PREVENTIF MAINTENANCE MESIN HGF DI STASIUN PUTERAN PABRIK GULA TJOEKIR
KERJA PRAKTEK
Program Studi S1 Sistem Komputer
Oleh :
Asgar Irmawan Andi F. 11.41020.0060
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
AFTAR ISI
alaman
ALAMAN JUDUL ... i
ALAMAN MOTTO ... ii
ALAMAN PERSEMBAAN ... iii
ALAMAN PENGESAAN ... iv
ALAMAN PERNYATAAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Tujuan Kerja Praktek ... 3
1.5. Waktu dan Lama Kerja Praktek ... 4
6
BAB II GAMBARAN UMUM PT. Widya Cipta Tehnik ... 8
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 8
2.2. Visi PT. Widya Cipta Tehnik ... 9
2.3. Misi PT. Widya Cipta Tehnik ... 10
2.4. Tujuan ... 10
2.5. Makna lambang ... 10
2.6. Pengertian Lambang ... 11
2.7. Struktur Organisasi ... 11
2.8. Alur Kerja Organisasi ... 12
2.9. Denah Lokasi ... 13
2.10. Pengalaman Kerja ... 13
2.10.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang... 22
2.10.2. Visi dan Misi PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang... 24
BAB III TEORI PENUNJANG ... 25
3.1. PROPEP PEMBUATAN GULA DARI NIRA TEBU... 25
3.2. Perawatan... 26
3.3. Metode Penelitian... 27
7
3.5. Rata-rata Waktu Antar Kerusakan (MTTF) dan Rata-rata Waktu
Perbaikan (MTTR)... 31
3.6. PLC Sentrifugal... 33
3.7. Sistem Kontrol Mesin Sentrifugal... 33
BAB IV PEMBAASAN ... 38
4.1. Hasil Pengolahan Data... 38
4.2. Menyusun Jadwal Perawatan... 47
4.3. Analisis... 49
4.3.1. Analisis MTTF(MeanTimeToFailure)... 49
4.3.2 Analisis Keandalan ... 51
4.3.3 Analisis Jadwal Perawatan ... 56
4.3.4 Komponen beltdrive dan kampas rem GF WS... 58
4.3.5 Komponen kampas rem dan beltdrive GF Zagitter... 59
BAB V PENUTUP ... 61
5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1.1 LATAR ELAKANG
Melihat semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Tuntutan terhadap metode pengajaran serta perlunya peningkatan pada
materi pendidikan. Maka Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM) Surabaya sebagai lembaga akademis yang berorientasi pada ilmu pengetahuan teknologi menetapkan kurikulum yang fleksibel dan mampu
mengakomodasikan perkembangan yang ada. Salah satunya dengan memberikan mata kuliah kerja praktek kepada mahasiswa.
Dengan kerja praktek mahasiswa dituntut untuk dapat mengerti dan memahami pekerjaan dilapangan. Seluruh mahasiwa tidak hanya di tuntut untuk memiliki ilmu pengetahuan teknologi dan informasi semata. Namun yang lebih
penting mahasiswa memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya.
Kerja praktek juga sebagai langkah praktis dalam mepersiapkan mahasiswa untuk dapat tangkas, ahli bertanggung jawab dan trampil dalam kehidupannya pada dunia kerja. Dan diharapkan kepada mahasiswa agar mendapatkan gambaran tentang
2
Pada Kerja Praktek kali ini saya mengambil tempat di PT. Widya Cipta
Tehnik, yang bergerak pada bidang pengadaan dan perawatan berbagai mesin-mesin industri. Perusahaan ini mengerjakan proyek pengadaan PLC atau instrument beserta program sehingga mesin dapat bekerja dengan baik, selain itu juga proyek perawatan
dari program PLC pada pabrik. Kantor PT. Widya Cipta Tehnik terletak di kota Surabaya.
PT. Widya Cipta Tehnik sering menangani proyek pada pabrik gula, terutama proyek pada mesin-mesin yang menggunakan PLC untuk pengendaliannya. Pada proses produksi gula, mesin yang memakai PLC paling banyak digunakan pada
proses kristalisasi. Mesin ini dinamakan mesin ig grade fugal yang berfungsi mengubah dari nira menjadi kristal-kristal gula yang siap dikemas. Pada mesin ig grade fugal tertanam program yang berguna untuk menjalankan mesin sehingga dapat
menghasilkan kristal gula dengan kualitas yang baik. Maka dari itu, akan dilakukan program PLCuntuk mesin ig grade fugal.
1.H RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
. Bagaimana proses suatu program pada mesin ig grade fugal pada pabrik
gula.
1.3 ATASAN MASALAH
Mengingat begitu banyak mesin di pabrik gula yang menggunakan PLC. Penulis membatasi pembahasan hanya pada mesin high grade fugal pada salah satu pabrik gula yang ditangani oleh PT. Widya Cipta Tehnik.
1.4 TUJUAN KERJA PRAKTEK
Dalam melaksanakan Kerja Praktek di suatu perusahaan maupun instansi, maka mahasiswa sebagai seorang yang menjalankan syarat pendidikan tinggi tentunya memilki tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan kegiatan
praktek ini.
Beberapa tujuan Kerja Praktek yang dimaksud adalah sebagai berikut:
. Dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang dunia kerja yang sebenarnya khususnya di bidang PLC (Programmable Logic Controller).
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang penerapan berbagai pengetahuan baik teori maupun praktek yang
diperoleh pada perkuliahan dan diterapkan pada lapangan pekerjaan yang sesungguhnya di tempat praktek terutama dalam bidang PLC (Programmable Logic Controller).
4
4. Mahasiswa dapat melihat dan merasakan secara langsung kondisi dan
keadaan dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi.
5. Mahasiswa dapat menerapkan dan mempraktekkan secara langsung teori
yang telah didapat dibangku perkuliahan pada saat melaksanakan Kerja Praktek dalam hal PLC.
6. Mendidik dan melatih mahasiswa untuk dapat menyelesaikan dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi di lapangan dalam melakukan Kerja Praktek.
7. Dapat membantu memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis sebagai mahasiswa terhadap disiplin ilmu yang telah diperoleh pada saat
belajar di bangku perkuliahan.
1.5 WAKTU DAN LAMA KERJA PRAKTEK
Adapun waktu dan lama Kerja Praktek di PT. Widya Cipta Tehnik dilaksanakan selama 5 minggu yang dimulai pada tanggal Agustus 204 – 3
Agustus 204.
1.6 RUANG LINGKUP KERJA PRAKTEK
Sasaran kerja Kerja Praktek adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar melalui pengamatan di bidang PLC :
2. Membuat program yang akan di implementasikan pada mesin ig grade fugal.
1.7 METODOLOGI
Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh penulis maka penulis mendapatkan bimbingan langsung dari karyawan PT. Widya Cipta Tehnik.
Pengamatan pada perusahaan yang mengerjakan proyek pada pabrik gula. Dari pengamatan tersebut dilakukan pemrograman dari data-data mengenai pengerjaan proyek tersebut. Pengamatan itu meliputi proses mendapatkan proyek, kemudian
pengamatan proyek itu, setelah itu pembuatan program untuk mesin PLC pada pabrik tersebut. Penulis lebih berfokus pada pemrograman yang akan di buat pada mesin PLC khususnya ig grade fugal pada pabrik gula. Adapun teknik atau metode yang
penulis lakukan adalah sebagai berikut :
. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap data-data pada perusahaan yang berhubungan dengan mesin ig grade fugal.
2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab terhadap ahli bidang PLC
pada perusahaan dalam hal ini adalah pemiliknya sendiri mengenai program yang telah di-download ke dalam mesin ig grade fugal pada pabrik gula. Penulis melakukan wawancara kepada Bpk. Ir.Wahyudi Hariyanto, beliau
sedikit menjelaskan mengenai program untuk ig grade fugalpada pabrik gula.
6
4. Penulisan dan penyusunan laporan dari pelaksanaan kerja praktek yang telah
dilakukan sebagai pertanggung jawaban kepada perusahaan dan STIKOM Surabaya.
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan hasil Kerja Praktek pada pengerjaan proyek di
PT. Widya Cipta Tehnik adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan, Kontribusi serta Sistematika Penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini membahas tentang gambaran umum PT.Widya Cipta Tehnik, struktur organisasi, visi, misi, pengalaman kerja, serta makna logo perusahaan dan sejarah singkat perusahaan PT.PN X UNIT PG. Tjoekir
Jombang.
BAB III : LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas teori yang berhubungan dengan teori penunjang, dimana dalam teori penunjang ini meliputi tentang bagian-bagian
BAB IV : DESKRIPSI SISTEM
Pada bab ini dibahas mengenai pemrograman PLC pada mesin ig grade
fugal di pabrik gula yang menjadi proyek PT. Widya Cipta Tehnik.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan serta saran sehubungan dengan adanya kemungkinan
A II
GAMARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejalan dengan perkembangan pembangunan di Indonesia dan persaingan bebas era globalisasi, dibutuhkan profesionalisme disegala bidang. Tenaga ahli
yang berpendidikan, berpengalaman dan berketrampilan tinggi merupakan akar dari profesionalisme.
PT. Widya Cipta Tehnik, berlandaskan semangat profesionalisme, secara
agresif dan pasti akan menempatkan diri sebagai yang terbaik dalam ervice dan teknologi di dalam market yang kami layani. Membangun dan membina
hubungan secara mendalam antara pelanggan, pegawai dan pemasok serta mitra kerja, merupakan sumber kekuatan kami.
Dengan berprinsip selalu menjaga komitmen dengan mengedepankan Win-Win Solution dalam setiap mengerjakan proyek-proyeknya, sehingga PT. Widya Cipta Tehnik sampai saat ini tetap dipercaya oleh para pelanggan.
Demikian semoga dengan prospek dan peluang yang cerah dimasa mendatang, dapat kita lakukan kerjasama yang saling menguntungkan. Kemudian berdasarkan surat izin usaha perdagangan No. 503/7767.7A/435.6.11/2009
tanggal 15 Desember 2009 perusahaan PT. Widya Cipta Tehnik resmi terdaftar di Deperindag kota Surabaya. Adapun akta perusahaan dan serta akta perubahannya
adalah :
No. PN : W.10.UM.07.10.1-40/CV 199 tanggal 29 April 199
2. Akta Perubahan No.1 tanggal 2 Juni 2004 Notaris : YATININGSIH,SH,MH
3. Akta Pendirian PT : No. 47 tanggal 1 Juni 2004
Notaris : YATININGSIH,SH,MH
SK Kehakiman : C-06372 HT.01.01 TH 2005
Tanggal 10 Maret 2005
4. Akta Pemindahan Hak Saham Nomor. 53 Tanggal 21 Pebruari 2007 Tanggal 21 Pebruari 2007
Notaris : YATININGSIH, SH, MH
5. Akta Berita Acara Papat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
PT. WIDYA CIPTA TEHNIK Nomor : 54 tanggal 21 Pebruari 2007 Notaris : YATININGSIH, SH, MH
6. Akta Perubahan Anggaran Dasar PT. WIDYA CIPTA TEHNIK
Nomor : 75 tanggal 24 Pebruari 2010 Notaris : YATININGSIH, SH, MH
2.2 Visi
10
2.3 Misi
Berdasarkan semangat profesionalisme, secara agresif dan pasti akan menempatkan diri sebagai yang terbaik dalam pelayanan dan teknologi di dalam market yang kami layani. Membangun dan membina hubungan secara mendalam antara pelanggan, pegawai, dan pemasok serta mitra kerja, merupakan sumber kekuatan kami.
2.4 Tujuan
PT. Widya Cipta Tehnik adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
mechanical-electrical engineering dan contractor memiliki tujuan untuk tetap dipercaya oleh semua kliennya.
2.5 Makna Lambang PT. Widya Cipta Tehnik
Lambang PT. Widya Cipta Tehnik dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Lambang PT. Widya Cipta Tehnik
2.6 Pengertian Lambang
Warna biru tebal yang bertuliskan WiTek dengan corak yang tegas bermakna PT. Widya Cipta Tehnik adalah perusahaan yang selalu membangun mitra kerja yang baik antara owner, pegawai dan klien. Lambang WiTek yang
dikelilingi lingkaran merah tebal bermakna PT. Widya Cipta Tehnik sebisa mungkin menjaga komitmen setiap pekerjaan yang dilimpahkan ke perusahaan ke
perusahaan ini. Lingkaran merah tak terputus bertuliskan PT. Widya Cipta Tehnik Surabaya mengartikan bahwa perusahaan ini adalah organisasi perusahaan yang terbuka dalam inovasi teknologi masa depan.
2.7 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan sistem pengendali jalannya kegiatan dimana terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian pada organisasi tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah
12
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Widya Cipta Tehnik 2.8 Alur Kerja Organisasi
Setiap posisi pada perusahaan PT. Widya Cipta Tehnik memiliki deskripsinya masing-masing yang telah ditetapkan sesuai dengan jabatannya.
Berikut adalah alur kerja organisasi perusahaan ini dari awal hingga akhir proses pengerjaan proyek.
1. Klien yang akan mengadakan tender akan mengirim surat undangan tender kepada sekretaris perusahaan.
2. Setelah surat diterima oleh sekretaris, maka setelah itu akan dilaporkan
kepada direktur utama, bahwa klien tersebut mengadakan tender mengenai proyek tertentu yang diperlukan klien itu.
3. Direktur utama akan menunjuk beberapa pegawainya untuk menghadiri annwijzing (penjelasan mengenai tender). Biasanya direktur akan menunjuk dua pegawainya terdiri dari satu orang teknisi dan satu orang
pendamping. Menghadiri annwijzing ini adalah syarat pertama dari keikutsertaan perusahaan dalam satu tender.
4. Kemudian pegawai yang ditunjuk oleh direktur utama akan melaporkan hasil dari annwijzing kepada direktur utama dan sekretaris.
5. Sekretaris menyusun surat penawaran didampingi bagian keuangan
untuk menentukan daftar harga yang akan ditawarkan pada klien.
6. Surat penawaran diberikan kepada klien dan perusahaan tinggal
menunggu pengumuman pemenang tender yang diadakan klien.
mengerjakan proyek tersebut, selanjutnya tanggung jawab proyek akan
diserahkan kepada koordinator proyek hingga proyek selesai dikerjakan. Selama proyek berjalan bagian keuangan mengawasi keuangan dan pajak.
2.9 Denah Lokasi
Lokasi PT. Widya Cipta Tehnik dapat dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini.
Gambar 2.3 Denah Lokasi
2.10 Pengalaman Kerja PT. Widya Cipta Tehnik
14
No CUSTOMER PEKERJAAN TAHUN
1 PG. Candi Baru, Sda Air Circuit Breakre (ACB)
4000A/65kA/3pole 2010
2 PG. Candi Baru, Sda Perbaikan Panel Turbin
Alternator Shinko 2010
3 PT. Natrust Paradigma Pekerjaan Mekanik &
Electrical Works 2010
4 Listrik Mandiri, jakarta 5+ JGS 620 N-L 2010
5 PT. Leewon Industrial Pemeliharaan Mesin Balancing 2010
6 PT. PN XIV Takalar Pekondisi Putaran High Grade
No. 2010
7 PG. Krebet Baru I Membuat Gambar Wiring
Panel 6kV 2010
PG. Krebet Baru I
Pengadaan dan Pemasangan Spray Nozzle Kapasitas Uap 30 t/j ke 45 t/j
2010
9 PG. Pejo Agung Baru Madiun
Perbaikan High Grade
Centrifugal ASEA 2010
10 PG. Krebet Baru II
Perbaikan Inverter
Telemecanique 75Kw ATV 71
Pemasangan Steam Trap, Trasmitter & Engineering
2010
listrik
12 PG. Krebet Baru I Penggantian Seat Diameter u/
control valve TCV merk Fisher 2010
13 PG. Krebet Baru I Electronic Pressure Transmitter 2010
14 PG. Krebet Baru I Pressure Controller c/w Panel
box 2010
15 PG. Krebet Baru I I/P Converter Untuk Instrument 2010
16 PG. PA Madiun Modifikasi Turbin Alternator
2300 Kw 2010
17 PG. Jatitujuh, cirebon Kalibrasi dan Program Ulang
Puteran HGC BMA 2010
1 PG. Jatitujuh, cirebon Module Electronic u/ DC Drive
High Grade 2010
19 PG. Jatitujuh, cirebon Potential Transformator
6kV/110V/50VA 2010
20 PG. Jatitujuh, cirebon Transformator PT 6KV,
2Phase,6400VA 2010
21 PG. Jatitujuh, cirebon Kalibrasi dan Penggantian
Spare part parameter 2010
22 Koperasi Induk Pegawai
PLN, Jakarta AVP untuk Mesin Nigata 2010
23 PT. PG. Pajawali I Unit
Krebet Baru II Pengadaan AC Motor 110Kw 2011
16
Krebet Baru I
25 PT. PG. Candi Baru Pemasangan Three Element 2011
26 PT.PN XIV (Persero) Unit
PG. Takalar Pemindahan Puteran HG No. 6 2011
27 PT. Madu Baru Perbaikan AVP Generator 2011
2 PT.PG. Pajawali II Unit PG. Jatitujuh
Kalibrasi dan Pemindahan
Spare Part 2011
29 PT.PN XIV (Persero) Unit
PG. Takalar Otomatisasi HGF 2011
30 PT.PG. Pajawali II Unit PG.
Subang Syncronoscop AVP 6kV 2011
31 PT.PN XIV (Persero) Unit
PG. Takalar Pengadaan Proximity 2011
32 PT.PN XIV (Persero) Unit
PG. Takalar Pengadaan Piston, Air Cylinder 2011
33 PT.PG. Pajawali II Unit PG.
Jatitujuh Module DC Drive & Control 2011
34 PT.PN XIV (Persero) Unit
PG. Takalar Inverter Altivar 71 110Kw 2011
35 PT.PG. Pajawali I Unit PG. Krebet Baru II
Perbaikan Inverter Activar
75Kw 2011
36 PG.Bone
Dioda, Proximity, Capacitor,
Tahanan, Scr, Dioda,
Capacitor, Putaran Broad Bend
37 PT.PG.Candi Baru AVP Nishishiba Generator 2011
3 PT.PN XIV (Persero) Unit
PG. Camming Pengadaan Soft Panel 2011
39 PT.PG Pajawali I Unit PG.
Pejo Agung Baru Perbaikan PLC HGC ASEA I 2011
40 PT.PG. Pajawali I Unit PG.
Krebet Baru II Inverter Activar 71kW 160KW 2011
41 PT.PG. Pajawali I Unit
Krebet Baru II Activar 75kW 2011
42 PT.PG. Pajawali I Unit
Krebet Baru II Pengadaan AC Motor 2011
43 PT.PG.Candi Baru Pemasangan Three Element
KCC 2011
44 PT.PG. Pajawali I
Unit PG. Krebet BaruI Test GCB Low Voltage 2011
45 PT. Duta Sarana
Engineering AVP NTT 2011
46 PT. PG. Pajawali II Unit
PG. Jatitujuh Modul DC Drive 2011
47 PT.PG.Pajawali II Unit PG. Jatitujuh
Kalibrasi dan Penggantian
Spare Part 2011
4 PT. Duta Sarana Engineering
AVP Electronic untuk Generator HEEMAF Exciter 130V - 6,5 Amps
1
49 PT. PG. Pajawali II
Unit PG. Jatitujuh Module DC Driver HGC 6 2012
50 PT. Sakapatria Perkasa Unit PG. Krembung
Pengadaan, pembuatan, pemasangan &
Commissioning, pekerjaan
kelistrikan untuk Turbine Alternator 4 MW
2012
51 PT.PG. Pajawali I Unit PG. Krebet Baru I
Pengadaan Modifikasi
TA-1600Kw Frequency 60Hz menjadi 50Hz
2012
52 PT.PN X (Persero) Unit PG. Camming
Pengadaan PLC Control HGF
No. 1 2012
53 PT.PG Pajawali I Unit PG. Krebet Baru I
Pembuatan Gambar Desain pengadaan dan Pemasangan commissioning
Desuperheater Dg kapasitas uap 0T/jam
Pengadaan DSH, T-Gauge, Diameter
Pengadaan TCV, B y pass
Pengadaan TE, Controller, Steam
2012
Jatitujuh FB 0 dan Contact Point Contactor FB 0
55 PT.PG. Candi Baru Pengadaan ACB
2500A/100kA/3Pole 2012
56 PT.PN XIV (Persero) Unit PG. Pesantren Baru
Pengadaan, pembuatan /
pemasangan HGF 2012
57 PT. Duta Sarana Engineering
Jasa Pengetesan Pelay proteksi
dan AVP 2012
5
PT.PG.PAJAWALI I UNIT
PG. PEJO AGUNG BAPU MADIUN
Pengadaan 2 (dua) Unit Panel
Kapasitor
Bank 400 kVAP
2013
59 PT.PG.PAJAWALI I UNIT PG.KPEBET BAPU I
Pengadaan 3 (tiga) Unit Panel
Kapasitor Bank 300 kVAP 2013
60 PT.PG.PAJAWALI I UNIT PG.KPEBET BAPU II
Pengadaan 3 (tiga) Unit Panel
Kapasitor Bank 600 kVAP 2013
61 PT.PG.PAJAWALI II UNIT PG.JATITUJUH
Modifikasi 2 (dua) unit System
Control Putaran HGC FCBC 411 2013 62 PT.PG.PAJAWALI II UNIT PG.KAPANGSUWWUNG
Maintenance Generator Sinkron
Barat & Timur 2013
63 PT.PG.PAJAWALI II
UNIT PG. TEPSANA Pelay Merk. Telemechanique 2013
20
UNIT PG. SUBANG Power House
65 PT.PG.PAJAWALI II UNIT PG.JATITUJUH
Pengadaan & Penyempurnaan
System Syncronisasi 2013
66 PT.PG.PAJAWALI II UNIT PG. JATITUJUH
Perbaikan & Pergantian Spare
Part AVP 2013
67 PT.PG.PAJAWALI II
UNIT PG.JATITUJUH Kalibrasi meter-meter 2013
6 PT.PG.PAJAWALI I UNIT
PG.KPEBET BAPU II Labirin Bearing & Proximity 2013
69 PT.PG.PAJAWALI I UNIT PG.KPEBET BAPU I
Pekerjaan barang dan jasa Oil
Buffle 2013
70 PTPN X UNIT PG. TAKALAP
Pengadaan & Pemasangan Inverter dan
Sistem High Grade No. 2 dan No. 6
2013
71 PT.SAKAPATPIA PEPKASA
Pekerjaan Capacity
Optimization & Teknologi Upgradation at 3000 TCD (136 TCH For Tjoekir Sugar Mill)
2013
72
PT.PG. PAJAWALI I
UNIT PG. KPEBET BAPU II
Pekerjaan Penambahan Daya PLN dari 65 KVA menjadi 210 KVA dan Jaringan Udara
20 KV
2013
PG. KPEBET BAPU I
74 PT.PG. PAJAWALI II UNIT PG. JATITUJUH
Modifikasi System Control
Puteran HGC FCB C 411 2013
75
PT.PG. PAJAWALI II UNIT PG.
SINDANGLAUT
Pewinding Stator Dan Potor
Elektrimotor Cane Cutter 2014
76 PT.PG. PAJAWALI II UNIT JATITUJUH
Modifikasi System Control
Puteran HGC FCB C 411 2014
77 PT.PN X UNIT PG. MEPITJAN
Pengadaan dan pemasangan
Inverter & seluruh Instalasi Listrik Control System Gilingan IV 2014 7 PT.PG.PAJAWALI II UNIT PG. KAPANGSUWUNG
Pengadaan Control Valve Pemanas Dearator dengan TIC & PIC
2014
79 PT.PG.PAJAWALI I UNIT PG. KPEBET BAPU II
Power pack Pressure /
Lubricating System (cooler,Pompa Oil dan
Instalasi)
Untuk Turbin BFWP Ketel Yoshimie
2014
0
PT.PG.PAJAWALI I UNIT PG. KPEBET BAPU I DAN PG. KPEBET BAPU
Penggantian DC Drive menjadi
22
II
1 PT.PN XIV PG. TAKALA
Treatment minyak trafo dan
penggantian seal inner yang aus trafo 6 KV
2014
Dalam pelaporan kerja praktek penulis kali ini, PT. Widya Cipta Tehnik
sedang mengerjakan proyek pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang, berikut ini sekilas mengenai profil dari pabrik gula tjoekir yang berdomisili di Jombang.
2.10.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang
Pabrik Gula Tjoekir didirikan oleh NV. KODY EN COSTEP VAN HOUSF TJOEKIP pada tahun 14 dan terus memproduksi gula sampai dengan
perang dunia II. Pada tahun 1925 Pabrik Gula Tjoekir pernah mengalami rehabilitasi pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi dengan
mengganti beberapa peralatan instalasi pabrik. Penyelenggaraan penanaman tebu di PG. Tjoekir tersebut dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaraan Perusahaan Gula Negara (BPPGN) sampai penanaman tebu tahun 194.
Baru setelah terjadinya Aksi Trikora Irian Barat, PG. Tjoekir diambil alih oleh pemerintah dibawah suatu badan yaitu Perusahaan Perkebunan Negara Baru.
Untuk koordinasi dari pabrik – pabrik atau perkebunan bekas milik Belanda di Jawa Timur, pada periode tahun 1959/1960 dibagi dalam pra unit dimana PG. Tjoekir termasuk bentuk pra unit diubah menjadi bentuk kesatuan – kesatuan
berdiri sendiri dimana PG. Tjoekir berada di bawah pengawasan BPUPPN Gula
Inspeksi Daerah VI yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah 3 – 5 Surabaya.
Dengan dikeluarkannya PP. No.13 Tahun 196, maka dibubarkanlah BPUPPN Gula / Karung Goni, BPUPPN Aneka Tanaman dan Tumbuhan dalam
rangka penertiban, penyempurnaan, dan penyederhanaan aparatur pemerintah pada umumnya dan perusahaan gula pada umumnya. Dan dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 196 , maka kedudukan PG. Tjoekir sebagai badan hukum bagi PG. Tjoekir beralih kepada Perusahaan Negara Perkebunan. Dalam hal ini PG. Tjoekir masuk dalam perusahaan No.XXII yang memiliki
badan hukum dan berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3 – 5 Surabaya. Berdasarkan PPNo.23/Tahun 1973 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1974 PNP
XXII digabung dengan PNP XXI dengan bentuk Persero Terbatas, yaitu PT. Perkebunan XXI – XXII (Persero) yang berkedudukan di Jalan Jembatan 3 – 5 Surabaya. Pabrik Gula Tjoekir sebagai salah satu unit produksinya dan Badan
Hukum berada pada Direksi PTP XXI – XXII (Persero).
Di tingkat pusat dengan SK. Menteri No.12 / Keputusan / Org / II /1973
perwakilan BKU PNP wilayah diubah menjadi inspeksi PN atau PT. Perkebunan BKU PNP Wilayah I sampai IV. Pabrik Gula Tjoekir dalam hal ini termasuk inspeksi wilayah IV, yaitu PT. Perkebunan XXI – XXII (Persero). Pada tahun
1994 berdasarkan SK. Menteri Keuangan No.16/KMK 016/1994 tanggal 2 Mei 1994, maka PTP XXI – XXII (Persero) menjadi grup PTP Jawa Tengah bersama –
24
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Sampai
sekarang PG. Tjoekir adalah salah satu Unit Pabrik Gula di lingkungan PTPN 10 yang mempunyai persentase laba tertinggi.
Gambar 2.4 Logo PT. PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang
2.10.2. Visi dan Misi PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang 1. Visi
Menjadi perusahaan agri bisnis berbasis perkebunan yang
terkemuka di Indonesia, yang tumbuh dan berkembang bersama mitra
2. Misi
a. Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu dan tembakau yang berdaya saing tinggi untuk pasar domestik
b. Mendedikasikan layanan Pumah Sakit kepada masyarakat
umum dan perkebunan untuk hidup sehat.
c. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai – nilai perusahaan bagi kepuasan stakeholder melalui kepemimpinan,
5 A III
TEORI PENUNJANG
3.1 PROSES PEMUATAN GULA DARI NIRA TEU
Proses pembuatan gula menggunakan proses sulfitasi alkhalis continue. Produknya adalah gula jenis SHS (uperior Hooft uiker) 1-A dengan hasil samping
berupa tetes dan ampas. Adapun tahapan produksi dan tujuan dari tiap tahap meliputi :
a. Pemerahan Nira (Stasiun gilingan)
Tujuannya untuk memerah nira sebanyak-banyaknya dan menekan kehilangan gula dalam ampas seminimal mungkin. Terjadi pemisahan antara ampas dengan nira
pada batang tebu. Tebu di terima di crane yard untuk didaftarkan dan ditimbang dan selanjutnya di proses.
b. Pemurnian (Stasiun pemurnian)
Untuk menghilangkan atau membuang bahan baku bukan gula yang terdapat
3.2 Perawatan
Perawatan mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam kegiatan produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi, kelambatan dan volume produksi serta efisiensi berproduksi (Baroto, 000).
Peranan kegiatan perawatan tidak hanya untuk menjaga agar perusahaan dapat tetap bekerja dan dapat berproduksi, serta dapat memenuhi permintaan langganan tepat
pada waktunya, akan tetapi menjaga agar perusahaan dapat bekerja secara efisien dengan mengurangi kemacetan- kemacetan menjadi sekecil mungkin (Assauri, 1980). Pabrik Gula XYZ adalah perusahaan yang menghasilkan produk utama berupa Gula.
Proses produksi yang berlangsung di perusahaaan adalah proses yang kontinyu dan beroperasi selama 4 jam selama kurang lebih 15 hari nonstop. Proses produksi
berlangsung dengan melewati 5 (lima) stasiun kerja yaitu 1) Stasiun Gilingan, ) Stasiun Pemurnian, 3) Stasiun Penguapan, 4) Stasiun kristalisasi dan 5) Stasiun Puteran. Sistem perawatan yang ada saat ini adalah kebijaksanaan perawatan dengan dua alternatif kebijaksanaan, yaitu Perawatan Korektif pada masa giling, dan
Overhaul pada masa non giling. Dari data statistik kerusakan pada masa lalu yang
tertinggi adalah Stasiun Puteran yaitu sebesar 54%. Dampak terjadinya kerusakan mesin antara lain: 1) terjadi downtime, ) alur produksi menjadi terhambat dan 3) waktu produksi menjadi bertambah panjang. Mesin yang ada di Stasiun Puteran
adalah Mesin HGF (High Grade Fugal) yang berfungsi untuk menghasilkan gula SHS (Super High Sugar) dan Mesin LGF (Low Grade Fugal) yang berfungsi untuk
7
Untuk mengantisipasi kerusakan mesin, perusahaan dapat menerapkan
perawatan preventif. Perawatan preventif adalah kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga, dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan, pada waktu digunakan dalam proses produksi (Baroto, 000). Dengan perawatan preventif dapat dimungkinkan untuk mengurangi frekuensi breakdown dan
mengurangi kemacetan produksi akibat mesin yang rusak. Untuk itu, penelitian ditujukan untuk merancang metode penyusunan jadwal perawatan preventif di Stasiun Puteran Pabrik Gula dengan mengambil kasus Mesin HGF.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian di awali dengan menentukan variable penelitian agar variable apa saja yang perlu dihitung, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
a) Penentuan komponen kritis
Komponen yang mempunyai pengaruh besar terhadap satu kesatuan system.
b) Pengambilan data berdasar komponen kritis
Pada langkah ini dilakukan pengambilan data ulang berdasarkan komponen kritis yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya. Data ini berupa data waktu kerusakan komponen kritis , dan data interval kerusakan.
c) Menguji kecocokan distribusi.
Langkah ini dilakukan pengujian hipotesis apakah pola distribusi kerusakan sesuai dengan dugaan, bila tidak sesuai maka kembali pada langkah sebelumnya, yaitu pendugaan hipotesis distribusi waktu kerusakan. Bila uji
hipotesis sesuai dengan dugaan, maka di lanjutkan dengan langkah selanjutnya.
d) Analisis keandalan
Pada langkah ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
keaandalan sesuai dengan pola distribusi data. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh waktu yang tepat untuk melakukan perawatan.
.
e) Menyusun jadwal perawatan
Peyusunan jadwal perawatan preverentif termasuk penggantian dilakukan
9
3.4 Pola Distribusi Probabilitas
1. Kepadatan Probabilitas
merupakan segolongan fungsi yang sering digunakan dalam teori statistika untuk menjelaskan perilaku suatu distribusi probabilitas teoretis. Suatu
fungsi memenuhi kriteria sebagai fkp apabila (1) nilainya selalu positif untuk setiap titik absis dan () fungsi primitifnya merupakan distribusi
probabilitas. Ini berarti bahwa suatu fkp berharga non-negatif untuk semua nilai absis dan hasil integral (tertentu)nya yang merentang dari −∞ menuju +∞ sama dengan satu. Selain disebut sebagai fungsi kepekatan
probabilitas, pustaka-pustaka juga menyebutnya sebagai fungsi kepekatan peluang atau fungsi kerapatan probabilitas
2. Distribusi komulatif
Menurut Walpole dan Myers (1995: 60) Fungsi distribusi kumulatif
atauprobabilitas kumulatif sering disebut fungsi distribusi saja. Fungsi distribusi variabel acak kontinu X yang dinotasikan F(x) = P(X ≤ x) untuk
semua bilangan riil x
3. Keandalan
pada percobaan yang berulang. Keandalan suatu produk dapat dijabarkan
sebagai nilai probabilitas komponen-komponen yang menyusun
produk tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam jangka waktu tertentu. Keandalan suatu produk selayak sebuah probabilitas yang
bernilai 0-1. terdapat faktor yang menentukan keandalan suatu mesin, yaitu : fungsi mesin, keadaan tertentu (batasan mesin), dan masa pakai
mesin tersebut. Fungsi mesin adalah factor utama yang menentukan keandalan suatu mesin. Suatu mesin dapat dikatakan andal apabila mesin tersebut bias melakukan kerja sesuai fungsi mesin itu sendiri. Sebaliknya,
apabila mesin tersebut tidak bias menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, mesin tersebut bias dikatakan tidak andal (tidak bias
diandalkan) Keadaan tertentu atau yang sering disebut sebagai batasan mesin adalah keadaan dimana mesin dapat bekerja secara optimal
R(t) = P (x(t) = 1)
R(t) = keandalan mesin saat t
Nilai R seperti probabilitas memiliki nilai dalam range 0 ≤ R ≤ 1.
