunaan pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah?”. Untuk menentukan langkah-langkah penelitian, permasalahan di atas diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text dan siswa SMP yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah?

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan kemampuan berpikir logis siswa SMP yang mendapatkan pengajaran suhu dan kalor dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text dan siswa SMP yang mendapat pengajaran suhu dan kalor dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah?

(14)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini dilaksanakan pada kedua kelompok penelitian, yang membedakan adalah metode yang digunakan. Model pembelajaran konvensional diawali dengan kegiatan pendahuluan, guru memberikan pertanyaan apersepsi dan konsepsi awal, kemudian kegiatan inti, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang konsep, siswa bertanya jika terdapat konsep yang kurang dimengerti, kemudian siswa mengerjakan soal-soal secara individu dan kegiatan penutup, guru mereviuw hasil pembelajaran.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir logis siswa pada materi suhu dan kalor antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

(15)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah tentang pembelajaran alternatif baru pada materi suhu dan kalor dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir logis siswa, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini.

F. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penggunaan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text pada pengajaran suhu dan kalor secara signifikan dapat lebih

meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan penggunaan pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah (𝜇1 >𝜇2 ). 2. Penggunaan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational

text pada materi suhu dan kalor secara signifikan dapat lebih meningkatkan

kemampuan berpikir logis siswa dibandingkan dengan penggunaan pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah (𝜇1 > 𝜇2 ).

G. Definisi Operasional

(16)

1. Pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text adalah suatu pendekatan yang lebih inventif dimana aktivitas utama berpusat pada kegiatan memasukkan dan mengelompokkan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep ke dalam kategori (Arends, R. I, 1989), yang dihubungkan dengan struktur teks yang langsung memperlihatkan kesalahpahaman. Sturktur teks tersebut berupa bahan bacaan refutational text pada materi suhu dan kalor pada siswa SMP. Bacaan tersebut dibuat

berdasarkan bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal pada tes diagnostik. Syntax dalam pendekatan pembentukan konsep (PPPG IPA 1999 dalam Syamsu, 2005) adalah: (1) Fase 1, menyebutkan dan menyusun daftar konsep (proses mental membedakan).; (2) Fase 2, mengelompokkan (proses mental : mengenai ciri-ciri umum dan mengabstraksikan).; dan (3) Fase 3, memberi label dan mengkategorikan (proses mental menentukan urutan secara hierarkis). 2. Pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah adalah suatu

cara mengajar yang lebih inventif dimana aktivitas utama berpusat pada kegiatan memasukkan dan mengelompokkan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep ke dalam kategori, informasi atau uraian tentang suatu pokok materi dan masalah disampaikan secara lisan kepada sejumlah siswa. Agar siswa tidak pasif maka guru juga menggunakan metode tanya jawab.

(17)

penerapanya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1989). Penguasaan konsep diukur dari hasil pretest dan posttest pada materi suhu dan kalor dalam bentuk tes pilihan ganda yang dikembangkan berdasarkan taksonomi Bloom. Adapun lebih ditekankan pada tiga jenjang kognitif yang pertama yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, dan penerapan konsep. Konsep-konsep ini dijadikan dasar untuk memecahkan suatu persoalan dalam konsep suhu dan kalor.

4. Kemampuan berpikir logis adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengemukakan sesuatu yang benar secara rasional dengan menggunakan dasar pemikiran (fakta) yang benar, mampu berargumentasi dan dapat menarik kesimpulan. Sehingga untuk mengungkapkan kemampuan berpikir logis siswa digunakan tes uraian tentang suhu dan kalor yang mengarah kepada proses berpikir induktif dan deduktif. Berdasarkan penelitian Zahar (2000) maka indikator yang menunjukkan siswa mampu berpikir logis adalah siswa mampu berpikir induktif dan deduktif. Berpikir induktif adalah proses berpikir yang berupa melihat fakta-fakta dalam soal, kemudian berargumentasi dan menarik kesimpulan yang logis, sedangkan berpikir deduktif adalah proses berpikir untuk mengemukakan hukum-hukum dan konsep-konsep yang berhubungan, berargumentasi, dan menarik kesimpulan yang logis.

(18)

menggunakan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian nonequivalent Control Group design Pretest-Posttest (Sugiyono, 2007). Dua kelompok

dipilih secara purposive sampling sesuai dengan nilai rata-rata kelas pada semester pertama. Kelompok kontrol dikenai pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah, sedangkan kelompok eksperimen dikenai pembelajaran dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text. Selanjutnya dibandingkan perbedaan rata-rata N-gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun rancangan penelitiannya diberikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol

O O

X1 X2

O O

(20)

X2 adalah pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah untuk kelompok kontrol.

Selain menggunakan metode eksperimen semu, penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah bentuk penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 2005:76). Dalam penelitian ini mendeskripsikan tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII yang sedang mengikuti pembelajaran pada tahun ajaran 2009/2010 pada salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sanggau, Entikong, Kalimantan Barat. Adapun kelas VII pada SMP tersebut terdiri dari tiga kelas. Berdasarkan nilai rata-rata kelas pada semester pertama, maka dua kelas dijadikan sampel penelitian yaitu 23 siswa untuk kelompok eksperimen dan 23 siswa lainnya untuk kelompok kontrol.

C. Prosedur Penelitian

(21)

pembelajaran, implementasi pembelajaran dengan pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text serta analisis data dan kesimpulan.

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian ini, disajikan langkah-langkah atau alur penelitian pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

1. Soal tes diagnostik 2. Soal tes pilihan ganda 3. Soal tes essay Tes Diagnostik pada populasi

Kelompok eksperimen

Angket tanggapan siswa dan guru

(22)

D. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

a. Tes Diagnostik, berupa pilihan ganda sebanyak 18 item soal dengan 4 pilihan yang sudah ada pernyataannya dan satu pilihan terbuka dan siswa harus memberikan alasan pada setiap pilihanya.

b. Tes penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 item soal dan tes kemampuan berpikir logis berbentuk uraian sebanyak 5 soal, yang dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu tes awal dan tes akhir.

c. Angket skala Likert, dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text.

d. Lembar Observasi, dimaksudkan untuk mengobservasi efektivitas proses pembelajaran di kelas.

2. Analisis Instrumen

Sebelum tes digunakan, tes tersebut diuji coba terlebih dahulu pada siswa kelas IX di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Setu Kabupaten Bekasi. Setelah soal tes diujicobakan dilihat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan bantuan program Anates versi 4.0.9 (13 Februari 2004) dan versi 4.0.5 (22 Feruari 2004) atau dengan perhitungan yang meliputi:

(23)

JS Persamaan yang digunakan adalah (Arikunto, 2008):

B

dengan BA adalah banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA adalah jumlah peserta tes kelompok atas, dan JB adalah jumlah peserta tes kelompok bawah.

Tabel 3.3

Kriteria Indeks Daya Pembeda

Batasan Kategori

Negatif Tidak baik, harus dibuang

0,00 < D  0,20 Jelek

0,20 < D  0,40 Cukup

0,40 < D  0,70 Baik

(24)

c) Uji Validitas, dilakukan untuk mengetahui kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Persamaan yang digunakan adalah persamaan korelasi product moment Pearson (Arikunto, 2008): dua variabel yang dikorelasikan, X adalah skor item, Y adalah skor total dan N adalah jumlah siswa.

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Melalui indeks korelasi berdasarkan perhitungan maka apabila indeks mendekati angka satu maka tes yang disusun tersebut dikatakan memiliki validitas kesamaan.

(25)

Split half method, yaitu rumus Spearman-Brown sebagai berikut

adalah koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan. Adapun

2 1 2 1

r

merupakan rumus korelasi product moment Pearson dengan angka kasar.

Tabel 3.5

Untuk menghitung reliabilitas soal dengan jenis data interval atau soal uraian maka digunakan rumus Alpha Cronbach (Sugiyono , 2006):

(26)

dengan JKi adalah jumlah kuadrat seluruh skor item, JKs adalah jumlah kuadrat subyek, n adalah banyaknya peserta tes.

