• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Land Rent Antara Lahan Komoditas Hortikultur Dengan Padi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Kecamatan Pacet dan Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perbandingan Land Rent Antara Lahan Komoditas Hortikultur Dengan Padi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Kecamatan Pacet dan Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN

LAND RENT ANTARA LAHAN

KOMODITAS HORTIKULTUR DENGAN PAD1 DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Studi Kasus

:

Kecamatan Pacet dan Kecamatanwarungkondang,

Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

Oleh

Ineke Ongkowijoyo

A24101118

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMMARY

lIN@I(E: ONGKOWIJOYO. The Comparative Study of Land Rent of

I-Iorticultt~re and Rice Commodities and Factors Affecting it (Study Case :

Kecamatan Pacet and Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Province

of West Java) (Under s~lpervision of SANTUN R P SITORUS and DYAH

RETNO PANUJU)

Simply, land rent or economic rent cart be defined as an economic surplus

which is the surplus production over totally cost. Based on economic rent concept,

the highest and the best use of land is a condition where the land could optimize

the profit. The aims o r this research are (1) comparing land rent of horticulture

and rice commodities, (2) carrying out financial analysis of horticulture and rice

commodities and (3) determining factors that affecting land rent and productior of

boih commodities.

This research was located in Kecamatan Pacet and Kecamatan

Warungkondang. The main commoditit:~ in both of Kecarnatan are horticulture,

which is divided into seven patterns of cultivation and rice. In this research, prime

data is mostly used. The prime data are acquired from interview using

questionaire on 80 fanners (40 rice farmers and 40 horticulhtre farmers). It was

employed land rent analysis, financial analysis and multiple regression analysis.

Land rent analysis of horticulture commodities results show that land rent

values ranging from -Rp. 2.992,82 to Kp. 17.304,36, whereas the land rent for

rice commodity is Rp 517,23. Financial analysis results show that rice commodity

suitable to be dc\lelopcd are rice, horticulture with pattern of cultivation I1

(Pokcoy-Carrot-Leek), IV (Horinso and Kaelan) and VII (Carrot and Chinese

Cabbage), respectively. Factors which affect land rent are acreage of planting,

(3)

Factors affecting production are acreage of planting, seeds, fertilizers, labours,

(4)

RINGKASAN

IWETKE ONGKOWJOYO. Studi Perbandingan Land Rent aritara Lahan

Komoditas Nortikultur dengan Padi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

(Studi Kasus : Kecamatan Pacet dan Kecarnatan Warungkondang, Kabupaten

Cia-jur, Propinsi Jawa 3arat) (Dibawah bimbingan SANTUN I t P SITORUS

dan DYAH I-LETNQ PAKIJ.IU)

Land t.enf. ata" sewa tandlahan secara sederhana dapat didefinisikan

sebagai surplus ekonomi yaitu mempakan kelebihan nilai produlcsi diatas biaya

total. Sesuai dengan konsep ekonomi lahan, penggunaan tertinggi dan terbaik

adalah keadaan dimana penggunaan lahan tersebut dapat memberikan keuntungan

optimum kepada petani. Penelitian ini bxtujuan antara lain : (1) membandingkan

nilai land rent dari lahan yang dibudidayakan dengan komoditas hortikultur dan

padi, (2) menganalisis kelayakan finar~sial komoditas hortikultur d m padi dan (3)

rnencntukan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land renl dan produksi pada

masing-~nasiug ko~noditas.

Lokasi penelitian bertempat di Kecamalan Pacet dan Kecarnatan

Warungkondang. Komoditas utama dari kedua kecamatan tersebut berupa

hortikultur yang dibngi menjadi rujuh pola Warn dan padi. Data yang digunakan

berupa data primer yaitu wawancara dan kuesioner dari 80 petani responden (40

petani responden padi dm1 40 petani responden hortikultur). Analisis data yang

digunakan adalah analisis land rent, analisis kelayakan finansial dan analisis

regresi berganda.

Dari hasil analisis land rent untuk komoditas hortikultur diperoleh nilai

dari kisaran -Rp. 2.992,82 - Rp. 17.304,36, sedangkan untuk nilai land rent

komoditas padi :jebesar Rp 517,23. Hasil analisis kelayakan finansial (IRR, NPV

(5)

seciangkan untuk pola tanam hortikultur ~nenunjukkan bahwa pola tanam I1

(Pokcoy-Wortel-Bawang daun), IV (Horinso dan Kaelan) dan VII (Wortel-Caisin)

layak untuk dikembangkan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai lcrrrd

rent adalah luas tanam, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, pajak, alat, produksi,

dan nilai sisa alat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah luas

tmarn, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, pajak, alat, sewa traktor, dan upah

(6)

STUDI PERBANDINGAN LAND RENT ANTARA LAHAN

KOMODITAS HORTIKULTUR DENGAN PAD1 DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Studi Kasus

:

Kecamatan Pacet dan Kecamatanwarungkondang,

Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Ineke Ongkowijoyo

A24101118

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Studi Perbandingan L n ~ t d rent antara Lahan

Komoditas Hortikultur dengan l'adi clan

Faltor-Falctor yang Mempengaruhinya

(Studi Kasus : Kecamatan Ptlcet dan

Icecamatan Warungkondang, Kabupaten Ciaujur, Propinsi Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : Ineke Onglcowijoyo

Nomor Pokok : A24101118

Pembimbing I

-

Prof. Dr. 1r.Santun R.P.Sitorus

NIP. 130 367 082

Ir.Dyah Retno Panuiu

NIP. 132 158 766

*>C

NIP. 130 422 698

(8)

Penulis dilahirkan di Surabaya, Jnwa Tiniur pada tanggal 26 Januari

1983, dari pasangan Bapak Gondo Wijc,yo dan Ibu Maria Sumiyati sebagai anak

sulung dari tiga bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis dimulai ketika memasuki TK Kristus Raja

11'di Surabaya pada tahun 1987. Kemudian penulis memasuki jenjang pendidikan

dasar di SDK Kristus Raja I1 Surabaya dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun

yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Domenico Savio Semarang

selama tiga tahun. Selanjutnya, pada tahun 1998 penulis belajar di SMU Sedes

Sapicntiae Semarar~g dan berhasil menamatkannya pada tahun 2001. Penulis

diterima menjadi mahasiswa di Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Pergman Tinggi Negeri)

sejak tahun 2001.

Selarna menjadi mahasiswa, penulis pernah beberapa kali menjadi

asisten antara lain pada mata kuliah Bioteknologi Tanah dan mata kuliah Dasar-

(9)

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis diberikan kesabaran dan kesehatan untuk

menyelesaikan seluruh rangkaial penelitian dan penyusunan skripsi berjudul

"Studi Perbandingan Land rent antara Lahan Komoditas Nortikultur dengan Padi

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhin).am.

Rasa hormat, ucapan terima kasih, dan penghargaan penulis ucapkan

kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P.Sitorus selaku Pembimbing Altademik dan

Pelnbimbing Skripsi I atas segala bimbingan, arahan, dan bantuannya selama

penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima

kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada Ir. Dyah Retno Panuju selaku

Pembimbirg Skripsi I1 atas konsultasi, saran-saran, dan masukan-masukannya

serta kepada Dr. Ir. Atang Sutandi yang berkenan menjadi dosen penguji dalam

ujian sidang penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan terilna kasih yang sebesar-besarnya

kcpada :

1. Papa dan Mama lercinta yang telah lnelnberikan kasih sayangnya dan

kesabarannya dari kecil hingga beranjak dewasa. Adik-adikku, Ivone dan

Irene atas canda dan tawanya.

2. Prasetyo Sutrisno yang telah n~embuat hidupku menjadi lebih indah dan

(10)

3. Teman-temanku yang selalu ada di saat suka dan duka selana empat tahun

ini : Endang, Rika, Imasy, Sari, Arlette, Agus, Willy, Mohung, Tilla,

Amanda, Farah.

4. Kcluarga Mahasiswa Katolik IPB terutama Kak Puthut dan Kak Mustika,

yang telah membuatku mampu bertahan di IPB dan mampu

menghadapinya semua ha1 dengan baik.

5. Staf Eagian Perencanaan Pengenlbangan Sumberdaya Lahan : Mbak Mia

dan i\/.bak Dian atas konsultasinya dan petninjaman skripsi.

Penulis sadar bahwa karya kecil ini masill terdapat banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan

masukan yang membangun dari senlua pihak. Semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Desernber 2005

(11)

DAF'TAR IS1

DAFTAR TABEL

...

i

DAFTAR GAMBAR

...

ii

...

DAFTAIi LAMPIRAN

...

~

...

...

IU I. PENDAHULUAN ' 1.1. Latar Belakang

...

...

1

1.2. Tujuan Penelitian

...

2

. .

1.3. Hipotesis PenelitIan

...

3

11. TINJAUAN PUSTllKA 2.1. Lahan dan Karakteristik Lahan

...

4

2.2. Kesesuaian Lahan, Tipe Penggunaan Lahan dan Evaluasi Lahan

...

4

2.3. Kapasitas Pengguilaan Lahan dan Aspek Eltonomi Sumberdaya Lahan..

. . .. .

. .

..

. ... . .. . . ..

.

.

...

,

.,

.

, ,

..

.

..

. . .

, ,

.

, , .

.

.

.

. . .

. . .

..

. . . .. . .

.

... ...

...

6

. .

.

2.4. Jenls-jenls Konloditas

...

.

..

..

..

...

7

2.4.1. Bawang Daun (Alliurnfistuloszrm L)

...

7

2.4.2. Caisin (Brassica chinensis)

...

8

2.4.3. Wortel (Dauczrs carotn L)

...

9

2.4.4. Padi (Oryza sntiva) ...

.

.

9

. .

.

2.5. Analisis Finansial

... .

.

.

...

10

2.6. Analisis Regresi Berganda ... 10

III.BAHAN DAN METODE

. .

3 1 . Waktu dan Lokasi Penelltian ... ... . . . I I 3.2. Bahan dan Alat

.

.

. . , . , . . . . . . . . . . . 12
(12)

.

.

3.4

.

Analisis Data ... 15

.

.

...

3.4.1. Analisis Land rent 15

...

3.4.2. Analisis Icelayakan Finansial 15 3.4.3. Analisis Regresi Berganda

...

19

IV

.

KONDISI UMUM WILAYAH 4.1. Kecamatan Pacet

...

23

...

...

.

4.1 1. Keadaan Geografi dan Topografi

.

.

23

4.1 .'L

.

Iklim dan Jenis Tanah ... 23

4.1.3. Kepcndudukan

...

24

4.1.4. Pertanian

...

.

.

...

24

4.2. Kecamatan Warungkondang ... 24

. .

'7

... 4.2.1. Keadaan Geogrefi don 1 opograli ;.4

...

... 4.2.2. Iklim dan Jenis Tanah

.

.

25

4.2.3. Kependudultan ... 25

4.2.4. Pertanian

...

25

V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

5.1. Perbandingan Landrettt antara Padi dan 1lol.tikultur

...

27

5.2. Analisis Kelayakail Finansial Komoditas Padi iiall llortikultur

...

28

...

5.2.1. Internnl Rate of Return (IRR)

...

.

.

.

28

...

5.2.2. NEI Present Vcil~ie ( N P V ) 29

...

...

5.2.3. Berlejr Cost Rntio (BCRj

.

.

.

.

.

.

.

31

...

... ...

5.2.4. Break Event Poitlt (BEP)

.

.

.

.

.

31

...

(13)

5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Lard rent Komoditas

Padi dan Hortikultur

...

32

5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi I<omoditas l'atli

...

dan Hortikultur 39

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

...

6.1. Kesimpulan

...

46

...

6.2. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor

1. Jenis Data, Pengurnpulan Data, Sumber Data, dan Teknik

.

.

Analtsls Data

...

13

2. Pola Tanam, Intensitas Tanam dan Junilah Responden

...

13

3. Peubah Analisis Regresi Bergaida pada Fungsi Land rent

...

2 1

4. Peubah Analisis Regresi Berganda pada Fungsi Produksi I'adi

...

21

5. Peubah Analisis Regrcsi Bcrganda pada Fungsi I'roduksi

Hortikultur

...

22

6. Nilai Land renr pada Berbagai Pola Tanam

...

.

.

.

...

28

7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kolnoditas Padi d a ~ i

Hortikultur

...

...

30

8. Faktor Berpe~igaruh icrhadap Lutd rent pad^ 8 Pola Tanani

...

33

9. Persamaan Hasil Analisis Regrcsi Berganda dengan Land renr

sebagai Fungsi 'I'ujuan pada 8 Pola Tanam

...

.

.

.

...,.,,...

34

10. Faktor Berpengaruh terhadap Produksi pada 8 Pola Tanani

...

39

11. Persanlaan I-Iasil Analisis Regresi Berganda dengan Produksi

(15)

DAPTAR GAMBAR

Nornor Halaman

Te ks

...

...

1. Peta Administrasi Kecamatan Pacet

.

.

.

1 1

...

2. Peta Administrasi Kecamatan Warungkondal~g 12

. .

...

...

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Nilai Output-Input dan Land Rent Usahatani pada Delapan Pola

Tanam

...

49

2. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Delapan Pola Tanam

...

SO

3. Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Land Rent sebagai Fungsi

Tujuan

...

58

4. Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Produksi sebagai Fungsi

Tujuan

...

60

5. Kuesioner untuk Lahan Sawah

...

62
(17)

I. PENDAMULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya slam yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup manusia karena setiap kegiatan manusia selalu

melibatkan sumberdaya lahan. Salah satu komponetl penyusun sumberdaya lahan

adalah tanah. Penggunaan sutnberdaya lahan khususnya untuk aktivitas pertanian

pada umumnya ditentukan oleh kenlampuan lahan atau kesesuaian lahan (Sitorus,

2004). Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan

menimbulkan masalah yang sulit diatasi seperti terjadinya degradasi lalian dan

munculnya lahan-lahan ltritis.

Nilai ekonomi sumberdaya lahan atau lnnd rent atau s e w tanahllahan

secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu surplus ckonomi yaitu

mempakan kelebihan nilai produksi total di atas biaya total. Land re171 juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas fisik lahan, lokasi dan sisteln

lingkungan di sekitarnya. Semakin besar nilai output yang dihasilkan dari suatu

lahan, maka land rent yang diperoleh juga semakiil tinggi.

Kabupaten Ciarljur merupakan salah satu d a e r ~ h di l'ropinsi Jawa Barat

yang memiliki iklilil yang sejuk karctia lokasinya berada di antara dua gutlung

besar di Propinsi Jawa Barat, yaitu Gunung Gcde dan Gunung Salak. lvlayoritas

matapencaharian masyarakat di Kabupatten Ciailjui adalah scbagai petani. Sayur-

sayuran dan beras Pandan Wangi ~nerupakan dua ko~noditas yang sudah sangat

terkenal di berbagai daerah terutama di kawasan Jabotahek. Hasil produksi

(18)

Jabotabek bal~kan tersebar sanlpai ke llropinsi Jawa 'l'engah dan I1ropinsi Jawa

Timur. Kecamatan Paeet merupakan kawasan agropolitan yang baru terbentuk.

Kawasan ini memiliki komoditas unggulan yaitu hortikultur atau sayur-sayuran.

Dilihat dari luasan area yang ada, usahatani hortikultur cenderung terpusat di

lokasi tertentu. Hal ini berkaitan erat dengall syarat tumbuh sayuran yang

memerlukan persyaratan khusus terutama suhu sehingga hanya lokasi tertentu saja

yang sesuai untuk budidaya sayuran. Kajian untuk komoditas padi, berlokasi di

Kecamatan Warungkondang. Kecamatan Warungkondang merupakan salah sat11

kecamztan di Kabupaten Cianjur yang mempunyai komoditas unggulan beras

jenis Pandan Wangi.

Sesuai dengan konsep ekonomi lahan, penggunaan tertinggi dan terbaik

adalah keadaan dimana penggunaan lahan terscbut dapat memberikan keuntungan

optimum kepada petani. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai perbandingan

nilai land rent antara lahan komoditas hortikultur dan padi. Selain itu, diharapkan

juga agar petani dapat memperoleh informasi tentang penggunaan lahan yang

menghasilkan keuntungan optinla1 tanpa harus menimbulkan kerusakan pada

lingkungan sekitar.

1.2. Tujuan

1. Membandingkan nilai land rent dari lahan yang dibudidayakan dengan

komoditas hortikultur dan padi.

2. Menganalisis kelayakan finansial komoditas hortikultur dan padi.

. 3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent dan produksi

(19)

1.3. Hipotesis

1. Penggunaan lahan untuk tanaman hortikult~lr memberikan keuntungan yang

lebih besar daripada penggunaan lahan untuk komoditas padi.

2. Budidaya tanarnan hortikultur mempunyai kelayakan fi~lansial yang lebih

baik dari budidaya tanaman padi.

3 . Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent dan produksi untuk masing-

(20)

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan dan Karakteristili Lahan

Menurut Sitorus (2004), lahan merupakan bagian dari bentang lahan

(landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik tern~asuk iklim,

topografi, relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah

setiap bentuk intervensi (carnpur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya baik se-ara material maupun spiritual (Arsyad,

1989). Sementara itu, karakteristik lahan (land characteristic) adalah sifat lahan

yang dapat diukur atau diestimasi, rnisalnya lereng, tekstur tanah, kedalaman

efektif tanah, dan sebagainya (Sitorus, 2004).

2.2. Kesesuaian Lahan, Tipe Penggunaan Lahan dan Evaluasi Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk suatu tipe

penggunaan lahan tertentu. Kesesuaian lahan juga didefinisikan sebagai

penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan

komoditas tertentu. Kesesuaian lahan dibedakan menjadi dua bagian yaitu

kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual

adalah kesesuaian lahan terhadap bentuk penggunaan lahan hanya didasarkan

pada keadaan yang ada sekarang tanpa adanya perbaikan, sedangkan kesesuaian

lahan potensla1 adalah kesesuaian lahan setelah diadakan perbaikan terhadap

faktor penghanbat utarna (Sitorus, 2004). Menurut Hardjowigeno, et ul. (1999)

(21)

penggunaan lahan dengan ltualitas yang dikonlbinasikall dengan hasil analisis

input-ourput, cost-benefit dan analisis sosial-ekonomi. Kesesuaian lahan juga

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kesesuaian lahan bersifat kualitatif dan

kesesuaian lahan bersifat kuantitatif. ICesesuaian lahan kualitatif adalah

kesesuaian lahan yang didasarkan pada pemadanan kriteria masing-masing kelas

kesesuaian lahan dengan sifat-sifat lahannya, sedangkan kesesuaian lahan

kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar pada angka-angka

nilai masing-masing karakteristik lahan. Kesesuaian lahan kuantitatif sering

disebut juga pendekatan parametrik. Kesesuaian lahan kuantitatif biasanya

termasuk didalamnya adalah analisis ekonomi, dengan mempertimbangkan aspek

pengelolaan dan produktivitas lahan.

Tipe penggunaan lahan (land utilization type) atau penggunaan lahan

secara terinci adalah tipe penggunaan lahan yang dirinci sesuai dengan syarat-

syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu.

Tipe penggunaan lahan dapat terdiri dari : (1) hanya satu jenis tanaman, atau (2)

lebih dari satu jenis tanaman. Tipe penggunaan lahan ini dibedakan menjadi di~a,

yaitu : (a) tipe penggunaan lahan ganda (nzultiple land utilization type), dan (b)

tipe penggunaan lahan majemuk (conlpound land utilization type). Tipe

penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan dengan lebih dari satu jenis

sekaligus, dimana masing-masing jenis memerlukan input, syarat-syarat dan

memberikan hasil yang berbeda. Tipe penggunaan lahan majemuk adalah

penggunaan lahan dengan lebih dari :iatu jenis, tetapi untuk tujuan evaluasi

dianggap sebagai satu satuan (Sitorus, 2004). Penggunaan lahan yang berbeda

(22)

atau dalam waktu yang sama tetapi ditempat yang berbeda dalam satuan lahan

yang sama (misalnya sistem pertanian campuran atau nli.xedjbrming).

Evaluasi surnberdaya lahan pada dasarnya adalah proses untuk menduga

potensi surnherdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Evaluasi sumberdaya

lahan pada dasarnya membutuhkan keterangan-keterangan yang n~enyangkut tiga

aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomi. Menurut

Hardjowigeno, et al. (1999), dalam kegiatan evaluasi lahan harus memperhatikan

aspek ekonomi, sosial serta lingkungan dan berkaitan dengan perencanaan

tataguna lahan.

Fungsi dan manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah (I) rnemberikan

pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya,

(2) memberikan informasi kepada perencana tentang berbagai perbandingan dan

alternatif pilihan penggunaan yang diharapkan dapat berhasil, (3) menilai

kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu dan (4) memprediksi

konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.

Terdapat tiga tahapan dasar dalam proses evaluasi sumberdaya lahan, yaitu (I)

penentuan karakteristik lahan; (2) penentuan kualitas lahan dan penyusunan

kriteria; (3) penetapan kesesuaian lahan atau ken~a~upuan lahan atau nilai lahan.

2.3. Kapasitas Penggunaan Lahan dan Aspek Eltonomi Surnberdaya ],ahan

Kapasitas penggunaan lahan sangat erat hubungannya dengan pengertian

sewa ekonomi lahan (land rent). Pengertian dari kapasitas penggunaan lahan itu

sendiri meliputi kemampuan relatif dari sebidang lahan untuk menghasi1:can

(23)

nempunyai dua ko~nponen utanla, yaitu (1) keterjangkauan atau aksesibilitas dan

(2) kualitas sumberdaya lahan (Sitorus, 2004).

Dalam teori ekonomi sumberdaya lahan, sewa lahan merupakan salah

satu konsep penting (Barlowe, 1986). Sewa lahan dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

1. Sewa lahan (contract rent) sebagai pernbayaran dari penyewa kepada pemilik,

dimana pemilik melakukan kontrak :;ewa dalam jangka waktu tertentu.

2. Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yaitu merupakan surplus

pendapatan diatas biaya produksi atau harga input tanah yang memungkinkan

faktor produksi tanah dapat dimanfaatkan dalan~ proses produksi.

Menurut Barlowe (1986), land rent juga dianggap sebagai suatu surplus

nilai produk atau total pendapatan setelah dikurangi total biaya. Pada dasamya,

land rent adalah pendapatan bersih yang diperoleh suatu pelaku ekonomi melalui

kegiatan yang dilakukan pada suatu unit ruang, dengan tingkat teknologi dan

efisiensi manajemen tertentu dalam kurun waktu selama satu tahun. Faktor-faktor

penentu land rent dibedakan atas empat macam yaitu (1) faktor alarniah

(Ricardian Rent), (2) faktor lokasi (Tlzuneriian Rent), (3) faktor modal (Value

Theory of Capital Investment) dan (4) faktor tenaga kerja (Value Theory of Labor

Investment).

2.4. Jenis-Jenis Komoditi

2.4.1. Bawang Daun (Allinri~fistnlos~m L)

Bawang daun tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian

(24)

antara 80%-90%. Kondisi tanah yang paling baik untuk bawang daun tumbuh dan

berproduksi optimum adalah tanah yang gembur, subur, kaya bahan organik,

drainase dan aerasi baik dengan tingkat kemasaman tanah (pH) antara 6.5-7.5

(Rukmana, 1995). Menurut Lingga (1986), tanaman bawang daun membutuhkan

pupuk Nitrogen lebih banyak dibandingkan dengan tananlan yang lain. Bawang

d a m memerlukan 600.kgiha ZA, 300 kgtha urea, dan pupuk kandang sebesar 10-

15.tonIha.

2.4.2. Caisin (Brassica clzinensis)

Brassica chinensis L. varietas parachinensis (caisin) memiliki narxa

umum Flo,vering white cabbage, Mock Pak Choi. Di Indonesia dikenal sebagai

sawi hijau atau sawi kembang. Caisin membutuhkan tanah ya.ig subur, gembur

dan banyak mengandunz humus untuk pertumbuhan yang optimal. Tanah 11at

berpasir dengan drainase yang baik atau tanah liat berlelnpung sangat cocok untuk

pertanaman caisin dan produksi dapat nleningkat. Kemasaman tanah @I-I) yang

baik untuk caisin berkisar antara 5.56.5. Pertumbuhan caisin sangat cepat

sehingga membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Suhu optimum untuk pertumbuhan caisin adalah 13'-21' C.

Caisin membutuhkan pupuk kandang dan pupuk buatan agar dapat

berproduksi tinggi. Pupuk kandang yang diperlukan berkisar 10- 15 tonlha da11

pupuk buatarl yang dibutuhkan adalah 60 kg /ha-1 10 kgha N, 40-60 kg/ha PIOs

(25)

2.4.3. Wortel (Daucus carota L)

Wortel merupakan tanaman dwimusim yang tumbuh di daerah berhawa

sejuk dengan ketinggian antara 1000-2000 m dpl, dengan kisaran temperatur 12'-

23' C, dan dengan suhu optimum untuk tumbuh adalah 16'-18' C. Persyaratan

kebutuhan tanah untuk budidaya wortel adalah : kedalanan tanah minimum 30 cm

dan optimum > 75 cm; struktur tanah berlempung sampai berpasir; kolisistensi

gembur; permeabilitas sedang, drainase agak cepat sampai sedang dan pH berkisar

antara 5.2- 8.2. Sedangkan untuk pH optimum berkisar antara 6.0-7.0.

Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman wortel adalah 15 tonlha.

Sedangkan kebutuhan pupuk anorganik, antara lain pupuk urea 50 kglha, pupuk

TSP 100 kglha, pupuk KC1 100 kg/ha (Lingga, 1986).

2.4.4. Padi (Oryza saliva)

Tanaman padi tergolong tumbuhan yang membutuhkan air dalanl jumlah

cukup banyak (water plant) (Siregar, 1981). 'I'anaman padi umumnya merupakan

tanaman semusim dengan 4 fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif

lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara garis besar, tanaman padi dibedakan

atas dua bagian yaitu bagian vegetatif (akar, b3tang dan daun) dan bagian

generatif (malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga) (Anonynious. 1983).

Habitat padi meliputi wileyah dataran rendah beriklinl panas sanlpai

lembab hingga wilayah dengan elevasi > 2700 m dpl. Tanaman padi dapal

berproduksi dengan baik pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Selain itu

(26)

organik dan struktur yang stabil juga menentukan produksi padi (Moormann dan

van Breemen, 1978).

2.5. Analisis Finansial

Analisis finansial dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

kelayakan finansial usahatani. Adapun dalam unit usaha, sumber-sumber yang

digunakan dalam kegiatan tersebut meliputi, barang-barang modal, bahan baku,

tenaga kerja, dan w a h . Menurut Gittinger (1986) salah satu cara rlntuk melihat

kelayakan finansial adalah dengan metode cashflow analysis. Alasan penggunaan

metode cash flow anabsis dikarenakan adanya pengaruh waktu terhadap nilai

uang selama kegiatan usaha berlangsung.

Ukuran kriteria kelayakan yang biasa dipakai adalah NPV (Net Preseni

Value), IRR (Internal Rate of Return) dan BCR (Benefil Cost Ratio). Selain itu

BEP (Break Even Point) digunakan untuk mengetahui titik impas.

2.6. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk lnembuat model pendugaan

terhadap nilai suatu parameter dari variabel penjelas yang diamati. Uji taraf nyata

(uji-t) dilakukan pada selang kepercayaan 95% dengan menggunakan data la17d

rent dan produksi. Data yang diuji akan berbeda nyata jika memiliki nilai p 5 0.05

(27)

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2005.

Secara umum kegiatan penelitian dibagi atas 5 tahap, yaitu (1) studi pustaka dan

pembuatan proposal, (2) pengumpulan data, baik data sekunder (data yang sudah

tersedia dalarn bentuk jadi) maupun data primer (data lapang), (3) analisis data,

(4) interpretasi hasil analisis data dan (5) penulisan skripsi.

Lokasi penelitian bertempat di delapan desa di Kecamatan Pacet yaitu

Desa Batulawang, Cibodas, Cimacan, Ciputri, Palasari, Sindangjaya, Sindanglaya

dan Sukatani dan di enam desa di Kecamatan Warungkondang yaitu Desa

Bunikasih, Bunisari, Ciwalen, Jambudipa, Sukawangi, dan Tegallega. Kedua

kecamatan tersebut terletak di Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Lokasi

penelitian tertera pada Gambar 1 dan 2.

[image:27.514.60.457.22.806.2]

PETA ADMNISTRASI KECAMATAN PACET

(28)

PETA KECAMATAN WARUNGKONDANG

[image:28.514.74.444.70.543.2]

P

Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Warungkondang

3.2. Bahan dan Alat

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa

kuesioner dari responden dan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Cianjur berupa data Potensi Desa (PODES) tahun 2001 serta Peta

Rupa Bumi Kabupaten Cianjur.

Peralatan yang digunakan adalah seperangkat komputer, alat tulis, dan

perangkat lunak (sofware) yang terdiri dari Microsoft Excel 2000, Statistica Versi

6.0 dan Arc View Versi 3.2.

3.3. Jenis Data, Pengumpulan Data dan Sumber Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan 80 responden yang

dipilih dari petani y q g mengusahakan tanaman hortikultur di Kecamatan Pacet

(29)

Masing-mising kelompok petani dipilih secara acak 40 petani sebagai responden

sehingga secara keseluruhan responden berjumlah 80 petani. Tujuan penelitian,

jenis data, pengurnpulan data, sumber data dan teknik analisis data tertera pada

Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Data, Pengumpulan Data, Sumber Data, dan Teknik Analisis Data

Tabel 2 berisi rincian jenis-jenis komoditas dari masing-masing pola tanam dan

jumlah masing-masing responden untuk setiap pola tanam.

Tabel 2. Pola Tanarn, Intensitas Tanam dan Jumlah Responden

No.

'I

.

*

3

Dari Tabel 2 dapat dilihat ada delapan pola tanam, dimana tujuh

diantaranya merupakan pola tanam hortikultur atau tumpang sari b o l a tanam II-

VIII) yang berada di Kecarnatan Pacet sedangkan untuk pola tanam I (padi-padi)

berada di Kecamatan Warungkondang. Intensitas Pertananlan atau Cropping

Intensity merupakan frekuensi penanaman yang dilakukan petani dalanl kurun

Tujuan Penelitian

Menghitung nilai land rent dari lahan yang dibudidayakan dengan komoditas hortikultura dan padi

Menganalisis kelayakan finansial hortikuttura dan padi

Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai landrent pada masing-masing komoditas. Jenis Data Cats primer Data primer Data primer

S u n ~ b e r Data Wawancara, Kuesioner Wawancara, Kuesioner Wawancara, Kuesioner Teknik Analisis Data

Analisis Land rent

(30)

waktu setahun, misalnya pola tanam I (padi-padi) dalanl jangka waktu setalun,

petani menanam padi sebanyak dua kali.

Pada diagram alir penelitian (Gambar 3), langkah pertama yang

dilakukan adalah entry data primer. Data primer tersebut berupa data produksi

pertanian, yaitu luas tanam, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, pajak, alat, nilai

sisa alat, dan produksi. Kemudian dari data produksi pertanian tersebut mulai

dilakukan teknik analisis data. Teknik analisis data yang digunakan antara lain

analisis land rent, analisis kelayakan finansial dan analisis regresi berganda.

Analisis land rent dan analisis kelayakan finansial menggunakan sofhvare

Microsoft Excel sedangkan untuk analisis regresi berganda menggunakan

I

Data Primer

(kuesioner)

I

I

Entry Data

I

I

Data Produksi Pertanian

1

[image:30.518.61.458.190.788.2]

'Y

Y

+

9

[LuuTsn.n]

[=]

[.i.i.Y.*l.1]

[=I

Teknik Analisis Data

Analisis Landrerzl Analisis Regresi Bergnnda

Analisis Metode ForwardSlepwise

Kelayakan Finansial

Falitor-falitor yang

Gross BCR, dan BEP berpengaruh terhadap

riilai innrlre~tl dan

produksi

(31)

3.4. Analisis Data

3.4.1. Analisis Land rent

Land rent adalah nilai keuntungan yang diperoleh dengan melakukan

aktivitas tertentu pada suatu luasan lahan selama kurun waktu satu tahun.

Manfaat ekonomi dari suatu lahan umumnya dapat dinilai dari pendapatan

bersih per m2 lahan per tahun untuk penggunaan tertentu.

Secara maternatis dapat ditulis sebagai berikut :

Land rent = {(<xH,)-B, +(P,xH,)-B~ +(P, xff3)-B3}

n121ahan

atau

II

Land rent = {(?XH,)-B, +(p2xff2)-B, +...+ (P,,~H,,)-B"}

m21ahan

11

dimana PIlP2 : volume output produksi ke-112

HlIH2 : harga output ke-112

BI/B2 : inputproduhi ke-112

3.4.2. Analisis Kelayakan Finansial

a.

NPV

(Net Preserzt Value)

NPV menghitung nilai sekarang dari aliran kas yaitu merupakan selisih

antara present value (PV) manfaat dan preseni value (PV) biaya. Nilai

bersih sekarang akan menggambarkan keuntungan dan layak

diiaksanakan jika mempunyai nilai positif.

Rumus dari NPV adalah :

"

Bt-Ct

I

N P V = ~

(32)

dirnana :

Bt : manfaat sosial kotor suatu proyek pada tahun ke-t;

Ct : biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun ke-t;

n : umur ekonomis dari proyek;

t : tahun proyek;

1 : social opportunily cost of capital, yang ditunjuk sebagai social

discount rate.

Jika NPV > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan; NPV < 1,

usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan dan jika NPV = 0, maka

usaha tersebut c e n d e m g impas, dimana besaran penerimsan hanya bisil

digunakan biaya untuk menutupi biaya yang ditanggung.

b. BCR (Benefit Cost Ratio)

Benefit Cost Ratio meiupakan tingkat besamya tambahan manfiiat setiap

tambahan satu rupiah pengeluaran bersih. BCR dibedakan menjadi dua

yaitu Net Benejt Cost Ratio dan Gross BeneJil Cosr Ratio. Net BC:R

merupakan angka perbandingan antara jumlahpresent value yang positif

(sebagai pembilang) dengan jumlah present valzre yang negatif (sebagai

penyebut).

Rumus dari Net BCR adalah :

"

(Bt - ~ t ) / ( l + i)' untuk Bt-Ct > 0

Net BIC = --

,

( B t i

+

i ) untuk Bt-Ct < 0

dimana B : benejtkeuntungan (Rp)

(33)

Gross BCR adalah jumlah present value arus benejh (sebagai

pembilang) dengan jurnlahpresent value arus biaya (sebagai penyebut).

Rumus dari Gross BCR adalah :

Gross B/C =

,=, Ct /(I+ i)'

Jika Net BCRIGross BCR > 1, maka usaha tersebut layak untuk

dilaksanakan karena mendatangkan keuntungan; jika Net BCRIGross

BCR < I:, usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan karena bila

diusahakan akan mengalami kerugian; jika Net BCRIGross BCR = 0,

maka usaha tersebut tidak mendatangkan keuntungan d m tidak

mengalami kemgian.

c. IRR (Internal Rate of Ret~rrn)

Internci Rate of Return adalah nilai diskonto yang me~nbuat NPV dari

kegiatan usaha sama dengan nol. Nilai IRR adalah tingkat bunga

maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk

sumberdaya yang digunakan atau penge~nbalian modal usahatani pada

tingkat suku bunga tertentu.

Rumus dari IRR adal* :

IRR =

i'

+

(i"'

-

2)

(NP V' - NP V")

dirnana i' : tingkat discount rate pada saat NPV positif;

i" : tingkat discount rate pada saat NPV negatif;

NPV' : nilai NPV positif;

(34)

Bila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku saat

analisis, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. Artinya bahwa

laju pertumbuhan manfaat lebih besar daripada laju pertumbuhan modal.

Sebaliknya, bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga maka

usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan.

d. BEP (Break Event Poini)

Break event point atau titik impas adalah keadaan dimana suatu usaha

tidak memperoleh laba dan tidak menga1:lmi kcrugian. BEP juga dapat

didefinisikan sebagai periode waktu tersingkat yang diperlukan oleh

suatu usaha untuk mencapai titik impas, dan nilai investasi terkecil yang

diperlukan untuk dapat mengoperasikan usaha secara ekonomis. BEP

terkait dengan (1) tolerable rimelwaiting time preference, yaitu tingkat

kesabaran menunggu, dan ini tergantung pada jenis kebutuhannya, taik

itu harian, mingguan, dan sebagainya dan (2) resources capabilily, yaitu

kapasitas minimal untuk mengusahakan suatu sumberdaya. Analisis BEP

digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal atau

investasi suatu kegiatan usaha atau sebagai penentu batas produksi

minimal suatu kegiatan usaha harus menghasilkan atau menjual

produknya agar tidak mengalami kelugian. Menurut definisi tersebut

keadaan impas terjadi bila jumlah pendapatan sama dengan jurnlah biaya

(laba = biaya = 0).

Persamaannya adalah sebagai berikut :

(35)

dimana c : harga jual per satuan;

x

: jumlah produk yang dijual;

b : biaya variabel'per satuan;

a : biaya tetap.

3.4.3. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) adalah metode

statistik yang digunakan untuk rnerumuskan model pendugaan variabel

tujuan (dependent variable) terhadap variabel-variabel penjelas

(explanatory variable) lain yang dianlati. Analisis regresi berganda variabel

penjelas dan variabel tujuan yang bersifat kuantitatif. Persamaan yang

dihasilkan dari model regresi berganda harus memenuhi beberapa asumsi di

bawah ini :

1.

E

( E ~ ) = 0,

untuk

setiap i, dimana i = 1,2

,...,

n, artinya rata-rata kesalahan

pengganggu (standard error) adalah nol.

2. K O V ( E ~ , ~ ) = O , i # j, artinya kovarian (E,,E,)=o, dengan kata lain tidak

ada autokorelasi antar pengganggu kesalahan (standard error).

3. ~ a r

($)=a2,

untuk

setiap i, dimana i = 1,2

,...,

n, artinya setiap

kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama.

4. Kov (E,, xi,)= KOV(E,,

x,~)=

0, artinya kovarian kesalahan pengganggu

memiliki varian yang sama dengan setiap peubah bebas tercakup dalam

persamaan linear berganda.

5 . Tidak ada multikolinearitas, artinya tidak ada hubungan linear yang eksak

attara peubah-peubah penjelas atau variabel-variabel penjelas saling bebas

(36)

6. s, = N ( o ; ~ ~ ) , kesalahari pengganggu menyebar normal dengan rata-rata

no1 dan varian cr2.

Persanaan unlum mod:l regresi berganda adalah :

Y = A , + A , X , +

...+

A,X,,dimana:

Y : Fungsi tujudpeubah yang diduga (dependent variable)

A, : Nilai konstanta/koefisien fungsi regresi (intercept)

X

: Variabel penjelasl variabel yang diduga (ir'dependent variable)

4 : Nilai konstanta/koefisien variabel penjelas fungsi regresi

Umumnya variabel-variabel penjelas merupakan kombinasi dari variabel

kategorikal dan kontinu, maka diperlukan beberapa metode khusus untuk

menghasilkan model yang memiliki satu peubah-peubah terbaik. Beberapa

metode yang dimaksud antara lain : standard, forward stepwise, dan bachvard

stepwise. Pada penelitian ini digunakan metode forward stepwise, yang mana

prinsip dasarnya adalah mengurangi banyaknya peubah di dalam fungsi tujuan

dengan cara menyisipkan peubah penjelas satu per satu hingga diperoleh

persamaan regresi yang paling baik.

Uji taraf nyata (uji-t) dilakukan pada selang kepercayaan 95% dengan

menggunakan data penerimaan, biaya dan land rent. Data yang diuji akan

berbeda nyata jika memiliki nilai p-level

<.

0.05 dan tidak berbeda nyata jika

nilaip-level> 0.05

Peubah yang digunakan dalam analisis regresi berganda dengan land

rent sebagai fungsi tujuan pada berbagai pola tanam tertera pada Tabel 3.

(37)

Peubah-peubah tersebut memiliki satuan yang sama yaitu dalanl Rupiah

[image:37.514.62.436.28.816.2]

sehingga tidak perlu dilakukan normalisasi atau standarisasi terlebih dahulu.

Tabel 3. Peubah Analisis Regresi Berganda pada Fungsi Land renl

Sedangkan satuan pada peubah-pcubah pada Tabel 4 dan Tabel

5

berbeda-beda, oleh karena itu perlu adanya standarisasi terlebih dahulu

sebelum dianalisis. Peubah analisis regresi berganda dengan produksi sebagai

fungsi tujuan pada pola tanam padi tertera pada Tabel 4 dengan sepuluh peubah

dan pada pola tanam hortikultur tertera pada Tabel 5 dengan delapan peubah.

(38)
(39)

IV.

KONDISl UMUM WILAYAH

4.1. Kecamatan Pacet

4.1 .l. Keadaan Geografi dan Topografi

Wilayah Kecamatan Pacet secara administratif termasuk wilayah Utara

Kabupaten Ciadjur, dengan batas-batas :

Sebelah Barat : Kabupaten Sukabumi

Sebelah Timur : - Kecamatan Sukaresmi

Sebelah Utara : Kabupaten Bogor

Sebelah Selatan : Kecamatan Cugenang

Luas Kecamatan Pacct adalah 112.04 km2 dengan kciinggian 1000-1500

meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng 8-15 %. Sedangkan

karakteristik topografi yang terdapat di Kecan~atan Pacet berupa perbukitan

berelief halus.

4.1.2. Iklim d m Jenis Tanah

Jenis iklira di Kecamatan Pacet didominasi oleh tipe iklim Afa. Iklirn

tipe Afa ini merupakan iklim hujan tropis tanpa periode kering yang nyata,

selalu basah, suhu udara rata-rata bulan ierdingin lebih besar dari 18' C dan

bulan terpanas lebih besar dari 22' C. Rata-rata curah hujan di daerah Pacet

mencapai 3186 nun per tshun. Kccamatan Pacet juga nlemiliki jumlall

bulan basah terbesar di Kabupaten Cianjur yaitu 10.6 bulan.

Tanah di wilayah Pacet tennasuk ke dalnm jeuis tanah andosol, dirnana

tanah jenis ini cukup subur karena berasal dari lahar Gunung Gede yang

(40)

4.1.3. Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Pacet pada tahun 1998 sebesar 159271

jiwa yang terdiri dari 88293 laki-laki dan 86788 perempuan, kemudian

meningkat sebesar 3.3 % pada tahun 2001 sehingga jumlah penduduk

menjadi 175081 jiwa. Kepadatan penduduk di kecamatan Pacet pada tahun

2001 adalah 1563 jiwal km2 (BPS Cianjur, 2001).

4.1.4. Pertanian

Pertanian di Kecarnatan Pacet telah berkembang sangat pesat terutama

untuk komoditi hortikultura atau sayur inayur. Desa-desa yang menjadi

penghasil hortikultura antara lain Ciputri, Ciherang, Sukatani, Sindangiaya,

Batu Lawang, dan Ciloto. Pemasaran hasil sayuran ini paling banyak

dipasarkan untuk kota-kota besar, seperti Jakarta dan Bandung, sedangkan

untuk skala lokal dipasarkan ke Kabupaten Cianjur.

Selain pertanian hortikultura, terdapat pula budidaya bunga yang

dihasilkan dari seluruh desa (14 desa) di Kecainatan Pacet. Bunga yang

dihasilkan berupa bunga hias serta bunga potong yang bibitnya berasal dari

Jakarta sedangkan pemasarannya ke kota-kota besar yaitu Jakarta, Bogor

dan Bandung.

4.2. Kecamatan Warungkondang

4.2.1. Keadaan Geografi dan Topografi

Wilayah Kecamatan Warungkondang secara administratif tem~asuk

wilayah Utara Kabupaten Cianjur, dengan batas-batas :

(41)

Sebelah Timur : Kecamatan Cibeber

Sebelah Utara : Kecamatan Cugenang

Sebelah Selatan : Kecamatan Campaka

Luas Kecamatan Warungkondang adalah 95.35 km2 dengan ketinggian

101-500 meter diatas permukaan laut dengan kcmiringan lereng 8-15 %.

Karakteristik topografi pada Kecamatan Warungkondang sama dengan

Kecamatan Pacet, yaitu perbukitan berelief halus.

4.2.2. Iklim dan Jenis Tanah

Iklim di Kecamatan Warungkondang juga memiliki tipe yang sama

dengan iklim di Kecamatan Pacet, yaitu tipe iklim Afa. Sedangkan untuk

curah hujan, wilayah ini memiliki rata-rata curah hujan yang paling rendah

di Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 1247 mm per tahun.

Jenis tanah di Kecamatan Warungkondang adalah Latosol. Tanah

Latosol terbentuk dari proses latosolisasi yang merupakan pengendapan

seskuioksida.

4.2.3. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Warungkondang pada tahun 2001

adalah sebesar 103357 jiwa, terdiri dari 52316 laki-laki dan 51041

perempuan dengan peningkatan penduduk sebesar 3.4 % (1 998-2001).

lcepadatan penduduk di wilayah ini pada tahun 2001 adalah 1084

jiwa/km2 (BPS Cianjur, 2001).

4.2.4. Pertanian

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling berpotensi di

(42)

yang paling terkenal di Warungkondang adalah beras Pandan Wangi yang

menliliki ciri biji padi yang besar dan wanginya seperti pandan. Penghasil

beras

Pandan

Wangi terscbar di empat desa, yaitu : Desa Ciwalen,

Jambudipa, Bunisari, dan Bunikasih.

Sektor pertanian yang lain adalah pertanian palawija yaitu berupa tomat,

cabe keriting, sawi, dan jagung. Pertanian palawija terdapat di desa yang

terletak pada ketinggian > 600 m, yaitu di Desa Tegallega, Songgom,

(43)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perbandingan Land retit antara Padi dan Hortikultur

Land rent padi atau nilai sewa ekonomi lahan untuk komoditas padi

diperoleh dari selisih nilai rataan jumlah penerimaan dengan nilai rataan

jumlah pengeluaran per m2 per tahun. Hasil penelitian dari 40 responden

petani di Kecamatan Warungkondang didapatkan nilai land rent pada pola

tanam I sebesar Rp. 517.23 per m2 per tahun.

Berbeda dengan komoditas padi yang bersifat monokultur, perolellan

nilai land rent untuk komoditas hortikultur dibedakan berdasarkan pada pola

tanam karena dalam satu luasan lahan di Kecamatan Pacet terdapat berbagai

jenis tanaman yang dibudidayakan. Pola tanam tersebut dibedakan menjadi

tujuh, yaitu : pola tanam I1 (Pokcoy, Wortel dan Bawang daun), pola tanam

111 (Wortel, Bawang d a m dan Caisin), pola tanam IV (Horinso dan Kaelan),

pola lmam V (Caisin, Lobak dan Bit gula), pola tanam VI (Wortel dan

Bawang daun), pola tanam VII (Wortel dan Caisin) dan pola tanan1 VIII

(Bawang daun dan Caisin). Nilai lrind rent untuk masing-masing pola tanam

per

m2

per tahun bertumt-turut adalah : Rp 7081.30; Rp 5240.79; Rp

17304.36; -Rp 2992.82; Rp 5333.85; Rp 7781.63; Rp 459.30 (Tabel 6). I-Iasil

menunjukkan bahwa sebagian besar pola tanam memiliki nil& land rent yang

lebih tinggi dibandingkan dengan land rent untuk komoditi padi, terkecuali

untuk pola tanam V dan bola tanam VIII, dimana nilai kind rent justru lebih

rendah daripada nilai land rent untuk komoditi padi bahkan pada pola tanam

(44)

justru mengalami kerugian (Tabel 6). Penyebab rendahnya nilai krnd rent

pada pola tanam V (Caisin, Lobak dan Bit y l a ) dikarenakan masih

te ijadiiya praktek "tata niaga tengkulak" sehingga petani kecil tidak

memiliki akses pemasaran untuk h a i l panennya. Selain itu mungkin karma

adanya fluktuasi harga yang bervariasi untuk setiap komoditas yang ditanam

dan tempat penjualan hasil panen yang jauh dari lokasi pasar yang

membutuhkan ongkos transportasi yang cukup besar sehingga dapat

menyrangi keuntungan yang didapat.

Tabel 6. Nilai Land rent pada Berbagai Pola Tanam

Pola Tanam I1 Pokcoy-Wortel-Bawang daun

Pola Tanam I11

Wortel-Bawang daunCaisin

Pola Tanam IV Horinso-Kaelan

Pola Tanam V

Caisin-Lobak-Bit gula

Pola Tanam VI

Wortel-Bawang daun

Pola Tanam VII

Wortel-Caisin

Pola Tanam VlIl Bawang daun-Caisin

5.2. Kelayakan Finansial Komoditas Padi dan Hortikultur

5.2.1. Internal Rate of Return (IRR)

Suatu bentuk usahatani dikatakan layak jika nilai IRR yang

diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku pada saat

itu. Penghitungan IRR kali ini menggunakan tingkat suku bunga sebesar

[image:44.514.67.446.116.762.2]
(45)

12% per tahun atau sekitar 0.01 per bulan. Nilai IRR untuk pola tanam I, 11,

IV, dan VII menunjukkan bahwa usahatani tersebut dapat dikatakan layak

karena nilai IRRnya (0.12; 0.16; 0.34; 0.22) 2 tingkat suku tunga yang

berlku (0.12) atan dengan kata lain petani yang mengusaha!!an pola tanam

tersebut mengalami keuntungan. Sebaliknya pola tanam 111, V, VI, dan VIII

justru nilai IRRnya lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga yang

berlaku atau dapat dikatakan usahatani pada pola tanam tersebut tidak layak

diusahkan terutama pada pola tanam V yang IRRnya bemilai negatif

d i i e n a k a n masih adanya praktek para tengkulak sehingga petani

mengalami kemgian. Jika usahatani dengan nilai IRR lebih kecil dari

tingkat suku bunga yang berlaku masih diusahakan maka yang akan

menyolami kerugian yang semakin besar. Analisis

IRR

juga merupakan

salah satu persyaratan yang diajukan oleh pihak bank apabila petani ingin

mengajukan kredit bergantung dari fluktuasi suku bunga. Hasil analisis

IRR, NPV, BCR, dan BEP untuk padi dan hortikultur tertera pada Lampiran

2.

5.2.2. Net Present Value (NPV)

Hasil analisis NPV disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 ini

menggunakan suku bunga yang sedang berlaku sekarang yaitu sekitar 12%

1

per tahun atau 0.01 per bulan. Penghitungan NPV khusus untuk pola tanan?

hortikultur menggunakan suku bunga per bulan yaitu sebesar 1% karena

dalam kurun waktu satu tahun terjadi tiga sampai empat kali musim tanam.

Jadi, bila penghitungan NPV dilakukan dengan suku bunga yang dihitung

(46)

perhitungan tidak mewakili pola tanam yang terjadi beberapa kali dalam

setahun.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hampir semua usahatani pada

berbagai pola tanam memiliki NPV positif (>O), kecuali untuk pola tanam

V dinlana NPVnya bernilai negatif. Pola tanam V dengan jenis komoditi

caisin, lobak dad bit gula NPVnya bernilai negatif dikarenakrut hasil panen

yang didapatkan oleh petani dijual ke tengkulak dengan harga yang sangat

murah atau bahkan jauh di bawah standar harga yang seharusnya sehingga

dapat dipastikan para petani akan mengalami kerugian. Usahatani yang

dikembangkan pada pola tanam V juga dapat dikatakan tidak layak untuk

diusahakan. Untuk usahatani dengan nilai NPV > 0, usahatani tersebut

layak untuk diiembangkan karena akan mendatangkan keuntungan bagi

petani. Jika analisis

IRR

merupakan syarat penting yang diperlukan untuk

para petani yang ingin mengajukan kredit ke bank, maka NPV adalah

ukuran bagi para petani sendiri untuk memperkirakan modal usaha ataupun

skala usaha yang akan dikembangkan.

Tabel 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Komoditas Padi dan

(47)

5.2.3. Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap

penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. BCR dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu Net BCR dan Gross BCR. Sesuai dengan kriteria yang ada, yaitu

jika nilai Net BCRIGross BCR > 1 maka usaha tersebut layak diusahakan

dan sebaliknya tetapi bila nilai Net BCRIGross BCR = 0 maka usaha

tersebut tidak mendatangkan keuntungan ataupun kerugian.

I-lasil penghitungan Net BCR dan Gross BCR yang dilakukan

menunjukkan bahwa hampir semua usahatani layak untuk diusahakan

kecuali pada usahatani dengan pola tanam V nilai Net BCRIGross BCR < 1.

5.2.4. Break Event Point PEP)

Analisis BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu

pengembalian modal atau investasi suatu kegiatan usaha. Semakin kecil

BEP berarti usahatani tersebut semakin baik untuk diusahakan karena

waklu untuk mencapai suatu titik impas atau titik pengembalian modal akan

semakin cepat. Nilai BEP terkecil adalah 0.39 yaitu pada pola tanam IV,

sedangkan nilai DEP terbesar pada pola tanam VIII yaitu sebesar 2.18.

Dalam hal ini, terkait dengan tolerable time/waiting time preference, maka

dapat diartikan bahwa pada pola tanarn IV waktu yang dibutuhkan untuk

pola tanam tersebut mencapai titik impas atau titik balik modal adalah

selama 0.39 tahun atau kurang lebih 4.68 bulan (0.39*12) atau dibulatkan

menjadi 5 bulan sedangkan bila terkait dengan resources cupubility maka

(48)

maka petani baru mendapatkan tilik impas. Begitu juga seterusnya dengan

pola tanarn yang lain. Sedangkan untuk pola tanarn V nilai BEPnya sangat

renclah bahkan jauh dibawah rata-rata yaitu -50.81. Bila nilai BEP semakin

besar, maka jangka waktu pengembalian investasi atau modal akan semakin

lama dan sebaliknya. Jika ha1 ini dibiarkan terus menerus, maka pendapatan

petani akan semakin m e n m n sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan.

5.2.5. Pola Tanam yang Layak Diusahakan

Hasil analisis IRR, NPV dan

BCR

menunjukkan bahwa pola tanam

I, 11, IV, dan VII layak untuk diusalakan. Hipotesis yang menyatakan

bahwa budidaya tanaman hortikultur mempunyai kelayakan Snansial yang

lebih baik dari budidaya padi ditolak, karena ada beberapa pola tanam

hortikultur justru tidak layak untuk diusahakan. Jenis analisis finansial yang

harus digunakan oleh petani apabila ingin mengajukan hedit ke bank

adalah IKR sedangkan untuk mengetahui apakah usaha tani yang dijalankan

mendatangkan keuntungan atau tidak maka analisis finansial yang hams

dilakukan adalah NPV.

5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Land rent Komoditas Padi dan

Hortikultur

Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat

(49)

Tabel 8. Faktor Berpengaruh terhadap Lund rent pada 8 I'ola 'Tanam

pestisida, pajak, dan benih

Uraian untuk masing-masing faktor akan dikemukakan berikut ini :

a.

Luas

Tanam

Hasil analisis pada Tabel 8 menunjukkan faktor luas tanam hanya

berpengaruh pada pola tanam 11,111 dan VIII. Luas tanam juga mempunyai

pengaruh yang positif terhadap nilai land rent yang diperoleh. Luas tanam

berpengaruh positif terhadap nilai land rent berarti bahwa luas tanam

marnpu meningkatkan nilai land rent atau dengan kata lain dengan

penambahan luas tanam sebesar 1 m2 dapat meningkatkan nilai land rent

sejumlah koefisien yang ditunjukkan pada persamaan pada Tabel 9. Tetapi

dari antara tiga pola tanam, yang berpengarul~ nyata hanya pola tanam I1

artiny~ luas tanam pada pola tanam I1 mampu meningkatkan nilai land rent

yang scciua statistik nyata sedangkan untuk pola tanam 111 dan VlII tidak

dapat meningkatkan nilai land rent yang secara statistik tidak nyata.

Berpengaruh nyata atau tidaknya luas tanam dapat dilihat dari p-levelnya

[image:49.521.80.460.97.360.2]
(50)

penjelas dapat dAatakan mempengaruhi terhadap peubah tujuan atau

peubah respon.

Sebagai contoh, untuk pola tanam

I1

yang berpengaruh nyata,

dengan adanya penarnbahan luas tanam sebesar 1 m2 maka nilai land renl

akan meningkat sebesar Rp 0.1 03/m2/tahun.

Tabel 9. Persainaan Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Land rent sebagai Fungsi Tujuan pada 8 Pola Tanam

Pcrsamann

b. Benih

Benih merupakan faktor yang berpengaruh negatif terhadap nilai

land rent pada pola tanarn I, 111 dan VI. Faktor benih pada ketiga pola

tanam tersebut jelas berpengaruh nyata terhadap nilai land rent yang

didapat, karena p-levelnya bemilai 5 0.05. Berpengaruh negatif memiliki

pengertian yang berkebalikan dengan berpengaruh positif, yaitu peubah

bebas justru m e n d a n peubah respon atau dalam ha1 ini menurunkan

(51)

Harga benih yang m h a l atau jauh diatas standar harga yang

ditetapkan merupakan salah satu penyebab faktor benih berpengaruh negatif

terhadap nilai land rent. Harga benih rnahal dengan kualitas yang rendah

dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi yang dapat memgikan

petani karena para petani membeli benih dengan harga tinggi tetapi hasil

yang didapat 'tidak seperti yang diharapkan sehingga produksi dan

keuntungan pun ikut menurun yang akhimya berpengaruh terhadap nilai

land rent yang semakin rendah.

c. Pupuk

Pupuk berpengaruh negatif terhadap pola tanam I, V dan VIII,

tetapi hanya pada pola tanam I dan V, pupuk berpengaruh negatif nyata.

Bila s a t u tanaman membutuhkan pupuk dalam jumlah yang cukup banyak

rnaka akan berimbas pada biaya produksi yang sernakin besar sehingga nilai

land rent semakin rendah. Kemungkinan lain pupuk berpengaruh negatif

diduga karena tidak adanya respon dari tanaman yang diberi pupuk atau

pupuk yang diberikan jenisnya tidak cocok dengan yang dibutuhkan

tanaman yang sedang diusahakan.

d. Pestisida

Tabel 8 menunjukkan bahwa pestisida rnerupakan faktor yang

paling banyak berpengaruh negatif terhadap nilai lund rent. Pestisida

memiliki pengaruh negatif pada pola tanam I, 11, 111, IV dan V. Sebaliknya,

untuk pola tanam VII pestisida justru memiliki pengaruh positif terhadap

nilai land rent. Pada pola tanam I, 11, 111, IV, dan V, pestisida berpengaruh

(52)

VII walaupun pestisida berpengaruh positif tctapi secara statistik tidak

berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai land rent.

Pernberian pestisida pada tanaman seharusnya meningkatkan hasil

produksi karena dengan adanya pemberian tersebut hama ataupun penyakit

yang menyerang dapat diatasi sehingga tidak menurunkan produksinya.

Dalam hal pestisida yang diberikan malah menurunkan produksi, diduga

d i e n a k a n dosis yang diberikan terlalu banyak atau pestisida yang

diberikan tidak cocok sehingga dapat rnenirnbulkan keracunan atau bahkan

bemkibat ke~natian yang berirnbas pada rendahnya produksi dan

keuntungan.

e. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor kelima yang rnemiliki pengaruh

negatif terhadap nilai land rent. Tenaga k e j a hanya berpengaruh negatif

nyata secara statistik terhadap pola tanam I dan VII, sedangkan untuk pola

tanam VIII tenaga k e j a tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap

p e n m a n nilai land rent. Semakin banyaknya tenaga keja yang

dibutuhkan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk

membayar upah tenaga keja. Hal ini dapat menyebabkan biaya produksi

sernakin besar, sehingga keuntungan yang didapat se~nakin kecil dan

akhimya berimbas pada nilai land rent yang diperoleh akan semakin rendah

pula.

f. Pajak

Faktor pajak rnemiliki pengaruh negatif terhadap pola tanam I, IV,

(53)

berpengaruh negatif nyata pada pola tanam I, IV dan V sedangkan untuk

pola tanam VI pajak juga berpengaruh positif nyata. Bila pajak yang

dikenakan semakin tinggi maka biaya yang dikeluarkan untuk membayar

juga semakin besar akibatnya tejadi penurunan nilai land rent maka pajak

berpengaruh negatif. Dalam ha1 pajak berpengaruh positif, mungkin

pengaruhnya secara tidak langsung. Dua kemungkinan pajak berpengaruh

tidak langsung yang bersifat positif dilihat dari aksesibilitas dan kualitas

lahan yang ada. Bila suatu lahan dekat dengan jalan atau mempunyai lokasi

yang dekat dengan pasar, maka pajak yang dikenakan akan semakin besar

tetapi keuntungannya petani tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi

untuk menjual panennya. Begitu juga dengan kualitas lahan yang ada,

semakin subtu lahan maka pajak yang dikenakan juga semakin besar tetapi

hasil yang didapat dari lahan subur tersebut juga memberikan keuntungan

yang besar.

g. Alat

Alat tidak banyak berpengaruh pada beberapa jenis pola tanarn

yang ditzliti hanya pada pola tanam I dan 11. Pada pola tanam I, alat

berpengaruh negatif nyata sedangkan pada pola tanam I1 alat berpengaruh

positif nyata. Alat berpengarul~ negatif nyata disebabkan umur

produktivitas yang sudah lewat batas atau rusak sehingga tidak dapat

diynakan semaksimal mungkin sedangkan alat berpengaruh positif nyata

diduga karena dengan adanya sarana pengolahan atau alat pertanian yang

masih layak digunakan, para petani menjadi tertolong dalam mengusahakan

(54)

menipekejakan orang sehingga dapat menurunkan biaya produksi,

akibatnya nilai land rent yang diperoleh juga tinggi.

h. Produksi

Produksi m e ~ p a k a n faktor yang paling banyak memiliki pengaruh

positif terhadap nilai land rent pada berbagai pola tanam yang ada. Hampir

semua pola tanam memiliki produksi sebagai peubah positif kecuali pola

tanam 11. Produksi tidak berpengaruh terhadap nilai lund rent pada pola

tanam I1 tetapi untuk pola tanam I, 111, IV, V, VI, VII, dan VIII produksi

justru berpengaruh positif nyata terhadap nilai land rent. Dapat dipastikan

bahwa semakin besar produksi maka semakin tinggi pula keuntungan yang

didapet. Jika keuntungan yang diperoleh semakin tinggi maka nilai land

rent akan semakin tinggi juga.

i. Sisa Alat atau Penyusutan Alat

Sisa alat atau penyusutan alat hanya berpengaruh positif nyata pada

pola tanam 111. Nilai sisa alat yang dihitung berdasarkan data produktivitas

atau urnur pakai sarana pengolahan pertani'an secara tidak langsung ikut

berpengaruh terhadap peningkatan nilai lund rent pada pola tanam 111

sebesar Rp 0.036 lm2/tahun.

R-square yang diperoleh dari hasil analisis regresi berganda

dengan metode Forward Stepwise untuk pola tanam 1 sanpai pola tanam

VIII menunjukkan nilai yang sama yaitu sebesar 0.999 atau 99%, yang

artinya bahwa model yang dipergunakan dapat menerangkan keragaman

data sebesar 99%. Nilai R-square semakin mendekati 100% maka hasil

(55)

keragaman dari hampir selurul~ data yang digunakan. Nilai R-square yang

hampir mendekati 100% juga dapat berarti bahwa model yang digunakan

yaitu ForwurdSfepwise relatif tepat untuk menganalisis data tersebut.

Hasil analisis regresi berganda metode Forward Stepwise

rnenunjukkan bahwa faklor-faktor yang berpengaruh terhadap land rent

tidak hanya produksi dan harga jual melainkan ada beberapa faktor yang

lain yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga keja, alat, pajak, dan nilai sisa

alat. Oleh karena itu, hipotesis yang diberikan ditolak karena ternyata

masih banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap lund refi!.

5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Komoditas Padi dan Hortiknltur

Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi

padi dan hortikultur tertera pada Tabel 10. Persamaan hasil regresi berganda

dengan produksi sebagai fungsi tujuan tertera pada Tabel 11

Tabel 10. Faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi pada Delapan Pola

[image:55.518.73.464.501.714.2]
(56)
(57)

tersebut berpengand~ positif tidak nyata maka penarnbahan sejumlah faktor

tidak memberikan peningkatan yang nyata secara statistik Pengaruh negatif

luas tanam pada pola tanam VII tidak nyata terhadap produksi. Sebagai

contoh, dengan penambahan luas tanam sebesar I m2 pada pola tanarn VII

tidak nyata menurunkan nilai produksi sebesar 0.246 kghdtal~un.

b.

Benih

Pada pola tanam I benih berpengaruh positif tidak nyata @-

levelnya 0.529) (Lampiran 4) sedangkan pada pola tanam VI, benih justru

berpengaruh positif nyata @-level 0.024). Dengan adanya penambahan

benih sebesar 1 k g h a pada pola tanam VI dapat meningkatkan hasil

produksi sebesar 2.079 kghdtahun. Benih berpengaruh positif apabila

semakin banyak benih yang ditanam, maka produksi yang didapat juga

semakin besar sebaliknya bila benih yang ditanam sedikil maka produksi

yang didapat juga kecil.

c. Sewa Traktor dan Upah Pembenihan

Sewa traktor dan upah pembenihan merupakan biaya produksi

yang hanya terdapat pada pola tanam I (padi-padi). Upah pembenihan

berpengaruh positif tidak nyata terhadap produksi sedangkan sewa traktor

juga berpengaruh negatif tidak

Gambar

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Pacet
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Warungkondang
Gambar 3. Diagram Alir I'enelitian
Tabel 3. Peubah Analisis Regresi Berganda pada Fungsi Land renl
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis regresi logit taraf nyata yang digunakan sebesar 5% dan 10%, faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Kecamatan Bogor Selatan adalah

Adapun pola tanam saat ini yang diterapkan oleh petani pada lahan pertanian (sawah, kebun campuran, dan tegalan) berdasarkan hasil cek lapang disajikan pada Lampiran 8. Hasil

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengidentifikasi tipe-tipe penggunaan lahan di Desa Tugu Utara, (2) mengidentifikasi pola distribusi spasial

Dari hasil analisis model regresi linier berganda terhadap model empiris di peroleh bahwa nilai koefisien regresi masing-masing vaiabel bebas pada pertanian padi di Kecamatan

Karakteristik Petani , Besar Kebutuhan Bibit, dan Jumlah Produksi Bawang Merah di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam... Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor

Hasil Analisis Fungsi Produksi Regresi Linier Berganda Input dan Output Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014.

Untuk memenuhi fungsi tujuan dan fungsi pembatas di atas maka dilakukan perhitungan-perhitungan antara lain : analisis usahatani, penentuan pola tanam sesuai dengan

Analisis regresi berganda digunakan guna menjawab tujuan penelitian yang pertama, yakni mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi modal, luas lahan, bibit, pupuk dan jumlah tenaga