R = 1 menyatakan bahwa mesin bekerja dengan baik
R = 0 menyatakan bahwa mesin bekerja dengan buruk Fungsi keandalan adalah fungsi yang berhubungan
31
4. Laju kerusakan
Fungsi ini disebut juga fungsi hazard , di notasikan dengan f(t). kemungkinan gagal suatu item dalam selang waktu tertentu (t1,t) disebut laju kerusakan selama selang waktu tersebut. Laju kerusakan tersebut
dapat diturunkan dari persamaan berikut :
Dengan mengganti t1 = t dan t= t + , maka laju kerusakan menjadi :
Laju kerusakan sesaat (hazard rate), h(t) didefinisikan sebagai limit dari Laju kerusakan dengan panjang interval waktu yang mendekati nol.
3.5 Rata-rata Waktu Antar Kerusakan (MTTF) dan Rata-rata Waktu Perbaikan (MTTR)
Mean Time To Failure
MTTF Adalah waktu rata rata kegagalan yang terjadi selama
Mean Time To Repair
MTTR adalah nilai tengah dari fungsi probabilitas untuk waktu perbaikan dari distribusi data waktu perbaikan yang telah diketahui terlebih
33
Gambar 3.1 hasil fotomesin HGF asli dari pabrik gula tjoekir
3.6 PLC SENTRIFUGAL
Mesin sentrifugal adalah mesin pemutar yang umum digunakan pada pabrik gula. Mesin ini di gunakan untuk memisahkan Kristal gula dari larutan induknya.
Mesin sentrifugal ini menggunakan PLC sebagai pengendali system kerja dari putaran mesin ini.
3.7 SISTEM KONTROL MESIN SENTRIFUGAL
Setiap mesin yang meggunakan PLC membutuhkan system control yang
Gambar 3. sketsa dari mesin HGF dan keterangannya
1. Katup pengisian
35
3. Penahan saringan kerja (backing screen)
4. Basket 5. Rem 6. Scrapper
7. Katup pengeluaran 8. Chute pengeluaran gula
9. Pipa saluran pengeluaran stroop 10. Pipa air siraman
11. Pipa uap
1. Alat control (touch screen) 13.Electro motor
Gambar 3.3 foto asli turbin yang di ambil di pabrik tjoekir
Turbine adalah suatu perangkat pemutar yang dilengkapi dengan sudu-sudu
(blade). Turbine dalam pembahasan ini adalah turbine uap dimana uap kering
(superheated steam) yang telah tercipta dengan tekanan, temperatur dan aliran (flow rate) tertentu dari boiler yang disesuaikan dengan kondisi operasi turbine sehingga
turbine dapat berputar sesuai dengan kecepatan putar yang direncanakan. Perputaran turbin tersebut akan digunakan untuk memutar generator listrik yang dikopel/digandengkan dengan turbine sehingga diperoleh listrik. Pengaturan tegangan
dan arus listrik akan dilakukan dengan menggunakan transformator (trafo) step up/down. Uap air yang lepas setelah memutar turbin akan mengalir ke condenser
untuk dirubah menjadi air kembali.
Turbin generator adalah sumber yang populer pembangkit listrik yang bersih di kapal, karena kebanyakan tidak menggunakan jenis bahan bakar minyak yang
memeng berat maupun menggunakan mesin diesel. Uap digunakan untuk memproduksi listrik yang terjadi di generator turbin. Uap adalah bentuk, yang mudah
dan murah dan juga ramah lingkungan sebagai bahan bakar pada kapal. generator turbin, uap berasal dari pembangkit boiler kapal uap. Dalam generator turbin, uap digunakan dengan bertekanan tinggi untuk memutar turbin dimana energi panas uap
akan dikonversi menjadi gerakan berputar. Turbin dihubungkan dengan alternator's rotor, maka konsep putar dari turbin digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
37
berkecepatan rendah. Generator turbin secara langsung memasokan listrik terhadap
motor berkecepatan lambat yang terhubung ke poros baling-baling kapal.
Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap menjadi energy kinetik dan selanjutnya di ubah menjadi energi mekanis dalam
bentuk putaran poros turbin. Poros turbin,langsung atau dengan bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan dengan mekanisme yang akan di gerakkan. Tergantung pada
jenis mekanisme yang digunakan, turbin uap dapat digunakan pada berbagai bidang seperti pada bidang industri, untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk transportasi. Pada proses perubahan energy potensial menjadi energi mekanisnya yaitu dalam
bentuk putaran poros dilakukan berbagai cara.
Pada dasarnya turbin uap terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor yang merupakan komponen utama pada turbin kemudian di tambah komponen lainnya yang meliputi pendukungnya seperti bantalan, kopling dan sistem bantu
lainnya agar kerja turbin dapat lebih baik. Sebuah turbin uap memanfaatkan energi kinetik dari fluida kerjanya yang bertambah akibat energi termal.
Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya di ubah menjadi energi
dari jenis mekanisme yang digerakan turbin uap dapat digunakan pada berbagai
38 BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengolahan Data
Langkah awal dari pengolahan data adalah penentuan komponen kritis dengan
fokus dua komponen, yaitu dua komponen yang mempunyai frekuensi kerusakan
terbanyak. Komponen kritis ditentukan dengan cara mengumpulkan kerusakan
perkomponen, kemudian dibuat grafik untuk mengetahui jumlah kerusakan
terbanyak. Urutan komponen kritis HGF WS adalah sebagai berikut: a = belt drive; b
= kampas rem;c = packing dust pot oil; d = v-belt B-48; e = seal air cylinder
discharger; f = ring basket; g = seal switch; h = v packing air cylinder valve lifter; i =
bearing head; j = pen lifter; k = rubber hose servo unit; dan valve hidrolik keruk .
Urutan komponen kritis Mesin HGF Zagitter adalah: a = kampas rem; b = belt drive;
c = packing dust pot oil;,d = v-belt B-48; e = seal air cylinder discharger; f = seal
switch; g = ring basket; h = v packing air cylinder valve lifter; i = bearing head; j =
pen lifter; k = rubber hose servo unit; dan l = valve hidrolik keruk.
Setelah dilakukan penentuan komponen kritis, dilanjutkan dengan
pengambilan data berdasarkan komponen kritis tersebut. Untuk mesin HGF WS
komponen kritis yang pertama adalah komponen a, yaitu komponen belt drive dan
yang kedua adalah komponen b, yaitu komponen kampas rem. Untuk mesin HGF
Zagitter komponen kritis yang pertama adalah komponen a, yaitu komponen kampas
selanjutnya adalah mengambil data waktu antar kerusakan, berdasarkan
komponen-komponen kritis pada mesin-mesin HGF WS dan mesin-mesin HGF Zagitter. Data
waktu antar kerusakan pada mesin-mesin HGF WS adalah seperti pada Tabel 1 dan
Tabel 2. Selanjutnya, untuk mengetahui pola distribusi waktu antar kerusakan dari
komponen- komponen kritis HGF WS dan HGF Zagitter, dengan mengetahui pola
distribusi waktu antar kerusakan komponen-komponen tersebut, maka akan
memudahkan dalam pemilihan persamaan yang akan digunakan pada langkah
selanjutnya. Penentuan pola distribusi ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah
pola distribusi waktu antar kerusakan sesuai dengan pola distribusi dugaan. Pola
distribusi yang diduga adalah distribusi normal, karena waktu kerusakan adalah
probabilitas kontinu dan uji hipotesis yang digunakan kolmogorov-smirnov yang
sesuai dengan data yang relatif sedikit. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
kolmogorov-smirnov yaitu:
i). Menentukan hipotesi
- H0 : Distribusi waktu antar kerusakan komponen mengikuti distribusi nornal.
- H1 : Distribusi waktu antar kerusakan komponen tidak mengikuti distribusi normal.
ii). Penentuan tingkat signifikan (α) = 0,05 atau 5%
iii). Penentuan nilai parameter statistik. Untuk nilai Dtabel diperoleh dari tabel nilai D
uji kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan adalah 0,05.
[image:45.612.98.530.272.504.2]40
Tabel 1. Data waktu antar kerusakan komponen kritis pada mesin HGF WS
No Mesin Komponen
Interval kerusakan ke-i (hari) 1 2 3 4
1 HGF 2 Belt drive
Kampas Rem 28 31 27 31 28 32 27
2 HGF 3 Belt Drive
Kampas Rem 31 30 30 32 31 32
3 HGF 4 Belt Drive
Kampas Rem 28 31 29 30 28 31 29
4 HGF 5 Belt Drive
Kampas Rem 32 30 32 31 31
30 31
5 HGF 6 Belt Drive
Kampas Rem 28 31 29 32 28 32 28
6 HGF 7 Belt Drive
Kampas Rem 28 32 27 31 28 32 27
7 HGF 8 Belt Drive
Kampas Rem 32 31 31 30 31 31
Data waktu antar kerusakan pada mesin-mesin HGF Zagitter adalah seperti pada pada
Tabel 2. Data waktu antar kerusakan komponen kritis pada mesin HGF Zagitter
No. Mesin Komponen
Interval Kerusakan ke-i (hari) 1 2 3 4 5 6
1. HGF 1
Kampas rem Belt drive 20 26 19 25 20 25 21 26
20 19
2. HGF 9
Kampas rem Belt drive 21 25 21 24 20 25 21 25 20 24
Berdasarkan nilai Dmax hasil SPSS, maka dapat dibuat tabel perbandingan antara
nilai Dmax hasil SPSS dengan nilai DTabel sebagai seperti disajikan pada table 3.
Tabel 3. Nilai DMax hasil SPSS dan DTabel
Nama Komponen Dmax hasil SPSS DTabel Keputusan Belt Drive HGF WS 0,260 0,270 Terima H0 Kampas Rem HGF
WS
0,252 0,279 Terima H0
KampasRem HGF Zagitter
0,232 0,391 Terima H0
Belt Drive HGF Zagitter
0,278 0,432 Terima H0
Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang berarti
bahwa distribusi waktu antar kerusakan komponen-komponen kritis tersebut
mengikuti distribusi normal, yaitu untuk komponen belt drive dan kampas rem HGF
WS maupun komponen kampas rem dan belt drive HGF Zagitter. Karena pola
[image:47.612.102.515.291.510.2]42
pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan persamaan berdasarkan
distribusi normal.
Pada langkah ini dilakukan perhitungan waktu rata-rata antar kerusakan
(MTTF) yang bertujuan untuk mengetahui berapa lama kerusakan akan terjadi antara
kerusakan yang pertama dan yang selanjutnya, serta dilakukan juga perhitungan
keandalan komponen yang bertujuan untuk mengetahui umur komponen pada saat
mendekati nilai batas minimum yang ditetapkan, yaitu 70% sesuai dengan SII
(Standar Industri Indonesia), sehingga penentuan waktu perawatan dapat ditentukan
berdasarkan hal tersebut diatas. Hasil perhitungan MTTF komponen- komponen kritis
pada masing-masing mesin HGF WS untuk komponen belt drive dan untuk
komponen kampas rem dihitung rata-ratanya seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil perhiungan MTTF mesin-mesin HGF WS untuk komponen kampas rem
No. Mesin Σt (hari) n MTTF (hari)
1. HGF 1 119 6 19,8
2. HGF 9 103 5 20,6
MTTF rata
rata
20,82
Nilai MTTF untuk komponen kampas rem pada mesin HGF Zagitter yang di tunjukan
pada table di atas pada umumnya sama. Nilai MTTF tersebut di cari rata-ratanya,
[image:48.612.103.527.269.609.2]Besarnya nilai MTTF tergantung pada jumlah waktu antar kerusakan dan frekuensi
[image:49.612.103.528.222.474.2]kerusakan.
Tabel 5. Untuk komponen belt drive pada mesin HGF Zegitter nilai MTTFnya seperti di bawah ini
No. Mesin Σt (hari) n MTTF (hari)
1. HGF 1 102 4 26
2. HGF 9 123 5 25
MTTF rata
rata
25
Nilai MTTF untuk komponen belt drive pada mesin HGF Zagitter tersebut
diatas berbeda-beda. Nilai MTTF tersebut dicari rata-ratanya sehingga dapat
diketahui nilai MTTF komponen belt drive pada umumnya. Berdasarkan nilai MTTF
rata-rata untukn mesin HGF WS dan HGF Zagitter. Nilai MTTF rata-rata
komponen-komponen kritis HGF WS adalah sebagai berikut : Belt drive Belt drive 29,12
hari/kerusakan dan kampas rem adalah 31,05 hari/kerusakan. Nilai MTTF rata-rata
komponen-komponen kritis HGF Zagitter adalah : kampas rem sebesar 20,82
hari/kerusakan dan Belt drive adalah sebesar 25 hari/kerusakan.
Perhitungan keandalan dilakukan menurut pola distribusi probabilitas yang
telah ditentukan keandalan dilakukan menurut pola distribusi probabilitas yang telah
44
1. Fungsi Kepadatan Probabilitas
Dimana : standart devisiasi ; = waktu rata-rata kerusakan
2. Fungsi distribusi komulatif
3. Fungsi keandalan
4. Fungsi laju kerusakan
Dengan mengganti t1 = t dan t2= t + , maka laju kerusakan menjadi :
Laju kerusakan sesaat (hazard rate), h(t) didefinisikan sebagai limit dari
Untuk memudahkan dalam pemahaman dan penerapan persamaan
diatas, hasil perhitungan dalam bentuk table. Dengan hasil perhitungan
yang ditunjukan oleh table, akan memudahkan dalam pemilahan waktu
perawatan sesuai dengan batas keandalan minimal menurut SII (Standar
Industri Indonesia ) yaitu sebesar 70% baik untuk Komponen belt drive
maupun komponen kampas rem pada HGF WS dan HGF Zagitter.
Tabel 6. Hasil perhitungan fungsi statistic untuk komponen belt drive adalah seperti di bawah ini
T f(t) F(t) R(t)
25 0.0139 -2,37 0,0089 0,9911 0,0140
26 0.0460 -1,79 0,0387 0,9633 0,0477
27 0.1092 -1,22 0,1112 0,8888 0,1228
28 0.1864 -0,64 0,2611 0,7389 0,2523
29 0.2288 -0,07 0,4721 0,5279 0,4334
30 0.2018 0,51 0,6950 0,3050 0,6617
31 0.1279 1,08 0,8599 0,1401 0,9131
32 0.0583 1,66 0,9515 0,0485 1,2018
Tabel 7. Hasil Perhitungan fungsi-fungsi statistic komponen kampas rem HGF WS
T f(t) F(t) R(t)
[image:51.612.100.516.288.570.2] [image:51.612.164.513.643.703.2]46
30 0.19136 -1,46 0,0722 0,9278 0,2063
30,2 0.27608 -1,18 0,119 0,881 0,3133
30,5 0.41397 -0,76 0,2236 0,7764 0,5332
31 0.55289 -0,07 0,4721 0,5279 1,0473
32 0.23208 1,32 0,9066 0,0934 2,4848
Hasil perhitungan fungsi statistic untuk kampas rem HGF Zegitter adalah
seperti pada Tabel 8.
Table 8. Hasil perhitungan fungsi-fungsi statistik komponen kampas rem HGF Zagitter
T f(t) F(t) R(t)
19 0.028005 -2,43 0,0075 0,9925 0,02822
20 0.292675 -1,09 0,1379 0,8621 0,33949
20,4 0.454843 -0,56 0,2877 0,7123 0,63855
21 0.516953 0,24 0,5948 0,4052 1,27579
21,5 0.352739 0,91 0,8186 0,1814 1,94454
22 0.154325 1,57 0,9418 0,0582 2,65164
Pada komponen belt drive HGF Zagitter hasil perhitungan fungsi
[image:52.612.164.515.86.192.2]statistiknya akan ditunjukan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil perhitungan fungsi-fungsi statistic komponen kampas belt drive HGF Zagitter
[image:52.612.102.513.283.503.2]23 0,010634 0,010634 0,010634 0,010634 0,010634
24 0,208448 0,208448 0,208448 0,208448 0,208448
24,4 0,393266 0,393266 0,393266 0,393266 0,393266
24,5 0,438602 0,438602 0,438602 0,438602 0,438602
24,6 0,479556 0,479556 0,479556 0,479556 0,479556
25 0,562033 0,562033 0,562033 0,562033 0,562033
26 0,208448 0,208448 0,208448 0,208448 0,208448
27 0,010634 0,010634 0,010634 0,010634 0,010634
4.2 Menyusun Jadwal Perawatan
Pada langkah ini dilakukan jadwal perawatan berdasarkan hasil perhitungan
pada langkah sebelumnya. Jadwal perawatan pencegahan dengan memperhatikan
besarnya MTTF dan nilai keandalannya, hal tersebut dimasukan agar komponen
dapat diganti sebelum mencapai batas umur pemakaian komponen dan batas
keandalannya. Adapun nilai MTTF komponen-komponen kritis HGF WS dan HGF
[image:53.612.121.518.526.636.2]Zegitter adalah seperti pada Tabel 10.
Table 10 . Nilai MTTF rata-rata komponen kritis HGF WS dan HGF Zagitter
Mesin Nama komponen MTTF (hari/kerusakan)
HGF WS Belt drive
Kampas rem
29,12
31,05
HGF Zegitter Kampas rem
Belt drive
20,82
25
48
table tersebut terlihat bahwa dengan melakukan perawatan dengan periode waktu (t)
hari , akan diperoleh keandalan atau di bawah batas minimal.
Table 11. Hasil penentuan periode perawatan preventf
Nilai keandalan mesin Nama komponen Waktu (hari)
<70 % HGF WS
HGF Zagitter Belt drive Kampas rem Kampas rem Belt drive 29 31 21 25
70 % - 79 % HGF WS
HGF Zagitter Belt drive Kampas rem Kampas rem Belt drive 28 30,5 20,4 24,6
80 % - 89 % HGF WS
HGF Zagitter Belt drive Kampas rem Kampas rem Belt drive 27 30,2 20 24,4
>90 % HGF WS
HGF Zagitter Belt drive Kampas rem Kampas rem Belt drive 26 30 19 24
Dari Tabel 11. diketahui bahwa waktu perawatan berbeda-beda sesuai dengan
batas keandalan minimal. Waktu tersebut akan digunakan untuk menentukan jadwal
perawatan preventif. Namun untuk menghindari ketidak efektifan dalam jadwal
perawatan, maka bila ditemui jarak perawatan komponen yang pertama dengan yang
kedua selangnya tidak jauh, waktu perawatan tersebut dapat digabungkan dengan
[image:54.612.105.527.159.520.2]perawatan preventif termasuk penggantian dapat dimajukan atau dimundurkan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan berdasarkan pada nilai keandalannya, misalnya; mesin
HGF WS 1 akan dilakukan perawatan preventif termasuk penggantian komponen
kampas rem dengan selang waktu 30,5 hari setelah start operasi. Selang beberapa hari
kemudian akan dilakukan lagi perawatan preventif termasuk penggantian komponen
belt drive, yaitu tepatnya dengan waktu 28 hari setelah start operasi. dari jadwal
tersebut terlihat bahwa perawatan preventif yang pertama dan yang kedua jaraknya ±
2,5 hari, sehingga hal tersebut terlihat tidak efektif, karena downtime mesin akan
menjadi bertambah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka waktu perawatan preventif
termasuk penggantian komponen belt drive dan kampas rem dijadikan satu, yaitu
dengan cara memajukan waktu perawatan preventif termasuk penggantian komponen
kampas rem menjadi 28 hari, dimana jumlah hari tersebut berdasarkan Tabel 11. mempunyai nilai keandalan yang lebih dari 90%.
4.3 Analisis
Dalam Analisis ini ada dua hal yang akan di analisis yaitu Analisis MTTF
(Mean Time To Failure) dan Analisis keandalan. Untuk lebih jelasnya maka akan
diuraikan satu per satu sebagai berikut.
4.3.1 Analisis MTTF (Mean Time To Failure)
Pada penentuan jadwal perawatan harus diketahui terlebih dahulu nilai MTTF
komponen- komponen kritis dari mesin-mesin HGF, baik HGF WS maupun HGF
50
mengetahui waktu rata-rata terjadinya kerusakan dari komponen-komponen tersebut
setelah beroperasi. Dengan mengetahui nilai MTTF dari komponen-komponen
tersebut, maka akan memudahkan dalam penentuan kapan sebaiknya dilakukan
[image:56.612.97.527.240.471.2]perawatan preventif untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Tabel 12. Nilai MTTF dan frekuensi rata-rata Mesin-mesin HGF Nama Komponen MTTF (hari/kerusakan) Frekuensi
Belt drive HGF WS 29,12 3,57
Kampas rem HGF WS 31,05 3,14
Kampas rem HGF Zagitter
20,82 5,5
Belt drive HGF Zagitter 25 4,5
Berdasarkan nilai MTTF pada Tabel 12. terlihat bahwa MTTF belt drive dan
kampas rem HGF WS masing-masing adalah 29,12 hari dan 31,05 hari. Ini
menunjukkan bahwa rata- rata kerusakan belt drive HGF WS berada pada umur 29,12
hari, sehingga tindakan preventif harus dilakukan sebelum umur tersebut. Sedangkan
pada kampas rem HGF WS, rata-rata kerusakannya berada pada umur 31,05 hari,
sehingga tindakan peventif harus dilakukan sebelum komponen mencapai umur
tersebut. Demikian juga dengan komponen kampas rem dan belt drive pada HGF
Zagitter yang mempunyai nilai MTTF masing-masing adalah 20,82 hari dan 25 hari.
Yang berarti bahwa rata- rata kerusakan kampas rem HGF Zagitter berada pada umur
20,82 hari dan untuk komponen belt drive HGF Zagitter berada pada umur 25 hari,
sehingga tindakan preventif harus dilakukan sebelum komponen mencapai umur
Berdasarkan tabel tersebut diatas juga dapat disimpulkan bahwa bila semakin
besar nilai MTTF maka akan semakin sedikit frekuensi kerusakan, dan sebaliknya
bila semakin kecil nilai MTTF maka akan semakin besar frekuensi kerusakan. Dari
tabel tersebut juga terlihat bahwa besarnya nilai MTTF Komponen belt drive dan
kampas rem pada mesin HGF WS selangnya cuma kurang lebih 2 hari, hal tersebut
merupakan salah satu penyebab terjadinya frekuensi kerusakan yang banyak karena
tidak memperhatikan MTTF dari komponen tersebut.
4.3.2 Analisis Keandalan
Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai keandalan adalah tingkat
kerusakan. Untuk menekan tingkat kerusakan, maka dilakukan perawatan preventif
yang memadai. Berdasarkan perhitungan pada bab sebelumnya diperoleh bahwa
dengan periode waktu perawatan yang pendek, akan diperoleh tingkat keandalan yang
tinggi. Menurut SII (standar Industri Indonesia) batas keandalan minimum adalah
sebesar 70%. Adapun hasil perhitungan waktu perawatan dengan batas keandalan
[image:57.612.113.564.551.704.2]70% adalah seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil perhitungan waktu perawatan untuk HGF WS dan HGF Zagitter
Mesin Komponen Nilai keandalan Waktu (hari)
HGF WS Belt drive
Kampas rem
70%-79% 80%-89%
>90%
> 70% 80%-89%
28
27
26
30,5
[image:57.612.112.559.554.704.2]52
>90% 30
HGF Zagitter Kampas rem
Belt drive
> 70% 80%-89%
>90% > 70% 80%-89%
>90%
20,4
20
19
24,6
24,4
24
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa nilai keandalan berbanding terbalik
dengan nilai waktu perawatan. Semakin besar nilai keandalan, maka periode waktu
perawatan akan semakin pendek, demikian sebaliknya bila nilai keandalan semakin
kecil, maka periode perawatan akan semakin panjang.
Untuk memperjelas keterangan tersebut maka akan dibuat grafik keandalan
komponen-komponen kritis HGF WS dan HGF Zagitter, sehingga dapat ditentukan
[image:58.612.110.566.84.255.2]periode perawatan preventif yang optimal.
Grafik keandalan untuk komponen belt drive adalah seperti pada Gambar 4.1.
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa keandalan dengan batas minimal 70% berada
disebelah kiri nilai MTTF, ini berarti bahwa dengan melakukan periode perawatan
dengan selang 28 hari keandalan masih berada dititik batas minimal dan belum
mencapai pada batas umur pemakaian komponen. Daerah yang diarsir pada grafik
menunjukan daerah dengan keandalan diatas 70% dan periode waktu perawatan yang
lebih pendek dari batas minimal yaitu 28 hari. Untuk komponen kampas rem HGF
Gambar 4.2 terlihat bahwa nilai MTTF komponen kampas rem adalah 31 hari, dan
batas keandalan 70% mempunyai periode waktu 30,5 hari. Dan apabila periode waktu
perawatan yang digunakan adalah 30 hari, nilai keandalanya berada diatas batas
minimal. Daerah yang diarsir pada grafik menunjukan daerah dengan keandalan
diatas 70% dan periode waktu perawatan yang lebih pendek dari batas minimal yaitu
30,5 hari. Ini berarti bahwa apabila perawatan dilakukan dengan selang kurang dari
[image:59.612.100.514.291.540.2]30,5 hari, maka keandalannya berada diatas batas minimal.
54
Gambar 4.2. Grafik Keandalan Kampas Rem HGF WS
Grafik keandalan untuk komponen kampas rem HGF Zagitter adalah seperti
pada Gambar 4.3. Berdasarkan Gambar 4.3 maka dapat ditentukan bahwa nilai MTTF
komponen kampas rem adalah 28,82 hari, dan batas keandalan 70% mempunyai
periode waktu 20,4 hari. Daerah yang diarsir pada grafik menunjukan daerah dengan
keandalan diatas 70% dan periode waktu perawatan yang lebih pendek dari batas
minimal yaitu 20,4 hari. Apabila periode waktu perawatan yang digunakan adalah 20
hari, maka nilai keandalanya berada diatas batas minimal. Hal tersebut berarti bahwa
apabila perawatan dilakukan dengan selang kurang dari 20,4 hari, maka keandalannya
berada diatas batas minimal.
Untuk komponen belt drive HGF Zagitter, grafik keandalannya adalah seperti
yang ditunjukan pada Gambar 4.4 Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa keandalan dengan
batas minimal 70% berada disebelah kiri nilai MTTF yaitu 25 hari, ini berarti bahwa
masih berada diatas batas minimal. Daerah yang diarsir pada grafik menunjukan
daerah dengan keandalan diatas 70% dan periode waktu perawatan yang lebih pendek
[image:61.612.102.511.191.497.2]dari batas minimal yaitu 24,6 hari.
56
Gambar 4.4. Grafik Keandalan Kampas Rem HGF Zagitter
4.3.3 Analisis Jadwal Perawatan
Dalam analisis jadwal perawatan ada dua hal yang akan dikemukakan yaitu
penentuan jadwal perawatan dan perbadingan antara perawatan terdahulu dengan
jadwal perawatan usulan.
a). Penentuan Jadwal Perawatan
Penentuan periode perawatan preventif didasarkan pada batas keandalan
minimal yaitu 70%. Komponen-komponen kritis tersebut dicari periode waktu
perawatannya yang mempunyai nilai keandalan diatas batas minimal. Periode waktu
Tabel 14. Mengetahui periode waktu perawatan
Mesin Komponen Nilai keandalan Waktu (hari)
HGF WS Belt drive
Kampas rem 70%-79% 80%-89% >90% > 70% 80%-89% >90% 28 27 26 30,5 30,2 30
HGF Zagitter Kampas rem
Belt drive > 70% 80%-89% >90% > 70% 80%-89% >90% 20,4 20 19 24,6 - 24
Pada Tabel 14 terlihat bahwa periode waktu perawatan pada HGF WS antara komponenbelt drive dan kampas rem mempunyai selang yang tidak jauh, yaitu untuk
komponen belt drive waktu maksimalnya adalah 28 hari dan untuk komponen
kampas rem periodenya adalah 30,5 hari. Agar efisien maka periode waktu perawatan
kampas rem dimajukan menjadi 28 hari dengan nilai keandalan diatas 90%, sehingga
bila dilakukan perawatan preventif termasuk penggantian maka dilakukan sekaligus
terhadap kedua komponen tersebut. Pada HGF Zagitter periode waktu perawatan
antara komponen kampas rem dan belt drive masing-masing adalah 20,4 hari dan
24,6 hari. Karena selang perawatan sebesar 4 hari maka perawatan kedua komponen
58
b). Perbandingan antara perawatan terdahulu dengan jadwal perawatan usulan
Sistem perawatan terdahulu yang diterapkan dalam perusahaan pada masa
giling adalah sistem perawatan korektif, yaitu perawatan yang dilakukan setelah
terjadi kerusakan. Sistem perawatan yang diusulkan adalah sistem perawatan
preventif termasuk penggantian, yaitu perawatan yang dilakukan dengan terjadwal.
4.3.4 Komponen belt drive dan kampas rem HGF WS
Sistem Perawatan Terdahulu, penggantian komponen belt drive (tindakan
korektif) dilakukan dalam interval waktu ± 29,12 hari dan komponen kampas rem
(tindakan korektif)dalam interval waktu ± 31,05 hari. Keuntungan sistem terdahulu
adalah Waktu pemakaian komponen menjadi lebih maksimal. Kerugian dari sistem
terdahulu adalah: selang perawatan antara kedua komponen adalah 2 hari; perawatan
kurang efisien; penggantian komponen pada ketujuh mesin dapat terjadi secara
bersamaan (mesin mati secara bersamaan); alur produksi menjadi terhambat; nilai
keandalan dibawah 70%; tidak diketahui kapan akan dilakukan perawatan
penggantian; dapat menjadi sumber penyebab kerusakan komponen lain; dan tidak
ada tindakan perawatan lain.
Sistem Perawatan usulan (perawatan preventif termasuk penggantian) dengan
nilai keandalan sesuai dengan batas minimal, penggantian komponen belt drive
dilakukan dalam interval waktu ± 28 hari dan penggantian kampas rem dilakukan
dalam interval waktu ± 30,5 hari. Adapun keuntungan sistem usulan adalah: dapat
(mesin mati secara bersamaan); alur produksi tidak terhambat; nilai keandalan diatas
70%; dapat diketahui kapan akan dilakukan perawatan preventif termasuk
penggantian; dapat dihindari akan menjadi sumber penyebab kerusakan komponen
lain; dan dapat sekaligus dilakukan tindakan preventif lainnya. Kerugian system
usulan adalah: waktu pemakaian komponen menjadi kurang maksimal; selang
perawatan antara kedua komponen adalah 2 hari; perawatan kurang efisien; waktu
setting start operasi lebih banyak; dan tindakan preventif kurang efisien.
4.3.5 Komponen kampas rem dan belt drive HGF Zagitter
Sistem Perawatan Terdahulu, penggantian komponen kampas rem dilakukan
dalam interval waktu ± 20,82 hari dan belt drive dalam interval waktu ± 25 hari.
Adapun keuntungan pada sistem ini adalah waktu pemakaian komponen menjadi
lebih maksimal. Kerugian dari sistem ini adalah penggantian komponen pada ketujuh
mesin dapat terjadi secara bersamaan (mesin mati secara bersamaan); alur produksi
menjadi terhambat; nilai keandalan dibawah 70 %; tidak diketahui kapan akan
dilakukan perawatan penggantian; dapat menjadi sumber penyebab kerusakan
komponen lain; tidak ada tindakan perawatan lain. Sistem Perawatan usulan
(perawatan preventif termasuk penggantian) dengan nilai keandalan sesuai dengan
batas minimal, penggantian komponen kampas rem dilakukan dalam interval waktu ±
20,4 hari dan penggantian belt drive dilakukan dalam interval waktu ± 24,6 hari.
Keuntungan dari sistem ini adalah: dapat dihindari penggantian komponen pada
ketujuh mesin yang terjadi secara bersamaan (mesin mati secara bersamaan); alur
60
dilakukan perawatan preventif termasuk penggantian; dapat dihindari akan menjadi
sumber penyebab kerusakan komponen lain; dan dapat sekaligus dilakukan tindakan
preventif lainnya. Kerugian dari system ini adalah waktu pemakaian komponen
menjadi kurang maksimal; waktu setting start operasi lebih banyak; dan tindakan
1 5.1.1 Kesimpulan
Komponon yang morupakan komponon kritis pada HGF WS adalah
komponon bolt drivo dan kampas rom, dongan frokuonsi korusakan masing-masing
sobanyak 25 dan 22 kali dalam 1 musim giling solama 125 hari, dan yang morupakan
komponon kritis pada HGF Zagittor adalah kampas rom dan bolt drivo, dongan
frokuonsi korusakan masing-masing sobosar 11 dan 9 kali dalam 1 musim giling
solama 125 hari. Bordasarkan hasil analisis porbandingan antara porawatan tordahulu
dan porawatan usulan, maka dapat ditontukan jadwal porawatan provontif usulan yang
digunakan untuk mosin HGF WS yaitu porawatan provontif tormasuk ponggantian
komponon bolt drivo dan kampas rom HGF WS dilaksanakan dongan poriodo waktu
masing- masing adalah 28 hari, dan akan momiliki nilai koandalan sobosar 73,8% dan
90%. Untuk mosin HGF Zagittor jadwal porawatan provontif tormasuk ponggantian
komponon kampas rom HGF Zagittor dilaksanakan dongan poriodo waktu 20 hari,
dan akan momiliki nilai koandalan sobosar 8,2%. Komponon bolt drivo HGF Zagittor
porawatan provontif tormasuk ponggantian komponon dilaksanakan intorval 24 hari,
dan akan momiliki nilai koandalan diatas 90%. Adapun saran-saran yang dapat
diborikan bordasarkan ponolitian ini adalah sobagai borikut: (i) monorapkan kobijakan
provontif pada HGF WS dan HGF Zagittor sobolum mongalami korusakan dongan
mongganti komponon-komponon bolt drivo dan kampas rom dongan momporhatikan
2
probabilistik, maka diporlukan porawatan provontif yang torjadwal sohingga mosin
dapat solalu siap oporasi.
5.2 SARAN
Pada polaporan Korja Praktok ini, ponolitian masih sobatas analisa dan
dokumontasi mongonai Provontif maintonanco mosin HGF di sttasiun putoran pabrik
gula . mongingat pabrik gula hanya molakukan ponggilingan satu tahun sokali dan
masa korja praktok ini rolativo singkat maka ponulis hanya molakukan analisa bukan
porancangan dari program PLC. Maka dari itu untuk pongombangan yang lobih lanjut
diharapkan dapat monjangkau ko tahap porancangan yang lobih baik. Tontunya hal ini
aftar pustaka
ssauri, S. (1980), Managemenn Produkst Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Balbir, S. D and Hans, R. (1985), Reltabtltny and Matnnatnabtltny Managemenn
FtrsnEdtnton, CBS