Hasil uji coba reliabiltas tes instrumen penguasaan konsep adalah 0,61 termasuk kategori tinggi, sedangkan hasil uji coba reliabilitas tes instrumen kemampuan berpikir logis adalah 0,60 yang juga termasuk kategori tinggi. Hasil analisis instrumen soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-1 sampai dengan C-4. Jumlah soal tes penguasaan konsep yang digunakan adalah 20 soal yang mewakili konsep suhu dan kalor, dari 30 soal yang diuji cobakan hanya 17 soal yang memenuhi kriteria, dan 3 soalnya merupakan soal yang mendekati valid dengan catatan redaksi soalnya sudah diperbaiki. Untuk soal kemampuan berpikir logis jumlah soal yang digunakan adalah 5 soal, dari 10 soal yang diuji cobakan hanya 4 soal yang memenuhi kriteria, dan 1 soal merupakan soal yang mendekati valid dengan catatan redaksi soalnya sudah diperbaiki.

E. Teknik Analisis Data

(27)

1. Analisis Data Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Logis

Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir logis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus normalized gain dengan rumus Hake. R. R (1996):

pre

dengan Spost adalah skor postest, Spre adalah skor pretest dan Smaks adalah skor maksimum ideal.

Tingkat gain ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir logis siswa pada materi suhu dan kalor dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Logis

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3  g  0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(28)

Untuk menguji perbedaan dua rata-rata dua sampel independen ada dua rumus uji-t yang digunakan, yaitu sebagai berikut (Uyanto, S.S., 2009):

1) Dengan asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) atau jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen maka persamaan yang digunakan adalah:

= −

𝑆 1 + 1

Persamaan ini disebut dengan Polled Varians (Sugiyono, 2006). dengan derajat kebebasan: + −2

𝑆 = −

1 𝑆2+1 𝑆2

+ −2

dengan adalah rata-rata sampel kelompok eksperimen, adalah rata-rata sampel kelompok kontrol, adalah jumlah anggota sampel kelompok eksperimen, adalah jumlah anggota sampel kelompok kontrol, 𝑆 adalah varians kelompok eksperimen dan 𝑆 adalah varians kelompok kontrol.

2) Dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) atau data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak

homogen, pengujian data menggunakan rumus:

= −

𝑆2+𝑆

(29)

Sedangkan apabila sebaran data dua sampel independen tidak berdistribusi normal maka digunakan uji statistik non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

2. Analisis Data Angket Skala Likert

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi (4), makin menuju ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun dari skala 3 hingga 1. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif kategori STS diberi skor tertinggi (4), makin menuju ke SS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun dari skala 3 hingga 1.

Untuk menyatakan tanggapan responden dari angket dianalisis berdasarkan jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item pertanyaan yaitu skala Likert SS (dengan skor 4) x jumlah responden x jumlah item (seandainya semua menjawab SS) (Sugiyono, 2007).

Jumlah skor yang diperoleh dari angket adalah:

𝑎 𝑔𝑔𝑎 𝑎 = 𝑎ℎ 𝑎ℎ 𝑎 𝑎𝑎

Kemudian skor yang didapat diterjemahkan berdasarkan interval di bawah ini yaitu seperti berikut:

Karena dalam penelitian ini angket dianalisis berdasarkan setiap STS TS S SS

(30)

akan berbeda. Untuk angket siswa dianalisis berdasarkan tiga indikator dan pada setiap indikator mempunyai jumlah pernyataan yang berbeda maka skor ideal untuk kriterium juga berbeda yang dapat dilihat dari skala di bawah ini:

Indikator I :

Terdiri dari 10 item pertanyaan dengan jumlah responden 23 orang maka :

Indikator II :

Terdiri dari 3 item pertanyaan dengan jumlah responden 23 orang maka :

Indikator III :

Terdiri dari 7 item pertanyaan dengan jumlah responden 23 orang maka :

Sedangkan untuk angket guru dianalisis juga berdasarkan indikator pertanyaan yang setiap indikator juga mempunyai jumlah pernyataan yang berbeda maka skor ideal untuk kriterium juga berbeda yang dapat dilihat dari skala di bawah ini:

Indikator I :

Terdiri dari 9 item pertanyaan dengan jumlah responden 1 orang maka : STS TS S SS

230 460 690 920

STS TS S SS

69 138 207 276

STS TS S SS

189 322 483 644

(31)

Indikator II :

Terdiri dari 5 item pertanyaan dengan jumlah responden 1 orang maka :

Indikator III :

