• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inclusion of Peppermint (Mentha spicata L) and Basil (Ocimum americanum L) Extract in Fermented Milk on the Inhibition of Hypertension and Type 2 Diabetes Enzyme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inclusion of Peppermint (Mentha spicata L) and Basil (Ocimum americanum L) Extract in Fermented Milk on the Inhibition of Hypertension and Type 2 Diabetes Enzyme"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

FERMENTASI UNTUK MENGHAMBAT ENZIM

PENYEBAB HIPERTENSI DAN

DIABETES TIPE 2

AHMAD DANIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penambahan Ekstrak Peppermint (Mentha spicata L) dan Kemangi (Ocimum americanum L) pada Susu Fermentasi untuk Menghambat Enzim Penyebab Hipertensi dan Diabetes Tipe 2 adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2012

Ahmad Danial

(3)

AHMAD DANIAL. Inclusion of Peppermint (Mentha spicata L) and Basil (Ocimum americanum L) Extract in Fermented Milk on the Inhibition of Hypertension and Type 2 Diabetes Enzyme. Under supervised by RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI, I KOMANG GEDE WIRYAWAN and SRI BUDIARTI

Milk and dairy products like fermented milk have been associated with health benefit for many years due to the content of bioactive peptides, probiotic bacteria, vitamins, and other biologically active components. Many research showed that probiotic bacteria on fermented milk can release antihypertensive peptides. On the other hand, plants have rich healthy component like flavonoid. The aim of this research was to study the inclusion effect of plants extract Mentha spicata L (M. spicata L) and Ocimum americanum L (O. americanum L) on fermented milk in the management of hypertension and Type 2 diabetes. This research used fresh milk, dadih starter culture (Lactococcus lactis RM-01), kefir bulk starter culture, probiotic bacteria (Lactobacillus plantarum RM-01 and Bifidobacterium longum), M. spicata

L and O. americanum L extract. This research consisted of 3 treatments. Namely plain fermented milk, fermented milk contained M. spicata L extract and fermented milk contained O. americanum L extract. Variables observed were pHvalue, total titratable acid (TTA), total phenolic content, antioxidant activity, concentration of OPA peptides, inhibition of angiotensin-1 converting enzyme (ACE), inhibition of

α-amylase enzyme and inhibition α-glucosidase enzyme. Data were analyzed by using A Completely Randomized Design followed by the Duncan's Multiple Range Test if any significant difference among treatments. The results showed that the inclusion of Mentha spicata L and Ocimum americanum L extract on milk can change the pH faster than plain dadih and kefir (P<0.05). Dadih and kefir containing

Mentha spicata L and Ocimum americanum L extract had higher value on TTA, total phenolic content, antioxidant activity and concentration of OPA peptides compared with plain dadih and kefir. The inclusion of Mentha spicata L and

Ocimum americanum L extract increased inhibition of ACE, α-amylase and α -glucosidase enzymes. Based on the results, it is concluded that fermented milk (dadih and kefir) that contains plants extract could be used for hypertension and type 2 diabetes management.

(4)

RINGKASAN

AHMAD DANIAL. Penambahan Ekstrak Peppermint (Mentha spicata L) dan Kemangi (Ocimum americanum L) pada Susu Fermentasi untuk Menghambat Enzim Penyebab Hipertensi dan Diabetes Tipe 2. Dibimbing oleh RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI, I KOMANG GEDE WIRYAWAN dan SRI BUDIARTI

Konsumsi susu fermentasi yang mengandung probiotik telah diasosiasikan dengan sejumlah keuntungan dalam kesehatan termasuk dengan tidak adanya masalah dalam metabolisme laktosa, sifat antimutagenik, antikarsinogenik, penurunan tingkat serum kolesterol dan manajemen hipertensi, antidiare, stimulasi sistem imun, perbaikan inflamasi sindrom Bowel dan sifat antibakteri. Lebih lanjut, susu fermentasi juga mengandung kelompok peptida yang dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Regulasi tekanan darah diasosiasikan dengan renin angiotensin system (RAS) yang melibatkan angiotensi converting enzyme (ACE). RAS mengatur tekanan darah, cairan dan keseimbangan elektrolit. Penghambatan ACE adalah kunci target dalam mengontrol tekanan darah dengan mereduksi produksi angiotensin II pada penderita darah tinggi diabetes dan nondiabetes.

Probiotik telah diketahui dapat memproduksi bermacam-macam peptida bioaktif dalam susu fermentasi. Selama fermentasi, proteinase dari berbagai macam jenis probiotik dapat melepaskan peptida penghambat ACE yang diperoleh dari protein susu. Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa Lactobacillus helveticus dapat melepaskan peptida antihipertensif yaitu tripeptida Val-Pro-Pro (VPP) dan Ile-Pro-Pro (IPP) penghambat ACE yang berasal dari protein kasein susu. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa beberapa tanaman herbal mempunyai kemampuan dalam menghambat aktivitas ACE baik secara in vitro dan

in vivo. Kandungan tanaman tersebut mungkin meniru penghambat ACE sintetis. disamping itu senyawa tanaman herbal tersebut juga memproduksi senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim α-amilase dan α-glukosidase yang berperan dalam perombakan karbohidrat dan penyerapan glukosa. Senyawa penghambat enzim tersebut sangat berguna dalam menjaga keseimbangan gula darah pada postpandrial untuk penderita diabetes Tipe 2.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya produk pangan yang tidak sekedar menyediakan zat gizi namun juga memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan kesehatan seperti antihipertensi dan antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan peppermint (Mentha spicata L) dan kemangi (Ocimum americanum L) terhadap pembentukan susu fermentasi, penghambatan enzim penyebab hipertensi dan diabetes tipe 2.

Penelitian ini menggunakan susu sapi segar, kultur starter dadih (Lactococcus lactis RM-01), kultur starter bulk kefir, bakteri probiotik (Lactobacillus plantarum

RM-01 dan Bifidobacterium longum), ekstrak peppermint (Mentha spicata L) dan ekstrak kemangi (Ocimum americanum L). penelitian dibagi dengan 3 perlakuan yaitu susu fermentasi plain, susu fermentasi dengan penambahan ekstrak M. spicata

(5)

Penambahan ekstrak herbal (Mentha spicata L dan Ocimum americanum L ) pada susu dapat mempercepat penurunan pH dadih dan kefir (P<0.05) dibandingkan dengan dadih dan kefir plain. TAT, total komponen fenol, aktivitas antioksidan, dan konsentrasi peptida OPA dadih dan kefir yang ditambahkan ekstrak herbal secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dadih dan kefir plain (P<0.05). penambahan ekstrak herbal pada dadih dan kefir meningkatkan penghambatan aktivitas ACE, α -amilase dan α-glukosidase dibandingkan dadih dan kefir plain. Berdasarkan hasil penelitaian dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak herbal pada susu fermentasi (dadih dan kefir) dapat digunakan untuk manajemen hipertensi dan diabetes Tipe 2.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

FERMENTASI UNTUK MENGHAMBAT ENZIM

PENYEBAB HIPERTENSI DAN

DIABETES TIPE 2

AHMAD DANIAL

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : Penambahan Ekstrak Peppermint (Mentha spicata L) dan Kemangi (Ocimum americanum L) pada Susu Fermentasi untuk Menghambat Enzim Penyebab Hipertensi dan Diabetes Tipe 2

Nama : Ahmad Danial

NIM : D151080181

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA.

Prof. Dr. Ir. I Komang Gede Wiryawan

Anggota Anggota

Dr.dr. Sri Budiarti

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian: 18 April 2012 Tanggal Lulus:

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Penambahan Ekstrak Peppermint (Mentha spicata L) dan Kemangi (Ocimum americanum L) pada Susu Fermentasi untuk Menghambat Enzim Penyebab Hipertensi dan Diabetes Tipe 2”. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan Desember 2010 bertempat di laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Institut Pertanian Bogor (IPB).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA, Prof. Dr. Ir I Komang Gede Wiryawan dan Dr. dr. Sri Budiarti selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan membantu untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam penelitian hingga penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu staf maupun teknisi laboratorium dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya.

Penghargaan dan rasa terima kasih kepada Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan dan Ketua Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ayahku, H. Marzuki Amhar dan Ibuku Hj. Yumani serta seluruh keluarga atas dukungan dan doa restunya. Kepada teman dan sahabat mahasiswa SPs IPB mayor ITP 2008 yang telah membantu. Kiranya Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Apabila terdapat kesalahan penulisan dan kekhilafan selama pelaksanaan penelitian dan perjalanan penyusunan tesis ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Billahittaufik wal hidayah, Wassalam.

Bogor, April 2012

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 September 1984 dari Bapak H. Marzuki Amhar dan Ibu Hj. Yumani. Penulis merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara.

(11)

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ... i

ABSTRACT ... ii

RINGKASAN ... iii

HALAMAN HAK CIPTA ... v

HALAMAN JUDUL ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

PRAKATA ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Susu Fermentasi ... 4

Karakteristik dan Aplikasi Bakteri Asam Laktat dalam Susu Fermentasi... 4

Hipertensi ... 5

Diabetes ... 7

Kemangi (Ocimum americanum L) ... 8

Peppermint (Mentha spicata L) ... 10

MATERI DAN METODE ... 12

Waktu dan Tempat ... 12

Materi ... 12

Tanaman Herbal ... 12

(12)

Halaman

Alat ... 12

Metode ... 12

Ekstraksi Herbal ... 12

Persiapan Kultur Starter ... 13

Pembuatan Susu Fermentasi ... 13

pH dan Total Asam Tertitrasi (TAT) ... 13

Pembuatan Ekstrak Susu Fermentasi ... 13

Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Pengujian Penghambatan Radikal 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) ... 14

Uji Total Fenol ... 14

Uji O-Pthaldialdehyda (OPA) ... 14

Pengujian Penghambatan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) ... 15

Pengujian Penghambatan α-Amilase ... 16

Pengujian Penghambatan α-Glukosidase ... 18

Rancangan Percobaan ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Pengaruh Penambahan Ekstrak Herbal Terhadap Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat ... 20

Nilai pH ... 20

Total Asam Tertitrasi ... 22

Total Komponen Fenol ... 23

Aktivitas Antioksidan ... 25

Konsentrasi Peptida OPA ... 28

Penghambatan Enzim ACE ... 30

Penghambatan Enzim α-Amilase ... 33

Penghambatan Enzim α-Glukosidase ... 36

SIMPULAN DAN SARAN ... 38

Simpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(13)

1 Komponen fenolik Genus Ocimum ... 9

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Penurunan pH dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L selama proses fermentasi pada suhu

37oC... 21 2 Penurunan pH kefir plain atau dengan penambahan M spicata L dan

O. americanum L selama proses fermentasi pada suhu

ruang... 21

3 Peningkatan total asam tertitrasi (TAT) dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L selama proses

fermentasi pada suhu 37oC ... 23 4 Peningkatan total asam tertitrasi (TAT) kefir plain atau dengan

penambahan M. spicata L dan O. americanum L selama proses

fermentasi pada suhu ruang ... 23

5 Total komponen fenol (µg/ml) ekstrak dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L ...

24

6 Total komponen fenol (µg/ml) ekstrak kefir plain atau dengan

penambahan M. spicata L dan O. americanum L ... 24 7 Persentase (%) penghambatan DPPH ekstrak dadih plain atau

dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L ... 27 8 Persentase (%) penghambatan DPPH ekstrak kefir plain atau dengan

penambahan M. spicata L dan O. americanum L ... 27 9 Kandungan peptida OPA (mg/g) ekstrak dadih plain atau dengan

penambahan M. spicata L dan O. americanum L ... 29 10 Kandungan peptida OPA (mg/g) ekstrak kefir plain atau dengan

penambahan M. spicata L dan O. americanum L ... 29 11 Persentase penghambatan aktivitas enzim ACE (%) ekstrak dadih

plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L

... 30

12 Persentase penghambatan aktivitas enzim ACE (%) ekstrak kefir plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L

... 32

13 Persentase penghambatan aktivitas enzim α-amilase (%) ekstrak dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O.

(15)

kefir plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O.

americanum L ... 35 15 Persentase penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase (%) ekstrak

dadih sapi plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O.

americanum L ... 37 16 Persentase penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase (%) ekstrak

kefir sapi plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O.

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Analisis ragam nilai pH dadih ... 45

2 Analisis ragam Total Asam Tertitrasi dadih ... 45

3 Analisis ragam total fenol dadih ... 46

4 Analisis ragam DPPH dadih ... 46

5 Analisis ragam OPA dadih ... 47

6 Analisis ragam penghambatan ACE dadih ... 48

7 Analisis ragam penghambatan α-amilase dadih ... 48

8 Analisis ragam penghambatan α-glukosidase dadih ... 49

9 Analisis ragam nilai pH kefir ... 49

10 Analisis ragam TAT kefir ... 50

11 Analisis ragam total fenol kefir ... 51

12 Analisis ragam penghambatan DPPH kefir ... 51

13 Analisis ragam peptida OPA kefir ... 52

14 Analisis ragam penghambatan ACE kefir ... 52

15 Analisis ragam penghambatan α-amilase kefir ... 53

(17)
(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin tingginya kesadaran akan kesehatan telah membawa perubahan

tuntutan konsumen pada produk pangan yaitu tidak sekedar menyediakan zat gizi

namun juga memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan kesehatan. Salah

satu produk pangan yang memberikan zat gizi sekaligus memberikan pengaruh

terhadap kesehatan adalah produk susu fermentasi. Konsumsi produk susu

fermentasi dengan kandungan laktosa yang lebih rendah dari susu, serta diperkaya

dengan probiotik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesehatan

khususnya bagi penderita lactose intolerance dalam mengkonsumsi susu tanpa

bermasalah.

Konsumsi susu fermentasi yang mengandung probiotik telah diasosiasikan

dengan sejumlah keuntungan dalam kesehatan termasuk tidak adanya masalah

dalam metabolisme laktosa, sifat antimutagenik, antikarsinogenik, penurunan

tingkat serum kolesterol dan manajemen hipertensi, antidiare, stimulasi sistem

imun, perbaikan inflamasi sindrom Bowel dan sifat antibakteri (Kurman dan

Rasic 1991; Shah 2000; Lye et al. 2009). Lebih lanjut, susu fermentasi juga

mengandung kelompok peptida yang dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi (FitzGerald et al. 2004). Regulasi tekanan darah diasosiasikan

dengan renin angiotensin system (RAS) yang melibatkan angiotensin converting

enzyme (ACE) (FitzGerald et al. 2004). RAS mengatur tekanan darah, cairan dan

keseimbangan elektrolit. Penghambatan ACE adalah kunci target dalam

mengontrol tekanan darah dengan mereduksi produksi angiotensin II pada

penderita darah tinggi diabetes dan nondiabetes.

Telah diketahui bahwa probiotik dapat memproduksi bermacam-macam

peptida bioaktif dalam susu selama fermentasi (Korhonen 2009). Selama

fermentasi, proteinase dari berbagai jenis probiotik dapat melepaskan peptida

penghambat ACE dan oleh karena itu peptida tersebut dapat diperoleh dari protein

susu (Yamamoto dan Takano 1999).

Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa Lactobacillus helveticus

(20)

2

dan Ile-Pro-Pro (IPP) penghambat ACE berasal dari protein kasein susu

(Korhonen 2009). Donkor et al. (2007) melaporkan bahwa strain Bifidobacterium

longum dan Lactobacillus acidophilus dapat menghambat ACE. Lebih lanjut,

peptida penghambat ACE (VPP dan IPP) ditemukan dalam yogurt dan keju yang

difermentasi oleh L. casei ssp. rhamnosus, L. acidophilus dan strain bifidobacteria

(Rhyanen et al. 2001).

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa beberapa tanaman herbal

mempunyai kemampuan dalam menghambat aktivitas ACE baik secara in vitro dan in

vivo (Kwon et al. 2006; Zeggwagh et al. 2007). Kandungan tanaman tersebut mungkin

meniru penghambat ACE sintetis. Disamping itu senyawa tanaman herbal tersebut juga

memproduksi senyawa yang menghambat produksi enzim α-amilase dan α-glukosidase yang berperan dalam perombakan karbohidrat dan penyerapan glukosa. Beberapa

senyawa penghambat aktivitas enzim α-amilase dan α-glukosidase telah teridentifikasi seperti lectin-like α-amilase dari kacang (Phaseolus vulgaris) dan barley α

-amilase/subtilin inhibitor (Payan 2004). Senyawa penghambat enzim tersebut sangat

berguna dalam menjaga keseimbangan gula darah pada postprandrial pada penderita

diabetes Tipe 2.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek penambahan Mentha spicata L

dan Ocimum americanum L terhadap pembentukan susu fermentasi, penurunan hipertensi

dan diabetes Tipe 2. Tanaman ini mengandung komponen aktif termasuk anti bakteri,

antioksidan, antidiabetes, dan antimutagenik. O. americanum L yang termasuk spesies dari

Famili Lamiaceae digunakan sebagai obat tradisional dan kuliner sebagai penambah citarasa

(Javanmardi et al. 2003). Sejumlah komponen fenolik tanaman ini dengan aktivitas

antioksidan yang tinggi telah diidentifikasi (Sekar et al. 2009; Vani et al. 2009). M. spicata L

mengandung komponen aktif dan memiliki kandungan menthol, menthon dan methyl ester

yang tinggi, secara luas digunakan sebagai obat sakit perut, menghambat pertumbuhan

beberapa bakteri dan dapat merelaksasi otot ketika dioleskan ke kulit (Sharma dan Tyagi

1991; Shasany et al. 2000).

Perumusan Masalah

Penggunaan obat-obatan farmasi buatan telah membantu mengobati

berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan seperti hipertensi dan diabetes

(21)

mempunyai efek samping berupa batuk, gangguan pencernaan, kulit terbakar dan

alergi. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan lain dalam menyelesaikan

masalah kesehatan dan mengobati penyakit. Salah satu pendekatan tersebut adalah

penggunaan herbal pada susu fermentasi sebagai pendekatan terapeutik untuk

mencegah hipertensi dan diabetes Tipe 2.

Tujuan Penelitian

1. Mempelajari efek penggunaan herbal (M. spicata L dan O. americanum L)

dalam pembentukan susu fermentasi yang ditambahkan bakteri probiotik.

2. Mempelajari pengaruh susu fermentasi dengan penambahan herbal (M. spicata L

dan O. americanum L) dalam menurunkan aktivitas enzim penyebab hipertensi

dan diabetes Tipe 2.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah susu fermentasi yang mengandung

probiotik dan ekstrak herbal diharapkan mampu menjadi alternatif untuk

(22)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Susu Fermentasi

Berbagai produk susu fermentasi telah dikenal diantaranya yogurt, kefir

dan susu fermentasi dari Indonesia yaitu dadih/dadiah. Yogurt merupakan

koagulasi susu melalui asam laktat yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri asam

laktat Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus delbruecki subsp.

bulgaricus. Kefir merupakan koagulasi susu secara heterofermentatif hasil dari

aktivitas kefir grains atau bulk starter culture kefir (Orihara et al. 1992).

Dadih/dadiah merupakan hasil koagulasi susu secara tradisional dengan bahan

baku susu kerbau yang banyak dijumpai di wilayah Sumatra Utara dan Sumatera

Barat. Nilai nutrisi susu fermentasi dibangun oleh nutrient yang terkandung di

dalam susu dan nutrient dari metabolit yang dihasilkan selama fermentasi oleh

bakteri asam laktat (Yuguchi et al. 1992). Susu fermentasi secara umum

dinyatakan sebagai sumber nutrisi yang baik dengan kualitas yang tinggi protein,

kalsium, kalium, fosfor, magnesium, seng, riboflavin, niasin, vitamin B6 dan

vitamin B12

Terdapat banyak keuntungan susu fermentasi terkait dengan kesehatan.

Asam laktat membantu penyerapan kalsium dan pencernaan laktosa bagi mereka

yang menderita laktosa intoleran (Laye et al. 1993; Burton dan Tannock 1997;

Tarakci dan Kucukoner 2004; Salwa et al. 2004). Susu fermentasi bertindak

sebagai antibiotika (Laye et al. 1993), menurunkan resiko terhadap kanker (Salwa

et al. 2004), menurunkan kadar kolesterol darah terutama kolesterol LDL (Kieling

et al. 2002; Salwa et al. 2004; Liong dan Shah 2005) membantu asimilasi protein,

kalsium dan zat besi dalam tubuh (Salwa et al. 2004). Kultur starter susu dapat

memproduksi vitamin B yang sangat dibutuhkan tubuh dan memecah protein susu

menjadi peptida yang berguna dalam mengobati hipertensi (FitzGerald et al.

2004).

(Hayakawa 1992).

Karakteristik dan Aplikasi Bakteri Asam Laktat dalam Susu Fermentasi

Bakteri asam laktat (BAL) telah lama digunakan dalam proses pengolahan

(23)

sebagai kultur starter produk-produk yang melibatkan proses fermentasi untuk

memperoleh produk akhir pangan dengan konsistensi yang tinggi. Selain hal

tersebut juga dihasilkan produk fermentasi yang aman dan awet. Umumnya

bakteri ini tergolong aman (generally recognized as safe, GRAS).

Pengklasifikasian bakteri asam laktat berdasarkan beberapa hal yaitu:

morfologinya, fermentasi glukosa perbedaan tumbuh pada suhu tertentu,

konfigurasi produksi asam laktat, kemampuan tumbuh pada konsentrasi garam

tinggi dan toleransinya terhadap asam dan basa. Menurut Fardiaz (1989)

pengklasifikasian yang tidak kalah pentingnya adalah perbedaan dalam

memfermentasi glukosa yang dibagi dalam heterofermentatif dan

homofermentatif.

Bakteri asam laktat (BAL) sebagai salah satu flora normal manusia

mempunyai peran yang menguntungkan bagi kesehatan manusia yaitu: (1) untuk

mencegah infeksi usus yang diakibatkan oleh bakteri enterik patogen dan saluran

urogenital, mencegah lactose-intolerance dan pertumbuhan bakteri indigenous

pada saluran usus; (2) untuk mengurangi kanker usus, serum kolesterol dan

penyakit jantung; dan (3) untuk menstimulasi sistem imun dan gerakan usus

(Yuguchi et al. 1992; Johansson et al. 1993; Jacobsen et al. 1999).

Bakteri asam laktat bersifat Gram positif, tidak membentuk spora, dapat

berbentuk batang atau bulat, dengan komposisi basa DNA kurang dari 50% mol

G+C. Umumnya bersifat katalase negatif tetapi terkadang terdeteksi katalase

semu pada kultur yang ditumbuhkan pada konsentrasi gula rendah.

pertumbuhannya membutuhkan karbohidrat yang dapat difermentasi (Pot et al.

1994). Kini berbagai spesies BAL diaplikasikan dalam produk fermentasi dan

spesies BAL bersama bifidobakteria merupakan mikroorganisme yang paling

banyak dikembangkan sebagai kultur probiotik terutama yang berupa bahan

pangan.

Hipertensi

Salah satu komplikasi dari diabetes Tipe 2 adalah hipertensi atau tekanan

darah tinggi. Hipertensi terjadi karena adanya kegagalan dalam sistem

(24)

6

Menurut FitzGerald et al. (2004), hipertensi dapat terjadi secara primer atau

sekunder. Hipertensi primer disebabkan oleh sebab yang tidak diketahui dan

merupakan 95% dari penyebab kasus hipertensi. Hipertensi sekunder dapat

disebabkan oleh kehamilan, malfungsi ginjal dan efek samping obat-obatan.

Walaupun penyebab hipertensi primer belum jelas, beberapa faktor yang

menyebabkan peningkatan resiko hipertensi telah diidentifikasi:

hypercholesterolemik, diabetes, peningkatan produksi renin fisiologi dan

ketidakseimbangan hormon seksual.

Salah satu faktor yang mengontrol hipertensi adalah aksi dari angiotensin

converting enzym-I (ACE-1) (FitzGerald et al. 2004), suatu enzim yang terlibat

dalam menjaga tekanan darah. ACE mengaktifkan dipeptida histidyl-leucine yang

disebut angiotensin I menjadi vasokonstriktor yang disebut angiotensin II.

Angiotensin II menstimulasi sintesis dan pelepasan aldosteron yang meningkatkan

tekanan darah dengan menaikkan penyimpanan sodium di tubulus distal

(FitzGerald dan Murray 2006). Penghambatan aktivitas ACE dapat

dipertimbangkan sebagai pendekatan terapeutik yang berguna dalam mengatasi

hipertensi.

Berbagai obat antihipertensi dihasilkan dengan memasukkan captopril,

ramipril, enalapril, cilazapril, pentopril, trandolapril, perindropril, lisinopril,

alacepril dan imidaprilat (Suetsuna et al. 2004). Meskipun ada efek

menguntungkan dari penghambatan perubahan angiotensin I ke angiotensin II

atau penghambatan breakdown dari bradykinin, produk farmasi kemungkinan

mempunyai efek samping seperti batuk, gangguan pencernaan, kulit terbakar dan

reaksi alergi (Lee et al. 2004), sehingga bahan alami yang menghambat aktivitas

ACE menjadi perhatian ilmuwan karena lebih aman dan ekonomis.

Susu fermentasi mengandung berbagai macam protein yang

menguntungkan bagi kesehatan, salah satunya untuk mengontrol tekanan darah.

BAL dalam susu fermentasi berperan dalam mengaktifkan peptida susu

penghambat ACE selama fermentasi (Korhonen dan Pihlanto 2006). Beberapa

penelitian telah memperlihatkan efek dari susu fermentasi dalam mengontrol

tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Donkor et al. (2007) terhadap BAL susu

(25)

juga didukung oleh Ong dan Shah (2008) yang meneliti pelepasan peptida

penghambat ACE pada keju Cheddar yang dibuat dari starter Lactococcus dan

probiotik. Lebih lanjut peptida penghambat ACE juga ditemukan dalam yogurt,

keju dan susu yang difermentasi oleh Lactobacillus casei ssp. Rhamnosus dan

strain bifidobakteria (Rhyanen et al. 2008).

Selain produk antihipertensi alami yang berasal dari mikroba dan susu,

telah ditemukan pula peptida antihipertensi yang berasal dari tumbuhan. Hasil

studi mengindikasikan bahwa tanaman yang kaya akan flavonoid mempunyai

kemampuan untuk menghambat kemampuan aktivitas ACE, baik secara in vitro

dan in vivo (Actis-Goreta et al. 2003; Kwon et al. 2006; Zeggwagh et al. 2007).

Penelitian menunjukkan bahwa fenolic phytochemicals mempunyai aktivitas

antioksidan yang tinggi dan dapat digunakan dalam pengobatan termasuk

antidiabetes dan antihipertensi (Shetty et al. 2006; Kwon et al. 2006).

Diabetes

Diabetes merupakan suatu kelompok penyakit yang disebabkan oleh

kegagalan metabolisme yang dicirikan oleh hiperglikemia. Hiperglikemia adalah

kondisi dimana terjadinya pengeluaran gula secara berlebihan secara tidak normal

di dalam darah. Hiperglikemia dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, aksi

insulin atau keduanya. Pada penderita hiperglikemia kronis berhubungan dengan

komplikasi kronis khusus menghasilkan kerusakan atau kegagalan berbagai organ

seperti mata, ginjal, saraf hati dan pembuluh darah (Scobie 2007). Dua bentuk

utama diabetes adalah Tipe 1 (insulin-terkait diabetes mellitus) dan tipe 2

(noninsulin-terkait diabetes mellitus). Kedua tipe diabetes tersebut membagi satu

pusat utama, yaitu meningkatkan level gula darah (glukosa). Pada Tipe 1, terjadi

karena rusaknya sel β pulau-pulau langerhans di pankreas yang menghasilkan hilangnya produksi insulin (Dicarli et al. 2003; Watkins 2003; Scobie 2007).

Diabetes Tipe 2 merupakan bentuk paling umum, jumlah kasusnya mencapai 90%

dan biasanya dicirikan dengan peningkatan gula darah segera setelah makan

secara abnormal, disebut postpandrial (Dicarli et al. 2003).

Selama terjadinya diabetes Tipe 2, terjadi kesalahan dalam metabolisme

(26)

8

postpandrial. Sumber utama gula darah adalah karbohidrat pada makanan yang

dihidrolisis oleh enzim α-glukosidase dan α-amilase agar dapat diserap usus halus.

Strategi untuk mengatur diabetes Tipe 2 adalah penghambatan enzim α

-glukosidase dan α-amilase (Krenzt dan Bailey 2005).

Penghambat enzim α-glukosidase seperti acarbose dan miglitol telah

digunakan untuk pasien diabetes Tipe 2. Aktivitas utamanya adalah membantu

menjaga level gula darah dalam kisaran aman dengan menurunkan laju

penyerapan glukosa dari makanan oleh usus halus (Izucchi 2002; Apostolidis et

al. 2006). Penghambatan α-amilase yang kronis dapat berguna untuk pengobatan

diabetes Tipe 2 dan obesitas (Koike et al. 1995). α-amilase beraksi pada

polisakarida besar pada ikatan dalam (McCarter dan Withers 1994). Penghambat

alami α-amilase memberikan pendekatan terapi yang menarik dalam mengobati hiperglikemia postpandrial dengan menunjukkan pelepasan glukosa dari serat

pada akhirnya. Namun, penghambatan α-amilase yang berlebihan dari

penghambat tertentu α-glukosidase (acarbose) mempunyai efek samping tertentu,

misalnya distensi abdominal, timbul gas dalam perut dan memungkinkan

terjadinya diare (Horii et al. 1987).

Inhibitor alami α-glukosidase dan α-amilase dari tumbuhan mempunyai

efek penghambat yang rendah melawan aktivitas α-amilase dan penghambat yang

lebih kuat terhadap aktivitas α-glukosidase, oleh karena itu dapat digunakan

sebagai terapi yang efektif untuk penderita hiperglikemia postpandrial dengan

menurunkan efek sampingnya (Kwon et al. 2006). Banyak tanaman obat dan

ekstrak herbal yang telah ditemukan untuk menghambat aktivitas α-glukosidase

dan α-amilase (Kim et al. 2008; Grover et al. 2002; McCue dan Shetty 2004). Makanan yang mengandung inhibitor α-glukosidase dan α-amilase bekerja di usus

dengan penghambatan pemecahan serat secara enzimatik, karbohidrat terlarut dan

derivasinya telah diidentifikasi sebagai pendekatan alami dan aman untuk

mengontrol hiperglikemia.

Kemangi (Ocimum americanum L)

Kemangi (O. americanum L) yang merupakan Famili dari Lamiaceae telah

(27)

cita rasa makanan (Javanmardi et al. 2003). Genus Ocimum termasuk kelompok

Famili Lamiaceae yang terdiri dari 150 spesies dari tanaman rempah dan semak

belukar (Simon et al. 1999). Tanaman ini tumbuh rendah dan bagus berkembang

di daerah hangat pada suhu tropis. Kemangi berasal dari India dan daerah tropis di

Asia. Sejumlah komponen fenolik dengan aktivitas antioksidan didapatkan dari

tumbuhan ini (Vani et al. 2009).

Tabel 1. Komponen fenolik Genus Ocimum

No. Komponen fenolik Sumber pustaka 1.

Methyl chavicol (estragole) Z-citral Cis-α-bisabolene Caryophyllene oxid Keterangan: 1) Wungsintaweekul et al.2010.

(28)

10

Kandungan antioksidan dalam O. basilicum bermanfaat sebagai

antipenuaan, antikanker, antivirus dan antimikroba (Manosroi 2004; Sekar et al.

2009). O. basilicum juga dilaporkan menurunkan kejadian platelet aggregation

dan thrombus pada tikus percobaan (Tohti et al. 2006) dan digunakan secara luas

untuk mengobati stress, asma dan diabetes di India (Duke 2008).

Eugenol yang merupakan salah satu komponen fenolik pada genus

Ocimum termasuk O. americum memiliki berbagai kegunaan. Prakash dan Gupta

(2005) menyatakan bahwa kandungan eugenol pada genus Ocimum (O. sanctum

L) dapat menurunkan level gula darah, trigliserida, kolesterol dan aktivitas LDH,

GPT, GOT dan alkalin fosfatase dalam serum darah yang menjelaskan potensi O.

sanctum L sebagai agen antidiabetes, cardioprotective, hypolipidemic, dan

hepatoprotective. Eugenol juga bertindak sebagai vasorelaxant pada jaringan

arteri kelinci yang menjelaskan manfaat terapeutik eugenol sebagai vasolidator

(Nishijima et al. 1999).

Peppermint (Mentha spicata L)

Peppermint mempunyai kandungan menthol yang tinggi dan sering

digunakan sebagai flavor pada teh, es krim, permen dan pasta gigi. Minyaknya

juga mengandung menthone dan methylester. M. piperita telah digunakan sejak

dulu dan flavor yang paling populer (Gracindo 2006).

Peppermint biasanya digunakan untuk mengobati masalah pencernaan

seperti kram, kembung, mual, kehilangan nafsu makan dan sindrom radang usus

besar. Selain itu Peppermint juga dapat digunakan sebagai penawar rasa sakit gigi,

sakit kepala, mengurangi rasa sakit kulit yang terbakar, keseleo, obat batuk, flu

dan demam (Salem 1995).

Sejumlah penelitan menunjukkan bahwa Peppermint dapat menurunkan

kadar kolesterol darah dan mempunyai aktivitas antioksidan baik secara in vitro

maupun in vivo (Yadegarinia et al. 2006; Sandra et al. 2009). Beberapa komponen

kimia juga telah teridentifikasi dalam tanaman tersebut (Tabel 2) dan salah satu

(29)

Tabel 2. Komponen fenolik Genus Mentha

No. Komponen kimia No. Komponen kimia 1.

Sumber: Yadegarinia et al. 2006

Salah satu komponen fenolik dari peppermint adalah menthol. Menthol

merupakan komponen fenolik yang bersifat volatile dan mempunyai sifat

antioksidan. Elektron dari atom oksigen menthol bertanggung jawab pada

kemampuannya berkoordinasi. Elektron tersebut mempunyai efek steric yang

akan mengikat ion metal (Fe) membentuk ikatan kompleks menthol-Fe (Wang et

(30)

12

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–Juni 2010 di Laboratorium

Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (DIPTP), Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Identifikasi tanaman herbal dilaksanakan di

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor.

Materi

Tanaman Herbal

Dua jenis tanaman herbal (Mentha spicata L dan Ocimum americanum L)

yang digunakan dalam penelitian ini digunakan dalam bentuk kering. Tanaman

herbal dikeringkan dan digiling dengan ketebalan 1 mm dan disimpan dalam

tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

Kultur Starter

Kultur starter dadih (Lactococcus lactis RM-01), kultur starter bulk kefir

dan bakteri probiotik (Lactobacillus plantarum RM-01 dan Bifidobacterium

longum). Perbandingan untuk masing-masing kultur starter susu fermentasi

dengan probiotik untuk dadih 4:1:1; dan kefir 4:1:1.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mikropipet, gelas

ukur, labu erlenmeyer, vorteks, sentrifuge, waterbath, ampul, freezer, kontainer

dan spektrofotometer.

Metode

Ekstraksi Herbal

Bubuk herbal dilarutkan dengan air destilasi (dH2O) dengan rasio1:10.

(31)

Persiapan Kultur Starter

Susu sapi segar pasteurisasi (1 liter) dipanaskan (37oC) dan sejumlah volume susu hangat (100 ml) ditempatkan ke kontainer. Kultur starter

ditambahkan ke susu dan diinkubasi selama 24 jam. Susu fermentasi disimpan

pada suhu 4o

Pembuatan Susu Fermentasi

C dan digunakan sebagai kultur starter.

Ekstrak herbal (10 ml) ditambahkan ke 85 ml susu diikuti dengan

penambahan 5 ml kultur starter. Campuran dihomogenkan dan diinkubasi selama

24 jam pada suhu 37oC, untuk susu fermentasi tanpa ekstrak herbal, dH2O

ditambahkan menggantikan ekstrak herbal. Semua susu fermentasi diinkubasi

pada suhu 37o

pH dan Total Asam Tertitrasi (TAT)

C dan disimpan saat pH mencapai 4.5.

Perubahan pH selama fermentasi dievaluasi setiap satu jam hingga pH

mencapai 4.5. Total asam tertitrasi (TAT) diukur dengan titrasi menggunakan 0.1

N NaOH. Sampel (1 ml) dituang ke dalam tabung erlenmeyer berisi 9 ml dH2

Persentase asam laktat = faktor pengenceran×V NaOH×0.1N×0.009×100% O.

Beberapa tetes NaOH (0.1 N) dititrasi ke larutan hingga larutan berwarna merah

muda. Jumlah asam yang diproduksi selama fermentasi dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Pembuatan Ekstrak Susu Fermentasi

Susu fermentasi tanpa penambahan herbal (plain) atau dengan

penambahan herbal dihomogenkan dengan 2.5 ml aquades steril. pH susu

fermentasi diukur, kemudian diturunkan pHnya hingga mencapai 4.0 dengan HCl

(0.1 M). Susu kemudian dipanaskan dengan waterbath (45oC) selama 10 menit diikuti dengan sentrifugasi (5000 g, 10 menit 4oC). NaOH (0.1 M) ditambahkan hingga pH mencapai 7.0. Supernatan disentrifugasi lagi (5000 g, 10 menit 4oC), endapan yang terbentuk dipisahkan dan supernatan yang diperoleh disimpan pada

(32)

14

Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Pengujian Penghambatan

Radikal 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) (Apostolidis et al. 2006)

Ekstrak susu (250 µl) ditambahkan ke dalam 60 mM DPPH dalam etanol.

Penurunan absorbansi diamati pada 517 nm hingga pembacaan konstan.

Pembacaan dibandingkan dengan kontrol yang berisi 250 µl dH2

Uji Total Fenol

O menggantikan

ekstrak. Persentase penghambatan dihitung dengan rumus:

Uji total fenol dihitung menggunakan metode Shetty et al. (2005). Ekstrak

susu sebanyak 1 ml ditransfer ke dalam tabung dan dicampur dengan 1 ml 95%

etanol dan 5 ml dH2O. Reagen Folin-Ciocalteu (50% v/v; 0.5 ml) ditambahkan ke

setiap sampel kemudian dihomogenkan dengan vorteks. Setelah 5 menit, 1 ml

Na2CO3

Uji O-Pthaldialdehyda (OPA)

ditambahkan dan didiamkan selama 60 menit pada suhu ruang.

Absorbansi dibaca pada 725 nm. Nilai absorbansi dikonversi ke total fenol dan

diekspresikan dalam mikrogram setara dengan asam galat per mililiter (ml) dari

sampel.

Kandungan protein dalam susu fermentasi diukur menggunakan metode

OPA (Goodno et al. 1981).

Pembuatan Reagen OPA. Larutan OPA dibuat dengan

mengkombinasikan reagen berikut: 25 ml sodium tetraborat (100 mM), 2.5 ml

(wt/wt) sodium dodecyl-sulfat (SDS) 20%, OPA (40 mg yang dilarutkan dengan 1

ml metanol) dan 100 µl β-mercaptoethanol. Volume akhir dibuat hingga 50 ml

mengunakan dH2

Uji OPA. Pengujian proteolisis menggunakan protein susu sebagai

substrat. Sejumlah aliquot dari ekstrak susu fermentasi (umumnya 10 sampai 50

µl yang mengandung 5 sampai 100 µg protein) ditambahkan secara langsung ke

10 ml reagen OPA di cuvette 1.5 ml. Larutan dicampurkan secara cepat dengan O. Reagen OPA sensitif terhadap cahaya, sehingga harus dijaga

dari sumber cahaya selama penyiapan dan pengujian. Reagen ini disiapkan dalam

(33)

pembalikan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 2 menit. Pembacaan

absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 324 nm. Konsentrasi peptida

diestimasikan terhadap kurva standar tripton.

Kurva Standar Tripton. Kurva standar konsentrasi peptida disiapkan

menggunakan tripton. Konsenrasi standar tripton yang bervariasi (0.25, 0.5, 0.75,

1.00, 1.25, 1.50 mg/ml) disiapkan dari stok larutan. Standar tripton disiapkan dan

diberikan perlakuan dalam pembuatan sampel dari tiap pengujian OPA.

Pengujian Penghambatan Angiotensin Converting Enzyme (ACE)

Persiapan Ekstrak Paru-paru Kelinci. Paru-paru kelinci segar

dibekukan secara cepat pada suhu -20oC dilanjutkan dengan penumbukan dengan alat penumbuk dan mortar dan sesudah itu dihomogenkan dengan bufer potassium

posfat 0.05 M dingin yang mempunyai pH 8.3. Paru-paru kelinci yang telah

dihomogenkankan kemudian disentrifugasi selama 60 menit pada gravitasi 2000

g. Supernatan yang berwarna bening memiliki aktivitas ACE yang tinggi dan

didistribusikan ke dalam ampul berukuran 0.1 ml, lalu disimpan pada freezer

-20o

Persiapan Reagen ACE. Reagen ACE disiapkan sebagaimana dijelaskan

oleh Vermeissen et al. (2002). Sodium klorida (NaCl 2.34 g) dilarutkan pada 80

ml dH

C hingga dibutuhkan untuk analisis.

2O dan volumenya dibuat menjadi 100 ml dalam labu volumetrik. Larutan

A dibuat dengan cara mencampurkan 0.607 g Tris dalam 50 ml dH2

Furanacryloyl-Phe-Gly-Gly (FAPGG: 25 mg) dicampur dalam 62.6 ml

larutan A, setelah itu larutan FAPGG (reagen ACE) dialiquotasikan (500 µl) pada

ampul-ampul dan disimpan pada suhu -20

O. pH

ditentukan hingga 8.3 dan volume dibuat hingga 100 ml.

o

Pengukuran Aktivitas ACE pada Paru-paru Kelinci. Metode untuk

menentukan aktivitas ACE diadaptasi dari Vermeirssen et al. (2002). Bahan

pereaksi ACE (500 µl) ditambahkan 300 µl pada dH

C hingga dibutuhkan untuk analisis.

2O (blanko) dalam tabung

reaksi. Campuran dicampur sepenuhnya dan diinkubasi pada waterbath (37oC) selama 2 menit. Campuran tersebut kemudian diangkat dari waterbath dan 300µl

(34)

16

enzimatik terjadi di waterbath (37o

Pengukuran Aktivitas Anti-ACE Ekstrak Susu Fermentasi. Pengujian

dilakukan sesuai dengan uraian pada pengukuran aktivitas ACE pada paru-paru

kelinci. Pada kontrol, kecuali 300 µl ekstrak cairan disiapkan dari susu fermentasi

digunakan sebagai ganti 300 µl dH

C) selama 20 menit. Tabung reaksi dikeluarkan

secara singkat setiap 5 menit dan dibaca nilai absorbansinya pada 340 nm.

2

Perhitungan Penghambatan Aktivitas ACE. Aktivitas ACE (unit/min)

diperhitungkan dengan membagi selisih absorbansi (unit) antara inkubasi ke 5

menit dan 20 menit dengan 15 menit: O.

Aktivitas ACE (unit/min)=(Abs 20’-5’)/15 min

Rata-rata pengurangan aktivitas penghambatan ACE dikalkulasikan

sebagai berikut:

Jika dalam perbandingan untuk mengontrol aktivitas ACE (blank)

Aktivitas penghambatan ACE =

aktivitas ACE (kontrol) – aktivitas ACE (ekstrak susu fermentasi) Aktivitas ACE (kontrol)

X 100

Pengujian Penghambatan α-Amilase

Larutan Enzim α-Amilase. Porcine pancreatic α-amilase (EC 3.2.1.1)

diperoleh dari Sigma chemical Co. Berdasarkan penjelasan deskripsi produk, satu

unit enzim akan membebaskan 1.0 mg maltosa dari pati per menit pada pH 7.0

pada suhu 20oC. Konsentrasi enzim digunakan dalam pengujian sebanyak 0.5 mg/ml (Apostolidis et al. 2006). Bubuk enzim dilarutkan dalam bufer sodium

posphate 0.02 M yang telah didinginkan, sodium klorida 0.006 M dengan pH 6.9,

menghasilkan larutan yang bening sampai buram. Hal ini disebabkan tekanan dari

pembawa enzim yaitu laktosa yang larut secara perlahan-lahan dalam bufer

dingin. Larutan enzim disiapkan dalam bentuk segar dan disimpan sebelumnya

pada suhu dibawah 4o

Bufer Na Phosphate (0.02 M), pH 6.9 dengan NaCl (0.006 M). Tiga

larutan berikut disiapkan secara terpisah. C untuk pengujian.

200 ml dH2O ditambahkan ke 1.582 g Na2HPO

200 ml dH

(35)

100 ml dH2

Ketiga larutan tersebut dkemudian dicampur dengan baik diikuti dengan

penambahan 400 ml dH

O ditambahkan ke 0.3506 g NaCl

2O untuk mendapatkan pH yang diinginkan yaitu 6.9. Jika

pH menyimpang dari 6.9, pH diatur kembali dengan penambahan Na2HPO4

sebagai basa atau NaH2PO4 sebagai asam. Selanjutnya larutan dilengkapi hingga

mencapai volume akhir sebesar 1000 ml dalam labu ukur. Bufer yang telah

disiapkan disimpan pada suhu 25o

Bahan Pereaksi Asam Dinitrosalisyclic (DNSA). Bahan reaksi DNSA

asli yang dikembangkan oleh Summer dan Sisler (1921) mengandung 0.63%

DNSA, 18% titrat, 0.5% fenol, 0.5% natrium bisulfit dan 14% NaOH. Bahan

pereaksi DNSA yang telah dimodifikasi yang digunakan dalam penelitian ini

disiapkan dengan melarutkan (dengan pengadukan konstan) 2% w/v kalium

natrium tartrat, dikenal juga dengan garam Rochelle, disiapkan secara terpisah

menggunakan dH

C dan harus digunakan tidak lebih dari 2

minggu.

2O. Bahan pereaksi disiapkan segar untuk analisa. Kehati-hatian

harus dilakukan karena CO2

Larutan Pati 1%. Pati terlarut (1 g) dilarutkan dalam 100 ml bufer

NaPO

mempunyai kecenderungan berinterfensi terhadap

stabilitas pereaksi. Bahan reaksi ini harus dilindungi dari semua sumber cahaya.

4. Pengadukan secara konstan pada suhu 90oC dapat membantu dalam

melarutkan pati di dalam bufer. Larutan pati kemudian didinginkan dan disimpan

pada suhu 4oC. Larutan pati sebelumnya diinkubasi terlebih dahulu pada suhu 25o

Analisis Penghambatan α-Amilase. Analisis penghambatan α-amilase

diadaptasi dari Shetty et al. (2006). Ekstrak susu fermentasi (500 µl) dicampurkan

dalam 500 µl bufer NaPO

C selama 5 menit sebelum pengujian.

4 (0.02 M), pH 6.9 dengan kandungan 0.5 mg/ml

natrium klorida (0.006 M). larutan α-amilase diinkubasi pada suhu 25oC selama 10 menit. Setelah inkubasi awal, 500 µl dari larutan pati 1% dalam bufer NaPO4

0.02 M, pH 6.9 dengan NaCl 0.006 M ditambahkan pada setiap tabung dengan

selang waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Campuran reaksi tersebut

(36)

Tabung-18

tabung yang akan diujikan kemudian diinkubasi dalam waterbath mendidih

selama 7 menit. Selanjutnya, 1.0 ml larutan tartrate 18.2% ditambahkan ke dalam

setiap tabung setelah perebusan dalam waterbath sebelum didinginkan menjadi

suhu ruang. Campuran reaksi kemudian diencerkan setelah penambahan 10 ml

dH2

O. Absorbansi diukur pada 540 nm. Rumus yang digunakan untuk

perhitungan penghambatan enzim dinyatakan sebagai berikut:

Pengujian Penghambatan α-Glukosidase

Larutan Enzim α-Glukosidase. Sebanyak 1000 U α-glukosidase

dilarutkan sempurna dalam 396 µl (3.96 ml) dari 0.1 M bufer K2HPO4 (pH 6.90)

dan didistribusikan pada 33 ampul dan disimpan pada suhu -20o

Bufer Potassium Phosphate (0.1 M; pH 6.90). Kedua larutan ini dibuat

secara terpisah:

C. Setiap ampul

terdiri atas 30 U/120 µl larutan enzim α-glukosidase.

200 ml dH2O ditambahkan ke dalam 9.11 g K2HPO

200 ml dH

4 2O ditambahkan ke dalam 6.49 g KH2PO

Kedua larutan kemudian dicampurkan sempurna diikuti dengan

penambahan 400 ml dH

4

2O untuk memperoleh pH yang diinginkan yaitu 6.90. jika

mendapatkan pH yang menyimpang dari pH 6.90, dilakukan penambahan larutan

dengan K2HPO4 sebagai basa atau KH2PO4 sebagai asam. Volume akhir dari

larutan tersebut dilengkapi hingga sebanyak 1000 ml di dalam labu ukur. Larutan

penyangga yang telah disiapkan lalu disimpan pada suhu 25o

Larutan Substrat p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside 5 mM. Larutan

penyangga KH

C dan digunakan

dalam 2 minggu.

2PO4

Pengujian Penghambatan α-Glukosidase. Pengujian penghambatan α

-glukosidase secara prinsip dijelaskan Apostolidis et al. (2006) dengan beberapa

modifikasi. Reaksi campuran mengandung 500 µl ekstrak sampel dan 1 ml 0.1 M (0.1 M pH 6.90) ditambahkan secara bertahap ke dalam

p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside (5 mM) hinga keseluruhannya larut. Larutan

(37)

bufer KH2PO4 (pH 6.90) berisi larutan α-glukosidase (1.0 U/ml) dan diinkubasi

pada waterbath pada suhu 25oC selama 10 menit. Setelah 10 menit, 500 µl dari larutan p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside (5mM) dalam potassium phosphate

bufer 0.1M (pH 6.90) ditambahkan ke setiap tabung sesuai interval waktu yang

ditentukan. Campuran reaksi selanjutnya diinkubasi pada suhu 25o

Rancangan Percobaan

C selama 25

menit. Pembacaan nilai absorbansi menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 405 nm dilakukan sebelum dan sesudah inkubasi. Pembacaan nilai

absorbansi dibandingkan dengan kontrol yang merupakan 500 µl bufer pengencer

sebagai ganti ekstrak sampel. Aktivitas penghambatan α-glukosidase ditunjukkan

dengan persentase hambatan sebagai berikut:

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

dengan 3 perlakuan masing-masing dengan 3 ulangan. Model matematik yang digunakan

adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1995).

Yij= µ + αi+ βj+ ε

Keterangan :

ij

Yij

µ : nilai rataan umum dari pengamatan

: nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

αi

β

: pengaruh perlakuan ke-i

j

εij : galat dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j : pengaruh ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA), setiap analisis

(38)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penambahan Ekstrak Herbal terhadap Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat

Pengaruh penambahan ekstrak herbal terhadap pertumbuhan BAL pada

saat proses fermentasi susu dapat dilakukan secara langsung dengan menghitung

populasi pada saat proses fermentasi susu. Saat proses fermentasi, BALyang

tumbuh menghasilkan asam dan akan menurunkan pH susu. Nilai pH yang turun

lebih cepat dan total asam tertitrasi (TAT) yang lebih tinggi juga dapat digunakan

sebagai indikator meningkatnya populasi BAL pada susu yang ditambahkan

ekstrak herbal.

Nilai pH

Penurunan pH dadih dan kefir diukur selama fermentasi, dan fermentasi

dihentikan saat pH mencapai 4.5 atau titik isoelektrik. pH dadih plain mengalami

fase lag pada satu jam pertama (Gambar 1). Pada jam kedua pH dadih mulai

mengalami penurunan. Penambahan herbal pada dadih mempercepat penurunan

pH. Penurunan pH dadih herbal berbeda nyata lebih cepat (P<0.05) dimulai pada

jam ke-3 (5.826, 5.732) dibandingkan dengan pH dadih plain (5.967). pH 4.5

tercapai tercepat oleh dadih O. americanum L diikuti oleh M. spicata L dan dadih

plain. pH dadih herbal (O. americanum L dan M. spicata L) mencapai pH 4.5

pada jam ke-8 sedangkan pada dadih plain pada jam ke-12.

Penambahan herbal juga mempercepat penurunan pH kefir (Gambar 2).

Penurunan pH kefir nyata lebih cepat (P<0.05) dimulai pada jam ke-9

(5.604-5.685) dibandingkan dengan pH kefir plain (5.718). pH 4.5 tercapai tercepat oleh

kefir M. spicata L diikuti kefir O. americanum L dan kefir plain. Kefir herbal

herbal (O. americanum L dan M. spicata L) mencapai pH 4.5 pada jam ke-14,

sedangkan kefir plain pada jam ke-16.

Fermentasi terjadi sebagai akibat pertumbuhan mikroba yang

menggunakan laktosa sebagai sumber metabolit. Hal ini terjadi karena mikroba

(39)

menghasilkan energi pada kondisi anaerobik untuk memproduksi asam laktat.

Pembentukan asam laktat pada kondisi anaerobik akan menurunkan pH susu.

Gambar 1 Penurunan pH dadih plain ( ) atau dengan penambahan M. spicata L ( ) dan O. americanum L ( ) selama proses fermentasi pada suhu 37oC.

Gambar 2 Penurunan pH kefir plain ( ) atau dengan penambahan M. spicata L ( ) dan O. americanum L ( ) selama proses fermentasi pada suhu ruang.

Pada penelitian ini nilai pH awal dadih serta kefir M. spicata L dan O.

americanum L tidak berbeda nyata dengan dadih serta kefir plain. Hal ini

mengindikasikan bahwa keasaman ekstrak herbal minimal. Penurunan pH dadih

dan kefir herbal yang lebih cepat mengindikasikan adanya komponen herbal yang

0 1 2 3 4 5 6 7

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

p

H

Waktu (Jam)

0 1 2 3 4 5 6 7

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

p

H

(40)

22

mempercepat pertumbuhan mikroba (BAL) dan mempercepat penurunan pH susu

fermentasi. Penurunan pH dadih dan kefir ekstrak herbal yang lebih cepat

dibandingkan dengan dadih dan kefir plain juga mengindikasikan bahwa

pertumbuhan BAL tidak terhambat akibat penambahan ekstrak herbal. Hal ini

didukung oleh penelitian menggunakan BAL Lb. acidophilus RM-01 dan Lc.

lactis RM-01 pada keju yang ditambahkan kemangi dan peppermint bahwa

populasi BAL keju yang ditambahkan ekstrak kemangi dan peppermint lebih

tinggi dibandingkan keju plain (Ribka 2012). Pada penelitiannya terjadi

peningkatan populasi BAL pada keju yang ditambahkan ekstrak peppermint

sebesar 2.25% (7.68 log10 cfu/g) dan dengan yang ditambahkan ekstrak kemangi

sebesar 5.59% (7.96 log10 cfu/g) dibandingkan dengan keju plain (7.5 log10

Total Asam Tertitrasi

cfu/g). Penambahan ekstrak kemangi dan peppermint tidak menghambat

pertumbuhan BAL.

TAT dadih herbal berbeda nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan

dengan TAT dadih plain pada jam ke-6 (Gambar 3). TAT tertinggi adalah dadih

O. americanum L (1.09%), diikuti oleh M. spicata L (0.89%) dan dadih plain

(0.69%).

Total asam tertitrasi (TAT) kefir juga diukur selama fermentasi. TAT

dihitung berdasarkan persentase (%) asam laktat selama fermentasi (Gambar 4).

TAT kefir herbal berbeda nyata lebih (P<0.05) dibandingkan dengan TAT kefir

plain. TAT tertinggi adalah kefir O. americanum L (1.69%), diikuti oleh kefir M.

spicata L (1,65%) dan kefir plain (1.25%).

Tingginya total asam tertitrasi (TAT) pada susu fermentasi yang

ditambahkan herbal dibandingkan dengan susu fermentasi plain disebabkan

tanaman herbal tersebut mengandung fenol yang merupakan asam lemah. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Vermerris dan Nicholson (2006) bahwa tanaman

mengandung komponen fenolik yang bersifat asam lemah. BAL dan kefir grain

juga dapat tumbuh dengan baik dan dapat memfermentasi susu dan menghasilkan

(41)

Gambar 3 Peningkatan total asam tertitrasi (TAT) dadih plain ( ) atau dengan penambahan M. spicata L ( ) dan O. americanum L ( ) selama proses fermentasi pada suhu 37oC.

Gambar 4 Peningkatan total asam tertitrasi (TAT) kefir plain ( ) atau dengan penambahan M. spicata L ( ) dan O. americanum L ( ) selama proses fermentasi pada suhu ruang.

Total Komponen Fenol

Herbal mengandung komponen fenol. Penambahan herbal pada susu

menghasilkan kandungan fenol berbeda nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan

dadih tanpa penambahan herbal (Gambar 5). Total fenol tertinggi dicapai oleh

(42)

24

Penambahan ekstrak herbal pada susu menghasilkan kandungan fenol

secara nyata lebih tinggi dibandingkan kefir tanpa penambahan ekstrak herbal

(P<0.05) (Gambar 6). Total komponen fenol tertinggi dicapai oleh kefir M.

spicata L, diikuti oleh kefir O. americanum L dan kefir plain (35.06 µg/ml; 28.87

µg/ml; 23.86 µg/ml).

Gambar 5 Total komponen fenol (µg/ml) ekstrak dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

Gambar 6 Total komponen fenol (µg/ml) ekstrak kefir plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

Substansi fenolik adalah kategori fitonutrient yang memiliki sifat

antioksidan yang kuat. Substansi ini dapat diklasifikasikan menjadi fenol

sederhana, asam fenolik, derivatif asam hidroksinamat dan flavonoid. Diantara

0,00

plain M. spicata O. americanum

T

plain M. spicata O. americanum

(43)

semuanya, asam fenolik mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi dan

dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, antikarsinogenik

antiinflamasi dan vasoliditas (Sahidi dan Naczk 1995).

Pada dadih dan kefir yang tidak mengandung ekstrak herbal, komponen

fenol seluruhnya didapatkan dari susu. Pada dadih dan kefir herbal, komponen

fenol didapatkan dari susu dan ekstrak herbal yang ditambahkan ke dalam susu.

Flavonoid termasuk golongan fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan

yang sangat efektif (Yanishlieva-Maslarova 2001). Flavonoid sendiri merupakan

kelompok besar komponen fenol termasuk flavone, flavonol, isoflavone,

flavonone dan chalcone. Karakteristik flavonoid berupa struktur C6-C3-C6

dengan kelompok hidroksil bebas yang melekat pada ring aromatik, yang

menghambat oksidasi lipid dengan mengikat radikal bebas atau mengikat metal

dan menghambat lipoxygenase (Yanishlieva-Maslarova 2001).

Aktivitas Antioksidan

Radikal bebas adalah molekul dengan elektron bebas yang sangat reaktif.

Radikal bebas terbentuk pada semua mahluk hidup selama reaksi oksidasi yang

terjadi sebagai bagian dari metabolisme normal. Pada keadaan tertentu seperti

stress lingkungan dan serangan patogen, konsentrasi radikal bebas meningkat

diatas level normal. Radikal bebas dapat membuat kerusakan pada mahluk hidup.

Radikal bebas dapat bereaksi dengan DNA dan membran (lipid dan protein)

dengan reaksi berantai. Reaksi berantai terjadi ketika radikal bebas bereaksi

dengan molekul lain, mengacaukan elektron dan selanjutnya membentuk radikal

bebas baru yang bereaksi dengan molekul lain (Vermeris dan Nicholson 2006).

Reactive oxygen species/ROS (spesies oksigen reaktif) merupakan

molekul yang mengandung atom oksigen yang sangat reaktif sebagai hasil dari

adanya radikal bebas, atau konfigurasi atom oksigen yang lebih banyak elektron

dari yang biasa. Contoh kelas pertama adalah radikal hidroksil (OH) dan

superoksida (O2-), sedangkan contoh kelas kedua adalah peroksida (O22-) dan ion

hipoklorit (ClO-). Hidrogen peroksida (H2O2) juga dimasukkan ke dalam ROS

karena kereaktifannya. Mahluk hidup telah mengembangkan cara mengatasi ROS.

(44)

26

(E.C.1.15.1.1) mengkatalisis superoksida menjadi oksigen via oksidasi, dan H2O2

via reduksi. H2O2 yang memang reaktif dihilangkan dengan reaksi enzim katalase

(E.C.1.11.1.6) dan glutathione peroksidase (E.C.1.11.1.9). Katalase mengkatalisis

konversi H2O2 menjadi air dan oksigen sedangkan glutathione peroksidase

mengkatalisis pembentukan glutathione teroksidasi (G-S-S-G) dari glutathione

tereduksi dengan keberadaan H2O2

Mekanisme lain yang digunakan untuk inaktivasi ROS adalah dengan

antioksidan. Antioksidan dapat bereaksi dengan radikal bebas dan merubahnya

memjadi molekul yang lebih stabil. Antioksidan mengikat elektron bebas,

menghentikan reaksi berantai dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Kestabilan

antioksidan dihasilkan oleh ikatan terkonjugasi sehingga elektron radikal dapat

terdelokalisasi (Vermeris dan Nicholson 2006).

(Valko et al. 2007).

Fungsi antioksidan adalah menghambat oksidasi molekul lain dengan

menghambat inisiasi reaksi oksidasi oleh radikal bebas (Valko et al. 2007).

Antioksidan dapat diklasifikasikan menurut cara kerjanya, yaitu antioksidan

primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer menghambat oksidasi

dengan memberikan atom hidrogen atau elektron kepada radikal bebas sehingga

menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan sekunder bekerja dengan berbagai

mekanisme, termasuk mengikat ion metal, mengkonversi hidroperoksida menjadi

nonradikal, menyerap radiasi ultraviolet dan menonaktifkan oksigen tunggal

(Ibrahimzadeh et al. 2010). DPPH merupakan radikal bebas stabil dan

menurunnya aktivitas DPPH dilihat berdasarkan menurunnya absorbansi pada

517nm karena terjadinya reduksi oleh antioksidan yang bereaksi dengan radikal

bebas (Ibrahimzadeh et al. 2010).

Aktivitas antioksidan dadih yang ditambahkan dengan herbal nyata lebih

tinggi dibandingkan dadih tanpa herbal (P<0.05) (Gambar 7). Kandungan herbal

yang kaya akan antioksidan meningkatkan aktivitas antioksidan dadih sapi herbal.

Aktivitas antioksidan tertinggi dicapai oleh M. spicata L (49.16%), diikuti oleh O.

americanum L (33.99%) dan dadih plain (30.03%).

Hal serupa dijumpai pada kefir yang ditambahkan dengan ekstrak herbal.

Aktivitas antioksidan kefir yang ditambahkan dengan ekstrak herbal nyata lebih

(45)

dicapai oleh kefir M. spicata L (50.02%), diikuti oleh kefir O. americanum L

(37.83%) dan kefir plain (32.41%).

Gambar 7 Persentase (%) penghambatan DPPH ekstrak dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

Gambar 8 Persentase (%) penghambatan DPPH ekstrak kefir plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

Pada penelitian ini dadih dan kefir plain memiliki aktivitas antioksidan

walaupun tidak sebesar persentase aktivitas antioksidan dadih dan kefir dengan

penambahan herbal. Antioksidan tersebut dihasilkan oleh protein susu yang

difermentasi oleh mikroba (khamir dan BAL). Hal ini sejalan dengan pernyataan

Hartmann dan Meisel (2007) bahwa susu memiliki peptida antioksidan. Peptida

tersebut kebanyakan berasal dari protein susu (kasein) hasil perombakan oleh

0,00

plain M. spicata O. americanum

% P

plain M. spicata O. americanum

(46)

28

BAL pada proses fermentasi. Peptida tersebut mencegah oksidasi enzimatik dan

nonenzimatik asam lemak essensial.

Fitokimia fenolik merupakan metabolit sekunder yang disintesis oleh

tanaman untuk melindungi diri dari stres biologi dan lingkungan (Shetty et al.

2006). Penelitian saat ini memperlihatkan bahwa fenolik fitokimia mempunyai

aktivitas antioksidan yang tinggi dan manfaat terapeutik termasuk antidiabetes

dan antihipertensi (Kwon et al. 2006).

Tanaman mempunyai substansi kimia yang bermacam-macam yang biasa

disebut fitokimia. Diantara komponen fitokimia yang terdapat pada tanaman

termasuk flavonoid, tokoferol dan asam askorbat (Vermeris dan Nicholson 2006).

Ekstrak tanaman berkontribusi dalam perlindungan dari deteriorasi radikal bebas

yang menyebabkan perlambatan oksidasi lipid. Hal tersebut membuat susu

fermentasi yang ditambahkan ekstrak herbal mempunyai aktivitas antioksidan

yang lebih tinggi. Yadegarinia et al. (2006) melaporkan bahwa komponen fenolik

M. spicata yang memiliki aktivitas antioksidan adalah monoterpene ketone

(menthone dan isomenthone) dan 1,8 cineole. Pada Ocimum, komponen fitokimia

yang memiliki aktivitas antioksidan adalah eugenol, thymol, carvacrol dan

4-allylphenol (Lee et al. 2005).

Konsentrasi Peptida OPA

Konsentrasi peptida dadih yang ditambah ekstrak herbal nyata lebih tinggi

dibandingkan dadih tanpa ekstrak herbal (P<0.05) (Gambar 9). Peptida dihasilkan

oleh bakteri asam laktat selama proses fermentasi dengan memecah protein susu

menjadi peptida. Konsentrasi peptida dadih herbal yang lebih tinggi disebabkan

herbal tersebut mempengaruhi aktivitas bakteri dalam menghasilkan peptida dari

protein susu. Konsentrasi peptida tertinggi adalah dadih M. spicata L (0,86 mg/g)

diikuti oleh dadih O. americanum L (0.83 mg/g) dan dadih plain (0.63 mg/g).

Konsentrasi peptida kefir dengan penambahan herbal nyata lebih tinggi

dibandingkan tanpa penambahan herbal (Gambar 10). Konsentrasi peptida

tertinggi adalah kefir O. americanum L (0.72 mg/g) diikuti oleh kefir M. spicata L

(47)

Gambar 9 Kandungan peptida OPA (mg/g) ekstrak dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

Peptida dengan aktivitas biologi yang dilepaskan selama proses

pencernaan atau proses pembuatan makanan dapat berakibat pada regulasi

metabolik dan modulasi. Peptida bioaktif bertindak sebagai bahan makanan

fungsional untuk meningkatkan kesehatan dan mereduksi penyakit. Banyak

penelitian yang melaporkan bahwa peptida dari berbagai macam makanan bersifat

bioaktif, termasuk antihipertensi, antioksidan, antikanker, antimikroba, bekerja

sebagai modulator sistem imun dan efek menurunkan kolesterol (Shahidi dan

Zhong 2008).

Gambar 10 Kandungan peptida OPA (mg/g) ekstrak kefir plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

plain M. spicata O. americanum

p

plain M. spicata O. americanum

p

0.86±0.04b 0.83±0.07b

0.63±0.04a

(48)

30

Fermentasi susu oleh BAL pada tipe dadih dan kefir yang berbeda

menghasilkan perbedaan pada jumlah peptida OPA. Hal ini merefleksikan

meningkatnya proteolisis susu sebagai pengaruh penambahan ekstrak herbal.

Penghambatan Enzim ACE

Uji Angiotensin I-converting enzyme (ACE) dilakukan untuk

mengevaluasi aktivitas penghambatan peptida bioaktif susu fermentasi terhadap

enzim ACE. Protein susu, terutama kasein merupakan sumber utama peptida

bioaktif ini. Peptida bioaktif ini terperangkap pada strukur utama protein susu dan

dapat dilepaskan pada proses pencernaan atau pembuatan makanan. Peptida

bioaktif yang memiliki aktivitas penghambatan enzim ACE ini telah diisolasi pada

berbagai macam produk susu.

Semua dadih dengan penambahan herbal nyata (P<0.05) memperlihatkan

persentase (%) penghambatan ACE yang lebih tinggi dibandingkan dengan dadih

plain (Gambar 11). Persentase penghambatan ACE tertinggi diperlihatkan oleh

dadih M. spicata L (78.50%), diikuti oleh dadih O. americanum L (63.34%) dan

dadih plain (47.06%).

Gambar 11 Persentase penghambatan aktivitas enzim ACE (%) ekstrak dadih plain atau dengan penambahan M. spicata L dan O. americanum L.

Persentase penghambatan aktivitas enzim ACE kefir herbal berbeda nyata

lebih tinggi dibandingkan kefir sapi plain (P<0.05). Persentase penghambatan

0,00

plain M. spicata O. americanum

Gambar

Tabel 1. Komponen fenolik Genus Ocimum
Tabel 2. Komponen fenolik Genus Mentha
Gambar 1 Penurunan pH dadih plain (        ) atau dengan penambahan M. spicata
Gambar 3 Peningkatan total asam tertitrasi (TAT) dadih plain (      ) atau dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ PENGARUH SERVICE ENCOUNTER TERHADAP KEPUASAN TAMU DI HARRIS RESORT WATERFRONT BATAM” (Survey Pada Tamu Individu Mancanegara yang Menginap di HARRIS Resort

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan penyadapan pinus dan dalam pengambilan keputusan serta untuk mengetahui

Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data citra Landsat 7 meliputi areal HPHTI PT Musi Hutan Persada, dari dua waktu perekaman (18 September 2002 dan 16 Mei 2003), peta

Lembar 1 putih : Asli untuk Bagian Administrasi DPLK Lembar 2 merah : Salinan untuk Peserta / Pemberi Kerja Lembar 3 biru : Salinan untuk Bagian Keuangan DPLK. DPLK ASTRA

Berisi uraian anggaran yang digunakan dan yang telah telah digunakan untuk mewujudkan kienrja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja.. BAB

Dalam ilmu komputer dan teori informasi Algoritma Levenshtein-distance adalah salah satu metode untuk pengolahan string, dimana Levenshtein-distance digunakan untuk mengukur

“Y ang paling terpenting dalam strategi untuk meningkatkan resiliensi diri peserta didik ini adalah kita harus peduli kepada mereka, kita harus perhatian kepada mereka,

Pdi suiiu