OLEH
CHANDRA DARMA PERMANA H14050184
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output (dibimbing
oleh ALLA ASMARA).
Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting sebagai lokomotif pembangunan daerah dan nasional untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah.
Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyediaan, kualitas pelayanan jasa serta efektivitas pengelolaan infrastruktur. Keadaan ini menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan jasa pelayanan dan prasarana untuk menunjang aktivitas perekonomian. Meskipun perlahan telah bangkit dari krisis ekonomi, pembangunan infrastruktur masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini tercermin dari alokasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur yang cenderung terus menurun jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto.
Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah
roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia, 2) menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia, 3) menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia, 4) menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.
outputnya digunakan sebagai input oleh infrastruktur dibandingkan dengan kemampuannya meningkatkan produksi sektor lain yang inputnya diperoleh dari infrastruktur. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu dan nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.
Oleh
CHANDRA DARMA PERMANA H14050184
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
(Alla Asmara, S.Pt, M.Si) NIP. 19730113 199702 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
(Rina Oktaviani, Ph.D) NIP. 19641023 198903 2 002
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
1987 di Bogor. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari
pasangan alm. Agoes Pribadi dan Nayu Elistina.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Sejahtera Bogor pada
tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SDN Taman Pagelaran. Pada tahun 1999
melanjutkan pendidikan di SLTPN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada
tahun yang sama penulis diterima di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi berjudul “Analisis Peranan dan Dampak Infrastruktur terhadap
Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Alla Asmara, S.Pt., M.Si, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun
teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Lukytawati Anggraeni
yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan
hal yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan
tata cara penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada orang tua penulis, yaitu alm. Bapak Agoes Pribadi dan Ibu Nayu Elistina
dan kakak penulis, Riska Oktania Lispriani atas segala kasih sayang dan
dukungan tanpa henti yang telah mereka berikan selama ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. selaku Dekan FEM, IPB.
2. Rina Oktaviani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.
3. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi,
FEM, IPB.
4. Rekan-rekan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM, khususnya Angkatan 42 atas
segala dukungan dan kebersamaannya.
5. Teman-teman satu pembimbing skripsi, Regi, Triyanto dan Murti atas kerja
skripsi ini atas kritik dan saran yang telah diberikan dan juga kepada seluruh
pihak yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, baik moril
maupun data yang relevan namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009
Chandra Darma Permana
iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
2.1. Tinjauan Teori ... 8
2.1.1. Definisi Infrastruktur ... 8
2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian ... 11
2.1.3. Model Input-Output ... 13
2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 15
2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 18
2.1.6. Kerangka Analisis ... 19
2.2. Penelitian Terdahulu ... 23
2.3. Kerangka Pemikiran ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 30
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30
3.2. Metode Analisis Data ... 30
3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 32
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33
3.2.3. Analisis Multiplier ... 35
OLEH
CHANDRA DARMA PERMANA H14050184
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output (dibimbing
oleh ALLA ASMARA).
Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting sebagai lokomotif pembangunan daerah dan nasional untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keberadaan infrastruktur akan mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah.
Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyediaan, kualitas pelayanan jasa serta efektivitas pengelolaan infrastruktur. Keadaan ini menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan jasa pelayanan dan prasarana untuk menunjang aktivitas perekonomian. Meskipun perlahan telah bangkit dari krisis ekonomi, pembangunan infrastruktur masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini tercermin dari alokasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur yang cenderung terus menurun jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto.
Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah
roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan, namun diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut maka dapat menstimulasi pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di Indonesia, 2) menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di Indonesia, 3) menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia, 4) menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.
outputnya digunakan sebagai input oleh infrastruktur dibandingkan dengan kemampuannya meningkatkan produksi sektor lain yang inputnya diperoleh dari infrastruktur. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu dan nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. Pertumbuhan investasi pada sektor listrik, gas dan air bersih memberikan dampak terbesar terhadap perubahan output total, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan dampak terbesar terhadap perubahan pendapatan dan tenaga kerja total.
Oleh
CHANDRA DARMA PERMANA H14050184
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
(Alla Asmara, S.Pt, M.Si) NIP. 19730113 199702 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
(Rina Oktaviani, Ph.D) NIP. 19641023 198903 2 002
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
1987 di Bogor. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari
pasangan alm. Agoes Pribadi dan Nayu Elistina.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tunas Sejahtera Bogor pada
tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SDN Taman Pagelaran. Pada tahun 1999
melanjutkan pendidikan di SLTPN 7 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada
tahun yang sama penulis diterima di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi berjudul “Analisis Peranan dan Dampak Infrastruktur terhadap
Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Alla Asmara, S.Pt., M.Si, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun
teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Lukytawati Anggraeni
yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan
hal yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan
tata cara penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada orang tua penulis, yaitu alm. Bapak Agoes Pribadi dan Ibu Nayu Elistina
dan kakak penulis, Riska Oktania Lispriani atas segala kasih sayang dan
dukungan tanpa henti yang telah mereka berikan selama ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. selaku Dekan FEM, IPB.