Terdiri dari 6 item pertanyaan dengan jumlah responden 1 orang maka:

Jadi untuk pengambilan keputusan apakah responden setuju atau tidak setuju dilihat dari skor yang didapat termasuk dalam interval mana. Kemudian untuk menyatakan kesimpulan apakah tanggapan yang diberikan responden positif atau negatif, maka disimpulkan berdasarkan pendapat Sudjana (2009), yang menyatakan bahwa kriteria pengambilan keputusan didasarkan atas skor maksimal dan minimum yang dapat dicapai berdasarkan banyaknya pernyataan. Sehingga keputusan untuk menyatakan tanggapan positif didapat dari skor yang menyatakan setuju (S) sampai dengan sangat setuju (SS) sedangkan untuk tanggapan negatif didapat dari skor yang menyatakan sangat tidak setuju (STS) sampai dengan tidak setuju (TS).

STS TS S SS

5 10 15 20

STS TS S SS

(32)

3. Analisis Lembar Observasi

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor bagi siswa yang dikenai

pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang dikenai pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah.

2. Keterampilan berpikir logis siswa yang dikenai pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dikenai pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah.

3. Guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

(34)

sehari-hari sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar dan pembelajaran tidak sepenuhnya terpusat pada guru.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anders, P.L & Guzzetti, B. J .(2005). “Literacy Instruction in the Content Areas”.

[Online].Tersedia:http://www.books.google.co.id/books?isbn=080584339 6 [16 September 2009]

Arends, A. I. (1989). Learning to Teach. New York: McGRAW-HILL BOOK COMPANY

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004, Standar Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang.

Dewi, A.K. (2009). Profil Ketuntasan Belajar Ditinjau dari Pendekatan Problem Based Learning (PBL) terhadap Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Biologi Siswa Kelas VII A di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. [Online]. Tersedia: etd.eprints.ump.ac.id/4335/1/A42005113.pdf [1 Juni 2010].

Dirgantara, Y. (2008). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. Tesis SPs UPI, Bandung. Tidak diterbitkan.

Giancoli. (2001). Fisika (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga. Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hanafiah, N dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hake. R. R. (1996). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics

courses”. Dalam American Journal Physics [Online], Vol 66 (1),11

halaman. Tersedia:

web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf [ 30 Oktober 2009].

(36)

Hynd, C., Alvermann, D., & Qian, G. (1997). “Preservice Elementary School

Teachers’ Conceptual Change about Projectile Motion: Refutation Text,

Demonstration, Affective Factors, and Relevance”. Dalam Science

Education., Edisi 81, 27 halaman. Tersedia:

http://www.spingerlink.com/content/9120705k125q6603/ [16 September

2009].

Hynd, C. R. (2001). “Refutational Texts and The Change Process”. Dalam

International Journal of Educational Research [Online], (34), 16 halaman. Tersedia: lingkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/50883035502000101 [16 September 2009].

Kucuk, M., Cepni, S., dan Gokdere, M. (2005). “Turkish Primary School Students’ Alternative Conceptions About Work, Power and Energy”.

Dalam Journal Of Physics Teacher Education Online [Online], Vol 3 (2),

7 halaman. Tersedia:

www.ied.edu.hk/apfslt/download/v10_issue1_files/arslan.pdf [15 Februari 2008].

Mas”ud. (2006). Kemampuan Siswa Memahami dan Mengaitkan Konsep-Konsep

Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor Dalam Konteks Pemahaman Instrumen dan Relasional. [Online]. Tersedia:

http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakipa/abstrakipa00b.html [6

Oktober 2006].

Mursyid, Y., Bara, M., Nurdin., Sunarto., & Sariyana., (2005), Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Suhu dan kalor di Kelas II SMP Negeri 1 Pontianak melalui Model Siklus Belajar Bebasis Konstruktivisme, Laporan Tindakan Kelas, Pontianak, FKIP : Universitas Tanjungpura.

Pinarbas, T., Canpolat, N., Bayrakceken, S., & Geban, O. (2006). “An

Investigation of Effectiveness of Conceptual Change Text-oriented

Instruction on Students’ Understanding of Solution Concepts”. Dalam Research in Science Education [Online], 36, 23 halaman. Tersedia:

www.spingerlink.com/index/9120705k125Q6603.pdf [16 September

2009].

Pujiati, I. (2008). “Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika

Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Dalam Jurnal Ilmiah Kependidikan [Online], Vol 1 (1), 20 halaman. Tersedia: jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/22.pdf [ 1 Juni 2010].

(37)

Robbins, D., dan Ardebili, M. (2006). “Engineering Students Conceptions Of Heat and Temperature Pre and Post Thermodynamics Course”. Dalam American Society for Engineering Education [Online]. Tersedia: 2020engineer.iss.utep.edu/.../714_ENGINEERING_STUDENTS_CONCE PTIONS_OF_HEA.PDF [15 Februari 2008].

Roestiyah N.K. (2008). Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistik Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung Press.

Sirait, J. (2009). Pendekatan Konflik Kognitif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Suhu dan Kalor. Tesis SPs UPI, Bandung. Tidak diterbitkan.

Sinatra, G.M & Pintrich, P.R. (2003). “Intentional Conceptual Charge”. [Online]. Tersedia: http://www.booksgoogle.co.id/books?isbn=0805838252. [16 September 2009].

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slykhuis, D.A. dan. Park, J.C. (2005). “High School Physiscs Students’ Conceptions of Position, Velocity, and Acceleration During A Computer-Based Unit On Kinematics”. Dalam Journal Of Physics Teacher Education Online [Online], Vol 2 (4), 8 halaman. Tersedia:

www.phy.ilstu.edu/jpteo/issues/jpteo2(4)may05.pdf [15 Februari 2008]. Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Rosdakarya.

Sugiyono. (2006). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Suping, Shanah M. (2003). “Conceptual Change among Students in Science”. Dalam ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental

Education [Online]. Tersedia:

www.eric.ed.90v/ERICWebPortal/recordDetail?accno=ED482723 [15

Februari 2008].

(38)

Suwarna, Iwan P (2005). Model Pembelajaran Hypermedia Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI : Bandung. Tidak diterbitkan.

Syamsu, Y. (2005). Efektivitas Model Pembelajaraan Konsep dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan bepikir kritis siswa pada materi radioaktivitas. Tesis SPs UPI : Bandung. Tidak diterbitkn.

Tastan, I., Dikmenli, M., dan Cardak, O. (2008). “Effectiveness Of The Conceptual Change Texts Accompanied by Concept Maps about Students’ Understanding Of The Molecules Carrying Genetical Information”. Dalam Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching [Online], Vol 9

(1), 13 halaman. Tersedia:

www.ied.edu.hk/apfslt/download/v9_issues1_files/cardak2.pdf [16

September 2009].

Tekin, S., Colomuc, A., dan Ayas, A. (2004). ”Can I Teach Solubility Concept

Though Using Conceptual Change Texts More Effectively?”. Dalam Journal of TURKISH SCIENCE EDUCATION [Online], Vol 1 (2). Tersedia: www.tused.org/internet/tused/archive/v1/i2/.../tusedv1i202.pdf

[16 September 2009].

Tim PPPG MTK. (2005). Prinsip Dasar Penilaian dan Penyusunan Perangkat (SMP) Diklat Guru Inti Matematika SMP di Daerah Tahun 2005. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika. Yogyakarta.

Tipler. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi ketiga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

van der Berg. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Wartanto. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Individual Textbook, Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang.

Young dan Freedman. (2002). Fisika Universitas. Edisi kesepuluh jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Gambar

Tabel 2.1     Kriteria Soal untuk Berpikir Induktif ....................................................
Gambar 2.1 Proses Perubahan Wujud Zat Cair, Padat dan Gas ................................
Tabel 3.1
Gambar 3.1 Alur Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

DAYA TERIMA BERAS ANALOG DARI TEPUNG UBI KAYU SEBAGAI PANGAN POKOK DI DESA TANJUNG BERINGIN.. KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

“Pengaruh Efikasi Diri, Faktor Kontekstual, dan Sikap Intensi Kewirausahaan pada Mahasiswa pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”. Skripsi Program

seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di mana individu

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI HANDUK DI PT WISKA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN S ITUAS IONAL TERHADAP S EMANGAT KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKS I HANDUK DI PT WIS KA RANCAEKEK-S UMEDANG!. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi pada program strata satu (S1) di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro