• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI

EKONOMI LAHAN (

LAND RENT

) PADA LAHAN SAWAH

DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR,

JAWA BARAT

AKHMAD FAISAL AMRI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

(3)

RINGKASAN

AKHMAD FAISAL AMRI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing Oleh NINDYANTORO

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi di Jawa Barat. Rata-rata produksi padi sawah per kecamatan di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 hingga 2009 mengalami peningkatan, termasuk di Kecamatan Campaka. Namun peningkatan produksi ini lebih dikarenakan peningkatan produktivitas, sedangkan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka terus mengalami perubahan penggunaan lahan.

Penggunaan lahan di Kecamatan Campaka sebagian besar berupa lahan sawah irigasi dan sisanya lahan sawah tadah hujan. Namun penggunaan lahan sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Hal ini disebabkan konversi lahan baik penggunaan untuk kegiatan pertanian lainnya maupun penggunaan untuk sektor non pertanian Konversi lahan sawah untuk sektor non pertanian, terjadi karena kedua sektor ini dinilai memiliki manfaat ekonomi tinggi. Sedangkan lahan sawah dinilai memiliki manfaat ekonomiyangrendah.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. Selain itu mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pada kedua tipologi lahan sawah yang berbeda tersebut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2011.

Data yang digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah berupa data sekunder dengan membandingkan luas penggunaan lahan pada tahun 2006 dengan 2010. Sedangkan dalam menganalisis land rent dan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan data primer hasil wawancara kepada petani secara purposive sampling sebanyak 60 responden. Data primer diperoleh dengan mengambil kasus di Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan karena mewakili karakteristik penggunaan tipologi lahan sawah yang berbeda.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006 hingga 2010 luas penggunaan lahan sawah di kecamatan Campaka mengalami penurunan sebesar 188,24 hektar. Selama kurun waktu tersebut persentase laju degradasi lahan sawah adalah sekitar 11,62 persen atau sekitar 2,32 persen per tahun. Laju konversi ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk.

(4)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI

EKONOMI LAHAN (

LAND RENT

) PADA LAHAN SAWAH

DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR,

JAWA BARAT

AKHMAD FAISAL AMRI H44062114

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan

...(Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka,

...Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Nama : .Akhmad Faisal Amri

NIM : .H44062114

Disetujui

Ir. Nindyantoro, MSP Pembimbing

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan semoga kita termasuk pengikut beliau yang mendapatkan syafaatnya di

yaumul akhir.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua penulis yaitu Bachtiar dan Euis Suhaeni, serta kakak-kakak (Khairul Ikhsan, S.T., Fajar Fadillah, Husna Meisarah dan Ahmad Rafli Anhar) yang senantiasa selalu mengingatkan dan memberikan dukungan baik material maupun spiritual yang tulus dan ikhlas.

2. Ir. Nindyantoro, MSP, sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan nasehat serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Adi Hadianto, S.P., M.Si, sebagai dosen penguji utama dan Novindra, S.P., sebagai dosen penguji wakil departemen atas kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama penulis menjalani masa perkuliahan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 5. Bapak Aris Haryanto, AP. Msi, (Camat Campaka), Bapak Wawan

Ridwanudin (Kepala Desa Sukajadi), Bapak Daman (Kepala Desa Girimukti), dan Bapak Taryana (Kepala Desa Susukan) yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian di wilayahnya. 6. Segenap perangkat Desa Sukajadi, Desa Girimukti, Desa Susukan, KCD

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, petunjuk dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN

NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI

KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT”.

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penelitian ini penulis berupaya menganalisis perubahan

penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. Selain itu penulis

juga mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan mengambil kasus

di Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan, Kecamatan Campaka.

Kemudian dilakukan analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai

ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi. Semoga Allah SWT selalu

memberikan petunjukNya kepada kita semua. Amin.

Bogor, Mei 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Batasan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Usahatani Padi ... 12

2.2 Lahan ... 13

2.3 Penggunaan Lahan (Land Use) ... 13

2.4 Alih Fungsi Lahan (Konversi Lahan) ... 14

2.5 Lahan Sawah ... 15

2.6 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) ... 16

2.7 Penelitian Terdahulu ... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

.3.1.1 Teori Ricardo (Ricardian Rent) ... 20

3.1.2 Teori Von Thunen (Locational rent) ... 21

.3.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV. METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu ... 28

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3 Penentuan Jumlah Responden/Sampel ... 29

4.4 Pengumpulan Data ... 30

(9)

4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah ... 31

4.5.2 Analisis Land Rent ... 32

4.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent ... 34

(10)

6.5.6 Faktor Jarak Lahan ke Jalan Desa (X6)... 75

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 76

7.1 Simpulan... 76

7.2 Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional (2000-2010)... 3 2 Jenis dan Sumber Data serta Metode Analisis yang Digunakan... 29 3 Variabel Bebas (X) dan Variabel Tak Bebas (Y) yang Digunakan

.Dalam Model...

24

34 4 Banyaknya Dusun, RW, RT, Luas Wilayah dan Ketinggian Dari

Permukaan Air Laut Tiap Desa di Kecamatan Campaka ...

24

43 5 Jarak (Orbitasi) dari Tiap Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Ibu Kota

Kabupaten, dan Ibu Kota Provinsi ... 44 6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Banyaknya Rumah Tangga

dan Kepadatannya Tiap Desa Tahun 2010... 45 7 Angka Kelahiran, Kematian dan Migrasi Penduduk Tiap Desa Tahun

2009 ... 46 8 Banyaknya Fasilitas Perekonomian Menurut Jenis Usaha di Tiap ..Desa

Tahun 2009 ... 48 9 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Tiap Desa Tahun 2009... 49 10 Data Kelembagaan Petani Tahun 2009 ... 50 11 Perubahan Luas Lahan Sawah di Kecamatan Campaka Pada .Tahun

2006-2010 ... 57 12 Perbandingan Land Rent pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Sawah

Tadah Hujan ... 60 13 Hasil Perbandingan Analisis Regresi Linear Berganda Land Rent

Sawah Irigasi dan Land Rent Sawah Tadah Hujan ... 62 14 Nilai Koefesien Regresi, Koefesien Baku, dan Elastisitas Pada

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari Tahun 2000-2010 ...

6 2 Rata - rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Cianjur

dalam GKG dari Tahun 2005-2009 ...

7 3 Perubahan Penggunaan Lahan SawahTiap Desa di Kecamatan Campaka

Tahun 2006-2010 ... 9

4 Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan ... 20

5 Pengaruh Jarak terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent ... 22

6 Alur Kerangka Pemikiran ... 27

7 Sebaran Penduduk Angkatan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan ... 47

8 (a) Karakteristik Tingkat Usia dan (b) Pengalaman Bertani ... 51

9 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden ... 52

10 Persentase Luas Lahan yang Diusahakan ... 53  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian Untuk Responden ... 83

2 Laporan Penggunaan Lahan ... 87

3 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur ... 88

4 Data Responden Petani Sawah Irigasi ... 89

5 Data Responden Petani Sawah Tadah Hujan ... 90

6 Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi... 91

7 Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan ... 91

8 Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan SPSS 16.0 ... 92

9 Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan Minitab 14 ... 95

10 Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] Terhadap Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Irigasi(Uji Glesjer) ... 96 13 Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] dengan Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Tadah Hujan(Uji Glesjer) ... 101 14 Hasil Pengujian Hipotesis dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah Dua Populasi ……….. ……….. 102

15 Dokumentasi Lokasi Penelitian ... 103  

 

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar pada sektor

pertanian, hal ini dapat dilihat dari kekayaan alam yang dimiliki seperti kondisi

geografis, iklim dan cuaca yang mendukung untuk berbagai macam tanaman serta

ketersediaan lahan yang luas dan subur. Indonesia juga dikenal sebagai negara

agraris, dimana sektor pertanian merupakan motor penggerak pertumbuhan

ekonomi, karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan

melakukan kegiatannya di sektor pertanian. Sehingga peran sektor pertanian

menjadi sangat penting dan perlu untuk terus dikembangkan.

Pengembangan sektor pertanian, pada umumnya lebih menekankan pada

peningkatan output (produksi) dan maksimalisasi produktivitas dari faktor-faktor

produksi utama, seperti tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen atau

pengelolaan (skill). Menurut Daniel (2004), terutama untuk faktor produksi tanah, terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air, udara, temperatur, sinar

matahari dan lainnya. Semuanya secara bersama menentukan jenis tanaman yang

dapat diusahakan atau sebaliknya, dalam hal ini yang dibahas adalah jenis

tanaman padi. Dalam usahatani padi, selain mutlak memerlukan faktor produksi

juga memerlukan sarana produksi seperti lahan sawah, karena lahan sawah ini

merupakan bagian dari faktor produksi tanah sehingga lahan sawah juga memiliki

peran penting dalam proses produksi dimana peningkatan luas lahan atau luas

panen sangat mempengaruhi hasil panen yang diperoleh. Hal tersebut tentunya

harus didukung dengan penerapan teknologi yang efektif dan efisien untuk

(15)

Salah satu bentuk teknologi yang diterapkan oleh petani yaitu dengan

menggunakan sistem pengairan. Pada umumnya usahatani padi di Indonesia

menggunakan dua macam pengairan, yaitu lahan sawah irigasi (teknis, setengah

teknis, sederhana dan desa/non PU) dan lahan sawah non irigasi (tadah hujan,

pasang surut, lebak, polder dan sawah lainnya). Produksi usahatani padi tidak

hanya dapat dihasilkan dari lahan sawah tetapi juga dapat dihasilkan dari lahan

non sawah seperti (kebun, ladang, pekarangan, dan lainnya). Sehingga

peningkatan luas lahan sawah maupun lahan non sawah tentunya berpengaruh

terhadap peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas padi.

Data BPS tentang luas panen, produksi dan produktivitas padi nasional

untuk periode 2000-2010 (Tabel 1), menunjukkan bahwa luas panen dalam hektar

secara umum mengalami peningkatan dari 11.793.475 hektar menjadi 13.244.184

hektar, walaupun sempat terjadi fluktuasi pada tahun 2001 sampai dengan 2006

namun setelah itu terus mengalami peningkatan. Tidak berbeda dengan jumlah

produksi padi (Gabah Kering Giling atau GKG) dalam ton yang secara umum

mengalami peningkatan dari 51.898.852 ton menjadi 64.398.890 ton, sedangkan

produktivitas dalam ton per hektar lahan panen rata-rata per tahun meningkat dari

4,40 hingga 4,99. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi lebih

dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas dari suatu usahatani, karena jumlah

produksi relatif terus meningkat walaupun terjadi penurunan luas panen, sebagai

contoh pada tahun 2005 sampai 2006 yang menunjukkan bahwa luas panen

mengalami penurunan, akan tetapi jumlah produksi pada tahun tersebut justru

(16)

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional (2000-2010)

Tahun Luas Panen

(hektar) Produksi (ton)

Produktivitas (ton/hektar)

2000 11.793.475 51.898.852 4,40

2001 11.499.997 50.460.782 4,39

2002 11.521.166 51.489.694 4,47

2003 11.488.034 52.137.604 4,54

2004 11.922.974 54.088.468 4,54

2005 11.839.060 54.151.097 4,57

2006 11.786.430 54.454.937 4,62

2007 12.147.637 57.157.435 4,71

2008 12.327.425 60.325.925 4,89

2009 12.883.576 64.398.890 4,99

2010* 13.244.184 66.411.469 5,01

Ket. : * angka sementara

Sumber : BPS Tahun 2010 (diolah)

Pada kondisi dimana produktivitas usahatani padi semakin sulit

ditingkatkan, peningkatan luas panen merupakan upaya yang harus dilakukan

untuk meningkatkan produksi padi nasional (Irawan, 2005). Namun dalam upaya

peningkatan luas panen terbentur dengan masalah ketersediaan lahan yang

terbatas. Di lain pihak kebutuhan atau permintaan (demand) terhadap beras dan sumberdaya lahan yang terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk.

Walaupun terjadi peningkatan luas panen, namun hal ini terjadi di luar pulau Jawa

dengan pencetakan sawah baru, sedangkan di pulau Jawa yang justru memiliki

lahan yang subur mengalami penurunan luas panen akibat terjadinya alih fungsi

lahan atau konversi lahan.

Oleh karena itu, perencanaan penggunaan lahan menjadi sangat diperlukan

untuk mengoptimalkan penggunaan lahan (land use) tersebut. Menurut Dewi (2006), perencanaan penggunaan lahan pertanian merupakan bagian dari

perencanaan pembangunan nasional. Dalam perencanaan penggunaan lahan perlu

dipertimbangkan berbagai faktor seperti sifat fisik lingkungan dan sosial ekonomi.

(17)

lahan. Sedangkan sosial ekonomi dapat dilihat dari nilai ekonomi lahan (land rent) yang diperoleh dari kegiatan usahatani, dalam hal ini usahatani padi.

Dalam Undang-Undang No. 26/2007 tentang penataan ruang disebutkan

bahwa perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian dari perencanaan tata

ruang, karena lahan merupakan bagian dari ruang yang berupa daratan.1

Penyelenggara penataan ruang pada tingkat provinsi wewenang berada pada

Gubernur dan untuk tingkat kabupaten/kota wewenang berada pada

Bupati/Walikota. Pada tingkat kabupaten/kota disebut dengan istilah Rencana

Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW), untuk wilayah Kabupaten Cianjur sendiri

penataan ruang lebih difungsikan sebagai daerah pengembangan kegiatan

pertanian khususnya bidang tanaman pangan.

Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang pembangunannya

bertumpu pada sektor pertanian dan merupakan salah satu daerah swasembada

padi nasional, dengan memiliki areal seluas 350.148 hektar dari 32 kecamatan,

Selain itu sektor pertanian juga merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto) dengan kontribusi sebesar 42,80 persen.