2. Rina Oktaviani, Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.
3. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi,
FEM, IPB.
4. Rekan-rekan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM, khususnya Angkatan 42 atas
segala dukungan dan kebersamaannya.
5. Teman-teman satu pembimbing skripsi, Regi, Triyanto dan Murti atas kerja
skripsi ini atas kritik dan saran yang telah diberikan dan juga kepada seluruh
pihak yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, baik moril
maupun data yang relevan namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009
Chandra Darma Permana
iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
2.1. Tinjauan Teori ... 8
2.1.1. Definisi Infrastruktur ... 8
2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian ... 11
2.1.3. Model Input-Output ... 13
2.1.4. Struktur Tabel Input-Output ... 15
2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 18
2.1.6. Kerangka Analisis ... 19
2.2. Penelitian Terdahulu ... 23
2.3. Kerangka Pemikiran ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 30
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30
3.2. Metode Analisis Data ... 30
3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 32
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 33
3.2.3. Analisis Multiplier ... 35
v
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
5.1. Analisis Keterkaitan ... 53
5.1.1. Keterkaitan Total ke Depan ... 54
5.1.2. Keterkaitan Total ke Belakang ... 56
5.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 58
5.2.1. Koefisien Penyebaran... 59
5.2.2. Kepekaan Penyebaran ... 60
5.3. Analisis Multiplier ... 61
5.3.1. Multiplier Output ... 62
5.3.2. Multiplier Pendapatan ... 64
5.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 66
5.4. Simulasi Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia ... 68
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
6.1. Kesimpulan ... 78
6.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
vi
1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan
Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah) ... 2
1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen) ... 3
2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output ... 16
2.2. Penelitian Terdahulu tentang Infrastruktur ... 25
3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 36
4.1. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen) ... 39
4.2. Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Luar Negeri di Indonesia yang Disetujui Pemerintah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006
(Miliar Rupiah) ... 40
4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2004 dan 2009 ... 42
4.4. Nilai Realisasi Konstruksi Berdasarkan Tipe Konstruksi Tahun
2002-2007 (Juta Rupiah) ... 48
4.5. Jumlah Penumpang dan Barang Datang dari Bandara Indonesia
Tahun 1995-2005 ... 50
5.1. Keterkaitan Total ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 9 Sektor ... 54
5.2. Keterkaitan Total ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 20 Sektor .... 55
5.3. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian
Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 9 sektor ... 60
5.4. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian
Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 20 Sektor ... 61
5.5. Muliplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005.. 63
5.6. Muliplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia
Tahun 2005 ... 65
5.7. Muliplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia
Tahun 2005 ... 67
5.8. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Perubahan
vii
5.11. Dampak Pertumbuhan Investasi Infrastruktur terhadap Output (Miliar Rupiah), Pendapatan (Miliar Rupiah) dan Tenaga Kerja (Ribu Orang) Klasifikasi 9 Sektor ... 74
viii
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29
4.1. Energi Listrik Terjual per Kelompok Pelanggan (MVA) ... 44
4.2. Perkembangan Produksi dan Penjualan Gas Kota Tahun 1995-2006 .... 45
4.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan
Tahun 1995-2006 ... 46
4.4. Jumlah Penumpang dan Barang Melalui Transportasi Kereta Api
Indonesia Tahun 1995-2008 ... 49
5.1. Kuadran Keterkaitan Sektor Perekonomian Indonesia ... 53
5.2. Kuadran Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian
ix
1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005
Berdasarkan Hasil Agregasi ... 83
2. Tabel Input-Output Indonesia Transaksi Domestik Atas Dasar
Harga Produsen 9 Sektor Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 84
3. Tabel Input-Output Indonesia Transaksi Domestik Atas Dasar
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik dan merata sebagaimana
tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu peran pemerintah sebagai
mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil
pembangunan yang telah dilakukan, juga berguna untuk menentukan arah
pembangunan di masa yang akan datang.
Peran infrastruktur sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah
sangat dibutuhkan untuk menggerakan roda pertumbuhan ekonomi. Secara
ekonomi makro, ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi
marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap
pengurangan biaya produksi (Gie, 2004). Sehingga perannya sangat penting baik
dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi dan ekspor.
Pertumbuhan infrastruktur sempat mengalami penurunan signifikan akibat
depresiasi rupiah saat terjadi krisis ekonomi 1997/1998. Pada tahun 1998
pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih turun menjadi 3,1 persen dari tahun
sebelumnya. Sektor kategori infrastruktur lainnya seperti bangunan serta
36,5 persen dan 15,1 persen (Bappenas, 2003). Pengalaman dunia internasional
menunjukkan bahwa ketika suatu negara terkena krisis ekonomi maka alokasi
infrastruktur merupakan hal pertama yang dikorbankan. Ini juga terjadi di
Indonesia, perhatian utama pemerintah pada waktu itu terfokus pada pembenahan
kebijakan moneter sehingga pembangunan infrastruktur menjadi stagnan.
Kondisi infrastruktur di Indonesia dalam 10 tahun terakhir sejak terjadinya
krisis ekonomi 1997/1998 belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Menurunnya pembangunan infrastruktur dapat dilihat dari pengeluaran
pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3 persen terhadap PDB
(Produk Domestik Bruto) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3 persen (2005
hingga 2007). Padahal, dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk
infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 persen dari PDB. Pada
Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan infrastruktur (GEI) dan realisasi investasi di Indonesia selama 10
tahun terakhir.
Tabel 1.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan Infrastruktur dan Realisasi Investasi Tahun 1997-2006 (Miliar Rupiah)
Tahun GEI Investasi
1997 38.359,00 447.408,80
1998 67.869,00 264.596,80
1999 78.311,00 245.191,90
2000 25.800,00 298.946,10
2001 41.600,00 310.785,70
2002 37.300,00 307.584,60
2003 69.200,00 310.776,90
2004 68.400,00 359.604,40
2005 53.384,00 389.757,20
2006 83.077,00 404.606,60
Dana investasi infrastruktur Indonesia sangat kecil yaitu hanya sekitar tiga
persen dari PDB dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam 9,9 persen, China
7,4 persen, dan Thailand 15,4 persen1. Hal ini menjadi salah satu penyebab daya
saing dan daya tarik investasi Indonesia merosot dibandingkan negara tetangga,
karena itu komitmen pemerintah sangat diperlukan dalam membangun
infrastruktur yang memadai. Dengan anggaran yang terbatas maka pemerintah
perlu mendorong pembiayaan infrastruktur yang mudah dan accountable agar bisa
mendongkrak investasi di Indonesia.
Tabel 1.2. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (persen)
Sumber: BPS, 2007
Keterangan: *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Berdasarkan data BPS, jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB,
kontribusi infrastruktur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun
sempat mengalami stagnasi pada tahun-tahun tertentu di beberapa sektor (Tabel
1.2). Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki kontribusi sebesar 0,66 persen di
1
Berdasarkan artikel berjudul “Dana Infrastruktur Indonesia Tergolong Kecil” dapat dilihat pada
Harian Kompas, 12 Mei 2008.
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
tahun 2003 dan terjadi stagnasi selama 3 tahun berikutnya, namun pada tahun
2007 kontribusinya meningkat menjadi 0,69 persen. Sektor bangunan mengalami
peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2003 sektor ini memiliki kontribusi
sebesar 5,68 persen dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga
mencapai 6,21 persen di tahun 2007. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun sempat terjadi stagnasi di
tahun 2005. Apabila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, infrastruktur
mempunyai kontribusi terhadap PDB yang sangat kecil, jauh persentasenya
dibandingkan dengan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor pertanian.
Infrastruktur yang terpuruk dalam kerusakan mengakibatkan turunnya
tingkat pelayanan sehingga dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan
ekonomi dan tenaga kerja dan pada akhirnya akan banyak perusahaan keluar dari
bisnis atau membatalkan ekspansinya. Karena itulah infrastruktur sangat berperan
dalam proses produksi dan merupakan prakondisi yang sangat diperlukan untuk
menarik akumulasi modal sektor swasta. Keberadaan infrastruktur juga akan
mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi, dan
sebaliknya apabila mengabaikannya maka akan menurunkan produktivitasnya.
Infrastruktur bisa menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara berkembang
untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dengan membantu penanggulangan
kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi
dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas
1.2. Perumusan Masalah
Menurut Bappenas (2003) upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan tingkat penyediaan jasa pelayanan sarana dan prasarana
menghadapi tiga dimensi permasalahan. Pertama, pembangunan sarana dan
prasarana yang tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat
besar, waktu pengembalian modal yang panjang, penggunaan lahan yang cukup
luas, pemanfaatan teknologi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang
untuk mencapai skala ekonomi tertentu. Di lain pihak kemampuan ekonomi
nasional pada saat ini sangat terbatas, baik dana yang berasal dari pemerintah
maupun swasta. Kedua, pembangunan sarana dan prasarana merupakan
prakondisi bagi berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang.
Peningkatan jumlah penduduk mendorong perlunya tambahan pelayanan sarana
dan prasarana. Ketiga, menghadapi persaingan global dan sekaligus memenuhi
permintaan masyarakat akan jasa pelayanan sarana dan prasarana memerlukan
restrukturisasi dalam penyelenggaraan usaha pelayanan jasa sarana dan prasarana.
Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan
pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang
dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka perlu disusun sebuah
roadmap infrastruktur berdasarkan prioritas nasional yaitu sektor-sektor yang perlu ditanggapi terlebih dahulu oleh pemerintah untuk dikembangkan. Penetapan
sektor prioritas tersebut bukan berarti bahwa sektor-sektor lain tidak dibutuhkan,
pertumbuhan dari sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di
Indonesia?
2. Bagaimana indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di
Indonesia?
3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap sektor
perekonomian lain di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor
perekonomian lain di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis keterkaitan infrastruktur dengan sektor perekonomian lain di
Indonesia.
2. Menganalisis indeks koefisien dan kepekaan penyebaran infrastruktur di
Indonesia.
3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan infrastruktur terhadap
sektor perekonomian lain di Indonesia.
4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap sektor
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam menentukan skala prioritas pembangunan khususnya pembangunan
infrastruktur sehingga dapat menunjang sektor-sektor lain guna meningkatkan
perekonomian nasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
pengetahuan bagi masyarakat dan menjadi bahan informasi bagi penelitian
mendatang di bidang yang sama.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini infrastruktur dibagi menjadi 3 sektor besar yaitu
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan
komunikasi yang dibagi kembali menjadi beberapa subsektor pada bagian analisis
tertentu. Sektor-sektor kategori infrastruktur yang diteliti tersebut disesuaikan
dengan sektor-sektor yang terdapat pada Tabel Input-Output Indonesia.
Mengingat keterbatasan data, maka dalam penelitian ini tabel yang digunakan
adalah Tabel Input-Output tahun 2005 sehingga data akan bersifat statis atau
hanya mencerminkan struktur perekonomian pada periode tahun analisis.
Begitupun perubahan-perubahan yang terjadi diluar tahun periode analisis tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Definisi Infrastruktur
World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi 3, yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (listrik, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, lapangan terbang).
2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi
dan koordinasi.
Selain itu menurut Jacobs et. al dalam Sibarani (2002) infrastruktur dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk
perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable) dan tidak dapat dipisahkan-pisahkan baik secara teknis maupun spasial. Contohnya jalan
raya, rel kereta api, pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebagainya.
2. Infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure), seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum.
Bappenas (2003) menyatakan bahwa secara umum paling tidak terdapat 3
1. Kegiatan ekonomi, seperti halnya keberadaan jalan, jembatan, listrik, dan
telepon yang mendasari terciptanya transaksi dalam perekonomian.
2. Infrastruktur juga merupakan input produksi, seperti halnya penggunaan listrik
untuk proses produksi di semua industri.
3. Akses terhadap infrastruktur menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat,
dalam hal ini misalnya; peran air minum dan sanitasi yang baik, layanan
transportasi dan listrik yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat modern.
Infrastruktur menurut Kamus Besar Ekonomi (Winarno dan Ismaya, 2007)
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya proses
usaha, pembangunan proyek dan sebagainya, seperti jalan raya, rel kereta api,
rumah sakit, gedung sekolah dan sebagainya.
Berdasarkan kesepakatan internasional, umumnya terdapat sembilan
sektor ekonomi utama di suatu negara. Kesembilan sektor tersebut dibuat
berdasarkan pendapatan (nilai barang dan jasa yang diproduksi) oleh
masing-masing sektor atau dapat juga berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh
sektor tersebut. Dari kesembilan sektor tersebut terdapat tiga sektor besar yang
tergolong kedalam infrastruktur, yaitu:
1. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Subsektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga
listrik baik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non PLN. Cakupannya
termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh
perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali
merupakan jumlah KWH tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga
listrik yang terjual, digunakan sendiri serta susut dalam transmisi dan distribusi.
Subsektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas kota
kepada konsumen, baik kepada sektor lain maupun ke rumah tangga dengan
menggunakan pipa. Gas kota adalah gas yang diperoleh dari proses penyaluran
gas alam. Kegiatan ini hanya dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).
Subsektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian, dan
proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya
melalui pipa baik ke rumah tangga maupun ke sektor lain sebagai pemakai.
2. Sektor Konstruksi
Sektor ini mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh
kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk
pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha yang melakukan
kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti kantor pemerintah, kantor
swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.
3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Subsektor pengangkutan meliputi kegiatan pengangkutan umum untuk
barang dan penumpang melalui darat, laut, sungai, danau penyeberangan dan
udara. Termasuk disini jasa penumpang angkut yang mencakup pemberian jasa
atau penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan memperlancar kegiatan
pengangkutan, seperti jasa-jasa terminal, pelabuhan, bongkar muat, keagenan,
Subsektor komunikasi meliputi kegiatan penyampaian berita dengan
menggunakan sarana pos dan telekomunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro
seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel, telepon (fixed phone dan cellular), telegram, wartel dan sebagainya.
2.1.2. Keterkaitan Infrastruktur dengan Perekonomian
Pada dasarnya peranan infrastruktur dalam perekonomian adalah sangat
penting dan sentral. Infrastruktur dipahami sebagai enabler berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Hirschman dalam
Yanuar (2006) yang menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan
bagian dari social overhead capital yang mutlak diperlukan untuk menggerakkan
sektor-sektor ekonomi lainnya.
Todaro (2000) menjelaskan kaitan infrastruktur dengan pembangunan
ekonomi, bahwa yang tercakup dalam pengertian infrastruktur adalah aspek fisik
dan finansial yang terkandung dalam jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan udara
dan bentuk-bentuk sarana transportasi lainnya dan komunikasi ditambah air
bersih, lembaga-lembaga keuangan, listrik dan pelayanan publik seperti
pendidikan dan kesehatan. Tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu negara
adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat kecepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi.
Kajian teori pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan
kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diperlukan dukungan penyediaan
infrastruktur, yang pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan.
Pendekatan pertama, yaitu penyediaan prasarana berdasarkan kebutuhan (demand
approach) termasuk didalamya untuk memelihara prasarana yang telah dibangun. Pendekatan kedua, yaitu penyediaan prasarana untuk mendorong tumbuhnya
kegiatan ekonomi pada suatu daerah tertentu (supply approach). Pada saat ketersediaan dana sangat terbatas, maka prioritas lebih diarahkan kepada
pendekatan pertama (demand approach), sedangkan pada saat kondisi ekonomi sudah membaik maka pembangunan prasarana baru untuk mendorong tumbuhnya
suatu wilayah dapat dilaksanakan (Propenas dalam Bulohlabna, 2008).
Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem
penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan
sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh
laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat
dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem
infrastruktur yang lebih baik mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik pula dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan
infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan
infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional
(Bappenas, 2003).
Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi
pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat
mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan
pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan
tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan
memiliki mobilitas antar daerah yang rendah.
Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan
ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.
Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat
dari PDB, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap PDB lebih
besar dari satu. Apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif
pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar teori Wagner ini adalah
pengamatan empiris dari negara-negara maju (Mangkoesoebroto, 2001).
Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna membiayai tuntutan masyarakat
akan kemudahan mobilitas untuk mendukung kegiatan ekonomi.
2.1.3. Model Input-Output
Semenjak ditemukan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, tabel
Input-Output (I-O) telah berkembang menjadi salah satu metode yang luas diterima.
Tabel Input-Output ini tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu
industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara
mendeskripsikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Tujuan
atau intersektor sehubungan dengan tingkat produksi masing-masing sektor.
Dalam aplikasinya, model ini didasarkan atas model keseimbangan umum.
Tabel I-O merupakan tabel yang menyajikan gambaran informasi dalam
bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa
serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Isian sepanjang baris
Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor
untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada
baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.
Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan
oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara
maupun input primer.
Tabel I-O sebagai alat analisis kuantitatif dalam perekonomian, mampu
memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Kemampuan
tabel ini dalam memberikan gambaran menyeluruh antara lain terkait dengan
beberapa hal sebagai berikut (Sahara et.al, 2007):
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah
masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar
sektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai
Beberapa kegunaan analisis I-O dalam penelitian perekonomian suatu
wilayah antara lain:
1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,
impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor.
2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama
dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan
tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan dan sektor-sektor
yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.
5. Untuk menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.
6. Untuk melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada
gilirannya dapat dijadikan landasan perbaikan, penyempurnaan, dan
pengembangan lebih lanjut.
2.1.4. Struktur Tabel Input-Output
Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan
suatu hubungan tertentu (Glasson, 1977). Untuk memberikan gambaran yang
lebih lengkap, format Tabel I-O disajikan pada Tabel 2.1.
Pada tabel diperlihatkan bahwa isian angka-angka sepanjang baris (bagian
horizontal) merupakan output yang diproduksi suatu sektor untuk dialokasikan
permintaan atas sejumlah produksi barang dan jasa terhadap permintaan akhir
yang merupakan permintaan barang dan jasa untuk konsumsi.
Tabel 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Sumber: Miller dan Blair dalam Sahara et.al, 2007 (dimodifikasi)
Jika diperlihatkan secara baris (horizontal) maka alokasi output dapat
diperlihatkan secara keseluruhan dalam persamaan yaitu:
x11 + x12+….+ x1n + F 1 = X1
dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:
Xi
Sementara isian angka-angka dalam kolom menunjukkan input antara
maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk melaksanakan
kolom (vertikal) dibaca seperti cara baris diatas maka persamaan secara aljabar
dan secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
j
dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.
Dalam analisis Tabel Input-Output, sistem persamaan diatas memegang
peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan
perekonomian suatu wilayah. Selanjutnya secara umum matriks dalam Tabel I-O
dapat dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan
kuadran IV, dengan masing-masing penjelasan dan arti kuadran tersebut sebagai
berikut:
1. Kuadran I (Intermediate Quadran)
Setiap sel pada kuadran satu merupakan transaksi antara, yaitu transaksi
barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan
informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu
perekonomian.
2. Kuadran II (Final Demand Quadran)
Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah,
pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.
3. Kuadran III (Primary Input Quadran)
Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh
sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah
tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah
keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang
dihasilkan oleh wilayah tersebut.
4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran)
Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan
transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa
melalui sistem produksi atau kuadran antara.
2.1.5. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output
Dalam penerapan model Input-Output menurut Jensen dan West dalam
Sahara et.al (2007) terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu: 1. Keseragaman (Homogenity)
Setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa
dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis
terhadap input atau output sektor yang berbeda.
2. Penjumlahan (Additivity)
Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor
3. Kesebandingan (Proportionality)
Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor
produksi merupakan fungsi linier, artinya suatu sektor akan berubah sebanding
dengan berubahnya total output sektor tersebut.
Selain asumsi-asumsi tersebut diatas, Tabel I-O sebagai metode analisis
kuantitatif memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Koefisien input atau koefisien teknis dan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau
proyeksi. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu
sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.
2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel Input-Output
dengan menggunakan metode survei.
3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada
akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap
asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang
terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.
2.1.6. Kerangka Analisis
Menurut Jensen et.al (1979) aspek-aspek analisis Input-Output yang berfungsi dan berkedudukan penting dalam analisis perekonomian yaitu:
1. Analisis Keterkaitan
Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi
sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi
keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan
keterkaitan antar sektor atau industri dalam pembelian terhadap total pembelian
input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor atau industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.
Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan
suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam
pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung,
sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan oleh matriks
kebalikan Leontief (α) karena matriks ini mengandung informasi penting tentang
struktur antar sektor perekonomian.
2. Analisis Multiplier
Analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap
variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel-variabel-variabel
eksogen seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Ada tiga variabel yang
menjadi perhatian utama dalam analisis multiplier yaitu output sektor-sektor
produksi, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja. Oleh karena itu dikenal tiga
jenis multiplier, yaitu:
a. Multiplier Output
Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
menunjukkan total pembelian input baik langsung atau tidak langung dari suatu
sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matriks
kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari
dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam wilayah atau negara.
b. Multiplier Pendapatan
Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan disini tidak hanya mencakup
beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan
rumah tangga, tapi juga dividen bunga bank (Jensen, 1979).
c. Multiplier Tenaga Kerja
Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak
diperoleh dari Tabel I-O, karena dalam Tabel I-O tidak mengandung
elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh
dengan menambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk
masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara.
Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara
memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga
kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan
jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.
d. Multiplier Tipe I dan II
Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output,
adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di
suatu wilayah atau negara. Respon atau efek dari multiplier output, pendapatan
dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dampak awal (Initial Impact)
Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan
sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter.
Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan
ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu
memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari
sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal
dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefsien tenaga kerja.
2. Efek Putaran Pertama (First Round Effect)
Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian
masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter.
Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung.
Sedangkan dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan penyerapan
tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.
3. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)
Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari
peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus
ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri
putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang
menghasilkan output.
4. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)
Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu
pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah
tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi
konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan
koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.
5. Efek Lanjutan (Flow-on Effect)
Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga
kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau
negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat
diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang mengkaji tentang infrastruktur dengan menggunakan
analisis Input-Output yang penulis ketahui dapat dilihat pada Tabel 2.2. Penelitian
tersebut mengkaji peranan infrastruktur pada skala yang lebih mikro yaitu pada
provinsi Jawa Barat. Sedangkan penelitian lainnya mencoba menganalisis
keterkaitan antara pengeluaran pembangunan infrastruktur dengan beberapa
variabel ekonomi seperti pendapatan nasional, jumlah pengangguran dan jumlah
kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan dan
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa belum ada penelitian yang
dilakukan untuk mengkaji infrastruktur di Indonesia dengan menggunakan alat
analisis Tabel Input-Output, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut. Selain untuk melihat bagaimana peranan infrastruktur dalam skala
nasional, pada penelitian ini akan ditambahkan analisis dampak investasi untuk
melihat bagaimana pengaruh dari pertumbuhan investasi infrastruktur terhadap
perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perekonomian lain di
Indonesia. Melalui analisis tersebut dapat diketahui sektor kategori infrastruktur
mana yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Pada penelitian sebelumnya diharapkan bahwa pemerintah dapat
menyusun strategi pembangunan yang tepat dan terarah untuk menentukan skala
prioritas bagi infrastruktur untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi saat
ini seperti pengangguran, kemiskinan dan juga cara untuk meningkatkan
pendapatan nasional Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
memecahkan masalah tersebut dimana hasilnya dapat dijadikan dasar
pertimbangan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan di bidang
2.3. Kerangka Pemikiran
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang
peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak
dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur. Seiring dengan hal tersebut maka
kebutuhan infrastruktur di tingkat nasional dan daerah menjadi sangat besar.
Keadaan ini juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang berarti
semakin meningkatnya kebutuhan akan pelayanan (dalam hal ini infrastruktur).
Untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah tersebut maka
pembangunan sektor infrastruktur sangatlah diperlukan.
Namun masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan sektor
infrastruktur tidak dapat bekerja dengan optimal seperti pembangunan sarana dan
prasarana yang tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat
besar, waktu pengembalian modal yang panjang, investasi yang rendah,
penggunaan lahan yang cukup luas, pemanfaatan teknologi tinggi, perencanaan
dan implementasi perlu waktu yang panjang untuk mencapai skala ekonomi
tertentu dan berbagai kendala lainnya yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan
sektor tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan sektor lainnya yang
pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan klasifikasi Tabel Input-Output Indonesia, dalam penelitian ini
infrastruktur dibagi menjadi 3 sektor besar, yaitu: sektor listrik, gas dan air bersih,
tersebut berperan penting sebagai penyedia input utama bagi sektor lain. Dalam
jangka pendek pertumbuhan infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja yang
pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan tenaga kerja. Sedangkan dalam
jangka menengah dan panjang akan mendukung efisiensi dan produktivitas sektor
terkait. Peningkatan aktivitas dari sektor infrastruktur akan mempengaruhi tingkat
output dari sektor lain. Peningkatan output dalam perekonomian pada gilirannya
akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Untuk memperlihatkan pentingnya peranan infrastruktur tersebut maka
pada penelitian ini dilakukan analisis Tabel Input-Output yang diolah dengan
menggunakan program GRIMP versi 7.2 dan Microsoft Excell yang dapat
menunjukkan keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran, dampak multiplier,
dan dampak investasi infrastruktur terhadap perekonomian. Kerangka pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perekonomian Indonesia
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi
Analisis Input-Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Dampak Penyebaran
Analisis Multiplier
Peranan Infrastruktur dalam Perekonomian Pembangunan Infrastruktur
Kendala: Penggunaan kapital besar Investasi rendah Dana terbatas dll
Kebutuhan Infrastruktur Besar
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Adapun data yang diperlukan untuk keperluan analisis adalah Tabel Input-Output
Indonesia tahun 2005 yang merupakan Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar
Harga Produsen klasifikasi 175 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 20
sektor untuk melihat peranan 14 subsektor infrastruktur dan diagregasi kembali
menjadi 9 sektor untuk melihat peranan 3 sektor infrastruktur besar (Lampiran 1).
Untuk data tenaga kerja 14 subsektor infrastruktur, karena data ini tidak tersedia
secara rinci maka dilakukan proporsi dengan cara membagi upah suatu sektor
dengan upah sektor kelompok tersebut dikali dengan jumlah tenaga kerja
kelompok sektor tersebut (Iskandar, 2005). Data sekunder ini diperoleh dari
instansi-instansi terkait yang sesuai dengan penelitian ini seperti BPS, LSI dan
lembaga-lembaga lain yang terkait serta dari buku, internet dan literatur.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat keras komputer,
perangkat lunak GRIMP 7.2 dan Microsoft Excel. Pemilihan perangkat lunak
GRIMP 7.2 ini didasari atas kemampuannya melakukan perhitungan untuk keperluan analisis Input-Output.
3.2. Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan infrastruktur
maka dampak infrastruktur terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja dan
nilai tambah bruto dapat diketahui berdasarkan matriks kebalikan Leontief.
Sedangkan untuk mengetahui peranan infrastruktur dapat dikaji berdasarkan
analisis multiplier dan analisis keterkaitan.
Dari persamaan yang disajikan sebelumnya yaitu:
x11 + x12+….+ x1n + F 1 = X1
dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:
Xi
a11 a12… a1n X1 F1 X1
a21 a22… a2n X2 F2 X2
. . . . . + . = .
. . . . . .
an1 an2… ann Xn Fn Xn
A . X + F = X
atau F = X - AX
Jika terdapat perubahan permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola
pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan menjadi:
AX + F = X atau (I-A) X = F atau
X = (I-A)-1 F . . . (4)
dimana:
I = matriks identitas berukuran n x n yang elemennya memuat angka satu
pada diagonalnya dan nol selainnya
F = permintaan akhir
X = jumlah output
(I-A) = matriks Leontief terbuka
(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief
3.2.1. Analisis Keterkaitan
1. Keterkaitan langsung dan tidak langsung (total) ke depan
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak
KDLTi =
n
j ij
1
dimana:
KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
n = jumlah sektor
2. Keterkaitan langsung dan tidak langsung (total) ke belakang
Menunjukkan akibat suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang
menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak
langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
KBLTi =
n
i ij
1
dimana:
KBLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
n = jumlah sektor
3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang
belumlah cukup untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci.
Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena
peranan permintaan akhir tiap sektor tidak sama. Oleh karena itu harus
Analisis ini disebut sebagai dampak penyebaran. Menurut Sahara et.al (2007), dampak penyebaran terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)
Konsep ini berfungsi untuk mengetahui manfaat dari pengembangan suatu
sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi
pasar input. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Jika Pdj > 1 artinya sektor tersebut
mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Namun
jika Pdj < 1 artinya sektor tersebut kurang memiliki kemampuan untuk menarik
pertumbuhan sektor hulunya. Rumus untuk mencari nilai koefisien penyebaran
adalah:
Pdj = koefisien penyebaran sektor j
αij = unsur matriks kebalikan Leontief
n = jumlah sektor
Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan
satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor
lain yang menyediakan input bagi sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar
2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong)
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini
diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan
industri hilirnya. Jika Sdi > 1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat
untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Namun jika Sdi < 1 artinya sektor
tersebut kurang mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor hilirnya. Rumus
untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:
Sdi = n
Sdi = kepekaan penyebaran sektor i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief
n = jumlah sektor
Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan
satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor
lain yang menggunakan output dari sektor itu, termasuk sektor itu sendiri sebesar
nilai kepekaan penyebarannya.
3.2.3. Analisis Multiplier
Multiplier ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan aktivitas
sebesar nilai penggandanya. Pada dasarnya, analisis angka pengganda mencoba
melihat apa yang terjadi pada variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi
perubahan-perubahan variabel eksogen seperti permintaan akhir di dalam
perekonomian. Ada tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis
angka pengganda ini yaitu output sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan
tenaga kerja. Masing-masing angka pengganda masih dibagi kedalam dua bagian
yaitu tipe I dan tipe II.
Berdasarkan matriks kebalikan Leontief baik untuk model terbuka (αij)
maupun model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output,
pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada
Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Nilai Multiplier
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Efek Awal 1 hj ej
Efek Putaran Pertama Σiaij Σiaijhi Σiaijei
Efek Dukungan Industri Σiαij-1-Σiaij Σiαijhi-hj-Σiaijhi Σiαijeij-ej-Σiaijei
Efek Induksi Konsumsi Σiα*ij-Σiαij Σiα*ijhi-Σiαijhi Σiα*ijei-Σiαijei
Efek Total Σiα*ij Σiα*ijhi Σiα*ijei
Efek Lanjutan Σiα*ij-1 Σiα*ijhi-hi Σiα*ijei-ei
Sumber: Daryanto dalam Sahara et.al, 2007 Keterangan: aij = koefisien output
hi = koefisien pendapatan rumah tangga ei = koefisien tenaga kerja
αij = matriks kebalikan Leontief terbuka α*ij = matriks kebalikan Leontief tertutup
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per
unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung