• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output (dibimbing

oleh ALLA ASMARA).

Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting sebagai lokomotif pembangunan daerah dan nasional untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah.

Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyediaan, kualitas pelayanan jasa serta efektivitas pengelolaan infrastruktur. Keadaan ini menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan jasa pelayanan dan prasarana untuk menunjang aktivitas perekonomian. Meskipun perlahan telah bangkit dari krisis ekonomi, pembangunan infrastruktur masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini tercermin dari alokasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur yang cenderung terus menurun jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto.

Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah

roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia, 2) menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia, 3) menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia, 4) menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

(3)

outputnya digunakan sebagai input oleh infrastruktur dibandingkan dengan kemampuannya meningkatkan produksi sektor lain yang inputnya diperoleh dari infrastruktur. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu dan nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.

(4)

Oleh

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

(Alla Asmara, S.Pt, M.Si) NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(Rina Oktaviani, Ph.D) NIP. 19641023 198903 2 002

(6)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(7)

1987 di Bogor. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari

pasangan alm. Agoes Pribadi dan Nayu Elistina.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Sejahtera Bogor pada

tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SDN Taman Pagelaran. Pada tahun 1999

melanjutkan pendidikan di SLTPN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada

tahun yang sama penulis diterima di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(8)

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi berjudul “Analisis Peranan dan Dampak Infrastruktur terhadap

Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada Alla Asmara, S.Pt., M.Si, selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun

teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan

baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Lukytawati Anggraeni

yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan

hal yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan

tata cara penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada orang tua penulis, yaitu alm. Bapak Agoes Pribadi dan Ibu Nayu Elistina

dan kakak penulis, Riska Oktania Lispriani atas segala kasih sayang dan

dukungan tanpa henti yang telah mereka berikan selama ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. selaku Dekan FEM, IPB.

2. Rina Oktaviani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.

3. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi,

FEM, IPB.

4. Rekan-rekan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM, khususnya Angkatan 42 atas

segala dukungan dan kebersamaannya.

5. Teman-teman satu pembimbing skripsi, Regi, Triyanto dan Murti atas kerja

(9)

skripsi ini atas kritik dan saran yang telah diberikan dan juga kepada seluruh

pihak yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, baik moril

maupun data yang relevan namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Chandra Darma Permana

(10)

iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Tinjauan Teori ... 8

2.1.1. Definisi Infrastruktur ... 8

2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian ... 11

2.1.3. Model Input-Output ... 13

2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 15

2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 18

2.1.6. Kerangka Analisis ... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis Data ... 30

3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 32

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33

3.2.3. Analisis Multiplier ... 35

(11)

OLEH

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output (dibimbing

oleh ALLA ASMARA).

Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting sebagai lokomotif pembangunan daerah dan nasional untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah.

Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyediaan, kualitas pelayanan jasa serta efektivitas pengelolaan infrastruktur. Keadaan ini menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan jasa pelayanan dan prasarana untuk menunjang aktivitas perekonomian. Meskipun perlahan telah bangkit dari krisis ekonomi, pembangunan infrastruktur masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini tercermin dari alokasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur yang cenderung terus menurun jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto.

Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah

roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia, 2) menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia, 3) menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia, 4) menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

(13)

outputnya digunakan sebagai input oleh infrastruktur dibandingkan dengan kemampuannya meningkatkan produksi sektor lain yang inputnya diperoleh dari infrastruktur. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu dan nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.

(14)

Oleh

CHANDRA DARMA PERMANA H14050184

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

(Alla Asmara, S.Pt, M.Si) NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(Rina Oktaviani, Ph.D) NIP. 19641023 198903 2 002

(16)

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(17)

1987 di Bogor. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari

pasangan alm. Agoes Pribadi dan Nayu Elistina.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Sejahtera Bogor pada

tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SDN Taman Pagelaran. Pada tahun 1999

melanjutkan pendidikan di SLTPN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada

tahun yang sama penulis diterima di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(18)

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi berjudul “Analisis Peranan dan Dampak Infrastruktur terhadap

Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada Alla Asmara, S.Pt., M.Si, selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun

teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan

baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Lukytawati Anggraeni

yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan

hal yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan

tata cara penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada orang tua penulis, yaitu alm. Bapak Agoes Pribadi dan Ibu Nayu Elistina

dan kakak penulis, Riska Oktania Lispriani atas segala kasih sayang dan

dukungan tanpa henti yang telah mereka berikan selama ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. selaku Dekan FEM, IPB.

2. Rina Oktaviani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.

3. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi,

FEM, IPB.

4. Rekan-rekan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM, khususnya Angkatan 42 atas

segala dukungan dan kebersamaannya.

5. Teman-teman satu pembimbing skripsi, Regi, Triyanto dan Murti atas kerja

(19)

skripsi ini atas kritik dan saran yang telah diberikan dan juga kepada seluruh

pihak yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, baik moril

maupun data yang relevan namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Chandra Darma Permana

(20)

iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Tinjauan Teori ... 8

2.1.1. Definisi Infrastruktur ... 8

2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian ... 11

2.1.3. Model Input-Output ... 13

2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 15

2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 18

2.1.6. Kerangka Analisis ... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2. Metode Analisis Data ... 30

3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 32

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33

3.2.3. Analisis Multiplier ... 35

(21)

v

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

5.1. Analisis Keterkaitan ... 53

5.1.1. Keterkaitan Total ke Depan ... 54

5.1.2. Keterkaitan Total ke Belakang ... 56

5.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 58

5.2.1. Koefisien Penyebaran... 59

5.2.2. Kepekaan Penyebaran ... 60

5.3. Analisis Multiplier ... 61

5.3.1. Multiplier Output ... 62

5.3.2. Multiplier Pendapatan ... 64

5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 66

5.4. Simulasi Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(22)

vi

1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan

Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah) ... 2

1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen) ... 3

2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu tentang Infrastruktur ... 25

3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 36

4.1. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen) ... 39

4.2. Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Luar Negeri di Indonesia yang Disetujui Pemerintah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006

(Miliar Rupiah) ... 40

4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2004 dan 2009 ... 42

4.4. Nilai Realisasi Konstruksi Berdasarkan Tipe Konstruksi Tahun

2002-2007 (Juta Rupiah) ... 48

4.5. Jumlah Penumpang dan Barang Datang dari Bandara Indonesia

Tahun 1995-2005 ... 50

5.1. Keterkaitan Total ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 9 Sektor ... 54

5.2. Keterkaitan Total ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 20 Sektor .... 55

5.3. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 9 sektor ... 60

5.4. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 20 Sektor ... 61

5.5. Muliplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005.. 63

5.6. Muliplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 65

5.7. Muliplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 67

5.8. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Perubahan

(23)

vii

5.11. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Output (Miliar Rupiah), Pendapatan (Miliar Rupiah) dan Tenaga Kerja (Ribu Orang) Klasifikasi 9 Sektor ... 74

(24)

viii

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29

4.1. Energi Listrik Terjual per Kelompok Pelanggan (MVA) ... 44

4.2. Perkembangan Produksi dan Penjualan Gas Kota Tahun 1995-2006 .... 45

4.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan

Tahun 1995-2006 ... 46

4.4. Jumlah Penumpang dan Barang Melalui Transportasi Kereta Api

Indonesia Tahun 1995-2008 ... 49

5.1. Kuadran Keterkaitan Sektor Perekonomian Indonesia ... 53

5.2. Kuadran Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian

(25)

ix

1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005

Berdasarkan Hasil Agregasi ... 83

2. Tabel Input-Output Indonesia Transaksi Domestik Atas Dasar

Harga Produsen 9 Sektor Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 84

3. Tabel Input-Output Indonesia Transaksi Domestik Atas Dasar

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik dan merata sebagaimana

tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu peran pemerintah sebagai

mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil

pembangunan yang telah dilakukan, juga berguna untuk menentukan arah

pembangunan di masa yang akan datang.

Peran infrastruktur sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah

sangat dibutuhkan untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi. Secara

ekonomi makro, ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi

marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap

pengurangan biaya produksi (Gie, 2004). Sehingga perannya sangat penting baik

dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi dan ekspor.

Pertumbuhan infrastruktur sempat mengalami penurunan signifikan akibat

depresiasi rupiah saat terjadi krisis ekonomi 1997/1998. Pada tahun 1998

pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih turun menjadi 3,1 persen dari tahun

sebelumnya. Sektor kategori infrastruktur lainnya seperti bangunan serta

(27)

36,5 persen dan 15,1 persen (Bappenas, 2003). Pengalaman dunia internasional

menunjukkan bahwa ketika suatu negara terkena krisis ekonomi maka alokasi

infrastruktur merupakan hal pertama yang dikorbankan. Ini juga terjadi di

Indonesia, perhatian utama pemerintah pada waktu itu terfokus pada pembenahan

kebijakan moneter sehingga pembangunan infrastruktur menjadi stagnan.

Kondisi infrastruktur di Indonesia dalam 10 tahun terakhir sejak terjadinya

krisis ekonomi 1997/1998 belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Menurunnya pembangunan infrastruktur dapat dilihat dari pengeluaran

pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3 persen terhadap PDB

(Produk Domestik Bruto) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3 persen (2005

hingga 2007). Padahal, dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk

infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 persen dari PDB. Pada

Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan pengeluaran pemerintah untuk

pembangunan infrastruktur (GEI) dan realisasi investasi di Indonesia selama 10

tahun terakhir.

Tabel 1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah)

Tahun GEI Investasi

1997 38.359,00 447.408,80

1998 67.869,00 264.596,80

1999 78.311,00 245.191,90

2000 25.800,00 298.946,10

2001 41.600,00 310.785,70

2002 37.300,00 307.584,60

2003 69.200,00 310.776,90

2004 68.400,00 359.604,40

2005 53.384,00 389.757,20

2006 83.077,00 404.606,60

(28)

Dana investasi infrastruktur Indonesia sangat kecil yaitu hanya sekitar tiga

persen dari PDB dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam 9,9 persen, China

7,4 persen, dan Thailand 15,4 persen1. Hal ini menjadi salah satu penyebab daya

saing dan daya tarik investasi Indonesia merosot dibandingkan negara tetangga,

karena itu komitmen pemerintah sangat diperlukan dalam membangun

infrastruktur yang memadai. Dengan anggaran yang terbatas maka pemerintah

perlu mendorong pembiayaan infrastruktur yang mudah dan accountable agar bisa

mendongkrak investasi di Indonesia.

Tabel 1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen)

Sumber: BPS, 2007

Keterangan: *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Berdasarkan data BPS, jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB,

kontribusi infrastruktur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun

sempat mengalami stagnasi pada tahun-tahun tertentu di beberapa sektor (Tabel

1.2). Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki kontribusi sebesar 0,66 persen di

1

Berdasarkan artikel berjudul “Dana Infrastruktur Indonesia Tergolong Kecil” dapat dilihat pada

Harian Kompas, 12 Mei 2008.

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

(29)

tahun 2003 dan terjadi stagnasi selama 3 tahun berikutnya, namun pada tahun

2007 kontribusinya meningkat menjadi 0,69 persen. Sektor bangunan mengalami

peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2003 sektor ini memiliki kontribusi

sebesar 5,68 persen dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga

mencapai 6,21 persen di tahun 2007. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga

mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun sempat terjadi stagnasi di

tahun 2005. Apabila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, infrastruktur

mempunyai kontribusi terhadap PDB yang sangat kecil, jauh persentasenya

dibandingkan dengan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor pertanian.

Infrastruktur yang terpuruk dalam kerusakan mengakibatkan turunnya

tingkat pelayanan sehingga dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan

ekonomi dan tenaga kerja dan pada akhirnya akan banyak perusahaan keluar dari

bisnis atau membatalkan ekspansinya. Karena itulah infrastruktur sangat berperan

dalam proses produksi dan merupakan prakondisi yang sangat diperlukan untuk

menarik akumulasi modal sektor swasta. Keberadaan infrastruktur juga akan

mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi, dan

sebaliknya apabila mengabaikannya maka akan menurunkan produktivitasnya.

Infrastruktur bisa menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara berkembang

untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dengan membantu penanggulangan

kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi

dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas

(30)

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Bappenas (2003) upaya untuk mempertahankan dan

meningkatkan tingkat penyediaan jasa pelayanan sarana dan prasarana

menghadapi tiga dimensi permasalahan. Pertama, pembangunan sarana dan

prasarana yang tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat

besar, waktu pengembalian modal yang panjang, penggunaan lahan yang cukup

luas, pemanfaatan teknologi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang

untuk mencapai skala ekonomi tertentu. Di lain pihak kemampuan ekonomi

nasional pada saat ini sangat terbatas, baik dana yang berasal dari pemerintah

maupun swasta. Kedua, pembangunan sarana dan prasarana merupakan

prakondisi bagi berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang.

Peningkatan jumlah penduduk mendorong perlunya tambahan pelayanan sarana

dan prasarana. Ketiga, menghadapi persaingan global dan sekaligus memenuhi

permintaan masyarakat akan jasa pelayanan sarana dan prasarana memerlukan

restrukturisasi dalam penyelenggaraan usaha pelayanan jasa sarana dan prasarana.

Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan

pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang

dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah

roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan

sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan,

(31)

pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di

Indonesia?

2. Bagaimana indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di

Indonesia?

3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor

perekonomian lain di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor

perekonomian lain di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di

Indonesia.

2. Menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di

Indonesia.

3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap

sektor perekonomian lain di Indonesia.

4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor

(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah

dalam menentukan skala prioritas pembangunan khususnya pembangunan

infrastruktur sehingga dapat menunjang sektor-sektor lain guna meningkatkan

perekonomian nasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

pengetahuan bagi masyarakat dan menjadi bahan informasi bagi penelitian

mendatang di bidang yang sama.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini infrastruktur dibagi menjadi 3 sektor besar yaitu

sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan

komunikasi yang dibagi kembali menjadi beberapa subsektor pada bagian analisis

tertentu. Sektor-sektor kategori infrastruktur yang diteliti tersebut disesuaikan

dengan sektor-sektor yang terdapat pada Tabel Input-Output Indonesia.

Mengingat keterbatasan data, maka dalam penelitian ini tabel yang digunakan

adalah Tabel Input-Output tahun 2005 sehingga data akan bersifat statis atau

hanya mencerminkan struktur perekonomian pada periode tahun analisis.

Begitupun perubahan-perubahan yang terjadi diluar tahun periode analisis tidak

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Definisi Infrastruktur

World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi 3, yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk

menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (listrik, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, lapangan terbang).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.

3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi

dan koordinasi.

Selain itu menurut Jacobs et. al dalam Sibarani (2002) infrastruktur dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk

perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable) dan tidak dapat dipisahkan-pisahkan baik secara teknis maupun spasial. Contohnya jalan

raya, rel kereta api, pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebagainya.

2. Infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure), seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum.

Bappenas (2003) menyatakan bahwa secara umum paling tidak terdapat 3

(34)

1. Kegiatan ekonomi, seperti halnya keberadaan jalan, jembatan, listrik, dan

telepon yang mendasari terciptanya transaksi dalam perekonomian.

2. Infrastruktur juga merupakan input produksi, seperti halnya penggunaan listrik

untuk proses produksi di semua industri.

3. Akses terhadap infrastruktur menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat,

dalam hal ini misalnya; peran air minum dan sanitasi yang baik, layanan

transportasi dan listrik yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat modern.

Infrastruktur menurut Kamus Besar Ekonomi (Winarno dan Ismaya, 2007)

adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya proses

usaha, pembangunan proyek dan sebagainya, seperti jalan raya, rel kereta api,

rumah sakit, gedung sekolah dan sebagainya.

Berdasarkan kesepakatan internasional, umumnya terdapat sembilan

sektor ekonomi utama di suatu negara. Kesembilan sektor tersebut dibuat

berdasarkan pendapatan (nilai barang dan jasa yang diproduksi) oleh

masing-masing sektor atau dapat juga berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh

sektor tersebut. Dari kesembilan sektor tersebut terdapat tiga sektor besar yang

tergolong kedalam infrastruktur, yaitu:

1. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Subsektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga

listrik baik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non PLN. Cakupannya

termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh

perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali

(35)

merupakan jumlah KWH tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga

listrik yang terjual, digunakan sendiri serta susut dalam transmisi dan distribusi.

Subsektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas kota

kepada konsumen, baik kepada sektor lain maupun ke rumah tangga dengan

menggunakan pipa. Gas kota adalah gas yang diperoleh dari proses penyaluran

gas alam. Kegiatan ini hanya dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).

Subsektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian, dan

proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya

melalui pipa baik ke rumah tangga maupun ke sektor lain sebagai pemakai.

2. Sektor Konstruksi

Sektor ini mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh

kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk

pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha yang melakukan

kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti kantor pemerintah, kantor

swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Subsektor pengangkutan meliputi kegiatan pengangkutan umum untuk

barang dan penumpang melalui darat, laut, sungai, danau penyeberangan dan

udara. Termasuk disini jasa penumpang angkut yang mencakup pemberian jasa

atau penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan memperlancar kegiatan

pengangkutan, seperti jasa-jasa terminal, pelabuhan, bongkar muat, keagenan,

(36)

Subsektor komunikasi meliputi kegiatan penyampaian berita dengan

menggunakan sarana pos dan telekomunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro

seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel, telepon (fixed phone dan cellular), telegram, wartel dan sebagainya.

2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian

Pada dasarnya peranan infrastruktur dalam perekonomian adalah sangat

penting dan sentral. Infrastruktur dipahami sebagai enabler berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Hirschman dalam

Yanuar (2006) yang menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan

bagian dari social overhead capital yang mutlak diperlukan untuk menggerakkan

sektor-sektor ekonomi lainnya.

Todaro (2000) menjelaskan kaitan infrastruktur dengan pembangunan

ekonomi, bahwa yang tercakup dalam pengertian infrastruktur adalah aspek fisik

dan finansial yang terkandung dalam jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan udara

dan bentuk-bentuk sarana transportasi lainnya dan komunikasi ditambah air

bersih, lembaga-lembaga keuangan, listrik dan pelayanan publik seperti

pendidikan dan kesehatan. Tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu negara

adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat kecepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi.

Kajian teori pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan

kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu,

(37)

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diperlukan dukungan penyediaan

infrastruktur, yang pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan.

Pendekatan pertama, yaitu penyediaan prasarana berdasarkan kebutuhan (demand

approach) termasuk didalamya untuk memelihara prasarana yang telah dibangun. Pendekatan kedua, yaitu penyediaan prasarana untuk mendorong tumbuhnya

kegiatan ekonomi pada suatu daerah tertentu (supply approach). Pada saat ketersediaan dana sangat terbatas, maka prioritas lebih diarahkan kepada

pendekatan pertama (demand approach), sedangkan pada saat kondisi ekonomi sudah membaik maka pembangunan prasarana baru untuk mendorong tumbuhnya

suatu wilayah dapat dilaksanakan (Propenas dalam Bulohlabna, 2008).

Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem

penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan

sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh

laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat

dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem

infrastruktur yang lebih baik mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang

lebih baik pula dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan

infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan

infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional

(Bappenas, 2003).

Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi

(38)

pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat

mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan

pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan

tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan

memiliki mobilitas antar daerah yang rendah.

Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan

ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat

dari PDB, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap PDB lebih

besar dari satu. Apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif

pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar teori Wagner ini adalah

pengamatan empiris dari negara-negara maju (Mangkoesoebroto, 2001).

Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna membiayai tuntutan masyarakat

akan kemudahan mobilitas untuk mendukung kegiatan ekonomi.

2.1.3. Model Input-Output

Semenjak ditemukan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, tabel

Input-Output (I-O) telah berkembang menjadi salah satu metode yang luas diterima.

Tabel Input-Output ini tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu

industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara

mendeskripsikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Tujuan

(39)

atau intersektor sehubungan dengan tingkat produksi masing-masing sektor.

Dalam aplikasinya, model ini didasarkan atas model keseimbangan umum.

Tabel I-O merupakan tabel yang menyajikan gambaran informasi dalam

bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa

serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Isian sepanjang baris

Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor

untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada

baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.

Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan

oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara

maupun input primer.

Tabel I-O sebagai alat analisis kuantitatif dalam perekonomian, mampu

memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Kemampuan

tabel ini dalam memberikan gambaran menyeluruh antara lain terkait dengan

beberapa hal sebagai berikut (Sahara et.al, 2007):

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah

masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar

sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai

(40)

Beberapa kegunaan analisis I-O dalam penelitian perekonomian suatu

wilayah antara lain:

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,

impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor.

2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama

dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan

tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan dan sektor-sektor

yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Untuk menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.

6. Untuk melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada

gilirannya dapat dijadikan landasan perbaikan, penyempurnaan, dan

pengembangan lebih lanjut.

2.1.4. Struktur Tabel Input-Output

Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan

suatu hubungan tertentu (Glasson, 1977). Untuk memberikan gambaran yang

lebih lengkap, format Tabel I-O disajikan pada Tabel 2.1.

Pada tabel diperlihatkan bahwa isian angka-angka sepanjang baris (bagian

horizontal) merupakan output yang diproduksi suatu sektor untuk dialokasikan

(41)

permintaan atas sejumlah produksi barang dan jasa terhadap permintaan akhir

yang merupakan permintaan barang dan jasa untuk konsumsi.

Tabel 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Sumber: Miller dan Blair dalam Sahara et.al, 2007 (dimodifikasi)

Jika diperlihatkan secara baris (horizontal) maka alokasi output dapat

diperlihatkan secara keseluruhan dalam persamaan yaitu:

x11 + x12+….+ x1n + F 1 = X1

dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:

Xi

Sementara isian angka-angka dalam kolom menunjukkan input antara

maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk melaksanakan

(42)

kolom (vertikal) dibaca seperti cara baris diatas maka persamaan secara aljabar

dan secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:

j

dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.

Dalam analisis Tabel Input-Output, sistem persamaan diatas memegang

peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan

perekonomian suatu wilayah. Selanjutnya secara umum matriks dalam Tabel I-O

dapat dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan

kuadran IV, dengan masing-masing penjelasan dan arti kuadran tersebut sebagai

berikut:

1. Kuadran I (Intermediate Quadran)

Setiap sel pada kuadran satu merupakan transaksi antara, yaitu transaksi

barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan

informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu

perekonomian.

2. Kuadran II (Final Demand Quadran)

Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh

(43)

output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah,

pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Input Quadran)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh

sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah

tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah

keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang

dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran)

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan

transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa

melalui sistem produksi atau kuadran antara.

2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output

Dalam penerapan model Input-Output menurut Jensen dan West dalam

Sahara et.al (2007) terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu: 1. Keseragaman (Homogenity)

Setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa

dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis

terhadap input atau output sektor yang berbeda.

2. Penjumlahan (Additivity)

Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor

(44)

3. Kesebandingan (Proportionality)

Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor

produksi merupakan fungsi linier, artinya suatu sektor akan berubah sebanding

dengan berubahnya total output sektor tersebut.

Selain asumsi-asumsi tersebut diatas, Tabel I-O sebagai metode analisis

kuantitatif memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Koefisien input atau koefisien teknis dan teknologi yang digunakan dalam

proses produksi diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau

proyeksi. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu

sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.

2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel Input-Output

dengan menggunakan metode survei.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada

akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap

asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang

terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

2.1.6. Kerangka Analisis

Menurut Jensen et.al (1979) aspek-aspek analisis Input-Output yang berfungsi dan berkedudukan penting dalam analisis perekonomian yaitu:

1. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi

(45)

sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi

keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan

keterkaitan antar sektor atau industri dalam pembelian terhadap total pembelian

input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor atau industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan

suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam

pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung,

sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan oleh matriks

kebalikan Leontief (α) karena matriks ini mengandung informasi penting tentang

struktur antar sektor perekonomian.

2. Analisis Multiplier

Analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap

variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel-variabel-variabel

eksogen seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Ada tiga variabel yang

menjadi perhatian utama dalam analisis multiplier yaitu output sektor-sektor

produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Oleh karena itu dikenal tiga

jenis multiplier, yaitu:

a. Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek

(46)

menunjukkan total pembelian input baik langsung atau tidak langung dari suatu

sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matriks

kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari

dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam wilayah atau negara.

b. Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya

perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan disini tidak hanya mencakup

beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan

rumah tangga, tapi juga dividen bunga bank (Jensen, 1979).

c. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang

disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak

diperoleh dari Tabel I-O, karena dalam Tabel I-O tidak mengandung

elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh

dengan menambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk

masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara.

Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara

memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga

kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan

jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.

d. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output,

(47)

adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di

suatu wilayah atau negara. Respon atau efek dari multiplier output, pendapatan

dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dampak awal (Initial Impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan

sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter.

Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan

ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu

memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari

sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal

dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefsien tenaga kerja.

2. Efek Putaran Pertama (First Round Effect)

Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian

masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter.

Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung.

Sedangkan dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan penyerapan

tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

3. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari

peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus

ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri

(48)

putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang

menghasilkan output.

4. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu

pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah

tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi

konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan

koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

5. Efek Lanjutan (Flow-on Effect)

Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga

kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau

negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat

diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mengkaji tentang infrastruktur dengan menggunakan

analisis Input-Output yang penulis ketahui dapat dilihat pada Tabel 2.2. Penelitian

tersebut mengkaji peranan infrastruktur pada skala yang lebih mikro yaitu pada

provinsi Jawa Barat. Sedangkan penelitian lainnya mencoba menganalisis

keterkaitan antara pengeluaran pembangunan infrastruktur dengan beberapa

variabel ekonomi seperti pendapatan nasional, jumlah pengangguran dan jumlah

kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan dan

(49)

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa belum ada penelitian yang

dilakukan untuk mengkaji infrastruktur di Indonesia dengan menggunakan alat

analisis Tabel Input-Output, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tersebut. Selain untuk melihat bagaimana peranan infrastruktur dalam skala

nasional, pada penelitian ini akan ditambahkan analisis dampak investasi untuk

melihat bagaimana pengaruh dari pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap

perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perekonomian lain di

Indonesia. Melalui analisis tersebut dapat diketahui sektor kategori infrastruktur

mana yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

Pada penelitian sebelumnya diharapkan bahwa pemerintah dapat

menyusun strategi pembangunan yang tepat dan terarah untuk menentukan skala

prioritas bagi infrastruktur untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi saat

ini seperti pengangguran, kemiskinan dan juga cara untuk meningkatkan

pendapatan nasional Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat membantu

memecahkan masalah tersebut dimana hasilnya dapat dijadikan dasar

pertimbangan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan di bidang

(50)
(51)
(52)

2.3. Kerangka Pemikiran

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang

peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak

dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur. Seiring dengan hal tersebut maka

kebutuhan infrastruktur di tingkat nasional dan daerah menjadi sangat besar.

Keadaan ini juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang berarti

semakin meningkatnya kebutuhan akan pelayanan (dalam hal ini infrastruktur).

Untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah tersebut maka

pembangunan sektor infrastruktur sangatlah diperlukan.

Namun masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan sektor

infrastruktur tidak dapat bekerja dengan optimal seperti pembangunan sarana dan

prasarana yang tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat

besar, waktu pengembalian modal yang panjang, investasi yang rendah,

penggunaan lahan yang cukup luas, pemanfaatan teknologi tinggi, perencanaan

dan implementasi perlu waktu yang panjang untuk mencapai skala ekonomi

tertentu dan berbagai kendala lainnya yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan

sektor tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan sektor lainnya yang

pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan klasifikasi Tabel Input-Output Indonesia, dalam penelitian ini

infrastruktur dibagi menjadi 3 sektor besar, yaitu: sektor listrik, gas dan air bersih,

(53)

tersebut berperan penting sebagai penyedia input utama bagi sektor lain. Dalam

jangka pendek pertumbuhan infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja yang

pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan tenaga kerja. Sedangkan dalam

jangka menengah dan panjang akan mendukung efisiensi dan produktivitas sektor

terkait. Peningkatan aktivitas dari sektor infrastruktur akan mempengaruhi tingkat

output dari sektor lain. Peningkatan output dalam perekonomian pada gilirannya

akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk memperlihatkan pentingnya peranan infrastruktur tersebut maka

pada penelitian ini dilakukan analisis Tabel Input-Output yang diolah dengan

menggunakan program GRIMP versi 7.2 dan Microsoft Excell yang dapat

menunjukkan keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran, dampak multiplier,

dan dampak investasi infrastruktur terhadap perekonomian. Kerangka pemikiran

(54)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perekonomian Indonesia

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan

dan Komunikasi

Analisis Input-Output

Analisis Keterkaitan

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis Multiplier

Peranan Infrastruktur dalam Perekonomian Pembangunan Infrastruktur

Kendala: Penggunaan kapital besar Investasi rendah Dana terbatas dll

Kebutuhan Infrastruktur Besar

(55)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Adapun data yang diperlukan untuk keperluan analisis adalah Tabel Input-Output

Indonesia tahun 2005 yang merupakan Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar

Harga Produsen klasifikasi 175 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 20

sektor untuk melihat peranan 14 subsektor infrastruktur dan diagregasi kembali

menjadi 9 sektor untuk melihat peranan 3 sektor infrastruktur besar (Lampiran 1).

Untuk data tenaga kerja 14 subsektor infrastruktur, karena data ini tidak tersedia

secara rinci maka dilakukan proporsi dengan cara membagi upah suatu sektor

dengan upah sektor kelompok tersebut dikali dengan jumlah tenaga kerja

kelompok sektor tersebut (Iskandar, 2005). Data sekunder ini diperoleh dari

instansi-instansi terkait yang sesuai dengan penelitian ini seperti BPS, LSI dan

lembaga-lembaga lain yang terkait serta dari buku, internet dan literatur.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat keras komputer,

perangkat lunak GRIMP 7.2 dan Microsoft Excel. Pemilihan perangkat lunak

GRIMP 7.2 ini didasari atas kemampuannya melakukan perhitungan untuk keperluan analisis Input-Output.

3.2. Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan infrastruktur

(56)

maka dampak infrastruktur terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja dan

nilai tambah bruto dapat diketahui berdasarkan matriks kebalikan Leontief.

Sedangkan untuk mengetahui peranan infrastruktur dapat dikaji berdasarkan

analisis multiplier dan analisis keterkaitan.

Dari persamaan yang disajikan sebelumnya yaitu:

x11 + x12+….+ x1n + F 1 = X1

dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:

Xi

(57)

a11 a12… a1n X1 F1 X1

a21 a22… a2n X2 F2 X2

. . . . . + . = .

. . . . . .

an1 an2… ann Xn Fn Xn

A . X + F = X

atau F = X - AX

Jika terdapat perubahan permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola

pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan menjadi:

AX + F = X atau (I-A) X = F atau

X = (I-A)-1 F . . . (4)

dimana:

I = matriks identitas berukuran n x n yang elemennya memuat angka satu

pada diagonalnya dan nol selainnya

F = permintaan akhir

X = jumlah output

(I-A) = matriks Leontief terbuka

(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief

3.2.1. Analisis Keterkaitan

1. Keterkaitan langsung dan tidak langsung (total) ke depan

Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang

menggunakan sebagian output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak

(58)

KDLTi =

n

j ij

1

dimana:

KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

2. Keterkaitan langsung dan tidak langsung (total) ke belakang

Menunjukkan akibat suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang

menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak

langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

KBLTi =

n

i ij

1

dimana:

KBLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang

belumlah cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci.

Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena

peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus

(59)

Analisis ini disebut sebagai dampak penyebaran. Menurut Sahara et.al (2007), dampak penyebaran terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)

Konsep ini berfungsi untuk mengetahui manfaat dari pengembangan suatu

sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi

pasar input. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Jika Pdj > 1 artinya sektor tersebut

mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Namun

jika Pdj < 1 artinya sektor tersebut kurang memiliki kemampuan untuk menarik

pertumbuhan sektor hulunya. Rumus untuk mencari nilai koefisien penyebaran

adalah:

Pdj = koefisien penyebaran sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sektor

Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan

satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor

lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar

(60)

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong)

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor

terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini

diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan

industri hilirnya. Jika Sdi > 1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat

untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sdi < 1 artinya sektor

tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus

untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Sdi = n

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sektor

Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan

satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor

lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar

nilai kepekaan penyebarannya.

3.2.3. Analisis Multiplier

Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas

(61)

sebesar nilai penggandanya. Pada dasarnya, analisis angka pengganda mencoba

melihat apa yang terjadi pada variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi

perubahan-perubahan variabel eksogen seperti permintaan akhir di dalam

perekonomian. Ada tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis

angka pengganda ini yaitu output sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan

tenaga kerja. Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian

yaitu tipe I dan tipe II.

Berdasarkan matriks kebalikan Leontief baik untuk model terbuka (αij)

maupun model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output,

pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada

Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja

Nilai Multiplier

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek Awal 1 hj ej

Efek Putaran Pertama Σiaij Σiaijhi Σiaijei

Efek Dukungan Industri Σiαij-1-Σiaij Σiαijhi-hj-Σiaijhi Σiαijeij-ej-Σiaijei

Efek Induksi Konsumsi Σiα*ij-Σiαij Σiα*ijhi-Σiαijhi Σiα*ijei-Σiαijei

Efek Total Σiα*ij Σiα*ijhi Σiα*ijei

Efek Lanjutan Σiα*ij-1 Σiα*ijhi-hi Σiα*ijei-ei

Sumber: Daryanto dalam Sahara et.al, 2007 Keterangan: aij = koefisien output

hi = koefisien pendapatan rumah tangga ei = koefisien tenaga kerja

αij = matriks kebalikan Leontief terbuka α*ij = matriks kebalikan Leontief tertutup

Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per

unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung

Gambar

Tabel 1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah)
Tabel 1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen)
Tabel  2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Tabel 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Infrastruktur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fakta-fakta di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kebijakan apa saja yang diambil Ratu Elizabeth I dalam bidang sosial dan

Seperti halnya seorang siswa dengan efiksai diri rendah dan situasi lingkungan yang kurang responsif maka seseorang siswa akan merasa kurang percaya diri, tidak berdaya,

[r]

Penelitian Irsyad (2005) menguji hubungan antara bagi hasil terhadap simpanan mudharabah dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara bagi hasil di bank syariah dengan total

Tujuan Penelitian ini untuk menjelaskan dan memahami pengelolaan dan pengaturan wakaf yang terdapat pada lembaga wakaf di Indonesia serta menjelaskan dan memahami mengenai

Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian yang bukan strategis dan bukan vital sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Sejalan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kepuasan kerja dengan komitmen organisasi, dimensi profesionalisme diduga dapat mempengaruhi hubungan

Bali merupakan pulau yang dikenal melalui pariwisatanya. Bali dengan keindahan alam dan kebudayaanya dapat memikat perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Menurut