Produksi padi per tahun sekitar 625.000 ton GKG dan dari jumlah sebesar itu

telah dikurangi dengan kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh

surplus padi sekitar 40 persen.2

Realisasi produksi padi Kabupaten Cianjur hingga Juni 2010 sudah lebih

dari 75 persen. Dari target produksi tahun 2010 sebesar 761.187 ton, realisasi

produksi sudah mencapai angka 627.980 ton.3 Hal ini dapat dicapai karena

1

http://www.penataanruang.net/taru/upload/running_text/UU_No26_2007_Tentang_Penataan_Ruangpdf. diakses pada tanggal 15 September 2010.

2

(18)

berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kabupaten Cianjur bersamaan dengan

gerakan tanam padi, di antaranya bantuan stimulan dengan memberikan benih

berlabel kualitas bagus kepada petani, sehingga mampu meningkatkan produksi

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, 2010).

Namun peningkatan produksi padi tersebut terjadi karena peningkatan

produktivitas, sedangkan luas areal sawah secara keseluruhan mengalami

penurunan akibat terjadinya konversi lahan.

Konversi lahan ini dapat berupa perubahan penggunaan lahan sawah

menjadi bentuk penggunaan lahan untuk komoditas pertanian lainnya maupun

penggunaan lahan untuk non pertanian, seperti pemukiman dan industri yang

dipandang memiliki manfaat ekonomi tinggi. Khusus konversi lahan menjadi

pemukiman dapat dikatakan sulit dicegah dengan semakin meningkatnya jumlah

penduduk. Laju konversi lahan sawah di Kabupaten Cianjur sendiri mengalami

peningkatan dan berbanding lurus dengan laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk

kabupaten Cianjur sementara adalah 2.168.514 orang, yang terdiri 1.120.550

laki-laki dan 1.047.964 perempuan. Dengan luas wilayah sekitar 3.501,48 kilo meter

persegi, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk mencapai 127 orang per kilo

meter persegi. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Cianjur per tahun selama

10 tahun terakhir yakni sebesar 1,09 persen. Kecamatan Cilaku merupakan

kecamatan dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 1,75 persen, sedangkan

Kecamatan Leles merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah yakni

menurun 0,22 persen. Kecamatan Campaka sendiri memiliki laju pertumbuhan

(19)

-0.5

Sumber : BPS Kabupaten Cianjur 2010

Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari Tahun 2000-2010

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut dan

mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan titik berat pada sektor

pertanian dan pariwisata. Terutama untuk daerah pengembangan Kabupaten

Cianjur Bagian Tengah atau Wilayah Pengembangan Tengah (WPT) dengan pusat

utama Kota Sukanagara, yang meliputi Kecamatan Campaka, Takokak,

Kadupandak, Sukanagara, Tanggeung dan Pagelaran. Berdasarkan pola dasar

pembangunan di Kabupaten Cianjur, secara keseluruhan daerah WPT termasuk

kecamatan Campaka merupakan jangkauan kota jenjang V yang berfungsi

sebagai pusat produksi dan kegiatan pemukiman dalam lingkup pelayanan lokal.4

Sehingga dalam perencanaan pengembangan wilayah lebih difokuskan dalam

peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman padi, sedangkan kegiatan

pemukiman hanya untuk kepentingan lokal atau tidak dalam skala yang besar.

4

(20)

Peningkatan produksi padi di kabupaten Cianjur terjadi hampir di seluruh

wilayah, termasuk di kecamatan Campaka. Berdasarkan data Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Gambar 2),

menunjukkan bahwa rata-rata produksi padi khususnya padi sawah per kecamatan

di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 hingga 2009 secara umum mengalami

peningkatan yakni dari angka 21.607 ton GKG meningkat menjadi 23.780 ton

GKG. Sedangkan peningkatan produksi padi sawah di Kecamatan Campaka

masih berada di bawah angka rata-rata produksi padi per kecamatan di Kabupaten

Cianjur, yakni hanya mengalami peningkatan dari sebesar 13.220 ton GKG

meningkat menjadi 16.517 ton GKG, hal ini dikarenakan wilayah kecamatan

Campaka yang merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian topografi

rata-rata di atas 500 mdpl (meter dari permukaan laut) sehingga penggunaan lahan

secara keseluruhan lebih dominan kepada penggunaan non sawah.

23780

2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Produksi Rata-rata Kab. Cianjur Produksi Kec. Campaka

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur Tahun 2010 (diolah)

(21)

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mencoba

melakukan analisis mengenai perubahan penggunaan lahan sawah. Selain itu juga

menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) berdasarkan tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan.

Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan

(land rent) pada kedua tipologi lahan sawah tersebut di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

1.2 Perumusan Masalah

Lahan adalah konsep yang dinamis, dimana penggunaan lahan (land use) terjadi sebagai akibat dari tekanan yang dialami lahan secara terus menerus.

Perubahan penggunaan lahan bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya

luas lahan tertentu dan meningkatnya penggunaan lahan yang lain, melainkan

mempunyai kaitan yang erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya

dan politik masyarakat. Dari segi pendekatan ekonomi, akan menentukan sikap,

tingkah laku dan pengambilan keputusan seseorang dalam penggunaan sumber

daya lahan. Pada kondisi ini persaingan dan pergeseran penggunaan lahan akan

sesuai dengan kaidah nilai ekonomi lahan (land rent) yang dapat diberikan oleh tiap-tiap penggunaan lahan (Wafda, 2004).

Perencanaan penggunaan lahan itu sendiri merupakan bagian dari

perencanaan tata ruang. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Cianjur sebagian besar wilayah difungsikan untuk sektor pertanian,

khususnya bidang tanaman pangan. Sejalan dengan fokus program pembangunan

(22)

pengembangan agribisnis, terutama usahatani padi.5 Pengembangan usahatani

padi tidak terkecuali meliputi wilayah Kecamatan Campaka yang merupakan

salah satu wilayah dengan luas lahan sawah yang cukup luas.

Luas lahan sawah di Kecamatan Campaka sebagian besar adalah lahan

sawah irigasi dan sisanya lahan sawah tadah hujan. Namun penggunaan lahan

sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Pada tahun 2006, luas lahan

sawah di kecamatan Campaka berjumlah 1.620,24 hektar dengan perbandingan

luas lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah 1.016,51 hektar dan 603,73

hektar. Sedangkan pada tahun 2010 luas lahan sawah adalah sebesar 1432 hektar

dengan perbandingan luas lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah 1.172

hektar dan 260 hektar.

390

Lahan Sawah Irigasi 2006 Lahan Sawah Irigasi 2010 Lahan Sawah Tadah Hujan 2006 Lahan Sawah Tadah Hujan 2010 Total Lahan Sawah 2006 Total Luas Lahan Sawah 2010

Sumber : Data Umum Kec. Campaka dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab.

.Cianjur Tahun 2010 (diolah)

Gambar.3..Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Tiap Desa di Kecamatan Campaka Tahun 2006-2010

5

(23)

Perubahan penggunaan lahan sawah dapat disebabkan karena konversi

lahan baik penggunaan untuk kegiatan pertanian lainnya maupun penggunaan

untuk sektor non pertanian. Konversi lahan sawah untuk non pertanian, seperti

pemukiman dan industri terjadi karena kedua sektor ini dinilai memiliki manfaat

ekonomi tinggi. Sedangkan lahan sawah dinilai memiliki manfaat atau nilai

ekonomi lahan (land rent) yang rendah. Berdasarkan latar belakang dan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan

Campaka?

2. Berapakah nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda di Kecamatan Campaka?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah tersebut di Kecamatan Campaka?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan

Campaka.

2. Mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda di Kecamatan Campaka.

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal,

antara lain bagi :

1. Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah

keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan, terutama dalam konteks

ekonomi sumberdaya lahan.

2. Pemerintah daerah, sebagai bahan masukan dalam perencanaan penggunaan

lahan dan juga sebagai masukan dalam penerapan kebijakan pertanian

khususnya bidang tanaman pangan seperti padi.

3. Masyarakat setempat terutama bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukan dalam mengelola usahatani padi agar lebih optimal.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa batasan dalam hal ruang lingkup yang

dibahas atau dianalisis, yaitu seperti hal-hal sebagai berikut :

1. Sumberdaya lahan yang menjadi objek penelitian adalah lahan sawah terutama

pada dua tipologi lahan sawah yaitu lahan sawah irigasi (dalam hal ini sawah

irigasi setengah teknis dan pedesaan) dan lahan sawah tadah hujan.

2. Perubahan penggunaan lahan dilhat dari besaran alih fungsi lahan atau

konversi lahan sawah yang terjadi dengan membandingkan luasan lahan

sawah saat ini dengan tahun-tahun sebelumnya dan besaran dampak yang

ditimbulkannya.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Padi

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi atau mengelola aset dan cara

dalam pertanian. Kegiatan tersebut mengorganisasi sarana produksi pertanian dan

teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian. Usahatani lebih

diartikan untuk kegiatan usaha di bidang pertanian berskala kecil, seperti

usahatani padi (Daniel, 2004). Sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani padi

merupakan suatu bentuk usaha dalam memproduksi padi, dimana dibutuhkan

suatu input (benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain) untuk menghasilkan output

berupa padi atau biasanya digunakan istilah Gabah Kering Giling (GKG) atau

juga Gabah Kering Panen (GKP). Untuk memperoleh input atau faktor produksi

tersebut dibutuhkan suatu korbanan yang biasa disebut dengan biaya.

Menurut Soekartawi et al. (1986), menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai input yang habis dipakai atau

dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

Terdapat dua macam biaya usahatani, yaitu biaya investasi dan biaya produksi.

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk investasi usaha, seperti

pembelian peralatan produksi. Biaya produksi dibedakan atas biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap adalah pengeluaran yang tidak tergantung pada

besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah pengeluaran untuk produksi

(26)

2.2 Lahan

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), lahan adalah ruang

daratan meliputi permukaan bumi yang dalam penggunaannya termasuk tubuh

bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya. Bersama dengan sumber daya fisik

wilayah yang lain seperti iklim, topografi, geologi dan lain-lain, sifat lahan sangat

menentukan potensinya untuk berbagai jenis penggunaan.

Suparmoko dalam Pambudi (2008), menjelaskan bahwa lahan juga

merupakan faktor produksi yang sangat menentukan bagi proses pembangunan

ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki lahan yang subur sangatlah

mungkin memiliki tingkat produktivitas pertanian yang tinggi pada tahap awal

dari pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produktivitas pertanian akan sangat

mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain seperti sektor industri dan jasa

pada tahap perkembangan ekonomi lebih lanjut.

2.3 Penggunaan Lahan (Land Use)

Penggunaan lahan (land use) adalah wujud kegiatan atau usaha memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Penggunaan lahan

dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan pedesaan (rural land use) yang menitikberatkan pada produksi pertanian dan penggunaan lahan perkotaan (urban land use) yang menitikberatkan pada tujuan untuk pemukiman. Sasaran penggunaan lahan untuk pedesaan menurut Badan Pertanahan Nasional dalam

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) adalah agar lahan dapat digunakan secara

lestari, optimal, serasi dan seimbang.

Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas

(27)

merupakan penghambat bagi penggunaannya. Hal tersebut seperti tekstur tanah,

lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah

terjadi (Suparmoko dalam Pambudi, 2008).

2.4 Alih Fungsi Lahan (Konversi Lahan)

Utomo, et al (1992), mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh

kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang membawa dampak

negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut. Konversi lahan

disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan

meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Konversi lahan

pada umumnya dipengaruhi oleh transformasi struktur ekonomi yang semula

bertumpu pada sektor pertanian beralih ke sektor ekonomi yang lebih bersifat

industrial.

Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya mendorong terjadinya

migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian

yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan

perumahan. Secara umum, pergeseran atau transformasi struktur ekonomi

merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang.

Berdasarkan hal tersebut maka konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai

suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama proses pembangunan

masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami

peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi

(28)

Pada tingkat mikro, proses konversi lahan pertanian terutama lahan sawah

dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Secara umum

konversi lahan yang dilakukan oleh pihak lain memiliki dampak yang lebih besar

terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses konversi lahan

sawah tersebut biasanya mencakup hamparan lahan sawah yang cukup luas,

terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan atau pemukiman

(Irawan dan Friyatno, 2002). Namun penurunan produksi pangan akibat konversi

yang ditujukan untuk kegiatan non pertanian ini bersifat permanen, karena sekali

lahan sawah berubah fungsi maka tidak dapat menjadi sawah kembali. Selain

berdampak terhadap penurunan kapasitas produksi pangan, konversi lahan sawah

juga berdampak terhadap penurunan pendapatan pertanian dan meningkatkan

kemiskinan serta pemubadziran investasi.

2.5 Lahan Sawah

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

pematang (galengan), saluran untuk menahan atau menyalurkan air, yang biasanya

ditanami padi sawah tanpa memperhatikan dari mana diperolehnya atau status

lahan tersebut (BPS: Luas Lahan Menurut Penggunaannya, 2008). Lahan sawah

dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis pengairannya, yaitu lahan sawah

irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, dan desa/non PU) dan lahan sawah non

irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak, polder dan sawah lainnya).

Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan

irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan

dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan

(29)

yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Lahan sawah irigasi

sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana

yang sebagian jaringannya dibangun oleh PU. Lahan sawah irigasi desa/non PU

adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang

dikelola sendiri oleh masyarakat (BPS: Luas Lahan Menurut Penggunaannya,

2008).

2.6 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent)

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), menjelaskan bahwa lahan

sekurang-kurangnya mepunyai tiga jenis rent yaitu ricardian rent (mencakup sifat kualitas dari tanah atau tingkat kesuburan), locational rent (mencakup lokasi relatif dari lahan) dan environmental rent (mencakup sifat lahan sebagai suatu komponen utama dari ekosistem). Umumnya land rent yang merupakan cermin dari mekanisme pasar hanya mencakup ricardian rent dan locational rent saja, sedangkan environmental rent tidak sepenuhnya terjangkau dalam mekanisme pasar.

Menurut Barlowe dalam Sadikin (2009), menjelaskan bahwa nilai

ekonomi lahan dibedakan menjadi dua, yaitu sewa lahan (contract rent) dan keuntungan usaha (economic rent atau land rent). Sewa lahan (contract rent) sebagai pembayaran aktual dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik

melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan keuntungan

usaha (economic rent atau land rent) merupakan surplus pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat

(30)

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep keuntungan

usaha (land rent) yang dilakukan pada suatu lahan pertanian tertentu, khususnya lahan sawah. Land rent adalah residu surplus ekonomi atau porsi nilai produksi total dan total penerimaan setelah pembayaran terhadap biaya total dilakukan.

Menurut Mubyarto (1989), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai

ekonomi lahan (land rent), yaitu perbedaan kesuburan tanah, perbedaan jarak dari pasar, perbedaan biaya produksi, dan perbedaan lahan yang terbatas (scarcity of land) sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan tersebut.

2.7 Penelitian Terdahulu

Dewi (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesesuaian penggunaan

lahan serta land rent komoditi sayuran dan teh di Desa Ciguha, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan

bahwa seluruh lahan existing untuk budidaya sayuran dan tanaman teh tergolong sesuai (S). Kelas kesesuaian lahan existing yang digunakan berkisar dari Cukup Sesuai (S2) sampai dengan Sesuai Marginal (S3). Hasil analisis land rent

menunjukkan urutan nilai land rent dari yang tertinggi sampai yang terendah pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S2 adalah : 1) cabai rawit Rp 6.660,-/m2; 2)

sawi Rp 2.715,-/m2; 3) teh Rp 2.334,-/m2; dan 4) tomat Rp 2.059,-/m2. Sedangkan

urutan nilai land rent pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3 adalah : 1)

cabai rawit Rp 4.370,-/m2; 2) sawi Rp 1.364,-/m2; dan 3) tomat Rp 979,-/m2 .

Pambudi (2008) melakukan penelitian nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan pemukiman di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

(31)

besar 79 kali dibandingkan dengan land rent pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian adalah status lahan, total penerimaan dan total biaya operasional sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi land rent

pemukiman adalah luas lahan, kondisi rumah, total penerimaan dan jarak lahan ke

jalan utama.

Rumiris (2008) melakukan penelitian tentang analisis perubahan

penggunaan lahan dan land rent antara pertanian dan non pertanian di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di

Kecamatan Darmaga yang dominan pada tahun 2000 dan 2005 adalah kebun

campuran, ruang terbangun dan sawah. Land rent lahan pertanian dan non pertanian di Kecamatan Darmaga menunjukkan nilai land rent lahan pertanian yaitu sawah berkisar antara Rp44,12 hingga Rp 1.070,44/m2/tahun, kebun

campuran berkisar antara Rp 51,33 hingga Rp1.493,56/m2/tahun. Sementara itu

land rent non pertanian (pemukiman) berkisar antara Rp 208,33 hingga Rp 35.069,44/m2/tahun.

Sadikin (2009) melakukan penelitian tentang analisis dampak konversi

lahan pertanian terhadap produksi padi dan land rent (kasus perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor). Hasil penelitian menunjukkan konversi lahan

pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency menyebabkan hilangnya akses

irigasi bagi lahan pertanian di bagian hilir aliran irigasi, hilangnya poduksi padi,

hilangnya pemasukan dari usahatani padi dan menyebabkan terjadinya perubahan

nilai land rent. Total produksi padi yang hilang adalah sebanyak 414,4 ton Gabah Kering Giling. Hilangnya produksi padi pada lahan terkonversi dan adanya selisih

(32)

dampak konversi terhadap pemasukan petani. Total pemasukan usahatani yang

hilang sebesar Rp 1.141.760.000,-/tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah luas lahan, penerimaan dan biaya operasional. Masing-masing variabel berpengaruh sebesar

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Teori Ricardo (Ricardian Rent)

Menurut Ricardo nilai ekonomi lahan (land rent) merupakan surplus ekonomi yang didapat atas dasar produksi dari suatu lahan setelah dikurangi

biaya. Adanya perbedaan surplus ekonomi dikarenakan perbedaan tingkat

kesuburan pada lahan tersebut. Hanya lahan paling subur yang digarap dan tidak

ada pembayaran rent dikenakan terhadapnya. Rent timbul karena ada peningkatan jumlah penduduk sehingga lahan kurang subur digarap. Konsep perbedaan

kesuburan itu dapat dijelaskan dengan konsep biaya dan penerimaan (Gambar 4).

(a) lahan sangat subur (b) lahan subur (c) lahan tidak subur

Gambar 4. Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan Keterangan gambar :

P : harga produksi (Rp)

C1.. C3: biaya produksi (Rp)

X1.. X3: tingkat produksi (ton)

AC : biaya rata-rata (Rp)

(34)

Menurut teori ini, karena terdapat perbedaan kesuburan lahan, maka pada

tingkat harga yang sama akan diperoleh surplus yang berbeda (Pambudi, 2008).

Dimana pada tanah atau lahan yang sangat subur memiliki land rent paling tinggi yaitu pada daerah P – C1, pada lahan subur hanya memiliki land rent sebesar daerah P – C2 atau masih di bawah land rent pada lahan yang sangat subur, sedangkan pada lahan tidak subur tidak memiliki land rent. Hal tersebut terjadi karena terdapat perbedaan pada tingkat biaya rata-rata.

3.1.2 Teori Von Thunen (Locational Rent)

Berdasarkan teori Von Thunen (Suparmoko dalam Pambudi, 2008)

menjelaskan bahwa surplus ekonomi suatu lahan banyak ditentukan oleh lokasi

ekonomi. Biaya transportasi dari lokasi suatu lahan ke kota atau pasar merupakan

input produksi yang penting, semakin dekat lokasi suatu lahan ke pasar maka akan

semakin tinggi aksesibilitasnya atau biaya transportasi semakin rendah. Oleh

karena itu, biaya sewa lahan akan semakin mahal dan berbanding terbalik dengan

jarak. Semakin jauh jarak ke pasar maka biaya transportasi semakin mahal

sehingga land rent semakin turun sejalan dengan meningkatnya biaya transportasi. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar 5, misalkan pada jarak 0

km (tepat di lokasi pasar) biaya transportasi tidak ada, maka biaya total produksi

sebesar OC (land rent tinggi). Kemudian pada jarak OM biaya transportasi meningkat menjadi BA sehingga biaya total produksi menjadi MA, sehingga land rent menjadi lebih rendah. Pada jarak OK biaya transportasi sebesar UT, sehingga biaya total produksi sebesar KT, pada kondisi demikian tidak mendapatkan

(35)

Gambar 5. Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent

Keterangan gambar :

O : pusat pasar (km)

P : harga produk (Rp)

C : biaya produksi (Rp)

M,K,L : jarak (km)

3.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Juanda (2009), pada model regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa variabel tak bebas (dependent variable) Y merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas (independent variable) X1,

X2, ... , Xk dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan

pengembangan model regresi sederhana dengan satu variabel bebas sehingga

asumsi mengenai sisaan ε, variabel bebas X dan variabel tak bebas Y juga sama.

Persamaan model regresi linear berganda secara umum (model populasi) adalah

sebagai berikut :

Yi = β0 X0i + β1 X1i + β2 X2i + ... + βk Xki + εi ...(3.1)

Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data

populasi atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan

ke-i untuk peubah bebas Xk. Koefesien β0 merupakan intersep model regresi linear

(36)

Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + ... + βk Xki + εi ...(3.2)

Untuk mendapatkan koefesien regresi parsial digunakan metode kuadrat

terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan

pengganggu atau Residual Sum of Square (RSS) yaitu ∑ei2 = minimum (terkecil).

Pemilihan metode OLS didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai

sifat-sifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum

digunakan. Menurut Firdaus (2004), asumsi utama yang mendasari model regresi

linear berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut :

1. Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari εi

tergantung pada Xi tertentu adalah nol.

2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non autokorelasi)

artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai

rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik korelasi positif

maupun negatif.

3. Varians bersyarat dari € adalah konstan, asumsi ini dikenal dengan asumsi

homoskedastisitas atau ragam sisaan homogen.

4. Variabel bebas adalah non stokastik yaitu tetap dalam penyampelan

berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari

gangguan €.

5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas satu dengan yang

lainnya.

6. € didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang

(37)

Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka

suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan

metode OLS dari koefesien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (best linier unbiased estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran

pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan

dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius

sedangkan penyimpangan asumsi 1, 4, dan 6 tidak terlalu serius.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sumberdaya lahan sebagai salah satu sumberdaya yang bersifat tidak dapat

diperbaharui (non renewable) dengan jumlah yang relatif terbatas sehingga dalam pemanfaatan atau penggunaanya harus dilakukan seoptimal mungkin. Mengingat

pentingnya sumberdaya lahan dalam kehidupan manusia, karena lahan merupakan

input yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti pertanian, industri, pemukiman, transportasi, rekreasi dan lain-lain. Khususnya untuk

pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting dimana lahan

yang subur sangat menentukan tingkat produksi dan produktivitas dari suatu

usahatani. Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan produksi

merupakan salah satu faktor produksi tetap.

Penggunaan lahan (land use) untuk lahan sawah difokuskan di wilayah pedesaan (rural) atau daerah penyangga kota (sub urban) terutama yang berada di pulau Jawa karena memiliki lahan yang subur. Hal ini merupakan bagian dari

tujuan pembangunan nasional dalam menciptakan ketahanan pangan, baik untuk

(38)

lainnya termasuk wilayah perkotaan (urban). Pada kenyataannya pembangunan yang dilakukan tidak hanya fokus pada sektor pertanian tetapi juga sektor lainnya

seperti kegiatan industri. Sebagai konsekuensi pembangunan di segala bidang

yang cenderung terpusat di pulau Jawa ini, sehingga terjadi peningkatan jumlah

penduduk dan juga perubahan struktur ekonomi yang mendorong perubahan

penggunaan lahan sawah menjadi bentuk lain yang memberikan manfaat ekonomi

tinggi, hal ini tidak hanya terjadi pada daerah perkotaan (urban) tetapi juga banyak terjadi di daerah pedesaan (rural).

Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan resultante dari berbagai faktor.

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan mendorong perubahan

yang meningkat pada permintaan lahan untuk berbagai kebutuhan, seperti

pertanian, industri, jasa dan kegiatan lainnya. Perubahan penggunaan lahan sawah

tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi

yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat.

Pertumbuhan sektor tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila

lahan sawah letaknya lebih dekat dengan sumber ekonomi maka akan menggeser

penggunaannya ke bentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur maupun

untuk pembangunan infrastruktur.

Perubahan struktur penggunaan lahan sawah tersebut, selain mengurangi

luasan lahan sawah yang berdampak pada penurunan jumlah produksi padi juga

berpengaruh terhadap penurunan kualitas lahan sawah itu sendiri karena lahan

sawah yang berubah fungsi tidak mungkin dapat digunakan kembali seperti

semula. Dalam konteks penelitian yang dilakukan di Kecamatan Campaka,

(39)

luasan lahan sawah tersebut dengan membandingkan luasan lahan sawah pada

tahun 2006 dengan 2010. Kemudian menganalisis perubahan penggunaan lahan

sawah yang terjadi, seberapa besar luasan lahan sawah yang beralih fungsi selama

kurun waktu lima tahun terakhir.

Terjadinya perubahan penggunaan lahan sawah ini secara garis besar dapat

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam (lingkungan) dan faktor manusia.

Faktor alam dapat berupa kondisi geografis yang kurang sesuai maupun akibat

bencana alam yang terjadi. Kecamatan Campaka merupakan salah satu daerah

yang berada di dataran tinggi bahkan sempat terjadi bencana tanah longsor dan

banjir. Sedangkan faktor manusia dapat bersifat per individu yaitu berupa

perubahan struktur ekonomi masyarakat pedesaan maupun manusia sebagai

kelompok dalam hal pembuat kebijakan (pemerintah) sangat mempengaruhi

perubahan penggunaan lahan atau konversi lahan sawah.

Perubahan struktur ekonomi tersebut membuat masyarakat menilai lahan

sawah memiliki nilai ekonomi lahan (land rent) yang rendah atau di bawah nilai sebenarnya (undervalue). Dalam penelitian ini hanya mencakup faktor-faktor seperti biaya variabel (biaya benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja), biaya tetap

(biaya sewa traktor, sewa lahan, dan IPAIR), luas lahan, produktivitas, jarak lahan

ke pasar, dan jarak lahan ke jalan. Kemudian faktor tersebut dianalisis dengan

menggunakan model regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh kemudian

dilakukan uji kesesuaian model yang mencakup kriteria ekonomi, kriteria statistik

maupun kriteria ekonometrika. Nilai parameter dari masing-masing variabel

(40)

Ket. : ruang lingkup penelitian

Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran

Peningkatan Kebutuhan Perumahan

Konversi Lahan Sawah

Perubahan Penggunaan Lahan Sawah

Berkurangnnya Areal Lahan Sawah Analisis Regresi Linear

(41)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil kasus di tiga desa yakni

Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan, Kecamatan Campaka,

Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan kondisi penggunaan lahan sawah. Beberapa dasar pertimbangannya adalah, (1) Kecamatan Campaka merupakan salah satu

kecamatan yang memiliki lahan sawah dataran rendah maupun dataran tinggi

yang cukup berimbang, selain itu sebagai daerah rural kecamatan Campaka juga mengalami perubahan penggunaan lahan sawah. (2) Desa Susukan

merepresentasikan sebagai daerah dataran rendah dengan lahan sawah irigasi,

Desa Girimukti merupakan daerah dengan luasan dataran rendah dan dataran

tinggi yang berimbang, sedangkan Desa Sukajadi merepresentasikan daerah

dataran tinggi dengan mayoritas adalah lahan sawah tadah hujan. Penelitian ini

dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari hingga April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer digunakan untuk melakukan analisis land rent pada lahan sawah yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada responden baik petani

pemilik maupun petani penyewa atau penggarap pada kedua tipologi lahan sawah

yang berbeda dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder

digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi

serta untuk melengkapi data yang tidak dapat dijelaskan oleh data primer. Data ini

(42)

Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Cianjur, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur, Kantor

Kecamatan Campaka, KCD Pertanian Kecamatan Campaka dan instansi-instansi

terkait lainnya serta beberapa studi literatur.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data serta Metode Analisis yang Digunakan

Tujuan Data Metode Analisis

Jenis Data Sumber Data

Menganalisis

perubahan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Campaka

Data Sekunder 1. Kantor Kecamatan Campaka

2. KCD Pertanian Kec. Campaka

3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan

2. KCD Pertanian Kec. Campaka

ekonomi lahan (land

rent) pada kedua Sumber : Dikumpulkan Oleh Penulis (2011)

4.3 Penentuan Jumlah Responden/Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, menurut Mardalis (2004) penggunaan teknik sampel ini mempunyai suatu tujuan atau

dilakukan dengan sengaja. Cara penggunaan sampel ini berada di antara populasi

(43)

sebelumnya. Penelitian ini juga dilakukan berdasarkan pada lokasi dimana

terdapat lahan sawah dengan dua tipologi yang berbeda yaitu lahan sawah irigasi

(setengah teknis dan pedesaan) maupun lahan sawah tadah hujan serta terjadi

perubahan penggunaan lahan sawah. Pada masing-masing desa yaitu Desa

Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan juga memiliki karakteristik

penggunaan tipologi lahan sawah yang berbeda.

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara

menggunakan kuesioner kepada petani pemilik lahan dan petani penyewa atau

penggarap. Menurut Juanda (2007), teknik wawancara adalah pengumpulan data

dengan bertanya jawab langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam mengestimasi nilai ekonomi lahan

(land rent) dengan karakteristik yang dimilikinya di Kecamatan Campaka.

Responden adalah para petani padi, baik pemilik lahan sawah maupun

penyewa atau penggarap lahan sawah yang mengusahakan pada lahan sawah

irigasi dan lahan sawah tadah hujan dengan mengambil sampel berjumlah 60

orang responden. Agar proporsional, maka diambil sampel untuk responden yang

mengusahakan pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan masing-masing

adalah 30 responden. Hal ini sesuai dengan batas minimum pengambilan jumlah

sampel untuk data penelitian sosial ekonomi. Selain itu dengan pertimbangan

bahwa responden pada masing-masing tipologi penggunaan lahan sawah tersebut

(44)

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari analisis perubahan

penggunaan lahan sawah, analisis nilai ekonomi lahan (land rent), dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent tersebut. Dalam analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan perubahan yang terjadi

selama lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006-2010. Sedangkan dalam analisis

land rent menggunakan rumus fungsi penerimaan dan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif

serta diolah baik secara manual maupun dengan menggunakan program komputer

seperti Microsoft Office Excel 2007, SPSS 16.0 dan Minitab 14.0.

4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah

Analisis perubahan penggunaan lahan digunakan untuk melihat seberapa

besar perubahan yang terjadi, apakah mengalami pertambahan atau pengurangan

penggunaan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka pada tahun 2006-2010.

Lahan sawah yang mengalami pertambahan berarti luas lahan sawah tersebut

bertambah, sedangkan apabila mengalami pengurangan berarti luas lahan sawah

tersebut berkurang. Menurut Pambudi (2008), persamaan yang digunakan untuk

menghitung laju perubahan penggunaan lahan sawah adalah sebagai berikut :

(45)

4.5.2 Analisis Land Rent

Land rent adalah nilai ekonomi yang diperoleh pada suatu bidang lahan, apabila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Land rent yang diperoleh merupakan manfaat bersih (net benefit) atau selisih dari penerimaan total (total benefit) dengan biaya total (total cost). Penerimaan total adalah seluruh penerimaan yang diterima oleh responden atas pemanfaatan lahan sawah dalam

melakukan usahatani padi selama satu tahun, sedangkan biaya total adalah seluruh

pengeluaran dalam usahatani padi tersebut selama satu tahun. Data yang

digunakan merupakan hasil wawancara terhadap 60 responden.

Untuk mendapatkan nilai land rent dapat digunakan persamaan atau fungsi penerimaan yang dirumuskan sebagai berikut :

πi = TR - TC

= PQ - ∑ Ci

= [P(S*H)] - ∑ Ci ...(4.2)

Sedangkan untuk menghitung nilai land rent dari keseluruhan lahan dapat digunakan metode nilai rata-rata dari land rent yang diperoleh dari masing-masing responden. Land rent rata-rata merupakan penjumlahan dari nilai land rent yang diperoleh dari seluruh responden petani dibagi dengan jumlah responden. Rumus

yang digunakan untuk menghitung land rent rata-rata adalah sebagai berikut :

n

f π i

π = Σ ...(4.3)

Keterangan :

πf = land rent rata-rata (Rp /m2/tahun)

πi = land rent dari responden ke-i (Rp /m2/tahun)

(46)

Q = produksi padi selama satu tahun (kg)

S = luas tanam atau luas panen (m2)

H = produktivitas lahan (kg /m2)

Ci = seluruh biaya yang dikeluarkan selama satu tahun (Rp /m2/tahun)

n = jumlah responden (jiwa)

Karena terdapat dua nilai rata-rata land rent yang berbeda, maka dilakukan suatu pengujian hipotesis dan pendugaan parameter melalui selang kepercayaan

bagi nilai tengah untuk dua populasi. Hal ini diperlukan untuk melihat apakah

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai rata-rata land rent tersebut. Pada umumnya ragam populasi tidak pernah diketahui, sehingga dilakukan

pengujian terhadap dua sampel. Sebelumnya jika tidak ada informasi mengenai

kehomogenan ragam antar populasi, dapat juga melakukan pengujian apakah

ragam populasi land rent irigasi sama dengan ragam populasi land rent tadah hujan. Atau hipotesis nol (H0) dalam pengujian adalah σ2i = σ2t, subskrip i untuk

land rent irigasi dan subskrip t untuk land rent tadah hujan.

Statistik uji yang digunakan adalah uji-F (uji bartllet), karena data berasal

dari sebaran yang menyebar normal. Kriteria penolakan H0 adalah jika nilai-p

untuk statistik ujinya < α (taraf nyata) yang telah ditetapkan. Setelah memperoleh

kesimpulan bahwa kedua ragam populasi bernilai sama atau tidak, maka langkah

selanjutnya adalah menggunakan perintah dua sampel.

Hipotesis Æ H0 : μi−μt =0

H1 : μi−μt ≠0

Keterangan :

σ2

= ragam atau varianspopulasi

(47)

4.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent

Pada regresi linear berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa variabel tak bebas (dependent variable) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas (independent variable) X1, X2, ... , Xk dan komponen

sisaan ε (error). Pendugaan parameter regresi dalam model dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau yang lebih dikenal dengan metode

OLS (ordinary least square). Variabel-variabel yang digunakan untuk menduga model regresi linear berganda tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Variabel Bebas (X) dan Variabel Tak Bebas (Y) yang Digunakan .Dalam Model

Variabel Satuan Keterangan

YI

Land Rent Sawah Irigasi per Tahun

Land Rent Sawah Tadah Hujan per Tahun Biaya Variabel per Tahun

Biaya Tetap per Tahun Luas Lahan

Produktivitas

Jarak Lahan ke Pasar Jarak Lahan ke Jalan Desa

Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis analisis regresi, yaitu analisis

regresi linear berganda land rent sawah irigasi dan analisis regresi linear berganda

land rent sawah tadah hujan. Sehingga model persamaan regresinya dibedakan menjadi dua jenis. Untuk model regresi linear berganda land rent sawah irigasi adalah sebagai berikut :

YI= β0 + β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + β4 X4i + β5 X5i + β6 X6i + εi...(4.4)

Sedangkan untuk model regresi linear berganda land rent sawah tadah hujan adalah sebagai berikut :

(48)

Keterangan :

YI = variabel tak bebas land rent sawah irigasi

YT = variabel tak bebas land rent sawah tadah hujan

β0 = intersep model regresi

β1...β7 = parameter peubah atau koefesien model regresi

X1...X7= variabel bebas

ε = unsur galat

Dalam pendugaan model persamaan regresi land rent sawah irigasi dan model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Namun sebelum melakukan analisis regresi linear berganda tersebut, terlebih dahulu dilakukan analisis koefesien korelasi sederhana (pearson correlation coefficient) antara variabel bebas atau independent variable yang dimasukkan dalam model. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa besar

hubungan di antara variabel bebas dalam model.

4.5.4 Uji Kesesuaian Model

Untuk menentukan bahwa model regresi tersebut adalah baik dan dapat

digunakan atau valid, maka harus dilakukan suatu uji kesesuaian model. Dalam uji

kesesuaian model terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu kriteria

ekonomi (theoritically meaningful), kriteriastatistik dan kriteria ekonometrika. Model regresi dapat dikatakan baik jika telah memenuhi kriteria ekonomi,

sedangkan suatu model regresi dapat digunakan atau valid jika memenuhi kriteria

statistika maupun ekonometrika5.

5

(49)

4.5.4.1 Kriteria Ekonomi

Model yang diuji berdasarkan kriteria ekonomi dapat dilakukan dengan

melihat tanda dan besaran tiap koefesien regresi yang diperoleh. Kriteria ekonomi

mensyaratkan tanda dan besaran dalam tiap koefesien regresi dugaan harus sesuai

dengan teori ekonomi yang ada. Apabila model tersebut memenuhi kriteria

ekonomi, maka dapat dikatakan bahwa dugaan model persamaan regresi linear

berganda dalam penelitian yang dilakukan adalah baik secara ekonomi.

4.5.4.2 Kriteria Statistik

Pengujian terhadap kriteria statistik dapat dilihat dari suatu derajat

ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan uji koefisien determinasi R-Sq maupun uji koefesien determinasi yang disesuaikan R-Sq (adj). Uji koefisien

determinasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas X

menerangkan keragaman variabel tak bebas Y. Nilai R-Sq tersebut mengukur

tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai

variabelnya. Menurut Gujarati (1978) terdapat dua sifat R-Sq, yaitu :

1. Merupakan besaran non negatif

2. Batasnya adalah antara 0 dan 1. Jika R-Sq bernilai 1 berarti suatu kecocokan

sempurna, sedangkan jika R-Sq bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara

variabel tak bebas Y dengan variabel bebas X.

2

ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan (Explained Sum Squared) TSS = jumlah kuadrat total (Total Sum Squared)

σ2

= ragam atau varians residual

(50)

Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-Sq untuk menilai baik

buruknya suatu model adalah mendapatkan nilai yang terus naik seiring dengan

penambahan variabel bebas ke dalam model sehingga digunakan ukuran alternatif

yaitu adjusted R-squared atau R-Sq (adj). R-Sq (adj) secara umum memberikan hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang tidak mampu menambah

daya prediksi suatu model. Nilai Sq (adj) tidak akan pernah melebihi nilai

Sq, bahkan bisa turun jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Nilai

R-Sq (adj) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

)

K = banyaknya parameter dalam model termasuk parameter intersep

Selain melakukan uji kriteria statistik dengan koefesien determinasi R-Sq

maupun R-Sq (adj) tersebut, digunakan juga penghitungan statistik uji. Statistik

uji berikutnya adalah uji-F (keseluruhan) dan statistik uji-t (parsial). Uji-F ini

dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas X secara bersama-sama

berpengaruh nyata pada variabel tak bebas Y. Apabila uji-F diterima atau lebih

kecil dari taraf nyata α, hal ini menandakan bahwa ada minimal satu variabel

bebas yang berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata pada keragaman

variabel tak bebasnya pada taraf nyata α.

Mekanisme untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara

(51)

1. Apabila nilai Fhit > Ftabel, maka tolak H0. Maksudnya adalah terdapat minimal

satu parameter tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel

tak bebas.

2. Apabila nilai Fhit < Ftabel, maka terima H0. Hal ini berarti bahwa secara

bersamaan variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata

keragaman dari variabel tak bebas.

Sedangkan statistik uji-t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing

variabel bebas X secara parsial berpengaruh pada variabel tak bebas Y. Selain itu,

uji-t dilakukan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa

koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak. Kemudian cari

nilai t hit dengan rumus sebagai berikut:

b hit

S b

t = −β , ...(4.8)

Keterangan :

b = koefisien regresi parsial sampel

β = koefisien regresi parsial populasi

Sb= simpangan baku koefisien dugaan

Hipotesis Æ H0 : βi = 0

H1 : βi 0

Kemudian hasil thit dibandingkan dengan ttabel (ttabel = tα/2(n-k)).

Terdapat dua kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji-t. Pertama,

apabila nilai t hit > ttabel maka tolak H0 yang berarti bahwa variabel-variabel yang

digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Kedua, apabila nilai

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional (2000-2010)
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari
Gambar 2. Rata-rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Cianjur
Gambar.3..Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Tiap Desa di Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama mengikuti program Doktoral, penulis telah menulis karya ilmiah yang telah dan akan diterbitkan; yaitu (1) Insentif Ekonomi Dalam Penggunaan Lahan (Land

[r]

Analisis Ekonomi dan Ke!embagaan Alih Flingsi Lahan Sawah ke Penggul1&lt;nn !'ien Pertanian di Kabllpaten Karawang, Jawa Barat. ERIZAL JAMAL

Pada lahan yang tidak mendapatkan pemupukan, unsur Fe berpengaruh positif terhadap produktivitas bawang daun, penambahan satu satuan pupuk Fe akan meningkatkan

Selama mengikuti program Doktoral, penulis telah menulis karya ilmiah yang telah dan akan diterbitkan; yaitu (1) Insentif Ekonomi Dalam Penggunaan Lahan (Land

10 Hasil Land Surface Water Index LSWI Pada Lahan Cetak Sawah Pada Gambar 3.11 dapat dilihat bahwa pada bulan April tahun 2021 prosentase Land Surface Water Index LSWI di Kecamatan