Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
here has been inreasing awaeness
f
th' interactions betmen societies and their natural emironments over the past twen{J' _years. This mvan:ness has been shapened �)' concerns about resource scarci)', emironmental d�gadaion and environmental issues such as global wam,ing. J\1.iroring thl' inreasing importancef the
environinent to boader sociery, the interest in the elaionshp helveen bminess and the environmmt has also ,grown dramaical!}. Whether a compar0• enters the makepace ect)· or no, envion1ental and nat1ral resources make i1portant contribHtions to lot{g-tem economic peformance and can thereore be considered as compan's eonomic assets. Among the services proi•ided �)' the envirom11nl lo sociei)' are inplts lo prodfion pocesses, such as wastf disposal sn1Jices provided b)' water and air. Because these servicn ae not normal), ho,ht and sod at market prices, th1y are not ,neasured �)' com'entional economic aounts. I Ioweve, the annual rport nmJJadt!J!S has developed as onef
the most comrven plaes to find environmental rportin,. Tn lhl)' 11er.ing ottntries, such as Indonesia_. as a result of popuation gro1th, persistent mal porer{)� and other factors, the degradation conditions ef a number f environmental and natual resources, such as forest co11er, inland fisheies, and 1ater lows has atained such exreme proportions, that the economic goth cpabilities of a nation is aea)• beig aecte. 'The eco11011ic eds of these trends are not lected in the naional acc0111ts or the pvate copanies' incon;e aounts as he mjor component f Indonesia's economies income. The ttJV emphais that the Indonesian government has placed on sustainable developlent is a mjor source ef ritiisms ef the taiional national accounts. Jhen economic poiq deisions are based on the omisionf
environmental costs, production activiies ha11e got to be enco1raged to the damgef
the environment and of long-ten; ef the national economic growth. It has nzoivated apts to epand the scope of national accouning YStems �)' inludig enviro1mental assets and se!ices. This is part f a lager movement to devp broader economic indicators faingprimaiJ• on environmental accountin!. in annual rports.rds: Pemanaan globa, akzmtansi /ingkungan
1. PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat dunia rerhadap penanggulangn global 1JJart1ing) pemanasan global clan tanggung jawab lingkungan telah menunjuk.an gejala yang terus mcn.ingkat. Kesadaran ini juga menuntut perusahaan untuk memiliki tanggung jawab sosial terhadap pelestarian lingkungan. Meskipun menurut pandangan konvensional pengelolaan lingkungan oleh perusahaan adalah pemboro�an karena membutuhkan biaya besar yang berdampak pada terhambatnya daya saing perusabaan, perusahaan-perusahaan konvensional dewasa ini mulai menyadari sepenuhnya bahwa isu lingkungan merupakan baian penting dari perusahaan, dimana pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab justru dapat menghindari perusahaan dari tunturan masyarakat maupun pemerintah serta mendorong peningkatan kualitas procluk yang pada akirnya akan meningkatkan keuntungan ekonomi perusahaan.
Perusabaan yang telal1 menerapkan pengelolaan lingkungan suclah sebarusnya mencatat lan melaporkan kegiatannya ke dalam anmra/ rport, meskipun disebagian besar ncgara, termasuk di Indonesia, pelaporan pengelolaan lingkungan perusahaan dalam annual report masih bersifat vountary (suka rela) lan hanya berupa pengungkapan yang bersiat non publik, serta khusus
PE\1AN1\S1\I GI.OB\L (GLOBAL 'AR�IING) D/\N 1\KL\T1\NSl LlNGKlJNGJ\N
rerbadap instirusi pemerimah yang terkait saia. Namtm dengan dikeluarkannya Keputusan ,vlentei Lingkungan H idup No.42/ 11 / 1994 dan U ndang-undang RJ No.23 Ta bun 1997 temang Pengelolaan !jngkungan Hidup, mcnunjukkan adanya kcscriusan clan komitmcn pemerintah Indonesia dalam menciptakan kepedian rerhadap lingkungan. Disinilah peran .niiro1111mf Aormti,{, menjadi sangat penting untuk mengukur dampak positif dan negaif lingkungan yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan.
Pcmanasan global atau gobal 1var1ing secara umum iarikan sebai proses terjadinya pcningkatan suhu rata-rata global pada pcrmukaan bumi. lntegoz•em11enlal Panel on Climate Change IPCQ, sebuah organisasi yang didirikan tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, Wold Meteoological Oganiaion \\vl0) clan United Naions E1viron1m1t Progra11e (UNEP) yang beranggotakan para ilmuwan dati seluruh Junia, menyimpulkan bahwa s:bgian besar pcniogkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kcmungkinan besar disebabkan oleh mcingkatnya konscntrasi gas-gas rumah kaca akibat akiitas manusia. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah lan akadeik, termasuk semua akadei sains nasional dari negara-negara G8. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan meny:babkan pernbaban-pernbaban yang mengakihatkan naiknya permukaan air laut, meningkatnya intcnsitas cnomena cuaca yang ekstrim, perubahan julah clan pola prcsipitasi, hilangnya gletser hina punahnya berbagai jenis hewan .n tumbuhan1•
Dalam usaha penanggulan pemanasan global, sebagian besar pemerintah negara-negara di dunia telah menyepakati sebuah persetujuan internasional di tahun 1997 yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Ncgara-ncgara tcrsebut bcrkomimcn mengurangi cisi atau pcngcluaran karbon dioksida clan gas rumah kaca lainnya dengan cara melakukan kcrja sama dalam perlagangan emisi gas agar penambahan jumlah emisi gas yang berdampak pada pemanasan global clapat terkootrol sehingg-a melalu.i kerjasama ini lipreliksikan akan mampu mengurangi rata-rata perubahan cuaca global ancara 0,02°C - 0,28°( hingga tabun 20502.
Amcr.ika merupakan salah satu ncgara yang idak ikut nenandatangani kcscpakatan Protokol Kyoto, padahal dalam urusan pemanasan global, Amerika adalah negara yang
kontribusinya ping banyak, tak kurang dari 251Yo produksi karbondioksida duia berasal dari Amerika. lsu pemanasan global di Ameika pada kcnyataannya memang masih menjali polemik. Ada bcbcrapa hal-hal yang masih liragukan oleh para ilmuwan, antara lain mengenai berapa pcrkiraan j umlah pemanasan yang akan terjacli di mas a depan clan bagaimana perubahan perubahan tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke rlaerah lainnya, bahkan apa yang sebcnamya menyehabkan penanasan global hingga saat ini masih mcnjacli perdebatan, apakah cliscbabkan oleh tindakan manusia (1nan-v1ade) atau memang karena proses alam (1at1m).
1
Junal Erikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
Al Gore (2006) dalam bukunya An Inconvenient Truh: The Planetay Emegeny
f Global
I'arli1�; and What We Can Do About It, membuat argumen persuasif tentang perbedaan pendapat soal penycbab pcmanasan global. Hal ini terkait <lengan persoalan politik <li i\mcrika, dimana pada masa pemerintahan Clinton pemanasan global dianggap sebagai salah satu permasalahan serius dunia yang terjadi akibat tindakan manusia, sedangkan dimasa pemerintahan Bush pemanasan global yang terjadi dianggap bukanlah karena ulab manusia sehingga idak perlu dipermasalahkan. Dalam bukunya Gore mencoba mengakomodasi perbedaan-perbedaan pendapat yang ada dengan menampilkan fakta-fakta pendukung yang dibahas secara komprehensif 3_Sorokbtin et al (2007), salah satu penentang teori Al Gore, dalam bukunya Global Wam1ilg and Global Cooing: Evotdion
f Climate on Earth
dalam ulasan yang ituis oleh Lee Gerhard di Ameican Assoiationf Petroleum Geogists
(A.PG) Bullein cdisi Desember 2007 menjclaskan bah,va buku ini diawali <lengan penjelasan komprehensif tentang teori asal muasal fisik clan atmosfer bui berlasarkan prinsip-prinsip fisika clan geokiia yang kemudian memunculkan teori haru yang disehut dengan Teori A<liabatik Evolusi Bumi. Teori ini menolak hipotesis bahwa global waming aclalah aibat manusia (anhropogenic) serta menolak teori gas rumah kaca sebagai penycbab perubahan iklim sebab mcnurut mereka emisi gas C02 dan gas rumah kaca lain yang luar biasa besamya pun tak akan mampu mengubah temperatur atmosfer global. Sorokhtin et al mencoba menampilkan teori alternatif yang iclasari oleh sistem clinaika bumi dimana lapat disimpulkan bahwa dalam kutun waktu 600 juta tahun ke clepan, kandungan oksigcn di dalam atmosfer akan menyebabkan tcmperarur global meningkat menjadi 80°C sehingga bumi tidak akan layak lagi dihuni oleh manusia dan makh.uk hidup lainnya seperti sekarang4.
Terlepas dari teori atau pendapat siapa yang benar, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mendukung usaha pelestarian lingkungan clengan tidak merusak alam. Sebagai makhluk individu yang memiliki tanggung jawab sosial, masing-masing kita clapat memulainya lengan melakukan hal-hal kecil seperti melakukan penghematan energi melalui eisiensi penggunaan listrik dan BBM, menghemat penggunaan kertas dengan memanfaatkan teknologi komunikasi clan komputer, mengurangi pengunaan barang-barang plastik clan menggantinya clengan barang-barang yang bisa didaur ulang, tidak membuang sampah sembarangan yang clapat mengakibatkan banjir atau bencana alam lainnya, clan masih banyak lagi yang meskipun kecil jika dilakukan bersama-sama secara coninue lan konsisten akan lapat membantu menyelamatk.an bui dai kehancuran.
3 Dirangkum dari ulasan Awang HS, 12 Maret 2009, "Algore (2006) vs Sorokhtin et al (2007) on Global Warming", http//:geoblogi.iagi.or.id
4
Dirangkum dai ulasan Awang HS, 12 Maret 2009, "Algore (2006) vs Sorokhtin et al (2007) on Global Warming", hp//:geoblogi.iagi.or.id
PE1L'\NASAlJ GLOBAL (GLOBAL WAR\llNG) DAN AhUNTANSl UNG KUN CAN
Kesadaran akan babaya global armzng terhadap kelangsungan hidup nanus1a dan makluk hidup lainnya, membuat konsumen muJai menuntut tersedianya produk-produk yang
hemac eneri Jan ramah lingkungan. Di Indonesia, investor asing meiliki kecenderungan
mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses procluksi yang terhindar lari
munculnya permasalahan lingkungan seperi polusi air, ulara clan suara serta pengrusakan tanah
dan ekosistem. Sedangkan pemerintah mulai menikirkan kebijakan ekonomi makro terkait
dcngan usaha pengclolaan lingkungan dan konservasi alam. Kesaclaran ini juga menuntut
perusahaan un:uk mei tanggung jawab sosial terhadap pelestarian lingkungan meskipun
menurut panlangan kunvensional, perusahaan menganggap kepeclulian terhadap lingkungan
adalah pemburosan karena membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pengelolaan
lingkungan sehingga akan menghambat daya saing perusabaan.
Dalam sistem ckonoi kapitalis, Yiilton Frie<lmcn mengatakan bahwa ada satu clan hanya satu tanggung jawab perusahaan, yaitu menggunakan kekayaan yang diilikinya untuk meningkatkan laba sepanjang sesuai clengan aturan main yang berlaku lalam suatu sistem persaingan bebas tanpa penipuan clan kecurangan. Menlltut penclapat ini, perusahaan tilak perlu menikirkan efek sosial yang litimbulkan perusahaannya clan tilak perlu memikirkan usaha untuk nemperbaikinya. Kemajuan ekonomi yang sangat pesat akibat lenbaga perusahaan telah menimbulkan kerusakan alam. Alam clieksploitasi secara tanpa batas lan akibatnya berdampak pacla kerusakan lingkungan alam, baik binatang, tanaman clan akhinya berlampak pala kenyamanan lan eksistensi makhluk manusia. Pengelolaan alam oleh manusia menjadi ticlak seimbang karena hanya mcnik.irkan pertumbuhan ckonomi dan melupakan kehiclupan sosial yang lebih luas berdampak pacla global 1Jarming, pcmanasan global akibat pcngaruh rumah kaca. Korporasi terlalu lominan dan hanya memikirkan kepentingan lan kebutuhannya yang tanpa batas setta ticlak memilki tanggung jawab kepacla komunitas clan lingkungan (Harahap, 2008). Kepeclulian lingkungan yang muncul dari pihak luar perusahaan seperti konswnen, pemerintah, investor clan persaingan, mendorong munculnya tuntutan tcrhalap perusahaan untuk idak hanya mencari laba tetapi juga harus meiliki kepedulian terhadap lingkungan lengan memperhatikan dan memperbaiki dampak yang diakibatkan perusahaan terhadap lingkungan.
PE\11\NASAN GLOB1\L (GLOBAL WARWNG) DAN AI�UNTANSl LINCK UN GAN
pelaporan (discloure) tanggung jawab sosial pensahaan dalam pelaporan keuangan (Susenohaji, 2006).
Ja'far & Amaia (2006) menycbutkan: (1) Penelitian-pcnclitian yang berkaitan dengan pelaporan lingkungan nvionJena! isclosure) oleh perusahaan telah mengalami peningkatan yang sigiikan sejak empat dekade terakir (Bates, 2002). (2) Review yang dilakukan oleh Berthelot et al (2003) menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubnngan antara enviromnental disclosure lengan kinetja keuangan cukup banyak dilakukan. (3) Beberapa peneliti umumnya mcnggunakan variable kinerja keuangan a tau pasar modal· sebagai predictor bagi kinerja lingkungan atau envionlental disdostre itu sendiri (Stanwick et al, 2000). (4) Dari basil uji Brown & Deegan (1998) amara tekanan media cetak terhadap tingkat environmental disclosure lalam annual rpot hasilnya menunjukkan aclanya hubungan yang signiikan. (5) Neu et al (1998)
mcmbukikan bahwa vounta�y e1wiron1e11tal dislosure berhubungan negatif clengan dcngan profitabilitas tetapi berhubungan posiif dengan tckanan lan lingkungan media terhadap faktor lingkungan serta kuantitas dari voluntmy environmental disclosure. (6) Cormier et al (2004) menyatakan Environmental disdosure itu sendii merupakan perilaku berbasis pada lgiima)' theory.
Andre,"· (2007) menjelaskan bahwa sejak tahun 1970 pemeintah Australia telah merancang berbagai peraturan yang berkaitan dengan upaya menanggulangi masalah perubahan iklim yang disebabkan oleh efek gas emisi karbon. Glohal Initiaive on Forest and Climate Poli91 yang dikeluarkan oleh pemerintah federal Australia diimplementasikan sebagai Pelaporan Carhon Disclosure Pt (CDP) oleh korporasi, pertama kali dilaporkan oleh Rockeller Phylanthrop�J' Advisers di London tahun 2000, dan di tahun 2006 mclalui The CDP 4 Austraia Rport, pada akhir pelaporan dinyatakan bahwa pcrubahan iklim dapat secara signiikan mempengaruhi nilai perusahaan.
Ja'ar & Amalia (2006) menyebutkan, Berry & Rondinelly (1998) menjelaskan bahwa kinerja lingkungan sangat dipengan,j oleh adanya aktor eksternal seperti kebijakan pemerintah clan tekanan media yang mendorong bagi pengelolaan ingkungan, serta faktor internal sepcri kemauan manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan proakti. Lebih jauh inerja lingkungan juga akan tercapai pada level yang inggi jika perusahaan secara proaktif melakukan berbagai tindakan manejemen lingkungan secara terkendali. Perusahaan akan terdorong untuk melakukan pcngungkapan envionlental disclosHre dalam anntal rport karena merupakan hal yang
penting bagi pcrusahaan diinjau clari perspektif stratei dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap publik. Beberapa kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan indakan manajemen lingkungan adalah:
Junal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
lingkungan menjali clasar untuk skor lingkungan, seperti program-program kesehatan clan
keamanan lingkungan. Perusahaan merasa penting menerapkan prinsip-prinsip TQEM otal
Qualiy Enviromnent Wode) secara eektif, misalnya clcngan penggunaan tcknoloi pcngontrol polusi melalui pen,unaan dean technology. Disisi lain, berbagai macam regulasi tentang
lingkungan belum mampu menciptakan 1Jin- in sol1tio1 diantara pihak terkait lalam
menciptakan inovasi lan persaingan sertatingkat produktivitas tinggi terhadap selurnh
pcrusahaan. Porter (1995) mcngindikasikan bahwa clalam pembuatan regulasi lingkungan
hendaknya melibatkan em1ironentaist, legislaif clan perusahaan sehinga clapat menciptakan
mata rantai ekonomi yaitu environmen, prolukivitas sumber daya, inovasi lan persaigan.
2. Cost factor_. alanya komplain rerhadap produk-produk perusahaan, akan membawa
konsekwensi munculnya biaya pengawasan kualitas yang tinggi karena semua aktivitas yang
terlibat dalam proses proluksi perlu dipersiapkan dengan baik. Hal ini secara langsung akan
berclampak pacla munculnya biaya yang cukup inggi sepcri biaya soring bahan baku, biaya
pengawasan proses pproduksi lan biaya pengetesan. Konsekwensi perusahaan untuk
mengurang1 polusi juga berdampak pacla munculnya berbagai biaya, seperti penyediaan
pengolahan limbah, penggunaan mesin yang clean technoJ dan biaya pencegahan kebersihan.
3. Stakeholder forces. Strategi pendekatan proaktif terhaclap manajemen Jingkungan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip manajemenyakni mengurangi ,vaste dan mengurangi biaya produksi, demikian juga respon terhaclap perintaan konsumen dan stakeholder. Peruahaan akan selalu berusaha untuk memuaskan kepeningan stakeholder yang bervariasi dengan mcncmukan berbagao kebutuhan alrnn manajemen lingkungan yang proakif.
4. Competitive requirements, semakin berkembangnya pasar global clan munculnya berbagai kesepakatan perdagangan sangat berpengaruh pada munculnya gerakan standarisasi manajemen kualitas lingkungan. Persaingan nasional maupun internasional relah menuntut perusahaan untuk mendapatkan jaminan dibidang kualitas, antara lain seri ISO 9000. Sedangkan untuk scri ISO 140000 clominan untuk standar intenasional dalm system manajemen lingkungan. Keduanya mei perbedaan dalam kiteria clan kebutuhannya, namun dalam pelaksanaannya saling terkait yakni dengan mengintegrasikan antara sistem manajemen lingkungan clengan sistem manajemen pemsahaan. Untuk mencapai keunggulan dalam persaingan (Harman & Stanord, 1995), dapat dilakukan clengan menerapkan green
aiances yang merupakan partner diantara pelaku bisnis clan kelompok lingkungan untuk mengintegrasikan antara tanggung jawab lingkungan perusahaan dengan tujuan pasar.
Berbagai dorongan di atas mengkondisikan perusahaan untuk melakukan manajemen
lingkungan secara proaktif berupa sistcm manajemen komprehensif yang rerdiri dari kombinasi
lima pendekatan, yaitu:
PEMANAS1\N GLOB:\J� (GLOBAL WAR'11NG) DAN AKUNTJ\NSl LlNGKUNGJ\N
1. Meminimalkan lan mencegah JJJaste, merupakan perlindungan lingkungan efektif yang sangat membutuhkan aktivitas pencegahan terhaclap aktiv:itas yang tilak berguna. Pencegahan polusi merupakan penggunaan material atau bahan bain, proses procluksi atau praktek-praktek yang clapat mengurangi, meminimalkan atau mengeliminasi penyebab polusi atau sumbre-sumber polusi. Teknologi yang terkait dengan pencegahan polusi clalam biclang manuaktur meliputi: penggantian bahan baku, modifikasi proses, penggunaan kembali material, recycling material dalamm proses sclanjutnya lan dalam proses yang bcrbeda (reuse). Tuntutan aturan dan cost untuk pengawasan polusi yang semakin meningkat merupakan actor penggerak bagi pensahaan untuk menemukan cara-cara yang efektif dalam mencegah polusi.
2. Manajemen mand side, merupakan pendekatan dalam pencegahan polusi yang asal mulanya
digunakan dalam dunia industri. Konscp ini difokuskan pada pemahaman kcbutuhan dan
preerensi konsumcn dalam penggunaan produk clan didasarkan pada tiga prinsip dasar
yaitu idak menyisakan produk yang waste, menjual sesuai dengan jumlah kebutuhan
konsumen lan membuat konsumen Jebih eisien dalam menggunakan produk. Hal ini
mengharuskan perusahaan melihat dirinya sendiri dalam cara pandang baru sehingga dapat
menemukan peluang-pcluang bisnis baru.
3. Desain lingkungan, merupakan bagian integral proses pencegahan polusi dalam manejemn
lingkungan proakti. Perusahaan seing hadapkan pada inefisiensi dalam mendesai produk.
vlisalnya produk tidak dapat dirakit kembali, di-1pgrade dan di-reqle. Desgn For Enionlental
(DFE) dimaksudkan untuk mengurangi biava rprocessi�� clan mengembalikan produk kc
pasar secara lebih ccpat dan ekonomis.
4. Poduct ste.1verderhp, merupakan praktek-praktek yang dilakukan untuk mengurangi resiko
terhaJap lingkungan melalui masalab-masalah dalam desain manuakt:ur, distribusi,
pemakaian atau penjualan produk. Dibeberapa Negara telah muncul peraturan bahwa
perusahaan bertanggung jawab untuk mclakukan relaim, eyling dan re-manufacturg pro<luk
mereka. Dengan menggunakan le-r)"le-assasment (LCA) dapat ditentukan cara-cara
perusahaan dalam mengurangi atau mengeliminasi !aste dalam seluruh tahapan, mulai dai
bahan mentah, produksi, istribusi dan pengunaan oleh konsumen (Dias et al, 2004).
Altenatif produk yang memilik.i less poution dan alternatif material, sumber energi, metode prog yang mengurangi waste menjadi kebutuhan bagi pcrusahaan.
5. Amtansi full costing, merupakan konsep cost envionmental yang secara langsung akan berpengaruh terhaclap individu, masyarakat dan lingkungan yang biasanya idak mendapat
Jurnal Eikonoi Vol. 12 No. 1 April 2013
biaya tenaga kerja, hiaya modal dan hiaya bahan mentah (2) biaya tidak langsung, seperti
bia)'a monitoring dan rpoting (3) biaya tidak menentu, misalnya biaya perbaikan, dan (4) biaya yang tidak kclihatan, scpcri biaya pubic relation dangood Jil.
Penerapan manajemen proaktif memerlukan keterlibatan beberapa pnns1p dasar ke
dalam strategi perusahaan yang antara lain adalah mengembangkan anggaran untuk pembiayaan
lingkungan, menganalisis berbagai dampak isu lingkungan dalam kaitannya dengan permintaan
dimasa depan terhadap produk dan persaingan industri serta mengidentiikasi dan
mengkuantifikasikan pcrtanggung jawaban lingkungan. Mesipun demikian hinga saat ini masih
belum ada kesepakatan inal untuk pengukuran kinerja lingkungan clan pelaporan pertanggung
jawaban ligkungan.
2. Konsep Antansi Ling.·ugan Ennment Accounng)
Kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan pemanasan global dan tanggung jawab
lingkungan telah menunjukkan gejala yang terus meningkat. Konsumen mulai
mempertimbangkan dan memilih produk-produk yang menawarkan konsep 4R, red1ce, reuse, re9·le dan recovery. Munculnya /,Teen product, green oice and lanfactHre, green home atau green kitchen
yang menawarkan konsep hemat energi dan ramah lingkungan mulai menjadi idaman para
konsumen.
Andi Firman (2007) dalam Mangoing (2007) mcnyebutkan, tanggung jawab sosial
adalah suatu konsep yang bem1aterikan tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan
kepada masyarakat luas, khususnya Ji wilayah perusahaan itu beroperasi. Kaya (2008)
menjelaskan bahwa dalam ha! merespon kepedulian perusabaan terhadap perubahan iklim,
perusahaan pemerintah sesuai dcngan sifatnya, lebih banyak mclakukan usaha-usaha pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan atau es, sedangkan
perusahaan s,1:asta bertujuan untuk meningkatkan proitabilitas, clan ketika membaningkan
tespon dan tanggungjawab terhadap pengelolaan ingkungan, ternvata perusabaan berskala
besar lebih banyak merespon ketimbang perusahaan berskala kecil.
Pemenuhan tanggung jawab lingk,rngan yang awalnya di<lorong oleh faktor ekstcrnal
seperti tuntutan konsumen, peraturan pemerintah, investor dan dorongan persaigan, mulai
berubah menjai kesadaran dan kebutuhan intenal manajemen, bahkan kemudian berkembang
menjadi salah satu skala prioritas manajemen clalam mengambil keputusao bisnis sehingga
perusahaan terdorong untuk mencari bcrbagai model alternatif solusi dalam pengelolaan
lingkungan. Pergeseran paradima ini membcrikan inspirasi kepada manajemcn korporasi untuk
mengintegrasikan biaya lingkungan menjadi elemen keunggulan kompetitif. Pandangan
konvensional yang semula menganggap biaya lingkungan sangat mahal dan Japat menghambat
daya saig perusahaan berubah menjaJi faktor pening yang dapat menciptakan keungulan
PE\lAN;\SAN GLOBAL (GLOBAL WR\IING) DAN 1-�UNT1\NSJ Ll:\GKUNCAN
kompetitif yang bernilai tingi, berkualitas, unik dan justn herharga murah melalui penerapan
teknologi yang bersih, hemat energi dan ramah lingkungan. 1\kuntansi .gkungan (environ1enf aco1mting) yang utuh (akuntansi iif costing bukan hanya enviromnent dislos14re) menjadi semakin
dirasa penting terutama untuk menentukan indikator dalam penilaian kinerja lan kelangsungan
hidup perusahaan atau entitas bisnis yang berhubungan langsung lan cukup rentan terhadap isu
ingkungan sehingga perbitungan aspek resiko ) maupun keuntungan (benit) li..gkungan
dapat tersaji <lalam laporan keuangan sebagai baian dari infonnasi yang berguna bgi para
investor clan kreditor untuk mengambil keputusan bisnis.
i\kutansi lingkungan, seperti akuntansi pada umumnya, merujuk pacla proses pencatatan
clan pelaporan biaya li.gkungan sebagai salah satu sumber informasi yang dapat <ligunakan oleh
para pelaku ekonomi sebagai dasar dalam mengamhil keputusan bisnis. Hansen & Mowen
(2002) dalam Susenohaji (2006) menjclaskan bahwa inormasi akuntansi tidak hanya berkutat
pada kalkulasi yang tepat atas biaya lingkungan clan pembebanan produk, tetapi juga ditujukan
untuk mendukung kebijakan manajemen dalam melakukan eisiensi biaya produk. Secara lebih
luas Klassen & McLaughin (1996) dalam Susenohaji (2006) juga menyatakan bahwa informasi
akuntansi biaya lingkungan merupakan kunci untuk mengurangi biaya produk akibat proses
produksi yang tidak efisien. Inefisiensi ini discbabkan olch proses pro<luksi yang masih
menyisakan banyak limbah, penggunaan bahan baku yang idak berguna clan pemborosan energi
dalam setiap tahap proses produksi.
Kuhre (1995) dalam Susenohaji (2006), menjelaskan bahwa sebelum tahun 1991
kebijakan perlakuan biaya lingkungan cenderung berorientasi kepada perbaikan clan konsevasi (recovery dan conservation) akibat limbah produk. Hal ini sejalan dengan tckanan legal dai lembaga ben.venang yang menuntut agar limbah perusahaan tidak mencemari .gkungan sehingga
perkembangan teknologi lingkungan yang masih tradisional menjadi pendorong tujuan
akuntansi biaya Iingkungan saat itu. Sejak tahun 1992 seiring dengan perubahan kepentingan
manajemen, kebijakan biaya lingk.ungan menjadi lebih bcrsiat pencegahan p:vention) Iimbah.
Manajemen korporasi tidak lagi hanya berkutat pada kebijakan yang bersiat instrumental tetapi
lebih kepada kebijakan strategis untuk penciptaan nilai dan komitmen eika lingkungan yang
bersih dan ramah lingkungan. Kodrat (2002) dalam Susenohaji (2006) menjelaskan bahwa
terdapat 6 bentuk pergeseran dalam konsep manajemen lingkungan, yaitu:
1. Dari pengolahan limbah ujung pipa (end of ppe) ke pengolahan limbah di seiap iik
proses sejak awal.
2. Dari peraturan perun<lang-undangan (comvzand & controO kc instrument pasar.
3. Dari yang bersiat wajib (mandatory) ke sukarcla (voluntary)
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
5. Dari pengelolaan yang bersiat sendiri-sendiri kc cara pengelolaan yang bersifat jaring kerjasama (mtwork)
6. Dari yang bersiat instrumental ke yang lebih undamental (val#es & ethics).
Perubahan orientasi akuntansi biaya lingkungan diclasarkan pacla konsep ecoiciency yang mengharuskan perusahaan memprocluksi barang clan jasa yang lebih berguna lan secara
simultan mengurani dampak negatif terhadap lingkungan yang dilakukan secara integratif clan menyeluruh. Menyeluruh arinya peingkatan nilai produk clan pengurangan limbah <lilakukan
mulai tahap pcmilihan bahan baku, proses proluksi, sampai dengan pasca pro<luk dikonsumsi. Sedangkan integratif climaksudkan bahwa pengurangan limbah dan polusi harus tetap
berkorelasi positif dengan peningkatan ilai produk. Ecojicienry telah mengubah orientasi
akuntansi biaya lingkungan yang selama ini cenderung sebagai biaya bagi perusahaan berubah menjadi informasi startegis untuk meningkatkan keunggulan kompeiif Hansen & Mowen,
2002 dalam Susenohaji, 2006).
Perubahan tujuan clan perlakuan biaya lingkungan dapat dilak-ukan dengan memetakan siklus biaya produksi (lije qcle cos) dalam proses produksi. Siklus biaya dimulai sejak perencanaan
desain produk sampai dengan penanganan pro<luk pasca terpakai post puhase). Informasi akuntansi biaya idak lagi ditujukan hanya untuk ketepatan kakulasi biaya lingkungan untuk
pengolahan limbah dan perbaikan kerusakan lingkungan semata, tetapi lebih kepada ideniikasi
informasi terhadap tahap proses produksi yang idak efisien. Biaya ingkungan berupa biaya pengolahan limbah <lan biaya konservasi yang selama ini menjadi beban perusahaan, tujuanya
bergescr menjadi biaya pencegahan. Proses pcncegahan tcrsebut dilakukan scjak tahap
perencanaan desain proses produksi, jauh sebelum tahap proses produksi dilakukan (Suscnohaji,
2006).
Total Envronmental Quality Model (TEQM)
Tujuan informasi akuntansi biaya lingkungan dapat dianalisis dengan Tota/Environmntal Ouali;, Model (TEQlv) yang diadopsi dari Tota/ Quality Management (TQM). Tujuan utama TQM adalah untuk mencapai produksi dengan tingkat kerusakan produk nol (zero d�ec), sedangkan
dalam TEQM diadopsi menjadi tingkat kerusakan lingkungan nol (zero damage). Kerusakan lingkungan (envionmental al_�e) diartikan sebagai turunnya kualitas atau degradasi lingkungan
secara langsung yang disebabkan limbah padat, limbah cair clan gas atau sisa limbah lainnya.
Banyaknya limbah yang dihasilkan merupakan indikator proses produksi yang idak eisien
(Susenohaji, 2006). Dengan memanfaatkan inormasi dalam akuntansi lingkungan, perusahaan dapat mengidentiikasi tiik-itik produksi mana yang mcnjadi penyebab dasar dibasilkannya
limbah yang berdampak pada pemborosan akibat besamya biaya yang hams clikeluarkan
pcrnsahaan untuk mengolah limbah.
PE\11\NASAN GLOlAL (GLOB.!. W;\RlING) DAN AKUNTANSJ LJNGKUNGAN
EQM mengklasiikasikan biaya lingkungan (envionmental cost) menjadi 4 katagori yang menjadi dasar dalam mengbitung lan menyusun laporan biaya lingkungan yang lapat membantu mcnajcmcn mcmetakan clan mcnilai kcbijakan yang paling ccktif dalam mcnangani biaya lingkungan (Hansen & Mowen, 2002). Klasiikasi biaya tersebut alalah:
1. Biaya pencegahan prevenion cos), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh peusahaan untuk mencegah dan menghindari proses produksi yang dapat menghasilkan pencemaran lingkungan. Contohnya biaya inYestasi alat untuk mengontrol polusi lan mengeliminasi pcnccmaran, biaya investasi teknologi dan research setta pcihan bahan baku yang memungkian dilakukannya re�yle produk.
2. Biaya deteksi (deteion cost), yaim biaya proses produksi yang clikeluarkan untuk memenuhi kepatuban terhaclap ketentuan atau reglasi yang cliberlakukan oleh pihak bet\venang. Contohnva biaya untuk memenuhi ketentuan hukum clan ISO 14000 untuk penanganan imbah.
3. Biaya kegagalan internal internal failure cos), yaitu biaya yang likeluarkan untuk memproses lan mengolah tesiclu produksi yang gaga! dicegab dalam proses proluksi. Residu tersebut harus diolab sehingga menjadi limbah yang aman lan ramah lingkungan sesuai dengan standar yang diretapkan sebelum akhimya clibuang ke sungai. Contohnya biaya untuk mengoperasikan alat yang dapat mengurangi kaclar polusi limbah, biaya untuk memperoleh asilitas isensi pengolahan limbah yang terkontaminasi dan rer'ling scrap.
4. Bia ya kegagalan ekstenal (extemal failure cost), yaitu biaya yang clikeluarkan karena limbah lan residu proses produksi clan produk telah merusak lingkungan. Biaya ini aclalah biaya recovey untuk lingkungan yang tclah rusak akibat pembuangan limbah pabrik. Biaya ini berupa realized cos, biaya yang harus ibayar kepada masyarakat yang mengetahu.i dan dirugikan limbah tersebut, clan unrMlied cost, estimasi biaya yang haus ditanggung perusahaan walaupun masyarakat ilak secara saclar dirugikan langsung.
Junal Erikonomi Vol. 12 No. 1 Apil 2013
biaya pencegahan mempunyai banyak keuntungan. Proses produksi menjadi bebas limbab
sebingga tidak memerlukan biaya pasca produksi yang besar dan perusahaan dapat melakukan
cisiensi serta penghematan biaya. Produk yang dibasilkan juga mempunyai nilai dan kualitas yang lebih ting_j karena mampu memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin sadar
lingkungan sehingga lapat meningkatkan pangsa pasar lan proit bagi pernsahaan.
Strategi pencegahan dalam TEQM pada tingkat perencanaan produk Juga dapat diterapkan perusahaan melalui konsep 9lic capitalism. Perusahaan scbisa mungkin dapat
mengkonsumsi sendiri limbah produk yang dihasilkan. Limbah yang dima.sud bukan hanya resilu produksi, tetapi juga meliputi proluk bekas pakai perusahaan yang dilakukan clengan cara
mengolahnya kembali (recycle) menjali procluk baru. Agar terw
ujucl, sejak awal proses
perencanaan desain produk harus mempertimbangkan seluruh aspek yang memungk.inkan dilakukannya !)'Cic capitaism tcrscbut. Pacla tahap proses, pcnggunaan teknologi yang bcrsih dan
hemat clalam desain proses produksi akan mengurani, bahkan mengeliminasi sekecil mungin
limbah dalam seiap tahap proses produksi. Efisiensi energi akan menghaslkan efisiensi biaya
yang berarti ikut memperkecil biaya produksi setiap produk yang dihasilkan (Susenohaji, 2006). Dengan mengintegrasikan paradigma lingkungan ke clalam fonnulasi visi clan strategi kebijakan
perusahaan serta perencanaan produk sejak awal, biaya lingkungan bukan lagi diorientasikan
pada aktivitas perbaikan kerusakan lingkungan namun lebih kepada investasi desain proses
produksi clan model prod uk yang ramah lingkungan.
Beberapa aplikasi kebijakan teknik lengan pendekatan TEQM sebagai hasil dai informasi akuntansi biaya lingkungan antara lain adalah:
1. Mengurangi penggunaan raw mateial atau vigin material. Konsep ini mcrupakan pengurangan
biaya dengan meminimalisasi penggunaan bahan baku baru dalam proses produksi untuk mengurangi dampak eksploitasi terhaclap lingkungan. Desain proses produksi clan penggunaan bahan mentab produk diarabkan untuk dapat dilakukan reqcle process yang akan mcmberikan 2 keuntungan bagi pcrusahaan, yaitu 1) perusahan tidak perlu mengeluarkan biaya tingi untuk pengolahan atau pembuangan limbah sebab perusahaan tidak mencemari lingkungan, 2) untuk bahan baku perusahaan dapat mengolah kembali produk bekas pakai yang harganya jauh lebib murah.
2. Mcngurangi hazardofs materia. Kebijakan ini memungkinkan pcrusahaan mengeliminir lan
mereduksi seminimal mungkin bahan-bahan produksi yang berpotensi menimbulkan
pencemaran clan merusak lingkungan.
3. Mengurangi kebutuhan energi dalam senap proses produksi. Konsep ini mcmungkinkan
perusahaan melakukan penghematan biaya overhead, terutama untuk proses produksi yang ticlak memberi nilai tambah.
PE\L'\NASAN GLOBAL (GLOBAL \X'Al\UNG) DAN AKUNT.NSJ LlNGKUNGAN
4. Mengurangi pelepasan residu. Konsep ini sangat terkait dengan pemilihan penggunaan bahan baku produk yang sebisa mungkin didasari pada karakterisrik bahan baku yang
mempunyai residu paling kecil. Residu yang ingi akan menghasilkan Vaste yang justru menjacli indikator inefisiensi pada proses produksi.
Berbagai riset yang bertujuan untuk mendesain produk yang memungkinkan
dilakukannya proses daur ulang (re91cfp) terus dilakukan sebagai bentuk implementasi terhadap
kebijakan manajemen yang bersifat pcngendalian. Sebagai bentuk pencegahan prevention) limbah,
pensahaaan juga melakukan berbagai riset untuk menghasilkan bahan baku yang ramah lingkungan, mempunyai limbah minim atau bahkan nol (zero dec) dengan mengarahkan
investasi kepada cleal/ gmn tehnoloy seingga tanggung jawab lingkungan tidak lagi menjadi
beban tetapi justru menjadi kebutuhan bagi produsen untuk menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan I.uhre, 1995 dalam Susenohaji, 2006).
Peranan Environment Accounting Dalam Penciptaan Keunggulan Kompetitif Perushaan
Biaya lingkungan iorientasikan pala investasi jauh scbelum proses produksi .ilakukan yang diwujudkan dalam bentuk investasi mesin produksi yang ramah lingkungan dan hemat
energi. Banyaknya riset yang dilakukan untuk menemukan bahan baku dan model produk yang
lebih efisien serta dapat didaur ulang memungkinkan produsen menghenat biaya produk yang
cukup besar karena proses produksi mampu menghasilkan scdikit imbah atau bahkan zero damge. Produk yang bersih, hemat energi, ramah lingkungan dan semakin murah akan menjadi pemicu keungulan kompetitif bai perusahaan. Hal ini sekaligus menbalik paradigma bahwa biaya lingkungan sangat besar seingga peduli terhadap lingkungan d.ianggap dapat menghambat
daya saing produk.
Akuntansi lingkungan menjadi alat informasi yang sangat penting, mclalui pendckatan
analisis sistematis proses sebab akibat ([pemai, cause and eect anab'sis) clan aliran material produk low f mateial) perusahaan dapat menleteksi sumber-sumber pemborosan yang terjadi akibat limbah pada seriap tahap proses produksi. Biaya lingkungan yang besar merupakan inclikator
adanya pemborosan dalam proses produksi yang menunjukkan adanya inefisiensi yang dapat
merugikan perusahaan. Ber<lasarkan informasi dalam akuntansi lingkungan perusahaan mampu mengukur besamya biaya ingkungan yang relah dikeluarkan, terutama yang berkaitan dengan
pemenuhan ketentuan legal. Pengolahan limbah produksi membutuhkan biaya yang cukup besar
untuk melakukan pembaharuan (recovey) sehingga dapat mengakibatkan naiknya biaya pokok
produk. Biaya lingkungan yang semakin menurun tanpa melanggar ketcntuan hukum lingkungan
menja.i indikator suksesnya pelaksanaan proses produksi lan produk secara berkelanjutan yang
akan menurunkan biaya ingkungan secara bertahap. Rendahnya biaya lingkungan menjadi indikator meningkatnya kinerja perusahaan karena rendahnya berbagai biaya lingkungan yang
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
hams ditanggung. Pembebanan biaya (cost assgnment) lingkungan yang terjadi pada setiap produk
dapat lebih akurat sehingga mengurangi biaya produk dan perhitungan harga pokok produk
menjadi lebih realisis. Informasi clalam akuntansi lingkungan dapat mengidentifikasi sumber
sumber pemborosan biaya clan limbah (waste) sehing_�a sumber pemborosan lan limbah yang
menjadi penyebab ineisiensi dapat dieleminisir dan diperbaiki secara berkelanjutan (crminous provement) melalui kebijakan-kebijakan perusahaan yang cepat lan efektif sehingga perusahaan mampu menciptakan dan meningkatkan ilai serta kualitas produk secara berkelanjutan. Melalui
investasi teknologi, bahan bairn yang tak terpakai dapat dieleinasi clan mengurangi konsumsi
energi sehingga clapat dihasilkan produk yang memenui standar ecolabe/ yang dapat menjadi
pemicu signifikan dalam memenangkan kompetisi. Biaya produk menjadi murah lan bersih
karena hanya menghasilkan sedikit imbah atau bahkan zero ama/!,e yang akan meningkakan daya
saing perusahaan (\nshai, 1997 dalam Susenohaji, 2006).
Enironment Accounting Dalam Perspektif Syariah
Menurut konsep ekonomi kapitaisme, fungsi pcrusahaan hanyalah mencari laba.
Berdasarkan pendapat klasik yang bcrkcmbang pa<la a bad kc-19, diwakili oleh 'vWton Friedman
yang bertiik tolak pada konsep persingan sempuna, perilaku ekonoi terpisah clan berbeda
bentuk dengan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya mencari umung yang sebesar
besarnya. Kiteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna pertumbuhan. Menurut
pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk mcmenuhi pcrmintaan
pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal (Harahap, 2008,
2003).
Menurnt Belkaoui (1984) dalam Hatahap (2008, 2003, 2001), m�zhab ekonoi Marxis
secara rerus nenerus mengkriik konsep ckonomi kapitalis ii karena dinilai irasional, memiliki
kontradiksi intenal dan mcngeksploitasi manusia. Diluar itu nuncullah mazhab ckonomi lain
seperti institusionalis, evolutioner/ kultural, kolektif, kuanitaif, sosial eksperimental, administratif,
instrumental, aluent economics dan ekonomi radikal yang berbeda dari paradigma kapitalis tadi.
Bahkan terakhir muncu] ekonomi berbasis agama yaitu ekonomi Islam yang memperhatikan
alam bahkan akhirat atas tuntunan syariah. Paradima ini tentu akan mempengaruhi ungsi
emitas perusahaan clan akhirnya mempengaruhi akutansi clan laporan akuntansinya.
Laporan Akuntansi Sosial Ekonomi (ASE)
Berbeda dari konsep kapitalisme dalam fungsi entitas, perusahaan hanya mencari laba,
dalam akuntansi syariah yang berhasis ekonomi Islam, fungsi komcrsil dan fungsi sosial <lari
suatu enitas idak dipisahkan. Benar bahwa perusahaan boleh mencari laba namun tidak boleh
merusak tatanan sosial yang diikat oleh auran syariah. Salah satu jenis laporan untuk
menggambarkan fungsi sosial perusahaan itu adalah lapotan Akuntansi Sosial Ekonomi (ASE)
PEi\L'\NASt\N GLOBAi. (GLOBAL WARMING) DAN /\IS.UNTANSJ LINC KU NGAN
yang idenya datang dari kerangka fikir akuntansi konvensional clan muncul karena
ketidakmampuan konsep akuntansi yang sekarang ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan situasi kehidupan yang aman, berkeadilan serta alam yang lestari (sNistainable) clan
terpelihara. Akuntansi konvensional hanya mencatat yang menyangkut transaksi yang dilakukan
secara timbal balik t·eciproa) lan sama sekali idak memiliki perehatian terhadap externalities atau
transaksi perusahan yang bersifat non recipoal (Harahap, 2008).
Menurut Kholis (2002) dalam Harahap (2008, 2007a), pelaporan ASE sudah mu]ai
diikuti clan menjadi lazim bai beberapa perusahaan besar khususnya negara-negara maju baik
karena kebijakan publik atau secara sukarela maupun karena rekomendasi atau saran-saran clan
kewajiban dar.i regulator (SEC, Bapepam). Di Amerika praktik pelaporan ini sudah dimu]ai sejak
tahun 1970 walaupun masib bersifat sukarela contohnya dapat dilihat dari FAS No.S tentang
pelaporan dampak perusahaan kepala lingkungan. Kantor akuntan Ernst & Ernst (1971 ), Davis
& R.L.Blomstrom (1971) dan Cumntittee or Economic Developtnent (1971) telah menulis beberapa
hal yang harus dilaporkan adalah lingkungan hidup, energi, SDM dan pendidikan, praktek bisis
yang jujur, membantu masyarakat lingkungan, kegiatan sei budaya, hubungan dengan
pemegang saham dan bubungan dengan pemerintah. Dalam pdaporan lingkungan hidup
misalnya, yang dilaporkan antara lain adalah temang pengawasan terhadap efek pol usi,
perbaikan pengrusakan alam, konversi alam, keindahan alam, pengurangan suara bising,
penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan limbah, riset dan pengembangan lingkungan,
kerjasama dengan pemerintah dan universitas, pembangunan lokasi rekreasi, dll.
Harahap (2008, 2007a) menjelaskan bahwa konscp pengukuran dan penilaian dalam
ASE mcrupakan hal yang sangat rumit. Dalam ASE harus diukur dampak positif (soial benei)
dan dampak negatif (soial o) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak
positif dan negatif ini bdum dapat ihitung secara pasti, baru dalam tahap ormula pengukuran
dengan menggunakan taksiran. Namun demikian sebagai infonnasi yang akan dilaporkan dalam
ASE dapat dibuat dengan berbagi metode pengukuran seperti:
1. Menggunakan penelitian dengan menghitung oportuni(J' cost approach. .Misal, dalam
menghitung soda! cost dari pembuangan limbah, maka dihitung berapa keruian manusia
dalam hidupnya, berapa berkurang kekayaannya, berapa kerusakan .layahnya, dll yang
diak.batkan pembuangan limbah. Total kerug:ian itulah yang menjadi total cos/ perusahan
(Belkaoui, 1985)
2. ienggunakan daftar kuisioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan
ditanyai berapa jumlah kerugian yang dirimbulkan, berapa biaya yang harus dibayar sebagai
kompensasi keruian yang diderita.
3. :Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
4. vlenggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. 1:lisal, vonis hakim akibat pengaduan
masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat diangap sebagai dasar perhitungan.
Scperi halnya di dunia, prakik pclaporan ASE di Indonesia masih bersiat sukarela .
Menurut beberapa hasil penelitian empiris di Indonesia, menunjukkan bahwa perusahaan masih
sangat rendah dalam melakukan pengungkapan aspek sosial (Utomo, 2002), kalaupun ada yang
melakukan pengungkapan ASE adalah pensahaan besar dan tingkatn)'a rendah sekitar 42,32%
(Henry & Murtanto, 2001), pcrusahaan dengan proitabilitas iggi (Harahap & Geace, 2003).
Mctode pengungkapan laporan ini lebil1 ban yak menggunakan ipe naraif kualitaif.
Social Reporting dalam Perspektif Islam
Social rpo,tin,, dalam perspektif Islam menurut llaniffa (2002) dalam IIarahap (2008) adalah: menunjukkan akuntabilitas kepada Tuhan clan masyarakat. menigkatkan transparansi
kegiatan bisnis dengan menyajikan inormasi yang relevan dengan memperhatikan kebutL1han
spiritual inYestor muslim atau kcpatuhan spiritual investor muslim atau kepatuhan syaiah dalam
pengambilan keputusan. Dalam konteks ini maka social rportig Islam harus mampu
mengungkapkan beberapa informasi yang ibutuhkan pembaca laporan sehingga dapat
menjawab segala pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan dan hukum Islam. Hanifa
memberikan prinsip eika dan isi dari social por/jng Islam sebagai berikut:
Tena Etika Isi Inomasi
Keuangan &Infestasi Tauhid, Halal, Haram, Ke·wajiban Kegiatan riba, pembagian laba. Kcgiatan yang bersifat gharar. Pethitungan dan
pembavaran :akat.
Prociuk Tauid, Halal, Haram Sifat produk atau jasa. Keiatan/ proses
produksi.
Kepegawaian Tauhid, Adil, Amanah Tingkat upah. Sifat pekerjaan, izin ibadah,
libur, cuti , jam kerja. Pendidikan lan latihan. Kesemparan yang sama.
Masyarakat Tauhid, Ummat, Amanah, Adil Inaq, scdekah: jumlah lan penerima. Wakaf: jenis dan nilai. Pembiayaan kebajikan: umlah
clan peneima.
Lingkungan Taub.id, Khilafah, Keseimbangan, Penggunaan resoris: penjelasan clan jumlah Akhirat, l'tidal Israf yang dipakai. Konservasi lingkungan:
penjelasan dan jumlah.
lslam a<lalah sistem nlai yang lengkap, komprehens1f, kajah, maka sudah sewa1amya
akuntansi Islam juga meiliki sistem laporan akuntansi yang lengkap dan tcintcgrasi idak
hanya terbatas memperhatikan enitas bisnis sendiri tetapi juga hams dinilai secara terintepretasi
dengan masyarakat lan alam. 'fransaksi perusahaan dengan masyarakat clan alam harus dicatat,
diukut, dinilai <lan dilaporkan akan pembaca juga mengetahui kinerja sosial dan Jingkungan
entitas tersebut. Islam bukan individualis, tetapi manusia diangap makhluk sosial bahkan lebih
jauh lagi sistem Islam mcngaitkan antara duia dan akhirat secara terintegrasi (Harahap, 2008).
Jadi, Envionment Accounting merupakan bagian dari pelaporan ASE konvensional maupun Social Rporing Islam .. ASE muncul akibat lemah dan terbatasnya sistem akuntansi kapitalis yang hanya
PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WA\llNG) D1\N AKUNTANSJ UNGKUNGAN
bersiat reciprocal dan cenderung mengabaikan kepentingan sosial termasuk kepedulian lan
tanggung jawab perusaban terhalap lingkungan. Hal ini sejalan dengan sistem dan nilai-nlai
yang diterapkan clalam Akuntansi Sosial Ekonomi lslam yang idak saja mengukur aspek
material tetapi juga aspek non material yang diclasari oleh keparuhan untuk menjalankan syariah Islam.
4.
ESIMPUAN
Global warming adalah salah satu permasalahan dunia yang harus segera ditanulani karena berdampak pacla perubahan kondisi bumi yang dapat mengancam kelangsungan hilup manusia clan makluk bidup lain. Karenanya, masyarakat, baik individu, pemerintah clan
perusahaan dituntut untuk memiiki tanggung jawab sosial clan lingkungan. Perusabaan sebagai penggerak kemajuan ekonomi memiliki andil yang cukup besar dalam merusak lingkungan.
Menurut panlangan klasik, ungsi perusabaan sebagai enitas e:onomi clan manusia adalah lua
hal yang berbeda. Perusahaan bertujuan untuk mencari Laba dan idak perlu bertangung jawab pada kepentingan sosial.
Semakin meningkatnya dorongan dari eksternal perusahaan yaitu dari konswnen,
pemerintah clan sistem regulasi maupun persaingan bisnis, paradima lama yang menganggap
kepedulian perusahaan terhalap lingkun&ran adalah pemborosan dan dapat menghambat daya
saing perusahaan, tergeser dengan paradigma ban imana usaha-usaha pelestarian lingkungan
oleb perusahaan justru dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang bernilai tingi, bcrkualitas, unik clan berharga murah.
Disiilab peran Environlenl Accounting menjadi sangat pening untuk mengukur dampak
positif (soial henit) lan dampak negatif (soial co.rt) lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan
pernsahaan. Environment accoung merupakan bagian dari laporan .\SE yang dijustiikasi clari
konsep akuntansi konvensional, dan hagian dari Social porting Islam yang lahir dengan merujuk pada konsep Tauid. Meskipun masih bersifat ,moplete y/es, harus tetap disikapi secara
posiif dengan menlukung perkembangan/ pertumbuhannya untuk menjawab tantangan dan memenubi kebutuhan manusia di masa yang akan latang. Wallahu'aam BisshoJJJah.
EFENSI
Al Qur'an, Terjemahan Indonesia (2004) Tim Disbintalad, Cet.14: PT. Sai Agung,Jakarta.
Andrew, J (2007), "The Carbon DislosHe pt: Accottnting inormation Bg1ond 200'� Asia Pacific
Jounal of Environmental Accountabilit)'.
Harabap, Sofyan Syati (2008), "Kerangka Teori Akuntansi lan Tujuan Akuntansi Syariab", Pustaka Quantum,Jakarta.
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
Harahap, Sofyan Syafri (2007), "Krisis Akuntansi Kapitalis clan Peluang Akuntansi Syariah", Pustaka Quantum, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syari (2007a), "Teori Akuntc'lnsi", Ed. Revisi 9: PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syai (2003), "Bunga Rampai Akuntansi Syaiah", Pustaka Quantum, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri (2001), "Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam", Pustaka Quantum, Jakarta.
Ja'far, Muhammad S. clan Desta Amalia Arifah (2006), "Pengaruh Dorongan Manajenen
Lingkungan, Manajemen Llgkungan Proakif lan Kinerja Lingkungan Terhadap
Public Environmental Reporting": Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.
Kaya, Ozan (2008), "Co1panie.r Reponses to lilate Change: Jhe Ca.re fTurke_y'� European Journal of Social Sciences, Vol.7 No. 2, pp. 66- 75.
Mangoring, Yenni (2007), "Biaya TanggungJawab Sosial Sebagai Tax Benefit",Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol.9 No.l, 1ki 2007: 35-42, FE Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Susenohaji (2006), "Transormasi Peran Akuntansi Bia ya Lingkungan Dalam Menciptakan Keunglan Kompetitif Perusaahaan", Makalah Diskusi Program P.sea Sarjana, U niversitas 'nidjah Mada, Y ogyakarta.
"Bumi Makin Kering", Media Indonesia, 17 :Maret 2009, Hal. 17
"Tak Ada Lai Dusta Soal Air", Republika 18 Maret 2009, Hal.10.